ternyata khairina · pdf file · 2011-05-14namun sela ah membaw yang mam ri dan...
TRANSCRIPT
Noveel Amatir Karya AAnak Pelaaihari Ke
tel
etika ia sada
kehidupan
namun sela
lah membaw
yang mam
ari dan yakin
nnya, terutam
alu berakhir
wanya dalam
mpu melihat
datang p
ni bahwa se
ma dalam ke
r dengan ke
m dunia yan
dan menye
padanya sam
ebuah kutuk
ehidupan ci
kecewaan d
ng gelap, tak
entuhnya. Ia
mpai denga
kan telah da
intanya. Aw
dan penuh d
k ada satupu
a sendiri, sen
an tak lagi ia
atang dan se
walnya tamp
dengan kesa
un manusia
ndiri mener
a sanggup u
elalu hadir d
pak begitu in
akitan. Semu
di sekelilin
rima semua
untuk bertah
dalam
ndah,
ua itu
ngnya
yang
han…
Sel
Pen
te
Adalah seb
seorang Zai
lasa, 08 Peb
nulis memin
di hati pem
entang kary
kritikan d
buah cerita y
inal. Naskah
bruari 2011.
nta maaf jika
mbaca. Semu
a tulis. Nov
dari pembac
Tern
yang mengg
h ini mulai
Novel ama
a terdapat k
ua itu dikare
vel ini merup
ca. Saran da
nyata khairina
gambarkan b
ditulis pada
atir ini dided
kata-kata yan
enakan keter
pakan nove
an kritik dap
a [2]
betapa berli
a September
dikasikan un
ng menying
rbatasan ilm
el amatir, jad
pat disampa
ika-likunya
r 2009 dan
ntuk seseor
perjalanan
selesai pada
ang yang sp
di hati pen
cinta
a hari
pesial
nulis.
ggung atau k
mu dan peng
di diharapka
aikan melalu
shodiq_9
kurang berk
getahuan pe
an ada saran
ui alamat E
99@yahoo.
kenan
enulis
n dan
.co.id
luas
warn
kemo
keten
yang
dari
bend
masa
mena
pend
sehar
dan d
adala
ladin
menj
yang
Suatu de
ditengah-te
ni kembang
olekan alam
ntraman san
g penuh den
Sungguh
tangan-tang
da-benda as
a depan putr
awarkan ke
duduknya. M
ri-hari mere
deburan huj
ah kehidup
ng itulah tum
jadikannya
Pagi-pag
g dengan set
esa nan seju
engah padan
g seribu ru
m indah n
nubari yang
gan ujian da
h suasana al
gan jahil m
ing buatan
ra dan putri
ebahagiaan
Mereka mas
eka harus b
jan tak men
an mereka,
mpuan hidu
kelak lebih
gi buta akti
tia menema
Tern
K
uk, udara seg
ng rumput p
upa. Hati y
an permai
g dilanda de
an cobaan.
lam yang m
manusia, su
manusia y
i para pendu
batin, tap
sih hidup s
bekerja di s
nghalangi m
, karena da
up mereka. H
beruntung
ifitas masay
ani semanga
nyata khairina
SATU
KELAHIRAAN
gar seiring
pegunungan
yang gunda
itu, alam
erita dan kes
harumya bu
n dan perbu
ah seakan
yang men
sakitan aka
unga-bunga
ukitan hijau
terhibur da
nawarkan k
n kenyataan
a yang terha
u berbaur w
an terlena
kebahagiaan
n hidup di d
ampar
warna-
akan
n dan
dunia
murni dan pe
uasana alam
yang merusa
uduknya. A
pi tidak ke
ederhana d
sawah, ladan
mereka puny
ari situlah
Hidup dan m
dari mereka
erawan, sua
m yang bel
ak. Sebuah
Alam meman
ebahagian
an hanya u
ng dan keb
ya tenaga un
mereka be
membesarka
a.
asana alam y
lum dicema
h alam impi
ng indah, a
perekonom
untuk meme
bun seharian
ntuk bekerj
erharap, kar
an putra-put
yang masih
ari dan dik
ian dan har
lam itu mem
mian untuk
enuhi kebut
n. Terik me
a. Sawah la
rena sawah
tri mereka u
h jauh
kotori
rapan
mang
para
tuhan
entari
adang
h dan
untuk
yarat sudah
at mereka un
h tampak je
ntuk bekerj
elas seiring
a dan meny
kicauan bu
yapa sawah
urung
serta
a [3]
ladang-ladang mereka. Memetik sebagian hasil kerja kemarin dan beberapa hari yang
lalu untuk dikumpulkan dan dibawa kepasar dan sebagian lagi dibawa pulang untuk di
makan sendiri. Kehidupan masyarakat desa yang sangat murni dan sangat menghargai
keindahan alam, kegiatan masyarakat desa yang ramah lingkungan. Benar-benar desa
yang perawan, desa dengan penduduk yang masih menghargai alam.
Melati, ya itulah nama desa yang indah itu, sebuah desa dengan pemandangan
persawahan dan perkebunan yang terhampar luas dan dikelilingi dengan pegunungan
dan perbukitan yang hijau. Sebuah desa yang terletak dipedalaman Kalimantan bagian
selatan, desa yang masih jauh dari peradaban modern dan masih sangat jauh dari
bayangan tersentuh pembangunan dari pemerintah ditahun 1970-an. Melati adalah
sebuah desa sejuk dan indah, jauh dari tangan-tangan jahil manusia yang ingin merusak
alam, setidaknya begitulah kondisi desa Melati waktu itu.
Cinta adalah penyakit, setidaknya bagi seorang laki-laki yang lahir dan
dibesarkan di desa itu dalam kondisi perekonomin yang sederhana , sebut saja Zainal.
31 tahun yang lalu sejak ditulisnya naskah ini, tepatnya pada tanggal 02 Maret 1978,
lahirlah seorang anak laki-laki dari pasangan suami- istri di desa Melati dan waktu itu
masih belum terjangkau oleh fasilitas listrik PLN sehingga dapat dibayangkan bahwa
pada masa itu adalah suatu masa yang hidup cukup sederhana dan serba keterbatasan,
terutama oleh keluarga pasangan suami istri bapak Suhendro dan ibu Aisah.
Lahirnya seorang anak laki-laki tersebut merupakan anugerah terindah bagi
mereka, karena itu merupakan kelahiran anak pertama mereka, dan puji syukur mereka
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah seorang
anak laki-laki yang sehat dan lucu. Mereka memberikan sebuah nama Zainal kepada
sang bayi, entah kenapa mereka memberikan sebuah nama Zainal kepada anaknya itu,
namun yang pasti dengan harapan rahmat Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai sang
bayi sampai tubuh besar dan kelak agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua,
Agama, dan Negaranya.
Dengan rasa syukur dan kebahagian yang tak ternilai, pasangan suami-istri
tersebut membesarkan putra pertamanya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran
ditengan situasi perekonomian yang sederhana dan bisa dikatakan kekurangan. Namun
Ternyata khairina [4]
dengan ketulusan hati dan kesabaran, mereka mampu membesarkan dan mendidik
putranya tersebut dengan baik dan penuh kasih sayang.
Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun, Zainal tumbuh dengan ceria dan
tampak sehat.
Diusianya yang ketiga tahun, Zainal mendapat seorang adik perempuan yang
tidak kalah lucu dan sehatnya, walau kini ia mempunyai seorang adik, namun kasih
sayang dari kedua orang tuanya tidak berkurang sedikitpun, orang tuanya sangat
menyayangi kedua anaknya. Mereka berdua tumbuh dengan sehat, lagi-lagi masih
ditengah kondisi perekonomian keluarga yang serba pas-pasan.
Semua itu tak menjadi keluhan, mereka yakin bahwa Tuhan akan memberikan
yang terbaik bagi setiap hambanya. Setidaknya itulah yang menjadi keyakinan sang
bapak untuk terus berusaha menjalani cobaan hidup dengan rasa syukur.
***ooo***
Ternyata khairina [5]
dan
tepat
itu.
sebag
baha
apap
perke
suam
kelua
kehid
diseg
tanah
pend
Orang tu
merupakan
tnya di sebu
Pekerjaa
gai buruh
agia terlebih
un.
Hari-har
embangan a
mi-istri itu,
arga, untuk
dupannya.
Sang bap
gani oleh pa
h Kalimant
datang dari s
ua Zainal ad
n perantaua
uah desa be
an mereka
bangunan.
h dikaruniai
ri mereka ja
anak-anakny
siang mal
kemajuan d
pak adalah s
ara tetangga
tan, karena
satu daerah
Tern
RIWAY
dalah seoran
an dari tan
ernama des
hanyalah p
Walau di
i anak-anak
alani dengan
ya. Kebaha
am selalu
dan masa de
seseorang d
a dan masy
memang m
h dan satu k
nyata khairina
DUA
YAT KELUUARGA
ng dari kelu
ah Jawa u
sa Melati ya
arga yang c
untuk meng
ang terletak
cukup terpan
gadu nasib
k di pedalam
ndang wakt
di Kalima
man Kalima
tu itu,
antan,
antan
petani dan
tengah ko
k yang lucu
terkadang
ondisi seper
dan sehat t
juga sang
rti itu kelu
tanpa kekur
g bapak be
uarga itu sa
rangan fisik
ekerja
angat
k satu
n suka duka
agiaan buah
berusaha u
epan putra-p
a bersama d
hati adalah
untuk mela
putrinya aga
demi untuk
h harapan te
kukan yang
ar kelak bis
kabahagian
erbesar pasa
g terbaik u
a merubah n
n dan
angan
untuk
nasib
dari keturun
yarakat di ta
mayoritas m
ampung pu
nan dari kelu
anah Jawa.
masyarakat
ula di tanah
uarga yang
Kondisi itu
di desa M
Jawa sana,
cukup terho
u pun terbaw
Melati itu ad
jadi tidak h
ormat
wa di
dalah
heran
a [6]
kalau masyarakatnya sangat mengenal karakter dan pengaruh dari keluarga sang bapak
ini.
Sang bapak juga merupkan seorang duda sebelum menikah dengan ibunya
Zainal. Dulu sang bapak meminang seorang gadis cantik dari Jawa dan dibawanya ke
tanah Kalimantan untuk mencoba mencari keberuntungan, namun kenyataan berkata
lain, Tuhan berkehendak lain, entah karena apa, hubungan mereka harus berakhir tanpa
hadirnya seorang anak sebagai buah cinta mereka, sampai dengan suatu hari sang bapak
dengan hati iklas harus membawa pulang sang istri untuk dikembalikan kepada orang
tua sang istri atas keputusan mereka berdua, semua keluarga ternyata baik-baik saja,
mereka juga bisa menerima dengan iklas keputusan dari anak-anak mereka untuk
berpisah. Mulai hari itulah dua pasangan yang pernah terikat tali suci itu harus berpisah
dan menempuh jalan hidupnya masing-masing.
Sang bapak kembali ke tanah Kalimantan, sedangkan yang sang istri tetap
tinggal di tanah Jawa bersama orang tuanya untuk menjalani kehidupanya sendiri.
Sesampainya di tanah Kalimantan, sang bapak bekerja disebuah toko milik
warga keturuna Cina, toko besar dan toko serba ada, disitulah akhirnya sang bapak
bertemu dengan seoarang gadis dan mereka saling mencintai sampai dengan akhirnya
mereka menikah dan lahirlah Zainal.
Ya sang gadis itu adalah Aisah, Ibu Zainal dipernikahan ke-2 sang bapak.
Ternyata bukan hanya sang bapak yang menikah lebih dari satu, sang kake Zainalpun
memiliki istri lebih dari satu, namun sang kake menikah lagi setelah istri pertamanya
meninggal dunia, namun yang membuat beda lagi adalah sang kake setelah istri
pertama meninggal dia menikah lagi dengan dua wanita yang sama-sama keduanya
bersetatus janda dan masing-masing telah memiliki anak.
Itu kakenya, kini pakde Zainal ( kaka dari ayah ) juga menikah lagi dan
menceraikan istri pertamanya. Ya begitulah adanya keluarga Zainal. Namun semuanya
tetap berjalan dengan baik, karena itu semua adalah kehendak dan takdir yang diberikan
Tuhan untuk mereka jalani di dalam kehidupan dunia ini.
Zaianl juga mempunyai pakde tiri ( anak dari nenek tiri ), sebut saja dengan
Bahran. Dia adalah sosok pakde yang manis diluar dan pengerogot di dalam. Ya dia
Ternyata khairina [7]
adalah sosok yang tamak dan serakah akan harta, dia ingin sekali menguasai harta dari
keluarga kake Zainal.
Waktu itu memang kake Zainal bisa dibilang cukup terpandang dan memiliki
tanah yang cukup luas setelah merantau ke Kalimantan. Bersama sang istri yang juga
adalah istri kedua dari Bahran sebut saja Syamsiah, mereka berdua terus berusaha dan
mencari cara untuk bisa menguasai harta sang kake. Sebenarnya Bahran dan istri serta
ibunya sebut saja Siami yang merupan istri ke dua dari sang kake telah diberi bagian
sebuah rumah sendiri. Walau sang kake dan Siami adalah pasangan suami-istri, namun
mereka tinggal di rumah masing-masing, entah karena apa tapi begitulah keadaannya.
Sampai dengan suatu hari nenek Siami meninggal dunia, sejak saat itulah Bahran dan
istri diberi sebagian sawah dari sang kake untuk dikerjakan sendiri.
Sejak itulah Bahran mulai semakin genjar mencari cara untuk menguasai harta
sang kake, mulai dari fitnah dan cara hitam, yaitu ke dukun untuk mencelakai sang ayah
Zainal dan pakde kandung Zainal, agar keduanya tak menerima harta dari sang kake,
namun rupanya rencana-rencana itu gagal, dan masih banyak lagi cara-cara yang
dilakukan oleh keluarga Bahran hanya untuk menguasai harta sang kake itu. Namun
sang anak kandung dari kake yaitu ayah dan pakde Zainal tetap sabar dan sama sekali
tidak terpancing akan hasutan dan fitnahan dari Bahran.
Zainalpun pernah menyaksikan keluarga Bahran memfitnah dan memaki-maki
yang tidak-tidak terhadap ibunya dihadapan orang banyak, namun waktu itu Zaianl
masih sangat kecil dan terlalu sulit untuk mengerti apa yang sedang terjadi, namun
kejadian hari itu tampaknya tertancap erat diingatannya.
Suatu hari sang kake sakit-sakitan, dan sang kakepun mengumpulkan semua
anak-anaknya termasuk Bahran dan Istri, serta keluarga lain yang masih tinggal di tanah
Jawa. Pertemuan itu tak lain adalah untuk membahas pembagian harta warisan sang
kake.
Ya semua telah hadir, pembagianpun dilakukan, orang tua Zainal dan yang lain
telah mendapatkan bagiannya masing-masing, namun tampaknya Bahran hari itu
terlihat murung, dan sedikit kecewa, karena usahanya selama ini untuk mendapatkan
seluruh harta warisan dari sang kake pupus, karena semua telah terbagi dengan rata.
Ternyata khairina [8]
Hari, minggu dan bulan terus berlalu, sampai degan suatu hari sang kake
meninggal dunia, semua keluarga tampak sedih, isak tangis mewarnai kepulangan sang
kake tercinta, bacaan surah Yasin dan do’a dipanjatkan oleh keluarga untuk mengiringi
kepulangan sang kake. Zainal waktu itu masih teralu kecil untuk bisa memahami,
namun dia sempat mencium jasad kakenya itu sebelum dimakamkan dan menyadarai
bahwa itu adalah pertemuan dan ciuman terakhirnya.
Waktu terus berlalu, sampai dengan suatu kejadian dan ini adalah suatu
pembelajaran untuk Zainal, bahwa iri dengki dan serakah adalah perbuatan yang tercela
dan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan.
Kejadian itu adalah dimana keluarga Bahran mulai hancur berantakan. Diawali
dengan dikit demi sedikit sawah warisan terjual, sampai dengan rumahpun ikut terjual.
Bukan hanya itu anak-anak Bahran juga dengan tega memeras sang bapak untuk
meminta bagian harta warisan, tak ubahnya perang sedarah, antara bapak dan anak.
Karena tekanan itu lah akhirnya Bahran jatuh sakit, dan terserang struk.
Kini Bahran harus menumpang di rumah orang yang dulu selalu dimusuhinya,
yaitu rumah pakde kandung Zainal. Sedangkan sang istri yaitu Syamsiah ikut anak
kandungnya, anak hasil pernikahannya dengan suami pertamanya. Terkadang terbesit
kemarahan dari keluarga saat mengingat perlakuan Bahran dimasa lalu, namun melihat
kondisi Bahran saat ini semua keluarga merasa kasihan, kenapa tidak, jangankan untuk
bekerja, berjalanpun kini Bahran harus tertatih-tatih karena penyakit setruk yang
dideritanya.
Dengan kondisi seperti itu Bahran masih saja disiksa oleh kelakuan anak
kandungnya hasil pernikahannya degan istri pertama. Sang anak sama sekali tak
perdulikan keadaan ayahnya itu, jangankan mengajaknya tinggal satu rumah,
menjenguknyapun sang anak tak sudi, yang dia pikirkan hanyalah menagih bagian harta
warisan kepada sang bapak yang tak lagi berdaya itu.
Waktu itu Bahran masih mempunyai satu petak tanah, dan hanya itu lah harta
satu-satunya yang tersisaa. Maksud dari keluarga yang lain adalah sisa tahah itu dijual
untuk biaya berobat Bahran, namun lagi-lagi seperti karma yang datang, sebelumnya
sang anak kandung yang meminta bagian harta warisan, kini giliran istri Bahran yaitu
Syamsiah juga tak mau ketinggalan untuk meminta bagian harta yang masih tersisa itu.
Ternyata khairina [9]
Benar-benar perang keluarga, sampai dengan suatu hari sang anaklah yang
memenangkan pertarungan sengit itu, sang anak berhasil menggondol sertifikat tanah
dan menjualnya serta menghabiskan uangnya sendiri tanpa memperdulikan keadaan
penyakit sang bapak.
Melihat keadaan itu Bahran hanya bisa mneangis tanpa bisa mengeluarkan air
mata, tak hanya menangisi kelakuan sang anak, Bahran juga harus menerima kenyataan
bahwa sang istri yaitu Syamsiah telah pergi jauh bersama anak hasil pernikannya
dengan suami pertamanya karena telah gagal memperebutkan harta yang tersisa
tersebut. Kini bahran benar-benar sendiri dalam keterpurukan.
Sebenarnya Bahran masih mempunyai keluarga di tanah Jawa, yaitu kaka
perempuanya. Karena pertimbangan keluarga, Bahran diserahkan dan dibawa ke tanah
Jawa oleh kaka perempuanya itu, walau sebenarnya kaka perempuanya itu juga punya
dendam dengan Bahran, dendam dimasa dulu karena juga tersangkut dengan masalah
harta warisan dengan orang tua kandung mereka. Namun sang kaka tak bisa berbuat
apa-apa lagi karena memang hanya dialah saudara Bahran satu-satunya yang tersisa.
Dibawalah Bahran ke tanah Jawa dengan kondisi penyakitnya yang semakin
parah. Sampai dengan terdengar kabar berita bahwa Bahran telah meninggal dunia di
tanah kelahiranya, tanah Jawa.
Pada saat itu Zainal telah cukup mengerti dan memahami apa yang telah terjadi
pada keluarga Bahran pakde tirinya itu. semua itu dijadikan pelajaran baginya bahwa
hidup itu penuh dengan cobaan dan yang terpenting adalah jauhkan sifat iri dengki,
serakah dan permusuhan. Dari situ Zainal mulai belajar dan menanamkan kasih sayang
pada dirinya agar kejadian keluarga Bahran tak terulang. Baginya itu semua adalah
pelajaran yang sangat berharga sebagai pagar hidup agar tidak terjerumus pada
perbuatan seperti yang dilakukan pakde tirinya itu.
Itu lah sekilas tentang riwayat perjalanan hidup keluarga Zainal, pejalanan hidup
seorang pakde tiri yang serakah dan telah menerima balasan dari Tuhan, yang semua itu
dijadikan pelajaran bagi Zainal dan kita semua untuk menjalani hidup ini lebih baik,
dan jadikan diri kita sebagai manusia yang berakhlak mulia dan jalin rasa persatuan dan
kasih sayang antar sesama.
Ternyata khairina [10]
Penulis akan kembali melanjutkan cerita perjalanan hidup Zainal.
Pemberontakan yang Zainal lakukan saat itu sudah melampaui batas, ternyata ia
lupa akan pelajaran penting yang telah ia saksikan oleh mata dan hatinya. Sebuah
pelajaran atas hancurnya sebuah kasih sayang keluarga Bahran ternyata telah ia
lupakan, sampai dengan Zainal harus berada dalam keterpurukan dan kesakitan batin.
Akal sehat dan perasaannya telah ia kubur bersama ujian dan cobaan yang datang
padanya.
***ooo***
Ternyata khairina [11]
pada
dalam
bahw
mem
pend
atau
untuk
anak
Men
tekun
perin
lega
sulit,
tuany
Zainal te
a tahun 1984
Walau d
m menangk
wa Zainal s
mperhatikan
Dengan
didikan dasa
tiga, namu
k bersaing d
Orang tu
knya, setela
engah Perta
Seperti b
n dalam se
ngkat satu,
ditengah ta
, bahkan sa
ya, Zainal d
elah tumbuh
4, orang tua
diaakui oleh
kap pelajara
sangat rajin
setiap pelaj
kerajinan
arnya tepat
un dikatakan
dengan anak
ua Zainal ad
ah lulus dar
ama (SMP),
biasa dimat
etiap proses
dua, ataupu
anggung jaw
angat berat
dengan sena
Tern
MAS
h menjadi a
anya memas
h orang tuan
an, namun d
n dan bers
jaran yang d
dan ketek
enam tahu
n bahwa Za
k-anak pinta
dalah orang
ri Sekolah
, tepatnya d
a guru-guru
s belajar w
un tiga. Ya
wab biaya p
adalah Za
ang hati men
nyata khairina
TIGA
SUK SEKOOLAH
anak yang m
sukannya ke
mulai belaja
e Sekolah D
ar mengenal
Dasar Negeri
l kehidupan
i Melati 1.
n, dan
nya bahwa Z
diakui pula
semangat u
diberikan ol
Zainal adala
oleh orang
untuk belaja
leh para gur
ah anak yan
tua dan pa
ar, serta d
ru.
ng sedikit la
ara guru-gur
engan teku
ambat
runya
unnya
kunanya it
un, walau ti
ainal adalah
ar lainya da
tulah Zaina
idak menda
h anak yang
alam 10 besa
al mampu
apatkan per
g cukup pin
ar.
menyelesa
ingkat satu
ntar dan ma
aikan
u, dua
ampu
tua yang sa
Dasar, Zai
i SLTP N 1
angat memp
inal kemud
Jorong.
perhatikan p
dian dilanju
pendidikan a
utka ke Sek
anak-
kolah
u, dikatakan
walau meme
ang membu
pendidikann
ainal tidak
nempuh per
n bahwa ia
emang dia
uat orang tu
nya yang ba
menuntut b
rjalanan me
adalah anak
tidak perna
uanya bisa
agi keluarga
banyak fasi
enuju sekola
k yang rajin
ah mendapa
sedikit bern
a tersebut c
ilitas dari o
ah sejauh 5
n dan
atkan
napas
cukup
orang
5 KM
a [12]
hanya dengan menggunakan sepeda ontel yang dibelikan oleh orang tuanya saat dia
masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dan tidak jarang juga dia harus berjalan kaki
menelusuri jalan bebatuan dan terkadang sangat becek dimusim penghujan untuk
berangkat dan pulang sekolah apabila ada kerusakan pada sepeda satu-satunya itu.
Namun semua itu tidak menjadi suatu penghalang bagi dia untuk menuntut ilmu.
Mungkin karena itulah orang tuanya sangat membanggakan Zainal terlebih dia adalah
anak laki-laki dan juga anak pertama yang kelak sebagai harapan orang tua untuk
membimbing adik-adiknya.
Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa tiga tahun sudah Zainal menjalani masa-
masa sekolah menengah pertama dan secara tidak langsung ia mulai mengenal dan
mengerti tentang kehidupan, ya Zainal lulus SMP tepat waktu tiga tahun, dan kini ia
memiliki adik lagi, jadi sekarang Zainal memiliki tiga orang adik, yang pertama adalah
adik peremuanya yang telah tumbuh besar dan telah ulus SD dan masuk SMP yang
sama dengan SMP tempatnya sekolah dan yang kedua adalah adik perempuan juga
yang baru duduk di kelas 2 SD, serta yang terakhir atau yang tiga adalah adik laki-laki
yang masih balita.
Genaplah pasangan suami-istri pak Suhendro dengan ibu Aisah dikaruniai
empat orang anak yang tubuh tampak sehat. Keluarga yang penuh dengan kebahagian
walau ditengah perekonomian yang sulit.
***ooo***
Ternyata khairina [13]
Zain
keku
Zain
Seko
itu,
terna
terny
dan m
berka
Otmo
akhir
yang
yang
mene
pilih
Zainal m
al menyada
urangan. Ka
al mulai bi
olah Menen
dan kemud
ama dan dik
Namun T
yata ia tidak
mendaftarla
Setelah m
ata lain, ia
otif, tapi ia
rnya ia men
g ahli mesin
g di jalani te
erima dan
an yang dib
mulai meng
ari bahwa
arena itulah
isa menentu
ngah Kejuru
dian ia me
kenal terjam
Tuhan berk
k lulus, Zain
ah ia di STM
menjalani b
kembali tid
malah mas
ngambil jur
n, hari-hari
erebut, yang
menyakini
berikan oleh
Tern
genal dan m
ia dilahirk
h ia bisa m
ukan arah h
uan, ia ingin
endaftar di
min mutu ser
kehendak la
nal tidak pu
M tak jauh d
berbagai tes
dak lulus p
suk di jurus
rusan itu d
ia jalani de
g sebenarny
bahwa itu
h Tuhan unt
nyata khairina
EMPAT
SLTA
memahami
kan dalam
menerima k
hidupnya, i
n masuk ke
SMKN 5
rta kualitasn
arti sebena
keluarga y
keadaan itu
ia ingin me
e STM juru
Banjarmas
nya.
arnya dalam
yang sederh
dengan pe
elanjutkan p
usan mesin
sin yang m
m kehidupan
hana dan p
enuh kesab
pendidikany
Otomotif w
merupakan
nnya,
penuh
baran.
ya di
waktu
STM
ain, setelah
utus asa, ia
dari kampun
melakukan
kembali m
ngnya.
n berbagai r
endaftar di
rangkain sel
STM yang
leksi,
g lain,
st akademik
pada jurusan
san Teknik
dan membua
engan sabar
ya tidak ia i
lah suatu
uk ia jalani
k dan kejur
n yang ia in
Listrik. Set
ang jauh-ja
r dan berusa
nginkan.nam
pilihan yan
dengan ikla
ruan, ternya
ngikan yaitu
telah barbag
auh harapan
aha untuk m
mun Zainal
ng harus ia
as.
ata Tuhan m
u Teknik M
gai petimba
n menjadi o
menjiwai bi
l mencoba u
a jalani. Se
masih
Mesin
angan
orang
idang
untuk
ebuah
a [14]
Terdaftarlah Zainal sebagai siswa disekolah itu dan lagi-lagi Zainal harus
berangkat dan pulang sekolah dengan hannya bersepeda ontel, namun kali ini sepeda
ontel baru pemberian orang tuanya. Zainal tidak malu walau temannya-temannya sudah
bermotor, yang ada dibenaknya adalah sekolah dan belajar, walau panas kepanasan dan
hujan kehujanan, semua itu tidak menjadi penghalang baginya untuk menuntut ilmu,
toh ia juga sadari bahwa orang tuanya tidak akan mampu untuk membelikannya motor,
jadi dia membuang jauh-jauh pikiran untuk bisa memiliki motor seperti siswa dan siswi
lainya. Semua usaha, semangat dan kerja keras Zainal akhirnya menuai hasil, terbukti
dengan prestasinya yang cukup memuaskan, yaitu peringkat dua dikelasnya, dan pada
teknik kejuruannya ia cukup menguasai dan terampil, bahkan pada suatu hari saat ia
duduk di kelas dua, pihak sekolah mengirimnya untuk mengikuti perlombaan kejuruan
antar STM se Kalimantan Selatan.
Zainalpun dengan hati yang berebar-debar dan perasaan sedikit takut serta
perasaan ragu yang terus mengganggunya akhirnya diputuskan menerima untuk
mengikuti lomba tersebut. Berangkatlah Zainal dengan dua sahabat dekatnya sebut saja
Minto dan Haris.
Sesampainya di Banjarmasin, (tembat perlombaan) tepatnya di STM Negeri 2
Banjarmasin, semua peserta sudah siap dan yang menjadi perhatian utama Zainal waktu
itu adalah seorang siswa yang dengan tegapnya memperkenalkan dirinya dan ternyata
dia pewakilan dari SMKN 5 Banjarmasin, ya, itu adalah sekolah idaman Zainal, ia
mulai sedikit minder dengan mengetahui bahwa lawan-lawanya adalah dari sekolah-
sekolah ternama dan mereka juga sudah duduk di kelas tiga, artinya Zainal menyadari
bahwa pengetahuan dan keterampilan serta ilmu kejuruannya masih sangat sedikit jika
dibandingkan dengan para lawannya yang sudah duduk di kelas 3 sedangkan Zainal
baru dudu di kelas 2, namun lagi-lagi Zainal menunjukkan semangatnya dikatakan
dalam hatinya “ aku tidak akan menyerah, aku pasti bisa”.
Ya soal sudah dibagikan dan semua peserta sudah duduk di depan meja kerja
dan komputernya masing-masing. Soal yang diajukan oleh panitia adalah pembuatan
rangkaian listrik dengan berbagai fungsi dan kerja pada 4 bola lampu, yang semua
kerjanya dikendalikan oleh sistem komputerisasi.
Ternyata khairina [15]
Suasana sangat hening dan semua peserta dengan cekatannya merangkai setiap
kabel dan peralatan yang ada, begitu juga Zainal tidak mau ketinggalan, dengan
tangannya yang cukup cekatan setiap peralatan di rakitnya dan walau masih tertatih-
tatih dia merancang program pada komputer di meja kerjanya. Memang Zainal sama
selaki belum menguasai komputer, dan mengenal komputer terhitung masih baru, saat
dia belajar PLC, adalah suatu alat pengendali peralatan listrik yang dikendalaikan
dengan sistem komputer.
Dengan konsentrasi penuh Zainal mengerjakan pekerjaannya tahap demi tahap
sesuai dengan prosedur pada soal yang dibagikan oleh panitia, sesekali ia melirik di
meja kerja siswa SMKN 5 Banjarmasin, Zainal menghelakkan nafas dalam ketika
melihat begitu cekatannya siswa itu, namun ia langsung menarik nafas panjang lagi dan
dalam hati kembali berkata “ aku bisa”. Waktu terus berlalu dan panitia memberikan
peringatan bahwa waktu 3 jam yang diberikan sudah hampir habis. Zainal sudah hampir
selesai, begitu juga dengan peserta lainnya.
Teng! Teng! Teng! terdengar suara lonceng tanda waktu telah berakhir, dan
semua peserta beranjak meninggalkan meja kerjanya masing-masing.
Tim penilai datang menghampiri seluruh meja kerja peserta dan dengan telitinya
satu persatu memeriksa hasil rancangan keja dari peserta.
Mulailah saatnya pengujian keja dari masing-masing rancangan, dan rata-rata
80% semua hasil rancangan peserta bisa berjalan sesuai dengan permintaan dari soal
yang diberikan oleh paitia.
Saatnya pengumuman hasil penilaian, dengan hati yang berdebar-debar Zainal
menunggu dan menyimak saat-saat keputusan dari juri. Suasana yang hening itu
seketika berubah ramai dipenuhi hujatan tepuk tangan dari para penonton dan
perwakilan maing-masing sekolah, ya hasil telah dibacakan dan peserta dari SMKN 5
Banjarmasin lah yang menjadi pemenang pertama.
Zainalpun mengucap syukur walau hanya mendapatkan peringkat ke-dua
tingkat profinsi, dan atas keberhasilannya, Zainal mendapatkan uang tunai sebagai
hadiah, dan para guru-guru berbangga kepadanya, walau tidak berhasil menjadi
penenang pertama, namun yang dilihat oleh para guru adalah semangat dan
keberaniannya dalam mewakili sekolah di ajang yang cukup bergengsi tersebut, karena
Ternyata khairina [16]
ajang tersebut sebagai tolak ukur kualitas suatu sekolah yang ikut ambil bagian dalam
ajang tersebut dan Zainal merasa telah berbuat semampunya untuk sekolah tempatnya
mengenyak pendidikan.
***ooo***
Ternyata khairina [17]
deng
keind
Setid
gebu
Zain
ya k
meng
dan b
pada
satu
dan r
Zain
kena
salin
terlal
Ya,,,, ki
gan pencaria
dahan dunia
daknya itu a
u dalam pen
Zainalpu
al merasa te
kalau orang
ggebu-gebu
bagaikan ob
a sang gadis
STM, ya w
respon dari
Erna ada
al. Erna m
al pada saat
ng berkenala
Waktu te
lu dini unt
ini Zainal
an jati diri,
a adalah pe
adalah ungk
carian jati d
un telah me
ertarik pada
g bilang itu
u dan bagaik
bak yang m
s pujaannya
walau masih
sang gadis.
alah gadis c
asih sekola
t mereka b
an.
erus berjala
tuk menyeb
Tern
MEN
telah tumb
serta telah
erasaan cint
kapan dari ji
dirinya.
engenal wan
a seorang g
u adalah c
kan bisul ya
menerjang k
itu, perasaa
malu-malu
cantik yang
ah di SLTA
bertemu dis
an, Zainal m
but perasaan
nyata khairina
LIMA
GENAL CINTA
buh menjad
mulai meng
ta dan kasih
iwa seorang
di seorang
genal dan m
h sayang ke
g remaja yan
remaja ya
menyadari b
epada dan d
ng masih sa
ang mulai s
bahwa salah
dari lawan j
angat mengg
sibuk
h satu
jenis.
gebu-
nita dan cin
adis, hem s
cinta mony
ang mau pe
karang panta
an itu mula
ia lakukan
nta, layakn
sebut saja g
yet, tapi ba
ecah, gunun
ai, seperti i
ai datang sej
apa saja un
nya para rem
adis itu den
agi Zainal
ng berapi ya
itu lah yang
jak ia masih
ntuk mendap
maja sebay
ngan nama E
rasa itu sa
ang mau me
g Zainal ras
h duduk di
patkan perh
anya,
Erna,
angat
eletus
sakan
kelas
hatian
tinggal dise
A, namun ta
ebuah pest
ebuah kamp
ak satu sek
a pantai. D
pung tak jau
kolah denga
Disitu merek
uh dari kam
an Zainal. A
ka bertemu
mpung
Awal
u dan
menyadari b
nya itu seb
bahwa dirin
bagai cinta,
nya masih m
, ia hanya
muda dan m
diam dan
masih
terus
a [18]
mencari celah dan perhatian. Sampai dengan suatu ketika ia merasa sudah yakin bahwa
ia telah jatuh cinta dan telah mengerti benar rasa cinta yang datang padanya itu.
Dengan dasar keyakinannya itulah Zainal memberanikan diri untuk
mengungkapkan semua perasaanya itu pada sang gadis pujaannya itu, dengan segenap
keberanian dan pembentukan mental yang ia dapat dari sinetron-sinetron percintaan, ia
yakin akan mendapatkan sang gadis pujaannya itu. Dikatakanlah apa yang ia rasakan itu
pada sang gadis. Hari itu hari Sabtu, Zainal mengajak Erna untuk jalan di malam
minggu itu. Erna pun menerima ajakan Zainal dan jalanlah mereka malam itu. Sekitar
pikul 20.15 Zainal mengajak Erna ke ebuah taman kota. Zainal telah merencanakan
untuk mengungkapkan semua perasaannya terhadap Erna malam itu, dan disaksika oleh
deretan bunga-bunga taman terucaplah kata cinta dari bibir Zainal.
Sekejap wajah Zainal berubah pucat dan muram, hem ternyata cintanya hanya
bertepuk sebelah tangan, angan-angan untuk bisa mendapatkan seorang kekasih yang
dia cintai kadaslah sudah, dengan mentah-mentah sang gadis pujaannya tegas menolak
cinta Zainal. Malam yang diharapkan akan membahagiakan berubah menjadi malam
kelap dan gelap. Zainal hanya bisa diam menerima kenyataan itu.
Sejak itulah Zainal tau betapa sakitnya ditolak cinta, namun ia menyadari dan
mempunyai pemikiran positif “ mungkin semua itu karena ketidak cocokannya padaku,
toh aku masih muda banget dan masih punya kesempatan yang panjang untuk itu” dan
karena Zainal disibukkan oleh banyak hal terkait dengan sekolahnya, rasa sakit dan
kecewa yang ia rasakan itu dengan mudah dan dalam waktu singkat telah lenyap dari
hati dan batinnya. Dan sejak malam itu pula Zainal dan Erna jarang sekali bertemu
bahkan diantara mereka seperti orang asing dan seperti tak saling mengenal.
Waktupun terus berlalu dan tidak terasa Zainal telah menyelesaikan pendidikan
SLTA nya, ya Zinal lulus dengan nilai yang memuaskan, nilai dengan predikat B.
semua berbangga padanya terutama orang tua dan sanak saudara.
***ooo***
Ternyata khairina [19]
ditin
keny
kelua
yang
meng
sedik
pene
kulia
itu, y
untuk
diper
bulan
berm
untuk
lulus
Setelah
gkat yang
yataan bahw
arga Karen
g harus dipe
ginjak tingk
kit.
Zainal m
rimaan perk
ah di Bandu
Zainal d
ya dari pem
k dikuliahka
Zainal d
rlukan. Sete
n, tibalah
murung deng
k menyeny
s dan menda
lulus dari
lebih ting
wa niat Zain
a memang
erhatikan ju
kat sekolah
menyadari k
kuliahan ya
ung.
dan beberap
merintah m
an di Bandu
dan beberp
elah menye
saatnya pe
gan menda
yam pendid
apatkan kes
Tern
STM, Za
ggi yaitu
nal dan oran
bukan han
uga oleh ke
yang lebih
keadaan itu
ang berbeas
pa temanyap
engadakan
ung.
pa temanny
elesaikan se
engumuman
apati kabar
ikan tinggi
empatan ku
nyata khairina
ENAM
BEKERJAA
ainal bernia
Universitas
ng tuanya ti
nya biaya p
dua orang t
tinggi dan t
at untuk m
s, namun
idak diserta
endidikan Z
tuanya, yan
tentunya me
melanjutkan
pilu mema
ai dengan k
Zainal, tapi
ng mana ad
emerlukan b
n pendidika
ang mende
eadaan eko
i ketiga adi
dik-adiknya
biaya yang
annya
engar
onomi
iknya
telah
tidak
dan ia beru
siswa, dan s
usaha untuk
saat itu ada
k mencari i
informasi t
informasi si
tentang bias
istem
siswa
pun segera
program b
menghampi
biasiswa unt
iri dan mer
tuk siswa y
respon infor
yang berpre
rmasi
estasi
yapun telah
emua atmin
n hasil sele
bahwa ia
i telah kand
uliah dengan
mempersi
istrasi dan
eksi, yah,,,
tidak lulus
das. Teman
n biaya pem
iapkan berk
menunggu
,,,,, lagi-lag
dan artiny
nnyalah yan
merintah ke B
kas-berkas
selama beb
gi Zainal h
ya keingina
ng ternyata
Bandung itu
yang
berpa
harus
annya
a bisa
u.
a [20]
Dengan rasa iklas Zainalpun menerima kenyataan itu, dengan berat hati ia juga
harus berpisah dengan sahabatnya itu untuk waktu yang cukup lama, dan tibalah hari
dimana salam perpisahan dan isak tangis mewarnai hari itu. Zainal melepas kepergian
sahabat dekatnya itu untuk waktu yang lama. Do’a dan harapan segera bertemu adalah
kata-kata yang terlontar dari mereka berdua.
Zainal harus kembali untuk memikirkan langkah apa yang akan di ambil
selanjutnya karena untuk berkuliah dengan biaya orang tua sudah tidak mungkin.
Hari terus berlalu, Zainal masih belum tau harus berbuat apa setelah lulus
sekolah. Sampai dengan suatu ketika dan hari itu adalah hari Selasa, Zainal merasa
rindu dengan sekolahnya setelah beberapa minggu tak lagi ia merasakan suasana
sekolah seperti biasanya. Pergilah Zainal ke sekolahnya dengn sepeda ontelnya.
Kantinsekolah adalah tujuan pertamanya.
“ eh Zainal, daftar kuliah dimana ? Sapa seorang guru bahasa inggris
“ Ibu, belum, saya tidak kuliah,”
“ terus,, kerja?
“ belum juga ibu, maunya sih kerja aja tapi belum tau dan belum ada dengar lowongan
pekerjaan”
“ oya mau gak kerja di sekolah ini ?”
“ kerja di sekolah ini, bagian apa ibu ?”
“ begini, kami perlu asisten untuk guru praktek dan juga guru teknik gambar
disekolahan ini, dan ibu rasa kamu cocok dan punya kemampuan untuk memegang
mata pelajaran itu, untuk jelasnya besok temui bapak kepala sekolah. Bagaimana?”
“ terimaksih ibu atas informasinya, akan saya pertimbangkan dan insyaAllah besok saya
ke kantor”
“ oke deh kami tunggu besokya, dan ibu duluan ya, masih ada pekerjaan yang mau ibu
kerjakan”
“ oh iya ibu, silahkan dan sekali lagi terimakasih atas informasi dan tawarannya”
“ iya sama-sama”
Ibu itu kemudian beranjak dari duduknya dan pergi setelah membayar
makannya. Hari itu Zainal sedikit lega, setidaknya ada tawaran pekerjaan yang datang
padanya, walau dia belum begitu yakin untuk bisa menerima tawaran pekerjaan itu
Ternyata khairina [21]
dikarenakan ia belum yakin apa dirinya bisa dan mampu untuk menjalankan pekerjaan
sebagai asisten bahkan dikatakannya oleh ibu tadi bahwa ia akan mendapat satu mata
pelajaran yang harus ia pegang penuh.
Segelas es jeruk yang dipesannya mampu menyejukkan perasaannya dihari yang
panas dan beban pertimbangan tawaran yang baru saja datang padanya.
Keesokan harinya berangkatlah Zainal kesekolah dengan membawa keputusan
bahwa Zainal menerima tawaran pekerjaan itu. Sesampainya di ruang guru semua
dibicarakan, dan akhirnya sejak hari itu Zainal resmi menjadi tenaga pengajar kontrak
disekolah itu, sekolah yang baru saja meluluskannya beberpa bulan yang lalu.
Zainal dipercaya untuk memegang satu mata pelajaran yaitu Menggambar
Teknik Elektro.
Dengan yakin dan walau pada awal-awalnya ia merasa canggung namun seiring
berjalannya waktu ia mulai dapat mebiasakan diri dengan pekerjaanya itu. Diakui walau
honornya tidak banyak, namun ia senang menjalani pekerjaannya itu dan baginya
pengalamanlah yang mahal harganya.
Dengan ia mendapatkan pekerjaannya itu, Zainal mulai merencanakan untuk
memiliki kendaraan agar dapat menunjang profesionalisme dalam bekerja. Walau
diakui itu berlebihan, namun ia mempunyai pemikiran dan bisa dikatakan semacam
teori bahwa penampilan sangat berpengaruh besar terhadap profesionalisme seseorang
dalam memikul keperayaan dan tanggung jawab. Ya memang itu adalah teori dia
sendiri, dan menurut dia begitulah adanya kehidupan ini.
Akhirnya ia putuskan untuk mengambil satu unit kendaraan dengan sistem
pembayaran angsuran perbulan selama tiga tahun. Keputusan itu diambil tentunya
setelah ia rundingkan dengan orang tuanya.
Waktu terus berlalu, banyak pengalaman yang telah Zainal alami selama
mengajar, dan yang menjadi pengalaman yang paling mengesankan adalah ia ditunjuk
sebagai salah satu pengawas UAN di SMK lain, ia berkata,
“ Suatu hari yang paling membuat aku tersenyum dalam hati seraya rasa bangga yang
tak terkira adalah dimana aku mengingat bahwa setahun yang lalu aku duduk di kursi
ketegangan karena harus menjawab soal-soal penentu keberhasilan belajar selama tiga
Ternyata khairina [22]
tahun, dan sekarang keadaannya berbalik dimana aku duduk dikursi pengawas untuk
mengawasi proses penentu keberhasilan siswa dan siswi SLTA”.
Itulah momen yang sangat ia banggakan dalam hidupnya waktu itu.
***ooo***
Satu tahun telah berlalu, dan anak murid Zainalpun telah meninggalkan ruang
kelas satu untuk beralih pada ruang kelas dua, dan pada saat itulah ternyata Zainal juga
harus beralih pekerjaan.
Zainal kembali mendapat tawaran bekerja di sebuah perusahaan baru yang
konon digembor-gemborkan sebagai perusahaan yang besar dan bonavit. Zainalpun
mengajukan surat lamarannya. Setelah menjalani serangkian tes, akhirnya ia lulus dan
mendapatkan posisi sebagai teknisi listrik diperusahaan tersebut, dan pada saat itulah
akhirnya ia memutuskan untuk mngundurkan diri sebagai tenaga pengajar dan beralih
pada dunia yang lebih keras yaitu di perusahaan. Setidaknya itulah sebutan yang
diberikan Zainal, dunia keras sebagai suatu perusahaan.
Zainal harus kembali menyesuaikan diri pada pekerjaannya yang baru itu dan
memang tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk seorang Zainal dalam
penyesuaian diri. Dalam waktu satu bulan ia sudah dapat bekerja secara optimal.
Sambil tersenyum Zainal berkata “ yah,,,, walau sistem agak keras, toh yang
penting sesuai dengan gajih”, dan diakui bahwa gajih yang didapat memang lebih besar
dibanding honor seorang pengajar bantu waktu ia bekerja di SMK. Dengan begitu
Zainal lebih mudah dalam mengatur kebutuhan hidupnya dan tanggungannya.
Tanggungan akan iuran bulanan kendaraannya. Diakuinya bahwa semakin besar
pendapatan yang ada ternyata semakin besar pula kebutuhan dan pengeluarannya
sehari-hari. Zainal bukan orang yang pandai mengatur keuangan dengan baik, dia juga
bukan dari orang manajemen keuangan. Zainal hanya pemuda biasa sama dengan yang
lain yang suka dengan keramaian.
Bertampahnya penghasilan yang didapat ternayata juga diiringi dengan
bertambahnya pengeluaran. Zainal lebih sering jalan dan membeli barang-barang yang
bersifat hiburan.
Ternyata khairina [23]
Rokok adalah salah pengeluaran baru dan wajib baginya. sejak itu Zainal
menjadi seorang perokok. Pergaulanlah yang berperan besar dalam perubahan itu.
Zainal harus bergaul dengan teman-teman kerjanya yang sebagian besar seorang
perokok. Dirasakannya dirinya seperti terlihat berbeda dengan yang lain saat
beristirahat. Kepulan asap rokok selalu dihirupnya, sampai dengan ia harus mengambil
keputusan yang sebagian besar orang punya pendapat adalah prilaku yang salah dan
tidak baik, tapi itu lah yang terjadi pada Zainal, terpengaruh pergaulan sampai menjadi
seorang perokok pula.
Sebenarnya orang tuanya melarang keras Zainal merokok, namun apa lah yang
harus di kekang, toh Zainal sudah dewasa dan memiliki penghasilan sendiri. Karena itu
lah orang tuanya membiarkan saja Zainal merokok dengan konsekuensi harus bisa
memenuhi pengeluarannya sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan dalam
hidupnya.
***ooo***
Ternyata khairina [24]
adala
keras
perju
harus
seora
lama
Awa
Zain
temp
detik
“ hal
sesaa
mend
“ hal
Semenja
ah pergaula
s. Zainal m
uangan dan
s kerja siang
Disinilah
ang wanita y
Awal p
anya yang
alnya Zaina
al ada perl
po hari men
k terdengarl
llo”,
at Zainal ter
dengar suar
llo “
ak Zainal b
an yang sem
mulai meng
pengorbana
g dan malam
h Zainal kem
yang mamp
perkenalan
menelfon
al mengira
u dengan A
nghubunginy
ah sambuta
rdiam, hatin
ra yang begi
Tern
KEMBA
ekerja di p
makin luas, i
gerti bahw
an. Hanya u
m.
mbali harus
pu membuat
mereka cu
Zainal den
itu adalah
Agus, tak b
ya. Suara d
an,
nya rasa kac
itu merdu, Z
nyata khairina
TUJUH
ALI JATUHH CINTA
perusahaan,
ia mulai ma
wa hidup ti
untuk menda
semua tera
asuk kedala
idak gampa
apatkan ses
asa berubah
am dunia lua
ang, hidup
suap nasi tid
h, dalam ha
ar yang sem
penuh de
daklah muda
al ini
makin
engan
ah, ia
s berurusan
tnya tertarik
dengan cin
k dan jatuh c
nta, ya ia ke
cinta.
embali menggenal
ukup mengg
ngan mengg
nomor kaw
buang wakt
dering nada
gelikan, be
gunakan ha
wannya, seb
tu lama ia p
sambungpu
erawal dari
andphone t
but saja Ag
pun menelf
un terdenga
seorang te
teman kerja
gus. Dihari
fon nomor
ar, setelah se
eman
anya.
i lain
yang
ekian
cau dan sea
Zainal mula
akan melaya
ai sadar tatk
ang, ia terke
ala suara
ejut baru kaali ini
a [25]
ke dua kembali terdengar di telinga kanannya itu. Saat itulah Zainal benar-benar
sadarbahwa ternyata suara itu bukanlah suara Agus. Zainal sama sekali tak mengenal
suara itu. Dengan cepat Zainal bertanya,
“ maaf ini dengan siapa ya, Agusnya ada?”
suara merdu itu pun menjawab
“ ini Noor, Agusnya gak ada, maaf ini bukan nomor Agus tapi temannya, kamu
temannya Agus kah?”
langsung Zainal menjawab
“ iya, aku temannya Agus, ya udah tolong nanti sampaikan sama dia kalau Zainal
menelfon gitu ya”
Zainalpun menutup telfon itu. Sesaat ia kebali termenung, suara itu terasa bernyanyi di
telinganya, ingatannya seperi terhipnotis, “apa, suara apa”, suara siapa yang baru saja
aku dengar tadi, terasa bulu dan urat nadiku bergetar saat mendengar suara itu. Setelah
beberapa saat dan semakin memuncaknya rasa penaaran, Zainalpun kembali menelfon
nomor itu, akhirnya mereka saling berkenalan. Ternyata tidak membutuhkan waktu
terlalu lama untuk mereka menjadi akrab. Noor adalah salah satu karyawati sebuah toko
bangunan dimana juga Agus bekerja di toko itu.
Setelah lama bekomunikasi via telfon, Zainalpun mulai memberanikan diri
untuk ngajak ketemuan, ternyata Noor menyambut ajakan itu dengan baik, akhirnya
mereka merencanakan untuk bertemu.
Dipilihlah suatu hari untuk mereka bertemu dan saling mengobati rasa
penasaran, terutama Zainal yang begitu besar rasa penasarannya terhadap wanita yang
memiliki suara merdu dan lembut itu, suara yang mampu membuat Zainal susah tidur
saat ngiangan suara itu melintas ditelinga dan pikirannya.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu itu, semua berjalan dengan baik sesuai
dengan rencana. Betapa terkejutnya Zainal saat bertemu dengan Noor, dia kembali
terdiam terpaku setelah seorang wanita berdiri dihadapannya dengan mengulurkan
tangannya seraya berkata
“ aku Noor”,
Zainal segera menyambut tangan yang datang padanya itu, dalam hatinya berkata “tak
hanya suara yang lembut, orangnya lebih lembut”, ya Noor adalah wanita yang cantik,
Ternyata khairina [26]
bisa di jelaskan dia memiliki wajah yang imut, putih, manis, dan lagi body tubuhnya
seperti gitar sepanyol, amboi seksi dan bahenol seorang gadis dengan tinggi badan
sekitar 162 cm dan ramput panjang lurus terurai hampir sepinggul.
Tak dapat dipungkiri dan semua pasti bisa menebak bagaimana perasaan Zainal,
ya sejak dari itu lah Zatuh jatuh cinta pada Noor.
Mereka ngobrol panjang lebar, dan setelah beberapa kali bertemu dan Zainal
sudah merasa yakin akan perasaannya, dia pun dengan segenap keyakinan untuk
mengutarakan perasaannya pada si Noor wanita pujaannya itu, dan alangkah
terkejutnya Zainal saat mendengar jawaban yang diberikan oleh si gadis pujaannya itu,
“ mas aku juga suka sama kamu, aku mau jadi pacar mas dan aku pengen gak sekedar
pacar, aku pengen hidup dengan mas”,
amboi,,,,,,,,, Zainal seperti keruntuhan durian. Bibirnya tak mampu lagi untuk berkata-
kata, bidadari itu menerima cintanya. Akhirnya resmilah mereka menjadi sepasang
kekasih setelah tiga bulan saling kenal.
Setiap hari minggu Zainal ke Martapura untuk menemui kekasihnya itu, namun
ditengah-tengah kebahagiaannya itu, musibah datang, Zainal harus berhenti kerja, itu
disebabkan kondisi perusaan mulai tidak stabil. Ternyata perusahaan tempatnya bekerja
itu mulai terlihat akan merugi.
Zainal kembali mencari pekerjaan lain, dan memang tidak berapa lama ia
mendapat pekerjaan sebagai tenaga kontrak untuk proyek over haould di PLTU,
“lumayan untuk menyambung hidup selagi mencari pekerjaan lain” itu lah yang ada
dibenaknya saat itu, setelah proyek selesai dan Alhamdulillah Zainal diterima bekerja di
Stock File, perusahaan asing yang bergerak dipertambangan bijih besi. Disitulah Zainal
kembali merasakan hidupnya bangkit, dan percintaan mereka juga semakin mesra.
Setelah hampir satu tahun mereka berpacaran, rencana untuk bertunanganpun
tersirat. Noor menerima rencana itu, dan akhirnya mereka menentukan hari untuk sama-
sama menemui orang tua Noor untuk membicarakan hubungan dan rencana tunangan
mereka dan telah disepakati suatu hari, hari itu adalah hari ke-36 kedepan sejak
diputuskannya pada hari itu. Dengan sabar mereka lalui hari seraya menunggu hari
yang akan sangat bersejarah bagi mereka berdua.
Ternyata khairina [27]
Hari terus berlalu dan tujuh hari sebelum hari itu tiba Noor meminta Zainal
untuk datang ke Martapura. Dengan penuh semangat Zainal segera mengabulkan
permintaan kekasihnya itu.
Setibanya Zainal, seperti biasa mereka saling berbagi kasih, mereka begitu
bahagia untuk sepasang kekasih muda yang mulai berani untuk beranjak kehubungan
yang serius.
Hari itu tenyata toko sedang libur, Zainal dan Noor lebih leluasa untuk berduaan
dan disela-sela perbincangan mereka, ternyata ada sesuatu yang di lihat Zainal pada
kekasihnya itu. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan dari wajah manis kekasihnya
itu dan tiba-tiba wajah kekasihnya itu terlihat muram. Zainal segera ambil sikap,
ditanyakanlah hal tersebut. dengan penuh keraguan kekasihnyapun menjawab.
Terhentak Zainal setelah mendengar jawaban dari kekasihnya itu. Wajahnya pucat,
memerah, rasa tidak percaya apa yang baru saja ia dengar dari bibir kekasihnya itu.
Bagaikan petir menyambar disiang bolong, hati Zainal hanjur setelah mendengar semua
yang dikatakan Noor, ya Noor berkata,
“ sepertinya hubungan kita sampai disini saja”
mendengar itu beribu pertanyaan terlintas dan menggumpal dibenak Zainal, apa,
kenapa, ada apa? Tak henti-hentinya pertannyaan itu terlontar, kekasihnya hanya diam
dan menangis mendengar dan menyaksikan reaksi Zainal yang sedikit kasar.
Sambil menangis Noor menjelaskan semua yang terjadi, dikatakan bahwa dia
tidak bisa melanjutkan hubungan percintaan dengan Zainal dikarenakan orang tua Noor
tidak menyetujui dia menjalin hubungan dengan pria lain selain pria pilihan orang
tuanya. Ya ternyata orang tua Noor telah menjodohkannya dengan pria pilihan orang
tuanya.
Mendengar itu Zainal merasa kecewa dan masih belum percaya akan semua
yang di ucapkan kekasihnya itu. Noor semakin histeris dan menangis, tak lama karena
merasa terpojokkan oleh pertanyaan-pertanyaan dan sikap Zainal, Noor beranjak dari
tempatnya dan masuk ke toko sambil mengatakan bahwa itulah yang terbaik buat
mereka dan seraya menjauh dari pandangan Zainal, dia mengatakan
“cintaku hannya untuk kamu, dan walau pun kita tak bisa menikah, percayalah cintaku
tetap untuk mu sayang ini adalah yang terbaik untuk kita”
Ternyata khairina [28]
Itulah kata-kata yang terucap dari bibir Noor seraya menjauh , Zainal hannya
bisa terdiam, bahkan ia tak kuasa untuk mencegah kekasihnya itu menjauh dari
pandangannya. Sekejap kekasihnya telah hilang dari pandangan dan pintu toko pun
tertutup dengan rapatnya.
Zainal hanya bisa menangis dan pikirannya bingung tidak karuan, rasa kecewa,
tidak percaya dan kesal bercampur aduk pada saat itu. Sepertinya langit mengerti banar
bagaimana perasaan Zainal hari itu. Seakan alam juga ikut bersedih melihat akhir kisah
cinta dua insan yang dilanda masalah, hari mulai gelap dengan mendung yang hitam
pekat, petir mulai menggelegar, dan tetes-demi tetes hujan mulai turun membasahi
tubuh Zainal.
Semakin lama, hujan semakin lebat, dan Zainal masih belum beranjak dari
tempatnya, ia membiarkan dirinya diterpa hujan yang sangat lebat itu, diapun tak
memperdulikan apapun yang terjadi padanya saat itu, yang ada di benaknya hanyalah
rasa sakit dan kekecewaan yang begitu menyiksanya. Dinginnya air hujan yang
membasahi seluruh tubuhnya tak mampu meredam panasnya hati Zainal.
Hujan sepertinya juga tak mau kalah dengan kemarahan Zainal, semakin lama
semakin lebat seakan bersaing kemarahan dengan Zainal. Hal itu berlangsung sampai
dengan sore hari, sekitar pukul 5 sore ternyata hujan mulai menyerah, tidak dengan
Zainal, ia sama sekali belum beranjak dari tempatnya sejak 3 jam yang lalu.
Tepat pukul 05.30, pandangan Zainal terfokus pada jendela lantai dua ruko
tempat kekasihnya itu bekerja, dan tidak berapa lama jendela itu terbuka dan keluarlah
sosok wanita, dan ternyata sosok wanita itu adalah kekasihnya.
Zainal hanya bisa memandanginya dengan penuh rasa sakit dan kecewa. Lain
halnya dengan Noor, ternyata dia sangat terkejut setelah mendapati bahwa Zainal belum
beranjak dari tempatnya siang tadi ditambah dengan keadaannya yang basah kuyup dan
dilihatnya tubuh Zainal mengigil kedinginan. Langsung Noor berkata
” kenapa masih disitu?,, pulang lah sayang, percaya sama aku, dirimu akan selamanya
dihatiku”,
Zainal dengan bibir bergetar menjawab
“ aku sayang sama kamu, aku tak bisa pisah dengan mu, turunlah dan kita bicarakn
lagi,“
Ternyata khairina [29]
“ tak ada yang harus bicarakan lagi, aku gak bisa menolak keingina orang tuaku, kalau
kamu gak pulang aku akan kena masalah dengan bos ku,, tolong sayang ngertiin aku, “
Begitulah yang terucap dari bibir Noor, serasa menghilag dari jendela,
Zainalpun kembali terdiam dan tidak berapa lama pintu toko terbuka dan terlihat sosok
laki-laki datang menghampiri Zainal, dan ternyata yang datang adalah pemilik toko itu,
artinya adalah bosnya Noor.
Zainal mengira itu akan jadi masalah, tapi ternyata salah, pemilik toko itu
menenangkan Zainal, dikatakan bahwa dia akan membantu Zainal dengan akan
berbicara dengan Noor, dan dia meminta Zainal untuk pulang. “ Noor di dalam
menangis melihat keadaanmu seperti ini “ kata lelaki itu.
Zainalpun akhirnya mau pulang, dengan penuh rasa kecewa dan beribu
pertanyaan, dia mulai tertatih-tatih meninggalkan tempatnya dan mulai menghampiri
motornya dan dengan emosi yang tinggi ia pulang dengan kecepatan tinggi pula di
jalanan yang basah dan licin itu. Emosionalnya seperti tak kalah dengan keahlian
seorang Rossi yang menaklukkan sirkuit.
Zainal tidak peduli mempertaruhkan nyawanya untuk menaklukan jalan raya
yang pada malam itu sangat padat dan licin. Sungguh memang Zainal begitu mahir
melaju dengan kecepatan tinggi, dan memang itu juga adalah hobinya.
Sesampainya di rumah ia langsung masuk kamar dan menangis sendiri, tak ada
orang yang peduli akan apa yang telah terjadi pada Zainal dan bahkan orang tunya
setelah tau apa yang terjadi hannya bisa berkata,
“ sabar, itu berarti dia bukan jodohmu”.
Bukannya lega, malahan Zainal semakin tak mau ngerti bahwa itulah yang
terjadi, ia bertekat akan mendapatkan pujaannya itu walau dengan rintangan yang akan
membunuhnya sekalipun.
Hari-hari terasa berat bagi Zainal saat itu, begitu sakitnya hati yang tak
terbendung lagi akhirnya tiga hari kemudian Zainal bertekat kebali mendatangi
kekasihnya itu dengan harapan mendapat penyelesaian masalah.
Pagi-pagi buta Zainal bersiap-siap berangkat, setelah mendapat izin dari orang
tuanya, berangkatlah Zainal dengan berbagai harapan untuk hubungan mereka yang
membaik.
Ternyata khairina [30]
Setibanya di tempat kekasihnya bekerkerja, pandangannya tak mendapati
kekasihnya itu. Cukup lama ia menunggu sosok kekasihnya itu muncul dari
pandangannya namun tak jua terlihat olehnya, bahkan aguspun tak tampak hari itu.
Karna hati penasaran Zainal mendatangi salah satu teman kerja kekasihnya itu,
dan apa yang didapati, ternyata kekasihnya telah berhenti dari kerja dan baru beberapa
jam yang lalu dia pamitan untuk pulang kekampung halamannya.
Mendengar itu Zainal sangat terkejut, ia merasa sangat terlambat, dan parahnya
lagi Zainal sama sekali tidak tau dimana kampung halaman kekasihnya itu, karna
sungguh memang 3 hari sejak hari itu Zainal baru akan diajak ke rumah kekasihnya itu
untuk dikenalkan kepada orang tuanya, tapi ternyata semua itu hancur berantakan,
bahkan kini Zainal tidak tau keberadaan kekasihnya itu, nomor telfonnyapun tidak aktif
lagi sejak terakhir Zainal berjumpa dengan kekasihnya pada malam yang dingin itu.
Pada saat itu yang Zainal tau adalah kekasihnya pernah bilang bahwa ada
keluarganya yang tinggal di daerah Sebamban blok B, hanya data itu lah yang Zainal
tau.
Segeralah Zainal pulang namun masih dengan hati yang sakit dan tambah
hancur serta sangat kecewa dengan kenyataan yang menimpa hidupnya itu. Bukannya
mendapat penyelesaian masalah malah mendapatkan masalah baru.
Zainal mulai mencoba untuk bangkit dari kesedihan, Zainal mencoba untuk
menerima kenyataan, Zainal mencoba menyibukkan hari-harinya dengan pekerjaannya,
dan ternyata tidak hanya disitu musibah yang datang. Pada kondisi terpuruk seperti itu
masalah kembali datang, ya kini giliran masalah pekerjaan, ternyata perusahaan
tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan dan manajemen perusahaan untuk
sementara merumahkan karnyawannya termasuk Zainal. Parahnya lagi dengan
kenyataan perusahaan belum bisa membayar gaji karyawan yang sudah tertunda selama
dua bulan.
Kini Zainal hanya bisa terdiam di rumah dengan kondisi batin yang sangat
terpuruk, hari-harinya dilalui dengan lamunan dan khayalan, bisa dikatakan ia dalam
kondisi setres dan depresi berat. Orang tuanya hanya bisa diam melihat kondisi anaknya
itu, karena memang mereka tidak tau harus berbuat apa untuk membantu anaknya itu.
Ternyata khairina [31]
Dua bulan Zainal lalui dengan kondisi seperti itu, bukannya lebih baik, tapi
keadaannya makin memprihatinkan. Karena tidak sanggup lagi Zainal menahan rasa
sakit tanpa tidak berbuat apa-apa, akhirnya ia mengambil keputusan untuk mencari
kekasihnya itu, Zainal ingin mendatangi alamat keluarganya yang ada di Sebamban 3
blok B itu, hanya dengan bermodalkan alamat dan satu lembar foto kekasihnya, Zainal
bertekat untuk mencari kekasihnya itu apapun yang akan terjadi terhadapnya.
Dijual telefon genggamnya dan keesokan paginya berangkatlah Zainal seorang
diri untuk mencari alamat yang daerahnyapun sama sekali belum pernah ia datangi dan
ia juga belum tau sejauh apa perjalanan yang akan ia tempuh, namun dengan tekat yang
kuat dan dasar cintanya pada kekasihnya, semua itu tidak menjadi halangan. Zainal tak
ubahnya seperti prajurit yang rela mati demi negaranya, sungguh memang sama sekali
Zainal tidak memikirkan bagaimana nantinya ia harus meminta pertolongan jika ada
penghalang baginya.
***ooo***
Berangkatlah ia dengan harapan yang besar untuk dapat berjumpa dengan
kekasihnya itu, disepanjang perjalanan tak hentinya ia harus berhenti untuk
menanyakan alamat yang ia tuju pada orang.
Setelah beberapa puluh kilo meter perjalanan ia lalui dan terus ia menempuh
perjalanan itu sampai kurang lebih tujuh jam. Akhirnya ia menemukan gapura yang
bertuliskan “SELAMAT DATANG DI DESA SEBAMBAN” tertulis indah dengan
ukiran ala Bali.
Melihat itu semangatnya semakin menggebu, yang ada dibenaknya adalah
kekasihnya telah dekat. Segera Zainal masuk ke dasa itu dan yang ia dapati adalah
sebuah daerah yang sangat sepi dan merupakan padang perkebunan sawit dan karet.
Jauh sudah Zainal menelusuri daerah sunyi itu, namun tak satupun ditemukan
rumah warga, rasa takut dan ngeri mulai menghantui perasaannya waktu itu, karena
memang daerah itu tak ubahnya hutan belantara, ditambah lagi hari mendekati senja,
dan sesekali Zainal melihat jam tangannya dan tepat pada pukul 03.30 waktu setempat
Ternyata khairina [32]
Zainal beristirahat sejenak ditengah padang perkebunan itu, dan sama sekali ia
belum menemukan satu rumahpun. Zainal merenung sejenak memikirkan nasibnya itu,
tapi ia tak punya pilihan lagi untuk mundur, Zainal harus tetap maju dan melanjutkan
pencariannya itu. Tak ingin ia membuang waktu terlalu lama untuk beristirahat,
segeralah Zainal bangkit dan melanjutkan perjalanannya itu.
Terus Zainal berjalan dan ia mulai dihadapkan banyak pesimpangan jalan yang
sama sekali ia tak tau arah dari masing-masing persimpangan itu, namun dengan
keyakinan Zainal mengambil jalan yang menurutnya pas dihati, dan akhirnya Zainal
menemukan satu rumah warga, tak banyak berfikir lagi langsung saja ia menghampiri
rumah itu dan di tanyakanlah alamat yang ia cari itu kepada penghuni rumah tersebut.
Pemilik rumahpun menjawab pertanyaan Zainal….
“ oh,,,, alamat ini masih jauh, terus saja nanti ada kampong lagi, nah tannya aja ma
orang disitu “,
dengan mengucap terimakasih, Zainal bergegas melanjutkan perjalanannya dengan arah
yang disarankah oleh penghuni rumah tadi.
Terus Zainal menelusuri jalan berbatu dan sampailah ia pada sebuah kampung
yang sederhana namun cukup ramai. Hati Zainal sedikit lebih lega jika dibandingkan
saat ia masih di tengah padang perkebunan tadi.
Zainal melihat seseorang yang mendekat padanya, dan ia langsung mengambil
kesempatan itu dengan menanyakan alamat dan orang yang sedang ia cari tersebut.
Dikatakan oleh orang itu bahwa alamat yang dicari Zainal adalah di kampung sebelah
yang tidak terlalu jauh dari Zainal saat itu berada.
Zainal kembali melihat jam tangannya, dan pada saat itu waktu telah
menunjukan pukul 05.30, dan Zainal rasa tidak mungkin ia melanjutkan perjalanannya
itu, apa lagi kondisinya sudah sangat lelah setelah menempuh perjalanan yang jauh
seharian.
Zainal mulai berfikir untuk beristirahat, tapi ia mulai sadar, dimanan ia bisa
beristirahat di daerah yang sama sekali tidak ia kenal, namun ternyata ada seseorang
yang menghampirinya lagi, dan yang datang ini adalah seorang gadis yang memiliki
wajah putih dengan kaos ketat berwarna hitam, ditanyalah Zainal oleh gadis itu,
“ mas sedang apa, dan mencari siapa? Sepertinya mas bukan orang sini?”,
Ternyata khairina [33]
“ iya, saya dari Pelaihari, dan saya sedang mencari alamat dan orang ini”, jawab
Zainal seraya memperlihatkan foto dan secarik kertas yang bertuliskan Sebamban 3
blok B,
“ oh,,, itu kampung sebelah mas, dan sepertinya saya pernah lihat orang di foto ini. Oya
saya Merisa”, gadis itu memperkenalkan diri.
Zainal tampak terkejut dan langsung mengatakan,
“ oya saya Zainal, yang benar, saya sedang mencari dia mbak”
Gadis itu kembali berkata,
“ inikan sudah sore dan bentar lagi malam, gak mungkin mas bisa meneruskan
perjalanan, lebih baik mas istirahat aja dulu, besok pagi baru dilanjutkan kembali ”,
“ iya sih tapi saya gak tau harus beristirahat dimana “, jawa Zainal
gadia itu menjawab,
“ kalau gitu mending mas istirahat di rumah saya aja, “,
“ ah makasih gak enak ma keluarga mbak”, jawab Zainal
gadis itu kembali menjawab,
“ gak papa, mas kami anggap tamu, nanti saya yang jelaskan sama keluarga saya, “
“ baik kalau begitu”, sahut Zainal seraya menarik nafas lega.
Merekapun berjalan menuju rumah sang gadis penolong itu, ya setidaknya penolong
bagi Zainal yang sedang dalam kebingungan saat itu.
Sesampainya di rumah, dijelaskanlah semua tentang Zainal oleh gadis itu
kepada keluarganya, dan keluarga itu dengan senang hati memberikan tumpangan untuk
Zainal beristirahat dan bermalam.
Pada keluarga itulah Zainal menceritakan kenapa ia harus sampai ke daerah itu,
dan semua cerita tentang kekasihnya itu diceritakannya pada keluarga itu, mereka
sangat kasihan melihat keadaan Zainal. Mereka salut akan ketulusan dan pengorbanan
serta keseriusan cinta Zainal kepada kekasihnya itu.
Disela-sela makan malam, Merisa memberikan gambaran mengenai alamat dan
orang di foto itu, yang tak lain adalah kekasih Zainal.
Malam pun berlalu, dan pagi telah datang, setelah sarapan pagi, Zainal
berpamitan dengan keluarga itu, dan ia sangat berterimakasih kepada mereka yang telah
memberikan tumpangan tidur dan memberikan makan.
Ternyata khairina [34]
Zainal kembali melanjutkan perjalannya, dibenaknya ia sangat bersyukur telah
bertemu dengan Merisa dan keluarganya yang telah menolongnya, “keluarga
penolong” iulah sebutan yang iberikan oleh Zainal kepada keluarga itu.
Cukup jauh Zainal meninggalkan kampung itu, dan ditemukanlah sebuah
kampung dengan sebuah papan pelang bertuliskan “ SEBAMBAN 3 BLOK B “,
hatinaya sedikit lega telah menemukan kampung yang dia cari, dan iapun segera
menghampiri rumah pertama dan menanyakan apa kenal dengan orang di foto yang ia
bawa itu.
Ternyata penghuni rumah pertama tidak tau dan tidak kenal. Zainal melanjutkan
pada rumah kedua, namun kembali mereka sama sekali tidak tau dan tidak kenal orang
yang sedang Zainal cari itu.
Dilanjutkanlah pada rumah berikutnya, namun sampai dengan lebih dari rumah
ke 17, belum juga Zainal menemukan apa yang di carinya itu. Zainal mulai putus asa,
karena dilihatnya sudah tidak ada lagi rumah yang belum ia datangi.
Zainal terus berjalan, setelah sekitar 400 meter ia berjalan, dilihatlah sebuah
rumah di persimpangan, segera Zainal menghampiri rumah itu, yang ternyata rumah itu
adalah rumah terakhir, karena tidak ada lagi rumah sepajang pandangan Zainal setelah
rumah itu.
Diketuklah pintu rumah itu, dan beberapa saat keluar seorang ibu,
“ iya mencari siapa ya?” ditanyakan oleh ibu itu,
Zainal menjawab
“ maaf ibu saya sedang menjari orang ini, apa ibu mengenalnya?” seraya Zainal
memperlihatkan foto kekasihnya itu. Sektika ibu itu terkejut dan menjawab,
“ iya ini keponakan saya, ada apa ya, dan kamu siapa ?”, pertanyaan yang seakan-akan
memaksa untuk dijawab segera, seraya ibu itu mempersilahkan Zainal masuk ke dalam
rumah.
Mereka kemudian duduk dan Zainalpun menjelaskan maksud kedatangannya
dan semua yang terjadi antara dia dengan keponakan ibu itu yang tak lain adalah
kekasihnya, seraya ucap syukur Zainal dalam hati karena telah menemuakan rumah
yang dia cari sejak kemarin itu.
Ternyata khairina [35]
Ibu itu pun sangat terkejut mendengar cerita Zainal dan ibu itu pun menjelaskan
benar adanya bahwa keponakannya itu telah dijodohkan dan rencananya dalam tiga
bulan kedepan mereka akan menikah.
Mendengar itu wajah Zainal berubah sangat pucat, hatinya bercampur aduk
antara sedih, marah dan kecewa. Merasa kasihan ibu itu kemudian memberikan
kesempatan kepada Zainal untuk bisa mendengar langsung rencana pernikahan
keponakannya itu dan mempertemukan mereka, setidaknya untuk yang terakhirkalinya,
berharap agar Zainal bisa mengiklaskan kenyataan yang ada.
Dikumpulkan semua keluarga Noor beserta keluarga calon suami Noor siang itu
juga, Saat itu Zainal hanya bisa diam dan mengikuti semua yang dilakukan oleh
keluarga kekasihnya itu.
Beberapa saat datanglah semua keluara dari kedua belah pihak itu, tak terkecuali
si Noor. Melihat kehadiran Zainal, Noor sangat terkejut, seraya berkata,
“ mas kenapa kamu ada di sini?”,
Zainal tak menjawabnya, ia hannya bisa merunduk diam dengan gejolak jiwanya itu.
Dibukalah pembicaraan, diawali dari pihak keluarga Noor, mereka mengatakan
semua yang terjadi dan rencana perkawinan Noor dengan laki-laki yang dijodohkan
oleh orang tua Noor. Mereka juga sangat mengharapkan Zainal dapat memaafkan Noor
dan keluarganya itu.
Zainal dengan berat hati harus mau memaafkan, karena memang ia tidak dapat
berbuat apa-apa dan sama sekali tidak memiliki pilihan. Keluarga pihak calon suami
Noor pun angkat bicara, dan seperti halnya dengan keluarga Noor, mereka meminta
maaf dan mengharapkan agar Zainal bisa menerima kenyataan dan mengiklaskan Noor
untuk menikah dengan anak mereka. Kembali dengan terpaksa dan berat hati Zainal
harus menjawab bahwa ia akan mengiklaskan dan menerima kenyataan yang ada.
Sedangkan Noor hanya bisa menangis melihat Zainal harus dalam posisis seperti itu,
posisi terpojok dan tak mampu berbuat apa-apa. Tak terbanyangkan olehnya Zainal
akan senekat itu, dia tau ketulusan dari mantan kekasihnya itu, tapi dia pun tak mampu
berbuat apa-apa, walau mereka saling mencintaai, namun kenyataan berkata lain, sejak
hari itu benar-benar kandaslah kisah cinta mereka, terlebih Zainal sebagai laki-laki
yang tak mampu berbuat apa-apa menghadapi kenyataan yang datang padanya.
Ternyata khairina [36]
Setelah dirasa semua telah selesai, Zainalpun pamit untuk pulang dan dalam
perpisahan itu Noor berpesan agar Zainal mencari penggantinya dengan wanita yang
lebih baik, diciumnya tangan Zainal untuk yang terakhir kalinya. Sungguh
mengharukan suasana saat itu, dua insan yang dulunya berjanji akan hidup bersama
harus berakhir setragis itu. Air mata Noor pun mengantarkan perpisahan mereka seraya
dengan lambaian tangan perpisahan.
Zainal akhirnya pulang dengan membawa kepastian akan kehancuran cintanya.
Cinta yang begitu ia idam-idamkan kini telah musnah dan takkan lagi ia bisa merasakan
kehangatan kasih sayang yang dulu sering mereka rasakan dan mereka curahkan
bersama.
Sungguh kenangan masa-masa indah yang takkan terlupakan. Sepasang kekasih
yang harus terpisahkan oleh keadaan dan keinginan orang tua yang sama sekali tak
memperdulikan perasaan anaknya.
Begitulah yang mereka berdua rasakan, terlebih oleh Zainal yang harus
mendapati wanita yang ia cintai akan dimiliki oleh orang lain. Wanita yang selama ini
selalu ia jaga akan disentuh laki-laki lain. Sakit bagai jantung tertusuk seratus anak
panah, itu lah yang Zainal rasakan saat menyadari bahwa kekasih yang tercinta akan
menikah dengan laki-laki lain.
***ooo***
Ternyata khairina [37]
tekan
mem
untuk
tak b
hari
sms
pesan
“Mas
do’a
mas d
dulu
semog
ia ing
kena
pergi
Setelah k
nan batin
mperjuangka
Kini Zai
k melupaka
bisa hidup ta
Hari teru
Zainal mer
bahwa keka
n panya
s Zainal, bes
kepada kam
dengan meng
takkan berub
ga mas bisa
Hanjur s
gin pergi m
angan yang
i ke Surabay
kejadian ha
dan rasa
an perasaann
inal sering t
an kekasihny
anpanya.
us berlalu, n
rasa tekanan
asihnya tela
sok adalah h
mi. Saya tau
girim berita
bah terhadap
ngertiin kea
sudah hatiny
meninggalka
pernah me
ya.
Tern
D
ari itu Zaina
penyesalan
nya itu.
termenung s
ya itu, bera
namun tak j
n batinya it
ah melangsu
hari pernikan
ini menyaki
ini. Saya han
p mas. Cinta
adaan saya. T
ya dan tak
an kampung
ereka lalui b
nyata khairina
DELAPAN
PERGI
al sangat ter
karena ti
seperti hidu
apa kali itu j
juga Zainal
tu semakin
ungkan pern
n kami dan
itkan, tapi b
nya ingin me
a ini akan say
Ttd Noor Alfi
mampu lag
g halamanya
berdua, ya
a [38]
N
rpukul, dan
idak mamp
hari-hariny
pu berbuat
ya penuh de
apa-apa u
engan
untuk
up tanpa gai
juga pula ia
irah. Berapa
a semakin in
akali ia men
ngat dan m
ncoba
merasa
bisa melup
memuncak
nikahan. Se
pakan kekas
k setelah ad
ebuah nomo
sihnya itu. S
da kabar me
or baru men
Suatu
elalui
ngirip
saya harap
bukan maksu
engatakan pa
ya bawa sam
fisyara.”
mas Zainal
ud saya untu
ada mas Zain
mpai mati. M
sudi membe
uk lebih meny
nal bahwa ci
Maafkan saya
erikan
nyakiti
intaku
a mas,
gi berbuat a
a, berharap
dengan izi
apa-apa, terb
bisa melup
in orang tu
besit dibena
pakan kenan
anya, Zaina
aknya
ngan-
alpun
Berangkatlah Zainal hari itu dengan penerbangan Banjarmasin-Surabaya pukul
12 siang. Sesampainya di Surabaya Zainal menuju ke rumah keluarganya. Ya Zainal
memliki keluarga dari ibunya di Surabaya. Akhirnya di sana Zainal bisa sedikit lebih
baik, hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan baru, teman baru, dan suasana baru.
Zainal bekerja di industri tempe rumahan, selain sebagai buruh, terkadang ia juga
berjualan. Hari-hari yang padat terus Zainal lalui dengan suka cita.
Tiga bulan telah berlalu, Zainal kembali mencoba berpetualang, ia pergi ke
Jakarta. Seorang Zainal yang sama sekali belum pernah merantau jauh, dengan
nekatnya menginjakkan kakinya di kota metropolitan yang terkenal dengan kekerasan
dan kekejamannya. Semua itu Zainal lakukan tak lain adalah sebagai bentuk
pelampiasan sakit hati dan tekanan batinya itu.
Di Jakarta Zainal bekerja sebagai kernet mobil barang, disitu hidupnaya sedikit
berubah, seperti kekelawar, aktifitasnya pada malam hari, yah itu sangatlah berat
baginya, Zainal harus berteman dengan kekejaman malam dan berjuang dengan angin
malam, hari, minggu, bulan terus berganti. Sampai dengan akhirnya ada kabar tentang
tawaran pekerjaan dari kampung halamannya. Setelah difikir dan di timbang, akhirnya
Zainal berniat untuk menerima tawaran pekerjaan itu, dan kembalilah Zainal ke
kampung halamannya hari itu setelah berpamitan dengan semua keluarga di Surabaya.
Setibanya di kampung halaman, tampaknya Zainal merasa sangat asing,
suasana seakan berubah drastic. Ya,,, sekian lamanya Zainal di tanah perantauan telah
banyak perubahan yang terjadi di kampung halamanya. Hanya sekitar 8 bulan Zainal
pergi, sebagian jalan desanya mulai dihampar batu dan pembangunan Masjid dilihatnya
sangat pesat. Yang dulunya Masjid desa itu hanyalah berdindingkan papan kayu, kini
Masdid dengan tembok beton yang megah telah dipandangnya. Benar-benar Zainal tak
menyangka desa kelahirannya telah berkembang secepat itu.
***ooo***
Ternyata khairina [39]
sebag
Zain
yang
jalar
kalau
lain,
kehid
tua d
infom
adala
dari
dan d
Lind
Segerala
ga karyawa
al menjalan
g sampai den
Dikataka
ran songko
u ia memfik
dan Zainal
Zainal h
dupannya. Y
darinya. Stra
masi dan m
ah rekan ker
Ternyata
Linda, dan
dengan key
da menjawab
ah Zainal m
an honor ko
ni hidunya y
ngan saat itu
an orang ba
gelibet), ya
kirkan untuk
juga tak mu
harus bang
Ya Zainal k
ategi pendek
masuk kedal
rjanya namu
a pendekata
setelah lam
yakinan yan
b bahwa dia
Tern
S
KEMBA
mengurus taw
ontrak pada
yang baru, n
u belum bis
ahwa cinta
a Zaianl me
k mencari p
ungkin hidu
gkit dan m
kembali jatu
katan mulai
lam kehidu
un lain divi
an yang dila
ma mereka
ng kuat Zain
a meminta w
nyata khairina
SEMBILAN
ALI JATUH
waran peke
a sebuah un
namun tetap
sa ia lupakan
itu datang
engakui itu,
pengganti N
up dalam ke
mencoba m
uh cinta pad
i dia lakuka
upan sang
si.
akukan Zain
saing kena
nalpun men
waktu untuk
a [40]
N
H CINTA
erjaan itu, d
nit istansi p
p dengan bay
n sepenuhn
dan akhirny
pemerintaha
yangan kep
nya.
ya diterimal
an. Kini kem
pahitan masa
lah ia
mbali
a lalu
dari kebias
, setelah lam
Noor, toh di
eterpurukan
menjalin pe
da seorang
an, berlahan
gadis itu, s
nal mendapa
al dan saling
ngatakan cin
k memikirk
saan dan pe
manya ia ke
a sudah me
terus-mene
ergaulan, (tr
ecewa pant
enjadi istri o
erus.
resno
taslah
orang
ercintaan y
gadis yang
n tapi pasti i
sebut saja L
ang lain u
tiga tahun
ia mulai me
Linda, ya L
untuk
lebih
encari
Linda
at respon ya
g berhubun
nta kepada
kannya. Zain
ang cukup p
ngan komun
Linda. Awa
nal dengan
positif
nikasi
alnya
sabar
memberi waktu untuk Linda memfikirkannya. Zainalpun tidak mau gegabah dan tak
ingin salah mengambil keputusan yang berakibat seperti pada kisah percintaannya
dengan Noor.
Dua hari berlalu, tepat hari itu adalah hari Rabu malam pukul 20.24 WITA,
handphone Zainal berdering, dan ternyata Linda menelfon. Segeralah diangkat oleh
Zainal, dan ternyata dalam komunikasi lewat telefon itu Linda menerima cinta Zainal.
Betapa bahagianya Zainal malam itu, ia yakin bahwa Linda adalah pengobat hati,
hatinya yang tersayat.
Tiga bulan berlalu, disaat Zainal merasa hidupnya kembali bangkit dan Zainal
merasa adalah laki-laki paling berbahagia, tapi ternyata kenyataan kembali berkata lain,
musibah kembali datang, rasa kecewa dan sakit hati kembali datang, luka yang lama
baru saja sembuh kembali lagi tersayat, sungguh sangat pedih, lebih pedih dari luka
yang semula.
Ya,,,,, Zainal kembali mendapati kehancuran hati dan cintanya. Linda
memutuskan tali cinta mereka tanpa sebab dan tanpa salah, maupun masalah. Zainal
mencoba menanyakan mengapa, ada apa? Namun Linda hannya membisu dan selalu
menjauh. Kata-kata terakhir yang terucap dari bibir Linda adalah “ ini keputusan yang
terbaik untuk kamu ”, Zainal sama sekali tak mengerti apa yang terbaik, untuk siapa
yang terbaik, kalau ini yang terbaik untuk dirinyanya, kenapa Zainal menderita oleh
keputusannya ?, pertanyaan yang sama sekali tak ada jawabannya.
Sejak itu Zainal kembali terdiam, hari-harinya kembali dipenuhi dengan derita
batin, namun itu tidak berlangsung terlalu lama, karena memang Zainal telah cukup
berpengalaman mengalami putus cinta.
Zainal mulai mampu untuk bangkit dari kesedihan dan melupakan Linda dan
kisah cinta mereka itu. Dia mulai bisa berfikir bahwa mungkin Linda bukan jodohnya,
dan mungkin jodohnya belum datang padanya, mereka hannyalah lika-liku perjalanan
cintanya untuk menuju yang terbaik untuknya.
***ooo***
Ternyata khairina [41]
sebut
Tifa
tak a
telefo
terny
cerita
yang
berju
grosi
Tifa
apa,
sendi
Hari teru
t saja dia T
Fransiska.
Tifa ada
ada berkomu
fonnya dan s
Hari itu
yata itu adal
a setelah kia
Setelah
g hilang da
umpa.
Tifa ting
ir Banjarma
ternyata m
namun dia
irinya, toh Z
us Zainal la
Tifa, seorang
lah teman l
unikasi wala
sama sekali
berawal dar
lah teman la
an lama tak
hari itu, me
an baru sa
ggal di Ban
asin. Yah,,,,
menyatakan c
berfikir apa
Zainal tau b
Tern
CINT
alui, sampai
g gadis man
lama Zainal
au hanya le
tidak memb
ri sebuah no
ama Zainal,
k pernah berj
ereka serin
aja kembal
njarmasin,
itu terus be
cnta pada Z
a kah ini ya
bahwa Tifa
nyata khairina
SEPULUH
TA KE EM
i suatu hari
nis asli gadi
l, dua tahun
wat telefon
beri kabar p
omor baru m
yang tak la
rjumpa dan
g sms dan
li dipertem
dan dia be
erlangsung,
Zainal. Awa
ang dikatkan
itu cewe ya
a [42]
H
MPAT
dimana dat
is banjar ya
tang cinta k
ang memilik
ke empat Za
ki nama len
ainal,
ngkap
n mereka tak
, karena saa
pada Zainal
k berjumpa
at itu Tifa m
.
dan sama s
mengganti n
sekali
omor
menelfon Z
ain adalah T
berkomunik
Zainal, dan s
Tifa. Mereka
kasi.
setelah dian
a saling ber
ngkat,
rtukar
telefon, tak
mukan. Kini
k ubahnya
i merekapu
seperti kelu
un lebih s
uarga
sering
kerja diseb
, sampai den
alnya Zaina
n bahwa jod
ang baik, d
buah toko p
ngan suatu
al bingung h
doh itu akan
an mereka j
pakaian di p
momem dim
harus menj
n datang de
juga sudah
pasar
mana
awab
engan
lama
saling kenal. Akhirnya Zainal menerima cinta Tifa, dan sejak hari itu mereka resmi
berpacaran.
Merasa Zainal tidak ingin lagi mengulang putus cinta, diajaklah Tifa untuk
menjalin hubungan yang lebih serius, ternyata Tifa juga berkeinginan seperti itu.
akhirnya Tifa menerima ajakan Zainal itu. Kini hubungan mereka makin hangat dan
Zainal semakin yakin bahwa Tifa adalah jodohnya yang selama ini dia cari, di tambah
lagi Tifa pernah menelefon kepada orang tua Zainal bahwa dia ingin menjadi istri
Zainal. Orang tua Zainalpun sangat senang dan mendukung serta merestui hubungan
mereka, ya walau Tifa belum pernah bertemu langsung dengan orang tua Zainal karena
memang kesibukannya di toko yang menyebabkan belum adanya waktu untuk bisa ke
rumah Zainal.
Hari, minggu, bulan terus belalau, dan sampai suatu hari Tifa mengajak Zainal
untuk berjiarah dan berdoa agar hubungan mereka tidak ada rintangan sampai dengan
kepelaminan. Zainalpun mengabulkan ajakan kekasihnya itu.
Pagi-pagi sekali Zainal berangkat ke Banjarmasin untuk menjemput kekasihnya
itu, tapi hari itu sedikit lain dari biasanya, Tifa ingin Zainal menjemputnya di toko
tempatnya bekerja. Waktu begitu Zainal tak beikir apa-apa, mugkin Tifa ada keperluan
lain sehingga dia ingin di jemput di toko.
Sekitar sepuluh menit Zainal menunggu di toko, datanglah kekasihnya itu,
namun tampaknya Zainal sedikit terkejut karena dilihatnaya Tifa diantar oleh seorang
laki-laki yang tak dikenal olehnya dan baru sekali itu Zainal melihatnya selama 6 bulan
ia berpacaran dengan Tifa. Belum sempat Zainal bertannya, Tifa memperkenalkan laki-
laki itu padanya, dikatakan bahwa laki-laki itu adalah kaka angkat Tifa yang baru saja
datang dari Jawa, legalah hati Zainal,
“ oh,, pantes aku gak pernah liat” kata Zainal.
Setelah mereka saling berkenalan berangkatlah Zainal dengan kekasihnya itu
ketujuan mereka. Tapak demi tapak perjalanan mereka lalui dengan canda ria. Curahan
kasih sayang terpancarkan diantara mereka.
Sesampainya di tempat jiarah, dilihatnya Tifa begitu serius berdoa di aula besar
yang dipenuhi oleh pengunjug untuk berdo’a dan berjiarah ke makam para wali yang
diyakini oleh masyarakat setempat. Tifa juga meminta air kepada sang Ustazd, untuk
Ternyata khairina [43]
keberkahan mereka berdua. Mereka berdua juga membaca surah Yasin untuk para
arwah, wali dan kiyai yang dianggap keramat oleh kepercayaan masyarakat setempat
itu.
Setelah serangkain acara jiarah selesai, mereka segera pulang dan di tengah
perjalanan mereka berhenti disebuah warung makan. Tentu saja Zainal meresa lapar
setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh itu. Namun Zainal kembai melihat ada
sedikit yang aneh pada kekasihnya itu, hari itu Tifa terlihat agak pendiam dan
sepertinya sedang memikirkan sesuatu, di tambah lagi dia tidak mau makan. Zainal
segera menanyakan semua kejanggalan itu, namun kekasihnya itu menjawab,
“ tidak apa-apa mas, cuma lagi cape aja, akhir-akhir ini di toko banyak pekerjaan
bongkar barang, pian makan aja, saya lagi gak selera makan, “
Itu lah jawaban Tifa sambil mengelus-elus pundak Zainal, dan sesekali dia
menyandarkan kepalanya di bahu Zainal.
Zainal tidak berfikir macam—macam lagi, sesekali ia juga mengusap kepala
kekasihnya itu dengan penuh kasih sayang. Selesai makan, mereka melanjutkan
perjalan pulang, di jalan sesekali Tifa bertanya,
“ mas, pian cape ya?, seraya Tifa mengelus punggung Zainal,
” ah tidak ” jawab Zainal.
Jalan terus mereka lalui, dan akhirnya sampailah mereka di Banjarmasin. Zainal
pengen langsung mengantar kekasihnya itu pulang kerumah, namun Tifa menolak, dia
mau dianter sampai toko aja, dikatakan bahwa kakak angkatnya ada di sekitar toko dan
mereka barengan aja pulangnya.
Zainal tak banyak berfikir lagi, ia percaya saja dengan kekasihnya itu, toh
dikatakan bahwa laki-laki tadi adalah kakak angktnya dan dilihatnya waktu berkenalan
tadi dia adalah cowo yang baik dan ramah.
Sesampainya di toko mereka beristirahat sejenak, dan Tifa membeli sekantung
buah apel merah dan menitipkannya pada Zainal, dikatkan
“ mas nitip ini untuk Ibu”,,,
Tidak lama datang kakak angkkat Tifa, merekapun pamit pulang kepada Zainal, dan
Tifa mencium tangan Zainal dan memeluk erat tubuh Zainal denga penuh kasih sayang,
seraya membisikan ketelinga Zainal,
Ternyata khairina [44]
“ mas aku mencintai kamu untuk selamanya”,,
tak lama kemudian mereka berjalan dan menghilang dari pandangan Zainal.
Hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Zainal, setidaknya hari itu
adalah hari dimana mereka berdo’a untuk hubungan mereka agar sampai pada
pernikahan. Zainal segera pulang, dan memang hari itu juga adalah hari yang sangat
melelahkan bagi Zainal.
Sesampainya di rumah, Zainal langsung istirahat, tak lupa sebelumnya
menyerahkan titipan dari kekasihnya itu untuk ibunya.
***ooo***
Keesokan harinaya, Zainal mencoba mengirim sms keksihnya itu, karena
memang Tifa dari kemarin sore belum ada memberi kabar atau setidaknya me sms.
Beberapa kali sms dikirim oleh Zainal, namu tidak ada balasan. Zainalpun mencoba
menelefon, namun tak ada diangkat juga. Zainal mulai khawatir, terus dia mencoba
menghubungi Tifa, sampai akhirnya dijawab telefonnya itu, namun ternyata bukan Tifa
yang menjawab, tapi adik perempuannya. Dikatkan oleh sang adik bahwa Tifa tidak
ingat membawa handphone dan dia lagi kerja, mendengar itu Zainal sedikit lega.
Ya Tifa memiliki adik perempuan yang tak terlalu jauh terpaut umur darinya,
hanya berbeda satu tahun. Shifa itu lah nama adik perempuan Tifa. Shifa adalah gadis
manis dan pendiam, dia juga tak kalah cantiknya dengan kakanya. Shifa masih sekolah
SLTA. Kalau Zainal main ke rumah, Shifa selalu meminta bantuannya untuk
mengerjakan tugas rumahnya. Zainal pun dengan senang hati dan sebisanya membantu
adiknya itu. karena begitu akrabnya, Zainal malah lebih sering bercanda dan ngobrol
dengan Shifa saat di rumah, daripada dengan kakanya. Hem,,,, tapi itu hanya sebatas
hubungan seorang kakak dengan adik. Begitulah keadaannya jika Zainal berada di
rumah Tifa.
Malamnya Zainal kembali menelefon Tifa, lama sekali, namun tak ada jawaban,
setelah beberapa kali menelefon akhirnya Tifa menjawabnya, namun semua terasa
berbeda dari biasanya, suara Tifa terdengar seperti habis menangis, ya memang Tifa
saat itu baru saja menangis, dikatakanlah oleh Tifa tentang semua yang terjadi kepada
Ternyata khairina [45]
Zainal, dan ternyata dikatakan bahwa keluarga Tifa besok pergi keluar KAL-SEL,
mereka sekeluarga besok pergi untuk pindah rumah, begitu juga mau-tak mau Tifa
harus ikut dan pergi dari kota Banjarmasin. Mendenar itu Zainal sangat terkejut, yang
jadi pertanyaannya adalah kenapa harus besok dan kenapa Tifa tidak mengatakan
sebelumnya ?, dikatakan bahwa rencana itu sudah lama, namun Tifa tak kuasa untuk
mengatakannya pada Zainal.
Setelah semua dijelaskan, barulah Zainal megerti kenapa kekasihnya itu
mengajaknya berjiarah dan berdoa. Zainal juga mengerti kenapa Tifa tak mau di jemput
dan di antar kerumahnya, dan Zainal pun juga sangat mengerti kenapa pada hari itu
terlihat Tifa sedikit tak seperti biasanya.
Mau-tak mau Zainal menerima keputusan keluarga keksihnya itu, dan tentu saja
Zainal tak punya waktu untuk bisa bertemu untuk perpisahan mengantarkan kepergian
kekasihnya itu. Pelukan dan ciuman tangan waktu itu lah sebagai pertemuan dan
perpisahan mereka untuk waktu yang tak tentu lamanya. Mungkin akan sangat lama, di
tambah lagi dikatakan daerah yang akan di tuju keluarga Tifa itu sangat jauh dari kota,
dan kemungkinan besar akan kesulitan berkomunikasi dengan jaringan telefon. Namu
Tifa berjanji akan selalu mengirimkan surat pada Zainal, dan malam itu pun mereka
saling menangis dan saling berjanji setia, serta mengucapkan selamat berpisah.
Sungguh suasana yang mengharukan, sepasang kekasih yang begitu bahagia
harus terpisahkan oleh jarak yang jauh dan dengan waktu yang tak tentu kapan mereka
bisa bertemu lagi. Namun mereka saling berjanji untuk saling setia dan akan saling
sabar sampai Tuhan mempersatukan kembali mereka berdua. Kalimat terakhir yang
terdengar oleh Zainal dari kekasihnya itu adalah,,,
“ selamat tinggal sayang, aku akan sangat merindukanmu, percayalah cintaku hannya
untuk dirirmu ”
seraya Tifa menutup telefonya itu. Zainal hanya bisa mengiklaskan kepergian
kekasihnya itu seraya iringan tetesan airmatnya, dirasakan kata-kata terakhir begitu
menyayat hatinya yang telah rampuh, rapuh akan penghianatan cinta yang kesekian
kalinya terjadi dalam hidupnya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Zainal mendapat sms bahwa kekasihnya
telah berangkat, dan pesan terakhir dalam sms itu bahwa Tifa berpesan agar Zainal
Ternyata khairina [46]
harus sabar, dan kosentrasi dalam kerja, jangan telat makan, jaga kesehatan, dan Tifa
juga nitip salam dan meminta maaf kepada Ibu dan bapak, kalau dia belum bisa
menemuinya.
ejak itu lah Zainal kembali lebih sering termenung. Hari terus belalu, kini telah
satu minggu kekasihnya itu pergi, namun belum juga Zainal menerima surat yang
dijanjikan oleh kekasihnya itu. Namun Zainal tetap sabar menanti kedatangan surat dari
kekasihnya itu. Hari-hari yang sepi dengan sabar ia lalui.
***ooo***
Suatu hari Zainal diminta tolong oleh temannya untuk mengantarkannya
membeli barang di pasar Samudra Banjarmasin, ya itu adalah pasar dimana Tifa bekerja
dulu. Zainalpun dengan senang hati mau mengantarkan temannya, ya itung-itung dia
sambil mengenang masa-masa indah bersama kekasihnya itu, karena memang mereka
berdua lebih banyak mengahabiskan waktu untuk bertemu di pasar itu.
Berangkatlah Zainal dan temannya itu. Sesampainya di pintu masuk, Zainal
berhenti sejenak, ia menarik napas dalam dan menghembuskannya berlahan, bersiap
untuk mengenang masa-masa bersama kekasihnya itu. Semakin jauh Zainal masuk,
semakin air matanya terasa tak terbendung, sesekali tetesan air matanya jatuh
membasahi pipinya. Zainal tak kuasa untuk mendekati toko dimana Tifa bekerja, karena
tentunaya itu akan sangat mengingatkan dia pada kekasihnya itu.
Terus Zaianl dan temannya itu berjalan, dan tidak disengaja Zainal menabrak
seorang gadis yang sedang membawa tumpukan pakaian. Zainal memang tidak konsen
saat itu, pikirannya selalu terbayangkan oleh kehadiran Tifa, dia merasakan aura dan
harum tubuh tifa ada di pasar itu, sampai kecelakan itu terjadi.
Segera Zainal meminta maaf pada gadis itu, dan saat gadis itu berbalik arah
menghadap Zainal seraya mengatakan “ oh ya tak pa”, Zainal sangat terkejut, begitu
juga sang gadis itu pun sangat terkejut luar biasa. Ternyata gadis itu adalah Tifa, tak
lain adalah kekasih Zainal yang pamit pergi pindah rumah beberpa hari yang lalu.
Zainal langsung memegang tangan gadis itu dengan berjuta pertanyaan. Tifa
segera mengelak dan berlari menjauh dari Zainal. Dikerjanya oleh Zainal. Jauh Tifa
Ternyata khairina [47]
berlari menelusuri toko pakaian yang berjajar rapi dan dipenuhi oleh banyak
pengunjung.
Zainal tak tinggal diam, terus ia berlari untuk mengejar kekasihnya itu sampai
dengan didapatinya Tifa menagis terduduk didekat toilet pasar itu. Akhirnya Tifa
menjelaskan semua yang terjadi.
Dikatakan bahwa ternyata pidah rumah itu hannyalah sandiwara, yang terjadi
sebenarnya adalah Tifa kini telah menikah dan kini dia telah menjadi istri orang, dan
parahnya lagi suami Tifah adalah laki-laki yang waktu itu mengantar dan menjemput
Tifa yang dikatakan pada Zainal sebagai kakak angkat yang baru pulang dari Jawa.
Mendengar semua itu Zainal sangat terpukul, dan sangat kecewa, kenapa
kekasihnya itu tidak berterus terang dan begitu tega melakukan semua itu. Tega menipu
dan menghianati Zainal yang begitu tulus mencintainya.
Dikatakan oleh teman-teman Tifa saat itu, bahwa Tifa telah bercerita pada
mereka dan Tifa sangat terpaksa untuk melakukan itu, karena Tifa sangat mencintai
Zainal, sehingga dia tak mau melihat Zainal kecewa. Tifa terpaksa menikah dengan
orang lain karena keinginnan orang tunya.
Begitulah yang terjadi, lagi-lagi Zainal yang polos itu menerima kesakitan dan
tekanan batin yang tentunya sangat berat setelah beberapa kali ia mengalami kegagalan
cinta.
Lagi-lagi cintanya kandas karena sebuah keinginan orang tua. Mau-tidak mau
Zainal harus mengiklaskan Tifa, tak mungkin lagi baginya untuk bisa menyentuh
kekasihnya itu.
Kini kisah cinta mereka berdua benar-benar tinggal kenangan dan tinggalah
sebuah cerita pahit jika di ingat. Zainal harus kembali melupakan wanita yang di cintai
itu.
Kemudian pulanglah Zainal setelah temanya selesai dengan urusannya. Pulang
dengan perasaan kacau dan penuh dengan penyesalan hidup yang sama sekali tidak
berpihak padanya. Yah itu lah yang dirasakan Zainal siang itu, siang yang begitu panas
terik matahari, ditambah dengan panasnya hati. Lengkaplah sudah penderitaan itu
baginya.
***ooo***
Ternyata khairina [48]
bena
bena
dan m
telah
kasih
pun
seben
meny
kega
untuk
untuk
deng
saja
dari
elekt
Setelah k
ar-benar mu
ar-benar ma
melamun. T
h berubah.
Melihat
han. Mereka
disampaika
narnya kur
yadari bahw
agalan yang
k mencarika
Tibalah
k dijodohka
ga baik dan
Keluarga
gadis itu de
Zainal wak
tronika di k
kejadian itu
lai putus as
au hidup de
Tak ada lag
keadaan Z
a berencana
an kepada
rang setuju,
wa ia tak m
g di hadapa
annya seora
suatu hari o
annya itu. S
sesuai deng
a sang gadi
engan nama
ktu itu, Yana
kota Martap
Tern
DI
u dan beber
sa. Zainal m
engannya. K
gi senyum a
Zainal sepe
a menjodoh
Zainal. M
, namun ia
mampu untuk
inya. Mung
ang istri.
orang tua Za
Sesampainya
gan rencana
spun menya
a Yana, dia
a bekerja se
pura. Sang g
nyata khairina
SEBELAS
IJODOHKA
rapa kejadia
merasa hidup
Kini ia pasr
apa lagi taw
erti itu, ora
hkan Zainal
Mendengar i
a tak bisa
k mendapat
gkin Zainal
ainal menga
a di rumah
.
ambut Zain
seorang ga
ebagai sales
gadis hanya
a [49]
S
AN
an yang tela
pnya tak be
rah dan terl
wa dari Zai
ah dialami d
erguna, tak
lihat labih s
inal. Hidupn
dulu, kini Z
ada wanita
suka menye
nya benar-b
Zainal
yang
endiri
benar
ang tuanya
l dengan an
itu Zainal
menolakny
tkan jodohn
l memerluk
sangat sed
nak temann
hanya bisa
ya, karena
nya sendiri
kan bantuan
dih dan m
nya. Rencan
a pasrah, w
memang Z
setelah berb
n dari orang
merasa
na itu
walau
Zainal
bagai
g lain
ajaknya ke r
sang gadis,
rumah gadis
semuanya
s yang dima
tampak ber
aksud
rjalan
nal dan kelu
dis berusia
s sebuah per
a diam dan
uarganya den
25 tahun, 4
rusahaan di
menganggu
ngan baik,
4 tahun lebi
istribusi ala
uk saat di t
sebut
ih tua
at-alat
tanya
orang tuanya mengenai maksud dan tujuan kedua belah pihak itu, dan sepertinya kedua
belah pihak keluarga itu sudah sama-sama setuju jika Zainal menikah dengan Yana.
Namun dari sang anak sendiri belum ada kata sepakat atau pun setuju. Mereka meminta
waktu untuk berfikir dan saling mengenal lebih jauh lagi. Orang tua masing-masingpun
bisa mengerti itu.
Keesokan harinya Zainal di undang ke rumah oleh Yana. Zainal waktu itu
sedang libur dan dengan senang hati bersedia datang, dan mereka berdua meminta izin
kepada orang tua Yana untuk jalan berdua untuk membicarakan masalah ini berdua.
Setelah mendapat izin, merekapun menuju suatu tempat untuk membicarakan rencana
kedua orang tua mereka.
Setelah sampai di tempat yang dianggap nyaman, mereka mulai membicarakan
rencana kedua orang tua mereka itu, dan setelah semua dibicarakan didapatlah suatu
keputusan dan kesimpulan bahwa ternyata Yana belum siap menikah. Zainal pun bisa
merima keputusan itu tanpa ada rasa kecewa, karena memang Zainal belum begitu
mengenal Yana, dan ia juga belum bisa mencintai Yana dalam waktu singkat itu,
apalagi langsung kearah pernikahan.
Setelah di dapat kesimpulan dan kesepakatan itu, maka mereka berdua
menjelaskan semuanya kepada orang tuanya masing-masing, dan semuanya bisa
menerima keputusan anak-anaknya itu.
Zainal tidak kecewa, namun dari kejadian itu dan dari kejadian sebelumnya, ia
mulai mengambil kesimpulan bahwa benar adanya tak ada wanita yang mau hidup
dengannya. Zainal sadari wajah yang sederhana dan perekonomian yang mungkin
menjadi penyebab semua kegagalan-kegagalan itu, walau disadari oleh Zainal bahwa
semua itu adalah rahasia Tuhan, namun seorang manusia biasa seperti Zainal juga tak
bisa sepenuhnya untuk memahami semua kenyataan itu. Dalam benaknya kenyataannya
adalah bahwa semua dapat dibeli dengan uang. Mereka yang mampu membeli dengan
harga mahal maka akan mendapatkan cinta yang diinginkannya.
***ooo***
Ternyata khairina [50]
lagi
wani
yang
lemb
melu
pasan
dan m
dipun
emos
wani
Diiba
wani
darah
penja
meng
Setelah
jatuh cinta
ita adalah p
g ada dipem
Hari-har
bur sampi t
upakan urus
Zainal ta
ngannya ma
musuh terb
ngkiri juga
sinya meng
ita, sehingga
Baginay
aratkannya
ita adalah m
hnya lalu d
ajah laki-la
goda laki-la
serangkain
a, ia ingin m
penghianat d
ikiran Zaina
rinya kini d
ak memikir
an cinta dan
ak menghir
asing-masin
esar baginy
a dalam hat
galahkan ha
a cukup lam
a wanita
wanita ada
mesin pengh
ditinggalkan
aki dengan
aki demi m
Tern
D
MEM
kejadian y
membunuh
dan pencari
al waktu itu
dilalui deng
rkan lagi is
n wanita.
raukan tema
ng, yang ad
ya. Setidakn
ti kecilnya
atinya. Ser
ma ia menjau
hanya pe
alah racun y
hisap darah l
n dalam k
senyum da
mendapatkan
nyata khairina
DUA BELA
MBUNUH C
yang tragis
cinta yang
i harta dan
u.
gan bekerja
stirahat, kar
an-temanny
da dalam pik
nya itulah p
sangat me
ring kali Z
uh dari seor
nghambat,
yang merusa
laki-laki ya
kondisi seka
an kemoleka
n apa yang
a [51]
AS
CINTA
itu, kini Z
g ada di ha
kesenangan
ainal menc
atinya, dian
n semata. S
oba untuk
nggapnya se
Setidaknya i
tidak
emua
itulah
dan bekerj
rena dengan
a, sering k
n begitulah
ali Zainal a
h ia merasa
ambil
a bisa
ya yang seti
kirannya ba
pengungkap
endambakan
Zainal sanga
rang wanita
iap minggu
ahwa cinta
pan emosion
n cinta yan
at garang
a.
u kencan de
adalah pen
nalnya dan
ng sejati, na
dan kasar
engan
nyakit
tidak
amun
pada
dan bena
ak hati laki-
ang mencint
arat. Wanit
an tubuhny
dia cari. E
alu dalam
-laki yang t
tainya, samp
ta tak lain
ya itu. Dima
Entah apa s
kehidupan
tak berharta
pi dengan k
halnya de
ana-mana s
sebenarnya
nnya.
a, dan
kering
engan
selalu
yang
mereka cari. Zainal sama sekali tak mengerti, baginya wanita adalah sosok dengan dua
kebribadiaan. Disaat pria kuat maka wanita akan melemah dan bersimpuh di pangkuan
pria, dan jika pria lemah maka wanita berubah seperti raksasa yang haus akan darah dan
menginjak-injak pria seperti sampah. Setelah melihatnya tak berdaya, dia pergi dengan
tawa terlakak-lakak. Ya itulah anggapan Zainal tentang wanita, setidaknya wanita yang
telah menjadikan dia seperti itu.
***ooo***
Ternyata khairina [52]
tetap
Zain
gadis
berke
yang
tema
begit
Zain
ada s
lagi b
dari e
Zain
mera
Enam bu
plah dia seor
al kembali d
s penjaga to
Dilihatny
enalan, sepe
Namany
g memperke
an Zainal m
tu juga deng
al.
Zainal m
secercah cin
bahwa sete
emosionaln
Sekerasn
al mencinta
asa bosan ha
ulan berlalu
rang manus
diketuk hati
oko alat-alat
ya gadis it
ertinya mem
ya Eli, perk
enalkan me
memeperken
gan Eli yang
mengerti ma
nta antara m
lah kenal, i
nya.
nya Zainal,
ai Eli. Nam
arus menuli
Tern
T
SADAR
u. Semarah
sia biasa yan
iya oleh seo
t tulis.
tu adalah g
mang dia ad
kenalan Zain
ereka berdu
nalkan mer
g juga lagi s
aksud dari t
mereka itu. Y
ia jatuh hati
hatinya te
mun Anda t
is kegagalan
nyata khairina
IGA BELA
R PERLU
apapun dan
ng sangat m
orang gadis
gadis yang
dalah gadis y
nal dengan
ua. Ya Eli
reka berdua
sendiri. Set
temannya it
Ya,,, ternyat
i dengan El
etap luluh d
tau apa yan
n-kegagalan
a [53]
AS
CINTA
n sebenci a
memerlukan
manis, ang
apapun Zain
n cinta dan k
ggun dan dia
nal pada wa
kasih sayang
a adalah seo
anita,
g. Ya
orang
sangat baik
yang baik.
k apa lagi setelah meereka
Eli berawa
adalah tem
a karena d
idaknya itu
al dari tem
man dari tem
dia tau Zain
lah yang di
man cowo Z
man Zainal
nal lagi sen
ijelaskan ke
Zainal
, dan
ndiri,
epada
tu, dan ia pu
ta memang
li dan setid
un mendek
Zainal tak b
aknya kini
kati Eli, berh
bisa menyan
hatinya me
harap
ngkal
enang
dengan cin
ng terjadi,
n Zainal, nam
nta. Semakin
lagi-lagi ga
mun itu lah
n hari, sem
agal. Penuli
yang terjad
makin
ispun
di.
Ternyata Zainal salah menilai temannya itu, dikira temannya itu tulus
memberikan harapan cinta kepadanya untuk Eli, namun ternyata Zainal hannya
digunakan sebagai pesaing dan pembanding. Ternyata Eli berpacaran dengan teman
Zainal itu, sebut saja Ardi.
Zainal memang terkejut, namun ia tak begitu mengambil hati dari kenyataan itu,
karena ia tau dan sadari bahwa apa yang ia yakini itu akan terjadi benar adanya.
Ya seperti yang telah dikatakanya bahwa cinta tak akan ada bagi dirinya. Zainal
hannya bisa menggelengkan kepala melihat apa yang terjadi padanya itu. Zainal
kembali pada keyakinannya itu bahwa cinta itu adalah suatu penyakit baginya dan
hidupnya.
Setelah itu seperti ia tidak lagi terlalu serius berurusan dengan wanita. Seperti
biasanya bahwa memang diakui hati kecilnya tetap memerlukan cinta dan dapat
dikatakan setelah Zainal jatuh cinta dengan Eli, Zainal juga terus jatuh hati dengan
wanita-wanita lain yang memberikan harapan padanya dan tak terkira lagi berapa
jumlahnya, mungkin semuanya bisa mencapai belasan, namun tetap pada akhirnya sama
yaitu kegagalan yang diterinmanya.
Saat ini Zainal begitu mudah jatuh cinta dan mudah pula membenci wanita. ia
sendiri tidak tau apa yang telah dan sebenarnya terjadi padanya. Seperti bukan Zainal
yang dulu, seorang yang bersemangat dan seorang yang pantang menyerah. Kini Zainal
menjadi seorang yang pemurung dan mudah putus asa. Zainal menganggap kutukan
telah datang padanya, pada kehidupannya yang miskin.
***ooo***
Ternyata khairina [54]
kega
tak t
yang
milik
amar
nasi
tingg
orang
hidup
amar
harus
adala
sepen
yang
Setelah a
agalan yang
erkendali la
g ada dihad
knya yang
rahnaya me
ini. Zainal b
gi, tak ada a
Semua m
g tua dan ke
Disaat k
p sendiri.
rahnya itu j
slah dengan
Saat itu
ah “ cinta
ndapat deng
g lebih berun
apa yang tej
ia alami. K
agi. Sewakt
dapannya di
hancur ole
eledak, bahk
bagaikan m
ampun olehn
merasa sedih
eluarganya.
kondisi itula
Namun un
jika berhad
n sikap tenan
lah Zainal
berbanding
gan teori in
ntung, atau
Tern
EM
ejadi pada Z
Kini Zainal
tu-waktu ia
ilihatnya se
ehnya. Sem
kan handph
mesin pengh
nya apapun
h melihat pe
Tak ada lag
ah Zainal b
ntungnya ia
dapan denga
ng.
mulai mem
g lurus den
ni, namun p
orang-oran
nyata khairina
MPAT BEL
TEORI
Zainal, dan j
berubah m
bisa berub
ebagai musu
mua yang
honepun tak
ancur yang
yag membu
erubahan ya
gi senyum b
benar-benar
a masih w
an masalah
mbuat teori-
ngan harta
pastinya ora
g yang hann
a [55]
LAS
jumlah yan
menjadi soso
bah seperti h
uh, entah b
ada dihada
k luput dari
tak ada am
uatnya tak n
g tak wajar
ok yang din
harimau yan
berapa bany
apannya pa
i sasaran ha
mpun dengan
nayaman.
r atas kegag
ngin, amara
ng lapar. Se
yak benda-b
asti hancur
arimau pem
n amarah tin
galan-
ahnya
emua
benda
saat
makan
ngkat
ang terjadi p
bahkan tawa
pada Zainal
a dari seora
l, terlebih ad
ang Zainal.
dalah
r memfonis
waras, ia m
pekerjaan
s dirinya di
masih bisa
dan di tem
itakdirkan u
mengenda
mpat-tenpat
untuk
alikan
yang
-teorinya te
” mungkin
ang-oang te
nya bisa pas
entang cinta
n banyak or
ersebut ada
srah tanpa b
a. Salah sat
rang yang
alah orang-o
bisa beronta
tunya
tidak
orang
ak.
Ya Zainal menyakini teorinya itu bukan dari kitab, buku, penelitian ilmiah atau
pun dari para pujangga sekalipun. Zainal mendapat teori itu dari kenyataan dan
pengalaman yang telah terjadi padanya.
Zainal banyak melihat sepasang kekasih yang sama sekali tidak sesuai, bahkan
tidak cocok dimatanya. Banyak seorang pria, yang dalam segi fisik sangat sederhana,
namun bisa mendaptkan seorang istri yang luar biasa cantiknya. Apakah itu yang
dinamakan jodoh dan anugerah dari Tuhan? Mungkin benar, tapi yang jelas si pria
tersebut adalah seorang yang memiliki mobil, perusahaan, rumah mewah. Lalu apa
tanggapan anda?, apa salah jika Zainal menghubungkan teorinya itu terhadap pasangan
tersebut?,.
Bukan hannya itu, Zainal dengan pemahamannya dan dengan mata kepalanya
sendiri melihat sepasang suami istri yang sungguh sangat mengherankan adanya. Sang
suami sangat gagah, tampan dan muda, tapi sang istri, tua, gemuk, mungkin lebih
pantas jika sang suami itu menjadi anak sang istri dari segi usia. Apakah itu yang
dinamakan jodoh? Mungkin iya, tapi yang jelas sang istri tua itu adalah seorang janda
yang memiliki sawah berhektar-hektar, rumah dimana-mana, kendaraan tinggal pilih
mau pakai yang mana.
Apakah salah jika Zainal mengaitkan teorinya itu pada pasangan suami istri itu?,
mungkin Anda belum bisa mengerti betul beban batin seperti apa yang dirasakan
Zainal, namun dengan melihat riwayat percintaannya, Anda mungkin sedikit bisa
memahami penderitaan yang ia alami, dan cerita ini masih akan berlanjut. Penderitaan
Zainal tidak berhenti hanya sampai teorinya itu.
Cinta, adalah kata yang sangat memuakkan bagi Zainal, ia sangat membenci
kata itu. Terkadang Zainal selalu berharap takkan lagi merasakan jatuh cinta lagi,
karena ia yakin akhirnya hannya akan menyakitkan hatinya saja, tidak ada cinta yang
tulus untuknya, dan baginya cinta itu dapat dibeli dengan uang, dan siapapun yang
memiliki banyak uang, pastilah dia akan mampu membeli cinta yang dia inginkan, dia
akan mampu membeli model cinta yang dia inginkan, bahkan cinta yang paling mahal
dan suci sekalipun bisa dibeli dengan uang.
Ternyata khairina [56]
Yah tapi itu adalah pendapat Zainal. Mungkin saja pendapat itu salah besar,
namun dalam cerita ini itu lah yang terjadi dan penulis tetap akan menulis cerita yang
telah dialami oleh Zainal.
Banyak sekali perumpamaan oleh Zainal tentang cinta, salah satunya adalah “
cinta di disertai dengan uang, maka akan menikah dan hidup berbahagia, namun jika
cinta tanpa disertai uang maka gigitlah jarimu, kamu takkan pernah bisa merasakan
cinta bahkan bayangan orangnya pun kamu tak mampu untuk melihatnya”
Bagi Zainal, cinta yang diinginkan hannya akan datang pada orang-orang yang
berharta dan bagi kalangan yang mampu dan kuat dalam segala hal. Meranalah orang-
orang seperti Zainal yang hidup penuh dengan penderitaan dan keterbatasan
kemampuan.
Saat itu adalah dimana kejolak dan suatu pemberontakaan dari seorang anak
manusia yang tak memiliki kuasa untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Ya Zainal
sangat labil, bahkan ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi dan seperti apa kehidupan
yang sedang ia jalani itu.
Semua terasa memaksa, memaksanya untuk masuk ke dalam dunia yang sama
sekali tak diinginkannya. Ya dunia keterpurukan, dunia penyiksaan, dunia yang tak
kenal lelah terus menghantui dan menghancurkan harapan serta keinginannya.
Zainal ingin sekali bersuara dan menyuarakan isi hatinya, namun seakan dunia
itu enggan mendengarkannya, dunia itu merasa tak perlu untuk mendengar jeritan
Zainal, dunia itu dengan buas dan kerasnya terus menggerogoti kepercayaan dan
harapan Zainal, sampai ia benar-benar telah kalah, mati dan tak lagi memiliki
kemampuan untuk melihat dan merasakan kehadiran dunia itu, dunia cinta yang begitu
kejamnya pada seorang Zainal yang miskin itu.
***ooo***
Ternyata khairina [57]
kini
deng
kepu
untuk
kelua
di se
Diam
itu. k
sema
dada
lama
Zain
Sadar di
Zainal mul
gan menerus
Banyak
utusan untuk
k masa de
arganya.
Kini Zai
ebuah kota k
mbillah prog
Sejak itu
kesibukan d
Zainal h
angat untuk
anya. Langk
anya tak lag
al harus be
ME
irinya tak m
ai berusaha
skan pendid
hal yang te
k memilih b
epannya ya
inal masuk d
kecil yang h
gram studi T
u sedikit-de
dan semanga
harus kemb
k berubah
kah-demi l
gi Zainal du
rjuang kera
Tern
LI
ENCOBA M
YAN
memiliki ke
a untuk ban
dikannya. Y
elah ia pert
berhenti be
ang lebih b
dan tercatat
hanya berjar
Teknik Kom
emi sedikit
at untuk me
bali menye
dan bangk
langkah ia
uduk di ban
as untuk me
nyata khairina
IMA BELA
MERAIH K
NG LEBIH
emampuan u
ngkit, menco
Ya Zainal me
timbangkan
kerja dan m
baik. Tentu
t sebagai m
rak sekitar
mputer.
ia mulai b
nyelesaikan
esuaikan d
kit dari ke
mulai bis
ngku dan m
engimbangi
a [58]
AS
KEHIDUPA
BAIK
untuk mera
oba meraih
engundurka
n sampai de
melanjutkan
unya itu ad
ahasiswa di
sepuluh kol
bisa menikm
n pendidikan
diri dilingk
eterpurukan
sa menyesu
menerima ma
suasana pe
AN
aih cinta ya
kehidupan
an diri dari p
ang didamba
yang lebih
pekerjaanny
akan,
h baik
ya.
engan akhir
n pendidikn
dalah harap
rnya menga
nnya. Pendid
pan Zainal
ambil
dikan
l dan
isalah satu p
lo meter da
perguruan t
ari rumah Za
tinggi
ainal.
mati kesibu
n sarjanany
ukannya bar
ya.
runya
kungannya
n tampak b
uaikan diri
ateri dari se
erkuiahan s
yang baru
berkobar d
setelah se
eorang peng
etelah berta
u itu.
dalam
ekian
gajar.
ahun-
tahun ia berada dalam duania kerja. Sebuah seasana yang jauh berbeda diantara
keduanya.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, sampai dengan berganti tahun.
Semua itu telah dilewati Zainal dengan setatus yang baru, ya status sebagai mahasiswa.
Tentunya ada sesuatu yang membedakan pada dirinya sekarang, setidaknya sikap dan
gaya bahasanya yang kini telah mulai berubah kearah yang ilmiah dan semua selalu
berdasarkan data dan fakta.
Zainal tak mau lagi memandang sesuatu yang terjadi karena kebetulan dan suatu
yang memang harus terjadi. Kini ia selalu meliahat semua itu dengan teori, kenyataan
alam dan terlebih pada sosial hidup jaman sekarang ini yang sudah mula nabsi-nabsi
dan tingkat egois manusiapun mulai memuncak. Baginya tidak ada lagi orang yang mau
dengan sukarela membantu sesamanya.
Zainal mulai bisa hidup dengan sedikit senyum, ya senyum ketika ia menyadari
bahwa ia kembali harus mencoba untuk membuang jaauh-jauh rasa yang datang
padanya.
Benar sekali, Zainal kembali untuk yang kesekian kalinya jatuh hati kepada
wanita. Kali ini adalah teman satu kampusnya namun berbeda fakultas. Sebut saja
Andini. Tak henti-hentinya ia berusaha menyangkal perasaannya itu, Zainal selalu
mengingatkan dirinya bahwa wanita adalah monster yang akan membunuhnya,
perasaan cinta yang dibawa oleh wanita hannyalah racun yang dibungkus dengan madu.
Itulah teori-teori dan keyakinan yang selalu di tanamkan dalam benaknya agar
bisa membuang rasa cinta yang datang padanya. Namun semua tidak berhasil dalam
kendalinya, semua yang telah ia yakini, ia rasakan dan semua yang telah ia usahakan
untuk menjauh dari cinta itu terasa tidak mampu menepis dan menghalangi racun
berbungkus madu yang datang padanya itu.
Zainal membiarkan wanita itu menorehkan luka dihantinya seperti yang telah
terjadi pada sekian banyak wanita dalam kehidupannya itu.
Zainal menyadari tak semua penderitaan yang datang padanya itu adalah buah
dari kesalahan seorang wanita, seperti pada wanita kampus ini. Zainal tau bahwa bukan
dari sang wanitalah yang menyakitinya, tapi terlebih kenyataan yang punya andil besar
untuk menyakitinya, setidaknya itu untuk sang wanita kampus itu.
Ternyata khairina [59]
Zainal sangat mencintainya, namun sang wanita hanya bisa menganggapnya
teman dan sahabat. Zainal tidak menyalahkan sang wanita itu, ia hanya bertanya kepada
sang alam semesta, kenapa ia harus mencintai wanita yang tak mencintainya.
Tidak semarah dan sebenci dulu, karena memang Zainal mulai sadar dan yakin
bahwa hidupnya ditakdirkan tanpa hadirnya cinta. Zainal selalu berusaha untuk tidak
mencintai wanta lagi, ia memohon untuk tidak lagi diberi cinta kepada siapapun wanita
yang ada disekitarnya. Zainal ingin menyudahi penderitaannya itu. Setiap ia jatuh cinta,
setiap itulah sebenarnya ia sadar bahwa itu hanyalah membuang-buang waktu dan pada
akhirnya hanya akan menyakiti dan membuatnya harus merintih merasakan luka yang
teramat pedih yang menggores dihatinya itu.
Ternyata tidak terlalu memerlukan waktu yang lama untuk melupakan cintanya
pada sang gadis kampus itu. Kini Zainal mulai bisa untuk kembali menganggap semua
wanita disekelilingnya sebagai teman dan takkan bisa menjadi lebih dari seorang teman.
Sampai dengan suatu ketika dimana dalam suasana bisa dikatakan menyedihkan karena
berpulangnya seorang teman, namun disitu lah ada sesuatu yang diberikan oleh seorang
wanita kepada Zainal. Entah itu disengaja atau tidak, namun setelah kejadian itu Zainal
tak dapat melupakannya, kejadian itu selalu terbayang olehnya. Ya untuk kesekian
kalinya Zainal tak mampu mempertahankan pendiriannya. Cinta memang tak henti-
hentinya menggodanya dan selalu saja datang dalam kehidupannya.
Wanita kali ini memang beda dengan yang lain, dalam segala hal, baik sikap,
ilmu, dan cantiknya. Intinya wanita ini bukan wanita sembarangan, dia seperti wanita
dengan aura yang mampu menyejukkan terlebih pada seorang Zainal. Sebut saja wanita
itu dengan nama Fatimah.
Fatimah adalah teman seuniversitas dan sefakultas dengan Zainal, dan
sebenarnya pula zainal telah lama suka dengannya, namun waktu itu ia sadar dan
mampu menyadarkan dirinya bahwa itu tidak mungkin bisa terjadi.
Fatimah adalah wanita muslim yang dilihat oleh teman-temannya sangat taat
terhadap Agama, santun, lemah-lembut, pendiam dan yang membuat Zainal terkagum
adalah Fatimah sangat menjaga jarak dengan lelaki yang lain muhrimnya.
Ternyata khairina [60]
Dimatanya, Fatimah adalah wanita idaman setelah sekian banyak jalan dan
rintangan yang telah ia lalui sampai dengan akhirnya bisa bertemu dan mengenal
Fatimah.
Seperti yang telah diceritakan sebelumnya bahwa sebenarnya Zainal telah lama
suka dengan Fatimah, namun setelah satu tahun perkenalan mereka barulah Zainal
berani untuk mengakui bahwa ia benar mencintai gadis itu dan besar harapannya untuk
dapat menikah dengannya dikemudian hari.
Zainal berani untuk mengakuinya lantaran suatu kejadian pada momen duka
seorang teman yang berpulang kesisi Tuhan dan ditambah lagi seorang wanita yang
merupakan teman dari Fatimah mendukung Zainal untuk mendekati Fatimah.
Kini Zainal harus pelan-pelan dan penuh kesabaran untuk dapat mendekati
Fatimah, karena memang menurut informasi yang ia dapat bahwa Fatimah telah
menolak cukup banyak lelaki yang datang untuk melamarnya, dan laki-laki yang datang
itu bukanlah laki-laki sembarangan. Terbanyangkan bahwa mereka berasal dari
kalangan yang Alim dan berada, juga merupakan orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat. Namun Fatimah menolak semuanya lantaran masih ingin menyelesaikan
kuliahnya dan belum siap untuk berumah tangga.
Mendengar itu, Zainal muali minder dan semangatnya mulai turun, ia berfkir
“laki-laki yang berkualitas itu aja ditolak, apalagi dengan aku,,” (pikirnya), namun
setelah mendapat semangat dari sahabat Fatimah, barulah Zainal kembali bangkit
semangatnya. Sekarang ia mulai sadar dan kini yang ada dalam keyakinannya adalah
jodoh itu Tuhan yang menentukan, walaupun ia sadar akan teorinya tentang takdir
hidupnya itu, namun Zainal melakukan semua ini agar ia memiliki tujuan, dan terlebih
agar ia tak lagi jatuh cinta pada wanita lain lagi.
Oya penulis tidak bisa menjeaskan mengenai kejadian apa yang terjadi dan
diberikan Fatimah kepada Zainal waktu itu, karena memang narasumber enggan untuk
menceritakanya. Dikatakan bahwa itu adalah kejadian yang tak harus diceritakan
kepada khalayak umum.
Di kampus Zainal mulai disibukan dengan dua hal, yang pertama adalah
kesibukan akademik perkuliahannya dan yang kedua adalah kesibukan mengumpulkan
Ternyata khairina [61]
data tentang Fatimah, berharap menemukan metode yang tepat untuk mendekatinya dan
mendapatkan cintanya.
Diakui olehnya hari-harinya akan sangat berat memikul rasa cintanya itu
terhadap Fatimah, wanita yang pendiam dan penuh dengan misteri. Berbagai cara ia
lakukan hanya untuk mengetahui setiap apapun yang berkaitan dengan Fatimah, baik itu
kegiatan, teman-teman dekat, bahkan ia mencoba untuk selalu mengetahui semua
agenda kegiatan Fatimah.
Sampai dengan suatu ketika yang tentunya itu merupakan momen yang
membahagiakan bagi Zainal. Hari itu adalah hari dimana Zainal dan Fatimah dan
beberapa teman lainya dikirim untuk mengikuti kegiatan kampus diluar daerah, dan
mereka berdua medapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan itu bersama-sama. Dapat
dibayangkan saat itu Zainal sangat bahagia karena dapat bersama Fatimah selama 24
jam.
Hari-harinya waktu itu tak lepas dari bagaimana untuk dapat meraih cintanya itu
dengan bayangan kegagalan yang selalui menghantuinya. Namun demi seorang Fatimah
Zainal bertekat untuk berjuang dan berusaha sekuat tenaga dan pikiran, bahkan ia tidak
gentar walau harus bersaing dengan orang-orang yang lebih baik dalam segala hal
dibandingkan denganya.
Yang menjadikan semangat Zainal berkobar adalah kenyataan sekian lama ia
menderita karena cinta, dan ini lah saatnya ia harus mendapatkan kebahagiaan dari
cinta, cinta seorang Fatimah. Setidaknya itulah yang menjadi penyemangatnya saat itu,
walau pastinya sangat tidak mungkin baginya bisa mendapatkan Fatimah. Yang terlihat
jelas adalah kegagalan yang akan datang pada Zainal sautu saat nanti diakhir
perjuangannya.
Suasana itu tetap bertahan seperti itu, sampai dengan suatu ketika Fatimah
sedikit berubah. Zainal sulit menghubunginya, sempat satu bulan penuh tak ada
komunikasi diantara mereka, karena memang waktu itu adalah masa liburan semester,
jadi mereka jarang sekali bahkan tidak berjumpa selama satu bulan penuh. Zainal mulai
kebingungan harus berbuat apa dan ia tak tau apa yang terjadi dan kenapa Fatimah
sampai bisa begitu, tanpa kabar dan tanpa ada komunikasi walau hanya lewat
handphone.
Ternyata khairina [62]
Namun Zainal tetap berfikir positif, diyakinkanlah hatinya memang begitulah
Fatimah sebagai wanita yang misterius dan sulit untuk ditebak isi hatinya. Selagi Zainal
kehilangan komunikasi, ia selalu menghibur dirinya dengan selalu memandang foto
Fatimah. Diam-diam Zainal mengoleksi foto-foto Fatimah. Ya tentunya foto-foto yang
ia miliki adalah hasil foto yang didapat dengan cara diam-diam tanpa sepengetahuan
Fatimah. Tak hanya di komputernya, di kamar Zainal juga terpampang foto-foto
Fatimah yang setia menemani dalam tidurnya, dan foto-foto itu begitu seetiya menyapa
Zainal dipagi hari.
Bangun tidur Zainal selalu menyapa foto-foto itu, setelah memandang foto-foto
itu seperti telah bangkit semangatnya untuk menjalani hari-harinya yang penuh dengan
tekanan batin yang telah ia rasakan sejak tiga tahun yang lalu.
Adapun yang menjadi suatu pemikiran Zainal saat itu adalah hidup itu tak
selamanya dapat diinginkan oleh semua orang, ada yang selalu bertanya kenapa
hidupku seperti ini, setidaknya itulah yang dirasakan olehnya.
Zainal merasa hidupnya selalu dalam permainan, semua yang terjadi padanya
selalu ia pertanyakan, karena memang banyak yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Terlebih masalah percintaannya, begitu seringnya tergantung oleh perasaan yang tak
kuasa ia rasakan, bahkan untuk dibanyangkanpun ia sudah merasa tak sanggup lagi.
Namun ternyata Tuhan masih ingin memberi cobaan kepada Zainal, dan itu artinya
Zainal masih kuat dan sanggup untuk menjalani cobaan demi cobaan yang datang
padanya, yang mungkin tak sanggup dihadapi oleh orang lain.
Semua orang pasti merasakan suatu kesedihan, kesengsaraan dan suatu keadaan
dimana semua yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan juga banyak
orang yang disamping mendapatkan kesengsaraan hidup, tapi disisi lain mereka juga
mendapatkan kebahagian, kasih sayang, dicintai dan mencintai. Namun berat bagi
Zainal yang hidup hanya dengan kesengsaraan batin, tanpa ada yang mencintai, Zainal
hanya bisa mencintai, mencintai orang yang dengan terang-terangan ingin menginjak-
injaknya. Walau begitu ternyata Zainal masih mempunyai keberanian, keberanian untuk
yang kesekian kalinya datang padanya, padanya yang rapuh, lemah dan tak berdaya.
***ooo***
Ternyata khairina [63]
Saat itu adalah hari Jum’at dan mendekati masuknya waktu sholat Jum’at. Hati
Zainal seakan tergoncang dan penuh dengan rasa takut, takut jika cintanya tak terbalas,
terlebih takut akan bayang-banyang kehilangan sang pujaan.
Ya hari itu seperti bukanlah hari biasa, perasaannya sangat labil dan penuh tanda
tanya. Ketakutan yang selama ini selalu menghantuinya akan berusaha ia lawan dengan
penuh keberanian yang tersisa dalam dirinya yang rapuh itu.
Zainal sangat terbebani dengan perasaan terpenamnya itu, Zainal mulai berfikir
untuk mengungkapkan semua yang dirasakannya, tentunya dengan berbagai resiko yang
akan dihadapinya.
Resiko kegagalan tetaplah sangat besar baginya dibandingkan dengan
kemungkinan keberhasilan yang bahkan bayangannyapun tak nampak. Dengan
pertimbangan yang sedikit terpaksa, akhirnya diputuskan untuk mengungkapkan semua
yang dirasakannya itu kepada Fatimah. Ya tentunya hanya akan dilakukannya dengan
bantuan alat komunikasi, itupun hannya dengan via teks. Dirangkailah semua kata-kata
yang terpendam dan dengan penuh rasa takut dikirimlah pesan itu.
Detak jantungnya berdebar sangat kencang seiring detikan waktu yang terus
berjalan. Beberapa menit kemudia masuklah pesan, dan ternyata benar itu adalah pesan
balasan dari Fatimah. Dibukanya dengan penuh rasa ragu dan takut.
Sontak seperti darahnya berhenti saat membaca dan memahami isi dari pesan
itu. Ternyata memang tak jauh berbeda dari yang sudah-sudah. Hanyalah sebagai teman
tawaran hubungan yang diberikan oleh Fatimah padanya.
Awalnya Zainal sangat terkejut, namun setelah beberapa jam dan setelah Zainal
menunaikan sholat Jum’at hal itu tidak terlalu mengejutkannya lagi, karena memang itu
merupakan hal biasa dan sudah makanan sehari-hari baginya. Zainal hanya bisa
mengucapkan terimakasih atas jawaban yang diberikan oleh Fatimah, namun dalam hati
kecilnya jawaban itu bukanlah akhir dari perjuangannya, namun sebaliknya itu adalah
awal dari perjuanga yang lebih besar lagi dan akan masih banyak lagi perjuangan yang
akan diakukan Zainal untuk mendapatkan pujaan hatinya itu.
Dikatakannya bahwa ia takkan menyerah sebelum Tuhan berkehendak lain atas
mereka berdua. Namun tidak dipungkiri olehnya bahwa ia harus siap untuk sedikit jauh
Ternyata khairina [64]
dari Fatimah dalam sikap dan komunikasi, yang mana pastinya diantara keduanya akan
berada dalam kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Zainal akan memerlukan waktu
dan penyesuaian baru untuk dapat akrab kembali dan melupakan ungkapan perasaan
dan penolakan diantara mereka.
Hari-hari terus mereka lalui, dan Zainal terus berusaha untuk memperbaiki
keadaan yang sempat renggang itu. Sulit memang, apalagi untuk seorang Fatimah yang
sangat sensitif dan sangat menjaga jarak dengan laki-laki yang lain muhrimnya itu. Tak
hentinya Zainal mencoba untuk bersikap biasa di depan Fatimah, seperti tidak ada
sesuatu yang terjadi diantara mereka.
Hari-hari yang penuh dengan rasa takut, bayangan putus asa dan juga sekaligus
penuh dengan usaha untuk menyadari dan memahami kenyataan yang terjadi padanya.
Semua begitu terasa tidak adil baginya, apa yang ia rasakan sangatlah menyiksa batin
dan raga. Betapa tidak dalam dunia sekelilingnya selalu melihat kebahagian dan
keceriaan serta penuh dengan hal-hal yang memberikan suatu arti dan keindahan
perasaan. Mengapa semua itu tidak juga terjadi padanya. Hal itulah yang slalu
membayangi dan membuat Zainal hidup dalam dunia yang penuh dengan pertanyaan
yang sepertinya tak ada kunci jawaban yang menyertainya.
Bertahun-tahun kenyataan pahit itu ia jalani dan dengan setianya menemani
hidupnya. Belum ada satupun manusia di dunia ini yang dapat membantu, bahkan tak
ada yang bisa untuk mengeti keadaannya.
Rasa kecewa dan amarah selalu meracuni setiap langkahnya yang goyah dan
tanpa arah yang jelas. Sekuat apaun seorang manusia yang mencoba untuk sabar dan
iklas menerima takdir, pasti sangat sulit baginya untuk menyaksikan sesamanya yang
hidup lebih beruntung, begitu juga dengan Zainal yang telah berusah dengan sangat
keras untuk dapat menerima semua yang diberikan dan yang telah terjadi pada dirinya
dan kehidupannya. Sesutu yang berat untuk ia jalani dalam takdirnya.
***ooo***
Ternyata khairina [65]
kesei
telah
emos
pada
menj
mimp
harap
meng
pada
kapa
tau
meng
bahk
meng
22 tahu
imbangan y
h membawa
sional yang
Hampir
a pemberont
jalani kehid
pi yang suli
pannya buk
galami dan
a dirinya.
Cinta da
an Zainal ha
rahasia ya
ghantui dan
kan ingin b
gakhiri mala
un sudah u
yang labil se
anya pada k
stabil.
selalu men
takan diri ya
dupan yang
it tewujud d
kanlah sesua
menjalani
an kasih say
arus terjaga
ang tersemb
n menggan
berhenti un
am dan sian
Tern
EN
2
usia Zainal
eharusnya b
kondisi yan
ngalami pen
ang tak ters
lebih baik.
dan selalu te
atu yang be
apa yang d
yang, itulah
saat mimpi
bunyi dala
ggunya sam
ntuk terjaga
ngnya yang
nyata khairina
NAM BELA
22 TAHUN
saat itu,
beranjak pad
g kritis unt
nderitaan b
salurkan. Se
. Baginya k
erjaga saat b
esar dan isti
dijalani oleh
mimpi yang
i itu datang
am keterjag
mpai denga
a, serta ya
kelam itu.
a [66]
AS
N
usia diman
da tingkat st
tuk dapat m
na tingkat
tabil. Kehid
mencapai tin
emosional
dupan yang
ngkat keyak
l dan
pahit
kinan
batin dan k
emua itu me
kehidupan it
berusaha me
imewa, itu h
h orang lain
kekecewaan
embuatnya r
tu hanyalah
eraih mimp
hanyalah m
n yang lebih
n yang beru
ragu untuk d
h sebuah m
pi itu. Mimp
mimpi untuk
h beruntung
ujung
dapat
mimpi,
pi dan
k bisa
g dari
g sulit terw
pada malam
gaannya itu
an ia ingin
ang lebih d
wujud baginy
m dan siang
u. Rasa pu
berhenti u
dramatis la
ya, entah sa
gnya. Tiada
utus asa s
untuk berm
agi Zaianl
ampai
yang
selalu
mimpi,
ingin
Kalaupun Zainal harus mengakhiri semua itu, ada satu keinginan baginya,
keinginan agar ada orang yang tau akan keresahaan hatinya dan perjalanan hidupnya.
Berharap ada orang yang meneteskan air mata untuk mengiringi pengakhiran cerita
hidupnya.
Dikatakan olehnya bahwa semua yang diharap itu hanya agar ada orang yang
mengerti betapa menderitanya Zainal dan ingin orang yang tau itu bisa menceritakan
kepada dunia akan pahitnya kehidupan seorang Zainal. Sehingga kelak ia berharap tidak
ada lagi orang yang mengalami mimpi buruk itu, berharap tidak ada lagi wanita maupun
pria yang suka mempermainkan perasaan dan cinta. Zainal hanya ingin orang-orang
yang tau akan kisah hidupnya bisa saling menghargai sesama dan saling menghargai
perasaan cinta.
Dalam kegundahan hati, Zainal juga menyampaikan apa yang ada di benaknya
dalam beberapa baris kata, dikatakan itu bukan puisi, bukan pula syair, namun itu lah
yang ada dalam benaknya saat itu.
Kau datang untuk hatiku yang merindu
Kaupun pergi meninggalkan hatiku yang pilu
Semua hanya bayangan dan impiaan yang berlalu
Tanpa ada batas dan akhir dalam setiap langkah yang berliku
Dunia begitu luas dan indah
Dunia juga sempit dan lemah
Dunia memberikan harapan dan kemuliaan yang megah
Tapi dunia juga menjadikan manusia resah
Aku dan kamu sama-sama hudup di dunia
Perbedaan tampak jelas diantara kita
Kebahagiaan dan kesengsaraan memisahkan semua
Memisah atau menyatu tak ada beda
Ternyata khairina [67]
Alam akan selalu tersenyum seiring dengan senyummu
Alam tak akan membiarkan senyummu tanpa makna
Makna yang akan menjadikan alam ini terasa indah
Keindahan dalam suatu nilai suci
Sorot matamu akan selalu terangi alam
Tanpa suaramu alam terasa sepi
Tanpa canda tawamu alam seakan mati
Tanpamu alam seakan menangis
Alam atau aku
Semua ingin melihat senyummu
Teruslah tersenyum agar kami bisa selalu tersenyum
Teruslah ada agar kami ada
***ooo***
Entah separah apa hubungan mereka berdua, sampai dengan pada hari raya Idul
Fitripun Zainal tidak mendapatkan ucapan selamat dan permohonan maaf lajimnya
seperti yang lain-lain dan yang sudah-sudah. Tentunya hal itu sangat membebani
perasaannya. Zainal takut kejadian tempo hari itulah penyebab dari kerenggangan dan
berubahnya Fatimah terhadapnya. Perubahan yang benar-benar tak disangkanya akan
separah itu.
Kembali satu bulan telah berlalu tanpa ada komunikasi dan pertemuan yang
berarti bagi mereka berdua. Zainal berusaha untuk selalu berfikir positif, Zainal
berusaha untuk membuang pikiran bahwa Fatimah telah membenci dan menjauhinya.
Ternyata khairina [68]
Zainal tau dan sudah beberapa kali diperingatkan oleh teman terdekat Fatimah
bahwa jika ia lakukan itu, maka Fatimah akan berubah. Namun ternyata Zainal terlalu
berani mengambil resiko itu dan kini ia harus iklas untuk menerima semua resiko itu.
Yah,,, perubahan pada sikap pujaannya itu tampak begitu jelas. Namun baginya
itu adalah hal yang terbaik, setidaknya ia telah mengungkapkan semua yang telah lama
terpendam dalam hatinya dan yang lebih pasti lagi adalah kini Fatimah tau dan mengerti
apa yang dirasakan Zainal terhadapnya selama ini.
Kini Zainal tinggal menunggu kemungkinan ada kata lain dari sang pujaan, yah
tentunya Zainal berharap kata lain itu adalah perimaan cinta dan kasih sayang. Amin,
itu lah yang selalu diucapkannya saat teman-temannya bercanda mendo’akan mereka
berdua agar kelak bisa berjodoh.
Merupakan suatu hal besar jika hal itu terjadi pada seorang Zainal yang hidup
serba sederhana, namun kembali pada keyakinannya bahwa semua bisa saja terjadi
tinggal usaha dan do’a manusia.
Kini Zainal dalam kondisi makin kurang baik, banyak hal yang mebuat
hidupnya semakin terasa hampa, sepi dan kosong. Semua yang ada dalam
kehidupannya berlahan-lahan menjauh seakan sirna, entah apa yang sebenarnya terjadi
dalam hidupnya itu. Zaianal merasa hidupnya terpojokan dengan hal-hal yang sama
sekali tak diinginkanya. Diapun tak tau apa sebenarnya yang terjadi, sama sekali tak
terwujud suatu kebahagiaan dalam kehiupan sosialnya.
Waktu terus berlalu, kisah sedihpun terus berjalan seiring perjalanan hidupnya.
Alangkah setianya kesedihan dan penderitaan itu, seakan enggan untuk menjauh dari
kehidupannya, kehidupan yang sudah goyah tetap saja sang derita setia untuk mewarnai
dan mendampingi kehidupan itu.
Kehidupan yang sulit untuk dipahami secara akal manusiawi yang mempunyai
hak dan kewjiban yang sama. Kehidupan macam apa itu sebenarnya, tidak ada teori
yang mamapu dengan tepat untuk menjelaskan dan memecahkan kunci permasahan itu.
Harus bagaimana, harus menggunakan metode apa untuk dapat menjelaskan dan
mencari jalan keluar dari semua itu, semua kisah yang tak jelas pangkal ujungnya,
tentunya baginya yang merasakan, dan takkan ada manusia lain yang mampu untuk
memahami itu, karena hanya yang merasakanlah yang mampu untuk memahami itu,
Ternyata khairina [69]
memahami dan berkeyakinana bahwa itu semu tidaklah adil baginya, seorang yang
sudah hidup penuh dengan penderitaan ditambah lagi penyakit batin yang hanya
menambah penderitaan dan kenistaan hidup.
Batin yang hancur karena semua tidaklah sejalan dengan jiwa, jiwa yang telah
diberikan padanya. Salahkah ia mempertanyakan itu? Siapa yang berani
menjawabnya,,,? Hanya yang merasakanlah yang akan berani dengan tegas menjawab
pertanyaan itu.
***ooo***
Kerenggangan antara mereka berdu semakin jelas, seakan mereka bukan orang
yang saling kenal, keduanya saling menjaga jarak, ya tentunya itu lah yang dilakukan
Fatimah. Zainal hanya bisa pasrah menerimanya, ia tidak bisa berbuat apa-apa bahkan
ia harus menahan rasa sakit dan rasa tersinggung atas perlakuan Fatimah padanya
secara tidak langsung.
Perlakuan yang tampak jelas membedakannya dari teman laki-lakinya yang lain.
Mau dikata apa, serasa Zainal adalah manusia terbuang, jangankan menyapa,
melihatpun sepertinya Fatimah enggan dan malas. Entah karena apa, entah seberapa
besar kesalahan yang telah diperbuat Zainal. Banyak sikap yang ditunjukan oleh
Fatimah sangat menyinggung perasaan Zainal.
Mungkin semua tau adalah konsekuensi bergaul dengan wanita misterius itu dan
Zainalpun juga harus tau bahwa seorang Fatimah adalah sosok wanita yang taat pada
ajaran Islam, dan sudah merupakan suatu keharusan baginya untuk menjaga jarak
terhadap laki-laki yang bukan muhrinya walau itu adalah teman satu kampus dan satu
jurusan yang tentunya akan banyak komunikasi terkait aktifitas akademik perkuliahan.
Zainal menyadari itu, tapi apa, kenyataannya tak seperti yang dibayangkan
olehnya, kenapa perlakuan jaga jarak atau apapun sebutannya itu teralu nampak hanya
pada Zainal. Sering ia melihat Fatimah duduk bersama berdekatan dengan teman
cowonya yang lain. Tapi untuk Zainal, seakan jarak tiga meter masih terlalu dekat bagi
seorang Fatimah. Itulah yang membuat hati Zainal seakan terkoyak dan ia merasa
seorang laki-laki yang tak berguna dan hanyalah menjadi pengganggu bagi Fatimah.
Sampai dengan Zainal terus bertanya kenapa, apa, ada apa serta bagaimana semua itu
Ternyata khairina [70]
terjadi padanya???. Pertanyaan yang tak tau harus kemana menanyakan dan dimana
bisa mendapatkan jawabannya.
Kembali berbicara tentang cinta dan jodoh, kembali semua itu tidak masuk
dalam keyakinan Zainal, semua itu baginya adalah sebuah penyakit yang datang hanya
untuk menyakitinya tanpa ada obat yang bisa menawarkan racun penyakit itu. bukan
Fatimah, bukan, Noor, bukan Tifa dan bukan pula wanita-wanita lain yang telah
menyakitinya itu sebagai penyebab datangnya kesengsaraan, namun kenyataanlah yang
saat ini selalu dipertanyakan Zainal. Kenyataan semacam apa yang sedang ia hadapai,
dan kenyataan yang mungkin hanya Zainallah yang menjalannya. Benar-benar berat
bagi seorang Zainal untuk dapat menjalani dan menerima takdir yang telah datang pada
kehidupannya.
Zainal yang kini telah menjadi sosok yang tak jelas, terkadang baik dan
terkadang pula jahat. Zainal yang dulu telah musnah dan kini tinggal Zainal yang
arogan penuh dengan amarah yang membara dalam hatinya. Seorang dengan kilatan
tajam dalam matanya. Sebuah kilatan yang mampu memperlihatkan pada dunia bahwa
ia adalah manusia tersingkir, manusia yang hanya bertemankan derita dan nestap, itulah
Zainal yang sekarang dikenal oleh orang tuanya. Sungguh sakit hati kedua orang tua
tatkala melihat anak tercinta yang dulunya lembut, penuh semangat dan seorang yang
pantang menyerah kini telah berubah menjadi seorang yang berhati batu, bernyali ciut
dan lupa akan kodarat dan tanggung jawabnya sebagai seorang muslim.
***ooo***
Ternyata khairina [71]
cinta
meny
kehe
siapa
umat
mera
menj
sewa
mem
karen
tak l
berja
Diakui o
a telah beru
yalahkan k
ndak Tuha
apun, terleb
t muslim.
Seringka
angkak dew
jalankan Sh
aktu masih
mbaca Alqur
na urusan du
Entah se
agi berkum
amaah dan m
olehnya bah
ubah cukup
kenyataan y
an yang ta
ih lagi ia sa
ali Zainal
wasa Zaiana
holat berjam
kanak-kan
r’an bersam
uniawai yan
etan mana y
mpul bersam
membaca A
Tern
TU
PE
hwa sebena
p drastis. Z
yang terjadi
ak bisa dita
adar akan ke
meninggal
al mulai jar
maah dan m
nak begitu r
ma teman-t
ng hanya se
yang telah m
ma teman-tem
Alqur’an ber
nyata khairina
UJUH BEL
ENGAKUA
arnya kondi
Zainal meny
i padanya.
awar dan
eteledorany
kan kewaj
rang untuk
membaca k
rajinya Zai
temanya. Sh
ementara.
mempengaru
man untuk
rsama lagi d
a [72]
LAS
AN
isi kpribadi
yadari bahw
Zainal tau
disangkal
ya meningga
iannya sem
wa dirinya
u bahwa se
olehnya da
alkan kewaj
menjak meng
tak seharu
emua itu ad
an bahkan
jibannya seb
genal
usnya
dalah
oleh
bagai
iban lima
pergi ke M
kitab suci A
inal Sholat
holatnyapun
waktunya
Masjid atau
Alqur’an se
berjamaah
n seringkal
dan seme
Mushola u
bagaimana
h di Masjid
li bolong h
enjak
untuk
dulu
d dan
hanya
uhui Zainal
datang ke M
di malam ha
l sampai de
Masjid men
ari.
engan ia ber
njalankan S
rubah
Sholat
Dikatakan olehnya, mungkin itu lah yang menyebabkan Tuhan memberikan
cobaan yang munurutnya sangat berat untuk dijalani. Tapi itu lah yang terjadi dan
seperti itu lah jalan hidupnya.
Namun dikatakan pula bahwa sebernarnya ia ingin sekali memperbaiki keadaan
itu, Zainal ingin sekali bertaubat dan kembali menjaga dan menjalankan kewajibannya
sebagai umat muslim dengan baik sesuai dengan ajaran Islam, namun godaan itu terlalu
berat dan kuat baginya, setiap ingin kembali mendekatkan diri kepada sang pencipta,
setiap itu lah dikatakan olehnya selalu datang godaan yang menghalanginya sehingga
tak hayal niat itu harus tertunda.
Begitu dan begitulah yang terjadi padanya. Entah sampai kapan Zainal harus
dalam kondisi seperti itu. Semua itu terjdi begitu saja dan ia tak tau harus bagaimana
untuk melawan godaan itu, godaan yang membawanya kejalan keterpurukan dan
berujung pada perusakan hati dan keimananya. Kenapa tidak, Zainal seperti tak
mengenali dirinya dan tak tau apa yang terjadi pada dirinya. Semua yang terjadi
padanya selalu dianggapnya suatu bentuk penyiksaan dan bentuk ketidak adilalan.
Entah apa yang ia maksud dengan ketidak adilan itu.
Jelas bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang pada semua hambanya
yang bertaqwa, namun sepertinya Zainal menyangkal hal itu bahkan parahnya lagi ia
lakukan dalam bentuk tindakan nyata, walau sebenarnya bahwa hati kecilnya menolak
dan menyadari semu itu, menyadari bahwa tindakannya itu salah besar.
Zainal sering menangis dan meminta ampun pada Tuhan saat usai
melampiaskan kemarahannya, namun semua itu tak jua bisa membuka hatinya dengan
menyadari semua ketentuan Tuhan yang telah terjadi padanya itu.
Zainal masih belum sepenuhnya mampu untuk menyakinkan dirinya bahwa
semua yang terjadi padanya itu adalah sesuatu yang terbaik untuknya dan dari semua
ujian dan cobaan yang datang pasti akan ada hikamahnya. Sepertinya hatinya benar-
benar telah tertutup dengan kebencian, kebencian akan jalan hidupnya.
Benar-benar keadaan yang rumit untuk dimengerti, disatu sisi Zainal sadar
bahwa itu adalah ujian dan cobaan yang datangnya dari Tuhan, namun disisi lain ia
masih menyangkal dan menyakini bahwa itu semua adalah kutukan yang menimpa
dirinya. Namun mau dikata apa lagi, pada kenyataanya itulah yang terjadi. Seorang
Ternyata khairina [73]
Zainal yang dulunya adalah sosok yang penuh dengan semangat dan seorang yang
pantang menyerah serta rajin mengaji, namun kini setelah beranjak dewasa dan mulai
mengenal cinta, semua itu terasa lenyap dan keadaan begitu cepat berubah. Perubahan
yang cukup besar untuk jangka waktu yang relatif singkat kurang dari lima tahun.
Mungkin ada yang sependapat dengan Zainal bahwa semua itu terjadi karena
efek dari kegagalan-kegagalan cinta yang ia alami, namun mungkin itu hanya sebagian
kecil orang yang sependapat dengan dirinya. Tapi begitulah yang terjadi dan karena itu
jugalah Zainal menganggap penyebab dari perubahan yang terjadi padanya.
Salah memang apa yang menjadi sangkaannya, namun Zainal tak kuasa untuk
menghadapi kenyatan yang sebenarnya, kenyataanya bahwa mungkin semua yang
terjadi padanya itu merupakan buah dari apa yang telah ia perbuat dengan melupakan
apa yang telah menjadi kewabibannya sebagai umat muslim.
Zainal takut keadaan itu terus terjadi tanpa ia bisa merubahnya. Zainal takut
umurnya tak sepanjang saat sampai dengan ia mampu utuk mengalahkan godaan yang
menghalanginya untuk kembali lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Ketakutan
yang begitu besar sampai banyak sekali bayangan-bayangan akan kehancuran dirinya
diakhir hembusan nafasnya.
Terlepas dari semua pengakuan itu, Zainal masih mempunyai keyakinan untuk
bisa memperbaiki dirinya, walu mungkin harus membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk itu, namun Zainal akan tetap berusaha keras dan hati kecilnya selalu berdo’a agar
sekirannya Tuhan segera memberikan jalan keluar dan mebuka hatinya yang telah
tertutup dengan hal-hal yang telah menyesatkan hidupnya.
Yang menjadi permintaan terbesar Zainal adalah sekiranya Tuhan memberikan
umur yang cukup sampai dengan ia bisa mengalahkan semua godan yang menyesatkan
itu dan saat diamana semua rahasia dibalik ujian dan cobaan yang datang padanya dapat
diperlihatkan kepadanya. Itu lah permintaan dan harapannya, harapan dari seseorang
yang tak menginkan sesuatu yang besar, hanyalah cinta dan kasih sayang dari seorang
wanita yang ia cintai, cinta sejati itu lah yang sepertinya enggan datang dan
menghampiri dalam kehidupanya, kehidupan yang penuh dengan kesederhanaan dan
keterbatasan kemampuan, kemampuan dalam segala hal. Yah itu lah riwayat
Ternyata khairina [74]
penderitaan Zaianl, kegagalan merupakan kesimpulan dari semua usaha dan harapan,
terlebih pada kisah percintaan dan asmaranya.
***ooo***
Ternyata khairina [75]
cinta
pesim
sesek
kehid
olehn
yang
sehar
Zain
kehe
kuat
milik
cabik
Sebe
Kehidup
a Zainal. Ya
mis dan ter
kali memb
dupan oran
nya bahwa i
g lebih beru
rusnya yang
Rasa ce
alpun meng
ndaknya be
dan sangg
ki.
Zainal se
k oleh ken
enarnya Za
pan terus be
a tentunya m
lebih lagi s
banyangkan
ng-orang dis
itu semua a
untung dari
g ia yakini.
emburu dan
gadari itu. N
egitu besar
gup untuk m
endiri tak m
nyataan pah
ainal sudah
Tern
DEL
MEND
KET
rjalan, begi
masih dalam
saat ini Zai
bisa mer
sekelingnya
adalah bentu
inya walau
n iri itu ad
Namun kem
dan sulit un
menjalani s
mengerti kek
hit masih s
h beberapa
nyata khairina
LAPAN BE
EKATI PU
TERPURUK
itu juga den
m keadaan y
inal lebih se
rasakan ke
a yang jauh
uk kecembu
disadari it
dalah hal y
mbali pada p
ntuk dicega
semua ujian
kuatan apa y
aja sanggu
akali meny
a [76]
ELAS
UNCAK
KAN
ngan perjala
yang sama
ering melam
hidupan y
h lebih ber
uruan dari se
tu semua se
anan dan pe
seperti itu,
mun dan m
ang begitu
runtung dar
eorang Zain
eharusnya t
etualangan k
terpuruk, g
menyendiri u
u indah se
rinya. Ya d
nal dengan o
tidak lah b
kisah
gagal,
untuk
eperti
diakui
orang
begitu
yang sangat
pengakuann
ahnya. Nam
n hidup, en
t dilarang
nya bahwa
mun begitula
ntah kekuat
oleh Islam
rasa yang d
ah Zainal, s
tan apa yan
m dan
diluar
selalu
ng ia
yang ia mili
up untuk te
yatakan ak
iki sampai d
etap menata
kan ketida
dengan terc
ap kehidupa
ak sanggup
cabik-
anya.
panya
menerima penderitaan itu, namun sungguh memang kekuatan itu tampaknya terlalu
kuat untuk tetap menerima penderitaan yang datang.
Kekuatan itu menjadikan Zainal tetap siap untuk menjalani semua penderitaan
yang telah dipersiapkan untuk datang pada kehidupanya. Walau diakui bahwa dirinya
sungguh tak sanggup lagi dan begitu besar keinginnya untuk mengakhiri semua itu,
namun kenyataan sama sekali tak mau mendengar jeritanya itu, seakan kenyataan itu
tetap dengan buasnya akan menyiksanya sampai mungkin ia benar-benar tak lagi untuk
bisa melihat dan merasakan kehidupan lagi.
Hem cape memang menceritakan perjalanan seseorang yang hanya penderitaan-
penderitaan dan penderitaan yang ada, tapi itu lah sebenarnya yang terjadi pada Zainal.
Penulis akan terus menulis dan memperlihatkan pada dunia akan kegundahan
Zainal sampai dengan akhir perjuangan dan bilakah sampai mendapatkan jawaban atas
semua pertanyaan yang selalu ia pertanyakan pada kehidupan ini.
***ooo***
Waktu terus berlalu, aktifitas kehidupan terus dilalaui oleh Zainal. Sampai
dengan suatu hari, hari tiu adalah hari Senin, dimana tersebar sebuah berita, berita yang
cukup membuat Zainal harus menahan sesak dada karena kabar itu. sebuah kabar yang
langsung menusuk ulu hati dan menorehkan luka yang amat dalam di hati Zainal. Luka
karena kenyataan yang menjelaskan akan gambaran kekalahan akan datang dan
menimpanya kembali seperti yang sudah-sudah.
Sebuah kabar bahwa Fatimah sebenarnya telah memiliki seorang kekasih.
Terkejut memang, seorang Fatimah yang ia kenal itu bisa berpacaran. Antara percaya
dan tidak percaya akan kabar berita itu, namun sungguh karena kabar itu Zainal dengar
dari orang yang cukup di kenalnya dan tak mungkin kabar itu bohong. Zainal yakin
sang pembawa kabar berita itu tak mungkin mengada-ada. Bermacam pertanyaan
kembali datang. Fatimah mengatakan bahwa dia tak mau pacaran karena itu
bertentangan dengan ajaran Islam, namun kini banar yang bertolak belakang datang
pada Zainal.
Ternyata khairina [77]
Kini rasa percaya itu lebih besar dibandingkan dengan rasa tidak percaya. Hem
lagi-lagi suatu pembuktian bahwa hidupnya memang benar-benar tak jauh dari rasa
tersingkir dan kegagalan. Semua itu terasa jelas dan nyata, ternyata seorang Fatimah
bisa memiliki kekasih.
Keyakinan itu muncul dan menguat dari benak Zainal saat sering dilihatnya
waktu jam kuliah Fatimah mengotak-ngatik handphonenya, dirasakan juga akhir-akhir
ini sikap Fatimah sedikit berubah. Sering terlambat kuliah dan sesekali malah bolos
kelas. Entah apa yang terjadi, tidak ada seorangpun yang tau persis kenapa Fatimah bisa
begitu.
Hem hal yang mengherankan dan membuat Zainal banyak berfikir apa, dan
kenapa dengan Fatimah. Kenapa dia bisa berubah seperti itu, pertanyaan yang sulit
untuk terjawab oleh seorang Fatimah yang pendiam dan sosok yang sulit ditebak.
Adakah hubungannya antara perubahan yang terjadi pada Fatimah dengan kabar itu.
Tapi sebenarnya ia sadari bahwa tak seharusnya Zainal berfikir seperti itu, bisa saja
Fatimah ada kesibukan keluarga sehingga telat kuliah dan tidak masuk kuliah.
Saat itu Zainal untuk kesekian kalinya kembali mulai goyah dan menyerah, ia
meresa sia-sia terus berjuang untuk mendapatkan cinta Fatimah dengan keadaan seperti
itu, ditambah lagi dengan pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya yang membuat
keyakinana akan lingkaran kutukan itu semakin jelas baginya dan bagi kehidupanya.
Kebingungan kembali datang padanya, ia tak tau harus berbuat apa dan
mengambil langkah apa untuk selanjutnya, apakah menyerah atau melanjutkan
perjuangan dengan bayangan sia-sia dan hanya akan menambah dan memperparah rasa
sakit hati dan kekecewaan.
Benar-benar pilihan yang sulit untuk diputuskan oleh seorang Zainal saat itu.
Keadaan seperti itu terus dilaluinya dengan hati yang merintih dan kenistaan yang
membuat hari-harinya seperti dalam neraka, neraka yang dengan buasnya menelan
tubuh dan perasaanya dalam kobaran api cinta yang tak dapat terpadamkan oleh air
mata.
Sampai dengan suatu hari dimana Zainal benar-benar yakin hidupnya hanya
akan dialalui dan ia habiskan tanpa hadirnya seorang kekasih dan pasangan hidup.
Ternyata khairina [78]
Kenapa tidak, sedikit demi sedikit teman-teman wanita di kampusnyapun mulai
menjauh dan enggan mendekat, bahkan seperti tak mengenalnya.
Zainal merasa kebanyakan tewan wanitanya itu datang padanya saat
membutuhkan sesuatu, namun disaat Zainal memerlukan bantuan dan membutuhkan
teman yang bisa mengerti akan perasaannya, mereka semua menghilang entah kemana.
Ya sampai dengan dalam kondisi benar-benar menjauh dari hidup dan pergaulan Zainal.
Mau tidak mau Zainal harus menyadari kondisi itu dan menerima semua perlakukan
mereka pada dirinya karena ia yakin itulah yang digariskan dalam perjalanan hidupnya.
Kasih tak sampai hanya akan membawa derita, sakitnya derita yang telah ku
rasakan. Putus cinta dan gagal lagi, kapankah aku menemui cinta suci, sudah belasan
kali bercinta selalu berakhir dengan kegagalan. Cinta bagiku hanyalah bayangan,
ingin bahagia juga hanyalah bayangan. Batin tersiksa serta menderita. Sebagai insan
yang merindukan cinta dan kasih sayang yang tulus mulia. Putus dan gagal lagi, itu lah
yang selalu mewarnai kisah perjalanan asmaraku.
Ia harus tetap bertahan, Zainal tetap harus menjalani kehidupannya, kehidupan
yang berat, baginya itu harus terus ia jalani sampai dengan nanti, sampai dengan ada
perubahan baginya, itupun kalau ada perubahan baginya. Keyakinan perubahan itu
dirasakan olehnya sangatlah tipis dan seakan tak mungkin baginya perubahan itu terjadi
pada kehidupannya.
Berlahan-lahan Zainal kembali mencoba untuk tegar dan tetap berusaha
menjalani apa yang telah digariskan padanya. Tertatih-tatih ia mencoba melakukan
semua itu, melakukan semua hal yang sama sekali tak terfikir olehnya untuk datang
dalam kehidupannya.
Kehidupan terus berjaan, seakan enggan untuk berhenti sejenak untuk
menunggu Zainal benar-benar bangkit dari keterpurukan. Zainal dipaksa untuk bangkit
dan terus menjaani kehidupan yang datang padanya. Perkuliahan yang semakin padat
ternyata sedikit membantu Zainal dalam usahanya melupakan masalah cinta. Hari-
harinya terus ia lalui dengan kesibukan perkuliahan, pagi berangkat dan sore pulang, tak
jarang sampai malam Zainal baru pulang karena harus mengerjakan tugas-tugas dari
dosen.
Ternyata khairina [79]
Semua kesubikan itu ternyata berlahan-lahan mampu mengalihkan fokus
pikirinnya walau tak sepenuhnya Zainal telah melupakan kisah perjalanan cinta
pahitnya. Saat malam tiba, sering kali Zainal kembali teringat akan nasib hidupnya, hal
itu sering kali membuatnya susah tidur, apa lagi saat menyadari bahwa banyak teman-
teman satu sekolahnya dulu telah menikah dan tak sedikit diantara mereka telah
memiliki anak.
Sungguh beruntung mereka itu, hidup bahagia dengan pasangan hidup dan
ditemani hadirnya seorang anak, buah cinta diantara mereka. Setidaknya itu lah
anggapan Zainal tentang kehidupan teman-temanya itu walau ia tak atua apa
sebenarnya yang mereka alami dalam kehidupan keuarganya, apakah benar-benar
bahagia atau tidak,,, tapi bagi Zainal setidaknya mereka ada yang mencintai dan
mencintai.
Lain halnya dengan Zainal yang hanya bisa mnecintai dengan kenyataan tak ada
yang mencintainya. Benar-benar kenyataan yang pahit dan sedih untuk diceritakan, tapi
itu lah yang terjadi pada Zainal, seorang perjaka desa di pedalaman Kalimantan yang
kini keadaan desa itu tak lagi semurni dan seperawan dulu. Desa itu tak lagi sejuk dan
harum, karena tak ada lagi terlihat bunga-bunga nan indah dipadang rerumputan.
Gunung-gungung yang dulunya indah dan dipenuhi pepohonan yang rindang kini tak
ada lagi.
Semua keindahan itu telah hancur seiring peradapan zaman, dan akibat tangan-
tangan oknum manusia yang tak bertanggung jawab hanya ingin mengeruk kekayaan
bumi tanpa memperhatikan kelestarian alam. Benar-benar desa dengan sebagian
daerahnya telah rusak sama seperti halnya hati dan perasaan Zainal yang telah hancur
karena kenyataan dan tangan-tangan wanita yang dengan sengaja telah menyakiti
perasaanya.
Namun lagi-lagi Zainal belum menyerah, terus ia harus lalui semua kenyataan
dan perjalanan hidupnya, perjalanan hidup tanpa arah dan bayangan, perjalanan hidup
yang hanya dibuai mimpi dan harapan, harapan yang tak pernah terwujud bahkan tak
jua ada mimpi-mimpi setiap malamnya itu akan mucul dalam kehidupan siangnya
Benar-benar kehidupan yang sempit dan memuakkan.
Ternyata khairina [80]
Baginya dengan sisa kekuatan tak hayal seperti ikan terdampar dipasir, tak
mampu berbuat banyak, jangankan untuk bergerak, bernapaspun harus tersedak-sedak
oleh pasir putih yang menyiksa. Jauh harapan untuk menemukan dan mendapati
dinginnya air dan harus mengubur dalam-dalam keinginan untuk bisa menerjang ombak
yang seperti menari-nari menertawakan sang ikan yang tergolek lemah tanpa daya
menahan sengatan mentari tajam, mengeringlah darah, berlahan menghentikan detak
nadi, sampai dengan akhirnya sang ikan harus meregang nyawa tanpa ada yang peduli,
terkubur dalam lautan pasir bersama derita dan nestapa.
Begitulah penulis meilustrasikan keadaan Zainal, keadaan yang tak jua ada
perubahan untuk menang, kehidupan yang tak lagi ada tawa, bahkan senyum pun tak
diingat lagi baginya.
***ooo***
Ternyata khairina [81]
mem
terjad
sangg
menc
bahk
adala
2 ora
pertim
yang
semu
yang
deng
perbu
dijela
meng
Waktu t
mbaik denga
di padanya
gup untuk m
Keyakin
coba mengk
kan sampai
ah teman ke
ang anak.
Semua
mbangan Z
g dianggap
uanya meng
g mngikuti
gan mahklu
utan seoran
askan pula b
Mendeng
ghantui per
K
terus berlal
an mulai be
a merupakan
menolak dan
nan dan ke
konsultasika
dengan ke
eluarga Zain
berawal d
Zainal berse
mampu me
gatakan bah
Zainal, sesu
s halus. Dij
ng wanita y
bahwa hal i
gar hal itu
asaannya. D
Tern
SEM
KEADAAN
lu dan dila
erhasilnya Z
n suratan t
n menghent
sadaran itu
an masalah
guru pesan
nal, usianya
dari rasa s
edia untuk
enyelesaika
hwa aura Z
utau itu ad
ijelaskan pu
yng dulunya
itu terjadi ka
u sontak Z
Difikirkan o
nyata khairina
MBILAN BE
SEDIKIT
lui Zainal.
Zainal men
takdir dan k
tikannya.
u muncul b
yang alam
ntren ternam
a kira-kira 3
simpati ak
mengikuti
an masalah
Zainal telah
dalah sebang
ula awal m
a pernah m
arena sang g
Zainal terk
olehnya jika
a [82]
ELAS
MEMBAI
Kini kead
nyakinkan d
kehendak I
berawal dar
mai oleh Zai
ma. Sebut
34 tahun, su
kan keadaa
ajakan ma
spiritual te
tertutup, di
gsa makhlu
mula dari ha
menjalin hub
gadis tak in
kejut, rasa
a ada wanit
IK
daan ternyat
dirinya bah
Illahi yang
ta sedikit m
hwa semua
tak seoran
mulai
yang
ngpun
ri ajakan s
inal itu ke o
saja mas A
udah menik
seseorang u
orang tua, k
Anton, ya A
kah dan mem
untuk
kiya’i
Anton
miliki
an Zainal.
as Anton itu
elah didatan
ikatakan bah
uk gaib atau
adirnya mak
bungan den
ngin kehilan
Tanpa ba
u. Semua o
ngi, dan ha
hwa ada se
u sering di
khluk itu ad
ngan Zainal
ngan Zainal.
anyak
orang
ampir
suatu
sebut
dalah
, dan
percaya d
ta yang tak
dan tak per
mau kehila
rcaya
angan
dirinya kenapa semua wanita yang pernah hadir dalam hidupnya harus
meninggalkannya.
Sungguh pertanyaan yang rumit dan sukar untuk diterima secara logikanya.
Sang guru mengatakan pula bahwa hal-hal yang menghalangi Zainal itu pun dengan
sendirinya akan hilang, hanya saja waktulah yang menentukannya. Tak ada yang bisa
mengetahui kapan waktu itu tiba.
Sejak saat itu lah Zainal mulai belajar untuk lebih bersabar dan meyakinkan
dirinya bahwa suatu hari semua akan berubah, namun memang keyakinanya itu tak
sekuat dan masih tak mampu mengalahkan kenyakinan sebelumnya bahwa hidupnya
berada pada lingkaran kutukan. Namun terlepas dari semua keyakinannya itu, Zainal
sadar tak ada gunanya terus mengurung diri dan menyakiti batinnya dengan keyakinan-
keyakinan itu.
Kini Zainal mulai mencoba untuk hidup normal dan berusaha untuk lebih
mendekatkan diri pada sang pencipta. Walau tak ada hasil nyata dari para guru dan
kiya’i, namun sejak itu Zainal bisa lebih menahan diri untuk mencintai wanita, ia selalu
ingat bahwa ada penghalang dalam dirinya. Sia-sia baginya jika harus mencintai wanita
lagi, karena penghalang itu akan kembali membuat kegagalan dalam langkah dan
cintanya.
Fatimah wanita terakhir saat itu yang ia cintai dan ia kejar, namun kini berlahan
telah ia lupakan. Semangat pantang menyerah yang pernah ia tanamkanpun berlahan
telah pudar. Zainal mulai menyerah, pasrah dan tak lagi ada harapan baginya untuk
memiliki cinta.
Berat memang melupakan semangat untuk mendapatkan cinta seorang Fatimah,
namun apa daya, itu lah langkah yang harus dilakukan Zainal, langkah terpaksa untuk
berhenti mencintai wanita yang dicintainya.
Berat memang, tapi baginya mungkin itu lah yang terbaik dari pada terus
mengejar hal yang tak mungkin bisa didapatkan. Zainal hanya bisa berdo’a dan
menunggu akan tibanya waktu dimana semua penghalang itu akan sirna dan auranya
dapat terbuka seperti yang dikatakan oleh guru pesantren itu. Menungu sesuatu yang tak
pasti pula, tapi mungkin itu lah yang terbaik dari pada terus bersikeras menggapai cinta
dengan kenyataan hanyalah kegagalan yang akan didapat.
Ternyata khairina [83]
Akhir semua usaha untuk meyerah berhasil dilakukan oleh Zainal, Ia telah bisa
hidup dengan tak lagi ada keinginan untuk mencintai dan harapan uantuk dicintaipun
telah hilang dari angan dan harapannya.
Kehidupan terus dilaluinya dengan suka cita, perkuliahan yang padat terus ia
lalui dengan senang hati. Teman-teman wanita yang menganggapnya hanya seoarang
lelaki yang tak harus dijadikan teman istimewapun tak ia permasalahkan. Kini hidupnya
benar-benar berubah dari lelaki yang mudah marah dan mudah tersinggung berlahan
telah berubah menjadi lelaki santai dan tak lagi mengnggap dirinya seperti sampah yang
selalu di jauhi orang terutam para wanita.
Kini Zainal bisa tersenyum, tersenyum karena hasratnya untuk menikah telah
pudar, hilang tak ubahnya kemarau yang basah disirami derasnya hujan yang
mengguyur, seperti tanaman yang kering layu karena panas terik mentari kembali segar
karena tetesan air dari mata air segar.
Semua berubah, semua bangkit, Zainal bangkitkan gairah hidupnya tanpa
hadirnya pasangan hidup dan tanpa hadirnya cinta. Cinta telah terbuang jauh dari
pikiran dan angannya. Cinta telah terkubur dalam-dalam, terkubur bersama kisah derita
yang ia alami selama ini, terkubur dalam dan tak kan lagi teringat oleh Zainal. Cinta
adalah penyakit, itu lah hal terakhir yang ia ucapkan mengenai cinta, setidaknya cinta
bagi orang yang tak mampu untuk mendapatkan cinta itu, orang yang lemah seperti
Zainal, lemah, miskin, perjaka desa serta lelaki yang hannya bisa mencintai.
Yah lengkaplah sudah semua beban hidup yang harus dipikulnya, namun kini
beban itu telah dikuburnya. Dalam keyakinannya sekarang adalah jika memang
manusia diciptakan berpasang-pasangan, maka kelak akan ada waita yang datang
padanya, namun jika Zainal harus hidup tanpa cinta itu lah garis hidupnya.
Benar-benar keyakinan yang luar biasa, benar-benar kesadaran yang luar biasa,
kesadaran dari seorang Zainal yang dulunya sangat menentang apa yang telah
digariskan padanya. Seorang Zainal yang berhati keras, seorang Zainal yang membenci
hidupnya kini telah berubah menjadi seorang Zainal yang bisa menghargai hidupnya,
seorang Zainal yang bisa melupakan sederetan kisah perih dan pilu diperjalanan
hidupnya, seorang Zainal yang iklas telah menjalani kesakitan bertahun-tahun dan
seorang Zainal yang kini telah benar-benar bisa menerima apa yang telah digariskan
Ternyata khairina [84]
dalam hidupnya, menerima kenyataan bahwa terlarang baginya untuk mencintai atau
pun dicintai. Kenyataan yang datang dan diyakininya dari apa yang telah ia alami dan ia
rasakan selama ini. Zainal telah kembali seperti Zainal yang dikenal orang tuanya dulu.
Senyum kedua orang tuanyapun kembali tampak saat anak tercinta mereka telah
kembali setelah bertahu-tahun menghilang.
***ooo***
Ternyata khairina [85]
seora
lauta
akan
menj
Hany
orang
cinta
kisah
dan
hand
mene
mend
tema
di B
Zain
Waktu d
ang perjaka
an derita da
n rintihan a
jadi pengha
ya sebuah p
g lain, oran
a dan kasih
h perjalanan
Seperti b
sudah men
dphonenya.
ekan tombu
Dengan
dera, Zaina
an sekampu
anjarmasin
alpun denga
dengan cepa
a desa diped
an kenyakin
anak manus
arapan, pen
pengharapa
ng lain yang
sayang. Na
n hidupnya,
biasa pagi-p
njadi rutinit
Saat itu did
ul buka dan
mata terpe
al memaksa
snya sebut
. Saat itu m
an senang h
Tern
D
BROS B
atnya berla
dalaman K
nan akan ku
sia yang tak
ngharapan k
an untuk bis
g lebih beru
amun kini se
kini Zainal
pagi sekali
tasnya seti
dapati olehn
terpampang
ejam-pejam
akan diri un
saja Mardi.
memang Za
hati bersedia
nyata khairina
DUA PULU
BERWARN
alu, seakan
alimantan y
utukan yan
k memiliki
kecil seora
sa merasak
untung, oran
emua itu da
l telah bangk
Zainal bang
ap bangun
nya satu pes
glah barisan
m karena ra
ntuk memb
. Dia ingin
ainal lagi ti
a untuk men
a [86]
UH
NA PINK
tak lagi pe
yang bertah
ng tak jelas
kuasa unt
ang perjaka
kan hidup s
ng lain yang
apat dikubu
kit.
eduli akan k
hun-tahun te
. Waktu se
tuk mendap
yang lem
eperti yang
g memiliki
urnya begitu
kegundahan
erdampar d
eakan tak p
patkan apa
ah tak ber
g dirasakan
pasangan h
u dalam ber
n hati
dalam
peduli
yang
daya.
oleh
hidup,
rsama
gun tidur, h
tidur hal
an masuk, s
n kalimat pa
hari itu adal
pertama ad
segara jari t
ada layar ha
lah hari Mi
dalah mem
tangan kana
ndphonya.
inggu
mbuka
annya
asa kantuk
baca itu pe
Zainal men
idak ada ac
nemani Mar
yang masi
san. Pesan
nemaninya m
cara dan ke
rdi, difikirny
ih sangat t
dari salah
membeli se
egiatan apa
ya
terasa
h satu
suatu
a-apa.
“ itung-itung sambil jalan-jalan , toh juga hari ne aku gak ada kegiatan apa-apa, dari
pada suntuk dirumah mendingan jalan”,
“ Ok deh aku bisa temenin kamu,” balas Zainal pada Mardi. Bergegas Zainal beranjak
dari ranjang dan dengan terburu-buru langsung kekamar mandi. Usai mandi, Zainal
menunggu untuk dijemput.
Setelah sekitar 20 menit menunggu, Mardipun datang dan berangkatlah mereka
berdua, dua perjaga dengan pakaian super maco dengan jaket kulit berwarna hitam
menambah pesona kegagahan seorang perjaka. Mardi dan Zainal sama-sama bersetatus
sebagai mahasiswa dan juga masih menyandang gelar perjaka, namun yang
membedakan keduanya adalah, Mardi memiliki kekasih sedang kan Zainal tidak,
perbedaan yang begitu tampak dan besar bagi Zainal, perbedaan mendasar sebagai
kodrat insan manusia yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban dan memiliki
kesempatan yang sama untuk menjalani kehidupan, kehidupan didunia yang sama pula.
Setelah berjalan selama kurang lebih 90 menit, sampailah keduanya disuatu
tempat, ramai betul tempat itu, dipenuhi muda-mudi, anak-anak, ibu, bapak, benar-
benar lautan manusia. Mall itu lah tujuan mereka.
Keduanya berjalan dan berjalan, bolak dan balik, tak disadari mereka sudah
melewati satpam yang berdiri tegap di depan toko pakaian dengan penampilan super
sangar dengan pentungan mengantung dipinggangnya. Mereka telah melewatinya
sebayak tujuh kali. Mungkin itu lah dunia anak muda, dunia yang suka jalan-jalan
melihat sesuatu yang indah, cuci mata kata mereka sambil tertawa terbahak-bahak.
Entah apa yang mereka tertawakan, namun semua itu mengalir begitu saja, benar-benar
hari yang santai seperti hidup tanpa beban.
“ aduh cape “ terdengar keluh Zainal,
“ iya nih aku juga cape” sahut Mardi,
“ kita cari minum yo, “ tambahnya
“ ayo “, jawab Zainal sambil berjalan menuju ke sebuah kafe kecil namun tertata rapi
dan hiasan-hiasan nuansa romantis menambah daya tarik para kaum muda-mudi untuk
singgah.
“ ok ngikut deh aku ” jawab Mardi.
Ternyata khairina [87]
Sesampainya kafe merena mencari tempat duduk dan didapatlah dua kursi
kosong, hanya tinggal dua kursi, karena memang hari itu begitu ramai, lautan manusia
memenuhi Mall 12 lantai itu. Benar-benar hari yang beruntung. Bagi dua perjaka desa
itu masih juga diberi sisa tempat duduk. Dipesanlah dua gelas just jeruk. Setelah
beberapa menit datang dua gelas just segar, tanpa banyak buang waktu diseruput lah
just itu, hemmm segarrrrrr, keduanya begitu menikmatinya.
Setelah beberapa waktu, puas mereka melepas dahaga dan dipanggilah pelayan
dan segera dibayar dua gelas just segar itu oleh Mardi.
Zainal berdiri dari tempat duduknya, satu langkah kaki kanannya digerakan
“brukkk” terdengar benturan dari arah belakang, benturan itu berasal dari sesuatu yang
mengenai punggungnya. Sontak Zainal langsung menolehkan kepala kebelakang,
betapa terkejutnya Zainal saat melihat gadis manis terduduk dibawahnya dengan 4
buku-buku tebal berserakan disamping sang gadis itu,
“ maaf mas “ terdengar dari mulut gadis itu,,
“ aduh maaf juga ” sahut Zainal,,
Ya sang gadis tak sengaja menabarak Zainal saat membawa 4 buku yang cukup tebal-
tebal itu. Melihat keadaan itu Zainal langsung merendahkan badan dan membantu
mengumpulkan buku-buku yang berserakan itu serta membantu sang gadis berdiri.
“ maaf ya mas tadi saya gak sengaja nabrak pian ” ucap lagi sang gadis,,,,,
“ saya juga minta maaf ” sahut Zainal seraya menyerahkan buku-buku itu.
“ terimakasih ” sahut lagi sang gadis,,
“ sama-sama ” jawab Zainal, seraya terus memandangi wajah gadis itu penuh kagum.
Wanita yang cantik, segera Zainal menyadarkan diri untuk berhenti memandang wajah
gadis itu.
Kemudian sang gadis itu melangkah menjauh dari pandangan Zainal, namun
Zainal masih berdiri terpaku seraya kembali memnadangi sang gadis dari belakang
yang semakin jauh darinya sampai dengan tak terlihat lagi. Seperti tak menyadari apa
yang telah terjadi padanya, sampai dengan Mardi menyadarkannya dengan menepuk
bahu Zainal seraya berkata
“ woe,,, uma le tetabrak bidadari samapi kada sadar ”
“ eh, sapa tadi yo?”
Ternyata khairina [88]
“ kada tahu ” sahut Mardi seraya menarik Zainal untuk terus jalan.
Zainalpun berjalan dan ternyata ia merasa ada sesuatu ditangan kanannya,
dilihatnya dan sangat terkejut ternyata didapatinya bros berwarna pink berbentuk kupu-
kupu, difikirkannya “sejak kapan bross ini ada di tangan ku” apa ini milik gadis
tadinya,,, dibaliknya bros situ dan terdapat sebuah tulisan, Kharina, Itu lah tulisan yang
ada disisi bawah bros berwarna pink itu. “ jangan-jangan ini milik gadis tadi”
pikirnya,,,
“ ah kalau memang benar ini milik dia entar ku kembalikn kalau ketemu lagi, pastinya
dia masih disekitar sini ” pikirnya dalam hati.
Terus berjalan menuju sebuah toko pakaian. Mardi berhenti, ternyata Mardi
ingin membeli baju, Zainalpun menemaninya memilih baju, namun pandangan Zainal
terfokus pada kerumunan orang-orang yang lalu-lalang disekitarnya, ia nengok sana-
sini berharap melihat gadis itu lagi dan Zainal ingin mengembalikan bros yang berada
ditangannya itu.
“ woi ini gimama? , kenapa sih kaya orang gelisah??” Tanya Mardi.
“ ah gak papa, eh itu bagus juga ” jawab Zainal dengan terkejut sambil terus berusaha
menemukan gadis itu dikerumunan orang-orang disekitarnya.
“ aduh kamu ini,,, kecantol gadis tadi ya,, mau nyari dia lagi ya…” ledekan Mardi
“ ah kamu bisa aja ” sahut Zainal lagi
“ ya udah lah aku beli ini aja ” sahut Mardi seraya membayar harga pakaian itu.
Setelah selesai transakasi dan waktupun sudah mulai sore, Mardi mengajak
Zainal untuk cabut. Zainal setuju setelah usahanya mencari gadis itu sia-sia, sampai
dengan mereka berjalan keluar mall untuk pulang tak jua terlihat keberadaan sang gadis
itu.
Mereka segera pulang pulang. Mardi pulang dengan membawa pakaian yang
dibelinya, sedangkan Zainal pulang dengan membawa sebuah bros dan berbagai
pertanyaan bagaimana bisa benda ini ada ditangannya dan rasa penasaran mengenai
gadis cantik yang menabraknya tadi.
Sesampainya di rumah, Zainal langsung meletakkan bros itu di atas meja
belajarnya, kemudian mandi dan langsung makan. Karena cape seharian jalan Zainal
merebahkan badannya diranjang, sampai dengan beberapa menit langsung tertidur.
Ternyata khairina [89]
Satu jam tidur Zainal terbangun, didengarnya suara adzan, ya ternyata waktu
magrib telah tiba, Zainal langsung beranjak dari ranjangnya dan mandi, kemudia Sholat
Magrib. Setelah itu makan malam bersama keluarga.
Setelah selesai makan teringat olehnya bahwa ada tugas kuliah yang harus
segera diselesaikan. Segeralah Zainal menuju kamarnya dan duduk di meja belajarnya
seraya membuka laptop.
Terlihat olehnya benda warna pink, astaga sontak Zainal terkejut, ia baru ingat
bahwa ada sesuatu yang dibawanya saat pulang dari Mall. Dibolak-balik bros itu dan
berulang kali dibaca tulisan Khairina di bagian bawah bros situ, sampai dengan
difikirnya apakah Khairina itu nama gadis tadi ya,,, Karena ia benar-benar tak ingat dan
tak tau bagai mana benda itu ada ditangannya dan hanya satu kenyakinannya bahwa
benda itu adalah milik gadis yang menbaraknya siang tadi.
Zainal segera menyimpan bros itu didalam sebuah kotak keci dan ditaruhnya di
dalam lemari pakaian paling atas. Zainal segera melanjutkan pekerjaannya untuk
menyelesaikan tugas kuliah tanpa menghiraukan lagi keberadaan bros berwarna pink
itu.
Setelah malam itu ternyata Zainal tak lagi mengingat akan keberadaan bros situ,
tersimpan rapat di dalam kotak untuk waktu yang cukup lama, tak lagi terbuka bahkan
keluar dari kotak kecil itu.
***ooo***
Ternyata khairina [90]
perku
meny
pend
derit
priba
diper
tujuh
bahw
sekal
toh b
lain u
bany
puku
Seperti
uliahan, da
yusun skrip
Sedikit t
diam. Tak b
a perjalana
adinya.
Zainal t
rhitungkan,
h selalu di a
wa Zainal a
li tidak tau
buktinya den
untuk sama
Waktu d
yak hal-hal
ul 11.00 wak
biasa akti
an saat ini
sinya.
tentang Za
banyak tema
an cintanya
terbilang c
terbukti de
atas 3. Hal
adalah soso
kejolak bat
ngan batin t
-sama meng
dengan cep
yang telah
ktu setempa
Tern
DUA
A
ifitas rutin
Zainal tel
ainal bahwa
annya yang
a karena m
cukup mem
engan nilai I
yang diketa
ok mahasisw
tin yang dia
tersiksa Zai
genyam pen
petnya teru
dilalui Zai
at. Suasana
nyata khairina
A PULUH S
AKADEMIK
n Zainal a
lah masuk
a dimata te
g tau akan s
memang Za
miliki kema
IP nya dari
ahui oleh pa
wa yang ra
alami Zaina
inal masih b
ndidikan tin
us berlalu,
nal sampai
yang sanga
a [91]
SATU
K
adalah dik
semester
kampus unt
tujuh dan
tuk mengh
ia mulai s
hadiri
sibuk
eman-teman
sifat sebena
inal sangat
n kampusny
arnya Zaina
t tertutup d
ya adalah s
l, apa lagi k
dengan ma
sosok
kisah
asalah
ampun aka
semester sa
ara teman-t
ajin, baik d
al. Namun it
bisa berdiri
nggi.
ademik yan
atu sampai d
teman dan d
dan pendiam
tu semua tid
ditengah-te
ng patut u
dengan sem
dosennya ad
m, mereka
daklah jadi
ngah mahas
untuk
mester
dalah
sama
soal,
siswa
seakan-aka
dengan ha
at ramai, ka
an tak tera
ari itu adala
mpus yang
asa telah b
ah Senin, se
dipadati de
begitu
ekitar
engan
mahasiswa dan mahasiswinya dan kali ini terdapat pula beberapa orang tua mahasiswa
termasuk orang tua Zainal.
Hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Zainal dan teman-teman
satu angkatannya. Hari itu adalah hari wisuda mahasiswa angkatan ke 12.
Tak terasa Zainal dan teman-temannya telah menyelesaikan pendidikan S1
dengan nilai IP yang cukup membanggakan, yaitu 3,26. Merupakan nilai yang sangat
memuaskan bagi Zainal.
Hari yang membahagiakan tapi juga merupakan hari yang menyedihkan bagi
Zainsl. Setelah hari itu pastilah Zainal akan berpisah dengan teman-temannya dan akan
meningalkan kenangan suka cita bersama teman-temannya dikala masih bersama-sama
untuk menjalani aktifitas perkuliahan, terlebih sedih karena harus menyadari bahwa tak
lagi bersama satu tujuan dengan Fatimah sang gadis pujaan, gadis idaman yang hannya
akan bisa sebatas angan dan harapan.
Zainal harus berpisah dengan Fatimah, teman-teman mahasiswa lain, dosen dan
kampus tercinta mereka. Kampus yang selama empat tahun telah menjadikan Zainal
dan mahasiswa lainya menjadi seorang yang memiliki keahlian dan bergelar Sarjana
Teknik dan kampus yang telah mencetak mereka menjadi SDM yang siap untuk
memasuki dunia kerja.
Benar-benar suasana yang mengharukan, penuh dengan ucapan perpisahan dan
hamburan tetes air mata. Hari itu bukanlah akhir dari perjuangan mereka, namun hari
itu adalah awal dari perjuangan mereka yang sesungguhnya.
Perjuangan dimaana mereka harus bisa menempatkan diri pada tempat yang
pantas dan layak setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Sebuah awal
perjuangan yang sebenarnya dimana Zainal dan teman-teman harus mampu memasuki
dunia kerja sesuai dengan pendidikan mereka, berjuang untuk membanggakan orang
tua, para dosen dan tentunya untuk kehidupan dan masa depan mereka.
Hari itu adalah hari dimana sebagai awal tolak ukur keberhasilan sebuah
perguruan tinggi dalam mendidik dan membimbing mahasiswa angkatan 12 selama
lebih dari empat tahun itu.
Suasana haru, tetesan air mata berlahan-lahan lenyap seiring dengan waktu yang
semakin menjelang sore. Para mahasiswa termsuk Zainal harus segera menyudahi hari
Ternyata khairina [92]
itu dengan semangat baru dan perjuangan baru. Perjuangan untuk mendapatkan
pekerjaan untuk kehidupan dan masa depan, masa depan yang lebih baik sesuai dengan
cita-cita mereka.
***ooo***
Satu bulan berlalu, namun Zainal belum juga mendapatkan pekerjaan, sampai
dengan suatu hari Zainal bertemu dengan temannya Mardi di jalan. Tentu Anda masih
ingatkan dengan Mardi? Ya Mardi adalah temannya yang waktu itu mengajaknya jalan
ke Mall sampai dengan Zainal mendapatkan bros berwarna pink berukir nama Khairina
itu.
“ hai Nal ” sapa Mardi,
“ hai, Mardi pa kabar” sahut Zainal,
“ baik, kamu gimana ?”
“ baik juga sih, tapi akau belum dapet kerjaan nih,, kamu sekarang dah kerja ya Mar ?”
Tanya Zainal seraya mereka duduk disebuah kursi panjang di pinggir jalan raya. Halte,
disitulah mereka bertemu.
“ aku kerja diusaha pamanku “ jwab Mardi
Ya mardi mempunyai seorang paman sebagai pemilik usaha warnet (warung internet).
“ enak dong kamu udah punya penghasilan,,,,” celoteh Zainal
“ yah gitu lah, tapi hasilnya gak banyak, mau kerja di perusahaan tapi gak boleh sama
Ibu “ jawab Mardi.
“ loh kenapa gak boleh “ tannya Zanal lagi dengan pandangan serius.
“ kata ibu aku gak boleh jauh-jauh dari rumah, entar gak ada yang jagain ibu, ya
maklum kan aku anak terakhir, apa lagi ayah udah meninggal jadi Ibu sering meminta
akau untuk dirumah aja ” jawab Mardi. Ya Mardi adalah anak terakhir dari tiga
bersaudara, kaka-kaka ya telah berumah tangga semua. Mereka kerja dan tinggal di
Jakarta, jadi tinggallah Mardi sendirian yang harus menemani ibunya yang sudah tua,
apa lagi ayah Mardi telah meninggal dua tahun yang lalau, jadi Mardi harus tinggal
bersama ibunya, jadi wajar saja kalau ibunya melarang dia kerja diperusahaan, apalagi
perusahaan yang jauh seperti kaka-kaka Mardi.
Ternyata khairina [93]
“ oh gitu ya,, ya bagusnya gitu sih jagain ibu karena kamu anak terakhir ” jawab Zainal
sambil memberi semangat kepada Mardi.
“ oya Nal kamu mau kerja gak” Tanya Mardi,
“ aneh-aneh aja pertanyaan kamu Di, ya iyalah mau, emang kamu ada punya informasi
lowongn pekerjaan ya Di ?” sahut Zanal dengan ekspresi serius.
“ iya aku ada ditawari pekerjaan oleh teman pamanku diperusahaan” jawab Mardi…
“ perusahaan apa, dan dimana Di ? Tanya Zainal lagi masih dengan ekspresi serius,,
“ perusahaan stasius televisi swasta, kabarnya sih stasius televisi swasta baru, dan
perusahaannya ada di Banjarmasin. Kalau mau jelasnya datang aja besok ke rumah,
entar aku pertemukan kamu dengan teman pamanku itu,,gimana? Tanya Mardi
“ ok deh sip besok pasti aku datang ke rumahmu, pagi sekitr jam 10 ya? Saran Zainal.
“ ok sip ” jawab Mardi
“ aku cabut dulu ya, ne ada yang diurus ” tambah Mardi
“ ok makasihya informasinya dan sampai ketemu besok” jawab Zainal
“ sip ” sahut Mardi seraya keduanya beranjak dari tempat duduk dan menjauh satu sama
lain. Zainalpun pulang dengan semangat baru, semangan bayangan akan bekerja.
Keesokan harinya Zainal segera bersiap-siap untuk menepati janji dengan Mardi.
Usai mandi dan sarapan dinyalakan motornya sesaat dan tancap gas. Zainal meluncur
ke rumah Mardi. Sesampainya di rumah Mardi mereka berdua langsung menemui
teman paman Mardi yang diceritakan kemarin sebut saja Pak. Anton. Pergilah mereka
berdua ke rumah pak Anton yang berjarak kurang lebih 35 KM dari rumah Mardi.
Sesampainya di rumah pak.Anton Mardi dan Zainal langsung menuju ke rumah itu,
rumah yang cukup mewah dengan taman yang luas dan dipenuhi bunga-bunga yang
tersusun rapi.
“ Assalamualaikum,,,” ucap salam Mardi.
“ Waalaikum salam,, eh kamu to Di, ayo masuk ” jawab pak Anton
“ iya pak ” sahut Mardi,,
“ ayo sini duduk, ibu ne ada nak Mardi ” pak Anton mempersilahkan Mardi duduk
seraya memanggil istrinya, sebut saja ibu Yuni.
Ternyata khairina [94]
“ ya pak,,, eh nak Mardi gimana kabarnya “ Tanya ibu Yuni seraya mendekat dan
menyalami Mardi dan Zainal.
“ Di ini siapa,,? ” Tanya ibu Yuni sambil menunjuk kearah Zainal
“ oya ibu, bapak perkenalkan ini Zainal teman sekampus saya dulu ” jawab Mardi
“ oh nak Zainal ya “ jawab ibu Yuni
“ iya ibu saya Zainal temen sekampus Mardi ” jawab Zainal
“ tunggu sebentar ya ibu buatin minum dulu buat kalian ” kata ibu Yuni
“ ah ibu jangan repot-repot “ sahut Mardi
“ ah enggak ” jawab ibu Yuni seraya berjalan menuju dapur.
“ oya tumben ke rumah ada perlu apa ? “ tanya pak Anton,,
“ gini pak, saya ingin menayakan tawaran pekerjaan dari bapak tempo hari, sepertinya
temen saya ini cocok sama pekerjaan itu ” jawab Mardi.
“ oh itu, iya lowongan pekerjaannya belum ada yang mengisi ” jawab pak. Anton
“ maaf pak kalau boleh tau bagian apa ya pak? tanya Zainal
“ bagian teknisi komputer dan pemeliharaan jaringan di perusahaan stasiun televisi
swasta, kira-kira bisa kan ? ” sahut dan tanya pak Anton.
“ insya Allah pak, saya juga belum bisa katakan bisa atau tidak sebelum tau semua
ruang lingkup dan tanggung jawab pekerjaannya ” jawab Zainal
“ tenang pak, temen saya ini jago jaringan lo, jadi pasti dia mampu,,” sahut Mardi
“ oh masalah pekerjaan to ” sahut ibu Yuni yang datang membawa tiga gelas teh hangat
dan satu kaleng roti biscuit.
“ iya Ibu ” jawab Mardi
“ ini diminum dulu airnya dan dimakan wadainya, ya Cuma ini adanya.
“ iya ibu terimakasih ” jawab Mardi
“ ayo dimunum, nak Zainal ” tambah pak Anton
“ iya pak ” jawab Zainal
“ oya kalau nak Zainal benar-benar berminat, segera persiapkan surat lamarannya dan
langsung datang ke kantor bersama surat lamarannya. Nanti temui saya disana bagian
personalia “ seraya pak Anton memberi kartu nama kepada Zainal.
Ya ternyata pak Anton adalah kapala personalia di perusahaan televisi swasta itu.
“ iya pak segera saya persiapkan ” jawab Zainal dengan ekspresi semangatnya.
Ternyata khairina [95]
Setelah kurang lebih satu jam mereka ngobrol akhirnya Zainal dan Mardi
berpamitan pulang. Setelah mengantar Mardi, Zainal langsung pulang ke rumah.
Keesokan harinya, sekitar jam 08.00, Zainal bergegas untuk mengurus berkas
lamaran. Diawali dengan membuat Kartu Kuning, SKCK dan SKBS. Surat lamaranpun
telah ditulisnya dengan penuh semangat. Tak terlalu sulit baginya untuk mengurus
berkas-berkas itu karena memang Zainal sudah cukup berpengalaman dalam mengurus
dan mengajukan berkas lamaran pekerjaan. Setelah semua berkas selesai, Zainal segera
menyiapkan keperluan perjalanan dan pakain untuk dipake saat mengajukan berkas
lamarannya itu.
Dua hari berikutnya sejak disiapkannya berkas lamaran, Zainal berangkat untuk
mengajukan surat lamaran pekerjaannya itu keperusahaan yang dimaksud. Zainal harus
menempuh perjalanan sekitar 65 KM dari rumahnya menuju alamat perusahaan yang
diberikan pak Anton tempo hari.
Sesampainya di kantor perusahaan itu, Zainal langsung menuju ke recepcionis dan
menjelaskan maksud kedatangannya dan meminta untuk dipertemuakan dengan pak
Anton.
“ tunggu sebentar ya mas saya hubungi bapak Antonnya dulu silahkan duduk dulu ”
recepsionis itu mempersilahkan Zainal untuk menunggu.
“ iya mbak terimakasih ” jawab Zainal seraya menuju tempat duduk disebelah kanan
meja recepcionis. Setelah beberapa menit,
“ mas Zainal ” suara panggilan dari meja recepsionis,,,
“ iya,,” jawab Zainal seraya bagun dari duduknya dan menuju meja reepcionis itu.
“ mari saya antarkan ke ruangan pak Anton, beliau sudah menungu mas di ruangan ”
ajakan pencaga recepsionis itu dengan suara yang santun.
“ iya mbak terimakasih ” jawab Zainal seraya mengikuti langkah gadis manis
berpakaian sangat rapi. Baju lengan panjang warna putih dan mengenakan jas berwarna
biru muda dengan tanda pengedal di dada sebelah kiri, kerudung abu-abu dengan hiasan
ukiran bunga serta mengenakan rok panjang hitam. Benar-benar gadis yang anggun dan
sopan.
Zainal berjalan mengikuti penjaga recepsionis itu menuju lift. Dan masuklah
mereka berdua, sampai dengan lift itu berhenti di lantai 3. Ya Ruangan pak Anton
Ternyata khairina [96]
berada di lantai 3. Terus mereka berjalan. Sepanjang jalan lorong kantor itu Zainal
melihat kesibukan para karyawan, dilihatnya karyawan yang cukup banyak di lantai 3,
dilihatnya dibalik kaca bening para karyawan itu berkerja dimejanya masing-masing
dengan satu unit komputer disetiap mejanya. “ Wau kantor yang mewah ”, itu lah yang
ada dibenaknya. Terus mereka berjalan sampai dengan berhenti didepan pintu suatu
ruangan. Diketuklah pintu ruangan itu. tuk! Tuk! Tuk!,,,,,,
“ Ya masuk ” suara laki-laki dari dalam ruangan yang mempersilahkan kami masuk.
Penjaga recepcionis itu pun membuka pintu dan menyuruh Zainal masuk.
Setelah Zainal masuk,,
“ ah, nak Zainal ayo masuk silahkan duduk ” ternyata suara dari dalam ruangan tadi
adalah pak Anton, dan beliau mempersilahkan Zainal untuk duduk.
“ terimakasih pak ” jawab Zainal seraya duduk di kursi yang amboi empuk sekali, kursi
seempuk ini untuk tamu di ruang keplala Personalia. Dalam benknya “ disini aja
ruangannya megah, terus bagai mana kalau ruangan manager dan direturnya ya, hem
pasti mewah banget ”,,,,,,
“ oya gimana bawa berkas lamarannya kan…? ” Tanya pak Anton
“ oh iya pak ini saya sudah siapkan ” jawab Zainal seraya membuka tas dan mengambil
mab amplop berwarna coklat dan menyerahkan ke pak Anton. Segera dibuka mab
coklat itu oleh pak Anton dan diperiksa semua berkas yang ada dalam mab coklat itu.
setelah beberapa menit memeriksa, pak Anton pun berkata
“ ok semua sudah lengkap, berkas kamu akan saya kirim ke ruangan direktur dan untuk
selanjutnya pihak perusahaan akan menelfon kamu, jadi sekarang kamu boleh pulang,
oya jangan lupa handphone selalu stanby ya..” peringatan pak. Anton
“ iya pak terimakasih, saya pamit ” jawab Zainalt seraya berdiri dan berjabat tangan
dengan pak. Anton serta berbalik dan menuju pintu
“ hati-hati dijalan nak Zainal ” pesan pak Anton
“ iya pak terimakasih ” jawab Zainal sambil menengok ke arah pak Anton dan
kemudian keluar ruangan itu seraya menutup pintu kembali.
Zainal segera menuju lift seraya kembali memperhatikan para karyawan bekerja.
Karena asiknya memperhatikan para karyawan sampai-sampai tidak memperhatikan
jalan, sampai dengan brugkk, Zainal menabrak seorang wanita di depannya, wanita
Ternyata khairina [97]
yang datang dari lorong sebelah kiri sewaku Zainal berjalan menuju lift. “ Astagfirullah,
maaf mbak ” segera Zainal meminta maaf,
“ ah iya gak papa, maaf juga saya juga gak liat ada mas tadi ” jawab wanita itu, wanita
dengan baju putih lengan panjang dan celana panjang berwana hitam serta mab kuning
di tangan kanannya.
“ sekali lagi maaf ya mbak,,” permintaan Zainal dengan rasa bersalah,
“ iya ms gak papa ko ” jawab wanita itu lagi, seraya tersenyum dan beralau dari Zainal.
Zainal terus memperhatikan wanita itu yang melangkah semakin jauh, serta ada
sesuatu yang difikirkanya, ya Zainal merasa wanita itu tidak asing, seperti pernah
bertemu sebelumnya, tapi dimana dan kapan, Zainal terus mencoba mengingat dan
memandang wanita itu yang semakin jauh darinya dan ternyata dilihatnya wanita itu
menoleh kearahnya. Melihat hal itu Zainal semakin penasaran siapa wanita itu tadi,
kenapa dia menoleh, apakah kami pernah bertemu sebelumnya ya,, hem rasa penasaran
yang begitu besar. Dilihatnya wanita itu telah menghilang dari pandangannya,
Zainalpun segera turun dan segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Zainal langsung mandi, makan dan istirahat di kamar,
karena memang ia kecapean setelah menempuh jarak yang cukup jauh itu. setelah dua
jam tidur, Zainal terbangun dan kembali teringat dengan wanita yang ditabraknya
sewaktu dikantor siang tadi. Zainal berusaha keras untuk mengingat dan mengenali
wanita itu, namun tak jua ia dapat mengingatnya. Tapi yang jelas dalam keyakinannya
dia pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya.
***ooo***
Setelah satu minggu menunggu, akhirnya datanglah panggilan test melalui
telefon. Zainal diminta untuk datang ke perusahaan dengan membawa beberapa berkas
tambahan seperti kartu keluarga dan juga diminta membawa peralatan tulis.
Keesokan harinya Zainal berangkat keperusahaan stasiun televisi swasta itu
dengan memebawa semua berkas dan peralatan yang diminta.
Sesampainya di kantor, Zainal langsung diminta untuk memasuki suatu ruangan
dan menjalani beberapa test yang meliputi test akademik dan keterampilan. Setelah
Ternyata khairina [98]
kurang lebih tiga jam menjalani serangkaian test yang diajukan oleh tim penguji dari
pihak perusahaan, Zainal diminta untuk menungu disebuah ruangan yang tidak kalah
nyaman dengan ruang kerja pak. Anton.
Sebuah ruangan yang bersih dan sejuk oleh dua unit AC yang menyala disisi
kanan dan kiri. Ditambah lagi dengan keberadaan televisi layar datar 29 inchi yang
menambah kenyamanan Zainal saat menunggu hasil testnya.
Setelah kurang lebih 30 menit menunggu, datang salah satu tim penguji dan
mengatakan bahwa Zainal diterima seraya menyodorkan beberapa lembar berkas untuk
ditandatangani oleh Zainal.
Ya setelah dibaca, berkas itu adalah berkas kontrak kerja, dan tercatum dalam
berkas terebut adalah mulai tangal 1 bulan depan Zainal mulai masuk kerja dan resmi
menjadi karyawan di perusahaan itu. Zainal sangat bersyukur bisa diterima kerja.
Setelah semua beres, Zainal segera pulang untuk mengabarkan keberhasilannya
diterima kerja kepada orang tuanya.
***ooo***
Ternyata khairina [99]
tingg
tingg
beda
terlal
Sebe
sehin
suasa
harap
ditan
sedan
“ ma
secar
“ oh
simp
Selama m
gal yang dek
gal di rumah
Hari itu
akan tempat
lu jauh da
enarnya Ma
ngga dia han
Berangk
ana hati Zai
pkan bisa m
Sesampa
nyakanlah a
ng duduk di
aaf bapak m
rik kertas be
iya itu dek
pang 3, nah
menunggu
kat dengan
h orang tuan
adalah Har
t tinggal den
ari kantor
ardi ingin s
nnya bisa ka
katlah Zaina
inal, setidak
mengubah ke
ainya di Ban
alamat itu k
i warung ko
mau nanya, a
erisi catatan
kat saja dar
h kamu belo
Terny
DUA
BEDA
hari pertam
kantor tem
nya, itu terla
ri minggu,
ngan sebua
stasiun te
sekali meng
asih alamat
al hari itu
knya cerah
ehidupanny
njarmasin, Z
epada seseo
opi dengan s
apa bapak t
n sebuah ala
ri sisni, kam
ok kiri, sek
yata khairina
A PULUH D
AKAN IBU N
manya masu
mpatnya bek
alu jauh.
Zainal bera
ah alamat da
elevisi swa
gantar Zain
untuk Zain
seorang d
karena Zain
ya menjadi l
Zainal menc
orang bapak
sebatang ro
tau alamat i
amat.
mu terus saj
kitar 500 m
[100]
DUA
NANA
uk kerja, Za
erja itu, kar
ainal sibuk
rena tidak m
mencari te
mungkin ia
empat
tetap
angkat ke B
ari Mardi. A
sta tempat
al, namun
nal.
Banjarmasin
Alamat bed
t nantinta
hari itu M
n untuk me
dakan yang
Zainal bek
ardi harus
encari
tidak
kerja.
kerja
diri, hari y
nal punya p
ebih baik.
yang cukup
pekerjaan ya
cerah, sec
ang nantiny
cerah
ya dia
cari alamat
k berjaket b
ko kretek d
yang diberi
biru dan ber
dijari tngan k
ikan oleh M
rtopi hitam
kanannya.
Mardi,
yang
ni,,?” Tanyya Zinal seraaya menodoorkan
aja kejalan i
meter dari s
ini, nanti ad
impang nan
da lampu m
nti kamu ta
merah
anaya
dengan orang situ ” jawab bapak itu seraya terus mengisap batabg rokonya dengan
penuh nikmat.
“ terimakasih pak ” jawab Zainal lagi, seraya beranjak dan berangkatlah Zainal menuju
simpang 3 lampu merah seperti yang disarankan oleh bapak tadi.
Setelah mengikuti instruksi dari bapak tadi, Zainal bertemu dengan sebuah
bangunan panjang dengan dinding berwarna putih dan atas berwarna biru cerah tampak
masih baru. Sepertinya bangunan itu adalah sebuah bedakan.
Segera Zainal menghampiri ibu-ibu yang sedang duduk diteras salah satu
bedakan itu, dan ditannyalah alamat yang di carinya, dan ternyata benar itu lah bedakan
yang sedang dicari Zainal. Zainalpun meminta tolong kepada ibu itu untuk
mempertemukan dengan pemilik bedakan itu, dan ibu itu bersedia membantu zainal.
Diajaklah Zainal menemui sang pemilik bedakan itu, ternyata pemilik bedakan
itu juga tinggal di deretan bedakan paling ujung kanan dengan pintu rumah berwarna
kuning dan tampak baru saja dicat, sangat beda dengan pintu ruangan yang lainya yang
tampak sangat kusam dengan warna coklat yang mulai rusak karena usia.
Sebut saja ibu Nana, Ibu Nana adalah seorang ibu yang mempunyai 3 orang
anak yang masih sekolah, suaminya adalah seorang pensiunan pegawi negri, mata
pencarian keluarga Ibu Nana saat ini adalah penyewaan rumah bedakan dan sebuah
warung makan di depan rumahnya itu. Warung makan yang sederhna namun sangat
menjaga kebersihan.
Setelah Zainal bertemu ibu Nana dan menjelaskan maksud kedatangannya,
didapatlah satu bedakan yang kosong untuk ditinggali oleh Zainal dengan uang sewa
sebesr 400 ribu rupiah perbulannya.
Setelah semua beres dan tanda jadipun telah disepakati Zainal langsung
berpamitan untuk pulang.
Hari itu adalah tanggal 28 Nopember, artinya masih ada waktu dua hari untuk
zainal mempersiapkan semua keperluannya selama tinggal dibedakan nanatinya.
30 Nopember, setelah semua perlengkapan siap, berangkatlah Zainal menuju
tempat kosnya itu dengan membawa semua perlengkapan seperti, pakaian, alat masak
dan sebagainya. Sejak hari itu Zainal tinggal seorang diri dibedakan ibu Nana.
***ooo***
Ternyata khairina [101]
itu. Z
kapa
Zain
berja
dan i
mena
sepen
pelan
deng
semu
ming
kerja
tangg
deng
bersy
01 Desem
Zainal diara
asitas dan ta
al tampak
alan dengan
internet ser
anganinya.
Awal-aw
nuhnya men
n-pelan bera
gan penglam
ua itu tak te
ggu Zainal
anya, Zainal
Suatu ha
gal dua ada
gan Zainal,
yukur untuk
mber, adala
ahkan dan d
anggung ja
kaku dan
n lancar. Zai
rta jika ada
wal berkerj
ngerti akan
adaptasi de
man seorang
erlalu meme
sudah mam
l sudah mul
ari dan hari
alah tanggal
ia mendapa
k itu.
Terny
DUA
K
ah hari perta
diberikan p
awab yang
masih cang
inal bertang
kerusakan
ja Zainal
n tugas dan
ngan lingku
g Zainal ya
erlukan wa
mpu berada
lai mahir da
i itu adalah
l dimana pa
atkan gaji p
yata khairina
A PULUH T
KHAIRINA
ama Zainal
pentunjuk ol
nantinya ak
ggung dalam
ggung jawab
pada unit
tidak terl
tanggung j
ungan peke
ang telah b
aktu yang la
aptasi deng
alam mekan
hari diman
ara karyawa
pertamanya
[102]
TIGA
A
masuk kerj
leh salah sa
kan dikerja
m bekerja,
b atas peme
komputer, Z
rja di stasiun
atu tim kerj
akan oleh Z
namun tam
eliharaan jar
Zainal dan
n televisi sw
rjanya dalam
Zainal. Awa
mpaknya se
ringan kom
timnyalah
wasta
m hal
alnya
emua
mputer
yang
lalu sibuk,
jawabnya, d
erjaan serta
erulangkali
ama, hannya
gan baik da
isme kerja.
karena m
ditambah la
teman baru
keluar ma
a membutu
an dilihat o
memang b
agi Zainal h
unya itu. Na
asuk perusah
uhkan waktu
oleh para r
belum
harus
amun
haan,
u dua
rekan
na genaplah
an menerim
sebesar 1,7
h Zainal satu
ma gaji mer
7 juta rupia
u bulan bek
reka, begitu
ah. Zainal sa
kerja,
u juga
angat
Gaji pertama Zainal pergunakan untuk membayar biaya kos dan membeli
beberapa kebutuhan hidupnya. Zainal harus masak sendiri untuk menghemat
pengeluaran, namun terkadang ia makan di warung ibu Nana sang pemilik bedakan,
Zainal makan di warung jika pada saat-saat pulang lembur karena begitu cape sehingga
tak mungkin untuk Zainal memasak.
***ooo***
Suatu hari dan hari itu adalah hari minggu, dimana hari itu Zainal sedang OFF.
Seorang rekan kerja sebut saja Rudi, ia datang kebedakan Zainal. Rudi masih bujang
dan dia asli orang Banjarmasin, jadi tak perlu baginya untuk kost. Umur Rudi juga tak
terlalu jauh brbeda dari Zainal, hannya 2 tahun lebih muda dari Zainal.
“ Nal ”, panggil Rudi sambil mengetuk pintu kos Zainal,,,
“ya , bentar “ sahut Zainal dari dalam kos…
“ eh kami Di, ayo masuk ” sapa Zainal setelah membuka pintu dan memprsilahkan Rudi
masuk,,
“ ge apa ikam Nal,,,” Tanya Rudi,,
“ masak Di ae,, kayini pang nah bujangan masak-masak seurangan ” jawab Zainal,,,
“ ayo kita makan nah, “ ajakan Zainal,,
“ heeh , makasih sudah makan aku di rumah tadi ” sahut Rudi..
“ bujuran kah, aku makan dulu lah ” kata Zainal sambil membuatkan Rudi segelas teh
hangat. Zainalpun ke dampur untuk makan sebentar. Setelah 5 menit Zainal kembali ke
ruang tamu menemui Rudi.
“ tumben ke kos Di,, ada apa ? ” Tanya Zainal
“ hari minggu gak ada acara kah kamu Nal,,? Tanya Rudi
“ gak ada,, kenapa Di,,” jawab dan Tanya balik Zainal
“ kita jalan yo ” ajakan Rudi
“ kemana..” kembali tanya Zainal
“ temenin aku ke Gramedia bisa gak,, mau beli buku nih ” Tanya Rudi, ya Rudi adalah
seseorang yang suka baca.
“ ok deh, lagian aku suntuk seorangan di kos ” jawab Zainal,,
Ternyata khairina [103]
Berangkatlah mereka berdua berboncengan motor menuju toko buku itu.
Sesampainya di toko buku yang dituju, mereka segera masuk dan Rudi sibuk
mencari buku yang dia cari, sedangkan Zainal hanya mengirinya dari belakang.
“ aku nunggu diluar gen lah, mua beroko ” permintaan Zainal,,
“ ok deh “ jawab Rudi sambil terus membolak-balik buku yang tersusun disebuah rak
stainlis dengan bertulisan “Novel” pada papan keterangan diatasnya. ya Rudi adalah
seorang yang gemar membaca novel, telah banyak novel yang di baca, dari kisah
percintaan sampai dengan reliji, benar-benar seorang yang hoby baca.
Zainalpun kemudian duduk di depan toko sambil menikmati setiap hisapan
batang rokok, pandangannya tertuju pada jalanan yang sedikit basah, karena waktu itu
cuaca tidak begitu bersahabat, tetasan air hujan mulai turun membasahi kota
Banjarmasin.
Hari mulai terang, tetesan air hujanpun mulai reda, Rudi belum juga keluar dari
toko, Zainal masih tetap duduk di depan toko. Kini pandangan Zainal beralih pada
seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan sebelah kanan dari tempat duduk Zainal
yang hanya berjarak sekitar 10 meter.
Terus diperhatikannya wanita itu, wanita yang sepertinya ingin menyebrang
jalan namun kelihatan ragu-ragu, entah apa yang mau diperbuat sang wanita itu. Zainal
hannya memperhatikannya.
Sampai dengan zainal melihat sebuah mobil kijang berwarna hitam melaju
cukup kencang dari arah kanan sang wanita. Tiba –tiba diperhatikan oleh Zinal wanita
itu malah melangkahkan kakinya mendekati jalan raya dan bersiap untuk menyebrang.
Zainal terus memperhatikan keadaan itu, dilihatnya mobil itu terus melaju seiring
langkah kaki wanita yang sepertinya tidak menyadari kedatang mobil kijang itu dari
arah sebelah kanannya. Sadar bahwa ada yang tidak beres degan pemandangan itu,
sontak Zainal berlari menghampiri sang wanita sambil berteriak
“ awas mbak ada mobil ” teriak Zainal seraya berlari menghampiri wanita itu. Sang
wanita sepertinya tak menyadari teriakan Zainal. Sang wanita sudah melangkah terlalu
jauh dan sangat dekat dengan bibir jalan raya sedangkan mobil itu semakin mendekati
sang wanita dengan kecepatan yang masih cukup tinggi.
Ternyata khairina [104]
Yakin akan terjadi sesuatu yang buruk, Zainal mempercepat langkahnya untuk
menggapi tangan wanita itu. begitu dekat wanita itu dengan mobil, suara klaksonpun
terdengar keras, mendengar itu sang wanita baru sadar bahwa ada bahaya yang
mengancamnya, namun posisi wanita itu terlalu dekat dan terlalu terkejut sehingga tak
mampu berbuat banyak, hanya berteriak. Namun rupanya Zainal dalam posisi yang
tepat, diraihnya tangan wanita itu dan ditarik ke belakang keluar dari jalan raya dengan
sekuat tenaga, wesss,,!!!! mobil itu dengan lajunya melintas di depan Zainal dan sang
wanita itu.
“ mbak gak papa ? “ Tanya Zainal seraya melepaskan genggaman tangannya.
“ iya gak papa mas terimakasih sudah nolongin aku “ jawab sang wanita.
“ mari duduk dulu “ ajakan Zainal
Merekapun duduk disebuah kursi yang menempel pada pohon kecil dipinggir jalan itu.
“ kenapa mbak tadi gak liat ada mobil ? ” tannya Zainal
“ iya mas saya tadi gak liat, saya agak kurang enak badan jadi sedikit gak konsen ”
jawab wanita itu,
Sesaat Zainal terdiam dan memperhatikan wajah sang wanita itu,,
“ maaf mbak apa sebelumya kita pernah bertemu ya?, sepertinya mbak gak asing buat
saya ” tannya Zainal sambil memperhatikan wajah wanita itu,
“ iya saya juga merasa begitu, sepertinya kita ketemu waktu di stasiun telivisi, waku itu
kita tabrakan dipersimpangn lorong lantai tiga ” jawab dan tannya wanita itu,
“ ah iya saya baru ingat, perkenalkan nama saya Zainal” jawab Zainal seraya
menyodorkan tangan untuk berjabat tangan dan memperkenalkan diri,,
“ saya Khairina “ sahut wanita itu seraya menyambut tangan Zainal.
“ mas karyawan baru di situ ya..? ” tanya wanita itu yang ternyata bernama Khairina.
“ iya, Khairina sendiri kerja disana juga ya ” jawab dan Tanya kembali Zainal,
“ iya ” jawab Khairina.
“ tapi kenapa sudah satu bulan saya kerja ko gak pernah bertemu dengan Khairina,
kalau boleh tau Khairina dibagian apa ? ” tanya Zainal.
“ saya dibagian staf HRD, iya gak pernah ketemu karena saya waktu itu izin cuti satu
bulan dan besok saya baru mulai masuk lagi ” jawab Khairina,
“ oh begitu ya ” sahut Zainal,
Ternyata khairina [105]
“ oya mas Zainal saya pergi dulu ya, sudah ditunggu temen di seberang ” ucapan
permisi seraya bangun dari tempat duduk.
“ oh iya, hati-hatinya dan salam kenal ” sahut Zainal
“ iya salam kenal juga, dan sekai lagi terimakasih sudah nolong saya tadi ” jawab
Khairina,
“ iya sama-sama ” sahut Zainal,
Khairinapun beranjak menjauh dari Zainal seraya melambaikan tangan. Zainal
terus memperhatikan langkah Khairina sampai benar-benar sampai di sebrang jalan dan
menghilang dari pandangan Zainal.
Zainal sepertinya masih penasaran dengan wanita itu, sepertinya disadarinya
bukan hanya di lorong kantor stasiun televisi itu mereka bertemu. Sejenak ia
mengingatnya dan,,
“ astaga Khairina kah dia punya nama ” terlintas dalam pikirannya, Zainal teringat
dengan bros kecil berbentuk kupu-kupu berwarna pink yang dulu didapati berada di
tangannya.
Zainal ingat bahwa pada bros itu tertulis sebuah nama Khairina, dan ia pun
benar-benar ingat bahwa wanita yang menabraknya waktu di mall kurang lebih satu
tahun yang lalu itu adalah wanita tadi dan juga wanita yang ia temuai di pertigaan
lorong kantor lantai tiga itu.
Benar-benar penjelasan dari misteri kurang lebih satu tahun yang lalu itu. Zainal
sangat yakin bahwa Khairina adalah wnita pemilik pros berwarna pink itu.
“ hai,, benggong ” sapa Rudi seraya menepuk bahu Zainal
“ hoi, takajutnya aku ” jawab Zainal dengan sangat terkejut
“ cabut yo dah dapet apa yang aku cari ” Rudi mengajak cabut
“ iya kah ok deh ” sahut Zainal
Mereka berduapun jalan dan setelah makan mereka langsung pulang ke kos
Zainal. Di kos Zainal terus mengingat wajah Khairina, sesekali ia tersenyaum disaat
mengingat kajadian pertemuan mereka itu, benar-benar menggelikan.
Keesokan harinya Zainal seperti biasa masuk kerja dan menangani semua
pekerjaan yang datang padanya. Diwaktu istirahat Zainal mencoba menemui Khairina,
awalnya Zainal merasa takut bertemu dengan Khairina, ia takut Khairina merasa risih
Ternyata khairina [106]
kalau harus bertemu dengan Zainal, ya biasalah Zainal kembali menyaari akan kutukan
yang di yakini itu, kutukan akan selalu di jauhi wanita dan keyakinannya bahwa semua
wanita enggan dekat-dekat denganya.
Namun ternyata Khairina berbeda, malahan dia senang diajak ngobrol dengan
Zainal diwaktu jam istirahat kantor, Merekapun saling bertukar nomor handphone.
Semua tampak berubah, setelah mengenal Khairina.
Zainal begitu bersemangat, jiwanya yang lama tertidur sepertinya bangkit.
Keadaan itu terus berlalu dengan pertemuan demi pertemuan, bukan hanya di kantor,
mereka mulai sering bertemu diluar untuk sekedar makan malam dan ngobrol. Ya
mereka begitu akab dan merekapun saling bertukar pengalaman dan riwayat masing-
masing. Dua bulan mereka lalui dengn perasaan yang begitu bahagia, terlebih Zainal, ia
mulai kembali berfikir apa dia kembali harus jatuh cinta? Pertanyaan yang
membebaninya. Diakuinya bahwa saat didekat Khairina Zainal begitu bahagia, Khairina
selalu difikirkannya disiang dan dimalamnya. Banyangan Khairina, wanita manis itu tak
lepas dari pikiran Zainal walau sesaat.
Zainal benar-benar mengakui bahwa dirinya telah kembali jatuh cinta, jatuh
cinta pada Khairina setelah dia tau bahwa Khairina belum memiliki kekasih. Tapi
Zainal dipaksa kembali harus menyadari akan kejadian yang sudah-sudah, kejadian
yang begitu dahsyatnya mengoyak hatinya, apa dia berani menerima kesakitan itu lagi,
kesakitan saat mencintai dan hannya akan berujung pada penghianatan dan kegagalan.
Perasaan Zainal begitu berkecambuk, Zainal sangat mencintai Khairina, tapi disisi lain
dia juga tidak mau merasakan kesakitan kembali, kesakitan yang sering datang padanya
dikala dirinya dibuai dengan kebahagiaan, kebahagian karena cinta.
Suatu sore, pulang dari tempat keja, Zainal langsung pulang ke rumah orang
tuanya untuk menganbil bros berwarna pink itu. sesampainya di rumah Zainalpun
disambut oleh orang tunya, dan merekapun seperti biasa bercengkrama karena memang
cukup lama Zainal tidak pulang kerumah orang tuanya karena kesibukan di tempat keja.
Zaianl mencari bros itu, dan setelah beberapa saat bros itupun ditemukannya,
masih berada di dalam kotak yang sama saat Zainal menyimpannya setahun yang lalu.
Segera bros itu dimasukan kedalam tasnya. Waktu terus belalu, malam telah tiba
Zainalpun tidur agak awal karena pagi-pagi sekali ia harus berangkat ke Banjarmasin
Ternyata khairina [107]
kembali untuk masuk kantor dan tak mau telat. Zainal sangat disiplin, bahkan Zainal
takpernah terlambat masuk kerja apa lagi bolos kerja. Benar-benar karyawan yang dapat
dibanggakan.
***ooo***
Ternyata khairina [108]
beran
yang
langs
aktifi
wakt
biasa
celan
Khai
“ loh
“ jad
bend
“ iya
bawa
“ dim
Keesoka
ngkat ke Ba
g telah disim
68 meni
sung beran
fitasnya sete
tu dimana
a pula Zaina
Disela-se
nanya dan
irina, sontak
h mas, diman
di benar ya i
da itu adalah
a mas ini pu
ah bros itu.
mana pian d
an harinya,
anjarmasin
mpannya dal
it perjalana
ngkat ke te
elah masuk
semua kary
al mendatan
ela makan
langsung d
k Khairina t
na pian dap
ini milik kam
h bros berwa
unya saya ”
dapatkan ini
Terny
DUA
UCAPA
seperti ya
untuk masu
lam tas rans
an yang di
empatn kerj
k jam kerja.
yawan beri
ngi Khairina
n siang itu
diperlihatkan
terkejut,,
patkan itu ”,
mu ? ” mey
arna pink it
balas Khai
,,? “ tanya K
yata khairina
PULUH EM
AN TERIM
ang telah
uk kerja, ta
sel warna hi
itempuh Za
rjanya. Sep
. Waktu ter
stirahat, be
a untuk mak
u, Zainal m
n sesuatu d
tanya Khai
yakinkan Za
tu.
irina setelah
Khairini lag
[109]
MPAT
MAKASI
direncanaka
ak lupa mem
itam milikn
an, pagi-pa
mbawa bro
ya.
agi buta Z
s berwarna
Zainal
pink
ainal waktu
perti biasa
rus berjalan
egitu juga d
kan siang be
u itu. Sam
Zainal lan
n, tepat puk
dengan Zai
ersama.
mpai di kos
ngsung mem
kul 12.00 ad
inal, dan se
s dan
mulai
dalah
eperti
mengeluark
dari dalam
kan sesuatu
kantong Za
u dari kan
ainal itu ke
ntong
epada
irina penuh rasa penasaaran,,
ainal seraya menyerahkkan benda ittu, ya
h melihat tuulisan namannya pada baagian
gi,,
“ ini saya dapat secara tak sadar dulu sekitar setahun yang lalu disebuah Mall, waktu itu
saya ditabrak oleh seorang wanita yang membawa tumpukan buku, apakah wanita itu
kamu Rin ? “ tanya Zainal dengan penuh penasaran.
“ oh iya mas, saya baru ingat, ternyata dulu kita pernah ketemu sebelumnya di Mall,
iya, iya saya baru ingat sekarang ” jawab Khairina..
“ owah jadi begitu ya ceritnya, saya tu heran kenapa bros itu ada ditangan saya ” sahut
Zainal.
“ iya mas, waktu itu saya taruh bros ini di dalam buku, dan sesampainya di rumah baru
saya sadar kalau bros saya sudah gak ada, saya kira jatoh di jalan, eh sekalinya ada
sama mas, makasih ya mas udah nyimpen bros saya ” jawab Khairina dengan penuh
rasa syukur dan berterimakasih.
“ iya sama-sama Rin ” sahut Zainal.
Usai makan siang mereka berduapun kembali melanjutkan aktifitas masing-masing.
Jelaslah sudah bahwa pemilik bros itu adalah Khairina, wanita yang beberapa
kali ia temui secara menggelikan itu, dua kali bertabrakan dan satu kali sebuah
pertolongan layaknya pahlawan yang menyelamatkan nyawa seorang bidadari, itu lah
yang ada dibenak Zainal dengan sennyum menggelikan. Benar-bemer pertemuan yang
tak disangka-sangka bagi Zainal. Difikirnya kejadian-kejadian itu layaknya adegan di
sinetron-senetron Indonesia.
Setelah kejelasan siang itu, Zainal mulai berfikir apakah itu yang dinamakan
jodoh, apakah Khairina itu datang untuk mengobati penderitaanku, apakah Khairina itu
adalah jodohku, pertanyaan itu selalu mengiang dan terbayang dalam benaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal, bisa saja semua itu hanyalah sebuah
kebetulan saja, toh Zainal juga sudah memfonis dirinya bahwa hidupnya ditakdirkan
tanpa hadirnya seorang wanita yang mencintainya.
Namun begitu Zainal tetaplah manusia yang dalam hati kecilnya sangat
mengharapkan kehadiran wanita yang mencintanya dan mendampingi dalam hidupnya.
Tapi apa boleh buat, Zainal sudah cukup bukti akan kenyataan takdir hidupnya. Sebesar
dan sekuat apapun keinginannya untuk bisa memiliki pasangan hidup harus pupus
dengan berbagai bukti dan kenyataan yang telah dijalaninya selama ini. Sebesar apapun
keyakinan akan perasaannya terhadap Khairina, tetap saja kalah dengan keyakinannya
Ternyata khairina [110]
bahwa hidupnya berada dalam lingkaran kekalahan dan kegagalan. Kini Zainal hanya
hanya bisa pasrah, ia telah berjanji pada dirinya sendiri takan pernah mengatakan cinta
pada Khairina, dia takut Khairina akan berubah seperti Fatimah yang menjauhi Zainal
setelah dikatakan semua perasaan cinta oleh Zainal.
Pengalaman dengan Fatimah itu tak mau terjadi lagi pada Khairina, mengingat
hubungan persahabatan Zainal dengan Khirina begitu baik, Zainal tak mau merusak
hubungan persahabatan mereka itu hannya karena cintanya pada Khairina. Baginya tak
mungkin Khairina bisa menerima cintanya itu.
Khairina begitu cantik, sedang Zainal hanyalah lelaki biasa dari desa, desa yang
dulunya sebuah desa terpencil di pedalaman Kalimantan itu, ya walau kini desa itu
taklah terlalu terpencil, namun sama saja Zainal adalah lelaki desa. Itu juga salah satu
hal yang membuatnya selalu merasa kalah untuk meraih cintanya, dan yang jekas saat
ini yang ada dalam benak Zainal adalah akan tetap menjaga hubungan baiknya dengan
Khairina, tak peduli seberapa besar cintanya pada Khairina.
Zainal berusaha untuk membuang rasa cinta itu demi hubungan baik diantara
mereka. Ya diakui Zainal kembali terjebak cinta dengan Khirina, Zainal kembali jatuh
cinta pada seorang wanita. Penyakit yang selalu kampuh pada dirinya, setidaknya itu
lah anggapannya terhadap cinta.
Waktu terus berjalan, kesibukan di tempat kerja membuat Zainal sedikit bisa
melupakan perasaan cinta. Kini Zainal tampaknya sudah mulai berubah,
kedewasaannya mulai tampak jelas. Tak lagi Zainal suka menyiksa diri dan mengurung
diri, kini Zainal mulai bisa membuka mata terhadap dunia.
Tak terasa tiga tahun telah dilalui Zainal hidup di Banjarmasin, hidup di
lingkungan pekerjaan dan kehidupan pertemanan dengan Khairina. Semuanya tampak
baik, bahkan membaik. Alhamdulillah karena ketekunan dan kerja keras selama tiga
tahun ini, kini Zainal diangkat oleh manager perusahaan untuk menduduki suatu jabatan
cukup penting.
Dimata para petinggi perusahaan Zainal adalah sosok pekerja keras, tekun dan
dalam segi kepribadian Zainal adalah sosok yang jujur. Karena itu lah dianggapnya
Zainal pantas untuk menduduki jabatan sebagai kepala teknisi peralatan dan jaringan di
stasiun televisi swasta itu.
Ternyata khairina [111]
Zainal mulai benar-benar tampak jelas dalam hal kemapanan kepribadian dan
pengendalian emosional, berlahan-lahan hasil kerjanya bisa digunakannya untuk
membeli sepetak tanah, ya walau tanah yang dibelinya bukanlah lokasi tanah perkotaan,
walau di desa tapi juga tak terlalu di pelosok. Difikirnya tanah itu sudahlah cukup baik
sebagai simpanan untuk masa depan, yah siapa tau keyakinannya akan kutukan itu
salah.
***ooo***
Ternyata khairina [112]
bagu
untuk
renca
nonto
menu
berbu
telev
“ hal
“ hal
Khai
“ oh
Zain
“ bis
“ em
“ gim
Jawa
Hari itu
us untuk ber
k Zainal, w
ana untuk b
Setelah s
on TV, tak
unjukan pu
unyi, diam
visi, diliharn
llo,, dapa Ri
llo mas, pia
irina,,
sepertinya
al,,
a ketemu ga
m bisa aja sih
mana kalau
ab dan tanny
adalah har
rlibur. Ya h
walau hari i
bebergian, ia
selesai nyuc
k ada keing
ukul 09.14
mbilnya han
nya Khairina
in ” tannya
an ada kesib
aku gak k
ak mas ? ” k
h, dimana m
di kos pia
ya Khairina
Terny
DUA
KEJA
ri minggu,
hari minggu
itu adalah h
a hanya ting
ci baju, man
ginan dariny
menit Sam
ndphone ya
a yang men
Zainal,,
bukan gak h
emana-man
kembali Kh
mau ketemun
an aja, disitu
a,,
yata khairina
A PULUH L
ADIAN DI
hari yang b
u adalah ha
hari libur,
ggal di kos.
ndi dan ma
ya untuk k
mapai den
ang terletak
nelfon. Sege
hari ini, dan
na, aku di k
hairina berta
nya ? ” kem
u banyak aj
[113]
LIMA
KOS
begitu cerah
ari libur seb
tapi seperti
h, suasana
bagian oran
inya Zainal
yang seper
ng. Namun
l tidak mem
rtinya
tidak
miliki
sak, Zainal
keluar ruma
gan suara
k diatas tum
era diangkat
hanya dudu
ah. Dilihatn
dering han
mpukan bu
t oleh Zaina
uk santai sa
nya jam din
ndphone Z
uku di sam
al,,
ambil
nding
Zainal
mping
n pian sekarrang ada diimana ? “ TTanya
kos aja, emang ada appa Rin ? “ SSahut
anya
mbali tanya ZZainal,,
ajakan orangg jadi gak apa-apa kann ? “
“ em ya udah deh silahkan ” jawab Zainal,,
“ ok deh tuggunya ” sahut Khairina,,
“ ok ” jawab Zainal seraya menutup telefon,,
Zainal berfikir ada apa ya Khairina pengen ketemu, tidak seperti biasanya
Khairina ngajak ketemu di kos, biasanya Khairina ngajak ketemuan di tempat-tempat
keramaian atau tempat-tempat wisata, itu pun hanya untuk melepas kepenatan setelah
menyelesaikan kesibukan pekerjaan dan yang lebih sering mereka ketemuan pasti di
kantor saat makan siang. Kali ini dirasakan oleh Zainal sedikit aneh, ajakan Khairina
terasa harus terjadi dan sepertinya ada hal penting yang akan dibicarakan. Zainal tak tau
itu,
“ah mungkin dia bosan aja di rumah dan pengen ngobrol ma aku seperti yang sudah-
sudah” fikirnya seraya bangkit dan membereskan ruangan sambil menunggu
kedatangan Khairina.
Tok,! tok,! Tok,! terdengar suara ketukan pintu dari luar, segera Zainal
menghampiri dan membuka pintu itu.
“ hai Rin, ayo masuk ” sapa Zainal seraya mempersilahkan Khairina masuk,,
“ iya terimakasih “ sahut Khairina,,
“ ada apa nih ” tanya Zainal seraya mempersilahkan Khairina duduk disebuah kursi
rotan berwarna coklat yang tampak kusam dan tua.
“ ya pengen ketemu aja, suntuk di rumah,,,,, kenapa gak boleh ya,,? ” jawab dan tanya
Khairina,,
“ ya bukannya gitu, tumben sepertinya ada hal yang penting “ jawab Zainal sambil
beranjak menuju dapur untuk menagmbil minum dan sekotak roti, kebetulan kemarin
Zainal membeli dua bungkus biskuit dan pagi itu masih tersisa satu bungkus.
“ ni kubawakan minuman dingin dan sedikit cemilan , maaf ya cuman ini yang ada, dan
maaf juga tempatnya berantakan “ Zainal datang dengan membawa dua botol minuman
dingin yang diambilnya dari kulkas kecil pemberian ibu Nana sang pemilik kos.
“ oh iya terimakasih “ jawab Khairina.
Jam dinding menunjukan pukul 11.45 menit, sepanjang ini tak ada obrolan serius dan
penting diantara mereka. Masalah hari-hari di tempat kerja menjadi topik pembicaraan
Ternyata khairina [114]
mereka, sampai dengan Khairina mulai menanyakan hal-hal yang cukup aneh bagi
Zainal.
Pembaca yang budiman, Saya meminta maaf karena belum bisa mempublikasikan naskah cerita ini secara penuh. Terimakasih atas kunjungan Anda dan saya mengharapkan kritik dan sarannya untuk publikasi penuh naskah cerita ini. Ttd Shodiq. Cuplikan kelanjutannya,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Zainalpun segera mengambil suarat itu yang masih terbungkus rapat dalam
amplop berwarna putih itu. Berlahan Zainal membuka amplop itu dan didapatinya
secarik kertas dengan goresan tinta yang cukup banyak dan hampir memenuhi kertas
itu. Dibacanya isi surat itu oleh Zainal dengan suara perlahan namun masih dapat
didengar oleh Khairina yang berada di sampingnya.
Ternyata khairina [115]
Kepada….
Mas Zainal tersayang
Assalamualaikum,,,,,,
Mas,,, sebelumnya aku minta maaf atas semua kesalahan yang telah aku perbuat terhadap mas Zainal
waktu itu, tapi tolong mas, tolong baca curahan hati ini sampi selesai.
Mas Zainal, kalau mas sekarang ini sedang membaca surat ini, mungkin aku telah pergi jauh, pergi
jauh meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Namun akau sadari pastinya aku pergi dengan
meninggalkan suatu dosa terhadap mas Zainal, dosa yang mungkin membuat mas Zainal merasa sakit dan
kecewa, dosa yang telah menyakiti hati mas Zainal. Aku menyadari itu semua mas, tapi demi Allah semua itu
bukan atas kehendakku, semua itu atas kehendak kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi mas.
Aku sangat bingung waktu itu mas, aku sangat mencintai mas Zainal, namun disisi lain aku juga tidak
ingin menjadi anak durhaka. Orang tuaku sangat menginginkan aku untuk menikah dengan anak teman mereka
mas. Awalnya aku sangat terkejut dan ingin sekali berontak, namun aku tak kuasa kalau harus meneteskan air
mata kedua orang tuaku mas. Karena itulah aku putuskan untuk menerima dan menikah dengan pria pilihan
kedua orang tuaku itu. Mungkin mas bertanya kenapa aku tidak berterus terang terhadap mas dan kenapa
waktu itu aku harus berbohong dengan bersandiwara ingin pindah rumah,, semua itu aku lakukan karena aku
tak ingin membuat mas sedih dihadapanku, karena itu akan membuat aku tak kuasa untuk menjalani hidup ini
lagi. Aku tak sanggup kalau harus melihat mas Zainal kecewa, aku tak sanggup mas. Dengan berbohongpun
aku sangat tersiksa, batinku selalu meronta, hari-hariku penuh dengan penyesalan telah menyakiti hati mas
Zainal. Bahkan dihari pernikahanpun semua terasa hampa, tak ada kebahagiaan yang aku dapatkan. Semua itu
aku lakukan semata-mata untuk kebahagiaan kedua orang tuaku mas.
Mas, waktu aku menulis surat ini aku sedang terbaring di rumah sakit karena penyakit yang telah
membawaku mengahadap Tuhan. Jadi aku tulis surat ini untuk mas Zainal, berharap mas Zainal mau
memaafkan dosa yang telah aku perbuat terhadap mas. Siang malam aku selalu berdo’a agar Tuhan bisa
mempertemukan aku dengan mas Zainal untuk meminta maaf langsung, namun ternyata Tuhan tidak
mengijinkan aku untuk bisa bertemu dengan mas Zainal. Mungkin ini semua karena dosa dan kesalahan yang
telah aku perbuat terhadap mas Zainal, untuk itu aku sangat mengharapkan kerelaan mas Zainal.
Mas,, aku sangat mencintai mas Zainal, walau aku tak bisa menikah dengan mas, namun cinta ini
tetap abadi dan telah aku bawa mati. Cintaku hanya untuk mas Zainal seorang. Semoga sekarang ini mas
Zainal dalam keadaan yang sehat tak kurang satu apapun dan aku yakin saat mas Zainal membaca surat ini
pasti mas Zainal telah memiliki istri yang cantik dan baik. Karena aku tau mas Zainal adalah pria baik dan
setia.
Selamat tinggal mas,, tetesan air mata saat menulis surat ini ku iringi do’a untuk mas Zainal hidup
berbahagia untuk selamanya. Amin.
Wassalaam,,,,,
Tertanda,,,,
Wanita yang sangat mencintai mas,,
Tifa…
Ternyata khairina [116]
SINGKAT TENTANG PENULIS
Saya seorang pria yang lahir dan dibesarkan di lingkungan
kelurga sederhana, saat ini saya tercatat sebagai mahasiswa Politenik
Tanah Laut program studi Teknik Informatika, angkatan tahun 2009.
Shodiq, begitulah orang-orang akrab memanggil saya. Rohmad Shodiq adalah nama
lengkap saya. Saat awal masuk kuliah tahun 2009, saya mulai iseng menulis dan
akhirnya saya mencoba untuk menulis sebuah cerita kehidupan yang diilhami dari kisah
nyata seseorang dan pengalaman yang saya alami selama ini, dan apa yang saya tulis ini
adalah sebuah kisah perjalanan anak manusia tentang kejamnya cinta oleh orang yang
tidak memiliki kemampuan uantuk meraih cintanya. Sampai dengan sadar bahwa
anggapanya itu salah.
Penulisan novel amatir ini dimaksudkan sebagai pencurahan isi hati dan sebagai
pencarian jati diri serta arti cinta dari masa kemasa. Diharapkan bagi siapa saja yang
membaca novel amatir ini tidak beranggapan sama atau sepaham dengan tokoh yang
diceritakan.
Saya selaku penulis meminta maaf jika ada kesamaan nama dan tempat dalam
cerita ini, karena nama dan tempat sedikit saya samarkan, bertujuan untuk kepentingan
hak pribadi tokoh. Atas kemaklumannya diucapkan terimakasih.
Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Muhammad Akhiruddin selaku
desainer sampul novel ini, dan semua yang mendukung saya ucapkan banyak
terimakasih.
Ternyata khairina [117]