tesis daftar isi bab 1-5 daftar pustaka n acuanthesis.binus.ac.id/doc/bab2/so agung sidharta...

44
13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank Indonesia Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tentang Bank Indonesia. (Idroes, 2006, p.59) 2.1.1 Tugas Bank Indonesia Tugas pokok Bank Indonesia (Idroes, 2006, p.59-64) adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi perbankan 2.1.1.1 Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter Dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, BI melakukan melalui kegiatan : 1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dalam upaya mempengaruhi likuiditas di pasar uang; 2. Penetapan giro wajib minimum (GWM) untuk memperketat atau melonggarkan kebijakan moneter;

Upload: hoangkien

Post on 01-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang

merupakan lembaga negara independen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak lain,

kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang

tentang Bank Indonesia. (Idroes, 2006, p.59)

2.1.1 Tugas Bank Indonesia

Tugas pokok Bank Indonesia (Idroes, 2006, p.59-64) adalah

sebagai berikut :

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi perbankan

2.1.1.1 Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, BI

melakukan melalui kegiatan :

1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dalam upaya

mempengaruhi likuiditas di pasar uang;

2. Penetapan giro wajib minimum (GWM) untuk memperketat

atau melonggarkan kebijakan moneter;

Page 2: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

14

3. Bertindak sebagai pemberi pinjaman terakhir (lender of last

resort) untuk membantu kesulitan pendanaan jangka pendek

perbankan yang jika tidak dilakukan akan menimbulkan

dampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang

membahayakan sistem keuangan;

4. Melaksanakan kebijakan nilai tukar untuk memelihara stabilitas

nilai tukar rupiah;

5. Mengelola cadangan devisa untuk memfasilitasi perdagangan

internasional.

2.1.1.2 Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Bank Indonesia adalah institusi tunggal yang diberi hak

mengeluarkan dan mengedarkan mata uang Rupiah serta mencabut,

menarik, dan memusnahkan uang yang dimaksud dari peredaran.

Bank Indonesia juga bertanggung jawab dalam mengatur system

kliring antar bank, menyelenggarakan kegiatan kliring, serta

menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar

bank.

2.1.1.3 Mengatur dan Mengawasi Perbankan

Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk

mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai:

1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai

lembaga penghimpun dan penyalur dana;

2. Pelaksana kebijakan moneter;

Page 3: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

15

3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan; agar tercipta sistem perbankan yang

sehat, baik sistem perbankan secara menyeluruh maupun

individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat

dengan baik, berkembang secara wajar, dan bermanfaat bagi

perekonomian nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan

dengan menerapkan:

1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);

2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking);

3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan

secara konsisten ketentuan intern yang dibuat sendiri (self

regulatory banking) dalam melaksanakan kegiatan

operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati-

hatian.

Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI meliputi wewenang

sebagai berikut :

1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu

kewenangan untuk menetapkan tatacara perizinan dan

pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh BI meliputi

pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin

pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor bank,

pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan

Page 4: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

16

bank, pemberian izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-

kegiatan usaha tertentu.

2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu

kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut

aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka

menciptakan perbankan yang sehat dan mampu memenuhi jasa

perbankan yang diinginkan masyarakat.

3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu

kewenangan melakukan pengawasan bank melalui pengawasan

langsung (on-site supervision) dan pengawasan tidak langsung

(off-site supervision). Pengawasan langsung dapat berupa

pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan

untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank

dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap

peraturan yang berlaku serta mengetahui apakah terdapat

praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan

kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu

pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala

yang disampaikan bank (contoh: Laporan Bulanan Bank

Umum yang diangkat dalam tesis ini), laporan hasil

pemeriksaan, dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya,

apabila diperlukan BI dapat melakukan pemeriksaan terhadap

bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahaan induk,

perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi, dan debitur

Page 5: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

17

bank. BI dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama BI

melaksanakan tugas pemeriksaan.

4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose

sanction), yaitu kewenangan untuk menjalankan sanksi sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila

suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan

ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai

dengan asas perbankan yang sehat.

Dalam menjalankan tugas pengawas bank, saat ini BI

melaksanakan pengawasannya dengan menggunakan 2 pendekatan

yakni pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based

supervision) dan pengawasan berdasarkan resiko (risk based

supervision / RBS).

1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based

Supervision).

Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya

menekankan pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan

ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan

pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank

di masa lalu dengan tujuan untuk memastkan bahwa bank telah

beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip

kehati-hatian

2. Pengawasan Berdasarkan Resiko (Risk Based Supervision).

Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko merupakan

Page 6: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

18

pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan (forward

looking). Dengan menggunakan pendekatan tersebut,

pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada resiko-

resiko yang melekat (nherent risk) pada aktifitas fungsional

bank serta sistem pengendalian resiko (risk control system).

Melalui pendekatan ini, akan lebih memungkinkan otoritas

pengawasan bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan

terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank.

2.2 Laporan Bulanan Bank Umum

Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) adalah laporan yang

disampaikan Bank Umum baik konvensional maupun syariah ke Bank

Indonesia yang dimaksudkan untuk memperoleh keterangan mengenai

keadaan keuangan Bank dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan moneter, sistem pembayaran dan perbankan serta untuk

keperluan pemantauan keadaan bank secara benar.

Sesuai dengan yang telah dijabarkan di atas, Bank Indonesia selaku

bank sentral yang memiliki tugas dan wewenang salah satunya dalam

pengaturan dan pengawasan bank memerlukan suatu tool atau alat

pemantauan berupa laporan berkala yang harus disampaikan oleh bank

kepada BI. Salah satu alat pemantauan yang digunakan oleh BI untuk

menjalankan tugasnya sebagai pengawas bank untuk offsite-supervision

adalah Laporan Bulanan Bank Umum atau yang lebih dikenal dengan

istilah LBU. Jenis laporan yang terdapat dalam LBU (Pedoman

Penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum) adalah :

Page 7: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

19

1. Laporan Per Kantor

2. Laporan Gabungan

3. Laporan Perusahaan Anak

4. Laporan Konsolidasi

Sedangkan untuk form laporan yang perlu disampaikan secara berkala

oleh bank-bank kepada BI berdasarkan jenis laporan di atas adalah

(Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum) :

FormNumber FormName

LB01 Formulir 01 - Neraca Per Kantor

LB02 Formulir 02 - Laporan Laba/Rugi Per Kantor

LB2A Formulir 2A - Daftar Perincian Pendapatan Bunga Dari Surat

Berharga

LB2B Formulir 2B - Daftar Perincian Pendapatan Bunga Dari Kredit

Yang Diberikan

LB03 Formulir 03 - Kas Dalam Valuta Asing

LB04 Formulir 04 - Penempatan Pada Bank Indonesia

LB05 Formulir 05 - Penempatan Pada Bank Lain

LB06 Formulir 06 - Tagihan Spot Dan Derivatif

LB07 Formulir 07 - Surat Berharga

LB08 Formulir 08 - Surat Berharga Yang Dijual Dengan Janji Dibeli

Kembali (Repo)

LB09 Formulir 09 - Tagihan Atas Surat Berharga Yang Dibeli

Dengan Janji Dijual Kembali (Reverse Repo)

Page 8: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

20

LB10 Formulir 10 - Tagihan Akseptasi

LB11 Formulir 11 - Kredit Yang Diberikan

LB12 Formulir 12 – Penyertaan

LB13 Formulir 13 - Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset

Keuangan

LB14 Formulir 14 - Aset Tidak Berwujud

LB15 Formulir 15 - Aset Tetap Dan Inventaris

LB16 Formulir 16 - Properti Terbengkalai

LB17 Formulir 17 - Aset Yang Diambil Alih

LB18 Formulir 18 - Rekening Tunda (Suspense Account)

LB19 Formulir 19 - Aset Antar Kantor Pada Kantor Yang Melakukan

Kegiatan Operasional di Indonesia

LB20 Formulir 20 - Aset Antar Kantor Pada Kantor Yang Melakukan

Kegiatan Operasional di Luar Indonesia

LB21 Formulir 21 - Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset

Lainnya dan PPA Non Produktif

LB22 Formulir 22 - Rupa-Rupa Aset

LB23 Formulir 23 – Giro

LB24 Formulir 24 – Tabungan

LB25 Formulir 25 - Simpanan Berjangka

LB26 Formulir 26 - Kewajiban Kepada Bank Indonesia

LB27 Formulir 27 - Kewajiban Kepada Bank Lain

LB28 Formulir 28 - Kewajiban Spot Dan Derivatif

Page 9: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

21

LB29 Formulir 29 - Kewajiban Atas Surat Berharga Yang Dijual

Dengan Janji Dibeli Kembali (Repo)

LB30 Formulir 30 - Kewajiban Akseptasi

LB31 Formulir 31 - Surat Berharga Yang Diterbitkan

LB32 Formulir 32 - Pinjaman Yang Diterima

LB33 Formulir 33 - Setoran Jaminan

LB34 Formulir 34 - Kewajiban Antar Kantor Pada Kantor Yang

Melakukan Kegiatan Operasional di Indonesia

LB35 Formulir 35 - Kewajiban Antar Kantor Pada Kantor Yang

Melakukan Kegiatan Operasional di Luar Indonesia

LB36 Formulir 36 - Rupa-Rupa Kewajiban

LB37 Formulir 37 - Modal Pinjaman

LB38 Formulir 38 - Modal Disetor

LB39 Formulir 39 - Modal Sumbangan

LB40 Formulir 40 - Pendapatan Komprehensif Lainnya

LB41 Formulir 41 - Dana Setoran Modal

LB42 Formulir 42 - Transaksi Spot Dan Derivatif

LB43 Formulir 43 - Irrevocable L/C Yang Masih Berjalan

LB44 Formulir 44 - Garansi Yang Diberikan

LB45 Formulir 45 - Penerusan Kredit

LB46 Formulir 46 - Kredit Yang Dihapusbuku

LB47 Formulir 47 - Daftar Persetujuan Dan Realisasi Kredit Baru

Pada Bulan Laporan

Page 10: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

22

LB48 Formulir 48 - Pelimpahan Kredit Pada Bulan Laporan

LB49 Formulir 49 - Rupa-Rupa Aset Lainnya

LB50 Formulir 50 - Rupa-Rupa Kewajiban Lainnya

LB51 Formulir 51 - Pendapatan Non-Operasional Lainnya

LB52 Formulir 52 - Beban Non-Operasional Lainnya

LG01 Formulir 01 - Neraca Gabungan

LG02 Formulir 02 - Laporan Laba/Rugi Gabungan

LG03 Formulir 03 - Aset Antar Kantor Pada Kantor Yang Melakukan

Kegiatan Operasional di Indonesia (Gabungan)

LG04 Formulir 04 - Aset Antar Kantor Pada Kantor Yang Melakukan

Kegiatan Operasional di Luar Indonesia (Gabungan)

LG05 Formulir 05 - Rupa-Rupa Aset Gabungan

LG06 Formulir 06 - Kewajiban Antar Kantor Pada Kantor Yang

Melakukan Kegiatan Operational di Indonesia

LG07 Formulir 07 - Kewajiban Antar Kantor Pada Kantor Yang

Melakukan Kegiatan Operational di Luar Indonesia

LG08 Formulir 08 - Rupa-Rupa Kewajiban Gabungan

LU01 Formulir 01 - Neraca Gabungan (UUS)

LU02 Formulir 02 - Laporan Laba/Rugi Gabungan (UUS)

LU03 Formulir 03 - Aset Antar Kantor Pada Kantor Yang Melakukan

Kegiatan Operasional di Indonesia (Gabungan - UUS)

LU04

Formulir 04 - Antar Kantor Aktiva Pada Kantor Yang

Melakukan Kegiatan Operasional di Luar Indonesia

(Gabungan - UUS)

Page 11: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

23

LU05 Formulir 05 - Rupa-Rupa Aset Gabungan (UUS)

LU06 Formulir 06 - Kewajiban Antar Kantor Pada Kantor Yang

Melakukan Kegiatan Operational di Indonesia (UUS)

LU07 Formulir 07 - Kewajiban Antar Kantor Pada Kantor Yang

Melakukan Kegiatan Operational di Luar Indonesia (UUS)

LU08 Formulir 08 - Rupa-Rupa Kewajiban Gabungan (UUS)

LK01 Formulir 01 - Neraca Konsolidasi

LK02 Formulir 02 - Laporan Laba/Rugi Konsolidasi

LA01 Formulir 01 - Neraca Perusahaan Anak

LA02 Formulir 02 - Laporan Laba/Rugi Perusahaan Anak

LA03 Formulir 03 - Penempatan Pada Bank

LA04 Formulir 04 - Tagihan Spot Dan Derivatif

LA05 Formulir 05 - Surat Berharga

LA06 Formulir 06 - Surat Berharga Yang Dijual Dengan Janji Dibeli

Kembali (Repo)

LA07 Formulir 07 - Tagihan Atas Surat Berharga Yang Dibeli

Dengan Janji Dijual Kembali (Reverse Repo)

LA08 Formulir 08 - Tagihan Akseptasi

LA09 Formulir 09 - Kredit Yang Diberikan

LA10 Formulir 10 – Penyertaan

Sumber : Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia

Tabel 2.1 Daftar Formulir Laporan Bulanan Bank Umum

Laporan Bulanan Bank Umum ini mengimplementasikan Basel II,

PSAK 50/55, dan prudential regulation sehingga sudah mengacu pada

Page 12: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

24

standar akuntansi nasional dan perbankan internasional.

2.3 Basel

2.3.1 Basel I

2.3.1.1 Latar Belakang Basel I

Sebelum periode liberisasi keuangan di tahun 1970-an dan

1980-an regulasi keuangan yang dilakukan terfokus pada :

1. Pemberian izin untuk mendirikan lembaga keuangan;

2. Pembatasan yang tegas mengenai aktivitas yang diperbolehkan

dan tidak diperbolehkan pada masing-masing institusi

keuangan;

3. Definisi dari rasio-rasio pada neraca dan persyaratan giro wajib

minimum atau menjaga tingkat aktiva yang harus disediakan

dalam obligasi pemerintah.

Jika dibandingkan dengan perkembangan industri keuangan

saat ini regulasi pada masa tersebut lebih menekankan pada norma

boleh dan tidak boleh kegiatan untuk dilakukan oleh lembaga

keuangan dan bersifat kurang dinamis. Regulasi yang berlaku lebih

memperlihatkan otoritas Bank Sentral dalam industry keuangan.

Pada gilirannya jika terjadi masalah pada individu industry

keuangan, maka masalah tersebut akan dikembalikan kepada Bank

Sentral selaku lender of last resort.

Perkembangan dalam pasar keuangan dan liberalisasi

menyebabkan pengendalian yang dilakukan Bank Sentral, harus

Page 13: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

25

mempertimbangkan bahwa meskipun jaring pengaman yang

disediakan oleh fungsi lender of last resort telah diberikan namun

akan membuat peran regulasi keuangan Bank Sentral semakin

lemah. Melemahnya fungsi regulasi tersebut akibat Perbankan akan

menyandarkan sepenuhnya pada fungsi lender of the last resort

Bank Sentral dalam mengatasi setiap terjadi masalah krisis

likuiditas serta krisis solvency.

Dalam ‘tata dunia baru’ fungsi sebagai lender of last resort

saja jelas tidak mencukupi. Analogi sederhana yang dapat

diberikan adalah, karena kewajiban untuk menjadi lender of the

last resort Bank Sentral suatu Negara akan bangkrut apabila terjadi

krisis likuiditas secara bersamaan dan berkesinambungan.

Pemecahan masalah dari regulasi di atas mulai dipikirkan

sejak pertengahan decade 1970an. Pendekatan “pengawasan

dengan prinsip kehati-hatian” (prudential supervisor) mulai

dipertimbangkan dalam melakukan regulasi. Dasar pertimbangan

untuk menggeser pendekatan regulasi dari hanya lender of last

resort menjadi prudential supervisor adalah sebagai berikut:

1. Perbankan harus secara signifikan mengukur sendiri

performanya berdasarkan hasil (return) yang ingin dicapai dan

resiko yang ditanggung dalam tujuannya mencapai return.

Tugas Bank Sentral adalah untuk menciptakan regulasi yang

sesuai dengan kebutuhan industry perbankan. Regulasi yang

dimaksud adalah penetapan standar tentang resiko yang

Page 14: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

26

diambil oleh bank dan persyaratan penyediaan modal atas

resiko yang diambil. Regulasi ini akan memberikan ruang

gerak bagi Bank untuk lebih kreatif menemukan peluang dalam

menjalankan aktivitas. Batasan yang diberlakukan adalah jika

Bank menjalankan aktivitas lebih besar / lebih banyak maka

modal yang harus disediakan sebagai penyangga aktivitas juga

harus lebih banyak. Regulasi tersebut akan menurunkan beban

Bank Sentral sebagai lender of the last resort, karena masing-

masing Bank harus bertanggung jawab secara proporsional atas

setiap resiko dari aktivitas yang diambil.

2. Peningkatan globalisasi dari pasar uang, pasar modal, serta

pasar komoditas secara internasional sangat membutuhkan

norma prudential yang dapat berlaku secara internasional serta

dapat diimplementasikan secara konsisten. Untuk itu perlu

diperhatikan dalam menetapkan regulasi untuk suatu Negara,

maka harus diperhatikan unsur-unsur: penetapan standar

minimum dalam kesepakatan kontrak dan hokum kepailitan;

akuntansi dan standar audit; serta persyaratan keterbukaan

(disclosure). Jika dalam regulasi terhadap unsur tersebut, maka

perselisihan (dispute) dalam transaksi internasional dapat

direduksi.

Adanya suatu keseragaman regulasi secara internasional untuk

dijadikan acuan bagi regulator pada masing-masing Negara telah

menjadi kebutuhan. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian

Page 15: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

27

menjadi dasar munculnya kesepakatan Basel (Basel Accord).

Kesepakatan Basel yang dievaluasi secara terus-menerus sesuai

dengan perkembangan industry Perbankan diharapkan menjadi

jawaban atas kebutuhan yang mendasari pembuatan regulasi oleh

Bank Sentral pada tiap-tiap Negara. Bank Sentral dalam membuat

regulasi perlu mempertimbangkan agar regulasi dapat bekerja baik

di lingkup local maupun internasional. Agar regulasi dapat bekerja

secara local, maka Bank Sentral akan merujuk kepada kebijakan

makro pemerintah. Sedangkan, jika regulasi diharapkan dapat

bekerja sesuai dengan standar internasional, maka Bank Sentral

dapat merujuk kepada kesepakatan Basel.

  2.3.1.2 Kesepakatan Basel I

Komite Basel (The Basel Committee) untuk pengawasan

perbankan dicetuskan pada tahun 1974. Pembentukan Komite

Basel telah diprakarsai oleh gubernur Bank Sentral the Group of

Ten (G10), dengan fokus pada regulasi dan praktek pengawasan

perbankan. Basel yang dalam hal ini adalah nama sebuah kota di

Swiss tempat para gubernur Bank Sentral tersebut berkumpul telah

menjadi nama dari kelompok dan kemudian menjadi nama bagi

produk-produk kesepakatan yang dihasilkannya.

Komite Basel terdiri dari perwakilan Bank Sentral dan

pengawas Perbankan G10 ditambah Spanyol dan Luxembourg.

Nama G10 sendiri sebenarnya cukup unik karena terdiri dari 11

negara. Negara-negara yang termasuk dalam G10 adalah:

Page 16: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

28

1. Amerka Serikat 7. Jerman

2. Belanda 8. Kanada

3. Belgia 9. Perancis

4. Inggris 10. Swedia

5. Italia 11. Swiss

6. Jepang

Dengan demikian komite Basel terdiri dari 13 negara, dengan

komposisi kesebelas anggota G10 ditambah Spanyol dan

Luxembourg. Komite Basel untuk pertama kali menetapkan

metodologi yang dibakukan dalam penghitungan besarnya “modal

berdasarkan resiko” (risk-based capital) dari suatu Bank yang

perlu disediakan. Komite Basel untuk pertama kali

mempublikasikan “Kesepakatan Basel Pertama” (the first Basel

Capital Accord) pada 1988.

Tiga tujuan utama dalam mengembangkan kesepakatan Basel

I :

1. Meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari sistem Perbankan

internasional.

2. Untuk menciptakan kerangka pengukuran kecukupan modal dari

Bank-bank yang aktif secara internasional.

3. Untuk membentuk kerangka yang dapat diaplikasikan secara

konsisten dengan berpandangan untuk mengurangi

“ketidaksetaraan dalam persaingan” (competitive inequalities)

antara Bank-bank yang aktif secara internasional.

Page 17: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

29

Pada saat pertama kali membuat kesepakatan Basel,

kesepakatan Basel I hanya mencakup resiko kredit (credit risk).

Modal yang harus disediakan hanya dikaitkan dengan resiko kredit.

Modal yang dikaitkan dengan resiko kredit sesuai dengan

perkembangan dan pertimbangan pemikiran pada saat kesepakatan

pertama dibuat.

Dalam mengukur kecukupan modal menurut resiko kredit

didasari oleh beberapa kalkulasi yang terdiri dari :

1. Bobot resiko aktiva dan bobot resiko;

2. Penyesuaian dengan resiko kredit;

3. Target rasio modal dan kalkulasi konsumsi modal yang

memenuhi syarat;

4. Kecukupan hasil pada modal yang memenuhi syarat;

5. Struktur modal.

2.3.1.3 Kelemahan Kesepakatan Basel I

Basel I seringkali dikritik karena kurang sensitif terhadap

resiko. Kritik ini muncul setelah melihat kenyataan bahwa telah

banyak kasus-kasus kebangkrutan Bank yang diawali dari tidak

dikelolanya resiko pasar. Beberapa kritik terhadap Basel I adalah:

1. Pendekatan portfolio belum diakomodasi. Korelasi antara

posisi portfolio yang berbeda tidak menambah resiko portfolio

aktivitas Bank. Kesepakatan Basel I menuntut adanya

peningkatan modal dari strategi lundung nilai (hedging) yang

Page 18: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

30

dilakukan Bank melalui transaksi derivatif, offsetting terhadap

posisi hedging belum diizinkan.

2. Netting belum diizinkan. Jika Bank diperbolehkan untuk

melakukan netting untuk nasabah debitur sekaligus kreditur

yang sama persis, maka Bank akan dapat menghemat

kebutuhan modalnya. Pertimbangannya adalah, resiko yang

mungkin timbul dari nasabah tersebut akan mengecil karena

nasabah yang dimaksud default pada fasilitas kreditnya akan

ditutupi oleh simpanan. Resiko yang tersisa adalah sebesar

selisih antara kredit macet dan simpanan.

3. Eksposur resiko pasar pada Basel I diregulasi secara samar-

samar. Sesuai Basel I aktiva dicatat berdasarkan nilai buku.

Posisi ini dapat menyimpang secara substansial dari nilai pasar

yang berlaku. Kondisi ini akan mengaburkan penilaian

terhadap kesehatan neraca jika terjadi resiko pasar.

4. Pendekatan Basel I memberikan pembobotan pada bobot resiko

aktiva yang sama terhadap semua pinjaman korporat tanpa

mempedulikan peringkat kreditur dan debitur. Masalahnya

Bank yang memberi pinjaman kepada perusahaan bereputasi

kredit baik harus memiliki jumlah modal yang sesuai dengan

persyaratan yang sama dengan Bank yang member pinjaman

kepada perusahaan yang bereputasi kredit buruk. Hal ini

tentunya tidak menjadi masalah apabila Bank dapat

mengenakan beban yang sama terhadap semua peminjam. Pada

Page 19: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

31

prakteknya dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam,

sulit bagi Bank untuk menetapkan bunga yang sama terhadap

debitur yang memiliki reputasi bagus dengan debitur yang telah

terkenal memiliki kredit bermasalah. Masalah yang sama

muncul pada pinjaman perorangan tanpa agunan seperti

pinjaman kartu kredit dan pinjaman kepada pemerintah

(sovereign loan).

2.3.2 Basel II

2.3.2.1 Kesepakatan Basel II

Pada tahun 1999 komite Basel mulai meningkatkan kerja sama

dengan Bank-bank utama dari negara-negara anggota untuk

mengembangkan kesepakatan modal (capital accord) yang baru.

Tujuan utamanya adalah untuk mengarahkan semua resiko

Perbankan ke dalam suatu kerangka pemikiran kecukupan modal

secara menyeluruh. Kesepakatan baru yang ditetapkan dikenal

dengan nama kesepakatan Basel II.

Pada prakteknya, Basel II merupakan sebuah kerangka kerja

yang menawarkan sebuah standar baru untuk menetapkan

persyaratan modal minimum bagi organisasi perbankan yang aktif

secara internasional yang disiapkan oleh Komite Basel.Basel II

dikembangkan untuk menggantikan Basel I (1988). (Allen &

Overy, 2008, p.2)

Pengembangan kesepakatan Basel II bersamaan dengan

gerakan uni Eropa dalam harmonisasi pasar keuangan. Dasar

Page 20: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

32

pertimbangan komite Basel untuk membuat kesepakatan Basel II

adalah peningkatan penggunaan metode kuantitatif oleh Bank

untuk mengukur dan melaporkan resiko kredit pada portfolio

aktiva.

Pemikiran komite Basel untuk mengembangkan kesepakatan

Basel II adalah seiring dengan semakin berkembangnya

penggunaan internal model perlu ditetapkan aturan yang jelas

tentang:

1. Pengggunaan jenis model perhitungan modal berdasarkan

resiko kredit yang diizinkan dalam perhitungan kewajiban

penyediaan modal minimum. Terdapat 2 pilihan untuk

menentukan model, yaitu:

a. Model portofolio penuh (full portfolio models) yang

dicirikan dengan penerapan teknik option pricing. Model

portfolio penuh merupakan karya Robert Metson pada

penetapan harga dan pengukuran resiko pada option

portfolio.

b. Model pemeringkatan (grading models) dimana kalkulasi

resiko dilakukan berdasar individual obligor dan dimana

resiko portfolio secara sederhana didapat dari penjumlahan

total resiko individual. Model pemeringkatan dilakukan

secara luas oleh lembaga pemeringkat kredit seperti

Standard and Poor’s dan Moody’s Investors Service Rating.

Karena istilah credit grade dan credit rating dapat saling

Page 21: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

33

menggantikan, maka Kesepakatan Basel II menggunakan

istilah grade untuk definisi ini.

2. Perluasan teknik kuantitatif terhadap resiko operasional.

Disamping itu teknik-teknik kuantitatif yang dapat mencakup

resiko-resiko lain dimasukkan dalam perhitungan resiko

operasional. Terdapat perbedaan pendapat tentang resiko lain-

lain, apakah dimasukkan ke dalam resiko operasional atau

tidak. Atas silang pendapat itu pada akhirnya komite Basel

memutuskan:

a. Memasukkan resiko operasional sebagai ukuran kuantitatif

dalam pendekatan pilar I;

b. Resiko operasional didefinisikan secara lebih luas yang

mencakup tentang resiko lebih luas dengan mengeluarkan

resiko reputasi, bisnis, dan strategik; dan

c. Untuk fokus pada pilar I model untuk resiko kredit pada

teknik pemeringkatan kredit (credit grading technique).

Dalam pengembangannya komite Basel menggunakan

pendekatan konsultatif untuk memastikan bahwa regulasi yang

baru memiliki dampak positif. Dimulai dengan makalah konsultatif

yang kemudian diikuti periode konsultasi dan revisi.

Periode konsultasi meliputi serangkaian Studi Dampak

Kuantitatif (Quantitative Impact Studies), dimana pada sejumlah

Bank mengestimasi dampak dari implementasi kesepakatan

berdasarkan masalah konsultatif. Pendekatan konsultatif dilakukan

Page 22: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

34

agar Bank merasa yakin bahwa kesepakatan yang dibuat adalah

benar.

Kesepakatan Basel II menghubungkan modal bank secara

langsung kepada resiko yang mereka tanggung. Basel II mencoba

untuk mencapai tujuan berikut:

1. Menggunakan tiga pilar yang saling menguatkan untuk

keseimbangan antara modal yang sesuai persyaratan dengan

modal yang ekonomis;

2. Mendorong integrasi pengukuran resiko kedalam proses

manajemen;

3. Mencapai sensitivitas resiko kredit yang lebih tinggi;

4. Menciptakan fleksibilitas dalam memilih pendekatan dalam

penetapan modal sesuai dengan persyaratan;

5. Membuat metoda pengukuran resiko yang dinamis dalam

penetapan modal sesuai dengan persyaratan;

6. Mengadopsi teknik perhitungan resiko yang lebih canggih

untuk diterapkan;

7. Menerapkan tambahan modal eksplisit bagi resiko operasional

dan resiko lain-lain, dan kemudian mengurangi kebutuhan akan

cadangan modal; dan

8. Menjaga agar persaingan kebutuhan ekuitas antara Bank dan

lembaga keuangan lain.

Kesepakatan Basel II memberikan: varians yang lebih besar

dalam pemenuhan modal antar Bank yang berbeda bisnisnya, dari

Page 23: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

35

ritel hingga korporat; regulasi yang lebih kompleks, antara Bank

dengan Bank Sentral yang menyediakan berbagai peraturan tentang

kecukupan modal yang dapat diikuti, serta mempertemukan

kebutuhan antara modal yang dipersyaratkan dengan modal

ekonomis, serta memperkenalkan banyak konsep canggih sebagai

pondasi perubahan regulasi masa depan.

Hal-hal dalam kesepatakan Basel II dapat terlaksana karena

dalam kesepakatan Basel II akan mengizinkan Bank untuk

menggunakan peringkat internal dan konsep modal ekonomis

untuk mengukur modal yang sesuai persyaratan bagi resiko kredit;

menetapkan tambahan modal spesifik terhadap resiko operasional

dan mengizinkan Bank-bank terpilih untuk menggunakan cara

canggih atau tidak dalam mengukurnya; dan mewajibkan Bank

untuk mempublikasikan informasi resiko sebagai dasar penilaian

harga saham dan peringkat kredit.

Pada tabel 2.2 berikut dapat dilihat rangkuman perbedaan

tegas antara kesepakatan Basel I dan Basel II

Kesepakatan Basel I Kesepakatan Basel II

Fokus pada sebuah pengukuran tunggal Fokus pada internal metodologi

Memiliki pendekatan yang sederhana

terhadap sensitivitas resiko

Memiliki tingkat sensitivitas resiko

yang lebih tinggi

Menggunakan pendekatan ‘one single

size fits all’ resiko dan modal

Fleksibel untuk disesuaikan terhadap

kebutuhan Bank yang berbeda-beda

Hanya mencakup resiko kredit dan Mencakup resiko kredit, resiko pasar,

Page 24: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

36

resiko pasar resiko operasional, dan resiko lain-lain

Tabel 2.2 Perbandingan Kesepakatan Basel I dengan Kesepakatan Basel II

2.3.2.2 Regulasi Tiga Pilar Kesepakatan Basel II

Kesepakatan Basel II menggunakan pendekatan baru untuk

penilaian dan pengawasan bank. Kerangka baru Basel II dirancang

mencakup tiga konsep yang dikenal sebagai tiga pilar. Ketiga pilar

yang dimaksud adalah:

Gambar 2.1 Regulasi Tiga Pilar Kesepakatan Basel II

Sumber : Journal The new Basel II rules will challenge the way banks practice Asset & Liability

Management, By Heinz Zimmermann, Dean Jovic and Alwin Meyer

2.3.2.2.1 Pilar I – Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

Dalam pilar I, Bank diminta untuk mengkalkulasi

modal minimum untuk resiko kredit, resiko pasar, dan

resiko operasional.

Resiko kredit dihitung dengan :

1. Pendekatan standar (the standardized approach),

Page 25: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

37

2. Pendekatan berdasarkan pemeringkat internal (the

internal rating-based approach) yang terdiri dari dasar

(foundation) dan lanjutan (advanced).

Resiko pasar dihitung dengan :

1. Pendekatan standar (the standardized approach),

2. Pendekatan model internal (the internal model

approach).

Resiko operasional dihitung dengan:

1. Pendekatan indikator dasar (the basic standardized

approach),

2. Pendekatan standar (the standardized approach),

3. Pendekatan pengukuran lanjutan (the advanced

measurement approach).

2.3.2.2.2 Pilar II – Tinjauan Berdasarkan Regulasi

Pilar II merupakan proses tinjauan berdasarkan

regulasi (supervisory review) yang bermaksud diformalkan

oleh pembuat kebijakan dengan berdasarkan pada praktek

terbaik (best practice) yang berlangsung. Konsep-konsep

tinjauan berdasarkan regulasi telah ada secara implisit pada

Basel I yang dimaksudkan untuk membentuk standar

minimum yang hanya dapat diadaptasi berdasar Bank by

bank basis.

Pilar II mencakup tinjauan pengawasan yang sangat

mirip dengan pengawasan berdasarkan resiko saat ini oleh

Page 26: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

38

Federal Reserve Board di US dan Financial Services

Authority di UK.

Tinjauan pengawasan dirancang untuk fokus terhadap :

1. Berbagai persyaratan modal di atas tingkat minimum

yang dihitung pada Pilar I;

2. Tindakan awal yang perlu dilakukan untuk menghadapi

emerging risk.

Pilar II mengandung tiga area utama yang tidak

dicakup pada pilar I. Ketiga area tersebut adalah:

1. Resiko konsentrasi kredit yang tidak dipertimbangkan

sepenuhnya pada Pilar I. Resiko ini terkait dengan

konsentrasi kredit yang diberikan Bank, apakah

terfokus pada satu nasabah besar, satu kelompok besar,

atau satu industry tertentu.

2. Resiko suku bunga pada buku Bank (interest rate in the

Banking book) Resiko ini terkait dengan pengaruh suku

bunga terhadap aktiva produktif serta kewajiban Bank.

3. Resiko-resiko lain seperti resiko reputasi, resiko bisnis,

resiko strategis, serta segala resiko yang dapat muncul

dalam menjalankan usaha Bank.

Aspek penting pada Pilar II adalah menilai kepatuhan

dengan standar minimum yang ditetapkan dalam

perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum pada

Pilar I.

Page 27: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

39

2.3.2.2.3 Pilar III - Keterbukaan

Pilar III merupakan pilar disiplin pasar. The Bank for

International Settlement (BIS) mendeskripsikan disiplin

pasar sebagai mekanisme pengelolaan (governance)

eksternal dan internal di ekonomi pasar bebas yang

meniadakan intervensi langsung Pemerintah.

Pilar III mencakup tentang apa yang diperlukan dalam

keterbukaan terhadap public oleh Bank. Ini dirancang untuk

membantu pemegang saham Bank dan analis pasar, dan

membawa transparansi pada hal-hal:

1. Portfolio aktiva Bank, dan

2. Profil resikonya.

2.4 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 50/55

2.4.1 PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan

(Revisi 2006)

Tujuan pernyataan ini adalah unuk menetapkan prinsip untuk

penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan sebagai kewajiban

atau ekuitas dan untuk saling hapus aset keuangan dan kewajiban

keuangan. Pernyataan ini berlaku terhadap klasifikasi instrumen

keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan, kewajiban

keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan

suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan; dan keadaan dimana

aset keuangan dan kewajiban keuangan akan saling hapus.

Prinsip-prinsip dalam Pernyataan ini melengkapi prinsip untuk

Page 28: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

40

pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan

dalam PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan

Pengukuran, dan pengungkapan informasi tentang hal tersebut.

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode yang dimulai

pada atau setelah 1 januari 2009. Penerapan lebih dini diperbolehkan.

Entitas tidak diperkenankan menerapkan Pernyataan ini untuk periode

tahunan yang dimulai sebelum Januari 2009, kecuali jika entitas

tersebut juga menerapkan PSAK 55 (Revisi 2006). Jika entitas

menerapkan Pernyayataan ini untuk periode tahunan yang dimulai

sebelum 1 Januari 2009, kecuali jika entitas tersebut juga menerapkan

PSAK 55 (revisi 2006). Jika entitas menerapkan Pernyataan ini pada

periode sebelum 1 Januari 2009, maka fakta ini harus diungkapkan.

Pernyataan ini diterapkan secara prospektif. Pernyataan ini

menggantikan PSAK 50: Akuntansi Investasi Efek Tertentu yang

disahkan pada tahun 1998.

2.4.2 PSAK 55 (Revisi 2006) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan

Pengukuran

Tujuan Pernyataan dalam PSAK 55 (Revisi 2006) adalah untuk

mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset

keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan

item non keuangan. Persyaratan penyajian dan pengungkapan

informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK 50 (revisi 2006)

Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.

Istilah yang didefinisikan dalam PSAK 50 (revisi 2006) Instrumen

Page 29: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

41

Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan juga digunakan dalam

pernyataan ini dengan pengertian sebagaimana dijabarkan dalam

pernyataan ini dengan pengertian sebagaimana dijabarkan dalam

paragraf 7 PSAK 50 (Revisi 2006) Instumen Keuangan: Penyajian dan

Pengungkapan. PSAK tersebut mendefinisikan istilah berikut ini:

• Instrumen Keuangan

• Aset Keuangan

• Kewajiban Keuangan

• Instrumen Ekuitas

dan menyediakan pedoman untuk menerapkan definisi-definisi

tersebut.

PSAK 55 (Revisi 2006) terdiri dari paragraf 1-108 dan Panduan

Aplikasi. Maka hal ini akan memudahkan penerapan PSAK 55 oleh

pengguna.

Entitas harus menerapkan Pernyataan ini secara prospektif untuk

laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau

setelah tanggal 1 Januari 2009. Jika entitas menerapkan Pernyataan ini

sebelum 1 Januari 2009, maka fakta ini harus diungkapkan.

Pernyataan ini menggantikan:

(a) PSAK No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing,

untuk pengaturan yang terkait dengan transaksi valuta

berjangka;

(b) PSAK No. 28 (Revisi 1996) tentang Akuntansi Asuransi

Kerugian, untuk pengaturan yang terkait dengan perlakuan

Page 30: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

42

akuntansi surat berharga (marketable securities);

(c) PSAK No. 31 (Revisi 2000) tentang Akuntansi Perbankan,

untuk pengaturan yang terkait dengan perlakuan akuntansi

transaksi efek;

(d) PSAK No. 36 (Revisi 1996) tentang Akuntansi Asuransi

Kerugian, untuk pengaturan yang terkait dengan perlakuan

akuntansi surat berharga (marketable securities);

(e) PSAK No. 42 (1998) tentang Akuntansi Perusahaan Efek,

untuk pengaturan yang terkait dengan:

(i) transaksi jual efek dengan janji beli kembali (repo)/beli efek

dengan janji jual kembali (reverse repo); dan

(ii) transaksi manajer investasi untuk pengakuan perolehan,

pengklasifikasian, dan penilaian pada tanggal neraca untuk

efek dan unit penyertaan reksa dana yang dibeli untuk

investasi sendiri;

(f) PSAK No. 43 (Revisi 1997) tentang Akuntansi Anjak Piutang,

untuk pengaturan yang terkait dengan pengakuan dan

pengukuran;

(g) PSAK No. 50 (Revisi 1998) tentang Akuntansi Investasi Efek

Tertentu, untuk pengaturan yang terkait dengan pengakuan dan

pengukuran invetasi efek tertentu; dan

(h) PSAK No. 55 (Revisi 1999) tentang Akuntansi Instrumen

Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai, untuk pengaturan yang

terkait dengan pengakuan dan pengukuran instrumen derivatif

Page 31: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

43

dan aktivitas lindung nilai.

2.5 Prudential Regulation

Prudential Regulation (peraturan kehati-hatian) adalah sebuah

kerangka hukum yang tepat untuk operasi keuangan yang diterapkan untuk

mencegah atau meminimalkan masalah sektor keuangan.

Tujuan dari Prudential Regulation adalah untuk melindungi stabilitas

sistem keuangan dan melindungi deposito sehingga focus utama adalah

pada keselamatan dan kesehatan sistem perbankan dan lembaga keuangan

non-bank (LKNB) yang mengambil deposit.

Prudential Regulation pada negara-negara berkembang biasanya

didasarkan pada perbaikan undang-undang perbankan sesuai dengan “best

practice” internasional, seperti menerapkan persyaratan modal minimum

yang sejalan dengan Kesepakatan Basel dan memperkuat kapasitas

pengawasan lembaga pengawas.

2.6 Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak)

Definisi rekayasa perangkat lunak menurut Pressman (2001, p20)

adalah pembuatan dan penggunaan prinsip-prinsip keahlian teknik untuk

mendapatkan perangkat lunak yang ekonomis yang handal dan bekerja

secara efisien pada mesin yang sesungguhnya.

Menurut Sommerville (2006, p7), rekayasa perangkat lunak adalah

sebuah prinsip tentang perekayasaan yang berhubungan dengan semua

aspek dari pembuatan perangkat lunak dari tahap awal spesifikasi sistem

sampai perawatan sistem setelah memasuki tahap penggunaan.

Page 32: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

44

2.6.1 Software Process (Proses Perangkat Lunak)

Menurut Sommerville (2006, p64), Software Process (proses

perangkat lunak) adalah serangkaian kegiatan yang mengarah pada

produksi (pembuatan) produk software (perangkat lunak).

Ada 4 kegiatan mendasar (fundamental) yang umum terjadi pada

Software Process, antara lain:

a. Software Specification – Fungsionalitas perangkat lunak dan batasan

penggunaannya harus didefinisikan.

b. Software Design and Implementation – Perangkat lunak yang

memenuhi spesifikasi harus dibuat.

c. Software Validation – Perangkat lunak harus divalidasi untuk

memastikan bahwa perangkat lunak yang dihasilkan dapat melakukan

apa yang diinginkan oleh customer.

d. Software Evolution – Perangkat lunak harus berevolusi untuk

memenuhi kebutuhan customer yang berubah-ubah.

2.6.2 Software Process Model (Model Proses Perangkat Lunak)

Menurut Sommerville (2006, p65), software process model adalah

gambaran abstrak dari software process. Ada beberapa process model

(terkadang process model disebut juga dengan istilah process

paradigm), di antaranya adalah :

1. The Waterfall Model – Model ini mengambil kegiatan fundamental

software process (specification, development, validation, dan

evolution) dan menggambarkan mereka sebagai fase proses yang

terpisah seperti requirements specification, software design,

Page 33: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

45

implementation, testing, dan seterusnya.

2. Evolutionary Development – Pendekatan ini menggabungkan

kegiatan specification, development, dan validation. Sebuah sistem

awal dengan cepat dikembangkan dari spesifikasi abstrak.

Kemudian, sistem awal ini diperbaiki dan ditingkatkan berdasarkan

masukan dari customer yang memenuhi kebutuhan customer.

3. Component-based Software Engineering – Pendekatan ini

berdasarkan keberadaan signifikan jumlah komponen yang

reusable. Proses pengembangan sistem fokus pada

mengintegrasikan komponen ini ke dalam sistem daripada

mengembangkan mereka dari awal.

2.6.3 Software Development Life Cycle (The Waterfall Model)

 Sumber :Software Engineering Fifth Edition p37

Gambar 2.2 Software Development Life Cycle Spiral Model

Page 34: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

46

Sebagai bagian dari Evolutionary Software Process Model,

Model Spiral awalnya diusulkan oleh Boehm [BOE88], dimana

model ini menggunakan sifat iteratif dari prototipe yang terkontrol dan

aspek sistematik dari model Sequential Model. Dengan menggunakan

Spiral Model, maka dapat berpotensi pengembangan yang cepat

dengan versi piranti lunak yang incremental.

Model Spiral dibagi ke dalam beberapa kerangka aktifitas, biasa

disebut juga tugas wilayah (task regions), seperti berikut :

1. Customer Communication – bertugas untuk menciptakan

komunikasi yang efektif antara pengembang dengan

pelanggan.

2. Planning – bertugas untuk mendefinisikan sumber daya,

penjadwalan, dan informasi – informasi lain yang

berhubungan dengan proyek.

3. Risk Analysis – bertugas untuk menilai resiko teknis dan

manajemen.

4. Engineering – bertugas untuk membangun satu atau lebih

perwakilan aplikasi.

5. Construction and release – bertugas untuk membangun,

menguji, menginstal dan memberikan dukungan kepada

pengguna (seperti; dokumentasi dan pelatihan).

6. Customer Evaluation – bertugas untuk mendapatkan masukan

dari pengguna berdasarkan evaluasi dari representasi

perangkat lunak yang dibuat selama tahap engineering serta

Page 35: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

47

implementasi selama tahap instalasi.

Setiap daerah dihuni oleh satu set tugas pekerjaan, yang

disesuaikan dengan karakteristik proyek yang akan dilakukan. Untuk

proyek kecil, jumlah tugas pekerjaan dan formalitas mereka rendah.

Untuk yang lebih besar, proyek lebih kritis, setiap daerah tugas ini

berisi tugas-tugas pekerjaan lebih yang ditetapkan untuk mencapai

tingkat formalitas yang lebih tinggi.

Ketika proses evolusi berjalan, tim software engineering mulai

dari pusat model spiral. Rangkaian spiral yang pertama di sekitar

model spiral mungkin dapat menghasilkan spesifikasi produk; setelah

itu dilanjutkan dengan pengembangan prototipe secara progresif dan

lebih canggih setiap versinya. Setiap melewati tahap perencanaan

maka akan menghasilkan rencana proyek. Biaya dan jadwal akan

disesuaikan berdasarkan masukan dari hasil evaluasi pelanggan. Selain

itu, manajer proyek akan menyesuaikan jumlah iterasi yang

direncanakan yang diperlukan untuk menyelesaikan perangkat lunak.

Model spiral adalah pendekatan yang sangat realistis untuk

pengembangan sistem dengan skala yang besar. Dengan terus

berkembangnya perangkat lunak selama proses berlangsung, maka

pengembang dan pelanggan dapat memahami dan bertindak terhadap

setiap resiko yang muncul pada tiap tingkat evolusi. Model spiral

menggunakan prototipe sebagai mekanisme untuk mengurangi resiko,

dengan demikian dapat menuntut pertimbangan langsung dari resiko

teknis pada semua tahapan proyek.

Page 36: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

48

2.7 UML (Unified Modelling Language)

UML adalah alat untuk menggambarkan gambaran dari sistem yang

akan dibuat melalui diagram dan simbol. UML menggunakan konsep

Pemrograman Berorientasi Objek (Object Oriented Programming).

Melalui seperangkat diagram, UML menyediakan standar yang

memungkinkan sistem analisis untuk merancang berbagai sudut pandang

dari sistem analisis untuk merancang berbagai sudut pandang dari sistem,

yang dinamakan model, yang dimengerti oleh client, programmer, dan

siapapun yang terlibat dalam proses pengembangannya (Schmuller, 1999,

p16-17).

Selain pengertian UML di atas ada pula pengertian dari Jacobson

(1999, p13), yaitu UML adalah sebuah bahasa standar untuk menulis

rancangan suatu perangkat lunak. UML dapat digunakan untuk

memvisualisasikan, menspesifikasikan, membangun, dan

mendokumentasikan alat dari sebuah sistem perangkat lunak. UML hanya

sebuah bahasa, dengan demikian hanya merupakan suatu bagian dari

sebuah metode pengembangan perangkat lunak.

2.7.1 Class Diagram

Class Diagram menggambarkan suatu kumpulan dari kelas-kelas

dan merupakan hubungan relasi terstruktur. UML mempunyai class

diagram, mereka adalah gambaran pusat dalam OOAD (Object

Oriented Analysis and Design).

Notasi yang digunakan dalam class diagram antara lain :

Page 37: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

49

a. Asosiasi (Associatiation), yaitu hubungan antar kelas. Dalam

class diagram, kelas yang satu memerlukan asosiasi dengan

kelas lainnya. Agregasi (Aggregation), dilakukan dengan

memerlukan setiap pasangan kelas untuk :

1) Whole part, container-content atau association

member relationship antar kelas.

2) Common whole, yang menghubungkan mereka.

b. Generalisasi (Generalization)

Dilakukan dengan memeriksa pasangan kelas untuk struktur

generalisasi antar kelas atau mencari kelas yang umum,

kemudian memeriksa masing-masing kelas untuk disesuaikan

dengan kelas yang relevan.

Contoh Class Diagram dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Contoh Class Diagram

2.7.2 Use Case Diagram

Use Case menggambarkan interaksi antara sistem dengan pelaku

yang ada. Diagram ini mendeskripsikan siapa saja yang menggunakan

sistem dan bagaimana cara mereka berinteraksi dengan sistem. Use

Page 38: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

50

case digunakan untuk menggambarkan bagaimana sistem terlibat pada

pengguna (Mathiassen et. al, 2000, p120).

Pelaku dan use case adalah dua elemen-elemen yang ada. Pelaku

adalah orang-orang atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem.

Use case adalah suatu bentuk interaksi antara sistem dan pelaku.

Pelaku dan use case dapat dihubungkan satu sama lain, dengan cara

mengindikasikan sebuah pelaku pada sebuah use case. Use case dapat

dikelompokkan dalam hubungannya dengan sistem. Semua use case

yang didukung oleh sebuah sistem dapat diorganisasikan dalam sebuah

kelompok dengan nama dari sistem.

Dari pengelompokkan tersebut juga dapat dibuat grup yang lebih

kecil, yang mungkin menggambarkan subsistem. Setiap use case

menentukan beberapa urutan interaksi yang mungkin antara pelaku dan

sistem.

Elemen-elemen yang digunakan dalam use case diagram antara

lain (Mathiassen et. al, 2000, p343) :

a. Sistem, yang digambarkan menggunakan persegi yang di

dalamnya terdapat sekumpulan use case. Actor diletakkan di

luar sistem;

b. Use case, yang digunakan untuk menggambarkan fungsi-fungsi

pada sistem digambarkan dengan elips;

c. Actor, pengguna sistem;

d. Penghubung, untuk menghubungkan antara actor dengan use

case.

Page 39: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

51

g

Gambar 2.4 Komponen-komponen Use Case Diagram

2.7.3 Sequence Diagram

Sequence Diagram menunjukkan dinamika interaksi berbasis

waktu yang interaktif antar objek dalam sistem (Schmuller, 1999, p11).

Tidak seperti class diagram yang statis, sequence diagram bersifat

dinamis.

Object1

Object lifetime

Activation

Message Message callMessage

return

Gambar 2.5 Komponen-komponen Sequence Diagram

2.8 Hypertext Markup Language (HTML)

Menurut Ellsworth dan Ellsworth (1997, p37) HTML (Hypertext

Markup Language) merupakan sistem yang digunakan untuk menciptakan

halaman dan dokumen yang disajikan pada web.

HTML dapat juga dikatakan sebagai sebuah dokumen yang memuat

Actor

SystemUseCase

**

System Use Case Penghubung

Page 40: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

52

kalimat-kalimat yang diproses oleh browser, sehingga ditayangkan ketika

dipanggil dari internet. HTML sendiri merupakan sebuah dokumen dalam

format ASCII dan dapat dibuat dengan sembarang perangkat lunak

pengedit naskah (Bustani, 1999, p13-14)

Dokumentasi HTML terdiri dari kumpulan perintah yang ditulis

dalam bentuk teks standar ASCII dan teks yang dipakai untuk memberi

perintah pada dokumen tersebut, lalu browser secara otomatis akan

mencari URL yang diwakili dan menampilkannya.

2.9 Cascading Style Sheets (CSS)

CSS adalah sebuah standar yang didesain untuk memisahkan

gambaran isi secara visual dari penjelasan struktural yang sebenarnya

(Evans et. al., 2003, p585).

2.10 ASP.Net

Menurut Richard et al. (2002, p1), ASP.Net adalah satu bagian dari

keseluruhan .NET framework, fleksibel dan kaya akan arsitektur, didesain

tidak hanya untuk kebutuhan pengembang web sekarang, tetapi juga untuk

masa yang akan datang. Tidak seperti update yang sebelumnya dari ASP,

ASP.NET jauh lebih bagus dari pengupgradean teknologi yang ada, seperti

pintu gerbang menuju era baru pengembangan web.

Keunggulan ASP.NET :

a. Membuat coding lebih gampang dibaca.

b. Meningkatkan kegunaan dan keamanan.

c. Menyediakan support yang lebih baik untuk browser yang berbeda.

Page 41: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

53

d. Memungkinkan jenis pengembangan web application yang baru (Web

2.0).

2.11 Database

Menurut Connolly dan Begg (2002, p14), database adalah kumpulan

data, yang terhubung secara logis yang dapat digunakan secara bersama,

dan deskripsi dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi

dari suatu organisasi.

Menurut O’Brien (2003, p145), database adalah sebuah kumpulan

terintegrasi dari elemen data yang terhubung secara logis.

Database juga dapat diartikan sebagai kumpulan data yang berfungsi

sebagai penyedia informasi bagi pengguna. Objek-objek yang ada dalam

sebuah basis data :

a. Tabel, yaitu objek yang berisi tipe-tipe data.

b. Kolom, yaitu sebuah tabel berisi kolom untuk menampung data.

Kolom mempunyai tipe dan nama yang unik.

c. Tipe data, yaitu sebuah kolom mempunyai sebuah tipe data. Tipe data

yang dapat dipilih misalnya character, numeric, dan sebagainya.

d. Primary key, yaitu kata kunci utama yang menjamin data agar unik,

hingga dapat dibedakan dari data yang lain.

e. Foreign key, merupakan kolom-kolom yang mengacu pada primary

key dari tabel yang lain. Dengan kata lain, primary key dan foreign key

digunakan untuk menghubungkan sebuah tabel dengan tabel lain

Dalam database dikenal pula istilah database relational, yaitu basis

data yang menghubungkan antara satu tabel dengan tabel lain dalam satu

Page 42: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

54

basis data. Database relational selalu menggunakan field kunci untuk

mendefinisikan relasi antar tabel. Semakin banyak tabel yang ada, semakin

banyak relasi yang diperlukan untuk menghubungkan semua tabel. Sebuah

tabel tidak harus langsung berhubungan dengan setiap tabel lain, tetapi

setiap tabel dalam basis data terhubung satu sama lain (tidak ada tabel

yang berdiri sendiri). Jadi tabel dapat berhubungan dengan setiap tabel lain

dengan hubungan langsung atau tidak langsung (Martina, 2003, p2).

2.11.1 Database Management System (DBMS)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p16), DBMS adalah suatu

sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk

menentukan, menciptakan, memelihara dan mengontrol akses ke

database.

Menurut O’Brien (2003, p147), DBMS adalah sekumpulan

program komputer yang mengontrol pembuatan, pemeliharaan dan

penggunaan database pada suatu organisasi dan penggunanya.

Secara khusus, DBMS menyediakan fasilitas berikut :

a. Memungkinkan pengguna untuk menentukan database, biasanya

melalui Data Definition Language (DDL). DDL memungkinkan

user untuk menentukan tipe user dan struktur data mendorong data

untuk disimpan ke database;

b. Memungkinkan pengguna untuk melakukan insert, update, delete

dan retrieve dari database, biasanya melalui Data Manipulation

Language (DML);

c. Menyediakan akses terkontrol ke database.

Page 43: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

55

2.11.2 Structured Query Language (SQL)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p111), SQL merupakan

bahasa yang dirancang untuk menggunakan relasi untuk mengubah

masukan menjadi keluaran yang diharapkan.

Menurut O’Brien (2003, p148), SQL adalah bahasa query yang

ditemukan di berbagai paket manajemen database.

SQL dimaksudkan untuk memenuhi keputusan berikut :

a. Membuat database dan struktur relasi;

b. Melakukan tugas dasar manajemen data, seperti pemasukan,

modfikasi dan penghapusan data dari relasi;

c. Melakukan query sederhana dan kompleks.

Standar SQL memiliki dua komponen :

a. Data Definition Language (DDL) untuk menetapkan struktur

database dan mengontrol akses ke data;

b. Data Manipulation Language (DML) untuk mendapatkan

kembali (retrieve) dan memperbahurui data.

2.12 SQL Server 2005

SQL Server 2005 (Joseph Sack, 1997) dibuat untuk mengolah

informasi dengan cepat. SQL Server 2005 adalah bahasa yang sangat index

friendly, mudah dimengerti oleh user.

SQL Server 2005 memerlukan .NET Framework 2.0 dalam proses

instalasinya untuk memudahkan pengguna dan developer untuk

menentukan tipe data terbaik untuk kolom.

SQL Server 2005 di kembangkan oleh Joseph Sack, dia adalah

Page 44: Tesis Daftar Isi Bab 1-5 Daftar Pustaka n Acuanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/SO AGUNG SIDHARTA 2.pdfmengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai: 1. Lembaga kepercayaan masyarakat

56

seorang konsultan yang bertempat di Minneapolis Minnesota. Sejak 1997

dia telah mengembangkan SQL Server untuk multimedia distribution,

konsultasi IT, manufacturing, dan industri real estate.

SQL Server 2005 merupakan bahasa yang memiliki kemampuan

cukup baik untuk menunjang kinerja user. SQL digunakan untuk mencari

informasi (query), memanipulasi data (DML), mendefinisikan data (DDL),

dan bahasa pengendali dokumentasi.