keputusan menteri perhubungan republik...

21
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 898 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya di pelabuhan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal sesuai dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

Upload: hoangminh

Post on 17-May-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KP 898 TAHUN 2018

TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE,

TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL

SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN

LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah

Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Menteri

Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran, sistem

rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh kapal

sesuai dengan kepentingannya di pelabuhan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan

Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan

Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas,

dan Daerah Labuh Kapal sesuai dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Labuhan

Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

Page 2: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

2

Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun

2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5731);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5093);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan

di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5208);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang

Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang

Mengesahkan “Convention on the International

Regulations for Preventing Collisions at Sea, 1972”;

7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang

Mengesahkan ”International Convention for The Safety

of Life at Sea, 1974” sebagai Hasil Konferensi

Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974,

yang telah ditandatangani oleh Delegasi Pemerintah

Republik Indonesia, di London, pada tanggal 1

November 1974, yang merupakan pengganti

”International Convention for The Safety of Life at Sea,

Page 3: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

3

1960”, sebagaimana terlampir pada Keputusan

Presiden ini;

8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

9. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik

Navigasi;

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 77 Tahun

2009 tentang Rencana Induk Pelabuhan Batam;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit

Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

130 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400);

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun

2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun

2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran;

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Pelabuhan Laut (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 1867);

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun

2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal

Page 4: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

4

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

390);

17. Peraturan Menteri Perhubugan Nomor PM 189 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 117 Tahun

2017 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor

1891);

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun

• 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan

dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);

19. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

173/AL.401/PHB-84 tentang Pemberlakuan The IALA

Maritime Bouyage System for Region-A dalam Tatanan

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di Indonesia;

Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor

HK. 103/3/1/ DJPL-18 tanggal 19 April 2018 perihal

Penjelasan terkait Rancangan Keputusan Menteri

Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem

Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

sesuai dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan

Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA

CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL

SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN

PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN

PULAU KOMODO.

Page 5: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

5

PERTAMA : Menetapkan alur-pelayaran masuk Pelabuhan Labuhan

Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo serta Sarana Bantu

Navigasi-Pelayaran dibatasi oleh titik koordinat geografis

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Menetapkan sistem rute alur-pelayaran masuk Pelabuhan

Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo

sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

KETIGA : Menetapkan tata cara berlalu lintas di alur-pelayaran

masuk Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau

Komodo sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

KEEMPAT : Menetapkan Daerah labuh kapal sesuai dengan

kepentingannya di Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-

Pelayaran Pulau Komodo sebagaimana tercantum dalam

Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

KELIMA : Alur-pelayaran masuk Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-

Pelayaran Pulau Komodo, Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran

sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA serta

daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya

sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA dan

Diktum KEEMPAT, wajib dimuat dalam Peta Laut Indonesia

Nomor 296 edisi terbaru dan Buku Petunjuk Pelayaran

sebagaimana tercantum dalam Peta Tematik dalam

Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

Page 6: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

6

KEENAM : Pengawasan terhadap penyelenggaraan alur-pelayaran

masuk Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau

Komodo sebagai berikut:

a. pengawasan pengoperasian Sarana Bantu Navigasi-

Pelayaran, pengukuran kedalaman alur-pelayaran dan

timbulnya hambatan pelayaran serta monitoring

sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh

kapal sesuai kepentingannya dilaksanakan oleh Distrik

Navigasi Kelas II Kupang dan melaporkan hasil

pengawasannya kepada Direktur Jenderal

Perhubungan Laut; dan

b. pengawasan keamanan dan keselamatan pelayaran,

daerah labuh kapal sesuai kepentingannya serta

pemeliharaan alur-pelayaran dilaksanakan oleh Kantor

Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuhan Bajo

sesuai tugas pokok dan fungsinya secara berkala atau

sewaktu-waktu apabila diperlukan, serta melaporkan

kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

KETUJUH : Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu

Lintas, dan Daerah Labuh Kapal sesuai dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Labuhan Bajo

dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo dapat dievaluasi dan

dikaji ulang 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun atau sesuai

kebutuhan untuk mengetahui kesesuaian terhadap kondisi

alur-pelayaran.

KEDELAPAN : Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum

KETUJUH diinformasikan melalui penerbitan Maklumat

Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan melalui Berita Pelaut

Indonesia (Notice to Marine).

KESEMBILAN : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan

pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan

Keputusan Menteri ini.

Page 7: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

7

KESEPULUH : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Mei 2018

MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:

1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;

2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

3. Menteri Kelautan dan Perikanan;

4. Menteri Badan Usaha Milik Negara;

5. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;

6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

7. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut;

8. Gubernur Nusa Tenggara Timur;

9. Bupati Manggarai Barat;

10. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan;

11. Kepala Distrik Navigasi Kelas II Kupang;

12. Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuhan Bajo.

Salinan sesuai dengan aslinya

5IRO HUKUM,

4 - '

I H., SH. DESS rama Muda (IV/c)

1023 199203 1 003

Page 8: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

8

LAMPIRAN IKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 898 TAHUN 2018 TANGGAL 31 Mei 2018 TENTANGPENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-

PELAYARAN PULAU KOMODO SERTA SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN

1. Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-

Pelayaran Pulau Komodo:

NOKoordinat Alur-Pelayaran Pelabuhan Labuhan Bajo

Koordinat Batas Kiri Koordinat Batas Kanan

1A 8° 29' 38.3458" S / 119° 49' 38,4432" E 8° 29’ 44,8148" S / 119° 49' 37,7100" E

2A 8° 29' 54,9136" S / 119° 52' 05,9920" E 8° 30' 01,4467" S / 119° 52' 07,5895" E

3A 8° 29' 50,2284" S / 119° 52’ 12,9662" E 8° 29' 55,2998" S / 119° 52' 17,0934" E

4A 8° 29' 40,6066" S / 119° 52’ 22,2949" E 8° 29' 45,1277" S / 119° 52’ 26,9999" E

NOKoordinat Alur-Pelayaran Pulau Komodo

Koordinat Batas Kiri Koordinat Batas Kanan

1A 8° 37' 59.2350" S / 119° 30' 19.5835" E 8° 37' 58.9162" S / 119° 30' 29.3905" E

2A 8° 34’ 28.7860" S / 119° 30' 12.6776" E 8° 34' 28.4673" S / 119° 30' 22.4831" E

2. Kondisi kedalaman alur-pelayaran masuk Pelabuhan Labuhan Bajo eksisting

14-42 mLWS dan panjang alur-pelayaran dari Buoy MPMT sampai pintu

masuk pelabuhan 2,8 Nautical Miles (NM) atau 5.1 Kilometer (Km) dan

berdasarkan hal tersebut, ukuran dan sarat (draft) kapal yang dapat melalui

alur-pelayaran ini maksimum 12 meter pada kondisi air surut terendah

sedangkan kondisi kedalaman alur-pelayaran Pulau Komodo eksisting

18-100 mLWS, dan panjang alur-pelayaran dari Buoy MPMT sampai pintu

masuk pelabuhan 3,49 Nautical Miles (NM) atau 6,2 Kilometer (Km) dan

berdasarkan hal tersebut, ukuran dan sarat (draft) kapal yang dapat melalui

alur-pelayaran ini maksimum 14 meter pada kondisi air surut terendah.

Page 9: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

9

3. Posisi Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Alur-Pelayaran

Pelabuhan Labuhan Bajo

NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI

1 LAMPU PELABUHAN 4266 08° 29' 15.1784" S / 119° 52' 34.4191" E2 BAHAYA TERPENCIL 08° 30' 26,1085" S / 119° 50' 22.7332" E3 PELSU MERAH 08° 29' 51.5000" S / 119° 52’ 04.9000" E4 PELSU HIJAU 08° 29’ 55.0000" S / 119° 52' 24.5000" E

POSISI KOORDINAT RENCANA PENAMBAHAN SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN

NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI

1 MPMT 08° 29’ 41.4715" S / 119° 49' 38.0889" E2 KARDINAL SELATAN 08° 29' 34.7162 " S / 119° 50' 35.4570" E3 BAHAYA TERPENCIL 08° 30' 15.4130 " S / 119° 49’ 54.9639" E4 BAHAYA TERPENCIL 08° 30’ 06.4874 " S / 119° 52' 00.4667" E

4. Posisi Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Alur-Pelayaran

Pelabuhan Komodo

NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI

1 RAM SU KARANG PULAU KOMODO

5794.1 08° 34’ 23.6" S/ 119° 29' 59.0" E

2 RAMSU PULAU LASA 5706 08° 36’ 02,6" S / 119° 29’ 24.4" E3 RAMSU PULAU PUNYA 5680.1 08° 37' 24.4" S / 119° 31’ 31.8" E

POSISI KOORDINAT RENCANA PENAMBAHAN SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN

NO NAMA DAN JENIS SBNP NO DSI POSISI

1 KARDINAL BARAT 08° 35’ 21.0632" S / 119° 30’ 49.6431" E

Salinan sesuai dengan aslinya

IRO HUKUM,

I H., SH, DESS ama Muda (IV/c)

1023 199203 1 003

MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 10: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

10

LAMPIRAN IIKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 898 TAHUN 2018 TANGGAL 31 MEI 2018 TENTANGPENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUHAN BAJO

DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

Sistem rute yang ditetapkan di alur-pelayaran masuk Pelabuhan Labuhan Bajo

dengan panjang 2,8 NM dan lebar 200 m, sedangkan alur-pelayaran Pulau

Komodo dengan panjang 3,2 NM dan lebar 300 m adalah rute dua arah [two

way routes).

Salinan sesuai dengan aslinya

iIRO HUKUM,

cama Muda (IV/c) 11023 199203 1 003

MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 11: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

11

LAMPIRAN IIIKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 898 TAHUN 2018 TANGGAL 31 Mei 2018 TENTANGPENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

TATA CARA BERLALU LINTAS DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

Dalam meningkatkan efisiensi dan mengurangi angka kecelakaan kapal, maka

perlu diatur tata cara berlalu lintas di alur-pelayaran masuk Pelabuhan

Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo sebagai berikut:

1. Komunikasi

a. Pemilik operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana

kedatangan kapalnya kepada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan

Kelas III Labuhan Bajo dengan mengirimkan telegram radio Nakhoda

(master cable) kepada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III

Labuhan Bajo melalui stasiun radio pantai dengan tembusan kepada

perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam waktu paling lama

48 (empat puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan.

b. Setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran wajib melapor

kepada stasiun radio pantai melalui channelVHF Ch. 16.

c. Komunikasi antara petugas pandu/kapal/kapal pandu dapat

menggunakan Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan radio

VHF pada channel 12.

d. Komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal

dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas

pandu antara lain kondisi, sifat, cara, data, karakteristik, dan lain-lain

yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

2. Proses Kapal Masuk Dalam Kondisi Normal

a. setelah posisi berada di ambang luar, arahkan haluan kapal mengarah ke outer buoy,

Page 12: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

12

b. kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan dengan

maneuvering speed, sampai kapal pandu dapat merapat di kapal untuk

menaikkan petugas pandu;

c. setelah kapal berada di outer buoy dan kapal memasuki Alur-Pelayaran

Pelabuhan Labuhan Bajo;

d. setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman

sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna untuk

menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu jarak yang

sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;

e. setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, jika

keadaan mengizinkan, harus tegas dilakukan dalam waktu yang cukup

lapang dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan yang

baik;

f. jika kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan untuk

berlabuh terlebih dahulu, kapal dapat berlabuh di daerah labuh kapal

yang sudah disediakan;

g. jika proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah

tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, petugas pandu akan

menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu akan naik dan

memandu kapal hingga tambat di pelabuhan.

3. Proses Kapal Masuk dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan

Lebat/Gelombang Tinggi

a. kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan

menggunakan maneuvering speed;

b. untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat, kapal

menggunakan sarana navigasi visual, elektronik (radar/GPS/AIS), dan

peralatan navigasi lainnya secara baik dan tepat guna.

4. Proses Kapal Keluar

a. petugas pandu melaporkan kepada Syahbandar Pelabuhan Labuhan

Bajo mengenai draft kapal dan jam kapal mulai dipandu keluar;

b. meminta informasi ke Syahbandar Pelabuhan Labuhan Bajo mengenai

pergerakan kapal yang keluar/masuk alur Pelabuhan Labuhan Bajo;

c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur dan berlayar menuju outer buoy,

Page 13: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

13

d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu [pilot boarding ground),

petugas pandu turun dan dijemput oleh motor pandu.

5. Tindakan Menghindari Tubrukan

a. Pengaturan tindakan untuk menghindari tubrukan meliputi:

1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, jika

keadaan mengizinkan, harus tegas dilakukan dalam waktu yang

cukup lapang dan benar-benar memperhatikan persyaratan

kepelautan yang baik;

2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari

tubrukan, jika keadaan mengizinkan, harus cukup besar sehingga

segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan

penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari

haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;

3) jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan saja mungkin

merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari

situasi saling mendekati terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa

perubahan itu dilakukan dalam waktu yang cukup dini, bersungguh-

sungguh, dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling

mendekati terlalu rapat;

4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal

lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan

dengan jarak yang aman, hasil guna tindakan itu harus dikaji dengan

seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan

bebas sarana sekali;

5) jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan

waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, kapal harus

mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama

sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana

penggeraknya.

b. Pengaturan penyusulan meliputi:

1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari

kapal lain yang sedang disusul;

2) kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal

lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang

arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga

Page 14: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

14

terhadap kapal yang sedang disusul itu pada malam hari kapal

hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi tidak satupun dari

penerangan-penerangan lambungnya;

3) bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang

menyusul kapal lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa

demikianlah halnya dan bertindak sesuai dengan itu;

4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi

kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong

dalam pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari

kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai

kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

c. Pengaturan tata cara berlalu lintas kapal layar meliputi:

1) Apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sedemikian rupa

sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu dari

kedua kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai berikut:

a) bilamana masing-masing mendapat angin di lambung yang

berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri

harus menghindari kapal yang lain;

b) bilamana keduanya mendapat angin di lambung yang

kanan, maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari

kapal yang ada di bawah angin;

c) jika kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah

kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti

apakah kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri atau

kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal lain itu.

2) Untuk memenuhi aturan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi yang

berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau bagi kapal

dengan layar segi empat adalah sisi yang berlawanan dengan sisi

tempat layar membujur itu berada.

d. Pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi berhadap-

hadapan meliputi:

1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-haluan

berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan

bahaya tubrukan, masing-masing harus mengubah haluannya ke

Page 15: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

15

kanan sehingga masing-masing kapal akan berpapasan di lambung

kirinya;

2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dianggap ada

apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada

malam hari kapal itu dapat melihat penerangan-penerangan tiang

kapal lain tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau

kedua penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu

mengamati gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut;

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan

sebagaimana dimaksud dalam angka 1), kapal itu harus beranggapan

bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai dengannya.

e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi

memotong, apabila 2 (dua) kapal bertenaga sedang berlayar dengan

haluan saling 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling

memotong sedemikian rupa sehingga akan mengakibatkan bahaya

tubrukan, kapal yang mendapati kapal lain di sisi kanannya harus

menghindar, dan jika keadaan mengizinkan, harus menghindarkan

dirinya memotong di depan kapal lain itu. Dalam pengaturan tata cara

tindakan kapal menghindari, setiap kapal yang diwajibkan menghindari

kapal lain, sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini dan tegas

untuk tetap bebas sama sekali. Dalam pengaturan tanggung jawab

antarkapal meliputi:

1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;

c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan/atau

d) kapal layar.

2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan/atau

c) kapal yang sedang menangkap ikan.

3) kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus

menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan; dan/atau

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas.

Page 16: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

16

4) setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal

yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan

mengizinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman

sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya.

5) kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan

kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan

keadannya yang khusus itu.

6. Larangan

a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan Under Keel Cleareance

(UKQ kurang dari 10% (sepuluh persen) dari sarat (draft), kecuali atas

izin Syahbandar;

b. kapal penangkap ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;

c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat jasa

pemanduan dari petugas pandu;

d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi

dan situasi:

1) kapal kandas;

2) kapal tubrukan;

3) kerusakan mesin/kemudi; dan/atau

4) keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.

7. Ketentuan Lebih Lanjut

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara berlalu lintas di alur-pelayaran

masuk Pelabuhan Labuhan Bajo dan Alur-Pelayaran Pulau Komodo diatur

dalam Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Kepala

Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Labuhan Bajo.

Salinan sesuai dengan aslinya

IRQ HUKUM,

H., SH. DESS Muda (IV/c)

1023 199203 1 003

MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 17: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

17

LAMPIRAN IVKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 898 TAHUN 2018 TANGGAL 31 Mei 2018 TENTANGPENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO

DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

Daerah labuh sesuai dengan kepentingannya pada posisi koordinat sebagai

berikut:

1. Daerah Labuh Kapal Kecil

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 29' 57.3390" S / 119° 52' 32.3173" E

2 ha 20 Mtr2 8° 29' 58.2753" S / 119° 52' 35.4499" E

3 8° 29' 52.0348" S / 119° 52' 37.3116" E

4 8° 29' 51.0985" S / 119° 52' 34.1790" E

2. Daerah Labuh Kapal Penumpang

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 30' 12.9106" S / 119° 52' 08.9533" E

4 ha 20 Mtr2 8° 30’ 17.7997" S / 119° 52' 04.6148" E

3 8° 30' 22.1067" S / 119° 52' 09.5053" E

4 8° 30' 17.2176" S / 119° 52' 13.8439" E

3. Daerah Labuh Kapal Kecil II

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 30' 08.0215" S / 119° 52’ 13.2918" E

2 8° 30' 12.9106" S / 119° 52' 08.9533" E4 ha 20 Mtr

3 8° 30' 17.2176" S / 119° 52' 13.8438" E

4 8° 30’ 12.3285" S / 119° 52' 18.1824" E

Page 18: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

18

4. Daerah Labuh General Cargo

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 30' 17.7997" S / 119° 52' 04.6148" E

4 ha 20 Mtr2 8° 30' 22.6888" S / 119° 52' 00.2762" E

3 8° 30' 26.9958" S / 119° 52' 05.1668" E

4 8° 30' 22.1067" S / 119° 52' 09.5053" E

5. Daerah Alih Muat

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 30' 22.6888" S / 119° 52' 00.2762" E

4 ha 20 Mtr2 8° 30' 27.5779" S / 119° 51' 55.9377" E

3 8° 30' 31.8849" S / 119° 52' 00.8283" E

4 8° 30' 26.9957" S / 119° 52' 05.1668" E

6. Daerah Emergency

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 30' 27.5779" S / 119° 51' 55.9377" E

4 ha 20 Mtr2 8° 30' 32.4669" S / 119° 51’ 51.5992" E

3 8° 30' 36.7740" S / 119° 51' 56.4897" E

4 8° 30' 31.8848" S / 119° 52' 00.8283" E

7. Daerah Labuh Kapal Cruise

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 29’ 28.5227" S / 119° 51' 08.9280" E

25 ha 20 Mtr2 8° 29’ 28.5620" S / 119° 50' 52.5805" E

3 8° 29' 44.8375" S / 119° 50' 52.6200" E

4 8° 29' 44.7980" S / 119° 51' 08.9677" E

8. Daerah Labuh Kapal Layar

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 29' 28.4833" S / 119° 51’ 25.2756" E

2 8° 29’ 28.5227" S / 119° 51’ 08.9280" E25 ha 20 Mtr

3 8° 29' 44.7981" S / 119° 51’ 08.9675" E

4 8° 29' 44.7587" S / 119° 51' 25.3153" E

Page 19: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

19

9. Daerah Kapal Mati

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 29' 34.5289" S / 119° 51' 44.4204" E

2 8° 29' 34.5289" S / 119° 51' 56.4216" E5,8 ha 25 Mtr

3 8° 29' 39.7112" S / 119° 51' 56.4216" E

4 8° 29’ 39.7112" S / 119° 51' 44.4204" E

10. Daerah Labuh Kapal Layar di Pulau Komodo

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

1 8° 34' 31.0208" S / 119° 30’ 38.0103" E

50 ha 25 Mtr2 8° 34' 41.8406" S / 119° 30' 25.7519" E

3 8° 35' 06.2335" S / 119° 30' 47.3277" E

4 8° 34' 55.4135" S / 119° 30' 59.5863" E

MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

5IRO HUKUM,

cama Muda (IV/c) 11023 199203 1 003

Page 20: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

20

LAMPIRAN VKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 898 TAHUN 2018 TANGGAL 31 Mei 2018 TENTANGPENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

PETA TEMATIK ALUR-PELAYARAN MASUK DAN ZONA LABUH DI DI ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO DAN

ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

ALUR-PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN BAJO

1_________1________ 1_________1_________1________ 1_________11

0.0 km

------------- 1-------------

1.0 km

------------- 1---------

2 .0 km

— 1— — i

3 0 km

Page 21: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_898_TAHUN_2018.pdf · sesuai tugas pokok dan fungsinya secara ... Pelayaran (MAPEL) dan disiarkan

21

ALUR-PELAYARAN PULAU KOMODO

r. w « w * v * -«♦, - KD %>’

|| f

jf J *

| Ja

> • **rr\J> \ !>fS k i > / jj .*/ * ».u lB . .v 1999 K ' ' ^ ^

sä.1 %*£>■i - M

I Il J p *A-J * * 1 i•“5t I *-vA, ;■4 /

7 _

V 1.... v ,

Ä Zi"*'4 ^ fOL.'. • '5**Vr f *

• • * ' x v <>». * *l’ U ii. I^ULUlif > '•

* " % £ -C . ^ P | V *< V* ‘V « •’

^ p > r *£ , T . - , ■ 1- ,. 5 } )■

•\v, *. ..... ;A i ;|®fäP,flgF *, * ;if

w 'v T Jv---

f . ICARDINAL BARAT

\A

: -, «, 7 ,..•-*fc/' V"̂11« ■■ ' —— .. v t 4

■ Ä S t ct - x / V

MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

1IRO HUKUM,

I H„ SH. DESS ifama Muda (IV/c)

»1023 199203 1 003