terapi ozon

Upload: hilda-mazarina-ririi

Post on 18-Jul-2015

763 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 1/29

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Ozon dikenal memiliki peranan dalam melindungi keseimbangan ekologi bumi dan dapat berinteraksi pada tingkat dasar dengan polutan dari industri. Ozon juga memiliki kemampuan biologi yang khas sehingga banyak diteliti untuk digunakan dalam dunia medis.1 Efek medis ozon ditemukan pada abad 19 dan digunakan pertama kali oleh A. Wolff di Jerman pada tahun 1915 (selama Perang Dunia I) sebagai antiseptik.1,2 Penggunaan ozon sudah lama diperkenalkan di luar negeri seperti Belgia, Italia, Perancis, Brazil, Rusia, Argentina, Jepang dan Singapura.3 Sebagai molekul yang memiliki energi yang sangat besar, ozon dapat menginaktivasi bakteri, virus, jamur dan beberapa jenis protozoa, sehingga dapat digunakan sebagai pilihan terapi dalam pengobatan beberapa penyakit dan sebagai terapi tambahan pada penyakit lain.4 Penggunaan ozon dalam bidang medis sangat luas meliputi: bedah, neurologi, gastroenterologi, diabetes dengan komplikasinya, dermatologi, kosmetologi, obstetri dan ginekologi, urologi, sistem kardiovaskuler, stomatologi, otorhinolaringologi, locomotor disorder dan sistem respirasi.2 Dari riwayat penggunaannya yang telah cukup panjang, didukung oleh dokumentasi, terutama dari Rusia, Jerman dan negara Balkan lainnya, menunjukkan adanya manfaat ozon yang menonjol untuk penyembuhan pelbagai penyakit, termasuk kanker, diabetes, jantung, hepar dan menghambat proses penuaan. Menurut Bocci, terapi ozon hanya digunakan untuk melengkapi terapi konvensional atau pada kasus di mana tidak ada terapi lain yang efektif.5 Walaupun ozon telah digunakan sebagai desinfektan yang poten selama hampir satu abad, dan telah digunakan sebagai terapi alternatif selama 4 dekade, kegunaannya dalam dunia kedokteran masih kontroversial. Pihak yang pro meyakini bahwa terapi ozon merupakan pengobatan yang sangat baik sedangkan pihak yang kontra menyatakan bahwa ozon bersifat toksik dan tidak boleh digunakan dalam dunia kedokteran. Masalah ini seharusnya tidak dibiarkan begitu saja, karena setiap tahunnya jumlah pasien di dunia yang menjalani terapi ozon bertambah terus.5 Negaranegara Eropa kebanyakan mendukung penggunaannya, sehingga banyak uji klinis yang dilakukan di sini terutama di Rusia dan Jerman. Negara USA tidak mendukung penggunaannya (Food and Drug Administration dan pemerintah Kanada telah melarang penggunaannya karena dianggap toksik, walaupun pendapat ini ditentang oleh praktisi ozon), tetapi pada kenyataannya 16 negara dan 11 negara bagian di USA telah melegalkan penggunaan terapi ozon dalam dunia medis. 6 Belum ditemukan penelitian berupa uji klinis mengenai keamanan penggunaan ozon dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi yang diklaim dapat diterapi dengan ozon. Pembahasan toksisitas pada umumnya membahas tentang toksisitas ozon terhadap paru-paru. Di Indonesia, pada tanggal 6 April 2003, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Jakarta, bekerja sama dengan Russian Association of Ozone Therapy mengadakan diskusi dan evaluasi ilmiah terbatas, dengan topik Apakah teknologi terapi ozon Rusia dapat dimanfaatkan di Indonesia? di hotel ShangriLa Jakarta, dari hasil diskusi ini dikeluarkan rekomendasi untuk ijin pengoperasian terapi ozon dalam lingkungan wilayah DKI Jakarta dengan surat IDI Wilayah Jakarta no. 465/K/IV/03. Sebenarnya terapi ozon di Indonesia sudah lama digunakan (sejak 1992) sebagai terapi komplementer/alternatif dan suportif.3 B. Permasalahan Minat masyarakat Indonesia terhadap penggunaan terapi alternatif termasuk terhadap terapi ozon saat ini cukup besar. Dengan karakteristik ozon yang khas, diperlukan pertimbangan dan evaluasi secara hati-hati untuk penggunaan dalam mengatasi kondisi medis. Di Indonesia penggunaan terapi ozon sudah cukup lama dan luas, bahkan sudah berdiri klinik-klinik yang mengkhususkan diri pada penggunaan terapi ozon untuk penyembuhan berbagai penyakit. Namun bukti ilmiah manfaat terapi ozon perlu dikaji lebih lanjut. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan terapi ozon ini tidak sedikit, dan harus dikeluarkan dari kantong masyarakat sendiri (out of pocket). C. Tujuan Terwujudnya kajian ilmiah sebagai dasar rekomendasi bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan tentang penggunaan terapi ozon di Indonesia.

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 2/29

BAB II METODOLOGI PENILAIANA. Strategi Penelusuran Kepustakaan Penelusuran artikel dilakukan melalui Medline, Blackwell, Highwire, dan jurnal yang berkaitan seperti: Alimentary Pharmacology and

Therapeutics, Undersea Hyperbaric Medicine, Medical Science Monitoring, Journal Altenative Complimentary Medicine, Artificial Organ, International Ozone Association, American Cancer Society, European Journal of Oncology Nursing, European Archieve of Otorhinolaryngology dan Gerodontology dalam 15 tahun terakhir (19892003). Kata kunci yang digunakan: ozone, ozone therapy,

Hierarchy of evidence : Ia. Meta-analysis of randomized controlled trials. Ib. Minimal satu randomized controlled trials IIa. Minimal penelitian non-randomized controlled trials IIb. Cohort dan Case control studies IIIa. Cross-sectional studies IIIb. Case series dan case reportIV. Konsensus dan pendapat ahli Derajat rekomendasi : A. Pembuktian yang termasuk dalam tingkat Ia dan Ib. B. Pembuktian yang termasuk dalam tingkat IIa dan II b. C. Pembuktian yang termasuk dalam tingkat IIIa, IIIb dan IV. C. Ruang Lingkup Pembahasan Terapi ozon yang akan dikaji pada topik ini dibatasi pada (1) kelainan vaskular, (2) luka, (3) diabetes melitus, (4) kedokteran gigi, dan (5) infeksi ginekologi. Kelima topik kajian ini dipilih karena digunakan di Indonesia.

antioxidant, cancer, diabetes, burns, vascular disease, caries, dental, RCT.B. Hierarchy of evidence dan Derajat Rekomendasi

AIDS,

Hierarchy of evidence dan derajat rekomendasi diklasifikasikan berdasarkan definisi dari Scottish Intercollegiate Guidelines Network yang berasal dari US Agency for Health Care Policy and Research.

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 3/29

BAB III TERAPI OZONOzon (O3) adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfir bumi, memiliki bau yang spesifik dan kuat, dan merupakan bentuk alotropik dari oksigen. Ozon merupakan oksidan yang jauh lebih kuat dibanding oksigen, sehingga dapat mengoksidasi banyak bahan yang inert terhadap oksigen pada kondisi normal.2 A. Karakteristik Ozon Atom oksigen di alam terdapat dalam beberapa bentuk: (1) sebagai partikel atom bebas (O), sangat reaktif dan tidak stabil (2) oksigen (O 2), paling banyak, lebih stabil, dalam bentuk gas tidak berwarna dan dalam bentuk cair berwarna biru (3) ozon (O3), memiliki berat molekul 48, kepadatan gas ini satu setengah kali oksigen, memiliki energi yang sangat besar (3/2 O2 + 143 KJ/mol), dalam bentuk gas berwarna biru dan dalam bentuk padat berwarna biru tua (4) O4, gas biru pucat nonmagnetik, sangat tidak stabil, jarang terdapat, biasanya sudah dipecah menjadi 2 molekul oksigen1,4 Ozon adalah oksidan yang sangat kuat, hanya dikalahkan oleh fluorin dalam kemampuan ini. Ozon juga bereaksi dengan hidrokarbon, amin, kelompok sulfhidril dan senyawa aromatik. Yang berhubungan penting dengan sistem biologi adalah interaksi ozon dengan jaringan, termasuk komponen darah.1 Efek Biokimia dan Fisiologis Ozon Beberapa literatur menyebutkan saat ini diketahui bahwa ozon dapat larut dalam plasma atau air atau serum atau salin fisiologis dan menghasilkan ROS (radical oxygen species). Lipid yang ada di plasma menyerupai yang ada di lipoprotein, mengalami peroksidasi yang prosesnya tergantung pada dosis ozon. Produksi H2O2 (yang berkaitan dengan ozon) dikatakan penting dalam mengaktivasi tubuh baik secara biokimia maupun imunologis. Ozon menginduksi sitokin (TNF-alfa, IFN-gamma dan IL2) ketika darah secara langsung terpapar ozon. Hal ini terjadi secara konsisten walaupun sedikit.7 Efek biokimia Ozon, bukanlah radikal oksigen, tetapi merupakan oksidator kuat dan menghasilkan oksidan dari proses oksidasi tersebut (ROS). Stres oksidasi oleh ozon melibatkan banyak komponen darah, seperti lipoprotein, protein plasma, limfosit, monosit, Efek Reologis Terapi ozon dikatakan merupakan terapi yang efektif pada beberapa kelainan di mana secara positif bisa mempengaruhi mikrosirkulasi.8 Studi granulosit, trombosit dan eritrosit. Ozon bereaksi pada setiap organ dan permukaan tempat ia berkontak (misalnya sel endotel).8 Dalam pertahanan terhadap oksidasi dan terjadinya ROS, berbagai sistem anti-oksidan diaktifkan dan terjadilah produksi enzim anti-oksidan serta pembersih racun. Karena efek oksidasi ozon hampir berbanding lurus dengan konsentrasinya di dalam darah maka di atas kadar tertentu, ozon bisa bersifat sangat sitotoksik dan menyebabkan terjadinya hemolisis. Rentang terapeutik ozon sempit namun jendela kadar aman telah diketahui dengan jelas saat ini. Waktu paruh ozon tergolong pendek. Secara cepat, ozon akan berubah menjadi oksigen melalui reaksi endotermik dan reaksi ini hanya berlangsung selama 10 menit. Proses stres oksidasi oleh ozon terjadi dalam waktu singkat, namun reaksi antioksidan yang berlangsung diyakini dapat bertahan lebih lama dari bentuk awalnya. Berikut reaksi sistem anti-oksidan terhadap stres oksidasi oleh ozon yang meliputi eritrosit, trombosit, leukosit, endotel dan hemostasis yang diadaptasi dari Bocci. 8 Tabel 1. Efek Biokimia Ozon dalam Darah8Eritrosit ATP, EC, 2,3 DPG O2 SR MF PO2 arteri PO2 vena Trombosit TGF PDGF TXB2 Leukosit PGE2 TNF- INF- IL2, IL6, IL8 BK, histamin ? Endotel NO VEGF ? Edema Hemostasis VWF (t-PA) APTT TT

ATP (adenosine triphosphate), EC (energy charge), 2,3 DPG (2,3 diphosphoglicerate), TGF(Transforming Growth Factor), PGE2 (prostaglandin E2), NO (nitrit oxide), Vwf (von Willebrand Factor), PDGF (platelet derived growth factor), TNF(tumor necrosis factor), VEGF, t-PA (tissue plasminogen activator), SR (sedimentation rate), MF (membrane fluidity), TXB2, APTT (activated partial thromboplastine time), IL (interleukin), TT (thrombine time), BK

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 4/29

ozon pada filtrabilitas darah memperlihatkan adanya peningkatan yang diperkirakan berhubungan dengan meningkatnya membrane fluidity (MF) serta penurunan pada laju endap darah. Efek reologis tersebut diyakini memiliki peran penting dalam memperbaiki mikrosirkulasi. Penemuan-penemuan tersebut ditampilkan dalam tabel 2 yang diadaptasi dari Coppola dkk. yang telah dikolaborasi dengan penemuan dari peneliti lain. 8 Parameter tersebut diperkirakan memiliki kontribusi dalam penyembuhan ulkus kronik pada pasien, berdasarkan perbaikan pada mikrosirkulasi, oksigenasi, fasilitasi pelepasan oksigen dan antioksidan yang juga diperankan oleh eritrosit. Efek Metabolik Beberapa studi eksperimental dilakukan terhadap trauma iskemi-reperfusi pada berbagai organ yang berbeda: ginjal, hati dan otak dan praterapi. Studi tersebut menggunakan darah yang diozonisasi di mana ditemukan adanya efek proteksi. Selama iskemi (yang terjadi sebagai konsekuensi akibat degradasi ATP) terdapat peningkatan produksi adenosin dan xantin yang signifikan. Pada periode reperfusi, adenosin berperan sebagai protektor dan di pihak lain, produksi ROS melalui jalur xantin/xantin oksidase berperan sebagai penghancur/perusak.8 Pemberian terapi ozon pada trauma iskemi memperlihatkan penurunan akumulasi xantin yang signifikan, sedangkan kadar adenosin tidak terpengaruh. Pada studi yang serupa, dijumpai peningkatan kadar transaminase dan laktat. Sedangkan kadar glutation dipertahankan dan superoksid dismutase meningkat. Kadar H2O2 tidak meningkat. Studi lain pada hipoksia otak, pemberian terapi ozon memperlihatkan dipertahankannya energy charge (EC) dan ATP serta penghambatan produksi laktat yang pada akhirnya dapat meningkatkan survival time secara signifikan. Singkatnya, perubahan yang terjadi pada metabolik tubuh diuraikan pada tabel 3 dan disertai dengan faktor dan molekul matriks interstisial yang penting dalam proses penyembuhan luka yang mendapat manfaat dari dipertahankannya/ditingkatkannya metabolisme sel. Autohemoterapi memperlihatkan stimulasi metabolik, preservasi ATP, muatan energi, adenosin dan reduksi kadar laktat selama fase iskemi. Faktor tersebut akan meminimalkan

trauma lebih lanjut pada periode reperfusi. Stimulasi metabolik ini membantu terbentuknya faktor matriks interstisial dan mengurangi lipid yang dapat merusak endotel.8 Efek antipatogen Meskipun efek letal dan penghambatan ozon terhadap mikroorganisme patogen telah diamati sejak akhir abad 19, namun penjelasan mengenai mekanisme kerjanya masih belum memuaskan.1 Ozon merupakan germisida kuat, hanya dibutuhkan beberapa mikrogram per liter saja untuk bisa membunuh kuman. Pada konsentrasi H2O 1 g/m3 suhu 10C, ozon dapat menginaktivasi Coliform, Staphylococcus aureus dan Aeromonas hydrophilia dengan cepat. Kecepatan inaktivasi enterovirus lebih cepat lagi dibandingkan dengan E. Coli.1 Pada bakteri, ozon mengganggu integritas kapsul sel bakteri melalui oksidasi fosfolipid dan lipoprotein.1,9 Ozon juga terbukti dapat berinteraksi dengan protein. Pada suatu studi yang menyelidiki efek ozon terhadap E. Coli, ditemukan bukti bahwa ozon dapat berpenetrasi ke dalam membran sel, bereaksi dengan substansi sitoplasma dan mengubah circular plasmid DNA tertutup menjadi circular DNA terbuka, yang dapat mengurangi efisiensi proliferasi bakteri.1 Ozon juga dapat berpenetrasi ke kapsul sel bakteri, mempengaruhi secara langsung integritas cytoplasmic, dan mengganggu beberapa tingkat kompleksitas metabolik. Bakteri yang rentan terhadap efek desinfeksi ozon: Salmonella, Streptokokus, Shigela, Legionella pneumophilia, Pseudomonas aeruginosa, Yersinia enterocilica, Campylobacter jejuni, Mycobacteria, Klebsiella pneumonia, dan Eschericia coli.4 Pada jamur, mekanisme efek fungisidal ozon belum dipahami. Ozon dikatakan dapat menghambat pertumbuhan sel pada beberapa tahap. Pada suatu studi, penghambatan pertumbuhan Candida utilis dengan ozon tergantung dari fase pertumbuhannya dan adanya budding cell. Pada studi lain, dosis rendah ozon menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan Monilia fructagen dan Phytophtora infestans, sedang dosis tinggi menghambatnya.1 Pada virus, kerentanannya terhadap ozon berbeda-beda, pada percobaan menggunakan continuous flow mixed reactor pada kondisi laboratorium, resistensi relatif virus dari yang paling tinggi ke yang paling rendah sebagai

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 5/29

berikut: Polio virus tipe 2, Echovirus tipe 1, Polio virus tipe 1, Coxsackie virus tipe B5, Echovirus tipe 5, Coxsackie virus tipe A9.1 Pada virus, ozon merusak kapsid virus dan mengganggu siklus reproduksi dengan menghambat kontak virus ke sel melalui peroksidasi.9 Kebanyakan penelitian tentang efek virus difokuskan pada kemampuannya untuk memecah molekul lipid. Pada suatu studi, polio virus tipe 1 dipaparkan dengan ozon 0,21 mg/liter pada pH 7,2. Setelah 30 detik, 99% dari virus menjadi inaktif (kehilangan kemampuannya untuk bereplikasi dalam sel host), tapi tetap mempertahankan integritas strukturalnya. Dari analisa komponen virus terlihat adanya kerusakan pada rantai polipeptida dan protein kapsul yang dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk mempertahankan struktural dan pecahnya single stranded RNA menjadi dua bagian yang mengakibatkan terjadinya gangguan replikasi. Peneliti lain pada percobaan yang sama menyimpulkan bahwa terapi ozon dapat merusak kapsid virus.1 Organisme tingkat tinggi memiliki mekanisme enzimatik yang dapat menstabilkan kembali DNA dan RNA yang terganggu yang merupakan penjelasan kenapa terapi ozon pada dosis yang tepat toksik terhadap organisme infeksius dan tidak terhadap pasien.1 Aktivasi sistem imun Pemberian ozon pada konsentrasi 50 g/cc meningkatkan produksi interferon. Tumor necrosis factor (TNF) dilepas dalam jumlah besar pada konsentrasi 30-55 g/cc. Produksi interleukin 2 memulai seluruh kaskade reaksi imunologi.9 Ozon dalam darah adalah oksidator kuat dan menyebabkan: 1. Stimulasi produksi antioksidan 2. Vasodilatasi dan hiperemi (NO) 3. Mengurangi viskositas darah dan plasma 4. Meningkatkan erythroyte membrane fluidity 5. Hiperoksigenasi dan fasilitasi pelepasan oksigen di jaringan

6. Stimulasi metabolik 7. Inaktivasi bakteri, virus, dan jamur 8. Produksi interferon dan TNF B. Produksi ozon medik Ozon memiliki waktu paruh 45 menit pada suhu 200C (68F), dan konsentrasinya menurun menjadi 16% dari nilai awal dalam 2 jam, sehingga ozon harus diproduksi pada saat akan digunakan untuk pengobatan. Pada suhu kamar hampir 50% ozon berubah menjadi oksigen murni. 1 Untuk menghasilkan ozon medik secara aman dan dalam dosis yang tepat, dibutuhkan generator ozon medik dilengkapi sistem penyalurannya. Generator ozon medik berbeda dengan generator industri dalam hal kemampuannya untuk menghasilkan campuran ozon-oksigen paling murni dengan dosis yang tepat.1 Generator dan sistem penyaluran sebagai sumber oksigen harus memiliki tingkat kemurnian medik sehingga terhindar dari nitrogen dan kotoran lain karena nitrogen dapat memproduksi NO yang bersifat toksik terhadap jaringan.4 Generator ozon klinis yang mengatur aliran ozon medik melalui tabung voltase dengan output bervariasi dari 4000 V sampai 14000 volt dapat menghasilkan campuran ozon-oksigen dengan rentang konsentrasi sampai 5%, yang tergantung dari 3 variabel: (1) tegangan yang digunakan (2) kecepatan aliran oksigen dan (3) jarak yang memisahkan elektroda. Kemurnian sumber oksigen menjadi penting karena nitrogen, dengan adanya energi tinggi, dapat membentuk nitrit oksida yang toksik.2 Ozon diproduksi pada saat akan diberikan, karena ozon bukanlah obat yang memiliki shelf life dan dapat ditaruh dalam waktu lama dan dosis tertentu.4 Dari karakteristiknya tersebut, ozon perlu dianggap sebagai pengobatan dengan complex therapeutic dynamics, yang memerlukan pertimbangan dan evaluasi secara hati-hati untuk pengobatan kondisi medis.4

Tabel 2. Efek Reologis Ozon dalam Darah 8Time post ozoneO 15 menit 60 menit

Hematokrit

Filterability whole blood

Viskositas darah

Viskositas plasma

Fibrinogen

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 6/29

Tabel 3. Efek Metabolik Ozon dalam Darah 8ATP Energy charge Kolesterol Trigliserida Asam Lemak Lipid densitas rendah Xantin Asam Hialuronat ? Fibronektin ? FGF-, EGF, KGF ? Kolagen I/III ?

C. Metode Pemberian Terapi Ozon 1. Autohemoterapi mayor Darah vena ditampung ke dalam tabung khusus yang berisi antikoagulan, kemudian ditambahkan campuran ozon-oksigen lalu di injeksikan kembali ke pasien secara intravena.2 2. Injeksi intravena salin yang diozonisasi Larutan salin diozonisasi dengan campuran ozon-oksigen kemudian diberikan secara intravena kepada pasien.2 3. Insuflasi rektal Pemberian campuran ozon-oksigen per rektal dengan peralatan khusus.5 4. Autohemoterapi minor Darah vena diambil dengan syringe, kemudian dicampur dengan campuran ozon-oksigen dan diinjeksikan intramuskular.2 5. Injeksi hipodermik, intraartikular2 periartikular and

10. Aplikasi eksternal campuran ozon-oksigen. Terutama pada lesi seperti ulkus dan gangren pada ekstrimitas atau bagian tubuh lain. 2 11. Penggunaan minyak yang diozonisasi. Ozonated olive oil memungkinkan pemakaian jangka lama, paparan ozon dosis rendah dan peroksidasi lipid terhadap jaringan.1

12. Balneotherapy

Menggunakan air yang diozonisasi dalam bentuk gelembung udara dalam air hangat yang digunakan untuk mandi.1 Darah pasien dikeluarkan melalui salah satu lengan, diozonisasi dan difilter di luar tubuh, kemudian dikembalikan melalui lengan lainnya. Proses ini berjalan terus menerus selama 1 jam dengan jumlah total darah yang diberi ozon mencapai 3-4 liter.3

13. Polyatomic oxygen Apheresis Therapy

14. Penggunaan air yang diozonisasi Digunakan pada ekstraksi gigi atau dental surgery dalam bentuk pencuci dan untuk diminum juga.1 D. Penggunaan Medis Ozon Penggunaan terapi ozon telah diawali sejak beberapa dekade yang lalu sebagai antiseptik. Seiring dengan mulai ditemukannya penelitian tentang potensi ozon dalam hal biokimia, reologik dan metabolik, mulai bermunculan penelitianpenelitian terkait untuk membuktikannya. Sejauh ini, hasil yang didapatkan dari penelitian yang ada umumnya memberikan hasil positif baik pada studi in vitro, preklinis dan klinis. Terapi ozon dalam bidang medis antara lain digunakan untuk mengatasi: 1. Kelainan Vaskular, karena dianggap ozon dapat memperbaiki distribusi oksigen dan pelepasan growth factors yang bermanfaat dalam mengurangi iskemi dan memperbaiki penyembuhan luka.

6. Injeksi langsung intraarterial atau intravena Ozon-oksigen murni diinjeksikan perlahan langsung ke arteri (biasanya arteri femoralis) atau ke vena.1 Teknik ini dilarang sejak tahun 1984 karena dapat menyebabkan emboli paru dan efek samping lain serta keuntungan terapeutiknya diragukan.5 7. Injeksi intramuskular Ozon-oksigen murni diinjeksikan gluteus maksimus atau deltoid. 1 ke otot

8. Ozone-acupunctur

Menggunakan campuran ozon-oksigen yang diinjeksikan ke titik akupunktur khusus.2

9. Drinking, gargling atau irigasi Menggunakan salin yang diozonisasi atau air suling yang diozonisasi.2

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 7/29

2. Infark Miokard, karena ozon dianggap memiliki efek yang baik terhadap profil lipid dan sistem pertahanan antioksidan pada infark miokard. 3. Diabetes Melitus (DM), karena ozon dianggap berpotensi menghambat dan mengatasi gejala-gejala diabetes dengan menurunkan kadar glukosa dalam darah dan meningkatkan suplai oksigen ke dalam jaringan. 4. Luka. Ozon diklaim sebagai alternatif yang potensial untuk dijadikan agen yang membantu penyembuhan luka selain terapi konvensional yang sudah ada. Terapi ozon untuk luka umumnya diberikan secara topikal sebagai antimikroba. 5. Kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi, terapi ozon telah digunakan sebagai

terapi alternatif untuk pengobatan karies, untuk mengoptimalkan periode post-operasi pada pasien bedah tulang fasial (bersama farmaseutikal lain), menyempurnakan metode konvensional terapi konservatif dan mencegah berkembangnya komplikasi pada fraktur mandibula, mengoptimalkan higiene oral, dan pengobatan gingivostomatitis, penyakit paradontium serta alveolitis. 6. Kelainan Ginekologi. Di negara-negara Eropa Timur, ozon banyak digunakan untuk mengatasi infeksi ginekologik, intrauterin hingga komplikasi kemoterapi. Pembuktian ilmiah berbagai penggunaan ozon akan diulas dalam bab selanjutnya.

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 8/29

BAB IV DISKUSITerapi ozon dinyatakan memiliki manfaat pada hampir semua penyakit, namun dari penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan, ditemukan sedikit sekali publikasi ilmiah mengenai terapi ozon. Artikel ilmiah tersebut lebih banyak dimuat dalam jurnal berbahasa Rusia dan Jerman dan hanya beberapa yang menggunakan bahasa Inggris. Umumnya artikel ilmiah ini berupa laporan kasus dengan jumlah subyek sedikit, tidak menyatakan secara jelas metode penelitian dan uji statistik yang digunakan serta tidak menggunakan kontrol. Pembahasan yang dilakukan pada bab ini adalah mengenai indikasi terapi ozon seperti yang termasuk dalam ruang lingkup pembahasan yang tercantum pada Bab II. Namun, masih terdapat keterbatasan sumber informasi berupa artikel ilmiah yang baik untuk pembuktian manfaat dan keamanan penggunaannya. Berikut akan diuraikan penggunaan terapi ozon dalam berbagai keadaan klinis. A. Penggunaan Medis Ozon 1. Kelainan Vaskular Perbaikan distribusi oksigen dan pelepasan growth factors bermanfaat dalam mengurangi iskemi dan memperbaiki penyembuhan luka. Beberapa laporan observasi menyebutkan manfaat ozon terhadap iskemi ekstrimitas bawah kronik, sindrom Raynaud berat dan kelainan pembuluh darah otak dan jantung. Studi serial telah dilakukan untuk mengetahui efek biologis ozon terhadap darah selama AHT. Terjadi peningkatan kadar 2,3diphosphogliserat (2,3-DPG) sehingga kurva disosasi oksihemoglobin bergeser ke kanan dan meningkatkan distribusi oksigen ke jaringan hipoksia dan terdapat peningkatan yang bermakna adenosine triphospat (ATP) intraeritrosit serta Penelitian klinis mengenai manfaat terapi ozon umumnya menggunakan kontrol oksigen. Publikasi yang didapat berupa penelitian klinis dan praktis dalam skala kecil. Berikut beberapa studi yang dilakukan untuk mengetahui efek terapi ozon pada berbagai kelainan pembuluh darah: a. Pengaruh terapi ozon pada profil lipid dan endotel Untuk mengetahui dampak ozon terhadap lipid serum dan trauma endotel yang merupakan faktor penting dalam timbulnya lesi aterosklerotik telah dilakukan studi prospektif dengan kontrol oksigen. Studi diikuti oleh 12 subyek dengan atherosclerotic ischemia of lower limbs (AILL) yang menjalani hemodialisa. Mereka mendapatkan autohemoterapi dengan oksigen sebagai kontrol, diikuti pemberian autohemoterapi dengan ozon dalam konsentrasi 50mcg/ml. Pada penelitian ini dinilai serum lipid dan faktor von Willebrand (vWF). Setelah mendapatkan autohemoterapi ozon, kolesterol total dinyatakan berkurang secara bermakna jika dibandingkan dengan nilai awal. Nilai kolesterol LDL lebih rendah dibandingkan nilai awal. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada aktifitas vWF setelah sesi pertama autohemoterapi ozon.12 b. Penyakit sumbatan arteri perifer Terapi ozon banyak digunakan untuk mengatasi gangguan arteri dengan manifestasi hipoksia jaringan terutama pada ekstremitas bawah. Cara pemberian terapi ozon terpilih untuk keadaan ini adalah dengan autohemoterapi mayor dan hanya diberikan sebagai tambahan terapi lain yang diindikasikan (terapi standar). Sebuah studi yang bertujuan untuk membandingkan efek terapi ozon dengan balneologi klasik pada pasien dengan atheromatosis obliteratif dilakukan melalui pengukuran aktivitas 3 enzim lisosom serum. Penelitian ini melibatkan 96 pasien dengan iskemia ekstrimitas bawah (obliterative atheromatosis) yang dibagi menjadi 3 grup. Ytiu grup dengan terapi ozon, terapi balneologi tradisional dan kontrol. Terapi ozon diberikan dengan infus intravena dan aerosol oxygen-ozone bath selama 30 menit untuk 10 hari. Dilakukan pemeriksaan

energy charge.

Penelitian juga difokuskan untuk mengetahui respons sel endotel manusia setelah diberi paparan terhadap ozon secara in vitro sebagai simulasi dari apa yang terjadi in vivo. Sel endotel secara konsisten melepaskan sejumlah besar NO yang menstimulasi vasodilatasi sehingga bisa menerangkan hilangnya rasa sakit secara cepat pada pasien dengan iskemi pada ekstrimitas.

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 9/29

aktivitas cathepsin-D, fosfatase asam dan arylsulphatase serta -1-antitripsin. Terdapat peningkatan bermakna pada aktivitas hidrolase lisosom dan kondisi umum pada grup ozon bila dibandingkan kontrol. Sedangkan grup dengan terapi balneologi tidak memperlihatkan adanya peningkatan dari aktivitas hidrolase lisosom dan kondisi umum pasien. 11 Sebuah RCT telah dilakukan terhadap 30 pasien yang mengalami peripheral occlusive arterial disease (POAD), yang dipilih secara acak untuk menjalani terapi oksigen hiperbarik atau terapi O2-O3.13 Dilakukan penilaian viskositas darah, erythrocyte filterability, nilai hematokrit, konsentrasi fibrinogen dan waktu trombin (thrombin time -TT). Terapi O2-O3 memperlihatkan peningkatan yang bermakna pada erythrocyte filterability dan penurunan yang bermakna pada viskositas darah. Sebaliknya, terapi oksigen hiperbarik tidak menunjukkan hal tersebut. Peningkatan peroksidasi lipid, dibuktikan dengan

meningkatnya level malonyldialdehyde plasma, sepertinya merupakan mekanisme yang terlibat dalam efek hemoreologik pada terapi O2-O3.13 Menurut Dorstewitz, terapi ozon biasanya diberikan pada keadaan di mana operasi tidak bisa dilakukan atau tidak terdapat indikasi operasi. Austrian Ozone Specialist (Rokitansky), memberikan terapi ozon sebagai terapi praoperasi. Menurut Rokitansky (1982), pemberian terapi ozon pada stadium lanjut dapat menurunkan angka amputasi atas lutut (above knee) hingga 50%.14 Salah satu penelitian dilakukan oleh Austrian Ozone Specialist, melibatkan 152 pasien rumah

sakit Viennese. Hasil penelitian dan kriteria keberhasilan tercantum pada tabel 5 dan 6. 14 Matassi pada tahun 1981 melaporkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 113 pasien bedah vaskular rumah sakit di Milan, Italia. Ringkasan hasil penelitian tercantum pada tabel 7.

Tabel 5. Hasil Penelitian Stadium FontaineII III IV

N Sangat baik62 51 39 54 (87.1%) 36 (70.6%) 21 (53.8%)

Hasil Perbaikan6 (9.7%) 11 (21.6%) 10 (25.6%)

Tanpa perbaikan2 (3.2%) 4 (7.8%) 8 (20.6%)

Tabel 6. Kriteria Hasil Pengobatan Stadium FontaineII III IV

Sangat baikBerjalan >1000m >800m, tanpa nyeri istirahat >500m, gangren sembuh sempurna

Perbaikan>400m >300m, kadang muncul nyeri Amputasi jari kaki dengan penyembuhan yang baik

Tanpa perbaikanTetap atau memburuk Tetap atau memburuk Tetap atau memburuk

Tabel 7. Hasil Penelitian Matassi (1981) Stadium FontaineII III IV

N Sangat baik48 27 38 8 (17%) 2 (7%) 4 (11%)

Hasil Perbaikan28 (58%) 18 (67%) 16 (42%)

Tanpa perbaikan12 (25%) 17 (26%) 18 (47%)

HTA Indonesia_2004_Terapi Ozon_hlm 10/29

Penelitian lain oleh Bolgov dkk.15 yang bertujuan untuk mengetahui manfaat terapi ozon bagi pasien dengan obliterasi pembuluh darah ekstremitas bawah dilakukan terhadap 40 pasien dengan aterosklerosis pembuluh ekstremitas bawah. Mereka terdiri dari 38 pria (usia 54-81 tahun) dan 2 wanita usia 60 dan 73 tahun. Sebanyak 28 pasien menderita insufisiensi kronik arteri grade II dan 12 orang menderita insufisiensi kronik arteri grade III dengan distribusi letak sumbatan bervariasi. Mereka mendapatkan ozonated saline intravena dan autohemoterapi minor. Hasil positif didapatkan pada 93.3% kasus, sedangkan 6.2% pasien tidak mendapatkan efek. Perbaikan dinilai dari berkurangnya nyeri pada otot gastroknemius saat berjalan, perbaikan sirkulasi darah perifer serta meningkatnya toleransi latihan fisik. Hasil terbaik terdapat pada pasien dengan insufisiensi kronik arteri grade II. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pemberian ozonated saline secara parenteral dikombinasi dengan autohemoterapi minor, stimulasi bio-active point dan ozonisasi eksternal dapat memperbaiki sirkulasi perifer dan mikrosirkulasi. 15 Tylicki dkk. mengadakan penelitian untuk mengetahui efikasi terapi ozon terhadap klaudikasio intermiten pada pasien hemodialisa. Penelitian ini melibatkan 10 pasien dengan klaudikasio intermiten (Fontain stadium II) yang mendapatkan AHT ozon dengan konsentrasi ozon 50 microg/mL dengan kontrol oksigen. Pada akhir penelitian didapatkan peningkatan kemampuan berjalan yang bermakna setelah AHT jika dibandingkan dengan nilai awal (30%;P