teori tanda bahaya kehamilan
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancra indra manusia, dan sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)
(Notoadmodjo, 2007).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut bloom, tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
6
7
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu organisasi yang masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari informasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi/ objek (Notoatmodjo, 2007 : 140-141).
8
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
Menurut ( Notoatmodjo, 2003) faktor internal dan faktor eksternal yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu :
a. Pengalaman, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun dari orang
lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b. Tingkat Pendidikan, dapat membawa wawasan pengetahuan seseorang.
Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan seseorang yang tingkat
pendidikannya rendah.
c. Umur, lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. Umur
merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-
harapan baru. Semakin bertambah umur seseorang, akan semakin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki.
d. Pekerjaan, kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya.
e. Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan dapat mempengaruhi
9
pengetahuan seseorang baik itu pengetahuan yang sifatnya positif ataupun
negatif.
f. Fasilitas, merupakan sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang misalnya : radio, televisi, majalah, koran dan
buku.
g. Penghasilan, tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Ketika penghasilan cukup besar maka dia akan mampu memberi fasilitas-
fasilitas sumber informasi.
h. Sosial budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan di dalam keluarga
dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
4. Pengukuran Pengetahuan
Bila seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara
lisan maupun tulisan, maka dikatakan mengetahui bidang itu. Sekumpulan
jawaban yang diberikan seseorang itu dinamakan pegetahuan. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2003).
Dalam pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan itu
sangat penting maka pengetahuan ibu harus di tambah agar ibu banyak
10
mengetahui hal-hal tentang tanda-tanda bahaya kehamilan. Selain itu juga
bidan dalam pelayanannya membantu program pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi maka dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini untuk tanda-tanda bahaya kehamilan sangat di tekankan
pengetahuannya pada ibu dan sudah di tulis dalam buku KIA supaya banyak
ibu yang mengetahuinya akan tetapi masih banyak ibu yang belum memahami
maksud dari tanda bahaya kehamilann maka dari itu landasannya buku KIA.
B. Kehamilan
1. Definisi
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ke 3 dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan
(Saifuddin, 2006).
Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester, yang masing-masing
terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender. Pembagian
waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama
kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan, atau 9
bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) (Varney, 2007).
11
2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social
ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi
esklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, 2006).
3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan
harus lebih ketat. namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat
kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini
diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan, pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal
12
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu,
sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28 – 36 minggu dan sebanyak 2
kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil
akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan
adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin
dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan
diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji
hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metoda yang tersedia
(Prawirohardjo, 2009).
4. Kunjungan Berkala Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur.
Bila kehamilan normal, jumlah kunjungan cukup empat kali. Hal ini dapat
memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan untuk
mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi
pada ibu hamil. Beberapa penyakit atau penyulit tidak segera timbul
bersamaan dengan terjadinya kehamilan (misalnya, hipertensi dalam
kehamilan) baru akan menampakan gejala pada usia kehamilan tertentu
13
(misalnya, perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa).
Selain itu, upaya memberdayakan ibu hamil dan keluarganya tentang proses
kehamilan dan masalahnya melalui penyuluhan atau konseling dapat berjalan
efektif apabila tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan
kesehatan yang diperlukan (Saifuddin, 2006).
C. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan
1. Definisi
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi
pada seorang Ibu hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu
masalah yang serius pada Ibu atau janin yang dikandungnya. Tanda-tanda
bahaya ini dapat terjadi pada awal kehamilan (hamil muda) atau pada
pertengahan atau pada akhir kehamilan (hamil tua) (Depkes, 2002).
2. Masalah Dalam Kehamilan
a. Hiperemesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan
berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti-muntah. Tetapi
sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang
berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan
menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan
erektrolit. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah
14
ditemukan oleh beberapa sebagai berikut: Faktor predisposisi, alergi,
Faktor psikologik, Faktor adaptasi dan hormonal (Prawirohartjo, 2009).
b. Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Penyebabnya menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal
terjadi pada selaput janin diatas serviks internal yang memicu robekan
dilokasi ini. Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan dan infeksi)
dapat menyebabkan terjadinya KPD. Tanda yang terjadi adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau
manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes (Prawirohartjo, 2009).
c. Keguguran atau abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 28 minggu.
Keguguran dapat disebabkan oleh faktor lingkungan endometrium, yaitu
endometrium yang belum siap menerima implantasi hasil konsepsi atau
gizi ibu kurang karena anemiaatau terlalu pendek jarak kehamilan.
Penyebab lain terjadinya keguguran adalah gangguan pembuluh darah
plaasenta akibat ibu yang menderita diabetes mellitus atau hipertensi.
15
Keguguran pada umur kehamilan tua dan tidak segera dikeluarkan dapat
mengakibatkan maserasi. Dampak dari keguguran mengancam adalah
perdarahan, nyeri perut dan tidak ada pembukaan serviks (Manuaba,
2002).
d. Kehamilan ektopik terganggu ialah kehamilan dimana setelah fertilisasi,
implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90 %
kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptura apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : tuba) dan peristiwa ini
disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu (Saifuddin, 2006).
e. Mola hidatidosa adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak perkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili
koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan
berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai
adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian
buah anggur. Pada permulaannya gejala tidak seberapa berbeda dengan
kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya saja
derajat keluhannya sering lebih hebat. Sifat perdarahannya bisa
interminen, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan
syok atau kematian. Karena perdarahan ini umumnya pasien mola
hidatidosa masuk dalam keadaan anemia (Prawirohardjo, 2009).
16
f. Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka
kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal
adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Gejala perdarahan awal plasenta
previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau ringan dan
umumnya berhenti secara spontan (Saifuddin, 2006).
g. Solutio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada
kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas
500 gram. Proses sulosio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan
dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat menjadi semakin membesar kearah pinggir plasenta
sehingga amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui
ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi)
(Saifuddin, 2006).
h. Ruptura uteri ialah keadaan robekan pada rahim di mana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga peritoneum viserale dan kantong
ketuban keduanya ikut rupture dengan demikian janin sebagian atau
seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada
17
dalam kavum peritonei atau rongga abdomen. Pada keadaan yang
demikian janin belum masuk kedalam rongga peritoneum (Prawirohardjo,
2006).
i. Preeklamsi yaitu penyakit hipertensi akut pada wanita hamil yang tidak
disertai dengan kejang-kejang. Dampak akibat preeklamsi diantaranya:
terjadi eklamsi, hipertensi yang menetap pada ibu, kurang lebih 20%
menyebabkan kematian perinatal.
3. Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
a. Oedema pada muka atau jari
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang
setelah beristirahat atau meletakkan kaki lebih tinggi. Bengkak bisa
menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan
tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
Sistem kerja ginjal yang tidak optimal pada wanita hamil
mempengaruhi sistem kerja tubuh sehingga menghasilkan kelebihan
cairan. Ini dapat terlihat setelah kelahiran, ketika pergelangan kaki yang
bengkak secara temporer semakin parah. Ini dikarenakan jaringan
tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
18
selama dalam kandungan tidak lagi dibutuhkan dan akan dibuang setelah
sebelumnya diproses oleh ginjal menjadi urin. Oleh karena ginjal belum
mampu bekerja secara optimal, kelebihan cairan yang menempuk
dihasilkan disekitar pembuluh darah hingga ginjal mampu memprosesnya
lebih lanjut. Terkadang bengkak membuat kulit di kaki di bagian bawah
meregang, terlihat mengkilat, tegang dan sangat tidak nyaman. Perawatan
diri untuk ibu hamil yang mengalami kram kaki:
1) Berbaringlah dengan kaki lebih tinggi dari badan sesering mungkin,
ini tidak hanya membuat ibu hamil beristirahat lebih nyaman, tetapi
juga meningkatkan aliran energi pada saluran ginjal.
2) Hindari pemakaian jenis sepatu tertentu pada akhir kehamilan,
terutama yang terbuat dari kulit akan melar dan longgar saat ibu hamil
ingin memakainya saat melahirkan.
3) Jika bengkak terjadi pada tangan dan jari, pastikan untuk melepaskan
cincin sebelum terlalu sempit. Jika ibu hamil lupa dan tetap
memakainya cincin itu perlu dipotong agar tidak terjadi penyumbatan.
4) Jika ibu hamil menderita kram jangan menambahkan garam pada
makanan karena dapat meningkatkan risiko terjadinya penumpukan
cairan. Ketika kram terjadi ulurkan sejauh mungkin untuk mencegah
kontraksi otot.
b. Perdarahan melalui vagina pada kehamilan
19
Jarang sekali merupakan hal yang normal. Pada saat yang dini dalam
masa kehamilan, para ibu mungkin akan melihat adanya perdarahan
sedikit atau bintik darah sekitar waktu pertama kali haid mereka berhenti.
Perdarahan ini adalah perdarahan implementasi (penanaman) dan hal itu
adalah normal.
Cara mendeteksinya seorang bidan harus meminta ibu untuk
menjelaskan sifat-sifat perdarahannya, kapan mulai terjadi flek, berapa
banyak darah yang sudah hilang, apa warna darah tersebut, adakah
gumpalan darah beku dan lain-lain. Pada waktu-waktu lain dalam masa
kehamilan, perdarahan ringan mungkin bisa merupakan suatu pertanda
dari cervix yang rapuh. Perdarahan jenis ini bisa merupakan hal yang
normal atau bisa juga sebagai pertanda adanya infeksi. Cara pengumpulan
datanya lakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, denyut, serta tonus
jantung bayi.
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak pernah boleh dianggap
normal adalah perdarahan yang merah, berat dan menyakitkan. Perdarahan
seperti ini bisa menjadi pertanda telah terjadi abortus kehamilan, atau
kehamilan ektopik. Tugas bidan adalah melakukan pemeriksaan luar, raba
dan rasakan kelembutan abdominal bagian bawah, lakukan pemeriksaan
inspekulo (jika memungkinkan). Pada usia kehamilan selanjutnya,
perdarahan abnormal adalah merah, banyak dan kadang-kadang walaupun
20
tidak selalu, bertalian dengan rasa nyeri. Perdarahan jenis ini bisa menjadi
pertanda adanya plasenta previa atau plasenta abruption. Pada kasus
plasenta previa jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam.
c. Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum dan seringkali
merupakan ketidaknyaman yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala
yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayangan. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
Sakit kepala sering dirasakan pada awal kehamilan dan umumnya
disebabkan oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat hormon
kehamilan, khusunya hormon progesteron. Jika ibu hamil merasa lelah,
pusing atau tertekan atau pandangan mata bermasalah, sakit kepala akan
lebih sering terjadi atau makin parah, jika sebelumnya menderita migrain
kondisi ini dapat semakin bermasalah selama 3 sampai 4 bulan pertama
kehamilan.
d. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal
adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah
21
yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak
hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan
ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis,
penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran
kemih atau infeksi lain (Saifuddin, 2006).
e. Bayi Kurang Bergerak
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6,
beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring
atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu
tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini merupakan suatu risiko
tanda bahaya. Bayi kurang bergerak seperti biasa dapat dikarenakan oleh
aktivitas ibu yang terlalu berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun
kecelakaan sehingga aktivitas bayi di dalam rahim tidak seperti biasanya
(Prawirohartjo, 2009).
f. Demam
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
22
infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat
baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu
(Saifuddin, 2006).
Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang
kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala
penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi
organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa
nifas (Pusdiknakes, 2003).
D. Karakteristik Ibu
Karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang memiliki sifat khas yang sesuai
dengan perwatakan tertentu, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari tabiat atau watak (Kamus Bahasa Indonesia, 2002).
1. Usia
Usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun (Hurlock, 2002). Usia ibu di kedua ujung masa reproduksi,
usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan (Cunningham, 2005). Usia
individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan berkerja (Nursalam, 2001).
23
Semakin tua seseorang maka akan semakin matang dan bijaksana.
Menurut Depkes RI (2002), ibu dianjurkan untuk hamil pada usia 20 - 35
tahun, karena ibu telah siap hamil secara jasmani dan kejiwaan.
Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko
untuk hamil dan melahirkan, bahwa setiap tahun, 13 juta bayi dilahirkan oleh
wanita yang berusia < 20 tahun, dan 90 % kelahiran ini terjadi negara
berkembang. Para wanita ini memiliki risiko kematian maternal akibat
kehamilan dan kelahiran dua sampai lima kali lebih tinggi bila dibandingkan
wanita yang lebih tua. Risiko paling besar terdapat pada ibu berusia ≤ 14
tahun. Penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa risiko kematian maternal
lima kali lebih tinggi pada ibu berusia 10 – 14 tahun dari pada ibu berusia
20–24 tahun, sedangkan penelitian yang dilakukan di Nigeria menyebutkan
bahwa wanita usia 15 tahun memiliki risiko kematian maternal 7 kali lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang berusia 20 – 24 tahun. Komplikasi
yang sering timbul pada kehamilan di usia muda adalah anemia, partus
prematur, partus macet (College St Lukas, 2011).
Kehamilan di atas usia 35 tahun menyebabkan wanita terpapar pada
komplikasi medik dan obstetrik, seperti risiko terjadinya hipertensi kehamilan,
diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal dan gangguan fungsi paru.
Kejadian perdarahan pada usia kehamilan lanjut meningkat pada wanita yang
hamil di usia > 35 tahun, dengan peningkatan insidensi perdarahan akibat
24
solusio plasenta dan plasenta previa. Persalinan dengan seksio sesaria pada
kehamilan di usia lebih dari 35 tahun juga meningkat, hal ini terjadi akibat
banyak faktor, seperti hipertensi kehamilan, diabetes, persalinan prematur dan
penyebab kelainan pada plasenta (College St Lukas, 2011).
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa
kematian maternal akan meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia
35 – 39 tahun bila dibanding wanita yang hamil pada usia 20 – 24 tahun. Usia
kehamilan yang paling aman untuk melahirkan adalah usia 20 – 30 tahun.
2. Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau meningkatkan
kemampuan masyarakat masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang
bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang
pendidikan formal dan non-formal. Sistem pendidikan yang mnjenjang
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu
(Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan
individu dengan kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu
harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk
memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen yang
ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi
25
sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman dan belajar
(Notoatmodjo, 2007).
Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat
ditentukan oleh tingkat pendidikan. Peningkatan bagi perempuan merupakan
keharusan yang tidak dapat dielakan demi mencapai kesetaraan dan keadilan
gender. Analisis gender dalam pembangunan pendidikan tingkat nasional
menemukan adanya kesenjangan gender dalam pelaksanaan pendidikan
terutama di tingkat SMK dan pergeruan tinggi, namun lebih seimbang pada
tingkat SD, SMP, dan SMU. Kecendrungannya adalah semakin tinggi jenjang
pendidikan, maka semakin meningkat kesenjangan gendernya (Widyastuti,
2009).
Menurut jurnal Rural Tanzanian women's awareness of danger signs of
obstetric complications, Penelitian di Tanzania dan di tempat lain
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi terkait dengan
kematian ibu yang lebih rendah, pendidikan perempuan adalah penting untuk
memahami pesan-pesan kesehatan dan untuk dapat membuat keputusan
tentang kesehatan dan perawatan. Memperkenalkan informasi yang tepat
Keibuan Aman di sekolah dasar untuk anak perempuan sebelum mereka
menjadi hamil lebih lanjut dapat meningkatkan pemahaman perempuan dari
pesan kesehatan termasuk kesadaran tanda bahaya komplikasi obstetrik
(Ethiop, 2010).
26
3. Pekerjaan
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan
seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan
bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaannya ini
disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitasnya di
pengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : gizi dan kesehatan ibu, genetik,
dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau menentukan
kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan
disamping kapasitasnya juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman,
kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh
(Notoatmodjo, 2007).
Ibu yang bekerja lebih banyak memiliki informasi mengenai
kehamilannya karena itu lebih sering berinteraksi dengan orang lain.
Sedangkan ibu yang tidak bekerja lebih sedikit mengetahui informasi tentang
kehamilannya karena kurangnya sosialisasi dengan orang lain sehingga
informasi yang diperlukan selama kehamilan kurang (Notoatmodjo, 2003).
Menurut jurnal Factors influencing the use of antenatal care in rural
West Sumatra, Indonesia. Dengan berpenghasilan rendah memiliki pengaruh
lebih besar terhadap dukun bayi lebih memilih, dengan tren yang berlawanan
untuk lebih memilih bidan. Peningkatan perhatian perlu diberikan kepada
27
perempuan, melainkan juga sangat penting untuk menggali persepsi
perempuan tentang layanan kesehatan yang mereka terima (Porter, 2011).
4. Paritas
Paritas adalah jumlah berapa kali ibu yang melahirkan anak hidup
termasuk yang meninggal. Paritas menentukan kesehatan organ-organ
reproduksi wanita pada primi tua maupun primi muda bahayanya hampir
sama pada primi muda berhubungan dengan belum matangnya organ-organ
reproduksi, dimana perkembangan dinding rahimnya belum sempurna,
sedangkan pada primi tua berkaitan dengan menurunnya fungsi-fungsi organ
reproduksinya. Seorang yang belum pernah melahirkan bayi yang viable
(dapat hidup) disebut multipara. Multipara adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali (Hanifa, 2006). Dikatakan
umpamanya terdapat kecendrungan kesehatan ibu yang berparitas rendah
lebih baik daripada yang berparitas tinggi terdapat asosiasi antara tingkat
paritas dan penyakit-penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Menurut jurnal Factors influencing the use of antenatal care in rural
West Sumatra, Indonesia Wanita dengan dua atau lebih anak yang menerima
perawatan kehamilan adalah 20-40% lebih rendah dibandingkan dengan
wanita dengan satu anak juga menemukan bahwa perempuan dengan tiga
anak atau lebih dimanfaatkan ANC kurang. Demikian pula, Dokter juga
melaporkan bahwa wanita yang telah melahirkan satu anak harus hadir lebih
28
ANC daripada wanita dengan enam atau lebih anak-anak. Namun, paritas
tinggi juga ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada wanita yang tidak
menghadiri ANC ataupun pengetahuannya sendiri (Porter, 2011).
Menurut jurnal Factors influencing the use of antenatal care in rural
West Sumatra, Indonesia Paritas merupakan faktor yang mempengaruhi
wanita itu menerima kurang dari empat kali kunjungan ANC
direkomendasikan selama kehamilan dan itu yang mengakibatkan kurangnya
pengetahuan dan informasi mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan
(Porter, 2011).