teori perencanaan proyek

20

Click here to load reader

Upload: uci-mardiani

Post on 23-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Teori Perencanaan proyek

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Perencanaan proyek

Teori Perencanaan proyek konstruksi

Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan,

penyusunan jadwal (penjadwalan) dan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan perencanaan

diperlukan pengendalian. Sebelum pembahasan lebih lanjut maka pengertian dari ketiga kegiatan

pokok itu diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk

menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi

pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto,

1997). Secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu

penjadwalan, anggaran dan mutu.

Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses, ini berarti

perencanaan tersebut mengalami tahap-tahap pengerjaan tertentu Tahap-tahap pekerjaan itu yang

disebut proses. Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi :

a. Menentukan tujuan.

Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang akan

dilakukan.

b. Menentukan sasaran.

Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan yang lelah

ditetapkan sebelumnya

c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan.

Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan kajian terhadap posisi

dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai

d. Memilih alternatif.

Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan dan

sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak

dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak

merugikan kelak.

e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan

Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan setelah

memperhatikan berbagai batasan.

Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang dilakukan sesuai

urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan selanjutnya dilakukan penjadwalan.

2. Penjadwalan

Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk menentukan

aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu

tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan

biaya yang ekonomis (Callahan, 1992). Penjadwalan meliputi tenaga kerja, material, peralatan,

Page 2: Teori Perencanaan proyek

keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam kerugian dapat

dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan perselisihan.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain :

a) Bagi pemilik :

(1) Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek.

(2) Merencanakan aliran kas.

(3) Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya proyek.

b) Bagi kontraktor:

(1) Memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan diakhiri.

(2) Merencanakan kebutuhan material, peralalan, dan tenaga kerja.

(3) Mengatur waktu keterlibatan sub-kontraktor.

(4) Menghindari konflik antara sub-kontraktor dan pekerja.

(5) Merencanakan aliran kas

(6) Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya proyek.

3. Pengendalian

R.J. Mockler, 1972, dalam Imam Soeharto (1997) memberikan pengertian tentang pengendalian.

Menurutnya, pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai

dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan

standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar,

kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara

efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh Mockler, maka proses pengendalian proyek dapat

diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan sasaran.

b. Definisi lingkup kerja.

c. Menentukan standar dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai sasaran.

Page 3: Teori Perencanaan proyek

d. Merancang/menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan hasil pelaksanaan

pekerjaan.

e. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria, dan sasaran yang telah

ditentukan.

f. Mengadakan tindakan pembetulan.

Fungsi utama pengendalian adalah memantau dan mengkaji (bila perlu mengadakan koreksi)

agar langkah-langkah kegiatan terbimbing ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian

memantau apakah hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan patokan yang telah

digariskan dan memastikan penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien.

4. RDM, Konstrain, Lead dan Lag

PDM (Precedence Diagram Methode) disebut juga metode preseden diagram yang

menggambarkan jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity on Node) di mana

kegiatan ditulis di dalam kotak alan lingkaran. Anak panah dipakai hanya untnk menjelaskan

hubungan ketergantungan di antara kegiatan-kegiatan. Hubungan antar kegiatan pada AON

digambarkan :

PDM dapat dinyatakan dengan simbol :

Konstrain menunjukkan hubungan logis antar kegiatan dengan satu garis dari nodeterdahulu ke

node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. PDM memiliki empat

macam konstrain :

a. Konstrain Finish to Start (FS)

b. Konstrain Start to Start (SS)

SS (i-j) =b

c. Konstrain Finish to Finish (FF)

d. Konstrain Start to Finish(SF)

Catatan :

b dan d disebutLead time(waktu mendahului).

a dan c disebut Lag time (waktu tertunda)

5. Metode Pengendalian Biaya dan Waktu

Penyimpangan terhadap perencanaan sering terjadi, baik terhadap biaya maupun waktu untuk

mengetahui terjadinya penyimpangan secara dini daput dipergunakan metode varian dan

metode earned value alau metode nilai hasil. Melode-metode ini dipakai untuk pengendalian

terhadap biaya dan waktu.

Page 4: Teori Perencanaan proyek

a. Metode Varian

Pengendalian biaya proyek dengan melakukan identifikasi varian pada data pengeluaran biaya

pelaksanaan terhadap biaya rencana secara periodik atau dalam kurun waktu tertentu.

b. Metode Nilai Hasil {earned value}

Dalam metode ini memakai dasar-dasar asumsi tertentu agar dapat dikembangkan untuk

membuat perkiraan atau proyeksi keadaan masa depan proyek. Metode ini digunakan untuk :

(1) Mengetahui performance proyek dari sisi biaya pada suatu waktu;

- apakah pengeluaran biaya > dari rencana.

- apakah pengeluaran biaya < dari rencana.

- apakah pengeluaran biaya = dari rencana.

(2) Mengetahui performance proyek dari sisi jadwal/waktu pada suatu waktu;

- apakah waktu pelaksanaan lebih cepat dibanding rencana.

- apakah waktu pelaksanaan lebih lambat dibanding rencana.

- apakah waktu pelaksanaan sama dengan rencana.

(3) Prediksi biaya untuk menyelesaikan proyek setelah waktu evaluasi ; proyek untung atau rugi.

(4) Prediksi waktu untuk menyelesaikan proyek setelah evaluasi, lebih cepat atau lebih lambat.

6. Indikator dan Formulasi

Indikator yang digunakan dalam konsep nilai hasil :

a. ACWP (Actual Cost Work Performed) ; jumlah biaya aktual/yang sesungguhnya untuk suatu

pekerjaan yang telah terlaksana dalam kurun waktu tertentu, didapat dan laporan akuntansi.

b. BCWP (Undated Cost of Work Performed); jumlah nilai hasil pekerjaan yang telah

diselesaikan untuk suatu pekerjaan dalam kurun waktu tertentu, didapat dari laporan prestasi

mingguan.

c. BCWS (Budgeted Cost of Work Scheduled) ; biaya/anggaran yang direncanakan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan, didapat dari time schedule, Bar Chard dan kurva S.

Ketiga indikator ini memperlihatkan varian biaya dan varian waktu.

Varian biaya adalah penyimpangan pengeluaran biaya aktual untuk pelaksanaan pekerjaan

terhadap prestasi riil dalam satuan biaya Varian biaya = Cost Varian = CV.

Formulasi:

CV = BCWP – ACWP

Varian waktu/jadwal adalah penyimpangan prestasi riil (dalam satuan biaya) terhadap biaya

rencana. Varian Jadwal = Schedule Varian = SV.

Formulasi :

SV = KCWP – BCWS

Page 5: Teori Perencanaan proyek

Kinerja proyek dari analisis varian biaya dan varian waktu yang mungkin terjadi dapat dilihat

sebagai berikut :

- CV Positif berarti pekerjaan dilaksanakan dengan biaya kurang dari anggaran; untung.

- CV negatif berarti pekerjaan dilaksanakan dengan biaya lebih dan anggaran; rugi.

- CV nol berarti pekerjaan dilaksanakan dengan biaya sama dengan anggaran.

- SV positif berarti pekerjaan dilaksanakan lebih cepat.

- SV negatif berarti pekerjaan dilaksanakan terlambat.

- SV nol berarti pekerjaan dilaksanakan sesuai waktu rencana.

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya pada proyek digunakan indeks kinerja

biaya dan indeks kinerja jadwal yang formulasinya adalah :

a. Indeks Kinerja Biaya = Cast Performance Indeks CPI

CPI = BCWP

ACWP

b. Indeks Kinerja Jadwal = Schedule Performance Indeks SPI

SPI = BCWP

BCWS

Keterangan :

- Jika CPI < 1 berarti pengeluaran lebih besar dari anggaran.

- Jika CPI > 1 berarti pengeluaran lebih kecil dari anggaran, pelaksanaan baik.

- Jika CPI = 1 berarti pengeluaran sesuai dengan anggaran.

- Jika SPI < 1 berarti pekerjaan terlambat.

- Jika SPI > 1 berarti pekerjaan lebih cepat

- Jika SPI = 1 berarti pekerjaan sesuai dengan rencana.

Perkiraan Biaya Pekerjaan Tersisa (ETC)

Page 6: Teori Perencanaan proyek

Formulasi :

ETC = Anggaran – BCWP

CPI

= X � BCWP1 X = total anggaran

C1

Perkiraan biaya Sampai Akhir Proyek (EAC)

Formulasi :

EAC = E T C + ACWP1

Keuntungan /kerugian = Anggaran – EAC

Perkiraan Waktu Sampai Penyelesaian Proyek

Rencana Waktu Keseluruhan = X bulan

Waktu tersisa = X � Waktu Pelaporan

Waktu Pelaporan = t1 = X � t1

Indeks Kinerja Jadwal, Formulasi : SPI = BCWP1 = S1

BCWS1

Perkiraan Waktu Pekerjaan Tersisa (ETS)

Formulasi :

ETS = Rencana � waktu pelaporan = X � t1

SPI S1

Perkiraan Waktu Sampai Akhir Proyek (EAS)

EAS = ETA + waktu pelaporan = ETS + t1

Keterlambatan / cepat = rencana waktu � EAS

Page 7: Teori Perencanaan proyek

Manajemen Resiko dalam Proyek Konstruksi

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola

ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:

Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan

menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain

adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif

risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko

tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti

bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di

sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen

keuangan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda

yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh

masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,

teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan

segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia,

staff, dan organisasi).

Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi

menjadi

Risiko Operasional

Risiko Hazard

Risiko Finansial

Risiko Strategik

Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi

Korporasi (Enterprise Risk Management).

Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring

dan evaluasi.

Manajemen Resiko dalam Proyek Konstruksi

Ada banyak definisi tentang resiko, resiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan

ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang

diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Manajemen resiko adalah proses

pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang

dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko,

mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko

tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab

fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan hokum).

(Wikipedia).

Page 8: Teori Perencanaan proyek

Adapun Pengertian manajemen resiko menurut beberapa ahli :

1. Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,

pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan

penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau

kerugian pada perusahaan tersebut.

2. Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu

pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan

kerugian.

3. Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi

dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani

sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.

4. Dorfman, 1998, p. 9 Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam

usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Tindakan manajemen resiko diambil oleh para praktisi untuk merespon bermacam-macam

resiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen resiko yaitu mencegah dan

memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer

resiko pada tahap awal proyek konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk

mengurangi efek-efek ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil (Shen, 1997).

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan

menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk

mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang

ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko

(Uher,1996).

Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3 stage utama, yaitu

(Soeharto, 1999):

1. Identifikasi resiko

2. Analisa dan evaluasi resiko

3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi resiko tersebut

Manfaat Manajemen Risiko Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain (Mok et al., 1996)

Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit.

- Memudahkan estimasi biaya.

- Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang

benar.

- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian

dalam keadaan yang nyata.

- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi

yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.

- Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.

Page 9: Teori Perencanaan proyek

- Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.

- Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan

dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

b. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

c. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap

risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.

e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan

dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong

meningkatkan public image.

Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah

terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko antara lain

sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).

a. Survival

b. Kedamaian pikiran

c. Memperkecil biaya

d. Menstabilkan pendapatan perusahaan

e. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan

f. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan

g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.

ANALISIS RISIKO

Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan / aktivitas yang

idlakukan manusia, termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek konstyruksi. Karena

dalam setiap kegiatan, seperti kegiatan konstruksi, pasti ada berbagai ketidakpastian

(uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada

suatu kegiatan. Para ahli mendefinisikan risiko sebagai berikut :

1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil – hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu pada

kondisi tertentu (William & Heins, 1985).

2. Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William, Smith, Young, 1995).

3. Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi atau akibatnya

(Siahaan, 2007).

Macam Risiko

Risiko adalah buah dari ketidakpastian, dan tentunya ada banyak sekali faktor – faktor

ketidakpastian pada sebuah proyek yang tentunya dapat menghasilkan berbagai macam risiko.

Risiko dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam menurut karakteristiknya, yaitu lain:

Page 10: Teori Perencanaan proyek

1. Risiko berdasarkan sifat

a. Risiko Spekulatif (Speculative Risk), yaitu risiko yang memang sengaja diadakan, agar dilain

pihak dapat diharapkan hal – hal yang menguntungkan. Contoh: Risiko yang disebabkan dalam

hutang piutang, membangun proyek, perjudian, menjual produk, dan sebagainya.

b. Risiko Murni (Pure Risk), yaitu risiko yang tidak disengaja, yang jika terjadi dapat

menimbulkan kerugian secara tiba – tiba. Contoh : Risiko kebakaran, perampokan, pencurian,

dan sebagainya.

2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan

a. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang

terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan demikian

kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi.

b. Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif

yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.

3. Risiko berdasarkan asal timbulnya

a. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko

kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko

mismanagement, dan sebagainya.

b. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar

perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan

sebagainya.

Selain macam – macam risiko diatas, Trieschman, Gustavon, Hoyt, (2001), juga mengemukakan

beberapa macam risiko yang lain, diantaranya :

1. Risiko Statis dan Risiko Dinamis (berdasarkan sejauh mana ketidakpastian berubah karena

perubahan waktu)

a. Risiko Statis. Yaitu risiko yang asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada

dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh risiko

spekulasi statis : Menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil. Contoh risiko murni statis :

Ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak (secara

random).

b. Risiko Dinamis. Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko

dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh sumber risiko dinamis : urbanisasi,

perkembangan teknologi, dan perubahan undang – undang atau perubahan peraturan pemerintah.

Page 11: Teori Perencanaan proyek

2. Risiko Subyektif dan Risiko Obyektif

a. Risiko Subyektif

Risiko yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami ragu – ragu atau cemas

akan terjadinya kejadian tertentu.

b. Risiko Obyektif

Probabilita penyimpangan aktual dari yang diharapkan (dari rata – rata) sesuai pengalaman.

Manajemen Risiko

Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses yang

dinamakan sebagai manajemen risiko. Adapun beberapa definisi manajemen risiko dari berbagai

literatur yang didapat, antara lain :

a. Manajemen risiko merupakan proses formal dimana faktor – faktor risiko secara sistematis

diidentifikasi, diukur, dan dicari

b. Manajemen risiko merupakan metoda penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan

pada pengientifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan

perubahan yang tidak diinginkan.

c. Manajemen risiko, dalam konteks proyek, adalah seni dan pengetahuan dalam

mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor – faktor risiko sepanjang masa proyek.

Tabel 1. Definisi manajemen risiko

Definisi Manajemen Risiko Sumber

Referensi

Manajemen risiko merupakan pengenalan, pengukuran, dan perlakuan

terhadap kerugian dari kemungkinan kecelakaan yang muncul

Williams dan

Heins, 1985

Manajemen risiko merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi

terjadinya kerugian yang dialami oleh suatu organisasi dan memilih teknik

yang paling tepat untuk menangani kejadian tersebut

Redja, 2008

Manajemen risiko adalah sebuah proses formal untuk mengidentifikasi,

menganalisa, dan merespon sebuah risiko secara sistematis, sepanjang

jalannya proyek, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bias

diterima, dalam hal mengeliminasi risiko atau kontrol risiko

Al Bahar dan

Crandall, 1990

Manajemen risiko merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang

mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat

dari ketidakpastian pada sebuah organisasi

Williams,

Smith, Young,

1995

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan dalam manajemen risiko. Terdapat beberapa

ahli yang mengemukakan pendapat mengenai tahapan – tahapan dalam manajemen risiko. Untuk

lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 12: Teori Perencanaan proyek

Tabel 2. Tahapan manajemen risiko

Tahapan Manajemen Risiko Sumber Referensi

a. Identifikasi risikob. Menafsir kerugian yang dapat terjadi (menentukan

probabilitas dan dampaknya)

c. Menangani risiko

d. Pengimplementasian

e. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya

Williams dan

Heins, 1985

a. Identifikasi misib. Menafsir risiko dan ketidakpastian

c. Mengontrol risiko

d. Membiayai risiko

e. Pengadministrasian program

Williams, Smith,

Young, 1995

a. Identifikasi risikob. Evaluasi risiko

c. Memilih teknik manajemen risiko

d. Mengimplementasikan dan meninjau kembali keputusan yang dibuat

Trieschmann,

Gustavon, Hoyt,

1995

a. Menafsir risikob. Menganalisa risiko (menentukan probabilitas dan

konsekuensinya)

c. Menangani risiko

d. Mendokumentasikan proses manajemen risiko

Kerzner, 1995

a. Mengidentifikasi kerugianb. Menganalisa kerugian

c. Memilih teknik pengangan yang tepat (mengontrol risiko dan membiayai

risiko)

d. Mengimplementasikan dan memonitor program manajemen risiko

Redja, 2008

a. Mengidentifikasi risikob. Menafsir dan menganalisa risiko

c. Mengontrol risiko

Loosemore,

Raftery, Reilly,

Higgon, 2006

a. Identifikasi risikob. Analisa risiko dan proses evaluasi

c. Respon manajemen

d. Administrasi sistem

Al Bahar dan

Crandall, 1990

Selanjutnya, dalam penelitian ini akan dipakai tahapan – tahapan manajemen risiko yang

dikemukakan oleh Al Bahar dan Crandall (1990), dengan sedikit modifikasi, sehingga menjadi

sebagai berikut :

1. Identifikasi dan Analisa Risiko

2. Respon manajemen

3. Administrasi system.

Page 13: Teori Perencanaan proyek

Identifikasi dan Analisa Risiko

Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi

risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk

mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan

personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena

dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus

diidentifikasi.

Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada

risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko

dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:

a. Brainstorming

b. Questionnaire

c. Industry benchmarking

d. Scenario analysis

e. Risk assessment workshop

f. Incident investigation

g. Auditing

h. Inspection

i. Checklist

j. HAZOP (Hazard and Operability Studies)

k. dan sebagainya

Adapun cara – cara pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah proyek, adalah :

1. Membuat daftar bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.

2. Membuat checklist kerugian potensial. Dalam checklist ini dibuat daftar kerugian dan

peringkat kerugian yang terjadi.

3. Membuat klasifikasi kerugian.

a. Kerugian atas kekayaan (property).

Page 14: Teori Perencanaan proyek

• Kekayaan langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti kekayaan yang

hilang atau rusak.

• Kekayaan yang tidak langsung, misalnya penurunan permintaan, image perusahaan, dan

sebagainya.

b. Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya pribadi orang lain.

c. Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian, ketidakmampuan, usia tua,

pengangguran, sakit, dan sebagainya.

Dalam mengidentifikasi risiko, beberapa ahli membaginya menjadi beberapa kategori,

diantaranya :

Tabel 3. Kategori risiko

Kategori Risiko Sumber Referensi

a. Risiko eksternalb. Risiko internal

c. Risiko teknis

d. Risiko legal

Kerzner, 1995

a. Risiko yang berhubungan dengan konstruksib. Risiko fisik

c. Risiko kontraktual dan legal

d. Risiko pelaksanaan

e. Risiko ekonomi

f. Risiko politik dan umum

Fisk, 1997

a. Risiko finansialb. Risiko legal

c. Risiko manajemen

d. Risiko pasar

e. Risiko politik dan kebijakan

f. Risiko teknis

Shen, Wu, Ng, 2001

a. Risiko teknologib. Risiko manusia

c. Risiko lingkungan

d. Risiko komersial dan legal

e. Risiko manajemen

f. Risiko ekonomi dan finansial

g. Risiko partner bisnis

h. Risiko politik

Loosemore, Raftery,

Reilly, Higgon,

2006

a. Risiko finansial dan ekonomib. Risiko desain

c. Risiko politik dan lingkungan

d. Risiko yang berhubungan dengan konstruksi

e. Risiko fisik

f. Risiko bencana alam

Al Bahar dan

Crandall, 1990

Page 15: Teori Perencanaan proyek

Respon Manajemen

Setelah risiko – risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, kontraktor akan mulai

memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan

dampak potensial / konsekuensi dari risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari strategi ini adalah

untuk memindahkan dampak potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol

terhadap risiko.

Ada lima strategi alternatif untuk menangani risiko, yaitu :

1. Menghindari risiko

Menghindari risiko merupakan strategi yang sangat penting, strategi ini merupakan strategi yang

umum digunakan untuk menangani risiko. Dengan menghindari risiko, kontraktor dapat

mengetahui bahwa perusahaannya tidak akan mengalami kerugian akibat risiko yang telah

ditafsir. Di sisi lain, kontraktor juga akan kehilangan sebuah peluang untuk mendapatkan

keuntungan yang mungkin didapatkan dari asumsi risiko tersebut.

Contohnya : seorang kontraktor yang ingin menghindari risiko politik dan finansial berkaitan

dengan proyek pada negara dengan kondisi politik yang tidak stabil, dapat menolak melakukan

tender proyek pada negara tersebut. Namun demikian, apabila kontraktor tersebut menolak untuk

melakukan tender, maka kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut juga

ikut menghilang.

2. Mencegah risiko dan mengurangi kerugian

Alternatif strategi yang kedua adalah mencegah risiko dan mengurangi kerugian. Strategi ini

secara langsung mengurangi potensi risiko kontraktor dengan 2 cara, yaitu :

1. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko.

2. Mengurangi dampak finansial dari risiko, apabila risiko tersebut benar – benar terjadi.

Contohnya : pemasangan alarm atau alat anti – maling pada peralatan di

proyek, akan mengurangi kemungkinan terjadinya pencurian. Sebuah gedung yang dilengkapi

dengan sprinkler system, akan mengurangi dampak finansial, apabila gedung tersebut mengalami

kebakaran.

3. Meretensi risiko

Retensi risiko telah menjadi aspek penting dari manajemen risiko ketika perusahaan menghadapi

risiko proyek. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik secara utuh maupun sebagian,

dari dampak finansial suatu risiko yang akan dialami oleh perusahaan. Dalam mengadopsi

strategi retensi risiko ini, perlu dibedakan antara 2 jenis retensi yang berbeda.

1. Retensi risiko yang terencana (planned) adalah asumsi yang secara sadar dan sengaja

dilakukan oleh kontraktor untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Dengan strategi seperti

Page 16: Teori Perencanaan proyek

itu, risiko dapat ditahan dengan berbagai cara, tergantung pada filosofi, kebutuhan khusus, dan

juga kapabilitas finansial dari kontraktor itu sendiri.

2. Retensi risiko yang tidak terencana (unplanned) terjadi ketika kontraktor tidak mengenali

atau mengidentifikasi kberadaan dari suatu risiko dan secara tidak sadar mengasumsi kerugian

yang akan muncul.

4. Mentransfer risiko

Pada dasarnya, transfer risiko dapat dilakukan, melalui negosiasi, kapanpun kontraktor menjalani

perencanaan kontraktual dengan banyak pihak seperti pemilik, subkontraktor ataupun supplier

material dan peralatan. Transfer risiko bukanlah asuransi. Biasanya, transfer risiko ini dilakukan

melalui syarat atau pasal – pasal dalam kontrak seperti : hold – harmless aggrement dan klausul

jaminan atau penyesuaian kontrak. Karakeristik esensial dari transfer risiko ini adalah dampak

dari suatu risiko, apabila risiko tersebut benar – benar terjadi, ditanggung bersama atau

ditanggung secara utuh oleh pihak lain selain kontraktor.

Contohnya : penyesuaian pada harga penawaran, dimana kompensasi ekstra akan diberikan

kepada kontraktor apabila terjadi perbedaan kondisi tanah pada suatu proyek.

5. Asuransi

Asuransi menjadi bagian penting dari program manajemen risiko, baik untuk sebuah organisasi

ataupun untuk individu. Asuransi juga termasuk di dalam strategi transfer risiko, dimana pihak

asuransi setuju untuk menerima beban finansial yang muncul dari adanya kerugian. Secara

formal, asuransi dapat didefinisikan sebagai kontrak persetujuan antara 2 pihak yang terkait yaitu

: pengasuransi (insured) dan pihak asuransi (insurer). Dengan adanya persetujuan tersebut, pihak

asuransi (insurer) setuju untuk mengganti rugi kerugian yang terjadi (seperti yang tercantum

dalam kontrak) dengan balasan, pengasuransi (insured) harus membayar sejumlah premi tiap

periodenya.

Administrasi sistem

Administrasi sistem adalah tahapan terakhir dari program manajemen risiko. Manajer risiko

harus mengandalkan kemampuan manajerialnya untuk mengkoordinasi, mengarahkan,

mengorganisasi, memotivasi, memfasilitasi dan menjalankan organisasi menuju rencana

penanganan risiko yang rasional dan terintegrasi. Menurut William, Smith, Young (1995), ada 5

hal manajerial penting yang dihadapi oleh seorang manajer risiko, yaitu :

1. Tantangan untuk menyusun prosedur dan kebijakan manajemen risiko.

2. Pengkomunikasian risiko, baik secara organisasi maupun personal.

3. Manajemen kontrak dan kontrak portfolio.

4. Pengawasan klaim.

5. Proses mengkaji ulang, memonitor, dan mengevaluasi program manajemen risiko.

Page 17: Teori Perencanaan proyek

1. Kebijakan dan prosedur

Proses manajemen risiko harus dilakukan oleh semua pihak dalam suatu organisasi. Namun,

dengan demikian banyaknya pihak yang terlibat, akan sangat mudah untuk terjadinya

miskomunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kebijakan dan prosedur pelaksanaan proses

manajemen risiko yang formal, yang sesuai dengan misi atau tujuan dari program manajemen

risiko dan sejalan dengan misi organisasi tersebut.

Menurut William, Smith, Young (1995), untuk menyusun kebijakan dan prosedur program

manajemen risiko tersbut, dibutuhkan beberapa tahapan, yaitu :

1. Statement kebijakan manajemen risiko

Perusahaan harus menyusun statement kebijakan manajemen risiko yang berisi tentang misi dan

tujuan dari program manajemen risiko.

2. Organisasi

Perusahaan sebaiknya menyusun sebuah organisasi atau departemen khusus, yang menangani

masalah manajemen risiko.

3. Manual (rencana kegiatan)

Perusahaan sedianya menyiapkan rencana kegiatan operasional manajemen risiko, yang

menjelaskan mengenai prosedur, metode, dan juga kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan

untuk program manajemen risiko.

2. Manajemen informasi

Supaya proses manajemen risiko dapat berlajan secara lancar, proses pengkomunikasian risiko

yang terjadi pada suatu proyek, harus dilakukan dengan lancar pula. Karena pentingnya

informasi risiko ini, maka manajemen informasi juga berperan sangat penting untuk

kelangsungan proses manajemen risiko. Manajemen informasi dapat digunakan sebagai basis

dari segala buku text mengenai komunikasi dalam organisasi. Ruang lingkup manajemen

informasi pada program manajemen risiko :

1. Komunikasi risiko

Proses pengkomunikasian informasi (dalam hal ini, risiko) yang mengalir dari dan menuju ke

manajer risiko.

2. Sistem informasi manajemen risiko

Penggunaan teknologi masa kini yang dapat membantu jalannya proses manajemen informasi

dalam rangka melakukan manajemen risiko pada suatu proyek.

3. Proses pelaporan manajemen risiko

Isi dan bentuk formal dari proses pelaporan risiko yang dilakukan oleh pihak – pihak yang terkait

dalam proses manajemen risiko.

4. Sistem alokasi sumber daya

Mekanisme pembiayaan proses manajemen risiko.

Page 18: Teori Perencanaan proyek

3. Manajemen kontrak

Dalam pelaksanaannya, manajemen risiko juga membutuhkan system manajemen kontrak, yaitu

suatu proses untuk mengatur semua perkara mengenai kontrak, seperti : penawaran, asuransi, dan

sebagainya. William, Smith, Young (1995), memaparkan bahwa, manajemen kontrak harus

dapat menguasai atau menangani, setidaknya 4 hal, yaitu :

1. Mengatur hubungan dan kontrak – kontrak dengan agen asuransi dan broker.

2. Mempersiapkan dokumen atau kontrak penawaran untuk layanan jasa pihak ketiga.

3. Mengatur dokumen dan sertifikat asuransi.

4. Memberikan garansi atau menjamin rencana pembiayaan risiko dengan pihak ke tiga.

4. Pengawasan klaim

Seorang manajer risiko, juga harus dapat berperan dalam manajemen atau pengawasan klaim.

Apabila suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada suatu proyek, dan pihak kontraktor

mengajukan klaim pada perusahaan asuransi, manajer risiko mempunyai tanggungjawab untuk

bernegosiasi dengan utusan dari pihak asuransi dan mengumpulkan informasi yang berkaitan

dengan klaim tersebut.

Ada beberapa macam klaim yang harus ditangani oleh manajer risiko, antara lain :

1. Klaim yang berkaitan dengan properti

Klaim yang terjadi apabila ada suatu kerugian pada suatu proyek dan kontraktor mengajukan

klaim pada pihak asuransi.

2. Klaim pertanggungjawaban atau klaim dari pihak ketiga

Klaim yang terjadi akibat kecelakaan yang dialami oleh pihak ketiga (misalnya : konsumen jatuh

di tempat parkir yang licin).

3. Klaim yang berkaitan dengan sumber daya manusia

Klaim yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja dalam sebuah perusahaan.

5. Memonitor dan mengkaji ulang program

Untuk mengetahui seberapa berhasil, manajemen risiko yang telah dijalankan, perlu dilakukan

suatu proses untuk memonitor dan mengkaji ulang program manajemen risiko yang telah

dijalankan. Dengan adanya proses pemantauan dan penkajian ulang ini, kontraktor dapat

mengetahui sejauh manaproses manajemen risiko yang telah dijalankan. Selain itu, dengan

proses tersebut, kontraktor dapat melihat kesalahan – keslahan atau kekurangan – kekurangan

yang terjadi selama proses manajemen risiko, sehingga kontraktor dapat memperbaiki

kekurangannya dan tidak melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya.

Untuk melakukan proses pemantuan kegiatan manajemen risiko, beberapa hal harus dilakukan :

1. Pemantauan secara terus – menerus

Pemantauan akan proses manajemen risiko yang dijalankan harus dilakukan secara terus –

menerus, sehingga terdapat kesinambungan antara data – data yang didapatkan.

2. Audit program

Page 19: Teori Perencanaan proyek

Proses audit program manajemen risiko harus dijalankan untuk memverifikasi sistem

pemantauan dan pelaporan berkala. Audit program dapat digunakan sebagai evaluasi untuk

manajer risiko dan fungsi manajemen risiko, serta menyediakan masukan yang obyektif untuk

pengembangan program.

Risiko Kegiatan Pembangunan Perumahan

Resiko adalah bagian penting dari sebuah pelaksanaan terhadap manajemen resiko karena resiko

adalah obyek yang menjadi akar teori dan permasalahan yang digunakan untuk mengembangkan

teknik-teknik dan analisa dalam menanggulangi resiko itu sendiri. Persepsi dan definisi terhadap

resiko berbeda-beda tergantung dari kepercayaan seseorang, kelakuan penilaian dan perasaan

dan juga termasuk faktor-faktor pendukung antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman

praktis di lapangan, karakterisitik individu, kejelasan informasi, dan pengaruh lingkungan

sekitar.

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan

menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk

mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, memperkirakan dampak yang

ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko.

Rumah sehat sederhana adalah tempat kediaman yang layak dihuni, yang dibangun

menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar

kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan

mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi local meliputi potensi fisik seperti bahan

bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal, dan

cara hidup dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau sedang

(Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia, 2002).

Pendekatan sistematis mengenai manajemen resiko terdiri dari :

1. Identifikasi Resiko

Langkah yang utama dan paling penting dalam menghadapi resiko adalah dengan

mengidentifikasikannya. Banyak pembuat keputusan meyakini bahwa prinsip yang baik dalam

manajemen resiko berasal dari tahap identifikasi daripada tahap analisa. Hal ini dikarenakan

identifikasi resiko mencakup perincian pemeriksaan strategi proyek, melalui resiko potensial

mana yang bisa ditemukan dan kemungkinan disusunnya respon.

2. Dampak dan Frekuensi

Untuk mengetahui seberapa besar dampak dan frekuensi dari identifikasi resiko, yang harus

dilakukan adalah dengan pengumpulan data untuk proses manajemen risiko. Data bisa diperoleh

melalui database perusahaan, namun apabila tidak bisa didapat dari database, bisa juga diambil

dari pengalaman masa lalu.

Data yang diambil merupakan sebuah asumsi prosentase atas sebuah resiko yang dapat terjadi

dalam sebuah item pekerjaan yang diangggap beresiko.

Hal ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar dampak yang dapat diakibatkan dan

mengetahui frekuensi terjadinya resiko yang telah teridentifikasi tersebut.

Page 20: Teori Perencanaan proyek

3. Penanganan Resiko

Penanganan resiko adalah elemen terakhir dalam pendekatan manajemen resiko berupa sebuah

atau serangkaian tindakan yang menjadi bagian dari para pembuat keputusan untuk menangani

segala resiko yang ada. Berbagai cara penanganan yang mungkin dilakukan oleh kontraktor

rumah sehat sederhana adalah:

▪ Asuransi

▪ Menunda proyek

▪ Menentukan klausa akan penambahan atau kompensasi di kontrak pembayaran

▪ Menentukan sistem rekruitmen dan seleksi pekerja

▪ Membuat jadwal dan biaya dalam plan and control yang jelas dan sesuai

▪ Memasukkan klausa yang sesuai dalam tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan keterlambatan

untuk rencana kontingensi di dalam kontrak

▪ Mengadopsi program safety control, manajemen sistem, pengawasan dan pencegahan yang

sesuai

▪ Memasukkan kondisi di dalam kontrak untuk tingkat polusi, dan sebagainya

▪ Mengalihkan pekerjaan ke subkontraktor

▪ Menyediakan/stok kebutuhan material terlebih dahulu dan menyimpannya

▪ Memperbaiki segala kerusakan atas komplain yang diterima.

Contoh kasus Manajemen Proyek dan Resiko

1. Perusahaan memutuskan untuk tidak menambah utang baru untuk membangun kembali

gedung yang terbakar berserta asetnya, namun menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru

ini tidaklah murah karena perusahaan harus mengeluarkan underwriting fees. Skenario lain yang

mungkin muncul adalah pada saat yang sama, perusahaan sebenarnya memiliki sebuah proyek

investasi yang sangat prospektif dan membutuhkan dana misalnya 2 triliun rupiah, yang

kebetulan persis sebesar kerugian akibat kebakaran tersebut. Seandainya perusahaan tidak

memiliki uang di atas jumlah itu, dana sebesar 2 triliun itu harus digunakan untuk membangun

kembali pabrik dan asetnya, akibatnya proyek investasi baru itu harus didanai dari sumber lain

seperti utang baru atau penerbitan saham baru.

2. Di Indonesia belum ada Ahli hukum kontrak bidang konstruksi, dilain pihak pembayaran Ahli

hukum kontrak konstruksi dari luar negeri sangat mahal, sementara yang dilakukan pemerintah

adalah dengan menunjuk Tim Pengganti ahli hukum kontrak konstruksi yang anggotanya terdiri

dari pejabat-pejabat yang dipandang menguasai hukum kontrak konstruksi.

Sertifikat tanda mengikuti Diklat Nasional Perikatan Hukum Kontrak & Manajemen Proyek ini

minimal dapat dijadikan salah satu syarat untuk diangkat sebagai anggota Tim Pengganti Ahli

Hukum Konstruksi di Instansinya masing – masing.

3. Manajemen risiko yang efektif juga mengurangi kemungkinan financial distress, yaitu

keadaan di mana perusahaan mengalami kesulitan yang serius untuk memenuhi kewajibannya,

baik bunga maupun pokok pinjaman. Misalkan perusahaan sepatu di atas tidak melakukan

asuransi terhadap potensi kebakaran pabrik, perusahaan harus membangun kembali pabrik

beserta aset di dalamnya dengan dana yang diusahakannya sendiri. Apabila kas perusahaan

ternyata tidak cukup untuk itu, perusahaan terpaksa harus meminjam dari lembaga keuangan

seperti bank. Pinjaman yang bertambah meningkatkan potensi financial distress perusahaan.

Oleh karena itu, manajemen risiko yang efektif dapat mengurangi kemungkinan ini