terapi oksigen

9
Terapi oksigen Abstrak Tujuan utama dari terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksia alveolar dan / atau jaringan. Oleh karena itu, setiap gangguan yang menyebabkan hipoksia merupakan indikasi potensial untuk pemberian oksigen. Tetapi pengiriman oksigen jaringan tergantung pada fungsi kardiovaskular yang adekuat (kardiak output dan aliran jantung), hematologi (Hb dan afinitas oksigennya) dan sistem pernapasan (tekanan oksigen arteri). Oleh karena itu, hipoksia jaringan tidak akan berkurang dengan terapi oksigen saja – fungsi dari ketiga sistem organ juga perlu ditingkatkan. Terapi oksigen harus diberikan sesuai dengan pedoman. Pemantauan yang tepat dari terapi oksigen dianjurkan untuk menjamin oksigenasi yang adekuat dan untuk menyimpan oksigen yang berharga tersebut dari pemborosan. Penggunaan pulse oksimetri adalah metode yang sederhana, cepat, non-invasif, dan dapat diandalkan untuk saturasi oksigen tersebut. Pendahuluan Banyak reaksi biokimia dalam tubuh yang bergantung pada pemanfaatan oksigen. Pasokan oksigen ke jaringan tergantung pada banyak faktor seperti ventilasi, difusi pada membran kapiler-alveolar, hemoglobin, kardiak output, dan perfusi jaringan. Terapi Oksigen diperlukan untuk kegagalan pernafasan pada berbagai kondisi seperti asma yang berat, bronkitis kronis, pneumonia, dan infark miokard, dll. Melalui artikel 1

Upload: silverbullet

Post on 18-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

02

TRANSCRIPT

Terapi oksigen

AbstrakTujuan utama dari terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksia alveolar dan / atau jaringan. Oleh karena itu, setiap gangguan yang menyebabkan hipoksia merupakan indikasi potensial untuk pemberian oksigen. Tetapi pengiriman oksigen jaringan tergantung pada fungsi kardiovaskular yang adekuat (kardiak output dan aliran jantung), hematologi (Hb dan afinitas oksigennya) dan sistem pernapasan (tekanan oksigen arteri). Oleh karena itu, hipoksia jaringan tidak akan berkurang dengan terapi oksigen saja fungsi dari ketiga sistem organ juga perlu ditingkatkan.Terapi oksigen harus diberikan sesuai dengan pedoman. Pemantauan yang tepat dari terapi oksigen dianjurkan untuk menjamin oksigenasi yang adekuat dan untuk menyimpan oksigen yang berharga tersebut dari pemborosan. Penggunaan pulse oksimetri adalah metode yang sederhana, cepat, non-invasif, dan dapat diandalkan untuk saturasi oksigen tersebut.

Pendahuluan Banyak reaksi biokimia dalam tubuh yang bergantung pada pemanfaatan oksigen. Pasokan oksigen ke jaringan tergantung pada banyak faktor seperti ventilasi, difusi pada membran kapiler-alveolar, hemoglobin, kardiak output, dan perfusi jaringan. Terapi Oksigen diperlukan untuk kegagalan pernafasan pada berbagai kondisi seperti asma yang berat, bronkitis kronis, pneumonia, dan infark miokard, dll. Melalui artikel ini, kami telah berupaya untuk meninjau dasar fisiologis dari hipoksia, dasar terapi oksigen, indikasinya, alat-alat pemberian dan bahayanya.

Sistem pernapasanSistem pernafasan berkaitan dengan pengiriman jumlah oksigen yang adekuat dan pembuangan karbon dioksida dari sel-sel tubuh dengan jumlah yang sesuai dan pemeliharaan keseimbangan asam-basa normal dalam tubuh. Pasokan oksigen yang tepat dan eliminasi karbon dioksida dari berbagai jaringan tubuh tergantung pada fungsi optimal dari berbagai bagian dari sistem pernapasan seperti dinding dada dan otot pernapasan, saluran udara dan paru-paru, CNS (termasuk pusat pernafasan meduler), medula spinalis, CVS, dan sistem endokrin. Suatu gangguan di bagian manapun dari sistem ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.Kegagalan pernapasanSelama kegagalan pernapasan, terjadi ketidakmampuan untuk menjaga gas darah arteri pada tingkat normal, sedangkan menghirup udara saat beristirahat di permukaan laut, dan tekanan parsial oksigen biasanya di bawah 60 mmHg dengan atau tanpa tekanan parsial karbon dioksida di atas 49 mmHg dalam darah arteri

Tipe Kegagalan pernapasan dapat bersifat akut atau kronis. Kegagalan pernafasan akut berkembang tiba-tiba atau lambat jika paru-paru sudah berpenyakit, sedangkan kegagalan pernapasan kronis berkembang lambat karena penyakit paru-paru yang mendasari. Kegagalan pernapasan dapat terjadi bahkan jika paru-paru normal seperti pada penyakit sistem saraf, dinding dada, atau saluran napas atas. Pertukaran gas yang tidak adekuat dikaitkan dengan hipoksemia dengan atau tanpa hiperkarbia (kegagalan pernapasan atau kegagalan paru-paru tipe-1), sementara ventilasi tidak adekuat menyebabkan hipoksemia dengan hiperkarbia (Tipe-2 atau kegagalan ventilasi). Kegagalan pernapasan Tipe-1 terjadi ketika ada gangguan pada pertukaran gas perifer pada bagian tubuh dan PPOK tipe-2, asma bronkial, penyakit neuromuskuler, dan kelainan dinding dada.Penyebab yang berbeda-beda dari kegagalan pernafasan akutA. Defek ventilasi Depresi pusat pernafasanObat-obatan seperti narkotika, anestesi, dan sedatifInfark serebralTrauma serebral Gangguan neuromuskulerMyasthenia gravisSindroma Guillain-BarreCedera otak atau tulang belakangPolio, porfiria, botulismus Obstruksi jalan napasPenyakit paru obstruktif kronikAsma akut berat Defek restriktif Penyakit paru interstisial Kifoskoliosis, spondilitis ankilosa Palsy diafragma bilateral Obesitas beratB. Gangguan difusi dan pertukaran gasEdema paruSindrom distress pernapasan akutTromboemboli paruFibrosis paru C. Kelainan ventilasi-perfusiPenyakit paru obstruktif kronikFibrosis paruSindrom distress pernapasan akutTromboemboli paru

PengelolaanTujuan terapi pada gagal napas adalah untuk mencapai dan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan mengembalikan kondisi dari proses yang menyebabkan kegagalan. Pada kegagalan pernapasan tipe-1, oksigen dengan konsentrasi tinggi diberikan untuk memperbaiki hipoksemia. Pada awalnya harus ditentukan apakah hipoksemia dapat dikurangi dengan terapi oksigen sendiri atau kebutuhan oksigen dan intervensi ventilasi. Keputusan ini dibuat berdasarkan ada atau tidak adanya hiperkapnia dan penyakit paru. Pasien dengan ARDS tidak membaik dengan terapi oksigen sederhana dan mereka membutuhkan ventilasi mekanis (Positive end expiratory pressure - PEEP). Pada kegagalan pernapasan tipe-2 dengan paru-paru yang normal sebelumnya, terdapat ventilasi alveolar yang tidak adekuat dan pada pasien ini diperlukan bantuan ventilasi. Pada pasien dengan riwayat penyakit paru sebelumnya seperti pada PPOK eksaserbasi akut, terapi oksigen terkontrol diperlukan. Ventilasi mekanis harus dihindari pada pasien dengan PPOK karena penyapihan dari ventilator akan sangat sulit.

Hipoksia dan hipoksemiaHipoksia adalah kekurangan oksigen di tingkat jaringan sementara hipoksemia berarti tekanan oksigen arteri yang rendah di bawah nilai normal yang diharapkan (85-100 mmHg). Hipoksemia akibat gangguan paru:Kemunculan kegagalan pernafasan akut bersifat mendadak pada orang yang sebelumnya sehat sedangkan akan bertahap pada pasien dengan penyakit pernapasan kronis yang sudah ada. Terdapat tanda-tanda dan gejala hipoksemia yang menyertai penyakit komplikasi yang mendasari. Gambaran umum yang berkaitan dengan hipoksemia adalah rasa gelisah, palpitasi, berkeringat, penurunan kesadaran, sakit kepala, kebingungan, dan sianosis. Tekanan darah pada awalnya mungkin naik tapi akan turun seiring keparahan hipoksemia yang makin memburuk. Hiperkapnia menyertai hipoksemia bila terjadi hipoventilasi, seperti kondisi yang tertulis A di Tabel.Selama kegagalan pernafasan akut kita membutuhkan konsentrasi tinggi oksigen pada awalnya untuk memperbaiki hipoksemia sehingga mencegah kerusakan organ. Tidak hanya koreksi PaO2 tetapi pengiriman oksigen ke jaringan dan pemanfaatan yang tepat juga adalah hal yang penting. Diagnosis dibuat dari tampilan klinis penyakit dan pemeriksaan yang relevan. Diagnosis gagal nafas akut ditegakkan oleh pemeriksaan gas darah dan penentuan pH.

ARDSDalam kasus tersebut untuk memperbaiki hipoksemia, penggunaan ventilator oksigen terkontrol sering memerlukan PEEP (positive end expiratory pressure). PaO2 yang diinginkan adalah sekitar 60 mmHg dengan FiO2 serendah mungkin yang dicapai dengan PEEP dalah sekitar 10-15 cmH2O. Setelah 24 jam awal, FiO2 tidak boleh melebihi 60% (untuk mengurangi risiko toksisitas O2).

Asma bronkial berat akutPasien dengan asma berat akut atau status asmatikus memiliki obstruksi jalan napas dan inflamasi yang parah. Pada umumnya mereka mengalami hipoksemia. Hipoksemia dikoreksi dengan memberikan oksigen melalui nasal kanula atau masker wajah pada tingkat aliran 4-6 L / menit untuk mencapai FiO2 sebesar 35-40%. Laju aliran dapat disesuaikan untuk mempertahankan PaO2 sekitar 80 mmHg atau lebih. Risiko hiperkarbia dan narkosis CO2 lebih tinggi pada PPOK daripada asma berat akut dan dalam kasus tersebut bantuan ventilasi seringkali diperlukan. Pemberian obat sedatif dan tranquilizer harus dihindari. Obat sedatif dapat memicu retensi CO2 tidak hanya pada pasien PPOK tetapi juga pada pasien asma.

Pneumonia beratPada pneumonia virus atau bakterial akut, mungkin terjadi hipoksemia dan gagal napas. Oksigen diberikan pada tingkat aliran 4-6 L / menit untuk mencapai PaO2 di atas 60 mmHg. Higiene bronkial dan pengobatan dengan antibiotik dan obat-obatan yang lain sementara dilanjutkan.Penyakit Paru InterstitialPasien mungkin mengalami gagal nafas karena fulminant onset atau karena infeksi berulang. Paru menjadi kaku dan daya compliance rendah. Pada beberapa pasien memerlukan oksigen untuk memperpanjang periode, seseorang harus menghirup oksigen FiO2 sekitar40% sedini mungkin. Beberapa pasien mungkin menjadi dispneu setelah penggunaan oksigen sebelum dan sesudah aktivitas fisik.Tromboemboli ParuHipoksemia pada tromboemboli paru merupakan keadaan yang umum tetapi tidak esensial. Oksigen diperlukan ketika pasien dalam keadaan sesak dan hipoksemia tergantung pada keadaan sirkulasi paru yang tersumbat.Infark paru dicegah dengan oksigen alveolar dan vascular bronkial sistemik anastomosis dimana dapat dperkaya dengan terapi oksigen.

Pneumothorax Spontan dan PneumomediastinumHipoksemia bisa dipicu pada pasien yang mempunyai penyakit paru sebelumnya. Oksigen 100% dapat diberikan pada periode jangka pendek karena menyebabkan denitrofication pleura dan udara pada mediastinal yang mana pada akhirnya diabsorbsi di sirkulasi.Begitu sebaiknya yang telah terbukti kebenarannya melebihi 12-16 jam untuk menghindari toksisitas oksigen.Indikasi Terapi OksigenOksigen dapat diberikan dalam konsentrasi tinggi atau rendah pada semua kondisi yang berhubungan dengan hipoksemia. Pada kondisi seperti COPD yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya hiperkarbia, biasanya yang digunakan dengan konsentrasi rendah.Pada kondisi akut pada paru (tanpa undelying disease dari penyakit paru kronik) seperti emboli paru, pneumonia, tension pneumothorax, asma akut, edema paru atau infark miokard, oksigen dengan konsentrasi tinggi dapat diberikan. Demikian pula pada alveolitis fibrosis,terjadi retensi CO2, jadi pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi diberikan pada konsisi berbahaya sebagai dalam kondisi inti tidak adanya induksi hipoventilasi. Mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg dapat diberikan saturasi O2 90%. Selama eksaserbasi akut pada COPD, kemoreseptor yang mengendalikan menyebabkan penurunan ventilasi alveolar. Hipoksemia harus segera dikurangi dengan memberikan oksigen dalam konsentrasi 24% untuk meningkatkan oksigenisasi tanpa kehilangan stimulasi pernapasan.Tujuan Terapi OksigenTujuannya adalah untuk mengurangi hipoksemia dengan meningkatkanketegangan alveolar, untuk mengurangi kerja pernapasan, dan untuk mengurangi kerja miokardium. Oxygenshould digunakan seperti obat dalam berbagai kondisi dan pada masing-masing individu. Gas darah harus diukur berulang kali pada pasien dengan acute respiratory failure pada terapi oksigen. Tujuan adalah untuk mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg. Oksigen harus diberikan dosisi rendah secara terus menerus sejak meningkatnya FiO2 karena peningkatan PaO2

1