tentang lembaga pers dan penerbitan ama-kupang

17
1 | Page SEKILAS TENTANG LPP AMA-KUPANG Oleh: Simpet Soge*) PP (Lembaga Penerbitan dan Pers) adalah satu-satunya BSO (badan Semi Otonom) dalam kepengurusan AMA-K dan keberadaannya sudah ada sejak terbentuknya AMA- K. Perjalanannya yang baru menempuh masa kepengurusan yang ke-4 di masa kepemimpinan Ama Vitus pun terus dilanjutkan. Tidak sekadar sebagai hiasan belaka dalam stuktur kepengurusan, demikian yang dikatakan Ama Vitus yang sebelumnya juga pernah menduduki posisi ketua LPP. Gerakan LPP selama ini, khususnya dalam masa kepemimpinan Ama Umar, memang sudah terasa dengan lahirnya media terbitan AMA-K dalam bentuk buletin. Merunut ke belakang, kepengurusan tahun- tahun awal memang tidak menghasilkan terbitan, tetapi telah menjadi inspirasi bagi kader selanjutnya dalam menjalankan fungsi LPP yang telah digariskan. Dan meski kepengurusan lalu pun cuma menghasilkan dua L

Upload: simon-soge

Post on 11-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Dokumen ini ditujukan untuk kalangan sendiri

TRANSCRIPT

Page 1: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

1 | P a g e

SEKILAS TENTANG LPP AMA-KUPANG

Oleh: Simpet Soge*)

PP (Lembaga Penerbitan dan Pers) adalah satu-satunya BSO (badan Semi Otonom) dalam kepengurusan AMA-K

dan keberadaannya sudah ada sejak terbentuknya AMA-K. Perjalanannya yang baru menempuh masa kepengurusan yang ke-4 di masa kepemimpinan Ama Vitus pun terus dilanjutkan.

Tidak sekadar sebagai hiasan belaka dalam stuktur kepengurusan, demikian yang dikatakan Ama Vitus yang sebelumnya juga pernah menduduki posisi ketua LPP. Gerakan LPP selama ini, khususnya dalam masa kepemimpinan Ama Umar, memang sudah terasa dengan lahirnya media terbitan AMA-K dalam bentuk buletin.

Merunut ke belakang, kepengurusan tahun-tahun awal memang tidak menghasilkan terbitan, tetapi telah menjadi inspirasi bagi kader selanjutnya dalam menjalankan fungsi LPP yang telah digariskan. Dan meski kepengurusan lalu pun cuma menghasilkan dua

L

Page 2: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

2 | P a g e

edisi, mereka telah menunjukkan keberadaan yang berbeda daripada kepengurusan sebelumnya yng tidak menghasilkan terbitan. Bagi saya sebagai anggota AMA-K, LPP sendiri sebagai lembaga independen telah cukup terbina dalam perjalanannya. Dengan demikian, bibit-bibit yang bergerak dalam penerbitan dan pers pun bisa diharapkan muncul, sehingga ke depannya, keberlanjutan LPP terus berjalan dan terus dipertahankan peranannya karena ia punya kontribusi pula dalam kegiatan AMA-K. Kini, giliran keberadan generasi kitalah yang menentukan bagaimana keberadaan lembaga ini. 1. Pers dan Penerbitan sebagai kebutuhan

Keberadaan LPP sendiri tidak dapat

dipertahankan untuk eksis secara nyata (tidak hanya sekadar nama) tanpa adanya spirit penggerak. Hemat saya, yang menjadi spirit penggerak di sini adalah gagasan tentang perlu adanya lembaga yang membidani urusan lalu lintas informasi.

AMA-K sendiri adalah wadah perhimpunan dari sekian banyak personil yang tidak hanya membeku di tempatnya, tetapi mempunyai gagasan masing-masing entah itu gagasan yang saling sinergis maupun yang saling bertentangan, dan ini tidak dapat dipungkiri. Dari sisi bentuknya gagasan tersebut sangat beranekaragam, meski secara tersirat mengarah ke satu tujuan mulia: ta’an gelekat lewotana.

Di mana tempatnya menampung gagasan-gagasan tersebut? Ada banyak tempat, dan salah satunya

Page 3: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

3 | P a g e

adalah dengan menggunakan tangan satu-satunya BSO kita: Lembaga Pers dan Penerbitan.

Pers penting dibutuhkan untuk keperluan akan adanya informasi. Penilaian tentang pentingnya ‘nilai’ informasi memang berbeda-beda. Bagi seseorang di luar AMA-K, misalnya seorang reporter koran lokal, berlangsungnya kegiatan AMA-K tidak dirasa penting sebagai bahan pemberitaan.

Berbeda dengan anggota AMA-K, informasi sekecil apapun yang paling terkini tentang keberadaan kelompok ini cukup dibutuhkan. Paling kurang, kebutuhan akan informasi tersebut adalah bagian dari keterlibatan seorang anggota untuk mencari tahu dan mengetahui keberadaan kelompok yang diikutinya.

Pada kepengurusan lalu, kebutuhan ini telah diakomodir lewat penerbitan buletin, mading, dan web blog yang berdasarkan penilaian saya belum dikerahkan seutuhnnya. Padahal, lalulintas informasi adalah suatu hal sentral dalam perjalanan kelompok dengan cakupan keanggotaan yang cukup beragam –dalam konteks kita-latar belakangnya. Jika kemanfaatannya dipergunakan seutuhnya, maka pers kita menjadi tempat bergulirnya ide-ide, pikiran-pikiran konstruktif, uneg-uneg, dan juga saluran kreativitas, budaya, dan sejenisnya. Tangan pers cukup mampu dalam hal penyaluran informasi dengan lebih efektif. 2. Kontribusi LPP

Sebuah lembaga tidak selayaknya ada kalau tidak memberikan sumbangan apapun. Sumbangan lembaga memang seharusnya dipisahkan dari kontribusi orang per orang. Dengan demikian, lembaga bisa

Page 4: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

4 | P a g e

diharapkan berfungsi sebagai lembaga, tidak sekadar sebagai ruang partisipasi perseorangan.

Terhadap anggota LPP, maka kontribusi lembaga terutama sebagai wadah praktik kerjasama dan melatih ketrampilan jurnalistik. Di pihak pengurus AMA-K, LPP dapat dijadikan corong komunikasi yang cukup efektif, dan juga bisa menjadi media penyampaian pesan. Sedangkan bagi anggota AMA-K, LPP dapat dijadikan sarana untuk berekspresi, menyampaikan pandangan serta uneg-uneg yang tidak sempat disampaikan pada kesempatan tatap muka langsung atau media lain. Sedangkan bagi anggota senior, publikasi LPP dapat dijadikan alternatif terpercaya untuk memonitor aktivitas organisasi serta menyampaikan pendapat atau pandangan tentang berjalannya organisasi. 3. Pembinaan

Suatu hal yang belum dirinci, tetapi dirasa menjadi kebutuhan penting dalam LPP adalah menyiapkan generasi baru penerus kegiatan pers dari kalangan anggota.

Hal ini diakomodir jika keterlibatan LPP cukup maksimal dalam rangkaian kegiatan pembinaan. Di sana, LPP bisa mengenal potensi kader binaan, mengetahui kekuatan masing-masing dan bisa membuat perencanaan realistis tentang pengembangannya. Di sinilah posisi pihak LPP sebagai pengarah bagi kalangan anggota, terutama anggota yang hendak berbina dalam bidang pers.

Pembinaan di LPP dapat dilihat sepintas sebagai pembinaan formal dan pembinaan informal meski belum mulai dikembangkan. Pembinaan formal

Page 5: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

5 | P a g e

biasanya digabungkan dalam materi pembinaan formal organisatoris, sedangkan pembinaan informal dilakukan di luar itu. Sejauh pengamatan saya, pembinaan formal masih diberikan secara umum sehingga masih mengikuti irama pembawaan materi sesuai dengan ketrampilan rata-rata peserta. Artinya, belum terlalu memperhatikan kepentingan pengembangan lebih lanjut untuk membina kader yang telah lebih siap terlibat di medan pers organisasi.

Pembinaan secara informal belum jauh pula dikembangkan. Selama ini, pembinaan mengambil konsep bahwa proses pembinaan akan berjalan sendiri serempak dengan kegiatan pers yang sesungguhnya. Padahal, kalau mau lebih efektif, maka orang yang terjun ke pers adalah orang yang telah benar-benar siap sehingga kegiatan pers dapat berjalan optimal. Di lapangan, praktisi perslah yang banyak tahu tentang seluk-beluk kegiatan pers. Meski demikian, untuk kebutuhan dalam kelompok organisasi, LPPlah yang mengemban tanggungjawab pembinaan meski belum dirinci secara tegas dalam job description.

Di AMA-K, pembinaan ini telah diakomodir mula-mula dalam materi-materi pembinaan yang bersifat umum, disertakan dengan materi pembinaan lainnya. Jadi, demi keberadaan dan perjalanan LPP, dipandang perlu untuk menyertakan materi pers secara tetap dan berkesinambungan dalam kegiatan MPAB maupun MPK pada setiap angkatan. Biasanya, jenis pembinaan ini hanyalah pengenalan saja secara umum seperti pemaparan materi-materi lain yang memang hanya berlangsung singkat selama 1 sampai 2 jam. Hal ini mutlak tidak bisa dikatakan sebagai pembinaan yang

Page 6: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

6 | P a g e

sesungguhnya karena sifatnya yang terbatas, terutama dari segi waktu. Apalagi selama ini, materi maupun pemateri yang menyampaikannya melakukannya secara mandiri, tanpa ada keterkaitan dengan bagian LPP sebagai lembaga tersendiri.

Ke depannya, kesiapan LPP untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan terkait ketrampilan praktis apa yang perlu untuk menghidupkan pers kelompok organisasi ini penting untuk menjadi pedoman pembawaan materi, atau sekurang-kurangnya mendapat perhatian dalam pembawaan materi ini. Diandaikan di sini bahwa misi pembawaan materi dalam kegiatan pembinaan formal, selain untuk penguatan kapasitas pribadi tiap anggota, juga untuk kepentingan praktis mempersiapkan anggota untuk terlibat dalam pers kelompok organisasi. Dengan demikian, perincian kebutuhan-kebutuhan internal sangat mungkin bisa diketahui oleh pihak yang memegang peranan dalam pers itu, yakni pihak LPP sebagai lembaga. Jadi, secara praktis, komunikasi antara pihak LPP dengan pemapar materi harus dibangun supaya ada kesinambungan dalam kerjasama untuk kepentingan penyusunan konsep pembinaan pers yang berkesinambungan. Bila perlu, kebijakan pembinaan seperti itu dipercayakan kepada LPP untuk membuat konsepnya.

a. Pembinaan vs kegiatan penerbitan, digabungkan atau dipisahkan?

Konsep pembinaan serempak dengan kegiatan

penerbitan sesungguhnya identik dengan sistim pemagangan yang mulai diperkenalkan dalam industri-

Page 7: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

7 | P a g e

industri di Jerman. Di sini, proses produksi masih sederhana dan masih bisa diikuti. Jadi, konsep ini pun bisa dijalankan untuk kepentingan jangka pendek dan pengaturannya mesti lebih diperhatikan untuk disesuaikan dengan kegiatan inti sehingga tidak mengganggu kegiatan inti itu sendiri. Untuk jangka panjangnya, hal ini sulit diwujudkan. Sedangkan untuk kepentingan jangka pendek, maka yang dipentingkan adalah kegiatan teknisnya, dimana kegiatan pengembangan pers sendiri masih harus diarahkan lagi.

Kegiatan teknis tentu saja bisa mudah diikuti. Misalnya, untuk pembuatan layout, dapat dipakai layout yang sudah tersedia dan tinggal dimodifikasi. Tetapi untuk membuat model layout yang lain, tentu saja butuh latihan yang lebih jauh.

Konsep pemberian latihan di luar kegiatan tidak mungkin berjalan dalam sistem ini. Jadi, dalam sistem serupa pemagangan ini, kegiatan penerbitan itu dengan sendirinya merupakan pelatihan. Dengan pengulangan, maka alur kegiatan bisa menjadi contoh yang langsung ditiru tepat seperti yang ditunjukan dalam contoh. Untuk ketrampilan teknis yang hampir mekanis, ini mudah diikuti, tapi untuk pengembangan konsep penerbitan umum, mesti ada pihak luar yang secara ketat harus mendampingi.

Di lain pihak, kegiatan LPP, terutama kegiatan penerbitan adalah kegiatan praktikal. Tidak ada tempatnya untuk membicarakan konsep di luar kegiatan penerbitan. Jadi, konsep pembinaan bisa dipisahkan dari kegiatan penerbitan itu sendiri mengingat sumber daya yang dikerahkan sudah cukup besar.

Page 8: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

8 | P a g e

Kaderisasi informal berlangsung tanpa program terinci yang telah diperkenalkan sebelumnya kepada segenap anggota kelompok, misalnya melalui rapat-rapat rutin. Kaderisasi seperti ini mungkin saja bisa berlangsung di luar LPP, di mana setiap orang dengan kesadaran sendiri bersedia membina diri di luar kegiatan rutin dan bisa menggunakan keterampilannya itu untuk kepentingan pengembangan LPP lebih lanjut. Kegiatan seperti ini mungkin saja berlangsung di luar pengetahuan LPP sendiri, tetapi sumbangannya kepada LPP bisa berguna, selain untuk membantu secara teknis, juga untuk memperkenalkan hal-hal baru yang diperoleh di luar dan bisa bermanfaat bagi LPP.

Keberadaan sekretariat sendiri pun sebenarnya dapat diberdayakan untuk kepentingan pembinaan LPP. Di sana dapat direncanakan kegiatan-kegiatan secara terjadwal untuk melakukan pembinaan pers bagi yang berminat, dan sebaiknya disinkronkan dengan kegiatan pembinaan formal yang telah berlangsung. Hal ini bisa pula dipandang dari kepentingan menghidupkan sekretariat dengan aktivitas yang berguna bagi LPP.

b. Kerjasama.

Kerjasama adalah unsur yang cukup urgen. Tidak dapat dipungkiri bahwa bibit-bibit awal yang bergerak di bidang pers organisasi kita mulanya berkembang dulu di luar, dan dapat dikatakan bahwa LPP hanya memanen hasil yang sudah ditanam di luar. Ini tidak berlebihan dan tidak pula aneh mengingat orang yang aktif di kelompok ini pun sebelumnya pernah aktif

Page 9: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

9 | P a g e

di kelompok kategori lain yang mungkin ada kegiatannya yang serupa.

Kenyataan ini membuktikan bahwa perkembangan LPP sendiri tidak lepas dari campur tangan pihak lain yang telah mendidik dan menghasilkan bibit-bibit siap pakai dalam skala organisasi kita. Serupa dengan ini, pembinaan di LPP pun tidak melulu untuk kepentingan LPP semata. Seperti konsep pembinaan kader secara umum yang mesti didistribusikan kembali, maka kompetensi yang telah diperoleh setelah berbina di LPP pun nantinya akan berguna pula bagi orang yang terlibat untuk mengembangkannya di medan lain.

Dengan kesadaran sendiri bersedia membina diri di luar kegiatan rutin LPP dan bisa menggunakan keterampilannya itu untuk kepentingan pengembangan LPP lebih lanjut. Kegiatan seperti ini mungkin saja berlangsung di luar pengetahuan LPP sendiri, tetapi sumbangannya kepada LPP bisa berguna, selain untuk membantu secara teknis, juga untuk memperkenalkan hal-hal baru yang diperoleh di luar dan bisa bermanfaat bagi LPP.

Konsep kerjasama ke luar ini dapat diperluas dengan mengajak kelompok-kelompok lain bekerjasama dalam membuka keterisolasian informasi, dalam kepentingan pemberitaan. Pertukaran informasi antar kelompok melalui pertukaran berita-berita jurnalistik adalah hal yang perlu pula dipikirkan. Begitu pula kerjasama dalam kelompok pun mesti dibangun. Misalnya antara pers dan bidang-bidang dalam organisasi, dimana tiap bidang yang berkepentingan dalam penyalluran informasi dapat memanfaatkan

Page 10: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

10 | P a g e

tangan pers untuk peyebarluasannya, dan dengan demikian ikut membesarkan pers. 4. Anggota Pers

Anggota pers sendiri merupakan anggota AMA-K yang memang berasal dari latar belakang yang berbeda. Masing-masing anggota pers memiliki kekhasan yang nantinya disumbangkan untuk menjalankan kegiatan.

Di LPP, orang yang terlibat adalah orang yang siap mengabdi, dan berusaha menggunakan kemampuannya untuk misi itu. Sumbangan kemampuan tentu saja berbeda-beda: di tingkat profesional, banyak kalangan pers di kota Kupang yang bisa membantu membesarkan pers tingkat pemula seperti kita. Mereka bisa dijadikan pembina. Di tingkat LPP sendiri, pada komando pertama adalah ketua, tugasnya mengkoordinasikan dan mensinergikan segenap potensi sehingga terus berjalan searah. Di jajaran berikutnya, kader-kader yang siap mengabdi untuk pers harus siap berkarya: mulai dari para redaktur sampai yang menangani keuangan dan distribusi. Dari yang berurusan dengan dengan penuangan konsep dan pikiran dengan tinta dan potongan kertas sampai yang mengurus cover dan penjilidan.

Hal yang paling berbahaya dalam hidup adalah ketidaktahuan dalam praktek. Demikian seorang filsuf pernah berucap. Ini memang hampir berlaku dalam segenap lapangan, tidak ketinggalan pula dalam kegiatan penerbitan oleh LPP.

Page 11: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

11 | P a g e

Kegiatan penerbitan, meskipun sederhana, tetapi dalam perjalanannya memang melibatkan sejumlah orang dengan bakat dan pembawaan yang berbeda-beda. Tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan kerja team supaya kegiatan dapat berjalan lancar. Team bekerja dalam satu misi, misalnya menerbitkan buletin. Tapi peran masing-masing mesti dimainkan, yang antara satu dengan yang lain berbeda, sesuai kebutuhan LPP dan kesesuaian dengan kemampuan dan kesediaan masing-masing.

Tidak mungkin bagi seseorang untuk mengadakan sendiri kegiatan ini dan sekalian menjalankannya secara single. Jadi, setiap orang yang terlibat hendaknya mengetahui apa tugasnya dan apakah itu sesuai dengan kompetensinya. Aktivitas apapun memang harus diimbangi dengan kompetensi. Dalam melaksanakan kegiatan, alangkah baiknya kalau yang terlibat cukup diandalkan kompetensinya terkait apa tugasnya, sehingga kegiatan dapat berjalan maksimal. Dan yang terpenting adalah bagaimana masing-masing personil tahu apa tugasnya.

Di sini pembagian tugas menjadi hal yang wajib dilakukan dan disosialisasikan dengan baik. Dengan perincian yang dilengkapi dengan aktivitas spesifik dan timingnya, maka setiap orang dapat memastikan apa yang dilakukannya dan dengan demikian ia bisa menyumbang kemampuannya.

Semua tidak melakukan pekerjaan serupa tetapi tujuannya sama. Dari setiap kemampuan yang berbeda itu, tidak diragukan lagi bahwa kemampuan ini bisa dipakai untuk gelekat lewo.

Page 12: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

12 | P a g e

Tanpa kerja layout, tampilan buletin tidak akan menarik. Tanpa distribusi, buletin hanya akan tertumpuk di sekretariat tanpa ada yang membaca. Tanpa kerja bagian usaha atau ekonomi, pencatatan keuangan kacau-balau dan target penerbitan yang terbaik susah dicapai. Dan tanpa editor, banyak bertebaran kesalahan-kesalahan di tiap halaman dan bahasa tulisannya pun kacau balau. Dan tanpa reporter, siapa yang melaporkan kejadian di lapangan?.

Misalnya saja, yang saya perlukan saat ini adalah beberapa editor yang bisa dipercaya menanangi isi tiap rubrik. Tugas mereka terutama adalah menjamin ketersediaan bahan dari rubrik yang bersangkutan. Pekerjaannya di sini, antara lain kalau ia sendiri tidak bisa bertanggungjawab mengadakan bahan sendiri, maka ia bisa menghubungi orang lain untuk menyumbang pengadaan bahan untuk rubrik yang ia asuh.

Di MIMBAR sendiri hanya ada beberapa rubrik dan rubrik yang paling sukar pengadaannya adalah rubrik opini. Sedangkan rubrik lainnya, materinya cukup melimpah. Kelemahan kami adalah bahwa kegiatan penerbitan ini masih merupakan sebuah awal yang tertatih-tatih sehingga belum ada tradisi yang bisa diwariskan.

Sebagai seorang mahasiswa, banyak di antara peran-peran di atas dapat kita lakukan. Setiap orang, dalam porsinya masing-masing menyumbang menyumbangkan kemampuannya.

Page 13: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

13 | P a g e

5. Struktur organisasi.

Seperti yang diuraikan dalam job description, pengurus inti LPP terdiri dari satu orang ketua, satu orang sekretaris, dan satu orang anggota.

Di bawah struktur ini mesti dibentuk kepengurusan untuk pelaksanaan kegiatan teknis, yaitu melaksanakan program kerja yang sudah disusun. Program pokoknya adalah penerbitan sehingga struktur kepengurusan penerbitan pers pun mesti disusun. Selain itu, ada struktur pembantu yaitu bagian dokumentasi yang diletakkan sejajar dengan struktur penerbitan. Menyangkut struktur penerbitan, ini mengikuti struktur penerbitan pers yang umum. Ada bagian redaksi, ada bagian produksi, ada bagian usaha. Semuanya punya pekerjaan sendiri-sendiri yang bisa diuraikan tersendiri.

Salah satu kelemahan dalam penerbitan pers kita adalah bahwa biasanya pihak redaksilah yang lebih banyak bekerja, bahkan melakukan pula kegiatan lainnya. Ini mungkin terjadi karena didasari oleh kesalahpahaman bahwa hal kegiatan penerbitan adalah kegiatan redaksi semata. Padahal sesungguhnya, kegiatan penerbitan adalah banyak pekerjaan yang tidak bisa ditangani redaksi sendiri.

Redaksi hanya berurusan dengan isi dari media, yaitu isi rubrik-rubrik, bukan aspek lain tentang penyebaran buletin, bentuk dan tampilannya, hal keuangan dan lain-lain. Hal tersebut adalah urusan lain yang bisa saja sulit ditangani pihak redaksi, bisa karena keterbatasan waktu ataupun keahlian.

Jadi, redaksi adalah pihak yang telah mendalami hal ide-ide dan informasi yang penting di

Page 14: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

14 | P a g e

kalangan kelompok dan mampu menuangkan serta menyeleksi secara baik dalam media tulisan. Cukup. Di situlah wilayahnya, dan dalam batas-batas itulah ia bisa beraktivitas. Di luar itu, pekerjaan lainnya sukar ditangani secara baik, sehingga pasti butuh pihak lain. Hal ini telah terbukti selama ini bahwa kegiatan penerbitan berjalan tersendat-sendat karena banyak hal ditangani oleh pihak redaksi sendiri. Ini diakibatkan oleh kesalahan anggapan bahwa kegiatan penerbitan adalah kegiatan redaksi semata.

Memberdayakan bagian lain dalam struktur adalah hal yang penting. Sebagai misal, pihak redaksi bisa saja diisi oleh tiap kepala bidang dalam lingkup AMA-K dengan posisi sebagai redaktur khusus. Dan untuk menghadirkan tulisan, alangkah baiknya kalau setiap informasi maupun diskusi di kalangan segenap pihak dilaporkan pula dalam bentuk tertulis, tidak sekadar tuturan lisan.

Jika segenap komunikasi diselenggarakan dalam bentuk tulisan, maka kepentingan komunikasi akan terkristalisasi secara lebih baik dan lebih mudah tersebar melalui media.

Kesadaran menggunakan media hasil terbitan di kalangan anggota memang masih kurang, terbukti belum banyak dimanfaatkan serta didukung. Padahal ini adalah hal yang penting, mengingat persebaran informasi kita hanya terbatas pada adanya kesempatan tatap muka yang memang terbatas ini. Dalam kepengurusan, terjadi kerjasama antar pihak dengan ketrampilan berbeda, sedangkan di pihak redaksi dapat berlatih kemampuan menulis maupun hal jurnalistik lainnya.

Page 15: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

15 | P a g e

. 6. Sarana

Suatu kegiatan akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan tidak berjalan tanpa adanya sarana. Demikian pula kegiatan penerbitan. Karena merupakan lembaga tersendiri, maka idealnya, LPP mesti mengadakan atau mempunyai sendiri, setidaknya dalam jangka waktu kegiatan. Demi kelangsungan kegiatan, setidak-tidaknya beberapa sarana ini mesti ada:

a. Tempat kegiatan. Sebaiknya berlokasi di tempat yang mudah

dijangkau oleh siapapun yang mesti terlibat dalam kegiatan. Biasanya adalah sekretariat lembaga sendiri, atau salah satu tempat yang dipikirkan ideal untuk berjalannya kegiatan yang melibatkan sejumlah orang. Kalau terletak di sekretariat, sebaiknya letaknya dipisahkan dari ruangan badan pengurus, supaya kegiatan keduanya tidak saling mengintervensi.

Hal yang perlu lagi dipikirkan adalah menyangkut efisiensi kegiatan. Selama kegiatan, ada kemungkinan lebih efisien untuk dijalankan di tempat lain, mungkin di tempat salah satu pengurus, atau tempat dengan sarana seperti rental komputer untuk kepentingan layout.

Tetapi untuk kegiatan seperti rapat redaksi dan kegiatan yang butuh kehadiran banyak orang, tempat yang paling efisien adalah sekretariat. Kegiatan lainnya seperti pembuatan konsep wawancara, penulisan teks dan lain-lain bisa dilakukan di tempat masing-masing orang berada, dimana hal ini bisa dikomunikasikan kemudian.

Page 16: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

16 | P a g e

Tempat kegiatan dipergunakan pula untuk menyimpan dokumentasi kegiatan agar mudah diakses. Semua dokumentasi kegiatan, agar mudah diikuti, sebaiknya disimpan di sekretariat supaya semua pihak dalam LPP dapat mudah aksesnya ke tempat itu tanpa dibatasi ketidakhadiran anggota lainnya.

Tentang menghidupkan kegiatan pers di AMA-K, kita bisa manfaatkan ini untuk membagi dan melatih serta membiasakan kegiatan menulis maupun penerbitan. Pengalaman bagi yang sudah memperolehnya dibagikan di sini.

Misalnya, di beberapa kampus atau sekolah tertentu, kegiatan penerbitannya hidup, sedangkan di tempat lain tidak diperhatikan sama sekali. Bagi yang kegiatan persnya hidup, ia bisa berbagi pengalamannya atau giat di penerbitan supaya bisa menularkan kemampuannya kepada orang lain. Hal sebaliknya pun bisa dilakukan. Jika pers di kalangan organisasi cukup hidup, maka mahasiswa ataupun pelajar dapat belajar darinya dan bisa punya kemampuan untuk menyelenggarakan kegiatan penerbitan di tempat masing-masing.

Jadi, sekretariat bisa dipakai sebagai tempat belajar dan bertukar ketrampilan, hal mana yang tidak dipelajari di tempat masing-masing. Namun aktivitas seperti ini akan berjalan bagus kalau saja keadaan sekretariat sebagai tempat belajar cukup kondusif dan keterlibatan peserta cukup. Ketrampilan teknis seperti ini pun bisa diperoleh hanya dengan pelatihan dan pembiasaan yang terus menerus.

b. Dokumentasi.

Page 17: Tentang Lembaga Pers dan Penerbitan AMA-Kupang

17 | P a g e

Dokumentasi adalah hal yang paling penting. Informasi tentang lembaga, kegiatan lembaga, baik proses, hasil, maupun sistemnya didokumentasikan di sini.

Informasi yang terdokumentasi dengan baik akan sangat membantu berjalannya kegiatan selanjutnya bahkan sampai ke generasi berikuta. Untuk proses penerbitan misalnya, semua langkah kegiatan dan pedoman-pedoman praktis semuanya bisa disimpan untuk kemudian dipresentasikan seandainya ingin dialihkan ke pihak lain. *) Mantan Ketua LPP AMA-Kupang