tema: 3 (pangan, gizi dan kesehatan) hidrolisis protein

12
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617 314 Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN KONSENTRAT BLONDO LIMBAH HASIL PRODUK VIRGIN COCONUT OIL (VCO) SEBAGAI BAHAN BAKU PENYEDAP MAKANAN Susinggih Wijana 1 , Claudia Gadizza P. 1 , Rahmawati Tiaraningtyas 2 1 Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Malang 2 Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Malang [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbandingan dua jenis enzim protease (papain dan ekstrak nanas) yang digunakan dalam menghidrolisis protein blondo, serta mengetahui jumlah konsentrasi enzim dan lama waktu hidrolisis yang optimal sehingga dapat dihasilkan produk hidrolisat protein konsentrat blondo terbaik sebagai bahan baku penyedap makanan. Bahan baku yang digunakan blondo, enzim protease bromelin, enzim protease papain dan aquades. Rancangan pertama penelitian terdiri dari dua faktor yaitu enzim papain dengan konsentrasi enzim 5% dan 8% serta faktor lama waktu hidrolisis 5 jam, 6 jam dan 7 jam. Rancangan kedua menggunakan enzim bromelin dengan faktor konsentrasi enzim 5% dan 8% serta faktor lama waktu hidrolisis 9 jam, 10 jam dan 11 jam. Masing-masing rancangan diulang sebanyak 2 kali sehingga setiap rancangan terdapat 12 satuan percobaan. Selanjutnya dilakukan pengujian karakteristik kimia meliputi uji kadar air, lemak, protein dan total rendemen bahan. Hasil diketahui bahwa kedua jenis enzim memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dan enzim papain memiliki hasil terbaik dengan konsentrasi 8% dan lama waktu 7 jam dengan nilai kadar air 4,84%, kadar lemak 20,23%, kadar protein 17,64% dan total rendemen sebesar 23,56% serta total rendemen keseluruhan sebanyak 44%. Kata Kunci : blondo, bromelin, hidrolisis protein, papain, penyedap makanan ABSTRACT This study aims to determine the results of the comparison of two types of protease enzymes (papain and pineapple extract) used in hydrolyzing the coconut presscake protein, and to understand the amount of enzyme concentration and the optimal hydrolysis time to produce the best hydrolyzed concentrate protein coconut presscake product that can be used as raw material for food seasonings. The materials used in this study are coconut presscake, bromelin protease enzyme, papain protease enzyme and aquades. The first design used papain enzyme with the first factor 5% and 8% enzyme concentration also the second factor is 5 hours, 6 hours and 7 hours hydrolysis time. The second design uses the bromelin enzyme with the first factor is the enzyme concentration 5% and 8% and the second factor is 9 hours, 10 hours and 11 hours hydrolysis time. Each design is repeated 2 times so that there are 12 experimental units. Testing of chemical characteristics include water content test, fat content test, protein content test and total rendement of the material. The better result by using papain enzyme method with 8% concentration and time of 7 hours with 4,84% water content, 20,23%fat content, 17,64% protein content and the amount of rendemen is 23,56% and the rendemen amount of all the process is 44%. Keywords : blondo, bromelin, food seasonings, papain, protein hydrolysis

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

314

“Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan)

HIDROLISIS PROTEIN KONSENTRAT BLONDO LIMBAH HASIL PRODUK

VIRGIN COCONUT OIL (VCO) SEBAGAI BAHAN BAKU PENYEDAP

MAKANAN

Susinggih Wijana

1, Claudia Gadizza P.

1, Rahmawati Tiaraningtyas

2

1Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian – Universitas Brawijaya Malang

2Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Universitas Brawijaya Malang

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbandingan dua jenis enzim protease (papain dan

ekstrak nanas) yang digunakan dalam menghidrolisis protein blondo, serta mengetahui jumlah

konsentrasi enzim dan lama waktu hidrolisis yang optimal sehingga dapat dihasilkan produk

hidrolisat protein konsentrat blondo terbaik sebagai bahan baku penyedap makanan. Bahan baku

yang digunakan blondo, enzim protease bromelin, enzim protease papain dan aquades. Rancangan

pertama penelitian terdiri dari dua faktor yaitu enzim papain dengan konsentrasi enzim 5% dan 8%

serta faktor lama waktu hidrolisis 5 jam, 6 jam dan 7 jam. Rancangan kedua menggunakan enzim

bromelin dengan faktor konsentrasi enzim 5% dan 8% serta faktor lama waktu hidrolisis 9 jam, 10

jam dan 11 jam. Masing-masing rancangan diulang sebanyak 2 kali sehingga setiap rancangan

terdapat 12 satuan percobaan. Selanjutnya dilakukan pengujian karakteristik kimia meliputi uji

kadar air, lemak, protein dan total rendemen bahan. Hasil diketahui bahwa kedua jenis enzim

memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dan enzim papain memiliki hasil terbaik dengan

konsentrasi 8% dan lama waktu 7 jam dengan nilai kadar air 4,84%, kadar lemak 20,23%, kadar

protein 17,64% dan total rendemen sebesar 23,56% serta total rendemen keseluruhan sebanyak

44%.

Kata Kunci : blondo, bromelin, hidrolisis protein, papain, penyedap makanan

ABSTRACT This study aims to determine the results of the comparison of two types of protease enzymes

(papain and pineapple extract) used in hydrolyzing the coconut presscake protein, and to

understand the amount of enzyme concentration and the optimal hydrolysis time to produce the

best hydrolyzed concentrate protein coconut presscake product that can be used as raw material for

food seasonings. The materials used in this study are coconut presscake, bromelin protease enzyme,

papain protease enzyme and aquades. The first design used papain enzyme with the first factor 5%

and 8% enzyme concentration also the second factor is 5 hours, 6 hours and 7 hours hydrolysis

time. The second design uses the bromelin enzyme with the first factor is the enzyme concentration

5% and 8% and the second factor is 9 hours, 10 hours and 11 hours hydrolysis time. Each design is

repeated 2 times so that there are 12 experimental units. Testing of chemical characteristics include

water content test, fat content test, protein content test and total rendement of the material. The

better result by using papain enzyme method with 8% concentration and time of 7 hours with

4,84% water content, 20,23%fat content, 17,64% protein content and the amount of rendemen is

23,56% and the rendemen amount of all the process is 44%.

Keywords : blondo, bromelin, food seasonings, papain, protein hydrolysis

Page 2: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

315

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara beriklim tropis, memiliki kebun kelapa terluas didunia.

Menurut data Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2016), pada tahun 2015 diketahui

perkebunan kelapa seluas 3.571.376 hektar area dengan jumlah produksi yang dihasilkan

sebesar 2.950.351 ton kelapa. Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman yang sangat lazim

ditemukan di daerah tropis. Kelapa memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Beragam manfaat tersebut diperoleh dari daging buah, air, sabut, tempurung dan batang

hingga akar pohon kelapa. Selain itu, kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk dan

salah satunya yang paling banyak diminati oleh masyarakat yakni minyak kelapa murni

atau Virgin Coconut Oil (VCO).

Virgin Coconut Oil (VCO) diolah dengan berbagai metode diantaranya dengan cara

kimia, cara fisik dan cara enzimatis. Dari berbagai metode tersebut, VCO menghasilkan

produk sampingan berupa endapan yang kemudian akan dipisahkan, endapan tersebut

biasa disebut dengan blondo atau galendo (coconut presscake). Dalam sebuah penelitian

yang dilakukan oleh Khatib (2009), dalam proses pembuatan minyak kelapa dengan cara

enzimatis diketahui menghasilkan rendemen minyak kelapa sebesar 15,58% sedangkan

rendemen blondo sebesar 18,31%. Hasil jumlah rendemen blondo yang cukup tinggi ini

dapat menjadi potensi pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah pembuatan

minyak kelapa yaitu blondo.

Blondo (coconut presscake) merupakan hasil samping pembuatan minyak kelapa

murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) yang memiliki kandungan protein cukup tinggi

sebesar 24,22% (Permatasari dkk., 2015). Blondo memiliki karakteristik berwarna putih

dengan protein yang berbentuk krim atau sering disebut inti santan, sedangkan yang

berbentuk cairan memiliki ciri apabila lebih dari empat hari tidak dilakukan pengolahan

lanjutan, maka akan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan sangat menyengat (Haerani,

2010).

Hingga saat ini, protein kelapa dalam bentuk blondo ini belum dimanfaatkan secara

optimal untuk produk pangan dan masih terbatas untuk digunakan sebagai campuran lauk

dan sebagian besar digunakan untuk pakan ternak (Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2015). Blondo mengandung kandungan nutrisi yang cukup tinggi terutama

kandungan protein nabatinya. Hasil penelitian Haerani (2010) menunjukkan bahwa, dalam

100 gram blondo diketahui terdapat 243,6792 mg kalori; 13,9793 mg karbohidrat; 17,17

Page 3: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

316

mg lemak; 8,308 mg protein; 0,11 mg kalsium; 0,19 mg fosfor; 0,054 mg Fe; 0,6537 mg

kadar abu; 0,223 mg seng (Zn); 2,4 mg yodium; 3,11 mg kalium; 0,002 mg vitamin A; 3,2

mg natrium; dan 49,80 mg air.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian (2015), konsentrat protein blondo mengandung asam amino essensial dan asam

amino non essensial yang apabila ditambahkan pada produk pangan dapat meningkatkan

nilai gizi produk tersebut. Telah diketahui bahwa konsentrat protein blondo mengandung

15 jenis asam amino dan diantaranya yang paling dominan adalah kandungan asam

glutamat yakni sebesar 14,86 gram per 100 gram protein konsentrat blondo. Berdasarkan

penelitian Widyastuti dkk. (2015), asam glutamat merupakan bahan alami (salah satunya

dalam jamur) yang dapat digunakan sebagai bahan dasar penyedap rasa pada makanan

olahan karena menimbulkan rasa gurih. Dalam proses pembuatan protein konsentrat dari

bahan baku blondo, dapat dilakukan dengan metode hidrolisis protein.

Menurut Haslaniza et al. dalam Kurniawan dkk. (2012), hidrolisis protein merupakan

protein yang mengalami degradasi hidrolitik atau penyederhanaan molekul dari ikatan

protein yang lebih kompleks dengan asam, basa, atau enzim proteolitik yang menghasilkan

produk berupa asam amino dan peptida. Penggunaan enzim dalam menghidrolisis protein

dianggap paling aman dan menguntungkan, karena kemampuan enzim dalam

menghidrolisis protein dapat menghasilkan produk hidrolisat protein yang terhindar dari

perubahan dan kerusakan produk. Hasil hidrolisat protein blondo diharapkan dapat

digunakan sebagai penyedap rasa. Dengan diolahnya blondo menjadi penyedap rasa, harga

jual blondo menjadi meningkat. Oleh karena itu, penelitian mengenai Hidrolisis Protein

Konsentrat Blondo Limbah Hasil Produk Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai Bahan Baku

Penyedap Makanan perlu dilakukan, sehingga dapat diketahui hasil perbandingan kedua

jenis enzim protease (papain dan ekstrak nanas) yang digunakan dalam menghidrolisis

protein blondo, serta jumlah konsentrasi enzim dan lama waktu hidrolisis yang optimal

sehingga dapat dihasilkan produk hidrolisat protein konsentrat blondo terbaik sebagai

bahan baku penyedap makanan.

Page 4: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

317

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah Virgin Coconut Oil

(VCO) yaitu blondo limbah Industri VCO Herba Bagoes Malang. Kemudian enzim

protease bromelin diperoleh dari ekstraksi buah nanas muda. Untuk enzim protease papain

menggunakan merk Xian serta bahan pendukung lain yakni aquades.

Alat Penelitian

Alat yang dibutuhkan diantaranya pisau, gelas beaker, corong, kain saring, kertas

saring kasar, grinder, spatula, loyang, tunnel drying, LPG, mesin pengepres ulir, ayakan 60

mesh, termometer, timbangan digital, timbangan neraca analitik, erlenmeyer, kertas

aluminiumfoil, sendok dan hotplate stirrer.

Rancangan Percobaan

Dalam penelitian ini menggunakan 2 Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang

disusun secara faktorial. Rancangan pertama menggunakan enzim papain dengan faktor

konsentrasi enzim 5% dan 8% serta faktor lama waktu hidrolisis 5 jam, 6 jam dan 7 jam.

Rancangan kedua menggunakan enzim bromelin (ekstrak nanas) dengan faktor konsentrasi

enzim 5% dan 8% serta faktor lama waktu hidrolisis 9 jam, 10 jam dan 11 jam. Masing-

masing rancangan dilakukan perulangan sebanyak 2 kali sehingga setiap rancangan

terdapat 12 satuan percobaan.

Tahapan Proses

Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahapan. Tahap pertama adalah proses pembuatan

protein konsentrat blondo dengan menggunakan metode pengeringan dan pengepresan,

blondo yang akan diolah dikeringkan terlebih dahulu menggunakan oven, selanjutnya

dipress dengan bantuan mesin pengepress ulir untuk mengurangi kandungan lemak dan

minyak dalam blondo yang diketahui masih relatif tinggi (gambar 1).

Tahap kedua yakni proses pembuatan hidrolisat protein konsentrat blondo. Proses

hidrolisis protein ini menggunakan dua jenis enzim protease sebagai perbandingan,

diantaranya enzim papain dan enzim bromelin (ekstrak nanas) (gambar 2 dan 4). Selain

perbandingan 2 jenis enzim penghidrolisis, penelitian ini juga menggunakan perbedaan

jumlah konsentrasi enzim dan lama waktu proses hidrolisis. Selanjutnya hasil yang

diperoleh akan dianalisis dan dilakukan uji karakteristik kimia (air, lemak, protein dan total

rendemen) dan uji T berpasangan, sehingga dapat diketahui hasil terbaik dari kedua jenis

enzim tersebut.

Page 5: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

318

Gambar 1. Pembuatan Tepung Protein Konsentrat Blondo

Gambar 2. Pembuatan Hidrolisat Protein Konsentrat Blondo dengan Enzim Papain

Page 6: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

319

Gambar 3. Pembuatan Enzim Bromelin

Gambar 4. Pembuatan Hidrolisat Protein Konsentrat Blondo dengan Enzim Bromelin

Page 7: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

320

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kimia Bahan Baku

Dari hasil pengujian, dapat diketahui nilai karakteristik kimia pada blondo dari

industri VCO Herba Bagoes (Tabel 1.). Kedua bahan ini memiliki karakteristik kimia yang

berbeda dengan literatur dan cenderung lebih tinggi dikarenakan metode yang digunakan

merupakan metode pengolahan VCO dengan cara basah. Menurut Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (2009), proses ekstraksi minyak cara basah dapat menghasilkan

protein berkualitas lebih baik dibandingkan dengan pengolahan cara kering. Selain itu,

Perbedaan kadar air ini dapat disebabkan karena perbedaan metode pengolahan yang

digunakan untuk menghasilkan blondo, seperti suhu yang digunakan selama proses

pembuatan VCO.

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Kimia Blondo dan Tepung Protein Konsentrat Blondo

Karak-teristik

Kimia

Blondo (%) Tepung Protein

Konsentrat Blondo(%) Literatur *) Hasil Analisa

Air 49,80 30,32 12,46

Lemak 17,17 26,59 22,42

Protein 8,308 16,38 27,78

*) Haerani (2010)

Sedangkan perbedaan kadar lemak dan protein ini dapat dipengaruhi oleh suhu

proses yang digunakan, metode pembuatan VCO yang berbeda, pengepresan blondo yang

kurang maksimal serta dapat juga dipengaruhi oleh usia buah kelapa yang digunakan

sebagai bahan baku pembuatan VCO. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian (2009), karakteristik konsentrat protein kelapa akan berbeda dengan perbedaan

metode preparasi yang dilakukan. Nilai ini memiliki hasil yang berbeda dengan literatur,

baik kadar air, lemak dan proteinnya.

Selanjutnya dari perbandingan hasil karakteristik kimia blondo dengan tepung

protein konsentrat blondo, dapat diketahui bahwa bahan baku hidrolisis ini mengalami

penurunan nilai pada kadar air dan lemak bahan dikarenakan adanya proses pemanasan

yang dilakukan sebelum pengepresan bahan. Proses pengepresan pada blondo diketahui

dapat mempengaruhi karakteristik kimianya secara signifikan. Menurut Indarti (2007),

Page 8: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

321

perolehan lemak dapat dipengaruhi oleh suhu yang digunakan pada proses pengepresan,

dengan adanya proses pemanasan, lemak menjadi cair dan viskositas lemak akan

berkurang sehingga lebih memudahkan lemak keluar mengalir dari matriks sel bahan. Serta

sesuai dengan tujuan awal yakni diperoleh kandungan protein tepung protein konsentrat

blondo yang lebih tinggi yakni peningkatan kadar protein dari blondo sebesar 16,38%

menjadi sebesar 27,78% pada tepung protein konsentrat blondo.

Karakteristik Kimia Hidrolisat Protein Konsentrat Menggunakan Enzim Papain dan

Bromelin

1. Kadar Air

Pada Tabel 1. nilai kadar air terendah diketahui sebesar 3,43% pada perlakuan

konsentrasi enzim 5% dan waktu hidrolisis 7 jam dan yang tertinggi sebesar 5,94% pada

konsentrasi enzim 5% dan waktu hidrolisis 5 jam. Sedangkan pada Tabel 2. nilai kadar air

terendah diketahui sebesar 4,81% pada konsentrasi enzim 8% dan waktu hidrolisis 11

jamdan yang tertinggi sebesar 5,31% pada konsentrasi 5% dan waktu 10 jam. Dari kedua

tabel tersebut dapat dilihat bahwa, kedua jenis enzim sama-sama memiliki nilai kadar air

yang tidak berbeda nyata. Menurut Nelson dan Cox (2000) dalam kristantina (2010),

kenaikan suhu pada reaksi enzimatik akan meningkatkan energi kinetik molekul-molekul

yang bereaksi sehingga mempercepat tumbukan antar molekul. Tumbukan yang terjadi

akan mempermudah pembentukan enzim substrat sehingga produk yang terbentuk semakin

banyak. Makin sederhana struktur protein maka akan semakin rendah pula kemampuannya

mengikat air, sehingga dapat mengakibatkan penurunan kadar air pada bahan. Namun,

tidak adanya penurunan yang signifikan pada kadar air, berdasarkan lama waktu hidrolisis

dalam penelitian ini, kemungkinan terjadi karena jumlah air (larutan pengencer) yang

dgunakan pada perlakuan masih terlalu banyak, yakni sebesar 150-200 ml.

Tabel 2. Karakteristik Kimia Hidrolisat Protein Konsentrat Blondo Menggunakan Enzim

Papain

Page 9: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

322

Tabel 3. Karakteristik Kimia Hidrolisat Protein Konsentrat Blondo Menggunakan Enzim

Bromelin

2. Kadar Lemak

Pada Tabel 1. terdapat 2 kelompok perlakuan yang tidak memiliki perbedaan nyata.

Pertama pada konsentrasi enzim 5% dan waktu hidrolisis 6 jam dengan konsentrasi enzim

5% dan waktu hidrolisis 7 jam. Kedua, pada konsentrasi enzim 8% dan waktu hidrolisis 5

jam, konsentrasi enzim 8% dan waktu hidrolisis 6 jam serta konsentrasi 8% dan waktu 7

jam. Sedangkan pada Tabel 2. juga diketahui terdapat 2 kelompok perlakuan yang tidak

memiliki perbedaan nyata. Pertama pada perlakuan konsentrasi enzim 8% dan waktu

hidrolisis 9 jam, konsentrasi enzim 8% dan waktu hidrolisis 10 jam serta konsentrasi enzim

8% dan waktu hidrolisis 11 jam. Kedua pada konsentrasi enzim 5% dan waktu hidrolisis 9

jam, konsentrasi enzim 5% dan waktu hidrolisis 10 jam, serta konsentrasi enzim 5% dan

waktu hidrolisis 11 jam. Menurut Nielsen et al. (1997), lemak yang terkandung dalam

hidrolisat protein sebagian ikut terpisah bersama protein yang tidak terlarut. Hidrolisat

protein yang mempunyai kadar lemak rendah, umumnya lebih stabil terhadap reaksi

oksidasi lemak dibandingkan hidrolisat pro tein yang mempunyai kadar lemak tinggi.

Dalam peneitian ini, kadar lemak dalam bahan yang masih cukup tinggi dapat dikarenakan,

tahapan pengurangan kadar lemak sebelum dilakukan hidrolisis masih kurang optimal.

3. Kadar Protein

Pada tabel 1., dapat dilihat bahwa semakin lama waktu hidrolisis dan semakin tinggi

jumlah konsentrasi enzim yang diberikan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar

protein pada produk. Diketahui nilai kadar protein terendah pada konsentrasi enzim 5%

dan waktu hidrolisis 5 jam yakni sebesar 16,32%. Serta, nilai kadar protein tertinggi pada

konsentrasi enzim 8% dan waktu hidrolisis 7 jam yakni sebesar 17,64%. Menurut

Anggraini dkk (2015), hidrolisis akan mengurangi berat molekul protein dan

memperbanyak jumlah dari gugusan polar. Hidrolisis protein yang terjadi juga dapat

menyebabkan protein yang awalnya tidak larut menjadi protein terlarut yang kemudian

Page 10: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

323

dihidrolisis oleh enzim papain menjadi asam amino. Hal inilah yang menjadi penyebab

apabila dibandingkan sebelum proses hidrolisis dilakukan, tepung hidrolisat protein blondo

akan mengalami penurunan jumlah protein terlarut. Namun, dilihat dari hasil kadar protein

tepung hidrolisat protein konsentrat, besarnya jumlah penurunan kadar protein yang cukup

besar bisa disebabkan oleh larutnya sebagian protein dan kandungan zat lain dalam air

yang ikut terbuang selama proses penyaringan setelah tahapan inkubasi hidrolisis

dilakukan.

Sedangkan pada Tabel 2. Diketahui bahwa seluruh perlakuan memberikan hasil rata-

rata kadar protein yang tidak berbeda jauh. Jumlah rata-rata kadar protein yang terendah

terdapat pada perlakuan konsentrasi enzim 8% dan waktu hidrolisis 9 jam sebesar 18,90%

dan yang tertinggi pada konsentrasi 5% dan waktu 10 jam sebesar 19,80%. Menurut

Iskandar dan Desi (2009), sebagai enzim proteolitik bromelin mampu memecah protein

menjadi asam-asam amino. Dalam prosesnya, kecepatan reaksi enzimatik umumnya

tergantung pada konsentrasi substrat, semakin tinggi konsentrasi substrat maka reaksi

enzimatis akan semakin cepat sampai pada suatu saat menjadi konstan. Namun dalam

penelitian ini, tidak adanya perbedaan kadar protein yang signifikan pada keseluruhan

perlakuan kemungkinan terjadi karena reaksi enzimatis yang mencapai batas konstan pada

faktor tersebut dan juga dipengaruhi jenis enzim bromelin yang digunakan merupakan

enzim yang diperoleh dari hasil filtrasi buah nanas yang memiliki aktivitas spesifik rendah

dibandingkan enzim bromelin murni, sehingga protein yang dihasilkan tidak cukup

banyak.

4. Total Rendemen

Pada Tabel 1., diketahui nilai total rendemen terendah terdapat pada konsentrasi

enzim 5% dan waktu hidrolisis 6 jam sebesar 20,61% dan yang tertinggi pada konsentrasi

enzim 8% dan waktu 7 jam sebesar 23,56%. Sedangkan pada tabel 2., diketahui Nilai total

rendemen terendah terdapat pada konsentrasi enzim 8% dan waktu hidrolisis 9 jam sebesar

15,18% dan yang tertinggi pada konsentrasi enzim 5% dan waktu 11 jam sebesar 19,52%.

Menurut Kurniawan dkk. (2012), presentase banyaknya hidrolisat yang dihasilkan terhadap

volume bahan baku sebelum dihidrolisis disebut rendemen produk hidrolisat. Dari jumlah

rendemen tersebut, diperlukan uji lanjutan untuk mendeteksi adanya kandungan zat lain

seperti serat, kadar abu, karbohidrat, sehingga dapat diketahui kandungan terbesar yang

terdapat pada rendemen bahan tersebut.

Page 11: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

324

KESIMPULAN

Pada pembuatan tepung hidrolisat protein konsentrat blondo dapat diketahui bahwa

metode hidrolisis menggunakan enzim papain terbaik terdapat pada perlakuan konsentrasi

8% dan lama waktu hidrolisis 7 Jam dengan nilai kadar air 4,84%, kadar lemak 20,23%,

kadar protein 17,64% dan total rendemen sebesar 23,56%. Sedangkan perlakuan terbaik

metode hidrolisis menggunakan enzim bromelin terdapat pada perlakuan konsentrasi 5%

dan lama waktu 11 Jam dengan nilai kadar air 5,03%, kadar lemak 21,33%, kadar protein

19,68% dan total rendemen 19,52%. Selanjutnya hasil perlakuan kedua jenis enzim

tersebut dibandingkan dengan menggunakan uji T berpasangan dan diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan nyata dari nilai kedua enzim setelah hidrolisis, namun jika

dibandingkan enzim papain memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan enzim bromelin

dalam menghasilkan tepung hidrolisat protein konsentrat blondo dengan total rendemen

sebanyak 44%.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, guna meningkatkan kadar protein

bahan perlu dilakukan tahapan persiapan bahan yang lebih optimal sebelum dilakukan

proses hidrolisis. Tujuannya adalah untuk mengurangi komponen non protein seperti

lemak, abu, serat dan karbohidrat yang kemungkinan masih terkandung didalam nilai total

rendemen bahan yang cukup tinggi. Serta, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

formulasi pembuatan penyedap rasa menggunakan bahan baku tepung hidrolisat protein

konsentrat blondo dengan kadar protein paling optimal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal

Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi. Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 054/SP2H/LT/DRPM/2018, tanggal 12

Maret 2018 yang telah mendanai penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Aggraini, Aridita dan Yunianta. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Hidrolisis Enzim Papain

Terhadap Sifat Kimia, Fisik, dan Organoleptik Sari Edamame. Jurnal Pangan dan

Agroindustri. Vol 3(3): 1015-1025.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2015. Konsentrat Protein Krim Kelapa

untuk Makanan Ringan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 21(1):

1-3.

Page 12: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) HIDROLISIS PROTEIN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

325

Haerani. 2010. Pemanfaatan Limbah Virgin Coconut Oil (Blondo). Jurnal Media

Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol 6(4): 244-248.

Iskandar, Taufik dan Desi Arena W. 2009. Pengaruh Enzim Bromelin dan Waktu Inkubasi

Pada Proses Hidrolisis Ikan Lemuru Menjadi Kecap. Buana Sains. Vol 9(2): 183-

189.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2016. ―Data Produksi Komiditi Perkebunan

Kelapa”. http://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/hasilKom.asp. Diakses pada tanggal 26

Desember 2016.

Khatib, Nanang Ahsanul. 2008. Pengaruh Ph Krim dan Suhu Pemeraman Terhadap

Kualitas Hasil Ekstraksi Minyak Kelapa. Skripsi. Universitas Muhamaddiyah

Malang. Malang.

Kurniawan, Lestari S dan Hanggita S. 2012. Hidrolisis Protein Tinta Cumi-cumi (Loligo

sp) Dengan Enzim Papain. Jurnal Fishtech. Vol 1(1): 40-54.

Kristantina, Maria. 2010. Karakteristik Fisik Kimia Hidrolisat Protein Kacang Merah

(Phaseolus vulgaris L.) Menggunakan Enzim Papain. Skripsi. Universitas Brawijaya.

Malang.

Nielsen, P. M. 1997. Food Proteins and Their Applications. Marcel Dekker Inc. New

York.

Permatasari, Siti, Pudji Hastuti, Bambang Setiaji dan Chusnul Hidayat. 2015. Sifat

Fungsional Isolat Protein ‟Blondo‟ (Coconut Presscake) dari Produk Samping

Pemisahan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan Berbagai Metode. Agritech. Vol

35(4): 441-448.

Widyastuti, Netty, Donowati Tjokrokusumo dan Reni Giarni. 2015. Potensi Beberapa

Jamur Basidiomycota sebagai Bumbu Penyedap Alternatif Masa Depan. Prosiding

Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI. Bangkalan.