terminal penumpang dan sistem jaringan angkutan

23
TERMINAL PENUMPANG DAN SISTEM JARINGAN ANGKUTAN UMUM.. TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib maka ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan diselenggarakan terminal. DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas. 3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. 4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan kota. FUNGSI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: 1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas- fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi. 2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan,

Upload: i-putu-surim-artawimbawa

Post on 08-Aug-2015

201 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

TERMINAL PENUMPANG DAN SISTEM JARINGAN ANGKUTAN UMUM..

TERMINAL

Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki

posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan

dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang

terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara

lancar dan tertib maka ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan

diselenggarakan terminal.

DEFINISI TERMINAL

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan:

1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai

pelayanan umum.

2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian

lalu lintas.

3. Prasarana angkutan yang merupakan  bagian dari sistem transportasi

untuk melancarkan arus penumpang dan barang.

4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi

kehidupan kota.

FUNGSI TERMINAL

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat

ditinjau dari 3 unsur:

1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan

menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan

ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan

fasilitas parkir kendaraan pribadi.

2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan

dan manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta

menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi  dan

sebagai pengendali kendaraan umum.

Page 2: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan

operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus

dan sebagai fasilitas pangkalan.

JENIS TERMINAL

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal dibedakan berdasarkan jenis

angkutan, menjadi:

1. Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk

keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra

dan/atau antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan

pemberangkatan kendaraan umum.

2. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan

membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau

antar moda transportasi.

KETENTUAN MENGENAI TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 31/1995, Terminal

penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:

1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum

untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan

angkutan pedesaan.

2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum

untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau 

angkutan pedesaan.

3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum

untuk angkutan pedesaan.

Persyaratan Lokasi terminal

Penentuan lokasi terminal penumpang harus memperhatikan:

rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana

umum jaringan transportasi  jalan.

rencana umum tata ruang

kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal

keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda.

kondisi topografi, lokasi terminal.

Page 3: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

kelestarian lingkungan.

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe A

Terletak di Ibukota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalam

jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas

batas negara.

Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas

IIIA.

Jarak antara dua terminal penumpang Tipe A sekurang-kurangnya 20

km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau

lainnya. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk

terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya.

Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,

sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di

pulau lainnya.

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B

Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek

angkutan kota dalam propinsi.

Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-

kurangnya kelas IIIB.

Jarak antara dua terminal penumpang Tipe B atau dengan terminal

tipe A sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau

lainnya.

Tersedia luas lahan sekuarng-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau

Jawa dan Sumatera, dan 2 ha di pulau lainnya.

Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,

sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di

pulau lainnya.

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C

Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam

jaringan trayek angkutan pedesaan..

Page 4: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi

IIIA. Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.

Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,

sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

Kriteria Pembangunan Terminal

Pembangunan terminal dilengkapi dengan:

Rancang bangun terminal

Analisis dampak lalu lintas

Analisis mengenai dampak lingkungan

Dalam rancang bangun terminal penumpang harus memperhatikan:

Fasilitas penumpang yang disyaratkan.

Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi

peruntukkan lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan

sebagainya.

Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di

dalam terminal.

Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi,

angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan

pedesaan. Manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah

pengawasan terminal.

Kriteria Perencanaan Terminal

1. Sirkulasi lalu lintas

Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak dengan

mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus

terpisah dengan keluar masuk kendaraan.

Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang

tidak perlu. Sistem sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan

berdasarkan:

Jumlah arah perjalanan

Frekuensi perjalanan

Page 5: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang

Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur

bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota.

Fasilitas utama terminal yang terdiri dari:

jalur pemberangkatan kendaraan umum

jalur kedatangan kendaraan umum

tempat tunggu kendaraan umum

tempat istirahat sementara kendaraan umum

bangunan kantor terminal

tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas,

loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang

memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran

parkir kendaraan pengantar dan taksi.

kamar kecil/toilet

musholla

kios/kantin

ruang pengobatan

ruang infromasi dan pengaduan telepon umum

tempat penitipan barang

Taman.

Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang

dan pengelola terminal.

Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan

penumpang dan fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian

terminal antara lain:

1. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu

kelancaran sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan

penumpang.

2. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak

berdasarkan kegiatan adalah:

Page 6: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

3. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal harus memberikan

kesan yang nyaman dan akrab.

Luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan

kebutuhan pada jam puncak berdasarkan:

Frekuensi keluar masuk kendaraan

Kecepatan waktu naik/turun penumpang

Kecepatan waktu bongkar/muat barang

Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur

Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa

sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis

sistem tipe dasar pengaturan platform, teluk dan parkir adalah:

Membujur, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada

ujung yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis

yang dapat digunakan dalam pengaturan membujur yaitu satu jalur,

dua jalur, dan shallow saw tooth.

Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka

menghadap ke platform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar.

Ada beberapa jenis teluk tegak lurus ini yaitu tegak lurus

terhadap platform dan membentuk sudut dengan platform.

Alternatif standar terminal

Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan

dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam

Terminal tipe B 25 – 50 kendaraan /jam

Terminal tipe C 25 kendaraan/jam

Persyaratan teknis, luas, akses dan pejabat penentu lokasi

pembangunan terminal

LUAS TERMINAL PENUMPANG

Untuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung

wilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal:

Page 7: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di

pulau lainnya seluas 3 Ha.

Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3

Ha, dan dipulau lainnya seluas 2 Ha.

Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan.

AKSES

Akses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, berjarak minimal:

Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m,

Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau

lainnya 30 m,

Untuk terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan.

PENENTUAN LOKASI

Penentuan lokasi dan letak terminal penumpang dilaksanakan oleh:

Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I, untuk Terminal penumpang Tipe A,

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan

Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B,

Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya daerah Tingkat II setelah

mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terminal

penumpang tipe C.

Daerah kewenangan/pengelolaan terminal

Daerah kewenangan/pengelolaan terminal terdiri dari:

Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan daerah yang

diperuntukkan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal,

Daerah pengawasan terminal, adalah daerah di luar daerah lingkungan

kerja terminal yang diawasi oleh petugas terminal untuk menjamin

kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal.

Penyelenggaraan terminal penumpang

Page 8: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan,

pemeliharaan, dan penertiban terminal. Kewenangan pengelolaan terminal

berada pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas LLAJ sebagai

penyelenggaraannya, sedang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

sebagai pembinanya.

Pengelolaan terminal

Pengelolaan terminal penumpang yang harus dilakukan adalah meliputi

kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengoperasian

terminal.

Perencanaan

Kegiatan perencanaan terminal meliputi:

penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan,

penataan fasilitas penumpang,

penataan fasilitas penunjang terminal,

penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal,

penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan,

penyusunan jadwal perjalanan berdasarkn kartu pengawasan,

pengaturan jadwal petugas di terminal,

evaluasi sistem pengoperasian terminal.

Pelaksanaan Pengoperasian Terminal

Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal penumpang meliputi:

pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam

terminal,

pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut

jadwal yang telah ditetapkan,

pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang,

pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan

umum kepada penumpang,

pengaturan arus lalu lintas did aerah pengawasan terminal.

Pengawasan Pengoperasian Terminal

Page 9: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Kegiatan pengawasan pengoperasian, terminal penumpang meliputi:

pemantauan pelaksanaan tarif,

pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan,

pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak memenuhi kelaikan

jalan,

pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan,

pemeriksaan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan,

pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi,

pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku,

pemantauan pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai

dengan peruntukkannya,

pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan

berangkat.

Pemeliharaan Terminal

Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk

menjamin agar terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi

sebagaimana mestinya. Pemeliharaan terminal meliputi:

menjaga kebersihan bangunan beserta perbaikannya,

menjaga kebersihan pelataran terminal, perawatan tanda-tanda dan

perkerasan pelataran,

merawat saluran-saluran air yang ada,

merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan,

menjaga dan merawat alat komunikasi,

menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam

kebakaran lainnya yang siap pakai.

Untuk keperluan pemeliharaan terminal sebagaimana dimaksud diatas,

harus dialokasikan anggaran pemeliharaan terminal.

TIPOLOGI TERMINAL

Secara tabelaris tipologi terminal dapat disarikan menjadi sebagai berikut:

Page 10: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Tabel…………… tipologi terminal

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C

Fungsi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 2

Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan

Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan

Melayani angkutan pedesaan

Fasilitas Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 3

(a)        jalur pemberangkatan dan kedatangan

(b)        tempat parkir

(c)        kantor terminal

(d)        tempat tunggu

(e)        menara pengawas

(f)         loket penjualan karcis

(g)        rambu-rambu dan papan informasi

(h)        pelataran parkir pengantar atau taksi

(a)     jalur pemberangkatan dan kedatangan

(b)     tempat parkir

(c)     kantor terminal

(d)     tempat tunggu

(e)     menara pengawas

(f)      loket penjualan karcis

(g)     rambu-rambu dan papan informasi

(h)     pelataran parkir pengantar atau taksi

(a)     jalur pemberangkatan dan kedatangan

(b)     kantor terminal

(c)     tempat tunggu

(d)     rambu-rambu dan papan informasi

Lokasi  Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 11, 12, dan 13

1)       terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara

2)       terletak di jalan arteri dengan kelas jalan

1)       terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi.

2)       terletak di jalan arteri dengan kelas

1)       terletak di dalam wilayah kabupaten Dati II dan dalam trayek pedesaan.

Page 11: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

sekurang-kurangnya kelas IIIA

3)       jarak antar dua terminal penumpang tipe Aekurang-kurangnya 20 KM di Pulau Jawa

4)       Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha

5)       Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m

jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB

3)       jarak antar dua terminal penumpang tipe A

4)       Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha

5)       Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m

2)       terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III C

3)       luas lahan yang tersedia sesuai dengan permintaan angkutan

4)       mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai dengan kebutuhan

Instansi Penetap Lokasi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 14

Dirjend HubDar mendengar pendapat Gubernur dan Kepala Kanwil DepHub setempat

Gubernur setelah mendengar pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan mendapat persetujuan dari Dirjend

Bupati setelah mendengar pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan mendapat persetujuan dari Gubernur

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C

Penyelenggara Terminal (KM 31 TH 1995) Pasal 17

Direktorat Jenderal Gubernur Bupati

SISTEM JARINGAN ANGKUTAN UMUM

Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kebutuhan angkutan

dibutuhkan fasilitas jaringan angkutan yang saling menghubungkan antara

Page 12: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

wilayah kota, pemukiman, daerah komersil dan rekreasi. Sasaran umum

kebijaksanaan pemerintahan di dalam lalu lintas dan angkutan umum adalah

untuk menciptakan suatu sistem transportasi sehingga mobilitas orang dan

barang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan dapat memenuhi

kebutuhan sosial, perniagaan dan rekreasi.

Jika kita tinjau sistem angkutan umum dari suatu daerah perkotaan secara

keseluruhan, kita akan dapatkan bahwa dalam sistem yang kita amati akan

terdapat sekumpulan rute-rute individual yang satu dengan lainnya

membentuk suatu jaringan rute. Selain itu, dalam sistem yang kita amati

tersebut, akan terdapat juga titik-titik perhentian, terminal dan prasarana

tambahan lainnya. Jadi di sini, yang dimaksud dengan jaringan rute angkutan

umum adalah sekumpulan lintasan rute individual, sekumpulan titik-titik

perhentian dan beberapa terminal yang membentuk sistem prasarana

angkutan umum secara keseluruhan.

Ditinjau dari sistem pengoperasian angkutan umum, suatu jaringan rute

adalah sekumpulan lintasan rute, titik-titik perhentian dan terminal yang

memungkinkan terjadinya pergerakan penumpang secara aman, efisien dan

efektif. Kondisi ideal seperti inilah biasanya yang menjadi acuan dalam

menciptakan ataupun merencanakan suatu jaringan rute.

Sistem jaringan rute yang ada dalam suatu perkotaan biasanya dapat dibagi

menjadi (2) dua kelompok, yaitu:

1)      jaringan rute yang terbentuk secara evolutif yang pembentukannya

dimulai oleh pihak-pihak pengelola individu secara sendiri-sendiri,

2)      jaringan rute yang terbentuk simultan secara menyeluruh, yakni

pembentukannya dilakukan oleh pengelola angkutan uumum yang besar

(swasta ataupun milik pemerintah) ataupun oleh sekelompok pengelola

individual secara simultan dan bersama-sama.

Pada kelompok yang pertama, pembentukkan jaringan rute benar-benar

tidak terkoordinasi, karena sistem tumbuh secara parsial. Masing-masing

lintasan rute terbentuk karena keinginan pengguna jasa (penumpang)

ataupun karena keinginan pihak pengelola. Akibatnya keterkaitan antar rute

Page 13: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

menjadi lemah. Lintasan rute hanya terkonsentrasi pada jalan-jalan arteri

yang secara geometrik mempunyai kapasitas lalu lintas yang besar dan juga

mempunyai potensi demand yang tinggi.

Pada daerah-daerah lain jarang dijumpai rute angkutan umum. Akibatnya

tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap angkutan umum sangatlah tidak

merata. Ada beberapa daerah tertentu yang dijumpai kemudahan yang

tinggi untuk menggunakan angkutan umum dan di daerah-daerah lain yang

mempunyai tingkat kemudahan yang rendah terhadap penggunaan

angkutan umum. Secara keseluruhan sistem rute menjadi tidak efektif dan

efisien.

Pada kelompok yang kedua, di lain pihak, karena pembentukannya secara

simultan dan dilakukan oleh pengelola skala besar  ataupun sekelompok

pengelola individual, maka jaringan  rute yang terbentuk biasanya

merupakan jaringan rute yang komprehensif dan integral. Hal ini

dimungkinkan karena pembentukan yang secara simultan ini biasanya

didahului dengan perencanaan yang matang dan komprehensif. Dalam

jaringan rute seperti ini, keterkaitan antar individual rute sangatlah kentara,

sehingga penumpang dengan mudah dapat menggunakan sistem jaringan

rute yang ada untuk kepentingan mobilitas mereka. Selain itu, pembentukan

jaringan rute secara keseluruhan biasanya didasarkan pada kondisi tata

guna tanah secara keseluruhan biasanya didasarkan pada kondisi tata guna

tanah secara keseluruhan pula. Semua potensi pergerakan betul-betul

diantisipasi sedemikian rupa sehingga tingkat aksesibilitas setiap daerah

perkotaan cukup merata. Orang dengan mudah menggunakan angkutan

umum dimanapun dia berada untuk tujuan kemanapun yang diinginkan.

Dengan demikian, secara keseluruhan, sistem jaringan rute angkutan umum

menjadi efektif dan efisien.

TRAYEK ANGKUTAN UMUM

DEFINISI TRAYEK

Untuk mengisi kebutuhan terhadap permintaan angkutan dengan pelayanan

angkutan umum maka dibentuk disusun trayek sebagaimana dapat dilihat

pada gambar berikut, yang merupakan trayek yang sudah ada,

perpanjangan, modifikasi rute serta rute-rute baru.

Page 14: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

JARINGAN TRAYEK

Berdasarkan, Pedoman Teknis Ditjen HubDar, 1996, Jaringan trayek adalah 

kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang.

Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan

jaringan trayek adalah sebagai berikut:

1. Pola tata guna lahan, pelayanan angkutan umum diusahakan

mampu menyediakan aksesibilitas yang baik. Untuk memenuhi hal itu,

lintasan trayek angkutan umum diusahakan melewati tata guna tanah

dengan potensi permintaan yang tinggi.

2. Pola pergerakan penumpang angkutan umum, rute angkutan

yang baik adalah arah yang mengikuti pola pergerakan penumpang.

3. Kepadatan penduduk, salah satu faktor yang menjadi prioritas

pelayanan angkutan umum adalah wilayah dengan kepadatan

penduduk tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang

mempunyai potensi permintaan yang tinggi.

4. Daerah pelayanan, selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial

pelayanan, juga menjangkau semua wilayah  perkotaan yang ada.

5. Karakteristik jaringan jalan, kondisi jaringan jalan, kondisi jaringan

jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan umum.

Berdasarkan ciri pelayanannya dan kawasan yang dihubungkan trayek

terbagi atas:

1. Trayek utama melayani angkutan antar kawasan utama, antara

kawasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri-ciri melakukan

perjalanan ulang-alik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat

massal

2. Trayek cabang melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara

kawasan pendukung dan kawasan pemukiman

3. Trayek Ranting melayani angkutan dalam kawasan pemukiman

4. Trayek Langsung melayani angkutan antar kawasan secara tetap

yang bersifat massal dan langsung

Page 15: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Hubungan antara klasifikasi trayek dan jenis pelayanan/jenis angkutan dapat

dilihat pada tabel berikut (berdasarkan, Pedoman Teknis Ditjen Hubdar,

1996).

Tabel : Klasifikasi Trayek Menurut Jenis Pelayanan dan Jenis Angkutan

Klasifikasi

Trayek

Jenis

Pelayanan

Jenis Angkutan Kapasitas Penumpang Per

Hari/Kendaraan

Utama -    Cepat

-    Lambat

-          Bus besar (lantai ganda)

-          Bus sedang (lantai tunggal)

-          Bus sedang

1.500 – 1.800

1.000 – 1.200

500 – 600

Cabang - Cepat

- Lambat

-          Bus besar

-          Bus sedang

-      Bus kecil

1.000 – 1.200

500 – 600

300 – 400

Ranting - Lambat -          Bus sedang

-          Bus kecil

-          MPU*)

500 – 600

300 – 400

250 – 300

Langsung - Cepat -          Bus besar

-          Bus sedang

-      Bus kecil

1.000 – 1.200

500 – 600

300 – 400

*) mobil penumpang umum

Penentuan jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek secara umum

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel  : Jenis Angkutan Menurut Ukuran Kota

Ukuran Kota Kota Raya Kota Besar Kota Sedan Kota Kecil

Page 16: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Klasifi-             kasi Trayek

>1.000.000Penduduk

500.000-1.000.000Penduduk

g100.000-500.000Penduduk

<100.000Penduduk

Utama -     KA

-     Bus besar (SD/DD)

- Bus besar - Bus besar/sedang

- Bus sedang

Cabang -     Bus besar

Sedang

- Bus sedang - Bus sedang/kecil

- Bus kecil

Ranting -     Bus Sedang/kecil

- Bus kecil - MPU*) - MPU*)

Langsung -     Bus besar - Bus besar - Bus sedang - Bus sedang

*) mobil penumpang umum

Tabel . Klasifikasi Trayek Berdasarkan Penjadwalan

Trayek Utama Trayek Cabang

Trayek Ranting

Trayek Langsung 2)

Mempunyai jadwal tetap Mempunyaijadwal tetap

Melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri-ciri  melakukan perjalanan ulang-alik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat

Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung  dan kawasan pemukiman 1)

Melayani angkutan dalam kawasan permukiman

Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan langsung

Dilayani oleh bus umum Dilayani dengan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang

Dilayani oleh mobil bus umum

Page 17: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

umum

Pelayanan cepat dan/atau lambat Pelayanan lambat

Pelayanan cepat

Jarak pendek

Melalui tempat-tempat  yang ditetapkan hanya untuk menaikkan danmenurunkan penumpang3)

1)kawasan pemukiman ialah suatu kawasan perumahan tempat penduduk

bermukim yang memerlukan jasa angkutan.2)Trayek langsung yaitu trayek yang menghubungkan langsung antar dua

kawasan yang permintaan angkutan antara kedua kawasan tersebut tinggi,

dengan syarat  bahwa kondisi prasarana jalan memungkinkan untuk

dilaksanakan trayek tersebut. Dengan demikian akan terjadi pengurangan

perpindahan angkutan.3)Tempat-tempat sebagaimana dimaksud dengan ketentuan ini dapat berupa

halte, stop bus, atau terminal.

Terminal tersebut merupakan terminal untuk perpindahan penumpang

angkutan umum antar kota ke angkutan kota atau sebaliknya.

JENIS JARINGAN TRAYEK

Angkutan Orang dengan  Kendaraan Umum dalam Trayek Tetap dan

Teratur

Untuk pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek

tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek.

Jaringan trayek terdiri dari:

a. Trayek antar kota antar propinsi

yaitu trayek yang melalui lebih dari satu wilayah Propinsi Daerah Tingkat I.

b. Trayek antar kota dalam propinsi

Yaitu trayek yang melalui antar Daerah Tingkat II dalam satu wilayah

Propinsi Daerah Tingkat I.

c. Trayek Kota

Yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kotamadya Daerah

Tingkat II atau trayek dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Page 18: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

d. Trayek lintas batas negara

Yaitu trayek yang melalui batas negara

Jaringan taryek lintas batas antar negara ditetapkan dengan Keputusan

Menteri berdasarkan perjanjian antar negara.

Tabel  : Jaringan Trayek

Trayek antar kota antar propinsi dan trayek lintas batas negara

Trayek antar kota dalam propinsi

Trayek pedesaan

Mempunyai jadwal tetap 1) Mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak berjadwal5)

Pelayanan cepat 2) Pelayanan cepat dan/atau lambat

Pelayanan lambat3)

Dilayani oleh bus umum 4) Dilayani oleh bus umum dan/atau mobil penumpang umum

Tersedianya terminal penumpang tipe A pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan

Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan

Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe C pada awal pemberangkatan dan terminal tujuan

Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan

1)Yang dimaksud memiliki jadwal tetap adalah pengaturan jam perjalanan

setiap mobil bus umum, meliputi jam keberangkatan, persinggahan, dan

kedatangan pada terminal-terminal yang wajib disinggahi.2)Pelayanan cepat yaitu pelayanan angkutan dengan pembatasan jumlah

terminal yang wajib disinggahi selama perjalanannya.3)Pelayanan lambat yaitu pelayanan angkutan dengan kewajiban memasuki

terminal sesuai dengan izin trayek.4)Pelayanan oleh mobil bus umum dimaksudkan agar tercapai efisiensi

penggunaan sarana angkutan dan ruang jalan.

Page 19: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

5)Yang dimaksud dengan tidak terjadwal yaitu pelayanan angkutan dengan

jam keberangkatan dan kedatangan tidak tetap pada terminal-terminal yang

wajib disinggahi.

KETENTUAN MENGENAI TRAYEK DAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN

Ketentuan mengenai trayek ditentukan berdasarkan PP No. 41 tahun 1993

Pasal 4 dan Pasal 5.

Jaringan trayek ditetapkan oleh:

1. Direktur Jenderal Perhubungan darat, untuk jaringan trayek yang

melalui dari satu Propinsi Dati I.

2. Gubernur/Kepala Dati I, untuk jaringan trayek yang melalui antar Dati I,

untuk jaringan trayek yang melalui antar Dati II dalam satu wilayah

Propinsi Dati I.

3. Gubernur/Kepala Dati I, untuk jaringan trayek yang seluruhnya berada

dalam kabupaten Dati II, atas usul Bupati/Kepala Dati II.

4. Gubernur/Kepala Dati I, untuk jaringan trayek yang seluruhnya berada

dalam wilayah kotamadya Dati II, atas usul Walikotamadya Kepala

Dati II.

Masalah perijinan angkutan diatur menurut LLAJ RI No. 14 tahun 1992, pasal

41 mengenai Ijin Usaha Angkutan dan PP RI No. 41 tahun 1993, Pasal 18

sampai dengan pasal 25. Sedangkan mengenai perijinan pengeluaran trayek

diatur oleh PP No. 41 tahun 1993, Pasal 26 sampai dengan 34. Ijin Operasi

Angkutan diatur oleh PP No. 41 tahun 1993, Pasal 35 sampai dengan Pasal

42. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.

TIPOLOGI TRAYEK

Tipologi trayek ini adalah sari dari penjelasan kebijaksanaan-kebijaksanaan

mengenai trayek, beserta karakteristik trayeknya (fungsi, pelayanan,

klasifikasi, jenis) dan jenis moda yang digunakannya. Adapun bentuk sarinya

ini dapat diperlihatkan dalam tabelaris sebagai berikut.

Tabel . Tipologi Trayek

Jaringa Klasifika Jenis Jenis Moda Tipe Terminal

Page 20: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

n Trayek

si Trayek

Kawasan yang Dilayani

Pelayanan

yang Digunakan

yang Disinggahi

AKAP Langsung

Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan langsung

Cepat, terjadwal

Bus Besar untuk Kota Raya dan Kota Besar dan Bus Sedang untuk kota sedang dan kecil

Tersedianya terminal penumpang tipe A pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan

AKDP Langsung

Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan langsung

Cepat, terjadwal

Bus besar untuk Kota Raya dan Kota Besar dan Bus Sedang untuk kota sedang dan kecil

Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan

KOTA Utama, cabang, ranting

Melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri-ciri melakukan perjalanan ulang-alik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal

Cepat, lambat, berjadwal

Bus besar sampai Mobil penumpang Umum

Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan

Page 21: Terminal Penumpang Dan Sistem Jaringan Angkutan

Pedesaan

Cabang, ranting

Lambat, tidak berjadwal

Bus sedang sampai Mobil Penumpang Umum

Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe C pada awal pemberangkatan, dan terminal tujuan