terapi o2 - implementasi - bahan expert

8
1 MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR Permadi Nur Pamungkas 1) , Anita Istiningtyas 2) , Ika Subekti Wulandari 3) 1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2,3) Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Terapi O 2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan keperawatan yang menerapkan fungsi- fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian efektif dan efisien. Penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pemberian terapi oksigen oleh perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan deskriptif fenomenology, teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria informan perawat dengan kriteria bekerja di IGD minimal selama 3 tahun, Perawat dalam kondisi fisik dan psikologis yang baik, bersedia menjadi partisipan. Sampel dihentikan setelah data tersaturasi dengan jumlah Informan sebanyak 3 Informan. Simpulan berdasarkan analisis tematik dihasilkan tema berdasarkan tujuan khusus manajemen terapi oksigen adalah: 1) Fungsi perencanaan berkaitan dengan pengkajian oleh perawat dalam pemberian terapi oksigen, meliputi: Penilaian Kondisi Fisik Pasien. 2) Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan tujuan, indikasi dan intervensi oleh perawat dalam pemberian terapi oksigen, meliputi: Tujuan Pemberian Oksigen, Indikasi Pemberian Oksigen, Kontra Indikasi Pemberian Oksigen. 3) Fungsi pengarahan berkaitan dengan pelaksanaan/implementasi dalam pemberian terapi oksigen, yaitu: Implementasi Pemberian Oksigen. 4) Fungsi pengawasan berkaitan dengan evaluasi meliputi: Observasi Keadaan Pasien, Bahaya Pemberian Oksigen. Kata kunci: Manajemen Keperawatan, Terapi Oksigen.

Upload: nan-nda-pradipta

Post on 02-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

expert

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

1

MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN OLEH PERAWAT DI RUANG

INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR

Permadi Nur Pamungkas1), Anita Istiningtyas

2),

Ika Subekti Wulandari3)

1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

2,3)Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam

mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Manajemen keperawatan

adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan keperawatan yang menerapkan fungsi-

fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian efektif dan

efisien. Penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pemberian terapi

oksigen oleh perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan

pendekatan deskriptif fenomenology, teknik analisa yang digunakan pada

penelitian ini adalah menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria

informan perawat dengan kriteria bekerja di IGD minimal selama 3 tahun, Perawat

dalam kondisi fisik dan psikologis yang baik, bersedia menjadi partisipan. Sampel

dihentikan setelah data tersaturasi dengan jumlah Informan sebanyak 3 Informan.

Simpulan berdasarkan analisis tematik dihasilkan tema berdasarkan tujuan

khusus manajemen terapi oksigen adalah: 1) Fungsi perencanaan berkaitan dengan

pengkajian oleh perawat dalam pemberian terapi oksigen, meliputi: Penilaian

Kondisi Fisik Pasien. 2) Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan tujuan, indikasi

dan intervensi oleh perawat dalam pemberian terapi oksigen, meliputi: Tujuan

Pemberian Oksigen, Indikasi Pemberian Oksigen, Kontra Indikasi Pemberian

Oksigen. 3) Fungsi pengarahan berkaitan dengan pelaksanaan/implementasi dalam

pemberian terapi oksigen, yaitu: Implementasi Pemberian Oksigen. 4) Fungsi

pengawasan berkaitan dengan evaluasi meliputi: Observasi Keadaan Pasien,

Bahaya Pemberian Oksigen.

Kata kunci: Manajemen Keperawatan, Terapi Oksigen.

Page 2: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

2

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Permadi Nur Pamungkas

MANAGEMENT OF NURSES’ OXYGEN THERAPY AT THE EMERGENCY

INSTALLATION UNIT OF LOCAL GENERAL HOSPITAL OF

KARANGANYAR

ABSTRACT O2 therapy is one of the respiratory therapies that maintain adequate

tissue oxygenations. Nursing management is a series of nursing service activities

that apply the functions of planning, organizing, directing, and efficient and

effective control. The objective of this research is to investigate the management of

nurses’ oxygen therapy at the Emergency Installation Unit of Local General

hospital of Karanganyar.

This research used the qualitative method with descriptive

phenomenological approach. The data were analyzed by using the Collaizi’s

analysis. The samples of research were 3 respondents and were taken by using the

purposive sampling technique with the following criteria: nurses who had worked

at the Emergency Installation Unit for at least 3 years; nurses who had good

physical and psychological conditions; and nurses who were willing to be the

participants of this research.

The result of this research shows that there were 4 themes, namely: (1)

planning functions related to the nurses’ assessment in the provision of oxygen

therapy, namely: assessment of patients’ physical condition; (2) organizing

functions related to the nurses’ objective, indication, and intervention in the

provision of oxygen therapy, namely: Objective of Oxygen Provision, Indication of

Oxygen Provision, Contraindication of Oxygen Provision; (3) directing planning

related to the implementation of oxygen therapy, namely: Implementation of

Oxygen Provision; and . 4) supervisory function related to evaluation, namely:

Observation of Patients’ Condition, Danger of Oxygen Provision.

Keywords : Nursing Management, Oxygen Therapy.

Page 3: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

3

PENDAHULUAN

Oksigen (O2) merupakan komponen gas

yang sangat berperan dalam proses

metabolisme tubuh untuk mempertahankan

kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara

normal. Oksigen diperoleh dengan cara

menghirup udara bebas dalam setiap kali

bernafas, dengan bernafas setiap sel tubuh

menerima oksigen, dan pada saat yang sama

melepaskan produk oksidasinya (Suciati,

2010). Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah

bagian dari kebutuhan fisiologi menurut

hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen

diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen

sangat berperan dalam proses metabolisme

tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus

terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen

dalam tubuh berkurang maka akan terjadi

kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal

tersebut berlangsung lama akan terjadi

kematian. Sistem yang berperan dalam proses

pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem

pernafasan, persarafan, dan kardiovaskuler

(Alimul & Uliyah, 2005).

Pemenuhan kebutuhan oksigen salah

satunya dapat diberikan melalui terapi

oksigen. Terapi oksigen adalah memasukkan

oksigen tambahan dari luar ke paru melalui

saluran pernafasan dengan menggunakan alat

sesuai kebutuhan (Standar Pelayanan

Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005).

Terapi oksigen dalam kegawatdaruratan sangat

berperan untuk mencukupi kebutuhan oksigen

yang adekuat dalam jaringan tubuh. Seseorang

yang lebih dari empat menit tidak

mendapatkan oksigen maka akan berakibat

pada kerusakan otak yang tidak dapat

diperbaiki dan pasien akan meninggal

(Asmadi, 2009). Peranan penting oksigen pada

kegawatdaruratan dapat dilihat dalam kasus

Infark Miokard Akut, salah satu tindakan

untuk mencegah perluasan infark miokard

adalah terapi oksigen. Terapi oksigen

bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi

jaringan tetap adekuat dan dapat menurunkan

kerja miokard akibat kekurangan suplai

oksigen (Harahap, 2004).

Pemberian terapi oksigen dalam asuhan

keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

masuknya oksigen dari atmosfir hingga sampai

ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam

proses respirasi. Perawat harus memahami

indikasi pemberian oksigen, metode

pemberian oksigen dan bahaya-bahaya

pemberian oksigen (Harahap, 2004).Hasil

studi pendahuluan pada tanggal 5 Desember

2014 di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD

Karanganyar, didapatkan satu dari tiga pasien

yang menggunakan terapi oksigen, pemberian

air steril dalam humidifier masih kurang dari

batas yang ditentukan, hal tersebut tentu tidak

sesuai dengan SOP pemberian oksigen.

Oksigen yang digunakan masih dalam tabung

belum menggunakan oksigen sentral, penataan

oksigen tidak tertata rapi sehingga akan sangat

membahayakan pasien jika tabung oksigen

sampai terjatuh, masih dijumpai satu

humidifier dipakai untuk beberapa pasien.

Belum adanya SOP terapi oksigen di ruang

IGD menyebabkan tidak adanya standar

pelayanan yang sama antara perawat satu

dengan yang lain. Pengkajian yang dilakukan

sebelum pemberian terapi oksigen tidak

dilakukan secara lengkap, setelah melakukan

tindakan tidak melakukan evaluasi kembali.

penelitian ini untuk mengidentifikasi

manajemen pemberian terapi oksigen oleh

perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat

RSUD Karanganyar. Penelitian ini diharapkan

dapat menambah pengetahuan, pengalaman,

dan wawasan perawat mengenai manajemen

perawat dalam pemberian terapi oksigen di

ruang Instalasi Gawat Darurat.

METODE PENELITIAN

Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif,

dengan pendekatan study

fenomenology.Peneliti mengambil metode

kualitatif karena penelitian ini dilakukan pada

kondisi alamiah (natural setting), dimana

peneliti sebagai instrumen kunci,

menggunakan data yang pasti dan untuk

mendapatkan data yang mendalam karena

setiap keluarga atau orang mempunyai

pengalaman yang berbeda-beda.

Fenomenologi adalah memberikan deskripsi,

refleksi, interprestasi, dan modus riset yang

menyampaikan intisari dari pengalaman

kehidupan individu yang diteliti (Van manen,

2007).

Waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di ruang Instalasi

Gawat Darurat RSUD Karanganyar pada bulan

April 2015 sampai dengan bulan Juli 2015.

Populasi dan sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua

perawat yang bertugas di Ruang Instalasi

Gawat Darurat RSUD Karanganyar sebanyak

Page 4: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

18 perawat. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 3 informan

dikarenakan sudah tercapai saturasi. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling. Sampel pada penelitian

ini adalah perawat di ruang Instalasi Gawat

Darurat RSUD Karanganyar dengan kriteria

inklusi sebagai berikut:

a. Perawat yang telah bekerja di Instalasi

Gawat Darurat minimal 3 tahun.

b. Perawat dalam kondisi fisik dan psikologis

yang baik.

c. Perawat yang bersedia menjadi partisipan.

Alat penelitian dan cara pengumpulan data.

Lembar alat pengumpul data (meliputi nama,

umur,masa kerja), alat tulis (buku dan

bolpoin), Lembar pedoman wawancara

semiterstruktur, alat perekam suara,dan

kamera. Prosedur yang digunakan dalam

pengumpulan data antara lain: Peneliti terlebih

dahulu melakukan pendekatan kepada

partisipan, menjelaskan tujuan yang akan

dilakukannya, mengecek instrumen penunjang

seperti alat perekam, peneliti harus menguasai

konsep, latihan wawancara terlebih dahulu dan

menguji coba wawancara terlebih dahulu

kepada perawat, melakukan wawancara

mendalam dan memberikan reinforcement

positif. Terdapat tiga langkah proses

keabsahan data pada penelitian kualitatif, yaitu

menggunakan Informed consent, Anonimity,

Confidentially.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan 7 tema dari

hasil analisis tematik yang dilakukan.

Penilaian kondisi fisik pasien, tujuan

pemberian oksigen, indikasi pemberian

oksigen, kontra indikasi pemberian oksigen,

implementasi pemberian oksigen, observasi

keadaan pasien, dan bahaya pemberian

oksigen. Berikut akan dijelaskan tema-tema

yang ditemukan:

1. Penilaian Kondisi Fsik Pasien

Hasil wawancara dapat disimpulkan

bahwa penilaian kondisi pasien meliputi

pengkajian pola pernafasan dan warna

kulit, seperti berikut:

“…nafasnya itu tidak teratur

normalnyakan 20X per menit, tapi dia

pola nafasnya lebih cepat sehingga

suplai oksigen berkurang pada pasien

tersebut” (I2).

Ya nafasnya cepet, tersengal-sengal…

terus RR nya itu bisa lebih dari 20X

per menit normalnya kan 16-20 an kan

(I3).

“…pasien itu sendiri dilihat seperti

tanda-tanda kulit kebiruan ya to…”

(I1).

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Wilkinson & Skinner (2000) Asuhan

keperawatan gawat darurat yang berkaitan

dengan terapi oksigen yang masuk dalam

pengkajian primer yaitu breathing

(pernafasan). Pengkajian pada pernafasan

dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas

dan keadekuatan pernafasan pada pasien.

Langkah yang harus dipertimbangkan jika

pernafasan pada pasien tidak memadai adalah:

dekompresi dan drainase tension

pneumothorax/haemothorax, closure of open

chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson &

Skinner, 2000).

Berdasarkan pernyataan informan bahwa

penilaian kondisi pasien yang kedua yaitu

warna kulit. Hal tersebut sesuai dengan

Wilkinson & Skinner (2000) bahwa

pengkajian breathing pada pasien yang perlu

diperhatikan meliputi :1). inspeksi: inspeksi

dari tingkat pernapasan sangat penting.

Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut :

sianosis atau warna kebiruan pada kulit

terutama di daerah perife dan mukosa mulut,

penetrating injury, flail chest, sucking chest

wounds, dan penggunaan otot bantu

pernafasan. 2). palpasi: palpasi untuk adanya :

pergeseran trakea, fraktur ruling iga,

subcutaneous emphysema. 3). perkusi: perkusi

berguna untuk diagnosis haemothorax dan

pneumotoraks. 4). auskultasi: auskultasi untuk

adanya: suara abnormal pada dada.

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa fungsi perencanaan

berkaitan dengan pengkajian oleh perawat

dalam pemberian terapi oksigen.

2. Tujuan Pemberian Oksigen

Hasil wawancara terhadap 3 informan

dapat disimpulkan bahwa tujuan

pemberian terapi oksigen adalah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien,

seperti berikut:

“…untuk memenuhi kebutuhan

oksigen didalam tubuh

manusia…”(I1).

4

Page 5: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

“…untuk memenuhi kebutuhan

oksigen, karena orang dengan

keadaan sesek itu kan kebutuhan

oksigennya meningkat…”(I2).

“…agar sirkulasi oksigen pada pasien

terpenuhi…”(I3).

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Alimul & Uliyah (2005) bahwa tujuan

pemberian terapi oksigen meliputi: 1). Untuk

memenuhi kebutuhan oksigen pasien, 2).

Mencegah terjadinya hipoksia, 3). Untuk

menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja

miokard, 4). Serta Untuk mengatasi keadaan

Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas

Darah. Proses respirasi merupakan proses

pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui

kerjasama dengan sistem kardiovaskuler dan

kondisi hematologis. Oksigen diatmosfir

mengandung konsentrasi sebesar 20,9% atau

21% dan merupakan kebutuhan normal tubuh

terhadap oksigen. Kondisi tubuh berespon

seperti sesak (dypsnoe), sianosis, hasil analisa

gas darah menunjukkan gangguan maka tubuh

perlu terapi oksigen. Terapi oksigen paling

sederhana menggunakan kanul nasal,

pemberian 1 liter/menit mengandung

konsentrasi 24 % dan setiap kenaikan 1

liter/menit maka konsentrasi naik 4% (Potter

& Perry, 2010 ).

3. Indikasi Pemberian oksigen

Dari tema ini didapatkan kategori

Kebutuhan Oksigen Kurang. Ketiga

informan menyatakan indikasi pemberian

oksigen meliputi kebutuhan oksigen yang

kurang pada pasien, seperti pernyataan

berikut:

“…pasien itu sendiri pengambilan

oksigen kurang tidak bisa memenuhi

kebutuhan maka diberikan bantuan

dengan oksigen…”(I1).

“…penyakit sesek terutama untuk

dypnea, sesek, bronchitis terus

PPOK…”(I2).

“…keadaan sesek, asma, bronchitis

terus pasien jantung…”(I3).

Hasil wawancara Informan 1

mengungkapkan bahwa indikasi pemberian

oksigen ke pasien itu jika sesak nafas maka

pengambilan oksigen kurang dan tidak bisa

memenuhi kebutuhan maka diberikan

bantuan dengan oksigen. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapan oleh Tarwoto &

Wartonah (2010) bahwa terapi oksigen efektif

diberikan pasien yang mengalami perubahan

pola nafas seperti sesak.

Informan ke 2 mengatakan bahwa

indikasi pemberian oksigen meliputi penyakit

sesak terutama untuk dypnea, sesak,

bronchitis, terus PPOK. Hal ini sangat senada

dengan yang diungkapkan oleh Potter &

Perry (2010) bahwa indikasi pemberian terapi

oksigen terutama dengan nasal kanul efektif

diberikan pada pasien dengan gangguan

oksigenasi seperti klien dengan asthma,

PPOK, atau penyakit paru yang lain. Penyakit

asma,emfisema dan PPOK dimana paru-paru

tidak mampu mengeluarkan karbondioksida

secara adekuat sehingga membuat sesak

nafas.

Informan ke 3 mengungkapkan

bahwa indikasi pemberian oksigen salah

satunya untuk pasien gangguan jantung. Hal

ini sama dengan yang diungkapkan oleh

Tarwoto & Wartonah (2010) bahwa terapi

oksigen efektif diberikan pasien yang

mengalami gangguan jantung. Pasien dengan

gangguan jantung curah jantung atau cardiac

output menurun sehingga volume darah

terpompa menurun sehingga hemoglobin

yang mengikat oksigen juga

menurun,akibatnya pasien sesak nafas.

4. Kontra Indikasi Pemberian Oksigen

Hasil wawancara kepada ke 3 informan

dapat disimpulkan bahwa kontra indikasi

pemberian terapi oksigen adalah pasien

dengan kelainan hidung,seperti berikut:

“…kelainan pada hidung

kemungkinankan tidak bisa kita

lakukan pakai…”(I1).

“…kemudian seperti ada gangguan

dalam saluran pernafasan…”(I2).

“…ya misalnya pembengkakan

saluran pernafasan, kayak polip, atau

seperti tumor(I3).

Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan Aryani (2009) bahwa Pada klien

dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif

Menahun) yang mulai bernafas spontan maka

5

Page 6: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

pemasangan masker partial rebreathing dan

non rebreathing dapat menimbulkan tanda

dan gejala keracunan oksigen. Hal ini

dikarenakan jenis masker rebreathing dan

non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen

dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar

90-95%.Face mask tidak dianjurkan pada

klien yang mengalami muntah-muntah.

Hindari pemakaian nasal kanul jika klien

terdapat obstruksi nasal. Sehingga dapat lebih

diperjelas bahwa pemberian oksigen dengan

metode tertentu sangat berbahaya pada

keadaan pasien tertentu.

Berdasarkan teori diatas maka dapat

diartikan bahwa terapi oksigen pada pasien

yang mengalami gangguan pernafasan mampu

memperbaiki aliran oksigen ke paru dan

meningkatkan pertahanan paru dan membantu

transport mukosilier dan pembersihan.

Pemberiaan terapi oksigen diberikan dengan

hati-hati karena masing-masing metode terapi

oksigen mempunyai cara yang berbeda dan

ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi

sebelum melakukan terapi oksigen yaitu

diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan

indikasi yang tepat pada pemberian terapi

oksigen itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa fungsi pengorganisasian

berkaitan dengan tujuan, indikasi dan

intervensi oleh perawat dalam pemberian

terapi oksigen.

5. Implementasi Pemberian Oksigen

Informan 2 dan 3 mengungkapkan bahwa

implementasi pemberian oksigen yaitu

mempersiapkan alat-alat, Informan 1

mengungkapkan bahwa tahap implementasi

pemberian oksigen mengatur posisi pasien

baru diberikan oksigen sesuai indikasi yang

ada. seperti tabung oksigen, manometer.

“… alat-alatnya di cepakne, tabung

oksigen dan manometer kemudian kita

pasang selang pada hidung pasien

kemudian kita atur

pemberiannya…”(I2).

“… dimana harus ada tabung

oksigennya terus ada air aquades,air

itu untuk melembabkan ada humidifier

dan ada manometernya…” (I3).

“… kita harus melakukan atur posisi

dulu pasien bila sesak nafas itu

jangan tertidur terlentang sesak

nafasnya karena sesak nafas karena

asma itu duduknya harus setengah

duduk atau semifowler tapi dengan

pasien yang tidak sadar, datang

dengan tidak sadar kita harus

ditidurkan terlentang dengan kepala

ekstensi…” (I1).

Hal ini sesuai dengan SOP (Standar

Operasional Prosedur) oksigenasi bahwa

pelaksanaanya meliputi persiapan alat yang

terdiri dari tabung oksigen lengkap dengan

manometer tabung oksigen lengkap dengan

flow meter dan humidifier, kateter nasal, kanul

nasal, atau masker, tanda “dilarang merokok’’,

vaselin/jeli, spatel lidah.

Informan 1 mengungkapkan bahwa tahap

implementasi pemberian oksigen mengatur

posisi pasien baru diberikan oksigen sesuai

indikasi yang ada. Hal ini sesuai dengan SOP

oksigenasi tahap kerja yang disampaikan

Murwani (2008), bahwa yaitu atur posisi klien

semi-fowler, Atur aliran sesuai dengan

kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6

liter/menit. observasi humidifier dengan

melihat air bergelembung, memastikan volume

air steril dalam tabung pelembab sesuai

ketentuan, menghubungkan selang dari kanul

nasal ke tabung pelembab, memeriksa apakah

oksigen keluar dari kanul, pasang kanula nasal

pada hidung dan atur pengikat untuk

kenyamanan klien, periksa kanula tiap 6-8

jam, kaji cuping, sputum, dan mukosa hidung

serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8

jam.

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa fungsi pengarahan

berkaitan dengan pelaksanaan/implementasi

oleh perawat dalam pemberian terapi oksigen.

6. Observasi Keadaan Pasien

Informan 1 mengungkapan bahwa cara

mengobservasi keadaan pasien yaitu

dengan melihat warna kulit terutama daerah

bibir, Informan 2 dan 3 mengungkapkan

mengobservasi keadaan pasien dengan cara

memeriksa status pernafasaannya mukosa

mulut dan kuku, seperti berikut:

“…saya lihat dengan warna kulit,

bibir ya to, pada ujung kuku lha kita

setelah melihat diobservasi pasien…”

(I1).

6

Page 7: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

“…yaitu kita lihat keadaan pasien

apakah masih sesek atau bagaimana

gitu…” (I2).

“… kita observasi keadaanya, RR nya

apa masih tinggi nggak, masih sesek

apa nggak…” (I3).

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Wilkinson & Skinner (2000) pengkajian

pernafasan dengan inspeksi yang perlu

diperhatikan adalah tanda-tanda sebagai

berikut : cyanosis, penetrating injury, flail

chest, sucking chest wounds, dan penggunaan

otot bantu pernafasan.Informan 2 dan 3

mengungkapkan mengobservasi keadaan

pasien dengan cara memeriksa status

pernafasaannya, apakah masih sesak atau

respirasi rate nya masih tinggi dimana

respirasi normal orang dewasa antara 16-20

x/menit.

7. Bahaya Pemberian OksigenDua dari tiga

informan menyatakan pengawasan dalam

pemberian terapi oksigen meliputi

keracunan oksigen, seperti berikut:

“…kayak misalnya itu keracunan

oksigen itu karena oksigen yang

diberikan terlalu banyak…” (I2).

“…malah keracunan oksigen

atau bisa jadi sesek soalnya

alirannya kebanteren. (I3)

Hal ini sesuai dengan Aryani (2009)

pemberian terapi oksigen bukan hanya

memberikan efek terapi tetapi juga

menimbulkan efek merugikan. Perlu evaluasi

dan pengawasan untuk mencegah terjadinya

kebakaran, oksigen memang bukan zat

pembakar tetapi merupakan zat yang

memudahkan terjadinya kebakaran, sehingga

pasien yang mendapat terapi oksigen harus

menghindari merokok, menghindari

menggunakan alat listrik tanpa ground.

Efek kedua yaitu bisa terjadi depresi

ventilasi; pemberian oksigen yang tidak

dimonitor konsentrasi dan aliran yang tetap

akan menimbulkan retensi CO2 sehingga dapat

menimbulkan depresi ventilasi. Efek ketiga

yaitu bisa keracunan O2;terjadi bila pemberian

terapi oksigen diberikan dengan konsentrasi

tinggi dan jangka waktu lama, keadaan ini

dapat merusak struktur jaringan paru seperti

atelektasis dan surfaktan yang akan

mengganggu proses difusi.

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa fungsi pengawasan

berkaitan dengan evaluasi oleh perawat

dalampemberian terapi oksigen.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Fungsi perencanaan perawat dalam

pemberian terapi oksigen diwujudkan

dalam bentuk penilaian kondisi fisik pasien.

2. Fungsi pengorganisasian perawat dalam

pemberian terapi oksigen diwujudkan

dalam bentuk tujuan pemberian oksigen,

indikasi pemberian oksigen, dan kontra

indikasi pemberian oksigen.

3. Fungsi pengarahan perawat dalam

pemberian terapi oksigen diwujudkan

dalam bentuk implementasi pemberian

terapi oksigen.

4. Fungsi pengawasan perawat dalam

pemberian terapi oksigen diwujudkan

dalam bentuk observasi keadaan pasien

dan bahaya pemberian oksigen.

SARAN

1. Perawat IGD RSUD Karanganyar

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

perawat sebagai motivasi untuk lebih baik

lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai

perawat, khususnya perawat yang bekerja

di IGD dalam hal penatalaksanaan

oksigenasi pada pasien gawatdarurat.

2. RSUD Karanganyar

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan bagi perawat

terkait penatalaksanaan pemberian terapi

oksigen dan sebagai masukan untuk

penyusunan SOP terapi oksigen di IGD

RSUD Karanganyar.

3. Institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan, pengalaman, dan wawasan

mengenai pengetahuan perawat tentang

manajemen pemberian terapi oksigen di

ruang Instalasi Gawat Darurat.

4. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai referensi atau titik tolak

tambahan bila diadakan penelitian lain

dengan metode yang berbeda dan jumlah

responden yang berbeda terkait terapi

oksigen di ruang Instalasi Gawat Darurat.

7

Page 8: Terapi O2 - Implementasi - Bahan Expert

DAFTAR PUSTAKA

Alimul & Uliyah. 2005. Buku Saku Praktikum

Kebutuhan Dasar manusia. Jakarta.

EGC.

Andarmoyo. 2012. Personal Hygiene; Konsep,

Proses, dan Aplikasi dalam Praktik

peperawatan, Edisi Pertama.,

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aryani, R. 2009. Prosedur Klinik

Keperawatan Pada Mata Ajar

Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :

C.V. Trans Info Media.

Asmadi. 2008. Konsep Keperawatan Dasar.

Jakarta: EGC.

Marquis, B & Huston. 2010. Leadership Roles

and Menejemen Function in Nursing.

Philadelphia : Lippincott Company.

Perry, P. 2010. Fundamental Keperawatan.

Buku 3 Edisi 7. Alih Bahasa: Diah Nur.

Jakarta: EGC.

Poerwandari E.K. 2009. Pendekatan

Kualitatif. Cetakan ketiga. Depok:

LPSP3 UI.

Poerwandari, K.E. 2009. Pendekatan

Kualitatif Untuk Perilaku Manusia.

Lembaga Pengembangan Sarana

Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi.

Depok : Fakultas Psikologi Universitas

Mercu Buana.

Potter & Perry. 2010. Fundamental Of

Nursing; Concepts Process, and

Practises, Mosby Year Book, St. Louis.

Suciati, N L. 2010. Oxygen Therapy.

Karangasem: Nursing Community PPNI

Karangasem.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar

Manusia dan Proses Keperawatan Edisi

keempat. Jakarta : Salemba Medika.

8