teori manajemen makna terkoordinasi

7
TEORI MANAJEMEN MAKNA TERKOORDINASI Manajemen Makna Terkoordinasi menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimakna. Perace dan Cronen menggunakan metafora “teater tanpa sutradara”, mereka yakin bahwa di dalam kehidupan sebagaimana teater, terdapat aktor- aktor yang mengikuti semacam perilaku dramatis dan aktor lainnya menghasilkan “kekacauan yang memiliki titik-titik pertalian yang terpisah”. Asumsi-Asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi Manusia hidup dalam komunikasi. Seperti pendapat Pearce (1989), bahwa komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi penting bagi manusia dari yang seharusnya. Maksudnya manusia hidup dalam komunikasi. Hal ini merupakan sebuah pertentangan dari teori komunikasi konvensional yang beranggapan bahwa komunikasi selalu bersifat linier. Tetapi para teoritikus CMM menilai bahwa setiap situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Ini berarti bahwa dalam asumsi ini, terdapat suatu proses komunikasi yang terjadi dalam interaksi individu dengan yang lain. Manusia saling menciptakan realitas sosial Kepercayaan orang-orang dalam menciptakan realitas sosial dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial. Realitas sosial merujuk pada pandangan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi interpersonalnya. Beberapa orang yang sudah saling mengenal pun akan berbeda interpretasi jika mereka jarang bertemu. Hal ini banyak menimbulkan realitas sosial baru yang mungkin menjadi realitas bersama yang akan mereka pahami di masa yang

Upload: dwi-harcleefget-healther-schizostachycum

Post on 26-Nov-2015

430 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

hh

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

TEORI MANAJEMEN MAKNA TERKOORDINASI

Manajemen Makna Terkoordinasi menggambarkan manusia sebagai aktor yang

berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimakna. Perace dan

Cronen menggunakan metafora “teater tanpa sutradara”, mereka yakin bahwa di dalam

kehidupan sebagaimana teater, terdapat aktor-aktor yang mengikuti semacam perilaku

dramatis dan aktor lainnya menghasilkan “kekacauan yang memiliki titik-titik pertalian yang

terpisah”. Asumsi-Asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi Manusia hidup dalam

komunikasi.

Seperti pendapat Pearce (1989), bahwa komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi

penting bagi manusia dari yang seharusnya. Maksudnya manusia hidup dalam komunikasi.

Hal ini merupakan sebuah pertentangan dari teori komunikasi konvensional yang

beranggapan bahwa komunikasi selalu bersifat linier. Tetapi para teoritikus CMM menilai

bahwa setiap situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Ini berarti bahwa dalam asumsi ini,

terdapat suatu proses komunikasi yang terjadi dalam interaksi individu dengan yang lain.

Manusia saling menciptakan realitas sosial

Kepercayaan orang-orang dalam menciptakan realitas sosial dalam percakapan

disebut sebagai konstruksionisme sosial. Realitas sosial merujuk pada pandangan seseorang

mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi interpersonalnya. Beberapa

orang yang sudah saling mengenal pun akan berbeda interpretasi jika mereka jarang bertemu.

Hal ini banyak menimbulkan realitas sosial baru yang mungkin menjadi realitas bersama

yang akan mereka pahami di masa yang akan datang.

Transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal

Pada asumsi ini teori manajemen makna terkoordinasi berhubungan dengan cara

seseorang mengendalikan percakapan atau interaksi dengan orang lain. Terdapat makna

pribadi dalam setiap interaksi seseorang. Makna pribadi dan interpersonal sering kali didapat

secara tidak sengaja dalam percakapan. Dalam percakapan makna interpersonal harus sering

dikedepankan, sehingga pemahaman ruang lingkup pribadi lebih dapat diminimalisir dengan

adanya penggunaan standar yang dimengerti bersama.

Hierarki Makna yang Terorganisir Hierarki dalam teori ini digambarkan seperti

piramida terbalik, dimana di dalam piramida tersebut terdapat asumsi-asumsi: Isi Merupakan

langkah awal dimana data mentah dikonversikan menjadi makna Tindak tutur Tindakan-

tindakan yang dilakukan individu dengan cara berbicara dengan orang lain. Episode

Merupakan rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan dan akhir yang jelas.

Dalam level ini, kita mulai mendeskripsikan konteks dimana orang bertindak dan mulai

Page 2: Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Hubungan Dimana dua orang menyadari

potensi dan betasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Naskah kehidupan

Diartikan sebagai kelompok-kelompok episode masa lalu dan masa kini. Maksudnya kita

dapat menjadi seperti apa yang kita rasakan dikarenakan naskah kehidupan kita yang pernah

kita jalani. Pola budaya Manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu

dalam kebudayaan tertentu. Setiap individu pasti berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang

ada dalam masyarakat.

1. Tradisi Cybernetic (Tradisi Sibernetika)

Komunikasi sebagai Pengolahan Informasi

Teori ini memandang komunikasi sebagai suatu sistem dimana berbagai elemen yang

terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal

ini komunikasi sebagai proses informasi dan masalah yang banyak dihubungkan dengan

keramaian, kelebihan beban, dan malfungsi. Tradisi ini berkaitan dengan proses pembuatan

keputusan. Sistem ini bersifat terbuka, sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi

dilingkungan akan diproses didalam internal sistem. Sibernetika digunakan dalam topik-topik

tentang diri individu, percakapan, hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, media,

budaya dan masyarakat.

Tradisi ini juga nampak paling masuk akal ketika muncul isu tentang otak dan pikiran,

rasionalitas, dan sistem-sistem kompleks. Teori informasi berada dalam kontek ini. Demikian

pula konsep feedback menjadi penting dalam hal ini. Perkembangannya dapat pula disebut

teori-teori yang dikembangkan dari teori informasi seperti yang dilakukan Charles Berger

untuk komunikasi antar personal dan Guddykunt untuk komunikasi antar budaya.

Contoh lain adalah proses pembuatan kebijakan publik oleh lembaga pemerintahan

dimana tradisi cybernetic dapat menjelaskan. Terdapat proses sosialisasi untuk mendapatkan

feedback dari publik sebelum suatu kebijakan ditetapkan secara permanen.

Ilmuan dari MIT, Norbert  Wiener menggunakan kata Cybernet untuk

mendiskripsikan bidang intelektual yang bersifat semu. Tidak bisa dipungkiri tradisi

cybernetic yang berangkat dari Norbert Wiener ini dan dikombinasikan dengan Shannon –

Wiever menjadi penting sebagai salah satu tradisi dalam kajian komunikasi. Beberapa tokoh

penting disini adalah Wiener, Shannon-Weaver, Charles Berger, Guddykunts, Karl Deutch,

dan sebagainya. Dalam tradisi cybernetic terdapat beberapa varian, diantaranya:

Page 3: Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

a. Basic System Theory, ini adalah format dasar. Pendekatan ini melukiskan seperti

sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar.

b. General System Theory, sistem ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaimana

sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang

lain.

c. Second Order Cybernetic, dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi

Cybernetic sebelumnya.

Tradisi Sibernetika

Teori-teori dalam tradisi sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis,

sosial, dan perilaku bekerja. Dalam sibernetika, komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-

bagian atau variable-variabel yang saling memengaruhi satu sama lainnya., membentuk, serta

mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan layaknya organism, menerima keseimbangan

dan perubahan.

Contoh: ketika pendapatan keluarga meningkat, maka kebutuhan akan kesehatan juga

meningkat, dengan peningkatan kebutuhan akan kesehatan, menurunlah tingkat penyakit

dalam keluarga, sehingga dapat meningkatkan kehadiran di tempat kerja dan sekolah.

Teori yang terkandung dalam tradisi ini adalah :

Teori Penggabungan Informasi, menjelaskan pembentukan informasi dan perubahan

sikap.

Teori Konsistensi, berhubungan dengan sikap, perubahan sikap, dan kepercayaan.

Teori Co-Orientasi Taylor tentang Organisasi, memberikan gambaran tentang

bagaimana organisasi tersusun dalam percakapan.

Sibernetika memandang komunikasi sebagai suatu sistem dimana berbagai elemen

yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Komunikasi

dipahami sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau variabel-variabel yang saling

mempengaruhi satu sama lain. Sibernetika digunakan dalam topik-topik tentang diri individu,

percakapan, hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.

Page 4: Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

CONTOH FENOMENA DIMASYARAKAT TENTANG TEORI SIBERNETIKA

Manusia Indonesia dalam sosiologi budaya di Indonesia

. Bangsa Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat radikal di segala lini

kehidupan. Baik dalam dimensi politik, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya.

Keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara seakan-akan terputus dengan sejarah

masa lalu, dimana nilai-nilai ideologi bangsa, sosial, budaya, dan nilai-nilai agama kurang

mendapatkan perhatian yang selayaknya, kebinekaan dalam kesatuan mulai memudar, dan

pembangunan spiritual serta material belum mencapai tujuan yang diinginkan karena berjalan

tersendat-sendat.

Kondisi seperti ini memicu masyarakat untuk bertindak anarkis dalam menampakan

antisosial dan antikemapanan, berdemonstrasi dengan cara merusak. Para pejabat menumpuk

kekayaan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi dengan cara korupsi atau

menyelewengkan amanahnya. Tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa, maraknya

penggunaan dan peredaran narkoba dan pornografi yang mengancam masa depan remaja

sebagai generasi masa depan bangsa. Para pengadil yang diadili, aparat keamanan yang

diamankan, serta para politisi dan elit kekuasaan yang tidak peduli dengan etika berpolitik

dan nasib rakyatnya yang kesusahan.Di daerah tertentu muncul keinginan untuk melepaskan

diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Membicarakan manusia Indonesia berarti membicarakan masyarakat Indonesia.

Gambaran umum masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau pluralistis.

Kemajemukan masyarakat dapat dilihat dari segi horizontal seperti perbedaan etnis, bahasa

daerah, agama, dan geografis maupun dari segi vertikal, seperti perbedaan tingkat

pendidikan, ekonomi dan tingkat sosial budaya.

Jadi, sebenarnya sumber persoalan buruknya kualitas manusia Indonesia adalah

adanya nilai-nilai yaitu sistem nilai budaya yang negatif dan penjajahan yang sangat lama

yang dialami bangsa Indonesia–meminjam istilah dari Koentjaraningrat. Sistem nilai budaya

itu dihidupi dan dikembangkan oleh manusia, yang menjadi subyek atas perilaku dan

tindakannya. Sedangkan untuk membangkitkan mental negara terjajah adalah dengan banyak

belajar kepada negara-negara lain yang telah maju, sehingga termotivasi untuk meningkatkan

kepribadiannya ke arah yang lebih baik.