13 k aj ian p us t a k a ti n ja u an intensitas per h ...eprints.uny.ac.id/9745/3/bab2.pdf · satu...

30
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Intensitas Perhatian Orang Tua Setiap orang tua selalu mengharapkan agar kelak anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya, berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama. Untuk itulah orang tua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua dari lapisan manapun pasti menginginkan keberhasilan pendidikan anak-anaknya, mereka akan berusaha sekuat tenaga dengan segala daya dan upaya semaksimal mungkin untuk mencapai hal tersebut. Salah satu peranan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan anaknya adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan belajar anaknya. Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar dan merupakan faktor yang paling penting dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini mendorong orang tua untuk berupaya memperhatikan anaknya dalam belajar, sehingga anak merasa diperhatikan sehingga menimbulkan semangat belajar anak. Perhatian orang tua ini diharapkan membuat anak menjadi rajin belajar dan dari hasil belajarnya tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Mengingat hal tersebut, maka orang tua yang merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga sebagai unit terkecil didalam masyarakat memiliki tanggungjawab untuk membimbing anak-anak dalam 13

Upload: donguyet

Post on 12-Jun-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Intensitas Perhatian Orang Tua

Setiap orang tua selalu mengharapkan agar kelak anaknya memiliki

kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya, berguna bagi Nusa, Bangsa,

dan Agama. Untuk itulah orang tua mempunyai tanggung jawab dan

kewajiban dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua dari lapisan

manapun pasti menginginkan keberhasilan pendidikan anak-anaknya,

mereka akan berusaha sekuat tenaga dengan segala daya dan upaya

semaksimal mungkin untuk mencapai hal tersebut.

Salah satu peranan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan anaknya

adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan

belajar anaknya. Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan anak dalam belajar dan merupakan faktor yang paling penting

dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini mendorong orang tua

untuk berupaya memperhatikan anaknya dalam belajar, sehingga anak

merasa diperhatikan sehingga menimbulkan semangat belajar anak.

Perhatian orang tua ini diharapkan membuat anak menjadi rajin

belajar dan dari hasil belajarnya tersebut dapat memperoleh prestasi belajar

yang maksimal. Mengingat hal tersebut, maka orang tua yang merupakan

bagian dari keluarga, dan keluarga sebagai unit terkecil didalam

masyarakat memiliki tanggungjawab untuk membimbing anak-anak dalam

13

14

proses pencapaian prestasi belajar. Perhatian orang tua merupakan salah

satu wujud tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan

psikologis anak yang turut mendukung tercapainya prestasi belajar.

1. Pengertian Intensitas Perhatian Orang Tua

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai intensitas perhatian orang

tua, sebelumnya ada beberapa pendapat dari para ahli tentang perhatian

itu sendiri. Sumadi Suryabrata, (Erlita Rahmawati, 2011: 11)

menyatakan bahwa “perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju

kepada suatu objek”. Objek dalam penelitian ini yaitu pemusatan

perhatian orang tua terhadap anaknya yang masih membutuhkan

perhatian dan bimbingan dalam mencapai prestasi belajar. Kartini

Kartono, (Slamet Suparyoto, 2011: 12) menyatakan bahwa “perhatian

itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang

menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan

pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Kemudian Bimo Walgito

(2004: 98) mengemukakan bahwa “perhatian merupakan pemusatan

atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada

suatu objek atau sekumpulan objek”. Sedangkan Abu Ahmadi (2009:

142) menjelaskan bahwa perhatian adalah “keaktifan jiwa yang

diarahkan kepada sesuatu objek baik di dalam maupun di luar dirinya,

perhatian timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap

sesuatu”. Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perhatian adalah

15

pemusatan tenaga psikis dari seluruh aktivitas individu yang tertuju

pada suatu atau sekumpulan objek baik di dalam maupun di luar

dirinya.

Sedangkan pengertian orang tua menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005: 802) orang tua adalah “ayah ibu kandung, orang

yang dianggap tua, orang yang dihormati”, dari pengertian tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian orang tua penelitian ini

adalah ayah dan ibu dari anak (jika anak itu tinggal bersama ayah dan

ibu) atau orang lain yang bertanggung jawab atas pendidikan anak

tersebut, wali siswa atau orang tua asuh atau jika anak tersebut

tinggal bersama wali. Orang tua dapat diartikan sebagai ayah-ibu,

yang mendidik anak menjadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga,

masyarakat, dan warga negara yang baik. Dengan demikian perhatian

orang tua dapat dinyatakan sebagai perhatian ayah dan ibu. Orang tua

memiliki perasaan yang sangat penting dalam pendidikan anak-

anaknya, peran ini tidak bisa digantikan oleh guru di sekolah. Orang

tua merupakan pendidik yang pertama dan paling utama, sedangkan

guru di sekolah hanya merupakan pendidik setelah orang tua.

Berkaitan dengan pengertian perhatian yang dipaparkan diatas,

intensitas perhatian orang tua adalah tingkat keseringan perhatian orang

tua yang ditujukan pada kegiatan belajar anak, memberikan bimbingan

belajar, memperhatikan dan memenuhi kebutuhan alat-alat penunjang

pembelajaran, memberikan dorongan untuk belajar memberikan

16

pengawasan, pengarah, dan lain sebagainya supaya siswa mencapai

prestasi belajar yang memuaskan.

2. Macam-macam Perhatian Orang Tua

Menurut Bimo Walgito (2004: 100) jenis-jenis perhatian

dibedakan menjadi beberapa antara lain :

a. berdasarkan bahan dari segi timbulnya perhatian, dibagi

menjadi perhatian spontan dan perhatian tidak spontan, dan

b. berdasarkan banyaknya objek yang dicakup, perhatian dibagi

menjadi perhatian sempit dan perhatian luas.

Menurut Sri Rumini dkk (1993: 13) menyebutkan macam-

macam perhatian dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang

yang pada prinsipnya adalah sebagai berikut.

a. Macam-macam perhatian menurut cara kerjanya, dibedakan

menjadi :

1) perhatian spontan, yaitu perhatian yang tidak disengaja

atau tidak sekehendak subjek, dan

2) perhatian refleksi, yaitu perhatian yang disengaja atau

sekehendak subjek.

b. Macam-macam perhatian menurut intensitasnya, dibedakan

menjadi :

1) perhatian intensif, yaitu perhatian yang banyak

menyertakan aspek kesadarannya, dan

2) perhatian tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak

banyak menyertakan aspek kesadaran.

c. Macam-macam perhatian menurut luasnya, dibedakan

menjadi :

1) perhatian terpusat, yaitu perhatian yang tertuju pada

lingkup objek yang sangat terbatas, perhatian ini sering

disebut dengan perhatian konsentratif, dan

2) perhatian terpencar, yaitu perhatian yang tertuju kepada

macam-macam objek yang luas atau tertuju kepada

bermacam-macam objek.

17

Sedangkan menurut Abu Ahmadi (2009: 144-146)

mengemukakan macam-macam perhatian adalah sebagai berikut.

a. Perhatian spontan dan disengaja

Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan

sendirinya oleh karena tertarik pada sesuatu dan tidak

didorong oleh kemauan, perhatian ini sering disebut

perhatian asli atau perhatian langsung. Sedangakan perhatian

disengaja adalah perhatian yang timbulnya didorong oleh

kemauan karena adanya tujuan tertentu.

b. Perhatian statis dan dinamis

Perhatian statis ialah perhatian yang tetap terhadap sesuatu.

Sedangkan perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah

berubah-ubah, mudah bergerak, mudah berpindah dari objek

yang satu ke objek yang lain.

c. Perhatian konsentratif dan distributif

Perhatian konsentratif (memusat), yakni perhatian yang hanya

ditujukan kepada satu objek/masalah tertentu. Sedangkan

perhatian distributif (terbagi-bagi), dengan sifat distributif ini

orang dapat membagi-bagi perhatiannya kepada beberapa

arah dengan sekali jalan/dalam waktu yang bersamaan.

d. Perhatian sempit dan luas

Orang yang mempunyai perhatian sempit dengan mudah dapat

memusatkan perhatiannya pada suatu objek yang terbatas,

sekalipun ia berada di tempat yang ramai. Selain itu juga tidak

mudah memindahkan perhatiannya ke objek lain, jiwanya

tidak mudah tergoda oleh keadaan sekelilingnya. Sedangkan

orang yang mempunyai perhatian luas, ia mudah sekali

tertarik oleh kejadian-kejadiannya disekelilingnya, mudah

terangsang, dan perhatiannya tidak dapat mengarah kepada

hal-hal tertentu.

e. Perhatian fiktif dan fluktuatif

Perhatian fiktif (melekat), yakni perhatian yang mudah

dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa

perhatiannya dapat melekat lama pada objek. Kemudian

perhatian fluktuatif (bergelombang) adalah perhatian yang

sangat subjektif, sehingga yang melekat hanyalah hal-hal

yang dirasa penting bagi dirinya.

3. Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua

Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak

sangat diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah

18

perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar yang dilakukan anak

sehari-hari. Berdasarkan pendapat M. Dalyono (2009: 59) dan

Slameto (2003: 61) tentang perhatian orang tua yang

mempengaruhi keberhasilan belajar anak yang telah diungkapkan

pada pendahuluan, maka dirumuskan bentuk perhatian orang tua

terhadap kegiatan belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan

dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian

penghargaan dan hukuman, pemenuhan kebutuhan belajar,

menciptakan suasana belajar yang tenang dan tenteram,

memperhatikan kesehatan anak, memberikan petunjuk praktis,

mengenai (cara belajar, cara mengatur waktu, disiplin belajar,

konsentrasi dan persiapan menghadapi ujian).

a. Pemberian bimbingan dan nasihat

Menurut Abin Syamsudin Makmun, (2005: 227) bimbingan

adalah bantuan yang diberikan kepada individu tertentu. Dari

definisi bimbingan tersebut dapat dikaitkan dengan

bimbingan orang tua kepada anak, bahwa bimbingan adalah

bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Memberikan bimbingan kepada anak merupakan kewajiban

orang tua. Bimbingan belajar terhadap anak berarti

pemberian bantuan kepada anak dalam membuat pilihan-

pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap

19

tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam

belajarnya dan bertanggung jawab dalam menilai

kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan

mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi

yang berkembang secara optimal meliputi semua aspek

pribadinya sebagai individu yang potensial.

Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak

tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan

kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari

orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak

mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu

orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia

belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa

semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan

dan memperbaikinya.

b. Pengawasan terhadap belajar

Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya,

sebab tanpa adanya pengawasan yang komitmen dari orang

tua besar kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan

lancar. Pengawasan orang tua tersebut berarti mengontrol

atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih

20

diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua

akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak,

kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang

dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan

lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi

segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil

belajar yang maksimal.

Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan

terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih

ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan

bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukan

tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang bertindak

sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan

tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat

yang mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya.

Kelalaiannya di sini contohnya adalah ketika anak malas

belajar, maka tugas orang tua untuk mengingatkan anak akan

kewajiban belajarnya dan memberi pengertian kepada anak

akan akibat jika tidak belajar.

Dengan demikian anak akan terpacu untuk belajar

sehingga prestasi belajarnya akan meningkat. Pengawasan

atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya ketika

anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga

21

terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua

tentang pengalaman anak di sekolah sanagt membantu orang

tua lebih dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak

menghadapi masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah

serta tugas-tugas sekolah.

c. Pemberian penghargaan dan hukuman

Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah

memberikan pujian dan penghargaan pada kemampuan atau

prestasi yang diperoleh anak. Pujian dimaksudkan

menunjukan bahwa orang tua menilai dan menghargai

tindakan usahanya. Bentuk lain penghargaan orang tua selain

memberikan pujian adalah dengan memberikan semacam

hadiah atau yang lain. Hadiah ini dimaksudkan untuk

memberikan motivasi pada anak, untuk menggembirakan,

dan untuk menambah kepercayaan pada anak itu sendiri, serta

untuk mempererat hubungan dengan anak.

Jika anak memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang

tua memberikan penghargaan kepada anaknya untuk

meningkatkan aktivitas belajarnya. Untuk mendorong

semangat belajar anak hendaknya orang tua mampu

memberikan semacam hadiah untuk memotivasi belajar bagi

anak itu sendiri. Namun, kadang kala orang tua juga dapat

menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak

22

melakukan sesuatu yang buruk, misalnya ketika anak malas

belajar atau malas masuk ke sekolah. Tujuan diberikan

hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang

kurang baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan

mendorong anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku

yang tidak baik. Di samping itu hukuman yang diberikan itu

harus wajar, logis, objektif, dan tidak membebani mental,

serta harus sebanding antara kesalahan yang diperbuat

denagn hukuman yang diberika. Apabila hukuman terlalu

berat, anak cenderung untuk menghindari atau meninggalkan.

d. Pemenuhan kebutuhan belajar

Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang

diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak.

Kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam

sekolah, buku-buku, alat-alat belajar dan lain-lain.

Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak,

karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar

dengan baik.

Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai

akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-

anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya seringkali

tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala

kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih

23

bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Mengenai

perhatian terhadap kebutuhan belajar, kaitannya dengan

motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Hal

itu dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan

belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya.

Kebutuhan belajar, seperti buku termasuk unsur yang

sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.

Pada dasarnya buku merupakan salah satu sumber belajar,

disamping sumber belajar yang lain. Dengan dicukupinya

buku yang merupakan salah satu sumber belajar, akan

memperlancar proses belajar mengajar di dalam kelas dan

mempermudah dalam belajar di rumah. Dengan demikian

sudah sepatutnya bagi para orang tua untuk memperhatikan

dan berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak.

e. Menciptakan suasana belajar yang tenang dan tenteram

Orang tua harus menciptakan ruang dan suasana rumah

yang aman dan nyaman ketika anak belajar di rumah,

sehingga anak dalam belajar tidak terganggu. Suasana rumah

yang gaduh dan ramai tidak akan memberi ketenangan

kepada anak yang sedang belajar. Rumah yang bising dengan

suara radio, tape recorder, TV, suara penghuni rumah yang

rebut, maupun suara pertengkaran orang tua pada waktu

belajar, dapat mengganggu konsentrasi belajar anak

24

(Slameto, 2003: 63). Suasana rumah yang tenang dan tentram

anak merasa kerasan/betah tinggal di rumah, dapat

berkonsentrasi dalam belajar, dan dapat belajar dengan baik

sehingga akan mendukung belajar anak.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa usaha dan

berbagai bentuk perhatian orang tua dapat mendukung

kelancaran dan keberhasilan kegiatan belajar sehingga dapat

mempengaruhi prestasi belajar anak. Bagaimanapun sibuknya

orang tua, mereka harus memberikan waktu dan perhatian

kepada anak-anaknya setiap hari karena anak merupakan

tunas dan harapan masa depan bangsa.

f. Memperhatikan kesehatan

Orang tua harus memperhatikan makanan yang dimakan

anak, gizi makanan yang diberikan, istirahat anak, dan

kesehatan badan yang lainnya. Selain itu juga memeriksakan

anak ke dokter atau Puskesmas terdekat ketika anak sakit.

g. Memberikan petunjuk-petunjuk praktis mengenai :

1) cara belajar,

2) cara mengatur waktu,

3) disiplin belajar,

4) konsentrasi, dan

5) persiapan menghadapi ujian.

25

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua

Menurut Abu Ahmadi (2009: 146-147), perhatian dipengaruhi

oleh beberapa faktor adalah sebagai berikut.

a. Pembawaan

Adanya pembawaan tertentu yang berhubungan dengan

objek yang berhubungan dengan objek yang direaksi, maka

timbul perhatian terhadap objek tertentu.

b. Latihan dan kebiasaan

Dari hasil latihan-latihan atau kebiasaan dapat menyebabkan

mudah timbulnya perhatian terhadap bidang tertentu

walaupun tidak ada bakat pembawaan tentang bidang

tersebut.

c. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan

tersebut mempunyai tujuan yang harus dicurahkan

kepadanya. Adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan

timbulnya perhatian terhadap objek tersebut.

d. Kewajiban

Di dalam kewajiban terkandung tanggung jawab yang harus

dipenuhi oleh orang yang bersangkutan, ia menyadari atas

kewajibannya itu. Dia tidak akan bersikap masa bodoh, apa

yang menjadi kewajibannya akan dijalankan dengan penuh

perhatian.

e. Keadaan jasmani

Sehat tidaknya jasmani sangat mempengaruhi perhatian kita

terhadap suatu objek.

f. Suasana jiwa

Keadaan batin, perasaan, fantasi dan pikiran sangat

mempengaruhi perhatin kita. Mungkin dapat mendorong dan

sebaliknya dapat juga menghambat.

g. Suasana di sekitar

Adanya macam-macam suasana di sekitar kita, seperti

kegaduhan, keributan, kekacauan, temperatur, sosial ekonomi,

keindahan, dan sebagainya dapat mempengaruhi perhatian.

h. Kuat tidaknya perangsang dari objek itu sendiri

Berapa kuatnya perangsang yang bersangkutan dengan

objek perhatian sangat mempengaruhi perhatian kita. Jika

rangsangannya kuat, kemungkinan perhatian terhadap objek

tersebut besar pula. Sebaliknya jika rangsangannya lemah,

perhatian kita juga tidak begitu besar.

26

B. Tinjauan Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

“Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab

seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar” Syaiful Bahri Djamarah, (2002:

114). Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang artinya

dorongan atau menggerakan. Menurut Mc. Donald dalam Syaiful

Bahri Djamarah, (2002: 114), Motivasi adalah suatu perubahan energi

di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif

(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam

dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa

yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu

dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai

keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai

motivasi. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja

mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan

kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat

penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang

positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta

menanggung resiko dalam belajar.

Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya

dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar

27

pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk

mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri

siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam

mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas

individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi

dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan

tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui

penyusunan jadwal belajar dan melaksanakannya dengan tekun.

“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan berlangsung dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki siswa yaitu pencapaian prestasi belajar yang optimal

dapat dicapai.” Winkel, (Fajar Kurniawan Saputro, 2006: 17).

“Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual. Peranannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah,

merasa senang dan semangat untuk belajar.” (Sardiman, 2007: 75).

Menurut beberapa pendapat di atas motivasi belajar adalah suatu

dorongan yang kuat terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan

aktivitas belajar sehingga mencapai tujuan tertentu atau mencapai

prestasi yang optimal. Motivasi belajar yang kuat akan mempengaruhi

intensitas usaha belajar yang tekun dan tidak lekas putus asa dalam

menghadapi tugas sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar yang

dicapai. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya

28

sendiri ada keinginan untuk belajar.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar secara

keseluruhan daya penggerak atau dorongan yang kuat dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan untuk belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki

siswa yaitu mencapai tujuan prestasi belajar yang optimal yang dapat

dicapai. Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup bekerja

keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi

itu muncul karena dorongan adanya kebutuhan. Dorongan seseorang

untuk belajar menurut Maslow, (Sardiman 2007: 80) sebagai berikut :

a. kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat

dan sebagainya,

b. kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut

dan kecemasan,

c. kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat

atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok), dan

d. kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,

sosial dan pembentukan pribadi.

2. Macam-macam Motivasi Belajar

Macam-macam motivasi belajar, menurut Sardiman (2007: 89-91)

motivasi dibagi menjadi dua tipe: a) motivasi intrinsik, merupakan

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang

senang membaca tidak usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah

rajin membaca buku-buku untuk dibacanya, b) motivasi ekstrinsik,

29

merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu

besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik,

atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan

kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan

esensi apa yang dilakukannya itu.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 115) yang tergolong

bentuk motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam

aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara

mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam

motivasi intrinsik yaitu: a) belajar karena ingin mengetahui seluk-

beluk masalah selengkap-lengkapnya, b) belajar karena ingin menjadi

orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan

kebutuhan dan siswa berdaya upaya melalui kegiatan belajar untuk

memenuhi kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat.

Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi belajar ekstrinsik yaitu: a)

belajar demi memenuhi kewajiban, b) belajar demi menghindari

hukuman yang diancam, c) belajar demi memperoleh hadiah material

yang dijanjikan, d) belajar demi meningkatkan gengsi sosial, e) belajar

demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi

persyaratan kenaikan jenjang, f) belajar demi memperoleh pujian dari

orang yang penting.

30

3. Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar

siswa, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang

dilakukan oleh siswa.

Menurut Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi adalah:

a. mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan,

b. menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak

dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya,

dan

c. menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

Dari penjelasan di atas bahwa motivasi sangat penting dalam

proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan

dengan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar

tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi

siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar

yang optimal.

4. Indikator Motivasi

Menurut Max Darsono, 2000: 65 ; Dimyati dan Mudjiono, 1994:

90-92, (Fajar Kurniawan Saputro, 2006: 11-13) indikator dari

motivasi, yaitu: a) cita-cita, b) kemampuan belajar, c) kondisi siswa,

d) kondisi lingkungan, e) unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan f)

31

upaya guru membelajarkan siswa.

a. Cita-cita

Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini

diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan

yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita

seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan,

bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga menimbulkan adanya

perkembangan kepribadian.

b. Kemampuan belajar

Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini

diukur melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa

yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan

siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir

rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk

melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat

sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya

dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas

untuk berbuat sesuatu.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi

psikologis, karena siswa adalah makluk yang terdiri dari kesatuan

psikofisik. Kondisi fisik siswa lebih cepat diketahui daripada

kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas

menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.

d. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri

siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan

dikelola agar dapat menyenangkan dan membuat siswa merasa

nyaman untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu

mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi,

dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul

dan dapat dipertahankan.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar

Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya

didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-

kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah

belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan,

perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami

perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.

f. Upaya guru membelajarkan siswa

Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam

mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari

penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian

siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru

32

hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi

titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar

sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah atau hilang.

C. Tinjauan Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya

evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal

yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama

waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa

cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai

ukuran dari prestasi belajar. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai

prestasi belajar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai prestasi dan

belajar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) prestasi adalah

“hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.

Kemudian Sutisna, (Erlita Rahmawati, 2011: 27) mengemukakan

bahwa prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan

baik secara individual atau kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa

prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik

secara perorangan maupun kelompok dengan jalan keuletan kerja.

Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli tentang pengertian

belajar, diantaranya Slameto, (2003: 2) menyatakan bahwa “belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

33

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Selanjutnya Wittig, (Muhibin Syah, 2006: 65-66), mengemukakan

bahwa “belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi

dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme

sebagai hasil pengalaman”. Sedangkan Sardiman (2007: 21)

menjelaskan bahwa “belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,

psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya,

yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik”. Beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku

individu yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik yang relatif menetap sebagai hasil dari

latihan dan pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Masalah belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

perubahan proses belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(2002: 700) dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah “penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru”. Selanjutnya Muhibin Syah (2006: 213)

menyebutkan bahwa “pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar siswa”.

34

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi

kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, yang dapat diukur secara

langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes dan lazimnya

ditunjukkan dengan angka nilai. Berdasarkan pengertian diatas, maka

dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat

kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan

menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar

mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah

mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat diketahui

setelah diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat memperlihatkan tentang

tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dikatakan

sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan

psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria

tersebut.

2. Macam-macam Tes Prestasi Belajar

Dalam proses pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar sebagai

tolok ukur prestasi belajar yang dicapai peserta didik diperlukan

evaluasi belajar. “Melalui evaluasi, dapat diketahui kemajuan-

kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan

35

penting mengenai apa yang diperoleh dan diketahui anak, serta dapat

merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya”

(Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 198).

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar

dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan

ruang lingkupnya, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

(2006: 106-107) mengolongkan tes prestasi belajar sebagai berikut.

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes

ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar

bahan/pokok bahasan tertentu dalam waktu tertentu. Dapat pula

dimanfaatkan guru untuk mengetahui keberhasilan proses belajar

mengajar.

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran/sejumlah pokok

bahasan tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.

Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap

siswa terhadap sejumlah pokok bahasan yang telah diajarkan,

untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes ini

dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan

diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

36

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan

pokok-pokok bahasan yang telah yang telah diajarkan selama satu

semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk

menetapkan tingkat keberhasilan siswa dalam suatu periode

belajar tertentu. Tes ini meliputi ujian akhir semester, tes

kenaikan kelas, ujian akhir sekolah dan ujian akhir nasional. Hasil

dari tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun

peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah. Tes hasil belajar

akan menggambarkan sejauh mana siswa telah mencapai hasil

yang diharapkan dari proses belajar mengajar dan prestasi yang

telah dicapai siswa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang

telah dilakukan oleh individu adalah hasil yang telah dicapai dari

proses belajar. Salah satu hasil dari proses belajar adalah prestasi

belajar. Jadi, untuk memperoleh hasil belajar dalam bentuk “perubahan”

harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam

individu dan dari luar individu.

Nohei Nasution, dkk (Syaiful Bahri Djamarah 2002: 141)

memandang belajar itu bukanlah suatu aktifitas yang berdiri sendiri.

Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung

di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching proses, output,

37

invoremental input, dan instrumenal input.

Raw input adalah masukan mentah yang merupakan bahan

pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning

teaching proces) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran

(output) dengan kualifikasi tertentu. Dalam proses belajar mengajar

sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan

(invoremental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrumenal

input) yang sengaja dirancang dan dimanipulasi untuk menunjang

tercapainya keluaran yang diinginkan. Untuk memperjelas apa yang

disebutkan diatas Nohei Nasution, dkk (Syaiful Bahri Djamarah 2002:

142-171) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi proses

dan hasil belajar, adalah sebagai berikut.

a. Faktor dari luar (eksternal) adalah:

1) faktor Lingkungan yaitu: lingkungan alami dan lingkungan

sosial budaya, dan

2) faktor Instrumenal yaitu: kurikulum, program, sarana dan

fasilitas, dan guru.

b. Faktor dari dalam (internal) meliputi: kondisi fisiologi dan kondisi

panca indra, dan kondisi psikologis (minat, kecerdasan, bakat,

motivasi, kemampuan kognitif).

Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo (2004: 138-139) menyatakan

bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil

interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri

(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.

Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam

mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.

38

a. Faktor internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan

maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

a) faktor intelektif, yaitu: faktor potensial (kecerdasan dan

bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah

dimiliki), dan

b) faktor non intelektif, yaitu: unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal

1) Faktor sosial terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

tekhnologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas

belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun

tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak

faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dapat digolongkan

menjadi 2, yaitu faktor internal yang berasal dari diri seseorang dan

faktor internal yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor internal

meliputi kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegency),

bakat, minat, motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal

meliputi lingkungan sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitar), budaya, lingkungan

fisik, dan lingkungan spiritual atau keagamaan. Pencapaian prestasi

belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat kecerdasan siswa

saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan sekolah

39

dimana guru, kurikulum, sarana dan prasarana belajar dijadikan

sebagai sumber belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar.

D. Kerangka Pikir

1. Pengaruh Intensitas Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar

Segala bentuk intensitas perhatian dari orang tua sangatlah

dibutuhkan peserta didik. Karena intensitas perhatian orang tua

terhadap belajar peserta didik akan dapat menjadi pendorong untuk

giat belajar dan untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Bentuk

intensitas perhatian orang tua tersebut dapat berupa pemberian

bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap kegiatan belajar anak,

pemberian penghargaan dan hukuman, pemenuhan fasilitas belajar,

menciptakan suasana tenang dan tenteram, memperhatikan kesehatan

anak, dan memberikan petunjuk praktis mengenai: cara belajar, cara

mengatur waktu, disiplin belajar, konsentrasi, dan persiapan

menghadapi ujian. Semakin baik intensitas perhatian orang tua yang

diberikan kepada anak, maka akan semakin berpengaruh terhadap

prestasi belajar. Lain halnya bagi peserta didik yang orang tuanya

kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, acuh tak acuh

terhadap aktifitas belajar anaknya, dapat menyebabkan anak kurang

termotivasi untuk belajar dan mengakibatkan prestasi yang dicapai

rendah/tidak memuaskan. Jadi intensitas perhatian orang tua dan

segala bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan dan kegiatan

40

belajar anak dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.

2. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi belajar

Selain perhatian dari orang tua dengan semangat belajar yang

tinggi siswa cenderung mempunyai keinginan untuk belajar lebih giat

sehingga bisa mendapatkan yang ia inginkan. Dalam hal ini persoalan

motivasi dikaitkan dengan prestasi belajar yang diperoleh dari proses

belajar. Motivasi belajar disini adalah suatu dorongan yang terdapat

dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar sehingga

mencapai suatu tujuan tertentu atau mencapai prestasi yang optimal.

Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu rasa ingin

tahu dan cita-cita, selain itu dipengaruhi faktor dari luar yaitu

memenuhi kewajiban, menghindari hukuman, memperoleh hadiah,

meningkatkan gengsi sosial, memperoleh pujian dan tuntutan. Siswa

yang mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar dengan keras

akan mempunyai prestasi seperti yang ia harapkan. Jadi dengan

motivasi belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi

belajar.

3. Pengaruh Intensitas Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar

terhadap Prestasi Belajar

Faktor intensitas perhatian orang tua dan motivasi belajar

merupakan faktor besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak.

Orang tua yang dapat mendidik anaknya dengan cara memberikan

perhatian dan dorongan yang lebih akan berpengaruh positif terhadap

41

prestasi belajar anak. Dan sebaliknya, orang tua yang tidak

memperhatikan anaknya, acuh tak acuh, tidak memberikan dorongan

akan berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar anak. Sehingga

dengan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa jika siswa memiliki

intensitas perhatian lebih dari orang tua dan mempunyai motivasi

belajar yang tinggi, maka akan mempunyai pengaruh yang positif

terhadap prestasi belajar siswa tersebut.

Untuk mengetahui pengaruh intensitas perhatian orang tua dan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar, maka akan dilakukan penelitian

mengenai hal tersebut. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel bebas

(independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable).

1. Variabel bebas

Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas perhatian

orang tua dan motivasi belajar.

2. Variabel terikat

Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Desain Penelitian

X1

X2

Y

42

Keterangan:

X1 = intensitas perhatian orang tua

X2 = motivasi belajar

Y = prestasi belajar siswa

= garis hubungan/keterkaitan

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dengan rumusan kerangka di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. H1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas

perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV

SD se Gugus Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran

2011/2012.

2. H2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se

Gugus Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.

3. H3 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas

perhatian orang tua dan motivasi belajar secara bersama-sama

terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se-Gugus

Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.