termoregulasi
DESCRIPTION
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Fisiologi Hewan oleh Kelompok 1TRANSCRIPT
-
TERMOREGULASI
(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan)
Oleh
Kelompok 1 :
1. Rose Lolita (130210103027)
2. Gerda Permata Aji (130210103074)
3. Heny Lusianan (130210103044)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Termoregulasi tepat pada waktunya.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi
Hewan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Jember, 05 September 2015
Penyusun
-
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB 1 ..................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
2.1 DEFINISI TERMOREGULASI ............................................................... 6
2.2 PENGARUH TERMOREGULASI PADA HEWAN .............................. 7
2.3 KLASIFIKASIKAN HEWAN BERDASARKAN KEMAMPUANNYA
UNTUK MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH YANG DI MILIKINYA . 12
BAB III ................................................................................................................. 25
PENUTUP ............................................................................................................. 25
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
3.2 Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
-
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap spesies hewan memiliki kisaran suhu optimal. Beberapa hewan
dapat bertahan hidup menghadapi fluktuasi lingkungan eksternal yang lebih
ekstrem dibandingkan dengan keadaan yang dapat ditolerir oleh setiap individu
selnya. Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal
seekor hewan.Setiap species hewan yang berbeda telah diadaptasikan terhadap
kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang
optimum.Di dalam kisaran tersebut, banyak hewan dapat mempertahankan suhu
internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya berfluktuasi.Termoregulasi
membantu menjaga suhu tubuh di dalam kisaran optimal tersebut, sehingga sel sel
dapat berfungsi secara efektif meskipun suhu eksternal berfluktuasi.
Termoregulasi adalah proses penjagaan suhu internal hewan dalam kisaran yang
dapat di toleransi (Campbell, et al. 2004).
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan, dan
selanjutnya menentukan aktivitas hewan.Berdasarkan pengaruh suhu terhadap
lingkungan hewan dibagi menjadi 3 golongan yaitu poikilotermik berdarah
dingin, homoiotermik berdarah panas dan heterotermik pada saat tertentu
bersifat poikilotermik dan pada saat lain bersifat homoiotermik, yang termasuk
golongan hewan poikilotermik adalah bangsa ikan, reptil, amphibi dan
serangga.Golongan hewan homoiotermik adalah bangsa aves dan mamalia
sedangkan heterotermik misalnya insekta tertentu (Soewolo. 2000).
Dari uraian yang telah di sampaikan di atas, kita sebagai mahasiswa
pendidikan biologi harus memperdalam pengetahuan kita mengenai termoregulasi
dan hubungannya dengan hewan dalam mata kuliah fisiologi hewan.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan termoregulasi?
Bagaimanakah pengaruh termoregulasi pada hewan?
-
5
Ada berapakah klasifikasi hewan berdasarkan kemampuannya untuk
mempertahankan suhu tubuh?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian termoregulasi
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh termoregulasi pada hewan
Untuk mengetahui penggolongan atau pengklasifikasian hewan
berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh
-
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI TERMOREGULASI
Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh didalam suhu
kisaran yang membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien. Sebagian
besar hewan dapat bertahan hidup menghadapi fruktuasi lingkungan ekstenal
yang lebih ekstrim dibandingkan dengan keadaan yang sangat ditolerir oleh
setiap individu selnya.Meskipun spesies hewan yang berbeda telah
diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan
mempunyai kisaran suhu yang optimum.Didalam kisaran tersebut banyak
hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu
eksternalnya berfruktuasi (Campbell, 2004).
Menurut Soewolo (2000) suhu merupakan salah satu faktor
pembatas penyebaran hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan.
Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar di bandingkan dengan
rentangan penyebaran aktivitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -
70- +85. Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan
sekitar 0-40. Kebanyakan hewan dalam rentangan sempit.
Berdasarkan pengaruh suhu terhadap lingkungan hewan dibagi
menjadi 3 golongan yaitu poikilotermik berdarah dingin, homoiotermik
berdarah panas dan heterotermik pada saat tertentu bersifat
poikilotermik dan pada saat lain bersifat homoiotermik, yang termasuk
golongan hewan poikilotermik adalah bangsa ikan, reptil, amphibi dan
serangga.Golongan hewan homoiotermik adalah bangsa aves dan mamalia
sedangkan heterotermik misalnya insekta tertentu.
Strategi untuk mengurangi laju metabolisme dan temperature
badan akibat udara dingin harus dilakukan hewan untuk mengatur
pengurangan temperature badan karena perbuatan temperature.Banyak
binatang yang mempertahankan dingin dan sangat dingin melalui gerakan
yang lambat (Sukarsono, 2009).
-
7
2.2 PENGARUH TERMOREGULASI PADA HEWAN
Pengaruh termoregulasi sangatlah banyak bagi hewan, suhu sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup. Suhu tubuh yang konstan (tidak
banyak berubah) sangat dibutuhkan oleh hewan, karena reaksi enzimatis,
Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme (perubahan
suhu berpengaruh terhadap energi kinetik molekul zat), Aktivitas
metabolisme bergantung pada kemampuan untuk mempertahankan suhu yang
sesuai pada tubuhnya. Suhu sel yang mengalami metabolisme akan lebih
tinggi dari pada suhu mediumnya, karena oksidasi dan glikolisis
membebaskan panas. Suhu tubuh hewan tergantung pada keseimbangan
antara cara yang cenderung menambah panas dan cara yang cenderung
mengurangi panas (Soewolo. 2000).
Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan
internal seekor hewan. Sebagai contoh, laju respirasi seluler meningkat
seiring peningkatan suhu sampai titik tertentu dan kemudian menurun ketika
suhu itu sudah cukup tinggi sehingga mulai mendenaturasi enzim. Sifat-sifat
membran juga berubah dengan perubahan suhu. Seekor hewan endotermik
memanaskan tubuhnya terutama dengan cara menyerap panas dari
sekelilingnya. Jumlah panas ini diperoleh dari metabolismenya sendiri
umumnya dapat diabaikan, sebaliknya seekor hewan endotermik
mendapatkan sebagian besar atau semua panas tubuhnya dari metabolisme
tubuhnya sendiri (Campbell,2004).
Hal ini juga sesuai dengan Hukum Toleransi Shelford yang
berbunyi bahwa setiap organisme mempunyai suatu minimum dan
maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran
toleransi organism itu terhadap kondisi faktor lingkungannya. Apabila
organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yang mendekati
batas kisaran toleransinya, maka organisme akan mengalami keadaan
kecaman stress fisiologis. Dengan perkataan lain organisme berada dalam
kondisi kritis berupa hipotermia suhu rendah, sedang pada suhu ekstrim
tinggi akan mengakibatkan gejala hipertermia. Apabila kondisi lingkungan
suhu yang mendekati batas-batas kisaran toleransi hewan itu berlangsung
-
8
lama dan tidak segera berubah menjadi baik, maka hewan itu akan mati
(Dharmawan, 2005).
Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua
golongan,yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya
dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan
berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas
(Dukes, 1985).
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu
tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi
dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses
radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi
menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang
suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya (Guyton,
1987).
Hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya
reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Interaksi panas
hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu tubuh
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh
panas melalui :
1. Konduksi
Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling
bersentuhan. Panas mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda
bersuhulebih rendah. Dipengaruhi oleh:
a. Luas permukaan benda yang saling bersentuhan.
b. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut.
Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas
yangdimiliki suatu benda) dari kedua benda.Mamalia dan Aves:
Konduktivitasnya rendah.
Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu.
-
9
Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke
benda lain yang bersentuhan dengannya.
2. Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir
(fluida)yang bergerak.Proses Konveksi:
a. Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal.
b. Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida
disekeliling tubuh ditingkatkan.
c. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara
panas bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan
menjadi lebih panas juga.
3. Radiasi
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan
misalnya pada proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
a. Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin
tinggisuhu benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula
intensitasradiasinya.
b. Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi
dengan baik.
c. Berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau
memperoleh panas tubuh.
4. Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya
padamekanisme ekskresi kelenjar keringat. Evaporasi:
a. Cara penting untuk melepaskan panas tubuh.
b. Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas,
penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah
(padaanjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya).
c. Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit,
selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan
mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh
-
10
pun turun.Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap
perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin,
mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibatdi dalamnya, sehingga
meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal padalebah
madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok
dalamsarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu
menghasilkan panas di dalam sarangnya. Beberapa adaptasi hewan
untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot, danmodifikasi sistim sirkulasi
di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagiankulit dan counter
current heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi
kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi
ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan
suhu tubuh. Gajah di daerah tropisuntuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia
menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi.
Mekanisme yang mempengaruhi kecepatan produksi panas tubuh dapat
diklasifikasikan menjadi:
A. Produsi Panas
(1) Mekanisme dan control tingkah laku
Mekanisme tingkah laku seperti latihan ringan (pemanasan).
Bergerak ke lingkungan yang suhunya mendekati suhu optimum.
Misalnya kadal berjemur untuk memanaskan tubuhnya.Hewan juga
mengkontrol luas permukaan tubuhnya yang memungkinkan
pertukaran panas dengan menyesuaikan postur tubuhnya.
(2) Mekanisme dan control adaptif atau aklimatisasi
Mekanisme adaptif lebih lamban daripada dua proses yang lain, yaitu
memproduksi penambahan panas pada metabolism basal. kontrol
adaptif meliputi perubahan jangka panjang pada bulu dan insulasi
-
11
lapisan lemak subdermal (mungkin secara hormonal), dan
perrubahan kapasitas untuk control otonomik kehilangan panas
evaporative melalui keringat.
(3) Mekanisme dan control otonomik
Mekanisme otonomik seperti mempercepat metabolism simpanan
energi. Control otonomik aliran darah ke kulit Vertebrata
mempengaruhi perbedaan suhu, dan selanjutnya mempengaruhialiran
panas pada permukaan tubuh. Aktivasi otot pilorektor menentukan
tegaknya bulu dan rambut, yang selanjutnya menentukan keefektifan
insulasi. Berkeringat dan salvias selama terengah-engah
menyebabkan pendinginan evaporative (Soewolo. 2000).
B. Transfer Panas
Kecepatan transfer panas (kalori per jam) kedalam atau keluar
tubuh tergantung dari tiga faktor :
(1) Luas Permukaan
Luas permukaan per gram jaringan perbandingan terbalik dengan
peningkatan masa tubuh.Ini berarti bahwa hewan kecil memiliki
suatu aliran panas lebih tinggi perunit berat tubuh.
(2) Perbedaan Suhu
Makin dekat seekor hewan memelihara suhu tubuhnya ke suhu
lingkungan, makin sedikit panas akan mengalir ke dalam atau ke luar
tubuhnya.
(3) Konduktansi Panas spesifik permukaan tubuh hewan
Permukaan jaringan poikiloterm memiliki konduktansi panas yang
tinggi, sehingga hewan ini memiliki suhu tubuh mendekati suhu
lingkungan (kecuali apabila hewan berjemur di panas matahari).
Hewan homoioterm memiliki bulu, rambut, atau lapisan lemak
untuk mengurangi konduktansi permukaan tubuhnya, karena sifat
yang penting dari rambut dan bulu adalah menyerap dan menahan
panas jadi tidak merambatkan panas (Soewolo. 2000).
-
12
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan
adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang
berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm
mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam,
faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan
homoioterm adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-
suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang
menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar
tetap konstan. Contoh hewan homoioterm adalah bangsa burung dan
mamalia (Jamaria, 2012).
2.3 KLASIFIKASIKAN HEWAN BERDASARKAN KEMAMPUANNYA
UNTUK MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH YANG DI
MILIKINYA
A. Hewan Poikiloterm
Poikiloterm adalah hewan berdarah dingin. Arti kata poikiloterm
adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan
di sekitarnya. Suhu tubuh hewan poikiloterm dipengaruhi oleh lingkungan.
Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh
luar. Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu
di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas
yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit.
Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan
ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu
tempat) bila suhu lingkungan rendah.Hal yang menyebabkan hewan
tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya
adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara
darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum sempurnanya
-
13
katup pada jantung hewan tersebut. Hewan yang tergolong poikiloterm
antara lain, Pisces, Amphibi, Reptilia.
Pada hewan poikiloterm air, suhu tubuhnya sangat di tentukan oleh
keseimbangan konduktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu
tubuhnya mirip dengan suhu air. Hewan memproduksi panas internal
dengan metabolik, dan ini mungkin meningkatkan suhu tubuh diatas suhu
air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik
tidak memiliki insulin sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat
kecil(Soewolo,2000).
Pada hewan poikiloterm darat, misalnya katak, keong, dan
serangga, suhu tubuhnya dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan.
Input radiasi panas dari matahari atau sumber lain misalnya, mungkin
meningkatkan suhu tubuh di atas suhu udara lingkungan, dan penguapan
air melalui kulit dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa
derajat di bawah suhu lingkungan. Hewan darat dapat memelihara
keseimbangan suhu tubuh dengan mengurangi penguapan dan kehilangan
panas lewat konduksi dan memaksimalkan penambahan panas melalui
radiasi dan panas metabolik. Pada dasarnya sumber panas internal dan
eksternal dapat di lakukan dengan cara simultan, tetapi nampaknya
penggunaan sumber eksternal lebih ekonomis daripada metabolisme
(Soewolo,332:2000).
Cara adaptasi hewan ektoterm terhadap suhu sangat panas
dan suhu sangat dingin (ekstrem)
1. Adaptasi terhadap suhu sangat panas
Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan dan mengubah organ
metabolik agar dapat bekerja pada suhu tinggi (hewan gurun)
2. Adaptasi terhadap suhu sangat dingin
Menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuh untuk meningkatkan
konsentrasi osmotik, misalnya fruktosa dan gliserol (titik beku cairan
tubuh di turunkan hingga suhu di bawah 0).
Dalam lingkungan akuatik, pelepasan panas dilakukan secara
konveksi, misalnya bila lingkungan panas ikan berenang ke dasar perairan
-
14
atau bawah pepohonan, evaporasi katak yaitu dengan bersembunyi pada
bongkahan batu, evaporasi buaya dengan membuka mulut untuk
menguapkan panas tubuh.
Contoh:
Pisces
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok
vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari
27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok
paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya
ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk
lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800
spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras
(kelas Osteichthyes).
Air sebagai lingkungan hidup organisme air termasuk ikan relatif
tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara,
hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk
naik 1 C, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih
banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi
suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam. Sedangkan
organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang rendah.
Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya
penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain sebagai
berikut :
Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.
Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau)
terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan
turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan
perairan.
-
15
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari
telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap
proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta
suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap
jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu
memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b. Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
c. Penurunan gas (oksigen) terlarut
d. Efek pada proses reproduksi ikan
e. Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan.
Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-
ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25 C 32 C.
Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu
negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan
budi daya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika
dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu
perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan.
Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan
berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10 C suhu
perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme
akuatik sekitar 23 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme
akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organisme air yang
dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu 58 yang
mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5 C). Pada perairan
yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter
biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu.
Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi
dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada
kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion
yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu
-
16
relatif kecil (dari 32 C menjadi 28 C). Lapisan kedua disebut dengan
lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu
sangat tajam (dari 28 C menjadi 21 C). Lapisan ketiga disebut lapisan
hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini
perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi
karena masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang
mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang
kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu
yang tidak stabil.
Amphibi
Poikilotermis seperti amphibi memiliki pola regulasi suhu yang
cukup unik.Amphibi memiliki perubahan temperatur tubuh yang spesifik
sehubungan dengan lingkungannya.Kulit amphibi kendati tidak efektif
untuk regulasi fisiologis, namun memberikan proteksi dalam kondisi
ekstrim. Pada lingkungan yang kering dan panas, air akan hilang dari kulit
melalui evaporasi. Ketika berada di darat, kulit yang basah akan berfungsi
seperti termometer gelembung basah dan evaporasi yang konstan dari air
pada kulit akan menjaga suhu tubuh berada di bawah suhu lingkungan.
Umumnya amphibi sangat sensitif terhadap suhu tinggi dan karenanya
lebih rendah daya adaptasinya dibandingkan dengan reptil, burung dan
mamalia.Amphibi tidak dapat melawan suhu tinggi dari lingkungan
sekitarnya melalui mekanisme fisiologis.Akan tetapi, hewan tersebut
meregulasi temperatur tubuhnya melalui perubahan perilaku dan
aklimatisasi termal.
Aklimatisasi termal digunakan untuk perubahan temperatur yang
terjadi di alam, sedangkan aklimasi digunakan untuk istilah bagi
perubahan suhu yang dikondisikan di laboratorium.Perubahan iklim selalu
berasosiasi dengan perubahan laju metabolisme hewan. Jika hewan
dipelihara di lingkungan yang baru yang berbeda dari habitat aslinya,
mungkin hewan tersebut akan memperlihatkan perubahan-perubahan
spesifik untuk bertahan hidup atau bahkan mengalami kematian. Beberapa
poikilotermis memperlihatkan peningkatan mendadak dari laju
-
17
metabolismenya ketika suhu eksternal meningkat dan pada kondisi dingin
juga akan memperlihatkan penurunan yang tiba-tiba. Perubahan pada laju
metabolisme dideskripsikan sebagai kompensasi konsekuensi aklimatisasi.
Ketika hewan tersebut kembali ke kondisi temperatur normalnya, laju
reaksi tidak akan kembali ke level awal, tetapi mungkin akan lebih tinggi
atau lebih rendah sesuai dengan arah aklimatisasinya. Permasalahan
aklimatisasi termal telah menimbulkan pengaruh kompensasi suhu
terhadap laju metabolisme. Amphibi dapat mentolerir suhu tinggi sebagai
konsekuensi esensial dari aklimatisasinya.
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi
dengan cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya. Sedangkan secara
tingkah laku yang dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan
tanah yang dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan
ekstrim panas katak menggunakannya untuk memaksimalkan
reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang
dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan
sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur
tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi
katak dewasa yang baru.
Reptil
Seperti ikan dan amfibi, reptil adalah hewan ektotermik atau
poikiloterm. Semua reptile tidak terlalu termofilik, hanya dapat mencapai
fungsi utama merekaseperti bergerak, makan, dan reproduksi pada suhu
relatif tinggi. Variasi suhu yang terbatas menyebabkan perbedaan fungsi
fisiologi dari satu spesies dengan spesies lain (Cowles and Bogert, 1944;
Saint Girons and Saint Girons, 1956).
Perilaku termoregulasi bukanlah proses akhir, tetapi mekanisme
penting yang memungkinkan reptil untuk meningkatkan kinerja yaitu
kecepatan fisiologis berjalan, pertumbuhan, reproduksi dan pencernaan,
dengan memanfaatkan pola distribusi termal dilingkungan untuk mencapai
suhu fisiologis tubuh yang optimal. Konsep suhu optimum fisiologis
berhubungan dengan suhu tubuh yang sering reptil pilih, mengingat
-
18
berbagai zona termal lingkungan dari panas ke dingin. Ini dikenal sebagai
suhu tubuh yang disukai atau eccritic dan suhu pada proses fisiologis yang
dikatakan bekerja paling baik. Selain faktor ekologi, rentang suhu
optimum juga dapat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis hewan pada waktu
tertentu, misalnya pencernaan atau kondisi reproduksi.
Suhu mematikan sulit untuk didefinisikan dengan tepat, karena
tingkatan suhu ini tergantung pada waktu pemaparan. Suhu kritis lebih
mudah untuk ditentukan, karena lebih dibutuhkan dari sudut pandang
ekologi. Apabila reptile terkena suhu ini dan tidak mampu bergerak, maka
akan mengalami kematian. Suhu tubuh reptil di satu sisi bergantung pada
kalori yang didapat oleh radiasi matahari langsung atau terpapar dari
lingkungan, konduksi dari substrat dan secara konveksi dari udara. Di sisi
lain hal ini juga tergantung pada kalori yang hilang akibat radiasi,
konduksi, konveksi dan evaporasi. Jumlah energi yang diserap tergantung
pada spektrum energi radiasi yang jatuh pada hewan ini dan pada refleksi
atau pantulan dari integumen, hal ini juga dipengaruhi oleh luas
permukaan terekspos serta oleh orientasi hewan. Dua faktor yang terakhir
berada di bawah kendali hewan ini, dengan mengubah warna atau
reflektifitas integumen banyak spesies hewan ini dapat memodifikasi
spektrum serap. Tingkat pertukaran panas dengan konduksi jelas
tergantung padaluas permukaan yang bersentuhan dengan substrat dan
juga pada konduktivitas substrat tertentu, yang relatif tinggi untuk pasir
dan batu tapi cukup rendah untuk hewan yang hidup dihutan misalnyadi
mana substrat ditutupi dengan sampah (Joly danSaintGirons, 1975).
Reptile yang hidup di daerah lembab dengan gradient lingkungan
yang sangat kecil menyebabkan variasi suhu tubuh reptile sangat sedikit
antara suhu di siang hari dengan suhu di malam hari yaitu hanya sekitar
20sampai 25.Berbeda dengan reptile yang hidup di daerah yang memiliki
iklim yang lebih bervariasi, terutama di daerah gurun yang jarang terdapat
vegetasi penutup.Biasanya reptile ini memiliki termoregulasi yang luar
biasa. Misalnya contoh spesies reptile yang tinggal di daerah gurun yaitu
The Sahara viper Cerastes akan cara mengubur tubuhnya di pasir dengan
-
19
hanya memperlihatkan kepalanya, mampu mempertahankan suhu tubuh
antara 32 dan 33 disepanjang hari, meskipun faktanya variasi suhu udara
dan suhu permukaan tanah jauh berbeda(Joly dan Saint Girons, 1975).
Reptil terestrial, terutama yang hidup dipepohonan, miliki
lingkungan yang jauh lebih heterogen dari sudut pandang termal,
memanfaatkan radiasi terutama surya untuk meningkatkan suhu tubuh dan
melakukan berbagai cara untuk menghindari panas yang berlebihan.
Masalah utama bagi spesies hewan ini yang tinggal di daerah beriklim
sedang dan dingin adalah salah satunya yaitu pemanasan suhu tubuh. (Joly
dan Saint Girons, 1975).
Pada hewan poikilotermik darat, suhu tubuhnya dapat lebih
mendekati suhu udara lingkungan. Imput radiasi panas dari matahari atau
sumber lain misalnya, mungkin meningkatkan suhu tubuh diatas suhu
udara lingkungan, dan penguapan air melalui kulit dan organ respiratori
menekankan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan
(Soewolo. 2000). Lingkungan terrestrial suhu berubah dengan variasi
cukup besar (suhu siang dan malam sangat berbeda) dan hewan dapat
maksimal dalam menyerap panas matahari. Cara perolehan panas yaitu
dengan menyerap mengubah warna permukaan tubuh / menjadi gelap
(belalang, kumbang) berjemur/menghadap matahari (belalang, kumbang,
kadal). Sedangkan cara melepaskan panas yaitu orientasi tubuh menjauhi
sinar matahari dan memanjat pohon.
B. HewanHomeoterm
Hewan homeotermadalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari
produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari
metabolisme jaringan. Suhu tubuh hewan ini relatif konstan, tidak
terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya. Hal ini karena darah
bersih dan darah kotor pada hewan ini sudah tidak bercampur lagi karena
katup pada jantungnya sudah sempurna. Hewan yang tergolong
homeoterm ini antara lain, Aves dan Mamalia.
Kondisi homeoterm menyangkut keseimbangan yang serasi antara
dua faktor, yaitu; (1) produksi panas dan (2) kehilangan panas.Laju
-
20
produksi panas dan kehilangan panas pada hewan sangat bervariasi,
tergantung pada kondisi lingkungan (panas, dingin), aktivitasnya (diam,
aktif).Untuk memelihara keseimbangan suhu tersebut, hewam
homoeoterm melakukan regulasi kimiawi dan regulasi fisik.Regullasi
kimiawi menyangkut produksi panas metabolic sedangkan regulasi fisik
menyangkut kegiatan fisik untuk memodifikasi kehilangan panas
(Soewolo. 2000).
Cara yang dilakukan hewan homoetermik terhadap suhu
sangat pana dan sangat dingin (ekstrem)
1. Suhu ekstrem dingin
Hewan endotermik penurunan suhu mengakibatkan pusat
tubuhnya memproduksipanas tambahan, yang terdiri dari dua
yaitu termogenesis mengigil dan non mengigil. Hibernasi yaitu
penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan penurunan lain
mmetabolisme, dennyut jantung, respirasi dan lain-lain. Torpor
hampir sama dengan hibernasi tapi berlangsung beberapa jam
saja. Estivasi tidak aktif dalam musim panas.
2. Suhu ekstrem panas
Meningkatkan penguapan (keringat). Gular fluttering yaitu
gerakan menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat
untuk meningkatkan penguapan melalui saluran pernafasan
contoh anjing dan burung. Strategi hipertermik yaitu
menyimpan kelebihan panas metabolik dalam tubuh contoh
unta (Soewolo. 2000).
Vasodilatasi dan vasokontriksi mempengaruhi pertukaran panas
dan bisa juga mempengaruhi pertukaran panas dan juga perbedaan suhu di
dalam tubuh hewan. Aves yang hidup didarat biasanya bereaksi terhadap
dingin dengan menegakkan bulu sehingga bisa menyerap lapisan udara
diam yang lebih tebal lagi. Aves biasanya hidup ditempat dimana hewan
endotermik memerlukan pendinginan maupun penghangatan tubuh. Pada
cuaca yang panas, aves darat sangat mengandalkan pendinginan melalui
evaporasi. Panting atau menjulurkan lidah keluar adalah hal yang penting
-
21
pada sebagian aves dan beberapa aves mempunyai suatu kantung yang
banyak dialiri oleh pembuluh darah di dasar mulutnya serta mampu
mengembangkempiskan kantung itu akan meningkatkan evaporasi dari
aves tersebut (Isnaini, 2006).
Hewan homeoterm biasanya akan mempertahankan suhu tubuh
yang tinggi dan tetap aktif pada suhu luar yang dingin maupun hangat.
Aktivitas hewan poikiloterm menjadi berkurang pada suhu yang menurun.
Beberapa pengecualian ditemukan, misalnya pada kadal. Kadal yang
berjemur, suhunya bertahan tinggi (420C) bahkan lebih tinggi dari suhu
lingkungan. Untuk membedakan kadal dengan hewan homeoterm
digunakan istilah ektoterm dan endoterm.
Jika hewan homeoterm dihadapkan pada suhu lingkungan yang
ekstrem, maka tingkat aktivitas termoleguratori untuk memelihara
kekonstanan suhu tubuhnya meningkat sesuai dengan perubahan suhu
lingkungan yang ekstrem tadi. Pada suhu yang moderat, kecepatan basal
produksi panas seimbang dengan kehilangan panas kelingkungan.
Rentangna suhu moderat ini disebut zona suhu netral, hewan endoterm
dapat meregulasi suhu tubuhnya dengan mengatur kecepatan kehilangan
panas melalui pengaturan hantaran permukaan tubuh. Penyesuaian ini
termasuk respon-respon seperti respon vasomotor, perubahan postur
tubuh, regulasi pilomotor dan keefektivan insulasi bulu dan rambut. Dalam
rentangan suhu ini, bulu dan rambut ditegakkan oleh otot pilomotor dalam
kulit untuk menyediakan lapisan udara tenang yang tebal dan pada ujung
atas rentangan suhu ini, bulu dan rambut ditempelkan ke kulit.
Bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon
dengan berbagai refleks yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh
darah dikulit akan menyempit, rambut dan bulu dapat berdiri, dan hewan
akan mempersempit permukaan tubuhnya yang bersinggungan dengan
udara, misalnya dengan menekuk tubuhnya, menyembunyikan anggota
tubuhnya.
Contoh :
1. Mammalia
-
22
Tikus yang di aklimasikan pada suhu 30, pemanasan dengan
bergerak dapat mengganti termogenesis mengigil sebagai sumber
panas pada suhu lingkungan di atas 10, tetapi pada suhu di bawah
10, jumlah panas yang di produksi terus menerus melalui pemanasan
(gerak badan), tidak cukup mengganti panas yang hilang, sehingga
menghasilkan keadaan hiportemia. Namun bila hewna di aklimasikan
pada suhu 6, tingkat termogenesis non-menggigil akan meningkat
secara nyata dan menekan pemanasan, dapat mengganti mengigil
sebagai suatu sumber panas suhu lingkungan serendah-20.
2. Serangga
Pada suhu ekstrem terlalu dingin serangga menggigil dengan
menggunakan kontraksi otot untuk membebaskan panas. Sebagai
respon terhadap penurunan suhu, sistem saraf mengaktifkan unit-unit
motor kelompok otot rangka antagonistik, sehingga terjadi gerakan
mengigil yang menghasilkan panas. Aktivasi otot menyebabkan ATP
dihidrolisis untuk menghasilkan energi untuk kontraksi. Mengigil tidak
menghasilkan kerja fisik, tetapi menghasilkan energi kimia yang di
bebaskan selama kontraksi dengan wujud panas (Soewolo. 2000).
Penukaran panas lawan arus
Sistem penukar lawan arus memerangkap panas didalam inti tubuh
sehingga mengurangi kehilangan panas dari ekstremitas, terutama
ketika hewan terendam dalam air dingin atau saat bersentuhan dengan
es atau salju. Pada dasarnya panas di dalam darah arteri yang keluar
dari inti tubuh di transfer secara langsung ke darah vena yang kembali
ke inti tubuh, bukan hilang ke lingkungan (Campbell,18:2004).
-
23
C. HewanHeteroterm
Heterotermik adalah hewan yang mampu memproduksi panas
endotermik dalam berbagai tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi suhu
tubuh dalam rentangan yang pendek.Golongan hewan heterotermik
misalnya insekta tertentu. Heterotermik dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu:
Heterotermik temporal
Heterotermik temporal merupakan suatu kategori yang luas, dimana
suhu tubuh hewan dapat berbeda sekali setiap saat.Misalnya terdapat pada
kebanyakan serangga terbang, phyton dan beberapa ikan, yang dapat
meningkatkan suhu tubuh diatas suhu lingkungan dengan sifat panas yang
dibangkitkan sebagai suatu hasil yang melibatkan aktifitas otot.Beberapa
serangga mempersiapkan terbang dengan pemanasam otot-otot terbangnya
beberapa saat sebelum terbang. Termogenesis sebelum terbang ini
dilakukan dengan menggetarkan daerah toraks, dengan cara ini suhu
-
24
terbang dapat ditingkatkan misalnya Monotremata seperti Echidna,
mamalia (unta), aves (hummingbirds) (Soewolo. 2000).
Heterotermik regional
Heterotermik regional sebenarnya adalah poikilotermik, seprti
teleostei besar yang dapat mencapai suhu tubuh dalam (suhu jaringan
dalam) cukup tinggi melalui aktivitas otot, sementara jaringan periveral
dan ekstremitas mendekati suhu lingkungan.Misalnya ikan hiu, tuna
serangga terbang dan contoh khususnya adalah skroktum beberapa
mamalia. Skrotum beberapa mamalia yang menggantungi tetes di luar
tubuhnya, sehingga membuat skrotum bersuhu lebih rendah dari bagian
tubuh yang lain. Skrotum mengkerut pada saat dingin dan mengembang
pada saat panas., hal ini bertujuan untuk melindungi Overheating
testes yang dapat berpengaruh jelek terhadap produksi sperma (Soewolo.
2000).
-
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh didalam suhu kisaran yang
membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien. Sebagian besar hewan
dapat bertahan hidup menghadapi fruktuasi lingkungan ekstenal yang lebih
ekstrim dibandingkan dengan keadaan yang sangat ditolerir oleh setiap
individu selnya. suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran
hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan.
2. Pengaruh termoregulasi pada hewan sangatlah penting di karenakan untuk
dapat bertahan hidup hewan haruslah mampu menjaga suhu tubuhnya
tetap dalam keadaan normal dengan cara termoregulasi. Suhu tubuh hewan
tergantung pada keseimbangan antara cara yang cenderung menambah
panas dan cara yang cenderung mengurangi panas. Cara hewan menambah
panas dengan cara : mekanisme dan control tingkah laku, mekanisme dan
control otonomik, mekanisme dan control adaptif atau aklimatisasi.
Sedangkan cara hewan kehilangan panas, yaitu : Konduksi, Konveksi,
Radiasi Panas, Penguapan Air atau Kondensasi Air.
3. Beberapa hewan memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu
tubuh, dibagi menjadi tiga kategori : termoregulasi pada hewan
poikiloterm yaitu suhu intern hewan sesuai dengan suhu lingkungan
contohnya reptil, amphibi, dan pisces, termoregulasi pada hewan
homoeoterm yaitu hewan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dari
perubahan suhu lingkungan contohnya mamalia dan aves, termoregulasi
pada hewan heteroterm yaitu hewan pada saat tertentu bersifat
poikiloterm, dan saat tertentu bersifat homoeoterm contohnya insekta.
-
26
3.2 Saran
Mudah-mudahan dari makalah yang kami buat pembaca mampu
memahami termoregulasi dan untuk menambah pemahaman dapat
membaca buku refensi lain.
-
27
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3.Jakarta: Penerbit Erlangga
Cowles, R. B., and Bogert, C. M., 1944: A preliminary study of the thermal
requirements of desert Reptiles. Bull. Amer. Mus. Nat. Hist. 83: 261-296
Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press
Duke, NH. 1985.The Physiology of Domestic Animal.Comstock Publishing. New
York
Isnaini. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka Press
Jamaria. 2012.Termoregulasi pada Hewan. Makassar: Universitas Hasanuddin
Joly, J., and Saint Girons, H., 1975: Influence de la temprature sur la vitesse de
la spermatogense, la dure de l'activit spermatogentique et l'volution
des caractres sexuels secondaires du Lzard des murailles, Lacerta
muralis L. (Reptilia, Lacertidae). Arch. Anat. micr. 64: 317-336
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan Nasional:
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No.3979
Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. Malang: UMM Press