tesis analisis implementasi kebijakan dana desa di

258
TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI KABUPATEN MAMUJU TENGAH AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF VILLAGE FUND POLICY IN CENTRAL MAMUJU REGENCY OLEH: ARSAL ARAS P08 042 16 011 PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

TESIS

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA

DI KABUPATEN MAMUJU TENGAH

AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF VILLAGE FUND POLICY

IN CENTRAL MAMUJU REGENCY

OLEH:

ARSAL ARAS

P08 042 16 011

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA

DI KABUPATEN MAMUJU TENGAH

AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF VILLAGE FUND POLICY

IN CENTRAL MAMUJU REGENCY

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Magister Administrasi Pembangunan

disusun dan diajukan oleh

ARSAL ARAS

P08 042 16 011

kepada

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI
Page 4: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI
Page 5: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI
Page 6: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

v

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas

Berkah dan Hidayahnya sehingga kita masih di berikan limpahkan rezeki

dan kehidupan sehingga penulisan tesis ini dapat terlaksana dengan baik

tanpa ada hambatan yang berarti. Penulisan Tesis ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan

pendidikan S2 Program Pasca Sarjana departemen Administrasi

pembangunan Konsentrasi Administrasi Pemerintahan Daerah Universitas

Hasanuddin.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyadari bahwa tidak

terlepas dari campur tangan berbagai pihak, yang telah memberikan

bantuan baik berupa dana, doa, motivasi, arahan dan lain sebagainya,

terutama untuk Ayahanda H. ARAS TAMMAUNI Istriku tercinta ASRIANI

BUSTAM, SE serta Anak2ku dan KELUARGA tiada henti berdoa dan

berharap akan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi ini.

Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr. Dwia Aries Tina,MA., selaku Rektor Universitas Hasanuddin

Makassar.

2. Prof. Dr. Armin Arsyad,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Dr.Muhammad Yunus, M.A., sebagai Ketua Program Studi Administrasi

Pembangunan PascaSarjana Universitas Hasanuddin Makassar

Page 7: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

vi

4. Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si., sebagai Ketua Kosentrasi Administrasi

Pemerintahan Daerah Program Studi Administrasi Pembangunan

PascaSarjana Universitas Hasanuddin Makassar sekaligus sebagai

Ketua Komisi Penasehat,atas bantuan dan bimbingan yang telah

diberikan mulai dari awal penyusunan proposal hingga selesainya

penelitian ini.

5. Dr. H. A.M. Rusli, M.Si., sebagai Anggota Komisi Penasehat,atas

bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari awal

penyusunan proposal hingga selesainya penelitian ini.

6. Prof. Dr. H. Rasyid Thaha, M.Si, Prof. Dr. H. Andi Gau Kadir, M.A ,dan

Dr. Nurlinah, M.Si, sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan

saran dalam perbaikan pada tesis ini.

7. Para dosen-dosen PPs Administrasi Pembangunan Konsentrasi

Administrasi Pemerintahan Daerah dan seluruh staf karyawan Fisip

Unhas atas bantuannya selama penulis menempuh pendidikan.

8. Bapak Bupati Mamuju Tengah, Bapak H. ARAS TAMMAUNI beserta

jajarannya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

sehingga penulis dapat menyelesaikannya dalam bentuk Tesis.

9. Bapak Zulkifli Ramli selaku Kepala Dinas PMD Kabupaten Mamuju

Tengah, yang telah mendukung dan memberikan perhatian sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian.

10. Seluruh Guru-guru Penulis, di Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin

yang banyak membimbing penulis hingga saat ini.

Page 8: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

vii

11. Teman-teman Pascasarjana Administrasi Pembangunan Konsentrasi

Administrasi Pemerintahan Daerah Angkatan 2015. Saddam, Isal, H.

Sahrul Sukardi, Adnan Pratama, Wahyu Budi Pratama, Surahmat

Musa, Gorby Arkeysya, Rahmat Hidayat, Rima Adriani, Hilal Bahnar, A.

Ridha rimbawan, Sambolangi, yang telah membantu dan memberikan

motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam

menyelesaikan Tesis ini.

Doa Penulis Kepada Allah SWT semoga Berkah dan Rezeki

mengiringi setiap saudara/i yang sudah memberikan kontribusi sampai

penelitian dan penulisan Tesis ini bisa terselesaikan dengan baik.

Makassar, November 2018

Penulis

Page 9: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

viii

DAFTAR ISI

Halaman sampul i

Halaman pengesahan ii

Abstrak iii

Kata pengantar v

Daftar isi viii

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan masalah 10

1.3. Tujuan penelitian 10

1.4. Manfaat penulisan 11

BAB II Tinjauan pustaka

2.1. Konsep Analisis 12

2.2. Konsep Kebijakan 13

2.3. Analisis Kebijakan 14

2.4. Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan 14

2.5. Konsep pengelolaan 16

2.6. Konsep dan Teori implementasi Kebijakan 18

2.7. Konsep Desa 29

2.8. Konsep Pemerintah 35

2.9. Pemanfaatan 42

Page 10: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

ix

2.10. Dana Desa 44

2.11. Pembangunan Desa 78

2.12. Penelitian terdahulu 81

2.13. Kerangka Pikir 84

BAB III Metode penelitian

3.1. Jenis Penelitian 89

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 89

3.3. Jenis dan Sumber Data 90

3.4. Informan 90

3.5.Teknik Pengumpulan Data 92

3.6.Teknik Analisis Data 94

3.7. Defenisi Operasional 95

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 98

4.2. Implementasi kebijakan pengelolaan dana desa 160

4.3. Pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan

desa di Kabupaten Mamuju Tengah

201

4.4. Analisis Teoritik 219

BAB V Penutup

5.1. Kesimpulan 231

5.2. Saran 234

Page 11: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

x

Daftar pustaka 236

Lampiran-lampiran 239

Page 12: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini Pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan

pelaksanaan Pembangunan Nasional agar laju pembangunan daerah yang di

dalamnya juga termasuk pembangunan desa semakin seimbang. Salah satu

upaya pemerintah untuk membangun Indonesia yang lebih baik yaitu dengan

adanya Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah menjelaskan bahwa pemerintah di daerah diberi kewenangan untuk

mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri baik dari segi

perencanaan, pembiayaan maupun dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini

pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh dalam penentuan

kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan hingga pembiayaan. Hal ini

didukung dengan adanya Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa yang lebih dikenal dengan Undang – Undang Desa.1

Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa

diberikan kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya

sendiri serta pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan

dan kualitas hidup masyarakat desa. Selain itu pemerintah desa diharapkan

untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber

1 Undang-undang 23 Tahun 2014

Page 13: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

2

daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan

kekayaan milik desa. Begitu besar peran yang diterima oleh desa, tentunya

disertai dengan tanggung jawab yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah

desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata

pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.2

Beberapa tujuan dari UU Desa terdapat pada pasal 4 diantaranya

yaitu memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi

kesenjangan pembangunan nasional dan memperkuat masyarakat Desa

sebagai subjek pembangunan. Dalam rangka meningkatkan

penyelenggaraan pemerintah desa menuju tercapainya otonomi desa untuk

menciptakan Desa Mandiri, perlu adanya upaya untuk menata, mengelola,

menggali dan menggerakkan seluruh potensi yang ada di masyarakat,

olehnya itu Pemerintah Pusat melalui APBN memberikan bantuan berupa

Dana desa

UU Desa yang didukung PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP

No. 60 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN, telah memberikan

pondasi dasar terkait dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Page 14: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

3

pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian desa sangat

berperan penting dalam mendukung kesuksesan Pemerintahan Nasional.

Melalui Undang – Undang Nomor 6 tentang Desa tersebut posisi desa bisa

menjadi “arena” pelaksanaan program pembangunan dari pemerintah, tidak

seperti dulu lagi yang hanya sebatas sebagai “lokasi” program

pembangunan. Dengan begitu desa akan menyelenggarakan pemerintahan,

pembangunan, pemberdayaan masyarakat sendiri secara penuh. Desa akan

menjadi subjek pembangunan bukan lagi sebagai objek pembangunan.3

Undang – Undang Desa telah menempatkan desa sebagai organisasi

campuran (hybrid) antara masyarakat berpemerintahan (self governing

community) dengan pemerintahan local (local self government). Dengan

begitu, sistem pemerintahan di Desa berbentuk pemerintahan masyarakat

atau pemerintahan berbasis masyarakat dengan segala kewenangannya

(authority). Karena adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan

otonomi desa harus ditunjang dengan tersedianya dana yang cukup, karena

pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung

penyelenggaraan otonomi desa, seperti halnya pada penyelenggaraan

otonomi daerah. 4

3 PP Nomor 43 Tahun 2014 4Astuti, T.P Dan Yulianto, 2016. Good Governance Pengelolaan Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya undang-undang No.6 Tahun 2014. Berkala akuntansi dan keuangan Indonesia, 1(1): 1-14

Page 15: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

4

Salah satu poin yang paling krusial dalam Undang-Undang Desa,

adalah terkait alokasi anggaran untuk desa, di dalam penjelasan Pasal 72

tentang Keuangan desa, besaran alokasi anggaran yang peruntukannya

langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana

transfer daerah secara bertahap. Anggaran yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dihitung berdasarkan jumlah desa

dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka

kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Setiap desa

mendapatkan dana sekitar Rp. 1.4 miliar berdasarkan perhitungan dalam

penjelasan UU desa yaitu, 10 persen dari dana transfer daerah menurut

APBN dan untuk perangkat desa sebesar Rp. 59, 2 triliun, ditambah dengan

dana dari APBD sebesar 10 persen sekitar Rp. 45,4 triliun. Total dana untuk

desa adalah Rp. 104, 6 triliun yang akan dibagi ke 72 ribu desa se

Indonesia.5

Maksud pemberian Dana Desa tersebut adalah sebagai bantuan

stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program

pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong

masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan

masyarakat, demi meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan

pembangunan desa. Namun demikian, ternyata dalam implementasi

kebijakan dana desa masih menghadapi berbagai permasalahan.

5 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Page 16: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

5

Seiring diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, maka yang menjadi perhatian kita bersama adalah bagaimana

selanjutnya pemerintahan desa mengelola keuangan dan

mempertanggungjawabkannya. Hal tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan

Pemerintah No. 60 tahun 2014 pasal 2 menyatakan bahwa Dana Desa

dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan,

efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan

kepentingan masyarakat setempat.6

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan tersebut keefektifan menjadi

salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dana desa untuk

program atau kegiatan yang sesuai dengan tujuan dana desa. Untuk apa

suatu kebijakan dijalankan apabila tidak efektif dalam membantu mengatasi

berbagai masalah di bangsa ini. Terkhusus masalah yang ada dalam Desa

dimana Desa saat ini merupakan subjek pembangunan dan diberi

kewenangan untuk mengelola sendiri keuangan Desanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat garis kemiskinan di Indonesia

naik 2,78% dari Rp. 344.809 per kapita per bulan pada September 2015

menjadi Rp. 354.386 per kapita perbulan pada Maret 2016. Garis kemiskinan

di perdesaan secara nasional juga naik 3,19% dari Rp. 333.034 per kapita

perbulan pada September 2015 menjadi Rp.343.646 per kapita perbulan

6 PP 60 Tahun 2014

Page 17: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

6

pada Maret 2016. Olehnya itu, kemiskinan menjadi masalah utama dalam

pembahasan dana desa tersebut.7

Salah satu daerah kabupaten yang mendapatkan bantuan berupa

dana desa adalah kabupaten Mamuju Tengah. Mamuju tengah memiliki

jumlah 54 desa yang terdiri dari 5 kecamatan. Pada tahun 2018, Kabupaten

mamuju tengah mendapatkan dana desa sebesar Rp. 45.226.000.004

(sumber: PMD Kabupaten Mamuju Tengah). Dengan bantuan dana tersebut

diharapkan pemerintah desa selaku pengelola dituntut agar dapat mengelola

dana tersebut dengan baik. Pemerintah desa harus bersinergi dengan

masyarakat dalam pelaksanaan program atau kegiatan dalam artian bahwa

masyarakat harus berperan aktif agar dapat tercapai kata efektif dan efisien

dalam penggunaan dana desa tersebut. Inilah mengapa penggunaan dana

desa harus dikawal dan diawasi oleh masyarakat desa agar tepat sasaran.

Pengelolaan keuangan Desa tentunya harus dilakukan dengan

manajemen yang baik dan akuntabel karena dana yang masuk ke Desa

bukanlah dana yang kecil, melainkan sangat besar untuk dikelola oleh

sebuah Pemerintahan Desa. Dengan adanya kebijakan Dana Desa tersebut,

maka dimensi manajemen pada pelaksanaan kebijakan Dana Desa tersebut

perlu untuk diterapkan dengan baik karena menurut Nugroho, kebijakan

publik di dalamnya terjadi proses perancangan dan perencanaan;

pelaksanaan melalui berbagai organisasi dan kelembagaan; serta untuk

7 BPS Tahun 2014-2015

Page 18: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

7

mencapai hasil yang optimal, maka implementasi kebijakan publik harus

dikendalikan. Dari pemaparan ahli tersebut jelas bahwa implementasi

kebijakan yang baik di dalamnya dipengaruhi oleh proses manajemen yang

baik pula untuk mencapai sesuatu yang diharapkan ketika pelaksanaan

kebijakan sudah berjalan. Selanjutnya, Ramdhani, & Ramdhani (2017)

menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah implementasi atau

penerapan suatu kebijakan melalui program, aktifitas, aksi, atau tindakan

dalam suatu mekanisme yang terikat pada suatu sistem tertentu8

Dana Desa merupakan kebijakan yang baru bagi Desa itu sendiri,

banyak kalangan yang meragukan keberhasilan dari kebijakan ini karena

ketidaksiapan dari Aparatur Pemerintah Desa itu sendiri, terutama dalam

pengelolaan keuangan yang bussiness process-nya hampir sama dengan

tingkat Pemerintah Daerah. Padahal menurut Edward III (dalam Nugroho,

2014) bahwa ketersediaan sumberdaya pendukung, khususnya Sumber

Daya Manusia (SDM) yang cakap menjadi faktor untuk carry out kebijakan

publik yang efektif. Menurut John P (2015) pun berpendapat bahwa

lemahnya sumberdaya menjadi salah satu faktor implementasi kebijakan

tidak efektif dan tidak tepat sasaran yang mengakibatkan pelaksanaan

pembangunan tidak berjalan dengan semestinya. Pemanfaatan pada

dasarnya menunjukan kepada suatu ukuran tingkat kesesuaian antara hasil

8 Nugroho 2014

Page 19: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

8

yang dicapai dengan hasil yang diharapkan sebagaimana telah terlebih

dahulu ditetapkan.9

Potensi yang cukup baik di daerah Mamuju Tengah, ditambah lagi

adanya bantuan dana desa, diharapkan dari meningkatnya pendapatan

masyarakat yang akhirnya mampu menyejahterakan kehidupan masyarakat.

Kemudian kita kembali melihat bagaimana hasil dari kerja keras pemerintah

desa dalam mengelola dana tersebut, apakah mampu mempergunakan

bantuan dengan baik dan berdaya guna bagi masyarakat serta tercapainya

tujuan dari dana desa itu sendiri.

Dalam pelaksanaan pemanfaatan Dana Desa tersebut, berdasarkan

wawancara dengan beberapa narasumber dalam studi pendahuluan

penelitian ini, masih mengalami beberapa kendala seperti, lambatnya

pencairan Dana Desa sehingga menghambat program-program

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa serta

minimnya sumber daya manusia yang ahli dalam pelaporan penggunaan

Dana Desa.

Hal tersebut juga di ungkapkan oleh Sekertaris Provinsi Sulbar, bapak

Ismail Zainuddin mengatakan bahwa pengelolaan dana desa juga

dihadapkan pada sejumlah persoalan yang harus segera diselesaikan,

seperti, kurangnya konsistesi regulasi dan sinergitas antara Kementrian

terkait, lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah

9 Jhon P 2015 dan Iskandar 2016

Page 20: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

9

provinsi, pemerintah kabupaten dalam hal pembinaan dan pengawasan

terhadap pemerintahan di desa yang mesti dicarikan solusi. 10

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata masih

terdapat berbagai permasalahan dalam penggunaan dana desa. Hal ini

memperlihatkan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan yang

dirancang secara baik oleh pemerintah ketika diimplementasikan terkadang

pencapaiannya jauh dari apa yang diharapkan. Fakta yang ada menunjukkan

bahwa berbagai kondisi ideal yang tercantum dalam dokumen kebijakan

seperti yang terwujud dalam bentuk Undang–Undang, peraturan pemerintah,

regulasi setingkat menteri dan program pembangunan tahunan yang rutin

ternyata ketika harus berhadapan dengan berbagai realitas lapangan menjadi

“mandeg” atau sulit untuk di realisasikan, sehingga kebijakan tersebut

menjadi kurang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Mamuju Tengah merupakan kabupaten kategori muda di

bandingkan kabupaten lain di Sulawesi Barat, masalah lain adalah

perkembangan pembangunan di desa jauh lebih lambat dan berkurang dari

pada dikota, akses pelayanan publik di kota jauh lebih cepat berkembang

daripada di desa dan dengan demikian pelayanan masyarakat semakin

senjang dari waktu ke waktu akan semakin maju tentu saja perubahan itu

ingin diikuti oleh desa. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas

10 cendananews.com

Page 21: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

10

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis

Implementasi Kebijakan Dana Desa di Kabupaten Mamuju Tengah ”

1.2. Rumusan Masalah

Semenjak diberlakukannya UU Desa empat tahun terakhir pemerintah

Desa diberi kesempatan dan kewenangan untuk mengelola sendiri keuangan

desa. Hal ini bertujuan untuk dapat meningkatkan pembangunan nasional

melalui pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Selanjutnya pemerintah desa membuat program – program yang sesuai

dengan petunjuk prioritas penggunaan dana desa. Kemudian, pemerintah

desa mengimplementasikan program tersebut. Namun dalam kenyataannya,

pengimplementasian suatu kebijakan sering mengalami kesenjangan antara

harapan dan kenyataan. Atas dasar itu, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan dana

desa di Kabupaten Mamuju Tengah?

2. Bagaimana pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan

pembangunan desa di Kabupaten Mamuju Tengah?

1.3. Tujuan penelitian

1. untuk menganalisis kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan

dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah.

Page 22: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

11

2. Untuk menganalisis pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan

pembangunan desa di Kabupaten Mamuju Tengah

1.4. Manfaat Penulisan

1. Memperkaya kajian teoritik dalam pengembangan ilmu pemerintahan,

terutama yang berkaitan dengan studi tentang pemerintahan desa,

khususnya dalam aspek pengelolaan keuangan desa. Selain itu

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para

peneliti lain yang berminat untuk melakukan pengembangan kajian,

khususnya dalam hal studi tentang masalah-masalah pemerintahan

desa.

2. Memberikan kontribusi kepada Pemerintah Kabupaten Mamuju

Tengah untuk menemukan berbagai permasalahan yang terjadi di

lingkungan pemerintah desa, khususnya yang berkaitan dengan

pengelolaan dana desa, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan dan perumusan berbagai kebijakan

yang terkait dengan pembangunan desa.

Page 23: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini akan diuaraikan berbagai konsep-konsep yang disesuaikan

berdasarkan topik, judul dan fokus penulisan. Konsep-konsep ini menjadi

landasan atau kerangka berpikir dalam perumusan pelaksanaan studi, kajian,

dan penelitian yang dilakukan.

2.1. Konsep Analisis

Analisis merupakan salah satu hal yang penting dalam menentukan

suatu kebijakan, sebab dalam pelaksanaan dan penentuan suatu kebijakan

tanpa adanya suatu analisis, maka tolak ukur dalam menentukan tingkat

keberhasilannya tentunya akan sangat sulit menilainya.

The Liang Gie, memberi pengertian analisis dengan menyatakan

bahwa :

“analisis merupakan segenap rangkaian pikiran yang menelaah sesuatu hal secara mendalam, terutama mempelajari bagian-bagian dari suatu kebulatan untuk mengetahui diri masing-masing bagian, hubungan satu sama lainnya dan peranannya dalam keseluruhan yang bulat itu”.11 Kemudian dalam Kamus Bahasa Indonesia, definisi kata analisis

mengandung arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab,

duduk perkaranya, dan sebagainya).

11 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, Hal 26-27.

Page 24: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

13

Menurut penulis yang terpenting adalah aspek fungsi dari sebuah

analisis dalam suatu hal sangat urgent dalam menentukan suatu

kebijaksanaan terutama mengenai tindak lanjut pembangunan karena dalam

mengambil keputusan peran analisis sangat berarti. Oleh karena itu, dalam

analisis yang diperlukan adalah kesimpulan, dimana dapat digunakan

sebagai pegangan terhadap pelaksanaan tindakan.

2.2. Konsep Kebijakan

Istilah kebijakan/kebijaksanaan muncul dalam waktu dan konteks

yang berlainan sehingga menimbulkan keragaman istilah tertentu Laswell

dan Kaplan dalam Islamy (1991), mengemukakan pendapatnya mengenai

kebijaksanan

“ policy as projected of good, values and practices “( Kebijaksanan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek praktek yang terarah). Dengan demikian kebijaksanaan diartikan sebagai sekumpulan tindakan-tindakan individu, kelompok, pemerintah/ swasta, baik yang sengaja dilakukan maupun ketidakmampuan untuk bertindak secara sengaja yang diarahkan pada pemecahan masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang telah digariskan12.

Berdasarkan pengertian kebijakan tersebut, penulis mengartikan

bahwa kebijakan adalah sebuah keputusan yang di lakukan seseorang atau

sekelompok orang (Pemerintah) untuk di ikuti dan dipatuhi serta dapat

memepengaruhi banyak orang dalam setiap keputusan dan tindakannya

guna memecahkan permasalahan tertentu di tengah masyarakat.

12 Irfan Islamy, Materi Pokok Kebijakan Publik, Karunika, 1991, Hal.16.

Page 25: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

14

2.3. Analisis Kebijakan

E.S Quade di dalam buku Analisis kebijakan Publik, mendifiniskan

analisis kebijakan adalah :

“ Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan dalam analisa kebijakan, kata analis digunakan dalam pengertian yang paling umum, termasuk penggunaan intuisi dan pengungkapan pendapat dan mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dengan memilah-milahkannya ke dalam sejumlah komponen tetapi juga perancangan dan sintesa alternatif-alternatif baru. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pandangan-pandangan terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipatif sampai mengevaluasi suatu program yang lengkap. Beberapa analisis kebijakan bersifat informal, meliputi tidak lebih proses berfikir yang keras dan cermat , sementara yang lainnya memerlukan pengumpulan data yang ekstensif dan penghitungan yang teliti dengan menggunakan proses matematis yang canggih “.13 Selain itu menurut William Dunn, pengertian analisis kebijakan :

“Analisis kebijakan merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan secara konseptual tidak termasuk menggumpulkan informasi.”14

2.4. Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan

William Dunn, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Analisis

kebijakan mengelompokkan bentuk-bentuk Analisis Kebijakan sebagai

berikut :

13 William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999, hal 96. 14 Ibid, Hal 118

Page 26: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

15

a. Analisis Kebijakan Prospektif

berupa produksi dan transpormasi informasi sebelum aksi kebijakan

dimulai dan diimplementasikan cenderung mencari cara beroprasinya para

ekonom , analis sistem dan peneliti operasi.

b. Analisis kebijakan Retrosfektif

Analisis ini dijelaskan sebagai penciptaan dan transpormasi informasi

sesudah aksi kebijakan dilakukan, mencakup berbagai tipe kegiatan yang

dikembangkan oleh tiga kelompok analis :

1. Analis yang berorientasi pada disiplin, sebagian besar terdiri dari para

ilmuwan politik dan sosiologi, yang mengembangkan dan menguji teori

yang menerangkan sebab-sebab dan konsekwensi kebijakan.

2. Analis yang berorientasi pada masalah ( Problem –Orentid analyst )

Kelompok ini sebagian besar berusaha menerangkan sebab-sebab

dan konsekwensi kebijakan, tetapi kurang menaruh perhatian pada

pada pengembangan dan pengujian teori yang dianggap penting

dalam ilmu sosial.

3. Analis yang berorientasi pada aplikasi ( Aplication-orented)kelompok

analis yang umumnya dari Imuwan Politik, Sosiologi, pekerja sosial

dan Administarsi Publik dan Penelitian Evaluasi. Berusaha

menerangkan sebab-sebab dan konsekwensi kebijakan-kebijakan dan

program publik, tetapi tidak menaruh perhatian pada pengembangan

dan pengujian teori-teori dasar. lebih jauh tidak hanya menaruh

perhatian pada variabel-variabel kebijakan tetapi juga melakukan

Page 27: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

16

identifikasi tujuan dan sasaran kebijakan publik dari para pembuat

kebijakan dan pelaku kebijakan.

c. Analisis Kebijakan yang Terintegrasi

Mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh

perhatian pada penciptaan dan transpormasi informasi sebelum dan sesudah

tindakan kebijakan diambil. Menuntut para analis setiap saat terus menerus

mentranspormasikan dan mengahasilkan informasi. Kegiatan analis ini

berulang-ulang terus menerus tanpa ujung sebelum masalah kebijakan yang

memuaskan ditemukan”15.

Dari beberapa bentuk analisis kebijakan yang ada, penulis

berkecendrungan untuk terlibat dalam analisis Kebijakan retrosfektif yang

berorientasi pada aplikasi dimana penulis menekankan pada pengelolaan

dari kebijakan dan dampak yang dimunculkan dari kebijakan tersebut.

2.5. Konsep pengelolaan

Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu

hingga menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula.

Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar

lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.

Nugroho, mengemukakan bahwa :

“Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etomologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelolah. (to

15 William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999, hal 117-124.

Page 28: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

17

manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu”16. Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen yang berhubungan

dengan proses mengurus dan menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan

tertentu yang ingin dicapai.

Selanjutnya mengenai pengertian pengelolaan, Pamudji

mengemukakan sebagai berikut :

“Perkataan pengelolaan berasal dari kata .kelola. yang berarti sama dengan mengurus. Jadi pengelolaan diartikan sebagai pengurusan yaitu merubah nilai-nilai yang lebih tinggi, dengan demikian pengelolaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat”17. Pendapat Pamudji di atas mengenai pengelolaan terlihat menitik-

beratkan pada dua faktor penting yaitu :

a. Pengelolaan sebagai pembangunan yang merubah sesuatu sehingga

menjadi baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi.

b. Pengelolaan sebagai pembaharuan yaitu usaha untuk memelihara

sesuatu agar lebih cocok dengan kebutuhan-kebutuhan.

Selanjutnya, Admosudirjo mendefinisikan bahwa: “Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu”18.

16 Riant Nugroho, Public Policy, Gramedia, Jakarta, 2009, 119. 17 S.Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan Di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985, Hal 7. 18 Admosudirjo, Sistem Informasi Manajemen, 2005, Hal 160.

Page 29: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

18

Berdasarkan pengertian di atas, Admosudirjo menitikberatkan

pengelolaan pada proses mengendalikan dan memanfaatkan semua faktor

sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat.

Sedangkan Terry, mengemukakan bahwa Pengelolaan sama dengan

manajemen sehingga pengelolahan difahami sebagai suatu proses

membeda-bedakan atas perencanaan, pegorganisasian, penggerakan dan

pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat

menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya19.

Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya

sering dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, dan

pengawasan. Istilah manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang

berarti menangani, memimpin, membimbing, atau mengatur. Sejumlah ahli

memberikan batasan bahwa manajemen merupakan suatu proses, yang

diartikan sebagai usaha yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan.

Proses ini merupakan serangkaian tindakan yang berjenjang, berlanjut dan

berkaitan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.6. Konsep dan Teori implementasi Kebijakan

Secara sederhana, implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau

penerapan. Menurut Browne dan Wildaysky, implementasi adalah perluasan

19 George R Terry ,Prinsip-Prinsip Manajemen Cetakan 10, PT.Bumi Aksara, Jakarta, 2009, Hal 9.

Page 30: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

19

aktivitas yang saling menyesuaikan. Kamus Webster, merumuskan secara

pendek bahwa to implement (mengimplementasikan), berarti to provide the

means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu),

to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).

Untuk kebijakan yang mikro, implementasi hanya melibatkan satu badan

yang berfungsi sebagai implementor, misalnya, kebijakan komite sekolah

untuk mengubah metode pengajaran guru dikelas. Sebaliknya untuk

kebijakan makro, misalnya, kebijakan pengurangan kemiskinan di pedesaan,

maka usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi, seperti

birokrasi kabupaten, kecamatan dan pemerintah desa.

Tahapan implementasi sebuah kebijakan merupakan tahapan yang

krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan.

Tahapan implementasi perlu dipersiapkan dengan baik pada tahap

perumusan dan pembuatan kebijakan.

Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan

sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam, manusia maupun

biaya) dan diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil

untuk mencapai tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut

merupakan bentuk transformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam

kebijakan menjadi pola-pola operasional yang pada akhirnya akan

menimbulkan perubahan sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan yang

telah diambil sebelumnya. Hakikat utama implementasi adalah pemahaman

atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah kebijakan diputuskan.

Page 31: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

20

Tahapan ini tentu saja melibatkan seluruh stake holder yang ada, baik

sektor swasta maupun publik secara kelompok maupun individual.

Implementasi kebijakan meliputi tiga unsur yakni tindakan yang diambil oleh

badan atau lembaga administratif; tindakan yang mencerminkan ketaatan

kelompok target serta jejaring sosial politik dan ekonomi yang mempengaruhi

tindakan para stake holder tersebut. Interaksi ketiga unsur tersebut pada

akhirnya akan menimbulkan dampak, baik dampak yang diharapkan maupun

dampak yang tidak diharapkan.

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak

variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling

berhubungan satu sama lain. untuk memperkaya pemahaman kita tentang

berbagai variabel yang terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada

beberapa teori implementasi kebijakan yang lazim dugunakan dalam

berbagai kajian, antara lain:

• Teori George C.Edwards III (1980)

Dalam pandangan George C. Edwards III (1980) dalam buku dasar-

dasar kebijakan publik, Leo Agustino (2008:149) keberhasilan implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: (1) komunikasi, (2)

sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat variabel

tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan

Page 32: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

21

sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target

group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan

sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali

oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari

kelompok sasaran.

2. Sumber daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya

tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi

implementor dan sumber daya finansial.sumberdaya adalah faktor penting

untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan

hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor.

apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang

berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan

juga menjadi tidak efektif. berbagai pengalaman pembangunan dinegara-

negara dunia ketiga menunjukkan bahwa tingkat komitmen dan kejujuran

aparat rendah. Berbagai kasus korupsi yang muncul di negara-negara dunia

ketiga, seperti indonesia adalah contoh konkrit dari rendahnya komitmen dan

Page 33: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

22

kejujuran aparat dalam mengimplementasikan program-program

pembangunan.

4. Struktur birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah

satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya

prosedur operasi yang (standard operating procedures atau SOP). SOP

menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur

organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan

dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan

kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak

fleksibel.

• Teori Merilee S. Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (1980) dalam

buku dasar-dasar kebijakan publik, Leo Agustino (2008:154) dipengaruhi oleh

dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi.

variabel isi kebijakan ini mencakup:

1. Sejauh mana kepentingan kelompok atau target groups termuat dalam

isi kebijakan.

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups.

3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari kebijakan.

4. Apakah letak sebuah program sudah tepat.

Page 34: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

23

5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan

rinci.

6. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup beberapa

hal :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki

oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

b. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.

c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

• Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)

Mazmanian dan Sabatier (1983) dalam buku Leo Agustino (2008:139)

mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai :

“Pelaksanan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya “. Menurut Mazmanian dan Sabatier, ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni:

1. Karakteristik dari masalah

a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak

ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, dipihak

lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan,

seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan sebagainya. Oleh

Page 35: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

24

karena itu, sifat masalah itu sendiri akan memengaruhi mudah tidaknya

suatu program diimplementasikan.

b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu

program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok

sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih

sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran

terhadap program relatif berbeda.

c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.sebuah program

akan relatif sulit implementasikan apabila sasaranya mencakup semua

populasi. Sebaliknya sebuah program relatif mudah diimplementasikan

apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar.

d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang

bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif

mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk

mengubah sikap dan prilaku masyarakat.

2. Karakteristik kebijakan/undang-undang

a. Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah

kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah

memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata.

b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.kebijakan

yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena sudah

teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada

modifikasi.

Page 36: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

25

c. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.

d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai

institusi pelaksana.kegagalan program sering disebabkan kurangnya

koordinasi vertikal dan horizontal antarinstansi yang terlibat dalam

implementasi program.

e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.

f. Tingkat komitmmen aparat terhadap tujuan kebijakan

g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi

dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan

peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat

dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat.

3. Variabel lingkungan

a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tigkat kemajuan teknologi.

Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah

menerima program-program pembaruan dibanding dengan

masyarakat yang masih tertutup dan tradisional.demikian juga,

kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasialan

implementasi program, karena program-program tersebut dapat

disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi

modern.

b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang

memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik.

Page 37: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

26

Sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-intsentif, seperti kenaikan BBM,

atau kenaikan pajak akan kurang mendapatkan dukungan publik.

c. Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups) kelompok pemilih

yang ada dalam masyarakat dapat memengaruhi implementasi

kebijakan melalaui berbagai cara antara lain:

i. Kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan

yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar

dengan maksud untuk mengubah keputusan.

ii. Kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk memengaruhi

badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang

dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan

membuat pertanyaan yang ditujukan kepada badan legislatif.

d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan

tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang

paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan

dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan

prioritas tujuan tersebut.

Enam variable yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:

1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan

harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.

2. Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya

baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya

Page 38: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

27

non-manusia (non-human resourse). Keberhasilan proses

implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan

sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan

proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses

implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh

kebijakan yang telah ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan

kapabilitas dari sumber-sumberdaya itu nihil, maka kinerja kebijakan

publik sangat sulit untuk diharapkan.

3. Komunikasi antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi

sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain.

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi

diantara pihak-pihak yang terkait dalam proses implementasi,

kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi.

4. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen

pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan

pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu

akan memengaruhi implementasi suatu program.

5. Lingkungan eksternal. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang

tidak kondusif dapat menjadi kegagalan dari kinerja implementasi

Page 39: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

28

kebijakan. Dengan kata lain, lingkungan eksternal yang kondusif

dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

6. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para pelaksana. Sikap

penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena

kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga

setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang

mereka rasakan.

Tahapan implementasi kebijakan

Tahapan dari implementasi kebijakan merupakan tahapan yang

krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan.

Dalam buku Dr.H.Faried Ali SH., MS studi tentang kebijakan pemerintah

(2010:18-19). Tahapan implementasi kebijakan yang menempatkan

kebijakan dalam pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan

kebijakan itu sendiri. Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari

suatu kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran

dan bagaimana sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik, sosial

dan lain-lainnya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan. Terhadap

berbagai faktor dalam implementasi kebijakan, wibawa (1994:39)

memberikan gambaran dalam bentuk bagan atas determinan kinerja

implementasi kebijakan. Dijelaskan bahwa ada 4 (empat) faktor yang saling

berinteraksi yang berfokus pada kinerja kebijakan, faktor tersebut secara

Page 40: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

29

berturut-turut adalah: 1) isi kebijakan, 2) political will, 3) karakteristik

kelompok sasaran, dan 4) dukungan lingkungan.

2.7. Konsep Desa

Secara etimologi kata Desa berasal dari bahasa Sansekerta,

deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif

geografis, Desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops

in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah

tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui

dalam pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten. 20

Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang

bersifat universal, terdapat dimana pun di dunia ini, sebagai suatu komunitas

kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara

menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan yang terutama yang

tergantung pada sektor pertanian. Pengertian Desa secara umum lebih

sering dikaitkan dengan Pertanian menurut Egon E. Bergel adalah setiap

pemukiman para petani (peasants). Sebenarnya, faktor pertanian

bukanlah ciri yang harus melekat pada setiap desa. Ciri utama yang terlekat

pada setiap desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari

suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil, sementara itu menurut

Raharjo, bahwa Sekitar 65 persen dari total penduduk indonesia (220 juta

20 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Page 41: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

30

jiwa), yaitu sebanyak 143 juta bermukim di daerah pedesaan, yang

mempunyai mata pencaharian utama pada sektor pertanian dalam arti luas

(meliputi sub-sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan,

perikanan, dan kehutanan).21

Sedangkan Koentjaraningrat, memberikan pengertian tentang desa

melalui pemilahan pengertian komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas

besar (seperti: kota, negara bagian, negara) dan komunitas kecil

(seperti: desa, rukun tetangga dan sebagainya). Dalam hal ini

Koentjaraningrat mendefinisikan desa sebagai komunitas kecil yang menetap

di suatu tempat. 22

Koentjaraningrat tidak memberikan penegasan bahwa komunitas

desa secara khusus tergantung pada sektor pertanian. Dengan kata

lain artinya bahwa masyarakat desa sebagai sebuah komunitas kecil itu

dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam, tidak di sektor

pertanian saja. Selanjutnya, menurut Landis H, seorang sarjana sosiologi

perdesaan dari Amerika Serikat, mengemukakan definisi tentang Desa

dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis

yaitu untuk tujuan analisis statistik, Desa didefinisikan sebagai suatu

lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang, Untuk tujuan analisa

sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang

penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara

21 Egon E. Bergel (1955: 121) 22 Koentjaraningrat (1977 : 162)

Page 42: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

31

sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, Desa

didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung

kepada pertanian.23

Desa menurut Widjaja H.A.W. dalam bukunya yang berjudul

Otonomi Desa menyatakan bahwa Desa adalah sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-

usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai

Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.24

Desa menurut Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang

Desa mengartikan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. 25

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-

usul Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan

Desa dapat berupa penggabungan beberapa Desa, atau bagian Desa yang

23 menurut Landis H. (2012 :12-13) 24 Widjaja H.A.W. (2012 : 3) 25 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Page 43: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

32

bersandingan, atau pemekaran dari satu Desa menjadi dua Desa atau lebih,

atau pembentukan Desa di luar Desa yang telah ada. Pembentukan Desa

tidak semata-mata sesuai dengan keinginan perangkat Desa yang

berwenang mengatur keseluruhan kegiatan di Desa, seperti halnya dengan

pembentukan atau pendirian organisasi baru, pembentukan Desa pun harus

memenuhi aturan-aturan yang ada, berikut landasan hukum pembentukan

Desa adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan diatur

lebih lanjut dalam PP No 43 tahun 2014 yang telah direvisi menjadi PP No 47

tahun 2015 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun

2014.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pembetukan Desa harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun

terhitung sejak pembentukan;

b. Jumlah penduduk sebagaimana diatur pada pasal 8 ayat (3) b;

c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar

wilayah;

d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup

bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;

e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber

daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;

Page 44: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

33

f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta

Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan

Bupati/Walikota;

g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan

pelayanan publik dan tersedianya dana operasional,

penghasilan tetap,dan tunjangan lainnya bagi perangkat

Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. 26

Landasan hukum yang menjadi latar belakang pembentukan suatu

Desa, ada hal lain yang harus dilengkapi juga yaitu unsur-unsur Desa. Dalam

hal ini, yang dimaksud dengan unsur-unsur Desa adalah komponen-

komponen pembentuk Desa sebagai satuan ketatanegaraan. Komponen-

komponen tersebut adalah :

a. Wilayah Desa, merupakan wilayah yang menjadi bagian dari

wilayah kecamatan

b. Penduduk atau masyarakat Desa, yaitu mereka yang bertempat

tinggal di Desa selama beberapa waktu secara berturut-turut.

c. Pemerintahan, adalah suatu system tentang pemerintah sendiri

dalam arti dipilih sendiri oleh penduduk desa yang nantinya akan

bertanggung jawab kepada rakyat Desa.

26 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Page 45: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

34

d. Otonomi, adalah sebagai pengatur dan pengurus rumah tangga

sendiri.

Desa memiliki wewenang sesuai dengan yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa:

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;

b. kewenangan lokal berskala Desa;

c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Landasan dan unsur-unsur Pemerintah Desa merupakan salah satu

dari beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah Desa dalam

penyelenggaraan pemerintahannya, keseluruhan merupakan aturan atau

dasar ideal pelaksanaan pemerintahan Desa. Otonomi daerah yang

diterapkan membantu pemerintah Desa dalam melakukan improvisasi kinerja

dan program-program yang telah di tentukan bisa dijalankan dengan

maksimal. Otonomi tersebut memberi peranan seutuhnya pada pemerintah

Desa dalam mengatur rumah tangga sendiri dengan tetap berpegang teguh

pada kearifan lokal yang dimiliki masyarakat tersebut, karena masyarakat

adalah unsur yang paling mendasar terciptanya Desa yang merupakan

pemerintahan yang paling terkecil.

Page 46: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

35

2.8. Konsep Pemerintah

2.8.1 Pengertian Pemerintah

Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata “perintah” yang

kemudian mendapat imbuhan “pe” menjadi kata “pemerintah” yang berarti

badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.

sedangkan dalam arti sempit pemerintah berarti perkumpulan orang yang

memiliki kebijakan tersendiri mengelolah, memanage, serta mengatur

jalannya suatu proses atau sistem pemerintahan. Atau dapat juga berarti

sekumpulan orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab

terbatas untuk menggunakan kekuasaan.27

Istilah pemerintah diartikan dengan perbuatan (cara, hal urusan dan

sebagainya) memerintah. Dalam kata dasar “perintah” paling sedikit ada

empat unsur penting yang terkandung didalamnya, yaitu sebagai berikut :

a. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan yang

diperintah disebut rakyat atau masyarakat.

b. Pihak yang mewakili kewenangannya dan legitimasi untuk mengatur

dan mengurus rakyatnya.

c. Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada

pemerintah yang sah.

27 Drs. Inu Kencana Kepemimpinan pemerintahan Indonesia

Page 47: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

36

d. Antara pihak yang memerintah terdapat hubungan timbal balik28

2.8.2 Pemerintahan Desa Perspekrif Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada

pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan

desa tersebut. Dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam

penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai

tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa

dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi

desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan

kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan

dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.29

Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan

28 Sri Soemantri, 1976 : 17 29 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Widjaja, 2003:66

Page 48: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

37

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1). Pemerintahan Desa

merupakan bagian dari pemerintahan Nasional yang penyelenggaraannya

ditujukan pada pedesaan. Pemerintahan Desa adalah suatu proses dimana

usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan dengan usaha-

usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Menurut ketentuan umum Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang

disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Desa. Sedangkan Pemerintah Desa adalah

Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Dan pemeritahan Desa

adalah Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan desa diselenggarakan oleh

pemeritah desa, yakni Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan

yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain.

Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan

pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.

Page 49: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

38

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Pasal 26 Ayat 1 Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan

desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,

dan pemberdayaan masyarakat desa. Kewenangan yang di miliki kepala

desa adalah melaksanakan tugas, Kepala Desa berwenang:

a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa

b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa

c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa

d. menetapkan Peraturan Desa

e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

f. membina kehidupan masyarakat Desa

g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala

produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat

Desa

i. Mengembangkan sumber pendapatan desa

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa

l. memanfaatkan teknologi tepat guna

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif

Page 50: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

39

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. (Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 2)

Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh kepala desa, maka

secara hukum memiliki tanggung jawab yang besar, untuk efektif harus ada

pendelegasian kewenangan kepada para pembantunya atau memberikan

mandat. Oleh karena itu dalam melaksanakan kewenangan Kepala berhak:

a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah

Desa

b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa

c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan

penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan

kesehatan

d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang

dilaksanakan

e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya

kepada perangkat Desa. (Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Pasal 26 Ayat 3)

Page 51: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

40

Pemerintahan Desa mempunyai wewenang untuk mengurus dan

mengatur pemerintahan desa. Mempunyai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Pasal 1 angka 4, yakni Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut

dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan

yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan

keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 55 menyebutkan bahwa Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa

bersama Kepala Desa

b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa, dan

c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Penyelenggaraan pemerintah desa dalam membuat dan mengelola

APBDes harus memenui asas Trasparasi, Akuntabilitas dan Parsitipasi. Oleh

karena itu di sebutkan juga menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa Pasal 24 menyebutkan bahwa: Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa berdasarkan asas:

a. kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,

kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Page 52: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

41

b. tertib penyelenggaraan pemerintah adalah asas yang menjadi

landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam

pengendalian penyelenggara Pemerintahan Desa.

c. tertib kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,

dan selektif.

d. Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan

tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa

dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

e. Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan

keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.

f. Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

g. Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan

Pemerintahan Desa harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat Desa sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 53: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

42

h. Pemanfaatan dan efisiensi adalah asas yang menentukan

bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan harus berhasil

mencapai tujuan yang diinginkan masyarakat Desa. Sedangkan

yang di maksud “efisiensi” adalah asas yang menentukan

bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tepat sesuai

dengan rencana dan tujuan.

i. kearifan lokal adalah asas yang menegaskan bahwa di dalam

penetapan kebijakan harus memperhatikan kebutuhan dan

kepentingan masyarakat Desa.

j. Keberagaman adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa

yang tidak boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu

k. Partisipatif penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang

mengikutsertakan kelembagaan Desa dan unsur masyarakat

Desa.

2.9. Pemanfaatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Manfaat mempunyai arti

proses untuk mendapatkan hasil, sedangakan pemanfaatan adalah proses

keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang

melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Pemanfaatan pada

dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa

dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan

diantara keduanya. Manfaat adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh

Page 54: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

43

mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai,

semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata Pemanfaatan dapat

juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu

cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.30

Menurut Sondang, manfaat adalah pengunaan manfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang

dijalankannya. Pemanfaatan menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin

mendekati sasaran, berarti makin tinggi Pemanfaatan nya. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Abdurahmat dalam Othenk menegaskan, bahwa

pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu

yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah

pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat disimpulkan bahwa Pemanfaatan

berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,

ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan

keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat

kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.31

30 Kamus Besar Bahasa Indonesia 31 Sondang dalam Othenk (2008: 4)

Page 55: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

44

2.10. Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang

diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintah disebutkan pula bahwa pengalokasian Dana

Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan

memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan

tingkat kesulitan geografis32

Dana Desa digunakan untuk mendanai pelaksanaan kewenangan

berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa yang diatur

dan diurus oleh desa. Menurut Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan

APBN fokus penting dari penyaluran dana ini lebih terkait pada implementasi

pengalokasian Dana Desa agar bisa sesempurna gagasan para inisiatornya.

Skenario awal Dana Desa ini diberikan dengan mengganti program

pemerintah yang dulunya disebut PNPM, namun dengan berlakunya Dana

Desa ini, dapat menutup kesempatan beberapa pihak asing untuk

menyalurkan dana ke daerah di Indonesia dengan program-program yang

sebenarnya juga dapat menjadi pemicu pembangunan daerah. 33

32 Tim UJDIH BPK, 2015: 2 33 Thomas. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan Integratif, 1 (1): 51-64.

Page 56: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

45

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa, Pemerintah akan mengalokasikan Dana Desa, melalui mekanisme

transfer kepada Kabupaten/Kota. Berdasarkan alokasi dana tersebut, maka

tiap Kabupaten/Kota mengalokasikannya ke pada setiap desa berdasarkan

jumlah desa dengan memperhatikan jumlah penduduk (30%), luas wilayah

(20%), dan angka kemiskinan (50%). Hasil perhitungan tersebut disesuaikan

juga dengan tingkat kesulitan geografis masing-masing desa. Alokasi

anggaran sebagaimana dimaksud di atas, bersumber dari belanja pusat

dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan

berkeadilan. Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke

desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana transfer

daerah (on top) secara bertahap. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60

Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari APBN, dengan

luasnya lingkup kewenangan desa dan dalam rangka mengoptimalkan

penggunaan Dana Desa, maka penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk

membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Mekanisme

penyaluran Dana Desa terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni tahap mekanisme

transfer APBN dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas

Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke

kas desa. Penyaluran Dana Desa tersebut dilakukan secara bertahap pada

tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan sebagai berikut: 34

34 Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. 2015. Petunjuk Pelaksanaan

Page 57: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

46

1) tahap I, pada bulan April sebesar 40%;

2) tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40%; dan

3) tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20%.

Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD setiap tahap sebagaimana

tersebut di atas dilakukan paling lambat pada minggu kedua bulan yang

bersangkutan. Sedangkan penyaluran Dana Desa dari RKUD ke Rekening

Kas Desa (RKD) setiap tahap, dilakukan paling lambat tujuh hari kerja

setelah diterima di RKUD.

Secara umum Dana Desa digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat,

dan kemasyarakatan, namun Peraturan Menteri Keuangan Nomor

93/PMK.07/2015 mengamanatkan prioritas penggunaan Dana Desa

diarahkan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut, disebutkan bahwa

penggunaan Dana Desa dilaksanakan sesuai dengan prioritas yang

ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi. Adapun prioritas penggunaan Dana Desa yang diatur dalam

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa

Tahun 2015, menyebutkan bahwa prioritas penggunaan Dana Desa untuk

pembangunan desa dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan desa

Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan.

Page 58: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

47

yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup

manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui: 35

a. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pemenuhan kebutuhan dasar

b. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan sarana dan

prasarana desa,

c. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pengembangan potensi

ekonomi lokal didasarkan atas kondisi dan potensi desa,

d. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya

alam dan lingkungan secara berkelanjutan,

Sedangkan Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN

untuk pemberdayaan masyarakat desa terutama diarahkan untuk

penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses atas sumber daya

ekonomi, sejalan dengan pencapaian target RPJMDesa dan RKPDesa setiap

tahunnya, yang diantaranya dapat mencakup:

a. peningkatan kualitas proses perencanaan desa;

b. mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM

Desa maupun oleh kelompok usaha masyarakat desa lainnya;

c. pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa;

35 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 2014. Jakarta: Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Page 59: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

48

d. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal

untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat

desa;

e. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih

dan sehat;

f. dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan

hutan desa dan hutan kemasyarakatan; dan

g. peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui kelompok

usaha ekonomi produktif, kelompok perempuan, kelompok tani,

kelompok masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok

pengrajin, kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok

pemuda dan kelompok lain sesuai kondisi desa.

Kelahiran UU Desa dilatarbelakangi pertimbangan bahwa pengaturan

tentang desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan kedudukan masyarakat, demokratisasi serta upaya

pemerintah dalam mendorong kemajuan dan pemerataan pembangunan.

Selain itu, UU Desa sekaligus merupakan penegasan bahwa desa memiliki

hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat.

UU Desa membawa misi utama bahwa negara wajib melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis

sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan

Page 60: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

49

pemerintahan. Dengan demikian pembangunan desa diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup manusia

Indonesia. Pembangunan desa akan berdampak positif bagi upaya

penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan

dasar masyarakat, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan

potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan

secara berkelanjutan2. Berdasarkan azas rekognisi dan subsidiaritas, UU

Desa membawa perubahan pokok antara lain:

a. Desa memiliki identitas yang mandiri sebagai self-governing

community dalam tata pemerintahan di Indonesia dimana

pemerintahan desa dipilih secara demokratis dan akuntabel oleh

masyarakat.

b. Desa menyelenggarakan pembangunannya secara partisipatif dimana

desa menyusun perencanaan, prioritas belanja dan melaksanakan

anggaran secara mandiri termasuk mengelola anggaran yang

didapatkan secara langsung serta mendaftarkan dan mengelola aset

untuk kesejahteraan masyarakat termasuk mendirikan BUMDesa.

c. Desa memiliki wewenang untuk bekerjasama dengan desa lain untuk

peningkatan pelayanan dan kegiatan ekonomi.

UU Desa secara khusus meletakkan dasar bagi perubahan tata kelola

desa yang dibangun di atas prinsip keseimbangan antara lembaga (check

and balance), demokrasi perwakilan dan permusyawaratan serta proses

pengambilan keputusan secara partisipatif melalui musyawarah desa sebagai

Page 61: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

50

forum pengambil keputusan tertinggi dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan desa. Dengan

melibatkan partisipasi berbagai kelompok kepentingan di masyarakat, Kepala

Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyelenggarakan

musyawarah desa sebagai forum pengambil keputusan tertinggi untuk

menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan

Rencana Tahunan Desa, pengelolaan aset dan BUMDesa serta keputusan-

keputusan strategis lainnya seperti yang terlihat dalam skema di bawah

berikut:36

Gambar 1

Desain Tata Kelola Desa

Sumber: Suhirman, 2015

36 UU Desa

Page 62: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

51

Pembiayaan pembangunan desa berasal dari keuangan desa yang

diperoleh dari beberapa sumber yaitu: pendapatan asli desa, alokasi APBN,

bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bantuan

keuangan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, hibah dan sumbangan

yang tidak mengikat dan pendapatan desa lain yang sah.

Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan

keuangan daerah dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan desa. Pendapatan, belanja dan pembiayaan desa

harus ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa

yang ditetapkan dalam peraturan desa oleh Kepala Desa bersama Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Pertanggungjawaban terhadap penggunaan

dan pengelolaan keuangan desa ini merupakan tanggungjawab Kepala Desa

untuk disampaikan kepada:

a. Bupati/Walikota pada setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan

melalui camat,

b. Badan Permusyawaratan Desa pada setiap akhir tahun anggaran,

c. Masyarakat dalam musyawarah desa.

Page 63: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

52

Gambar 2

Mekanisme Keuangan Desa

Sumber: Suhirman, 2015

Berdasarkan UU Desa terdapat 4 (empat) sumber pembiayaan yang

dikelola oleh kas desa yakni sumber pembiayaan dari Pusat, sumber

pembiayaan dari Daerah baik Kabupaten maupun Provinsi; sumber

pembiayaan yang berasal dari usaha desa dan sumber pembiayaan lainnya,

dengan penjelasan sebagai berikut;

1. Sumber Pembiayaan dari Pusat

Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa

terbagi kedalam 2 (dua) mekanisme penyaluran, dana transfer ke daerah (on

top) secara bertahap yang dikenal dengan Dana Desa dan mekanisme dana

transfer melalui APBD kabupaten/kota yang dialokasikan 10% oleh

Page 64: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

53

pemerintah daerah untuk disalurkan ke kas desa secara bertahap yang

dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD).

a. Dana Desa

Penetapan definisi, pengalokasian dan mekanisme transfer untuk dana

desa ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2014 tentang

Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berdasarkan PP No. 60 tahun 2014, dana desa adalah dana yang bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi

desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat. PP 60/2014 ini kemudian direvisi kembali melalui

PP 22/2015. Substansi yang dirubah dalam PP 60/2014 ke PP 22/2015

adalah pada formula alokasi atau pembagian dana desa dari pusat ke

kabupaten dan dari kabupaten ke desa. Perubahan formula tersebut terlihat

dalam gambar berikut:37

37 Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Page 65: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

54

Gambar 3

Formula Penyaluran Dana Desa

Sumber: DJPK, 2015

Proses pengalokasian dana desa terbagi kedalam 2 (dua) tahap, yakni:

Tahap 1. Pengalokasian dari APBN ke APBD Kab/Kota oleh

Menteri Keuangan melalui Dirjen Perimbangan Keuangan (DJPK)

Page 66: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

55

➢ Berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam APBN, DJPK

melakukan penghitungan Dana Desa sesuai formula yang diatur

dalam PP untuk setiap Kabupaten/Kota.

➢ Rincian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota kemudian ditetapkan

dengan peraturan perundang- undangan (Perpres Rincian APBN) dan

disampaikan kepada Bupati/Walikota;

Tahap 2. Pengalokasian dari APBD ke APBDesa (oleh

Bupati/Walikota)

➢ Berdasarkan rincian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota,

Bupati/Walikota menetapkan besaran Dana Desa setiap Desa

berdasarkan formula yang diatur dalam ketentuan yang berlaku;

➢ Tata cara penghitungan dan penetapan besaran Dana Desa

setiap Desa ditetapkan melalui peraturan Bupati/Walikota.

Seperti halnya pengalokasiannya, mekanisme penyaluran dana desa

juga terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni; Tahap mekanisme transfer APBN

dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah

(RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke kas desa,

seperti yang terlihat dalam gambar berikut:

Page 67: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

56

Gambar 4

Mekanisme Penyaluran Dana Desa

Sumber: DJPK, 2015

Dalam proses pencairan dana desa, terdapat beberapa syarat yang

harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah untuk dicairkannya dana desa ke

RKUD dan syarat yang harus dipenuhi pemerintah desa agar dana desa

dapat dicairkan ke rekening desa.

Persyaratan yang harus dipenuhi pemerintah daerah agar Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dapat menerbitkan Surat

Perintah Membayar (SPM) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) adalah bahwa DJPK telah menerima dokumen:

➢ Peraturan Bupati/Walikota mengenai tata cara pembagian dan

penetapan besaran Dana Desa;

➢ Peraturan Daerah mengenai APBD tahun berjalan; dan

Page 68: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

57

➢ Laporan realisasi tahun anggaran sebelumnya, untuk pencairan tahun

ke-2.

Pencairan dana desa dari RKUN ke RKUD ini dilakukan dalam 3 (tiga)

tahap yakni; 40% untuk pencairan tahap I yang rencananya dicairkan pada

setiap bulan April, 40% tahap II di bulan Agustus dan 20% di bulan Oktober.

Setelah Dana Desa masuk ke RKUD, Pemerintah Kabupaten/Kota

wajib mencairkan dana desa ke rekening desa paling lambat 14 hari

setelah dana diterima. Untuk mencairkan dana desa ke rekening desa, desa

wajib menyampaikan Peraturan Desa mengenai APBDesa dan laporan

realisasi dana desa ke pemerintah Kabupaten/Kota. Seperti halnya dengan

pencairan RKUN ke RKUD, Pencairan dana desa ke rekening desa juga

terbagi tiga tahap dengan proporsi yang sama yakni 40% untuk tahap I, 40%

untuk tahap II dan 20 % untuk tahap III.

b. Alokasi Dana Desa (ADD)

Proses pendanaan keuangan desa melalui mekanisme transfer dari

RKUD sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Berdasarkan PP No. 72

tahun 2005 tentang Desa, pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk

mengalokasikan dana transfer dari Pusat untuk diteruskan ke rekening desa

yang dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD). Definisi ADD dalam PP No.

72 tahun 2005 adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah

Page 69: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

58

yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%

dibagikan secara proporsional ke setiap desa. Perhitungan besaran

anggaran ADD yang harus dialokasikan daerah untuk diteruskan ke rekening

desa, juga diatur dalam PP No. 72 tahun 2005 dengan formula sebagai

berikut:

Pengaturan mengenai ADD dalam PP No. 72 tahun 2005 ini

kemudian diatur lebih detil dalam Permendagri No. 37 tahun 2007 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam Permendagri No. 37 tahun

2007 dijelaskan mengenai tujuan ADD, tata cara penghitungan besaran

anggaran per Desa, mekanisme penyaluran, penggunaan dana sampai

dengan pertanggungjawabannya. Secara garis besar terdapat beberapa hal

penting dalam pelaksanaan ADD berdasarkan Permendagri No. 37 tahun

2007, yaitu:

1. ADD bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik

prasarana fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat

partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf

hidupnya.

2. Azas dan prinsip pengelolaan ADD yaitu transparan, akuntabel, dan

partisipatif. Artinya ADD harus dikelola dengan mengedepankan

ADD = 10% x (Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Sumber Daya Alam +

Dana Alokasi Umum (DAU) - Belanja Pegawai)

Page 70: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

59

keterbukaan, dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus

melibatkan peran serta aktif segenap masyarakat setempat.

3. ADD merupakan bagian yang integral (satu kesatuan/tidak

terpisahkan) dari APBDesa mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pertanggungjawaban, dan pelaporannya.

4. Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 30% untuk belanja aparatur dan

operasional Desa dan sebesar 70% untuk belanja pemberdayaan

masyarakat.

5. Diperlukan pelaporan atas setiap kegiatan yang dibiayai dari anggaran

ADD secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir penggunaan

ADD. Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban APBDesa,hal ini

sebagai bentuk pengendalian dan monitoring serta bahan evaluasi

bagi Pemda.

6. Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan ADD dibentuk Tim

Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan

kewajiban sesuai tingkatan dan wewenangnya. Pembiayaan untuk Tim

dimaksud dianggarkan dalam APBD dan diluar untuk anggaran ADD.

Dengan ditetapkannya UU Desa, prinsip pelaksanaan ADD semakin

diperkuat. Melalui PP No. 43 tahun 2014 tentang dana desa, diatur

mekanisme pelaksanaan ADD dan juga pengalokasiannya. Secara umum

tidak ada perubahan mendasar dalam tata kelola pelaksanaan ADD dengan

dikeluarkannya PP No. 43 tahun 2014 ini, kecuali untuk penetapan formula,

terdapat perubahan yang signifikan terutama dalam penetapan besaran

Page 71: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

60

anggaran yang dialokasikan APBD untuk dialokasikan ke rekening desa. Jika

dulu pengurangnya adalah belanja pegawai, dengan diberlakukannya PP No.

43 tahun 2014 ini pengurangnya adalah Dana Alokasi Khusus (DAK).

Pada mayoritas pemerintah daerah, proporsi belanja pegawai dalam

APBD merupakan proporsi yang dominan, sehingga tentunya, akan

memberatkan bagi Pemda jika mereka harus menyalurkan ADD ke desa

sesuai dengan formula dalam PP No. 43 tahun 2014, berikut:

Jika daerah mengikuti formula sesuai dalam PP No. 43 tahun 2014,

Potensi ADD yang ditransfer ke daerah jumlahnya cukup besar.

2. Sumber Pembiayaan dari APBD

Selain menerima alokasi anggaran dari APBN, desa juga menerima

sejumlah dana yang berasal dari APBD kabupaten dan bantuan dana dari

APBD provinsi. Sumber pendapatan dari APBD yang cukup signifikan dan

besarannya diatur bervariasi untuk tiap desa adalah penerimaan dari

komponen pajak dan retribusi daerah. Dalam pasal 68 PP No. 72 tahun 2005

tentang desa disebutkan bahwa ”bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota

paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi

Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa.” Artinya pengalokasian

retribusi dan bagi hasil pajak daerah untuk desa telah dirasakan desa sejak

ADD = 10% x (Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Sumber Daya

Alam + Dana Alokasi Umum (DAU) – Dana Alokasi Khusus (DAK))

Page 72: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

61

diberlakukannya PP No. 72 tahun 2005, yang kemudian terus dilanjutkan

diatur dalam PP No. 43 tahun 2014.

Berdasarkan amanah PP No. 72 tahun 2005 dan PP No. 43 tahun 2014

tentang desa, diatur bahwa pengalokasian retribusi dan bagi hasil pajak

berbeda tiap desa. Desa yang berkontribusi menyumbangkan pajak lebih

besar, berhak menerima alokasi retribusi yang lebih tinggi dibandingkan desa

dengan kontribusi lebih kecil.

Selain menerima anggaran dari kabupaten, Provinsi juga

mengalokasikan APBDnya untuk pembangunan desa yang ditransfer

langsung ke rekening desa. Besaran dana dari provinsi ini tergantung

kemampuan dan strategi pembangunan provinsi masing-masing.

3. Sumber Pendapatan Asli Desa

Dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang desa disebutkan bahwa sumber

pembiayaan pembangunan dapat diperoleh desa melalui pendapatan asli

desa (PADesa). PADesa ini berasal dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Berbagai jenis

pengelolaan pembangunan dan aset yang dimiliki desa berpotensi

menghasilkan berbagai jenis pendapatan desa. Berdasarkan hasil field

review, beberapa jenis pendapat asli daerah yang umumnya diperoleh desa

antara lain adalah:

a. Hasil usaha desa: Hasil dari tanah kas desa, hasil dari pasar desa,

hasil dari pemandian umum dan objek wisata yang diurus oleh desa,

Page 73: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

62

hasil dari sewa kekayaan/aset desa, hasil dari pungutan desa: jalan

desa, irigasi desa, pemakaman umum yang diurus desa.

b. Hasil pengelolaan kekayaan desa yang dipisahkan: Bagian laba atas

penyertaan modal pada Perusahaan milik desa (BUMDesa, Koperasi

Desa, Pasar Desa), pada perusahaan milik daerah/BUMD, pada

perusahaan milik negara/BUMN dan pada perusahaan milik swasta

atau usaha milik masyarakat.

c. Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat.

d. Hasil gotong royong.

e. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah, yang terdiri dari:

1. Pelayanan surat menyurat: Pengantar pembuatan KTP,

pembuatan keterangan domisili, regristrasi surat keterangan lahir,

mati, datang dan pindah, surat pengantar keterangan pembuatan

SKCK, pengantar pembuatan ijin keramaian, surat pengantar

IMB, surat keterangan jemaah haji, pelayanan jual beli/potong

hewan ternak, registrasi dan pelayanan jasa pertanahan,

2. Pungutan/iuran lainnya: Pungutan terhadap perusahaan /took

/warung (pengolahan kayu, penggilingan padi, warung besar dan

warung kecil, angkutan kendaraan).

Kewenangan desa untuk mengusahakan pendapatannya secara

swakelola tersebut diatur lebih lanjut dalam Permendes No. 1 tahun 2015

tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan

Kewenangan Lokal Berskala Desa. Dalam Pasal 22, berdasarkan Permendes

Page 74: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

63

No. 1 tahun 2015 disebutkan bahwa: (i) Desa dilarang melakukan pungutan

atas jasa layanan administrasi yang diberikan kepada masyarakat Desa. (2)

Jasa layanan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.

surat pengantar; b. surat rekomendasi; dan c. surat keterangan.

Meskipun telah dikeluarkan aturan tersebut, namun hingga saat ini, rata-

rata pemasukan desa dari pungutan yang paling signifikan justru berasal dari

pungutan atas jasa layanan administrasi.

4. Sumber Pembiayaan Lainnya

Sumber pembiayaan lain yang dapat dinikmati desa berasal dari hibah

atau bantuan dari pribadi, atau perusahaan yang umumnya melalui program

Corporate Social Responsibility maupun program bantuan sosial atau hibah

dari Kementerian/Lembaga. Pembiayaan melalui mekanisme hibah dari

Kementerian/Lembaga umumnya dalam bentuk program. Berdasarkan hasil

riviu di lapangan, bantuan dari Kementerian/Lembaga tidak dicatatkan dalam

APBDesa, contoh: Desa Cigombong dan Desa Pabuaran Kab. Bogor

menerima bantuan perbaikan rumah layak huni dari Kemenpera, namun tidak

mencatatkannya ke dalam APBDesa. Aparat desa tidak merasa memiliki

kewajiban mencatatkan bantuan tersebut, karena bantuan diterima “in kind”

atau dalam bentuk barang.

Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan

kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa

uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

Desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja,

Page 75: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

64

pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik.

Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1

(satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31

Desember. Gambaran rincian proses Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

dapat dilihat pada gambar berikut:

Perencanaan

Penganggaran

PelaksanaanPenata

usahaan

Pelaporan dan Pertang-gungjawaban

Gambar 5

Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Page 76: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

65

1. Perencanaan

Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai

dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan

kabupaten/kota. Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan

RKP Desa yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan

Desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk

jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan

Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP Desa merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa. Perencanaan pembangunan desa

disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang

pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran berjalan.

Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan Rencana

Anggaran Biaya (RAB), yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi. Selanjutnya,

Kepala Desa menyelenggarakan Musrenbangdes yang diadakan untuk

membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Rancangan RKP Desa

memuat rencana penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat

desa. RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan rancangan APB Desa

(RAPB Desa). Teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa agar tercipta

keselarasan telah diatur tata caranya dalam Permendagri Nomor 114 Tahun

2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, sedangkan untuk prioritas

penggunaan Dana Desa khususnya tahun 2015 telah ditetapkan dalam

Page 77: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

66

Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 5 tentang Penetapan

Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.

Perencanaan pembangunan desa mengacu pada konsep Membangun

Desa dan Desa Membangun. Konsep membangun desa dalam konteks

perencanaan adalah bahwa dalam merencanakan pembangunan, desa perlu

mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Hal tersebut

diatur dalam UU Desa terutama pada pasal 79 dan pasal 80. Dalam pasal 79

UU Desa disebutkan bahwa:

1. Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai

dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota.

2. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disusun secara berjangka meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka

waktu 6 (enam) tahun; dan

b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut

Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun.

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana

Kerja Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Page 78: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

67

4. Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan satu-satunya

dokumen perencanaan di Desa.

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja

Pemerintah Desa merupakan pedoman dalam penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

6. Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala lokal

Desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada

Desa.

7. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota.

Berdasarkan isi dari pasal 79 tersebut, jelas diatur bahwa proses

perencanaan pembangunan desa harus bersinergi dengan perencanaan

pembangunan kabupaten/kota, yang berarti juga harus bersinergi dengan

perencanaan pembangunan di tingkat nasional. Dalam konteks pasal 79,

paradigma pembangunan desa dibangun dengan proses top-down, seperti

yang terlihat dalam Gambar dibawah ini:

Page 79: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

68

Gambar 6

Paradigma Pembangunan Desa

Sumber: Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah, 2017

Pada UU Desa, untuk mengakomodir asas demokrasi, kemandirian,

partisipasi, kesetaraan dan pemberdayaan, perencanaan pembangunan desa

tidak semata-mata bersifat top down, namun juga mengusung konsep desa

membangun. Konsep desa membangun ini mengedepankan musyawarah

desa untuk mengakomodir kebutuhan riil masyarakat. Hal tersebut dijelaskan

dalam pasal 80, UU Desa yang menyebutkan bahwa:

1. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 79 diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat

desa.

Page 80: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

69

2. Dalam menyusun perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa.

3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas,

program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai

oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat

desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

kabupaten/kota.

4. Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan

penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi:

a. Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;

b. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan

berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang

tersedia;

c. Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;

d. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk

kemajuan ekonomi; dan

e. Peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman

masyarakat Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat desa.

Bagi daerah yang membina desanya dengan baik, tidak akan

menjumpai kesulitan yang berarti untuk mengimplementasikan mekanisme

perencanaan dalam UU Desa, karena secara umum perencanaan

Page 81: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

70

pembangunan dalam UU Desa ini serupa dengan yang telah diatur dalam

Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.

Dalam Permendagri No. 66 tahun 2007, disebutkan bahwa desa wajib

menyusun RPJMDesa untuk kemudian dijabarkan ke dalam RKPDesa.

Namun, pada observasi di lapangan terdapat beberapa desa yang belum

menyusun RPJMDes.

Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan

APB Desa. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah

ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan pedoman dalam proses

penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)

merupakan rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang

ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi

kewenangan desa. Pada siklus penganggaran mencakup pendapatan,

belanja dan pembiayaan keuangan desa.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan yaitu tahap realisasi penerimaan anggaran hingga belanja

anggaran, tahap ini dalam siklus manajemen disitilahkan sebagai actuating.

Pelaksanaan anggaran seharusnya mengikuti pedoman penyelenggaraan

anggaran baik yang berupa peraturan yang berlaku maupun berdasarkan

kesepakatan warga yang teruang dalam peraturan desa tentang APBDes.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang Dana

Desa yang Bersumber dari APBN dan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun

2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014

Page 82: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

71

tentang Desa telah diatur beberapa pokok penggunaan keuangan desa.

Pada pasal 100 PP No. 43 tahun 2014 disebutkan bahwa Belanja Desa yang

ditetapkan dalam APBDesa digunakan dengan ketentuan:

a. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan

untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa; dan

b. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan

untuk:

1) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat

Desa;

2) Operasional Pemerintah Desa;

3) Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa;

4) Insentif rukun tetangga dan rukun warga.

Dari pasal tersebut terlihat bahwa keuangan desa hanya dibatasi untuk

melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan

masyarakat desa, dan membayar penghasilan maupun tunjangan insentif

bagi perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa dan rukun

tetangga/rukun warga.

Dalam merealisasikan APBDesa, Kepala Desa bertindak sebagai

koordinator kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat desa dan/atau unsur

masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan harus mengutamakan pemanfaatan

Page 83: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

72

sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di desa serta

mendayagunakan swadaya dan gotong royong masyarakat. Semua

ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 121 PP No. 43 tahun 2014.

Selain itu, APBDesa juga dapat digunakan untuk pembangunan antar

desa atau biasa disebut pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan

kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar desa yang

dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas

pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui

pendekatan pembangunan partisipatif. Inisiatif untuk melakukan

pembangunan kawasan perdesaan dapat dilakukan secara bottom-up

dengan pengusulan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota dan dapat juga

secara top-down sebagai program Gubernur atau Bupati/Walikota.

Hal lain yang dapat didanai oleh APBDesa adalah kegiatan

pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat desa bertujuan

memampukan desa dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan

tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga

kemasyarakatan desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata ekonomi dan

lingkungan. Sesuai dengan pasal 127 ayat (2) PP No. 43 tahun 2014

pemberdayaan masyarakat desa dilakukan dengan:

a. Mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan

pembangunan desa yang dilaksanakan secara swakelola oleh desa.

Page 84: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

73

b. Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan desa

secara berkelanjutan dengan mendayagunakan sumber daya

manusia dan sumber daya alam yang ada di desa.

c. Menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan prioritas,

potensi, dan nilai kearifan lokal.

d. Menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada

kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan

kelompok marginal.

e. Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan desa.

f. Mendayagunakan lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat.

g. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan desa

yang dilakukan melalui musyawarah desa.

h. Menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya

manusia masyarakat desa.

i. Melakukan pendampingan masyarakat desa yang berkelanjutan.

j. Melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan

pemerintahan desa dan pembangunan desa yang dilakukan secara

partisipatif oleh masyarakat desa.

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut,

masyarakat dan pemerintah desa dapat memperoleh bantuan pendampingan

secara berjenjang. Secara teknis, pendampingan dilaksanakan oleh satuan

kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga

Page 85: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

74

pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau

pihak ketiga yang dikoordinasikan oleh camat di wilayah desa tersebut.

Ketentuan tentang pendamping bagi masyarakat dan pemerintah desa telah

diatur pada pasal 128-131 PP No. 43 tahun 2014 dan Peraturan Menteri

Desa No. 3 tahun 2015 tentang Pendampingan Desa.

Dalam melaksanakan kegiatan dengan menggunakan APBDesa,

pemerintah desa juga dapat melakukan pengadaan barang dan jasa.

Pengaturan terhadap proses pengadaan barang dan jasa di tingkat desa

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati/Walikota dengan

berpedoman pada Peraturan Perundangan yang berlaku. Hingga laporan ini

dibuat, pedoman Peraturan Perundangan yang dijadikan acuan adalah

Peraturan Kepala LKPP No. 13 tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara

Pengadaan Barang dan Jasa di Desa.

Hal yang belum banyak tersentuh dalam pengaturan penggunaan

APBDesa adalah terkait standar harga barang dan jasa serta pengeluaran

lainnya. Hal ini sangat penting bagi Pemerintah Desa dalam merencanakan

anggaran dan sebagai upaya preventif terjadinya korupsi dan fraud dalam

pelaksanaan anggaran.

3. Penatausahaan

Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang

khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib

melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa

penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan

Page 86: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

75

secara sistematis dan kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang

terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa

dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pembukuan belum

menggunakan jurnal akuntansi.

4. Pelaporan dan pertanggungjawaban

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya

dalam pengelolaan keuangan desa, kepala desa memiliki kewajiban untuk

menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat periodik semesteran dan

tahunan, yang disampaikan ke Bupati/Walikota dan ada juga yang

disampaikan ke BPD. Rincian laporan sebagai berikut:

Laporan kepada Bupati/Walikota (melalui camat):

- Laporan Semesteran Realiasasi Pelaksanaan APB Desa;

- Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.

- Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa

Laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa terdiri

dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan.

Kepala Desa adalah penanggung jawab dari pengelolaan keuangan

desa secara keseluruhan. Dalam PP No. 43 tahun 2014 pasal 103-104

mengatur tata cara pelaporan yang wajib dilakukan oleh Kepala Desa.

Kepala Desa diwajibkan menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan

APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan (laporan

Page 87: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

76

semesteran). Selain itu, Kepala Desa juga diwajibkan menyampaikan laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota

setiap akhir tahun anggaran (laporan tahunan). Laporan yang dibuat oleh

Kepala Desa ditujukan kepada Bupati/Walikota yang disampaikan melalui

camat.

Lebih detail, pengaturan pelaporan dan pertanggungjawaban

penggunaan APBDesa tercantum dalam Permendagri No. 113 tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam Permendagri tersebut, diatur

pula standar dan format pelaporan pertanggungjawaban yang harus disusun

oleh Kepala Desa. Seperti ketentuan lampiran yang perlu dipenuhi dalam

laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, yaitu:

a. Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

tahun anggaran berkenaan.

b. Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran

berkenaan.

c. Format laporan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

masuk ke desa.

Selain itu, Permendagri juga mengatur penatausahaan harian dan

laporan pertanggungjawaban bulanan yang harus dilakukan oleh Bendahara

Desa dalam membantu Kepala Desa. Bendahara Desa diwajibkan untuk

melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan

tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan mempertanggungjawabkan

Page 88: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

77

uang melalui laporan pertanggungjawaban yang disampaikan setiap bulan

kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Dari PP No. 43 tahun 2014 dan Permendagri No. 113 tahun 2014

terlihat bahwa laporan pertanggungjawaban yang harus dibuat oleh Kepala

Desa harus terintegrasi secara utuh, tidak melihat sumber dana yang

diperoleh desa. Hal ini berbeda dengan aturan sebelumnya yang mewajibkan

desa untuk menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan dana

berdasarkan sumber dananya. Misalnya, penggunaan ADD maka dibuat

laporan realisasi penggunaan ADD terpisah dengan penggunaan Dana

Bantuan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang perlu juga dibuat laporan

realisasi penggunaannya. Hal ini tentu perlu diapresiasi karena akan

memperingan beban administrasi perangkat desa, namun substansi

pertanggungjawaban tetap terlaksana.

Pelaporan dan pertanggungjawaban yang keluar dari ketentuan PP No.

43 tahun 2014 adalah ketentuan pada PP No. 60 tahun 2014 tentang Dana

Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Dalam PP tersebut, Kepala Desa diharuskan membuat laporan

pertanggungjawaban khusus dana desa yang bersumber dari APBN. Hal ini

berarti di luar dari laporan pertanggungjawaban penggunaan APBDesa

secara keseluruhan. Padahal dana dsa sudah termasuk dalam salah satu

sumber dana yang masuk dalam APBDesa.

Secara siklus, laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa

yang bersumber dari APBN sama dengan laporan pertanggungjawaban

Page 89: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

78

keuangan desa yaitu setiap semester. Laporan pertanggungjawaban

penggunaan dana desa juga ditujukan kepada Bupati/Walikota melalui

Camat.

2.11. Pembangunan Desa

Desa merupakan satuan pemerintah terkecil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang perlu dibina dan ditingkatkan pelayanan

administrasi pemerintahannya kearah yang lebih memadai kepada

masyarakat desa. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mutlak

menjadi titik perhatian pemerintah, karena dengan berhasilnya pembangunan

desa berarti sebagian besar penduduk Indonesia turut ditingkatkan

kesejahteraannya. Pembangunan desa merupakan bagian dari

pembangunan nasional dan pembangunan desa ini memiliki arti dan peranan

yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena desa beserta

masyarakatnya merupakan basis dan ekonomi, politik, sosial budaya dan

pertahanan keamanan. Adapun definisi pembangunan desa menurut para

ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Kartasasmita mengatakan bahwa hakekat pembangunan

nasional adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik pusat dari segala

upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah kemampuan dan

kekuatannya sebagai pelaksana dan yang akan dibangun adalah

Page 90: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

79

kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak

pembangunan.38

Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat

bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan bimbingan,

pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat ditingkatkan

kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup dan

kesejahteraannya.

Suparno menegaskan bahwa pembangunan desa dilakukan dalam

rangka imbang yang sewajarnya antara pemerintah dengan masyarakat.

Kewajiban pemerintah adalah menyediakan prasarana-prasarana,

sedangkan selebihnya disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu

sendiri.39

Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan

masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan tersebut

menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh

Ahmadi mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang

serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan

pemerintah di satu pihak.40

Bahwa pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh

masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah memberikan bimbingan, bantuan,

38 Kartasasmita 2001:66 39 Suparno 2001 : 46 40 Ahmadi 2001:222

Page 91: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

80

pembinaan, dan pengawasan. Secara teoritis, pembangunan desa meliputi

dua aspek utama, yaitu :

1. Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek

utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) di

pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan,

bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana

dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala bentuk

pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan

sebagainya.

2. Pembangunan dalam aspek non fisik, yaitu pembangunan yang objek

utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill

dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga

negara, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi,

Pertanian, kesehatan, spiritual, dan sebagainya.

Page 92: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

81

2.12. Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan

Pemanfaatan Dana Desa terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Temuan dan Hasil Penelitian

Risya Novita Sari

(Tesis, 2015)

Pengelolaan Dana

Desa Dalam Prespektif

Pemberdayaan

Masyarakat (study

pada kantor

pemerintah Desa

ngasem, kecamatan

ngasem, kabupaten

Kediri)

Pelaksanaan alokasi dana Desa

(ADD) di Desa ngasem masih

kurang sempurna. Terlihat dengan

masih adanya selisih dari jumlah

dana Desa yang telah di terima oleh

Desa ngasem. Oleh karena itu, perlu

adanya pengkajian ulang untuk

memperbaiki pengelolaan dan oleh

Desa ngasem. Selain itu, perlu

memperhatikan adanya faktor

pendudkung yaitu: dukungan

kebijakan dari pemerintah sekitar

Desa ngasem dan kualitas sumber

daya manusia yang harus

ditingkatkan. Faktor penghambat

yang meliputi: rendahnya

sinkronisasi antara perencanaan

ditingkat Desa dan kecamatan,

jumlah alokasi dana Desa (ADD) 15

sebagai operasinal administrasi

pemerintah masih terbatas, dan

kurangnya intensitas sosialisasi

alokasi dana Desa (ADD) pada

masyarakat yang harus terus dikaji

ulang secara mendalam, sehingg

akan dapat menemukan solusi untuk

meminimalkannya.

Nurul Syapri

Akhdiyat (skripsi,

2017)

Strategi Penguatan

Partisipasi Dan

Kapasitas Desa Dalam

Pengelolaan Alokasi

Dana Desa Di Desa

Upaya peningkatan kapasitas Desa

tidak bisa di bebankan sepenuhnya

pada ADD, melainkan harus ada

kebijakan khusus dari pemerintah

Desa. Hal ini disebabkan karena

Page 93: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

82

1 2 3

Sekongkang Atas minimnya peran ADD dalam

peningkatan kapasitas

kepemimpinan, kapasitas

pemerintahan, kapasitas

kemasyarakatan dan kapasitas

ruang. Strategi inti untuk

memperkuat kapasitas dan kapasitas

Desa dalam pengelolaan ADD

meliputi: (a) meningkatkan ADD

berdasarkan amanat undangundang;

(b) mewujudkan program unggulan

Desa berdasarkan hasil

musrenbang; (c) meningkatkan

kapasitas Desa melalui program

ADD pemerintah dengan CSR PT

NTT; dan (d) memaksimalkan peran

stakeholder (terutama anggota DPR)

dalam melakukan advokasi

kebijakan anggaran.

Astuty (Desertasi,

2016)

Pemerintah Desa

Dalam Pengelolaan

Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Desa

(APBDES)(St udiy

Pada Alokasi Dana

Desa Tahun Anggaran

2011

Kabupaten Madiun) Pengawasan

yang dilakukan oleh Badan

Permusyawaratan Desa dalam

Alokasi Dana Desa di Desa Sareng

secara administratif sudah baik.

Terbukti dari Surat

Pertanggungjawaban (SPJ) yang

dibuat dalam II tahap yang menjadi

aturan dalam Peraturan Bupati

Nomor 8 Tahun 2011. SPJ yang

sudah baik dan lengkap menjadi

acuan dalam perolehan ADD tahun

berikutnya. Namun dalam hal

pertanggungjawaban secara teknis

dalam program Posyandu Lansia

masih menjadi kendala. Kendala

utama karena rendahnya partisipasi

masyarakat untuk mengikuti kegiatan

tersebut dan pengalihan dana

Posyandu Lansia tanpa adanya bukti

kuitansi dalam SPJ. Sehingga masih

memerlukan perbaikan secara teknis

Page 94: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

83

1 2 3

beroperasi kembali sampai saat ini

dan keadaan puskesmas tersebut

tidak terawat dalam pengelolaan

ADD untuk tahun berikutnya.

Novita Lenak (tesis,

2015)

Partisipasi Masyarakat

Dalam Pengelolaan

Alokasi Dana Desa Di

Kabupaten Minahasa

evaluasi kegiatan dilakukan

pemerintah dengan mengadakan

rapat Desa, namun rapat Desa yang

dilakukan tidak melibatkan

masyarakat sehingga masyarakat

melakukan penilaian keberhasilan

program dengan melihat

pembangunan yang sudah selesa.

Disisi lain pemanfaatan hasil, masih

ada program Desa yang tidak

dimanfaatkan dengan baik seperti

puskesmas Desa yang saat ini tidak

lagi digunakan. Semenjak perawat

yang tinggal di situ di pindah

tugaskan, puskesmas tersebut tidak

Berdasarkan penelitian terdahulu yang peneliti sajikan diatas, terlihat

bahwa kebanyakan penelitian tentang Alokasi Dana Desa (ADD) dan banyak

yang menfokuskan penelitiannya pada peran masyakat dalam pembangunan

Desa dengan alokasi dana Desa. Pada penelitian ini, walaupun juga

berbicara tentang pertanggungjawaban anggaran, tetapi dipandang dari

penggunaan bantuan anggaran dari APBN atau pemerintah pusat yaitu Dana

Desa dengan mengfokuskan tentang efektefitas pemanfaatan dana desa

dengan mengacu pada Undang-Undang no 6 Tahun 2014 tentang desa dan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Dana Desa Yang

Bersumber dari APBN. Ditinjau dari lokasi penelitian, penelitian ini dapat

Page 95: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

84

dikatakan sebagai penelitian baru dan terbarukan khususnya di lingkup

wilayah Kabupaten Mamuju Tengah.

2.13. Kerangka Pikir

Lahirnya UU Desa No 6 Tahun 2014 dan tersedianya dana desa

melalui APBN ialah bentuk komitmen pemerintah pusat untuk membangun

desa menjadi mandiri dan sejahtera. Komitmen itu merupakan respons

terhadap dorongan kuat yang berasal dari sebagian masyarakat yang peduli

terhadap nasib desa selama ini. Mereka beranggapan selama masa Orde

Baru, desa cuma dieksploitasi dan dimanipulasi untuk kepentingan politik

pusat semata-mata. Akibatnya, desa nyaris kehilangan identitas diri yang asli

dan secara ekonomi jauh dari sejahtera. Sebenarnya, di masa awal era

reformasi hingga terbitnya UU Desa, pemerintah pusat telah melaksanakan

berbagai program nasional dalam kerangka pemberdayaan masyarakat desa.

Namun, mungkin program-program yang ada dianggap belum memperkuat

desa sebagai sebuah institusi lokal. Inilah salah satu situasi yang kemudian

mendorong lahirnya UU Desa dan sekaligus tersedianya dana bagi desa.41

Sejak berlakunya Undang-Undang no 6 Tahun 2014 tentang desa,

desa diharuskan untuk lebih mandiri dalam mengelola semua urusannya, tak

terkecuali dalam urusan pengelolaan Dana Desa, desa mendapat dana yang

cukup besar yaitu 10 persen dari dana transfer APBN dan ditambah sepuluh

persen dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dari APBD,

41 Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014

Page 96: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

85

desa harus melakukan pemanfaatan yang baik. Pemanfaatan dana desa ini

dapat dilihat dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga

pertanggungjawaban. Hasill dari Penerapan Pemanfaatan Dana Desa tidak

lain bertujuan untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance).

Pembangunan desa adalah suatu usaha dalam kesatuan wilayah atau

daerah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki wewenang untuk mengatur atau mengadakan

pemerintahan sendiri menurut prakarsa masyarakat tersebut untuk

meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam merealisasikan pembangunan desa

agar sesuai dengan apa yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa

pendekatan dengan ciri-ciri khusus yang sekaligus merupakan identitas

pembangunan desa itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Kansil yaitu :42

1. Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik

kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan

sistem pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintah

dan masyarakat.

2. Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan

essensial kegiatan masyarakat.

3. Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan

pedesaan termasuk desa-desa di wilayah kelurahan.

42 Kansil (dalam Todaro dan Smith, 2006:251

Page 97: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

86

4. Satu kesatuan pola dengan pembangunan nasional dan regional dan

daerah pedesaan dan daerah perkotaan serta antara daerah

pengembangan wilayah sedang dan kecil.

5. Menggerakkan partisipasi, prakarsa dan swadaya gotong royong

masyarakat serta mendinamisir unsur-unsur kepribadian dengan

teknologi tepat waktu.

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban keuangan desa. Penyelenggaraan kewenangan Desa

berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh

APBDesa. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa selain didanai

oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja

negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh

Pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Dana

anggaran pendapatan dan belanja negara dialokasikan pada bagian

anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja

perangkat daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan kewenangan Desa yang

ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan

belanja daerah.

Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening

kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Pencairan dana

Page 98: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

87

dalam rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara

Desa. Pengelolaan keuangan Desa meliputi:

a. perencanaan;

b. pelaksanaan;

c. penatausahaan;

d. pelaporan; dan

e. pertanggungjawaban

Kerangka pemikiran penelitian Analisis Implementasi Kebijakan Dana

Desa Di Kabupaten Mamuju Tengah digambarkan dalam bagan kerangka

pikir sebagaimana terlihat pada skema berikut :

Page 99: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

88

Gambar 7

Skema Kerangka Pikir Penelitian

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA

▪ Undang-Undang no 6 Tahun 2014 tentang desa ▪ Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 60 tahun

2014 Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2015 dan Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2016 Tentang Dana Desa

PENGELOLAAN DANA DESA

a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. penatausahaan; d. pelaporan; dan e. pertanggungjawaban

PEMANFAATAN DANA DESA

• Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

• Pembangunan Desa • Pemberdayaan masyarakat

Desa

Merilee S. Grindle

• Isi Kebijakan

• Lingkungan

Kebijakan

Page 100: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

89

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat sehubungan

dengan penulisan ini, maka pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Menurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara

holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata serta

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah. Sugiono juga mengemukakan bahwa bila masalah

belum jelas atau masih samar-samar, kondisi semacam ini cocok di teliti

dengan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke

obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga

masalah akan ditemukan dengan jelas.43

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaannya sekitar kurang lebih Juni bulan yaitu

pada bulan Maret sampai dengan Juni 2018. Pada saat penyusunan proposal

telah dilakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang

akan diteliti.

43 Basuki, S. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Page 101: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

90

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian yang dilakukan adalah terdiri dari dua

jenis, yaitu : Data Primer dan Data Sekunder.

1) Data Primer diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci

mengenai pengetahuan mereka terhadap masalah-masalah tentang

pemanfaatan penggunaan dana desa dalam program Pembangunan

Desa di Kabupaten Mamuju Tengah.

2) Data Sekunder adalah data olahan yang berasal dari penelusuran dan

penelahan dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang berkaitan

dengan proses pemanfaatan penggunaan dana desa dalam program

Pembangunan Desa di Kabupaten Mamuju Tengah.44

3.4. Informan

Informan ditentukan secara purpossive, yaitu orang yang dapat

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan ini

harus memiliki banyak pengalaman tentang objek penelitian, serta dapat

memberikan pandangan pandangannya tentang nilai-nilai, sikap, proses dan

kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat.

Lokasi Penelitian ditentukan berdasarkan wilayah yang dipilih sebagai

lokasi penelitian yang terdiri dari kecamatan dan desa. Kabupaten Mamuju

Tengah terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 54 desa. Dari 5 kecamatan

tersebut akan dipilih 1(satu) desa setiap kecamatan dengan menggunakan

44 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian.Bandung: Penerbit Alfabeta.

Page 102: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

91

kriteria besar-kecilnya dana desa yang diperoleh, serta mempertimbangkan

aspek keterjangkauan desa penerima dana desa serta aspek letak geografis

desa tersebut. Adapun penentuan lokasi tersebut berdasarkan penelusuran

dokumen yaitu:

1. Desa Pasapa di Kecamatan Budong-budong mewakili desa yang

mendapatkan dana desa tertinggi tahun anggaran 2017 di Kabupaten

Mamuju Tengah

2. Desa Lemo-Lemo di Kecamatan Pangale mewakili desa yang

mendapatkan dana desa terendah tahun anggaran 2017 di Kabupaten

Mamuju Tengah

3. Desa Tumbu di Kecamatan Topoyo sebagai desa yang mewakili

wilayah pesisir di Kabupaten Mamuju Tengah

4. Desa Sanjango di Kecamatan Karossa sebagai desa yang mewakili

wilayah pegunungan di Kabupaten Mamuju Tengah

5. Desa Tobadak di Kecamatan Tobadak sebagai desa yang terletak

pusat kota Kabupaten Mamuju Tengah

Dalam penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah

keseluruhan sumber informasi dalam Lingkup Pemerintah Daerah dan

Pemerintah Desa kabupaten Mamuju Tengah. yaitu :

a. Bupati Kabupaten Mamuju Tengah

b. Kepala Pemberdayaan Masyarakat Desa kabupaten Mamuju

Tengah

Page 103: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

92

c. Camat/staff di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang

d. Kepala Desa di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang

e. Sekertaris Desa di lingkup Kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang

f. Staff Pemerintah desa di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 10

orang

g. Ketua BPD dan anggota BPD di lingkup kabupaten Mamuju

Tengah = 10 orang

h. Pendamping Desa di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang

i. Masyarakat /Tokoh masyakat Desa = 10 orang

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian diarahkan

pada pengumpulan data yang lebih banyak bergantung kepada peneliti

sendiri sebagai pengumpul data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi:

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan

informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dianggap

penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti baik dari

sisi akitivitas (activity) maupun orang-orang (octors). Pemberian

pertanyaan kepada informan dilakukan secara terbuka dan fleksibel

Page 104: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

93

dengan tidak menggunakan pedoman wawancara secara

terstruktur dalam rangka menyerap informasi mengenai persepsi,

pola maupun pendapat-pendapat dari informan tersebut.

2. Observasi

Proses pengamatan dilakukan secara langsung di lokasi

penelitian untuk melihat kenyataan dan fakta sosial di sehingga

dapat dicocokkan antara hasil wawancara atau informasi dari

informan dengan fakta yang ada di lapangan baik daria aspek

activity maupun actors.

3. Dokumen dan Arsip

Pada teknik ini dilakukan telaah pustaka, dimana peneliti

mengumpulkan data dari penelitian sebelumnya berupa buku,

jurnal, dan tesis. Dokumen berguna karena dapat memberikan

latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.

Dokumen dan arsip mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan

fokus penelitian yang merupakan salah satu sumber data yang

paling penting dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah

dokumen tertulis, gambar/foto, atau film audio-visual, data statistik,

laporan penelitian sebelumnya maupun tulisan-tulisan ilmiah.

Page 105: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

94

3.6.Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisa secara Deskriptif dengan

pendekatan kualitatif sesuai jumlah variabel yang dijadikan indikator dalam

penelitian ini dan didukung dengan data sekunder .Untuk menganalisis fakta-

fakta yang ditemukan di lapangan, dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Reduksi data yaitu melakukan penyusunan data yang diperoleh,

kemudian ditentukan data yang sesuai dengan penelitian ini

dengan pengklasifikasian yang ada. Sementara data yang

kurang relevan dikesampingkan. Data-data yang sesuai

tersebut berkaitan dengan masalah utama yang teridentifikasi.

2. kompleksitas data yang penting dan relevan di atas, kemudian

dilakukan pengklasifikasian data dalam beberapa titik tekan

persoalan munculnya. Pada tahap inilah dibahas pendekatan-

pendekatan teori untuk memahami dan meneliti perilaku dalam

penelitian ini diterapkan.

3. dilakukan pengolahan data secara kualitatif. Dalam tahapan ini

setiap data diberikan pengertian sehingga mudah untuk

dipahami. Pengertian ini dimaksudkan untuk menganalisis inti

pemikiran yang ada dalam data. Terakhir, dilakukan

penyimpulan ringan sebagai langkah awal untuk membuat

kesimpulan akhir dari penelitian ini. Kerangka konsep yang

Page 106: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

95

menyangkut beberapa faktor yang mempunyai kecenderungan

digunakan sebagai asumsi-asumsi untuk menghasilkan

kesimpulan-kesimpulan sementara dalam penelitian ini.

Penggabungan antara kerangka konsep dan teori-teori yang

ada dengan kondisi obyektif hasil penelitian kemudian dijadikan

pedoman untuk melakukan penyimpulan akhir dalam penelitian

ini.

3.7. Defenisi Operasional

Untuk memberikan suatu pemahaman agar memudahkan penelitian ini

maka penulis memberikan beberapa batasan penelitian, dan fokus penelitian

ini yang dioperasionalkan melaui beberapa indikator sebagai berikut:

a. Pemerintah desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah Pemerintah Desa di Lingkup Kabupaten Mamuju Tengah.

b. Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari dana desa pada dasarnya

Page 107: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

96

adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan lebih

memeratakan pendapatan

c. Pengelolaan dana desa yaitu suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang

dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja

dalam mencapai tujan tertentu. pengelolaan dana Desa didalamnya

disebutkan tahapan-tahapannya yaitu :

1. Perencanaan yang dimaksudkan adalah tahapan perencanaan

penggunaan dana desa yaitu pembuatan rencana.

2. Pelaksanaan yang dimaksudkan yaitu tahapan penggunaan

dana desa.

3. Penatausahan yang dimaksud yaitu segala rangkaian kegiatan

yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang

milik desa yang diperoleh dari hasil penggunaan dana desa.

4. Pelaporan yang dimaksud yaitu upaya pemanfaatan untuk

melaporkan setiap perkembangan kegitan yang sedang

dijalankan atau telah diselesaikan oleh pendamping ataupun

penanggungjawab dana desa.

5. Pertanggung jawaban keuangan Desa yang dimaksudkan

penulis adalah pertanganggung jawaban penggunaan Dana

Desa sebagai bentuk laporan hasil realisasi dari penggunaan

Dana Desa .

Page 108: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

97

d. Pemanfaatan Dana Desa meliputi :

1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah proses kegiatan

pelayanan publik masyarakat desa yang dilakukan oleh aparat

pemerintahan di lingkup desa

2. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan

kehidupan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa

3. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan

pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,

serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,

program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Page 109: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

98

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1. Kabupaten Mamuju Tengah

1. Letak Geografis

Secara Geografis Kabupaten Mamuju Tengah terletak pada Bagian

Barat Pulau Sulawesi dan berposisi pada bentangan Selat Makassar,

yakni10 47’ 82’’ – 20 17’ 31’’ Lintang Selatan, 1190 08’ 13“ – 1190 24’

08” Bujur Timur, Jakarta (00 0‘ 0“, Jakarta= 1600 48‘ 28“ Bujur Timur

Green Witch). Dengan batas wilayah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Benggaulu Desa

Benggaulu Kecamatan Dapurang Kabupaten Mamuju Utara;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Batu Bicara, Kecamatan

Seko Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan;

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Karama dan Desa

Tarailu Kecamatan Sampaga, Kecamatan Tommo Kabupaten

Mamuju; dan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2013, luas wilayah

Kabupaten Mamuju Tengah adalah 3.014,37 km2, secara

administrasi pemerintahan, terdiri atas 5 Kecamatan, 54 Desa, dan 2

Page 110: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

99

(UPT) Unit Pemukiman Transmigrasi. Ibukota kabupaten terletak di

Wilayah Benteng Kayu Mangiwang Kecamatan Tobadak.

Berdasarkan orbitasi, kecamatan yang letaknya terjauh dari ibukota

kabupaten adalah ibukota Kecamatan Karossa (Karossa) yaitu

sejauh 45 Km, dan ibukota kecamatan yang terdekat dari ibukota

kabupaten adalah Kecamatan Topoyo dan Kecamatan Budong-

Budong yang berbatasan langsung dengan Ibukota Kabupaten

Mamuju Tengah. Berikut tabel wilayah administrasi dan luas wilayah

Kabupaten Mamuju Tengah, seperti pada tabel 4.2 berikut:45

45 Mamuju Tengah dalam Angka

Page 111: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

100

Tabel 4.2 Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah

Per Desa/ UPT Kabupaten Mamuju Tengah

No

Kecamatan

Nama Desa

Luas (Ha)

Presentasi

Terhadap Luas

Kec.

Desa

1 2 3 4 5 6

1. Tobadak Sulobaja 18,00 3,32 0,57

Bambadaru 18,82 3,47 0,60

Batu Parigi 210,24 38,80 6,77

Palongan 30,88 5,70 0,99

Mahahe 7,00 1,29 0,22

Tobadak 86,42 15,95 2,78

Salo Adak 86,42 8,80 1,53

Sejati 86,42 22,66 3,95

2 Pangale

Pangale 14,27 12,78 0,18

Sartanamaju 10,02 8,97 0,13

Polo Pangale 13,98 8,7 0, 34

Kuo 21,58 19,32 0,27

Polo Lereng 20,02 17,92 0,25

Polo Camba 10,01 8,96 0,13

Lamba Lamba 11,66 10,44 0,15

Kombiling 2,91 2,61 0,04

Lemo Lemo 7,28 6,52 0,09

Sartanamaju 10,02 8,97 0,13

3.

Budong-Budong

Lumu 13,92 6,26 0,48

Tinali 3,38 1,52 0,12

Salumanurung 13,34 6,00 0,46

Kire 28,68 12,90 1,00

Salogatta 12,95 5,82 0,45

Pontanakayang 31,31 14,08 1,09

Babana 38,32 17,23 1,33

Pasappa 17,48 7,86 0,61

Bojo 47,56 21,39 1,65

Barakkang 12,24 5,50 0,43

Page 112: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

101

1

2

3 4 5 6

Lembah Hada 3,21 1,44 0,11

4.

Topoyo

Budong Budong 10,04 1,15 0,13

Paraili 9,39 1,08 0,12

Topoyo 7,28 0,84 0,09

Kabubu 4,28 0,49 0,05

Waeputeh 12,34 1,42 0,16

Tappilina 9,31 1,07 0,12

Tangkou 5,00 0,57 0,06

Tabolang 27,46 3,16 0,35

Salupangkang 9,61 1,10 0,12

Salupangkang IV 8,70 1,00 0,11

Tumbu 18,20 2,09 0,23

Bambamanurung 5,55 0,64 0,07

Pangalloang 17,19 1,98 0,22

Sinabatta 20,41 2,35 0,26

Salulekbo 705,12 18,06 81,06

5.

Karossa

Kambunong 171,69 15,08 2,16

Tasokko 175,32 15,40 2,21

Lara 181,50 15,94 2,29

Nama Desa

Luas Ha

Presentasi

Terhadap Luas

Kec.

Desa

Karossa 280,44 24,64 3,53

Lembah Hopo 93,60 8,22 1,18

UPT Lara III 3,23 0,28 0,04

Banggaulu 12,92 1,14 0,16

UPT Mora IV 13,63 1,20 0,17

Kayu Calla 8,75 0,77 0,11

Kadaila 15,36 1,35 0,19

Sukamaju 11,29 0,99 0,14

Salubiro 120,29 10,57 1,51

Sanjango 50,27 4,42 0,63

Page 113: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

102

Tabel 4.3

Batas Wilayah Administrasi per Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2018

No Kecamatan Batas Wilayah

Utara Selatan Barat Timur

1. Topoyo

Kec. Karossa

Kec. Tobadak

Selat Makassar Prov. Sulsel

2. Budong-Budong

Kec. Topoyo Kec. Pangale

Selat Makassar

Kab.Mamuju

3. Tobadak Kec. Topoyo Kab. Mamuju

Kec. Budong-Budong

Prov. Sulsel

4. Pangale Kec. Budong-Budong

Kab. Mamuju

Prov. Sulsel Kab.Mamuju

5. Karossa Kab.Mamuju Utara

Kec. Topoyo

Selat Makassar

Prov. Sulsel

Page 114: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

103

Gambar 8

Peta Administrasi Mamuju Tengah 2017

Page 115: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

104

2. Pemerintahan

Struktur organisasi dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten

Mamuju Tengah diatur dalam 5 (lima) Peraturan Bupati, yakni

Peraturan Bupati Kabupaten Mamuju Tengah Nomor 1 Tahun 2013

Tentang pembentukan Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD

Kabupaten Mamuju Tengah, Peraturan Bupati Kabupaten Mamuju

Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembentukan Tata Kerja

Daerah Kabupaten Mamuju Tengah, Peraturan Bupati Kabupaten

Mamuju Tengah Nomor 3 tahun 2013 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis Kabupaten Mamuju

Tengah, Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2014 Tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan di Kabupaten

Mamuju Tengah dan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2014 Tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah

Satelit Kabupaten Mamuju Tengah.46

a. Sekretariat Daerah Kabupaten Mamuju Tengah.

Sekretariat Daerah adalah unsur staf pemerintahan kabupaten

yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah Kabupaten yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

Sekretariat Daerah Kabupaten mempunyai tugas membantu

Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan

Pemerintahan, Administrasi, Organisasi dan Tatalaksana serta

46 Mamuju Tengah 2017

Page 116: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

105

memberikan pelayanan Administratif kepada seluruh perangkat

Daerah Kabupaten.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretaris

Daerah Kabupaten mempunyai fungsi :

1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah

Kabupaten

2. Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

3. Pengelolaan Sumber Daya Aparatur, Keuangan, Prasarana

dan Sarana Pemerintahan Kabupaten

4. Pembinaan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai

tugas dan fungsinya.

Sekretariat Daerah, terdiri dari 2 (dua) asisten yang

dibawahi langsung oleh Sekda, terdiri dari beberapa bagian-

bagian, yaitu:

1. Asisten Bidang Pemerintahan, terdiri dari:

a. Bagian Pemerintahan, Satpol PP

b. Satuan Polisi Pamong Praja

c. Bagian Ortala

d. Bagian Hukum

e. Bagian Humas.

2. Asisten Bidang Administrasi dan Pembangunan, terdiri dari:

Page 117: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

106

a) Bagian Ekonomi;

b) Bagian Bina Program;

c) Bagian Kesra

d) Bagian Umum;

e) Bagian Perlengkapan.

b. Sekretariat DPRD Kabupaten Mamuju Tengah

Sekretariat DPRD Kabupaten yang selanjutnya disebut Setwan

merupakan unsur staf pelayanan terhadap DPRD Kabupaten yang

dipimpin oleh seorang Sekretaris yang bertanggung jawab kepada

pimpinan DPRD dan secara administratif dibina oleh Sekretaris

Kabupaten.

Sekretaris DPRD Kabupaten mempunyai tugas pokok

memberikan pelayanan administratif kepada anggota DPRD. Untuk

melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud, Sekwan

mempunyai fungsi :

1. Fasilitator rapat anggota DPRD

2. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah

tangga, perjalanan Dinas anggota DPRD, kehumasan dan

protokoleran;

3. Pengelolaan administrasi tata usaha DPRD.

Page 118: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

107

Tabel 4.4 Sekretariat DPRD Kab.Mamuju Tengah

JABATAN

NO

NAMA SKPD

TIPE

SEKRETARIS

ASISTEN

BAGIAN

SUBAG

1

SEKRETARIAT DAERAH

B

1

3

9

27

2 SEKRETARIAT DPRD B 1 - 3 9

Tabel 4.5

Analisis Jumlah Jabatan Pada Organisasi Perangkat Daerah Dalam Bentuk Inspektorat

JABATAN

NO

NAMA SKPD

TIPE

INSPEK INSPEKTUR

SEKRETARIS

SUBAG

TUR

PEMBANTU

1 INSPEKTORAT C 1 2 1 2

Tabel 4.6

Analisis Jumlah Jabatan Pada Organisasi Perangkat Daerah Dalam Bentuk Badan

NO NAMA SKPD TIPE JABATAN

SEKRETARIS SUBAG BIDANG SUBID

1 BADAN KEUANGAN B 1 2 5 15

2 BADAN PERENCANAAN, A 1 3 4 12

PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN

3 BADAN KEPEGAWAIAN B 1 2 3 9

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

4 BADAN PENANGGULANGAN

BENCANA DAERAH

5 KANTOR KESATUAN BANGSA

DAN POLITIK

Page 119: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

108

Dinas daerah yang terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah, terdiri dari

Beberapa dinas, yaitu:

a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

b. Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana

c. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi

d. Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Perumahan Rakyat

e. Dinas Koperasi, Usaha Mikro kecil Menengah, Perdagangan,

Perindustrian dan Pertambangan

f. Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Perkebunan

g. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

h. Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga

i. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Lembaga Teknis Daerah yang terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah, terdiri dari :

Lembaga Teknis Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Mamuju Tengah yang mempunyai fungsi perumusan

kebijakan, pelaksanaan serta fungsi pelayanan masyarakat yang dapat

berbentuk Badan dan atau Kantor;

a. Inspektorat Daerah;

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA);

c. Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKDD);

d. Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD);

e. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Desa;

Page 120: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

109

f. Badan Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

g. Badan penanggulangan Bencana Daerah;

h. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kecamatan

Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten yang

mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat,

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah. Mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan Bupati termasuk menangani sebagian

urusan otonomi daerah.

Kabupaten Mamuju Tengah, memiliki 5 (lima) kecamatan, yaitu:

a. Kecamatan Pangale;

b. Kecamatan Budong-Budong;

c. Kecamatan Tobadak;

d. Kecamatan Topoyo; dan

e. Kecamatan Karossa.

Keuangan Daerah Kabupaten Mamuju Tengah

a. APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan

Page 121: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

110

ditetapkan dengan peraturan daerah. Selanjutnya Pendapatan Daerah

adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan

bersih. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

Kemudian Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah dan

penerimaan pembiayaan daerah. Pendapatan Daerah merupakan perkiraan

yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber

pendapatan. Sedangkan Penerimaan Pembiayaan adalah semua

penerimaan yang perlu dibayar kembali pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam

penyusunan APBD seluruh pendapatan daerah dan pembiayaan daerah

dianggarkan secara bruto.

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri

Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan kedua

perubahannya ditetapkan bahwa struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah meliputi:

a. Pendapatan Daerah

b. Belanja Daerah

c. Pembiayaan Daerah

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui

rekening kas umum daerah, menambah akuitas dana, merupakan hak

Page 122: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

111

daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh

daerah. Pendapatan daerah yang dimaksud dikelompokkan atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

2. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi

Umum dan Dana Alokasi Khusus

3. Lain–lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang terdiri dari Hibah, Dana

Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Kepada Kabupaten/Kota,

Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi

Khusus dan Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Dari

Pemerintah Daerah Lainnya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

pajak dan Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Daerah Sumber Pendapatan Daerah yang

dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Mamuju meliputi Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah

Yang Sah.

2. Belanja Daerah

Belanja Daerah sebagaimana tertuang dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan atau urusan

Page 123: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

112

yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan

bersama antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan

perudang – undangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

13 Tahun 2006 beserta revisinya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Struktur

Belanja Kabupaten Mamuju Tengah untuk tahun Anggaran 2013 dan 2014

dikelompokkan menjadi:

1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak

terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

yang terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi,

Belanja Hibah, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan dan

Belanja Tidak Terduga.

2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang

dianggarkan pada belanja SKPD yang bersangkutan seperti: Belanja

Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal.

3. Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah terdiri dari:

a. Penerimaan Pembiayaan yang mencakup: sisa lebih perhitungan

anggaran tahun lalu (SILPA), pencairan dan cadangan, hasil

penjualan kekayaan yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah,

Page 124: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

113

penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang

daerah

b. Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup: pembentukan dana

cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah,

pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah serta

antara Anggaran Pendapatan Daerah mengakibatkan surplus atau

defisit anggaran.

4. Produk Domestik Regional Bruto

Indikator pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan pendapatan

per kapita dihitung berdasarkan suatu data yang disebut Produk

Domestik Bruto (PDB) untuk level nasional dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) untuk wilayah propinsi dan wilayah

kabupaten/kota.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu ukuran

yang digunakan untuk melihat kemajuan ekonomi suatu daerah, dan

salah satu cerminan berhasil atau tidaknya pelaksanaan

pembangunan yang telah dilaksanakan oleh suatu daerah. PDRB

didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang

dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya

berikut ini adalah beberapa konsep dan definisi yang dipakai dalam

penghitungan PDRB.

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto,

yaitu tambahan nilai yang ditimbulkan oleh aktivitas faktor-faktor

Page 125: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

114

produksi dalam merubah/memproses bahan-bahan baku dan

penolong sehingga lebih dekat kepada pengguna; atau nilai barang

dan jasa yang ditimbulkan oleh faktor produksi. Apabila seluruh

nilai tambah bruto atau nilai barang dan jasa yang ditimbulkan oleh

faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di

wilayah tertentu pada jangka waktu tertentu (misalnya satu tahun)

2. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber

daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang

besar menunjukkan kemampuan sumber ekonomi yang besar

3. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk mengukur laju

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor

dalam suatu periode waktu

4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan

struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu

wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar

menunjukkan basis perekonomian daerah tersebut

5. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan

produktivitas tiap penduduk dalam menciptakan output barang dan

jasa

6. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk

mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita.

Page 126: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

115

Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar

Harga Berlaku (miliar rupiah)

Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.292,57 1.458,58

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 1.139,02 1.274,90

Tanaman Pangan dan Holtikultura 298,69 313,63

Perkebunan Semusim danTahunan 768,08 884,06

Peternakan dan Jasa Pertanian 72,26 77,21

Kehutanan dan Penebangan Kayu 12,26 13,36

Perikanan 141,28 170,32

Pertambangan dan Penggalian 20,34 24,75

Industri pengolahan 169,80 197,24

Pengadaan Listrik dan Gas 0,25 0,28

Pengadaan Air 1,17 1,21

Konstruksi 19,78 26,49

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 85,44 98,18

Transportasi dan Pergudangan 12,03 13,80

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,44 4,20

Informasi dan Komunikasi 17,57 20,74

Jasa Keuangan 15,78 72,99

Real State 63,95 72,99

Jasa Perusahaan 63,95 0,31

Administrasi pemerintahan, 19,78 27,16

Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 0,28 27,16

Jasa Pendidikan 5,57 5,91

Jasa Lainnya 19,78 3,88

Produk Domestik Regional Bruto 1.800,62 2.044,48

Sumber : BPS Mamuju 2017

Page 127: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

116

Tabel 4.8

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Konstant (miliar rupiah) 2016-2017

Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.140,56 1.188,98

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 1 020,56 1 058,91

Tanaman Pangan dan Holtikultura 272,08 275,39

Perkebunan Semusim danTahunan 687,74 720,79

Peternakan dan Jasa Pertanian 60,74 62,73

Kehutanan dan Penebangan Kayu 11,51 11,86

Perikanan 108,48 118,21

Pertambangan dan Penggalian 18,14 21,08

Industri pengolahan 163,31 178,17

Pengadaan Listrik dan Gas 0,29 0,33

Pengadaan Air 1,02 1,07

Konstruksi 18,04 22,28

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 71,26 77,09

Transportasi dan Pergudangan - 11,15

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,07 3,53

Informasi dan Komunikasi 17,15 18,92

Jasa Keuangan 12,97 13,22

Real State 56,74 61,21

Jasa Perusahaan 0,28 0,29

Administrasi pemerintahan, 17,87 23,53

Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 63,84 65,13

Jasa Pendidikan 4,61 4,80

Jasa Lainnya 3,04 3,34

Produk Domestik Regional Bruto 1 603,34 1 694,99

Page 128: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

117

Tabel 4.9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah

Atas Dasar Harga Berlaku (persen) 2016-2017

Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 71,78 71,34

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 63,26 62,36

Tanaman Pangan dan Holtikultura 16,59 15,34

Perkebunan Semusim danTahunan 42,66 43,24

Peternakan dan Jasa Pertanian 4,01 3,78

Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,68 0,65

Perikanan 7,85 8,33

Pertambangan dan Penggalian 1,13 1,21

Industri pengolahan 9,43 9,65

Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01

Pengadaan Air 0,06 0.06

Konstruksi 1,10 1,30

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 4,74 4,80

Transportasi dan Pergudangan 0,67 0,67

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,19 0,21

Informasi dan Komunikasi 0,98 1,01

Jasa Keuangan 0,88 0,84

Real State 3,55 3,57

Jasa Perusahaan 0,02 0,02

Administrasi pemerintahan, 1,10 1,33

Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 3,86 3,50

Jasa Pendidikan 0,31 0,29

Jasa Lainnya 0,19 0,19

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00

Page 129: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

118

Tabel 4.10

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (persen) 2016-2017

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 * 2015 **

% % % % %

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.44 12.02 12.66 12.84 12.91

B Pertambangan dan Penggalian 19.40 5.12 11.43 21.72 13.43

C Industri Pengolahan 15.61 6.61 5.98 16.75 4.87

D Pengadaan Listrik dan Gas 8.99 8.69 1.37 12.56 (13.57)

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 26.93 16.31 9.81 4.14 5.80

dan Daur Ulang

F Konstruksi 3.05 4.82 15.32 33.93 14.50

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 14.99 11.28 9.47 14.91 7.77

Mobil dan Sepeda Motor

H Transportasi dan Pergudangan 7.68 5.16 10.26 14.69 12.37

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13.67 9.81 11.58 18.71 7.82

J Informasi dan Komunikasi 7.89 6.69 9.72 18.05 9.96

K Jasa Keuangan dan Asuransi 31.33 25.92 12.58 8.56 7.61

L Real Estate 10.53 3.75 4.46 14.15 10.07

Page 130: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

119

Tabel 4.11

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Konstant (persen) 2016-2017

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 * 2015 **

% % % % %

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9.31 9.84 5.21 4.25 6.43

B Pertambangan dan Penggalian 7.18 5.09 10.76 16.21 6.13

C Industri Pengolahan 12.05 6.40 5.37 9.10 4.10

D Pengadaan Listrik dan Gas 13.76 12.09 12.07 13.24 2.61

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 18.65 9.62 9.27 4.22 5.38

Daur Ulang

Kategori Uraian 2011

% 2012

% 2013

% 2014 *

% 2015 **

%

F Konstruksi 2.20 1.83 9.21 23.50 11.90

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 4.98 5.07 5.91 8.19 2.19

dan Sepeda Motor

H Transportasi dan Pergudangan 6.27 3.20 5.51 7.70 6.46

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9.49 6.27 6.83 11.17 4.27

J Informasi dan Komunikasi 5.59 6.37 9.75 10.36 9.93

K Jasa Keuangan dan Asuransi 26.12 15.23 5.29 1.92 4.01

L Real Estate 3.02 1.45 1.71 7.86 5.53

M,N Jasa Perusahaan 13.66 6.39 4.31 3.75 4.56

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 9.42 10.38 19.94 31.69 11.63

Jaminan Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 7.44 3.41 6.33 2.01 3.76

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.54 6.68 4.02 4.24 6.38

R,S,T,U Jasa lainnya 4.50 4.07 4.32 9.97 7.94

PDRB 8.96 8.46 5.47 5.71 6.01

Page 131: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

120

Tabel 4.13

Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Konstan

2010 (2010=100) (Persen), 2016-2017

Lapangan Usaha/ Kategori

2016 2017

1 2 3

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 126,32 131,69

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 126,09 130,83

Tanaman Pangan dan Holtikultura 106,68 107,98

Perkebunan Semusim dan Tahunan 136,53 143,09

Peternakan dan Jasa Pertanian 119,97 123,90

Kehutanan dan Penebangan Kayu 106,10 109,27

Perikanan 131,28 143,05

Pertambangan dan Penggalian 124,76 144,98

Industri pengolahan 125,63 137,06

Pengadaan Listrik dan Gas 142,91 161,83

Pengadaan Air 142,13 148,13

Konstruksi 113,66 140,37

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda 116,83 126,40

Motor

Transportasi dan Pergudangan 115,71 124,62

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 124,30 143,03

Informasi dan Komunikasi 123,27 136,04

Page 132: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

121

1 2 3

Jasa Keuangan 153,01 155,95

Real State 106,29 114,65

Jasa Perusahaan 126,14 130,87

Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial 144,86 190,77

Wajib

Jasa Pendidikan 118,13 120,51

Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 114,89 119,76

Jasa Lainnya 113,45 124,76

Produk Domestik Regional Bruto 124,64 131,76

Page 133: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

122

Tabel 4.14

Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (2010=100), 2016-2017

Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017

1 2 3

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 113,33 122,68

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 111,61 120,40

Tanaman Pangan dan Holtikultura 109,78 113,89

Perkebunan Semusim dan Tahunan 111,68 122,65

Peternakan dan Jasa Pertanian 118,96 123,08

Kehutanan dan Penebangan Kayu 106,51 112,64

Perikanan 130,23 144,09

Pertambangan dan Penggalian 112,10 117,42

Industri pengolahan 103,97 110,70

Pengadaan Listrik dan Gas 84,03 83,52

Pengadaan Air 114,07 113,98

Konstruksi 109,60 118,86

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan 119,90 127,35

Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan 107,91 114,91

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 112,05 118,99

Informasi dan Komunikasi 102,46 109,61

Jasa Keuangan 121,67 129,60

Real State 112,69 119,26

Page 134: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

123

1 2 3

Jasa Perusahaan 99,94 105,60

Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan 110,72 115,42

Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 108,77 109,97

Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 120,93 123,12

Jasa Lainnya 113,52 115,99

Produk Domestik Regional Bruto 112,30 120,62

Page 135: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

124

Tabel 4.15

Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional

Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (2010=100), 2016-2017

Lapangan Usaha/ Kategori

2016 2017

1 2 3

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7,08 8,25

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 7,37 7,87

Tanaman Pangan dan Holtikultura 5,31 3,74

Perkebunan Semusim dan Tahunan 7,92 9,82

Peternakan dan Jasa Pertanian 10,56 3,46

Kehutanan dan Penebangan Kayu 2,17 5,76

Perikanan 5,18 10,64

Pertambangan dan Penggalian 0,60 4,74

Industri pengolahan 0,58 6,47

Pengadaan Listrik dan Gas (9,55) (0,60)

Pengadaan Air 0,49 (0,08)

Konstruksi 5,59 8,45

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan 3,37 6,21

Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan 4,50 6,49

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,45 6,19

Informasi dan Komunikasi (0,03) 6,97

Jasa Keuangan 6,93 6,51

Page 136: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

125

1 2 3

Real State 2,71 5,83

Jasa Perusahaan 2,82 5,66

Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan 3,67 4,25

Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 3,70 1,11

Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,09 1,81

Jasa Lainnya 1,76 2,17

Produk Domestik Regional Brutu 5,72 7,40

Sumber: BPS Mamuju, 2015

PDRB Kabupaten Mamuju Tengah atas harga berlaku tahun 2014

sebesar 2.044,48 miliar rupiah dengan kontribusi terbesar dari sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu 71,34 persen sedangkan sektor

dengan kontribusi terkecil adalah sektor Pengadaan Listrik, Gas sebesar 0,01

persen. Untuk lebih jelasnya, perkembangan PDRB Kabupaten Mamuju

Tengah, baik atas harga berlaku maupun atas harga konstan, tahun 2016

hingga dan tahun 2017, dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Gambar 9 PDRB Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016 – 2017

1,500.00

1,000.00 HARGA KONSTAN

HARGA BERLAKU 500.00

-

2016

2017

2,500.00

2,000.00 1,800.62 2,044.48

1,694.99 1,603.34

Page 137: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

126

Diagram di atas memperlihatkan perkembangan PDRB Kabupaten

Mamuju Tengah yang mengalami peningkatan sejak tahun 2016 hingga

tahun 2017. Peningkatan dialami oleh PDRB untuk harga berlaku maupun

attas harga konstan. Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Berlaku

tersebut umumnya disumbang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan

perikakan; industri pengolahan; perdagangan besar dan eceran, dan reparasi

mobil dan sepeda motor; dan lainnya.

4.1.2. Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mempunyai tugas pokok

membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Dalam

melaksanakan tugas pokok tersebut DPMD Kabupaten Mamuju Tengah

mempunyai fungsi, sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan masyarakat

dan pemerintahan desa

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan

daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan

desa

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan

masyarakat dan pemerintahan desa; dan pelaksanaan tugas lain

yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Page 138: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

127

Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing sebagai

berikut :

Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Mamuju Tengah

Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju

Tengah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten

dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa

yang menjadi ruang lingkup tanggung jawabnya.

Sususnan Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa (DPMD) terdiri atas :

a. Kepala

b. Sekretaris

1. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

2. Sub Bagian Umum, Keuangan dan Kepegawaian

c. Bidang-bidang yang terdiri atas :

1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

2. Bidang Pemerintahan Desa

3. Bidang Pelayanan Sosial Dasar

d. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga

fungsional senior yang ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada di

Page 139: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

128

lingkungan Badan. Kelompok Jabatan Fungsional berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Kelompok Jabatan

Fungsional mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam

melaksanakan fungsi yang memerlukan keahlian tertentu secara

profesional sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)

mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah dibidang perumusan strategi, arah dan kebijakan

teknis pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa dalam

mendukung upaya pembangunan di daerah secara menyeluruh.

Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan masyarakat,

dan pemerintahan desa

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan pemberdayaan dalam mendukung pengembangan dan

pembangunan daerah

c. Pengkoordinasian tugas pengendalian, monitoring dan pelaporan

pelaksanaan program pembangunan daerah melalui kegiatan

pemberdayaan

d. Pelayanan penunjang pelaksanaan dan penyelenggaraan

pemerintahan daerah terkait masalah pemberdayaan masyarakat,

Page 140: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

129

perempuan maupun pemberdayaan pemerintahan desa secara

umum.

Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)

mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi umum,

kepegawaian, keuangan dan perlengkapan pada seluruh satuan

organisasi dalam lingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa (DPMD) serta melaksanakan penyusunan rencana dan evaluasi

pembangunan daerah

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (DPMD).

Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis di bidang umum dan kepegawaian,

perlengkapan dan aset, perencanaan dan pelaporan serta

keuangan.

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan di bidang

umum dan kepegawaian, perlengkapan dan aset, perencanaan

dan pelaporan serta keuangan

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang umum dan

kepegawaian, perlengkapan dan aset, perencanaan dan pelaporan

serta keuangan

Page 141: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

130

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan

maupun tulisan sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya.

Sekretariat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) terdiri

atas :

1. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

2. Sub Bagian Umum, Keuangan dan Kepegawaian

Untuk Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

mempunyai tugas pokok menghimpun dan menyusun bahan

perencanaan program kerja dan pengendaliannya serta menyiapkan

laporan kegiatan, Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud Sub

Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan

dilingkup sub Bagian Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan yang

meliputi urusan perencanaan program kerja, evaluasi, serta

pelaporan program

b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi

urusan Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan serta pelaporan

program dilingkup sub bagian Perencanaan,Evaluasi dan

Pelaporan

c. Pemberian bimbingan dan arahan kepada bawahan dilingkup sub

bagian Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan sesuai peraturan dan

prosedur yang berlaku

Page 142: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

131

d. Pengkoordinasian penyusunan rencana kerja tahunan meliputi

urusan perencanaan program kerja, evaluasi, serta pelaporan

program dilingkup dinas

e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tugas sub bagian

Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan

f. Penyelenggaraan pelaporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian

Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan kepada pimpinan

g. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier;

Sub Bagian Umum,keuangan dan Kepegawaian mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan surat menyurat, penatausahaan, urusan rumah

tangga dan keuangan kepegawaian perlengkapan,Untuk melaksanakan

tugas pokok dimaksud, Sub Bagian Umum,Keuangan dan Kepegawaian

mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana kegiatan tahunan dan rencana anggaran

kegiatan yang meliputi urusan anggaran dinas, kepegawaian,

keprotokoleran, pembukuan dan verifikasi, perbendaharaan, urusan

persuratan, pengarsipan, pengelolaan dan pemeliharaan

perlengkapan dinas dan administrasi aset Dinas Kesehatan

b. Pengkoordinasian pelaksanaan rencana kegiatan dengan sub

bagian/seksi lain sesuai prosedur yang berlaku untuk kelancaran

pelaksanaan tugas.

Page 143: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

132

c. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di sub

bagian keuangan, kepegawaian dan umum

d. Penyelenggaraan laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian

keuangan, kepegawaian dan umum kepada pimpinan.

e. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier;

4.1.2.1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Bidang Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan

dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan di bidang pemberdayaan

Masyarakat dari aspek Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat

Desa,Bumdes dan pemberdayaan Masyarakat ,Pengembangan Kawasan

Pedesaan,Pendayagunaan Sumber Daya alam dan Teknologi Tepat

Guna.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagimana dimaksud Bidang

Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi :

a. Perencanaan operasional rencana kerja di lingkup bidang

Pemberdayaan masyarakat.

b. Perencanaan kebijakan dibidang Pemberdayaan masyarakat

sebagai pedoman kerja

c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dengan Sekretaris dan

Kepala Bidang lain dilingkup bidang guna kelancaran pelaksanaan

tugas.

Page 144: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

133

d. Pembagian pelaksanaan tugas meliputi Tupoksi Pemberdayaan

masyarakat .

e. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup bidang.

f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier.

Bidang Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari :

a. Seksi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,

Bumdes dan Pemberdayaan Masyarakat

b. Seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan

c. Seksi Pendayagunaan Sumber Daya Alam Dan Teknologi Tepat

Guna

Seksi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,

Bumdes dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas

mempersiapkan data penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan dan

monitoring program di bidang pengembangan ekonomi masyarakat

dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan

kesejahteraan masyarakat

Untuk melaksanakan tugas dimaksud Seksi Pengembangan

Usaha Ekonomi Masyarakat Desa, Bumdes dan Pemberdayaan

Masyarakat mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kegiatan program tahunan dan rencana anggaran

kegiatan dilingkup seksi

Page 145: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

134

b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi

urusan Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,Bumdes

dan pemberdayaan Masyarakat sebagai acuan kerja dilingkup

seksi

c. Pembimbingan dan pengarahan kepada bawahan dilingkup seksi

dalam melaksanakan tugas sesuai peraturan dan prosedur yang

berlaku

d. Pengkoordinasian, pembinaan dan fasilitasi dalam urusan

Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,Bumdes dan

pemberdayaan Masyarakat.

e. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas

dilingkup seksi

f. Penyelenggaraan laporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup seksi

kepada pimpinan

g. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier

Seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan mempunyai tugas

mempersiapkan data penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan dan

monitoring program di bidang pengembangan Kawasan Pedesaan

dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan

kesejahteraan masyarakat

Page 146: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

135

Untuk melaksanakan tugas dimaksud Seksi Pengembangan

Kawasan Pedesaan mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kegiatan program tahunan dan rencana anggaran

kegiatan dilingkup seksi

b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi

urusan Seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan sebagai acuan

kerja dilingkup seksi

c. Pembimbingan dan pengarahan kepada bawahan dilingkup seksi

dalam melaksanakan tugas sesuai peraturan dan prosedur yang

berlaku

d. Pengkoordinasian, pembinaan dan fasilitasi dalam urusan Seksi

Pengembangan Kawasan Pedesaan.

e. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas

dilingkup seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan

f. Penyelenggaraan laporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup seksi

Pengembangan Kawasan Pedesaan kepada pimpinan

g. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier

4.1.2.2. Bidang Pelayanan Sosial Dasar

Bidang Pelayanan Sosial Dasar dan Pembangunan Sarana

Prasarana Desa mempunyai tugas melaksanakan dan

mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pada bidang dari aspek

Page 147: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

136

Pelayanan Sosial Dasar dan Pembangunan Sarana Prasarana Desa

dalam rangka penyelenggaraan Pelayanan Sosial Dasar di desa.

Untuk melaksanakan tugas sebagimana dimaksud Bidang

Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan program, kegiatan, dan pengendalian anggaran

pada lingkup bidang.

b. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan kegiatan lingkup bidang.

c. Pengkoordinasian dan pembinaan program kerja tiap-tiap seksi

pada lingkup bidang.

d. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program di lingkup

bidang.

e. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

lingkup bidang.

f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier

Bidang Pemberdayaan Pelayanan Sosial Dasar terdiri atas :

a. Seksi Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat

b. Seksi Pembangunan Sarana prasana dan asset desa.

c. Seksi Adat Budaya dan perlindungan social.

Seksi Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat mempunyai

tugas merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan,

Page 148: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

137

penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kegiatan di Seksi

Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat .

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi Pelayanan Dasar

Kesejahteraan Rakyat Desa mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kegiatan dan rencana anggaran kegiatan dilingkup

Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat .

b. Pelaksanaan kegiatan program Pelayanan Dasar Kesejahteraan

Rakyat .

c. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengembangan

program Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat.

d. Pengkoordinasian Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat .

e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup

dilingkup seksi.

f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier

Seksi Pembangunan Sarana prasana dan asset desa

mempunyai tugas merencanakan, mengumpulkan data-data dan

bahan, penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kegiatan di Lingkup

Seksi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi Pembangunan

Sarana prasana dan asset desa mempunyai fungsi :

Page 149: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

138

a. Pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana Desa dan asset

desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b. Penyiapakan dan menyusun upaya peningkatan dan

pengembangan sarana dan prasarana dan asset desa

c. Penyelenggaraan Pembangunan sarana dan prasarana dan asset

desa

d. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan analisa data serta

pengelolaan sarana prasarana Desa

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

tugas seksi

f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh

pimpinan baik lisan maupun tulisan

Seksi Adat Budaya dan perlindungan sosial mempunyai tugas

merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan, penyusunan,

perumusan melaksanakan pengembangan dan pembinaan Adat Budaya dan

perlindungan sosial. Untuk melaksanakan tugas tersebut Seksi Adat Budaya

dan perlindungan sosial menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan kegiatan dan rencana anggaran kegiatan dilingkup Adat

Budaya dan perlindungan sosial.

b. Pelaksanaan kegiatan program Adat Budaya dan perlindungan sosial.

c. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengembangan

program Adat Budaya dan perlindungan sosial.

Page 150: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

139

d. Pengkoordinasian Pelayanan Adat Budaya dan perlindungan sosial.

e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup

Seksi.

f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier.

4.1.2.3. Bidang Pemberdayaan Pemerintahan Desa

Bidang Pemerintahan Desa mempunyai tugas melaksanakan

dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan di bidang

Pemerintahan Desa dari aspek sumber daya aparat Desa, administrasi

desa,kelembagaan desa serta evaluasi perkembangan desa dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembangunan

daerah.

Bidang Pemerintahan Desa dipimpin oleh seorang kepala

bidang yang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD).Untuk

melaksanakan tugas sebagimana dimaksud Bidang Pemerintahan

Desa mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kebijakan dibidang yang meliputi urusan

Pemerintahan Desa

b. Perencanaan operasional rencana kerja dilingkup bidang yang

meliputi program Pemerintahan Desa.

Page 151: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

140

c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dengan sekretaris dan

kepala bidang lain guna kelancaran pelaksanaan tugas.

d. Pembagian pelaksanaan tugas meliputi urusan Pemerintahan

Desa.

e. Pemberian petunjuk pelaksanaan kepada kepala seksi guna

kelancaran tugas.

f. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup bidang.

g. Menilai prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier.

Bidang Pemberdayaan Pemerintahan Desa terdiri atas :

a. Seksi Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan

Peningkatan Kapasitas Aparat.

b. Seksi Pembinaan Kelembagan Desa.

c. Seksi Evaluasi Perkembangan Desa.

Seksi Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan

Peningkatan Kapasitas Aparat mempunyai tugas mempersiapkan data

penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan dan monitoring program

di Lingkup Seksi dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya

Aparat Desa

Untuk melaksanakan tugas dimaksud Seksi Penataan

Administrasi Pemerintahan Desa dan Peningkatan Kapasitas Aparat

mempunyai fungsi :

Page 152: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

141

a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan

dilingkup seksi Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan

Peningkatan Kapasitas Aparat

b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi

urusan Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan

Peningkatan Kapasitas Aparat.

c. Pembimbingan dan pengarahan bawahan dilingkup seksi sesuai

peraturan dan prosedur yang berlaku

d. Pelaporan pelaksanaan tugas dilingkup Seksi Penataan

Administrasi Pemerintahan Desa dan Peningkatan Kapasitas

Aparat dilingkup seksi

e. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier

Seksi Pembinaan Kelembagan Desa mempunyai tugas

merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan, penyusunan,

perumusan dan pelaksanaan kegiatan dibidang kelembagaan Desa.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi Pembinaan Kelembagan

Desa mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan

dilingkup seksi Pembinaan Kelembagaan Desa

b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi

urusan Pembinaan Kelembagaan Desa

Page 153: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

142

c. Pembimbingan dan pengarahan bawahan dilingkup seksi sesuai

peraturan dan prosedur yang berlaku.

d. Pengkoordinasian, pembinaan dan fasilitasi dalam urusan

Pembinaan Kelembagaan Desa.

e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup

dilingkup seksi.

f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier.

Seksi Evaluasi Perkembangan Desa mempunyai tugas

merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan, penyusunan,

perumusan dan pelaksanaan kegiatan Pada Seksi Evaluasi

Perkembangan Desa. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi

Evaluasi Perkembangan Desa mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan

dilingkup seksi Evaluasi Perkembangan Desa.

b. Pelaksanaan kegiatan program Evaluasi Perkembangan Desa.

c. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengembangan

program Evaluasi Perkembangan Desa.

d. Pengkoordinasian Evaluasi Perkembangan Desa.

e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup

dilingkup seksi.

Page 154: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

143

f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier.

Gambar 10

Struktur Organisasi Dinas PMD Kabupaten Mamuju

4.1.3. Gambaran Umum Desa

4.1.3.1. Desa Tobadak

Untuk menggali sumber data berdirinya Desa Tobadak Pemerintah Desa

bersama Tokoh Masyarakat mengundang para sesepuh dan beberapa warga

masyarakat yang setidaknya mengetahui sejarah berdirinya Desa Tobadak.

Para sesepuh dan tokoh masyarakat menuturkan bahwa Desa Tobadak

adalah Wilayah Transmigrasi pada pendaratan pertama pada tahun 1987

yang dihuni dari berbagai suku yaitu Jawa,Bali,Makassar,Bugis dan Toraja

serta Mandar yang biasanya ddisebut dengan Indonesia Mini dan juga

berbagai macam Bahasa Daerah, terbentuk menjadi Desa Persiapan

Tobadak 1 Tanggal 08 Agustus 1990 dengan Kepala Desa pertama bernama

Page 155: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

144

H.M.ARAS TAMMAUNI yang menjabat sampai tahun 2013, selanjutnya

digantikan Oleh I KETUT UDIANA, S. Sos sebagai pelaksana dan pada

tahun 2017 diadakan pemilihan Kepala Desa yang dimenangkan oleh Bapak

ASHAR DJAMAL yang menjabat Hingga sekarang.

Dari mulai berdirinya menjadi sebuah desa yang diakui oleh

pemerintah dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan walaupun

belum sampai pada pemenuhan kebutuhan dasar, sehingga kepada

Pemerintah Desa bersama masyarakat dan tokoh-tokoh yang ada di Desa

Tobadak mempunyai kewajiban untuk menghargai pendiri desa dengan

melanjutkan membangun bersama-sama, saling bahu membahu dengan

semangat kegotong royongan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

1. Letak Geografis Desa

Secara geografis Desa Tobadak merupakan kawasan yang

potensial terbukti keberadaan kawasan perkebunan dan areal

persawahan yang subur, dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Secara Administratif Desa Tobadak berada di wilayah Kecamatan

Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah sehingga posisi Desa Tobadak

berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Sungai Budong-Budong

- Sebelah Timur : Desa Polongaan

- Sebelah Selatan : Desa Mahahe

- Sebelah Barat : Desa Babana

Page 156: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

145

Jarak Desa Tobadak dengan Kantor Kecamatan 4 Km dan

jarak dengan Kantor Kabupaten sekitar 9 Km. Apabila ukuran dari

permukaan laut maka posisi Desa Tobadak berada di Ketinggian

antara 180 – 200 Meter Diatas Permukaan Laut.

2. Luas Wilayah Dan Tata Guna Lahan

Luas Desa Tobadak seluas 17,400 Km terdiri dari :

- Luas lahan sawah : 38.00 Ha

- Luas lahan Perkebunan : 541,25 Ha

- Luas lahan permukiman : 74,50 Ha

- Luas lahan lain-lain : 46.00 Ha

3. Kondisi Pemerintahan Desa

Wilayah Desa Tobadak terdiri dari 13 Dusun yaitu : Dusun Bina

Makmur ,Dusun Yudha Mulya, Dusun Tobadak, Dusun

Sipodecceng, Dusun Benteng, Dusun Talungallo, Dusun

Kondosapata, Dusun Mesakada, Dusun Sikamasse, Dusun

Batusitanduk, Dusun Sido Mulyo, Dusun Manurung, dan Dusun

Batu Papan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala

Dusun. Posisi Kadus menjadi sangat strategis seiring banyaknya

limpahan tugas desa kepada aparat ini. Dalam rangka

memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di Desa

Tobadak, dari ke 13 dusun tersebut terbagi menjadi 48 Rukun

Tetangga (RT).

Page 157: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

146

4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan

Desa Tobadak tidak bisa lepas dari strukur administratif

pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam

bagan berikut ini:

Tabel 4.16

Nama Pejabat Pemerintah Desa Tobadak

No Nama Jabatan

1 ASHAR DJAMAL Kepala Desa

2 I KETUT UDIANA,S.Sos Sekretaris Desa

3 SURIANI Kepala Urusan Tata Usaha Dan Umum

4 FAJRIYAH. C, S. Sos Kepala Urusan Keuangan

5 RISMAYANTI,S.Sos Kepala Urusan Perencanaan

6 I GD ARI SUDIATMAKA Kasi Pemerintahan

7 PINCE TANDIKONDO Kasi Kesejahteraan

8 NANANG SUTEJO, S. Kom Kasi Pelayanan Umum

9 SUKARDI Dusun Bina Makmur

10 SUBIYO Dusun Yudha Mulya

11 SAENONG Dusun Batusitanduk

12 ADUL Dusun Tobadak

13 SOLEMAN Dusun Sipodeceng

14 ABU HASYIM Dusun Benteng

15 MANSYUR SAMAD Dusun Talungallo

16 CA’E Dusun Manurung

17 LUKAS.B Dusun Kondosapata

18 MANGOA Dusun Mesakada

19 SUMARIONO Dusun Sidomulyo

20 AGUS R Dusun Sikamasse

21 DARIUS DOA BUNTU Dusun Batu Papan

Page 158: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

147

Tabel 4.17

Nama Badan Permusyawaratan Desa Tobadak

No Nama Jabatan

1 MURIONO Ketua

2 SIYADI Wakil Ketua

3 SALIM Sekertaris

4 H.MUSTAMIN Kabid Pemerintahan

5 AMIRUDDIN Kabid Pembangunan

6 ANDI TENRI WARE Anggota

7 SUGIANTO DP Anggota

8 ISMAIL SHALEH Anggota

9 NURDELI, S. Pd Anggota

Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Tobadak kepada

masyarakat cukup memuaskan dan kelembagaan yang ada berjalan

sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

4.1.3.2. Desa Tumbu

Secara geografis Desa Tumbu merupakan kawasan daerah pesisir

pantai yang ada di Mamuju Tengah terbukti keberadaan kawasan Nelayan

dan areal Perkebunan ,. Secara Administratif Desa Tumbu berada di wilayah

Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah sehingga posisi Desa

Tumbu berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Desa Sinabatta

- Sebelah Timur : Desa Kabubu,Waipute dan paraili

- Sebelah Selatan : Desa Budong-Budong

- Sebelah Barat : Selat Makassar

Page 159: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

148

1. Bagian Pemerintahan

Wilayah Desa Tumbu terdiri dari 7 Dusun yaitu : Dusun Tumbu,

Dusun Waitumbur , Dusun Tanjung Lallere, Dusun Padangloanng,

Dusun Tomakka, Dusun Wailotong, dan Dusun Wairandang, yang

masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Posisi Kadus

menjadi sangat strategis seiring banyaknya limpahan tugas desa

kepada aparat ini. Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan

terhadap masyarakat di Desa Tumbu, dari ke 7 dusun tersebut terbagi

menjadi 18 Rukun Tetangga (RT).

2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan

Desa Tumbu tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan

pada level di atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

Page 160: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

149

Tabel 4.18 Nama Pejabat Pemerintah Desa Tumbu

NO NAMA DUSUN NAMA KEPALA DUSUN

1 WAITUMBUR AKRAM

2 TUMBU USMAN.S

3 TANJUNG LALLERE SULAIMAN

4 PADANG LOANG HARUNA

5 TOMAKKA SYARIFUDDIN

6 WAILOTONG ARIFIN

7 WAIRANDANG MUSTAR.D

4.1.3.3. Desa Lemo-Lemo

Berdasarkan data dan informasi yang digali dari beberapa sumber -

termasuk para tokoh masyarakat, diperoleh penuturan bahwa sebelum

menjadi sebuah perkampungan, lokasi Desa Lemo-Lemo merupakan hutan

belantara. Konon ada seorang perambah hutan yang tersesat didalam hutan

tersebut . dan selalu mondar-mandir mencari jalan keluar dari hutan dan

sampai menjelang sore jalan keluar dari hutan tersebut tidak juga

ditemukannya. Dan lama kelamaan orang tua tersebut merasa kehausan dan

sudah sangat capek, ia duduk di bawah pohon untuk melepas lelah dan

memohon petunjuk dari yang maha kuasa. Dan ketika itu, orang tua tersebut

menghadap keatas, dan ternyata ia berada dibawah pohon jeruk yang

banyak buahnya sudah matang. Kemudian orang tua tersebut mengambil

beberapa buah jeruk untuk dimakan sebagai pelepas dahaga dan ternyata

buah jeruk ini terasa sangat manis.

Page 161: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

150

Dari bahasa setempat, nama Lemo-Lemo berasal dari Bahasa Bugis yang

berarti Jeruk yang manis. Dasar inilah yang melatar belakangi nama kawasan

ini yang awalnya Dusun Lemo-Lemo yang waktu itu berada dalam wilayah

Desa Pangale. Dan dimulai oleh beberapa perambah yang selanjutnya

membentuk pemukiman. Dan dengan masuknya perusahaan kayu bundar

(PATIS) menjadikan lokasi ini semakin terbuka untuk dijadikan lahan

pertanian dan perkebunan.

Setelah proses kelengkapan administrasi untuk Pemekaran Desa,

Maka Pada tahun 2009 terbentuklah Desa Lemo-Lemo yang Pemekaran dari

Desa Pangale dan yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Kepala

Desa sementara oleh Bapak M. TAHIR. NP, Bsc. Dan pada Tahun 2010

dilaksanakan pemilihan Kepala Desa, dan yang menjadi Kepala Desa

defenitif pertama yang terpilih pada waktu itu ialah Bapak ABD. RAHMAN.

untuk masa jabatan 2010-2015. Namun dalam Kepemimpinannya yang

menjelang 1 tahun lamanya, beliau Meninggal Dunia pada Tahun 2011. Dan

pada saat itu, yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Desa

sementara yaitu Bapak Camat Pangale (COLLENG SULAIMAN, S.Sos).

Selanjutnya, pada tahun 2013 dilaksanakan pemilihan Kepala Desa,

dan yang terpilih sebagai Kepala Desa Defenitif yaitu Bapak LAMATANG

untuk masa bakti 2013 – 2019. Pada bulan Januari 2013, terjadi pemekaran

Kabupaten. Kabupaten Mamuju dimekarkan, dan terbentuklah Kabupaten

Mamuju Tengah dengan 54 Desa dan 5 Kecamatan. Desa Lemo-Lemo

termasuk salah satunya dan berada dalam wilayah Kecamatan Pangale

Page 162: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

151

1. Letak Geografis

Desa Lemo-Lemo merupakan desa yang beriklim tropis dan berada

tidak jauh dari Selat Makassar. Hal ini menjadi potensi berkembangnya

tanaman yang berorientasi ekspor, misalnya perkebunan sawit, kakao,

Jagung dll. Tidak ketinggalan pula luas persawahannya yang menunjang

tingkat perekonomian warganya.

Secara Administratif Desa Lemo-Lemo berada diwilayah Kabupaten

Mamuju Tengah, serta terletak di perbatasan Kabupaten Mamuju dengan

Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Secara rinci, posisi Desa Lemo-

Lemo berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Desa Polo Pangale

- Sebelah Timur : Desa Kalepu Kec. Tommo Kab. Mamuju

- Sebelah Selatan : Sungai karama Desa Tarailu Kec. Sampaga

Kab. Mamuju

- Sebelah Barat : Desa Pangale.

Adapun jarak ke ibu kota Kabupaten adalah ± 67 Km. untuk posisi

ketinggian dari permukaan laut, maka Desa Lemo-Lemo berada pada

ketinggian 20 – 100 m di atas permukaan laut.

2. Bagian Pemerintahan

Sesuai peta Desa Lemo-Lemo, Wilayah Desa Lemo-Lemo

terdiri dari 4 Dusun yaitu : Dusun Lemo-Lemo, Dusun Puncak Jaya,

Dusun Along-Along, Dusun Bajo. Posisi Kepala Dusun menjadi sangat

strategis seiring banyaknya limpahan tugas desa kepada aparat ini.

Page 163: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

152

Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat

di Desa Lemo-Lemo.

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa

Lemo-Lemo tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan

pada level di atasnya. Sebagai bagian dari jenjang pemerintahan

desa, fungsi Kepala Dusun (Kadus) sangat penting dalam mendukung

pelayanan masyarakat. Hal yang sama pada organisasi PKK

(Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), Hal ini dapat dilihat dalam

bagan berikut ini:

Tabel 4.19

Pejabat Pemerintah Desa Lemo-Lemo

No Nama Jabatan

1 LAMATANG Kepala Desa

2 SYAMSURIADI Sekretaris Desa

3 AGUSTANG Bendahara Desa

4 SUDIRMAN Kepala Seksi Pemerintahan

5 SAMIRUDDIN Kepala Seksi Pelayanan

6 SULTAN Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat

7 ABDUL ASIS Kepala Urusan Tata Usaha & Umum

8 ARIS MUNANDAR Kepala Urusan Perencanaan

9 JUMARDIN Kepala Urusan Keuangan

10 JUMALDI Kepala Dusun Lemo-Lemo

11 SUARDI RACHMAN Kepala Dusun Puncak Jaya

12 SABRIADI Kepala Dusun Along-Along

13 H. HASANUDDIN Kepala Dusun Bajo

Page 164: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

153

Tabel 4.20

Badan Permusyawaratan Desa Lemo-Lemo

No Nama Jabatan

1 MARTANG Ketua

2 NURDIN Wakil ketua

3 SAMRIADI Sekretaris

4 SUKARDI Ketua Bidang Pemerintahan &

Pembinaan Masyarakat

5 BUDI Ketua Bidang Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat

Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Lemo-Lemo kepada

masyarakat cukup memuaskan dan kelembagaan yang ada berjalan

sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

4.1.2.4. Desa Sanjango

Berdasarkan data dan informasi yang digali dari beberapa sumber -

termasuk para tokoh masyarakat, diperoleh penuturan bahwa Desa

Sanjango sebelum dimekarkan dari desa karossa daerah ini sudah

didiami para pendahulu kami yang buktikan tanaman yang sampai

sekarang ini masih ada termasuk tanaman sagu coklat,kelapa dan

tanaman lainnya.jaman kolonial para pendahulu menambang emas

termasuk orang-orang diluar daerah berdatangan di daerah ini.pada

tahun1975 masyarakat bekerja sebagai perotang dan bercocok tanam

seperti tanaman coklat dan padi ladan sehingga dalam hal ini lahan yang

Page 165: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

154

kami kuasai betul-betul lahan peninggalan orang tua kami yang sudah

ratusan tahun silang.

Dari jaman penjajahan Belanda muncul lagi penjajahan Jepang yang

disebut orang tua kami nippong keganasan penjajahan jepang di

Indonesia hususnya didaerah ini pada jaman itu maka orang tua kami

kembali kehutan dan mereka makan seadanya dan orang tua kami

bersembunyi disalah satu Goa yang panjangnya kurang lebih 200 m lebar

sekitar 2m.pada waktu siang hari ibiu-ibu dan anank-anak berada digua

para orang tua dan generasi berjaga jaga dan mencarai nafkah sehigga

gua tersebnut di beri nama kepala dusun beggaulu ambo sombong pada

waktu itu yaitu gua Gurilya.

Salah satu bukti penjajahan jepang dikarossa dan sekitarnya termasuk

didesa sanjango terbukti peggalian lubang yang digunakan untuk

berlindung para pengunsi dan jatuhnya pesawat jepang yang disebut

pesawat labolong di pantai karossa tahun 1947 dan diketemukan 1993

dan masih banyak lagi sejarah –sejarah pahit termasuk pembunuhan

penembakan masyarakat yang tidak berdosa sejarah-sejarah pahit dari

kolonial Belanda sampai penjajahan jepang di Indonesia termasuk

didaerah ini kami akan kembangkan ketika masih dibutuhkan. Tahun 1984

sebelum desa sanjango dimekarkan dari desa karossa muncul lagi

organisasi terlarang yang disebut (rps)termasuk daerah yang berdomisilih

melakukan gerakan–gerakan di daerah sanjango dalam hal ini sejara

sejarah yang ada di karossa pada waktu itu tempat pelarian

Page 166: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

155

(persembunyian)orang –orang yang selalu berlawanan arah pemerintah

pada waktu itu salah satunya didesa sanjango

kejadian kejadian kami akan kembangkan apa bila dibutuhka untuk

kepentingan pembangunan di daerah ini.

1. LETAK GEOGRAFIS DESA

Desa Sanjango merupakan desa yang beriklim tropis dan berada tidak

jauh dari Selat Makassar. Hal ini menjadi potensi berkembangnya

tanaman yang berorientasi ekspor, misalnya perkebunan sawit, kakao,

Jagung,cengke,pala,kopi,marica,kelapa,alpokat, caberawit terkecuali

cabe keriting. Tidak ketinggalan pula luas persawahannya yang

menunjang tingkat perekonomian warganya.

Secara Administratif Desa Sanjango berada di wilayah Kabupaten

Mamuju Tengah, serta terletak di perbatasan:

• Sebelah Utara : Bebatasan Kab. Mamuju Utara/Kab,Sigi, Prov

Sulawesi Tengah

• Sebelah Timur : Berbatasan Kab. Luwu Prov.Sulawesi Selatan

• Sebelah Selatan : Berbatasan Kecamatan Topoyo Kab. Mamuju

Tengah

• Sebelah Barat : Berbatasan Desa Karossa Kab. Mamuju Tengah

Adapun jarak ke ibu kota Kabupaten adalah ± 70 Km. untuk

posisi ketinggian dari permukaan laut, maka Desa Sanjango berada

pada ketinggian 62 – 120 m di atas permukaan laut.

Page 167: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

156

2. Pemerintahan

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa

Sanjango tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan pada level

di atasnya. Sebagai bagian dari jenjang pemerintahan desa, fungsi Kepala

Dusun (Kadus) sangat penting dalam mendukung pelayanan masyarakat. Hal

yang sama pada organisasi PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga),

serta Pemuda Hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

Tabel 4.21 Nama Pejabat Pemerintah Desa Sanjango

No Nama Jabatan

1 MUHAMMAD YAMIN Kepala Desa

2 JUMRAN Sekretaris Desa

3 YUSRIANI Bendahara Desa

4 YASIR Kepala Seksi Pemerintahan

5 ALI FIRDAUS Kepala Seksi Pelayanan

6 SANDRAWANA Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat

7 MARTA ALIK Kepala Urusan Tata Usaha & Umum

8 NURMIA Kepala Urusan Perencanaan

9 PITHER NUSHU Kepala Urusan Keuangan

10 JUMADI Kepala Dusun Sanjango

11 ANDRIADI Kepala Dusun Sanrege

12 AHMAD.TP Kepala Dusun Sanrege Timur

13 MARKUS Kepala Dusun Taname

14 KAMARUDDIN Kepala Dusun Piokedi

15 M.ALI Kepala Dusun Leluha

Page 168: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

157

Tabel 4.22

Nama Badan Permusyawaratan Desa Sanjango

No Nama Jabatan

1 PARMIN Ketua

2 GAGA Wakil ketua

3 MURSAN .S Sekretaris

4 ISMAIL ILYAS Ketua Bidang Pemerintahan &

Pembinaan Masyarakat

5 ANDARIAS Ketua Bidang Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat

6 ERIS PAULUS ANGGOTA

7 M.TANDI.LEMBANG ANGGOTA

Page 169: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

158

Tabel 4.23

Tim Penggerak PKK Desa Sanjango

No Nama Jabatan

1 2 3

1 MUHAMMAD YAMIN PEMBINA

2 KUSMAWATI Ketua

3 RAJMAH Wakil Ketua

4 NURBAENA Sekretaris

5 SAHARA Bendahara

6 HJ.NURMAWATI Ketua POKJA I

7 ST NAMIRA Wakil Ketua POKJA I

8 SARNAWIA Anggota POKJA I

9 NURHAYATI Anggota POKJA I

10 NIRWANA Anggota POKJA I

11 NURMA Anggota POKJA I

12 NASMIRAWATI Ketua POKJA II

13 IRNA GAGA Wakil Ketua POKJA II

14 MARLAN Anggota POKJA II

15 ASRIANI Anggota POKJA II

16 ST MANAWIA Anggota POKJA II

17 DAHLIA Anggota POKJA II

18 SOPAWATI Ketua POKJA III

19 HARNIATI Anggota POKJA III

20 YUSRIANI Anggota POKJA III

21 CANIATI Anggota POKJA III

22 RAJADAENG Anggota POKJA III

23 JIRA Anggota POKJA III

24 NAHYA Ketua POKJA IV

25 SANDRAWANA Wakil Ketua POKJA IV

26 MARTA ALIK Anggota POKJA IV

Page 170: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

159

1 2 3

27 KRIS Anggota POKJA IV

28 MARTINI Anggota POKJA IV

29 INDAH Anggota POKJA IV

Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Sanjango dan

kelembagaan yang ada kepada masyarakat cukup baik dan berjalan sesuai

tugas dan fungsinya masing-masing.

4.1.2.5. Desa Pasapa

Secara geografis Desa Pasapa merupakan salah satu kawasan

daerah Pegunungan yang ada di Mamuju Tengah terbukti daerah ini

identik dengan Perkebunan dan persawahan dan hampir semua mata

pencaharian masyarakatnya adalah petani. Secara Administratif Desa

Pasapa berada di wilayah Kecamatan Budong-Budong Kabupaten

Mamuju Tengah sehingga posisi Desa Pasapa berbatasan dengan .

Wilayah Desa Pasapa terdiri dari 7 Dusun dan 17 (RT), yang dimana

masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Posisi Kadus

menjadi sangat strategis seiring banyaknya limpahan tugas desa

kepada aparat ini. Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan

terhadap masyarakat di Desa Pasapa.

Page 171: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

160

4.2. Implementasi kebijakan pengelolaan dana desa

4.2.1. Perencanaan

Pada urutan kegiatan pengelolaan Dana Desa, perencanaan

merupakan awal kegiatan. Fungsi yang lain akan bekerja setelah diberi

arahan oleh bagian perencanaan. Secara umum, perencanaan merupakan

proses penentuan tujuan organisasi dan kemudian menyajikan dengan jelas

strategi (program), taktik (cara melaksanakan program), dan operasi

(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian

perencanaan adalah proses dasar manajemen untuk menentukan tujuan dan

langkah-langkah yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai.

Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan

secara akurat dan efektif. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan

sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan

menggunakan sumber-sumber yang tersedia dulu. Salah satu maksud dibuat

perencanaan adalah melihat program-program yang dipergunakan untuk

meningkatkan kemungkinan pencapain tujuan di waktu yang akan datang,

sehingga dapat meningkatkan pengambilan keputusn yang lebih baik. Oleh

karena itu, perencanaan organisasi harus aktif, dinamis, berkesinambungan

dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya bereaksi terhadap

lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha. Ada dua

alasan dasar perlunya perencanaan : (1) Untuk mencapai “protective

benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya

Page 172: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

161

kesalahan dalam pembuatan keputusan.(2) Untuk mencapai “positive

benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.

Dalam Perencanaan penggunaan Dana Desa, diawali dengan

pembuatan atau penyusunan RPJMDes (Rencana Program Jangka

Menengah Desa). RPJMDes adalah rencana pembangunan jangka 6 tahun,

sesuai rentang kekuasaan seorang klepala desa untuk sekali masa

kekuasaan. Apa saja yang akan dicapai adalah bagaimana mencapai adalah

beberapa hal yang harus terjelaskan dalam RPJMDes. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan bapak kepala desa Tobadak, bapak AD mengatakan

bahwa :

RJMDes memuat visi misi kepala desa dan apa yang akan dikerjakannya selama memimpin desanya. Dalam RPJMDes terdapat arah kebijakan pembangunan desa, rencana kegiatan yang meliputi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan apa saja kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bakal dilakukan pemerintah desa. (wawancara langsung, 2018)

Hal ini juga dibenarkan oleh bapak kepala Dinas PMD Kabupaten

Mateng, bapak DZ mengatakan bahwa :

“Di dalam penyusunan RPJMDes, RPJM Desa harus disusun berorentasikan masa depan. Supaya desa mampu mengantisipasi terhadap masalah-masalah yang akan muncul di masa depan. RPJMdes juga harus memuat prinsip

1. RPJM Desa memiliki roh pemberdayaan. Agar setiap desa dapat mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat desa dalam upaya menuju Desa Mandiri.

2. RPJM Desa disusun secara partisipatif. Makna partisipatif yaitu keterlibatan semua masyarakat desa secara aktif.

Page 173: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

162

Semua masyarakat memiliki kesepatan berbicara dan menyalurkan pikiran dan gagasannya .

3. RPJM Desa harus berpihak kepada kepentingan seluruh rakyat desa, trutama masyarakat miskin, kaum difabel dan masyarakat marjinal yang ada di desa.

4. Penyusunan RPJM Desa harus terbuka. Permaknaan terbuka yaitu setiap proses perencanaan di desa dapat diketahui oleh masyarakat desa.

5. RPJM Desa harus akuntabel yaitu dapat dipertanggungjawabkan dengan benar untuk kepentingan pengawasan dan pemeriksaan baik oleh masyarakat desa sendiri maupun oleh pihak diluar desa.

6. RPJM Desa juga harus selektif. Pemaknaan selektif yakni dapat memperhitungkan keterjangkauan, dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan penguasa atau elit.”

Secara umum berikut beberapa Tujuan Penyusunan RPJM Desa atau

RPJMDes, antara lain

a. Menerapkan Pola Perencanaan Pembangunan desa secara

Partisipatif;

b. Meningkatkan Keberdayaan Masyarakat agar seluruh warga

desa dapat berpartisipasi aktif dalam seluruh proses

pembangunan dengan kemampuan, kesempatan dan

kecepatan yang profesional.

c. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan desa yang

ditetapkan berdasarkan kajian terhadap masalah, kebutuhan

dan sumber daya yang tersedia.

Page 174: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

163

d. Mengembangkan swadaya gotong royong masyarakat menuju

terciptanya pelaksanaan pembangunan desa yang bertumpu

pada kekuatan masyarakat desa sendiri

e. Memantapkan kesiapan masyarakat dalam menyongsong dan

mendukung program-program pembangunan di desa.

Berdasarkan penelurusan Indikator dokumen, berikut hasil

ketersediaan dokumen RMPJMDes di lima desa sampel yang

digunakan :

Tabel 4.24

ketersediaan Dokumen RPJMDes

Desa Ketersediaan RPJMDes Keterangan

Desa Tobadak Tersedia Tersusun baik

Desa Tumbu Tersedia Tersusun baik

Desa Lemo-lemo Tersedia Tersusun baik

Desa Pasapa Tersedia Tersusun baik

Desa Sanjango Tersedia Tersusun baik

Sumber: Hasil studi dokumen, 2018

Setelah penyusunan RPJMDes, kemudian langkah selanjutnya

adalah melaksanakan Musyawarah bersama antara Pemerintah Desa

dengan Tokoh–tokoh masyakat . dalam musyawarah ini, dimulai dengan

Musyawarah di tingkat Dusun. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Kepala Dusun Desa Tumbuh, bapak US mengatakan bahwa:

“Sebelum ke Musrenbang Tingkat Desa, kami melaksanakan musyawarah tingkat paling rendah dulu yaitu musrenbang tingkat

Page 175: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

164

Dusun. Hal ini berguna untuk memudahkan dan memilah kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh warga dan disampaian pada MusrenbangDes nanti”. (wawancara langsung, 2018)

Berdasarkan Permendesa Nomor 2 Tahun 2015, Musdus

dilaksanakan setiap bulan Januari paling lambat akhir minggu ke III. Dapat

dilaksanakan pada hari kerja maupun diluar hari kerja, siang hari maupun

malam hari namun tidak boleh dilaksanakan pada hari raya keagamaan dan

hari kemerdekaan sedangkan Tempat penyelenggaraan Musdus dapat

berupa gedung balai desa, gedung pertemuan desa, lapangan desa atau

gedung sekolah yang ada di desa atau tempat lainnya yang layak. Tempat

penyelenggaraan musyawarah harus berada diwilayah desa.

Setelah melaksanakan Musrembang Dusun, kegiatan selanjutnya

adalah MusrenbangDesa. MusrenbangDesa adalah forum musyawarah yang

membahas usulan-usulan rencana kegiatan pembangunan desa yang

berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan pembangunan partisipasi

masyarakat Desa serta transparansi pemerintah kepada masyarakat. Tujuan

diberikannya Anggaran Dana Desa ini adalah untuk meningkatkan

penyelenggaraan pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan,

pemberdayaan masyarakat, dan pembinaan kemasyarakatan. Penyusunan

rencana kegiatan ini dilaksanakan pada saat menjelang awal tahun anggaran

baru atau berakhirnya tahun anggaran berjalan. Dalam penyusunan

daftar usulan rencana kegiatan yang melibatkan seluruh komponen yang ada

di Desa tentunya bertujuan untuk menyampaikan aspirasi mengenai usulan

Page 176: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

165

kegiatan yang menjadi kepentingan dan kebutuhan masyarakat (Stakeholder)

yang ada dalam masyarakat pada umumnya akan mempengaruhi kebijakan

anggaran untuk kepentingan masyarakat, sehingga dalam proses

penyusunan anggaran apabila semakin melibatkan banyak pihak maka

hasilnya juga akan dapat mengakomodir banyak kepetingan yang ada.

Sebelum melaksanaan Musrembangdesa pemerintah desa

mengundang seluruh elemen yang ada desa. Hal ini juga disampaikan oleh

Kepala Desa Lemo-lemo, Bapak LT mengatakan bahwa :

“Perencanaan dilakukan melalui musrenbang dengan mengundang masyarakat secara lansung kekantor desa dan masyarakat menyampaikan aspirasinya apa maunya dan diketahui oleh kepala desa”. (wawancara langsung, 2018)

Adapun teknis mengundang masyarakat agar dapat berperan aktif

dalam kegiatan MusrembangDes yaitu dengan cara mengundang tertulis

mapun lisan, sesuai dengan yang diungkapkan Sekertaris Desa Lemo-Lemo,

bapak SR mengatakan bahwa:

“Untuk menarik perhatian masyarakat untuk berpartisipasi, biasanya kami mengundang secara tersurat/tertulis dengan melibatkan Kepala Dusun mengantarkan langsung dan menyampaikan maksud dan tujuan musrembang tersebut. Kamipun mengundang secara lisan, dengan penyampaian pada kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya pada saat selesai ibadah shalat Jumat. Untuk memancing perhatian masyarakat, kami mengungkapkan Jumlah Dana Desa yang dimiliki agar mereka tertarik datang pada kegiatan Musrembangdes”. (wawancara langsung, 2018)

Page 177: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

166

Kepala Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah, bapak FL

mengungkapkan bahwa Tujuan yang hendak dicapai dengan

dilaksanakannya musrenbang desa adalah:

a. Menyepakati prioritas kebutuhan dan masalah yang sangat mendesak

untuk direalisasikan dalam bentuk program maupun kegiatan pada

tahun perencanaan/tahun yang akan datang.

b. Menyepakati tim delegasi desa yang akan memaparkan masalah yang

menjadi kewenangan daerah yang berada di wilayah desa pada forum

musrenbang kecamatan

c. Dalam menentukan kesepakatan prioritas kebutuhan sebagaimana

pada huruf (a) di atas dihasilkan tiga kesepakatan yang akan menjadi

prioritas yaitu :

1) Menyepakati prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan oleh desa

yang akan dibiayai dari dana swadaya masyarakat dan atau dari

pendapatan asli desa (PAD). Kegiatan yang mendesak untuk

dilaksanakan dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak,

namun kegiatan ini tidak dapat dibiayai dari dana ADD maupun

Dana Desa, harus dimasukan sebagai prioritas kegiatan desa

yang akan dilaksanakan sendiri oleh desa melalui swadaya

masyarakat. Contoh kegiatan pembangunan mesjid/mushalla,

penataan tempat pemakaman, pembangunan gapura desa dan

lain-lain.

Page 178: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

167

2) Menyepakati prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan oleh desa

yang akan dibiayai dari Alokasi Dana Desa (ADD) , Dana Desa

(DD).

3) Menyepakati prioritas masalah daerah yang ada di desa yang

menjadi kewenangan pemerintah daerah maupun pusat dan akan

pada musrenbang kecamatan untuk diusulkan menjadi kegiatan

yang dibiayai APBD pemerintah daerah kabupaten/kota maupun

provinsi. Contoh pembangunan jalan desa yang berstatus jalan

kabupaten atau provinsi, pembangunan saluran irigasi tersier

maupun sekunder yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Proses Musrenbangdesa dipimpin oleh Kepala Desa dan dihadiri oleh

seluruh elemen masyarakat, kemudian dalam proses ini dibicarakan segala

kebutuhan masyarakat baik yang telah diketahui sebelumnya maupun yang

baru disampaikan masyarakat. Hal ini berdasarkan hasil wawancara oleh

Ketua BPD Desa Sanjango, bapak PM Mengatakan bahwa :

“Perencanaan mulai dari proses musrenbang, apa yang kita kerjakan musyawarakan didesa itu yang dikerjakan dilapangan sehingga tidak terlewatkan perencanaan bersama masyarakat, jadi apa yang dikerjakan sesuai dengan usul dari masyarakat itu sendiri”. (wawancara langsung, 2018)

Sejalan dengan yang diungkapkan bapak PM diatas, Anggota DPRD

Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak FT juga mengatakan:

“Saya sering hadir di kegiatan musrembangdes, selain untuk bertemu dengan konstituen saya, saya juga dapat membantu pemerintah desa untuk memberikan sumbangsih pemikiran tentang pembangunan desa

Page 179: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

168

itu sendiri melalui anggaran dana desa. Selain itu, saya juga akan membantu dari sisi efektifitas dan memberikan pemahaman kepada pemerintah desa dan masyarakat tentang aturan aturan yang harus dipatuhi dan dijalankan khususnya dalm penggunaan dana desa.” (wawancara langsung, 2018)

Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang PMD, Dinas PMD

Kabupaten Mamuju Tengah, bapak PT menerangkan bahwa kegiatan

musrembangdes harus memenuhi unsur keterwakilan dari seluruh elemen

masyarakat. Keterwakilan itu terdiri dari :

a. Keterwakilan wilayah (dusun/kampung/RW/RT)

b. Keterwakilan berbagai sector (ekonomi /pertanian/ kesehatan/

pendidikan/ lingkungan)

c. Keterwakilan kelompok usia (generasi muda, generasi tua)

d. Keterwakilan kelompok social dan jenis kelamin (tokoh masyarakat,

tokoh adat, tokoh agama, bapak-bapak, ibu-ibu, kelompok marjinal)

e. Keterwakilan tiga unsure tata pemerintahan (pemerintah

desa/kelurahan, kalangan swasta/bisnis, masyarakat umum)

f. Keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku

kepentingan dalam upaya pembangunan desa/kelurahan.

Berdasarkan studi dokumen, Desa-desa di Mateng berdasarkan desa

sampel, telah melaksanakan keterwakilan tersebut. Hal ini terlihat pada salah

satu gambar/foto absen daftar hadir pada kegiatan musrembangdes di Desa

Lemo-Lemo yaitu :

Page 180: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

169

Gambar 11

Daftar hadir Musrembangdes Desa Lemo-lemo Tahun 2018

Sumber : Hasil Studi dokumen, 2018

Untuk melihat keterwakilan yang dilibatkan dari lima desa sampel, hal

tersebut dapat tersaji berikut:

Tabel 4.25

Unsur Kehadiran Musrembang

Desa Unsur yang hadir Lokasi Pelaksanaan

1 2 3

Desa Tobadak - Tokoh masyarakat

- Perwakilan

Pemerintah

Kecamatan

Aula Kantor Desa

Page 181: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

170

1 2 3

- Babinsa dan

Babinkatibmas

- Tokoh

Pendidikan(guru)

- Tokoh Pemuda

(karang taruna)

- Tokoh pertanian

- Pendamping Desa

- Anggota DPRD

Desa Tumbu - Tokoh masyarakat

- Perwakilan

Pemerintah

Kecamatan

- Babinsa dan

Babinkatibmas

- Tokoh Pemuda

(karang taruna)

- Tokoh pertanian

- Pendamping Desa

Aula Kantor Desa

Desa Lemo-lemo - Tokoh masyarakat

- Perwakilan

Pemerintah

Kecamatan

- Babinsa dan

Babinkatibmas

- Tokoh pertanian

- Wartawan

- LSM

- Pendamping Desa

Aula Kantor Desa

Desa Pasapa - Tokoh masyarakat

- Perwakilan

Pemerintah

Kecamatan

- Babinsa dan

Babinkatibmas

- Tokoh pertanian

- Pendamping Desa

Aula Kantor Desa

Desa Sanjango - Tokoh masyarakat

- Perwakilan

Pemerintah

Kecamatan

- Babinsa dan

Babinkatibmas

Aula Kantor Desa

Page 182: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

171

1 2 3

- Tokoh pertanian

- Pendamping Desa

Sumber: Studi dokumen, 2018

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka

dapat digambarkan bahwa proses perencanaan pengunaan Anggaran Dana

Desa yang dilaksanakan di Kabupaten Mamuju Tengah dalam skema

gambar berikut :

Gambar 12

Alur Perencanaan Penggunaan Anggaran Dana Desa

Sumber: Studi dokumen dan wawancara, 2018

Pembagian Undangan

MusrenbangDesa RKPDesa

Rapat Dusun

Page 183: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

172

Tabel 4.26 Hasil Analisis Terhadap Perencanaan Penggunaan Anggaran Dana Desa

di Kabupaten Mamuju Tengah

No Tahapan Aktor/ Pemeran Analisis

1. Rapat Perdusun Kepala Dusun,Tokoh

masyarakat dan Masyarakat Proses perencanaan Anggaran Dana Desa

yang dilakukan oleh Pemerintah Desa

melibatkan partisipasi seluruh komponen yang

ada di Desa baik lembaga kemasyarakatan

maupun masyarakat umum.

3. Pembagian Undangan Perangkat Desa Perangkat Desa menyebarkan Undangan

kepada seluruh elemen masyarakat, tokoh

masyarakat, LSM, BPD, untuk menghadiri

proses MusrenbangDesa

4. MusrenbangDesa Camat, Kepala Desa, BPD, LSM,

Tokoh Masyarakat, dan

Masyarakat.

Pemerintah Desa mendapatkan usulan program

kerja dari seluruh elemen yang hadir dalam

proses musrenbang

Sumber : Analisis studi dokumen dan studi wawancara, 2018

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan

penggunaan Anggaran Dana Kabupaten Mamuju Tengah dengan mengacu

pada RPJMDes masing-masing desa. RPJMDes tersebut ditindaklanjuti pada

kegiatan Musrenbang tingkat dusun dan dimatangkan di tingkatan

musrenbang tingkat desa kemudian ditetapkan melalui RKPDes (Rencana

Program Kerja Desa)

4.2.2. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua

anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan

perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Actuating adalah

Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari

Page 184: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

173

aktivitas tesebut, maka pimpinan mengambil tindakan-tindakannya kearah itu.

Seperti: Leadership(pimpinan), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat).

Actuating disebut juga“ gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan

seorang pimpinan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang

ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-

tujuan dapat tercapai. Dari seluruh rangkaian proses manajemen,

pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama

(Rahman,2011). Menurut George R. Terry (1986),dalam Dimas 2010,

mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-

anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan

berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-

anggota perusahaan tersebut, oleh karena para anggota itu juga ingin

mencapai sasaran-sasaran tersebut. Pandangan lain tentang pelaksanaan

(Actuating) adalah fungsi yang teramat penting dalam manajemen. Seringkali

diketahui perencanaan dan pengorganisasiannya bagus, namun dikarenakan

kurangnya kemampuan pelaksanaan, hasil kegiatan suatu pekerjaan belum

seperti diharapkan (Wijono, 1997). Istilah lain juga yang berhubungandengan

pengarahan atau pelaksanaan adalah Actuating atau disebut juga “gerakan

aksi”\mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer dalam mengawali

dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan

pengorganisasian, agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup

penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya,

Page 185: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

174

memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi

kompensasi kepada mereka (Terry, 2006 dalam Herman 2009).

Fungsi Pelaksanaan lebih menekankan pada kegiatan yang

berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan

dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan

penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan non-manusia pada

pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus

dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap

SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, peran, keahlian, dan

kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja

organisasi yang telah ditetapkan. Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah

sebagai berikut: (James Stoner, 1993)

a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan

pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara

efektif dan efisien dalaMemberikan tugas dan penjelasan rutin

mengenai pekerjaan

b. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

c. Sebagai Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh

seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua

pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh

kesadaran dan produktifitas yang tinggi.

Page 186: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

175

Pengelolaan Dana Desa harus sesuai dengan aturan tentang prioritas

dari Dana Desa dan sesuai dengan perencanaan dari hasil Musrembang .

Hal ini disampaikan oleh salah satu pendamping desa Kabupaten Mamuju

Tengah, bapak FL mengatakan bahwa:

“setelah melewati tahap musrembang, hasil selanjutnya adalah pembuatan RKPDes. RKPDes ini berfungsi sebagai acuan utama dalam melaksanakan program yang akan dibuat dengan menggunakan anggaran dana desa”. (wawancara langsung, 2018)

Wawancara ditempat terpisah dengan Kepala Urusan Pemerintahan

Desa Sanjango, bapak YR mengatakan bahwa :

“di dalam musrembang, kita mengerucutkan hal hal yang perlu didanai dengan melihat skala prerioritas dan mendesak. Untuk desa kami, yang paling krusial, adalah pembuatan Jalan Desa dan Jembatan”. (wawancara langsung, 2018)

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tahun 2007,

Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKP-Desa)

adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun dan merupakan

penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi

desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan,

program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta

prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa

maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan

mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.

Berdasarkan hasil studi dokumen, seluruh desa sampel telah memiliki

RKP dan APDes. Berikut ulasan tabelnya:

Page 187: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

176

Tabel 4.27

Studi dokumen kepemilikan RKP di Desa Sampel Kabupaten Mamuju Tengah

Nama Desa Ketersediaan RKP

Desa

Ketersediaan RAB

Desa

Desa Tobadak Tersedia Tersedia

Desa Tumbu Tersedia Tersedia

Desa Lemo-lemo Tersedia Tersedia

Desa Pasapa Tersedia Tersedia

Desa Sanjango Tersedia Tersedia

Sumber: Studi dokumen, 2018

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tenaga Ahli Pendamping Desa

Kabupaten Mamuju Tengah, bapak FL menjelaskan bahwa Setiap tahun

pada bulan Januari, biasanya didesa-desa diselenggarakan musrenbangdesa

dengan menghasilkan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa).

Penyusunan dokumen RKP Desa selalu diikuti dengan penyusunan dokumen

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), karena suatu rencana

apabila tanpa anggaran sepertinya akan menjadi dokumen atau berkas

belaka. Kedua dokumen ini tidak terpisahkan, dan disusun berdasarkan

musyawarah dan mufakat. RKP Desa dan APB Desa merupakan dokumen

dan infomasi publik. Pemerintah desa merupakan lembaga publik yang wajib

menyampaikan informasi publik kepada warga masyarakat. Keterbukaan dan

tanggung gugat kepada publik menjadi prinsip penting bagi pemerintah desa.

Page 188: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

177

Gambar 13 Spanduk APB Desa Lemo-Lemo

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018

Gambar 14

Papan informasi desa Tumbu

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018

Berdasarkan hasil penelusuran lapangan peneliti, Pemerintah Desa di

wilayah desa sampel, dominan telah memberikan transparansi anggaran

Page 189: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

178

yang dimiliki melalui pemasangan spanduk dan informasi. Berikut gambaran

kelima desa tersebut:

Tabel 4.28

Media Pengumumam APB Desa Tahun Anggaran 2017

Nama Desa Media yang digunakan

Lokasi Media Realitas

1 2 3 4

Desa Tobadak Spanduk Halaman Kantor Desa, di Tiap persimpangan perdusun

terdokumentasi

Papan Informasi Halaman Kantor Desa

terdokumentasi

Papan Proyek Lokasi Pembangunan

terdokumentasi

Penyampaian lisan Di Mesjid terdokumentasi

Desa Tumbu Spanduk Halaman Kantor Desa

terdokumentasi

Papan Informasi Lokasi Pembangunan

terdokumentasi

Papan Proyek Lokasi Pembangunan

terdokumentasi

Penyampaian lisan setiap kegiatan pertemuan

terdokumentasi

Desa Lemo-lemo

Spanduk Halaman Kantor Desa, di Tiap persimpangan perdusun

terdokumentasi

Papan Informasi Halaman Kantor Desa, di depan masjid

terdokumentasi

Papan Proyek Lokasi Pembangunan

terdokumentasi

Penyampaian lisan Di Mesjid, dan di setiap kegiatan pertemuan

terdokumentasi

Desa Pasapa Spanduk Tidak Nampak Terdokumentasi

Papan Informasi Tidak nampak terdokumentasi

Desa Sanjango

Spanduk Halaman Kantor Desa, di Tiap persimpangan

terdokumentasi

Page 190: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

179

2 3 4

perdusun

Papan Informasi Halaman Kantor Desa, di depan masjid

terdokumentasi

Papan Proyek Lokasi Pembangunan

terdokumentasi

Sumber: Analisis lapangan, 2018

Berdasarkan tabel diatas, ditemukan data bahwa salah satu desa Di Mamuju

Tengah terkesan tertutup dalam memperlihatkan Anggaran yang dimiliki.

Untuk memperjelas permasalahan tersebut, Peneliti mewancarai Kepala

Dusun 1, Desa Pasapa, bapak FR mengungkapkan bahwa:

“Selama saya menjabat kepala dusun ditempat ini, saya belum lihat ada spanduk atau pengumuman langsung kepada masyarakat untuk APBDes seperti yang telah dilakukan desa-desa lain”. (wawancara langsung, 2018).

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh warga Desa Pasapa,

bapak CR mengatakan bahwa:

“Saya sebenarnya tidak tau sama sekali berapa anggaran dana desa kami. Kami tidak pernah sama sekali melihat data rill tentang jumlah anggaran kami, khususnya di tahun 2017 lalu”.(wawancara langsung, 2018)

Untuk menyakinkan itu hal tersebut, peneliti berkunjung ke kantor

kepala desa Pasapa dan hasilnya tidak menemukan data/spanduk

pengumuman kepada masyarakat yang berkaitan dengan APBDesa Pasapa.

Page 191: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

180

Gambar 15 Kantor Desa Pasapa

Sumber: dokumentasi pribadi,2018

Berkaitan dengan masalah hal tersebut, peneliti mencari informasi dari pihak

lain yaitu Kordinator Pendamping Desa Kabupaten Mamuju Tengah, bapak

FL mengungkapkan bahwa:

“Kami pasti kecewa dengan hal tersebut. Dana desa itu dalam pengggunaan dan perencanaan serta pemanfaatannya harus bersifat transparansi. Perangkat Desa harus mengumumkan kepada khalayak masyarakat bersangkutan tentang rencananya dan anggaran yang akan dipakai, apalagi sesuai dengan data yang kami peroleh, Desa Pasapa merupakan desa yang paling banyak membutuhkan asupan dana akibat Desa yang terpencil dan jauh dari pusat Kota Mamuju Tengah. Olehnya itu, Jika memang hal tersebut betul terjadi, maka kami akan laporkan ke Inspektorat untuk dapat meng cross check”. (wawancara langsung, 2018)

Page 192: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

181

RKP Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa dan

disusun melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan

(musrenbang) tahunan atau biasa disebut musrenbang Desa. Dokumen

RKPDesa kemudian menjadi masukan (input) penyusunan dokumen APB

Desa dengan sumber anggaran dari Alokasi Dana Desa (ADD), Pendapatan

Asli Desa (PA Desa), swadaya dan pastisipasi masyarakat, serta sumber-

sumber lainnya yang tidak mengikat. Dalam penyusunan RKPDes, Desa

harus memperhatikan rencana kegiatan prioritas dari pemerintah pusat,

pemerintah daerah, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Berdasarkan studi dokumen Dinas PMD, Kabupaten Mamuju Tengah

memperoleh dana desa sebesar Rp. 45.226.000.004. Jumlah anggaran

Dana Desa tahun anggaran 2017 yang diterima dari lima desa sampel yang

diteliti dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 193: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

182

Tabel 4.29

Jumlah Anggaran Dana Desa di Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2017

Sumber: Studi Dokumen Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah, 2017

NO KECAMATAN ADD ADD TAHAP I ADD TAHAP II DD DD TAHAP I DD TAHAP II

1 2 4 5 6 7 8 9

1 1 MAHAHE 362.093.000 217.256.000 144.837.000 778.862.000 467.317.000 311.545.000

2 2 SALOBAJA 366.791.000 220.075.000 146.716.000 793.075.000 475.845.000 317.230.000

3 3 TOBADAK 425.069.000 255.041.000 170.028.000 969.375.000 581.625.000 387.750.000

4 4 PALONGAAN 374.557.000 224.734.000 149.823.000 816.569.000 489.941.000 326.628.000

5 5 BATU PARIGI 413.827.000 248.296.000 165.531.000 935.366.000 561.220.000 374.146.000

6 6 BAMBADARU 368.685.000 221.211.000 147.474.000 798.804.000 479.282.000 319.522.000

7 7 SEJATI 397.543.000 238.526.000 159.017.000 886.103.000 531.662.000 354.441.000

8 8 SALOADAK 391.377.000 234.826.000 156.551.000 867.449.000 520.469.000 346.980.000

9 1 POLO PANGALE 365.755.000 219.453.000 146.302.000 789.941.000 473.965.000 315.976.000

10 2 PANGALE 389.788.000 233.873.000 155.915.000 862.645.000 517.587.000 345.058.000

11 3 SARTANAMAJU 367.170.000 220.302.000 146.868.000 794.221.000 476.533.000 317.688.000

12 4 POLO LERENG 382.327.000 229.396.000 152.931.000 840.074.000 504.044.000 336.030.000

13 5 KUO 376.285.000 225.771.000 150.514.000 821.796.000 493.078.000 328.718.000

14 6 POLO CAMBA 364.733.000 218.840.000 145.893.000 786.849.000 472.109.000 314.740.000

15 7 LAMBA-LAMBA 367.413.000 220.448.000 146.965.000 794.955.000 476.973.000 317.982.000

16 8 KOMBILING 380.988.000 228.593.000 152.395.000 836.023.000 501.614.000 334.409.000

17 9 LEMO-LEMO 360.420.000 216.252.000 144.168.000 773.801.000 464.281.000 309.520.000

18 1 BABANA 401.346.000 240.808.000 160.538.000 897.607.000 538.564.000 359.043.000

19 2 LUMU 394.642.000 236.785.000 157.857.000 877.328.000 526.397.000 350.931.000

20 3 PONTANAKAYANG 380.727.000 228.436.000 152.291.000 835.232.000 501.139.000 334.093.000

21 4 SALOGATTA 368.355.000 221.013.000 147.342.000 797.805.000 478.683.000 319.122.000

22 5 KIRE 425.812.000 255.487.000 170.325.000 971.620.000 582.972.000 388.648.000

23 6 TINALI 365.349.000 219.209.000 146.140.000 788.712.000 473.227.000 315.485.000

24 7 SALUMANURUNG 375.717.000 225.430.000 150.287.000 820.077.000 492.046.000 328.031.000

25 8 PASAPA 394.400.000 236.640.000 157.760.000 876.594.000 525.956.000 350.638.000

26 9 BOJO 372.095.000 223.257.000 148.838.000 809.119.000 485.471.000 323.648.000

27 10 BARAKKANG 389.221.000 233.533.000 155.688.000 860.928.000 516.557.000 344.371.000

28 11 LEMBAH HADA 364.445.000 218.667.000 145.778.000 785.979.000 471.587.000 314.392.000

29 1 BUDONG-BUDONG 372.337.000 223.402.000 148.935.000 809.850.000 485.910.000 323.940.000

30 2 TOPOYO 383.061.000 229.837.000 153.224.000 842.293.000 505.376.000 336.917.000

31 3 TUMBU 383.827.000 230.296.000 153.531.000 844.611.000 506.767.000 337.844.000

32 4 KABUBU 364.121.000 218.473.000 145.648.000 784.996.000 470.998.000 313.998.000

33 5 WAEPUTEH 363.670.000 218.202.000 145.468.000 783.632.000 470.179.000 313.453.000

34 6 TANGKOU 359.352.000 215.611.000 143.741.000 770.569.000 462.341.000 308.228.000

35 7 TABOLANG 384.491.000 230.695.000 153.796.000 846.619.000 507.971.000 338.648.000

36 8 PARAILI 363.401.000 218.041.000 145.360.000 782.819.000 469.691.000 313.128.000

37 9 SALUPANGKANG 365.480.000 219.288.000 146.192.000 789.107.000 473.464.000 315.643.000

38 10 SALUPANGKANG IV 360.265.000 216.159.000 144.106.000 773.333.000 464.000.000 309.333.000

39 11 TAPPILINA 362.270.000 217.362.000 144.908.000 779.399.000 467.639.000 311.760.000

40 12 BAMBAMANURUNG 362.065.000 217.239.000 144.826.000 778.779.000 467.267.000 311.512.000

41 13 SALULEKBO 441.832.000 265.099.000 176.733.000 1.020.083.000 612.050.000 408.033.000

42 14 PANGALLOANG 375.092.000 225.055.000 150.037.000 818.187.000 490.912.000 327.275.000

43 15 SINABATTA 365.982.000 219.589.000 146.393.000 790.628.000 474.377.000 316.251.000

44 1 KAROSSA 428.199.000 256.919.000 171.280.000 978.842.000 587.305.000 391.537.000

45 2 TASOKKO 421.539.000 252.923.000 168.616.000 958.695.000 575.217.000 383.478.000

46 3 LARA 397.200.000 238.320.000 158.880.000 885.065.000 531.039.000 354.026.000

47 4 KADAILA 366.515.000 219.909.000 146.606.000 792.239.000 475.343.000 316.896.000

48 5 KAYU CALLA 362.024.000 217.214.000 144.810.000 778.652.000 467.191.000 311.461.000

49 6 LEMBAH HOPO 382.990.000 229.794.000 153.196.000 842.078.000 505.247.000 336.831.000

50 7 BENGGAULU 375.900.000 225.540.000 150.360.000 820.630.000 492.378.000 328.252.000

51 8 SUKA MAJU 378.011.000 226.807.000 151.204.000 827.016.000 496.210.000 330.806.000

52 9 KAMBUNONG 391.812.000 235.087.000 156.725.000 868.767.000 521.260.000 347.507.000

53 10 SALUBIRO 387.172.000 232.303.000 154.869.000 854.731.000 512.839.000 341.892.000

54 11 SANJANGO 381.355.000 228.813.000 152.542.000 837.131.000 502.279.000 334.852.000

20.566.893.000 12.340.135.000 8.226.758.000 45.125.660.000 27.075.394.000 18.050.266.000JUMLAH

TOBADAK

PANGALE

BUDONG-BUDONG

TOPOYO

KAROSSA

DESA

3

Page 194: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

183

Pelaksanaan pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh perangkat

Pemerintah Desa harus selalu berkoordinasi dengan ketua BPD dalam

menjalankan pelaksanaan program kerja yang ditetapkan pada saat

Musrenbangdes. Hal tersebut juga didukung dan tertuang pada Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 55 disebutkan Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa;

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan

c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Peranan BPD dalam pengawasan anggaran dana desa juga tertuan

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 48 yaitu :

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya,

kepala Desa wajib:

a. Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada

akhir masa jabatan kepada bupati/walikota;

b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap

akhir tahun anggaran kepada bupati/walikota;

c. menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan

secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir

tahun anggaran.

Page 195: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

184

Hal ini juga didukung pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Pasal 51 mengungkapkan bahwa Kepala Desa menyampaikan laporan

keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 48 huruf c setiap akhir tahun anggaran kepada Badan

Permusyawaratan Desa secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

berakhirnya tahun anggaran.

Dari uraian tersebut diatas sudah jelas bahwa Badan

Permusyawaratan Masyarakat Desa mempunyai peran yang strategis dalam

ikut mengawal penggunaan dana desa tersebut agar tidak diselewengkan.

Sekertaris Daerah Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak AA

mengatakan bahwa:

“Peranan BPD sangat berpengaruh dan paling harus terdepan dalam mengawasi dalam pelaksanaan penggunaan dana desa. Perangkat BPD harus cerdas dan sigap. Olehnya itu BPD jangan lemah dalam pengawasannya”. (wawancara langsung, 2018)

Berkaitan dengan Teknis Pengawasan Dana Desa, Ketua BPD desa

Sanjango, bapak PN mengatakan bahwa :

“Kepala Desa harus selalu berkoordinasi dengan BPD terkait dengan pelaksanaan pengelolaan dana desa ini. Pelaksanaan pengelolaan dana desa ini dilakukan oleh sesuai dengan aturan yang berlaku,”. (wawancara langsung, 2018)

Untuk melihat peranan BPD dalam pengawasan Pelaksanaan

Pembangunan Dana Desa berikut tabel matriks wawancara dengan Ketua

BPD di desa sampel

Page 196: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

185

Tabel 4.30

Matrix Peranan BPD di desa Sampel Dalam Penggunaan Anggaran Dana Desa di Sampel Kabupaten Mamuju Tengah

Nama Desa Perangkat BPD yang wawancarai

Peranan BPD dalam Pelaksanaan Dana Desa

Desa Tobadak Ketua BPD Aktif

Desa Tumbu Ketua BPD Aktif

Desa Lemo-lemo Ketua BPD Aktif

Desa Pasapa Sekertaris BPD Aktif

Desa Sanjango Ketua BPD Aktif

Sumber: Studi Wawancara langsung, 2018.

Berdasarkan analisis di atas, dapat kita simpulkan bahwa dalam

pelaksanaan penggunan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah, telah

berjalan baik. Namun terdapat satu desa, yaitu desa Pasapa tidak

memberikan informasi terbuka mengenai APDes kepada Masyarakat,

sehingga hal tersebut akan memunculkan kecurigaan oleh masyarakat

setempat akan terjadinya penyelewengan dana Desa. Peranan Badan

Permusyarawatan Desa (BPD), telah aktif dalam pengawasan pelaksanaan

penggunaan dana desa, sehingga diharapkan Dana Desa tersebut dapat

dipakai sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

4.2.3. Penatausahaan

Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang

khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib

melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa

penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan

secara sistematis dan kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang

Page 197: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

186

terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa

dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pembukuan belum

menggunakan jurnal akuntansi.

Penatausahaan Keuangan Desa adalah seluruh kegiatan

keuangan yang dilakukan oleh pemerintahan desa yakni Bendahara Desa

terdiri dari Penatausahaan penerimaan dan Penatausahaan

pengeluaran serta pelaporan pertanggungjawabannya kepada pihak yang

berkepentingan. Kepala Desa memegang kuasa tertinggi dalam

pengelolaan keuangan Desa karena jabatannya sebagai kepala

pemerintahan di tingkat Desa. Dalam pelaksanaannya, kepala Desa

dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang

merupakan perangkat desa yang ditunjuk kepala Desa, PTPKD atau

Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa merupakan unsur

perangkat desa yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan

pengelolaan keuangan desa. Bendahara di jabat oleh staf pada Urusan

Keuangan. Bendahara mempunyai tugas menerima, menyimpan,

menyetorkan atau membayar, menatausahakan, dan mempertanggung

jawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa

dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan

pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib

dan Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui

Page 198: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

187

laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaika

setiap bulan kepada Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Dokumen yang digunakan oleh bendahara dalam melakukan penatausahaan

penerimaan dan pengeluaran antara lain: buku kas umum, buku kas

pembantu pajak dan buku bank. Buku kas umum digunakan untuk mencatat

seluruh bukti transaksi keuangan desa. Buku kas pembantu pajak

digunakan untuk mencatat bukti transaksi terkait dengan pemungutan

maupun penyetoran pajak oleh bendahara desa. Buku bank digunakan untuk

mencatat bukti transaksi terkait dengan penerimaan maupun pengeluaran

melalui bank.

Tabel 4.31 ketersediaan dokumen penatausahaan di desa sampel

di Kabupaten Mamuju Tengah

Nama Desa Dokumen Penatausahaan

buku kas umum buku kas pembantu

pajak

buku bank

Desa Tobadak ✓ ✓ ✓

Desa Tumbu ✓ ✓ ✓

Desa Lemo-lemo ✓ ✓ ✓

Desa Pasapa ✓ ✓ ✓

Desa Sanjango ✓ ✓ ✓

Sumber: Studi dokumen, 2018

Berdasarkan hasil dengan wawancara dengan seluruh bendahara

desa Sampel, peneliti merangkumkan untuk bahwa pelaporan dilaksanakan

Page 199: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

188

tiap bulan dalam melaporkan keuangan Desa. adapun alur dari

penatausahaan yang dilakukan dengan Skema gambar dibawah in

Tabel 4.32 Penatausahaan Keuangan Dana Desa di Kabupaten Mamuju Tengah

No Tahapan Aktor/ Pemeran Utama

Analisis 1 Penatausahaan

Penerimaan Bendahara Desa Pencatatan penerimaan keuangan

sudah dilaksanakan dengan baik

2 Penatausahaan Pengeluaran

Bendahara Desa Pencatatan pengeluaran keuangan sudah dilaksanakan dengan baik

3 Pelaporan Pertanggungjawaban

Kepala Desa dan Bendahara Desa

Setiap bulan Desa melaporkan kondisi keuangan Desa kepada kepala Desa

Sumber: Analisis wawancara, 2018

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa proses penatausahaan

yang dilakukan oleh Bendahara berjalan sesuai dengan prosedur yang ada,

baik penatausahaan penerimaan sampai dengan pelaporan

pertanggungjawaban.

Selain tahapan penatausahaan yang di atur, Bendahara Desa

wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang berupa

penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan

secara sistematis atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi. terkait

dengan pernyataan tersebut, Bendahara Desa Lemo-Lemo, bapak AG

mengatakan bahwa :

Page 200: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

189

“Pada saat pengeluaran kas berupa belanja untuk melaksanakan operasional kegiatan Desa dan program-program Desa, kita harus simpan bukti-bukti transaksi keuangan, baik kas masuk maupun kas keluar, kemudian mencatatnya ke dalam buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank kemudian desa melakukan penutupan pada setiap bulannya atas buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank, sebagai laporan pertanggungjawaban kepada kepala desa”. (wawacara langsung, 2018)

Hal tersebut sesuai dengan yang diterangkan oleh Kepala Desa

Sanjango, bapak MY mengatakan bahwa:

“Bendahara Desa wajib mencatat semua pengeluaran dan penerimaan Keuangan Desa. Dalam melakukan pengeluaran dan penerimaan Keuangan Desa Bendahara wajib mencatat semua kedalam buku Kas dan bendahara Desa telah telah melaksanakannya sesuai dengan aturan yang ada”. (wawancara langsung, 2018)

Sementara di tempat yang terpisah, Wawancara dengan Bendahara

Desa AG, mengungkapkan bahwa kendala yang dialami pada saat

melakukan Penatausahaan Keuangan Desa yaitu belum mahirnya dalam

menggunakan computer dan aplikasi serta belum intensnya intensnya

pelaksanaan pelatihan aplikasi/program tersebut oleh pihak berwenang.

Gambar 16 Buku Bank Desa

Page 201: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

190

Gambar 17

Buku Kas Pembantu

Sumber: Data Pribadi

Dari Gambar diatas menunjukkan bahwa buku kas yang

digunakan oleh Desa yang ada di kabupaten Mamuju Tengah menggunkan

aplikasi sistem keuangan dana desa. Siskeudes (Sistem Keuangan Desa)

adalah sebuah aplikasi yang berjalan pada OS Windows dengan database

Microsoft Access yang dikembangkan oleh BPKP sebagai sarana membantu

pemerintahan desa dalam rangka mengimplementasikan UU Nomor 6 Tahun

2016. Aplikasi Siskeudes sebelumnya bernama Simda-Desa, yang pada

awalnya dikembangkan oleh perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat

sebagai proyek percontohan di lingkungan BPKP pada bulan Mei 2015.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kepala Dinas PMD Kabupaten

Mamuju Tengah, bapak DZ mengatakan bahwa:

“Kami akui, masih ada beberapa perangkat desa, khususnya bendahara desa masih belum mampu secara baik menggunakan aplikasi Siskeudes walaupun kita telah melakukan bimtek. Olehnya itu kami memberikan mereka modul untuk mereka pelajari sehingga jika mereka bingung, dapat membuka modul tersebut. (wawancara langsung, 2018)

Page 202: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

191

Dari lima desa sampel diatas menunjukkan bahwa proses

penatausahaan terutama dipelaporan berjalan dengan baik, semua desa

yang dijadikan sampel secara rutin melaporkan keuangan desa kepada

kepala desa setiap bulan. Pelaporan dilakukan setiap akhir bulan pada saat

bendaharan desa melakukan proses tutup buku untuk bulan berjalan.

4.2.4. Pelaporan dan pertanggungjawaban

Pelaporan atau reporting menurut Luther M. Gullick dalam bukunya

Papers on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi

manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau

pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan

fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi. baik secara lisan maupun

tertulis sehingga dalam penerimaan laporan dapat memperoleh gambaran

bagaimana pelaksanaan tugas orang yang member laporan. Selain itu,

pelaporan merupakan catatan yg memberikan informasi tentang kegiatan

tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan

dengan kegiatan tertentu (Siagina, 2003). Pelaporan merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang

berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu

periode tertentu. Pelaporan dilakukan kepada atasan kepada siapa bawahan

tersebut bertanggung jawab. Pelaporan adalah aktivitas yang berlawanan

arah dari pengawasan, Jika pengawasan dilakukan oleh pihak atasan untuk

mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja bawahan, maka

Page 203: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

192

pelaporan merupakan jawaban dari kegiatan pengawasan tersebut.

Pelaporan tidak dibawa langsung oleh atasan pada waktu mengadakan

pengawasan, tetapi “diantar” oleh bawahan baik dibawa sendiri maupun

dikirim. Laporan dibuat oleh semua personal yang mendapat tugas dari

atasan. Laporan bukan merupakan monopoli para atasan saja. Karena

atasan harus membuat laporan kepada atasannya lagi. Laporan yang

disampaikan kepada atasan tidak harus berupa uraian lengkap seperti

memorandum akhir jabatan, atau tidak juga seperti laporan penelitian yang

wujudnya tebal dengan sistematika baku, tetapi dapat disusun mulai dari

bentuk yang paling sederhana sampai yang paling lengkap.

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah,

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung

jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,

memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab

dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia

akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di

sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan

kesadaran akan kewajibannya.Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya

sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti

dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,

maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan

Page 204: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

193

demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak

yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.

Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam

siklus Pengelolaan Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami

berkenaan dengan Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan

Keuangan Desa ini mencakup: pengertian dan makna laporan

pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan

pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa pada hakikatnya

laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah

pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat/rakyat desa atas

pengelolaan uang dan kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.

Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan

menjamin akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana

ditegaskan dalam asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel).

Hakikat dari pelaporan ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat

dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: hukum, administrasi, maupun

moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan keuangan desa menjadi

kewajiban Pemerintah Desa sebagai bagian tak terpisahkan dari

penyelengaraan pemerintahan desa.

Berkaitan dengan Pelaporan dan pertanggung jawaban, Kepala

bidang DZ, dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah mengatakan bahwa:

Page 205: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

194

“Pelaporan dan pertanggung jawaban sebagai salah satu alat pengendalian untuk: Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, danMengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh, keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan dalam penggunaan desa khususnya di lingkup desa-desa di Mamuju Tengah”. (wawancara langsung, 2018)

a. Pelaporan

Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas PMD Kabupaten Mamuju

Tengah, bapak DZ menjelaskan bahwa Bentuk Pelaporan atas kegiatan-

kegiatan dalam APBDesa mempunyai dua tahap Pelaporan. Pertama,

Laporan berkala yaitu Laporan mengenai pelaksanaan realisasi Dana Desa

yang dibuat secara rutin setiap semester dan atau 6 Bulan sesuai dengan

tahapan pencairan dan pertanggung jawaban yang berisi realisasi

penerimaan Dana Desa dan belanja Dana Desa. Kedua, Laporan akhir dari

penggunaan Dana Desa mencangkup pelaksanaan dan penyerapan dana,

masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir

penggunaan Dana Desa. Kedua laporan ini dibuat oleh Kepala Desa,

Sekretaris Desa dan Bendahara Desa.

Page 206: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

195

Tabel 4.33

Ketersediaan laporan realisasi penggunaan dana desa

Nama Desa Dokumen Realisasi Penggunaan dana desa

LAPORAN

REALISASI I

LAPORAN

REALISASI II

KET

ADA TDK ADA ADA TDK ADA

Desa Tobadak ✓ ✓

Desa Tumbu ✓ ✓

Desa Lemo-lemo ✓ ✓

Desa Pasapa ✓ ✓

Desa Sanjango ✓ ✓

Sumber: studi dokumen, 2018

Berdasarkan tabel tersebut diatas, Semua desa yang dijadikan sampel

memiliki dokumen laporan realisasi tahap 1 dan tahap 2. Laporan ini bersifat

wajib karena dijadikan sebagai syarat utama untuk pencairan anggaran pada

tahap berikutnya.

Di dalam setiap pelaporannya, terkadang ditemukan berbagai kendala.

Misalnya volume fisik yang berbeda dengan laporan yang diajukan. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Inspektorat Daerah

Kabupaten Mamuju Tengah, bapak AP mengungkapkan bahwa:

“Permasalahan yang lazim kami temukan adalah volume fisik berbeda dengan yang laporkan pada kami. Hal ini terlihat disaat kami croos check dilapangan. Adapun tindakan kami adalah memberikan tindakan teguran kepada desa yang bersangkutan agar segera merealisasikan sesuai dengan anggaran serta volume yang ditetapkan. Alhamdulillah desa-desa di Mamuju Tengah hampir keseluruhan sigap dan

Page 207: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

196

memperbaiki disetiap teguran yang kami sampaikan dan segera memperbaiki kesalahan. (wawancara langsung, 2018)

Dalam pembuatan laporan realisasi, perangkat pemerintahan desa

sampel mengeluhkan bahwa bentuk laporan realisasi terkadang berbeda-

beda beda, sehingga akan membuat ribet serta perangkat desa akan

kebingungan. Hal ini diungkapkan oleh kepala desa Pasapa, bapak PL

mengatakan bahwa:

“Kebingungan kami adalah mengenai format laporan realisasinya. Setiap pejabat instansi/lembaga memiliki format masing-masing. Saya contohkan pemeriksa dari inspektorat berbeda model laporan yang diminta oleh PMD”. (wawancara langsung, 2018)

Hal ini dibenarkan oleh Sekertaris desa , bapak IK mengungkapkan bahwa:

“Harapan saya kedepannya, pemeriksa harus satu pendirian atau satu patokan dalam teknis laporan realisasi, agar kami hanya membuat satu format. Selain akan mempermudah, akan membuat efisiensi juga” (wawancara langsung, 2018)

Dalam proses penyampaian laporan penggunaan Dana Desa, Kepala

Desa yang bersangkutan dituntut untuk menyampaikan laporan tepat waktu.

Apabila laporan tersebut tidak tepat waktu atau terlambat maka seluruh Desa

yang ada di Kabupaten Mamuju dtunda Proses pencairannya. Proses

pelaporan Dana Desa dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap semester

pertama dan semester dua. hal tersebut di terangkan oleh sekertaris desa

Tobadak, bapak IK mengatakan bahwa :

“Untuk pengelolaan dana desa terkhusus di pelaporan menggunakan dua tahap yakni semseter satu dan dua. apabila proses pelaporan tidak dilakukan, otomatis akan menganggu proses penyaluran Dana Desa di seluruh Kabupaten Mamuju Tengah. Sehingga para pemerintah desa harus dberikan tekanan agar mengerjalan laporan tersebut tepat waktu”.(Wawancara langsung, 2018)

Page 208: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

197

Sama halnya yang disampaikan oleh salah satu Pendamping Desa

Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak FL mengatakan bahwa:

“memang pelaporan menggunakan 2 tahap dan ketika ada Desa yang terlambat melaporkan akan menganggu proses pencairan dana desa yang akan datang di seluruh Desa yang ada di kabupaten mamuju tengah”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pelaporan penggunaan

Dana Desa terdiri atas Laporan Berkala dan Laporan Akhir. Proses

pembuatan Laporan Berkala dan Laporan Akhir terbilang sama namun

berbeda pada lampiran laporan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perangkat desa sampel

kabupaten Mamuju Tengah, Berikut analisis rangkuman alur laporan

penggunaan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah

Gambar 18

Alur Pelaporan Penggunaan Dana Desa Kabupaten Mamuju Tengah

Sumber: analisis studi wawancara, 2018

Laporan Tingkat Desa. (disampaikan kepada BPD Desa)

Laporan diteruskan kepada: Pemerintah kecamatan, Keuangan, PMD dan Inspektorat untuk diferivikasi

Rekomendasi hasil verifkasi

PENCAIRAN KE BANK SULSELBAR

Page 209: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

198

Pelaporan Dana Desa yakni Laporan Berkala dan Laporan Akhir

yang diajukan oleh Kepala Desa kepada PMD untuk Keuangan yang

telah diverifikasi dan mendapat rekomendasi pencairan dari PMD harus

disertai dengan beberapa lampiran. Untuk Laporan Berkala ( Tahap I)

disertai dengan lampiran

Berikut lampiran yang dimaksud:

1. Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa ( RPJMDesa)

2. Peraturan Desa tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa

(RKPDesa)

3. LPPD Akhir tahun pada tahun sebelumnya

4. LKPJ Akhir tahun pada tahun sebelumnya

5. Peraturan Desa Tentang APBDes tahun berjalan

6. Rencana Penggunaan Dana

7. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Tahap II Tahun Anggaran

Sebelumnya.

8. SPTB bermaterai Rp.6.000,- tahap sebelumnya

9. Kwitansi bermaterai RP.6.000,-

10. Foto Copy Rekening Pemerintah Desa

Sedangkan untuk Surat Permohonan Pencairan Dana Desa

Laporan Akhir (Tahap II) disertai dengan lampiran:

1. Rencana Penggunaan Dana

Page 210: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

199

2. Surat Pernyataan Tanggungjawab belanja tahap sebelumnya

3. Kwitansi bermaterai Rp. 6.000,-

4. Pertanggung Jawaban Tahap I (Pertama)

b. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban penggunaan dana desa terintegrasi dengan

Pertanggungjawaban APBDesa, sehingga pertanggung jawaban tersebut

adalah Pertanggungjawaban APBdesa.

Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban yang dilakukan Pemerintah

Desa khususnya Sekertaris Desa pada daerah sampel, ternyata ditemukan

beberapa desa sampel menggunakan jasa pihak ketiga. Hal ini diungkapkan

oleh Kepala Desa Sanjango, Bapak MY mengatakan bahwa:

“Dalam Pembuatan Laporan PertanggungJawaban biasanya kami lebih memilih menggunakan jasa pihak ketiga, jadi karena belum mampu membuat biasanya kami menyewa Jasa, hal ini disebabkan pengetahuan sekdes kami masih baru dan masih minim pengalaman, tapi untuk kedepannya kami akan berusaha mandiri.” (wawancara langsung, 2018).

Berikut tabel hasil wawancara yang akan memberikan gambaran

tentang penanggungjawab pembuatan laporan akhir dari desa sampel

Page 211: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

200

Tabel 4.34

penangggungjawab laporan akhir desa Sampel

Nama Desa Penanggung jawab laporan Keterangan

Desa Tobadak Kepala Desa, Sekertaris desa Dikerjakan langsung oleh

Perangkat desa

Desa Tumbu Seluruh perangkat pemerintahan desa Dikerjakan langsung oleh

Perangkat desa

Desa Lemo-lemo Kepala desa Dikerjakan langsung oleh

Perangkat desa

Desa Pasapa Kepala desa, sekertaris desa Laporan dikerjakan oleh pihak

ketiga

Desa Sanjango Kepala Desa, Laporan dikerjakan oleh pihak

ketiga

Sumber: analisis studi wawancara, 2018

Berdasarkan informasi dari kepala desa Sanjango, bapak MY

menjelaskan bahwa, laporran pertanggungjawaban selain ditujukan kepada

dinas PMD, keuangan dan inspektorat, Pemerintah Desa wajib

mempertanggungjawabkan laporan Ke BPD dan masyarakat secara terbuka.

Hal ini berguna agar masyarakat dapat mengetahui dana yang digunakan,

serta hasil yang diperoleh dari penggunaan anggaran dana desa tersebut

Untuk mewujudkan transparansi, berikut tabel analisis wawancara

dengan warga desa, yang akan menampilkan media yang digunakan oleh

desa sampel dalam mempertanggung jawabkan penggunaan laporan

desanya.

Tabel 4.35 Media pertanggung jawaban Pemerintah Desa

Nama Desa Media Informasi yang digunakan Keterangan

Desa Tobadak Papan informasi, dan disampaikan langsung pada forum

forum pertemuan dengan warga

Desa Tumbu Papan informasi

Desa Lemo-lemo Papan informasi, dan pada kegiatan keagamaan (shalat

jumat)

Desa Pasapa Tidak ditemukan

Desa Sanjango Papan informasi di desa, dan papan informasi disetiap

proyek

Sumber: Analisis studi Wawancara, 2018

Page 212: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

201

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pemerintah desa menggunakan

berbagai media untuk menyampaikan pertanggung jawaban kepada

masyarakat kebanyakan melalui media papan informasi. Beberapa desa

sampel juga menyampaikan informasi secara lisan kepada warga pada

moment forum berkumpulnya masyarakat. Namun, terdapat satu desa yaitu

Desa Pasapa cenderung tidak memberikan pertanggungjawaban kepada

masyarakat. Selain peneliti mewancarai masyarakat, peneliti juga

memperhatikan papan informasi di kantor desa, namun tak melihat gambar,

ataupun tulisan yang memperlihatkan hasil penggunaan dana desa yang

terpasang.

Berdasarkan hasil analisis penggunaan dana desa ditinjau dari laporan

dan pertanggungjawaban, dapat disimpulkan bahwa desa sampel di Mamuju

Tengah telah melaksanakan laporan pertanggungjawaban dengan baik,

hanya saja terdapat satu desa yang tidak terbuka melaporkan laporan

realisasinya kepada masyarakat, sehingga hal tersebut harus diantisipasi

agar tidak ada penyelewengan anggaran dana desa

4.3. pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan desa di

Kabupaten Mamuju Tengah

4..3.1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Penyelenggaraan pemerintahan desa tidak terpisahkan dari

penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintahan desa merupakan unit

terdepan (ujung tombak) dalam pelayanan kepada masyarakat serta tombak

Page 213: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

202

strategis untuk keberhasilan semua program.Karena itu, upaya untuk

memperkuat desa (Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan)

merupakan langkah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

sebagai tujuan otonomi daerah. Sehingga penyelenggaraan Pemerintahan

Desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan,

sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengaturan mengurus

kepentingan masyarakatnya.

Pemerintah desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa .Pemerintah desa

merupakan lembaga eksekutif desa dan BPD sebagai lembaga legeslatif

desa. Pemerintah desa terdiri kepala desa dan perangkat desa. Perangkat

desa bertugas membantu kinerja kepala desa dalam melaksanakan tugas-

tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari

sekretaris desa dan perangkat desalainnya.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Mamuju Tengah, bapak DZ mengatakan

bahwa:

“Disetiap pertemuan kami selalu tekankan kepada perangkat desa baik itu kepala desa, sekertaris desa serta kaurnya bahwa Tugas utama pemerintah desa itu Tugas : menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, melaksanakan pembinaan, kemasyarakatan desa, dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat desa. Tak hanya itu, untuk pemerintah desa yang baru. Kami selalu memberikan pelatihan khusus untuk mereka. Hal ini bertujuan agar pemerintah desa mampu mengetahui fungsinya sebagai pelayan masyarakat”. (wawancara langsung, 2018)

Page 214: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

203

Hal ini dibenarkan oleh kepala desa Tobadak, bapak AD yang mengatakan

bahwa :

Sebelum masuk pencalonan kepala desa, alangkah baiknya kita sudah khatam tentang peranan pemerintah desa. Sehingga disaat nanti setelah menjabat tidak kaget. Apalagi sekarang trend yang muncul dimasyarakat, mereka mau menjadi kepala desa karena tergiur dengan dana desa yang banyak untuk dikelola tanpa memperhatikan fungsi utamanya sebagai abdi masyarakat”. (wawancara langsung, 2018).

Bersama perangkat desa, kepala desa sebagai pimpinan struktur

pemerintah desa memiliki peranan yang signifikan dalam pengelolaan proses

social dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah

desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan

pelayanan sosial yang baik sehingga membawa masyarakatnya pada

kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram, dan berkeadilan. Pemerintah desa

dituntut untuk lebih memahami apa yang menjadi kebutuhan dari warganya

yang terdiri dari berbagai lapisan. Artinya, bahwa pemerintah dalam

pemerintahannya dan dalam pembuatan kebijakan, dituntut untuk melibatkan

seluruh unsur masyarakat untuk mengetahui secara langsung sejauhmana,

seperti apa kondisi dan apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan

masyarakatnya. Itu juga berarti bahwa tata pemerintahan dan proses

pembuatan kebijakan dan kebijakan yang dihasilkan menyangkut masalah

bersama harus dapat diakses serta mampu dipertanggung jawabkan kepada

publik

Page 215: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

204

Salah satu unsur utama dalam peningkatan penyelenggaraan

pemerintahan di desa adalah sumber daya manusia. Pengaruh SDM yang

pemerintahan desa yang profesional dan kompeten dalam pemerintahan

daerah merupakan faktor yang paling penting dalam penentuan kapasitas

suatu institusi pemerintah, disamping faktor-faktor kapasitas lain seperti :

sistem, teknologi, informasi dan perangkat pendukung organisasi lainnya.

Menurut pengertian di atas, kapasitas birokrasi pemerintahan desa, harus

selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan paradigma, sistem dan

manajemen perencanaan pembangunan yang terjadi baik dalam lingkup

global, nasional dan lokal. Dalam hal ini perubahan dan perkembangan yang

perlu dipertimbangkan dalam menentukan kapasitas suatu pemeintahan

daerah, antara lain : UU No. 32 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25

tentang perimbangan keuangan pusat dan daaerah, dan UU No. 43 tentang

pokok-pokok kepegawaian, serta peraturan turunannya. Untuk melihat

tersebut, indikator yang digunakan untuk melihat kemampuan Sumberdaya

manusia dapat dilihat pada pengalaman pendidikan. Berikut tabel latar

belakang pendidikan dari 5 desa sampel di Kabupaten Mamuju Tengah

Page 216: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

205

Tabel 4.36 Latar belakang Pendidikan Terakhir Kepala Desa dan Sekertaris Desa

Nama Desa Kepala Desa Sekertaris Desa

Desa Tobadak SMA S1

Desa Tumbu SMA SMA

Desa Lemo-lemo SMA S1

Desa Pasapa SMA SMA

Desa Sanjango SMA SMA

Sumber: analisis wawancara, 2018 Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa lima desa yang dijadikan

sampel secara keseluruhan kepala desa memiliki latar belakang pendidikan

tingkat SMA. Hal ini sesuai dengan prasyarat utama calon kepala desa

tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Tengah No. 1 Tahun

2017 Tentang Pemilihan Kepala Desa. Dalam Pasal 24 ayat (2) ditegaskan

bahwa Persyaratan untuk menjadi Kepala desa, meliputi, antara lain

berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas atau sederajat

dan/atau yang disetarakan.

Hal tersebut sesuai dengan pandangan yang diungkapkan oleh kepala

Dinas PMD kabupaten Mamuju Tengah, bapak LB mengatakan bahwa:

“Kami di Mamuju Tengah, sudah mengupgrade syarat kepala desa yang awalnya hanya tamatan SLTP sekarang menjadi SMA. Ada beberapa pertimbangan kami lakukan peningkatan tersebut, utamanya agar para kades ini bukan saja memiliki kemampuan manajerial, tapi memiliki wawasan yang intelektual”. (wawancara langsung, 2018)

Sedangkan untuk perangkat desa harus mutlak minimal tamatan SMA.

Hal ini sudah ditegaskan pada UU Dalam Pasal 50 ayat (1) Undang - undang

Repulik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan,

Page 217: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

206

perangkat desa harus berpendidikan paling rendah tamatan sekolah

menengah umum atau sederajat. Adapun tingkat pendidikan perangkat

pemerintahan desa sampel sebagai berikut :

Tabel 4.37 Latar belakang Pendidikan Terakhir Perangkat Pemerintahan Desa

Sampel Kabupaten Mamuju Tengah

NAMA DESA

Jabatan

Sekdes KAUR Pemerintahan

KAUR PEMBANGUNAN

KAUR kesejahteraan

Rakyat

KAUR Keuangan

KAUR Umum

Desa Tobadak

S1 SMA SMA SMA D3 SMA

Desa Tumbu

SMA SMA SMA SMA SMA SMA

Desa Lemo-lemo

S1 SMA SMA SMA S1 SMA

Desa Pasapa

SMA SMA SMA SMA SMA SMA

Desa Sanjango

SMA SMA SMA SMA SMA SMA

Berdasarkan tabel tersebut, secara keseluruhan para perangkat desa

telah melaksanakan amanah dari UU Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2014 bahwa perangkat pemerintah desa minimal pendidikan terakhir adalah

SMA/sederajat, bahkan terdapat dua desa yaitu desa Tobadak dan Desa

Lemo-lemo yang memiliki pejabat Sekertaris desa latar belakang pendidikan

strata satu.

Pemerintah Desa memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses

sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah

desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan

pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada

kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan. Guna

mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut untuk melakukan

Page 218: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

207

perubahan, baik dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang berorientasi

pada pelayanan yang berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja

pemerintah desa benar-benar makin mengarah pada praktek good local

governance, bukannya bad governance.

Dimensi peningkatan kapasitas perangkat desa mencakup

penguasaan pengetahuan, keterampilan dan wawasan yang diperoleh

melalui pendidikan, latihan, belajar dan pengalaman. Tiga tingkat

kemampuan yang harus dimiliki oleh perangkat desa yaitu: 1) kemampuan

dasar; 2) kemampuan manajemen; dan 3) kemampuan kemampuan teknis.

Kemampuan dasar yang harus dimiliki perangkat desa adalah meliputi:

pengetahuan tentang regulasi desa, pengetahuan tentang dasar-dasar

pemerintahan desa, dan pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi.

Kemampuan manajemen meliputi: manajamen SDM, manajemen pelayanan

publik, manajamen asset, dan managemen keuangan. Sedangkan

Kemampuan Teknis meliputi: penyusunan administrasi desa, penyusunan

perencanaan pembangunan, penyusunan anggaran, penyusunan Perdes,

dan pelayanan public.

Kebijakan yang lain adalah menyiapkan anggaran untuk

pengembangan skill dari aparat pemerintah Desa serta masyarakat desa. Hal

ini terlihat dalam APDes di setiap desa sampel, menyisihkan anggaran untuk

pengembangan kapasitas aparaturnya. Berikut gambarannya:

Page 219: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

208

Tabel

Gambaran pengembangan kapasitas aparatur dan masyarakat desa di Kabupaten Mamuju Tengah

DESA TOBADAK 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa RP. 10.000.000 2. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB RP. 17.000.000 3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Rp. 12.500.000 4. Pelatihan TTG Rp. 12.000.000 5. Pelatihan Usaha Kecil dan Industri Rumah Rp. 10.000.000

DESA LEMO-LEMO 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 3.625.000 2. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 1.000.000 3. Pelatihan TTG Rp. 5.212.000

DESA PASAPA 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 10.000.000 2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat Rp. 18.000.000 3. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 36.200.000 4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Rp. 9.500.000

DESA TUMBU 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 10.000.000 2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat Rp. 36.000.000 3. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 17.200.000 4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Rp. 8.000.000

DESA SANJANGO 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 10.000.000 2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat Rp. 7.125.000 3. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 6.000.000 4. Pelatihan Kelompok Tani dan Nelayan Rp. 16.815.000

Sumber: analisis dokumen, 2018

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ketua Asosiasi

Pemerintah Desa Indonesia Kabupaten Mamuju Tengah, bapak HM

mengungkapkan:

“didalam pengelolaan dana desa, ada tiga komponen yang harus tersalurkan dalam penggunaanya yaitu: (a)Belanja Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa, (b)Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, (c)Bidang Pembinaan Kemasyarakatan, (d)

Pemberdayaan Masyarakat, dan bidang Bidang Tak Terduga. Khusus

Page 220: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

209

bidang Pembinaan Kemasyarakatan Belanja jenis ini digunakan untuk pembinaan masyarakat desa, misalnya pendanaan untuk pelatihan perangkat desa, pendanaan untuk kegiatan PKK, Taruna, Kepemudaan dan lain2. Peranan kami dari APDESI Mamuju Tengah selain sebagai wadah pemerintah desa untuk saling sharing pengalaman serta koordinasi, adalah selalu menyampaikan pada setiap pertemuan bahwa aparatur desa harus memiliki kemampuan intelektual dalam administrasi desa, karena semakin kedepan, aturan pengelolaan dana desa semakin kompleks dan mengalami peningkatan teknologi ” (Wawancara Langsung 2018)

Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintahan

daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Karena itu, sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah

sangat didukung dan ditentukan oleh Pemerintah Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari Pemerintahan desa.

Struktur kelembagaan dan mekanisme kerja di semua tingkatan pemerintah,

khususnya pemerintahan desa harus diarahkan untuk dapat menciptakan

pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang

terjadi dalam masyarakat. Berdasarkan hasil studi wawancara, peranan BPD

pada desa sampel di kabupaten Mamuju Tengah telah memahami

peranannya dalam lembaga pemerintahan yaitu membahas dan menyepakati

Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan pengawasan kinerja

kepala desa. Berikut tabel matriks wawancara tersebut:

Page 221: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

210

Tabel 4.38

Matrix wawancara dengan Ketua BPD

Nama Desa Peranan BPD

Desa Tobadak Melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintahan Desa

Desa Tumbu Sebagai perwakilan masyarakat dalam menyalurkan aspirasi dalam membangun Desa

Desa Lemo-lemo Melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintahan Desa

Desa Pasapa Perwakilan masyarakat desa

Desa Sanjango Melaksanakan peranan sebagai pengawas dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa

Sumber: hasil wawancara dengan ketua/sekertaris BPD

Berdasarkan data dan wawancara diatas, perangkat pemerintahan

desa di Kabupaten Mamuju Tengah telah mengetahui dan telah menjalankan

fungsinya sebagai Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem

pemerintahan daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan

masyarakat

4.3.2. Pembangunan Desa

Desa merupakan satuan pemerintah terkecil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang perlu dibina dan ditingkatkan pelayanan

administrasi pemerintahannya kearah yang lebih memadai kepada

masyarakat desa. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mutlak

menjadi titik perhatian pemerintah, karena dengan berhasilnya pembangunan

desa berarti sebagian besar penduduk Indonesia turut ditingkatkan

kesejahteraannya. Pembangunan desa merupakan bagian dari

Page 222: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

211

pembangunan nasional dan pembangunan desa ini memiliki arti dan peranan

yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena desa beserta

masyarakatnya merupakan basis dan ekonomi, politik, sosial budaya dan

pertahanan keamanan. Adapun definisi pembangunan desa menurut

Kartasasmita yaitu hakekat pembangunan nasional adalah manusia itu

sendiri yang merupakan titik pusat dari segala upaya pembangunan dan yang

akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan

yang akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai

pelaksana dan penggerak pembangunan. Pada hakekatnya pembangunan

desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam

memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan

agar dapat ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan

taraf hidup dan kesejahteraannya. Sedangkan Suparno menegaskan bahwa

pembangunan desa dilakukan dalam rangka imbang yang sewajarnya antara

pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan

prasarana-prasarana, sedangkan selebihnya disandarkan kepada

kemampuan masyarakat itu sendiri.

Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan

masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan tersebut

menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh

Ahmadi mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang

Page 223: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

212

serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan

pemerintah di satu pihak.

Bahwa pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh

masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah memberikan bimbingan, bantuan,

pembinaan, dan pengawasan. Secara teoritis, pembangunan desa meliputi

dua aspek utama, yaitu :

1. Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang

objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan

manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah,

pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah,

pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan,

dan software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan

metode pembelajaran), keolahragaan, dan sebagainya.

2. Pembangunan dalam aspek non fisik, yaitu pembangunan yang

objek utamanya aspek pengembangan dan peningkatan

kemampuan, skill dan memberdayakan masyarakat di daerah

pedesaan sebagai warga negara, seperti pendidikan dan

pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, Pertanian, kesehatan,

spiritual, dan sebagainya.

Dari kedua aspek pembangunan khususnya di Kabupaten Mamuju

Tengah berjalan cukup baik hal ini disampaikan oleh salah satu tokoh

masyarakat desa Lemo-Lemo, Bapak TR yang mengatakan bahwa :

Page 224: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

213

“Pembangunan disini berjalan dengan baik, fisik maupun non fisik karena itu di usulkan pada saat Proses MusrenbangDesa seperti contohnya fisik Jembatan, perbaikan jalanan dan lainnya sedangkan pada Non fisik sepengetahuan saya bahwa biasanya ada perangkat desa yang iku pelatihan jadi saya kira pembangunan disini berjalan dengan baik” (Wawancara Langsung, 2018)

Sama halnya yang disampaikan oleh pendamping desa, bapak FL

juga mengatakan bahwa :

“Pembangunan disini dengan melihat usulan-usulan dari masyarakat, kami melihat bahwa proses perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah Desa khususnya MusrenbangDesa itu berjalan dengan baik pemerintah desa menampung usulan masyarakat terkait dengan pembangunan seperti misalkan perbaikan jalan, jembatan, dan lainnya selanjutnya pemerintah desa menjalankan usulan masyarakat tersebut” (Wawancara Langsung 2018)

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Desa Sanjango, bapak MY juga

berpendapat bahwa:

“untuk pembangunan itu sendiri kami mengacu pada usulan masyarakat pada saat proses perencanaan (MusrenbangDesa), terkait usulan tersebut itupun kami melihat kondisi di Desa apakah usulan itu bisa di jalankan sesuai kebutuhan atau tidak, usulan yang paling banyak itu perbaikan jalan, jalan tani, maupun jembatan”. (Wawancara Langsung 2018)

Tabel 4.39 Pembangunan Desa Fisik tahun 2017

Nama Desa Pembangunan Desa (Fisik) Keterangan

Desa Tobadak Jembatan, Plat Dekker, Jambang Keluarga

Terealisasi

Desa Tumbu Perbaikan jalan Terealisasi

Desa Lemo-lemo

Jembatan Teralisasi

Desa Pasapa Perbaikan jalan, jalan tani, jembatan Terealisasi

Desa Sanjango

Perbaikan jalan Terealisasi

Sumber : Hasil studi dokumen dan wanwancara

Page 225: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

214

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembangunan desa

yang ada di kabupaten Mamuju Tengah berjalan dengan baik,

pembangunan fisik maupun Non fisik seperti pembangunan jembatan,

perbaikan jalan dan lainnya, untuk proses pembangunan pun itu dimulai

MusrenbangDesa pemerintah desa menampung usulan-usulan

masyarakat terkait dengan prioritas pembangunan yang sesuai dengan

kebutuhan di desa masing-masing.

Gambar 19

Alur Pelaporan Pembangunan Desa Kabupaten Mamuju Tengah

Sumber: analisis studi wawancara dan dokumen, 2018

Dari Gambar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk proses

pembangunan itu sendiri dimulai pada pengusulan dtingkat dusun dan

dilanjutkan pada proses musrenbang kemudian ditindaklanjuti oleh

pemerintah desa dan terakhir adalah proses pelaksanaan pembangunan.

Selain dari pembangunan Fisik yang dilakukan oleh pemerintah Desa

di kabupaten mamuju tengah juga dilakukan pembangunan non fisik

Pengusulan tingkat dusun

Disampakan pada saat MusrenbangDesa

Pemerintah Desa menampung usulan

pembangunan

Pelaksanaan pembangunan

Page 226: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

215

utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill dan

memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga negara,

seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, Pertanian,

kesehatan, spiritual, dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan oleh salah satu sekertaris desa Sanjango, bapak JN yang

mengatakan bahwa :

“Selain pembangunan fisik juga dilakukan non fisik seperti adanya bimbingan teknis akan tetapi kami mempunyai kendala karena tidak mengetahui teknologi (komputer) dan semua pelaporan itu melalui teknologi sedangkan baru kami kenal dengan teknologi seperti ini jadi ini kendala besar dan biasanya kami melakukan pelaporan menggunakan jasa pihak ketiga”. (Wawancara Langsung 2018)

Sama halnya yang disampaikan oleh Kordinator Pendamping Desa

Kabupaten Mamuju Tengah, bapak FL juga mengatakan bahwa :

“Tidak bisa pungkiri bahwa pengetahuan dari aparat desa terutama sekertaris desa itu masih kurang pengetahuan teknologi, ketika melakukan bimbingan teknis mereka hanya menyimak saja mereka tidak tau apa-apa tentang komputer jadi hanya sekedar formalitas jadi sekertaris yang mengerjakan pelaporannya. biasanya adalah staff lainnya yang masih muda dan lebih paham menggunakan computer secara online bahkan menggunakan jasa pihak ketiga”. (Wawancara langsung, 2018)

Dari tabel diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembangunan

Fisik non fisik sudah dilakukan oleh pemerintah desa di kabupaten Mamuju

Tengah, hal ini terlihat dari pemahaman Pemerintah Desa tentang alur

pelaksanaan pembangunan tersebut dari pengusulan hingga ditahap

evaluasi. Namun permasalahan dalam pembangunan ini adalah ditahap

administrasi yang bersifat teknologi online. Mash ada beberapa perangkat

Page 227: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

216

desa belum memahami penggunaan aplikasi administrasi desa. Olehnya itu,

bimbingan teknis berkaitan dengan hal tersebut harus lebih diperketat dan

ditingkatkan agar perangkat desa mampu menjalankan tugasnya menjadi

lebih baik.

4.3.3. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kepala desa merupakan pimpinan tertinggi di desa. Oleh karena itu

kepala desa bertanggung jawab penuh atas roda pemerintahan yang ada di

desa. Selain pemimpin dalam roda pemerintahan, kepala desa juga memiliki

peranan penting dalam pembangunan yang ada di desa. Sebagaimana diatur

dalam Pasal 14 ayat (1) PP Nomor 72 Tahun 2005 pembangunan desa

menjadi tanggung jawab kepala desa dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Sehingga maju dan mundurnya suatu desa tergantung dari sosok

pemimpin yang ada di desa tersebut. Salah satu konsep pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial saat ini adalah melalui

pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menempatkan

masyarakat sebagai pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi

dan meraih hasil pembangunan.

Desa yang ada di kabupaten mamuju tengah terdapat banyak

program pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat

yang ada di desa kabupaten mamuju tengah sebahagian besar berasal dari

Page 228: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

217

Anggaran dana desa. Program pemberdayaan masyarakat dimaksudkan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program pemberdayaan

masyarakat yang ada di desa ini mencakup Pelatihan PKK, Pelatihan

Kelompok Tani, Pelatihan Kader Kesehatan, dan Studi Banding.

Hal tersebut sesuai dengan dengan wawancara anggota DPRD

Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak FT mengatakan bahwa :

“Program pemberdayaan itu harus bersentuhan lansung dengan masyarakat seperti pelatihan kelompok tani dan semacamnya dan ini sudah diatur dalam konstitusi yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 tentang desa, bukan hanya desa menangani pemerintahan akan tetapi pemberdayaan dan pembinaan pun harus dilakukan apalagi memiliki anggaran yang cukup besar dari pemerintah pusat”. (Wawancara Langsung,2018).

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh bapak kepala desa

Tobadak, bapak AD yang mengatakan bahwa :

“Hampir sebahagian besar penduduk di desa ini bermata pencaharian utamanya adalah petani/pekebun. Dan sebahagian lagi sebagai buruh bangunan sebagai mata pencaharian sampingan. Karena jika mengharapkan dari hasil pertanian saja tidak cukup karena rendahnya harga jual beras di pasaran. Sedangkan ekonomi semakin sulit, dengan itu kami membuat program pelatihan kelompok tani yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi mereka selain bisa membantu pengetahuan terkait dengan cara bercocok tanam juga mampu mengasah kemampuan para petani”. (Wawancara Langsung,2018).

Sejalan dengan hal tersebut, salah satu tokoh masyarakat desa Tobadak,

yang berprofesi sebagai petani, bapak DR mengatakan bahwa:

“Saya selaku petani disini sangat senang dengan adanya pelatihan ataupun pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah desa, hal ini sangat membantu masyarakat terkhusus para petani untuk dalam rangka meningkatkan hasil pertanian kami dan ini adalah langkah awal

Page 229: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

218

kami selaku mayoritas petani bagaimana mengembangkan usaha hasil pertanian dan sangat berdampak positif terhadap para petani”. (Wawancara Langsung 2018)

Selain pemberdayaan dilakukan oleh para petani, pemerintah desa

juga memberdayakan para pemuda-pemudi khususnya dalam minat

olahraga, hal ini disampaikan oleh bapak kepala desa Pasapa, bapak PL

yang mengatakan bahwa :

“Bukan hanya kami berdayakan petani, anak muda pun kami memberdayakan seperti membuat lapangan olahraga yang dipakai dalam segala aktivitas olahraga disore hari”. (Wawancara Langsung, 2018).

Hal tersebut terlihat pada fasilitas yang telah dibuat pemerintah desa tergambar pada tabel berikut:

Tabel 4.40

Fasilitas olahraga di Desa Sampel Kabupaten Mamuju Tengah

Nama Desa Fasilitas

Desa Tobadak Lapangan sepak bola, lapangan volley, meja pingpong

Desa Tumbu Lapangan sepak bola, lapangan volley

Desa Lemo-lemo Lapangan sepak bola, lapangan takraw

Desa Pasapa Lapangan sepak bola, lapangan volley, lapangan bulu tangkis

Desa Sanjango Lapangan sepak bola, lapangan volley

Sumber : Studi dokumen dan fisik, 2018

Selain kaum pemuda diberdayakan oleh pemerintah desa yang ada di

kabupaten mamuju tengah juga kaum perempuan diberdayakan, hal ini

Page 230: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

219

sampaikan oleh salah satu tokoh perempuan, ibu SR yang mengatakan

bahwa :

“Pada saat rapat terkait program yang ingin dijalankan oleh pemerintah desa, kami mewakili perempuan mengusulkan pelatihan PKK, dan alhamdulillah pemerintah disini sudah melakukan hal tersebut”. (wawancara langsung, 2018).

Dari tabel dan wanwacara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa berjalan dengan baik,

hal ini terlihat dari pemberdayaan terhadap petani, kaum perempuan dan

pemuda telah terealisasi dan mengalami perkembangan yang signifikan.

4.4 Analisis Teoritik

Berdasarkan uraian pada bagian Tinjauan Pustaka dimana telah

dipaparkan beberapa teori implementasi kebijakan, maka dalam pembahasan

hasil penelitian ini, teori yang dianggap relevan untuk menganalisis

implementasi kebijakan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah adalah

teori yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle. Keberhasilan implementasi

menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan

lingkungan implementasi.

• Variabel isi kebijakan meliputi beberapa aspek, yaitu:

1. Sejauh mana kepentingan kelompok atau target groups termuat dalam

isi kebijakan.

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups.

3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari kebijakan.

Page 231: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

220

4. Apakah letak sebuah program sudah tepat.

5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan

rinci.

6. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

• Variabel lingkungan kebijakan mencakup beberapa hal :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki

oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

2. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Dalam bagian ini akan diuraikan keterkaitan fakta-fakta empirik yang

berupa data hasil penelitian dengan indikator-indikator dari turunan variabel

teori yang dikemukakan oleh Grindle. Hal ini tidak terlepas dari metode

penelitian yang digunakan, yaitu metode penelitian kualitatif yang berangkat

dari fenomena-fenomena untuk mencari kesesuaian atau relevansi teoritik.

a. Variabel Isi Kebijakan

1. Sejauh mana kepentingan kelompok atau target groups termuat dalam

isi kebijakan.

Target groups atau kelompok sasaran kebijakan ini adalah

masyarakt desa, dalam konteks penelitian adalah masyarakat desa di

Kabupaten Mamuju Tengah. Kepentingan Kelompok sasaran dapat

dilihat pada muatan kebijakan yang tertuang dalam berbagai aturan

perundang-undangan. Salah satu poin yang paling krusial dalam

Undang-Undang Desa, adalah terkait alokasi anggaran untuk desa, di

Page 232: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

221

dalam penjelasan Pasal 72 tentang Keuangan desa, besaran alokasi

anggaran yang peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10%

(sepuluh perseratus) dari dan di luar dana transfer daerah secara

bertahap. Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dihitung berdasarkan jumlah desa dan

dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka

kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.

Kabupaten Mamuju Tengah. memiliki jumlah 54 desa yang

terdiri dari 5 kecamatan. Pada tahun 2017 Kabupaten Mamuju Tengah

memperoleh Dana Desa sebesar Rp. 45.125.660.000. Sedangkan pada

tahun 2018, bantuan dana desa yang diberikan kepada Kabupaten

mamuju tengah mengalami peningkatan, yaitu sebesar

Rp.45.226.000.004. Dengan bantuan dana tersebut diharapkan

pemerintah desa selaku pengelola dituntut agar dapat mengelola dana

tersebut dengan baik. Pemerintah desa harus bersinergi dengan

masyarakat dalam pelaksanaan program atau kegiatan dalam artian

bahwa masyarakat harus berperan aktif agar dapat tercapai tujuan yang

efektif dan efisien dalam penggunaan dana desa tersebut.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60

Tahun 2014 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 22 Tahun 2015 Dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016

Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Negara, pasal 19 (1) Dana Desa digunakan untuk membiayai

Page 233: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

222

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan

masyarakat, dan kemasyarakatan. (2) Dana Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk membiayai pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menjadi

payung hukum pelaksanaan bantuan dana desa jelas tercantum

mengenai besarnya kepentingan target groups atau masyarakat desa,

yaitu diprioritaskan penggunaannya pada bidang pembangunan desa

dan pemberdayaan masyarakat desa.

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups

Jenis manfaat yang diterima oleh target groups adalah sesuai

dengan peruntukan dana desa itu sendiri, yaitu digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,

pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Keseluruhan aspek

ini merupakan unsur-unsur pembangunan desa yang bersankut paut

dengan kebutuhan masyarakat desa. Dengan demikian manfaat yang

diterima oleh target groups melalui kebijakan ini sangat besar sekali,

sehingga respons masyarakat desa terhadap bantuan dana desa

sangat positif.

3. Perubahan yang dinginkan dari kebijakan

Kebijakan bantuan dana desa dimaksudkan untuk memperkuat

sendi-sendi perekonomian masyarakat desa. Dengan bantuan dana

desa ini akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan

Page 234: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

223

masyarakat melalui berbagai program-program pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat yang dibiayai oleh bantuan dana desa.

Perubahan signifikan yang diharapkan oleh target groups dari

kebijakan bantuan dana desa adalah terjadinya percepatan

pembangunan di pedesaan. Selama ini pelaksanaan program-program

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di pedesaan selalu

terkendala dengan persoalan keterbatasan anggaran, sehingga

seringkali terjadi program-program yang telah disusun dari bawah

melalui musrembang kandas di tengah jalan. Dengan adanya kebijakan

ini, maka pemerintah desa dan masyarakatnya ditantang untuk

mempercepat proses pembangunan, sehingga pembangunan desa

akan menjadi pundasi pembangunan nasional yang bersinerji dengan

berbagai komponen pembangunan nasional yang lainnya.

4. Apakah letak sebuah program sudah tepat

Penyusunan atau peletakan suatu program pembangunan desa

yang berkaitan dengan kebijakan ini dapat dideteksi ketapatannya

melalui Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa). Pemerintah Desa

menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan

kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan

kabupaten/kota.

Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan

RKP Desa yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan

Peraturan Desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

Page 235: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

224

(RPJM Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana

Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja

Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP

Desa merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa. Perencanaan pembangunan desa disusun

berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang

pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran

berjalan.

Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan Rencana

Anggaran Biaya (RAB), yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi.

Selanjutnya, Kepala Desa menyelenggarakan Musrenbangdes yang

diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa.

Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan

pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa. RKP Desa

menjadi dasar dalam penyusunan rancangan APB Desa (RAPB Desa).

Teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa agar tercipta

keselarasan telah diatur tata caranya dalam Permendagri Nomor 114

Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, sedangkan untuk

prioritas penggunaan Dana Desa khususnya tahun 2015 telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi

Nomor 5 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun

2015.

Page 236: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

225

Perencanaan pembangunan desa mengacu pada konsep

Membangun Desa dan Desa Membangun. Konsep membangun desa

dalam konteks perencanaan adalah bahwa dalam merencanakan

pembangunan, desa perlu mengacu pada perencanaan pembangunan

Kabupaten/Kota. Hal tersebut diatur dalam UU Desa terutama pada

pasal 79 dan pasal 80. Dalam pasal 79 UU Desa disebutkan bahwa:

1. Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa

sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada

perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota.

2. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disusun secara berjangka meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka

waktu 6 (enam) tahun; dan

b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut

Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun.

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan

Rencana Kerja Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

4. Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan

satu-satunya dokumen perencanaan di Desa.

Page 237: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

226

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja

Pemerintah Desa merupakan pedoman dalam penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

6. Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala

lokal Desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya

kepada Desa.

7. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota.

Berdasarkan isi dari pasal 79 tersebut, jelas diatur bahwa

proses perencanaan pembangunan desa harus bersinergi dengan

perencanaan pembangunan kabupaten/kota, yang berarti juga harus

bersinergi dengan perencanaan pembangunan di tingkat nasional.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peletakan program-program

pembangunan di desa selalu memperhatikan sinergitas dengan

pembangunan yang berada di atasnya.

5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan

rinci.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60

Tahun 2014 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 22 Tahun 2015 Dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016

Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan

Page 238: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

227

Belanja Negara, melalui beberapa pasalnya telah menetapkan tugas

dan kewenangan yang menjadi pelaksana kebijakan ini. Dengan

demikian implementor kebijakan ini sangat jelas.

Berkaitan dengan penelitian ini, implementor kebijakan di

tingkat desa adalah Kepala Desa bersama dengan perangkat desa. Hal

ini sangat jelas tugas dan kewenangan Kepala Desa bersama dengan

perangkat desa mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai

pada pelaporan dan pertanggung jawaban. Meskipun demikian perlu

dijelaskan bahwa implementor kebijakan dana desa bukanlah hanya

kepala desa dan perangkat desa, melainkan juga terdapat implementor

yang lain pada level pemerintahan yang lebih tinggi sesuai dengan

kewenangannya masing-masing.

6. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Sumber daya dalam kebijakan ini secara garis besar ada tiga

komponen, yaitu; sumber daya alam, sumber daya dana dan sumber

daya manusia. Dilihat dari sumber daya alam, Kabupaten Mamuju

Tengah meskipun merupakan kabupaten baru sebagai hasil

pemekaran, namun potensi yang dimiliki tergolong cukup besar,

sehingga sumber daya alam ini akan sangat potensil menghasilkan

sumber daya financial. Dengan kata lain bahwa kebijakan bantuan dana

desa akan menciptakan sumber dana yang lebih besar bagi

pembangunan daerah.

Page 239: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

228

Berkaitan dengan kebijakan dana desa di Kabupaten Mamuju

Tengah, faktor yang masih perlu mendapat perhatian adalah sumber

daya manusia yang juga menjadi implementor kebijakan, yaitu Kepala

Desa dan Perangkat Desa. Keterbatasan sumber daya manusia ini

dalam kenyataannya menjadi penghambat implementasi kebijakan ini.

Bahkan berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kemampuan aparat

pemerintah desa, termasuk kepala desa memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang sangat minim dalam pembuatan laporan dan

pertanggungjawaban dana desa.

b. Variabel lingkungan kebijakan:

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh

para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan pula kekuatan

atau kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para

actor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu

implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan

matang, sangat besar kemungkinan program yang hendak

diimplementasikan akan jauh hasilnya dari yang diharapkan.

Pada tingkat desa, aktor yang terlibat dalam implementasi

kebijakan dana desa selain Kepala Desa juga Badan Permusyawaratan

Desa (BPD). Kepala Desa bersama perfangkat desa selaku pelaksana

kebijakan mendapat pengawasan dari Badan Permusyawaratan Desa

(BPD), bahkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kepala

Page 240: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

229

Desa harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

dana desa kepada BPD.

Hubungan antar aktor dalam suatu implementasi kebijakan

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan itu

sendiri. Dalam konteks penelitian ini sinergitas antara Kepala Desa dan

BPD dalam implementasi program sangat dibutuhkan, sehingga

program-program pembangunan yang telah disusun dari bawah melalui

musrembang akan terealisasi.

2. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.

Sebagai suatu organisasi pemerintah yang meiliki fungsi

pembangunan dan pemberdayaan, maka semua level birokrasi

pemerintahan di Kabupaten Mamuju Tengah mendukung kebijakan ini,

karena program ini diharapkan dapat meningkatkan pembangunan di

pedesaan. Dalam kenyataannya program-program pembangunan yang

disusun oleh pemerintah desa dan masyarakatnya juga selalu mengacu

pada visi dan misi pembangunan daerah Mamuju Tengah.

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Masyarakat desa di Mamuju Tengah sebagai target kebijakan

sepenuhnya mendukung kebijakan ini, hal ini terlihat dalam proses

penyusunan rencana pembangunan desa melalui musrembang desa.

Responivitas masyarakat terhadap kebijakan ini sangat tinggi, karena

berdasarkan hasil wawancara seperti yang telah dipaparkan terdahulu,

bahwa warga masyarakat mengharapkan bantuan dana desa ini dapat

Page 241: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

230

dipergunakan untuk kepentingan pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat.

Page 242: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

231

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis implementasi kebijakan

dana desa dan pemanfaatanya terhadap pembangunan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan

terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai Implementasi kebijakan

dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah dapat dijelaskan dalam beberapa

hal, yaitu :

1. Kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan dana desa di

Kabupaten Mamuju Tengah dapat dianalisis sebagai berikut :

a. Proses perencanaan penggunaan Anggaran Dana Desa di

Kabupaten Mamuju Tengah dengan mengacu pada RPJMDes

yang telah dibuat masing-masing desa. RPJMDes tersebut

ditindaklanjuti pada kegiatan Musrenbang tingkat dusun dan

dimatangkan di tingkatan musrenbang tingkat desa kemudian

ditetapkan melalui RKPDes (Rencana Program Kerja Desa)

b. Pelaksanaan penggunan dana desa di Kabupaten Mamuju

Tengah, telah berjalan baik. Namun terdapat satu desa, yaitu desa

Pasapa tidak memberikan informasi terbuka mengenai APDes

kepada Masyarakat, sehingga hal tersebut akan memunculkan

kecurigaan oleh masyarakat setempat akan terjadinya

Page 243: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

232

penyelewengan dana Desa. Untuk Peranan Badan

Permusyarawatan Desa (BPD), telah aktif dalam pengawasan

pelaksanaan penggunaan dana desa, sehingga diharapkan Dana

Desa tersebut dapat dipakai sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat sebelumnya.

c. Proses penatausahaan anggaran dana desa di Kabupaten Mamuju

tengah terutama dalam hal pelaporan berjalan dengan baik,

Pemerintah Desa secara rutin melaporkan keuangan desa kepada

kepala desa setiap bulan. Pelaporan dilakukan setiap akhir bulan

pada saat bendahara desa melakukan proses tutup buku untuk

bulan berjalan.

d. Proses pelaporan anggaran dana desa di Kabupaten Mamuju

Tengah di lakukan secara berkala dan laporan akhir. Proses

pelaporan tersebut sebenarnya sama namun berbeda dalam

lampiran, setiap desa wajib melaporkan realiasisi anggarannya dan

ketika ada di antara salah satu desa yang terlambat dalam

melakukan pelaporan akan berdampak pada proses pencairan

anggaran selanjutnya.

e. Proses pertanggungjawaban anggaran dana desa di Mamuju

Tengah telah melaksanakan laporan pertanggungjawaban dengan

baik, hanya saja terdapat satu desa yang tidak terbuka melaporkan

laporan realisasinya kepada masyarakat, sehingga hal tersebut

Page 244: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

233

harus diantisipasi agar tidak ada penyelewengan anggaran dana

desa.

2. Pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan desa di

Kabupaten Mamuju Tengah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan Pemerintahan terutama perangkat desa di

Kabupaten Mamuju Tengah telah mengetahui dan telah

menjalankan fungsinya sebagai Pemerintah desa yang merupakan

ujung tombak dalam sistem pemerintahan daerah akan

berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat

b. Pembangunan desa di Kabupaten Mamuju Tengah terdiri dari

pembangunan Fisik dan non fisik sudah dilakukan oleh pemerintah

desa di kabupaten Mamuju Tengah, hal ini terlihat dari

pemahaman Pemerintah Desa tentang alur pelaksanaan

pembangunan tersebut dari pengusulan hingga ditahap evaluasi.

Namun permasalahan dalam pembangunan ini adalah ditahap

administrasi yang bersifat teknologi online. Mash ada beberapa

perangkat desa belum memahami penggunaan aplikasi

administrasi desa. Olehnya itu, bimbingan teknis berkaitan dengan

hal tersebut harus lebih diperketat dan ditingkatkan agar perangkat

desa mampu menjalankan tugasnya menjadi lebih baik.

c. Pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa di Kabupaten

Mamuju Tengah telah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari

Page 245: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

234

pemberdayaan terhadap petani, kaum perempuan dan pemuda

telah terealisasi dan mengalami perkembangan yang signifikan.

5.2. Saran

Implementasi kebijakan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah

secara umum telah mengikuti aturan, meskipun dalam pelaksanaannya

masih belum optimal. Atas dasar itu, maka melalui penelitian ini disarankan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan dana desa, maka pemerintah

Kabupaten Mamuju Tengah diharapkan meningkatkan pengawasan

terhadap penggunaan dana desa melalui laporan yang diajukan oleh

Kepala Desa sebagai penanggung jawab, sehingga pembangunan yang

dilakukan di desa akan mendukung RPJMD dan RKPD sebagai suatu

sistem yang integral dalam pembangunan daerah.

2. Mamuju Tengah sebagai kabupaten yang masih tergolong baru, memiliki

sumber daya manusia yang terbatas baik dari kualitas maupun kuantitas.

Hal ini terutama nampak pada kapasitas aparatur pemerintah desa yang

masih perlu ditingkatkan, sehingga pembuatan laporan

pertanggungjawaban pengelolaan dana desa dapat dilakukan secara

mandiri. Berkaitan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah

harus proaktif melakukan pendampingan, serta peningkatan kapasitas

aparatur melalui berbagai pelatihan.

Page 246: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

235

3. Kelambanan pencairan dana desa berdasarkan hasil penelitian

disebabkan oleh faktor internal yang bersumber dari pemerintah desa itu

sendiri, yaitu seringnya terjadi keterlambatan penyerahan dokumen

laporan pertanggungjawaban keuangan ke pemerintah kabupaten. Oleh

karena itu Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah harus bersikap tegas,

bahkan jika perlu pemberian sanksi terhadap Kepala Desa yang terlambat

menyerahkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa.

Page 247: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

236

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi.2001. Mekanisme Pembangunan Desa. Jakarta:Rineka

Cipta

Ali, Faried, Andi Syamsu Alam.2012. Studi Kebijakan Pemerintah.

Bandung: Refika Aditama.

Ali, Faried, Andi Syamsu Alam.2012. Studi Analisis Kebijakan.

Refika Aditama, Bandung.

Astuti, T.P. dan Yulianto. 2016. Good Governance Pengelolaan

Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya Undang-Undang

No. 6 Tahun 2014. Berkala Akuntansi dan Keuangan

Indonesia, 1 (1): 1-14.

Akhdiyat, Nurul. 2017. Strategi Penguatan Partisipasi Dan

Kapasitas Desa Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di

Desa Sekongkang Atas. Skripsi. Unversitas Teknologi

Sumbawa.

Basuki, S. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya

Sastra.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN. Tanpa tahun.

Dana Desa: Alokasi Dan Potensi Inefektivitasnya. Jakata:

SETJEN DPR RI.

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah.

2015. Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi

Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta: Badan Pengawasan

Keuangan Dan Pembangunan.

Effrianto, P., Yuliansyah., dan Putro, S.C. (Ed). 2016. Kiat-Kiat

Terhindar Dari Korupsi Pada Pengelolaan Keuangan Desa.

Jakarta: Imprint Change Publication.

Inu Kencana Syafiie Ilmu Pemerintahan. Bandung: Penerbit

Alfabeta.

Page 248: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

237

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Kartasasmita (2001)Pembangunan Untuk Rakyat. Bandung : Lan

Bandung

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2016. Kebijakan

Pengalokasian Dan Penyaluran Dana Desa Tahun 2017.

Jakarta

Krina, P. L. L. 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,

Transparansi & Partisipasi. Jakarta: BAPPENAS.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: C.V Andi

Offset (Penerbit ANDI).

Mamuju Tengah dalam angka 2017.

Lenak, Novita. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Alokasi

Dana Desa Di Kabupaten Minahasa. Universitas Sam

Ratulangi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 2014.

Jakarta: Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia.

Sari, Novita. 2015. Pengelolaan Dana Desa Dalam Prespektif

Pemberdayaa n Masyarakat. Tesis: Universitas Kediri.

Sudarno, R. Suraji. 2010. Sinkronisasi Perencanaan Desa. Jakarta:

PATTIRO dan The Ford Foundation.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian.Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sukriono, D. 2011. Politik Hukum Pemerintahan Desa Dalam

Perspektif Filosofis, Yuridis Dan Sosiologis. Skripsi. Malang:

Fakultas Hukum Universitas Kanjuruhan Malang.

Suparno (2001 : 46) Pembangunan Desa

Thomas. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya

Meningkatkan Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan

Page 249: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

238

Sesayap Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan

Integratif, 1 (1): 51-64.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sekertaris Negara

Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa. 2014. Jakarta: Sekertaris Negara Republik Indonesia.

Widjaja H.A.W. 2001. Internal Audit(suatu pengantar). Jakarta:

Harvindo

Yusuf, A. M. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, &

Penelitian Gabugan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP

Page 250: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

239

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 251: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

Lampiran I :

KABUPATEN MAMUJU

TENGAH TAHUN

ANGGARAN 2015

No.

Nama Desa

Alokasi Dasar

Alokasi Berdasarkan Formula

Pagu Dana Desa

per-Desa

Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG

Total Bobot

Alokasi

Berdasarka

n Formula

Jumlah

Penduduk

Rasio Jumlah

Penduduk

Bobot

Jumlah

Penduduk

Miskin

Rasio Jumlah

Penduduk

Miskin

Bobot

Luas

Wilayah

Rasio Luas

Wilayah

Bobot

Indeks

Kesulitan

Geografis

Rasio Indeks

Kesulitan

Geografis

Bobot

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (6) + (9) + (12) + (15) (17) (18)= (3) + (17)

1 MAHAHE 265.412.500 2500 2,135% 0,534% 10 0,001 0,03% 10,764 0,36% 0,04% 30,96 1,13% 0,34% 0,94% 14.955.222 280.367.722

2 SALOBAJA 265.412.500 2092 1,787% 0,447% 59 0,005 0,17% 28,94 0,97% 0,10% 41,28 1,51% 0,45% 1,17% 18.605.128 284.017.628

3 TOBADAK 265.412.500 7221 6,168% 1,542% 552 0,046 1,60% 132,89 4,45% 0,44% 38,40 1,41% 0,42% 4,01% 63.851.204 329.263.704

4 PALONGAAN 265.412.500 2515 2,148% 0,537% 115 0,010 0,33% 47,48 1,59% 0,16% 47,08 1,72% 0,52% 1,55% 24.632.166 290.044.666

5 BATU PARIGI 265.412.500 5900 5,040% 1,260% 515 0,043 1,49% 32,33 1,08% 0,11% 54,67 2,00% 0,60% 3,46% 55.137.513 320.550.013

6 BAMBADARU 265.412.500 1624 1,387% 0,347% 104 0,009 0,30% 27,68 0,93% 0,09% 47,33 1,73% 0,52% 1,26% 20.082.675 285.495.175

7 SEJATI 265.412.500 2618 2,236% 0,559% 438 0,036 1,27% 18,88 0,63% 0,06% 70,70 2,59% 0,78% 2,67% 42.509.573 307.922.073

8 SALOADAK 265.412.500 1949 1,665% 0,416% 402 0,033 1,17% 73,35 2,45% 0,25% 49,28 1,80% 0,54% 2,37% 37.726.157 303.138.657

9 POLO PANGALE 265.412.500 1696 1,449% 0,362% 88 0,007 0,26% 21,45 0,72% 0,07% 39,06 1,43% 0,43% 1,12% 17.810.079 283.222.579

10 PANGALE 265.412.500 1790 1,529% 0,382% 463 0,038 1,34% 9,00 0,30% 0,03% 48,92 1,79% 0,54% 2,29% 36.511.550 301.924.050

11 SARTANAMAJU 265.412.500 1029 0,879% 0,220% 81 0,007 0,23% 15,41 0,52% 0,05% 61,96 2,27% 0,68% 1,19% 18.903.972 284.316.472

12 POLO LERENG 265.412.500 2280 1,947% 0,487% 284 0,024 0,82% 20,76 0,69% 0,07% 49,80 1,82% 0,55% 1,93% 30.690.264 296.102.764

13 KUO 265.412.500 2710 2,315% 0,579% 154 0,013 0,45% 33,18 1,11% 0,11% 45,05 1,65% 0,50% 1,63% 25.979.682 291.392.182

14 POLO CAMBA 265.412.500 1204 1,028% 0,257% 84 0,007 0,24% 15,39 0,52% 0,05% 47,00 1,72% 0,52% 1,07% 17.017.729 282.430.229

15 LAMBA-LAMBA 265.412.500 1471 1,256% 0,314% 75 0,006 0,22% 17,93 0,60% 0,06% 55,25 2,02% 0,61% 1,20% 19.090.247 284.502.747

16 KOMBILING 265.412.500 1467 1,253% 0,313% 309 0,026 0,90% 4,47 0,15% 0,01% 58,07 2,13% 0,64% 1,86% 29.659.622 295.072.122

17 LEMO-LEMO 265.412.500 754 0,644% 0,161% 25 0,002 0,07% 8,53 0,29% 0,03% 54,23 1,99% 0,60% 0,86% 13.663.473 279.075.973

18 BABANA 265.412.500 5802 4,956% 1,239% 353 0,029 1,02% 58,93 1,97% 0,20% 35,77 1,31% 0,39% 2,85% 45.432.921 310.845.421

19 LUMU 265.412.500 1800 1,537% 0,384% 282 0,023 0,82% 251,13 8,40% 0,84% 43,99 1,61% 0,48% 2,53% 40.224.972 305.637.472

20 PONTANAKAYANG 265.412.500 2722 2,325% 0,581% 201 0,017 0,58% 48,15 1,61% 0,16% 47,57 1,74% 0,52% 1,85% 29.430.267 294.842.767

21 SALOGATTA 265.412.500 3016 2,576% 0,644% 51 0,004 0,15% 28,06 0,94% 0,09% 32,61 1,19% 0,36% 1,24% 19.813.732 285.226.232

22 KIRE 265.412.500 3358 2,868% 0,717% 911 0,075 2,64% 44,10 1,48% 0,15% 49,55 1,81% 0,54% 4,05% 64.514.835 329.927.335

23 TINALI 265.412.500 1392 1,189% 0,297% 86 0,007 0,25% 24,03 0,80% 0,08% 42,91 1,57% 0,47% 1,10% 17.495.067 282.907.567

24 SALUMANURUNG 265.412.500 1568 1,339% 0,335% 226 0,019 0,66% 36,91 1,23% 0,12% 44,69 1,64% 0,49% 1,60% 25.557.507 290.970.007

25 PASAPA 265.412.500 1571 1,342% 0,335% 467 0,039 1,35% 26,88 0,90% 0,09% 67,09 2,46% 0,74% 2,52% 40.082.936 305.495.436

26 BOJO 265.412.500 1632 1,394% 0,348% 64 0,005 0,19% 73,13 2,45% 0,24% 58,92 2,16% 0,65% 1,43% 22.712.752 288.125.252

27 BARAKKANG 265.412.500 2043 1,745% 0,436% 316 0,026 0,92% 113,85 3,81% 0,38% 48,16 1,76% 0,53% 2,26% 36.035.633 301.448.133

28 LEMBAH HADA 265.412.500 1142 0,975% 0,244% 44 0,004 0,13% 3,21 0,11% 0,01% 61,14 2,24% 0,67% 1,05% 16.785.072 282.197.572

29 BUDONG-BUDONG 265.412.500 2153 1,839% 0,460% 101 0,008 0,29% 12,76 0,43% 0,04% 58,54 2,14% 0,64% 1,44% 22.909.135 288.321.635

30 TOPOYO 265.412.500 5943 5,076% 1,269% 110 0,009 0,32% 11,19 0,37% 0,04% 30,45 1,12% 0,33% 1,96% 31.215.158 296.627.658

31 TUMBU 265.412.500 2710 2,315% 0,579% 269 0,022 0,78% 29,92 1,00% 0,10% 49,23 1,80% 0,54% 2,00% 31.847.826 297.260.326

32 KABUBU 265.412.500 1088 0,929% 0,232% 59 0,005 0,17% 8,55 0,29% 0,03% 38,12 1,40% 0,42% 0,85% 13.551.174 278.963.674

33 WAEPUTEH 265.412.500 1313 1,122% 0,280% 20 0,002 0,06% 15,38 0,51% 0,05% 56,98 2,09% 0,63% 1,02% 16.178.489 281.590.989

Page 252: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

No.

Nama Desa

Alokasi Dasar

Alokasi Berdasarkan Formula

Pagu Dana

Desa per-

Desa

Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG

Total Bobot

Alokasi

Berdasarka

n Formula

Jumlah

Penduduk

Rasio Jumlah

Penduduk

Bobot

Jumlah

Penduduk

Miskin

Rasio Jumlah

Penduduk

Miskin

Bobot

Luas

Wilayah

Rasio Luas

Wilayah

Bobot

Indeks

Kesulitan

Geografis

Rasio Indeks

Kesulitan

Geografis

Bobot

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (6) + (9) + (12) + (15) (17) (18)= (3) + (17)

34 TANGKOU 265.412.500 829 0,708% 0,177% 19 0,002 0,06% 6,72 0,22% 0,02% 50,18 1,84% 0,55% 0,81% 12.834.854 278.247.354

35 TABOLANG 265.412.500 2380 2,033% 0,508% 314 0,026 0,91% 37,10 1,24% 0,12% 44,58 1,63% 0,49% 2,03% 32.372.751 297.785.251

36 PARAILI 265.412.500 1291 1,103% 0,276% 73 0,006 0,21% 18,45 0,62% 0,06% 41,37 1,52% 0,45% 1,00% 15.983.507 281.396.007

37 SALUPANGKANG 265.412.500 1705 1,456% 0,364% 77 0,006 0,22% 10,38 0,35% 0,03% 43,93 1,61% 0,48% 1,10% 17.593.886 283.006.386

38 SALUPANGKANG IV 265.412.500 353 0,302% 0,075% 23 0,002 0,07% 8,57 0,29% 0,03% 61,86 2,27% 0,68% 0,85% 13.543.171 278.955.671

39 TAPPILINA 265.412.500 1218 1,040% 0,260% 20 0,002 0,06% 14,32 0,48% 0,05% 52,96 1,94% 0,58% 0,95% 15.095.056 280.507.556

40 BAMBAMANURUNG 265.412.500 1028 0,878% 0,220% 31 0,003 0,09% 9,23 0,31% 0,03% 54,40 1,99% 0,60% 0,94% 14.938.988 280.351.488

41 SALULEKBO 265.412.500 3374 2,882% 0,720% 455 0,038 1,32% 612,08 20,48% 2,05% 66,87 2,45% 0,73% 4,82% 76.806.359 342.218.859

42 PANGALLOANG 265.412.500 1956 1,671% 0,418% 153 0,013 0,44% 21,84 0,73% 0,07% 58,14 2,13% 0,64% 1,57% 25.055.746 290.468.246

43 SINABATTA 265.412.500 857 0,732% 0,183% 61 0,005 0,18% 25,44 0,85% 0,09% 62,24 2,28% 0,68% 1,13% 17.979.228 283.391.728

44 KAROSSA 265.412.500 5134 4,385% 1,096% 587 0,049 1,70% 302,56 10,12% 1,01% 31,95 1,17% 0,35% 4,16% 66.283.127 331.695.627

45 TASOKKO 265.412.500 3903 3,334% 0,833% 809 0,067 2,35% 26,96 0,90% 0,09% 52,05 1,91% 0,57% 3,84% 61.181.212 326.593.712

46 LARA 265.412.500 1731 1,479% 0,370% 368 0,030 1,07% 233,79 7,82% 0,78% 39,35 1,44% 0,43% 2,65% 42.226.533 307.639.033

47 KADAILA 265.412.500 1606 1,372% 0,343% 32 0,003 0,09% 18,84 0,63% 0,06% 59,67 2,19% 0,66% 1,15% 18.384.454 283.796.954

48 KAYU CALLA 265.412.500 730 0,624% 0,156% 38 0,003 0,11% 12,18 0,41% 0,04% 57,27 2,10% 0,63% 0,94% 14.908.431 280.320.931

49 LEMBAH HOPO 265.412.500 954 0,815% 0,204% 333 0,028 0,97% 52,53 1,76% 0,18% 55,96 2,05% 0,61% 1,96% 31.215.193 296.627.693

50 BENGGAULU 265.412.500 1289 1,101% 0,275% 235 0,019 0,68% 19,87 0,66% 0,07% 53,75 1,97% 0,59% 1,61% 25.701.357 291.113.857

51 SUKA MAJU 265.412.500 1211 1,034% 0,259% 272 0,023 0,79% 17,36 0,58% 0,06% 55,66 2,04% 0,61% 1,72% 27.345.093 292.757.593

52 KAMBUNONG 265.412.500 2961 2,529% 0,632% 357 0,030 1,04% 26,40 0,88% 0,09% 57,65 2,11% 0,63% 2,39% 38.052.272 303.464.772

53 SALUBIRO 265.412.500 1339 1,144% 0,286% 258 0,021 0,75% 154,95 5,18% 0,52% 55,48 2,03% 0,61% 2,16% 34.435.154 299.847.654

54 SANJANGO 265.412.500 1152 0,984% 0,246% 235 0,019 0,68% 54,24 1,81% 0,18% 70,08 2,57% 0,77% 1,88% 29.924.896 295.337.396

Total 14.332.275.000 117.074 1 0 12.068 1 0 2.988 1 0 2.730 1 0 1 1.592.475.000 15.924.750.000

(c)

(d)

(e)

(f)

-

(g)

(h)

(i)

(j)

Tobadak, 29 April 2015

Pejabat berwenang/bertanggung jawab (l) Petugas Penghitung Dana Desa (k)

Kabag. Pemdes, Kesbang dan Linmas Kasubag. Pemdes

S A F R I. S. Sos S I M U N. S. Pd

NIP. : 19590414 198603 1 032 NIP. : 19681230 198907 1 002

Bobot

JP 25%

JPM 35%

LW 10%

IKG 30%

Kontrol Penghitungan

Pagu Dana Desa Kabupaten X 15.924.750.000,00

Pagu Alokasi Dasar (90%) 14.332.275.000

Pagu Bagian Formula (10%) 1.592.475.000

Jumlah Desa 54

Page 253: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

APBN Rata APBN Formula Total 60% 40%

1 2 3 4 5 = (3+4) 6 7

1Desa Tobadak Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 107.417.732 673.057.732Rp 403.834.639Rp 269.223.093Rp

2Desa Mahahe Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 91.432.053 657.072.053Rp 394.243.232Rp 262.828.821Rp

3Desa Polongaan Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 94.595.591 660.235.591Rp 396.141.355Rp 264.094.236Rp

4Desa Bambadaru Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 93.111.133 658.751.133Rp 395.250.680Rp 263.500.453Rp

5Desa Batuparigi Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 104.573.353 670.213.353Rp 402.128.012Rp 268.085.341Rp

6Desa Sulobaja Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 92.625.957 658.265.957Rp 394.959.574Rp 263.306.383Rp

7Desa Saluadak Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 98.886.937 664.526.937Rp 398.716.162Rp 265.810.775Rp

8Desa Sejati Kec. Tobadak

Rp 565.640.000 Rp 100.449.531 666.089.531Rp 399.653.719Rp 266.435.812Rp

9Desa Salugatta Kec Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 93.019.505 658.659.505Rp 395.195.703Rp 263.463.802Rp

10Desa Babana Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 101.396.581 667.036.581Rp 400.221.949Rp 266.814.632Rp

11Desa Kire Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 107.660.715 673.300.715Rp 403.980.429Rp 269.320.286Rp

RINCIAN DANA PER DESA

DANA DESA (APBN)KABUPATEN MAMUJU TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2016

NO. Nama Desa

Page 254: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

12Desa Lumu Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 99.692.952 665.332.952Rp 399.199.771Rp 266.133.181Rp

13Desa Bojo Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 93.965.873 659.605.873Rp 395.763.524Rp 263.842.349Rp

14Desa Barakkang Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 98.329.273 663.969.273Rp 398.381.564Rp 265.587.709Rp

15Desa Salumanurung Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 94.905.570 660.545.570Rp 396.327.342Rp 264.218.228Rp

16Desa Lembah Hada Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 92.031.305 657.671.305Rp 394.602.783Rp 263.068.522Rp

17Desa Pasapa Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 99.660.322 665.300.322Rp 399.180.193Rp 266.120.129Rp

18Desa Tinali Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 92.265.950 657.905.950Rp 394.743.570Rp 263.162.380Rp

19Desa Pontanakayyang Kec. Budong-Budong

Rp 565.640.000 Rp 96.166.674 661.806.674Rp 397.084.004Rp 264.722.670Rp

20Desa Kambunong Kec. Karosssa

Rp 565.640.000 Rp 98.989.958 664.629.958Rp 398.777.975Rp 265.851.983Rp

21Desa Kadaila Kec Karossa

Rp 565.640.000 Rp 92.551.995 658.191.995Rp 394.915.197Rp 263.276.798Rp

22Desa Suka Maju Kec. Karossa

Rp 565.640.000 Rp 95.491.927 661.131.927Rp 396.679.156Rp 264.452.771Rp

23Desa Kayu Calla Kec Karossa

Rp 565.640.000 Rp 91.418.865 657.058.865Rp 394.235.319Rp 262.823.546Rp

24Desa Benggaulu Kec. Karossa

Rp 565.640.000 Rp 94.953.147 660.593.147Rp 396.355.888Rp 264.237.259Rp

25Desa Tasokko Kec. Karossa

Rp 565.640.000 Rp 106.566.032 672.206.032Rp 403.323.619Rp 268.882.413Rp

26Desa Lembah Hopo Kec. Karossa

Rp 565.640.000 Rp 96.758.527 662.398.527Rp 397.439.116Rp 264.959.411Rp

Page 255: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

27Desa Karossa Kec Karossa

Rp 565.640.000 Rp 108.213.401 673.853.401Rp 404.312.041Rp 269.541.360Rp

28Desa Salubiro Kec. Karossa

Rp 565.640.000 Rp 97.803.046 663.443.046Rp 398.065.828Rp 265.377.218Rp

29Desa Sanjango Kec Karossa

Rp 565.640.000 Rp 96.330.494 661.970.494Rp 397.182.296Rp 264.788.198Rp

30 Desa Lara Kec. Karossa Rp 565.640.000 Rp 100.352.049 665.992.049Rp 399.595.229Rp 266.396.820Rp

31Desa Polo Camba Kec. Pangale

Rp 565.640.000 Rp 92.110.137 657.750.137Rp 394.650.082Rp 263.100.055Rp

32Desa Lemo-Lemo Kec Pangale

Rp 565.640.000 Rp 91.011.907 656.651.907Rp 393.991.144Rp 262.660.763Rp

33 Desa Kuo Kec. Pangale Rp 565.640.000 Rp 95.037.918 660.677.918Rp 396.406.751Rp 264.271.167Rp

34Desa Polo Pangale Kec. Pangale

Rp 565.640.000 Rp 92.368.828 658.008.828Rp 394.805.297Rp 263.203.531Rp

35Desa Lamba-Lamba Kec. Pangale

Rp 565.640.000 Rp 92.785.344 658.425.344Rp 395.055.206Rp 263.370.138Rp

36Desa Sartana Maju Kec. Pangale

Rp 565.640.000 Rp 92.725.041 658.365.041Rp 395.019.025Rp 263.346.016Rp

37Desa Polo Lereng Kec. Pangale

Rp 565.640.000 Rp 96.583.716 662.223.716Rp 397.334.230Rp 264.889.486Rp

38Desa Kombiling Kec. Pangale

Rp 565.640.000 Rp 96.249.461 661.889.461Rp 397.133.677Rp 264.755.784Rp

39Desa Pangale Kec. Pangale

Rp 565.640.000 Rp 98.495.353 664.135.353Rp 398.481.212Rp 265.654.141Rp

40Desa Pangalloang Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 94.736.537 660.376.537Rp 396.225.922Rp 264.150.615Rp

41Desa Kabubu Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 90.084.799 655.724.799Rp 393.434.879Rp 262.289.920Rp

Page 256: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

42Desa Salule'bo Kec Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 111.635.387 677.275.387Rp 406.365.232Rp 270.910.155Rp

43Desa Tangkau Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 90.741.241 656.381.241Rp 393.828.745Rp 262.552.496Rp

44Desa Budong-Budong Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 94.032.654 659.672.654Rp 395.803.592Rp 263.869.062Rp

45Desa Sinabatta Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 92.421.991 658.061.991Rp 394.837.195Rp 263.224.796Rp

46Desa Tabolang Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 97.134.615 662.774.615Rp 397.664.769Rp 265.109.846Rp

47Desa Salupangkang IV Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 90.972.528 656.612.528Rp 393.967.517Rp 262.645.011Rp

48Desa Tumbu Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 96.960.101 662.600.101Rp 397.560.061Rp 265.040.040Rp

49Desa Topoyo Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 96.742.014 662.382.014Rp 397.429.208Rp 264.952.806Rp

50Desa Salupangkang I Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 92.297.511 657.937.511Rp 394.762.507Rp 263.175.004Rp

51Desa Tappilina Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 91.478.394 657.118.394Rp 394.271.036Rp 262.847.358Rp

52Desa Bambamanurung Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 91.428.312 657.068.312Rp 394.240.987Rp 262.827.325Rp

53 Desa Paraili Kec. Topoyo Rp 565.640.000 Rp 91.772.051 657.412.051Rp 394.447.231Rp 262.964.820Rp

54Desa Waeputeh Kec. Topoyo

Rp 565.640.000 Rp 91.831.715 657.471.715Rp 394.483.029Rp 262.988.686Rp

30.544.560.000Rp 5.193.254.003Rp 35.737.814.003Rp 21.442.688.402Rp 14.295.125.601Rp T O T A L P A G U

Page 257: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI

PENGHITUNGAN DANA DESA SETIAP DESA

KABUPATEN MAMUJU TENGAH TAHUN

ANGGARAN 2018

(ribu rupiah)

No.

Kecamatan

Nama Desa

Alokasi Dasar

Klasifikasi Desa IDM

Desil

JPM

Alokasi

Afirmasi

Alokasi Formula Pagu Dana Desa per-

Desa

Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG Total Bobot

Alokasi Formula Jumlah

Penduduk

Rasio Jumlah

Penduduk

Bobot

Jumlah

Penduduk

Miskin

Rasio Jumlah

Penduduk

Miskin

Bobot

Luas Wilayah

Rasio L uas

Wilayah

Bobot

Indeks Kesulitan

Geografis

Rasio Indeks

Kesulitan Geografis

Bobot

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) = (10) + (13) + (16) + (19) (21) (22)= (4) + (7) + (21)

1 TOBADAK MAHAHE 616.345 BERKEMBANG 10 0 2739 0,0192 0,0019 10 0,0019 0,0010 10,76 0,0036 0,0005 30,96 0,0113 0,0028 0,0063 69.881 686.226

2 TOBADAK SALOBAJA 616.345 BERKEMBANG 3 0 2794 0,0196 0,0020 59 0,0115 0,0057 28,94 0,0097 0,0015 41,28 0,0151 0,0038 0,0129 144.162 760.507

3 TOBADAK TOBADAK 616.345 BERKEMBANG 4 0 9572 0,0670 0,0067 71 0,0138 0,0069 132,89 0,0445 0,0067 38,40 0,0141 0,0035 0,0238 265.345 881.690

4 TOBADAK PALONGAAN 616.345 N/A 5 0 2608 0,0182 0,0018 115 0,0224 0,0112 47,48 0,0159 0,0024 47,08 0,0172 0,0043 0,0197 219.736 836.081

5 TOBADAK BATU PARIGI 616.345 TERTINGGAL 5 0 6542 0,0458 0,0046 109 0,0212 0,0106 32,33 0,0108 0,0016 54,67 0,0200 0,0050 0,0218 243.203 859.548

6 TOBADAK BAMBADARU 616.345 TERTINGGAL 1 0 1470 0,0103 0,0010 5 0,0010 0,0005 27,68 0,0093 0,0014 47,33 0,0173 0,0043 0,0072 80.742 697.087

7 TOBADAK SEJATI 616.345 BERKEMBANG 4 0 1067 0,0075 0,0007 89 0,0173 0,0087 18,88 0,0063 0,0009 70,70 0,0259 0,0065 0,0168 187.629 803.974

8 TOBADAK SALOADAK 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 1990 0,0139 0,0014 402 0,0781 0,0391 73,35 0,0245 0,0037 49,28 0,0180 0,0045 0,0487 542.847 1.316.741

9 PANGALE POLO PANGALE 616.345 BERKEMBANG 4 0 1990 0,0139 0,0014 88 0,0171 0,0086 21,45 0,0072 0,0011 39,06 0,0143 0,0036 0,0146 162.869 779.214

10 PANGALE PANGALE 616.345 TERTINGGAL 4 0 1963 0,0137 0,0014 90 0,0175 0,0087 9,00 0,0030 0,0005 48,92 0,0179 0,0045 0,0151 167.928 784.273

11 PANGALE SARTANAMAJU 616.345 TERTINGGAL 2 0 706 0,0049 0,0005 29 0,0056 0,0028 15,41 0,0052 0,0008 61,96 0,0227 0,0057 0,0098 108.880 725.225

12 PANGALE POLO LERENG 616.345 TERTINGGAL 1 0 1967 0,0138 0,0014 12 0,0023 0,0012 20,76 0,0069 0,0010 49,80 0,0182 0,0046 0,0081 90.860 707.205

13 PANGALE KUO 616.345 TERTINGGAL 6 0 2782 0,0195 0,0019 154 0,0299 0,0150 33,18 0,0111 0,0017 45,05 0,0165 0,0041 0,0227 253.304 869.649

14 PANGALE POLO CAMBA 616.345 TERTINGGAL 4 0 850 0,0059 0,0006 84 0,0163 0,0082 15,39 0,0052 0,0008 47,00 0,0172 0,0043 0,0138 154.345 770.690

15 PANGALE LAMBA-LAMBA 616.345 TERTINGGAL 1 0 998 0,0070 0,0007 14 0,0027 0,0014 17,93 0,0060 0,0009 55,25 0,0202 0,0051 0,0080 89.453 705.798

16 PANGALE KOMBILING 616.345 TERTINGGAL 3 0 1566 0,0110 0,0011 52 0,0101 0,0051 4,47 0,0015 0,0002 58,07 0,0213 0,0053 0,0117 130.433 746.778

17 PANGALE LEMO-LEMO 616.345 TERTINGGAL 1 0 764 0,0053 0,0005 13 0,0025 0,0013 8,53 0,0029 0,0004 54,23 0,0199 0,0050 0,0072 80.238 696.583

18 BUDONG-BUDONG BABANA 616.345 BERKEMBANG 4 0 7011 0,0491 0,0049 89 0,0173 0,0087 58,93 0,0197 0,0030 35,77 0,0131 0,0033 0,0198 220.767 837.112

19 BUDONG-BUDONG LUMU 616.345 BERKEMBANG 4 0 2557 0,0179 0,0018 86 0,0167 0,0084 251,13 0,0840 0,0126 43,99 0,0161 0,0040 0,0268 298.766 915.111

20 BUDONG-BUDONG PONTANAKAYANG 616.345 BERKEMBANG 6 0 3348 0,0234 0,0023 201 0,0391 0,0195 48,15 0,0161 0,0024 47,57 0,0174 0,0044 0,0287 319.643 935.988

21 BUDONG-BUDONG SALOGATTA 616.345 BERKEMBANG 3 0 3373 0,0236 0,0024 51 0,0099 0,0050 28,06 0,0094 0,0014 32,61 0,0119 0,0030 0,0117 130.658 747.003

22 BUDONG-BUDONG KIRE 616.345 TERTINGGAL 10 157.549 3763 0,0263 0,0026 400 0,0778 0,0389 44,10 0,0148 0,0022 49,55 0,0181 0,0045 0,0483 538.418 1.312.312

23 BUDONG-BUDONG TINALI 616.345 BERKEMBANG 4 0 1572 0,0110 0,0011 86 0,0167 0,0084 24,03 0,0080 0,0012 42,91 0,0157 0,0039 0,0146 162.815 779.160

24 BUDONG-BUDONG SALUMANURUNG 616.345 BERKEMBANG 3 0 1765 0,0124 0,0012 47 0,0091 0,0046 36,91 0,0123 0,0019 44,69 0,0164 0,0041 0,0117 131.062 747.407

25 BUDONG-BUDONG PASAPA 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 2112 0,0148 0,0015 467 0,0908 0,0454 26,88 0,0090 0,0013 67,09 0,0246 0,0061 0,0544 606.453 1.380.347

26 BUDONG-BUDONG BOJO 616.345 TERTINGGAL 3 0 1929 0,0135 0,0013 51 0,0099 0,0050 73,13 0,0245 0,0037 58,92 0,0216 0,0054 0,0154 171.496 787.841

27 BUDONG-BUDONG BARAKKANG 616.345 TERTINGGAL 3 0 1774 0,0124 0,0012 60 0,0117 0,0058 113,85 0,0381 0,0057 48,16 0,0176 0,0044 0,0172 191.849 808.194

28 BUDONG-BUDONG LEMBAH HADA 616.345 SANGAT TERTINGGAL 2 0 548 0,0038 0,0004 23 0,0045 0,0022 3,21 0,0011 0,0002 61,14 0,0224 0,0056 0,0084 93.470 709.815

29 TOPOYO BUDONG-BUDONG 616.345 TERTINGGAL 1 0 2426 0,0170 0,0017 12 0,0023 0,0012 12,76 0,0043 0,0006 58,54 0,0214 0,0054 0,0089 98.889 715.234

30 TOPOYO TOPOYO 616.345 BERKEMBANG 1 0 9601 0,0672 0,0067 17 0,0033 0,0017 11,19 0,0037 0,0006 30,45 0,0112 0,0028 0,0117 130.753 747.098

31 TOPOYO TUMBU 616.345 BERKEMBANG 3 0 3016 0,0211 0,0021 52 0,0101 0,0051 29,92 0,0100 0,0015 49,23 0,0180 0,0045 0,0132 146.966 763.311

32 TOPOYO KABUBU 616.345 BERKEMBANG 5 0 1622 0,0113 0,0011 124 0,0241 0,0121 8,55 0,0029 0,0004 38,12 0,0140 0,0035 0,0171 190.848 807.193

33 TOPOYO WAEPUTEH 616.345 TERTINGGAL 2 0 1739 0,0122 0,0012 20 0,0039 0,0019 15,38 0,0051 0,0008 56,98 0,0209 0,0052 0,0092 102.075 718.420

34 TOPOYO TANGKOU 616.345 TERTINGGAL 2 0 1018 0,0071 0,0007 19 0,0037 0,0018 6,72 0,0022 0,0003 50,18 0,0184 0,0046 0,0075 83.567 699.912

35 TOPOYO TABOLANG 616.345 TERTINGGAL 2 0 3527 0,0247 0,0025 38 0,0074 0,0037 37,10 0,0124 0,0019 44,58 0,0163 0,0041 0,0121 135.044 751.389

36 TOPOYO PARAILI 616.345 BERKEMBANG 1 0 1367 0,0096 0,0010 6 0,0012 0,0006 18,45 0,0062 0,0009 41,37 0,0152 0,0038 0,0063 69.765 686.110

37 TOPOYO SALUPANGKANG 616.345 TERTINGGAL 4 0 1966 0,0138 0,0014 77 0,0150 0,0075 10,38 0,0035 0,0005 43,93 0,0161 0,0040 0,0134 149.524 765.869

38 TOPOYO SALUPANGKANG IV 616.345 TERTINGGAL 2 0 546 0,0038 0,0004 23 0,0045 0,0022 8,57 0,0029 0,0004 61,86 0,0227 0,0057 0,0087 97.185 713.530

39 TOPOYO TAPPILINA 616.345 TERTINGGAL 2 0 1593 0,0111 0,0011 20 0,0039 0,0019 14,32 0,0048 0,0007 52,96 0,0194 0,0048 0,0086 96.233 712.578

40 TOPOYO BAMBAMANURUNG 616.345 TERTINGGAL 2 0 1120 0,0078 0,0008 31 0,0060 0,0030 9,23 0,0031 0,0005 54,40 0,0199 0,0050 0,0092 103.097 719.442

41 TOPOYO SALULEKBO 616.345 SANGAT TERTINGGAL 4 0 3698 0,0259 0,0026 85 0,0165 0,0083 612,08 0,2048 0,0307 66,87 0,0245 0,0061 0,0477 532.077 1.148.422

42 TOPOYO PANGALLOANG 616.345 TERTINGGAL 2 0 1508 0,0106 0,0011 28 0,0054 0,0027 21,84 0,0073 0,0011 58,14 0,0213 0,0053 0,0102 113.755 730.100

43 TOPOYO SINABATTA 616.345 SANGAT TERTINGGAL 1 0 1104 0,0077 0,0008 12 0,0023 0,0012 25,44 0,0085 0,0013 62,24 0,0228 0,0057 0,0089 99.459 715.804

44 KAROSSA KAROSSA 616.345 BERKEMBANG 3 0 8815 0,0617 0,0062 46 0,0089 0,0045 302,56 0,1012 0,0152 31,95 0,0117 0,0029 0,0288 320.743 937.088

45 KAROSSA TASOKKO 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 6159 0,0431 0,0043 379 0,0737 0,0368 26,96 0,0090 0,0014 52,05 0,0191 0,0048 0,0473 527.305 1.301.199

46 KAROSSA LARA 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 2191 0,0153 0,0015 368 0,0715 0,0358 233,79 0,0782 0,0117 39,35 0,0144 0,0036 0,0526 587.243 1.361.137

47 KAROSSA KADAILA 616.345 TERTINGGAL 1 0 4402 0,0308 0,0031 9 0,0017 0,0009 18,84 0,0063 0,0009 59,67 0,0219 0,0055 0,0104 115.622 731.967

48 KAROSSA KAYU CALLA 616.345 TERTINGGAL 2 0 1005 0,0070 0,0007 38 0,0074 0,0037 12,18 0,0041 0,0006 57,27 0,0210 0,0052 0,0103 114.374 730.719

49 KAROSSA LEMBAH HOPO 616.345 TERTINGGAL 4 0 1345 0,0094 0,0009 68 0,0132 0,0066 52,53 0,0176 0,0026 55,96 0,0205 0,0051 0,0153 170.810 787.155

50 KAROSSA BENGGAULU 616.345 BERKEMBANG 3 0 2113 0,0148 0,0015 59 0,0115 0,0057 19,87 0,0066 0,0010 53,75 0,0197 0,0049 0,0131 146.502 762.847

51 KAROSSA SUKA MAJU 616.345 BERKEMBANG 7 0 2249 0,0157 0,0016 272 0,0529 0,0264 17,36 0,0058 0,0009 55,66 0,0204 0,0051 0,0340 379.071 995.416

52 KAROSSA KAMBUNONG 616.345 TERTINGGAL 3 0 4142 0,0290 0,0029 42 0,0082 0,0041 26,40 0,0088 0,0013 57,65 0,0211 0,0053 0,0136 151.548 767.893

53 KAROSSA SALUBIRO 616.345 SANGAT TERTINGGAL 7 0 1282 0,0090 0,0009 258 0,0502 0,0251 154,95 0,0518 0,0078 55,48 0,0203 0,0051 0,0388 433.205 1.049.550

54 KAROSSA SANJAN GO 616.345 TERTINGGAL 4 0 1239 0,0087 0,0009 84 0,0163 0,0082 54,24 0,0181 0,0027 70,08 0,0257 0,0064 0,0182 202.716 819.061

Total 33.282.630 787.745 142.913 1,0000 0,1000 5.144 1,0000 0,5000 2.988,41 1,0000 0,1500 2.730,13 1,0000 0,2500 1,0000 11.155.628 45.226.003

606.453 1.380.347

Kontrol Penghitungan Pagu Dana Desa Kab/Kota ............ 45.226.004 Hasil Perhitungan Pagu Dana Desa Kab/Kota ......... 45.226.003

Pagu Alokasi Dasar Kab/Kota ............ Hasil Hitung Alokasi Dasar Kab/Kota ............ 33.282.630 Pagu Alokasi Afirmasi Kab/Kota ............ Hasil Hitung Alokasi Afirmasi Kab/Kota ............ 787.745 Pagu Alokasi Formula Kab/Kota ............ 11.155.629 Hasil Hitung Alokasi Formula Kab/Kota ............ 11.155.628 Jumlah Desa

Bobot

JP 10%

JPM 50%

LW 15%

IKG 25%

Page 258: TESIS ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DI