tesis - digilib.uns.ac.id/hubungan... · apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah...

74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWIT I TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan Oleh : P u r w o k o NIM : S541008073 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: voxuyen

Post on 02-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWIT I

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh : P u r w o k o

NIM : S541008073

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

Page 2: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan Status Kesehatan Gigi pada Anak Usia Sekolah di

Wilayah Kerja Puskesmas Sawit I”.

Penelitian tesis ini dapat tersusun berkat dukungan, do’a, bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan

hati, penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk

menyusun penelitian tesis ini.

2. Prof. Drs. Suranto, MSc., PhD., selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan

pengangkatan dosen pembimbing tesis mahasiswa program studi Magister

Kedokteran Keluarga.

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM, MKes., PAK selaku Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan

di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga.

4. P Murdani K, dr. MHPEd. selaku Ketua selaku Ketua Minat Pendidikan

Profesi Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga.

5. Prof. Bhisma Murti, dr. MPH, MSc. PhD. selaku Dosen Pembimbing I yang

selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan

memberikan arahan dalam penulisan serta penyelesaian penelitian tesis ini.

6. Dr. Hermanu Joebagio, MPd. selaku pembimbing II yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan dalam penulisan penelitian ini.

7. Kepala UPTD Puskesmas Sawit I yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan penulisan penelitian tesis ini.

8. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali yang telah

memberikan ijin sebagai lahan penelitian.

Page 5: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

9. Keluarga tercinta atas dukungan moril yang senantiasa memberikan doa,

dorongan dan motivasi.

10. Teman-teman yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan

penulisan penelitian tesis ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu sehingga terselesaikannya penulisan penelitian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian tesis ini masih terdapat kekurangan,

oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penyempurnaan. Semoga penelitian tesis ini dapat dilanjutkan

dan bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, November 2011

Penulis

Page 6: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Purwoko, S541008073: Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Kesehatan Gigi pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit I, Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Mina Utama: Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011. Latar Belakang: Penyakit gigi dan mulut pada anak usia sekolah jika dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan sangat merugikan seluruh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap dengan status kesehatan gigi anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Sawit I. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah populasi 442 siswa, sampling frame 82 siswa dan sampel 33 siswa kelas VI SD di wilayah kerja Puskesmas Sawit I. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan checklist pemeriksaan kesehatan gigi yang meliputi DMF-T, PTI dan OHI-S. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi product moment Pearson. Hasil: Terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan kesehatan gigi dengan DMFT (r = -0,37; p = 0,034), PTI (r = 0,46; p = 0,007), dan OHI-S (r = -0,34; p = 0,050). Terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara sikap tentang kesehatan gigi dengan DMF-T (r = -0,63; p = 0,001), PTI (r = 0,56; p = 0,001), dan OHI-S (r = -0,47; p = 0,006;). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan serta sikap tentang kesehatan gigi dengan DMFT, PTI dan OHIS. Kata Kunci : pengetahuan, sikap, status kesehatan, OHI-S, DMF-T, PTI

Page 7: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Purwoko, S541008073: The Correlation Between Knowledge and Attitude of The Dental Health Status at School Age Children in The Working Area Puskesmas Sawit I, The Thesis of Magister of Family, Main Interest: The Profession of Health Education, The Magister Program of The Sebelas Maret University of Surakarta 2011. Background: The oral and dental disease in children of school age if left unchecked and the trend increase in the future is not prevented, the impact would be very detrimental to the entire community. This study aimed was to analyze the relationship of knowledge and attitudes to dental health status of primary school age children in the working area of Oil Health Center I. Methods: This study was analytic observational with cross sectional design. The population of 442 students, the sampling frame and sample of 82 students 33 students sixth grade elementary school in the working area of Oil Health Center I. Data collection techniques using questionnaires and checklists that include dental health checks DMF-T, PTI and OHI-S. Techniques of data analysis using Pearson product moment correlation test. Results: There was a statistically significant relationship between dental health knowledge with DMFT (r = -0.37, p = 0.034), PTI (r = 0.46, p = 0.007), and OHI-S (r = -0, 34, p = 0.050). There is a statistically significant relationship between attitudes about dental health with the DMF-T (r = -0.63, p = 0.001), PTI (r = 0.56, p = 0.001), and OHI-S (r = -0.47, p = 0.006;). Conclusion: There is a relationship between knowledge and attitudes about dental health with DMFT, PTI and OHIS. Keywords: knowledge, attitudes, health status, OHI-S, DMF-T, PTI

Page 8: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Purwoko

NIM : S541008073

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Kesehatan Gigi pada Anak

Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit I” adalah benar-benar

karya otentik saya sendiri. Hal-hal yang terdapat dalam tesis ini dan yang bukan

karya saya diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila

diketahui di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, November 2011

Yang membuat pernyataan

P u r w o k o

Page 9: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vi

PERNYATAAN............................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ................................................................................ 7

1. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan ................................... 7

2. Tinjauan Umum tentang Sikap ............................................. 9

3. Tinjauan Umum tentang Status Kesehatan Gigi ................... 15

B. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Kesehatan

Gigi ............................................................................................. 30

C. Penelitian yang Relevan ............................................................ 32

D. Kerangka Pikir ............................................................................ 33

E. Hipotesis Penelitian .................................................................... 33

Page 10: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................ 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 35

C. Populasi dan Sampel ................................................................... 35

D. Variabel Penelitian ...................................................................... 37

E. Definisi Operasional .................................................................. 37

F. Sumber Data Penelitian .............................................................. 38

G. Alat Ukur Penelitian ................................................................... 39

H. Pengumpulan Data ...................................................................... 41

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 46

1. Analisis Univariat .................................................................. 46

2. Analisis Bivariat ..................................................................... 49

B. Pembahasan ................................................................................ 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 59

B. Implikasi ..................................................................................... 60

C. Saran ........................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61

LAMPIRAN

Page 11: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Kriteria Debris Index ..................................................................... 26

Tabel 2.2 Kriteria Calculus Index ................................................................. 30

Tabel 2.3. Penelitian – penelitian tentang pengetahuan dan sikap serta status kesehatan gigi ...................................................................... 32

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Pengetahuan dan Sikap Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Status Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah ............................................................... 40

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ............................. 46

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden ........................................ 47

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi DMF-T Responden ...................................... 48

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi PTI Responden ............................................ 48

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi OHI-S Responden ........................................ 49

Tabel 4.6 Korelasi antara Pengetahuan dan Sikap dengan DMFT, PTI dan OHIS ............................................................................................. 54

Page 12: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 33

Gambar 4.1 Hubungan Pengetahuan dengan DMF-T .................................... 50

Gambar 4.2 Hubungan Pengetahuan dengan PTI ........................................... 50

Gambar 4.3 Hubungan Pengetahuan dengan OHI-S ...................................... 51

Gambar 4.4 Hubungan Sikap dengan DMF-T ................................................ 52

Gambar 4.5 Hubungan Sikap dengan PTI ...................................................... 52

Gambar 4.6 Hubungan Sikap dengan OHI-S ................................................. 53

Page 13: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur Penelitian

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik Alat Ukur Penelitian Pengetahuan dan Sikap

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian

Lampiran 4. Uji Statistik Hasil Penelitian

Page 14: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi keberhasilan

pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan

tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

(Depkes RI, 2004). Sasaran utama pembangunan jangka panjang bidang kesehatan

dalam rangka Indonesia sehat 2010 seperti yang tercantum dalam Sistem

Kesehatan Nasional antara lain meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar

tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik, sehingga didapatkan keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Situmorang, 2006).

Kesehatan merupakan salah satu faktor kebutuhan yang diutamakan oleh

manusia, dengan salah satu komponen yang mempengaruhinya adalah masalah

kesehatan gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut yang menjadi masalah

kesehatan masyarakat dewasa ini adalah penyakit karies gigi dan penyakit

periodontium, karena kedua penyakit tersebut menimbulkan gangguan fungsi

kunyah dan dapat menyebabkan terganggunya penyerapan dan pencernaan

makanan (Depkes RI, 2000).

Dua macam penyakit tersebut disebabkan oleh plak. Plak adalah endapan

lunak yang terdiri dari kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu

Page 15: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi. Plak timbul apabila

seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Oleh karena itu tindakan

yang paling penting salah satunya adalah usaha untuk mencegah atau sedikitnya

mengurangi pembentukan plak dengan tujuan mencegah penyakit periodontium

dan karies gigi (Carranza, 2002).

Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih

banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang

dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan

gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami

karies (Machfoedz dan Zein, 2005).

Apabila penjalaran dibiarkan saja, maka dampak yang terjadi adalah gigi

harus dicabut. Proses penjalaran kerusakan gigi dapat dihambat dengan

melakukan penambalan gigi. Maksud dari penambalan gigi adalah membuang

jaringan yang rusak dan mempertahankan bagian gigi yang tidak mengalami

kerusakan (Besford, 1996).

Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan

kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya

akan sangat merugikan seluruh masyarakat. Akibat penyakit karies antara lain :

rasa sakit, gangguan fungsi kunyah yang menghambat konsumsi makanan/nutrisi,

gangguan kenyamanan berupa gangguan tidur, gangguan konsentrasi belajar dan

hilangnya kesempatan menerjuni bidang karier tertentu misalnya masuk ABRI,

penerbang atau pramugari, yang akhirnya mempengaruhi kualitas sumber daya

manusia (Yuyus, 1996).

Page 16: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Data dari Bank WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO

(AFRO, AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rerata

pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun berkisar 2.4. Indeks karies di

Indonesia sebagai salah satu negara SEARO (South East Asia Regional Offices)

saat ini berkisar 2.2, untuk kelompok usia yang sama. Kelompok 12 tahun ini

merupakan indikator kritis, karena sekitar 76.97% karies menyerang pada usia

tersebut. Di negara berkembang lainnya indeks karies 1.2 sedangkan indeks target

WHO untuk tahun 2010 adalah 1.0. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT, 2004), prevelansi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini

tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Karies

menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat

Indonesia (Machfoed, 2006). Depkes RI pada tahun 2000 menetapkan indikator

pencapaian status kesehatan untuk gigi dan mulut untuk anak usia 12 tahun dapat

meliputi: DMF-T < 2, OHI-S < 1,2, PTI > 20%. Indeks DMF-T dikeluarkan oleh

WHO untuk menggambarkan pengalaman karies seseorang atau dalam suatu

populasi. OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) merupakan indeks untuk

mengukur kebersihan gigi dan mulut. PTI (Performance Treatment Index)

merupakan gambaran dari kemampuan seseorang atau dalam suatu populasi dalam

mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut.

Status kesehatan gigi dan mulut merupakan pencerminan atau hasil dari

perilaku pelihara diri masyarakat. Menurut Depkes (2000), kegiatan pelihara diri

yang dapat dilakukan perorangan dalam masyarakat meliputi: pelaksanaan

hygiene mulut yang memadai yaitu dengan menyikat gigi, mengkonsumsi makan

Page 17: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

yang tepat misalnya makan sayuran atau buah buahan, menghindari kebiasaan

yang tidak baik untuk kesehatan gigi dengan makan manis dan melekat seperti

permen dan coklat, pemeriksaan diri sendiri dan mencari pengobatan yang tepat

sedini mungkin yaitu membiasakan untuk control secara rutin ke klinik gigi dan

mulut, Mematuhi nasehat–nasehat yang diberikan tentang kesehatan gigi dan

mulut dari tenaga professional kesehatan gigi dan mulut.

Menurut Notoatmodjo (2005), status kesehatan dapat ditingkatkan dengan

perilaku kesehatan terdiri dari beberapa aspek yaitu: Perilaku pencegahan

penyakit, perilaku penyembuhan penyakit bila sakit, antara lain berobat gigi

segera setelah sakit dan menambal gigi sebelum gigi berlubang semakin parah,

dan pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

Pengetahuan dan sikap saling mewarnai dan saling terkait dalam

terbentuknya kemampuan untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Perubahan

pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan kemampuan dalam melaksanakan

perilaku, sehingga tanpa disadari dengan berubahnya salah satu komponen

tersebut, maka berubah pula kemampuan seseorang untuk melaksanakan praktik

tertentu (Santoso, 2004). Dengan demikian kemampuan anak usia sekolah tahun

dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap tentang kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan hasil laporan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada

kegiatan UKGS di wilayah kerja Puskesmas Sawit I diketahui bahwa siswa yang

memiliki gigi berlubang yaitu sekitar 86,3% sedangkan murid yang giginya tidak

berlubang yaitu sekitar 13,7%. Sebagian besar murid yang memiliki gigi berlubang

mengatakan bahwa mereka kurang mengerti cara menjaga kesehatan gigi.

Page 18: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara pengetahuan

dan sikap dengan status kesehatan gigi pada anak usia sekolah dasar di wilayah

kerja Puskesmas Sawit I?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap

dengan status kesehatan gigi pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja

Puskesmas Sawit I.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan status kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah

dasar di wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

b. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan status kesehatan gigi

pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

c. Untuk menganalisis hubungan sikap dengan status kesehatan gigi pada anak

usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk membuktikan adanya hubungan pengetahuan dan sikap dengan status

kesehatan gigi pada anak usia sekolah.

Page 19: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah bagi ilmu

pengetahuan pada umumnya, dan khususnya ilmu kedokteran keluarga

dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai pentingya

pengetahuan dan sikap keluarga dalam meningkatkan status kesehatan gigi

dan mulut, khususnya bagi anak usia sekolah.

b. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi pelaksana program

untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut.

c. Penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi pemerintah daerah

khususnya Kabupaten Boyolali, dimana hasil penelitian dapat dijadikan

pertimbangan dalam memutuskan kebijakan peningkatan status kesehatan

gigi dan mulut.

Page 20: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan

indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan

adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya).

Pengetahuan yang paling erat hubungannya dengan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga, di mana ibu hamil yang mempunyai

pengetahuan tinggi tentang PHBS berpeluang bagi keluarganya untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat sebesar 6,4 kali dibandingkan dengan

pengetahuan rendah (Syafrizal, 2002).

Page 21: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan

secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkatan yaitu: 1) tahu (know),

diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu; 2) memahami (comprehension), memahami

suatu obyek bukan hanya sekedar tahu terhadap obyek tersebut, tidak

sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang obyek yang diketahui tersebut; 3) aplikasi

(application), diartikan apabila orang yang telah memahami obyek

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain; 4) analisis (analysis), adalah kemampuan

seseorang untuk menjabarkan, memisahkan, kemudian mencari hubungan

antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek

yang diketahui; 5) sintesis (synthesis), menunjukkan suatu kemampuan

untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki; dan 6) evaluasi

(evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu yang didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

di masyarakat.

c. Domain pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain terpentingnya terbentuknya tindakan

seseorang (over behavior). Penelitian rogers (1974) dikutip oleh

Page 22: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Notoatmodjo (2005) mengungkapkan bahwa sebelum seorang mengadopsi

perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan

yakni: 1) awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek); 2) interest,

dimana orang mulai tertarik pada stimulus; 3) evaluation, menimbang-

nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; 4) trial,

dimana orang telah mencoba perilaku baru; dan 5) adoption, dimana subyek

telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya

terhadap stimulus.

Lebih jauh dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa

pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui obyek tertentu. Jadi

pengetahuan tidak hanya didapat melalui pendidikan formal, pengetahuan

juga dapat diperoleh melalui informal yang disampaikan oleh orang tua,

surat kabar, media elektronik, pengamatan dan segalanya. Pengetahuan juga

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan.

2. Tinjauan Umum tentang Sikap

a. Pengertian

Motif dan sikap (attitude) merupakan pengertian-pengertian yang

utama dalam uraian kegiatan dan tingkah laku manusia, maupun secara

khusus dalam interaksi sosial. Sementara itu, pengertian sikap merupakan

Page 23: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

pengertian yang mempunyai peranan besar dalam ilmu jiwa sosial yang

khusus menguraikan tingkah laku manusia dalam situasi sosial. Bahkan

pernah diucapkan oleh para ahli ilmu sosial, bahwa “sosialisasi manusia”

atau menjadi makhluk sosialnya terutama terdiri atas pembentukan sikap-

sikap sosial pada dirinya. Oleh karena ada hubungan antara sikap dan motif

manusia.

Manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap

perasaan tertentu, tetapi attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang

perkembangannya. Peranan attitude dalam kehidupan manusia berperan

besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia, maka attitude-

attitude menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap

obyek-obyeknya. Attitude mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis

menuju ke suatu tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Attitude dapat

merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan

dan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu (Gerungan,

2004).

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri, orang lain, obyek atau isue (Azwar, 2000). Sikap adalah konsep

yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya seseorang pada sesuatu.

Sikap adalah pandangan, positif, negatif, atau netral terhadap “obyek sikap”,

seperti manusia, perilaku, atau kejadian. Seseorang pun dapat menjadi

ambivalen terhadap suatu target yang berarti ia terus mengalami bias positif

dan negatif terhadap sikap tertentu.

Page 24: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Sikap adalah respon tertutup terhadap stimulus atau obyek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak baik, dan

sebagainya). Menurut Campbell yang dikutip Notoatmodjo (2005)

mendefinisikan sangat sederhana, yaitu “an individual’s attitude is

syndrome of response consistency with regard to object.” Jadi jelas bahwa

sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus

atau obyek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan

gejala kejiwaan yang lain.

Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan,

bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi perilaku (tindakan atau reaksi tertutup).

Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap itu

terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu : 1) kepercayaan atau keyakinan, ide

dan konsep terhadap suatu obyek; 2) kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu obyek; dan 3) kecenderungan untuk bertindak.

b. Tingkat sikap

Menurut Notoatmodjo (2005) sikap terdiri dari berbagai tingkatan

berdasarkan intensitasnya, yaitu: 1) menerima (receiving), diartikan bahwa

seseorang atau subyek mau menerima obyek (stimulus yang diberikan);

2) menanggapi (responding), diartikan memberi jawaban atau tanggapan

Page 25: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi; 3) menghargai (valuing),

diartikan suatu subyek atau seseorang menyatakan setuju terhadap obyek

atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan

mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons; dan

4) bertanggung jawab (responsible), seseorang yang telah mengambil sikap

tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila

ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain terhadap apa

yang telah diyakini.

c. Komponen sikap

Menurut Azwar (2000), struktur sikap terdiri atas komponen yang

saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan

komponen konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi

kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat

disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu

atau problem yang controversial. Komponen afektif merupakan perasaan

yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang

paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah

mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan

yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Komponen konatif merupakan

aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

oleh seseorang, dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/

Page 26: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu, serta berkaitan dengan

obyek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap

seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

d. Sifat sikap

Sikap adalah bersifat positif, tetapi dapat pula bersifat negatif. Sikap

positif mempunyai kecenderungan tindakan untuk menyenangi, mendekatif,

mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk

menjauhi, menghindari, membenci tidak menyukai obyek tertentu

(Purwanto, 1998).

e. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan

sesuatu obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin

berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu

kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan

ini disebut dengan pernyataan yang favorable. Sebaliknya pernyataan sikap

mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat

tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan ini

disebut dengan pernyataan yang tidak favorable.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

Page 27: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau mendukung sama

sekali obyek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/

pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan

pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2005).

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap suatu obyek sikap

antara lain (Azwar, 2005):

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan sebagian orang yang

dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

Page 28: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar, radio maupun media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara obyektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan

jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

3. Tinjauan Umum tentang Status Kesehatan Gigi

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan

bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Guna pengukuran

pencapaian upaya pelayanan kesehatan maka perlu ditetapkan indikator

kesehatan. Indikator pencapaian upaya pelayanan kesehatan gigi yang

ditetapkan oleh Depkes RI (2000) adalah DMF-T < 2, PTI > 20% dan OHI-S <

1,2.

Page 29: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a. DMF-T (Decayed Missing Filling Tooth)

1) Pengertian

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW

pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies

gigi. Indeks DMF-T dikeluarkan oleh WHO untuk menggambarkan

pengalaman karies seseorang atau dalam suatu populasi. Komponen

DMF-T, terdiri dari D (decayed) yaitu gigi yang terkena karies, M

(missing) gigi yang hilang atau dicabut karena karies, dan F (filling) gigi

yang terkena karies dan telah dilakukan penambalan (Depkes RI, 2000).

2) D (decayed)

Decayed atau karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan

dengan banyak faktor (multiple factors) yang saling mempengaruhi. Ada

tiga faktor utama yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme, dan substrat

serta waktu sebagai faktor tambahan. Jika terjadi tumpah tindih pada

keempat faktor akan menyebabkan terjadinya karies (Newbrun 1977;

Alfano 1980; Konig dan Hoogendoorn, 1982 dalam Suwelo, 1992).

Tahap kerusakan gigi biasanya diawali dengan sedikit kristal yang

larut dan membuat daerah kecil pada permukaan email menjadi berpori

(tampak sebagai bercak putih). Tanpa kontrol kebersihan gigi yang baik,

maka mulailah terlihat lubang gigi. Mulanya lubang gigi tersebut sangat

kecil, tetapi karena bagian dalam dan samping lubang akan langsung

dilapisi oleh plak, proses pelarutan mineral akan berlanjut, sehingga

lubang gigi dapat bertambah besar. Lubang gigi tersebut pada dapat

Page 30: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mencapai akhir lapisan email. Asam yang berdifusi di antara kristal-

kristal email sudah mulai melarutkan dentin di bawahnya, sehingga proes

kerusakan gigi berlangsung lebih cepat dan ada kemungkinan gigi mulai

sakit. Tahap akhir adalah saat kerusakan gigi sudah melewati lapisan

email dan dentin, dan mencapai bagian saraf yang disebut pulpa. Pada

kondisi ini, gigi mulai benar-benar sakit, berubah dari rasa sakit yang

tajam atau rasa sakit yang tiba-tiba bila ada rangsangan manis, panas atau

dingin, menjadi rasa sakit yang terus-menerus atau rasa sakit yang

berdenyut-denyut. Rasa sakit ini dapat mengganggu tidur, menyebabkan

kelelahan, mengganggu pekerjaan atau konsentrasi mental (Besford,

1996).

Perasaan yang sakit terus menerus karena infeksi pada pulpa gigi

disebut peradangan pulpa atau pulpitis. Peradangan pada organ bukan

merupakan proses fisiologi, biasanya akan ditemui suatu peperangan

antara tubuh dengan bakteri, yang dapat menimbulkan nanah. Apabila

tubuh tidak dapat mempertahankan, bakteri akan berjalan terus sampai

seluruh pulpa hancur dan akan berwarna kehitaman, serta mengeluarkan

bau busuk yang khas. Keadaan yang demikian dinamakan gangraen

pulpa. Kondisi pulpa yang sudah mati, tidak menimbulkan rasa sakit,

sehingga pasien lupa untuk merawat giginya. Bakteri tetap bertahan

hidup dan menjalar ke arah periodontium. Reaksi tubuh terhadap aksi

penghancuran bakteri akan menyebabkan rasa sakit timbul kembali.

Akhirnya, bakteri akan membentuk dua macam pembengkakan yang

tergantung daya tahan tubuh penderita. Pembengkakan pada ujung akar

Page 31: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

yang berbentuk kantung biasanya disebut granulom, dan juga

pembengkakan yang merupakan kista (Tarigan, 1995). Granuloma

merupakan sumber infeksi untuk jaringan sekitar gigi maupun untuk

organ-organ tubuh lainnya seperti ginjal, jantung, mata (Tomasowa,

1995).

Gigi berlubang yang termasuk dalam kategori D, pada

pemeriksaan DMF-T adalah: 1) pada pit dan fissure maupun permukaan

halus gigi; 2) ada kerusakan lunak pada dasar dan dinding kavitas; 3)

enamel underminded; 4) tumpatan sementara; 5) sekunder karies; dan 6)

pada permukaan akar gigi maupun sisa akar. Pada satu gigi mengalami

karies lebih dari satu permukaan gigi, hanya dihitung sebagai satu

“decayed”. Begitupun untuk keparahan dalamnya kerusakan gigi, akan

dianggap sama sebagai decayed (Depkes RI, 2001).

Seperti halnya penyakit lain, gigi berlubang merupakan suatu

penyakit yang bisa dicegah. Banyak metode pencegahan telah

diupayakan untuk mencegah terjadinya karies, yang dianjurkan dan

sering dilakukan oleh masyarakat adalah menyikat gigi secara teratur,

pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor, mengatur pola makan dan

pemberian fluor melalui air minum, tablet fluor dan lain sebagainya

(Lestari dan Boesro, 1995).

a) Menggosok gigi

Menggosok gigi adalah cara yang paling efektif dan praktis

untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik (Lin dalam

Roeslan dkk., 1995). Tujuan menggosok gigi adalah membersihkan

deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi (Nio, 2003). Alat-alat

Page 32: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menggosok gigi. Alat-alat yang digunakan dalam menggosok gigi

adalah: sikat gigi, gelas kumur, cermin, pasta gigi.

b) Pemberian fluor

Fluor adalah elemen yang mutlak diperlukan untuk pencegahan

karies gigi. Fluor berperan dalam mencegah karies gigi yaitu dengan

meningkatkan daya tahan lapisan gigi dan melindungi daerah yang

rentan terserang karies dengan cara mengurangi kelarutan email dalam

asam. (Roeslan dkk., 1995)

c) Mengatur pola makanan

Mengkonsumsi buah berserat merupakan tindakan kontrol plak

secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis yaitu makanan berserat

perlu dikunyah lebih lama sebelum ditelan, sehingga secara langsung

mengikis plak, dan juga produksi saliva lebih banyak yang berperan

sebagai pembersih gigi. Secara kimiawi yaitu makanan berserat

berperan untuk menstabilkan PH di dalam rongga mulut, sehingga

dapat mencegah terbentuknya plak gigi (Malayahati dan Lestari,

2004).

d) Kontrol kesehatan gigi

Pemeliharaan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut lebih

efektif dilakukan di rumah dibandingkan oleh tenaga kesehatan gigi

(Besford, 1996). Meskipun demikian, masyarakat tetap dianjurkan

untuk datang ke fasilitas kesehatan gigi, karena tidak semua tindakan

perawatan dapat dilakukan sendiri oleh pasien, misalnya pembersihan

karang gigi (Nio, 2003).

Page 33: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Masalah gigi dan mulut memang tak masuk dalam daftar

penyakit mematikan. Kondisi itulah yang membuat sebagian

masyarakat mengesampingkan upaya mencegah bahkan juga

mengobati penyakit gigi dan mulut. Pihak sekolah maupun keluarga

belum memberikan dukungan optimal pada upaya menjaga kesehatan

mulut dan anak. Padahal, pada usia belia justru upaya edukasi dan

pencegahan lebih efektif. Sekolah maupun keluarga, sebagai

lingkungan terdekat anak, sejak dini harus mendidik anak untuk

disiplin menggosok gigi minimal dua kali sehari, sesudah makan dan

sebelum tidur. Anak pun harus dibiasakan memeriksakan giginya

setiap enam bulan. Kendati sebagian besar sekolah di Indonesia telah

memiliki program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang didalamnya

meliputi Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG), namun kegiatan itu

belum terlaksana optimal. Hal itu terkait dengan keterbatasan fasilitas

serta kurangnya pengetahuan pihak sekolah. Kondisi yang demikian

diperparah dengan minimnya dukungan yang keluarga, membuat

kesehatan gigi anak makin tak terpehatikan. Guru dan orang tua secara

teratur memeriksa kesehatan gigi anak, memberikan sosialisasi dan

jika ada masalah, segera mengkonsultasikannya pada dokter gigi.

Upaya itu juga termasuk program pemeriksaan ke dokter gigi enam

bulan sekali (Zatnika, 2009).

Page 34: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3) M (missing)

Gigi dalam mulut merupakan bagian yang penting dari organ

pernafasan, pencernaan, bicara dan untuk mempertahankan kecantikan.

Nilai dari satu gigi harus dipertimbangkan secara umum tidak hanya dari

segi estetik, tetapi karena gigi tersebut harus dilakukan pencabutan

karena gigi tersebut merupakan penyebab suatu penyakit, penghambat

fungsi pengunyahan dan menimbulkan gangguan kesehatan (Tarigan,

1989). Pencabutan gigi tetap merupakan alternatif tindakan terakhir

dalam perawatan kesehatan gigi. Apabila gigi dicabut maka fungsi gigi

akan hilang atau minimal berkurang. (Tomasowa, 1995).

Tanggalnya gigi tetap merupakan suatu masalah. Gigi yang

bersebelahan dengan bekas pencabutan, mengakibatkan terbentuknya

celah antara gigi yang bergeser tadi dengan gigi sebelahnya dan makanan

dapat masuk ke dalam celah tadi sehingga membahayakan gusi. Dalam

sebagian kecil keadaan, perubahan posisi gigi ini menyebabkan

perubahan cara pengunyahan, sehingga otot rahang dapat menjadi sakit,

dan dapat menimbulkan sakit kepala, sendi rahang berbunyi, terbatasnya

permukaan mulut dan lain-lain. Gigi dari rahang lawannya dapat turun ke

bekas pencabutan sehingga menghambat gerakan pengunyahan. Selain

itu, bila celah terlihat, penampilan juga kurang menarik (Maulani, 2005).

4) F (filling)

Proses perusakan gigi dimulai pada email gigi. Agar keadaan ini

tidak berkembang ke arah keparahan, kavitas perlu dijaga kebersihan dan

dirawat dengan tumpatan (Frencken dkk, 1999). Selain mencegah

penjalaran karies, penambalan juga bertujuan untuk mengembalikan

Page 35: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

bentuk dan fungsi gigi. Tumpatan harus memenuhi persyaratan antara

lain tidak mengiritasi pulpa, toksisitas sistemik rendah, kariostatis,

sebaiknya tidak larut dalam saliva, kuat menahan beban pengunyahan,

mempunyai sifat estetis yang baik, sebaiknya terjadi adhesi antara bahan

tambal dengan enamel dan dentin (Machfoedz, 2006).

Proses penambalan tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien, tetapi

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi. Secara umum, karies

dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam

waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan

karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan (Maulani, 2005). Seseorang dianjurkan untuk

periksa gigi secara rutin minimal 6 bulan sekali untuk mendeteksi dini

karies dan segera dilakukan tindakan untuk menghambat penjalaran

karies (Rahmadhan, 2010).

5) Pengukuran

Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT). Semua

gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya

tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak

menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi

yang karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan

kemudian dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi susu

hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled

tooth). Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a) Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

Page 36: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b) Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen

dimasukkan dalam kategori D.

c) Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D

d) Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam

kategori M.

e) Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan

perawatan ortodonti TIDAK dimasukkan dalam kategori M.

f) Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.

g) Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam

kategori F.

h) Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi TIDAK

dimasukkan dalam kategori M.

b. PTI (Performance Treatment Index)

Performance Treatment Index (PTI) dalam istilah umumnya adalah

angka mempertahankan gigi tetap seseorang. Menurut WHO, indeks usia

untuk mengukur gigi tetap adalah umur 12 tahun, 18 tahun 35 – 44 tahun,

dan 65 – 74 tahun. Usia 12 tahun menjadi sangat penting karena merupakan

usia anak-anak yang mudah dijangkau sebelum anak-anak meninggalkan

sekolah dasar; juga kemungkinan besar semua geligi tetap pada usia ini

telah tumbuh kecuali molar ke tiga (Depkes RI, 2001).

PTI dapat diperoleh dengan rumus berikut :

PTI = Jumlah F – T (Filled teeth)

X 100% Total DMF-T

Page 37: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c. OHI-S (Oral Higiene Index Simplified).

OHI-S (Oral Higiene Index Simplified) adalah skor atau nilai

pemeriksaan gigi dan mulut (Green and Vermillion) dengan menjumlahkan

Debris Index (DI) dan calculus index (CI) (Depkes RI, 1997). Debris Index

(DI) adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa

makanan yang melekat pada gigi penentu, Calculus Index (CI) adalah skor

dari endapan keras (karang gigi) terjadi karena debris mengalami

pengapuran yang melekat pada gigi penentu (Depkes RI, 2000).

1) Debris Index (DI)

Debris adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan

mikro organisme yang berkembang biak dalam suatu matrik yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, bila seseorang

mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Nio, 2003). Debris Index (DI)

adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan

yang melekat pada gigi penentu (Depkes RI, 2001). Pemeriksaan untuk

menilai banyaknya debris dilakukan pada gigi-gigi penentu saja, dan

hanya pada permukaan tertentu dari gigi-gigi tersebut. Permukaan gigi

yang diperiksa adalah permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas,

permukaan labial insisif pertama permanen kanan atas, permukaan bukal

gigi molar pertama kiri atas, permukaan lingual gigi molar permanen kiri

bawah, permukaan labial gigi insisif permanan kiri bawah, dan

permukaan lingual gigi molar permanen gigi kanan bawah (Nio, 2003).

Debris dapat diartikan juga sebagai plak yang sangat tipis yaitu

lapisan lunak tidak berwarna melekat erat pada permukaan gigi,

tambalan, karang gigi (Houwink, 1993). Plak berisikan mikro organisme

Page 38: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

leukosit– leukosit bahan-bahan kimia yang berasal dari air ludah dan sisa

makanan (Machfoed dkk., 2006). Secara sederhana plak adalah endapan

tipis yang melekat pada permukaan gigi, yang terdiri dari bahan perekat

dan kuman. Bakteri yang terdapat pada permukaan luar dari plak adalah

bakteri aerob sedang pada bagian dalam adalah bakteri anaerob.

Terbentuknya plak gigi diawali dengan pembentukan acquired pellicle,

yaitu lapisan tipis yang menutupi lapisan email, tembus cahaya dan tidak

mengandung bakteri serta tidak mempunyai struktur tertentu. Setelah

aquired pelicle terbentuk bakteri mulai berproliferasi di atas permukaan

pelicle yang telah mengandung kuman dan akan menjadi bagian dari

plak.

Plak gigi yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan

gingivitis, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah bakteri

patogen yang menghasilkan bahan toxis (Houwink, 1993). Pada dasarnya

plak dapat dikontrol dengan penggunaan alat mekanis dan kimiawi.

Membersihkan gigi dan mulut secara mekanis adalah membersihkan plak

oleh tindakan psikomotor pasien secara teratur, plak dibersihkan dengan

sikat gigi, tusuk gigi dan benang gigi (Tan, 1993). Tindakan

membersihkan gigi dan mulut secara kimiawi dapat dilakukan dengan

menggunakan antibiotik dan senyawa anti bakteri, selain antibiotik untuk

mencegah kolonisasi bakteri pembentukan plak, untuk mencegah

pembentukan matrik plak dapat digunakan enzim dextranase yang dapat

menghidrolisa dextran yang terbentuk oleh streptokokus dalam plak.

Antibiotik dapat digunakan sebagai obat kumur dapat diaplikasikan

Page 39: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

secara lokal, ada beberapa antibiotik mempunyai potensi mencegah atau

mengurangi pembentukan plak misalnya tetrasiklin dan penisilin tetapi

memiliki efek samping bila digunakan secara terus menerus. Penggunaan

antibiotik dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya bakteri

yang resisten terhadap antibiotik tersebut (Nio, 2003).

Pengukuran DI dilakukan sesuai dengan kriteria yang diajukan

oleh Green dan Vermilion (Nio, 2003), yaitu sebagai berikut:

a) Menentukan gigi penentu untuk pemeriksaan Debris Indeks (DI),

yaitu pada rahang atas pada gigi 6 kanan kiri permukaan bukal dan

gigi 1 kanan permukaan labial, sedangkan pada rahang bawah gigi 6

kanan kiri permukaan lingual dan gigi 1 kiri permukaan labial.

b) Menghitung nilai debris, sesuai dengan kriteria pada tabel 1.

Tabel 2.1 Kriteria Debris Index

Nilai Keterangan

0 Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada pewarna ekstrinsik.

1

a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau 1/3 permukaan gigi dari tepi gingival atau gusi.

b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, akan tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.

2 Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut, seluas > 1/3 tetapi 2/3 permukaan gigi dari tepi gingival atau gusi.

3 Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas > 2/3 permukaan gigi dari tepi gingival atau gusi.

Page 40: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Hasil pemeriksaan kemudian dijumlah. Untuk mengetahui

debris Indeks (DI), diperoleh dengan rumus :

DI = Jumlah Nilai Debris

Jumlah Gigi yang Diperiksa

2) Calculus Index (CI)

Calculus Index (CI) adalah skor dari endapan keras pada gigi

penentu (Depkes RI, 2001). Karang gigi adalah suatu endapan keras

terletak pada permukaan gigi berwarna mulai dari kuning-kekuningan,

coklat-kecoklatan sampai hitam-kehitaman dan mempunyai permukaan

yang kasar.

Karang gigi ada 2 jenis yaitu supragingiva calculus dan

subgingiva calculus. Supragingiva calculus yaitu karang gigi yang

menempel pada permukaan gigi diatas gusi. Warnanya putih kekuningan

bila warnanya gelap kehitaman hal tersebut disebabkan karena orang

tersebut merokok atau mengunyah tembakau dapat juga disebabkan zat

warna dari bakteri (Chromomeric bacteri). Terbentuk dari pengendapan

bahan-bahan mineral yang terdapat dalam ludah pada keadaan tertentu.

Sedangkan subgingiva calculus yaitu karang gigi yang terletak dibawah

gusi, jadi tidak tampak dari luar. Ini lebih padat dan keras. Warnanya

coklat tua atau hijau tua gelap, kehitaman.

Terbentuknya karang gigi karena antar plaque dan karang gigi

terdapat hubungan yang erat sekali sehingga tidak dapat dipisahkan satu

sama lainnya, plaque yang tinggal terlalu lama pada permukaan gigi akan

mengeras menjadi karang gigi. Penyebab ini berasal dari pengendapan

Page 41: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

bahan-bahan kasar, air ludah dan serum darah akibat adanya peradangan.

Karang gigi mempunyai permukaan yang kasar sehingga sisa-sisa

makanan dan air ludah melekat pada permukaan gigi tersebut.

Selanjutnya karang gigi akan terus terbentuk dan bertambah besar

sehingga dapat menutupi sebagian permukaan gigi dan juga

kepermukaan akar gigi dibawah tepi gusi. Apabila keadaan ini dibiarkan

lebih lanjut, maka karang gigi ini menimbulkan kelainan jaringan

periodontal.

Akibat yang ditimbulkan dari karang gigi yaitu

a) Karang gigi dapat mengakibatkan radang gusi atau gingivitis dengan

ditandai gusi berwarna merah,bengkak dan mudah berdarah.

b) Radang gusi apabila tidak dirawat akan menjalar kejaringan

pendukung gigi yaitu periodontitis

c) karang gigi menyebabkan bau mulut yang tidak sedap

Karang gigi tidak dapat dibersihkan dengan hanya menggosok

gigi atau kumur-kumur dengan obat kumur melainkan dengan perawatan

scaling. Scaling adalah suatu tindakan pembersihan plak gigi, kalkulus

dan deposit-deposit lain dari permukaan gigi. Penghalusan akar

dilakukan untuk mencegah akumulasi kembali dari deposit-deposit

tersebut. Tertinggalnya kalkulus supragingiva maupun kalkulus

subgingiva serta ketidak sempurnaan penghalusan permukaan gigi dan

akar gigi mengakibatkan mudah terjadi rekurensi pengendapan kalkulus

pada permukaan gigi. Scaling subgingiva lebih sulit dilakukan daripada

Page 42: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

scaling supragingiva karena sangat diperlukan kepekaan perabaan.

Keberhasilan tindakan pembersihan di daerah subgingiva menyebabkan

hilangnya peradangan, terjadi penyembuhan lesi periodontal melalui

proses pengerutan gusi serta regenerasi jaringan periodontium yang

rusak. Scaling dan penghalusan akar dapat dilakukan menggunakan alat

tangan atau alat ultrasonik.. Penggunaan scaler yang tidak hati-hati dapat

menimbulkan kerusakan tepi gingiva atau sering masih dijumpai adanya

kalkulus. Tepi gingiva rusak oleh bagian tajam scaler akibat tekanan

serta arah gerakan yang salah dan tanpa tumpuan di tempat yang tepat

sehingga menimbulkan celah gingiva. Keadaan ini mengakibatkan terjadi

peradangan dengan rasa perih dan sakit. Beberapa peneliti

membandingkan scaling menggunakan alat tangan dan alat ultrasonik.

Mereka menyimpulkan bahwa scaler ultrasonik efektif membersihkan

deposit bakteri subgingiva pada permukaan gigi. (Lelyati, 2006)

Kalkulus sub gingival terutama terdiri dari bakteri anaerobik.

Prosedur untuk mengatasinya root planing, terapi khusus untuk

menghilangkan cementum dan permukaan dentin yang ditumbuhi

kalkulus, mikroorganisme, serta racun-racunnya. Tindakan ini dilakukan

setelah kalkulus bersih dari permukaan gigi dan akarnya. Pada sub

gingival kalkulus biasanya terjadi kantong, dengan kedalaman kantong

mencapai 0,5 cm. Pada kondisi yang demikian perlu dilakukan kuretase

untuk membentuk luka baru. Luka baru ini dibentuk dengan tujuan untuk

merekatkan kembali gigi yang sudah sehat lebih erat lagi ke gigi

(Julianti, dkk., 2008).

Page 43: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pengukuran CI dilakukan sesuai dengan kriteria yang diajukan

oleh Green dan Vermilion (Nio, 2003), yaitu sebagai berikut:

a) Menentukan gigi penentu untuk pemeriksaan Calculus Index (CI),

yaitu pada rahang atas pada gigi 6 kanan kiri permukaan bukal dan

gigi 1 kanan permukaan labial, sedangkan pada rahang bawah gigi 6

kanan kiri permukaan lingual dan gigi 1 kiri permukaan labial.

b) Menghitung nilai kalkulus, dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kriteria Calculus Index

Nilai Keterangan

0 Tidak ada karang gigi.

1 Pada permukaan gigi ada karang gigi supra gingival yang menutupi gigi tidak lebih dari 1/3 permukaan dari tepi gingiva atau gusi.

2

a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supra gingival < 2/3 permukaan dari tepi gingiva atau gusi.

b. Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival.

3

a. Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supra gingival yang menutupi permukaan dari tepi gingival atau gusi.

b. Sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi dan melingkari seluruh servikal (continuous band of subgingival calculus).

B. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Kesehatan Gigi

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

Page 44: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

respon/reaksi seorang individu terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Respon

ini dapat bersifat pasif yang tercermin dalam fikiran, pendapat dan sikap,

sedangkan respon aktif dapat dilihat dari tindakan. Sesuai dengan batasan ini,

perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan, sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan

dengan kesehatan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan langsung lama

(Notoatmodjo, 2005).

Perilaku kegiatan pelihara diri yang dapat dilakukan perorangan dalam

masyarakat meliputi: Pelaksanaan hygiene mulut yang memadai yaitu dengan

menyikat gigi, Mengkonsumsi makan yang tepat misalnya makan sayuran atau

buah buahan, Menghindari kebiasaan yang tidak baik untuk kesehatan gigi dengan

makan manis dan melekat seperti permen dan coklat, Pemeriksaan diri sendiri dan

mencari pengobatan yang tepat sedini mungkin yaitu membiasakan untuk control

secara rutin ke klinik gigi dan mulut, Mematuhi nasehat – nasehat yang diberikan

tentang kesehatan gigi dan mulut dari tenaga professional kesehatan gigi dan

mulut (Depkes RI, 2000). Perilaku kesehatan terdiri dari beberapa aspek yaitu:

perilaku pencegahan penyakit, perilaku penyembuhan penyakit bila sakit, antara

lain berobat gigi segera setelah sakit dan menambal gigi sebelum gigi berlubang

semakin parah, dan pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

(Notoatmodjo, 2005).

Page 45: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Perilaku dipengaruhi terdiri atas komponen pengetahuan dan sikap

(Santoso, 2004). Pengetahuan dan sikap tentang pencegahan gigi dan mulut

meliputi pelaksanaan hygiene mulut yang memadai diwujudkan dalam bentuk

kebersihan gigi dan mulut yang baik, diukur dengan indeks kebersihan gigi (OHI-

S). Pengetahuan dan sikap tentang penyembuhan penyakit bila sakit yaitu berobat

gigi segera setelah sakit dan menambal gigi sebelum gigi berlubang semakin

parah diukur dengan pengalaman penyakit gigi (DMF-T) dan mempertahankan

PTI. OHI-S, DMF-T dan PTI merupakan indikator status kesehatan gigi.

C. Penelitian yang Relevan

Sejauh ini penelitian, pengetahuan dan sikap anak usia sekolah perilaku

yang berhubungan dengan status kesehatan gigi belum banyak dilakukan.

Penelitian lain yang relevan dan pernah dilakukan antara lain :

Tabel 2.3 Penelitian – penelitian tentang pengetahuan dan sikap serta status kesehatan gigi

No Penelitian Desain Responden Hasil

1 Chemiawan E. 2004 Prevalensi Nursing Mouth Caries Pada Anak Usia 15-60 bulan berdasarkan frekuensi penyikatan gigi di Posyandu Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kab. Bandung

Deskriptif dg teknik survey

Anak usia 15 -60 bln

Prevalensi karies tertinggi pd anak dg frekuensi penyikatan gigi 1x (31,55%) diikuti penyiktn gg 2x (23,03%) dan penyikatn 3x (2,2%).

2 Sariningrum E., 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Balita Usia 3 – 5 tahun dengan Tingkat Kejadian Karies di PAUD Jatipurno.

Deskriptif Analitik

Anak usia 3-5 tahun

Menunjukkan indeks plak rata-rata 2.34, 80.6% anak mengalami karies dengan def-t rata-rata 5.60, def-s rata-rata 12.47.

3 Prevalensi karies pada anak sekolah dasar Riyadh Saudi dan 'pengetahuan, sikap dan praktek kesehatan mulut guru mereka

Survei Siswa dan Guru SD Riyadh

Prevalensi karies sebanyak 94,4%, rata-rata DMF-T 6,3, rata-rata D = 4,9, M = 1,1 dan F = 0,3.

Page 46: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan gambaran antara konsep-konsep spesifik

yang berbeda-beda ingin diteliti dan bersumber dari konsep teoritis yang telah

dijabarkan. Gambaran kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

E. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan DMF-T pada anak usia sekolah

dasar di wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

Pengetahuan

Sikap

Sosial Budaya

Pendidikan

Ketersediaan Fasilitas

Status Kesehatan Gigi - Decayed Missing Filling

Teeth (DMF-T) - Performance Treatment

Index (PTI) - Oral Hygiene Index

Simplified (OHI-S)

Page 47: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan PTI pada anak usia sekolah dasar di

wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan OHI-S pada anak usia sekolah dasar

di wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

4. Ada hubungan antara sikap dengan DMF-T pada anak usia sekolah dasar di

wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

5. Ada hubungan antara sikap dengan PTI pada anak usia sekolah dasar di

wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

6. Ada hubungan antara sikap dengan OHI-S pada anak usia sekolah dasar di

wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

Page 48: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional yaitu untuk menggambarkan pola

distribusi penyakit dan determinan menurut populasi, letak geografik, dan waktu.

Teknik pengumpulan data dengan pendekatan cross sectional, artinya mempelajari

hubungan penyakit dan paparan pada individu dari populasi tunggal pada satu

periode (Murti, 1997).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sawit I Kecamatan Sawit

Kabupaten Boyolali selama 6 bulan, pada bulan April s/d September 2011.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen/subyek riset. Populasi sasaran pada

penelitian ini adalah siswa kelas VI SD di wilayah kerja Puskesmas Sawit I yaitu

422 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sebelum peneliti menentukan

sampel terlebih dahulu disusun kerangka pencuplikan (sampling frame) yang

berisikan nama-nama subyek populasi aktual yang akan dicupleik untuk

Page 49: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

memperoleh sampel (Murti, 1997). Penentuan jumlah sampling frame dihitung

dengan menggunakan rumus dari Ridwan (2003).

n = 岐岐.乒潜嫩囊

Di mana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e2 = presisi yang ditetapkan

Diketahui jumlah siswa SD kelas VI yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Sawit I adalah N = 422 siswa, dengan presisi yang ditetapkan 1%. Berdasarkan

rumus tersebut diperoleh populasi sasaran (n) yang akan diperoleh adalah sebagai

berikut:

n = 㑨ĖĖ㑨ĖĖ.在,囊潜嫩囊

= 㑨ĖĖ纵闹,ĖĖ邹

= 82 responden

Berdasarkan hasil perhitungan maka kerangka penculikan (sampling frame)

adalah 82 responden.

Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel purposive

sampling. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VI SD di wilayah kerja

Puskesmas I Sawit pada tahun ajaran 2011-2012 yang memenuhi kriteria :

a. Tidak ada kelainan

b. Berusia minimal 12 tahun pada saat dilaksanakan pemeriksaan

c. Gigi tetap yang tumbuh minimal 28 gigi

Berdasarkan kriteria di atas, maka dari sampling frame yang memenuhi kriteria

sebanyak 33 responden.

Page 50: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri atas :

1. Variabel bebas

a. Pengetahuan

b. Sikap

2. Variabel terikat

Status kesehatan gigi dan mulut yang terdiri atas DMF-T, PTI, dan OHI-S.

E. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah pengetahuan siswa tentang cara menjaga kebersihan gigi dan

mulut, cara mencegah dan merawat gigi berlubang. Alat pengukurnya adalah

kuesioner, apabila pertanyaan dijawab benar maka diberi nilai satu, sedangkan

jawaban salah diberi nilai 0. Skala penelitian yang digunakan adalah rasio.

2. Sikap adalah keinginan dan kecenderungan siswa yang berkaitan dengan perasaan

dan pikirannya untuk bereaksi melakukan menjaga kebersihan gigi dan mulut,

serta mencegah dan merawat gigi berlubang. Variabel penelitian diukur dengan

kuesioner dengan pertanyaan tertutup, dengan memilih jawaban sesuai dengan

Skala Guttman Setuju (S), Tidak setuju (TS) dengan kriteria penilaian yaitu

jawaban setuju bernilai 1, jawaban tidak setuju bernilai 0 (Sugiyono, 2011). Sikap

diukur dengan skala rasio.

3. Status kesehatan gigi adalah pencapaian skor pengalaman karies (DMF-T), indeks

mempertahankan gigi (PTI) dan kebersihan gigi (OHI-S).

a. DMF-T, adalah jumlah karies aktif baik yang sudah mendapat perawatan

ataupun belum mendapat perawatan. DMF-T diperoleh melalui pemeriksaan

Page 51: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dengan diagnostic set yang meliputi kaca mulut datar dan sonde. DMF-T

diukur dengan skala rasio. Untuk keperluan analisis deskriptif maka

dikategorikan sebagai berikut (Depkes RI, 2000):

1) Baik jika DMF-T < 2

2) Buruk jika DMF-T > 2

b. PTI, adalah jumlah gigi karies yang telah dilakukan penambalan yang baik

dibagi dengan pengalaman karies yang pernah dialami. PTI diperoleh melalui

pemeriksaan dengan diagnostic set yang meliputi kaca mulut datar dan sonde.

PTI diukur dengan skala rasio. Untuk keperluan analisis deskriptif, PTI

dikategorikan sebagai berikut (Depkes RI, 2000) :

1) Baik jika PTI > 20%

2) Buruk jika PTI < 20%

c. OHI-S, adalah status kebersihan gigi dan mulut yang diperoleh dari jumlah

kalkulus indeks dan debris indeks yang diperiksa berdasarkan kriteria green

dan vermilion. Pemeriksaan dilakukan dengan diagnostic yang meliputi kaca

mulut dan sonde. OHI-S diukur dengan skala rasio. Untuk keperluan analisis

deskriptif, maka OHI-S dikategorikan sebagai berikut (Depkes RI, 2000) :

1) Baik jika hasil pemeriksaan 0 – 1,2

2) Sedang jika hasil pemeriksaan 1,3 – 3

3) Buruk jika hasil pemeriksaan > 3

F. Sumber Data Penelitian

Ada dua jenis sumber data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu

data primer dan data sekunder.

Page 52: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan alat ukur pada masing-masing variabel. Data primer pada penelitian

ini meliputi sikap, pengetahuan, DMF-T, OHI-S dan PTI.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengkaji dokumen-

dokumen yang telah tersedia/ada sebagai penunjang. Data sekunder diperlukan

untuk melengkapi data primer, yang berupa gambaran umum daerah atau lokasi

penelitian yang diperoleh dari data yang sudah tersedia pada SD di wilayah kerja

Puskesmas Sawit I.

G. Alat Ukur Penelitian

Variabel independen yang berupa pengetahuan dan sikap diukur dengan

kuesioner. Kuesioner terdiri dari 20 item pertanyaan yaitu 10 pernyataan tentang

pengetahuan dan 10 pernyataan tentang sikap. Peryataan yang diberikan bersifat

favorable (bersifat positif) dan bersifat unfavorable (bersifat negatif).

Pada pernyataan pengetahuan, untuk pernyataan yang bersifat favorable, maka

jawaban “Benar” diberi nilai 1, jawaban “Salah” diberi nilai 0, sedangkan untuk

pernyataan yang bersifat unfavorable, cara penilaiannya adalah kebalikan dari

favorable jawaban “Benar” diberi nilai 0, jawaban “Salah” diberi nilai 1. Pada

pernyataan sikap, untuk pernyataan yang bersifat favorable, maka jawaban “Setuju”

diberi nilai 1, jawaban “Tidak Setuju” diberi nilai 0, sedangkan untuk pernyataan

yang bersifat unfavorable, cara penilaiannya adalah kebalikan dari favorable

jawaban “Setuju” diberi nilai 0, jawaban “Salah” diberi nilai 1.

Adapun kisi-kisi kuesioner seperti pada tabel 4 berikut :

Page 53: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 3.1 Kisi-kisi Validitas Isi (Content Validity) Kuesioner Penelitian Pengetahuan dan Sikap Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Status Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit I

No. Pernyataan Kategori Nomor Soal

1. Pengetahuan Favorable 1, 3, 5, 7, 9 Unfavorable 2, 4, 6, 8, 10 2. Sikap Favorable 2, 4, 6, 9 Unfavorable 1, 3, 5, 7, 8, 10

Sebelum digunakan sebagai alat penelitian, kuesioner diuji coba pada subyek

penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji tersebut dilakukan

terhadap 10 responden pada siswa SD di wilayah kerja Puskesmas Sawit I.

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Berarti, validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Semakin tinggi nilai validitas, maka

semakin bisa diandalkan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Dalam

uji validitas (content validity), analisis setiap butir pertanyaan dilakukan dengan cara

menghitung korelasi antara skor butir instrumen terhadap total skor

pertanyaan/pernyataan dengan mengunakan uji Pearson Product Moment. Item

pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r lebih kecil atau sama dengan 0,05

(Ghozali, 2001). Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh semua pertanyaan

baik pengetahuan dan sikap diperoleh nilai r < 0,05, sehingga pertanyaan untuk 10

pertanyaan pengetahuan dan 10 pertanyaan sikap valid sebagai pertanyaan penelitian.

Uji reliabilitas adalah indeks yang menggunakan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain reliabilitas

menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Page 54: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Instrumen yang reliable mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik

sehingga bisa dipercaya untuk mengungkap data (Notoatmodjo, 2005). Uji

reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal consistency yaitu melakukan uji coba

instrument satu kali saja kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan tehnik

tertentu. Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan teknik Alpha Cronbach.

Instrumen penelitian dinyatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach lebih

dari 0,60.

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data variable sikap dan pengetahuan dilakukan memberikan

kuesioner kepada responden. Pengumpulan data status kesehatan gigi dan mulut

dilakukan dengan observasi.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dikerjakan dengan

proses:

1. Editing, adalah kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa kembali jawaban dari

responden, yang dilakukan pada tempat survey karena bila ada kekurangan dapat

segera dilengkapi. Langkah ini dilakukan untuk mengecek kelengkapan data,

kesinambungan dan keseragaman data.

2. Coding Setiap alternatif jawaban diberikan kode yang ditulis dalam lembar kode

untuk mempermudah dalam proses pengolahan data

Page 55: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3. Scoring adalah kegiatan untuk memberikan skor atau nilai sesuai dengan skor

yang telah ditentukan di kuesioner. Total skor didapatkan dari hasil penjumlahan

skor masing-masing pertanyaan

4. Entry data, yaitu memasukkan data yang sudah diperoleh kedalam program

komputer.

5. Tabulating, merupakan kegiatan ini dilakukan dengan membuat tabel distribusi

frekuensi dan tabulasi silang pada masing-masing variabel penelitian

Dari hasil penelitian data yang sudah selesai dikumpulkan, diolah kemudian

dilakukan analisis sebagai berikut:

1. Analisis univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui apakah konsep yang kita ukur

siap untuk dianalisis dan mengurangi adanya kesalahan dalam pengambilan data.

Analisis dilakukan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi jawaban

pengetahuan, sikap, dan status kesehatan gigi meliputi DMF-T, OHI-S dan PTI.

2. Analisis bivariat

Langkah kedua setelah analisis univariat untuk melihat hubungan antara

variabel pengetahuan dan sikap, dengan status kesehatan gigi.

a. Analisis Bivariat secara Deskriptif

Analisis bivariat secara deskriptif dilakukan dengan cara grafik hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat.

b. Analisis Bivariat secara Analitik

Analisis bivariat secara analitik dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

bebas dan variabel terikat yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Page 56: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1) Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji statistik antara dua variabel, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov Test untuk

mengetahui apakah sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau bukan. Dikatakan berdistribusi normal apabila p value dari

Kolmogorof Smirnov Test lebih dari 0,05 dan berdistribusi tidak normal

apabila p value kurang dari 0,05. Apabila data berdistribusi normal, maka

dilanjutkan dengan Pearson Product Moment, dan apabila data berdistribusi

tidak normal, maka dilanjutkan dengan Korelasi Rank Spearman.

a) Uji Korelasi Product Moment

Uji ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat yang berskala rasio, dimana sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

Rumus :

})(}{)({

))(()(2222 åååå

å å å--

-=

yynxxn

yxxynrxy

Dimana :

rxy = Korelasi antara variabel x dan y

n = Jumlah sampel

x = Variabel bebas

y = Variabel terikat

åxy = Jumlah perkalian antara x dan y

Page 57: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Interpretasi :

Nilai r berkisar antara –1 dengan 1, apabila nilai r positif (+) maka

dikatakan kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif dan apabila

didapat nilai negatif (-), maka korelasi bersifat negatif. Sedangkan

apabila nilai r sama dengan 0 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b) Uji Korelasi Rank Spearman

Korelasi ini digunakan untuk menguji variabel bebas dan variabel terikat

yang minimal berskala ordinal, selain itu dapat digunakan untuk menguji

variabel bebas dan variabel terikat yang berskala interval atau rasio

dengan syarat apabila sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

Rumus :

)1(

61

2

2

--= å

nn

Brxy

Dimana :

rxy = Korelasi antara variabel x dan y

n = Jumlah sampel

x = Variabel bebas

y = Variabel terikat

åB2 = Jumlah perkalian antara x dan y

Interpretasi :

Nilai r berkisar antara –1 dengan 1, apabila nilai r positif (+) maka

dikatakan kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif dan apabila

Page 58: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

didapat nilai negatif (-), maka korelasi bersifat negatif. Sedangkan

apabila nilai r sama dengan 0 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Page 59: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian berasal dari 17 SD dan MI di wilayah kerja

Puskesmas Sawit I yang memenuhi kriteria tidak ada kelainan, berusia 12

tahun pada saat dilaksanakan pemeriksaan, dan gigi tetap yang tumbuh

minimal 28 gigi. Adapun distribusi subyek pada masing-masing SD/MI adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi subyek penelitian berdasarkan SD/MI

No. SD / MI Jumlah Subyek 1 SDN Mungup 2 2 MI Kiyaran 2 3 SDN Manjung I 2 4 SDN Manjung II 2 5 SD N Tegal Rejo 2 6 MI Tegal Rejo 2 7 SD N Bendosari I 2 8 SD N Bendosari II 2 9 SD N Karang Duren I 2 10 SD N Karang Duren II 2 11 MI Karang Duren 2 12 SD N Jatirejo I 2 13 SD N Jatirejo II 2 14 SD N Klabang 1 15 SD N Kateguhan I 2 16 SD N Kateguhan II 2 17 MI Kateguhan 2 Jumlah 33

Subyek yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 (51,5%) siswa

dan 16 (48,5%) siswa berjenis kelamin laki-laki. Distribusi subyek berdasarkan

jenis kelamin seperti pada tabel 4.2 berikut.

Page 60: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4.2 Distribusi subyek penelitian berdasarkan SD/MI

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1 Laki-laki 16 48,5 2 Perempuan 17 51,5 Jumlah 33 100

2. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur dengan menggunakan kuesioner.

Nilai yang diperoleh adalah maksimum 10, minimum 5, dengan rata-rata

7,42. Distribusi jawaban masing-masing soal adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

No. Pernyataan Benar Salah

1 Gigi yang berlubang merupakan gigi sehat 30% 70%

2 Penambalan gigi berlubang penting untuk mengembalikan fungsi gigi untuk mengunyah, berbicara, dan keindahan

85% 15%

3 Gigi yang rusak, tidak berfungsi, pernah bengkak, dan sering nyeri sebaiknya jangan dicabut

88% 12%

4. Tanda awal gigi berlubang adalah gigi yang terasa linu

97% 3%

5. Penambalan gigi sebaiknya dilakukan oleh tukang gigi keliling

30% 70%

6. Gigi yang mati atau akar sisa gigi yang tidak dicabut dapat menjadi sumber infeksi penyakit

45% 55%

7. Menggosok gigi lebih baik dilakukan pada waktu mandi daripada sehabis makan dan sebelum tidur

27% 73%

8. Menyikat gigi yang benar meliputi semua permukaan gigi bagian luar, dalam, atas dan bawah

61% 39%

9. Gusi yang sehat berwarna merah tua, bukan merah muda

15% 85%

10. Seseorang perlu memeriksakan gigi minimal sekali dalam 6 bulan

70% 30%

Page 61: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hampir semua

responden mengetahui bahwa tanda awal gigi berlubang adalah gigi terasa

linu (97%), tetapi responden banyak yang tidak mengetahui gigi yang mati

yang tidak dicabut akan menjadi sumber infeksi penyakit.

b. Sikap

Sikap responden diukur dengan menggunakan kuesioner. Nilai yang

diperoleh adalah maksimum 10, minimum 4, dengan rata-rata 7,45.

Distribusi jawaban masing-masing soal adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden

No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju

1. Saya lebih suka memiliki gigi yang berlubang daripada gigi yang utuh

12% 88%

2. Saya bersedia untuk dilakukan penambalan gigi saya yang berlubang

70% 30%

3. Saya lebih baik menolak dilakukan pencabutan terhadap gigi yang sudah rusak, menimbulkan bau dan sering bengkak

55% 45%

4. Saya ingin merawat gigi agar tidak terasa linu

76% 24%

5. Saya lebih menyukai ditambal oleh tukang gigi keliling daripada ke klinik gigi atau Puskesmas

12% 88%

6. Saya khawatir jika terjadi infeksi penyakit pada gigi saya

67% 33%

7. Saya lebih suka menyikat gigi pada waktu mandi daripada sesudah makan dan sebelum tidur

73% 27%

8. Menyikat gigi di seluruh permukaan gigi sangat merepotkan dan menyita waktu

24% 76%

9. Saya tetap bersedia menyikat gigi, walaupun gusi berdarah dan berwarna merah tua

76% 24%

10. Memeriksakan gigi yang tidak sakit secara berkala hanya merepotkan saja, lebih-lebih 6 bulan sekali.

12% 88%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat distribusi jawaban terbesar

responden adalah tidak setuju mempunyai gigi yang berlubang, ditambal

Page 62: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

oleh tukang gigi keliling dan memeriksakan gigi yang sakit merupakan hal

yang merepotkan (88%).

c. DMF-T

DMF-T merupakan indeks pengalaman karies yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan. Pemeriksaan meliputi penjumlahan gigi yang terkena

karies (D) gigi yang hilang atau indikasi cabut dan gigi yang ditambal

F.Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh skor rata-rata DMF-T = 2,18

dengan DMF-T terbanyak 5.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi DMF-T Responden

DMF-T Frekuensi Persentase

Buruk (>2) 14 42,4

Baik (< 2) 19 57,6

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden dengan

pengalaman karies baik (< 2) sebanyak 57,6% lebih besar dibandingkan

dengan responden dengan DMF-T buruk (> 2) sebanyak 42,4%.

d. PTI

PTI merupakan indeks mempertahankan gigi yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan. PTI diperoleh dengan rumus F dibagi DMF-T dikalikan

100%. Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh skor rata-rata PTI =

48,84%. Hasil kategori PTI berdasarkan pedoman pelayanan asuhan

kesehatan gigi dan mulut dari Depkes RI seperti pada tabel 4.4 berikut.

Page 63: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi PTI Responden

PTI Frekuensi Persentase

Buruk (< 20%) 6 18,2 Baik (>20%) 27 81,8

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden dengan PTI

baik (> 20%) sebanyak 81,8% lebih besar dibandingkan dengan responden

dengan PTI buruk (< 20%) sebanyak 18,2%.

e. OHI-S

OHI-S merupakan indeks kebersihan gigi yang ditunjukkan dengan

skor debris dan kalkulus yang merupakan hasil pemeriksaan pada gigi-gigi

indeks yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan OHI-S diperoleh rata-rata

1,59 (sedang). OHI-S dikategorikan berdasarkan pedoman pelayanan asuhan

kesehatan gigi dan mulut dari Depkes RI. Hasil kategori OHI-S seperti pada

tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi OHI-S Responden

OHI-S Frekuensi Persentase

Buruk (> 3) 2 6,1

Sedang (1,3 - 3) 20 60,6

Baik (0 - 1,2) 11 33,3

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa distribusi terbesar OHI-S

pada kategori sedang (60,6%) diikuti dengan kategori baik (33,3%) dan

distribusi terkecil pada kategori buruk (6,1%).

Page 64: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan DMF-T

Gambar 4.1. Hubungan Pengetahuan dengan DMF-T

Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa antara pengetahuan

dengan DMF-T terdapat hubungan yang bersifat berbanding terbalik,

dimana semakin besar nilai pengetahuan maka semakin kecil nilai DMF-T.

b. Hubungan Pengetahuan dengan PTI

Gambar 4.2 Hubungan Pengetahuan dengan PTI

Page 65: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa antara pengetahuan

dengan PTI terdapat hubungan yang berbanding lurus, dimana semakin

besar nilai pengetahuan maka semakin besar nilai PTI.

c. Hubungan Pengetahuan dengan OHI-S

Gambar 4.3. Hubungan Pengetahuan dengan OHI-S

Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa antara pengetahuan

dengan OHI-S terdapat hubungan yang berbanding terbalik, dimana

semakin besar nilai pengetahuan maka semakin kecil nilai OHI-S.

d. Hubungan Sikap dengan DMF-T

Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa antara sikap dengan

OHI-S terdapat hubungan yang berbanding terbalik, dimana semakin besar

nilai sikap maka semakin kecil nilai DMF-T.

Page 66: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 4.4 Hubungan Sikap dengan DMF-T

e. Hubungan Sikap dengan PTI

Gambar 4.5 Hubungan Sikap dengan PTI

Page 67: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa antara sikap dengan

PTI terdapat hubungan yang berbanding lurus, dimana semakin besar nilai

sikap maka semakin besar besar nilai PTI.

f. Hubungan Sikap dengan OHI-S

Gambar 4.6. Hubungan Sikap dengan OHI-S

Berdasarkan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa antara sikap dengan

OHI-S terdapat hubungan yang berbanding terbalik, dimana semakin besar

nilai sikap maka semakin kecil nilai OHI-S.

Page 68: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

g. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Kesehatan Gigi

Tabel. 4.8 Korelasi antara Pengetahuan dan Sikap dengan DMFT, PTI dan OHIS

Variabel Independen

Status Kesehatan Gigi

Koefisien Korelasi Pearson (r)

P

Pengetahuan kesehatan gigi

DMFT -0,37 0,034 PTI 0,46 0,007 OHIS -0,34 0,050

Sikap kesehatan gigi

DMFT -0,63 0,001 PTI 0,56 0,001 OHIS -0,47 0,006

Berdasarkan uji statistik korelasi Pearson antara pengetahuan

dengan DMF-T, PTI dan OHI-S diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti

terdapat hubungan antara pengetahuan dengan DMF-T, OHI-S dan PTI.

Hubungan antara pengetahuan dengan PTI (r = 0,46; p = 0,007),

sedangkan hubungan pengetahuan dengan DMF-T (r = -0,37; p = 0,034)

dan OHI-S (r = -0,34; p = 0,05). Hasil uji statistik korelasi Pearson antara

sikap dengan DMF-T, PTI dan OHI-S, diperoleh nilai p < 0,05 yang

berarti terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan DMF-T, PTI

dan OHI-S. Hubungan antara sikap dengan PTI (r = 0,56; p = 0,001),

hubungan antara sikap dengan DMF-T (r = -0,63; r = 0,001) dan OHI-S

(r = -0,47; p = 0,006).

B. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan DMF-T

Pengetahuan seorang akan menentukan perilakunya dalam hal

kesehatan. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka akan

Page 69: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tahu tindakan yang tepat apabila terserang suatu penyakit. Berdasarkan hasil

penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

DMF-T, dimana semakin tinggi nilai pengetahuan makan semakin rendah

nilai DMF-T. Pengetahuan kesehatan gigi yang baik akan terjadinya

perilaku sehat seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya

pengetahuan terhadap kesehatan dan penyakit, menyebabkan seseorang

tidak mampu untuk mencegah penyakit (karies) sehingga akan menambah

nilai D (Decay).

Setelah seseorang menderita penyakit gigi dan mulut maka penyakit

tersebut perlu dirawat, sehingga penjalaran penyakit gigi dan mulut dapat

dicegah. Perawatan yang sebaiknya dilakukan setelah adanya penyakit

adalah penambalan sehingga akan menambah nilai F (Filling). Tanpa

pengetahuan tentang perawatan penyakit gigi dan mulut, maka penyakit

yang dideritanya akan semakin parah sehingga gigi harus hilang

(M/Missing) karena pencabutan. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Yusuf (2011) pada siswa SMP dan Fa’ati pada mahasiswa FKG

UNAIR yang menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT).

2. Hubungan Pengetahuan dengan PTI

Pengetahuan seorang akan menentukan perilakunya dalam hal

kesehatan. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka akan

tahu tindakan yang tepat apabila terserang suatu penyakit. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan

Page 70: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dengan PTI, bahwa semakin baik pengetahuan anak, maka PTI-nya juga

semakin baik, yang berarti pengetahuan tentang gigi berlubang berhubungan

dengan PTI. Hasil penelitian ini ditunjang dengan pendapat Notoatmodjo

(2003), semakin meningkatnya pengetahuan seseorang maka perilaku dalam

bidang kesehatan semakin baik, termasuk didalamnya mencegah penyakit

dan mengobati penyakit. Pengobatan penyakit gigi akan mencegah

keparahan penyakit gigi, sehingga penyakit gigi dapat dihentikan

penjalarannya. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan melakukan

penambalan gigi yang akan meningkatkan nilai PTI.

3. Hubungan Pengetahuan dengan OHI-S

OHI-S (Oral Higiene Index Simplified) adalah skor atau nilai

pemeriksaan gigi dan mulut (Green and Vermillion) dengan menjumlahkan

Debris Index (DI) dan calculus index (CI) (Depkes RI, 1997). Debris Index

(DI) adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa

makanan yang melekat pada gigi penentu, Calculus Index (CI) adalah skor

dari endapan keras (karang gigi) terjadi karena debris mengalami

pengapuran yang melekat pada gigi penentu (Depkes RI, 2000). Hasil

penelitian hubungan pengetahuan dengan OHI-S menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan OHI-S (p <

0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yusuf (2011) yang

menyatakan ada hubungan bermakna pengetahuan dengan indeks oral

higiene (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah (p < 0,05).

Page 71: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Purwanto (1990) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut manfaat yang didapat adalah terjadinya perubahan

perilaku seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Termasuk juga

tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan, memilih makanan

dan sebagainya. PDGI (2005), menyatakan untuk mencapai keberhasilan

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut salah satunya melalui kemampuan

menggosok gigi secara baik dan benar dipengaruhi pengetahuan. Kebersihan

gigi dan mulut dapat dijaga baik secara mekanis maupun secara kimiawi.

Seorang anak perlu dibekali pengetahuan yang baik tentang bagaimana cara

menggosok gigi yang baik dan benar sehingga mampu membersihkan

kotoran yang ada pada giginya.

4. Hubungan Sikap dengan DMF-T

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat

emonisonal terhadap stimulus. Berdasarkan hasil penelitian terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap dengan DMF-T, dimana semakin

tinggi nilai sikap makan semakin rendah nilai DMF-T. Hal ini menunjukkan

bahwa sikap siswa SD yang positif akan berdampak pada status karies yang

positif. Sikap positif siswa SD membentuk perilaku positif terhadap

kesehatan gigi dalam bentuk pencegahan penyakit karies gigi, sehingga

tidak menambah nilai DMF-T.

Page 72: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

5. Hubungan Sikap dengan PTI

Tanda awal gejala penyakit karies adalah gangguan kenyamanan.

Gangguan tersebut merupakan stimulus untuk terbentuknya sikap pada anak

sekolah untuk segera menghilangkan rasa sakit dengan mencari pengobatan

ke sarana kesehatan. Di sarana kesehatan gigi anak akan memperoleh

pelayanan : Menghentikan rasa sakit gigi. dan penambalan gigi. Penambalan

gigi akan meningkatkan indeks mempertahankan gigi (PTI).

6. Hubungan Sikap dengan OHI-S

Hasil penelitian hubungan sikap dengan OHI-S menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan OHI-S (p < 0,05).

Kebersihan gigi dan mulut merupakan tanggung jawab individu terhadap

dirinya sendiri. Pada anak usia usia 12 tahun sudah dapat diberi tanggung

jawab dalam menjaga kebersihan gigi dibanding anak di bawahnya.

Tanggung jawab merupakan intensitas tertinggi dalam tingkatan sikap

setelah menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai

(valuing). Adanya tanggung jawab tersebut menimbulkan perilaku yang

baik terhadap kesehatan gigi dan mulutnya yaitu menjaga kebersihan gigi

dan mulutnya sehingga OHI-S tidak akan menjadi tinggi.

Page 73: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menarik beberapa kesimpulan:

1. Status kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja

Puskesmas Sawit I adalah rata-rata Decay, Missing, Filling Teeth (DMF-T) =

2,18, rata-rata Performance Treatment Index (PTI) = 48,84% (baik) rata-rata Oral

Hygiene Index Simplified (0HI-S) = 1,59 (sedang).

2. Terdapat hubungan yang negatif dan secara statistik signifikan antara pengetahuan

kesehatan gigi dengan Decay, Missing, Filling Teeth (r = -0,37; p = 0,034).

3. Terdapat hubungan yang positif dan secara statistik signifikan antara pengetahuan

kesehatan gigi dengan PTI (r = 0,46; p = 0,007)

4. Terdapat hubungan yang negatif dan secara statistik signifikan antara pengetahuan

kesehatan gigi dengan Oral Hygiene Index Simplified (r = -0,34; p = 0,050)

5. Terdapat hubungan yang negatif dan secara statistik signifikan antara sikap

kesehatan gigi dengan Decay, Missing, Filling Teeth (r = -0,63; p = 0,001).

6. Terdapat hubungan yang positif dan secara statistik signifikan antara sikap

kesehatan gigi dengan PTI (r = 0,56; p = 0,001)

7. Terdapat hubungan yang negatif dan secara statistik signifikan antara sikap

kesehatan gigi dengan Oral Hygiene Index Simplified (r = -0,47; p = 0,006)

Page 74: TESIS - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Apabila masalah karies pada masa anak usia sekolah dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

B. Implikasi

1. Bagi Siswa Sekolah Dasar

Kesehatan gigi tidak bisa dilepaskan dari kesehatan secara keseluruhan.

Siswa Sekolah Dasar perlu meningkatkan pengetahuannya dalam pencegahan

penyakit gigi dengan bertanya kepada petugas kesehatan gigi, membaca buku

majalah, atau media massa yang lain sehingga mampu meningkatkan upaya

pencegahan penyakit gigi yang pada akhirnya mampu meminimalisir penyakit

gigi.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua diharapkan tetap melakukan bimbingan kepada siswa sekolah

dasar, dengan selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatan giginya meskipun

anak usia sekolah dasar sudah mampu diberi tanggung jawab. Meskipun sudah

ada program UKGS di sekolah, tetapi pencegahan di rumah tetap akan lebih baik.

C. Saran

1. Bagi Instansi Terkait

Puskesmas dan pihak sekolah perlu meningkatkan kerja sama dalam

program UKGS dengan peningkatan frekuensi UKGS agar angka DMF-T dan

OHI-S menjadi baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Adanya penelitian dengan variabel bebas lain yang dapat berpengaruh

terhadap status kesehatan anak sekolah dasar dengan sampel yang lebih besar.