tenggelamnya kapal van der wijck
DESCRIPTION
the synnopsisTRANSCRIPT
M Hammam Faishal F
Pend. Dokter
Tugas Review
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Film ini bercerita tentang kisah cinta dua insan, tapi dipisahkan oleh tradisi
adat. Ada dua adat yang ada dalam novel ini yaitu Budaya Minangkabau (Padang)
dan budaya bugis (Makasar). Yang mana tradisi adat tersebut tidak sesuai dengan
dasr-dasar islam ataupun akal budi yang sehat.
Kisah ini berawal dari seorang anak yatim piatu yang bernama
Zainuddin.yang merantau ke tanah kelahiran ayahnya yaitu di Minangkabau
khususnya daerah batipu, daerah yang tak lekang oleh waktu dan tak lapuk oleh
zaman. Dahulu ayahnya adalah seorang Minangkabau asli, beiau di asingkan dan
dibuang ke Makassar karena telah membunuh seseorang kerabat yang dikarenakan
hanya karean sebuah warisan. Ayah Zainuddin akhirnya hidup disana dan menikah
dengan wanita Bugis, yang mana akhirnya meninggal di Makassar sebelum akhirnya
meninggal pula ibunya.
Setelah kepergian ayah dan ibundanya akhirnya Zainuddin pun pindah dan
merantau ke tanah kelahiran ayahnya yaitu Minangkabau tepatnya di desa batipuh.
Zinuddin tinggal di batipuh menginap dirumah Mak Base, yang mana Mak Base ini
adalah teman ayahnya Zainuddin sewaktu tinggal di Batipuh. Ketika si Zainuddin
tinggal di Minangkabau ia mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan
dikarenakan Zainuddin adalah campuran antara adat Minangkabau dan Bugis.
Suatu ketika Zainuddin tengah mengangkat kayu di jalan, kemudian mata dia
tertuju oleh seorang wanita yang tak lain adalah Hayati. Anak seorang pemuka adat
di Minangkabau yang sangat menjunjung tinggi adat dan istiadat di daerahnya.
Kemudian si Zainuddin memberanikan diri untuk berkenalan dengan si Hayati, yang
mana pada akhirnya Zainuddin sukses untuk memperkenalkan dirinya dengan si
Hayati. Hari demi hari dilaluinya di tanah datar itu, sampai pada suatu malam
Zainuddin berangkat ke Masjid karena untuk mengikuti pengajian, sepulangnya dari
masjid dia bertemu dingan si Hayati yang pada waktu malam itu terjadi hujan,
sehingga mereka berdua berteduh di bawah warung. Zainuddin kemudian
menawarkan untuk meminjamkan paying kepada Hayati, kemudian Hayati pun
menerimanya serambi memberika ucapan terima kasih dan tersenyum kepadanya.
Mulai dari kejadian itulah timbul rasa diantara keduanya. Zainuddin pun menjadi
rajin menulis sebuah karya sastra baik itu puisi ataupun bait-bait syair, yang
kemudian Zainuddin mengirim surat kepada Hayati dengan maksud untuk lebih
mengenal sosok wanita yang ia cintai tersebut.
Orang tua Hayati akhirnya tau akan hubungan yang dijalin oleh anaknya
dengan Zainuddin si anak perantau. Mendengar hal ini orang tua Hayati mengambil
langkah cepat dan tegas untuk mengakhiri hubungan diantara keduanya. Sampai
akhirnya pada suatu hari ayah dari Hayati memanggil Zinuddin ke dalam siding adat.
Zainuddin di cercai beberapa pertanyaan seputar masalah hunungan Hayati dengan
dirinya. Setelah introgasi dengan Zainuddin selesai akhirnya ayahnya mengusir
Zainuddin dari tanah Batipuh.
Zainuddin akhirnya memutuskan untuk pergi ke daerah Padang Panjang yang
letaknya tidak jauh dari Batipuh atau sekitar 10 KM. tetapi sebelum pergi merantau
ke Padang Panjang, Hayati menemui Zainuddin di sebuah danau dan menyatakan
perasaan dan janjinya yang mana Hayati akan setia dan tetap suci untuk menunggu
Zainuddin sampai akhir hayatnya. Kemudian Hayati memberikan selendang putihnya
kepada Zainuddin yang kelak akan mengingatny suatu saat ketika Zainuddin rindu
kepadanya.
Dalam perantauan Zainuddin di Padang Panjang ia tidak putus komunikasi
dengan Hayati yaitu dengan cara berkirim surat. Zainuddin tinggal di Padang
Panjang bersama Mande Jamilah yang mana Mande Jamilah ini adalah seorang yang
ia kenal dari Mak Base. Dirumah Mande Jamilah ini Zainuddin tinggal bersama
anaknya Mande Jamilah yaitu Buluk. Anaknya Mande Jamilah ini berbeda jauh
dengan sifat Zainuddi yang terkenal dengan kesabaran dan kemurahan hatinya, si
Buluk ini adalah seorang preman di Padang Panjang yang jarang sekali tinggal di
rumah dan lebih senang menghabiskan waktunya di pasar untuk berjudi dan
meminum minuman keras bersama kawan-kawanya. Pada suatu saat saudara Hayati
yang bernama Khadijah yang tinggal di Padang Panjang mengundang Hayati untuk
menonton pacuan kuda di Tanah Panjang. Zainudin yang mendengar hal ini
kemudian mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan sag kekasih hatinya yaitu
Hayati. Beberapa persiapan pun telah ia lakukan seperti mencukur rambutnya
meskipun yang mencukurnya adalah Buluk dikarenakan mahanya ongkos cukur
rambut.
Hari Pacuan kudan pun akan segera dimulai, Hayati berangkat ke Padang
Panjang bersama Khadijah dengan mengendarai sebuah delman. Hayati tinggal di
rumah Khadijah yang terletak tidak jauh dari rumah Mande Jamilah. Hayati bertemu
dengan kakanya Khadijah yang bernama Aziz. Awalnya Hayati tidak terlalu
memperdulikan kehadiran Aziz, sampai pada akhirnya Aziz pun jatuh cinta kepada
Khadijah. Pada saat hari dimana pacuan kuda dimulai Hayati yang berangkat bersam
keluarga Khadijah bertemu dengan Zainuddin. Alangkah kagetnya Zainuddin yang
melihat Hayati memakai busana yang modern, tidak seperti yang ia pakai yaitu baju
kurung.
Pertemuan antara Zainuddin dengan Hayati tidak berjalan mulus seperti yang
ia harapkan. Keluarga Khadijah menghina hina Zainuddin dikarenakan penapilan
Zainuddin yang terlihat kampungan, tidak seperti mereka yang jauh lebih modern.
Akhirnya Hayati pulang ke Batipuh dengan perasaan yang tidak enak. Zainuddin
mengirim surat ke Hayati dengan maksud untuk menghibur hayati.
Keluarga Khadijah mengambil inisiatif untuk melamarkan Aziz dengan
Hayati. Berita ini pun didengar oleh Zainuddin yang pada akhirnya mengirimkan
surat lamaran juga terhadap hayati. Setelah kedua surat lamaran diterima oleh
kluarga Hayati, ayah Hayati yang tak lain adalah seorang ketua adat. Sidang
musyawarah digelar oleh ketua adat untuk menentukan siapakah calon yang akan
menikahi Hayati. Setelah kata mufakat dicapai akhirnya terpilihlah Aziz sebagai
calonya. Ayah Hayati meminta pendapat dari Hayati, tapi pada dasrnya Hayati
sangat terpukul dengan keputusan itu, tetapi karena dikarenakan dia mengormati dan
patuh pada plihan orang tuanya, dengan berat hati dan rasa sakit yang dalam
akhirnya Hayati menerima lamaran dari Aziz.
Zainuddin yang telah mendamba-dambakan sosok Hayati yang akan menjadi
istrinya mendengar berita bahwa lamaran ia ditolak langsung berkata-kata dengan
tidak kepercayaan dikarenakan yang Hayati terima adalah Aziz. Zainuddin
mengalami tekanan batin yang dalam, sehingga ia harus terkapar di atas tempat
tdurnya selama 2 bulan lamanya. Dokter yang menangani penyakit Zainuddin merasa
heran karena penyakit yang dideritanya tak lain adalah pikiran yang tak menentu dan
harus menerima penenganan khusus. Ketika disarankan untuk Hayati agar bertemu
dengan Zainuddin. Tetapi pernikahan antara Hayati dan Aziz pun telah
dilangsungkan. Berkat saran dari dokter akhirnya Hayati akhirnya berkunjung untuk
menjenguk Zainuddin.
Tapi apa yang didapat oleh Zainuddin ketika melihat dambaan hatinya telah
menjadi milik Aziz. Zainuddin mengalami gejolak yang begitu besar karena merasa
telah dihianati oleh sumpah palsu yang keluar dari mulut Hayati sebelum ia merantau
ke Padang Panjang. Buluk yang menjadi teman sejatinya Zainuddin akhirinya
menasihati dan memberikan semangat kepada Zainuddin yang telah merasa putus asa
karena telah mengalami putus cinta.
Zainuddin memutuskan untuk memulai perjalan hidupnya lagi dengan berniat
untuk merantau ke Batavia yang tak lain adalah Jakarta. Buluk pun berniat untuk
menemani Zainuddin untuk merantau dengan menawarkan menginap di tempat
temanya yang sedang bekerja di percetaka media masa di Batavia. Zainuddin dan
Buluk berankat ke Jakarta dengan berbagai angan dan mimpi yang besar
Media masa yang bersedai menampilkan hasil karya-karya Zainuddin
akhirnya mendapatkan keuntungan yang luar biasa karena tanggapan positif dari para
pembacanya yang setia untuk menunngu kisah kelanjutan dari karya Zainuddin yang
tak lain adalah kisah perjalanan asmaranya dengan Hayati. Karena telah berjasa
besar untuk perusahaan media cetak yang menerbitkan karyanya itu, Zainuddin
diberikan kepercayaan untuk menangani kantor cabang di Surabaya dengan
ketentuan bagi hasil, Zainuddin menerimanya dengan senang dan sepenuh hati.
Petualangan Zainuddin dan Buluk dimulai lagi dengan tinggal di Surabaya.
Akhirnya mereka berdua memiliki harta yang berlimpah banyaknya, atas hasil karya-
karya Zainuddin yang sangat mencuri perhatian dan antusias para pembacanya.
Sampai dimana suatu saat Hayati membaca karya Zainuddin yang persis seperti yang
di alaminya. Hayati dan suaminya Aziz ikut pindah juga ke Surabaya, karena
kebiasaan Aziz yang buruk yaitu sering berjudi dan meminum minuman keras
akhirnya kehidupan mereka berdua mearat berbeda jauh dengan Zainuddin dan
Buluk yang sukses sejahtera.
Zainuddin mengetahui keberadaan Hayati di Surabaya dari perkumpulan
orang-orang Minangkabau di Surabaya. Ia berniat untuk menggelar Opera hasil
karyanya secara besar besaran untuk menunjukan kepada Hayati atas kesuksesanya.
Zainuddin selama tinggal di Surabay memilik nama panggilan yang baru yaitu tuan
Shabir. Setelah menggelar Operanya itu akhirnya Zainuddin dan Hayati bertemu,
tetapi dalam batasan persahabatan yang di ikrarkan oleh Hayati sebelumnya. Betapa
terkejutnya Hayati dan Aziz atas kesuksesan Zainuddin yang dahulu mereka hina dan
caci maki.
Aziz pun berniat yang tidak baik yaitu ingin meminajam uang kepada
Zainuddin dengan alasan untuk pekerjaanya, padahal uang yang ia pinjam itu untuk
di hamburkan dan berfoya-foya di dalam perudianya, karena ia telah berhutang
kepada Bandar dengan amat babnyaknya sehingga perhiasan yang dimiliki oleh
istrinya yaitu Hayati habis digunakanya untuk menebus hutnagnya itu.
Setelah harta dan rumah seisinya habis akhirnya Aziz dan Hayati berniat
untuk menginap di rumah Zainuddin. Pada waktu itu dengan kedermawanan
Zainuddin ia menerima dengan baik hati kehadiran keduanya di dalam rumahnya.
Hari demi hari berlalu Aziz yang dulu menghina hina Zainuddin akhirnya jatuh sakit
dan memutuskan untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi. Dengan berat hati
Zainuddin melepasnya tapi tidak dengan Haytai yang disuruh untuk tetap tingal di
rumahnya Zainuddin. Selang bergantinya waktu akhirnya Aziz menyadari bahwa
Hayati lebih pantas untuk hidup bersama Zainuddin ,ia pun memutuskan untuk
membunuh diri.
Surat Aziz yang dituliskan olehnya sebelum kematianya telah sampai ke
tangan Hayati dan Zainuddin. Mereka pun menyesali atas terjadinya kejadian ini, dan
Hayati memutuskan untuk tinggal bersama Zainuddin, tetapi Zainuddin berkata lain,
ia berniat untuk memulangkan Hayati ke tanah Batipuh. Dengan berat hati Hayati
pun menerima keputusan itu. Pada akhirnya ia menumpangi kapal Van Der Wijck
yang berangkat dari Surabaya menuju pelabuhan Tanjung Priuk (Jakarta) dank ke
Padang Sumatera Barat. Tapi naas lh yang di dapat oleh Hayati, kapal yang ia
tumpanginya karam di daerah perairan Cirebon. Zainuddin dan Buluk mendengar
berita ini langsung menyusulnya menuju rumah sakit Cirebon tempat Hayati di
rawat.
Apa daya Zainuddin yang ingin mengubah niatnya untuk menjadikan Hayati
seorang istri, dikalahkan oleh kesehatan Haytai yang semakin memburuk dari hari ke
hari. sampai pada akhirnya Hayati meninggal dunia untuk selamanya. Zainuddin
sangat menyesali keputusanya. Dan pada akhir kisah ini Zainuddin mendirikan panti
asuhan yatim piatu “Hayati”. Tetapi keadaan Zainuddin tidak semulus biasanya, ia
mengalami sakit sakitan, hingga akhirnya ia meninggal dunia dan dikuburkan di
samping kuburan Hayati.