tentang penetapan alur-pelayaran, sistem...

27
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 273 TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK TERMINAL KIJING PELABUHAN PONTIANAK MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur- Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Upload: others

Post on 05-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KM 273 TAHUN 2020

TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU

LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN MASUK TERMINAL KIJING PELABUHAN PONTIANAK

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan

Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,

Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran,

sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh

kapal sesuai dengan kepentingannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan

Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah

Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-

Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun

2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Page 2: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 2 -

Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5731);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5093);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di

Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5208);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang

Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang

Pengesahan Peraturan Internasional Tentang

Pencegahan Tubrukan di Laut Collision Regulation

Tahun 1972 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1979 Nomor 53);

7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang

Pengesahan ”International Convention for The Safety of

Life at Sea, 1974”, sebagai hasil Konferensi Internasional

tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, yang telah

ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia, di

London, pada tanggal 1 November 1974, yang

merupakan pengganti ”International Convention for The

Safety of Life at Sea 1960”, sebagaimana terlampir

dalam Keputusan Presiden ini (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 65);

Page 3: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-3-

8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

9. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang

Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 4);

10. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA

Maritime Bouyage System for Region-A dalam Tatanan

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Indonesia;

12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik

Navigasi;

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun

2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun

2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun

2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629)

sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 76 Tahun

2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan

Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 1183);

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang

Page 4: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 4 -

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan

Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1867);

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun

2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun

2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan

dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);

19. Peraturan Menteri Perhubugan Nomor PM 122 Tahun

2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 1844);

20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun

2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740);

21. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 6 Tahun

2019 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan Kepentingan Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak;

22. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 105 Tahun

2020 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Pontianak

Provinsi Kalimantan Barat;

23. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 787 Tahun

2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Pontianak

Provinsi Kalimantan Barat;

Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor

HK.202/4/18/DJPL/2020 tanggal 10 September 2020

perihal Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri

Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem

Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk

Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak;

Page 5: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-5-

Menetapkan

MEMUTUSKAN:

: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA

BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LAB UH KAPAL SESUAI

DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK

TERMINAL KIJING PELABUHAN PONTIANAK.

PERTAMA : Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak serta Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran

dibatasi oleh titik koordinat geografis sebagaimana

tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Terminal

Kijing Pelabuhan Pontianak sebagaimana tercantum dalam

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

KETIGA : Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran

Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak sebagaimana

tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di

Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA di atur

dengan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang

ditetapkan oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas II Pontianak.

KELIMA : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak sebagaimana tercantum dalam

lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

Page 6: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-6-

KEENAM : Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak

serta Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana

dimaksud dalam Diktum PERTAMA serta Daerah Labuh

Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya sebagaimana

dimaksud dalam Diktum KELIMA, wajib dimuat dalam Peta

Laut Indonesia Edisi Terbaru dan Buku Petunjuk Pelayaran

sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran

di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan

Pontianak dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran dan

Otoritas Pelabuhan Kelas II Pontianak dan melaporkan hasil

pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan

Laut.

KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan Alur-

Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak

dilaksanakan oleh Distrik Navigasi Kelas III Pontianak dan

melaporkan hasil pengawasannya kepada Direktur Jenderal

Perhubungan Laut.

KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak dilaksanakan oleh Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Pontianak

secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan

sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan Laut

untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh

Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran

masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak.

Page 7: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 7 -

KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,

Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal

Kijing Pelabuhan Pontianak sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KESEPULUH diinformasikan melalui penerbitan

Maklumat Pelayaran (MAPEL) serta disiarkan melalui Berita

Pelaut Indonesia (Notice to Marines).

KEDUABELAS : Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,

Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal

Kijing Pelabuhan Pontianak sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KESEBELAS ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Perhubungan Laut dan dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali

dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun akan

dilakukan penyesuaian untuk mengetahui kesesuaian

terhadap Keputusan Menteri ini.

KETIGABELAS : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan

pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan

Keputusan Menteri ini.

Page 8: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

KEEMPATBELAS: Keputusan

ditetapkan.

Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2020

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:

1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;

2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

3. Menteri Dalam Negeri;

4. Menteri Kelautan dan Perikanan;

5. Menteri Badan Usaha Milik Negara;

6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

7. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;

8. Gubernur Kalimantan Barat;

9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;

10. Bupati Mempawah;

11. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Lai

12. Kepala Distrik Navigasi Kelas III Pontianak;

13. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Pontianak.

Page 9: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-9-

Lampiran IKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentinganya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak Nomor : KM 273 Tahun 2020Tanggal : 12 Oktober 2020

ALUR-PELAYARAN MASUK TERMINAL KIJING PELABUHAN PONTIANAK

SERTA SARANA BANTU NAVI GASI-PELAYARAN

1. Titik Koordinat As Alur-Pelayaran Utara Masuk Terminal Kijing Pelabuhan

Pontianak:

KODE LINTANG BUJURHaluan

Masuk Keluar

1 00° 33' 04.99" LU 108° 49' 48.33" BT 132.3° -

2 00° 31' 02.92" LU 108° 52' 01.41" BT - 312.3°

2. Titik Koordinat As Alur-Pelayaran Selatan Masuk Terminal Kijing Pelabuhan

Pontianak:

KODE LINTANG BUJURHaluan

Masuk Keluar

3 00° 26' 50.14" LU 108° 51' 14.46" BT 20.4° -

4 00° 29' 03.01" LU 108° 52' 03.50" BT - 200.4°

3. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Utara Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak:

KODE KOORDINAT BATAS KANAN KODE KOORDINAT BATAS KIRI

1A00° 31' 06.94" LU /

108° 52' 05.05" BT1B

00° 30' 58.90" LU /

108° 51' 57.77" BT

2A00° 33' 09.01" LU /

108° 49' 51.97" BT2B

00° 33' 00.97" LU /

108° 49' 44.67" BT

Page 10: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 10-

4. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Utara Selatan Terminal Kijing Pelabuhan

Pontianak:

RODE KOORDINAT BATAS KANAN RODE KOORDINAT BATAS KIRI

3A00° 26' 51.97" LU /

108° 51' 09.57" BT3B

00° 26' 48.32" LU /

108° 51' 19.33" BT

4A00° 29' 04.84" LU /

108° 51' 58.62" BT4B

00° 29' 01.19" LU /

108° 52' 08.38" BT

Page 11: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 11 -

5. Titik Koordinat Rencana Penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran:

NO SBNP POSISI

1 Pelsu MPMT Utara 00° 33' 04.99" LU / 108° 49' 48.33" BT

2 Pelsu No. 1 Utara 00° 32' 20.63" LU / 108° 50' 24.55" BT

3 Pelsu No. 2 Utara 00° 32' 32.53" LU / 108° 50' 35.70" BT

4 Pelsu No. 3 Utara 00° 31' 29.82" LU / 108° 51' 19.93" BT

5 Pelsu No. 4 Utara 00° 31' 08.93" LU / 108° 52' 06.88" BT

6 Pelsu No. 5 Utara 00° 30' 56.90" LU / 108° 51' 55.82" BT

7 Pelsu MPMT Selatan 00° 26' 50.15" LU / 108° 51' 14.45" BT

8 Pelsu No. 1 Selatan 00° 27' 40.50" LU / 108° 51' 41.79" BT

9 Pelsu No. 2 Selatan 00° 27' 45.96" LU / 108° 51' 27.12" BT

10 Pelsu Kardinal Timur 00° 28' 38.43" LU / 108° 51’ 46.56" BT

11 Pelsu No. 3 Selatan 00° 29' 00.12" LU / 108° 52' 11.07" BT

12 Pelsu No. 4 Selatan 00° 29’ 05.65" LU / 108° 51’ 56.54" BT

13Pelsu Kardinal Timur

(Kolam Putar)00° 30’ 07.15" LU / 108° 52' 01.21" BT

14 Pelsu Kardinal Barat 00° 29' 51.56" LU / 108° 50' 11.38" BT

15Ramsu Lampu Pelabuhan

(Habrour / Port Marking)00° 30' 23.00" LU / 108° 54' 31.00" BT

16 Ramsu Pulau Baru 00° 36' 20.48" LU / 108° 45’ 15.34" BT

17 Ramsu Pulau Damar 00° 24' 28.98" LU / 108° 46' 58.41" BT

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 12: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 12 -

Lampiran IIKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentinganya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak Nomor : KM 273 Tahun 2020Tanggal : 12 Oktober 2020

SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK TERMINAL KIJING PELABUHAN

PONTIANAK

Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak, yaitu kondisi kedalaman, lebar, dan panjang Alur-

Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak sebagai berikut:

1. Sistem Rute di Alur Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan

Pontianak:

Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak yaitu rute dua arah (two ways routé) dengan lebar

alur 334 m (tiga ratus tiga puluh empat meter) di alur-pelayaran utara dan

321 m (tiga ratus dua puluh satu meter) di alur-pelayaran selatan;

2. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak:

Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak yaitu -9 m (sembilan meter) LWS sampai dengan -

16,8 m (enam belas koma delapan meter) LWS dengan panjang alur-

pelayaran Utara 3,01 NM (tiga koma noi satu Nautical Miles\ atau 5,7 km

(lima koma tujuh kilometer) dan panjang alur-pelayaran Selatan 2,92 NM

(dua koma sembilan puluh dua Nautical Miles\ atau 5,4 km (lima koma

empat kilometer). Direncanakan pada tahun 2025 akan dilakukan

pengerukan hingga kedalaman minimal -15 m (lima belas meter) LWS;

3. Kondisi Arus dan Pasang Surut Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing

Pelabuhan Pontianak:

a. Sifat Pasang Surut (Pasut) merupakan Harian Ganda (Semi Diumal

Tide), dengan tunggang air (selisih air tertinggi dengan air terendah)

adalah sebesar 170 (seratus tujuh puluh) cm; dan

Page 13: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 13-

b. Arus pada saat air menuju pasang arus bergerak dominan ke arah

Selatan dengan kecepatan maksimum 1.03 m/s (2.00 knot), sedangkan

pada saat air pasang arus dominan bergerak ke arah Utara dengan

kecepatan 0.64 m/s (1.24 knot). Untuk arus pada saat air menuju

surut.

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 14: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 14 -

Lampiran IIIKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentinganya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak Nomor : KM 273 Tahun 2020Tanggal : 12 Oktober 2020

TATA CARA BERLALU LINTAS

DI ALUR-PELAYARAN MASUK TERMINAL KIJING PELABUHAN PONTIANAK

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal

maka perlu di atur Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran Masuk Terminal

Kijing Pelabuhan Pontianak sebagai berikut:

1. Pemanduan

a. kapal dengan ukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnagé)

atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan

pelayanan jasa pemanduan kapal;

b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan

normal untuk olah gerak kapal;

c. mengibarkan benderà “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas pandu;

d. mengibarkan benderà “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila petugas pandu berada di atas kapal; dan

e. mengibarkan benderà “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari bagi kapal yang barn tiba dari luar negeri,

petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa

kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh

petugas karantina kesehatan (free practiqué) dan benderà kuning telah

diturunkan.

Page 15: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 15-

2. Komunikasia. pemilik/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana

kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas II Pontianak dengan mengirimkan telegram radio

Nakhoda (master cable) melalui Stasiun Radio Pantai (SROP) dengan

tembusan kepada perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam

waktu paling lama 48 (empat puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di

pelabuhan;

b. setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran wajib melapor

kepada Stasiun Radio Pantai (SROP) melalui channel 16 dan channel 70;

c. batas garis pelaporan adalah

Batas Garis Pelaporan

Utara

Melintang garis Lintang 00° 35' 00" LU

Membujur garis Bujur 108° 45' 00" BT

Batas Garis Pelaporan

Selatan

Melintang garis Lintang 00° 20 00" LU

Membujur garis Bujur 108° 45' 00" BT

d. komunikasi antara petugas pandu/kapal pandu dapat menggunakan

Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan radio VHF pada

channel 12; dan

e. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal

dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas

pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain

yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3. Proses Kapal Masuk

a. Dalam kondisi normal

1) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman

sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk

menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu jarak

yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;

2) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,

apabila keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam

waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan

kepelautan yang baik;

3) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan

untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di areal

labuh yang sudah disediakan;

Page 16: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 16-

4) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah

tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Pontianak akan

menginformasikan ke kapal bahwa kapal sudah bisa tambat di

pelabuhan;

5) kapal disarankan berlayar mengikuti ketentuan koridor alur-

pelayaran dan arah haluan yang ditetapkan pada Lampiran I serta

Peta Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak;

dan

6) pada saat melintasi garis atau wilayah wajib lapor atau setelah kapal

berlabuh atau sandar, maka kapal wajib melapor kepada Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Pontianak.

b. Dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Deras/Gelombang

Tinggi:

1) kecepatan kapal disekitar pelampung suar pengenal disarankan

menggunakan maneuvering speed\ dan

2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat,

kapal menggunakan sarana navigasi visual, elektronik

(radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan

tepat guna.

4. Proses Kapal Keluar

a. Nakhoda dan/atau petugas pandu melaporkan kepada Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Pontianak mengenai

ukuran kapal dan jam kapal mulai dipandu keluar;

b. meminta informasi kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas II Pontianak mengenai pergerakan kapal yang

keluar/masuk Alur-Pelayaran Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak; dan

c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur-pelayaran dan berlayar

menuju laut lepas; dan

d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu (pilot boarding ground),

petugas pandu turun dan dijemput oleh motor atau kapal pandu.

5. Tindakan Menghindari Tubrukan

a. Pengaturan Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan Meliputi:

1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila

keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam waktu

yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan

yang baik;

Page 17: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 17 -

2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari

tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga

menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan

penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari

haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;

3) apabila ada ruang gerak yang cukup, maka perubahan haluan

merupakan tindakan yang paling berhasil untuk menghindari situasi

saling mendekati terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan

tersebut dilakukan dalam waktu yang cukup dini dan tidak

mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati terlalu rapat;

4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal

lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan

jarak yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan

seksama sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali; dan

5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan

waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, maka kapal harus

mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama

sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana

penggeraknya.

b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Yang Menggunakan Layar

Meliputi:

1) Apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sehingga akan

mengakibatkan bahaya tubrukan, maka salah satu dari kedua kapal

itu harus menghindari kapal lain dengan ketentuan sebagai berikut:

a) apabila masing-masing mendapatkan angin di lambung yang

berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus

menghindari kapal yang lain;

b) apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang kanan,

maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang

ada di bawah angin; dan

c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah

kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti

apakah kapal lain itu mendapat angin lambung kiri atau kanan,

maka kapal itu harus menghindari kapal lain itu.

Page 18: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 18-

2) Untuk memenuhi ketentuan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi

yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau bagi

kapal dengan layar segi empat yaitu sisi yang berlawanan dengan sisi

tempat layar membujur itu berada.

c. Pengaturan Penyusulan Meliputi:

1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari

kapal lain yang sedang disusui;

2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain

dari arah yang lebih besar dari 22,5° (dua puluh dua koma lima

derajat) dibelakang arah melintang yaitu dalam kedudukan

sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusui itu pada

malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, te tapi

tidak satupun dari penerangan lambungnya;

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul

kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa

sedang menyusul kapal lain; dan

4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian

tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam

pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban

untuk menghindari kapal yang sedang disusui itu sampai kapal

tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-

Hadapan Meliputi:

1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan

berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan

bahaya tubrukan, maka masing-masing kapal harus mengubah

haluannya ke kanan sehingga masing-masing kapal akan berpapasan

di lambung kirinya;

2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dianggap ada

apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada

malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain

tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua

penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra

(aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan

Page 19: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 19-

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan

sebagaimana dimaksud dalam angka (1), maka kapal itu harus

beranggapan bahwa keadaan tersebut ada dan bertindak sesuai

angka 1) dan angka 2).

e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi memotong

apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling

memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, maka kapal

yang mendekati kapal lain di sisi kanannya harus menghindar, dan

apabila keadaan mengijinkan harus dengan cara memotong didepan

kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara tindakan kapal

menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain

dan sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini dan tegas untuk

tetap bebas sama sekali.

Dalam pengaturan tanggung jawab antara kapal meliputi:

1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;

c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan

d) kapal layar.

2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan

c) kapal yang sedang menangkap ikan.

3) kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus

menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan; dan

b) kapal yang olah geraknya terbatas.

4) setiap kapal kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal

yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan

mengijinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman

sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya; dan

5) kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam

angka 4) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-

benar memperhatikan keadaannya yang khusus tersebut.

Page 20: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-20-

6. Larangana. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel clearance

(UKC) kurang dari 10% (sepuluh persen) dari draft, kecuali atas izin

Syahbandar;

b. kapal penangkap ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;

c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pemanduan

dari petugas pandu;d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi

dan situasi :

1) kapal kandas;

2) kapal tubrukan;

3) kerusakan mesin/kemudi; dan/atau

4) keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.

e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LO A tertentu

sesuai dengan ketentuan sistem rute;

f. kapal yang sandar/tender dengan kapal lain yang sedang sandar di

dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang

sandar/tender di kapal yang sedang sandar di dermaga tersebut atas

pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak

keluar/ masuk;

g. kapal berlabuh jangkar di area yang tidak ditetapkan dalam keputusan

ini; dan

h. membuang sampah, limbah, dan bahan lain dari pengoperasian kapal.

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 21: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-21 -

Lampiran IVKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentinganya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak Nomor : KM 273 Tahun 2020Tanggal : 12 Oktober 2020

DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN MASUK TERMINAL KIJING PELABUHAN PONTIANAK

1. Area Labuh Kapal Peti Kemas (LOA > 200 meter)

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 31'28.75" LU 108° 46' 58.76" BT

2 0° 29' 51.81" LU 108° 46’ 58.76" BT -24 mLWS 555.4 Ha

3 0° 29' 51.81" LU 108° 47' 59.02" BT

4 0° 31'28.75" LU 108° 47' 59.02" BT

2. Area Labuh Kapal Peti Kemas (LOA < 200 meter)

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 31' 28.75" LU 108° 47' 59.02" BT

2 0° 29' 51.81" LU 108° 47’ 59.02" BT -22 mLWS 265.1 Ha

3 0° 29’ 51.81" LU 108° 48'27.91" BT

4 0° 31’ 28.75" LU 108° 48'27.91" BT

3. Area Labuh Kapal Curah Kering (LOA >150 meter)

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 29' 08.99" LU 108° 46’ 58.76" BT

2 0° 29' 08.99" LU 108° 47’ 37.55" BT -23 mLWS 157.8 Ha

3 0° 29' 51.81" LU 108° 47' 37.55" BT

4 0° 29' 51.81" LU 108° 46' 58.76" BT

Page 22: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-22 -

4. Area Labuh Kapal Curah Kering (LOA <150 meter)

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 29' 51.81" LU 108° 48’ 23.09" BT

2 0° 29' 51.81" LU 108° 47’ 37.55" BT -28 mLWS 185.4 Ha

3 0° 29' 08.99" LU 108° 47’ 37.55" BT

4 0° 29' 08.99" LU 108° 48' 23.09" BT

5. Area Labuh Kapal Curah Cair (LOA > 200 meter)

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 29' 08.99" LU 108° 47’ 37.55" BT

2 0° 29' 08.99" LU 108° 46' 58.77" BT -24 mLWS 103.05 Ha

3 0° 28' 41.01" LU 108° 46’ 58.77" BT

4 0° 28' 41.01" LU 108° 47' 37.55" BT

6. Area Labuh Kapal Curah Cair (LOA < 200 meter)

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 29' 08.99" LU 108° 48’ 52.32" BT

2 0° 29’ 08.99" LU 108° 47' 37.55" BT -21 mLWS 420 Ha

3 0° 28' 09.84" LU 108° 47' 37.55" BT

4 0° 28' 09.84" LU 108° 48' 52.32" BT

7. Area Labuh Kapal Multipurpose

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 28’ 41.01" LU 108° 47' 37.55" BT

2 0° 28' 41.01" LU 108° 46' 58.77" BT -23 mLWS 114.99 Ha

3 0° 28' 09.84" LU 108° 46' 58.77" BT

4 0° 28' 09.84" LU 108° 47' 37.55" BT

8. Area Labuh Darurat

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 26’ 52.05" LU 108° 51' 58.89" BT

2 0° 26’ 52.05" LU 108° 52' 31.23" BT -10 mLWS 99 Ha

3 0° 26' 19.51" LU 108° 52'31.23" BT

4 0° 26' 19.51" LU 108° 51'58.89" BT

Page 23: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 23 -

9. Area Labuh Kapal Mati

KOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUASI N V J LINTANG BUJUR

1 0° 27' 24.59" LU 108° 51’ 58.89" BT

2 0° 27' 24.59" LU 108° 52'31.23" BT -9 mLWS 99 Ha

3 0° 26' 52.05" LU 108° 52'31.23" BT

4 0° 26' 52.05" LU 108° 51' 58.89" BT

10. Area Karantina

KOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS1NU LINTANG BUJUR

l 0° 28' 09.84" LU 108° 49' 53.64" BT

2 0° 28' 09.84" LU 108° 48’ 52.32" BT -20 mLWS 418 Ha

3 0° 29' 21.53" LU 108° 48' 52.32" BT

4 0° 29'21.53" LU 108° 49' 53.64" BT

11. Area Alih Muat

ivrrNKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

IN LJ LINTANG BUJUR

i 0° 30' 47.97" LU 108° 49' 42.03" BT

2 0° 30' 47.97" LU 108° 49' 09.68" BT -20 mLWS 96.1 Ha

3 0° 31' 19.24" LU 108° 49' 09.68" BT

4 0° 31' 19.24" LU 108° 49' 42.03" BT

12. Area Pemeliharaan Kapal

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 28' 09.84" LU 108° 50' 47.33" BT

2 0° 28' 09.84" LU 108° 50' 14.98" BT -18 mLWS 96.1 Ha

3 0° 28' 41.11" LU 108° 50’ 14.98" BT

4 0° 28’ 41.11" LU 108° 50' 47.33" BT

Page 24: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

-24-

13. Area Labuh Kapal Pemerintah

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 30' 54.33" LU 108° 53' 07.05" BT

2 0° 30' 54.33" LU 108° 52' 34.70" BT -11 mLWS 96.1 Ha

3 0° 31' 25.50" LU 108° 52' 34.70" BT

4 0° 31’ 25.50" LU 108° 53' 07.05" BT

14. Area Kapal B3

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 26’ 46.54" LU 108° 48’ 14.99" BT

2 0° 26' 46.54" LU 108° 47' 42.64" BT -25 mLWS 96.1 Ha

3 0° 27’ 17.81" LU 108° 47' 42.64" BT

4 0° 27' 17.81" LU 108° 48' 14.99" BT

15. Area Percobaan Berlayar

NOKOORDINAT ALUR KEDALAMAN LUAS

LINTANG BUJUR

1 0° 29' 09.37" LU 108° 46' 20.96" BT

2 0° 29' 09.37" LU 108° 46' 29.87" BT -25 mLWS 66 Ha

3 0° 30’ 37.77" LU 108° 46' 29.87" BT

4 0° 30' 37.77" LU 108° 46' 20.96" BT

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

.sesuai dengan aslinya

iO HUKUM,

HERPRIARSONO

BUDI KARYA SUMADI

Page 25: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 2 5 -

Lampiran VKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentinganya di Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak Nomor : KM 273 Tahun 2020Tanggal : 12 Oktober 2020

PETA ALUR-PELAYARAN MASUK TERMINAL KIJING PELABUHAN PONTIANAK

1. Peta Bathimetri Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak

PfcTABATIM tTItl* rtOMO

PCI AAv>«AH KIJING P O , T.ANAK

Page 26: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

26

2. Peta Alur-Pelayaran Masuk Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak

Page 27: TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_273_TAHUN...Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang

- 2 7 -

3. Peta Daerah Labuh di Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

dengan aslinya

O HUKUM,

JI HERPRIARSONO