referat terapi oksigen

44
BAB I PENDAHULUAN Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memedai yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.Hipoksia akut akan menyebabkan gangguan judgement, inkoordinasi motorik dan gambaran klinis yang mempunyai gambaran pada alkoholisme akut. Kalau keadaan hipoksia berlangsung lama mengakibatkan gejala keletihan, pusing, apatis, gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja. Peranan oksigen dan nutrient dalam metabolisme memproduksi energi utama untuk berlangsungnya kehidupan sangat bergantung pada fungsi paru yang menghantarkan oksigen sampai berdifusi lewat alveoli kekapiler dan fungsi sirkulasi sebagai transporter oksigen kejaringan.Disamping sebagai bahan bakar pembentukan energi oksigen dapat juga dipakai sebagai terapi berbagai kondisi tertentu. Peran oksigen sebagai obat maka pemberian oksigen juga

Upload: eka-henny-suryani

Post on 09-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

iiu

TRANSCRIPT

Page 1: Referat terapi oksigen

BAB I

PENDAHULUAN

Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah

tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memedai yang terjadi akibat

pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan

sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan

berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.Hipoksia akut akan menyebabkan

gangguan judgement, inkoordinasi motorik dan gambaran klinis yang mempunyai

gambaran pada alkoholisme akut. Kalau keadaan hipoksia berlangsung lama

mengakibatkan gejala keletihan, pusing, apatis, gangguan daya konsentrasi,

kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja.

Peranan oksigen dan nutrient dalam metabolisme memproduksi energi utama

untuk berlangsungnya kehidupan sangat bergantung pada fungsi paru yang

menghantarkan oksigen sampai berdifusi lewat alveoli kekapiler dan fungsi sirkulasi

sebagai transporter oksigen kejaringan.Disamping sebagai bahan bakar pembentukan

energi oksigen dapat juga dipakai sebagai terapi berbagai kondisi tertentu.

Peran oksigen sebagai obat maka pemberian oksigen juga punya indikasi, dosis, cara

pemberian dan efek samping yang berbahaya. Untuk aman dan efektifnya terapi

oksigen perlu dikuasai fisiologi respirasi dan sirkulasi dan sifat sifat oksigen itu

sendiri.

Page 2: Referat terapi oksigen

BAB II

HIPOKSIA

II.1 Definisi

Hipoksia merupakan suatu kondisi penurunan pemasukan oksigen ke jaringan

sampai di bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai.

Dahulu keadaan ini disebut anoksia dimana tidak ada oksigen yang tersisa sama

sekali yang ternyata setelah dipelajari pemakaian istilah anoksia ini tidak tepat. Tanpa

oksigen sel terutama otak akan mati dalam beberapa menit. Sedangkan hipoksemia

adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah

arteri. Hipoksia dibagi menjadi hipoksia akut dan hipoksia kronis. Hipoksia akut

adalah berkurangnya pasokan oksigen secara mendadak atau cepat dalam durasi

menit ke jam yang disebabkan oleh asfiksia, obstruksi jalan napas, perdarahan akut,

penyumbatan alveoli oleh edema atau eksudat infeksius, atau kegagalan

kardiorespirasi mendadak. Sedangkan hipoksia kronik berkurangnya pasokan oksigen

secara lambat dengan durasi jam ke hari.

II.2 Etiologi

Berhubungan dengan anestesi

- Airway

Jalan napas yang terobstruksi menghalangi oksigen ke paru-paru akibat dari

salah letak posisi pipa endotrakeal di esophagus atau akibat muntah yang teraspirasi

dan menghalang jalan napas.

- Breathing

Pernapasan yang tidak adekuat menghalang oksigen yang cukup ke alveoli

akibat bronkospasme yang kronik, pneumotoraks dan spinal anestesi yang terlalu

tertinggi.

Page 3: Referat terapi oksigen

Bronkospasme akan menghalang oksigen yang cukup ke paru-paru dan

menghalang pengeluaran karbon dioksida dari paru. Pneumotoraks bisa juga

menyebabkan bagian paru-paru yang terkena kolaps.

- Circulation

Kegagalan sirkulasi menghalangi oksigen masuk ke jaringan yang biasanya

disebabkan oleh hipovolemia, gangguan irama jantung dan gagal jantung.

- Drugs

Anestesi yang terlalu dalam akan menekan pernapasan dan sirkulasi. Banyak

obat-obat anestesi yang bisa menyebabkan penurunan tekanan darah. Obat pelemas

otot juga bisa melumpuhkan otot pernapasan dan menghalangi pasien bernapas

adekuat.

- Equipment

Masalah pada mesin dan alat anestesi seperti mesin ventilasi yang tidak

tersambung atau terhalang atau sumber oksigen sendiri seperti alat konsentrasi

oksigen yang tidak berfungsi. Juga masalah dari mesin monitor akibat daripada

kehabisan bateraipada alat oksimeter atau salah probe

II.3 Klasifikasi

Hipoksia Hipoksik (anoksia anoksik)

Terjadi apabila PO2 darah arteri berkurang. Hipoksia hipoksik adalah keadaan

hipoksia yang disebabkan karena kurangnya oksigen yang masuk paru-paru sehingga

oksigen tidak dapat mencapai darah dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah.

Kegagalan ini bisa disebabkan adanya sumbatan atau obstruksi di saluran pernapasan,

baik oleh sebab alamiah (misalnya penyakit yang disertai dengan penyumbatan

saluran pernafasan seperti laringitis difteri, status asmatikus, karsinoma

bronchonenik, dan sebagainya) atau oleh trauma atau kekerasan yang bersifat

Page 4: Referat terapi oksigen

mekanik, seperti sumbatan jalan nafas, tercekik, penggantungan, tenggelam dan

sebagainya

Hipoksia anemik

Adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak

dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme seluler,

seperti pada keracunan karbon monoksida karena afinitas CO terhadap hemoglobin

jauh lebih tinggi dibandingkan afinitas oksigen dengan hemaoglobin.

Hipoksia stagnan

Adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak

mampu membawa oksigen ke jaringan oleh karena kegagalan sirkulasi seperti pada

heart failure atau embolisme, baik emboli udara vena maupun emboli lemak.

Hipoksia histotoksik

Keadaan hipoksia yang disebabkan karena jaringan yang tidak mampu

menyerap oksigen, salah satu contohnya pada keracunan sianida. Sinida dalam tubuh

akan menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal

terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen

yang dibawa darah. Dengan demikian, proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat

berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi melepaskan oksigen ke sel

jaringan sehingga timbul hipoksia jaringan. Hal ini merupakan keadaaan paradoksal,

karena korban meninggal keracunan sianida mengalami hipoksia meskipun dalam

darahnya kaya akan oksigen.

Ketiga jenis hipoksia yang terakhir (yakni hipoksia anemik, stagnan dan

histotoksik) disebabkan penyakit atau keracunan sedangkan hipoksia yang pertama

(yakni hipoksia hipoksik) disebabkan kurangnya oksigen atau obstruksi pada jalan

nafas baik karena penyakit maupun sebab yang bersifat mekanik.

Page 5: Referat terapi oksigen

II.4 Penegakan Diagnosis

Gejala Klinis

- Sistem saraf sentral : gangguan mental, gelisah, mudah tersinggung,

berkeringat, apatis hingga koma bila berlanjut

- Sistem kardiovaskuler : takikardi, bradikardi (bila berlanjut), aritmia,

mula-mula hipertensi sampai hipotensi

- Sistem pernapasan: hiperventilasi, dyspnea, napas cepat dan dangkal

(pernapasan Kaussmaul), gerak napas cuping hidung, retraksi sela

iga.

- Kulit: Sianosis

Laboratorium

Setiap keluhan atau tanda gangguan respirasi hendaknya mendorong di

lakukannya analisis gas-gas darah arteri. Analisis Gas Darah (AGD) merupakan gold

standart untuk menentukan hipoksia karena bisa menentukan SaO2 dan secara tidak

langsung menentukan PaO2. Hipoksia bisa dideteksi jika saturasi hemoglobin akan

oksigen (SaO2) kurang dari 90%, tegangan oksigen arterial (PaO2) kurang dari 70

mmHg, pH darah <7,35, bila hiperventilasi PaCO2 < 76 mmHg atau bila

hipoventilasi PaCO2 > 44 mmHg.

II.5 Patofisiologi

Gangguan pada jalan napas (airway), pernapasan (breathing), sirkulasi

(circulation) menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke paru-paru secara adekuat.

Maka tidak terjadi difusi dari alveoli ke kapilar mengikut gradient dari yang

bertekanan tinggi ke bertekanan rendah dan oksigen tidak dapat di hantar ke jaringan,

maka terjadilah hipoksia.

Hipoksia akut akan menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah

pulmoner tetapi menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah sistemik.

Page 6: Referat terapi oksigen

Vasokonstriksi pada pembuluh darah pulmoner akan menyebabkan tensi pada pasien

meningkat. Keadaan hipoksia juga akan merangsang kemoreseptor perifer dan terjadi

peningkatan ventilasi sebagai kompensasi untuk meningkatkan asupan oksigen ke

tubuh. Maka peningkatan ventilasi ini akan menyebabkan alkalosis respiratorik yang

sangat berguna untuk menekan hipertensi akibat vasokonstriksi pembuluh darah tadi.

Kemoreseptor perifer juga akan mengaktifkan aktivitas saraf simpatis. Maka

pada pasien akan mengalami peningkatan denyut nadi, cardiac output, tensi yang

tinggi dan kontraksi pada otot jantung. Keadaan ini akan diperberat lagi apabila

pasien dalam keadaan dingin dan berolahraga. Namun vasodilatasi pembuluh darah

sistemik sangat berguna untuk menurunkan tensi pada pasien untuk mengurangkan

beban jantung.

Tindakan-tindakan anestesti akibat kesalahan tindakan atau kesalahan mesin

serta efek obat-obatan seperti gas volatile anestetik, opiod dan sedatif yang

menyebabkan hipoventilasi akan menurunkan jumlah oksigen yang teraspirasi. Maka

Pa02 yang merupakan keseimbangan antara oksigen terinspirasi dengan proses

metabolik dalam badan akan menurun. Keadaan ini akan meransang kemoreseptor

badan aorta dan carotid dan badan akan mengkompensasi dengan hiperventilasi dan

peningkatan dan cardiac output.

Hipoksia yang berkepanjangan atau kronis akan memberikan efek buruk pada

badan karena organ akan menerima kurang asupan oksigen. Di otak akan mengalami

stroke, di jantung akan menyebabkan gagal jantung kongestif, serangan jantung dan

angina pectoris serta menyebabkan kegagalan fungsi organ yang multiple seperti di

paru dan ginjal. Yang lebih membahayakan lagi, keadaan hipoksia dapat memicu

terjadinya kanker.

Page 7: Referat terapi oksigen

Hubungan dengan anestesi

Hipoventilasi

(obstruksi jalan napas, volatile gas anastetik, opiod dan sedatif)

Penurunan oksigen yang terinspirasi

P2O2 menurun

(PaO2 merupakan keseimbangan antara oksigen terinspirasi dengan proses metabolic

dalam badan)

Kemoreseptor badan aorta dan carotid akan terangsang

Hiperventilasi dan peningkatan cardiac output

Page 8: Referat terapi oksigen

II.6 Penatalaksanaan

Page 9: Referat terapi oksigen
Page 10: Referat terapi oksigen

Keadaan pasien yang hipoksia perlu ditangani dengan segera untuk

mengelakkan kegagalan fungsi organ yang lain. Apabila saturasi oksigen kurang dari

94% , ia sudah boleh di katakan sebagai hipoksia sementara etiologi sebenar dapat

dibuktikan. Maka pasien harus diberikan oksigen bertekanan tinggi dan memberi

ventilasi secara manual dengan memompa pada volume tidal yang tinggi. Setelah itu

lihat perkembangan pada pasien. Jika pasien respon dengan baik, maka cari

penyebabnya dan masalahnya apakah bersumeber dari pasien atau dari alat.

Jika penyebab hipoksia dari pasien, periksa A,B,C,D. Pada airway dengan

maneuver chin lift atau jaw thrust, periksa posisi LMA dan pipa endotrakeal dan

reposisi semula jika mengalami kesalahan letak. Jika masih ragu-ragu, LMA dan pipa

endotrakeal di keluarkan dari mulut pasien. Evaluasi juga sama ada terjadi spasme

pada laring atau tidak dan tangani jika terjadinya spasme. Pada breathing, periksa

volume tidal, saturasi oksigen dan karbon dioksida. Lakukan auskultasi pada kedua-

dua paru dan evaluasi suara napas simetris atau tidak. Jika curiga terjadi

bronkospasme, beri obat bronkodilator tetapi jika curiga pneumotoraks, lakukan

drainase dada. Pada circulation, periksa nadi, tekanan darah dan EKG. Evaluasi jika

ada kehilangan darah yang akut, dehidrasi atau kehilangan cairan yang banyak dan

tangani dengan resusitasi cairan secara intravena. Evaluasi jika hipoksia pada pasien

adalah akibat dari efek obat (drugs) opiod, gas volatile, sedatif yang mendepresi

napas atau muscle relaksans yang menyebabkan otot jantung tidak berkontraksi atau

karena spinal anestesi yang terlalu tinggi yang melumpuhkan otot diafragma.

Jika hipoksia penyebabnya dari alat-alat anestesi, periksa suplai oksigen,

concentrator dan pada silinder. Periksa juga ada atau tidak bagian yang tidak

tersambung atau yang terhalang pada alat ventilator. Jika masih belum terkoreksi,

matikan ventilator dan gunakan self-inflating bag atau jika tidak ada lakukan

pernapasan buatan mouth to mouth atau ventilasi dengan pipa endotrakeal.

Jika pada circulation, nadi karotis tidak teraba maka lakukan resusitasi

jantung paru (RJP). Menurut American Heart Association tahun 2010, resusitasi

jantung paru (RJP) dimulai dengan melakukan kompresi dada dahulu berbanding

Page 11: Referat terapi oksigen

membuka jalan napas dan memberi napas buatan. Basic Life Support terdiri dari C-A-

B sedangkan Advanced Life Support di tambah D-E-F.

Compressions

Letakkan puncak tangan di setengah dari bagian bawah sternum. Pijat 30x

dengan kedalaman 2 inci dan kecepatan 100x/menit dan beri napas buatan

sebanyak 2x. Push hard, push fast! Kompresi ini sangat penting untuk

memberi asupan oksigen pada organ vital terlebih dahulu sebelum

membebaskan jalan napas.

Airway

Membuka jalan napas dengan maneuver head tilt dan chin lift.

Perhatikan ada sumbatan jalan napas akibat lidah, bendasing atau cairan dan

singkirkan jika ada. Look, Listen, Feel pada gerakan dada, suara napas dan

aliran udara untuk mengetahui sama ada pasien bernapas atau tidak

Breathing

Beri napas buatan secara mouth to mouth tiap 1 detik sampai dada

terangkat

Drugs

Adrenalin di beri 3-5 menit sebanyak 3 kali pemberian. Atropin 3mg.

Di beri secara intravena, intratrakeal atau intraosseus. Tidak boleh di berikan

secara intrakardial

EKG

Di lihat gambaran ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi, asistole, PEA

atau EMD

Page 12: Referat terapi oksigen

Fibrillation

Diberi DC shock pada pasien dengan gambaran EKG ventrikel

fibrilasi dan ventrikel takikardi saja dengan kekuatan 360 Joule pada bagian

apex paru dan iktus cordis paru berlawanan. Pastikan gel secukupnya di beri

untuk menghindari kulit terbakar akibat renjatan elektrik. Instruksikan supaya

semua lepas dari pasien. Atas bebas! Bawah bebas! Samping bebas! Saya

bebas! Evaluasi selama 2 menit adakah irama jantung masih fibrilasi atau

takikardi. Ulang pemberian dan evaluasi lagi. Jika berhasil, CPR tetap

diteruskan.

Page 13: Referat terapi oksigen
Page 14: Referat terapi oksigen

BAB III

TERAPI OKSIGEN

1I1.1. Definisi

Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru

melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Terapi

oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang

ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen

dalam ruangan adalah 21 %. Sejalan dengan hal tersebut diatas Terapi oksigen adalah

suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang

dapat dilakukan dengan cara:

a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )

b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)

III.2. Tujuan/ kegunaan

a. Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk

memfasilitasi metabolisme aerob

b. Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :

- Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta mmempertahankan

oksigenasi jaringan yang adekuat.

- Menurunkan kerja nafas dan miokard.

- Menilai fungsi pertukaran gas

Alat Aliran (L/menit)Fi O2 (fraksi oksigen

inspirasi)

Kanula

nasal

1

2

3

4

5

0,24

0,28

0,32

0,36

0,40

Page 15: Referat terapi oksigen

6 0,44

Masker

oksigen

5-6

6-7

7-8

0,40

0,50

0,60

Masker

dengan

kantong

reservoi

r

6

7

8

9

10

0,60

0,70

0,80

≥0,80

≥0,80

III.3. Indikasi

a. Pasien hipoksia

b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal

c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal

d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.

e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.

f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.

III.4. Kontra indikasi

Tidak ada kontra indikasi absolut :

a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.

b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala,

trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.

c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi,

akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

III.5. Alat – alat yang diperlukan

a. Kateter nasal.

b. Kanul nasal/binasal/nasal prong

Page 16: Referat terapi oksigen

c. Sungkup muka sederhana.

d. Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.

e. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen.

f. Sungkup muka Venturi

g. Jelly.

h. Plester.

i. Gunting.

j. Sumber oksigen.

k. Humidifier.

l. Flow meter.

m. Aqua steril.

n. Selang oksigen.

o. Tanda dilarang merokok

III.6. Syarat-syarat Pemberian Oksigen Meliputi :

1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi,

2. Tahanan jalan nafas yang rendah,

3. Tidak terjadi penumpukan CO2,

4. Efisien,

5. Nyaman untuk pasien.

III.7. Protokol prosedur

Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :

1. Sistem Aliran Rendah

Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,

bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari volume

inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen ini

bercampur dengan udara ruangan, maka FiO2 aktual yang diberikan pada pasien tidak

diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan

dengan patokan volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok untuk pasien

Page 17: Referat terapi oksigen

stabil dengan pola nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal, misalnya klien

dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.

Contoh sistem aliran rendah adalah :

Low flow low concentration :

a. Kateter nasal

b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.

Low flow high concentration

a. Sungkup muka sederhana.

b. Sungkup muka dengan kantong rebreathing

c. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a. Kateter Nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara

kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. Prosedur

pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai naso

faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai kedalaman dan

frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak.

a. Keuntungan Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,

dan membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai

kateter penghisap. Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

b. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%, tehnik

memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat kateter

melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan mengalami trauma, fiksasi kateter

akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus diganti tiap 8 jam dan

diinsersi kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi lambung, terjadi iritasi selaput

lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri

sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat dan

tertekuk.

Page 18: Referat terapi oksigen

Tahap kerja:

1. Atur posisi pasien senyaman mungkin ( memudahkan dalam melakukan

tindakan)

2. Jaga privacy pasien (menjaga kesopanan perawat dan kepercayaan pasien).

3. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau memudahkan dan melancarkan

pelaksanaan tindakan).

4. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi (syarat utama pemasangan

nasal kateter adalah jalan nafas harus bebas untuk memudahkan memasukkan

kateter).

5. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi (jalan nafas lebih terbuka , pasien lebih

nyaman, kateter lebih mudah dimasukkan).

6. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur antara lubang hidung sampai keujung

telinga (untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter).

7. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga ujung kateter

tidak terlihat lagi.( untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter).

8. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan

(Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran mukosa oral

serta sekresi jalan nafas).

9. Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan (menjamin ketepatan dosis dan

mencegah terjadinya efek samping).

10. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter (memudahkan dan mencegah

iritasi dalam pemasangan kateter).

11. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang hidung

(mencegah kateter terlepas dan menjamin ketepatan posisi kateter).

12. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis, dan

kemungkinan distensi lambung. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal

mengering, epistaksis dan distensi lambung. Deteksi dini mengurangi risiko efek

samping).

13. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain jika

mungkin (mengurangi iritasi mukosa hidung,menjamin kepatenan kateter).

Page 19: Referat terapi oksigen

b. Kanul Nasal/ Binasa/ Nasal Prong

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan

aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu 24

% - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada pemberian

oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada pasien

dengan pernafasan mulut.

FiO2 estimation :

Flows FiO2

• 1 Liter /min : 24 %

• 2 Liter /min : 28 %

• 3 Liter /min : 32 %

• 4 Liter /min : 36 %

• 5 Liter /min : 40 %

• 6 Liter /min : 44 %

Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %

a. Keuntungan

Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,

pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas

makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.

Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien bernapas melalui

mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu inhalasi dan akan mempunyai efek

venturi pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan

melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen

berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul

hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan

aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih

dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan

Page 20: Referat terapi oksigen

menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan

kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.

Cara pemasangan :

a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul yang elastis

sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi klien.

(Membuat aliran oksigen langsung masuk ke dalam saluran nafas bagian atas.

Klien akan tetap menjaga kanul pada tempatnya apabila kanul tersebut pas

kenyamanannya).

b. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai yang

diprogramkan (1–6 L/mnt.) (Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal

dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas).

c. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian pasien

(Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala tanpa kanul tercabut dan

mengurangi tekanan ujung kanul pada hidung).

d. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi aqua steril

setiap waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan aliran oksigen, mencegah inhalasi

oksigen tanpa dilembabkan).

e. Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus,epistaksis dan

permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan kulit.

(terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan epistaksis.

Tekanan pada telinga akibat selang kanul atau selang elastis menyebabkan iritasi

kulit).

f. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia

telah hilang (Mengindikasikan telah ditangani atau telah berkurangnya hipoksia)

c. Sungkup Muka Sederhana

Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan alat

pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt

dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan

retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh

Page 21: Referat terapi oksigen

kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari masker.

FiO2 estimation :

Flows FiO2

• 5-6 Liter/min : 40 %

• 6-7 Liter/min : 50 %

• 7-8 Liter/min : 60 %

a. Keuntungan

Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,

sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar,

dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat

menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak memungkinkan

untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah,

dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup,

pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan

kenyamanan.

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu (syarat terapi

oksigen adalah jalan nafas harus bebas, jalan nafas yang bebas menjamin aliran

oksigen lancar).

b. Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan pemasangan).

c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan kebutuhan

5-8 liter/menit (Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran

mukosa oral serta sekresi jalan nafas, menjamin ketepatan dosis, dan mencegah

penumpukan CO2 ).

d. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan kain kasa

pada daerah yang tertekan ( mencegah kebocoran sungkup, mencegah iritasi kulit

akibat tekanan).

e. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk

mencegah iritasi kulit.

Page 22: Referat terapi oksigen

d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing

Rebreathing mask

Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 – 60%

dengan aliran 6 – 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara

ekspirasi sebagian tercampur dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2,

kantong akan terisi saat ekspirasi dan hampir menguncup waktu inspirasi. Sebelum

dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara

kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas

kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi

kulit.

FiO2 estimation :

Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )

• 6 : 35 %

• 8 : 40 – 50 %

• 10 – 15 : 60 %

a. Keuntungan

Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak

mengeringkan selaput lendir.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen bisa

terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang rendah dapat

menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar karbondioksida. Pasien tidak

memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi aspirasi bila

pasien muntah, serta perlu segel pengikat.

Caranya :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi

b. Atur posisi pasien

c. Menghubungkan selang oksigen pada humidifier

d. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengankebutuhan.

Page 23: Referat terapi oksigen

e. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan.

f. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan

sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Sesuai dengan aliran O2 kantong

akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi (mencegah kantong

terlipat, menjaga kepatenan sungkup, mencegah penumpukan CO2 yang terlalu

banyak).

g. Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas telinga.

(menjaga kepatenan sungkup, mencegah iritasi mata)

h. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat

(untuk mencegah iritasi kulit).

i. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam.(observasi terhadap iritasi,muntah,aspirasi

akibat terapi, dan menjaga kenyamanan pasien).

j. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah

infeksi, meningkatkan kenyamanan).

e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing

Non rebreathing mask

Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai

90 % dengan aliran 6 – 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur

dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui

satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi.

Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang

antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang

kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah

iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan total. Perawat harus menjaga

agar semua diafragma karet harus pada tempatnya dan tanpa tongkat.

FiO2 estimation :

Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )

• 6 : 55 – 60

• 8 : 60 – 80

Page 24: Referat terapi oksigen

• 10 : 80 – 90

• 12 – 15 : 90

a. Keuntungan :

Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak mengeringkan

selaput lendir.

b. Kerugian :

Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen bisa

terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak memungkinkan

makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada

pasien tidak sadar dan anak-anak. Cara memasang :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi (k/p).

b. Atur posisi pasien

c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan kebutuhan.

(menjaga kelembaban udara, mencegah iritasi mukosa jalan nafas dan mulut).

d. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan , terapi oksigen dengan sungkup non

rebreathing mempunyai efektifitas aliran 6-7 liter/menit dengan konsentrasi O2

(FiO2) 55-90 % (menjaga kepatenan sungkup, menjamin ketepatan dosis).

e. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan

sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. (mencegah kantong terlipat,

terputar).

f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati bagian atas

telinga. (mencegah kebocoran sungkup).

g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat

(untuk mencegah iritasi kulit).

h. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam. (observasi terhadap iritasi,muntah,aspirasi

akibat terapi, dan menjaga kenyamanan pasien).

i. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah

infeksi, meningkatkan kenyamanan).

2. Sistem Aliran Tinggi

Page 25: Referat terapi oksigen

Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2 atau 3

kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola nafas pendek

dan pasien dengan PPOK yang mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik

pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe

pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang

lebih tepat dan teratur.

Contoh sistem aliran tinggi :

a. Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low

concentration).

Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk

konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa

sehingga memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang

telah ditetapkan. Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak

udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan

oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa

gas tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini memungkinkan

konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada

kedalaman dan kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik

( CO2 yang tinggi ) seperti PPOK yang terutama tergantung pada kendali hipoksia

untuk bernafas, dan pada pasien hypoksemia sedang sampai berat.

FiO2 estimation

Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi FiO2 venturi

mask merk Hudson

Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )

• Biru : 2 : 24

• Putih : 4 : 28

• Orange : 6 : 31

• Kuning : 8 : 35

• Merah : 10 : 40

• Hijau : 15 : 60

Page 26: Referat terapi oksigen

a. Keuntungan

• Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk pada

alat.

• FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2 analiser.

• Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.

• Tidak terjadi penumpukan CO2.

b. Kerugian

• Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam mata.

• Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien

makan, minum, atau minum obat.

• Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak mengganggu

konsentrasi O2.

Caranya :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi.

b. Atur posisi pasien

c. Membuka aliran regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan

kebutuhan.

d. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi O2 dengan masker

venturi mempunyai efektifitas aliran 2-15 liter/menit dengan konsentrasi O2

24- 60 % (Metode ini memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk

dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan).

e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut.

f. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala melewati bagian atas telinga.

g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat

untuk mencegah iritasi kulit.

b. Bag and Mask / resuscitator manual

Digunakan pada pasien :

• Cardiac arrest

• Respiratory failure

Page 27: Referat terapi oksigen

• Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 – 15 liter, selama resusitasi

buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan reservoir harus digunakan

untuk memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang

bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter

dengan kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang

konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter

juga memberikan jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima

oksigen tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan

adalah vital :

• Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).

• Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi

• Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

• Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan apakah

terjadi distensi abdomen.

• Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru.

• Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau spasme

bronkus yang memburuk.

Syarat – syarat Resusitator manual :

• Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut.

• Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi terhadap

muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi.

• Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.

Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong. Large Volume Aerosol Sistem.

a. Selang T / T piece / Briggs adaptor

Oksigen dialirkan ke humidifier, aliran harus cukup tinggi untuk menutup

ventilasi pasien per menit. Dengan Oksigen T- piece memungkinkan pelembaban

untuk selang ETT ( Endo Trakeal Tube ) atau trakeostomi.Tidak akan menimbulkan

kondensasi dalam selang. Pada pemakaiannya, kabut harus terlihat pada ekshalasi

Page 28: Referat terapi oksigen

akhir. Flow rate yang direkomendasikan adalah 10 liter/menit dengan nebuliser set

untuk menjaga inspired oxygen concentration (FiO2)

b. Sungkup terbuka / Face tent

Sama dengan selang T, digunakan untuk memberikan pelembaban pada

pasien di ruang pemulihan atau setelah ekstubasi. Bila pasien merasakan masker

terlalu menyekap, maka masker wajah harus ditambahkan. Konsentrasi 40% dengan

aliran 10-15 L/mnt (Hudak & Gallo,1997), 8-12 liter/menit : 28%-100%.

a. Keuntungan

Lebih nyaman untuk anak, dapat digunakan sebagai alternatif pemberian

aerosol, dapat memberikan kelembaban yang tinggi.

b. Kerugian

Posisi face tent sulit dipertahankan, FiO2 sulit dikontrol.

c. Collar trakeostomi

a. Keuntungan :

• Sama dengan selang T, Memberikan pelembaban untuk pasien dengan trakeostomi.

• Gelang – gelang adaptor mencegah bunyi gemuruh selang trakeostomi.

• Bagian depan memungkinkan penghisapan tanpa melepas masker.

• Kondensasi dalam collar dapat dialirkan ke dalam selang pasien.

b. Kerugian :

• Sekresi dan lapisan kulit sekitar stoma dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.

III.8. Keamanan

Untuk pasien :

- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran pernapasan.

- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril.

- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.

Page 29: Referat terapi oksigen

III.9. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan

a. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan pengetahuan,

penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan warna kulit,

peningkatan saturasi oksigen.

b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk

menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika : Nilai PaO2

dan PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 – 5 ) x FiO2.

c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa hidung

terhadap iritasi.

d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi oksigen

yang lain.

e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada pasien .

f. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2

yang diberikan.

III.10. Resiko Terapi Oksigen

Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat

terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2

hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang

merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom

yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas

karbondioksida dan atelektasis.

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga

pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan

kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,

menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.

Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2,

selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan

pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi

Page 30: Referat terapi oksigen

ini adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan

jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan

berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya

iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa

pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik)

dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah. Oksigen bukan zat

pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein

dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka alat listrik

dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.

Page 31: Referat terapi oksigen

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Meditasi Dzikir. 2005. Stress and Health Solution. Web .12

Desember 2005. www.MedDzik.org

2. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi

dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.

3. Ikawati, Z. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo,

R. 2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan

Anak FKUI - RSCMk FKUI – RSCM. Jakarta.