terlambat melihat cahaya - inamurrofiq.files.wordpress.com file“tolong donk bantu aku angkatin nih...

21
Terlambat Melihat Cahaya Kabut tebal bagaikan selimut penghalang sinar matahari yang ingin turun menyentuh bumi,dedaunan teh hijau yang membentang seolah tak berujung ,serta udara segar yang membuat semua kehidupan disana semakin ramai karena disaat itulah banyak jemari dengan keahliaannya menari diatas pucuk-pucuk dedaunan teh yang muda. Itulah suasana disebuah desa yang berada diatas perbukitan yang jauh dari sentuhan besi-besi pencakar bumi. nyaman,tentram dan sangat tenang disanalah aku dibesarkan. Namaku raffa ,aku putra pertama dari pasangan yang hidup dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga.aku juga menjadi tulang punggung keluarga karena kondisi ayah yang sering sakit-sakitan. Aku kerja untuk orang tua dan seorang adik perempuanku. Ia bernama Tania. Ia seorang adik yang sangat berharga bagiku, karena setiap masalah yang ku hadapi sering kali kami saling curhat dan mencari solusi. Aku bekerja sebagai tukang petik dikebun teh dan buruh angkut teh ke gudang milik pamanku. Keringat dan tenaga selalu berkucuran setiap hari mengiringi nafasku yang berhembus mencari nafkah. Tetapi, kondisi fisikku tak sekuat tenaga dan semangatku. aku mengidap sakit kanker pembulu darah .tetapi sakit itu ku anggap biasa saja, karena jika ku tak bekerja sehari saja maka rotasi keuangan keluarga akan tersendat. Pagi hari ini akhu sedang sibuk memetik daun teh bersama adikku Tania yang membantuku.walau diusianya yang masih belia tetapi ia sangat kuat karena diusianya menginjak 15 thun seharusnya hari-harinya dihabiskan untuk bermain ,belajar ,bercanda tawa dan riang bersama teman-temannya.sebenarnya aku tak tega harus melihatnya bekerja bersamaku.tetapi untaian kataku tak bisa luluhkan keinginannya itu.ku pandangi senyuman dedaunan yang memanjakan mata serta bersyukur atas segalanya yang ku miliki. “kak…..kak…kak raffa…” teriak adikku dari kejauhan. “iya adikku sayang ada apa……”jawabku .

Upload: hoangkien

Post on 18-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Terlambat Melihat Cahaya

Kabut tebal bagaikan selimut penghalang sinar matahari yang ingin turun menyentuh

bumi,dedaunan teh hijau yang membentang seolah tak berujung ,serta udara segar yang

membuat semua kehidupan disana semakin ramai karena disaat itulah banyak jemari dengan

keahliaannya menari diatas pucuk-pucuk dedaunan teh yang muda. Itulah suasana disebuah

desa yang berada diatas perbukitan yang jauh dari sentuhan besi-besi pencakar bumi.

nyaman,tentram dan sangat tenang disanalah aku dibesarkan.

Namaku raffa ,aku putra pertama dari pasangan yang hidup dengan segala keterbatasan

ekonomi keluarga.aku juga menjadi tulang punggung keluarga karena kondisi ayah yang sering

sakit-sakitan. Aku kerja untuk orang tua dan seorang adik perempuanku. Ia bernama Tania. Ia

seorang adik yang sangat berharga bagiku, karena setiap masalah yang ku hadapi sering kali

kami saling curhat dan mencari solusi. Aku bekerja sebagai tukang petik dikebun teh dan buruh

angkut teh ke gudang milik pamanku.

Keringat dan tenaga selalu berkucuran setiap hari mengiringi nafasku yang berhembus mencari

nafkah. Tetapi, kondisi fisikku tak sekuat tenaga dan semangatku. aku mengidap sakit kanker

pembulu darah .tetapi sakit itu ku anggap biasa saja, karena jika ku tak bekerja sehari saja maka

rotasi keuangan keluarga akan tersendat.

Pagi hari ini akhu sedang sibuk memetik daun teh bersama adikku Tania yang

membantuku.walau diusianya yang masih belia tetapi ia sangat kuat karena diusianya

menginjak 15 thun seharusnya hari-harinya dihabiskan untuk bermain ,belajar ,bercanda tawa

dan riang bersama teman-temannya.sebenarnya aku tak tega harus melihatnya bekerja

bersamaku.tetapi untaian kataku tak bisa luluhkan keinginannya itu.ku pandangi senyuman

dedaunan yang memanjakan mata serta bersyukur atas segalanya yang ku miliki.

“kak…..kak…kak raffa…” teriak adikku dari kejauhan.

“iya adikku sayang ada apa……”jawabku .

“tolong donk bantu aku angkatin nih keranjang…”pintaku padanya..”udah penuh nih

kak…sampai-sampai dedek tidak kuat mengangkatnya sendiri ”katanya dengan iringan

senyumnya yang imut.

“iya adikku sayank sini kakak bantu….kakak juga sudah selesai kok”…..jawabku.

Kami angkat rizki kami yang ada didalam keranjang tua yang sudah lapuh termakan

usia….tambalan kantong plastic pada kerangjang itu menjadi saksi bisu tekat kami berdua.

Disaat perjalanan ke gudang kami bertemu gadis buta yang berada didalam mobil dengan pola

acak rambutnya seperti orang depresi berat. Seragam sekolah yang ia kenakan menujukkan

umur ia masih berada dibawahku. Ku melihatnya berada dalam kesedihan dan menahan

kesedirian dalam raut wajahnya.

“kak….heh …..kak……kakak raffa yang ganteng.” Teriak si imut padaku.

“eh ….yaaaa…. ada apa ?” tanyaku.

“kakak kenal cewek itu?”Tanya dia disaat aku bertanya padanya.

“oh tidak kok dik…. Hanya saja kakak merasakan sesuatu yang membuat kakak penasaran”

jawabku.

“ah kakak ini sok kenal sich…… walau keaadaannya memprihatinkan tetaplah berhati hati kakak

jangan sampai kakak jatuh cinta padanya…” jawab adikku dengan nada penuh khawatir.

“ohhh ya dik” jawabku.

Kabut yang mulai tak terlihat karena tergantikan oleh sosok kegelapan malam yang akan segera

hadir membuatku teringat pada gadis itu. Kasihan dia pasti kesepian karena didalam mobil ia

hanya seorang sendiri ditemani seorang sopir pribadinya saja.ku beranikan untuk keluar rumah

mencari tahu dimana sosok wanita yang menarik perhatianku tadi.

Dinginnya malam serta bunyi paduan suara yang beriringan dari hewan-hewan malam yang

berada dikebun teh menjadi teman diriku dalam mencari tahu informasi tentang dia.ketika ku

berjalan melewati sebuah villa keluarga yang letaknya tak jauh dari rumahku dikejutkan dengan

suara teriakan dan tangisan keras seorang cewek yang berada di atas teras berpegang tongkat

sebagai juru arahnya dan kedua tangan yang meraba tak tentu arah.pot bunga yang berjatuhan

menjadi sebuah jawaban bagiku atas sakitnya itu.

Perlahan kaki melangkah,pelan pelan dan halus sekali karena aku tak ingin melihat ia

merasakan kehadiranku. Tiba-tiba ku dikejutkan dengan sosok ibu-ibu yang menepuk

pundakku. Aku kenal ia adalah pembatu divilla ini.

“mau apa den?”Tanya bi surti.

“itu siapa bi?”tanyaku.

“dia adalah non rani..putri sulung dari pemilik villa ini den.” Jawabnya.

“terus kenapa dia disini bi. Seharusnya ini kan harinya aktif masuk sekolah?” tanyaku pada bi

surti.

“ceitanya begini den ‘ non rani dulu sebelum sakit ia ada seorang pelajar di SMA TUNAS

HARAPAN BANGSA 2 JAKARTA PUSAT didaerah Menteng. Kehidupan mewah dan segala

kebutuhan yang terpenuhi membuatnya menjadi sosok wanita yang tak tentu arah karena jauh

dari perhatian orang tuanya. Kedua orang tuanya adalah pembisnis antar pulau sehingga

membuat hampir tak ada perhatian tercurahkan pada non Rani. Mobil mewah dan pakaian

diatas lutut menjadikan ia cewek yang kurang sopan..hari-harinya dihabiskan bersama teman-

temannya ke mall dan diskotik di daerah apartemen tempatnya tinggal. Sampai suatu tengah

malam saat perjalanan sehabis dari diskotik ia pulang ke apartemennya dengan menaiki mobil

lamborgini dalam keadaan mabuk berat. Karena mengemudi dalam keadaan kurang sadar ia

mengalami sebuah kecelakaan tragis yang mengakibatkan ia harus menelan kenyataan pahit

bahwa ia mengalami kebutaan permanen.karena tak ada orang yang menjaganya disana

kemudian orang tuanya mengirim non rani kesini dengan tujuan menenangkan pikirannya dan

menjauhkan dari teman-temannya. Tetapi sejak kedatangannya ia selalu marah-marah dan

manangis setiap saat.mungkin karena ia disini juga sendirian den. Hanya bedanya disini dan di

Jakarta itu ketenangan lingkungan yang masih asri. ’ itulah ceritanya den ” kata bi surti dengan

raut wajah sedih melihat majikan mudanya dalam keadaan seperti ini.

Mendengar perbincangan kami iapun angkat bicara

“siapa yang bibi ajak bicara?” tanyanya dengan nada keras.

“eh bisa kagak kamu menghormati orang yang lebih tua?dasar cewek tak tau diri. Apa orang

tuamu belum pernah mengajarimu sopan santu….dasar kau” sentakku menyela bicaranya.

“emmmm anu non dia raffa pemuda didesa ini non” jawab bi surti dengan nada rendah.

“buat apa elo kesini ?pulang saja sana” sentaknya.

“bi saya pamit dulu ya. Besok saya kesini lagi lebih pagi sebelum subuh.”ijinku pada bi surti.

“maaf ya den…..”ucap bi surti.

“ya bi tak apa-apa ..mungkin karena ia masih terpukul dengan keadaannya itu.” Jawabku.

Disaat sebelumku tertidur otakku tak henti-hentinya mengingatnya. Semakin ingin ku kenal ia

lebih dekat lagi.bayangan wajahnya membuatku tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.

“Apa ini yang dinamakan cinta?” tanyaku dalam hati.mata yang terasa berat seakan tak kuasa

menahan kantuk ingin cepat tidur dan lekas bangun pagi agar bisa bertemu Rani lagi.

Tidur dari jam 11 malam sampai jam 3 pagi membuat seakan waktu yang hanya beberapa jam

itu terasa lama sekali.pagipun datang,suasana segarnya udara pagi yang masih bercampur

suasana malam terasa masih menyelimuti desa ini. Sunyinya suasana menandakan terlelapnya

hewan-hewan malam dalam tidurnya.ku bergegas mengambil sarung dan langsung menuju villa

Rani.

Bi surti yang mengetahui kedatanganku lekas mencoba membangunkan Rani

“non non bangun ada yang ingin bertemu….”bisik bi surti secara perlahan.berulang sekitar 5 kali

diulangi barulah ia menanggapi.

“ini jam berapa bi?” tanyanya pada bi surti.

“jam 3.30 non” jawab bi surti

“hah. Gila apa jam segini mau ketemu orang. Siapa sich?” tanyanya agak kesal

“Raffa non.”jawab bi surti.

“apaaaa cowok yang berlaga kayak sok bener itu dating kesini.” Jawabnya

“dah bi tolong biarin gentian saya yang ngomong bi. Bi surti tenang aja ” pintaku.

Perlahan ku dekati ia. Ini ada pertama kalinya aku melihatnya dari jarak dekat. Rambutnya yang

lurus dan bulu mata yang indah bagaikan seorang bidadari yang turun dari surga .tetapi

kesedihan masih terlukis kental diwajahnya.

“haey kenalin akhu raffa. Nama kamu siapa?” tanyaku.

“ngapain kamu Tanya tentang diriku?” balik dia bertanya tanpa menjawab.

“akhu tak ingin apa-apa hanya ingin kenal denganmu dan ingin mengubah kesedihan yang

terlukis dalam dirimu itu.” Jawabku.

“kenapa kamu perhatian padaku. Aku sudah tak ada yang ingin mendekatiku ,bahkan orang

tuaku sendiri enggan mengurusku.” Jawabnya sedikit tenang.

“karena kau belum sepenuhnya terjatuh dalam jurang.kau masih beruntung masih bisa hidup

lama.….” jawabku

“kenapa elhoo bilang gitu? Bukankah itu sangat tragis jika tak bisa melihat lingkungan kita.

Disini hanya gelap yang kulihat fa” curhatnya tentang keadaannya.

Allahu akbar 3x ……terdengar suara adzan subuh membuat percakapan kami terhenti….

“kenapa elhoo diem ….elhooo kagak bisa jawab kan?ya kan……dasar cowok sok tau” tegurnya

karena ku tak menjawab pertanyaannya.

“maaf tadi aku diem karena ada suara Adzan.dan kita sebagai muslim wajib diam dan

menjawab adzan yang berkumandang.” Jawabku

Sosok yang pemarah itu seolah hilang menjadi sosok yang penuh penyesalan dan menjatuhkan

air mata.

“kenapa kamu bersedih ran?”tanyaku.

“aku sedih karena akhu telah jauh dari Tuhan. Dulu semasa kecilku aku pernah mengeyam

dunia pendidikan madarasah tetapi semua hilang ketika akhu menginjak SMP dan orang tuaku

sering jarang dirumah.” Ucapnya.

“ayo sekarang kita sholat berjama’ah ran…sama bi surti juga” ajakku.

“tapi akhu sudah lupa cara sholat fa..” kata dia dengan wajah sedih.

“tak apa ran. Kamu duduk aja dibelakang kami…kamu dengarkan dan kamu rasakan” kataku

padanya.

saya dan bi surti berjama’ah sedangkan rani ia duduk tenang dibelakang kami yang sedang

sholat

Rani :

“fa kenapa elhho hadir dalam hidup guee… guee udah tak layak buat dapet perhatian sebesar

ini fa…walau hanya semalem gue kenal ama elhoo tetapi elhho udah memberikan kenyamanan

dan ketentraman hati guee……Ya Tuhan apa ini malaikatmu yang engkau kirim buat menemani

hari-hariku?” renungku merasakan perhatian raffa ke gue.

“setiap lantunan kalimat ayat suci yang ku dengar membuat hatiku terasa nyaman dan tenang.

Gue yang depresi karena musibah ini semakin tak tentu arah kemana gue melangkah.tapi

elhhoo datang seperti membawa angin segar dalam hidup gue faa..elhoo beda dengan pacar

guee yang suka hura-hura dan pemabok itu. Perbedaan kalian bagaikan lagit dan

bumi..”renungku dalam hati.

-------

“Hei ran kenapa kamu nglamun…ntar cepet tua lhoooo…hehehehe” …..sahutku disela

lamunannya…

“oh nggak kok fa……”jawabnya…

“sekarang elhho mandi dan makan dulu biar segar…nanti sepulang kerja akhu mau ngajak kamu

jalan-jalan biar tidak jenuh melulu…” candaku….

“ya fa……..makasih ya elhooo dah perhatian ama gueee” jawabnya.

“sekarang akhu pulang dulu ran,,,,akhu harus kerja dulu” sahutku

“hah kerja…. Pagi-pagi gini?”Tanya dia

“iya …karena kalau keburu siang maka rupiah itu akan sedikit ran”jawabku

“oh gitu……”jawabnya….

Hati yang senang bisa membuat redup rasa kebencian yang ada pada diri rani seakan

membuatku semakin semangat ingin menjaganya setiap saat. Walau ku tak tahu sampai berapa

lama lagi akhu hidup karena sakit yang kuderita ini.

Disela langkahku keluar villanya iapun memanggilku

“faaa ….. sekali lagi gue terimakasih ama elhooo” ucapnya.

“iya ran sama-sama” jawabku.

Pagi yang indah bahkan lebih indah dari pada biasaya, walau sinar mentari belum menyentuhku

tetapi untuk mulai pagi ini mentarilah yang ku sentuh dengan kebahagyaan hatiku ini. Kabut

putih yang tebal menjadi teman dalam kebahagyaanku ini.selama ku hidup belum pernah

hatiku sebahagya dan sesemangat seperti ini.bayangan lukisan wajahnya seolah menjadi

sebuah figura dalam benakku.

Setelah sampai dirumah Kuambil keranjang dan bergegas ku berangkat kerja bersama adikku

Tania.

Dalam perjalanan menuju kebun teh tak ada yang membuat perhatianku beranjak dari sosok

wanita buta yang menjadi idaman hatiku. senyum yang terlukis dariku seolah menjadi isyarat

lukisan hatiku.

“kak…..kakak sehat kan?” Tanya adikku.

“ya adikku sayang. Kakak baik-baik saja bahkan lebih baik banyak lipat seperti biasanya”

jawabku.

“kakak lihat mata dedek deh….”perintah adikku kepadaku lekas kupandang kelopak matanya

yang seolah ingin memberi banyak pertanyaan atas diriku.

“jangan bilang kalau kakak sedang jatuh cinta pada cewek itu kan?” tanyanya padaku.

“ya tak bisa ku akui tan kalau sejak pertama melihatnya hatiku merasa ingin dekat dan ingin

mengenalnya. Semalem kakak dari villanya dan berkenalan dengannya. Ia ternyata tak seburuk

penampilannya diawal datang. Ternyata banyak kesedihan dan beban yang ia tanggung sendiri

tanpa perhatian orang tuanya.” Jelasku pada Tania.

“ohhh jadi begitu kak. Akhu sangat kawatir kepada kakak karena kita tak tahu siapa dia…..dan

kakak hanya baru kenal semalem saja dengannya. Dedek takut kalau kalau senyuman indah

kakak pagi ini berbuah kesedihan diakhir nanti kak” cemasnya terhadapku.

Ku pegang tangan adikku “dhek yakinlah pada kakak. Mungkin kakak tak akan selalu merasakan

ini lagi dhek….jadi tetaplah percaya padaku dhek” ujarku meyakinkan adekku Tania.

“ya kak. Ayo kak kita bergegas” ajaknya.

“ya ayoooooo semangat semangat…..” sahutku.

Detik menit dan hitungan jam berlalu tiba saatnya pulang karena waktu pemetikkan sudah

selesai. Usai urusanku dikebun teh akhu segera ke villa Rani.

“assalamu’alaikum” salamku didepan pintu.

“wa’alaikum salam”terjawab salamku

tetapi itu kan suara rani. Dengan tongkatnya ia berjalan mendekatiku ,alangkah bahagyanya

diriku bisa bertemu orang yang kucintai.

“Ran apa kamu mau ku ajak disebuah tempat favoritku?”tanyaku padanya.

“emmm gimana ya? Okelah akhu juga suntuk nih dirumah melulu” jawabnya.

Kami berpamitan terlebih dahulu pada bi surti. Ku ajak Rani ke tempat dimana kita bisa

memandangi hijaunya kebun teh yang berselimut kabut putih dari atas tebing…

“Ran ini tempatku biasa berbicara pada alam..” bicaraku padanya.

“emmm tempat ini sangat nyaman fa. Angin yang berhembus secara datar dan sinar mentari

yang menghangatkan seolah menjadi bukti kekuasaanNya” kagumnya rani.

“iya ran, disini adalah tempat yang paling bisa membuatku merasa tenang.” Jawabku.

“oh ya Ran aku mau ngomong sesuatu padamu” ocehku padanya

“ya fa mau ngomongin apa?”tanyanya padaku.

“jujur dari awal ku melihatmu akhu merasa ingin bersamamu selamanya. Emmmmm akhuuuu

emmmm akhuuu sayank sama kamu ran” utara isi hatiku padanya.

“tapi fa akhu hanya gadis buta yang mempunyai banyak kekurangan.”curhatnya

“akhu juga tak sesempurna yang kau lihat ran.. akhu juga manusia yang masih punya

kekurangan” jawabku.

Kupasangkan bunga mawar merah disela telinganya . ku ikat rambutnya yang terurai dengan

rumput ilalang seakan membuatku semakin mencintainya.di atas batu yang berada di tepi

tebing ku tuliskan sebuah kalimat yang ku harap nanti akan ia baca setelah pengelihatannya

kembali.

TO RANI -> I LOVE U <- FROM RAFFA

Rani :

Seandainya kamu tahu fa, aku masih mencintai pacarku yang ada di sana. Aku masih belum

bisa melupakan hubunganku yang belum tahu apakah sudah berakhir tau belum.

Raffa :

Seandainya kamu tahu ran sakit yang ku alami ini pasti kamu akan menjaga jarak dengan

cowok sepertiku karena aku tak lama lagi akan menutub mata.oleh karena itu aku ingin

merasakan indahnya cinta bersamamu sebelum tutup usiaku.sakit yang membuatku selalu

terbayang akan kematian ,sakit yang sudah tak ada obatnya dan sakit yang membuatku

semakin layu dari hari ke hari.aku sangat mencintaimu ran hingga akhir hayatku. Aku

berjanji akan selalu bersamamu .

“ran kamu mau kan berjanji padaku setiap hari kita akan bersama-sama diatas tebing ini dan

diatas batu ini duduk bersama saling membahu memandangi hijaunya pemandangan

berselimut kabut serta merasakan hangatnya sang surya yang menerangi kita?” tanyaku

padanya

“iya fa akhu janji akan selalu ada untukmu diatas batu ini” janjinya padaku.

Matahari kian bersembunyi, sorepun tlah tiba kami segera kembali ke villa .

“Ran apa kamu mau nanti setelah magrib kita ngaji bersama?”tanyaku

“iya fa aku mau” jawabnya.

“ya udah aku pulang dulu ya?” sahutku

“iya fa sampai ketemu lagi” jawabnya.

Rani:

Raffa kau memang malaikat untukku,kau sangat baik dan lugu.kau seperti cahaya yang ada

dalam gelapku.kau membawa senyuman dan perasaan nyaman itu padaku disela musibah

menimpaku. Kau memang cowok yang paling terindah dalam hidupku fa. Aku sangat

menyayangimu tetapi aku masih mencintai pacarku . maafkan aku fa.

Kelampun datang,surau yang penuh dengan orang-orang dengan tujuan ingin bertemu

Tuhannya lewat doa kini perlahan telah sepi.suara merdu burung hantupun sudah silih berganti

bernyanyi.ku bergegas ke rumah Rani.

“Assalamu’alaikum” salamku.

“Wa’alaikum salam” jawabnya serang Rani.

Serentak pandanganku terkejut. Rani yang biasanya memakai celana dan baju pendek kini telah

berubah total . mukena yang menyelimuti tubuhnya seakan menjadikannya seperti bintang

yang bersinar dimalam hari ..

“oh ya fa…ayo cepat kamu ajarin aku mengaji.” Pintanya rani kepadaku.

“ya ran ayo”ajakku.

Heningnya sebeuah ruangan karena hanya ada dua insan manusia yang ingin kembali menuju

jalanNya.sebuah kitab suci yang kami hadapi berdua seakan menjadi bukti kebersamaan kami

.Huruf demi huruf lancar dibacanya sampai selesai ia membaca sebuah surat pendek.hati yang

bahagya tak bisa terlukisan dengan untaian kata.

Hari demi hari berlalu dengan iringan kebahagyaanku bersama Rani. Bermain,bercanda,tertawa

dan saling mengisi satu sama lainlah yang kami rasakan.hari terasa singkat dan berlalu begitu

cepat tak terasa kebersamaan kami berlalu sampai sebaulan lamanya.

Sampai suatu malam saat kita mengaji,diriku dikejutkan dengan darah yang keluar dari hidung.

Ku minta ijin pada Rani untuk kebelakang. Dasar yang terkucur deras kelantai menjadikanku

merasa takut. Rasa takut yang datang itu bukan dikarenakan takut pada sakit yang kuderita

melainkan takut jika ku jauh dari Rani.tubuh yang lemas seorang ingin tertidur,tetapi tak

mungkin jika ku terlihat sakit divilla ini.bergegas ku langsung pulang tanpa izin pada bi surti dan

Rani.

Rani:

Suara langkah kaki membuatku penasaran siapakah ia

“fa itu kamu kan? Kamu kok lama sich dikamar mandinya” tanyaku.

“bukan non ini bi surti”jawabnya

“raffa mana bi, dia bilang hanya sebentar dikamar mandi”cemasku

“dikamar mandi memang bibi lihat tadi ada den raffa tapi setelah beberapa saat bibi lewat situ

tak ada orang didalamnya.mungkin den raffa ada urusan mendadak non sehingga lupa ijin

pulang pada non rani”jawab bi surti

“ohhhh gitu ya bi.”jawabku.

“kenapa hatiku merasakan ada yang disembunyikan raffa.hari ini ia tak seperti biasanya..raffa

yang biasa bercanda saat ditebing dan menggendongku saat melewati kebun teh hari ini

berubah. Hari ini rafa tak kuat menggendongku sampai kevilla.nafasnya sangat berat seperti

orang kelelahan dan menahan sakit. Seandainya akhu bisa melihatnya. Sosok lelaki yang bisa

memberikanku ketenangan hati dan kebahagyaan itu.inginku lihat wajah dan memegang kedua

tangannya.Ya Tuhan apa hamba selamanya tak bisa melihat sosok raffa ? ” renungku dalam

hati.

--------------

Saatku membuka pintu rumah ,diriku dikagetkan dengan keberadaan adikku dibelakang pintu.

“uh kamu tan membuat kakak kaget saja.”reflekku bersuara.

“lagian kakak tidak ketok pintu dulu seperti biasanya.”jawab adikku

“kakak lelah sekali dek ingin cepat istirahat” jawabku.

Tania memegang kepalaku ,ia tatap wajahku dengan penuh kekawatiran.

“kakak baik-baik saja kan? Tolong jujur kak”tanyanya.

“kakak hari ini merasa lelah dik. beneran” kataku menjawabnya.

Disela berbaringnya tubuh ini diatas kasur ku merenung

“Hati yang penasaran disaat pertama kali melihatnya didalam mobil terasa tergugah ingin

mengenalnya. Malam yang kelam diiringi ramainya suara hewan dimalam hari seakan bersorak

karena malm itulah pertama kali kumengenalnya. Hari-hari kulalui dengannya

bahagya,tawa,dan ceria yang kurasa. Tak ada lukis kesedihan saatku mengenalnya. Sakit yang

ku derita seakan tak terasa dan tergantikan rasa bahagya dalam hati ini. Kebun the yang asli

dan sejuk menjadi penonton kebersamaan kami saat menuju tebing. Angin yang berhembus

dan sinar mentari yang menyentuh kulit saat ditebing menjadi pelengkap hubungan kami. Hari

demi hari dya bersandar dipundakku untuk mengagumi dan mensyukuri ciptaanNya. Kelamnya

sore hari menjadi petanda saatnya diriku menjadi ketera dan indra penglihatannya saat pulang

dari tebing menuju villa. Indahnya suaranya saat melantunkan ayat suci seakan membuatku

semakin ingin memilikinya selamanya. Tetapi semua kenangan itu telah terusik dengan adanya

sakit yang datang menghampiri. Darah yang berkucuran keluar kini telah hadir dalam hubungan

kami. Rasa takut akan perpisahanpun timbul disela kebahagyaan.roda waktu yang berjalan kini

penjadi sosok yang menakutkan karena itulah gerbang pemisah antara ku dan rani …gerbang

yang kian hari berjalan menghampiriku.mungkin hidupku tak lama lagi. Tuhan hanya satu

pintaku biarkan tubuh hamba senantiasa menjadi sinarnya dalam kegelapan.” Renungku dalam

hati disertai tetesan air mata suci yang membasahi pipi.

Pagi pun datang menyapa,alunan tapak kaki aktifitas manusia seakan membangunanku dalam

tidur. Tubuh yang lemas tak berdaya karena kesehatan yang kurang baik.hari ini ku tak bekerja

karena keringat dingin yang menyelimuti pori-pori tubuh.

Hari demi hari berlalu karena kesehatan yang tak kunjung membaik memaksaku hanya bisa

terbaring lemas tak berdaya diatas tempat tidurku.pagi ,siang dan malam silih berganti,rasa

kangenku kepada ranipun semakin terasa.”andai saja rani kesini dan menjengukku?hehehe”

hayalku.

Rani :

“fa kamu sedang apa?sudah beberapa hari ini tak ada sedikitpun kabar darimu.ku tunggu

hadirmu diteras villapun tak ada lagi sosok dirimu yang mengindahkan hari-hariku.apa kau

sudah bosan terhadapku karena aku hanya seorang gadis buta yang tak berdaya tanpamu.

Setiap lamunanku hanya terjawab oleh rasa khawatirku akan dirimu.entah kenapa setelah tiada

kabar tentangmu hati ini terasa sedih.terkadang air matapun keluar dengan sendirinya.aku

sangat merindukanmu raffa kau cahaya dalam gelapku.” Heningku dalam lamunan khawatir

akan raffa.

-------------

Rani yang khawatir akan keadaan raffa kini ia merasa tak sabar hanya bisa menunggu bersama

rasa khawatir yang menemaninya.iapun meminta tolong sama bi surti untuk mengatarkan

dirinya ke rumah raffa untuk mengetahui keadaan raffa yang sebenarnya.

“bi surti saya minta tolong donk.” Pintaku.

“iya non ….kalau boleh tahu non rani ingin apa?”jawabnya

“aku ingin bi surti mengantarkanku kerumah raffa ,bi” jawabku.

“oh itu……ya non dengan senang hati”jawabnya

----

Bi surti yang mengetahui perubahan baik pada rani sangat bersemangat untuk mengantarkan

rani.ketika melewati kebun teh ranipun teringat raffa.

----

Rani:

“angin segar dan wanginya daun teh ini membuatku semakin khawatir akan dirimu fa.

Seharusnya kaulah yang menemaniku ,kau juga yang harusnya memberikan senyuman itu

seperti biasa saat ki menuju tebing kita” sedihku dalam hati.

--------

Saat obrolan ditengah perjalanan bi surti dikagetkan dengan mobil yang kehilangan kendali

melaju kearah rani.

“non awaaaaaaaaaaaaaas…..” teriaknya bi surti kepada rani.

Rani yang tak bisa melihat hanya bisa mendengarkan teriakan bi surti dan tak tahu apa yang bi

surti maksutkan.rani yang diselimuti kegelapan dalam pandangannya itu kini telah terjatuh dan

kepalanya terbentur batu sehingga mengalami pendarahan. Melihat majikannya dalam keadaan

seperti itu bi surti dengan cekatan membawa rani ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan

pertolongan medis.

Bi surti pun lekas menyampaikan keadaan rani kepada raffa.Disaat se keadaan raffa pun

semakin mengkhawatirkan. Darah yang semakin banyak keluar diiringi batuk berdahak darah

membuat orang tua raffa tak tega melihatnya ,membuat orang tuanya terpaksa membawa

kerumah sakit. Ternyata rumah sakit itu sama dengan yang rani singgahi. Rani yang dirawat di

kamar Cepaka 13 sedangkan rafa dirawat di kamar Cepaka 15 ....

Raffa yang terkejut serentak membuat seolah-olah rasa sakit itu tertahan karena berita yang

dibawa oleh bi surti.infus yang menempel seakan tak menjadi penghalang untuknya menuju

kamar Rani. Raffa yang terkejut melihat keadaan rani hanya bisa terdiam dalam dirinya.

Raffa:

“Rani yang buta kini harus mengalami keadaan seperti ini,seandainya ia dapat melihat pasti ia

bisa menjaga dirinya sendiri. Hidupku yang tak lama lagi seakan tak ada arti lagi jika hanya bisa

meninggalkan dunia tanpa peninggalan untuk orang yang sangat ku cintai” gumamku dalam

hati.

Hati yang sedih dan tetesan air mata yang mengiringi seoalah memaksaku untuk terus berfikir

bagaimana cara agar Rani dapat melihat lagi.lekas ku temui dokter spesialis mata di rumah sakit

ini.”akhu harus mendonorkan mata ini untuk rani agar aku bisa selalu menjaganya walau raga

ini tak bisa lagi bersamanya.”

Graaaaaakkkk suara pintu ruangan dokter yang ku buka seakan membuat sang dokter terkejut

mendengarnya.

“selamat siang dok” kataku.

“ya selamat siang maz, apa yang bisa saya bantu?” katanya.

“saya mau mendonorkan mata saya dok untuk pasien yang ada di kamar cempaka nomor 13.”

Kataku.

Melihat keadaanku yang membawa tabung infuse membuat dokter bertanya “ apa anda yakin

maz ,akan mendonorkan matamu untuknya?”

“ya dok. Saya yakin tetapi dokter harus merahasiakan siapa pendonornya .” Kataku.

“ya kalau itu sudah keputusanmu saya bisa melakukannya.” Katanya.

“terima kasih dok atas bantuannya” kataku.

“ya mas sama-sama”katanya.

“Setelah mendengar ucapan terakhir dokter itu lekas ku tinggalkan ruangan itu dengan hati

yang senang, karena mulai setelah oprasi itu rani akan dapat melihat dan biarkan diriku saja

yang akan menggantikannya dalam kegelapan karena diriku tak lama lagi menghembuskan

nafasku.” Gumamku dalam hati.

Hari operasi mata telah terlewati hari ini adalah hari pelepasan perban mata Rani dan hari

pertamaku bisa mendengarkan untaian kekaguman Rani terhadap indahnya dunia.Didalam

Kamar tempat Rani dirawat itu adikku berbisik “kak disini kok ada seorang cowok yang tak

kukenal selain keluarga mbak Rani …”kata adikku. Hatiku sangat senang sekali tetapi ada sedikit

rasa kekawatiran didalam hatiku. “Apakah rani akan mengenaliku ?apa lagi ada cowok lain

disampingnya” gumamku dalam hati…

“selamat pagi semuanya” dokter berkata...”apa semuanya sudah siap untuk melihat hasil dari

operasinya?”.Ayah Rani pun menjawab “kami semua siap dok”...

Serentak suara kegembiraan membuatku kaget…semua terdengar sangat gembira.tetapi ada

beberapa hal yang buat ku sedih, yakni kata “Hai sayang …kamu kok ada disini ?siapa yang udah

ngasi tahu kamu?” pria itu menjawab “ini nih yang ngasi tahu akhu itu ayah

kamu…hehehhe”..setelah mendengar itu semua aku berkata kepada adikku tania “ayo dik kita

pulang saja dari pada disini mengganggu saja”…..

Hati yang sedih dan hancur seakan menjadi satu dengan kegelapan yang sedang ku alami saat

ini. “Kenapa Ran kau tak mengingat ku disaat kau meninggalkan kegelapanmu. Mungkin ini

sudah takdir Tuhan yang harus ku jalani. Ya Allah Terimakasih Engkau telah mengijinkanku

untuk merasakan indahnya cinta walau itu semua berada diujung hidupku. Ku akan selalu

kenang ini semua.”…

Hari demi hari berlalu tanpa ada kabar sediikitpun dari Rani. Semua terasa sunyi sekali tanpa

ada cahayaku itu. Sakit yang semakin parah kian hari semakin terasa sakit sekali. Darah yang

keluar dari hidung serta mulutku seakan menjadi teman baru disisa hidupku.tiba suatu hari ada

kabar datang dari adikku .

“kak ada kabar tentang kak Rani.” Katanya.

Serentak ku mencoba untuk bangun dari tempat tidurku. “apa itu dek?”tanyaku.

“kak Rani sekarang ingin kembali ke Kota untuk menjalani kehidupannya kembali kak” kata

adikku.

“oh ya …kalau gitu kamu mau kan tolong kakak untuk yang terakhir?” tanyaku.

“kakak jangan bilang gitu donk , kakak harus sembuh apapun yang terjadi.” Serunya.

“tolong sampaikan rasa terimakasihku kepada rani karena dia sudah pernah singgah didalam

hatiku. Aku sangat mencintainya.” Ucapku padanya.

“iya kak …”katanya.

Suara tapak kaki adikku yang sedang berlari keluar sangat terdengar ditelingaku. Kemudian

akhu berjalan menuju tempat dimana ku dan rani mengagumi ciptaan Tuhan sekaligus tempat

pertama yang menumbuhkan rasa cintaku padanya.tubuh yang terasa sakit dengan diiringi

batuk yang dalam serta panas tubuh seakan membuatku tak mampu mencapai tempat itu.

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya sampailah ku berada di tempat itu dengan ditemani

sebuah tongkat sebagai ganti indra pengelihatanku. Ku duduk di bersandingan dengan batu

yang dulu pernah ku ukir namaku dan dya..walau ku tak bias melihat tetapi ku sangat

menghafali keberadaan benda yang menjadi saksi cintaku padanya.Tubuh yang letih seakan

ingin tidur kini ku ambil posisi untuk ku tertidur disamping batu itu.

------------------------------------------------Tania---------------------------------

“Tunggu…heeeiiiii kak Rani…”teriakku …

“Iya ada apa ya?” jawabnya.

“kak rani….”bicaraku…

“iya dik ….kamu siapa ya?” jawabnya

“akhu adik kak Raffa namaku Tania” jawabku.

“Tania? ……” jawabnya.

“iya….. apa kamu udah lupa kak rani…. Apa kamu sudah lupa juga dengan kak raffa?” sontakku

padanya.

“raffa…. Oh ya Raffa iya ku mengenalnya…… emangnya ada apa?” tanyanya.

“Heeeeyyyyy siapa kau minggir kami sudah buru-buru ingin kembali ke kota” jawab cowok

aneh.

“heh siapa kau? Tega sekali kau rebut kak rani dari kak raffa” jawabku

“dah udah semua diam….sekarang kamu ngomong ada apa dengan raffa?” sentak kak rani.

“sebenarnya kak raffa mengidap sakit kangker pembuluh darah.dan kini kondisinya memburuk

setelah ia mendonorkan matanya untukmu.” Kataku.

“apa ? apa mata ini……………………kenapa? Kenapa raffa sampek sejauh ini …. Ia menemaniku

disaat ku terpuruk dan sekarang memberikan cahayanya agar ku bisa melihat dunia ini.tetapi

aku sama sekali tak tahu tentang keadaannya dan setelah ku sembuh ku malah melupakannya

begitu saja…….” Ucap kak rani dengan kesedihan.

“asal kau tahu kak raffa hanya ingin ku menyampaikan kalau dia sangat mencintaimu..”kataku.

Setelah mendengar semuanya ia menggandeng tanganku untuk segera membawanya

kerumahku untuk bertemu dengan kak raffa. Kami berlari secepat mungkin tetapi setibanya

dirumah kak rafa tak ada dirumah…

“kak….. kak raffa…ini ada kak rani …kakak dimana” teriakku….

Seluruh sudut rumah ku cari tetapi tak ada jejak kak raffa.

“tunggu aku tahu tempat diamana ia berada…sekarang ikut aku dan tunjukkan dimana tebing

yang biasa raffa singgahi” kata kak rani padaku.

“ya kak akhu tahu dimana tempat itu.dan tak jauh kok dari sini” kataku.

Setelah itu kami berlari menuju tempat itu dan setelah sampai disana kami berdua melihat kak

raffa yang sedang berada disamping sebuah batu..

“itu dia kak raffa….. dekati dia kak rani” suruhku padanya.

…………Rani……………….

Selangkah demi selangkah ku dekati raffa…walau ku tak pernah melihat wajahnya tetapi ia

tetap saja raffa yang menemaniku dulu dalam kegelapan.

“faaa…..”panggilku dari belakangnya….

Tak ada jawaban….

Ku dekati ia rasa kagetpun terkuak setelah ku lihat darah keluar dari hidungnya…ternyata ia

tertidur…

“faa bangun faaa…ini akhu rani” kataku…

Perlahan ia membuka mata dengan lemas…

“oh kamu ran?” jawabnya…..

Ia meraba raba tempat disekelilingnya dan jemari itu mencariku.

“sudah fa sudah kamu tak perlu mencariku lagi…aku disini disampingmu..” kataku.

Ku peluk raffa dengan erat setelah itu ku lepas jaketku kemudian ku pakaikan padanya..

“ran akhu minta maaf kalau ku tak memberi tahumu” katanya.

“sudah fa kamu jangan bahas itu semua…kamu tetap yang terbaik buatku.” Kataku sembari

bertetesan air mata di pipiku.

“ran akhu boleh meminta sesuatu darimu untuk yang terakhir kalinya?” pintanya.

“ya fa …apapun yang kau minta akan ku beri” jawabku

“boleh kah akhu memakaian bunga di telingamu?” pintanya

“ia memakaikanku bunga mawah merah…. Ku teringat dulu ia pernah memakaikan ini disaat ku

berada dalam kegelapan dan kebutaan hati dan jiwaku” gumamku dalam hati.

“kau pasti terlihat cantik seperti dulu ya ran…heheh” katanya…

“raffaaaa” teriakku pelan….

“bolehkan kau baca tulisan yang ada di batu ini untukku?” pintanya

Bahkan ia telah mengukir ini semua disaat ku tak menyadarinya dulu .Ya Allah begitu sempurna

malaikat yang kau kirim padaku …. “iya faaaa”….

“Untuk Rani ..Aku mencintaimu…Dari Raffa” hati yang sedih sekali membuat bibir ini gemetaran

membaca kalimat indah itu.

“aku juga sangat mencintaimu raffa…tetaplah bersamaku” pintaku.

“tak bisa ran akhu harus kembali bersama Sang Pencipta..” jawabnya…

“hari ini aku sangat bahagya ran…. Bisa merasakan hangatnya mentari dan indahnya

bersamamu disaat terakhirku…selammat tinggal rani…aku sangat mencintaimu..” ucapnya

“rafffaaaa”teriakku….

Ku peluk ia sembari memandang mentari dan embun pagi yang menerpa kami di atas tebing

yang menjadi saksi cinta suci kami untuk yang pertama kali dan perpisahan kami……

“Kenapa ku hanya bisa melihatmu dalam sekejap waktu… ku ingin selalu bersamamu raffa…

kau hadir dalam gelapku dan kau memberikan cahaya padaku disaat gelapmu datang….

Walau ragamu telah jauh tetapi mata ini akan menjadi saksi kalau kau selalu ada dihatiku

untuk selamanya raffa”