tembakau
DESCRIPTION
tanaman tembakau lkanflkafnajfndlknfdjkndldsnfkdnslfdklnfdslkfndslkfdnfdlkfd,nsfdsldknfdlkfdnsflkdfndsklf,sdfndsldnfdmsfndsfldksnfdsTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman Tembakau merupakan tanaman komersial dengan memanfaatkan daunnya
untuk rokok, pipa atau tembakau kunyah (chewing) atau untuk dihisap lewat hidung atau
tembakau sedotan (snuff). Tembakau merupakan sumber nikotin yaitu, suatu zat aditif,
dan juga sebagai bahan dasar untuk beberapa jenis insektisida. Di Indonesia, tembakau
telah dikenal sejak 400 tahun yang lalu sebagai tanaman obat ataupun bahan halusinogen
(BEPEDA, 2013).
Tembakau awalnya ditanam oleh suku Indian di Virginia (AS) yang Tembakau
tersebut Nicotiana rustica L. Bangsa Spanyol yang merupakan bangsa pendatang
mengambil. Tembakau dengan jenis Nicotiana tabacum L. Tembakau kemudian
berkembang di Eropa, terutama di Inggris dan mereka sangat menyukai.Tahun 1612
Benih dr Trinidad kemudian dikemmbangkan untuk memenuhi kebutuhan di pasar. Di
Eropa, pengolahan tembakau dengan dark-air-cured tobaco yang di pasarkan di London
dengan nama “Oronoko”. (BEPEDA, 2013).
Masuknya tembakau Indonesia di Perkiraan tahun 1600 oleh Bangsa Portugis ketika
berhubungan diplomatis dengan Kerajaan di kawasan Nusantara. Tembaku ini berasal
dari Meksiko yang penyebarannya melalui Pasifik, Filipina, dan meyebarkan di daerah
Asia. Di Indonesia tembakau telah menyebar berbagai wilayah, kecuali Irian dengan
spesies N.suaveolens (Australia.). (BEPEDA, 2013).
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan pengolahan lahan dan
penanaman yang baik. Pada tanaman tembakau ini memiliki kebutuhan tanah yang
berbeda beda setiap varietasnya.
1.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana pengolahan dan penanaman tanaman tembakau
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Tanaman Tembakau
Menurut Padmo dan Djatmiko (1991), spesies tanaman tembakau yang pernah
ada di dunia ini diperkirakan mencapai lebih dari 20 jenis, di mana persebaran geografis
sangat mempengaruhi cara bercocok tanam serta spesies, varietas yang diusahakan, dan
mutu yang dihasilkan. Klasifikasi tanaman tembakau dalam sistematika tumbuhan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana L.
Spesies : N. tabaccum, N. Rustica
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke
pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm,
sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga
memiliki bulubulu akar. perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur,
mudah menyerap air, dan subur (Matnawi, 1997).
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat,
makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi
daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain
ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm
(Matnawi, 1997).
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung
pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan
yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian
tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade
parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu
tanaman sekitar 28- 32 helai. (Matnawi, 1997).
Bakal buah tembakau terletak diatas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yang
membesar, setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakal buah
ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putih dengan sebuah kepala putik diatasnya
(Padmo dan Djatmiko, 1991).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya
banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12000
butir biji. Tiap-tiap tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram biji. Kira-kira 3
minggu sesudah pembuahan buah tembakau telah jadi masak (Padmo dan Djatmiko,
1991).
Biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat
berkecambah bila disemaikan sehingga biji tembakau perlu mengalami masa istirahat
atau dormansi. Kira-kira 2-3 minggu untuk dapat berkecambah, untuk dapat
memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak dan
telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Padmo dan Djatmiko, 1991).
2.2 Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering
ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman
tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap
mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan
oksigen di dalam tanah (Matnawi, 1997).
Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun,
sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan ratarata 1.500-3.500 mm/tahun
(Matnawi, 1997).
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk
tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan
dengan jenisnya (Matnawi, 1997).
Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara
21-32,30 C. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran
tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl (Matnawi, 1997).
Tanah
Tanah yang dikehendaki oleh tanaman tembakau adalah tanah yang gembur,
remah, dan mudah mengikat air. Selain itu lahan yang baik untuk tanaman tembakau
adalah yang memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan
drainase. Hal ini disebabkan karena tanaman tembakau yang sangat peka terhadap air
yang menggenang. Tanah yang optimal bagi tanaman tembakau adalah yang memiliki
pH 5 – 6 (Matnawi, 1997).
2.3 Pengolahan Lahan
Tembakau tumbuh pada berbagai tipe tanah mulai dari tanah pasiran sampai
lempung berpasir (sandy loams), tanah lempungan (Loam), liat hitam (heavy black clay).
Tanah tembakau tersebut memiliki perbedaan yang luas pada produktivitas alaminya
terutama pada kesuburan tanah dan tingkat pengelolaan yang dibutuhkan. tanah
memainkan peranan dalam keputusan mutu dan nilai komersial produk tembakau. Pada
kondisi terbuka, di tanah bertekstur ringan (pasiran) perakaran tembakau dapat mencapai
kedalaman 120 cm untuk mendapatkan air dan hara pada lapisan tanah terdalam. Dalam
pertumbuhan daun tembakau mencapai maksimum terdapat tiga kunci utama yang harus
dipenuhi yaitu kecukupan penyediaan hara tanaman, oksigen dan air. (Haryono,1997)
Secara keseluruhan urutan pengolahan tanah adalah sebagai berikut (Haryono,1997):
Perbaikan terasering
Pencangkulan
Pemupukan dasar
1. Perbaikan Terasering
Perbaikan terasering ini merupakan langkah awal pada pengolahan tanah.
Perbaikan ini dilakukan apabila pada lahan tersebut sudah didirikan terasering.
Biasanya setelah panen terasering rusak, bentuk kerusakan terasering yang umum
terjadi adalah longsornya susunan batu-batu penyangga. Perbaikannya dengan
menyusun kembali batu-batu penyangga. Hal ini harus diperhatikan karena sebagai
berikut :
Batu-batu merupakan penyangga yang kuat mengingat kemiringan tanah.
Disampig sebagai batas tanah dan sekaligus jalan, terasering ang kuat
dimaksudkan untuk menahan longsornya tanah sebagai akibat erosi.
(Haryono,1997)
2. Pencangkulan
a) Kegiatan pencankulan
Pencangkulan dilakukan sekaligus pembersihan tanaman perusak/gulma. Hal
yang terpenting adalah pembalikan tanah dan penggemburan tanah. Setelah
tanah bersih dan gembur, selanjutnya dibuat guludan. Pengolahan lahan dapat
menggunakan cangkul atau bajak traktor/sapi, dengan bagian pinggir tidak
dibajak tetapi dicangkul sehingga tuntas dan semua permukaan tanah dapat
terbuka. Tanah dibiarkan mengering dan memperoleh aerasi yang cukup
kurang lebih 1 – 2 minggu.
Gambar : Pengolahan lahan menggunakan traktor (Anonim, 2011)
b) Pembuatan guludan
Teknik pembuatan guludan ini dilakukan dengan mengikuti arah garis
kontuur tanah ini dilakukan apabila lahan yang akan digunakan merupakan
lahan miring.
Pengguludan sebagai tempat tanaman hidup dan tumbuh. Pengguludan
dimulai dengan pemasangan ajir, yaitu sebilah bambu, ajir untuk
mempermudah pembuatan guludan agar diperoleh bentuk guludan yang lurus
dan rapi. Tancapkan ajir dengan jarak 125 - 140 cm dan 40 cm untuk jarak
selokan yaitu kalenan atau saluran antara guludan. Arah guludan yang baik
Timur - Barat untuk memberi keleluasan tanaman memperoleh penyinaran
yang cukup secara merata. Setelah pengajiran selesai, pasang tali plastik atau
tali rafia dan mulai pengguludan. (Anonim, 2011)
3. Pemupukan dasar
Buat lubang tanaman kedalaman kurang lebih 15-20 cm. Dengan lebar antara
25 cm3. Jarak antara lubang 50 cm x 80 cm.
Beri pupuk kandang pada setiap lubang kira-kira dua telapak tangan atau
kurang lebih 1,5 liter. Namun apabila tanah dilapangan eras dan memiliki
kelembaban rendah maka dapat ditambahkan pupuk urea. Kegunaan pupuk urea ini
yaitu untuk menggemburkan tanah, merangsang pertumbuhan akar. Setelah diberi
pupuk maka lubang ditutup kembali dengan tanah. (Haryono,1997)
2.4 Penanaman
Bibit Yang Memenuhi Syarat (Anonim, 2011)
Ukuran (tinggi) 10 -12,5 cm, jumlah daun 5 lembar
Tidak terlalu subur (sukulen), dan terlalu kurus,
Perakaran baik.
Sehat, bebas hama dan penyakit
Umur antara 40-45 hari.
Gambar 2 : Bibit yang baik (Anonim, 2011)
Pada umumnya penanaman tembakau lahan tegal/ gunung dilakukan pada bulan April
atau bahkan ada yang dimulai akhir bulan Maret. Semakin tinggi lokasi lahan, waktu mulai
tanam makin awal. Dibandingkan dengan lahan sawah, penanaman tembakau pada lahan
tegal/gunung lebih cepat satu bulan, hal tersebut disebabkan karena pengaruh alam, umur
tanaman tembakau pada lahan tegal/gunung lebih lama dibandingkan dengan tembakau pada
lahan sawah. Dengan selisih waktu tanam tersebut, maka pada saat panen antara tembakau
yang ditanam pada lahan tegal/gunung dan pada lahan sawah bersamaan waktunya.
(Haryono,1997)
Buat lubang tanam pada lokasi yang telah diberi pupuk tadi. Lubangi engan
menggunakan ponjo sedalam 7 cm. Ponjo ini adalah alat pembuat lubang tanam berbentuk
tongkat dari kayu dengan berujung runcing. Tanam secara perlahan pada setiap lubang tanam.
(Haryono,1997)
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Budidaya Tembakau Virginia. Surabaya. Diakses pada 22 Maret 2014,
sumber :http://disbun.jatimprov.go.id/pustaka/index.php/download/category/6-
tembakau?download=8:budidaya-tembakau-virginia.
BAPEDA. 2013. Tentang Tembakau. Diakses pada 22 Maret 2014, sumber :
http://bappeda.kendalkab.go.id/lahan/content.php?query=tentang_tembakau
Matnawi, Hudi, 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Haryono. 1997. Penentuan Biaya Produksi Budidaya Tembakau Rakyat Dengan
Akutansi Berbasis Kas Dan Akutansi Berbasis ktual. Bogor
Padmo, S dan Djatmiko, E. 1991. Tembakau : Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta.
Aditya Media.