tenaga kerja, kesempatan kerja · web viewpada tabel xii-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan...

115
TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJADAN TRANSMIGRASI

Page 2: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat
Page 3: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

BAB XII

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJADAN TRANSMIGRASI

A. TENAGA KERJA

1. Pendahuluan

Masalah ketenagakerjaan dalam pembangunan Indonesia hingga kini masih merupakan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan, mengingat semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang memasuki pasar kerja. Hal ini berkaitan dengan upaya penyediaan dan penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan mutu tenaga kerja serta upaya perlindungan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam kurun waktu Repelita V terus diusahakan peningkatan dan pemantapan berbagai kebijaksanaan secara terpadu untuk mendorong perluasan kesempatan kerja, baik yang bersifat umum, sektoral, regional maupun yang bersifat khusus.

Kebijaksanaan umum merupakan arahan untuk menciptakan kondisi dan suasana yang memberi ruang gerak sebesar-besarnya bagi para pelaku ekonomi. Dalam kaitan ini maka deregulasi dan debirokratisasi dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi yang ditempuh sejak tahun 1983 merupakan upaya untuk menciptakan,

XII/3

Page 4: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

mengembangkan dan membina sistem ekonomi untuk bekerja secara efisien dan efektif dalam menunjang pembangunan jangka panjang. Deregulasi di bidang keuangan dan perbankan telah merangsang tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga keuangan yang telah memegang peranan penting bagi penciptaan lapangan kerja baru. Debirokratisasi di bidang investasi juga telah mendorong penanaman modal yang meningkat, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman'Modal Dalam Negeri (PMDN).

Kebijaksanaan sektoral mengarahkan agar perkembangan di berbagai sektor sejauh mungkin berorientasi kepada perluasan lapangan kerja yang mendorong pergeseran struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Kebijaksanaan sektoral ditujukan agar pola produksi dan teknologi yang dipilih sesuai dengan tuntutan efisiensi dan produktivitas yang tinggi sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

Kebijaksanaan regional mengarahkan pelaksanaan pembangun-an daerah agar dapat semakin memanfaatkan potensi yang terdapat di masing-masing daerah, dan mendorong pengembangan jumlah dan meningkatkan mutu sumber daya manusia setempat bagi daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja. Kebijaksanaan Program Transmigrasi dan Program Inpres Daerah Tingkat II bertujuan antara lain memperluas lapangan kerja produktif di daerah.

Kebijaksanaan khusus ditujukan untuk meningkatkan lapangan kerja bagi kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, seperti tenaga kerja usia muda; wanita, petani miskin dan sebagainya, melalui kegiatan-kegiatan bantuan pembangunan, proyek padat karya gaya baru, reboisasi, penghijauan dan lain-lain. Kebijaksanaan khusus ini juga diarahkan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme kelompok angkatan kerja usia muda perdesaan yang akan memasuki pasar kerja, dan untuk meningkatkan produktivitas kelompok angkatan kerja, yang sudah bekerja. Dengan demikian sesuai dengan arahan dalam Repelita V sasaran kebijaksanaan tenaga kerja yang ditempuh pada tahun 1992/93. meliputi hal-hal sebagai berikut:

XII/4

Page 5: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Pertama, penciptaan lapangan kerja dalam jumlah yang mema-dai yang mampu menyerap tambahan angkatan kerja baru dan mengu-rangi tingkat pengangguran yang ada.

Kedua, pembinaan dan pengembangan angkatan kerja dalam jumlah yang sepadan dengan pertambahan angkatan kerja baru di berbagai sektor dan daerah.

Ketiga, pembinaan, perlindungan dan pengembangan angkatan kerja yang sudah bekerja untuk meningkatkan produktivitas mereka dan mewujudkan ketenangan kerja serta ketenangan berusaha di perusahaan-perusahaan melalui hubungan dan mekanisme ketenagakerjaan yang serasi, saling menghargai antara pekerja dan pengusaha yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Keempat, berfungsinya pasar kerja sehingga penyaluran, penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja dapat terlaksana sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Kelima, peningkatan mutu tenaga kerja melalui berbagai usaha pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai bagian dari perencanaan tenaga kerja yang terpadu.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Perkembangan di bidang ketenagakerjaan dapat diikuti dari hasil-hasil Sensus Penduduk 1971, Sensus Penduduk 1980, Survai Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985, dan Sensus Penduduk 1990 sebagaimana disajikan dalam Tabel XII-1. Jumlah angkatan kerja yang bekerja terus meningkat, dan hal ini tercermin dengan semakin rendahnya tingkat pengangguran terbuka secara relatif, yaitu pada tahun 1971 sebesar 8,8% turun menjadi 3,2% pada tahun 1990. Menurunnya angkatan kerja yang mencari pekerjaan (tingkat pengangguran terbuka) sesudah tahun 1971 disebabkan oleh

XII/5

Page 6: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 1

PERKEMBANGAN ANGKATAN KEIUA,

1971 – 1990

Sumber:l) BPS, Sensus Penduduk 1971, Seri D, Maret 19752) BPS, Sensus Penduduk 1980, Seri S No.2, Pebruari 1983 3) BPS, SUPAS 1985, Seri S No.5,4) BPS, Sensus Penduduk 1990, Seri S.2, luli 19925) Definisi angkatan kerja menurut SP 1971 berbeda dengan SP 1980, SUPAS 1985 dan SP 1990.

Pada SP 1971 angkatan kerja diartikan penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja pa-ling sedikit 2 hari seminggu sebelum pencacahan dilakukan. Sedangkan SP 1980, SUPAS 1985dan SP 1990 mendefinisikan mereka yang lamanya bekerja paling sedikit "satu jam" dalam

Page 7: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

XII/6

Page 8: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

meningkatnya kemampuan ekonomi menyediakan lapangan kerja dan semakin mantapnya pasar kerja. Selain dari itu juga disebabkan adanya perbedaan definisi angkatan .kerja antara tahun 1971 dengan tahun 1980, 1985 dan 1990, walaupun perbedaan tersebut menurut beberapa studi tidak banyak mempengaruhi hasilnya. Namun demikian jumlah angkatan kerja yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu belum mengalami perubahan, yaitu sekitar 36,5-36,6% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja.

Persentase angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian menurun, yaitu dari sebesar 64,2% pada tahun 1971 menjadi sebesar 55,9% pada tahun 1980, dan sekitar 49,9% pada tahun 1990. Persen-tase angkatan kerja yang bekerja yang memiliki pendidikan, yaitu sekurang-kurangnya pendidikan SD yang pada tahun 1971 adalah sebesar 28,8% telah meningkat menjadi masing-masing sebesar 32,8% pada tahun 1980 dan sebesar 54,4% pada tahun 1990. Angkatan kerja yang bekerja sebagai pekerja keluarga menurun, pada tahun 1971 sebesar 27,8% menjadi 19,9% pada tahun 1990. Angkatan kerja wanita yang bekerja meningkat, pada tahun 1971 sebesar 29,4% menjadi masing-masing sebesar 32,3% pada tahun 1980 dan 35,6% pada tahun 1990. Angkatan kerja yang bekerja di Pulau Jawa yang pada tahun 1980 tercatat sekitar 63,0% menurun menjadi sekitar 57,1% pada tahun 1990.

Perubahan-perubahan komposisi di bidang ketenagakerjaan tersebut telah menunjukkan adanya perubahan struktural, yang men-cerminkan kecenderungan semakin meningkatnya kualitas tenaga kerja, terciptanya lapangan kerja yang makin meluas dan merata. Komposisi ketenagakerjaan itu juga menunjukkan perubahan struktural yang sedang terjadi dalam perekonomian. yang menggambarkan peningkatan dalam kemampuan tenaga kerja Indonesia untuk memproduksi barang dan jasa yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan harga konstan tahun 1983, kemampuan menghasilkan barang dan jasa per tenaga kerja meningkat, yaitu dari sebesar

XII/7

Page 9: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Rp 1.296 ribu pada tahun 1980 menjadi Rp 1.608 ribu pada tahun 1990. Peningkatan mutu barang dan jasa yang dihasilkan sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan pelatihan dan keterampilan tenaga kerja serta dengan muatan ilmu dan teknologi yang semakin bertambah. Kesemuanya itu menunjukkan adanya pergeseran struktur lapangan kerja dan nilai tambah produksi barang dan jasa dari sektor agraris-tradisional ke sektor agraris-modern dan sektor-sektor modern lainnya.

Atas dasar situasi ketenagakerjaan tersebut, dalam tahun 1992/93 sebagai rangkaian langkah-langkah kebijaksanaan dalam Repelita V tersebut di atas, telah ditempuh berbagai program ketenagakerjaan sebagai berikut:

a. Penyebaran dan Pendayagunaan Tenaga Kerja

Kebijaksanaan penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja terus dilanjutkan dalam rangka usaha penciptaan lapangan kerja agar tenaga kerja Indonesia yang besar jumlahnya itu sebagai sumber daya manusia benar-benar dapat efektif menjadi modal dasar bagi pemba-ngunan nasional. Program ini mencakup pendayagunaan tenaga kerja melalui bantuan pembangunan Daerah Tingkat 11, reboisasi dan penghijauan, pendayagunaan tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur, pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST), pembatasan penggunaan tenaga kerja asing, pengembangan informasi pasar kerja dan penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme antar kerja.

(1) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat Dua

Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat Dua (Inpres Dati II) yang dikenal dengan "Inpres Kabupaten" merupakan salah satu program yang diarahkan untuk mendorong perluasan lapangan kerja produktif. Program ini ditujukan untuk membangun fasilitas umum dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan di daerah

XII/8

Page 10: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

masing-masing. Melalui program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat Dua dilakukan kegiatan pembangunan pasar, terminal, jalan, saluran pengairan, jembatan dan sebagainya dengan memanfaatkan tenaga kerja dan bahan lokal yang ada di sekitar proyek.

Lapangan kerja yang diciptakan dari Program Inpres Kabupaten menurun jumlahnya yaitu dari 500.000 orang pada tahun 1991/92 menjadi sebesar 460.000 orang pada tahun 1992/93 disebabkan kenaikan upah pekerja dan bertambahnya peralatan yang digunakan. Secara keseluruhan program Inpres Kabupaten selain membangun/merehabilitasi prasarana pembangunan yang dibutuhkan masyarakat, juga telah menciptakan lapangan kerja yang cukup memadai dalam rangka mengurangi pengangguran di perdesaan. Jumlah lapangan kerja yang dapat diciptakan dalam program Inpres Kabupaten dapat diikuti pada Tabel XII-2.

(2) Reboisasi dan Penghijauan

Program reboisasi dan penghijauan yang dilaksanakan melalui kegiatan pelestarian hutan, tanah dan air, ditujukan untuk konservasi lahan agar dapat mengendalikan banjir dan erosi di musim penghujan, serta kekeringan di musim kemarau. Selain itu program ini diarahkan juga untuk menciptakan kegiatan yang banyak membutuhkan banyak tenaga kerja, dan mengikutsertakan masyarakat setempat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan demikian melalui kegiatan reboisasi dan penghijauan pendapatan masyarakat diharapkan dapat meningkat.

Jumlah lapangan kerja yang dapat diciptakan melalui kegiatan reboisasi dan penghijauan meningkat, yaitu pada tahun 1991/92 sebesar 15.728 lapangan kerja dalam seratus hari kerja menjadi sebesar 17.194 dalam seratus hari kerja pada tahun 1992/93 (Tabel XII-3).

Page 11: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 2

JUMLAH LAPANGAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKANDALAM PROGRAM INPRES KABUPATEN/KOTAMADYA,

1988/89 - 1992/93

1) Angka sementara

TABEL XII – 2JUMLAH LAPANGAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKAN

DALAM PROGRAM REBOISASI DAN PENGHIJAUAN,1988/89 - 1992/93

1) Angka sementara

XII/10

Page 12: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

(3) Pendayagunaan Tenaga Kerja Penganggur dan Setengah Penganggur

Sejalan dengan usaha pendayagunaan dan pemanfaatan potensi tenaga kerja ke arah kegiatan produktif, khususnya di daerah-daerah yang relatif tertinggal, padat penduduk, rawan bencana alam, dan pendapatan rendah, maka di laksanakan kegiatan proyek Pendayagunaan Tenaga Kerja Penganggur dan Setengah Penganggur (PTKPSP) melalui proyek padat karya. Kegiatan ini pada prinsipnya sama dengan Sistem Padat Karya Gaya Baru (SPKGB) pada Repelita-repelita sebelumnya.

Kegiatan PTKPSP bertujuan untuk memanfaatkan tenaga kerja pen,,a:-nggur dan setengah penganggur di sekitar lokasi proyek yang memerlukan pekerjaan atau pada waktu sepi kerja, dengan memberikan imbalan jasa kepada pekerja sedikit lebih rendah dari pada upah minimum yang berlaku setempat. Sasaran kegiatan diarahkan pada daerah-daerah padat penduduk, relatif tertinggal, rawan terhadap bencana alam, dan daerah yang penduduknya berpendapatan rendah. Hasil fisik yang telah dicapai melalui kegiatan PTKPSP antara lain berupa perbaikan/pembuatan jalan desa, dan pembangunantrehabilitasi kebutuhan masyarakat setempat seperti prasarana jalan dan pengairan. Pembangunan fisik tersebut juga ditujukan untuk menunjang usaha pengembangan lingkungan permukiman dan pengembangan pariwisata, yang menghasilkan barang-barang ekspor non migas.

Pada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 1990/91, yang disebabkan adanya kegiatan tambahan dalam rangka upaya penanggulangan bencana alam kekeringan dalam tahun 1991/92 dan kebanjiran dalam tahun 1992/93. Meskipun jumlah lokasi PTKPSP tahun 1992/93 lebih besar dari tahun 1991/92, tetapi jumlah tenaga kerja yang diserap lebih kecil dari tahun 1991/92.

XII/11

Page 13: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII- 4

JUMLAH LOKASI DAN PENGERAHAN TENAGA KERJADALAM RANGKAPENDpYAGUNAAN TENAGA KERJA PENGANGGURDAN SETENGAH PENGANGGUR MELALUI SISTEM PADAT KARYA,

1988/89 - 1992/93

1) Angka sementara2) Meningkat cukup tinggi dengan adanya kegiatan tambahan di kecamatan-kecamatan yang dilanda bencana

alam kekeringan pada tahun 1991/92 dan bencana alam banjir tahun 1992/93.

XII/12

Page 14: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Hal ini disebabkan pada saat kekeringan tahun 1991/92 diupayakan agar sebanyak mungkin tenaga kerja yang terkena bencana diberi kesempatan untuk bekerja atau mendapatkan tambahan pendapatan dengan bekerja secara bergilir. Adapun besarnya imbalan jasa atau upah yang diberikan pada pekerja pada tahun 1992/93 rata-rata sebesar Rp 1.500,- per hari.

Hasil-hasil fisik yang dicapai dari kegiatan PTKPSP terlihat pada Tabel XII-5, berupa perbaikan/pembuatan jalan desa, saluran pengairan tersier, sawah baru, tanggul, dermaga, penghijauan, terasering, dan lain-lain. Jenis-jenis kegiatan fisrk pada tahun 1992/93, meningkat cukup pesat bila dibandingkan dengan tahun 1991/92. Hal ini disebabkan pada tahun 1992/93, selain terjadi bencana alam kekeringan, juga kebanjiran, sehingga penambahan kegiatan diutamakan pada perbaikan/pembuatan saluran pengairan, pembuatan sawah baru, penghijauan, dan perbaikan tanggul.

Dalam rangka pengembangan sistem Teknologi Padat Karya (TPK) dan Teknologi Tepat Guna (TTG) pada tahun 1992/93 telah dikembangkan sebanyak 29 jenis teknologi yang disebarluaskan ke seluruh propinsi. Cara penerapan TPK yang meliputi berbagai jenis teknologi tersebut telah disempurnakan dan dituangkan atau disusun dalam penerbitan buku "Profil Teknologi Padat Karya". Profil TPK sangat berguna sebagai buku panduan bagi Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST), pramuka, pekerja-pekerja sosial dan lain-lain.

(4) Tenaga Kerja Sukarela

Kegiatan penyebaran sarjana sebagai tenaga kerja sukarela dalam Repelita V, diarahkan kepada pembinaan usaha mandiri, agar tumbuh dan berkembang sebagai kader-kader wiraswasta. Kegiatan ini dilaksanakan melalui proyek pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST). Bentuk kegiatan TKST meliputi pemberian pelatihan dalam berbaga i kete rampi lan dan kewiraswastaan kepada sarjana, baik pada waktu pratugas, maupun

XII/13

Page 15: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 5

HASIL PELAKSANAAN FISIKDALAM RANGKA PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA PENGANGGUR DAN

SETENGAH PENGANGGUR MELALUI SISTEM PADAT KARYA,1988/89 - 1992/93

1) Angka diperbaiki

2) Angka sementara.3) Meningkat cukup tinggi dengan adanya kegiatan tambahan di kecamatan-kecamatan yang dilanda bencana alam kekeringan pada tahun 1991/92 dan bencana alam banjir pada tahun 1992/93.

XII/14

Page 16: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

menjelang purna tugas. Mereka ditugaskan selama 2 (dua) tahun di perdesaan. Selama bertugas TKST dapat bertindak sebagai motivator dan konsultan manajemen koperasi/KUD, pemandu wirausaha dan motivator di Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), tenaga penyuluh, dan tenaga teknis di sektor-sektor pembangunan yang membutuhkan seperti penyuluh hukum, penyuluh dan motivator keluarga berencana, dan motivator pengembangan kebun bibit desa. Dalam masa tugasnya, para TKST dibimbing dan dibina oleh para pemandu lapangan yang mengarahkan agar TKST menjadi tenaga kerja yang mandiri dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Perkembangan jumlah TKST dapat dilihat pada . Tabel XII-6. Pada tahun 1992/93 jumlah TKST yang ditugaskan di 27 propinsi sebanyak 2.234 tenaga kerja. Penugasan TKST yang dimulai tahun 1989/90 merupakan kelanjutan pola baru, yang berdasarkan hasil evaluasi dan penyempurnaan pola rintisan lama berupa Bimbingan Kerja Tenaga Kerja Terdidik (BKTKT). Bila pada tahun 1988/89 BKTKT hanya terbatas di 14 propinsi dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 280 orang, maka TKST pola baru yang lebih besar jumlahnya telah berhasil ditempatkan dan disebarkan di 27 propinsi.

(5) Informasi Ketenagakerjaan dan Penyaluran Melalui Mekanisme Antar Kerja

Peranan informasi tenaga kerja sangat penting dalam memper-temukan pencari kerja dan kesempatan kerja berdasarkan kebutuhannya menurut lapangan usaha, jabatan yang diinginkan dan tingkat pendidikan bagi angkatan kerja. Dalam Repelita V sistem informasi tenaga kerja disempurnakan, sehingga informasi tersebut dapat bermanfaat bagi perencanaan tenaga kerja. Sehubungan dengan itu, maka informasi ketenagakerjaan yang ada disebarluaskan, khususnya ke lembaga-lembaga pelaksana pendidikan dan pelatihan.

Perkembangan jumlah pencari kerja yang terdaftar ,

XII/15

Page 17: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII – 6PENGERAHAN TENAGA KERJA SUKARELA,

1988/89 – 1992/93

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara.

XII/16

Page 18: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

permintaan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja dan jumlah penghapusari selama Repelita V, terus meningkat (Tabel XII-7). Pada tahun 1992/93 dari jumlah 3.085.204 terdaftar terdapat permintaan sebanyak 333.601. Yang berhasil ditempatkan sebanyak 299.464, dan 745.695 tergolong dihapuskan. Dengan demikian terdapat sisa pendaftaran sebanyak 2.040.045.

Informasi ketenagakerjaan dapat pula dimanfaatkan untuk menunjang penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), Antar Kerja Lokal (AKL) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Kegiatan penyaluran antar kerja dalam pelak-sanaannya diupayakan dengan memberikan pelatihan dan menanamkan disiplin dan etos kerja secara terpadu di Balai Latihan Kerja (BLK). Pengkaitan penyaluran dengan pelatihan tersebut dilaksanakan agar pencari kerja dapat memenuhi persyaratan jabatan sesuai dengan permintaan atau lowongan kerja yang tersedia.

Pada Tabel XII-8 terlihat jumlah tenaga kerja yang disalurkan melalui mekanisme AKL, AKAD dan AKAN. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang disalurkan melalui mekanisme AKAN meningkat 13 %, yaitu pada tahun 1991/92 sebesar 149.782 orang menjadi 172.157 orang pada tahun 1992/93. Penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme AKAN yang disalurkan ke sektor formal tersebar ke berbagai kegiatan, seperti perkebunan, angkutan, listrik dan elektronika, pelayanan kesehatan, perhotelan, industri pengolahan, perminyakan dan pertambangan. Sebagian besar tenaga kerja tersebut disalurkan untuk mengisi kesempatan kerja di Timur Tengah, tetapi selain itu juga tersebar ke Malaysia, Brunei, Singapura, Taiwan, Korea Selatan dan beberapa negara di Eropa. Penyaluran tenaga kerja ke luar negeri dilakukan sebagai usaha mendayagunakan tenaga kerja yang tersedia, menambah pengalaman kerja, dan sekaligus mendatangkan devisa bagi negara.

Penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme AKAD yang dilak-sanakan dalam rangka mengatasi kekurangan tenaga kerja di suatu

XII/17

Page 19: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 7

JUMLAH PENDAFTARAN, PERMINTAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJAMELALUI DEPARTEMEN TENAGA KERJA,

1988/89 - 1992/93

1) Angka sementara2) Sisa pendnRaren = Pendaftaran - (Penempntan + Penghapusan).

TABEL XII - 8

JUMLAH TENAGA KERJA YANG DISALURKAN DALAMRANGKA AKAD, AKAN DAN AKL,

1988/89 - 1992/93

1) Angka sementara

XII/18

Page 20: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

daerah jumlahnya meningkat dengan sebesar 35,76%, dari 44.379 tahun 1991/92 menjadi 60.250 tahun 1992/93. Peningkatan ini mulai nampak semenjak dikembangkannya program penanganan lahan kritis yang dimulai tahun 1991/92. Sementara itu jumlah tenaga kerja yang disalurkan melalui AKL pada tahun 1992/93 berjumlah 299.464 orang. Peningkatan kegiatan penyaluran tenaga kerja tersebut disebabkan juga oleh semakin berfungsinya informasi ketenagakerjaan dalam menunjang kelancaran mekanisme antar kerja.

(6) Penggunaan Tenaga Asing

Pembatasan penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang diatur pelaksanaannya dalam Keppres No. 23 Tahun 1974. Pembatasan tersebut diklasifikasikan atas tiga kategori jabatan. Pertama, jabatan yang sama sekali tertutup bagi tenaga kerja warga negara asing pendatang, yaitu jabatan yang dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia. Kedua, jabatan yang diizinkan untuk waktu tertentu bagi tenaga kerja warga negara asing pendatang, karena belum tersedianya tenaga kerja Indonesia yang memiliki keterampilan/keahlian tertentu. Bilamana tenaga kerja Indonesia telah tersedia, maka jenis jabatan ini akan tertutup bagi tenaga kerja warga negara asing pendatang. Ketiga, jenis jabatan yang terbuka untuk sementara waktu, karena jabatan yang bersangkutan membutuhkan kepercayaan pemilik modal, misalnya tenaga manajer keuangan.

Pada Tabel XII-9 terlihat perkembangan pembatasan penggu-naan tenaga kerja warga negara asing pendatang sampai tahun 1992/93. Jumlah lapangan usaha, jumlah jenis jabatan yang diizinkan untuk sementara waktu, dan jenis jabatan yang dibatasi terlihat terus meningkat. Jenis jabatan yang tertutup, jenis jabatan yang diizinkan untuk sementara waktu dan jenis jabatan yang dibatasi meningkat, yaitu pada tahun 1991/92 masing-masing tercatat 1.837, 2.939 dan 4.995 jenis jabatan menjadi sebesar 1.839, 2.940, dan 4.998 jenis jabatan pada tahun 1992/93. Jumlah jenis jabatan yang dibatasi pada

XII/19

Page 21: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 9

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJAWARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,

1988189 - 1992/93

1) Angka sementara

XII/20

Page 22: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

tahun 1992/93, sebanyak 3 jenis yaitu untuk jabatan pada lapangan usaha Hukum. Jenis jabatan yang tertutup meningkat 2 jenis dan jenis jabatan yang diizinkan untuk waktu tertentu meningkat 1 jenis (Tabel XII-10). Hal ini menunjukkan meningkatnya penyediaan tenaga kerja bangsa Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pembangunannya.

b. Pelatihan dan Keterampilan Tenaga Kerja

Dalam, rangka meningkatkan kemampuan dan mutu tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan dilaksanakan pelatihan keterampilan yang diarahkan untuk dapat memenuhi persyaratan dasar yang dibutuhkan oleh pengguna tenaga kerja. Sejalan dengan arah tersebut, kualifikasi pelatihan secara bertahap dikembangkan ke tingkat jenjang lanjutan dan spesialis. Mutu instruktur pelatihan juga ditingkatkan. Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan, prioritas diberikan kepada angkatan kerja usia muda, terutama di perdesaan, yang akan masuk ke dunia kerja, agar mereka dapat berperan menjadi tenaga kerja produktif. Selain itu pelatihan keterampilan juga diberikan kepada angkatan kerja yang sudah bekerja, baik dalam rangka meningkatkan mutu dan produktivitas pekerja maupun efisiensi perusahaan.

(1) Pelatihan Tenaga Kerja dan Produktivitas

Dalam usaha meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja, peranan Balai Latihan Kerja (BLK) dan Balai Pening-katan Produktivitas Daerah (BPPD) terus ditingkatkan dan telah dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan daya tampungnya. Untuk dapat menampung kebutuhan yang makin meningkat, berbagai sarana bengkel pelatihan BLK direnovasi dan diperluas. Di samping itu untuk memenuhi kebutuhan pengguna tenaga kerja dan persyaratan mutu tenaga kerja dilaksanakan penataan dan penyesuaian kurikulum pelatihan, fasilitas pelatihan, dan jenjang penataran instruktur.

XII/21

Page 23: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XH - 10

PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAANTENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,

1992/93

XII/22

Page 24: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Dalam rangka kerja sama dengan industri yang sekaligus memanfaatkan BLK, dilaksanakan pelatihan bersama dalam bentuk "Joint Industrial Vocational Training" (JIVT) dan pelatihan produksi. Dalam kerja sama tersebut BLK, sambil melatih tenaga kerja agar menjadi terampil sekaligus menghasilkan barang bermutu tinggi yang dapat dipasarkan, baik di pasar dalam negeri maupun di luar negeri.

Pada Tabel XII-11 terlihat bahwa dalam tahun 1992/93 tenaga kerja yang telah dilatih di Balai-balai Latihan Kerja berjumlah 139.269 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 62.288 orang atau 44,7% telah dilatih di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI). Perkembangan ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan sektor industri dalam perekonomian Indonesia berdampak membangkitkan minat tenaga kerja usia muda mengikuti pelatihan di Balai-balai Latihan Kerja Industri. Bersamaan dengan semakin besarnya jumlah yang dilatih, mutu pelatihan juga terus ditingkatkan melalui penataran instruktur. Pada tahun 1992/93 telah ditatar sebanyak 670 orang instruktur BLK dalam kejuruan-kejuruan teknologi mekanik, otomotif, listrik/elektronika, bangunan, pertanian, tata niaga dan aneka kejuruan.

Dalam rangka memberikan kesempatan kepada pemuda-pemudi di perdesaan dan di daerah-daerah terpencil untuk mengikuti pelatihan keterampilan, diselenggarakan pelatihan keliling/Mobile Training Unit (MTU). Pelatihan yang dilaksanakan mencakup pelatihan keterampilan, manajemen dan kewiraswastaan. Dalam tahun 1992/93 melalui MTU telah berhasil dilatih 42.006 orang (Tabel XII-1 1).

Seiring dengan usaha memberikan keterampilan kepada pencari kerja usia muda, juga dilaksanakan pelatihan bagi pekerja dan pengusaha kecil dalam berbagai bidang, antara lain: Pelatihan Motivasi Berprestasi/Achievement Motivation Training (AMT), Pengendalian Mutu Terpadu/Total Quality Control (TQC), Gugus

XII/23

Page 25: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 11

JUMLAH TENAGA KERJA YANG DILATIH DI BERBAGAIBALAI LATIHAN KERJA,

1988/89 - 1992/93

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementera

Page 26: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

XII/24

Page 27: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Kendali Mutu/Quality Control Circle (QCC), Pelatihan Penyelia (Supervisor Training), Pengukuran Produktivitas dan Manajemen Konsultatif. Pelatihan-pelatihan tersebut diarahkan untuk meningkatkan produktivitas usaha, efisiensi manajemen dan kewiraswastaan. Pengusaha-pengusaha kecil yang telah mengikuti pelatihan dalam tahun 1992/93 berjumlah 29.600 orang.

(2) Pelatihan Swasta

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya sektor industri, lembaga pelatihan swasta juga berkembang. Usaha-usaha pembinaan lembaga penyelenggara pelatihan kerja swasta juga terus ditingkatkan antara lain melalui penyempurnaan program pelatihan baik mengenai kurikulum, fasilitas pelatihan maupun instrukturnya. Dalam rangka pembinaan lembaga pelatihan swasta tersebut, pada tahun 1992/93 telah ditatar 563 orang instruktur lembaga pelatihan swasta.

Upaya pengawasan dan standardisasi uji keterampilan kerja terus ditingkatkan, dan untuk itu telah disusun pola Standar Pelatihan Kerja (SPK) dan Standar Kualifikasi Keterampilan Kerja (SKKK). Pola standar pelatihan kerja mencakup pengembangan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan perilaku dan kepribadian seseorang sesuai dengan persyaratan kerja, jabatan atau pekerjaannya. Sedangkan pola standar kualifikasi keterampilan kerja memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat baik dengan upaya sendiri maupun melalui pelatihan formal/kursus keterampilan mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Upaya mengetahui dan mengukur tingkat kemampuan/keterampilan tenaga kerja dilakukan melalui uji keterampilan. Dalam tahun 1992/93 telah dilaksanakan uji keterampilan tingkat dasar dan menengah bagi 31.940 orang tenaga kerja di 27 propinsi, yang meliputi kejuruan konstruksi bangunan, teknologi mekanik, otomotif, elektronik, listrik, las, dan aneka kejuruan.

Usaha pengukuhan dan pengawasan mutu pelatihan dilaksana-

XII/25

Page 28: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

kan melalui akreditasi lembaga penyelenggara pelatihan kerja. Pene-tapan status tersebut dilakukan berdasarkan standar program yang telah ditetapkan, atas usul Dewan Latihan Kerja Nasional/Daerah. Dalam tahun 1992/93 telah diakreditasi sebanyak 2.006 lembaga pelatihan swasta yang melatih 180.147 orang tenaga kerja dalam berbagai jenis kejuruan.

Di samping itu dalam rangka pengembangan pelatihan kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 1991 tentang latihan kerja dilaksanakan penyempurnaan program, penyelenggaraan dan pengendalian pelatihan yang ditujukan agar lulusan pelatihan memenuhi persyaratan kebutuhan pasar kerja, baik mutu maupun jumlahnya.

Dalam upaya meningkatkan peranan lembaga pelatihan swasta dan perusahaan sebagai bagian dari sistem pelatihan nasional, perusa-haan sejenis didorong untuk menyediakan fasilitas pelatihan bersama. Selain itu bagi perusahaan-perusahaan swasta dan lembaga-lembaga pelatihan swasta dibuka pula kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas BLK yang dimiliki oleh pemerintah dengan melatih tenaga kerjanya. Upaya tersebut telah dituangkan dalam bentuk kerja sama yang saling menguntungkan antara lembaga pelatihan perusahaan dan BLK, serta dilanjutkan dengan pelatihan di tempat kerja (pemagangan).

c. Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Berkaitan dengan perkembangan sektor industri, maka peranan dan fungsi, serta kemandirian lembaga-lembaga ketenagakerjaan di perusahaan sangat diperlukan. Lembaga ketenagakerjaan merupakan wadah untuk melakukan komunikasi dan konsultasi dalam memberikan perlindungan tenaga kerja. Sehubungan dengan itu kebijaksanaan di bidang hubungan dan perlindungan tenaga kerja diarahkan pada pemantapan dan pembinaan kelembagaan dalam Hubungan Industrial Pancasila untuk menciptakan hubungan yang

XII/26

Page 29: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Serasi antara pelaku produksi yang mengacu pada ketenangan bekerja dan berusaha. Selain itu kebijaksanaan yang menyangkut keselamatan, dan kesehatan kerja, pengupahan, dan asuransi tenaga kerja juga terus disempurnakan.

(1) Lembaga Ketenagakerjaan

Dalam rangka meningkatkan fungsi dan kemampuan lembaga ketenagakerjaan di t ingkat pusat, daerah dan perusahaan dilaksanakan pendidikan dan penyuluhan bagi pekerja dan pengusaha pada khususnya yang diikuti juga oleh karyawan penierintah yang berfungsi membina lembaga-lembaga ketenagakerjaan. Peningkatan kemampuan lembaga ini dimaksudkan agar pelaku hubungan kerja dapat lebih mampu dan berfungsi secara efektif dalam menyelesaikan masalah-masalah ketenagakerjaan dengan dilandasi Hubungan Industrial Pancasila.

Sistem pendidikan mencakup materi dan metode proses didik men d id ik ya ng d i a ra hk an un tu k be r usa ha mem eca hk an masalah-masalah nyata dalam hubungan kerja dan juga merupakan usaha memasyarakatkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Pada tahun keempat Repelita V (1992/93) telah dilaksanakan pendidikan dan penyuluhan bagi 617 orang yang terdiri dari 461 orang pekerja, 52 orang pengusaha, dan 104 orang karyawan pemerintah. Mengenai perkembangan organisasi pekerja (SPSI) sampai pada tahun keempat Repelita V (1992/93), tercatat 269 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) SPSI, dan semua propinsi telah memiliki Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Sementara itu unit kerja SPSI di perusahaan-perusahaan sampai dengan tahun 1992/93 telah menjadi 9.552 buah, dan bila dibandingkan dengan tahun 1991/92 yang berjumlah 9.071, maka terjadi penambahan sebanyak 481 buah atau sebesar 5,30% pada tahun 1992/93 (Tabel XII-12).

Badan Kerja Sama (BKS) Tripartit merupakan wadah konsultasi dan komunikasi antara pemerintah, organisasi pekerja

XII/27

Page 30: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII – 121)

PERKEMBANGAN ORGANISASI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIADAN SERIKAT BURUH LAPANGAN PEKERJAAN,

1988/89 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak tahun 19732) Angka sementara3) Sebelum tahun 1986 bernama Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) 4) Sebelum tahun 1986 bernama Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP)

XII/28

Page 31: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

(SPSI) dan organisasi pengusaha (APINDO-KADIN) di pusat dan daerah. BKS Tripartit bertugas mempersatukan konsepsi, sikap dan tindakan dalam menghadapi masalah-masalah ketenagakerjaan. Lembaga-Iembaga tersebut selain dapat membantu memecahkan masalah bersama, juga dapat berperan dalam memacu kemajuan dunia usaha dan industri. Sampai dengan tahun keempat Repelita V (1992/93) telah terbentuk BKS-Tripartit sejumlah 27 buah di daerah tingkat I, dan 196 buah di daerah tingkat II. Bersamaan dengan itu telah dibentuk Lembaga Kerja Sama Bipartit di tingkat perusahaan sebanyak 3.843 buah pada tahun 1993.

Perselisihan hubungan industrial yang terjadi pada tahun 1992/93 tercatat sebanyak 47 perkara, dan sebanyak 33 perkara (70,21 %) berhasil diselesaikan. Penyelesaian perselisihan dan Pemu-tusan Hubungan Kerja (PHK) dilakukan oleh lembaga Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat dan Daerah (P4-P/P4-D). Perselisihan hubungan industrial tersebut terjadi sebagian besar disebabkan oleh tuntutan kenaikan upah, tuntutan kenaikan transport dan bonus tun -jangan hari raya, yang seluruhnya terdapat di sektor industri peng-olahan.

(2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan. Dalam Repelita V kebijaksanaan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja ditujukan pada peningkatan pengawasan K3 secara selektif, dan penyuluhan K3 di perusahaan-perusahaan.

Sejak tahun 1971 dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan di bidang K3 telah diselenggarakan kursus-kursus penataran dan pelatihan K3, yang dikuti oleh 3.911 operator ketel uap, 1.232 ope -rator derek dan 614 ahli K3. Selain itu dilaksanakan juga penataran dan penyuluhan bagi pengawas ketenagakerjaan, petugas K3,

XII/29

Page 32: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

dokter perusahaan, dan tenaga kerja lainnya mengenai bahaya potensial seperti bahaya bahan kimia. Dalam tahun keempat Repelita IV (1992/93) jumlah yang ditatar adalah sebanyak 373 orang, serta pelatihan manajemen K3 sebanyak 425 orang yang terdiri dari anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Untuk mendukung kegiatan tersebut telah dilakukan penyebarluasan informasi K3 ke perusahaan-perusahaan serta secara bertahap membentuk dewan K3 di daerah tingkat II dan P2K3 di perusahaan-perusahaan. Sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 1992/93 kecelakaan kerja cenderung mengalami penurunan. Hal ini berkaitan dengan telah terbentuknya 10.128 unit P2K3 di perusahaan, baik yang menyangkut lembaga-lembaga K3 tingkat nasional, daerah maupun di perusahaan-perusahaan. Pada tahun 1992/93 jumlah P2K3 yang telah terbentuk adalah sebanyak 532 unit.

Pada tahun 1992/93 dalam rangka upaya pengawasan langsung atas pelaksanaan norma K3 di tempat kerja telah diangkat 106 orang sebagai ahli K3 oleh perusahaan-perusahaan. Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan tersebut meliputi pengawasan terhadap bahaya keracunan, pengaruh radiasi, penggunaan bahan kimia, peledakan, kebakaran dan kecelakaan-kecelakaan lain di tempat kerja.

(3) Pengupahan

Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi, khususnya bagi tenaga kerja penerima upah dan gaji rendah merupakan sasaran bagi pelaksanaan kebijaksanaan di bidang pengupahan. Dengan kebijaksanaan tersebut diharapkan akan mempersempit perbedaan upah untuk jabatan yang sama, baik antar wilayah, antar sektor maupun antar perusahaan.

Dalam rangka itu ketentuan upah minimum diberlakukan agar penetapan upah berada di atas kebutuhan hidup minimum. Penetapan

XII/30

Page 33: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

upah minimum mencakup upah minimum regional, sektoral dan sub-sektoral yang sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan produktivitas serta mengupayakan pemerataan pendapatan dalam rangka menciptakan keadilan sosial.

Rata-rata upah minimum regional untuk seluruh Indonesia pada tahun 1992 adalah sebesar Rp 2.312,- dan telah ditetapkan 28 upah minimum regional, 62 upah minimum sektoral, serta 419 upah minimum subsektoral. Penetapan upah minimum regional yang terendah terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebesar Rp 1.250,- per hari dan tertinggi di Pulau Batam, sebesar Rp 5.550,- per hari (Tabel XII-13).

(4) Kesejahteraan Tenaga Kerja

Kebijaksanaarr kesejahteraan tenaga kerja dilaksanakan melalui program jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 dan kegiatannya dilaksanakan oleh PERUM ASTEK. Program kegiatan JAMSOSTEK meliputi asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua, dan asuransi kematian. Pada tahun 1988 jangkauan program kegiatannya diperluas dengan pengaturan pemberian bantuan pesangon dan bantuan kesehatan bagi tenaga kerja. Dasar hukum bagi pelaksanaan pemberian santunan tenaga kerja telah diperkuat dengan ditetapkannya Undang-undang No.3 Tahun 1992 mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang secara keseluruhan cakupannya diperluas menjadi asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua, asuransi kematian serta asuransi penieliharaan dan pelayanan kesehatan.

Semenjak ASTEK mulai diselenggarakan pada tahun 1978 sampai dengan tahun 1992, jumlah peserta JAMSOSTEK mengalami peningkatan baik dari jumlah perusahaan, maupun jumlah tenaga kerja, yaitu masing-masing menjadi sebesar 37.836 perusahaan yang

XII/31

Page 34: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 1 31)

UPAH MINIMUM REGIONAL/PROPINSI,1988 – 1992

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki

XII/32

Page 35: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

mencakup jumlah tenaga kerja sebanyak 5,213 juta orang. Bila dibandingkan dengan tahun 1991, dalam tahun 1992 jumlah peserta JAMSOSTEK bertambah sebanyak 4.714 perusahaan dan 792 ribu tenaga kerja. Peningkatan jumlah peserta tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran pengusaha akan arti pentingnya program JAMSOSTEK baik bagi tenaga kerja maupun perusahaan. Dalam kurun waktu tersebut ASTEK telah berhasil menyelesaikan berbagai kasus kecelakaan kerja, tabungan hari tua, dan asuransi kematian. Pada tahun 1992 ASTEK telah menyelesaikan 73,5 ribu kasus, dengan pembayaran jaminan sebesar 35,7 miliar rupiah (Tabel XII-14).

(5) Perjanjian Perburuhan

Dalam rangka menciptakan ketenangan bekerja dan berusaha serta menghindari terjadinya perselisihan antara pekerja dan pengusaha, telah dimufakati adanya persyaratan kerja yang dituangkan dalam Perjanjian Perburuhan dalam bentuk Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).

Sejak tahun 1985 telah diupayakan untuk menyusun pola dasar PKB/KKB yang memuat aspek-aspek utama dalam hubungan kerja, seperti upah, lembur, jam kerja, dan lain-lain, sehingga dapat memperlancar usaha perluasan dan penyempurnaan PKB/KKB di perusahaan. Selama Repel i ta V, pembentukan PKB/KKB diprioritaskan di perusahaan-perusahaan yang banyak menyerap tenaga kerja dan menghasilkari devisa.

Pada Tabel XII-15 terlihat perkembangan terbentuknya PKB/ KKB. Perusahaan yang dicakup secara kumulatif terus meningkat dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1992/93. Jumlah PKB/KKB dan perusahaan yang dicakup pada tahun 1992/93 telah mencapai sebanyak 7.741 buah dan 9.051 buah. Bila dibandingkan dengan tahun 1991/92 terjadi penambahan sebanyak 1.277 buah PKB/KKB dan 653 perusahaan atau sebesar 19,76% dan 7,78%.

XII/33

Page 36: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 14

KASUS DAN PEMBAYARAN JAMINAN,1988 – 1992

1) Angka diperbaiki2) Angka sampai dengan bulan Maret 1993

TABEL XII - 15

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)/KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB),

1988/89 – 1992/93

1) Angka diperbaiki2) Angka sampai dengan bulan Maret 1993

XII/34

Page 37: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Bagi perusahaan-perusahaan yang mempunyai pekerja seku-rang-kurangnya 25 orang dan belum ada unit kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), sejak tahun 1978 diwajibkan membuat Peraturan Perusahaan (PP). Secara kumulatif sampai dengan bulan Maret 1993 telah dibentuk 19.618 PP, dan 799 PP di antaranya dibentuk pada tahun 1992/93.

B. TRANSMIGRASI

1. Pendahuluan

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1988 dirumuskan bahwa pembangunan transmigrasi adalah upaya pendayagunaan tenaga kerja dan penyebaran penduduk secara lebih merata dan diarahkan untuk memperbaiki mutu kehidupan, meningkatkan pengembangan sumber alam dan pembangunan daerah, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Sehubungan dengan itu maka pusat-pusat permukiman dan produksi baru terus dikembangkan, transmigrasi swakarsa terus didorong, penanganan kembali penduduk yang masih hidup secara berpindah-pindah dan terpencar terus ditingkatkan, penataan dan pembinaan usaha tani transmigran dan penduduk setempat terus ditingkatkan dan diintensifkan, dan koordinasi semakin dimantapkan.

Sesuai pengarahan GBHN tersebut maka kebijaksanaan dalam Repelita V lebih ditekankan pada perencanaan yang lebih terpadu, koordinasi penyelenggaraan transmigrasi yang lebih baik, peningkatan transmigrasi swakarsa, penataan kembali penguasaan dan pemanfaatan lahan, peningkatan peranan penduduk setempat serta pembinaan usaha tani yang lebih baik.

Berdasarkan kebi jaksanaan d i a tas maka sasaran penyelenggaraan transmigrasi dalam Repelita V adalah membuka

XII/35

Page 38: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

daerah produksi baru di daerah yang jarang penduduknya dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam, pembangunan daerah, perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pendaya-gunaan sumber daya manusia yang berkelebihan di daerah padat penduduk dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat pada umumnya dan khususnya para transmigran.

Bagi daerah penerima, transmigran merupakan tambahan sumber daya manusia untuk memperluas usaha-usaha pengembangan sumber alam dalam usaha meningkatkan produksi dan memperluas lapangan kerja. Bersamaan dengan itu melalui transmigrasi wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi menjadi terbuka dan wilayah yang kosong menjadi terisi. Dengan cara demikian kerawananrkerawanan yang disebabkan oleh keterisolasian dan kekosongari tersebut•dapat dihilangkan atau dikurangi.

Bagi daerah pengirim transmigrasi membantu meringankan berbagai dampak negatif yang timbul akibat kepadatan penduduk, seperti degradasi sumber alam dan penurunan fungsi lingkungan hidup, pengangguran dan kemiskinan, dan permukiman yang kurang layak huni. Selain itu transmigrasi juga membuka peluang bagi usaha-usaha pembangunan dan rehabilitasi daerah, seperti pem-bangunan proyek-proyek penting dan penghutanan kembali kawasan hutan lindung.

Agar pemanfaatan sumber alam di daerah penerima lebih berdaya guna dan berhasil guna, melalui program transmigrasi dikembangkan berbagai pola usaha. Di samping pola tanaman pangan, dan pola perkebunan, dalam Repelita V dirintis pula pengembangan pola-pola lain, yaitu pola pertambakan, pola nelayan, pola hutan tanaman industri, serta pola industri dan jasa. Luasnya ruang lingkup kegiatan transmigrasi tersebut mengharuskan adanya kerja sama yaro erat antara instansi dan lembaga terkait, termasuk badan usaha swasta dan badan usaha pemerintah. Oleh karena itu koordinasi dan sinkronisasi kegiatan mulai dari perencanaan sampai

XII/36

Page 39: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

pelaksanaan dan pengendalian terus diperbaiki dan dimantapkan. Untuk itu dibentuk kelompok-kelompok kerja yang berfungsi sebagai satuan operasional dari Badan Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi (BAKOPTRANS).

2. Pelaksanaan Kegiatan Transmigrasi

Sasaran pembangunan di bidang transmigrasi dalam Repe-lita V adalah mengembangkan permukiman dan produksi baru di daerah yang relatif jarang penduduknya dengan memindahkan sebanyak 550.000 kepala keluarga transmigran dari daerah padat penduduk. Setelah tiba di daerah baru, transmigran dibina dalam berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, sosial dan budaya. Di samping itu pembinaan terhadap transmigran yang sudah dimukimkan pada periode sebelumnya, terus dilanjutkan.

Dalam pelaksanaan kegiatan transmigrasi, diambil kebi-jaksanaan dan langkah-langkah yang menyeluruh dan terpadu, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan dan pengendalian yang meliputi persiapan di daerah asal, persiapan di daerah penerima dan pembinaan lebih lanjut.

a. Persiapan di Daerah Asal

Di daerah asal dilaksanakan beberapa kegiatan persiapan, yaitu pemilihan wilayah dari mana calon transmigran akan dikerahkan; penerangan, penyuluhau dan motivasi; pendaftaran, seleksi dan dokumentasi; pendidikan dan pelatihan; pengadaan perlengkapan, peralatan dan logistik; serta penyediaan sarana angkutan dan fasilitas transito.

Di kecamatan-kecamatan dan desa-desa yang terletak di dalam wilayah yang menjadi prioritas pengerahan calon transmigran dilakukan kegiatan penerangan, penyuluhan dan motivasi. Kegiatan ini bertujuan memberikan dan menyebarkan informasi tentang

XII/37

Page 40: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

kebijaksanaan dan program pelaksanaan pembangunan di bidang transmigrasi, termasuk pola-pola usaha yang dikembangkan. Penyebaran informasi ini disalurkan secara langsung melalui pertemuan-pertemuan, sarasehan, dan anjangsana dan secara tidak langsung melalui media elektronik dan media cetak.

Pendaftaran dilakukan melalui aparat desa atau petugas yang telah ditetapkan, atau dapat pula dilakukan di kecamatan. Di tingkat kabupaten pendaftaran dilakukan melalui Kantor Departemen (Kan-dep) Transmigrasi, sedangkan pada tingkat propinsi pendaftaran dapat dilakukan pada Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Trans-migrasi.

Kegiatan seleksi ditujukan untuk mengetahui latar belakang kondisi kesehatan dan minat calon, serta hal-hal lain yang diperlukan bagi berbagai tindakan dan langkah penanganan yang tepat dalam rangka pembinaan di daerah penerima.

Kegiatan pelatihan dimaksudkan untuk membekali transmigran dan keluarganya dengan pengetahuan praktis dan keterampilan teknis mengenai usaha tani di daerah baru dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengembangan usaha seperti koperasi dan pertukangan. Selain itu kepada transmigran diberi pula informasi mengenai kondisi lokasi yang akan ditempatinya.

Kegiatan lain yang dilaksanakan di daerah asal adalah penyediaan peralatan dan perlengkapan, seperti alat pertanian sederhana, alat rumah tangga, alat dapur dan alat pertukangan. Kegiatan persiapan yang sangat penting adalah penyediaan sarana angkutan yang tepat, baik dengan menggunakan alat angkutan bus, kereta api, kapal laut atau bahkan pesawat udara.

b. Persiapan di Daerah Penerima

Kegiatan persiapan di daerah penerima mencakup pemilihan

XII/38

Page 41: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

lokasi untuk kawasan permukiman dan produksi baru bagi transmigran. Perencanaan dilakukan secara bertahap, yaitu perencanaan pengembangan wilayah, perencanaan kawasan baru, dan perancangan tata ruang. Dengan perencanaan yang bertahap ini, di samping diperoleh efisiensi, juga kesalahan-kesalahan dalam penentuan lokasi dapat diperkecil.

Persiapan selanjutnya adalah pembangunan kawasan permukiman dan produksi baru. Pekerjaan ini meliputi pembangunan prasarana jalan, pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan rumah transmigran disertai fasilitas MCK, serta pembangunan fasilitas umum. Termasuk ke dalam fasilitas umum antara lain adalah balai desa, gedung sekolah, balai pengobatan/puskesmas pembantu, gudang pangan dan saprotan, rumah ibadah, dan rumah karyawan dan petugas lapangan. Setelah semua prasarana, sarana dan fasilitas disiapkan maka transmigran dari daerah asal diberangkatkan menuju daerah penerima. Di debarkasi daerah penerima rombongan mendapat bekal tambahan berupa pengenalan terhadap aspek--sspek lingkungan di daerah baru, baik fisik, administratif maupun sosial budaya.

c. Pembinaan Masyarakat Transmigran

Pembinaan bagi para transmigran di lokasi baru meliputi kehidupan ekonom.i, sosial dan budaya. Pembinaan ekonomi disesuaikan dengan pola usaha, yaitu usaha tani tanaman pangan, usaha perkebunan, usaha pertambakan, usaha penangkapan, hutan tanaman industri, dan industri. Pembinaan di bidang sosial mencakup pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, pembinaan dan administrasi desa. Sedangkan di bidang budaya pembinaan diarahkan untuk menjalin hubungan budaya antar kelompok etnis, mengem-bangkan kehidupan keagamaan yang saling menghargai, dan rasa kesetiakawanan sosial, serta meningkatkan peranan wanita dan generasi muda dalam kegiatan pembangunan.

XII/39

Page 42: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Pembinaan dilakukan secara bertahap. Pertama adalah tahap konsolidasi, kedua adalah tahap pengembangan, dan ketiga adalah tahap pemantapan. Dalam kondisi yang normal masing-masing tahapan berlangsung selama 1,5 sampai 2 tahun.

Tahap konsolidasi merupakan tahap penyesuaian bagi masyarakat transmigran, pada tahap ini mereka memerlukan berbagai bantuan untuk memulai kehidupan baru. Di bidang usaha tani diperlukan bantuan dan bimbingan khusus disesuaikan dengan pola usaha dan kondisi setempat. Bantuan pertanian diberikan berupa sarana produksi yaitu bibit, pupuk, obat-obatan dan peralatan. Untuk pola industri dan jasa diberikan peralatan dan modal kerja. Selama proses berproduksi kepada petani diberikan bimbingan secara langsung maupun tidak langsung. Bimbingan ini diberikan oleh petugas penyuluh lapangan.

Di samping bantuan tersebut, kepada transmigran diberikan jaminan hidup yang terdiri dari beras dan bahan pokok lainnya. Khusus untuk usaha tani di daerah pasang. surut, jaminan hidup ini diberikan selama 1,5 tahun, sedangkan untuk pola lainnya jaminan hidup diberikan selama 1 tahun. Di daerah pasang surut jaminan hidup diberikan lebih lama karena masa pematangan tanah biasanya memerlukan waktu lebih lama. Di samping itu kepada setiap keluarga diberikan pula bantuan ternak unggas sebanyak 2 sampai 4 ekor per keluarga. Bantuan ternak unggas ini dimaksudkan untuk memperbaiki komposisi menu keluarga dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan.

Pembinaan di bidang lain adalah pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan. Sejak tahap awal masalah kesehatan merupakan hal yang penting, khususnya untuk memelihara kondisi f1sik petani dan keluarganya. Untuk itu pada tahap konsolidasi pelayanan kesehatan menyediakan berbagai macam obat dan peralatan medis serta pengerahan tenaga-tenaga kesehatan melalui kerja sama dengan instansi terkait. Di bidang keluarga berencana

XII/40

Page 43: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

pelayanan diberikan untuk memelihara keberlanjutan mereka yang sudah menjadi akseptor sejak dari daerah asal. Pelayanan pendidikan diarahkan untuk mendorong anak-anak transmigran usia sekolah terutama anak-anak usia sekolah dasar untuk segera masuk sekolah. Untuk maksud itu sarana beserta peralatan dan perlengkapan sekolah termasuk buku bacaan serta buku dan alat tulis yang tersedia dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Agar pelayanan masyarakat bisa berjalan sejak dini maka organisasi di tingkat desa, di tingkat Rukun Warga (RW) dan di tingkat Rukun Tetangga (RT) mulai dibina sejak awal. Pada tahap konsolidasi organisasi pada ketiga tingkatan pelayanan di atas mulai ditata sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap RT ber -anggotakan 20 keluarga, setiap RW terdiri dari 5 RT atau 100 keluarga, dan setiap desa :nencakup 3 sampai 5 RW atau sekitar 300 sampai 500 keluarga.

Dalam kegiatan pembinaan di atas, selain tenaga pembina dan penyuluh seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Pembina Swadaya Masyarakat Transmigrasi (PMST) serta Kepala UPT dan staf, ditugaskan pula para sarjana, yaitu Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST) dan Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP3). Selain itu transmigran yang memiliki keahlian khusus juga dimanfaatkan, di antaranya transmigran lulusan Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) dan transmigran Da'i. Pelaksanaan usaha ini jelas memerlukan keterlibatan secara aktif Pemerintah Daerah.

Tahapan pembinaan selanjutnya adalah memperluas basis usaha ekonomi transmigran. Untuk pola usaha yang berlandaskan pertanian, skala dan intensitas usaha tani ditingkatkan sesuai dengan peluang yang terbuka. Petani dibantu untuk memanfaatkan lahan yang belum digarap dengan baik. Untuk maksud itu bantuan sarana produksi dilanjutkan. Bilamana ada peluang untuk mengembangkan usaha pengolahan dan pemasaran hasil maka kepada transmigran diberi bantuan peralatan dan bimbingan. Di samping itu keterlibatan

XII/41

Page 44: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

pihak swasta mulai dir intis. Untuk itu dilaksanakan studi pengembangan tahap kedua, yang menghasilkan Rencana Umum Satuan Kawasan Permukiman (RUSKP), untuk melihat peluang bagi investasi. Sebagai mitra kerja pihak swasta, kelembagaan dan manajemen koperasi dimantapkan melalui pelatihan dan bimbingan khusus. Selain itu diusahakan pula bantuan modal melalui perbankan dan sumber lain. Pada tahap ini diharapkan koperasi telah mampu menangani penyediaan sarana produksi, penyaluran 9 bahan pokok dan pemasaran hasil usaha tani transmigran. Dalam pembinaan ini tenaga PSMT dan TKST memegang peranan penting.

Pembinaan di bidang pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan pada tingkat perkembangan yang telah dicapai. Di bidang pendidikan dilak-sanakan program kerja sambil belajar (Kejar). Program ini ditujukan. untuk membantu anggota. masyarakat yang belum pernah memper-oleh kesempatan belajar. Ruang belajar untuk sekolah dasar diperluas untuk bisa menampung jumlah murid yang semakin bertambah. Pada lokasi-lokasi tertentu dibangun sekolah-sekolah lanjutan sesuai dengan kebutuhan. Di bidang kesehatan dan keluarga berencana upaya diarahkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting keluarga kecil dan sejahtera. Dalam kaitan ini dilakukan pelatihan keterampilan dan kursus di berbagai bidang yang terkait dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat seperti remaja, pemuda dan karang taruna, PKK dan dasawisma, kader posyandu, kader pembangunan, kelompencapir, kelompok tani, dan tain-lain. Semua unsur ini berada di bawah koordinasi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Bersamaan dengan itu peranan perangkat desa sebagai unsur pelayanan masyarakat lebih ditingkatkan dengan mengadakan latihan dan pendidikan sesuai dengan fungsinya.

Pada tahap ini prasarana jalan dan jembatan, terutama jalan penghubung dan jalan poros, mulai diperbaiki dan ditingkatkan. Hal ini bukan saja untuk memperlancar arus dan mobilitas manusia dan barang dari dan ke daerah transmigrasi, tetapi yang sangat penting

XII/42

Page 45: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

adalah untuk meningkatkan daya tarik daerah bersangkutan bagi penanaman modal, khususnya penanaman modal swasta.

Tugas pemerintah pada tahap pemantapan adalah meng-usahakan agar petani dan masyarakat transmigran makin mampu meneruskan usaha-usaha peningkatan produksi dan usaha-usaha pembangunan di bidang-bidang lainnya. Untuk tujuan tersebut penerangan dan pelayanan makin ditingkatkan. Pemberian bantuan dibatasi untuk keperluan-keperluan yang bersifat darurat, seperti rawan pangan, pemanfaatan lahan tidur, dan rawan kesehatan. Untuk mendukung pengembangan investasi swasta dilakukan pula rehabilitasi prasarana dan fasilitas umum. Selain itu lembaga-lembaga kemasyarakatan, baik sosial maupun ekonomi, yang sudah ada dimantapkan dan didorong agar lebih aktif memainkan perannya masing-masing.

Pada tahap ini masalah pemilikan tanah diharapkan sudah selesai. Para petani sudah memperoleh hak atas tanah yang sudah digarapnya. Hal ini dimaksudkan agar petani lebih bertanggung jawab dalam mendayagunakan lahannya. Untuk itu sertifikat hak milik atas tanah diberikan kepada yang berhak.

Sampai tahap ini pembinaan desa transmigrasi sudah dapat dikatakan rampung. Desa transmigrasi bersangkutan sudah memenuhi kriteria sebagai sebuah desa definitif sehingga pembinaan selanjutnya•diserahkan kepada pemerintah daerah setempat.

d. Hasil-hasil Kegiatan Pembangunan

Dalam Repelita V, selain memindahkan dan menempatkan sebanyak 550.000 KK transmigran baru, pelaksanaan transmigrasi juga ditekankan pada upaya perbaikan mutu sebanyak 250.000 KK transmigran di permukiman transmigrasi yang sudah ada. Upaya ini meliputi peningkatan usaha tani, perbaikan prasarana, sarana dan fasilitas permukiman, peningkatan pelayanan di bidang kesehatan

XII/43

Page 46: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

dan pendidikan, ser ta peningkatan pembinaan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang sudah ada, baik lembaga ekonomi yaitu kelompok usaha, kelompok tani dan koperasi maupun lembaga sosial seperti PKK, posyandu, LKMD, dan lain-lain.

Pada tahun 1992/93 sasaran pemindahan dan penempatan adalah sebanyak 60.000 KK terdiri dari 24.000 KK (40%) transmigrasi umum dan 36.000 KK (60%) transmigrasi swakarsa. Pelaksanaan pemindahan dan penempatan dalam tahun tersebut tercatat sebanyak 59.202 KK atau 98,7% dari sasaran. Jumlah ini meliputi transmigrasi umum sebanyak 21.123 KK dan transmigrasi swakarsa sebanyak 38.079 KK (Tabel XII-16). Khusus mengenai transmigran swakarsa, dimukimkan di lokasi-lokasi PIR-Trans dan PIR-Sus masing-masing sebanyak 16.234 KK dan 4.587 KK; di lokasi H.T.I. sebanyak 5.933 KK, di lokasi Transabangdep sebanyak 7.708 KK dan sisanya di lokasi Nelayan dan Tambak serta Jasa Industri. Dilihat dari asal transmigran maka dari jumlah yang telah dipindahkan tersebut terdapat sekitar 21.655 KK atau hampir 37% penduduk daerah setempat (APPDT) dan 37.547 KK atau 63% dari pulau-pulau padat penduduk yaitu Jawa, Bali dan Lombok (lihat Tabel XII-17 dan Tabel XII-18).

Kendala pokok yang dihadapi dalam pelaksanaan transmigrasi mencakup persiapan lokasi di daerah penerima dan persiapan pemberangkatan di daerah pengirim. Kendala di daerah penerima antara lain adalah terlambatnya penyiapan permukiman pada lokasi tertentu akibat musim. Kendala di daerah asal adalah adanya hambatan angkutan laut akibat menumpuknya pemberangkatan di akhir tahun an'ggaran. Kendala lain di daerah asal adalah bahwa pada saat lokasi telah siap, calon transmigrannya belum siap berangkat karena berbagai sebab, antara lain masa lebaran. Walaupun demikian dibandingkan dengan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya pen-capaian sasaran pada tahun 1992/93 relatif lebih baik. Persentase pencapaian sasaran pada tahun 1989/90, 1990/91 dan 1991/92 berturut-turut adalah 98,3%; 85,9% dan 91,7%.

XII/44

Page 47: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 16

JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA, 1988/89 - 1992/93

(kk)

1) Angka diperbaiki

XII/45

Page 48: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XH - 17

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN, 1988/89 - 1992/93

(kk)

1) Alokasi Pemukimaa Bagi Penduduk Daerah Transmigrasi 2) Angka diperbaiki

Page 49: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

XII/46

Page 50: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII – 18JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DITEMPATKAN,

1988/89 - 1992/93(kk)

1) angka diperbaiki

XII/47

Page 51: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka penyiapan lokasi permukiman baru dapat dilihat pada Tabel XII-19 sampai dengan Tabel XII-22. Panjang jalan baru dan jembatan baru yang telah dibangun dalam tahun 1992/93 masing-masing adalah 2.579 Km dan 11.806 m. Jalan dan jembatan yang diperbaiki dalam tahun 1992/93 masing-masing tercatat sepanjang 1.595 km dan 8.258 m. Diban-dingkan dengan tahun 1991/92 panjang tersebut meningkat 2 kali lipat. Pemeliharaan prasarana ini dimaksudkan agar perhubungan dari dan ke daerah transmigrasi menjadi lebih lancar. Salah satu tujuannya adalah agar pemasaran hasil daerah transmigrasi dan angkutan kebutuhan pokok masyarakat menjadi tidak terhambat.

Dalam tahun 1992/93 telah dibuka lahan untuk transmigran seluas 33.365 ha yang terdiri dari lahan pekarangan seluas 15.576,5 ha dan lahan usaha I seluas 17.788,5 ha. Dari luas lahan yang telah dibuka tersebut, lahan yang telah dikapling tercatat seluas 38.921 ha lebih mencakup lahan pekarangan seluas 18.535 ha lebih dan lahan usaha seluas 20.386 ha.

Jumlah rumah transmigran yang dibangun selama tahun 1992/93 adalah 48.862 unit. Sedangkan fasilitas lain yang telah dibangun dalam tahun yang sama berturut-turut adalah balai pengobatan/puskesmas pembantu sebanyak 79 unit, rumah ibadah sebanyak 189 unit, rumah petugas sebanyak 218 unit, dan gudang untuk pangan dan saprodi sebanyak 206 unit.

Jumlah transmigran yang dibina selama tahun 1992/93 meliputi 264.185 KK tersebar di 715 UPT (lihat Tabel XII-23). Jumlah yang dibina ini terdiri dari transmigran baru, yaitu transmigran yang ditempatkan pada tahun 1992/93, sebanyak 59.202 KK di 140 UPT dan transmigran lama, yaitu transmigran yang telah dimukimkan pada tahun-tahun sebelumnya, sebanyak 204.983 KK di 575 UPT. Dalam kaitannya dengan kegiatan pembinaan jumlah transmigran yang dilatih dan dididik dalam tahun 1992/93 tercatat sebanyak 20.584 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 3.845 orang

XII/48

Page 52: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 19PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN

DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI,1988/89 – 1992/93

1). Angka diperbaiki

XII/49

Page 53: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII – 19

PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI

1988/89 – 1992/93

1) Angka diperbaiki

XII/50

Page 54: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 21

PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRAN,

1988/89 – 1992/93

1). Angka diperbaiki

XII/51

Page 55: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII – 22

PEMBUATAN BANGUNAN DI DAERAH PERMUKIMAN TRANSMIGRASI,1988/89 – 1992/

(unit)

1) Angka diperbaiki

XII/52

Page 56: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 23

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIBINA, 1988/89 - 1992/93(kk)

1) Angka diperbaiki

XII/53

Page 57: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

dilatih dan dididik di daerah asal, yaitu sebelum mereka berangkat ke permukiman yang baru. Sedangkan sisanya sebanyak 16.739 orang dididik dan dilatih di daerah penerima. Dilihat dari jenis pelatihan dan pendidikan atau bidang pengetahuan dan keterampilan yang diberikan sebagian besar adalah di bidang pertanian, yaitu sebanyak 16.385 orang. Sedangkan sebanyak 4.199 orang dididik dalam jenis keterampilan atau pengetahuan lain yaitu antara lain koperasi, pertukangan, kesehatan, kepemimpinan desa, dan lain-lain (lihat Tabel XII-24).

Hasil-hasil pembinaan yang dilakukan terhadap transmigran antara lain dapat dilihat dari perkembangan produksi berbagai hasil usaha tani, seperti tanaman pangan (padi dan palawija), tanaman keras (kelapa, cengkeh, dan kopi), serta ternak (ternak besar/sedang dan ternak unggas). Ini dapat dilihat pada Tabel XII-25 s/d Tabel XII-27.

Produksi padi per ha pada tahun 1992/93 relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 1992/93 produksi padi per ha meningkat dari 1,5 ton menjadi sekitar 1,6 ton atau naik hampir 6%. Kenaikan produktivitas tanaman padi ini terutama disebabkan cuaca yang menguntungkan dan perhatian yang dicurahkan oleh petani lebih baik. Produksi per ha tanaman palawija pada tahun 1992/93, khususnya kacang-kacangan dan singkong, sangat menurun dibandingkan dengan produksi per ha pada tahun 1991/92 yaitu dari 1,24 ton per ha dan 9,59 ton per ha, menurun masing-masing menjadi 0,95 ton per ha dan 5,1 ton per ha. Ini berarti produksi per ha tanaman kacang-kacangan turun sekitar 23,4% dan produksi per ha tanaman singkong turun secara tajam sebesar 46,8% . Penurunan produksi per ha ini antara lain disebabkan oleh serangan hama, khususnya babi, dan penyakit. Sedangkan ttirunnya produktivitas tanaman singkong selain akibat serangan hama babi juga akibat harga jual yang diterima oleh petani sangat rendah.

XII/54

Page 58: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 24

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK MENURUTDAERAH DAN JENIS KETERAMPILAN,

1988/89 - 1992/93(orang)

1) Angka diperbaiki

XII/55

Page 59: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 25

PRODUKTIVITAS LAHAN UNTUK BEBERAPA JENIS TANAMAN PERTANIAN DI DAERAH TRANSMIGRASI,

1988/89 - 1992/93

XII/56

Page 60: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII – 26LUAS TANAMAN KERAS DAN DAERAH TRANSMIGRASI

1988/89 – 1992/93(ha)

XII/57

Page 61: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

TABEL XII - 27

POPULASI TERNAK DAERAH TRANSMIGRASI UNTUK SETIAP 1.000 KK,

1988/89 - 1992/93

Page 62: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Pada tahun 1992/93 luas tanaman kelapa tercatat setara dengan 53.520 ha. Dibandingkan dengan tahun 1991/92 luas ini telah meningkat hampir 11%. Luas tanaman cengkeh dan kopi pada tahun 1992/93 menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari setara 15.580 ha dan 4.744 ha menjadi masing-masing setara 12.055 ha dan 3.254 ha atau masing-masing turun sekitar 22,6% dan 31,4%. Berkurangnya tanaman cengkeh dan kopi sangat dipengaruhi oleh tingkat harga komoditi tersebut di pasaran.

Pada tahun 1992/93 jumlah populasi ternak, baik ternak besar/sedang maupun ternak unggas (ayam dan itik), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Ternak besar bertambah dari 589 ekor per 1.000 KK pada tahun 1991/92 menjadi 639 ekor per 1.000 KK pada tahun 1992/93 atau naik sekitar 8,5% . Ternak unggas meningkat dari 6.330 ekor per 1.000 KK pada tahun 1991/92 menjadi 6.699 ekor per 1.000 KK pada tahun 1992/93 atau naik hampir 6% .

Kegiatan lain yang cukup penting sebagai gambaran perkembangan di daerah transmigrasi adalah pemberian sertifikat tanah kepada petani, pembentukan dan penyerahan desa definitif, dan pendapatan transmigran. Dalam rangka memantapkan status pemilikan tanah di daerah transmigrasi, khususnya lahan yang digarap oleh petani transmigran, maka dalam tahun 1992/93 telah diselesaikan sertifikat hak milik sebanyak 103.302 buah.

Pada tahun 1992/93 telah terbentuk secara definitif dan telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah setempat sebanyak 159 desa dengan penduduk sebanyak 53.533 KK meliputi 230.632 jiwa. Dengan penyerahan ini maka tanggung jawab pembinaan dan pembangunan di desa bersangkutan pada masa-masa selanjutnya sudah berada di bawah administrasi Pemerintah Daerah ber-sangkutan.

XII/59

Page 63: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Kinerja lain -dari pelaksanaan transmigrasi adalah pendapatan transmigran. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan pada tahun 1992, pendapatan transmigran di daerah permukiman transmigrasi rata-rata lebih baik dibandingkan dengan pendapatan mereka sewaktu di daerah asal. Sewaktu berada di daerah asal pendapatan transmigran berkisar antara Rp 800.000,- sampai Rp 1.000.000,- per KK per tahun. Di daerah penerima berkisar antara Rp 1.200.000,- sampai Rp 1.400.000,- per KK per tahun tergantung pola usaha dan lama bermukim.

3 . Peningkatan Kegiatan Koordinasi

Transmigrasi adalah program pembangunan yang berdimensi majemuk sehingga memerlukan penanganan lintas sektoral. Perencanaan permukiman transmigrasi memerlukan berbagai pertimbangan yang meliputi aspek fisik (kesesuaian lahan dan aksesibilitas) dan legalitas tanah. Dalam hubungan ini maka Departemen Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan harus bekerja sama dengan Departemen Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertanian, Departemen Pekerjaan Umum, dan Departemen Pertambangan. Kerja sama ini penting agar lokasi yang dipilih bukan saja layak dari segi teknis-fisik tetapi juga memenuhi kriteria yang bersifat legalitas hukum. Demikian juga perencanaan di daerah asal, yaitu memilih dan menetapkan wilayah sebagai sumber calon transmigran. Dalam hal ini diperlukan sinkronisasi dengan program-program Departemen Kehutanan, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Departemen Dalam Negeri, dan lain-lain.

Pada tahap penyiapan lokasi dan pembangunan permukiman diperlukan dukungan terutama dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan, Departemen Dalam Negeri dan Peme-rintah Daerah, khususnya yang menyangkut prasarana jalan dan

XII/60

Page 64: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

perhubungan ke lokasi. Pada kegiatan pembukaan lahan fungsi Departemen Pertanian adalah memberi rekomendasi tentang teknik dan metode pertanian yang digunakan, sedangkan Departemen Kehutanan memberikan rekomendasi tentang pemanfaatan kayu.

Pada tahap pelaksanaan di daerah asal, kerja sama yang erat perlu dibina dengan Departemen Penerangan, Departemen Kesehatan, Departemen Perhubungan, dan pihak keamanan. Kegiatan penerangan, penyuluhan dan motivasi akan lebih efektif apabila ada keterkaitan dengan kegiatan Departemen Penerangan. Pada kegiatan pemindahan peranan Departemen Perhubungan sangat membantu dalam kelancaran penyediaan sarana angkutan. Dengan Departemen Kesehatan diperlukan kerja sama dalam pemeriksaan kesehatan calon transmigran.

Pada tahap pembinaan di daerah baru, peranan Departemen Pertanian, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Menengah dan Kecil, Departemen Kesehatan, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Keluarga Berencana, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Departemen Dalam Negeri sangat dibutuhkan. Departemen Pertanian dan Departemen Koperasi dan PPMK turut bertanggung jawab pada pembinaan usaha tani dan ekonomi transmigran. Departemen Kesehatan dan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Keluarga Berencana memberikan pelayanan di bidang kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan sarana di bidang pendidikan.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup juga terlibat di dalam setiap tahapan penyelenggaraan transmigrasi, baik tahap perencanaan, tahap persiapan maupun tahap pembinaan dan pengembangan. Peranah dan tanggung jawab lembaga ini antara lain adalah memberikan pertimbangan yang menyangkut Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) serta pertimbangan lain yang berkaitan dengan lingkungan hidup di daerah transmigrasi, baik di daerah penerima maupun daerah asal.

XII/61

Page 65: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPada Tabel XII-4 terlihat bahwa pada tahun 1991/92 dan 1992/93, jumlah lokasi dan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan PTKPSP meningkat

Keserasian dan keterkaitan fungsi, peranan dan tanggung jawab instansi-instansi yang terlibat dalam penyelenggaraan transmigrasi terus ditingkatkan melalui berbagai cara dan media. Dalam hubungan ini maka pada tahun 1992/93 telah dibentuk berbagai kelompok kerja pada setiap unit teknis pelaksanaan, mulai dari pusat sampai ke pusat. Kelompok kerja ini secara teratur dan berkala melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.