teori dasar praktikum bioklin

10
TEORI DASAR PRAKTIKUM BIOKLIN TES KOMBINASI BILIRUBIN Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia. Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Hati berwarna merah tua kecoklatan. Pada orang dewasa, berat hati mencapai 2 kilogram. Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah yang telah tua disebut histiosit (Alfiansyah, 2011). Hati terdiri atas dua bagian, yaitu Belahan Hati Kanan (Lobus Kanan) dan Belahan Hati Kiri (Lobus Kiri). Sel-sel hati bersatu membentuk lobula terdapat kurang lebih 100 ribu lobula. Masing-masing lobula ini mempunyai panjang diameter antara 0,8 – 2 mm. Antara lobula satu dengan yang lain dipisahkan oleh ruangan- ruangan yang disebut lakuna (Alfiansyah, 2011).

Upload: auliasumardjo

Post on 24-Apr-2015

91 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Dasar Praktikum Bioklin

TEORI DASAR PRAKTIKUM BIOKLIN

TES KOMBINASI BILIRUBIN

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia. Hati terletak di

dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Hati berwarna

merah tua kecoklatan. Pada orang dewasa, berat hati mencapai 2 kilogram. Hati

mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang

(vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica). Hati

terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan ikat

(capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah yang telah

tua disebut histiosit (Alfiansyah, 2011).

Hati terdiri atas dua bagian, yaitu Belahan Hati Kanan (Lobus Kanan) dan

Belahan Hati Kiri (Lobus Kiri). Sel-sel hati bersatu membentuk lobula terdapat

kurang lebih 100 ribu lobula. Masing-masing lobula ini mempunyai panjang

diameter antara 0,8 – 2 mm. Antara lobula satu dengan yang lain dipisahkan oleh

ruangan-ruangan yang disebut lakuna (Alfiansyah, 2011).

Hati mempunyai banyak fungsi. Hati adalah kelenjar tubuh yang juga

berfungsi sebagai alat ekskresi, yaitu untuk mengubah zat buangan dan bahan

racun untuk dikeluarkan ke dalam empeu dan urin. Selain itu, hati juga berfungsi

antara lain sebagai berikut :

Page 2: Teori Dasar Praktikum Bioklin

a. Penawar Racun

b. Tempat Pembentukan dan Pembongkaran Sel Darah Merah

c. Tempat Pembentukan dan Pembongkaran Protein

d. Mengubah Glukosa Menjadi Glikogen atau Sebaliknya

e. Menghasilkan Zat yang Melarutkan Lemak

f. Untuk Menyimpan Vitamin (Alfiansyah, 2011).

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari

hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di

samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel

retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air; bilirubin yang

disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam

plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan

mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses

konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase (Baron, 1990).

Gambar di atas ini menunjukkan pembentukan bilirubin. Awalnya, eritrosit

yang sudah tua akan pecah. Dengan begitu, hemoglobin dari eritrosit akan pecah

juga. Hemoglobin ini terdiri dari haem dan globin. Globin merupakan salah satu

asam amino, jadi globin ini kemudian akan disimpan sebagai cadangan protein.

Sedangkan haemnya akan kembali pecah menjadi Fe(besi) dan bilirubin. Bilirubin

Page 3: Teori Dasar Praktikum Bioklin

ini bentuknya unconjugated/indirect yang bisa berikatan dengan lemak, bukan

dengan air sehingga untuk transportnya harus berikatan dengan albumin

(Muchayat, 2011).

Bilirubin indirect ini masuk ke hepatocyt, melepaskan ikatannya dengan

albumin lalu ganti berikatan dengan protein sitoplasma hepatocyt. Ketika bilirubin

indirect ini sampai di reticulum endoplasma halus, dikonjugasi dengan bantuan

enzim Uridyl difosfat (UDP) Glucoronyl Transferase menjjadi bilirubin direct.

Setelah dikonjugasi, bilirubin direct akan masuk ke saluran empedu dengan

melawan gradient konsentrasinya. Saluran empedu ini bermuara di duodenum. Di

colon, bilirubin direct mengalami hidrolisa oleh Beta Glukoronidase (enzim

bakteri) menjadi Unconjugated Bili, kemudian mengalami reduksi menjadi

Urobilinogen. Urobilinogen ini sebagian masuk ke sirkulasi menuju ginjal dan

dioksidasi menjadi urobilin, akhirnya dikeluarkan bersama urin. Sedangkan

sebagian lagi, berubah menjadi sterkobilin di dalam colon dan akhirnya keluar

bersama feces. Jadi defect bilirubin ini bisa karena pemecahan eritrosit yang

berlebihan, gangguan transport bilirubin, gangguan pada enzim pengkonjugasi

Uridyl difosfat (UDP) Glucoronyl Transferase, dan gangguan pada proses

ekskresinya (Muchayat, 2011).

Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang

terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering

dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung. Bilirubin tak terkonjugasi

(hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus

lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat

bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung

(Sacher, 2004).

Pemeriksaan Bilirubin

Prinsip: Bilirubin dengan reagen Diazo menghasilkan Azo-bilirubin yang

berwarna merah, dalam asid solusi pada 540 nm, intensitas warna diukur secara

fotometrik atau manual (Hijman van den Bergh). Conjugated bilirubin yang

memberi reaksi cepat, sedangkan Unconjugated bilirubin memerlukan

penambahan aselerator karena memberi reaksi lambat (Muchayat, 2011).

Page 4: Teori Dasar Praktikum Bioklin

Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada

hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin

terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk

kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah (Kee, 2007).

Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan

destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun,

transfusi, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak

diimbangi dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga

terjadi peningkatan kadar bilirubin indirek (Legawa, 2010).

Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika

kadar bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan

neurologis permanen yang lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada

bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan

adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin mencapai > 3 mg/dl.

Kenikterus timbul karena bilirubin yang berkelebihan larut dalam lipid ganglia

basalis (Baron, 1990).

Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan

bilirubin direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara

bilirubin total dan bilirubin direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah

fotometri atau spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin

(Legawa, 2010).

Nilai Rujukan

Dewasa : total : 0.1 – 1.2 mg/dl, direk : 0.1 – 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 – 1.0

mg/dl

Anak : total : 0.2 – 0.8 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa.

Bayi baru lahir : total : 1 – 12 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa (Baron,1990).

Masalah Klinis

Bilirubin direct

Bilirubin Direk meningkat pada:

a. Disfungsi hati

Page 5: Teori Dasar Praktikum Bioklin

b. Cholestasis

c. indek yang peka untuk hepatitis ringan.

d. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin,

linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam

para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam

etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik

(kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa,

papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.

(Sacher, 2004).

Bilirubin Direk meningkat tanpa adanya cholestasis pada:

a. Chronic Idiopathic Jaundice disebabkan ketidakmampuan untuk

mentransport Conjugated Bilirubin ke bile canaliculi (defek ekskresi). Terjadi

pada: Dubin Johnson & Rotor Syndrome (Baron,1990).

Penurunan kadar :

anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin,

kafein dalam dosis tinggi (Widmann, 1992).

Bilirubin indirect

Bilirubin Indirek meningkat oleh karena :

a. Produksi yang berlebihan dengan clearence hati menurun → pada: Hemolisis,

wanita hamil, Pemakaian oral kontrasepsi, latihan, alkohol, kontras

cholecystografi, Gilbert’s disease.

b. Gangguan Uptake & Transport di hati: Penyakit Gilbert Uptake menurun,

physiological Neonatal Jaundice (protein Y rendah).

c. Gangguan Conjugasi:

Neonatal Jaundice (bayi prematur - enzim UDPGT immatur).

Sindrom Crigler-Najjar o.k. defisiensi kongenital UDPGT.

d. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk)

(Sacher,2004)

Page 6: Teori Dasar Praktikum Bioklin

Penurunan kadar :

pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk) (Widmann, 1992).

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat

mempengaruhi kadar bilirubin.

Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.

Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan

pigmen empedunya akan menurun.

Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.

(Kee,2007).

Page 7: Teori Dasar Praktikum Bioklin

DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah. 2011. Struktur dan Fungsi Hati. Tersedia di http://www.sentra-

edukasi.com/2011/08/struktur-dan-fungsi-hati.html [Diakses tanggal 24 April

2013].

Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik (A Short Text Book of Clinical

Pathology). Edisi 4. EGC. Jakarta.

Widmann, Frances. 1992 Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium.

EGC. Jakarta.

Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik.

Edisi 6. EGC. Jakarta.

Sacher, Ronald A & Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. EGC. Jakarta.

Muchayat, Siti. 2011. Liver Laboratory Examination. Tersedia di

misc09.files.com/2011/liver-laboratory-examination [Diakses tanggal 24

April 2012].

Legawa, Cahya.2010. Tes Fungsi Hati. Tersedia di

http://catatan.legawa.com/2010/11/tes-fungsi-hati/ [Diakses tanggal 24 April

2013].