terapi oksigen

26

Click here to load reader

Upload: una-aja

Post on 09-Aug-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: terapi oksigen

BAB I

PENDAHULUAN

Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris

tahun 1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak

awal tahun 1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien

hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif

kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula

hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik

tanpa retensi CO2.1

Pada tubuh manusia terdapat banyak reaksi biokimia tergantung pada

pemanfaatan oksigen. Pasokan oksigen ke jaringan tergantung pada banyak faktor

seperti ventilasi, difusi melintasi membran alveolar-kapiler, hemoglobin, cardiac

output, dan perfusi jaringan. Terapi oksigen diperlukan untuk menangani

kegagalan pernafasan pada berbagai kondisi seperti berat asma bronchitis, kronis,

pneumonia, dan infark miokard, dan keadaan lainnya.2

Tujuan utama dari terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksia

alveolar dan/atau jaringan. Oleh karena itu, setiap gangguan yang menyebabkan

hipoksia merupakan indikasi yang berpotensi untuk diberikan oksigen. Tapi

pengiriman oksigen ke jaringan tergantung pada fungsi yang memadai dari

kardiovaskular (curah jantung dan aliran darah), sistem hematologi (Hb dan

afinitas untuk oksigen) dan pernapasan (tekanan oksigen arteri).2

Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2, 78,6% N2 dan

0,92% unsur inert lainnya, seperti argon dan helium. Tekanan barometer (PB) di

permukaan laut ialah 760 mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan

parsial (dinyatakan dengan lambang P). O2 udara kering di permukaan laut adalah

0,21 x 760, atau 160 mmHg. Tekanan parsial N2 dan gas inert lainnya 0,79 x 760,

atau 600 mmHg; dan PCO2 ialah 0,0004 x 760 atau 0,3 mmHg. Terdapatnya uap

air dalam udara pada berbagai iklim umumnya akan menurunkan persen volume

masing masing gas, sehingga juga sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas-

tersebut. Udara yang seimbang dengan air jenuh dengan uap air, dan udara

inspirasi akan jenuh dengan uap air saat udara tersebut mencapai paru-paru.3

1

Page 2: terapi oksigen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TRANSPOR OKSIGEN

2.1.1 Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim

kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada

jumlah O2 yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru

yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk

mengangkut O2. aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler

didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh

jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin

terhadap O2.3

Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru

sampai ke alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian

besar O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma

(3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg, wanita ± 65 ml/kg. Satu

ml darah pria mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb

sanggup mengikat 4 Molekul O2 membentuk HbO2, oksi hemoglobin.4

Konsumsi oksigen oleh Otak

Konsumsi O2 oleh otak manusia (tingkat metabolik serebrum untuk O2,

CMRO2) rata-rata sekitar 3,5 ml/100 gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak

keseluruhan) pada seorang dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 %

darikonsumsi O2 total dalam keadaan istirahat. Otak sangat peka terhadap

hip[oksia, dan sumbatan terhadap pembuluh darah walaupun hanya selama 10

detik dapat menyebabkan pingsan. Struktur-struktur vegetatif di batang otak lebih

resisten terhadap hipoksia dari pada korteks serebrum dan pasien dapat pulih dari

kecelakaan misalnya henti jantung (dan kelainan lain yang menyebabkan hipoksia

yang cukup berkepanjangan) dengan fungsi vegetatif normal tetapi mengalami

defisiensi intelektual berat yang menetap: Ganglion basal menggunakan O2

dengan tingkat yang sangat tinggi dan hipoksia kronik dapat menimbulkan gejala-

2

Page 3: terapi oksigen

gejala penyakit parkinson serta defisit intelektual. Thalamus dan kolikulus inferior

juga sangat rentan terhadap[ kerusakan terhadap hipoksia.3

2.1.2 Tekanan parsial

Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk mengisi ruang yang

tersedia baginya, dan volume yang ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu,

pada suhu dan tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama, bagaimanapun

komposisi campuran gas tersebut.3

Perbedaan tekanan partial untuk O2 dan CO2menekankan bahwa hal

tersebut merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2 “mengalir

dari udara liar melalui alveoli dan darah kedalam jaringan, sedangkan CO2

“mengalir turun” dari jaringan kedalam alveoli. Walaupun demikian, jumlah

kedua gas yang diangkut ke dan dari jaringan akan sangat tidak adekuat bila

sekitar 99% O2 yang larut didalam darah tidak terikat pada protein pembawa

O2hemoglobin dan bila sekitar 94,5% CO2 yang larut dalam darah tidak

mengalami serangkaian reaksi kimia reversibel yang mengubah CO2 menjadi

senyawa lain.3

2.1.3 Reaksi Hemoglobin dan Oksigen

Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai

pembawaO2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4

subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah

rantai polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1

atom besi fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul

O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi

pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi

pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.3

3

Page 4: terapi oksigen

2.2. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH

2.2.1 Hipoksemia

Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi

oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai

normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan

menjadi ringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia

ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%,

hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat bila

PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga mempengaruhi

nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun dan

PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat

disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi

dan berada ditempat yang tinggi.1

Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan

gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila

tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan meningkat,

sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan sebaliknyatekanan

karbondioksida arteri (PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah

di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi

yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan

dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner

sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru terganggu,

kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga

mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal

sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi peningkatan kapasiti transfer

oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan

volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan tung

kanan bahkan dapat menyebabkan kematian.1

2.2.2 Hipoksia

Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat

dibandingkan anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2

4

Page 5: terapi oksigen

tertinggal dalam jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis.

Berbagai klassifikasi lain telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat

bergunaapabila masing-masing definisi istilah tetap diingat. Keempat kategori

hipoksia adalah sebagai berikut:1,3

1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri

berkurang

2. Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi mengalami

denervasi maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi) dan diperfusi

3. Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah

bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok

4. Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses

oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida

Hipoksia Hipoksik

Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah

ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit

sistim pernafasan lainnya.3

Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan

organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan

sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit

dengan kegagalan pompa pernafasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti

fibrosis pulmonal menyebabkan blok alveoli-kapiler atau terjadi ketidak

seimbangan ventilasi-perfusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan oleh kelelahan

otot-otot pernafasan pada keadaan dengan peningkatan beban kerja pernafasan

atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti pneumothoraks atau obstruksi

bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh

abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan ventilasi, seperti

depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan obat-obat lain.2,3

Hipoksia Anemik

Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat

peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi

hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin

mengalami kesulitan cukup besar sew```aktu melakukan latihan fisik karena

5

Page 6: terapi oksigen

adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan

aktif.3

Hipoksia Stagnan

Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti

ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami

kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan

normal, aliran darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka

waktu lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat

terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya

lebih tinggi dari jantung.3

Hipoksia Histotoksik

Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling

sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi

serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk

mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida,

menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan

pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah

methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen

hiperbarik mungkin juga bermanfaat.1,3

2.2.3 Gagal Nafas

Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan

di instansi perawatan intensif (IP). Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien

kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi

kebutuhan oksigen darah dan sistem organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi

sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan karbondioklsida dan penurunan

jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut sebagai

diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses

penyakit. Gagal nafas hampir selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi

keterlibatan organ lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan.1,2

2.3 TERAPI OKSIGEN

2.3.1 Definisi

6

Page 7: terapi oksigen

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang

bisa digunakan untuk berbagai tujuan dalam perawatan pasien baik kronis maupun

akut.5

Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki

hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2

lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi

yang didapat unit paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:1

Alat Aliran (L/menit) Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi)

Kanula nasal 1

2

3

4

5

6

0,24

0,28

0,32

0,36

0,40

0,44

Masker oksigen 5-6

6-7

7-8

0,40

0,50

0,60

Masker dengan

kantong reservoir

6

7

8

9

10

0,60

0,70

0,80

≥0,80

≥0,80

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang

sangat terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat

dicapai melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di

dalam darah arteri. Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan

oleh pirau darah vena yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk

hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2 sangat bermanfaat. Namun perlu diingat,

bahwa pada penderita gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat

sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan.3

7

Page 8: terapi oksigen

Gambar 2.1 Kanul Nasal

Gambar 2.2 Masker Oksigen

8

Page 9: terapi oksigen

Gambar 2.3 Masker Oksigen dengan Kantong Reservoir

Masker Venturi (High flow low concentration).

Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk

konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa

sehingga memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen

yang telah ditetapkan. Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara

(menjebak udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi

dengan pengayaan oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff

perforasi, membawa gas tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan.

Metode ini memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang

tidak tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien

hyperkarbia kronik (CO2 yang tinggi) seperti PPOK yang terutama tergantung

pada kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada pasien hypoksemia sedang sampai

berat.3

Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi

FiO2 venturi mask merk Hudson Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % ):

• Biru : 2 : 24

• Putih : 4 : 28

• Orange : 6 : 31

• Kuning : 8 : 35

9

Page 10: terapi oksigen

• Merah : 10 : 40

• Hijau : 15 : 60

Keuntungan dari alat ini adalah konsentrasi oksigen yang diberikan akan

konstan/tepat sesuai dengan petunjuk pada alat. FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola

ventilasi, serta dapat diukur dengan O2 analiser.

Gambar 2.4 Masker Venturi

2.3.2 Indikasi Terapi Oksigen

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang

sangat terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik.karena yang dapat

dicapai melelui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut

didalam darah arteri. Hal ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan

oleh pirau darah venayang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk

hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2 sangat bermanfaat namun perlu diingat,

bahwa penderita dengan gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat

sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan.

Sebagian penderita ini tetap bernafas karena adanya rangsang kemoreseptor

karotis dan aorta padapusat pernafasan. Apabila pemicuan oleh hipokisia

dihilangkan melalui pemberian O2, pernafasan dapat berhenti. Selama apnea, PO2

darah arteri menurun, namun pernafasan mungkin tidak akan timbul kembali,

10

Page 11: terapi oksigen

karena peningkatan PCO2 akan lebih mendepresi pusat pernafasan. Oleh sebab itu,

pemberian O2 pada keadaan ini dapat berakibat fatal.3

Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk

mengatasi penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke.

Tetapi yang membuatnya menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan

meningkatnya kebutuhan orang akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra

perlahan kalangan awam mulai mengenal hal ini hingga baru sekarang teknik

terapi ini dikenal orang sebagai terapi modern dalam dunia kesehatan.sekarang

banyak yang menggunakan terapi ini untuk mencegah penuaan,menambah

kecantikan dan kebugaran juga mencegah terjadinya kebotakan, dimana melalui

sebuah survei mencatat alasan yang cukup tinggi pada pengguna terapi ini.1,2

Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang menyediakan

fasilitas ini karena biayanya yang masih relatif mahal dan terapinya yang harus

dilakukan secara berkala. Sementara di Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya

ternyata sudah begitu meluas sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan

malah menyebutkan adanya tempat yang dinamakan Oxy Bar dimana pengunjung

dapat menghirup oksigen murni dengan berbagai pilihan yang beragam.2

Pemanfaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil suatu pelajaran dari

kecelakaan penyelaman dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Sebetulnya,

bahaya atau penyakit yang dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh

pekerja di ruang adara bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma

yang terjadi pada telinga, gigi lubang, paru-paru dan lainnya. 2,6

Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara pernafasan seperti

keracunan oksigen, nitrogen, karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang

saat naik, dapat terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma. Karenanya banyak

penyakit yang dapat di terapi dengan hiperbarik ini seperti penyakit dekompresi,

emboli udara, aktinomikosis,anemia, insufisiensi arteri perifer akut, infeksi

bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren, cangkokan kulit, infeksi

jaringan lunak oleh kuman aerob dan an-aerob, osteoradionekrosis, radionekrosis

jaringan lunak, sistisis akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang diobati

dengan radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak sembuh,

luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar.2

11

Page 12: terapi oksigen

Terapi dengan oksigen murni mempunyai efek yang baik bagi aliran darah

da kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen.

Penggunaan terapi oksigen bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis.

Pada jaringan disekitar yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran

aliran oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor

penentu dalam proses penyembuhan luka, biasanya terjadi hambatankelancaran

aliran oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor

penentu dalam proses penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya infeksi.

Kemampuan menghambat terjadi infeksi dengan terapi oksigen bertekanan tinggi

ini punya ciri dan kelebihan tersendiri dibanding dengan pemakaian antibiotika.2

Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen

yaitu diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen ini

akan dapat memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria

pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah

ini.2

1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus)

Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:

PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%

PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale,

polisitemia (hematokrit >56%)

2. Pemberian secara berselang

Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:

Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%

Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi

seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.

Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen

perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu

tidaknya terapi oksigen jangka panjang.

12

Page 13: terapi oksigen

2.3.3 Metode Terapi Oksigen

Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat

meningkatkan fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi 27%, pendapat lain

menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang

efisien sebab hanya oksigen yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di

alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal

merupakan salah satu carauntuk mengatasi kurang efisiennya metode pemberian

oksigen dengan kanula nasal. Keuntungan kateter transtrakeal adalah mengurangi

volume ruang rugi anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan

langsung melalui trakea, mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta

mencegah bergesernya alat tersebut pada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi

dengan cara pemberian seperti ini adalah emfisema subkutis, bronkospasme, batuk

paroksismal, dislokasi kateter, infeksi di lubang trakea tempat masuknya kateter

transtrakeal dan mucous ball yang bisa mengakibatkan keadaan menjadi fatal.2

Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang

terbuat dari baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara 2-3 atm. Dalam

tekanan yang lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih

lancar termasuk bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah.

Oksigen murni yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah

menuju sel karena tekanan tinggi akan oksigen larut dalam cairan tubuh sehingga

dapat sampai kesetiap jaringan tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka

semua jaringan sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga

metabolisme tubuh pun akan berlangsung lebih baik.6

Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan

berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini

juga dapat membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakit yang ada

didalam tubuh. Sebuah survey konsumen di Amerika mencatat berbagai problem

kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan terapi ini seperti diabetes, stroke,

anemia berat, hingga cedera atau luka seperti cedera olah raga, luka bakar dan

sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada sekarang bisa menampung

beberapa pasien sekaligus.6

2.3.4 Sistem Pemberian Oksigen

13

Page 14: terapi oksigen

Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3

macam:1

1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi

Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara

dapat diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H

(244 cuff), tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah murah

harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah

berat, kurang praktis dalam pengisian dan mudah meledak.

2. Oksigen cair

Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat

tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas

sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang

dapat menyimpan O2 cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound

oksigen yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan

aliran 2 liter permenit.

3. Oksigen konsentrat

Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar

menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat

diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.1

2.3.5 Resiko Terapi Oksigen

Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat

terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama

1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen

yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim

lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi

gas karbondioksida dan atelektasis.1

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun

juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100%

diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan

teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan

batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.1,4

14

Page 15: terapi oksigen

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2,

selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan

pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-

bayi ini adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan

jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan

berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya

iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa

pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi

hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.3

BAB III

KESIMPULAN

15

Page 16: terapi oksigen

1. Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan

manusia, sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung

fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan mempertahankan

kehidupan., oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.

2. Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh terbagi dua:

a. Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan konsentrasi

oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2)

dibawah nilai normal, SaO2 95%

b. Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan

3. Gejala-gejala yang timbul dari hipoksia adalah:

a. Alkalosis respiratorik

b. Gejala mental seperti irritabilitas, dan penurunan kesadaran

c. Sakit kepala, sesak nafas, insomnia serta mual dan muntah

4. Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki

hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan

PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: terapi oksigen

1. Astowo, Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Bagian

Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI.

2. Singh, CP, Nachhattar Singh. 2001. Oxygen Therapy. Journal, Indian

Academy of Clinical Medicine, Vol. 2, No. 3;178-184.

3. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Latief, A. Said. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intesif FKUI.

5. News-Medical Reference. Oxygen-Therapy. 2011 Available at URL:

http://www.news-medical.net/health/Oxygen-Therapy-What-is-Oxygen-

Therapy.aspx. Accessed on October 2012.

6. Latham, Emi. Hyperbaric Oxygen Therapy. 2012. Medscape Reference.

Available at URL: http://emedicine.medscape.com/article/1464149.

Accessed on October 2012.

17