teori sosiologi klasik dan modern

16
TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN NAMA : MUHAMMAD RIZKI NIM : 21512A0001 KELAS : A BISNIS FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Upload: lalu-rispan-isrodin

Post on 30-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HAAAAA

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN

NAMA : MUHAMMAD RIZKI

NIM : 21512A0001

KELAS : A BISNIS

FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2015

Page 2: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN

Pada umumnya teori-teori sosial dapat diklasifikasikan menurut baik tingkatan analisa

pokoknya yang luas, seperti pola-pola budaya ( nilai-nilai, norma-norma, pandangan hidup, arti-

arti, sistem-sistem simbol, dan lain-lain ), struktur sosial ( besarnya, pembagian kerja, derajat

konsensus, tipe kekuasaan atau struktur otoritas, dan lain-lain ), hubungan antar pribadi

( intensitasnya, frekuensinya, derajat kerja sama atau konflik, dan lain-lain ), maupun dalam

tingkatan individu, misalnya pola motivasi, karakteristik pribadi, orientasi subyektif, dan lain-

lain. ( kebanyakan ahli sosiologi tidak menaruh perhatian pada tingkatan individu, kecuali dalam

hubungannya dengan salah satu dari tingkatan-tingkatan lainnya itu ).

Di antara para ahli teori yang di diskusikan pada bagian dua, comte dan sorokin

memusatkan perhatiannya pada tingkatan budaya, marx dan durkheim pada tingkatan struktur

sosial, dan simmel pada tingkatan antar pribadi. Di antara aliran-aliran masa kini yang

berhubungan dengan teori yang di diskusikan pada bagian tiga, teori interaksi simbol dan teori

pertukaran menekankan tingkatan mikro dalam hubungan antar pribadi, dan teori fungsional dan

teori konflik berhubungan dengan srukur sosial dalam tingkaan mikro.

KONTEKS SEJARAH LAHIRNYA PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi berusia kurang dari 200 tahun.

Auguste Comte memberikan istilah ‘’sosiologi’’, dan dia sering di pandang sebagai Bapak

disiplin ini. Karya utamanya yang pertama, berjudul The Courseof Positive Philosophy,yang

diterbitkan antara tahuh 1830 dan tahun 1842, mencerminkan suatu komitmen yang kuat

terhadap metode ilmiah. Metode ini harus diterapkan untuk menemukan hokum-hukum alat yang

mengatur gejala-gejala sosial.

Perubahan Sosial yang Pesat dan Munculnya Masyarakat Modern

Buku ini tidak akan menjajagi seluruh sejarah pemikiran sosial barat modern.8 perspektif

sosiologi seperti yang kita kenal sekarang ini baru saja timbul.9 ini bukan karena manusia

Page 3: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

sebelumnya tidak mengenal kehidupan sosial. Sepanjang yang di ketahui, manusia selalu hidup

dalam suatu jenis kelompok tertentu, dan mereka selalu berinteraksi, saling mempengaruhi,

saling mengasihi, saling berhantaman, saling membantu, saling cemburu, dan saling memeras.

Dari satu masa kemasa berikutnya dalam sejarah, manusia sudah mampu membentuk system

sosial yang luas dan besar ( misalnya kerajaan-kerajaan besar ). Hal ini harus menuntut suatu

pengalaman praktis yang rumit dan Njelimet dalam organisasi dan perencanaan sosial.

Lalu mengapa perspektif sosiologi tidak muncul sebelumnya? Mungkin sebagian

jawabannya terletak pada perubahan-perubahan sosial yang kompleks yang tidak terjadi

sebelumnya di masyarakat Barat seperti yang baru-baru ini, dan yang terjadi pada saat kelahiran

sosiologi.

KONSTRUKSI TEORI

Komitmen untuk membangun teori sosiologi sebagi seperangkat proposisi yang

dinyatakan secara sistematis dan saling berhubungan secara logis, yang di dasarkan teguh pada

data emperis, besar pengaruhnya para ahli sosiologi yang berkecimpung dalam konstruksi teori

formal. Kebanyakan mereka yang terlibat dalam konstruksi teori mencerminkan suatu orientasi

neopositivis. Artinya bahwa mereka melihat suatu persamaan yang erat anrtara ilmu-ilmu sosial

dan ilmu-ilmu alam, sehubungan dengan asumsi-asumsi dasarnya, teknik-teknik metodologis,

bentuk logis, dan dasar empiris. Karena komitmen mereka untuk mendirikan sosiolgi sebagai

satu ilmu empiris, kebbanyakan mereka mencerminkan satu kebulatan tekad untuk tidak percaya

pada konsep-konsep subyektif yang sulit di pahami dan bersifat tidak empiris.

Konsep dan Variabel

Konsep-konsep merupakan ramuan dasar dan fundamental dalam setiap teori. Suatu

konsep adalah suatu kata ( atau pernyataan symbol lainnya ) yang menunjuk pada gejala; konsep

adalah nama yang kita pergunakan untuk menunjukkan dan mengklasifikasi pencerapan dan

pengalaman-pengalaman kita. Menghubungkan suatu nama tertentu dengan suatu benda,

pengalaman, atau kejadian adalah langkah pertama yang sangat penting untuk menganalisa dan

Page 4: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

memahaminya. Anak-anak kecil yang mengalami suatu tahap dimana ada kebutuhan kecil untuk

menamakan benda-benda di sekelilingnya jelas merupakan sesuatu yang memaksa mereka, yang

dapat dicek segera oleh orang tuanya sesudah mereka menjawab pertanyaan seperti ‘’apa ini?’’,

dan ‘’apa itu?’’ secara terus menerus. Cara yang sama dapat kita lihat pada para ahli yang

menemukan beberapa gejala baru, apakah itu bahan campuran kimia, bintang, atau suatu proses

atomis; reaksi yang pertama ( sekali ditentukan bahwa gejala itu tidak termasuk dalam kelas

yang sudah diberi nama ) adalah menentukan nama yang berhubungan dengannya.

Sistem Klasifikasi

Konsep-konsep membentuk suatu dasar yang penting untuk klasifikasi. Sekurang-

kurangnya satu konsep membedakan ‘’hal-hal’’ yang termasuk dalam kelas yang ditunjuk oleh

konsep itu dan hal-hal lainnya. Dengan menggunakan variable-variabel, mungkin bagi kita untuk

mengkategorisasi kasus-kasus yang berbeda dalam gejala-gejala yang ditunjuk oleh kondep itu

menurut perbedaan-perbedaan yang penting yang diperlihatkannya.katakanlah, kita memberi

nama suatu  tipe obyek tertentu dengan X. Hal ini memungkinkan kita untuk membedakan

benda-benda yang termasuk dalam X dan yang tidak. Lalu kita mengamati bahwa semua yang

termasuk dalam X itu tidak serupa; mereka berbeda menurut sifat-sifat tertentu.

Tipe-tipe Proposisi

Proposisi-proposisi saling berbeda satu sama lain dalam beberapa hal yang penting

menurut keabstrakan dan generalitasnya, menurut kemampuan tahan ujinya dan tinkatan dimana

proposisi-proposisi itu sudah didukung secara empiris. Mereka yang berkecimpung dalam bidang

konstruksi teori biasanya membedakan antara proposisi-proposisi serperti aksioma, postulat, dan

hokum. Proposisi sering dibedakan dari hipotesis dimana hipotesa merupakan pernyataan

mengenai hubungan-hubungan yang mungkin ada, yang dapat diuji secara emperis, yang berasal

dari proposisi yang lebih abstrak. Khususnya istilah-istilah yang terdapat dalam satu hipotesa

merupakan indikator-indikator ( yakni ukuran-ukuran operasional ) untuk variabel, dan bukan

merupakan variabel itu sendiri.

Page 5: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

Keseluruhan dari seri proposisi-proposisi yang berbeda tipenya itu dapat dirumuskan

terlebih dahulu dari sumber hipotesa empiris. Zetterberg misalnya membedakan antara postulat

( proposisi yang tidak dapat di tarik lagi dari proposisi lainnya ) dan dalil yang dapat ditarik dari

postulat.

Reynolds membedakan lima tipe pernyataan teoritis yang berbeda-beda : hokum,

aksioma, proposisi, hipotesa, dan generalisasi empiris. Dalam urutan itu, istialh ‘’proposisi’’

digunakan dalam pengertian yang lebih sempit daripada yang kita gunakan disini. Meskipun

pernyataan hukum adalah sangat umum dan abstrak, maenurut Reynolds penjelasan tidak perlu

berhenti pada tingkatan ini.

Teori Seperangkat Proposisi

Debegitu jauh kita sudah mengidentifikasi konsep, system klasifikasi, dan proposisi

sebagai komponen-komponen teori. Konsep merupakan bahan mentah bangunan teori yang

paling dasar dan karya pada teoretis pada tingkatan konseptual mencakup definisi, analisa

konseptual, dan pernyataan yang menegaskan adanya gejala emperis yang di tumjuk oleh satu

konsep ( existence statement ). Pada tinkatan klasifikasi, karya teoretis mencakup pembentukan

kategori dan klasifikasi gejala-gejala empiris.

Tinkatan berikutnya adalah proposisi yang merupakan pernyataan yang menghubungkan

dua atau lebih konsep ( variabel ). Kita sudah melihat bagaimana proposisi dikembangkan, dan

tipe-tipe pernyataan proposisi yang berbeda-beda yang dapat di kembangkan.kita sekarang

bergerak ketahap akhir pengembangan teori, yaitu menghubungkan suatu seri proposisi bersama-

sama dalam satu bentuk yang logis dan sistematis. Teori merupakan seperangkat proposisi yang

berhubungan secara logis dan dinyatakan secara sistematis, yang menggambarkan ( pada satu

tingkatan generalitas yang tinggi ) dan menjelaskan perangkat gejala-gejala empiris.

Page 6: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

Konsep Paradigma

Dalam satu analisa yang hidup dan sangat berpengaruh mengenai revolusi-revolusi yang

terjadi dalam ilmu pengetahuan, Kuhn menunjuk pada asumsi-asumsi intelektual dasar, yang

dibuat oleh para ilmuwan mengenai pokok permasalahan yang disebut dengan istilah paradigma.

Meskipun Kuhn tidak konsisten dalam menggunakan istilah ini, definisinya dapat dilihat

dalam karya aslinya, yakni bahwa dalam suatu paradigma terdiri dari pandangan hidup ( world

view atau Weltanschauung ) yang dimilki oleh para ilmuwan dalam suatru disiplin tertentu.

Sebagai contoh, pandangan hidup yang terdapat dalam fisika Newton akan membentuk satu

paradigma, sebagai satu pandangan hidup yang bertentangan dengan fisika manurut Einstein.

.

Sosiologi sebagai Satu Ilmu ‘’Multiparadigmatik’’

Apakah sosiologi didominasi oleh hanya satu paradigma saja? Mungkin secara umum

pertanyaan ini dapat di jawab dengan ya, dengan catatan bahwa semua hal sosiologi sama-sama

memiliki asumsi dasar bahwa sikap-sikap, kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, serta polo-pola

perilaku individu yang fundamental sangat dibentuk oleh lingkungan sosialnya.

Dengan menggunakan konsep paradigma kuhn, Ritzer mengembangkan suatu analisa

yang berguna dan tepat mengenai sosiologi sebagai ilmu multiparadigmatik. Dia membedakan

tiga paradigma yang secara fundamental berbeda satu sama lain : paradigma fakta sosial,

paradigma definisi social, dan paradigma perilaku social ( social behavior ). Hal yang mendasar

dalam distingsi ini adalah perbedaan-perbedaan dalam asumsi-asumsi dasarnya mengenai

hakikat dasar kenyataan sosial. Paradigma fakta sosial yang diwakili Durkheim selama tahap

perkembangan teori sosiologi klasik yang sangat menyolok, dan pada masa kini dalam

fungsionalisme dan teori konflik yang menekankan ide bahwa fakta sosial adalah real atau

sekurang-kurangnya dapat diperlakukan sebagai yang real, sama seperti fakta individu.

Tambahan pula fakta sosial tidak dapat direduksikan ke fakta individu; fakta sosial memiliki

realitasnya sendiri. Struktur sosial dan institusi sosial merupakan salah satu diantara fakta sosial

itu yang mendapat perhatian khusus dari para ahli sosiologi.

Page 7: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

Paradigma definisi sosial ( social definision ) menekankan hakikat kenyataan sosial yang

bersifat subyektif lebih dari pada eksistensinya yang terlepas dari individu. Selama tahap

perkembangan teori klasik, paradigma ini diwakili dan dikembangkan oleh Weber dalam

teorinya, kemudian diwakili oleh teori tindakan sosial seperti yang dikembangkan oleh Parsons

diawal perkembangan karirnya ( dengan perspektif Weber debagai pengaruh utama ).

Paradigma perilaku sosial ( social behavior ) menekankan pendekatan obyektif empiris

terhadap kenyataan sosial. Dari ketiga paradigma, paradigma yang satu ini sangat dekat dalam

gambarannya mengenai kenyataan sosial dengan asumsi-asumsi implicit yang mendasari

pendekatan konstruksi teori yang baru saja digambarkan di atas. Bagi seorang ahli perilaku

sosial, pendekatan yang diberikan oleh paradigma fakta sosial terlampau subyektif. Kedua

pendekatan itu menghalangi berdirinya sosiologi sebagai satu ilmu yang kuat yang didasarkan

pada data empiris yang dapat di ukur. Menurut paradigma perilaku sosial, data empiris mengenai

kenyataan sosial hanyalah perilaku-perilaku individu yang nyata ( overt behavior ). Lagi pula,

penjelasan mengenai perilaku individu yang nyata itu hanya mungkin dalam hubungannya

dengan rangsangan lingkungan tertentu yang dapat di ukur secara empiris.

MULTIPARADIGMA DAN TINGKAT MAJEMUK

KENYATAAN SOSIAL

Begitu mahasiswa diperkenalkan dengan perspektif sosiologi, sering menjadi terkesan

akan betapa kompleksnya kenyataan sosial itu betapa sulitnya memberikan penjelasan yang

sederhana sekalipun mengenai dunia manusia sosial ini. Sejumlah ahli ilmu sosial akan setuju

dengan itu.

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasi pelbagai tingkatan kenyataan sosial yang dapat

kita tunjukkan; tetapi dalam buku ini perlu kita sebutkan empat tingkatan sebagai berikut :

Page 8: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

Tingkat Individual

Tinkatan ini dapat di bagi lagi kedalam sub-tingkatan: tingkat perilaku ( behavioral )

versus tingkat subyektif. Tingkatn ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian untuk

analisa yang paling utama. Sering perhatian itu tidak pada individu sebagai individu, melainkan

pada satuan-satuan perilaku atau tindakan sosial individu itu. Banyak ahli psikologi sosial

menekankan tingkatan ini, sama halnya dengan ahli sosiologi reduksionis seperti Homans.

Tingkat Antar Pribadi ( interpersonal )

Kenyataan sosial pada tingkat ini meliputi interaksi antar individu dengan semau arti

yang berhubungan dengan komunikasi simbolis, penyesuaian timbale-balik, negosiasi mengenai

bentuk-bentuk tingkatan yang salig tergantung, kerja sama atau konflik antar pribadi, pola-pola

adaptasi bersama atau yang berhubungan satu sama lain terhadap lingkungan yang lebih luas.

Selian itu, tingkatan ini merupakan bidang ahli psikologi sosial. Dua perspektif teoritis utama

yang menekankan tingkatan ini adalah teori interaksionalisme symbol dan teori pertukaran

( meskipun heduanya mendiskusikan juga tingkatan individual ).

Tingkat Struktur Sosial

Kenyataan dalam tingkat struktur sosial ini lebuh abstrak dari pada kedua tingkatan di

atas. Perhatiannya bukan pada individu atau tindakan atau interaksi antar individu, melainkan

pada pola-pola tindakan dan jaringan-jaringan interaksi yang disimpulkan dari pengamatan

terhadap keteraturan dan keseragaman yang terdapat dalam waktu dan ruang. Satuan-satuan yang

paling penting dalam kenyataan sosial di tingkatkan ini dapat dilihat sebagai posisi-posisi sosial (

didefinisikan menurut hubungan yang kurang lebih stabil dengan posisi-posisi lainnya ) dan

peranan-peranan sosial ( didefinisikan menurut harapan-harapan bersama akan perilaku orang-

orang yang menduduki pelbagai posisi ).

Page 9: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

Tingkat Budaya

Tingkatan ini meliputi arti, nilai, symbol, norma, dan pandangan hidup umumnya yang

dimiliki bersama oleh anggota suatu masyarakat ( atau sekolompok anggota ). Dalam pengertian

yang luas, istilah kebudayaan terdiri dari produk-produk tindakan lah interaksi manusia,

termasuk benda-benda ciptaan manusia berupa materi dan lunia.

Apakah seseorang itu memusatkan perhatian pada kebudayaan materil atau non materil,

kenyataan budaya dapat dipelajari terlepas dari struktur-struktur sosial atau hubungan-hubungan

antar pribadi yang tercakup dalam ciptaan atau penyebarannya. 

Meskipun usaha sosiologi dipusatkan terutama pada tingkat struktur sosial, beberapa ahli

sosiologi membatasi diri dengan komitemen mereka pada pendekatan positivistic atau empiris

ilmiah untuk menekankan individu atau perilakunya. Struktur sosial adalah konsep abstrak yang

tidak dapat di amati. Lalu bagaimana dengan satu ilmu empiris dapat di bangun atas konsep

abstrak yang tidak dapat dia mati.

Walaupun sosiologi pada umumnya berhubungan  dengan struktur  sosial, banyak bidang

studi khusus yang berhubungan dengan lebih dari satu tingkatan saja. Misalnya, kita sudah

melihat bahwa psikolog sosial memperhatikan individu dan hubungan antar pribadi. Juga bidang

studi yang umum nya dikenal dengan sitilah ‘’kebudayaan dan kepribadian’’ berhubungan

dengan individu dan kebudayaan, khususnya pembentukan pola-pola kepribadian menurut pola-

pola kebudayaan yang berlaku. Hal yang sama berlaku untuk ‘’sturktur sosial dan kepribadian’’.

Kalau kita melihat lagi tiga paradigma utamanya Ritzer, kita melihat bahwa perbedaan di

antara mereka mungkin sebagian memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam tingkat kenyataan

sosial yang menjadi pusat perhatiannya. Paradigma definisi sosial dan perilaku sosial menitik

beratkan tingkatan yang lebih rendah.

Page 10: Teori Sosiologi Klasik Dan Modern

KONSTRUKSI KENYATAAN SOSIAL

DAN

PERKEMBANGAN TEORI SOSIAL

Pendekatan tertentu apapun yang di ambil seseorang ahli teori, perkembangan suatu teori

memperlihatkan satu bentuk konstruksi kenyataan sosial. ( istilah ‘’konstruksi’’ disini di gunakan

dalam arti yang jauh lebih luas daripada tujuan-tujaun mereka yang terlibat dalam ‘’konstruksi

teori formal’’ yamng sudah kita singgung di depan ). Konstruksi kenyataan sosial ( social reality

construction ) adalahj suatu istilah yang digunakan oleh Berger dan Luckmann untuk

menggambarkan proses dimana melalui tindakan dan interaksinya orang menciptakan secara

terus menerus suatu kenyataan yang di miliki bersama, yang di alami secara faktual obyektif dan

penuh arti secara subyektif.

Tanpa melihat hubungan yang mungkin ada antara kenyataan obyektif dan kesadaran

subyektif mengenai kenyataan, sebagian besar kenyataan yang kita alami sehari-hari

dikontruksikan secara  sosial ( socially constructed ). Kenyataan ini sebagian besar bersifat

symbol. Tekanan pada sifat  symbol kenyataan sosial ini dan pada kreasi serta pada bertahannya

atau dipertahankannya kenyataan sosial itu melalui komunikasi merupakan tema sentral dalam

analisa Duncan mengenai kenyataan sosial.

Dalam bab ini sudah kita lihat beberapa isu yang terdapat dalam perkembangan teori

sosiologi. Teori sosiologi berbeda dari teori-teori implisit dan yang diterima begitu saja dalam

kehidupan sehari-hari, dalam pengertian bahwa teori sosiologi mencerminkan suatu usaha sadar

dan di sengaja untuk bersifat obyektif dan sistematis dalam usaha menjelaskan atau menganalisa

kenyataan sosial. Komitmen ini jelas terlihat dalam usaha mereka yang terlibat dalam konstruksi

teori formal.