termoregulasi

Upload: marisanti-marchantia-geminata

Post on 09-Jan-2016

149 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Fisiologi Hewan oleh Kelompok 1

TRANSCRIPT

  • TERMOREGULASI

    (Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan)

    Oleh

    Kelompok 1 :

    1. Rose Lolita (130210103027)

    2. Gerda Permata Aji (130210103074)

    3. Heny Lusianan (130210103044)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

    memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

    makalah ini dengan judul Termoregulasi tepat pada waktunya.

    Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi

    Hewan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan

    kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh

    keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat

    mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini.

    Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan

    manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

    Jember, 05 September 2015

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

    Daftar Isi................................................................................................................. iii

    BAB 1 ..................................................................................................................... 4

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

    1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

    BAB II ..................................................................................................................... 6

    PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

    2.1 DEFINISI TERMOREGULASI ............................................................... 6

    2.2 PENGARUH TERMOREGULASI PADA HEWAN .............................. 7

    2.3 KLASIFIKASIKAN HEWAN BERDASARKAN KEMAMPUANNYA

    UNTUK MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH YANG DI MILIKINYA . 12

    BAB III ................................................................................................................. 25

    PENUTUP ............................................................................................................. 25

    3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25

    3.2 Saran ....................................................................................................... 26

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

  • 4

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Setiap spesies hewan memiliki kisaran suhu optimal. Beberapa hewan

    dapat bertahan hidup menghadapi fluktuasi lingkungan eksternal yang lebih

    ekstrem dibandingkan dengan keadaan yang dapat ditolerir oleh setiap individu

    selnya. Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal

    seekor hewan.Setiap species hewan yang berbeda telah diadaptasikan terhadap

    kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang

    optimum.Di dalam kisaran tersebut, banyak hewan dapat mempertahankan suhu

    internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya berfluktuasi.Termoregulasi

    membantu menjaga suhu tubuh di dalam kisaran optimal tersebut, sehingga sel sel

    dapat berfungsi secara efektif meskipun suhu eksternal berfluktuasi.

    Termoregulasi adalah proses penjagaan suhu internal hewan dalam kisaran yang

    dapat di toleransi (Campbell, et al. 2004).

    Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan, dan

    selanjutnya menentukan aktivitas hewan.Berdasarkan pengaruh suhu terhadap

    lingkungan hewan dibagi menjadi 3 golongan yaitu poikilotermik berdarah

    dingin, homoiotermik berdarah panas dan heterotermik pada saat tertentu

    bersifat poikilotermik dan pada saat lain bersifat homoiotermik, yang termasuk

    golongan hewan poikilotermik adalah bangsa ikan, reptil, amphibi dan

    serangga.Golongan hewan homoiotermik adalah bangsa aves dan mamalia

    sedangkan heterotermik misalnya insekta tertentu (Soewolo. 2000).

    Dari uraian yang telah di sampaikan di atas, kita sebagai mahasiswa

    pendidikan biologi harus memperdalam pengetahuan kita mengenai termoregulasi

    dan hubungannya dengan hewan dalam mata kuliah fisiologi hewan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Apa yang dimaksud dengan termoregulasi?

    Bagaimanakah pengaruh termoregulasi pada hewan?

  • 5

    Ada berapakah klasifikasi hewan berdasarkan kemampuannya untuk

    mempertahankan suhu tubuh?

    1.3 Tujuan

    Untuk mengetahui pengertian termoregulasi

    Untuk mengetahui bagaimana pengaruh termoregulasi pada hewan

    Untuk mengetahui penggolongan atau pengklasifikasian hewan

    berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh

  • 6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 DEFINISI TERMOREGULASI

    Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh didalam suhu

    kisaran yang membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien. Sebagian

    besar hewan dapat bertahan hidup menghadapi fruktuasi lingkungan ekstenal

    yang lebih ekstrim dibandingkan dengan keadaan yang sangat ditolerir oleh

    setiap individu selnya.Meskipun spesies hewan yang berbeda telah

    diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan

    mempunyai kisaran suhu yang optimum.Didalam kisaran tersebut banyak

    hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu

    eksternalnya berfruktuasi (Campbell, 2004).

    Menurut Soewolo (2000) suhu merupakan salah satu faktor

    pembatas penyebaran hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan.

    Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar di bandingkan dengan

    rentangan penyebaran aktivitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -

    70- +85. Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan

    sekitar 0-40. Kebanyakan hewan dalam rentangan sempit.

    Berdasarkan pengaruh suhu terhadap lingkungan hewan dibagi

    menjadi 3 golongan yaitu poikilotermik berdarah dingin, homoiotermik

    berdarah panas dan heterotermik pada saat tertentu bersifat

    poikilotermik dan pada saat lain bersifat homoiotermik, yang termasuk

    golongan hewan poikilotermik adalah bangsa ikan, reptil, amphibi dan

    serangga.Golongan hewan homoiotermik adalah bangsa aves dan mamalia

    sedangkan heterotermik misalnya insekta tertentu.

    Strategi untuk mengurangi laju metabolisme dan temperature

    badan akibat udara dingin harus dilakukan hewan untuk mengatur

    pengurangan temperature badan karena perbuatan temperature.Banyak

    binatang yang mempertahankan dingin dan sangat dingin melalui gerakan

    yang lambat (Sukarsono, 2009).

  • 7

    2.2 PENGARUH TERMOREGULASI PADA HEWAN

    Pengaruh termoregulasi sangatlah banyak bagi hewan, suhu sangat

    penting bagi kehidupan makhluk hidup. Suhu tubuh yang konstan (tidak

    banyak berubah) sangat dibutuhkan oleh hewan, karena reaksi enzimatis,

    Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme (perubahan

    suhu berpengaruh terhadap energi kinetik molekul zat), Aktivitas

    metabolisme bergantung pada kemampuan untuk mempertahankan suhu yang

    sesuai pada tubuhnya. Suhu sel yang mengalami metabolisme akan lebih

    tinggi dari pada suhu mediumnya, karena oksidasi dan glikolisis

    membebaskan panas. Suhu tubuh hewan tergantung pada keseimbangan

    antara cara yang cenderung menambah panas dan cara yang cenderung

    mengurangi panas (Soewolo. 2000).

    Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan

    internal seekor hewan. Sebagai contoh, laju respirasi seluler meningkat

    seiring peningkatan suhu sampai titik tertentu dan kemudian menurun ketika

    suhu itu sudah cukup tinggi sehingga mulai mendenaturasi enzim. Sifat-sifat

    membran juga berubah dengan perubahan suhu. Seekor hewan endotermik

    memanaskan tubuhnya terutama dengan cara menyerap panas dari

    sekelilingnya. Jumlah panas ini diperoleh dari metabolismenya sendiri

    umumnya dapat diabaikan, sebaliknya seekor hewan endotermik

    mendapatkan sebagian besar atau semua panas tubuhnya dari metabolisme

    tubuhnya sendiri (Campbell,2004).

    Hal ini juga sesuai dengan Hukum Toleransi Shelford yang

    berbunyi bahwa setiap organisme mempunyai suatu minimum dan

    maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran

    toleransi organism itu terhadap kondisi faktor lingkungannya. Apabila

    organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yang mendekati

    batas kisaran toleransinya, maka organisme akan mengalami keadaan

    kecaman stress fisiologis. Dengan perkataan lain organisme berada dalam

    kondisi kritis berupa hipotermia suhu rendah, sedang pada suhu ekstrim

    tinggi akan mengakibatkan gejala hipertermia. Apabila kondisi lingkungan

    suhu yang mendekati batas-batas kisaran toleransi hewan itu berlangsung

  • 8

    lama dan tidak segera berubah menjadi baik, maka hewan itu akan mati

    (Dharmawan, 2005).

    Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua

    golongan,yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya

    dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi

    dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan

    berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas

    (Dukes, 1985).

    Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu

    tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi

    dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses

    radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi

    menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah

    bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang

    suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya (Guyton,

    1987).

    Hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya

    reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Interaksi panas

    hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu tubuh

    meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh

    panas melalui :

    1. Konduksi

    Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling

    bersentuhan. Panas mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda

    bersuhulebih rendah. Dipengaruhi oleh:

    a. Luas permukaan benda yang saling bersentuhan.

    b. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut.

    Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas

    yangdimiliki suatu benda) dari kedua benda.Mamalia dan Aves:

    Konduktivitasnya rendah.

    Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu.

  • 9

    Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke

    benda lain yang bersentuhan dengannya.

    2. Konveksi

    Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir

    (fluida)yang bergerak.Proses Konveksi:

    a. Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal.

    b. Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida

    disekeliling tubuh ditingkatkan.

    c. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara

    panas bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan

    menjadi lebih panas juga.

    3. Radiasi

    Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan

    misalnya pada proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.

    Frekuensi dan Intensitas Radiasi:

    a. Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin

    tinggisuhu benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula

    intensitasradiasinya.

    b. Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi

    dengan baik.

    c. Berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau

    memperoleh panas tubuh.

    4. Evaporasi

    Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya

    padamekanisme ekskresi kelenjar keringat. Evaporasi:

    a. Cara penting untuk melepaskan panas tubuh.

    b. Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas,

    penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah

    (padaanjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya).

    c. Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit,

    selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan

    mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh

  • 10

    pun turun.Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap

    perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin,

    mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan

    perubahan hormon-hormon yang terlibatdi dalamnya, sehingga

    meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal padalebah

    madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok

    dalamsarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu

    menghasilkan panas di dalam sarangnya. Beberapa adaptasi hewan

    untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan

    rambut pada burung dan mamalia, otot, danmodifikasi sistim sirkulasi

    di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagiankulit dan counter

    current heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi

    kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam

    hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi

    ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan

    suhu tubuh. Gajah di daerah tropisuntuk menurunkan suhu tubuh

    dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia

    menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam

    termoregulasi.

    Mekanisme yang mempengaruhi kecepatan produksi panas tubuh dapat

    diklasifikasikan menjadi:

    A. Produsi Panas

    (1) Mekanisme dan control tingkah laku

    Mekanisme tingkah laku seperti latihan ringan (pemanasan).

    Bergerak ke lingkungan yang suhunya mendekati suhu optimum.

    Misalnya kadal berjemur untuk memanaskan tubuhnya.Hewan juga

    mengkontrol luas permukaan tubuhnya yang memungkinkan

    pertukaran panas dengan menyesuaikan postur tubuhnya.

    (2) Mekanisme dan control adaptif atau aklimatisasi

    Mekanisme adaptif lebih lamban daripada dua proses yang lain, yaitu

    memproduksi penambahan panas pada metabolism basal. kontrol

    adaptif meliputi perubahan jangka panjang pada bulu dan insulasi

  • 11

    lapisan lemak subdermal (mungkin secara hormonal), dan

    perrubahan kapasitas untuk control otonomik kehilangan panas

    evaporative melalui keringat.

    (3) Mekanisme dan control otonomik

    Mekanisme otonomik seperti mempercepat metabolism simpanan

    energi. Control otonomik aliran darah ke kulit Vertebrata

    mempengaruhi perbedaan suhu, dan selanjutnya mempengaruhialiran

    panas pada permukaan tubuh. Aktivasi otot pilorektor menentukan

    tegaknya bulu dan rambut, yang selanjutnya menentukan keefektifan

    insulasi. Berkeringat dan salvias selama terengah-engah

    menyebabkan pendinginan evaporative (Soewolo. 2000).

    B. Transfer Panas

    Kecepatan transfer panas (kalori per jam) kedalam atau keluar

    tubuh tergantung dari tiga faktor :

    (1) Luas Permukaan

    Luas permukaan per gram jaringan perbandingan terbalik dengan

    peningkatan masa tubuh.Ini berarti bahwa hewan kecil memiliki

    suatu aliran panas lebih tinggi perunit berat tubuh.

    (2) Perbedaan Suhu

    Makin dekat seekor hewan memelihara suhu tubuhnya ke suhu

    lingkungan, makin sedikit panas akan mengalir ke dalam atau ke luar

    tubuhnya.

    (3) Konduktansi Panas spesifik permukaan tubuh hewan

    Permukaan jaringan poikiloterm memiliki konduktansi panas yang

    tinggi, sehingga hewan ini memiliki suhu tubuh mendekati suhu

    lingkungan (kecuali apabila hewan berjemur di panas matahari).

    Hewan homoioterm memiliki bulu, rambut, atau lapisan lemak

    untuk mengurangi konduktansi permukaan tubuhnya, karena sifat

    yang penting dari rambut dan bulu adalah menyerap dan menahan

    panas jadi tidak merambatkan panas (Soewolo. 2000).

  • 12

    Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan

    adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh.

    Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang

    berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm

    mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,

    faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam,

    faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan

    homoioterm adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-

    suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan

    sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang

    menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar

    tetap konstan. Contoh hewan homoioterm adalah bangsa burung dan

    mamalia (Jamaria, 2012).

    2.3 KLASIFIKASIKAN HEWAN BERDASARKAN KEMAMPUANNYA

    UNTUK MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH YANG DI

    MILIKINYA

    A. Hewan Poikiloterm

    Poikiloterm adalah hewan berdarah dingin. Arti kata poikiloterm

    adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan

    di sekitarnya. Suhu tubuh hewan poikiloterm dipengaruhi oleh lingkungan.

    Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh

    luar. Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu

    di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas

    yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit.

    Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan

    ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu

    tempat) bila suhu lingkungan rendah.Hal yang menyebabkan hewan

    tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya

    adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara

    darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum sempurnanya

  • 13

    katup pada jantung hewan tersebut. Hewan yang tergolong poikiloterm

    antara lain, Pisces, Amphibi, Reptilia.

    Pada hewan poikiloterm air, suhu tubuhnya sangat di tentukan oleh

    keseimbangan konduktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu

    tubuhnya mirip dengan suhu air. Hewan memproduksi panas internal

    dengan metabolik, dan ini mungkin meningkatkan suhu tubuh diatas suhu

    air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik

    tidak memiliki insulin sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat

    kecil(Soewolo,2000).

    Pada hewan poikiloterm darat, misalnya katak, keong, dan

    serangga, suhu tubuhnya dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan.

    Input radiasi panas dari matahari atau sumber lain misalnya, mungkin

    meningkatkan suhu tubuh di atas suhu udara lingkungan, dan penguapan

    air melalui kulit dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa

    derajat di bawah suhu lingkungan. Hewan darat dapat memelihara

    keseimbangan suhu tubuh dengan mengurangi penguapan dan kehilangan

    panas lewat konduksi dan memaksimalkan penambahan panas melalui

    radiasi dan panas metabolik. Pada dasarnya sumber panas internal dan

    eksternal dapat di lakukan dengan cara simultan, tetapi nampaknya

    penggunaan sumber eksternal lebih ekonomis daripada metabolisme

    (Soewolo,332:2000).

    Cara adaptasi hewan ektoterm terhadap suhu sangat panas

    dan suhu sangat dingin (ekstrem)

    1. Adaptasi terhadap suhu sangat panas

    Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan dan mengubah organ

    metabolik agar dapat bekerja pada suhu tinggi (hewan gurun)

    2. Adaptasi terhadap suhu sangat dingin

    Menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuh untuk meningkatkan

    konsentrasi osmotik, misalnya fruktosa dan gliserol (titik beku cairan

    tubuh di turunkan hingga suhu di bawah 0).

    Dalam lingkungan akuatik, pelepasan panas dilakukan secara

    konveksi, misalnya bila lingkungan panas ikan berenang ke dasar perairan

  • 14

    atau bawah pepohonan, evaporasi katak yaitu dengan bersembunyi pada

    bongkahan batu, evaporasi buaya dengan membuka mulut untuk

    menguapkan panas tubuh.

    Contoh:

    Pisces

    Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang

    hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok

    vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari

    27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok

    paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya

    ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk

    lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800

    spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras

    (kelas Osteichthyes).

    Air sebagai lingkungan hidup organisme air termasuk ikan relatif

    tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara,

    hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk

    naik 1 C, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih

    banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi

    suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam. Sedangkan

    organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang rendah.

    Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya

    penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain sebagai

    berikut :

    Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.

    Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.

    Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau)

    terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan

    turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan

    perairan.

  • 15

    Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari

    telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap

    proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta

    suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap

    jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu

    memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :

    a. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu

    b. Peningkatan aktivitas metabolisme ikan

    c. Penurunan gas (oksigen) terlarut

    d. Efek pada proses reproduksi ikan

    e. Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan.

    Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-

    ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25 C 32 C.

    Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu

    negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan

    budi daya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika

    dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu

    perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan.

    Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan

    berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10 C suhu

    perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme

    akuatik sekitar 23 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme

    akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organisme air yang

    dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu 58 yang

    mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5 C). Pada perairan

    yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter

    biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu.

    Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi

    dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada

    kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion

    yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu

  • 16

    relatif kecil (dari 32 C menjadi 28 C). Lapisan kedua disebut dengan

    lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu

    sangat tajam (dari 28 C menjadi 21 C). Lapisan ketiga disebut lapisan

    hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini

    perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi

    karena masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang

    mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang

    kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu

    yang tidak stabil.

    Amphibi

    Poikilotermis seperti amphibi memiliki pola regulasi suhu yang

    cukup unik.Amphibi memiliki perubahan temperatur tubuh yang spesifik

    sehubungan dengan lingkungannya.Kulit amphibi kendati tidak efektif

    untuk regulasi fisiologis, namun memberikan proteksi dalam kondisi

    ekstrim. Pada lingkungan yang kering dan panas, air akan hilang dari kulit

    melalui evaporasi. Ketika berada di darat, kulit yang basah akan berfungsi

    seperti termometer gelembung basah dan evaporasi yang konstan dari air

    pada kulit akan menjaga suhu tubuh berada di bawah suhu lingkungan.

    Umumnya amphibi sangat sensitif terhadap suhu tinggi dan karenanya

    lebih rendah daya adaptasinya dibandingkan dengan reptil, burung dan

    mamalia.Amphibi tidak dapat melawan suhu tinggi dari lingkungan

    sekitarnya melalui mekanisme fisiologis.Akan tetapi, hewan tersebut

    meregulasi temperatur tubuhnya melalui perubahan perilaku dan

    aklimatisasi termal.

    Aklimatisasi termal digunakan untuk perubahan temperatur yang

    terjadi di alam, sedangkan aklimasi digunakan untuk istilah bagi

    perubahan suhu yang dikondisikan di laboratorium.Perubahan iklim selalu

    berasosiasi dengan perubahan laju metabolisme hewan. Jika hewan

    dipelihara di lingkungan yang baru yang berbeda dari habitat aslinya,

    mungkin hewan tersebut akan memperlihatkan perubahan-perubahan

    spesifik untuk bertahan hidup atau bahkan mengalami kematian. Beberapa

    poikilotermis memperlihatkan peningkatan mendadak dari laju

  • 17

    metabolismenya ketika suhu eksternal meningkat dan pada kondisi dingin

    juga akan memperlihatkan penurunan yang tiba-tiba. Perubahan pada laju

    metabolisme dideskripsikan sebagai kompensasi konsekuensi aklimatisasi.

    Ketika hewan tersebut kembali ke kondisi temperatur normalnya, laju

    reaksi tidak akan kembali ke level awal, tetapi mungkin akan lebih tinggi

    atau lebih rendah sesuai dengan arah aklimatisasinya. Permasalahan

    aklimatisasi termal telah menimbulkan pengaruh kompensasi suhu

    terhadap laju metabolisme. Amphibi dapat mentolerir suhu tinggi sebagai

    konsekuensi esensial dari aklimatisasinya.

    Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi

    dengan cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya. Sedangkan secara

    tingkah laku yang dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan

    tanah yang dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan

    ekstrim panas katak menggunakannya untuk memaksimalkan

    reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang

    dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan

    sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur

    tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi

    katak dewasa yang baru.

    Reptil

    Seperti ikan dan amfibi, reptil adalah hewan ektotermik atau

    poikiloterm. Semua reptile tidak terlalu termofilik, hanya dapat mencapai

    fungsi utama merekaseperti bergerak, makan, dan reproduksi pada suhu

    relatif tinggi. Variasi suhu yang terbatas menyebabkan perbedaan fungsi

    fisiologi dari satu spesies dengan spesies lain (Cowles and Bogert, 1944;

    Saint Girons and Saint Girons, 1956).

    Perilaku termoregulasi bukanlah proses akhir, tetapi mekanisme

    penting yang memungkinkan reptil untuk meningkatkan kinerja yaitu

    kecepatan fisiologis berjalan, pertumbuhan, reproduksi dan pencernaan,

    dengan memanfaatkan pola distribusi termal dilingkungan untuk mencapai

    suhu fisiologis tubuh yang optimal. Konsep suhu optimum fisiologis

    berhubungan dengan suhu tubuh yang sering reptil pilih, mengingat

  • 18

    berbagai zona termal lingkungan dari panas ke dingin. Ini dikenal sebagai

    suhu tubuh yang disukai atau eccritic dan suhu pada proses fisiologis yang

    dikatakan bekerja paling baik. Selain faktor ekologi, rentang suhu

    optimum juga dapat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis hewan pada waktu

    tertentu, misalnya pencernaan atau kondisi reproduksi.

    Suhu mematikan sulit untuk didefinisikan dengan tepat, karena

    tingkatan suhu ini tergantung pada waktu pemaparan. Suhu kritis lebih

    mudah untuk ditentukan, karena lebih dibutuhkan dari sudut pandang

    ekologi. Apabila reptile terkena suhu ini dan tidak mampu bergerak, maka

    akan mengalami kematian. Suhu tubuh reptil di satu sisi bergantung pada

    kalori yang didapat oleh radiasi matahari langsung atau terpapar dari

    lingkungan, konduksi dari substrat dan secara konveksi dari udara. Di sisi

    lain hal ini juga tergantung pada kalori yang hilang akibat radiasi,

    konduksi, konveksi dan evaporasi. Jumlah energi yang diserap tergantung

    pada spektrum energi radiasi yang jatuh pada hewan ini dan pada refleksi

    atau pantulan dari integumen, hal ini juga dipengaruhi oleh luas

    permukaan terekspos serta oleh orientasi hewan. Dua faktor yang terakhir

    berada di bawah kendali hewan ini, dengan mengubah warna atau

    reflektifitas integumen banyak spesies hewan ini dapat memodifikasi

    spektrum serap. Tingkat pertukaran panas dengan konduksi jelas

    tergantung padaluas permukaan yang bersentuhan dengan substrat dan

    juga pada konduktivitas substrat tertentu, yang relatif tinggi untuk pasir

    dan batu tapi cukup rendah untuk hewan yang hidup dihutan misalnyadi

    mana substrat ditutupi dengan sampah (Joly danSaintGirons, 1975).

    Reptile yang hidup di daerah lembab dengan gradient lingkungan

    yang sangat kecil menyebabkan variasi suhu tubuh reptile sangat sedikit

    antara suhu di siang hari dengan suhu di malam hari yaitu hanya sekitar

    20sampai 25.Berbeda dengan reptile yang hidup di daerah yang memiliki

    iklim yang lebih bervariasi, terutama di daerah gurun yang jarang terdapat

    vegetasi penutup.Biasanya reptile ini memiliki termoregulasi yang luar

    biasa. Misalnya contoh spesies reptile yang tinggal di daerah gurun yaitu

    The Sahara viper Cerastes akan cara mengubur tubuhnya di pasir dengan

  • 19

    hanya memperlihatkan kepalanya, mampu mempertahankan suhu tubuh

    antara 32 dan 33 disepanjang hari, meskipun faktanya variasi suhu udara

    dan suhu permukaan tanah jauh berbeda(Joly dan Saint Girons, 1975).

    Reptil terestrial, terutama yang hidup dipepohonan, miliki

    lingkungan yang jauh lebih heterogen dari sudut pandang termal,

    memanfaatkan radiasi terutama surya untuk meningkatkan suhu tubuh dan

    melakukan berbagai cara untuk menghindari panas yang berlebihan.

    Masalah utama bagi spesies hewan ini yang tinggal di daerah beriklim

    sedang dan dingin adalah salah satunya yaitu pemanasan suhu tubuh. (Joly

    dan Saint Girons, 1975).

    Pada hewan poikilotermik darat, suhu tubuhnya dapat lebih

    mendekati suhu udara lingkungan. Imput radiasi panas dari matahari atau

    sumber lain misalnya, mungkin meningkatkan suhu tubuh diatas suhu

    udara lingkungan, dan penguapan air melalui kulit dan organ respiratori

    menekankan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan

    (Soewolo. 2000). Lingkungan terrestrial suhu berubah dengan variasi

    cukup besar (suhu siang dan malam sangat berbeda) dan hewan dapat

    maksimal dalam menyerap panas matahari. Cara perolehan panas yaitu

    dengan menyerap mengubah warna permukaan tubuh / menjadi gelap

    (belalang, kumbang) berjemur/menghadap matahari (belalang, kumbang,

    kadal). Sedangkan cara melepaskan panas yaitu orientasi tubuh menjauhi

    sinar matahari dan memanjat pohon.

    B. HewanHomeoterm

    Hewan homeotermadalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari

    produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari

    metabolisme jaringan. Suhu tubuh hewan ini relatif konstan, tidak

    terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya. Hal ini karena darah

    bersih dan darah kotor pada hewan ini sudah tidak bercampur lagi karena

    katup pada jantungnya sudah sempurna. Hewan yang tergolong

    homeoterm ini antara lain, Aves dan Mamalia.

    Kondisi homeoterm menyangkut keseimbangan yang serasi antara

    dua faktor, yaitu; (1) produksi panas dan (2) kehilangan panas.Laju

  • 20

    produksi panas dan kehilangan panas pada hewan sangat bervariasi,

    tergantung pada kondisi lingkungan (panas, dingin), aktivitasnya (diam,

    aktif).Untuk memelihara keseimbangan suhu tersebut, hewam

    homoeoterm melakukan regulasi kimiawi dan regulasi fisik.Regullasi

    kimiawi menyangkut produksi panas metabolic sedangkan regulasi fisik

    menyangkut kegiatan fisik untuk memodifikasi kehilangan panas

    (Soewolo. 2000).

    Cara yang dilakukan hewan homoetermik terhadap suhu

    sangat pana dan sangat dingin (ekstrem)

    1. Suhu ekstrem dingin

    Hewan endotermik penurunan suhu mengakibatkan pusat

    tubuhnya memproduksipanas tambahan, yang terdiri dari dua

    yaitu termogenesis mengigil dan non mengigil. Hibernasi yaitu

    penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan penurunan lain

    mmetabolisme, dennyut jantung, respirasi dan lain-lain. Torpor

    hampir sama dengan hibernasi tapi berlangsung beberapa jam

    saja. Estivasi tidak aktif dalam musim panas.

    2. Suhu ekstrem panas

    Meningkatkan penguapan (keringat). Gular fluttering yaitu

    gerakan menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat

    untuk meningkatkan penguapan melalui saluran pernafasan

    contoh anjing dan burung. Strategi hipertermik yaitu

    menyimpan kelebihan panas metabolik dalam tubuh contoh

    unta (Soewolo. 2000).

    Vasodilatasi dan vasokontriksi mempengaruhi pertukaran panas

    dan bisa juga mempengaruhi pertukaran panas dan juga perbedaan suhu di

    dalam tubuh hewan. Aves yang hidup didarat biasanya bereaksi terhadap

    dingin dengan menegakkan bulu sehingga bisa menyerap lapisan udara

    diam yang lebih tebal lagi. Aves biasanya hidup ditempat dimana hewan

    endotermik memerlukan pendinginan maupun penghangatan tubuh. Pada

    cuaca yang panas, aves darat sangat mengandalkan pendinginan melalui

    evaporasi. Panting atau menjulurkan lidah keluar adalah hal yang penting

  • 21

    pada sebagian aves dan beberapa aves mempunyai suatu kantung yang

    banyak dialiri oleh pembuluh darah di dasar mulutnya serta mampu

    mengembangkempiskan kantung itu akan meningkatkan evaporasi dari

    aves tersebut (Isnaini, 2006).

    Hewan homeoterm biasanya akan mempertahankan suhu tubuh

    yang tinggi dan tetap aktif pada suhu luar yang dingin maupun hangat.

    Aktivitas hewan poikiloterm menjadi berkurang pada suhu yang menurun.

    Beberapa pengecualian ditemukan, misalnya pada kadal. Kadal yang

    berjemur, suhunya bertahan tinggi (420C) bahkan lebih tinggi dari suhu

    lingkungan. Untuk membedakan kadal dengan hewan homeoterm

    digunakan istilah ektoterm dan endoterm.

    Jika hewan homeoterm dihadapkan pada suhu lingkungan yang

    ekstrem, maka tingkat aktivitas termoleguratori untuk memelihara

    kekonstanan suhu tubuhnya meningkat sesuai dengan perubahan suhu

    lingkungan yang ekstrem tadi. Pada suhu yang moderat, kecepatan basal

    produksi panas seimbang dengan kehilangan panas kelingkungan.

    Rentangna suhu moderat ini disebut zona suhu netral, hewan endoterm

    dapat meregulasi suhu tubuhnya dengan mengatur kecepatan kehilangan

    panas melalui pengaturan hantaran permukaan tubuh. Penyesuaian ini

    termasuk respon-respon seperti respon vasomotor, perubahan postur

    tubuh, regulasi pilomotor dan keefektivan insulasi bulu dan rambut. Dalam

    rentangan suhu ini, bulu dan rambut ditegakkan oleh otot pilomotor dalam

    kulit untuk menyediakan lapisan udara tenang yang tebal dan pada ujung

    atas rentangan suhu ini, bulu dan rambut ditempelkan ke kulit.

    Bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon

    dengan berbagai refleks yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh

    darah dikulit akan menyempit, rambut dan bulu dapat berdiri, dan hewan

    akan mempersempit permukaan tubuhnya yang bersinggungan dengan

    udara, misalnya dengan menekuk tubuhnya, menyembunyikan anggota

    tubuhnya.

    Contoh :

    1. Mammalia

  • 22

    Tikus yang di aklimasikan pada suhu 30, pemanasan dengan

    bergerak dapat mengganti termogenesis mengigil sebagai sumber

    panas pada suhu lingkungan di atas 10, tetapi pada suhu di bawah

    10, jumlah panas yang di produksi terus menerus melalui pemanasan

    (gerak badan), tidak cukup mengganti panas yang hilang, sehingga

    menghasilkan keadaan hiportemia. Namun bila hewna di aklimasikan

    pada suhu 6, tingkat termogenesis non-menggigil akan meningkat

    secara nyata dan menekan pemanasan, dapat mengganti mengigil

    sebagai suatu sumber panas suhu lingkungan serendah-20.

    2. Serangga

    Pada suhu ekstrem terlalu dingin serangga menggigil dengan

    menggunakan kontraksi otot untuk membebaskan panas. Sebagai

    respon terhadap penurunan suhu, sistem saraf mengaktifkan unit-unit

    motor kelompok otot rangka antagonistik, sehingga terjadi gerakan

    mengigil yang menghasilkan panas. Aktivasi otot menyebabkan ATP

    dihidrolisis untuk menghasilkan energi untuk kontraksi. Mengigil tidak

    menghasilkan kerja fisik, tetapi menghasilkan energi kimia yang di

    bebaskan selama kontraksi dengan wujud panas (Soewolo. 2000).

    Penukaran panas lawan arus

    Sistem penukar lawan arus memerangkap panas didalam inti tubuh

    sehingga mengurangi kehilangan panas dari ekstremitas, terutama

    ketika hewan terendam dalam air dingin atau saat bersentuhan dengan

    es atau salju. Pada dasarnya panas di dalam darah arteri yang keluar

    dari inti tubuh di transfer secara langsung ke darah vena yang kembali

    ke inti tubuh, bukan hilang ke lingkungan (Campbell,18:2004).

  • 23

    C. HewanHeteroterm

    Heterotermik adalah hewan yang mampu memproduksi panas

    endotermik dalam berbagai tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi suhu

    tubuh dalam rentangan yang pendek.Golongan hewan heterotermik

    misalnya insekta tertentu. Heterotermik dapat dibedakan menjadi dua

    kelompok yaitu:

    Heterotermik temporal

    Heterotermik temporal merupakan suatu kategori yang luas, dimana

    suhu tubuh hewan dapat berbeda sekali setiap saat.Misalnya terdapat pada

    kebanyakan serangga terbang, phyton dan beberapa ikan, yang dapat

    meningkatkan suhu tubuh diatas suhu lingkungan dengan sifat panas yang

    dibangkitkan sebagai suatu hasil yang melibatkan aktifitas otot.Beberapa

    serangga mempersiapkan terbang dengan pemanasam otot-otot terbangnya

    beberapa saat sebelum terbang. Termogenesis sebelum terbang ini

    dilakukan dengan menggetarkan daerah toraks, dengan cara ini suhu

  • 24

    terbang dapat ditingkatkan misalnya Monotremata seperti Echidna,

    mamalia (unta), aves (hummingbirds) (Soewolo. 2000).

    Heterotermik regional

    Heterotermik regional sebenarnya adalah poikilotermik, seprti

    teleostei besar yang dapat mencapai suhu tubuh dalam (suhu jaringan

    dalam) cukup tinggi melalui aktivitas otot, sementara jaringan periveral

    dan ekstremitas mendekati suhu lingkungan.Misalnya ikan hiu, tuna

    serangga terbang dan contoh khususnya adalah skroktum beberapa

    mamalia. Skrotum beberapa mamalia yang menggantungi tetes di luar

    tubuhnya, sehingga membuat skrotum bersuhu lebih rendah dari bagian

    tubuh yang lain. Skrotum mengkerut pada saat dingin dan mengembang

    pada saat panas., hal ini bertujuan untuk melindungi Overheating

    testes yang dapat berpengaruh jelek terhadap produksi sperma (Soewolo.

    2000).

  • 25

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    1. Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh didalam suhu kisaran yang

    membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien. Sebagian besar hewan

    dapat bertahan hidup menghadapi fruktuasi lingkungan ekstenal yang lebih

    ekstrim dibandingkan dengan keadaan yang sangat ditolerir oleh setiap

    individu selnya. suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran

    hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan.

    2. Pengaruh termoregulasi pada hewan sangatlah penting di karenakan untuk

    dapat bertahan hidup hewan haruslah mampu menjaga suhu tubuhnya

    tetap dalam keadaan normal dengan cara termoregulasi. Suhu tubuh hewan

    tergantung pada keseimbangan antara cara yang cenderung menambah

    panas dan cara yang cenderung mengurangi panas. Cara hewan menambah

    panas dengan cara : mekanisme dan control tingkah laku, mekanisme dan

    control otonomik, mekanisme dan control adaptif atau aklimatisasi.

    Sedangkan cara hewan kehilangan panas, yaitu : Konduksi, Konveksi,

    Radiasi Panas, Penguapan Air atau Kondensasi Air.

    3. Beberapa hewan memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu

    tubuh, dibagi menjadi tiga kategori : termoregulasi pada hewan

    poikiloterm yaitu suhu intern hewan sesuai dengan suhu lingkungan

    contohnya reptil, amphibi, dan pisces, termoregulasi pada hewan

    homoeoterm yaitu hewan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dari

    perubahan suhu lingkungan contohnya mamalia dan aves, termoregulasi

    pada hewan heteroterm yaitu hewan pada saat tertentu bersifat

    poikiloterm, dan saat tertentu bersifat homoeoterm contohnya insekta.

  • 26

    3.2 Saran

    Mudah-mudahan dari makalah yang kami buat pembaca mampu

    memahami termoregulasi dan untuk menambah pemahaman dapat

    membaca buku refensi lain.

  • 27

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi

    Kelima Jilid 3.Jakarta: Penerbit Erlangga

    Cowles, R. B., and Bogert, C. M., 1944: A preliminary study of the thermal

    requirements of desert Reptiles. Bull. Amer. Mus. Nat. Hist. 83: 261-296

    Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press

    Duke, NH. 1985.The Physiology of Domestic Animal.Comstock Publishing. New

    York

    Isnaini. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka Press

    Jamaria. 2012.Termoregulasi pada Hewan. Makassar: Universitas Hasanuddin

    Joly, J., and Saint Girons, H., 1975: Influence de la temprature sur la vitesse de

    la spermatogense, la dure de l'activit spermatogentique et l'volution

    des caractres sexuels secondaires du Lzard des murailles, Lacerta

    muralis L. (Reptilia, Lacertidae). Arch. Anat. micr. 64: 317-336

    Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan Nasional:

    Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No.3979

    Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. Malang: UMM Press