teori pembangunan.pdf
DESCRIPTION
teori ini bagusTRANSCRIPT
xxvi
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram
yang dilakukan secara terus menerus oleh sutau Negara untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik. Setiap individu (society) atau Negara (state) akan
selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya
untuk masa ini dan masa yang akan datang. Pembangunan dapat diartikan sebagai
upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu
Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses
dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. proses kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan taraf hidup
masyarakat. Tiap-tiap Negara selalu mengejar dengan yang namanya
pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian. Sedangkan
kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan
itu,walaupun bukan satu-satunya.hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah
semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa
pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam
kehidupan. Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses
multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua system
ekonomi dan sosial (Todaro, 1987 ; 63 ).
xxvii
Pembangunan haruslah diarahkan kembali sebagai suatu serangan
terhadap kebusukan/kejahatan dunia sekarang ; krisis pangan,kurang
gizi,pengangguran,dan ketimpangan pendapatan. Karena jika diukur dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,pembangunan telah mencapai sukses
yang besar,akan tetapi jika ditinjau dan dikaji dari segi pengurangan tingakat
kemiskinan,keadilan dan pengurangan tingkat pengangguran maka pembangunan
itu mengalami kegagalan.( Paul P.streeten, Chairman of Editorial advisord Board,
world development, 1967 ).
2.11 Tiga Nilai Inti Pembangunan
Dalam bukunya Michael P.Todaro mengutip pendapat Profesor Goulet dan
tokoh-tokoh lainnya mengatakan bahwa paling tidak adanya tiga komponen dasar
atau nilai inti yang harus dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis
untuk memahami makna pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen
dasar itu adalah Kecukupan (sustenance) jati diri (self-estem), serta kebebasan
(freedom); ketiga hal tersebut nilai pokok atau tujuan inti yang harus dicapai dan
diperoleh oleh setiap masyarakat melalui pembangunan. Ketiga komponen
tersebut berkaitan secara langsung dengan kebutuhan manusuia yang paling
mendasar, yang terwujud dalam berbgai macam manifestasi di seluruh masyarakat
dan budaya sepanjang zaman.
Kecukupan: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Yang dimaksud dengan kecukupan bukan hanya sekedar menyangkut
makanan. Melainkan mewakili semua hal yang merupakan kebutuhan dasar
manusia secara fisik. Kebutuhan dasar ini meliputi
xxviii
pangan,sandang,papan,kesehatan, dan keamanan. Apabila salah satu satu dari
sekian banyak kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi maka muncullah
keterbelakangan absolute. Fungsi dari semua kegiatan pemabangunan pada
hakekatnya adalah untuk menyediakan sebanyak banyak mungkin perangakat dan
bekal guna menghindari kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang diakibatkan
oleh kekurangan pangan,sandang,papan,kesehatan,dan keamanan. Atas dasar
tersebutlah dinyatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu merupakan
prasayarat bagi membaiknya kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan
ekonomi secara berkesinambungan,maka realisasi potensi manusia, baik itu
indvidu maupun keseluruhan masyarakat,tidak mungkin berlangsung. Setiap
individu harus mendapat kecukupan untuk mendapatkan lebih. Dengan
demikian,kenaikan pendapatan perkapita,penambahan lapangan kerja,pengentasan
kemiskinan,serta pemerataan pendapatan,merupakan hal-hal yang harus ada
(necessary condition) bagi pembangunan,tapi tidak akan memadai tanpa adanya
fakto-faktor inti/positif lainnya (not sufficient condition).
Dalam laporan PBB,Human Development Report terbitan tahun 1994 pada
bab pembukaan dengan tegas menyatakan :
Bahwa semau manusia lahir dengan membawa potensi kapabilitas tertentu.
Tujuan pembangunan adalah menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan
setiap orang mengembangkan kapabilitas itu,dan kesempatnnya harus senantiasa
dipupuk dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pondasi nyata bagi
pembangunan manusia adalah universalisme pengakuan atas hidup manusia.
Namun jika semua perhatian diarahkan ke hal itu,maka hal tersebut adalah
kekliruan. Ada dua alasan pokok. Pertama, akumulasi kekayaan tidak menjamin
xxix
tersedia atau terpenuhinya pilihan-pilihan terpenting bagi manusia. Kedua,pilihan-
pilihan manusia itu jauh lebih besar dari kekayaan.(Human Development
Report,1994).
Jati Diri :Harga Diri Sebagai Manusia.
Komponen inti dari pembangunan yang kedua adalah menyangkut jati
diri. Kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari dalam diri
untuk maju,untuk menghargai diri sendiri,untuk merasa diri pantas (able) dan
layak untuk melakukan sesuatu. Semua itu terangkum dalam jati diri(self-esteem).
Pencarian jati diri bukanlah suatu hal yang bersifa sepele. Karena jati diri itu
bukan hal yang sepele. Penyebaran nilai-nilai modern yang bersumber dari
Negara-negara maju telah menimbulkan kebingungan dan kejutan budaya di
banyak Negara berkembang.kontak dengan masyarakt lain baik secara ekonomis
maupun teknologis lebih maju acap kali menyebabkan defenisi dan batasan
mengenai baik-buruk atau benar-salah menjadi kabur. Ini dikarenakan
kesejahtraan nasional muncul sebagai berhala baru. Kemakmuran materil lambat
laun dijadikan sebagai suatu ukuran kelayakan universal,dan dinobatkan sebagi
landasan atas penilaian sesuatu. Derasnya serbuan nilai-nilai barat yang mengikis
jati diri masyarakat dinegara-negara berkembang. Banyak bangsa yang merasa
dirinya kecil atau tidak berarti hanya karena mereka tidak meiliki kemajuan
ekonomi dan teknologi seperti bangsa-bangsa lain. Selanjutnya yang dianggap
hebat adalah mempunyai kemajuan ekonomi dan teknologi modern,sehingga
masyarakt di Negara-negara dunia ketiga berlomab-lomba untuk mengejar
ketertinggalan tanpa menyadari kehilangan jati dirinya.
xxx
Kebebasan dari Perbudakan/Penindasan
Tata nilai ketiga sebagai nilai-nilai hakiki pembanguna adalah konsep
“Kebebasan atau Kemerdekaan. Kebebasan dalam konteks ini diartikan secara
luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh
pengejaran aspek-aspek materil dalam kehidupan serta bebas dari perasaan
perbudakan sosial sebagai manusia terhadap alam. Kebebasan dari kebodohan dan
ketergantungan terhadap pihak asing. Kebebasan merangkum pilihan-pilihan yang
luas bagi masyarakat dan anggotanya secara bersama-sama untuk memperkecil
paksaan/tekanan dari luar,dalam usaha untuk mencapai tujuan sosial yang
dinamakan dengan “pembangunan”Arthur Lewis(1954) menekankan hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan kebebasan dari sikap-sikap budak,dengan
menyimpulkan,bahwa keuntungan dari pertumbuhan ekonomi bukanlah
kenikmatan karena kekayaan bertambah,tapi karena meningkatnya kebebasan
manusia untuk memilih.
2.1.2 Tiga sasaran pembangunan
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan,baik secara fisik ,mapun non fisik
yang dimiliki oleh masyarakat melalui beberapa gabungan proses social,ekonomi
dan institusional,mencakup usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik. Apapun komponen-komponen khusus untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik ini,tetapi pembangunan dalam semua masyaraktat haruslah
mempunyai,paling sedikit tiga sasaran sebagai berikut(Michael P.Todaro: 1977) :
xxxi
• Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian/pemerata an bahan-
bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup,seperti
makanan,perumahan,kesehatan dan perlindungan.
• Mengangkat taraf hidup,termasuk menambah danmempertinggi
penghasilan,peneyediaan lapangan kerja yang memadai,pendidikan yang
lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan
manusiawi ,dan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materil ,tapi
juga untuk mengangkat kesadaran akan harga diri, baik itu secara individu
maupun nasional.
• Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua bagi
seluruh masyarakat dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap
budak dan ketergantungan,tidak hanya dalam hubungannya dengan orang
lain dan juga Negara-negara lain tapi dari sumber-sumber kebodohan dan
penderitaan manusia.
2.2 Pengertian dan Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan oleh
suatu Negara dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat khususnya di bidang ekonomi.
Pembahasan tentang masalah pembangunan ekonomi memang bukanlah suatu
perkembangan baru dalam ilmu ekonomi karena studi tentang pembangunan
ekonomi tersebut telah menarikperhatian para pakar ekonomi sejak zaman kaum
merkantilis,kaum klasik,sampai marx dan Keynes ahli-ahli ekonomi tersebut telah
mengemukakan teorinya tentang pembangunan ekonomi. Adam smith
misalnya,yang terkenal dengan bukunya An Iquiry into the nature and cause the
xxxii
wealth of nation (1776)mengemukakan bahwapembangunan ekonomi suatu
Negara sangat bergantung pada kemampuan Negara tersebut dalam menabung dan
berinvestasi. Smith juga memperhatikan ukuran pasar yang dimiliki suatu Negara
sebab luar pasar sangat mempengaruhi volume produksi yang akhirnya tergantung
pada tingkat pendapatan.ukuran pasar dapat mempengaruhi produktivitas dan
pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Tinggi rendahnya tingkat
pendapatan sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan untuk menabung dan
dorongan berinvestasi.
Selain itu, dalam bukunya yang berjudul The Progress of Wealth (Buku II)
yang dikembangkan dari bukunya berjudul Principles of Political Economy
(1820), Thomas Robert Malthus mengemukakan salah satu gagasannya mengenai
konsep pembangunan, khususnya bidang ekonomi bahwa pembangunan ekonomi
dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan penduduk suatu negara.
Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kuantitas produk
yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi pada nilai atas produk
tersebut. Malthus mendefenisikan masalah pembangunan ekonomi sebagai
sesuatu yang menjelaskan perbedaan Gross National Product potensial
(“kemampuan menghasilkan kekayaan”) dan Gross National Product actual
(“kekayaan aktual”). Tetapi masalah pokoknya adalah bagaimana mencapai
tingkat Gross National Product potensial yang tinggi. Mudrajat Kuncoro (2004)
juga memberikan gagasannya bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses
yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar, baik
terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan
xxxiii
kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks
pertumbuhan ekonomi.
Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas, bukan
hanya sekedar bagaimana menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun
saja, melainkan juga memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu
negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup
masyarakatnya. Dengan demikian, pembangunan ekonomi pada umumnya
didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil
per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai
kenaikan dalam pendapatan per kapita karena kenaikan itu merupakan penerimaan
dan timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju
pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan PDB/PNB.
Menurut Sadono Sukirno (1985), walupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahtraan dalam
arti yang seluas-luasnya,kegiatan ekonomi selalu dipandang sebagai sebahagian
dari usaha pembangunan yang dijalankan oleh masyarakat,pembangunanekonomi
hanya meliputi usaha sesuatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi dan meningktakan tingkat pendapatan masyarakat,sedangkan
keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan
sosial,politik,dan kebudayaan. Dengan adanya pembatasan tersebut maka
pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu
xxxiv
proses yang menyebabakan pendapatan perkapita penduduk sesuatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang.
Laju pembangunan ekonomi suatu Negara ditunjukkan dengan menggunakan
tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto atau GDP).
Namun walaupun demikian cara tersebut mempunyai kelemahan karena cara itu
tidak secara tepat menunjukkan perbaikan kesejahtraan masyarakat yang dicapai.
Pada saat terjadi pertambahan kegiatan ekonomi masyarakat,terjadi pula
pertambahan penduduk. Oleh karena itu pertambahan kegitan ekonomi digunakan
untuk mempertinggi kesejahtraan ekonomi masyaraktat. Apabila pertambahn
GDP/GNP masyarakat lebih rendah dibandingkan pertambahan penduduk makan
pendapatan perkapita akan tetap sama atau cenderung menurun.hal ini
membuktikan bahwa pertambahan GDP/GNP tidak memperbaiki tingkat
kesejahtraan ekonomi.
Beberapa perbedaan yang timbul ini menyebabkan beberapa ekonom
membedakan pengertian pembangunan ekonomi (Economic development) dengan
pertumbuhan ekonomi (economic Growth) para ekonom menggunakan istilah
pembangunan ekonomi sebagai (Lincolin Arsyad,1997) :
Pembangunan merupakan peningkatan pendapatan masyarakat yaitu
tingkat pertamabahan GDP/GNP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi
tingkat pertumbuhan penduduk.
Pembangunan merupakan perkembangan GDP/GNP yang terjadi disuatu
Negara dibarengi oleh perombakan dan sruktur ekonominya.
xxxv
Menurut Gant (1971) ada dua tahap dalam tujuan pembangunan yaitu
tahap pertama bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Jika tujuan ini sudah
tercapai maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi
warganya umtuk mencukupi segala kebutuhannya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi yang diwujudkan
dalam berbagai kebutuhan,secara umum disimpulkan sebagai berikut :
Mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dana pertumbuhan
produksi nasional yang cepat secara bersamaan.
Mencapai tingkat kestabilan harga yang mantap dengan kata lain
mengendalikan tingkat inflasi yang terjadi di perekonomian.
Mengatasi masalah-masalah pengangguran dan perluasan kesempatan
kerja bagi seluruh angkatan kerja.
Pendistribusian pendapatan yang lebih merata dan adil.
Pembangunan mengandung arti yang luas,peningkatan produksi
memang merupakan salah satuciri produk dalam proses pembangunan,selain segi
penignkatan produksi secara kuantitatif,proses pembangunan mencakup
perubahan komposisi produksi,perubahan pada pola penggunaan
(Alokasi),sumber daya produksi (Produvtive Resources) diantara sector-sektor
kegiatan ekonomi,perubahan pada pola pemabgian (distribusi) kekayaan dan
pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka
kelembagaan (Institusional Framework) dalam kehidupan masyarakat secara
komprehensif.
xxxvi
Dalam melaksanakan pembangunan,sasaran yang ingin dicapai ada lima
yaitu sebagai berikut :
Terpenuhinya kebutuhan sandang,pangan,dan perumahan serta peralatan
sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh
masyarakat yang bersangkutan.
Terciptanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai jasa
publik,pendidikan,kesehatan,pemukiman yang dilengkapi infrastruktur
yang layak.
Terjaminnya hak untuk memperolah kesempatan kerja yang produktif
yang memungkinkan adanya balas jasa yang setimpal untuk memnuhi
kebutuhan rumah tangga.
Terjaminnya partisipasi masyaraktat dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan proyek-proyek. ( Suryana,2000: 29).
2.2.1 Pembangunan dalam Perspektif Paradigma Modernisasi
Pembangunan kerapkali dikaitkan dengan modernisasi. Modernisasi adalah
suatu bentuk perubahan sosial yang diharapkan terjadi. Dalam perspektif
modernisasi,pembangunan dianggap sebagai sarana menuju kehidupan yang
meniggalkan aspek tradisionalisme suatu masyarakat. Asumsi tersebut ditolak
oleh Faqih dalam Runtuhnya teori pembangunan dan Globalisasi (2002).
Umumnya orang beranggapan bahwa pembangunan adalah kata benda netral yang
maksudnya adalah suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan
usaha untuk meningkatkan kehidupan ekonomi,politik,social budaya,dan
xxxvii
infrastruktur masyarakat. Dengan demikian pembangunan disejajarkan dengan
konsep perubahan sosial dan sejajar dengan kata ‘modernisasi’.
Dalam perspektif modernisasi,pembangunan menggunakan theory
pertumbuhan ekonomi (economic growth). Dalam membahas teori-teori
modernisasi dan pembangunan,maka pemikiran Rostow akan dijadikan kunci
bahasan.dalam hal ini teori pertumbuhan ekonomi merupakan pilar dari perubahan
sosial yang ingin dicapai dalam suatu proses pembangunan ekonomi. Ada
beberapa teori tentang modernisasi yang melekat dalam konsep pembangunan
dalam pengertian ini.
a. Theory ekonomi Kapitalisme. Dalam teori ini dinyatakan bahwa teori
perubahan social modernisasi dan pembangunan pertumbuhan pada
dasarnya dibangun diatas landasan kapitalisme.
b. Teori Evolusi. Teori evolusi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
teori pembangunan dalam perspektif modernisasi. Teori Evolusi atau
disebut juga teori organik adalah warisan zaman pencerahan yang sangat
menonjol saa itu.teori ini lahir setelah Revolusi Industri dan Revolusi
Perancis pada awal abad ke-19. Teori ini mendasarkan adanya 6 (enam)
asumsi perubahan sosial,yakni perubahan sosial dilihat sebagai
natural,direksional, immanent, kontinyu,suatu keharusan dan berjalan
melalui sebab yang sama.
c. Teori Fungsionalisme. Teori Fungsionalisme muncul sebgai kritik teori
evolusi.teori ini muncul pertama kali tahun 1930an yang terkenal dengan
structural functionalism, yang dikembangkan oleh Merton dan
Parsons.teori ini menjelaskan perubahan sosial dan modernisasi.
xxxviii
d. Teori Modernisasi. Teori Modernisasi lahir tahun 1950an di Amerika
Serikat dan merupakan respon kaum intelektual terhadap perang dingin
yang bagi penganut Evolusi dianut sebagai jalan yang optimis menuju
perubahan. Teori Modernisasi dalam konteks ini erat sekali dengan konsep
perubahn sosial,dan lahir sebagai buah dari perang dingin antar ideology
kapitalisme dan sosialisme.
e. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Teori yang dihasilkan oleh Rostow ini
sangat tekenal dan menjadi dasar kebijakan bagi semua Negara yang
menjalankan pembangunan pasaka perang dingin.
2.2.2 Pembangunan dalam Perspektif Struktural
Dalam perspektif Struktural,pembangunan dilihat bukan sebagai proses
perubahan sosial yang berdiri sendiri,namun memiliki keterkaitan diantara
komponen yang ada didalam maupun diluar. Faqih (2002) memberikan
penjelasan,para penganut paham struktural dalam pembangunan mencoba
memperjuangkan perubahan sosial namun dalam sudut pandang objektivisme.
Penganut paham structural ini memiliki kesamaan baik berada diblekang konsep
structural fungsionalisme maupun penganut structural radikal.
Pandangan Struktural-Fungsional ini merupakan landasan pembangunan
dalam makna yang kapitalistik,dengan perangkat teori ekonomi kapitalisme,teori
evolusi,teori modernisasi,teori pertumbuhan ekonomi,teori prestasi,teori
SDM,teori penciptaan tenaga kerja sampai dengan apa yang disebut oleh Chenery
sebagai redireksi investasi. Sementara pandangan structural radikal kemudian
xxxix
dikembangkan ke dalam banyak teori baru seperti teori ilmu sosial kritik,teori
perubahan sosial marxisme post-struktural,teori ketergantungan dan seterusnya.
Dalam hal ini teori strukturalis terdiri dari teori dependensia,serta teori
humanism.sedangkan teori equilibrium meliputi teori psikodinamika, teori
behavioralisme, teoridifusionisme, teori dualism, teori fungsionalisme serta teori
konflik yang meliputi teori strukturalis-marxian dan strukturalis non Marxian
dikategorikan dalam model taksonomis.
2.2.3 Pembangunan dalam Perspektif Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi merupakan hasil pemikiran Rostow yang lahir
dalam tulisannya,yakni the stages of economic Growth : A Non-Comunist
Manifesto. Teori pertumbahan ekonomi dari Rostow pada dasarnya merupakan
sebauh versi dari teori modernisasi dan pembangunan,yakni suatu teori yang
meyakini bahwaofaktoe manusia (bukan struktur dan sistem) menjadi focus utama
perhatian. Teori pertumbuhan menurut,menurut Faqih(2002) adalah suatu bentuk
teori modernisasi yang menggunakan metafora pertumbuhan,yakni tumbuh
sebagai organism. Rostow melihat perubahan sosial (sosial Change),yang
disebutnya sebagai pembangunan,sebagai proses evolusi perjalanan dari
tradisional ke modern,dan selalu berjalan linear kedepan.
Pikiran ini kemudian menjelma menjadi apa yang disebut sebagai the
fivestage scheme. Asumsinya adalah semua masyarakat Barat pernah mengalami
tradisional dan akhirnya menjadi modern. Sikap manusia yang tradisional,oleh
Rostow,dianggap sebagai masalah,dan karenanya harus dipecahkan melalui
pembangunan. Tahapan pertama proses ini adalah, (i) masyarakat tradisional,(ii)
xl
masyarakat prakondisi tinggal landas,(iii) masyarakat tinggal landas,(iv)
masyarakat pematangan pertumbuhan,(v) masyarakat modern yang dicita-
citakan,yakni masyarakat industry,dimana di dalamnya tercipta masyarakat
modern masa konsumsi tinggi (High mass consumption). Untuk mencapai
perkembangan ini menurut ini Rostow,prasyarat utama untuk menciptakannya
adalah dengan modal (capital).
Secara lebih terperinci,teori pertumbuhan ekonomi adalah tata cara untuk
menentukan jumlah rata-rata pendapatan perkapita penduduk. Pendapatan
perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk sebuah Negara dalam jangka
waktu tertentu. Angka pendaptan perkapita diperoleh dengan cara membagi
pendapatan nasional bruto sebuah Negara dalam tahun tertentu dengan jumlah
penduduk pada tahun itu pula.
Teori pertumbuhan ekonomi periode neoklasik atau teori pertumbuhan
ekonomi modern,didominasi oleh nama-nama seperti,Keynes,Harrold
Domar,Schumpeter,serta Rostow. Teori Schumpeter lebih menekankan pada
pentingnya pelaku Bisnis dalam rangka menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi
suatu Negara,maka teori Harold Domar lebih menekankan pada analisisnya pada
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Negara dalam rangka mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil (steady Growth) dalam waktu jangka
panjang . syarat-syarat itu adalah :
• Keadaan barang dan modal yang sudah mencapai kapasitas penuh
• Keadaan tabungan (saving) yang sebanding atau proporsional dengan
pendapatan nasional.
xli
• Keadaan rasio modal produksi (capital output ratio) yang tetap.
Ukuran keberhasilan pembangunan idealnya harus ditentukan berdasarkan
dimensi pembangunan,yakni tergantung pada fokus dan orientasi pembangunan
mana yang dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama
decision maker dan para planner sebgai perencana dan perancang,para pelaksana
pembangunan itu sendiri sebgai pihak sebagai pihak yang menjalankan atau sering
disebut juga sebagai agen pembangunan,maupun masyarakat pada umumnya
sebagai sasaran pembangunan (safi’i, 2007).
Pengukuran keberhasilan pembangunan menurut Fatah (2006) harus
melewati dua tahap,yaitu (1) tahapan identifikasi target pembangunan dan (2)
tahapan agregasi karakteristik target pembangunan. Ravvalon and Datt (1996)
menyarankan ukuran keberhasilan pembangunan bisa dilihat dari factor-faktor
berikut yaitu (1) pengeluaran rill setiap dewasa,(2)akses kepada barang yang tidak
dipasarkan, (3) distribusi intra rumah tangga dan (4) karakteristik personal.
Ukuran keberhasilan pembangunan lainnya adalah dengan pendekatan
kemiskinan,yakni bahwa keberhasilan pembanguanan diukur dengan seberap jauh
upaya-upaya dapat mengentaskan kemiskinan.
Di Indonesia, ada beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang
digunakan dalam masyarakat :
1) Berdasarkan pendapatan dan nilai produksi,seperti PDB pertumbuhan
ekonomi,dan pendaptan perkapita,distribusi pendaptan.
xlii
2) Berdasarkan investasi,seperti tingkat investasi,jumlah PMA (Penanaman
Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modala Dalam Negeri), dan
jumlah FDI (Foreign DirectInvestment),yaitu investasi langsung oleh
pihak asing.
3) Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya,seperti jumlah penduduk
miskin,tingkat kecukupan pangan,tingkat kecukupan 52 jenis komoditas
pangan,tingkat pemenuhan kebutuhan dasar Sembilan bahan pokok
(BPN),poverty Gap dan severity index,serta metode RAO (16 kg beras
dikali 1,25 kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap
pengeluaran total).
4) Berdasarkan keadaan sosial dan kelesetarian lingkungan,seperti tingkat
pendidikan (untuk berbagai level dan kombinasinya),tingkat kesehatan(
meliputi kesehatan ibu dan anaj dan akses faslitas hidup sehat),tingkat dan
kualitas lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek,tingkata
kerusakan hutan,tingkata degradasi lahan dan seterusnya (Fatah,2006).
2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah.
Secara umum,pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber
daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan umtuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang pengembangan kegitan ekonomi dalam
daerah tersebut amat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh
daerah itu. Bagaimana daerah mengatasi masalah fundamental yang dihadapi
xliii
ditentukan oleh strategi pembangunan yang dipilih. Dalam konteks inilah
pentingnya merumuskan visi dan misi,dan kemudian memilih strategi yang tepat
(Kuncoro,2004).
Lincoln Arsyad (1977) mendefenisikan pembangunan ekonomi daerah
sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola
sumberdaya yang ada serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan ekonomi dengan daerah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah
merupakan suatu proses,yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi
baru,pembangunan industri-industri alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja
yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,identifikasi pasar-
pasar baru,alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru
(Lincoln Arsyad,1977).
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki sumber-sumberdaya publik yang tersedia di
daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya secara bertangung jawab. Dalam
pembangunan ekonomi diperlukan campur tangan pemerintah. Apabila
pembangunan daerah diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme kepasar maka
pembangunan dan hasilnya tidak dapat dirasakan oleh seluruh komponen atau
daerah secara merata (Lincoln Arsyad,1977).
Menurut pendapat Arsyad (1977) perbedaan keadaan sosial ekonomi di
sertiap daerah akan membawa impliaksi bahwa cakupan campur tangan pemrintah
xliv
ntuk setiap daerah juga berbeda. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah
mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah. Memusatnya
ekspansi ekonomi di sutau daerah dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya
konsisi dan situasi alamiah yang ada,letak geografis, dan sebagainya.
Menurut Kuncoro (2004),theory pembangunan yang ada selama ini memang
belum berhasil mengupas secara tuntas mengenai kegiatan-kegiatan pembangunan
ekonomi yang ada di daerah. karena itu sangatlah penting untuk melakukan
perumusan ulang paradigma baru perencanaan pembangunan ekonomi daerah
yang lebih komprehensif. Diperlukan suatu sintesis diantara berbagai pendekatan
yang ada sehingga bisa dihasilkan rumusan baru tentang paradigma baru
pembangunan ekonomi daerah secara lebih tepat.
Salah satu pokok yang harus diperhatikan dalam rangka menerapkan
paradigma pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif adalah
bagaimana proses identifikasi fundamental pembangunan secara lebih realistis.
Sedangkan pokok-pokok yang harus diperhatikan untuk menyusun identifikasi
fundamental ekonomi pembangunan daerah tersebut adalah
a. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah
b. Peningkatan pendapatan perkapita
c. Pengurangan angka kemiskinan,pengangguran dan ketimpangan secara
signifikan (kuncoro,2004).
Mengikuti identifikasi yang dilakukan kuncoro (2004),yang dapat
digunakan penerapannya di daerah-daerah di Indonesia untuk melakukan evalusi
xlv
atau penilaian pembangunan ekonmi daerah yang terjadi saat ini maka dapat
dijelasakan sebagai berukut:
Pendekatan dan Konsep Baru Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Komponen Konsep Lama Konsep Baru
Kesempatan Kerja Semakin Banyak
perusahaan = semakin
banyak kesempatan kerja
Perusahaan harus
mengembangkan
pekerjaan yang sesuai
dengan potensi penduduk
daerah
Basis pembangunan Pengembangan sektor
ekonomi
Pengembangan lembaga-
lembaga ekonomi baru
Aset-Aset Lokasi Keunggulan komparatif
didasarkan pada asset
fisik
Keunggulan kompetitif
didasarkan pada kualitas
lingkungan
Sumberdaya
Pengetahuan
Ketersediaan Angkatan
Kerja
Pengetahuan dan Inovasi
sebagaipenggerak
ekonomi
Sumber : H.M. Safi’I,Msi,2007, Hal 56
Dari pemetaan tersebut dapat dipahami paradigma baru pembangunan
ekonomi daerah sangat mengandalkan pada adanya potensi penduduk setempat
sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini ukuran keberhasilan bukanlah banyaknya
perusahaan yang berdiri,tetapi seberapa besar angakatan kerja dilingkngan sekitar
yang berhasil diserap oleh kegiatan pembangunan. Selain itu pertimbangan
keberhasilan bukan terletak pada seberapa besar banyak asset fisik yang dimilki
xlvi
melainkan pada kualitas lingkungan dan pengembangan kelembagaan ekonomi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat ( Safi’i, 2007).
Proses pembangunan ekonomi daerah pada dasarnya bukanlah sekedar
fenomena pembangunan ekonomi semata,pembangunan tidak semata-mata
ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu
Negara,namun yang lebih luas dari itu pembangunan memiliki perspektif
luas,terutama perubahan sosial (Safi’I,2007).
Paradigma baru pembangunan ekonomi daerah mengandaikan
pembangunan yang ada di daerah mencakup hal berikut :
Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah
bersangkutan,serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan
pembangunan.
Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata
melainkan keberhasilnnya juga terkait dengan faktor lainnya seperti
sosial,politik,hokum,budaya,birokrasi dan lainnya.
Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan
memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih cepat.
2.3.1 Teori Albert Hirschman
Albert Hirschman dalam teorinya yang terkenal sebagai ungrowth
balance mengatakan bahwa pembangunan berproses melalui difusi pertumbuhan
dari leading sector menuju ke logging sektor. Investasi tidak mesti simultan dan
diarahkan ke industry strategis,yakni industri yang berkait antara satu sektor
dengan sektor yang lain (Hirschman,1958). Keputusan investasi pada sektor yang
xlvii
mempunyai kaitan paling panjang dengan sektor-sektor lain,baik forward linkage
maupun backwardlinkage,karena investasi pada sektor lain akan mempunyai
imbas yang terpanjang pada sektor lain. Dengan investasi tersebut,sektor tersebut
bertumbuh,dan pertumbuhannya akan membantu menumbuhkan pula sektor-
sektor yang terkait dengan sektor tersebut.
Dalam pemahaman Hirschman,pembangunan memerlukan
prioritas,pilihan lokasi,individu mupun sektor strategis yang juga punya efek
forward dan backward. Hirschman (1958) mengemukakan bahwa di daerah
miskin banyak kendala yang dihadapi pada saat setiap sektor melaksankan strategi
kebijakan pertumbuha berimbang. Kendalanya adalah ketakcukupan
permintaan,ketakcukupan tabungan dan khususnya ketakcukupan kemampuan
keusahawanan.
2.3.2 Theori Nurkse.
Pandangan atau teori Nurkse bertentangan dengan teori Albert
Hirschman, Nurkse tekenal dengan The Big Push Theory-nya yang menetang
upaya pembangunan yang bersifata gradulaisme dan inkrementalisme. Dimana
menurut Nurkse untuk mengatasi diskontinuitas pembangunan perlu “dorongan
Besar”melaui investasi simultan di berbagai sektor kegitan ekonomi. Investasi
capital sinkronis pada aneka ragam industry merupakan tindakan tepat untuk
mengatasi kegagalan pembangunan (Balance Growth).
Permasalahannya adalah bahwa untuk mendukung investasi secara besar-
besaran itu memerlukan dana yang besar. Sementara di daerah-daerah
miskin,investasi yang rendah justru karena kemiskinan mereka. Nurkse (1957)
xlviii
dengan mengemukakan vicious circle of poverty menyatakan kemiskinan
mengakibatkan rendahnya tabungan,yang pada gilirannya akan mengakibatkan
rendahnya investasi. Investasi rendah akan mengakibatkan rendahnya
produktivitas yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya pendapatan
mereka. Sebabnya Nurkse mengusulkan tiga kebijakan meningkatkan
tabungan,investasi dan produktivitas.
Pandangan Nurkse sangat berbedan dengan Hirschman (1958) yang
menyatakan dalam konsepnya strategi pembangunan ekonomi adanya pilihan
orientasi kebijakan antara investasi pada social overhead capital (SOC) atau
Direct Productive Activities (DPA). Pada saat ketesediaan dana pembangunan
yang menipis,dan kenyataan bahwa “syarat minimal” ketersediaan prasarana
sudah tersedia,cukup tepat untuk mempertimbangkan saran tentang development
via shortage (pembangunan melalui kekurangan),sebagai pengganti strategi
“pembangunan melalui kapasitas berlimpah” (development via excess capacity).
2.4 Pengertian dan Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan oleh para ahli ekonomi dimana pandangan mereka banyak
diarahkan pada pembanguan di Negara-negara berkembang. Pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah
yang dilaksanakan khususnya dibidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari
berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila
xlix
terdapat banyak out-put yang dihasilkan. Sedangkan pembangunan ekonomi tidak
hanya sekedar menekankan pada out-put semata,tetapi juga menekankan pada
perusahaan perusahaan dalam kebudayaan dan pengetahuan teknik dalam
menghasilkan out-put yang lebih banyak,baik dalam hal perubahan
sosial,kebudayaan,dan kebiasaan yang tidak sesuai lagi dengan sasaran
pembangunan. Pembangunan ekonomi selalu diikuti oleh pertumbuhan ekonomi
tetapi pertumbuhan tidak sebaliknya. Atau dapat diartikan bahwa pertumbuhan
merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.
Menurut Samuelson (2001),pertumbuhan ekonomi merupakan GNP yang
bersumber dari hal-hal sebgai berikut :
1. Pertumbuhan dalam tenaga kerja
2. Pertumbuhan modal
3. Pertumbuhan dalam inovasi dan teknologi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif
yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun
tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.perkembangan tersebut
dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada tahun
tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pengertian lain menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP potensial yang mencerminkan
adanya pertumbuhan out-put perkapita dan meningkatnya standard hidup
masyarakat. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi nasional,nilai GNP yang
digunakan adalah GNP harga konstan,pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak
l
lagi atau sudah dihilangkan dan hanya menunjukkan perubahan kuantitas barang
dan jasa.
Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan factor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori
mengenai pertumbuhan ekonomi :
2.4.1 Model Pertumbuhan Neo-Klasik (Neo Classic Growth Theory)
Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan
model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model
Pertumbuhan Neo-klasik (Boediono,1992). Model Solow –Swan memusatkan
perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk,akumulasi
kapital,kemajuan teknologi dan out-put saling berinteraksi dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Dalam Model neo-klasik Solow-Swan dipergunakan suatu
bentuk fungsi produksi yang lebih umum,yang bisa menampung kemungkinan
berbagai substitusi antar kapital (K) dan tenga kerja.
Dalam sjafrizal(2008),model neo klasik dipelopori oleh George H.Bort
(1960) dengan mendasarkan analisisnya pada Teori Ekonomi Neo-klasik.
Menurut model ini,pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan
oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya.
Sedangkan kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi
daerah bersangkutan,tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan
mobilitas modal antar daerah.
Asumsi penting dari Solow adalah (Rahardja,2004:128) :
li
• Tingkat Teknologi dianggap Konstan (tidak ada kemajuan teknologi)
• Tingkat depresiasi dianggap konstan.
• Tidak perdagangan luar negeri atau aliran masuk barang modal.
• Tidak ada sektor pemerintah.
• Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan.
• Seluruh penduduk bekerja sehingga pendapatan = jumlah tenaga kerja
Dengan asumsi-asumsi tersebut,dapat dipersempit faktor-faktor penentu
pertumbuhan menjadi hanya stok barang dan modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut
lagi,dapat diasumsikan bahwa PDB perkapita semata-mata ditentukan oleh stok
barang dan modal per tenaga kerja.
Jika Q =out-put atau PDB , K= Modal ,dan L= Tenaga Kerja,maka : Y= f(k)
Dimana :
Y = PDB perkapita atau Q/L
K = Barang Modal perkapita K/L
lii
2.4.2 Teori Schumpeter
Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat
ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (Enterpreneur). Sebab para
pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan
penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Dalam langkah-langkah
pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah
inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan tehnik-
tehnik tahap produksi serta masalah organisasi manajemen,agar produk yang
dihasilkan dapat diteriam dipasar.
Menurut pandangan Schumpeter,kemajuan perekonomian kapitalis
disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (Wirausaha). Namun
kekuasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli
Kurva Ketimpangan
Regional
Tingkat
Pembangunan
Ketimpangan Regional
Gambar 2.1 Hipotesa Neo-Klasik
liii
inilah yang memunculkan masalah-masalah non- ekonomi,terutama sosial
politik,yang pada akhirnya dapat menghancurkan system kapitalis itu sendiri.
2.4.3 Teori Pertumbuhan Kuznets
Menurut Kuznets,pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas
dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi pada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri akan
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi,institusional
(kelembagaan),dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Masing-masing dari ketiga pokok dari defenisi itu sangat penting yaitu :
1. Kenaikan out-put secara berkesinambungan adalah manifestasi atau
perwujudan dari apa yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi
sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri
merupakan tanda kematangan ekonomi (Economic Matirity) disuatu
Negara yang bersangkutan.
2. Perkembangan teknologi merupakan suatu dasar atau pra kondisi bagi
berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan,tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-
faktor lainnya.
3. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam
teknologi maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian
kelembagaan,sikap,dan ideology (Todaro,2000:144)
liv
2.4.4 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar.
Teori ini dikemukakan oleh Roy F.Harrod (1948) dan Evsey D.Domar
(1975) di Amerika serikat. Teori ini berkembang pada waktu bersamaan dengan
teori klasik, teori Harrod-Domar didasari pada asumsi :
1. Perekonomian bersifat tertutup
2. Hasrat menabung (MPs =s) adalah konstan.
3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (Constan Return To Scale)
4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan
pertumbuhan penduduk.
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut,maka Harrod-Domar
membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang
mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut :
dimana :
o g = growth ( Tingkat pertumbuhan Out-put)
o K= Kapital ( Tingkat Pertumbuhan Modal)
o n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan pada mekanisme
pasar (market) tanpa campur tangan pemerintah. Namun kesimpulannya
menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar
terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.
g= K = n,
lv
2.4.5 Teori Pertumbuhan Rostow
Menurut teori pertumbuhan Rostow pembangunan ekonomi atau
transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan
suatu proses yang berdimensi banyak. Dalam bukunya yang berjudul “The Stage
of Economic” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses
pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap Negara pada umumnya
dihadapkan pada lima tahap yaitu :
A. Tahap masyarakat tradisional (the tradisional society )
B. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (the preconditional society)
C. Tahap tinggal landas (the Take-off)
D. Tahap bergerak mennuku kematangan ( the drive to maturity)
E. Tahap era konsumsi tinggi massa ( the age of high mass consumption )
2.4.6 Teori Jumlah Penduduk Optimal
Teori ini telah lam dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini
berlakunya The Law Of Dimisnishing Returns (TLDR) menyebabkan tidak semua
penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan,justru akan
menurunkan tingkat out-put perekonomian (Rahardja,2004:127).
lvi
Total Produksi
(output)
Pada gambar 2.1,kurva TP1 menunjukkan hubungan antar a jumlah
tenaga kerja dengan tingkat out-put (fungsi produksi). Kondisi optimal akan
tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja ) yang terlihat dalam proses produksi
adalah L1 ,dengan jumlah Out-put (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja
TP2
TP1
Tenaga Kerja 0 L2 L1
Q3
Q1
Q2
Gambar 2.2 : Jumlah Penduduk optimal
lvii
ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang menjadi Q2. Hal ini terjadi karena
cepatnya terjadi TLDR.
Ada tiga faktor ataupun komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi
dari setiap bangsa, ketiga hal itu adalah :
1) Akumulasi Modal
Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi yang
ditanamkan pada tanah,peralatan fisik,modal ataupun sumber daya manusia.
Akumulasi modal terjadi apabila sebagaian dari pendapatan ditabung dan
diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar out-put dan pendapatan
dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus
dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi
infrastruktur ekonomi sosial.
2) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional dianggap
sebagain salah satu faktor produksi yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah
tenga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga
produktif,sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar yang berarti ukuran
pasar domestiknya lebih besar. Dimana positif atau negatifnya pertambahan
penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada system
perekonomian yang bersangkutan.
3) Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi terbagi atas tiga kelompok yaitu :
lviii
Kemajuan teknologi yang netral,terjadi apabila teknologi tersebut
memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi
menggunakan jumlah dan kombinasi faktor in-put yang sama,inovasi yang
sederhana,seperti pengelompokan tenga kerja yang mendorong
peningkatan output masyarakat.
Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja,sebagian besar kemajuan
teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga
kerja,jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai
semakin sedikit.
Kemajuan teknologi yang hemat modal,merupakan fenomena yang
relative langka,hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia
ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan
tujuan utama menghemat pekerja dan bukan penghemat modal.
2.5 Teori Pembangunan Regional.
Petumbuhan regional adalah produk dari banyak faktor yang bersifat
intern dan eksetern sosio politik. Faktor itern meliputi distribusi meliputi
distribusi faktor produksi sperti tanah,tenaga kerja,,dan modal. Sedangkan salah
satu penentu ekstern yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain
terhadap komoditi yang dihasilkan oleh suatu daerah tertentu.Pertumbuhan
ekonomi daerah yang berbeda-beda akan menyebabkan terjadinya ketimpangan
atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Myrdal (1968)
dan Friedman (1976) menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan
daerah akan menuju kepada divergensi.
lix
Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan
cepat tumbuh di dorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu system wilayah pengembangan ekonomi yang
sinergis,tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrative,tetapi lebih
ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industry dan
distribusi. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek
seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam
secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas (degaradasi) dan kuantitas
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sealin itu,seringkali pula terjadinya
konflik pemanfaatan ruang antar sektor.
Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi regional yang lazim dikenal
yaitu :
2.5.1 Teori Basis Ekspor (Export Base Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Douglas E.North (1955) ini merupakan model
yang paling spesifik dari teori pertumbuhan ekonomi. Region yang ruang
tinjauannya lebih berfokus kepada kemampuan untuk melakukan transaksi
ekspor,sehingga pertumbuhan ekonomi daerah lebih banyak ditentukan oleh jenis
keuntungan dan tata lokasi kegiatan tersebut.
Model teori basis ekspor ini menekankan pada beberapa hal antara lain :
a) Bahwa suatu daerah tidak menjadi daerah industri untuk dapat tumbuh
dengan cepat,sebab faktor penentu pertumbuhan daerah adalah keuntungan
komparatif (keuntungan lokasi) yang dimiliki yang oleh daerah tersebut.
lx
b) Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan dapat dimaksimalkan bila daerah
yang bersangkutan memanfaatkan keuntungan komparatif yang dimiliki
menjadi kekuatan basis ekspor ;
c) Ketimpangan antar daerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi
potensi masing-masing daerah.
Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan suatu
region,strategi pembangunan Harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang
dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat
nasional.
2.5.2 Teori Neo-klasik (Neo-Classic Theory)
Dalam Negara sedang berkembang,pada saat proses pembangunan baru
dimulai,tingkat perbedaan kemakmuran antar wilaya cenderung menjadi tinggi
(divergence), sedangkan bila proses pembangunan telah balan dalam waktu yang
lama maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun
(Convegence). Hal ini disebabkan pada Negara sedang berkembang lalu lintas
modal masih belum lancar sehingga proses penyesuaian kea rah tingkat
keseimbangan pertumbuhan belum dapata terjadi ( Sirojuzilam,2005:9 ).
Teori ini mendasarkan analisanya pada komponen fungsi produksi.
Unsure-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah
modal,tenga kerja,dan teknologi. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya
secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk (migrasi) dam lalu lintas
modal terhadap pertumbuhan regional.
lxi
Masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta
kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor
utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal
antar daerah. Sedangkan pada Negara-negara yang telah maju proses penyesuaian
tersebut dapat terjadi dengan lancar karena telah sempurnanya fasilitas
perhubungan dan komunikasi.
2.5.3 Teori Kumulatif Kausatif (Cummulative Causative Theory)
Yang mempelopori teori ini adalah Gunnar Myrdal (1957) yang
mengatakan adanya suatu keadaan berdasarkan kekuatan relative dari “Spread
Effect” dan “Back wash effect”. Spread Effect merupakan kekuatan yang menuju
konvergensi antar daerah-daerah kay dan daerah-daerah miskin. Dengan
timbulnya derah kaya,maka akan tumbuh pula permintaannya terhadap produk-
produk daerah miskin. Dengan demikian mendorong pertumbuhannya.
Namun Myrdal meyakini bahwasanya dampak Spread Effect ini lebih
kecil daripada Back wash effect. Pertambahan permintaan terhadap produk daerah
miskin tersebut terutama barang-barang hasil pertanian oleh daerah kaya tentu
saja mempunyai nilai permintaan yang rendah,sementara konsumsi daerah miskin
terhadap produk daerah kaya akan lebih mungkin terjadi. Para pelopor teori ini
menekankan pentingnya campur tangan pemerintah untuk mengatasi perbedaan
yang semakin menonjol.
2.5.4 Teori pusat Lingkungan (Core Perpihery Theory).
Teori pusat lingkungan ini di kemukakan oleh Friedman sejak tahun
1966,yang melihat hubungan antara pembangunan kota (core) dan desa
lxii
(periphery) disekitarnya. Friedman berusaha untuk merumuskan suatu keadaan
yang akan menciptakan suatu suasana kota di areal pedesaan,misalnya adanya
kelengkapan yang memadai sebagaimana halnya diperkotaan,atau sebaliknya
bagaimana pula menciptakan kehidupan dan nunsa desa di daerah kota.
2.5.5 Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Poles Theory)
Teori pusat pertumbuhan merupakan salah satu teori yang dapat
menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara
sekaligus. Maka dengan demikian teori pusat pertumbuhan merupakan salah satu
alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak
belakang,yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelsok
daerah. teori ini juga dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program
pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu.
Pusat pertumbuhan jika dilihat secara fungsional adalah suatu lokasi
konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya
memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan
ekonomi baik kedalam maupun keluar (derah belakangnya). Secara geografis
pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan
kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai
macam usaha tertarik untuk berlokasi di daerah tersebut dan memanfaatkan
fasilitas yang ada. Tidak semua kota generative dapat dikategorikan sebagai pusat
pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat cirri yaitu adanya
hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai
lxiii
ekonomi,adanya multiflier effect (efek ganda),konsentrasi geografis,dan bersifat
mendorong pertumbuhan daerah belakang. (Robinson,2004: 115).
2.6 Ketimpangan Pembangunan Wilayah
Secara teoritis,permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah
mula-mula dimunculkan oleh Douglas C North dalam analisanya tentang teori
pertumbuhan Neo-kalasik. Dalam analisa tersebut dimunculkan sebuah prediksi
tentang hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu Negara
dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian lazim
dikenal sebagai Hipotesa Neo-klasik (sjafrizal,2008).
Menurut hipotesa Neo-klasik ,pada permulaan proses pembangunan suatu
Negara,ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Proses
ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu
bila proses pembangunan terus berlanjut,maka secara berangsur-angsur
ketimpangan pemabanguan antar wilayah akan tersebut akan menurun (Sjafrizal
,2008).
Myrdal dalam jinghan (1990),ketimpangan wilayah berkaitan erat dengan
system kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba. Motif laba inilah yang
mendorong berkembangnya pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang
memiliki harapan laba tinggi,sementara wilayah-wilayah yang lainnya tetap
terlantar. Lincolin Arsyad (1997) juga berpendapat perbedaan tingkat
pembangunan ekononomi antar wilayah menyebabkan perbedaan tingkat
kesejahtraan antar wilayah. Ekspansi ekonomi suatu daerah akan mempunyai
lxiv
pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerh lain,karena tenaga kerja yang
ada,modal,perdagangan akan pindah ke daerah yang melakukan ekspansi tersebut.
Pada kenyataannya ketimpangan tidak dapat dihilangkan dalam
pembangunan suatu daerah. disatu sisi dengan adanya ketimpangan,maka akan
memberikan dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha
menigkatkan kualitas hidupnya agar tidak jau tertinggal dengan daerah sekitarnya.
Disamping itu daerah-daerah tersebut akan bersaing guna meningkatkan kualitas
hidupnya,sehingga ketimpangan dalam hal ini memberikan dampak positif.
Namun disatu sisi,ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin
tingginya ketimpangan antar wilayah. Hal tersebut berupa inefisiensi
ekonomi,melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas,serta ketimpangan yang
tinggi dipandang tidak adil (Todaro,2004).
Adapun faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan
pembangunan wilayah adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan kandungan sumber daya alam
Indonesia yang merupakan suatu Negara kepulauan yang sanat besar.
Demikian pula dengan kandungan sumber daya alam yang sangat besar pada
masin-masing daerah dengan komposisi yang berbeda-beda juga. Perbedaan
kandungan sumber daya ala mini jelas akan mempengaruhi kegiatan produksi
daerah yang bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam yang
cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relaif
murah diabandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber
daya alam lebih rendah. Kondisi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi
lxv
daerah yang bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah yang
kandungan sumber daya alamnya lebih kecil cenderung akan mengalami
pertumbuhan yang lambat.
2. Perbedaan Kondisi Demografis
Kondisi demografis dalam hal ini menyangkut perbedaan tingkat
pertumbuhan dan struktur kependudukan,perbedaan tingkat pendidikan dan
kesehatan,perbedaan kondisi ketenagakerjaan,dan perbedaan dalam hal tingkah
laku serta etos kerja masyarakat daerah yang bersangkutan. Pengaruhnya dalam
hal ketimpangan pembangunan wilayah adalah bahwa akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja masyarakat pada daerah yang bersangkutan.daerah dengan
kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja
yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi dan
selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan
daerah yang bersangkutan.
3. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa.
Mobilitas barang (perdagangan) antar daerah tentu akan mempengaruhi
ketimpangan pembangunan antar wilayah. Sebagaimana ditunjukkan oleh Teori
Heckser-Ohlin dalam Ilmu ekonomi internasional bahwa apabila kegitan
perdagangan internasional dan antar wilayah kurang lancar maka penyamaan
harga faktor produksi (factor price equalization) akan terganggu. Akibatnya
penyebaran proses pembangunan akan terhambat dan ketimpangan pembangunan
antar wilayah akan cenderung menjadi tinggi. Mobilitas barang dan jasa ini
meliputi kegitan perdagangan antar daerah. kurang lancarnay mobilitas barang
dan jasa,maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual kedaerah lain
lxvi
yang membutuhkan. Demikian pula halnya dengan migrasi yang kurang lancar
menyebabkan kelebihan tenaga kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan
daerah lain yang sangat membutuhkan. Hal tersebut akan menimbulkan
ketimpangan pembangunan antar wilayah karena kelebihan suatu daerah tidak
dapat dimanfaatkan oleh yang membutuhkan sehingga daerah terbelakang sulit
mendorong proses pembangunannya.
4. Konsentrasi Kegitan Eokonomi Wilayah
Konsentrasi kegitan ekonomi antar daerah yang cukup tinggi akan
cenderung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah
karena proses pembangunan akan lebih cepat pada daerah dengan konsentrasi
kegitan ekonomi yang lebih tinggi. Demikian pula sebaliknya,terjadi pada daerah
dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang lebih rendah. Pertumbuhan ekonomi
akan cenderung lebih cepat pada daerah dimana terdapat konsentrasi kegiatan
ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong proses
pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat
pendapatan masyarakat. Demikian pula apabila konsentrasi kegiatan ekonomi
pada suatu daerah relatif rendah yang selanjutnya juga mendorong terjadinya
pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat setempat.
Konsentrasi kegitan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, terdapatnya sumberdaya alam yang lebih banyak pada daerah
tertentu,misalnya minyak bumi,gas, batu bara,dan bahan mineral lainnya. Kedua,
meratanya fasilitas transportasi,baik darat,laut,dan udara juga ikut mempengaruhi
konsentrasi kegiatan ekonomi antadaerah. Ketiga, kondiai demografis
(kependudukan) juga ikut mempengaruhi karena kegiatan ekonomi akan
lxvii
cenderung terkonsentrasi dimana sumberdaya manusia tersedia dengan kualitas
yang baik.
5. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah.
Investasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. karena itu,daerah yang dapat menarik lebih
banyak investasi pemerintah dan investasi swasta akan cenderung memiliki
tingkata pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Selanjutnya akan mendorong
proses pembangunan daerah melalui penyediaan tenaga kerja yang lebih banyak
dan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Alokasi investasi pemerintah
kedaerah lebih banyak ditentukan oleh system pemerintahan daerah yang dianut .
bila system pemerintahan daerah yang dianut bersifat sentralistik,maka alokasi
dana pemerintah akan cenderung lebih banyak dialokasikan pada pemerintah
pusat sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi.
Namun, apabila system pemerintahan yang dianut adalah otonomi daerah atau
federal,maka alokasi dana akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga
ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung lebih rendah. Tidak
demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih banyak ditentukan oleh
kekuatan pasar. Kekuatan yang berperan banyak dalam menarik investasi swasta
kesutau daerah adalah keuntungan lokasi yang dimiliki daerah tertentu.
Sedangkan keuntungan lokasi tersebut ditetntukan oleh ongkos transportasi,baik
untuk bahan baku maupun hasil produksi yang harus dikeluarkan oleh
pengusaha,perbedaan upah buruh,konsentrasi pasar,tingkat persaingan usaha,dan
sewa tanah. Termasuk keuntungan aglomerasi yang timbul karena terjadinya
konsentrasi beberapa kegiatan ekonomi terkait pada suatu daerah tertentu. Karena
lxviii
itu, tidaklah mengherankan apabila investasi cenderung lebih banyak
terkonsentrasi didaerah perkotaan dibanding dengan daerah pedesaan sehingga
daerah perkotaan cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan daerah pedesaan
(Sjahfrizal,2008).
2.6.1 Indeks Williamson
Untuk mengetahui tingkat ketimpangan antar wilayah menggunakan
indeks ketimpangan regional (regional inequality) yang dinamakan indeks
ketimpangan Williamsons (Sjafrizal,2008):
Dimana :
Yi = PDRB perkapita daerah i
Y = PDRB perkapita rata-rata seluruh daerah
fi = Jumlah penduduk daerah i
n = Jumlah penduduk seluruh daerah
Indeks Williamsons berkisar antara 0 < IW < 1, dimana semakin
mendekati nol artinya wilayah tersebut semakin tidak timpang. Sedangkan bila
mendekati satu maka semakin timpang wilayah yang diteliti (Sjafrizal,2008).
2.6.2 Indeks Enthorophy Theil.
Untuk mengukur ketimpangan pendapatan regional bruto provinsi,juga
menggunakan indeks ketimpangan regional theil. Indeks ketimpangan regional
lxix
Theil tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ketimpangan regional dalam
wilayah dan ketimpangan regional atau regional. Indeks entrophy theil
memungkinkan untuk membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu.
Indeks ini juga dapat menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang
lebih kecil,yang pertama akan digunakan untuk menganalisis kecenderungan
konsentrasi geografis selama periode tertentu dan yang kedua juga penting ketika
kita mengkaji gambaran yang lebih rinci mengenai kesenjangan/ketimpangan
spasial. Adapun rumus untuk menghitung Indeks Entrophy Theil adalah sebagai
berikut :
x log
Dimana :
I(y) : Indeks Enthropy Theil
Yj : PDRB perkapita kota/Kabupaten j
Y : Rata-rata PDRB perkapita Provinsi
Xj : Jumlah Penduduk Kota/kabupaten j
X : Jumlah Penduduk Provinsi
Sama halnya dengan denga Indeks Williamsons,Indeks Enthoropi Theil
berksiar antara 0 < IET < 1, dimana semakin mendekati nol artinya wilayah
tersebut semakin tidak timpang. Sedangkan bila mendekati satu maka semakin
timpang wilayah yang diteliti.
2.7 Hipotesis Kuznets
lxx
Simon Kuznets (1955) dalam kuncoro (2006) membuat hipotesis adanya
kurva U terbalik (Inverted U Curve ) bahwa mula-mula ketika pembangunan
dimulai,distribusi pendapatan akan makin tidak merata,namun setelah mencapai
suatu tingkat pembangunan tertentu,distribusi pendapatan semakin merata.
Menurut Kuznet,”pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi,institusional (kelembagaan),dan ideologis terhadap berbagai tuntutan
keadaan yang ada (Todaro,2004).
Professor Kusnetz mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses
pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui dihampir semua Negara yang sekarang
maju sebagai berikut :
a) Tingkat pertumbuhan out-put perkapita dan pertumbuhan penduduk tinggi
b) Tingkat kenaikan produktivitas faktor total tinggi.
c) Tingkat trasnformasi structural ekonomi tinggi.
d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi tinggi.
e) Adanya kecenderungan Negara-negara yang mulai atau sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya
sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.
f) Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sepertiga bagian penduduk dunia.
Dua faktor yang pertama lazim disebut sebagai variable-variabel ekonomi
agregat. Sedangkan nomor tiga dan empat biasa disebut sebagai variabel-variabel
lxxi
transformasi struktural. Adapun dua faktor yang terkhir disebut sebagai variabel-
variabel yang mempengaruhi penyebaran pertumbuhan ekonomi secara
internasional (Todaro,2004).
Namun sebelumnya hipotesis Kuznets pernah dibuktikan oleh sutarno dan
mudrajad kuncoro pada kabupaten banyumas. Pada penelitiannya sutarno dan
mudrajad kuncoro (2003) menggunakan Indeks Williamsons untuk mengukur
ketimpangan dan melihat hubungannya terhadap pertumbuhan PDRB di
Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian sutarno dan mudrajad kuncoro (2003)
menunjukkan kurva berbentuk U terbalik,dimana pada pertumbuhan awal
ketimpangan memburuk dan pada tahap-tahap berikutnya ketimpangan
menurun,namun pada suatu waktu akan terjadi peningkatan ketimpangan lagi dan
akhirnya akan menurun lagi sehingga dapat dikatakan peristiwa tersebut seperti
berulang kembali.
Pada akhirnya analisis Kuznets ( Todaro,2006) menyatakan bahwa
pertumbuhan di Negara-negara maju tidak menyebabakan Negara-negara
berkembang ikut tumbuh,hal ini dikarenakan Negara berkembang tidak mampu
mengikuti pertumbuhan Negara-negara maju tersebut,sehingga terjadilah
kesenjangan antar Negara maju dan Negara berkembang dalam pertumbuhan
ekonominya. Kritik utama terhadap kurva Kuznets adalah dimana hasil ini sangat
sensitif terhadap ukuran inequality dan pemilihan set data. Dengan melakukan
pemilihan berbeda,seseorang bisa mendapat kurva U,kurva U terbalik,atau tidak
ada hubungan sama sekali.
lxxii
2.8 Kerangka Konseptual.
Ketimpangan Pembangunan
Humbang Hasundutan
Tapanuli Utara
IndeksWilliamson Indeks Williamson
Potensi Ekonomi Potensi Ekonomi
LQ(Location
Q i )
LQ ( Location Quatient)
lxxiii
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Ketimpangan
Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Humbang
Hasundutan
Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode analisis
data untuk melihat dan menguji besar ketimpangan yang terjadi dikabupaten
Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan serta menguji potensi ekonomi kedua
daerah degan menggunakan LQ (Location Quatient) serta melakukan uji beda
terhadap Indeks Williamsons (IW) dan LQ kedua kabupaten denWhitney test.
Dalam gambar tersebut terlihat Metode Analisis Indeks Williamson (IW),
Location Quatient (LQ) dipakai sebagai analisis dalam mengukur tingkat
ketimpangan pembangunan dan potensi ekonomi daerah dengan LQ.
2.8. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara
empiris.
Berdasarkan permasalahan, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai
berikut :
1. Terjadi Ketimpangan Pembangunan antara Kabupaten Tapanuli Utara dan
Humbang Hasundutan, Cateris Paribus
2. Hipotesis Kuznets tentang ”U Terbalik” berlaku di Kabupaten Tapanuli
Utara dan Humbang Hasundutan. Cateris Paribus
lxxiv
3. Sektor-sektor ekonomi unggulan dapat menunjang pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang
Hasundutan. Cateris Paribus