teknik penyemenan (cementing) jilid i

64
TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1 DISUSUN OLEH : IR. KASWIR BATU CEPU, 1999 LUMPUR PENDORONG cementing line casing yang sudah tersemen sebelumnya lumpur bottom plug foot collar shoe track casing shoe SEMEN SEMEN dinding lubang casing yg mau disemen top plug permukaan pin 2 pin 1 a b c CEMENTING HEAD

Upload: rian-monterry

Post on 20-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

Teknik Penyemenan

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

TEKNIK PENYEMENAN

CEMENTING

JILID 1

DISUSUN OLEH : IR. KASWIR BATU

CEPU, 1999

K A T A P E N G A N T A R

i

LUMPUR PENDORONG

cementing line

casing yang sudah

tersemen sebelumnya

lumpur

bottom

plug

foot collar

shoe track

casing shoe

SEMEN

SEMEN

dinding

lubang

casing yg

mau disemen

top plug

permukaan

pin 2

pin 1

a

b

cCEMENTING

HEAD

Page 2: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Penyemenan merupakan faktor yang sangat penting dalam operasi

pemboran. Keberhasilan suatu operasi pemboran sangat tergantung kepada

keberhasilan penyemenan sumur.

Buku Teknik Penyemenan ini merupakan Jilid I, yang berisikan tentang fungsi

dari penyemenan, komponen-komponen bubur semen, dan parameter-

parameter atau sifat-sifat dari bubur semen, dan metda penyemenan.

Untuk mendalami teknik penyemenan lebih lanjut, dapat dibaca pada buku

Teknik Penyemenan Jilid II.

Buku ini dapat merupakan pegangan bagi pekerja pemboran dan mahasiswa

di Jurusan Teknik Perminyakan, karena isinya merupakan hal-hal yang harus

dikuasai.

Buku0buku Teknik Penyemenan saat ini sulit didapat yang sudah berbahasa

Indonesia. Sedangkan kebutuhan pengetahuan tentang teknik penyemenan

sangat diperlukan bagi pekerja pemboran dan mahasiswa di Jurusan Teknik

Perminyakan. Itulah sebabnya penulis berusaha membuat buku-buku

dibidang pemboran minyak dan gas bumi, maupun panas bumi.

Mudah-mudahan yang Maha Kuasa memberikan kekuatan dan waktu kepada

penulis untuk lanjutan buku ini dan untuk membuat buku-buku Teknik

Pemboran untuk topik-topik yang lain.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi diri penulis sendiri.

Cepu, Desember 1995

Hormat dari penulis.

ii

PENGUMUMAN

Page 3: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Bersama ini kami khabarkan bahwa telah terbit Buku-buku Teknik Pemboran

sebagai berikut:

1. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid I

2. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid II

3. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid III

4. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid IV

5. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid V

6. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid VI

7. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Latihan Soal-soal

dan Kuncinya

8. Peralatan Pencegahan Semburan Liar ( BOP ) Jilid I

9. Lumpur Pemboran Jilid I

10.Lumpur Pemboran Jilid II

11.Hirdolika Pemboran Jilid I

12.Hidrolika Pemboran Jilid II

13.Peralatan Pemboran Jilid I

14.Peralatan Pemboran Jilid II

15.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid I

16.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid II

17.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid III

18.Fishing Jilid I

19.Fishing Jilid II

20.Casing Jilid I

21.Cementing Jilid I

22.Pemboran Lurus Jilid I

23.Pemboran Berarah Jilid I

24.Mud Loss Jilid I

25.Pipa Terjepit Jilid I

iii

26.Pemboran Lepas Pantai ( Offshore Drilling ) Jilid I

27.Latihan Soal Teknik Pemboran Jilid I

28.Latihan Soal Peralatan Pemboran Jilid I

Page 4: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Bagi anda yang berminat untuk mempunyai buku-buku tersebut diatas dapat

menghubungi:

IR. KASWIR BADU

---------------------

Jl. Dumai No. 154 Nglajo Cepu

Telp. : 0296. 422130

HP : 08155033761

Rek : BNI cabang Cepu 252000005733.901

Harga buku perbuah adalah Rp. 40.000,-

Terima kasih atas perhatiannya.

Hormat penulis.

------------------

iv

D A F T A R I S I

HAL

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………

i

Page 5: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………..

vi

I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………

1

II. FUNGSI PENYEMENAN ……………………………………………………………….

3

III. BUBUR PENYEMENAN

………………………………………………………………… 10

3.1. Bubuk Semen

………………………………………………………………… 11

3.1.1. Komponen Bubuk Semen .……………………………………..

11

3.1.2. Klasifikasi Bubuk Semen .……………………………………….

12

3.2. Sifat-sifat Bubur Semen ……………………………………………………

15

3.2.1. Strength ……………………………………………………………….

15

3.2.2. Water Cement Ratio ………………………………………………

15

3.2.3. Berat Jenis ……………………………………………………………

17

3.2.4. Thickening Time ……………………………………………………

21

3.2.5. Filtration Properties ……………………………………………….

21

3.2.6. Perforating Qualities ………………………………………………

22

Page 6: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

3.2.7. Permeabilitas Semen ……………………………………………..

22

3.2.8 Sulfate Resistance ………………………………………………….

22

3.3. Additive

…………………………………………………………………………… 23

3.3.1. Extender

……………………………………………………………….. 23

3.3.2. Retarder ………………………………………………………………..

30

3.3.3. Accelerator …………………………………………………………….

32

3.3.4. Filtration Loss Additive …………………………………………….

36

3.3.5. Lost Circulation Additive …………………………………………..

37

3.3.6. Friction Reducer

……………………………………………………… 38

3.3.7. Contamination Additive …………………………………………….

38

v

DAFTAR ISI ( LANJUTAN )

Halaman

3.3.8. Weight Material ……………………………………………………

39 3.4. Semen Khusus

………………………………………………………………… 40

3.5. Pengaruh Temperatur dan Tekanan

Terhadap Semen ……………………………………………………………..

42

PENUTUP

……………………………………………………………………………………………….

44

Page 7: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

DAFTAR PUSTAKA

…………………………………………………………………………………… 45

vi

DAFTAR GAMBAR Hal.

GB. 1 Semen Menahan Cairan Corosif 4

GB. 2 Semen Mencegah Hubungan Antar Formasi 5

GB. 3 Mengisi Annulus Yang Tidak Penuh 6

GB. 4 Semen Menyumbat Perforasi Ynag Salah 7

GB. 5 Semen Menutup Perforasi Yang Melewatkan Air 8

GB. 6 Semen Menyumbat Formasi Yang Tidak Produktif 9

GB. 7 Semen Sebagai Fondasi Whipstock 10

Page 8: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

1

I. PENDAHULUAN

Penyemenan pada sumur minyak dan gas maksudnya adalah pendorongan

bubur semen ( cemen slury ) ke dalam lubang sumur, kemudian dibiarkan di

sana sampai bubur semen tersebut mengeras.

Pendorongan bubur semen ke dalam sumur melalui casing, bubur semen

keluar dari casing shoe dan kemudian bubur semen terus naik annulus antara

casing dengan dinding lubang ataupun annulus antara casing dengan casing,

dan dibiarkan bubur semen mengeras di sana. Penyemenan casing seperti ini

disebut dengan Primaru Cementing.

Page 9: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Adakalanya pendorongan bubur semen adalah dengan menggunakan drill

pipe atau tubing ke dalam lubang, bubur semen keluar dari casing shoe dan

naik ke annulus antara casing dengan dinding lubang sampai ke permukaan.

Penyemenan ada juga yang dilakukan secara bertingkat, dengan kata lain

penyemenan tidak sekaligus. Penyemenan annulus bagian bawah bubur

semen keluar melalui casing shoe, dan penyemenan kolom annulus

diatasnya melalui suatu sambungan yang disebut dengan dual stage

cementing collar.

Penyemenan dengan menggunakan drill pipe serta penyemenan bertingkat

ini di kelompokkan juga ke dalam Primary Cementing.

Selain penyemenan-penyemenan yang disebutkan di atas masih terdapat

penyemenan-penyemenan dalam bentuk lain. Seperti penyemenan untuk

memperbaiki primary cementing, memperbaiki casing yang bocor, menutup

lubang perforasi, menutup formasi sebelum pembelokan lubang ( sebagai

landasan alat pembelok lubang) dan lain-lain. Penyemenan-penyemenan ini

dikelompokkan ke dalam Secondary Cementing.

2

Bubur semen atau cement slurry merupakan campuran dari tepung semen,

air dan additive. Untuk mendapatkan ikatan penyemenan yang baik, maka

ditambahkan bahan-

bahan tertentu ke dalam bubur semen. Bahan-bahan yang ditambahkan ini

disebut dengan additive.

Kadang-kadang penyemenan menggunakan semen khusus, kalau

penyemenan dengan bahan-bahan yang biasa menemukan kegagalan.

Semen khusus mempunyai keistimewaan, dan tentu harga bahannya akan

mahal.

Page 10: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

3

II. FUNGSI PENYEMENAN

Fungsi penyemenan ditinjau dari Primary Cementing dan Secondary

Cementing.

Fungsi Primary Cementing adalah sebagai berikut:

- Melekatkan casing dengan formasi.

- Melindungi casing dari berkarat.

- Mencegah hubungan formasi-formasi di belakang casing.

- Melindungi casing dari tekanan formasi.

- Menutup zone-zone atau formasi-formasi yang membahayakan

operasi pemboran selanjutnya.

Page 11: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Fungsi Secondary Cementing adalah sebagai berikut:

- Memperbaiki primary cementing yang tidak baik, atau tidak

sempurna.

- Memperbaiki casing yang bocor.

- Menutup lubang perforasi yang salah.

- Menutup lubang terbuka yang tidak diinginkan.

- Sebagai landasan bagi peralatan pembelokan lubang.

Dengan mengisi ruang annulus dengan semen maka casing akan kokoh di

dalam lubang.

Casing yang berada didepan formasi mengandung cairan yang bersifat

korosif, seperti magnesium sulfat, barium chlorida, kalau tidak disemen akan

berkarat, dan lama kelamaan casing bocor. Ini akan merugikan dalam dunia

perminyakan. Dengan adanya semen diantara casing dengan dinding lubang,

maka cairan formasi yang korosif tidak kontak dengan casing, tapi kontak

dengan semen. Disini perlu juga diperhatikan bahwa semen yang

ditempatkan didepan formasi yang mengandung cairan korosif harus tahan

terhadap cairan tersebut.

Gambarannya dapat dilihat pada gambar 1.

Dibelakang casing bisa terdapat formasi-formasi yang mempunyai tekanan

yang berbeda-beda. Bila formasi-formasi ini mengandung fluida maka kalau

tidak terdapat semen dibelakang casing yang mengisolasi formasi-formasi

ini, maka fluida dari formasi

4

yang satu dapat mauk ke dalam formasi yang lain. Lubang, semen akan

mengisolasi formasi-formasi tersebut. Sehingga fluida dari formasi tertahan

oleh semen.

Gambarannya dapat dilihat pada gambar 2.

CAIRAN COROSIF

LUMPUR

FORMASI YG

MENGANDUNG

CAIRAN COROSIF

CASING

SEBELUM DISEMEN

SEMEN

FORMASI YG

MENGANDUNG

CASING

SESUDAH DISEMEN

Page 12: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gb.1. Semen Menahan Cairan Korosif

Kalau terdapat formasi yang membahayakan operasi pemboran, seperti

formasi lebah (zone loss), formasi bertekanan tinggi, formasi shale yang

mudah runtuh, dan formasi yang berbahaya yang lain, sebaiknya setelah

menembus formasi tersebut, dipasang casing, dan disemen. Sehingga

formasi tersebut tidak mempengaruhi operasi pemboran selanjutnya.

5LUMPUR

CASING

FORMASI 2

FORMASI 1

KALAU TIDAK DISEMEN

SEMEN

CASING

FORMASI 2

FORMASI 1

SETELAH DISEMEN

Page 13: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gb.2. Semen Mencegah Hubungan Antar Formasi

Selesai penyemenan dilakukan pengujian terhadap hasil penyemenan yang

telah dilakukan. Apabila hasil penyemenan tidak baik atau kurang sempurna,

maka dilakukan penyemenan ulang dengan jalan menekankan bubur semen

ke bagian yang tidak sempurna tadi, melalui lubang perforasi yang sudah

dibuat sebelumnya. Gambarannya dapat dilihat pada gambar 3.

6ANNULUS

CASING

DINDING

LUBANG

PUNCAKSEMEN

ANNULUS TIDAK PENUH

ANNULUS

CASING

DINDING

LUBANG

PERFORASI

BUBUR SEMEN

ANNULUS DIPENUHI DENGAN SEMEN

Page 14: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gb.3. Mengisi Annulus Yang Tidak Penuh

Apabila casing bocor, perlu menyumbat dengan jalan menekankan bubur

semen ke bagian yang bocor tersebut, melalui lubang perforasi yang sudah

dibuat sebelumnya. Sehingga tidak terjadi aliran dari formasi.

Kesalahan perforasi dapat juga terjadi, sehingga terproduksi fluida formasi

yang tidak dikehendaki. Untuk ini perforasi yang salah itu harus disumbat

dengan semen dengan jalan menekankan bubur semen ke formasi yang

salah tersebut, agar menghindari terproduksinya fluida yang tidak diinginkan

itu.

Gambarannya dapat dilihat pada gambar 4.

7

CASING

SEMEN

PERFORASI

TUBING

PACKER

AIR

Minyak dan gas terproduksi bersama

CASING

SEMEN

PERFORASI

TUBING

PACKER

MINYAK

AIR

Setelah perforasi yang salah disemen, airtidak terproduksi lagi secara bebas.

SEMEN

MINYAK

Page 15: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gb.4. Semen Menyumbat Perforasi Yang Salah

Di awal produksi suatu sumur, produksi air masih kecil. Tetapi setelah sumur

berproduksi cukup lama, air berproduksi cukup besar, karena permukaan air

dengan minyak naik ( WOC naik). Untuk mengurangi produksi air yang cukup

banyak itu maka lubang perforasi yang mengeluarkan air tersebut disemen

kembali.

Gambarannya dapat dilihat pada gambar 5.

8

CASING

SEMEN

PERFORASI

TUBING

PACKER

MINYAK

AIR

DIAWAL PRODUKSI AIR TIDAKIKUT TERPRODUKSI SECARABEBAS

CASING

SEMEN

PERFORASI

TUBING

PACKER

MINYAK

AIR

MINYAK DAN AIR TERPRODUKSI BERSAMA - SAMA KARENA WOC SUDAH NAIK

CASING

SEMEN

PERFORASI

TUBING

PACKER

MINYAK

AIR

PERFORASI YANG MELEWATKANAIR DISEMEN, SEHINGGA SUDAH TERHALANG.

SEMEN

Page 16: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gb.5. Semen Menutup Perforasi Yang Melewatkan Air

Setiap sumur tidak selalu berhasil dalam menemukan minyak atau gas, dan

mungkin yang ditemukan hanya air asin. Lubang yang telah dibuat tidak

boleh dibiarkan terbuka begitu saja, sehingga harus disemen untuk

mencegah kemungkinan menyemburkan air asin di kemudian hari.

Gambaran tentang yang disebutkan tadi dapat dilihat pada gambar 6.

9

FORMASIYANG TIDAK PRODUKTIF

FORMASI TIDAK

PRODUKSI

SUMUR DRY HOLE

FORMASI TIDAK

PRODUKSI

DISMBAT DENGAN SEMEN

TUBING

SEMEN

DINDING

LUBANG

Page 17: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gb.6. Semen Menyumbat Formasi Yang Tidak Produktif

Untuk pemboran berarah atau disebut dengan directional drilling dilakukan

pembelokkan dari pembelokan dari sumbu vertikal. Bila alat yang digunakan

adalah whipstock dan dasar lubang lunak, maka dasar lubang harus disemen

dahulu untuk langganan bagi whipstock. Kalau tidak whipstock akan

terperosok ke dasar lubang.

Untuk jelasnya lihat gambar 7.

10

Gb.7. Semen Sebagai Fondasi Whipstock

LUMPUR

SEMEN

RANGKAIAN PEMBORAN

WHIPSTOCK

Page 18: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

III. BUBUR SEMEN (CEMENT SLURY)

Bubur semen terdiri dari:

- Zat cair

- Bubuk semen

- Additive.

Zat cair yang digunakan pada umumnya adalah air, dan ada juga yang

menggunakan minyak pada semen khusus.

Tujuan dari zat cair disini adalah agar bubur semen yang terjadi dapat

dipompakan.

11

Bubuk semen merupakan padatan yang mempunyai sifat menyemen. Dan

additive merupakan bagian yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat

semen yang diinginkan.

Sifat-sifat dari bubur semen yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi

formasi yang akan disemen, agar hasil penyemenan sesuai dengan yang

inginkan.

3.1. Bubuk semen.

Bubuk semen ditempatkan dalam karung atau sack. Berat dari 1 (satu) sack

semen adalah 94 lbs pada umumnya. Sedangkan berat jenis dari bubuk

semen adalah berkisar antara 3.1 sampat 3.2 gr/cc.

Bubuk semen yang dipakai dalam penyemenan sumur minyak atau gas

berbeda dengan semen yang digunakan untuk bangunan. Sumur minyak

mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu, sehingga bubur semen harus

mempunyai sifat-sifat tertentu, sehingga mana komponen-komponennya

harus disesuaikan pula.

American Petroleum Institute telah membuat standar dari bubuk semen yang

digunakan untuk menyemen sumur minyak dan gas bumi.

Page 19: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

3.1.1. Komponen Bubuk Semen

komponen bubuk semen terdiri dari oksida-oksida calcium, silicate, besi dan

aluminium.

Komponen bubuk semen tersebut adalah sebagai berikut:

- Tri Calcium Silicate.

- Di Calcium Silicate.

- Tri Calcium Aluminate.

- Tetra Calcium Alumino Ferrite.

3.1.1.1. Tri Calcium Silicate

- Rumus kimianya adalah 3Ca0 Si02

- Kodenya adalah C3S

- Komponen ini memberikan strength yang besar.

12

3.1.1.2. Di Calcium Silicate.

- Rumus kimianya 2Ca0 Si02.

- Kodenya adalah C2S.

- Komponen ini tidak tahan terhadap sulfate. Sulfate merupakan

cairan formasi yang korosif, yang dapat menyebabkan casing

berkarat.

3.1.1.3. Tri Calcium Aluminate

- Rumusnya kimianya adalah 3Ca0 A1203

- Kodenya adalah C3A

- Komponen ini tidak tahan terhadap sulfate. Sulfate merupakan

cairan formasi yang korosif, yang adapt menyebabkan casing

berkarat,akibat dari sulfate terhadap semen yang mempunyai tri

calcium aluminate yang berprosentase besar akan

melunakkansemen. Oleh sebab itu tri calcium aluminate yang

dicampurkan tidak lebih besar dari 3%.

3.1.1.4. Tetra Calcium Alumino Ferrite

Page 20: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

- Rumus kimianya adalah 4Ca0 A1203 Fe203

- Kodenya adalah C4AF

- Komponen ini memberikan panas hidrasi yang rendah.

3.1.2. Klasifikasi Bubuk Semen.

American Petroleum Institute ( API ) dan American Society for Testing

Material (ASTM), telah membuat strandard bubuk semen yang digunakan

untuk sumur minyak dan gas. Di sini yang diberikan adalah klasifikasi oleh

API saja.

Standardisasi oleh API tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kelas A.

- Semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6.000 ft

- Tidak tahan terhadap sulfate.

- Semen ini sama dengan semen untuk bangunan.

-

13

b. Kelas B

- Dapat digunakan dari permukaan sampai 6.000 ft

- Bubuk semen ini tahan terhadap sulfate, tersedia untuk tingkat

moderate sampai tinggi.

c. Kelas C

- Dapat dipakai sampai kedalaman 6.000 ft

- Mempunyai strength awal yang tinggi.

- Tersedia semen yang tahan terhadap sulfate dan juga yang tidak

tahan terhadap sulfate.

- Semen yang tahan terhadap sulfate adalah dari tingkat moderate

sampai tinggi.

d. Kelas D

- Digunakan untuk kedalaman 6.000 ft sampai 10.000 ft

- Digunakan untuk temperatur dan tekanan formasi yang moderate

sampai tinggi.

Page 21: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

- Tersedia untuk semen yang tidak tahan terhadap sulfate. Dan yang

tahan terhadap sulfate dari tingkat moderate sampai tinggi.

e. Kelas E

- Digunakan untuk kedalaman 6.000 ft sampai 14.000 ft.

- Digunakan untuk temperatur dan tekanan yang tinggi.

- Tersedia tipe yang tidak tahan terhadap sulfate, dan yang tahan

terhadap sulfate untuk tingkat tinggi.

f. Kelas F.

- Digunakan untuk kedalaman 10.000 ft sampai 16.000 ft.

- Utnuk menyemen formasi dengan temperatur dan tekan yang

sangat tinggi.

14

g. Kelas G.

- Semen kelas G merupakan semen dasar, yang dapat dipakai

sampai kedalaman 8.000 ft.

- Kalau diinginkan untuk kondisi yang lain maka dapat ditambah

dengan additive yang sesuai.

- Tersedia untuk ketahanan terhadap sulfate untuk tingkat moderate

sampai tinggi.

h. Kelas H.

- Semen kelas H juga merupakan semen dasar, sama seperti semen

kelas G.

- Tersedia untuk tingkat moderate sulfate resistance.

Kelas semen dari A sampai F merupakan semen yang tidak ditambahi dengan

additive dalam penggunaannya, sedangkan untuk kelas G dan H ditambahi

dengan additve bila diperlukan.

Page 22: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

3.2. Sifat-sifat Bubur Semen

Bubur semen yang dibuat harus disesuaikan sifat-sifatnya dengan keadaan,

formasi yang akan disemen.

Sifat-sifat bubur semen yang dimaksud adalah sebagai berikut:

- Strength

- Water Cement ratio

- Berat Jenis

- Thickening Time

- Filtration Properties

- Permeabilitas

- Perforating qualities.

- Sulfate Resistance.

15

3.2.1 Strength

Bubur semen setelah ditempatkan pada tempat yang diinginkan harus

mempunyai strength tertentu. Sebetulnya strength dari semen yang

diinginkan sama dengan strength dari formasi yang akan disemen, maka

umumnya diambil suatu patokan bahwa bila strength dari semen mencapai

500psi dengan waiting on cement 24 jam, maka strength semen sudah cukup

baik. Dan pemboran sudah dapat dilanjutkan.

Waiting On Cement (WOC) diukur diwaktu plug diturunkan sampai plug dapat

dibor kembali.

3.2.2. Water Cement Ratio

water Cement Ratio adalah perbandingan air yang dicampurkan dengan

bubuk semen di waktu membuat bubur semen.

Air yang dicampurkan tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh kurang,

karena akan memberikan ikatan semen yang tidak baik dengan formasi.

Page 23: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Batasannya diberikan dalam bentuk kadar maksimum air dan kadar

minimumnya. Kadar minimum air adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa

menyebabkan consistency dari bubur semen lebih dari 30 poise.

Kalau air yang ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya, gesekan-

gesekan di annulus diwaktu memompakan bubur semen akan menjadi besar

dan menaikkan pressure di annulus. Bila formasi yang dilalui tidak tahan

maka formasi bisa rekah.

Kadar maksimum dari air yang dicampurkan dicari sebagai berikut: Bila

diambil dalam tabung bubur semen sebanyak 250 ml, didiamkan selama 2

jam terjadilah air bebas pada bagian atas dari tabung. Air bebas ini tidak

boleh lebih dari 2,5 ml. Kalau air dicampurkan melebih maksimumnya, tentu

pemisahan air bebas setelah 2 jam akan lebih dari 2,5 ml. Akibatnya akan

terbentuk kantong-kantong air di dalam semen. Diwaktu semen mengeras air

akan keluar sehingga timbul rongga-rongga di dalam semen. Hal ini tidak

diinginkan karena menyebabkan semen mempunyai permeabilitas.

16

Jadi air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen harus berada antara

kadar minimum dan kadar maksimum.

Menurut Allen T.O dan Robert A.P jumlah air yang dicampurkan untuk kelas-

kelas semen tertentu, yang disesuaikan dengan berat jenis, temperatur dan

kedalaman tertentu pula. Untuk jelasnya lihat tabel-1

TABEL – 1

WATER CEMENT RATIO

Kelas

Semen

WCR

gl/sk

Berat Jenis

ppg

Kedalaman

ft

Temperatur

Statis, F

A 5.2 15.6 0 - 6000 80 – 170

B 5.2 15.6 0 - 6000 80 – 170

C 6.3 14.8 0 - 6000 80 – 170

D 4.3 16.3 6000 – 12000 170 – 260

E 4.3 16.3 6000 - 14000 170 – 290

Page 24: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

F 4.3 16.3 10000 -

16000

230 –320

G 5.0 15.8 0 - 8000 80 – 200

H 4.3 16.3 0 - 8000 80 – 200

Pada tabel – 2 tertera juga tentang kadar maksimum dan kadar minimum air

yang ditambahkan.

TABEL – 2

Kadar Maksimum dan Kadar Minimum Air

Kelas

Semen

Kadar Maks.

air, gl/sk

Berat Jenis

ppg

Kadar Min.

air, gl/sk

Berat Jenis

ppg

A 5.5 15.39 3.9 16.89

B 7.9 13.92 6.32 14.80

C 4.4 16.36 3.15 17.84

17

Akibat lain pengurangan jumlah air yang dicampurkan adalah sebagai

berikut:

- Berat Jenis serta compressive strength naik.

- Viskositas bubur semen naik.

- Volume bubur semen berkurang.

3.2.3. Berat Jenis

Berat Jenis dari bubur semen sangat penting juga diperhatikan. Karena

sangat berpengaruh terhadap tekanan bubur semen. Bila formasi tidak

sanggup menahan tekanan pendorong bubur semen, maka formasi akan

rekah, akibatnya bubur semen akan masuk ke dalam rekahan yang terjadi.

Berat jenis bubur semen tergantung kepada bubuk semen, air yang

dicampurkan serta additive.

Secara rumus dapat dituliskan sebagai berikut:

Page 25: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gbk + Gw + Ga

BJ = ------------------- ………………………………

(3-1)

Bs Vbk + Vw + Va

Dimana :

BJ = Berat Jenis bubur semen

bs

Gbk = berat bubuk semen

Gw = berat air

Ga = berat additive

Vbk = volume bubuk semen

Vw = volume air yang dicampurkan.

Va = volume additive yang dicampurkan.

18

Contoh soal

Untuk membuat bubur semen diperlukan air 5,2 ga/sak. Bubuk semen yang

diperlukan adalah 500 sak. Berapa gallon air yang diperlukan.

Penyelesaian

Air yang diperlukan adalah : WCR x Jumlah sak semen

: 5.2 gal/sak x 500 sak

: 2600 gal.

Contoh

Bubur semen dibuat dari air (5.2 gal/sak, 8.4 ppg), dan tepung semen

(SG=3.1, 94 lg/sak). Berapakan berat jenis bubur semen yang terjadi?

Penyelesaian

Berat Jenis : 5.2 gal/sak x 8.4 lb/gal

: 43.68 lb/sak

Page 26: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Berat tepung semen : 94lb/sak

Berat Jenis tepung semen : 3,1 x 8.33 ppg

: 25.823 ppg

volume tepung semen : 94 lb / sak = 3.64 gal/sak

25.823 lb/sak

volume air : 5.2 gal/sak

volume bubur semen yang terjadi : 5.2 gal/sak + 3.64 gal/sak

: 8.84 gal/sak

Berat jenis bubur semen yang terjadi:

Berat bubur semen yang terjadi 137.68 lb/sak

---------------------------------------- = ----------------- = 15.57 ppg

Volume bubur semen yang terjadi 8.84 gal/sak

19

Secara tabulasi:

Komponen Volume, gal / sak Berat, lbs /sak

Air

Tepung

Semen

5.2

3.64

43.68

94.00

Bubur

Semen

8.84 137.68

137.68

Berat jenis bubur semen = -------- = 15.57

8.84

Bubur semen sering memakai bantonite sebagai additive. Komposisinya

dalam % berat tepung semen.

Contoh:

Page 27: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Bubur semen dibuat dari air (5.2 gal/sak, 8.4 ppg), dan tepung semen

(SG=3.1, 94 lb/sak). Serta bentonite (SG= 2.61 ; 2%). Berapakah berat jenis

bubur semen yang terjadi?

Penyelesaian.

Berat air : 5.2 gal/sak x 8.4 lb/sak

: 43.68 lb/sak

Berat tepung semen : 94 lb/sak

Berat bentonite : 0.02 x 94lb/sak = 1.88 lb/sak

Berat bubur semen yang terjadi :

43.68 lb /sak + 94 lb/sak + 1.88 lb/sak = 139.56/lb/sak.

Berat jenis tepung semen : 3.1 x 8.33 ppg

: 25.823 ppg

20

Volume tepung semen : 94 lb/sak

----------------- = 3.64 gal/sak

25.823 lb/sak

Berat Jenis bentonite : 2.6 x 8.33 ppg

: 21.658 ppg

Volume bentonite : 1.88 lb/sak

---------------- = 0.087 gal/sak

21.568 lb/sak

Volume air : 5.2 gal/sak

Volume bubur semen yang terjadi:

5.2 gal/sak + 3.64 gal/sak + 0.087 gal/sak = 8.927 gal/sak

Berat Jenis bubur semen yang terjadi :

Berat bubur semen yang terjadi 139.56 lb/sak

---------------------------------------- = ----------------- = 15.63 ppg

Volume bubur semen yang terjadi 8.927 gal/sak

Secara Tabulasi

Komponen Volume, gal / sak Berat, lbs / sak

Page 28: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Air

Tepung

Semen

Bentonite

5.2

3.64

0.087

43.68

94.00

1.88

Bubur semen 8.927 139.56

139.56

Berat jenis bubur semen = ------------------ = 15.63 ppg

8.927

21

3.2.4. Thickening Time

thickening Time adalah waktu yang diperlukan bagi bubur semen untuk

mencapai consistency 100 Uc. Consistency 100 Uc merupakan batasan bagi

bubur semen untuk dapat dipompakan lagi. Sehingga thickerning time sering

juga disebut dengan pumpability.

Sifat bubur semen ini sangat perlu, karena waktu pemompaan bubur semen

harus selalu lebih kecil dari thickening time. Kalau tidak bubur semen tidak

akan sampai ke tempat penempatannya, dan akan mengeras di dalam

casing. Hal ini merupakan kejadian yang sangat fata, dan tidak boleh terjadi.

Untuk sumur-sumur yang dalam atau dengan kata lain untuk kolom semen

yang sangat panjang, tentu waktu pemompaan bubur semen akan lama,

untuk keadaan seperti itu perlu untuk memperpanjang thickening time.

Sebaliknya untuk sumur yang dangkal perlu untuk memperpendek

thickerning time. Kalu tidak pengerasan bubur semen akan sangat lama, dan

ini merupakan kehilangan waktu.

Page 29: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Untuk memperpanjang atau memperpendek thickening time adalah dengan

jalan menambahkan additive ke dalam bubur sumur.

3.2.5. Filtration Properties

karena bubur semen terdiri dari padatan dan cairan, cairan dari bubur semen

dapat masuk ke dalam formasi-formasi permeable yang dilewatinya. Cairan

atau umumnya air yang masuk ini disebut dengan filtrat. Filtrat ini tidka

boleh terlalu banyak. Sebab akan membuat bubur semen kekurangan air.

Kondisi seperti ini disebut dengan Flash Set.

Bila bubur semen mengalami flash set maka akibatnya sama seperti kalau air

yang dicampurkan membuat bubur semen lebih kecil dari kadar

minimumnya, yang mana akan menyebabkan friksi di annulus naik, pressure

loss naik dan tekanan bubur semen di annulus naik. Bila hal ini terjadi maka

formasi akan pecah bila formasi tidak tahan.

22

Jadi dapat disimpulkan bila formasi yang akan dilalui oleh bubur semen

merupakan formasi yang porous dan permeable, maka perlu penambahan

additive yang sesuai

sebelum bubur semen dipompakan, atau dengan kata lain sebelum dilakukan

penyemenan.

3.2.6. Perforating Qualities

semen yang keras atau dengan kata lain semen yang mempunyai strength

yang besar tidak baik diperforasi, semen akan remuk. Sehingga dianjurkan

untuk melakukan perforasi di saat semen belum keras betul.

Disarankan juga, untuk kolom semen yang akan diperforasi jangan digunakan

semen yang mempunyai strength awal yang tinggi.

Kalau semen yang diperforasi pecah dan remuk, maka pada daerah batas

minyak dengan air atau batas minyak dengan gas akan terproduksi fluida

yang tidak kita ingingkan.

Page 30: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Yang umum adalah cepat terproduksi air. Agar semen tidak mempunyai

strength awal yang tinggi dapat ditambahkan additive yang sesuai.

3.2.7. Permeabilitas Semen

semen diinginkan tidak mempunyai permeabilitas. Kalau semen mempunyai

permeabilitas, fungsi dari semen tidak terpenuhi atau semen tidak berfungsi.

Permeabilitas semen dapat naik karena air yang dicampurkan dalam bentuk

bubur semen terlalu banyak. Dan permeabilitas semen dapat juga naik

karena berlebihan menambah additive.

3.2.8. Sulfate Resistance, Corrosion Resistance

adanya formasi yang mengandung cairan-cairan perusak semen, seperti

Na2S04; MgS04; MgC12. Semen akan lunak bila kena cairan-cairan diatas.

Kalau semen lunak, berarti semen tidak berfungsi dalam hal menahan cairan

formasi menuju casing, dan

23

casing akan berkarat. Oleh sebab itu dipilih semen yang tahan terhadap

cairan yang disebutkan di atas.

Cairan garam sulfate ataupun MgC12 diatas tidak melunakkan semen untuk

temperatur tinggi. Jadi persoalan pelunakan semen sangat kritis untuk

formasi-formasi dangkal.

Melunaknya semen dikarenakan cairan garam di atas bereaksi dengan lime

dan senyawa alumina. Karena itu tri calcium aluminate tidak boleh lebih dari

3%.

3.3. Additive

Additive merupakan bahan-bahan yang ditambahkan dalam membuat bubur

semen, untuk mendapatkan sifat-sifat bubur semen sesuai dengan yang

diinginkan. Bubur semen yang dibuat dari bubuk semen dan air saja disebut

dengan neat cement.

Page 31: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

3.3.1 Exteder

Extender adalah addiitive untuk menaikkan volume dari bubur semen. Pada

umumnya penambahan extender diiringi dengan penambahan air. Kenaikkan

volume tidak seimbang dengan kenaikkan berat bubur semen, sehingga akan

cepat penurunan berat jenis bubur semen.

Bahan-bahan yang termasuk sebagai extender adalah:

- Bentonite

- Pozzolan

- Diatomaceous Earth

- Gilsonite

Bentonite

Bentonite merupakan bermineral clay. Sifat utamanya adalah dapat

menghisap air dengan banyak, sehingga volume bubur semen yang terjadi

bisa naik sampai 10 kali. Akibatnya berat jenis bubur semen dapat turun

lebih besar.

24

Penambahan bentonite harus diiringi dengan penambahan air. Untuk 2x

bentonite kira-kira penambahan air adalah 1.3 gallon per sack.

Pengaruh lain akibat penambahan bentonite adalah:

- Yield semen naik

- Biaya lebih murah

- Perforating qualities baik.

- Compressive strength semen menurun

- Permeabilitas semen naik.

- Viskositas bubur semen naik.

Untuk temperatur 230 derajat F ke atas penambahan bentonite sangat

drastis menurunnya strength semen dan menaikkan permeabilitas semen.

Page 32: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Pada tabel berikut terlihat pengaruh penambahan bentonite terhadap

compressive strength.

Tabel – 3

Pengaruh Penambahan Bentonite Terhadap Compressive Strength

During Time

Jam

Temperatur

F

% Bentonite Compressive

Strength, psi

12 100 0 1035

12 100 4 375

12 100 8 155

12 100 12 75

25

Tabel – 3

Pengaruh Penambahan Bentonite Terhadap Compressive Strength

During Time

Jam

Temperatur

F

% Bentonite Compressive

Strength, psi

24 120 0 3595

24 120 4 1380

24 120 8 610

24 120 12 510

Pozzolan

Pozzolan merupakan extender yang tidak terlalu banyak menurunkan

compressive strength semen. Sedangkan penambajan pozzolan terhadap

bubur semen adalah sama dengan penambahan bentonite.

Page 33: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Umumnya campuran bubuk semen pozzolan adalah 50% berbanding 30%

dan biasanya bentonite 2%. Pengaruh campuran pozzolan bubuk semen dan

bentonite terhadap compressive strength adalah seperti tabel 4.

Untuk prosentase bentonite yang selain 2%, pengaruhnya terhadap

compressive strength adalah seperti pada tabel 5.

26

Tabel – 4

Compressive Strength Semen Campuran Bubuk Semen Pozzolan

dan Bentonite 50% : 50% : 50%

During

time

Jam

60 80 100 120 140 160 180

6 NS NS 110 235 380 660 830

12 25 120 295 490 685 1250 1520

18 60 195 445 660 880 1565 2000

24 100 350 600 815 1125 2300 2880

72 375 880 1210 1460 2145 3000 3105

CATATAN:

NS= Not Set = tidak melekat.

Compressive strength, psiTemperatur derajat F

Page 34: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Tabel 5. Pengaruh penambahan pozzolan dengan perbandingan 50% :

50% dengan bubuk semen terhadap compressive strength untuk

prosentase bentonite tertentu.

Bentonite

% 80 100 140

2 350 600 1125

4 225 390 600

6 150 300 550

8 100 220 425

Semen (bubur semen) yang dibuat dari campuran bubuk semen dan pozzolan

disebut dengan pozzolan cement.

27

Pada tabel dibawah ini diperlihatkan jumlah air yang diperlukan untuk

perbandingan pencampuran tertentu, dan berat jenis serta yield yang

dihasilkannya.

Tabel 6. Sifat-sifat bubur semen pada pozzolan cement

Pozzolan

%

Bubuk

Semen

Bentonite

%

Air

gal/sack

Berat

jenis

slurry,

ppg

Yield

cuft /

sack

0 100 0 5.20 15.60 1.17

50 50 2 5.75 14.15 1.26

50 50 4 6.95 13.60 1.43

50 50 6 7.66 13.30 1.53

50 50 8 8.37 13.10 1.64

Compressive strength, psiTemperatur derajat F

Page 35: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Selain pozzolan cement ada juga semen yang dibuat dari pencampuran

pozzolan dengan tanpa bubuk semen. Di pasaran dikenal dengan nama

Pozmix-140 cement, umumnya keluaran Halliburton. Semen ini berat lime

10% sampai 15% dari pozzolan. Campuran ini memberikan thickening time 3

sampai 4 jam, untuk range temperatur 140 derajat – 400 derajat F.

Kebaikannya adalah strength tidak turun untuk temperatur di atas 230

derajat F.

Diatomaceous Earth

Bahan ini berasal dari silika suatu sedimen. Diatomiceous Earth mempunyai

surface area yang besar, sehingga memerlukan banyak air dalam pembuatan

bubur semen.

Umumnya dicampurkan antara 10% sampai 40% dari berat bubuk semen. Di

pasaran sering disebut dengan:

- Diecel D, buatan Phillips Pet. Co

- Letepoz 2, buatan Dowell Schlumberger.

Dalam halaman berikut ini ditabelkan sifat-sifat Diatomaceous Earth Cement.

28

Tabel –7 sifat-sifat Diatomaceous Earth Cement.

Dia. Earth Air

gal / sack

Berat Jenis

ppg

Yield

Cuft / sack

0 5.2 15.60 1.18

10 10.2 13.20 1.92

20 13.5 12.40 2.42

30 18.2 11.70 3.12

40 25.6 11.00 4.19

Gilsonite

Page 36: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Gilsonite tidak memerlukan banyak air. Sehingga menurunkan compressive

strength semen akan lebih kecil dibandingkan dengan extender yang lain,

untuk pengukuran berat jenis yang sama.

Penambahan air adalah 2 gal per 59 lb gilsonite. Pada halaman berikut ini

diperlihatkan pengaruh penambahan gilsonite terhadap compressive strength

semen.

Tabel – 8 Pengaruh Gilsonite terhadap Compressive Strength

Gilsonite

lb/sk. Bk

Bentonite

% 80 F 100 F 140 F

0 0 2315 2740 6825

25 0 1250 1660 2725

50 0 730 960 1675

0 4 485 830 1805

25 4 365 605 1210

50 4 275 485 890

29

Expended Perlite

Expended merupakan extender yang berasal dari vulkanik. Umumnya

ditambahkan juga bentonite 2% sampai dengan 6% untuk mencegah

pemisahan air.

Pada umumnya juga penambahan perlu penambahan air yang banyak,

dibawah tekanan expended perlite bertindak sebagai spons. Sehingga bubur

semen akan mempunyai berat jenis yang lebih besar dan volume yang lebih

kecil untuk kondisi bertekanan dibandingkan dengan kondisi di permukaan.

Dengan tabel berikut ini dapat dilihat hubungan penambahan expanded

perlite.

Page 37: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Tabel 9 sifat-sifat bubur semen Perlite Semen.

Bentonite

%

WCR

gal /sack

Berat Jenis,

ppg

Yiled

ft / sack

Berat jenis

ppg

Yield

ft3 / sack

Tekanan atmosfir 3000 psi

Satu sack bubuk semen dan 1 cuft perlite

0 11.5 12.3 2.53 13.4 2.32

2 12.5 12.1 2.68 13.2 2.46

4 13.7 12.0 2.85 12.9 2.64

Satu sack bubuk semen dan ½ cuft perlite

0 8.5 12.3 1.87 14.1 1.77

2 9.5 13.0 2.02 13.7 1.91

4 10.7 12.7 2.19 13.4 2.09

Satu sack bubuk semen dan ¼ cuft perlite

30

0 7.0 14.0 1.55 14.6 1.49

2 8.0 13.7 1.69 14.1 1.64

4 9.2 13.2 1.86 13.1 1.81

30

3.3.2. Retarder

Retarder adalah additive berfungsi untuk memperlambat atau

memperpanjang thickening time. Hal ini diperlukan untuk penyemenan

sumur bertemperatur tinggi, atau untuk sumur yang dalam atau kolom

penyemenan yang panjang. Atau bila air banyak yang terisap oleh

penambahan additive lain sehingga thickening time berkurang. Sebagaimana

telah disebutkan di halaman terdahulu bhawa bila thickening time lebih kecil

dari waktu pemompaan bubur semen, maka bubur semen akan mengeras

sebelum sampai ke tempat yang diinginkan.

Page 38: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Bahan-bahan yang bertindak sebagai retarder sebagai berikut:

- Calcium Ligno Sulfonate

- Modified Lignin.

- CMHEC

- Garam (NaCl)

Calcium Ligno Sulfonate

Pengaruh Calcium Sulfonate terhadap thickening dapat dilihat pada tabel

berikut. Dimana bentonite adalah 12%, untuk kedalaman tertentu. Kalau

secara normal thickening time akan berkurang untuk pertambahan

temperatur. Temperatur akan naik dengan bertambahnya lubang.

Modified Lignin

Modified lignin adalah retarder untuk temperatur yang tinggi. Dan juga dapat

sebagai additive untuk menurunkan viskositas dari bubur semen.

Bahan ini terutama digunakan untuk:

- Pozzolan lime.

- Semen kelas D dan E.

Modified lignin tidak perlu menambahkan air yang banyak. Bahan ini

dianjurkan untuk kedalaman 12000 ft ke atas atau untuk temperatur 260

derajat F lebih.

31

Pada tabel berikut ini diperlihatkan modified lignin sebagai retarder untuk

kedalaman 12000 ft sampai 18000 ft untuk penyemenan casing dan squeeze

cementing dalam keadaan statis maupun saat dinamis, untuk semen kelas D

atau F. dengan kenaikan kedalam sumur dan penambahan berbagai harga

modified lignin didapatkan thickening time bubur semen antara tiga sampai

empat jam.

Page 39: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

CMHEC

CMHEC adalah singkatan dari Carboxy Methyl Hidroxy Ethyl Cellulose. Bahan

ini digunakan untuk temperatur yang ekstrim. CMHEC memerlukan banyak

air dalam pencampurannya.

Tabel 12 Thickening Time Bubur Semen dengan penambahan Modified

Lignin. (Catatan untuk penyemenan casing)

Kedalaman

ft

Temperatur F Retarder

%

Thickening

Jam

Statis dinamis

12000 -

14000

260-290 172-206 0.2 3 – 4

14000 -

16000

290-320 206-248 0.3 – 0.5 3 – 4

16000 -

18000

320-350 248-300 0.7 – 1.0 3 - 4

Diatas 18000 350 ke

atas

3000 ke

atas

1.0 ke atas 3 – 4

12000 -

14000

260-290 231-242 0.6 – 0.8 3 – 4

14000 –

16000

290-320 242-271 0.8 – 1.0 3 – 4

Di atas

16000

320 ke

atas

271 ke atas 1.0 ke atas 3 – 4

Garam (NaCl)

Konsentrasi NaCl yang dicampurkan harus lebih besar dari 5%. Kalau 1.5

sampai 3% NaCl mempercepat thickening time. NaCl berguna untuk

memeperbaiki ikatan semen untuk menyemen formasi garam.

Page 40: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

32

Untuk formasi shale digunakan juga air garam agar formasi shale tidak

menghisap air dari bubur semen. Sebab formasi shale menghisap air tawar.

Additive ini dapat pula menaikkan berat jenis bubur semen. Umumnya

digunakan 3.1 lb untuk setiap gallon air.

3.3.3. Accelerator

To accelerator maksudnya mempercepat. Accelerator artinya adalah additive

untuk mempercepat thickening time. Pada umumnya accelerator

ditambahkan bila menyemen sumur yang dangkal. Kalau tidak ditambahkan

accelerator akan terlalu lama menunggu bubur semen menjadi keras.

Bahan-bahan yang bertindak sebagai accelerator adalah:

- Calcium Chlorida

- Natrium Chlorida

- Desified Cement

Calcium Chlorida (CaCI2)

2% CaCI2 dapat melipat-duakan compressive strength semen dalam tempo

24 jam, pada temperatur 120 derajat F. umumnya Calcium Chlorida yang

ditambahkan berkisar antara 2% sampai 4%. Diatas 4% strength semen bisa

menjadi turun. Pengaruh penambahan CaCI2 terhadap thickening time

adalah seperti pada tabel berikut.

Terlihat pada tabel untuk kedalaman tertentu, dengan penambahan Calcium

Chlorida (kenaikan prosentase Calcium Chlorida) maka thickening time bubur

semen turun.

Pengaruh thickening time terhadap compressive untuk 2% penggunaan akan

memperkecil thickening time, akan tetapi penambahan 4% Calcium Chlorida

lebih sedikit kenaikan compressive strengthnya dibandingkan dengan

penambahan 4%.

Page 41: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Hal ini dapat terlihat pada tabel 14, untuk percobaan dengan memakai bubuk

semen kelas A, dengan penambahan Calcium Chlorida dua dan empat

persen.

33

Tabel 13

Pengaruh Calcium Chlorida terhadap Thickening Time Bubur Semen

Thickening Time, jam – menit

% CaCI2 Kedalaman, ft

2000 4000 6000

0 4,00 3,48 2,32

2 3,15 2,30 1,47

4 2,38 1,55 1,05

Tabel 14

Pengaruh Calcium Chlorida terhadap Compressive Strength Bubur Semen

Compressive Strength, psi

Curing Time % CaCI2 Temperatur derajat F

Jam 60 80 100 120

6 0 NS 45 385 905

12 0 65 365 830 1660

18 0 185 915 1525 3060

Natrium Chlorida (NaCl)

Natrium Chlorida atau garam dapur, dapat bertindak sebagai retarder dan

dapat juga sebagai accelerator, hal ini tergantung kepada konsentrasi

garamnya. Penambahan NaCl akan menurunkan thickening time prosentase

penambahan NaCl 2 dan 4% adalah seperti pada tabel 15.

Pengaruh penambahan NaCl terhadap compressive strength untuk tekanan,

temperatur dan waktu tertentu dilihat pada tabel 16. Dimana untuk

penambahan NaCl untuk tekanan temperatur dan waktu yang sama akan

menaikkan compressive strength semen.

Page 42: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

34

Tabel 14

Pengaruh Calcium Chlorida terhadap Compressive Strength Bubur Semen

(lanjutan)

Compressive Strength, psi

Curing Time % CaCI2 Temperatur derajat F

Jam 60 80 100 120

24 0 430 1250 1805 3815

48 0 1040 1398 3490 5990

6 2 115 300 1015 1800

12 2 505 1055 2400 3260

18 2 750 1325 3075 4210

24 2 1580 2415 3910 5475

48 2 3050 4385 6340 6525

6 4 155 360 970 1445

12 4 610 1005 2090 2715

18 4 900 1395 2885 3635

24 4 1620 2385 3490 3665

48 4 2850 3715 4990 4830

Desified Cement

Desified cemen maksudnya bubur semen yang dikurangi WCR – nya. Dengan

mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen, maka

dihasilkan semen yang padat.

Dengan demikian akan didapatkan berat jenis bubur semen yang lebih besar

dan thickening bubur semen yang lebih kecil.

Page 43: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

35

Tabel 15

Pengaruh Sodium Chlorida

Terhadap Thickening Time Bubuk Semen

Thickening Time, jam, menit

Prosentase Kedalaman, ft

NaCl, % 1000 2000 4000 6000

0 4.40 4.12 2.30 2.25

2 3.05 2.27 1.52 1.13

4 3.05 2.35 1.35 1.20

Tabel 16

Pengaruh Sodium Chlorida terhadap

Compressive Strength Bubur Semen

Curing Compressive Strength, psi

Time % NaCl Tekanan dan Temperatur, psi,

F

Jam 60 ; 14,7 80 ; 14,7 95 ; 800 110 ;

1600

12 0 80 560 800 1120

24 0 615 1905 2080 2925

12 2 290 960 1590 2600

24 2 1230 2260 3200 3420

12 4 280 1145 1530 2575

24 4 1390 2330 3150 3400

Pengurangan air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen boleh

dilakukan kalau sudah memakai frictin loss reducer. Kalau tidak akan

menyebabkan gesekan di annulus besar. Jadi dengan kata lain bila

Page 44: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen harus

diiringi oleh penambahan friction reducer, agar tidak banyak gesekan di

annulus.

36

Tabel 17 dibawah ini memperlihatkan penambahan friction reducer bila air

yang dicampurkan dikurangi, dan memperlihatkan berat jenis bubur semen

yang dihasilkan dan juga yield bubur semen.

Tabel 17

Sifat-sifat bubur semen Desified cement

Air

gal / sack

Frictin

reducer (5)

Berat jenis

ppg

Yield

cuft / sack

5,20 0,00 15,6 1,18

4,75 0,75 16,0 1,12

4,24 1,00 16,5 1,05

3,78 1,00 17,0 0,99

3,38 1,00 17,5 0,93

3,02 1,00 18,00 0,89

3.3.4. Filtration Loss Additive

Karena bubur semen mengandung cairan di dalamnya, bila bubur semen

melewati formasi yang porous dan permeable, maka air yang terdapat dalam

bubur semen akan terisap ke daam formasi tersebut. Hal ini akan

menyebabkan bubur semen kekurangan

air. Akibatnya sudah diuraikan pada halaman terdahulu. Agar air dari bubur

semen tidak banyak terisap oleh formasi maka dilakukan beberapa cara,

caranya adalah sebagai berikut:

- Menambahkan material-material yang membentuk film yang dapat

menutup permukaan formasi yang porous dan permeable.

Page 45: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

- Menambahkan material-material yang bila bertemua dengan air

akan membetuk emulasi, yang dapat menghambat aliran masuk ke

dalam formasi tersebut.

- Menambahkan material-material yang dapat menyumbat pori-pori

formasi.

37

Material-material yang ditambahkan tersebut umumnya adalah bentonite,

latex, CMHEC dan organic polymer.

Bentonite

Bentonite bila ditambahkan ke dalam bubur semen akan membentuk filter

cake yang bertindak sebagai film dalam menutupi permukaan formasi yang

porous dan permeable.

Latex

Latex bila ditambahkan dalam bentuk bubur semen akan membentuk film.

Selain dari itu akan menjadikan semen mempunyai sifat perforating qualities

yang baik, penahan korosi dan kontaminasi.

CMHEC

Carboxyl Methyl Hidrocyl Cellulose (CMHEC), juga merupakan bahan yang

dapat membentuk film yang tipis pada permukaan formasi yang porous dan

permeable, bila ditambahkan dalam pembuatan bubur semen.

Karena CMHEC bertindak sebagai retarder, maka dianjurkan untuk

menambahkan natrium silicate, bila tidak diinginkan thickening time yang

lama. Ini dilakukan untuk temperatur dibawah 170 derajat F. Untuk

temperatur di atas 170 derajat F tidak perlu. Karena pengaruh retarder tidak

merugikan.

3.3.5 Lost Circulation Additive

Page 46: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Material yang sering dipakai untuk mengurangi atau menanggulangi lost

circulation pada lumpur, juga dipakai untuk mengatasi lost circulation pada

semen.

Bahan-bahan itu antara lain:

- Raw cotton

- Bagasse

- Wood fiber

- Cellophase.

- Asphalt

38

- Sawdust

- Mica

- Dan lain-lain..

Gilsoite kadang-kadang digunakan juga, begitu juga perlite. Gilsonite

dpandang sebagai bahan yang terbaik. Biasanya 5 sampai 25lb, ditambahkan

tiap sack bubuk semen.

3.3.6. Friction Reducer

Bahan ini digunakan untuk mengurangi tahana terhadap aliran bubur semen

sampai ke tempat yang di inginkan.

Diusahakan aliran berbentuk turbulent, denganjalan memperbesar Reynold

number.

Additive sebagai friction reducer ini antara lain adalah organic dispersant,

yang dapat menyebabkan aliran turbulent pada rate yang rendah.

Selain itu dapat digunakan garam, calcium lignosulfonate dan cellulose

material yang bermolekul tinggi.

3.3.7. Contamination Additive

Additive ini dicampurkan guna menghindari kontaminasi bubur semen

dengan lumpur.

Bahan ini antara lain adalah:

- Mud Kil

Page 47: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

- Adtivated Charcoal.

Mud Kil.

Mud-Kil adalah suatu bahan yang dapat menetralkan quobracho, tannine

yang mana kimiawi-kimiawi ini bertindak sebagai retarder pada bubur

semen.

39

Activated Charcoal

Activated Charcoal adalah bahan untukmenghindari kontaminasi dengan

lumpur. Bahan ini akan bertindak menghalangi pengaruh zat kimia perawat

lumpur terhadap bubur semen.

Umumnya activated charcoal yang ditmabahkan berkisar antara 3% sampai

5%. Kalau lebih dari 5% maka bahan ini bertindak sebagai accelerator

terhadap bubur semen. Bahan ini tidak digunakan untuk retarder cement,

karena akan memperpendek thickening time bubur semen.

3.3.8. Weight Materials.

Weight Material ditambahkan dalam membuat bubur semen bila akan

menyemen formasi bertekanan tinggi.

Untuk menaikkan berat jenis bubur semen ditambahkan dalam pembuatan

bubur semen antara lain:

- Ilmenite

- Barite

- Pasir

- Densified cement

- Garam (NaCl)

Ilmenite

Page 48: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Ilmenite merupakan bahan yang terbaik sebagai weight material. Material ini

adalah inert solid dan tidak memberikan pengaruh terhadap thickening time.

Rumus kimia solid dari Ilmenite adalah FeTi03, mempunyai SG 4,7. Distribusi

ilmenite dalam bubur semen dapat merata atau uniform. Berat Jenis bubur

semen yang terjadi dapat mencapai 22 ppg.

Barite.

Barite merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk menaikkan

berat jenis bubur semen, maupun lumpur pemboran. Bubur semen menjadi

18ppg. Kata lain untuk barite adalah barium sulfate.

40

Dalam penambahan barite, perlu diiringi dengan penambahan air untuk

membasahi partikelnya, karena barite mempunyai surface area yang besar.

Air ini dapat juga melarutkan retarder dari bubur semen. Sehingga thickening

time-nya jadi singkat. Penambahan air yang banyak dapat menurunkan

compressive strength dari semen.

Pasir

Pasir yang digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen umumnya

adalah Pasir ottawa (Ottawa sand). Berat jenis yang terjadi dapat mencapi 18

ppg. Biasanya digunakan untuk menyemen lubang untuk pemasangan

whipstock SG dari ottawa sand adalah 2,6 sehingga untuk menaikkan berat

jenis bubur semen diperlukan pasir yang banyak.

Densified Cement

Bubur semen yang dikurangi air dalam pembuatannya akan memberikan

berat jenis bubur semen yang lebih tinggi. Dalam pembuatannya harus

diiringi dengan menambahkan friction reducer 0,75 sampai 1% berat bubuk

semen.

Sodium Chlorida (Natrium Chlorida)

Untuk menaikkan berat jenis bubur semen yang kecil saja, dapat

ditambahkan natrium chlorida. Kenaikkan yang diperoleh 0,5 ppg sampai 1

ppg.

Page 49: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

3.4. Semen Khusus

Semen khusus mempunyai keistimewaan jika dibandingkan dengan semen-

semen yang telah dijelaskan sebelumnya.

Harganya lebih mahal. Oleh sebab itu semen khusus baru digunakan bila

penyemenan dengan semen-semen lain gagal.

Semen yang termasuk semen khusus antara lain:

- Diesel Oil Cement

- Resin Cement.

41

- Gypsum Cement.

- Hight temperature cement.

- Quick setting cement.

Diesel Oil Cemen (DOC)

Diesel Oil Cement adalah bubur semen yang dibuat dari campuran bubuk

semen dengan minyak diesel (kerosine) dan surfce active agent. Bubur

semen yang terjadi tidak bersifat menyemen dan tidak mengeras.

Bila bubur semen ketemu dengan air, maka minyak diesel akan terdorong

oleh air, sehingga sekarang bubur semen merupakan campuran antara

bubuk semen dengan air dan dapat bersifat mengeras. Jadi bubur semen ini

mempunyai thickening time yang tidak terbatas. Atau waktu pemompaan

nya tidak terbatas.

Semen ini baik untuk menutup formasi gas atau air, dimana semen jenis lain

gagal hasilnya.

Resin Cement.

Resin Cement merupakan pencampuran bubuk semen dengan resin atau

damar dan air. Keisitimewaan semen ini adalah bubur semen dapat

menembus mud cake, sehingga ikatan semen formasi sangat baik.

Berhubung harga damar atau resin mahal, maka semen ini jarang digunakan.

Hight Temperature Cement.

Page 50: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Dari istilahnya terlihat bahwa semen ini baik digunakan untuk menyemen

formasi yang mempunyai formasi yang mempunyai temperatur tinggi.

Dimana pada temperatur 400 derajat F masih memberikan strength yang

baik. Yang mana semen yang lain untuk temperature yang mencapai 350

derajat ke atas, strength semen akan turun.

Hight temperature cement merupakan pencampuran bubuk semen. Dengan

penambahan HR-12,s emen ini dapat digunakan sampai temperatur 400

derajat F.

42

Quick Setting Cement

Quick setting cement merupakan semen yang sangat cepat mengeras.

Semen ini dibuat dari pencampuran bubuk semen dengan Plaster of Paris

(CaS04 ½ H2O), dengan perbandingan 1:1. Semen ini baik digunakan untuk

menutup formasi yang menimbulkan blowout dan lost circulation.

Keistimewaan lain adalah bahwa semen ini mempunyai kekerasan awal

(early strength) yang tinggi. Kekurangannya adalah bahwa semen ini hanya

dapat menyemen formasi yang dangkal.

Gypsum Cement

Gypsum cement merupakan semen yang dibuat dari pencampuran gypsum

(CaS04 2H2O) dengan bubuk semen.

Semen ini mempunyai sifat sebagai berikut:

- Cepat mengeras

- Mengembang setelah ditempatkan.

Oleh sebab itu semen ini baik untuk blowout dan circulation.

3.5. Pengaruh Temperatur dan Tekanan Terhadap Semen

kenaikan temperatur dan tekanan akan menaikkan compressive strength dari

semen. Akan tetapi untuk temperatur di atas 230derajat F, compressive

strength dari semen turun.

Page 51: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Penurunan strength dari semen disebut dengan strength retrogession dapat

pula terjadi karena penambahan air diwaktu pembuatan bubur semen terlalu

banyak.

Selain dari itu additive yang terlalu banyak dapat menyebabkan strength

restrogression pula. Contohnya bentonite yang ditambahkan terlalu banyak

akan menyebabkan strength semen turun.

43

Itulah sebabnya bentonite harus dibatasi dan bentonite jangan digunakan

untuk temperature yang lebih dari 230 derajat F. strength semen akan naik

dengan

bertambahnya waktu. Hal ini berlangsung sampai waktu setahun atau lebih.

Setelah itu dari semen akan konstan.

Page 52: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

44

PENUTUP

Syukur Alhmdulillah penulis telah dapat menyelesaikan buku Teknik

Penyemenan Jilid I ini tanpa halangan yang berarti.

Semoga dengan mempelajari buku ini pembaca menguasai:

- Kegunaan penyemenan

- Komponen-komponen bubur semen

- Sifat-sifat bubur semen

- Additive-additive yang diperlukan

- Serta semen khusus.

Pada buku Penyemenan Jilid II pembaca akan dapat mempelajari kelanjutan

jilid I ini. Terutama tentang cara-cara penyemenan untuk sumur migas dan

peralatan-peralatannya.

Semoga Allah SWT memberikan kesempatan dan kemampuan kepada

penulis.

Terima kasih atas perhatian pembaca.

Cepu, April 1998

Page 53: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Hormat Penulis

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Anon : “A Guisde to Oil and Well Cemen and

Cementing Additives”, Petroleum

Equipment and Services, 1968

2. Baker Line : “Service Catalog”. A Baker

Tools Company,

San Antonii, 1981

3. Bambang, T : “Teknik Pemboran II”, Patra, ITB,

Bandung,

1970

4. Brantly, J.E. : “Rotary Handing Handbook”, New

York,

1961

5. Craft and Holden : “Well Design Drilling and

Production”, New

Jersey, 1962

6. Dowell Schlumberger : “Cementing Technology”, 1983

7. Halliburton : “Sales and Services Catalog”,

Halliburton

Company, Duncan, 1983

8. K. Smith, Dwight : “Cementing”, AJME, New York,

1976

9. Kaswir Badu : “Pipa Selubung dan Penyemenan”,

PPT

Page 54: Teknik Penyemenan (Cementing) Jilid I

Migas, Cepu, 1987

10.Nel J. Adam : “Drilling Engineering”, Penn Well

Books,

PennWell Publishing Company, Tulsa,

Oklahoma, 1985