teknik pengolahan dan pemanfaatan jernang
TRANSCRIPT
Ir. Totok K Waluyo, M.Si.Gunawan Pasaribu, S.Hut., M.Si.
Dr. Muhammad Nasir
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBOGOR, JULI 2015
SERI PAKET IPTEK
TEKNIK PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN JERNANG
(DRAGON’S BLOOD)
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SERI PAKET IPTEK
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBOGOR, JULI 2015
SERI PAKET IPTEK
TEKNIK PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN JERNANG
(DRAGON’S BLOOD)
Ir. Totok K Waluyo, M.Si.Gunawan Pasaribu, S.Hut., M.Si.
Dr. Muhammad Nasir
Judul Buku:Seri Paket Iptek Teknik Pengolahan dan Pemanfaatan Jernang (Dragon’s Blood)
Penulis:Ir. Totok K Waluyo, M.Si.Gunawan Pasaribu, S.Hut., M.Si.Dr. Muhammad Nasir
Desain Sampul dan Penata Isi: Andreas Levi Aladin
Jumlah Halaman: 14+ 8 halaman romawi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanBadan Penelitian, Pengembangan dan InovasiKementerian Lingkungan Hidup dan KehutananJl. Gunung Batu No. 5, BogorTelp/Fax: 0251 - 8633 378/8633413 E-mail: [email protected]: www.pustekolah.org
ISBN: 978-979-313-263-1
Dicetak oleh IPB Press, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan
© 2015, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
Jernang adalah resin yang diperoleh dari beberapa jenis pohon penghasil resin jernang dan mempunyai nilai sosial, budaya dan ekonomi yang cukup tinggi. Bermacam-macam cara atau teknik untuk mendapatkannya tergantung dari jenis pohon penghasilnya. Ada yang diperoleh melalui penyadapan pada bagian batang pohonnya, ada pula yang diperoleh melalui sekrersi dari buahnya.
Jernang mempunyai kegunaan yang beragam terutama dalam bidang industri, diantaranya sebagai bahan pewarna vernis, keramik, marmer, alat dari batu, kayu, rotan, bambu, kertas, cat dan sebagainya. Selain itu jernang juga telah digunakan sebagai obat tradisional sejak beberapa abad yang lalu yaitu sebagai bahan antiseptik, merangsang sirkulasi darah, antimikroba, antivirus, antitumor, obat luka, dan lain-lain.
Resin jernang (dragon’s blood) adalah resin berwarna merah yang berasal dari genus Dracaena (Dracaenaceae), Daemonorops (Aracaceae), Croton (Euphorbiaceae) dan Pterocarpus (Fabaceae). Mengingat begitu banyaknya manfaat dan kegunaan resin jernang, maka perlu terus dikembangkan teknologi pengolahan dan pemanfaatannya untuk dapat menghasilkan resin yang lebih berkualitas.
KATA PENGANTARKATA PENGANTAR
Seri Paket IptekTeknik Pengolahan dan Pemanfaatan Jernang (Dragon’s blood)iv
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan buku IPTEK ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Semoga apa yang disajikan dalam buku ini dapat bermanfaat bagi para pelaku industri, masyarakat pengguna, lembaga penelitian maupun pihak penentu kebijakan
Bogor, Juli 2015Kepala Pusat
Dr. Ir. Dwi Sudharto, M.Si.
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
I. Pendahuluan ....................................................................................................... 1
II. Ekstraksi Buah Rotan Jernang ....................................................................... 3
1. Ekstraksi Kering ............................................................................................. 3
2. Ekstraksi Basah .............................................................................................. 4
III. Ekstraksi Resin Jernang ................................................................................... 7
IV. Pembuatan Matriks Serat Nano (Nanofibers) ........................................... 8
V. Matriks Serat Nano sebagai Media Ekstrak Jernang ...........................10
VI. Kinerja ..................................................................................................................12
VII. Rekomendasi .....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................15
iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata persentase luas penutupan luka .....................................12
Gambar 1. Buah rotan jernang ............................................................................ 3
Gambar 2. Teknik ekstraksi kering ..................................................................... 4
Gambar 3. Teknik ekstraksi basah ...................................................................... 5
Gambar 4. Alat ekstraksi basah ........................................................................... 6
Gambar 5. Diagram alir ekstraksi resin jernang ............................................ 7
Gambar 6. Pembuatan matriks serat nano dengan alat electrospinning ............................................................................ 9
Gambar 7. SEM matriks serat nano (nanofibers) ..........................................11
DAFTAR GAMBAR
I. Pendahuluan
Resin jernang (dragon’s blood) adalah resin berwarna merah yang berasal dari genus Dracaena (Dracaenaceae), Daemonorops (Aracaceae), Croton (Euphorbiaceae), dan Pterocarpus (Fabaceae).
Teknik untuk mendapatkan resin jernang bermacam-macam bergantung dari jenis pohon penghasilnya. Untuk jenis Dracaena, Croton, dan Pterocarpus dilakukan dengan teknik penyadapan pada bagian batang. Ada beberapa pohon dengan genus yang sama, tetapi teknik mendapatkan resin jernang berbeda, seperti jenis Dracaena cinnabari Balf.f. dengan penyadapan. Sementara itu, jenis Dracaena cochinchinensis (Lour.) S.C. dan Dracaena cambodiana Pierre ex Gagnep asal Tiongkok dilakukan dengan cara menginduksi jamur Fusarium proliferatum pada bagian batang atau daun sehingga bagian tersebut terinfeksi jamur dan menghasilkan resin jernang.
Jernang yang berasal dari beberapa jenis rotan (Daemonorops) adalah resin hasil sekresi buah rotan jernang dan resin menempel pada bagian luar kulit buah (Gambar 1). Jernang jenis ini hanya terdapat di Indonesia dan semenanjung Malaysia (Yi et al. 2011). Beberapa jenis rotan penghasil jernang antara lain Daemonorops draco BL.; D. draconcellus Becc.; D. mattanensis Becc.; D. micrantus Becc.; D. motleyi Becc.; D. propinquess Becc.; D. rubber BL.; D. sabut Becc.; D. micracanthus Becc.: D. didymophylla Becc.; D. melanochaetes Blume.; D. longipes Mart.; dan lain-lain (Heyne
Seri Paket IptekTeknik Pengolahan dan Pemanfaatan Jernang (Dragon’s blood)2
1987; Dransfield dan Manokaran 1994; Januminro 2000; Waluyo 2013). Salah satu teknik sederhana untuk mendapatkan resin jernang dari jenis rotan yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku anak dalam di Jambi yaitu menumbuk buah rotan segar sehingga resin yang menempel pada bagian luar buah terlepas/terpisah. Untuk mendapatkan resin jernang tersebut dilakukan ekstraksi.
Kegunaan jernang dalam industri yaitu sebagai bahan pewarna vernis, keramik, marmer, alat dari batu, kayu, rotan, bambu, kertas, cat, dan sebagainya. Namun, jernang telah digunakan sebagai obat tradisional sejak beberapa abad yang lalu sebagai antiseptik, merangsang sirkulasi darah, antimikroba, antivirus, antitumor, obat luka, dan lain-lain.
Salah satu teknologi nano yang berkembang saat ini adalah penggunaan serat nano (nanofibers) untuk berbagai produk. Serat nano mempunyai sifat unik dan berpotensi untuk diaplikasikan di bidang biologi, kimia, elektronik, teknik, biomedis, dan pelindung berbagai produk (Subiah et al. 2005; Wei et al, 2010; Kimura et al. 2010). Salah satu aplikasi serat nano dalam bidang medis adalah meningkatkan efisiensi pemakaian obat (Subiah et al. 2005; Nguyen et al. 2012). Salah satu aplikasi serat nano dalam bidang biomedis adalah menyembuhkan luka dengan memasukkan bahan antibiotik pada matriks serat nano (Soscia et al. 2010). Teknik pemanfaatan matriks serat nano sebagai media ekstrak jernang untuk penyembuh luka telah diujicobakan dengan hasil yang cukup memuaskan.
Teknik ekstraksi buah rotan jernang merupakan kegiatan untuk mendapatkan resin jernang. Ekstraksi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu ekstraksi kering dan basah.
1. Ekstraksi KeringTeknik ekstraksi kering dilakukan dengan cara menumbuk buah rotan jernang segar seperti pada Gambar 2 (Januminro 2000). Rendemen resin yang dihasilkan sebesar 7−8% (waluyo 2008).
A BGambar 1. Buah rotan jernang
Keterangan: A: buah rotan jernang sebelum diekstraksi
B: buah rotan jernang setelah diekstraksi
1. Ekstraksi Kering
II. Ekstraksi Buah Rotan Jernang
II. Ekstraksi Buah
Seri Paket IptekTeknik Pengolahan dan Pemanfaatan Jernang (Dragon’s blood)4
Gambar 2. Teknik ekstraksi kering
2. Teknik Ekstraksi BasahTeknik ekstraksi basah menggunakan air dan terdiri atas 2 cara yaitu:
Buah rotan jernang dijemur hingga kering, selanjutnya ditumbuk a. untuk memudahkan memisahkan kulit dan biji rotan. Kulit buah rotan dimasukkan dalam wadah yang berisi air dan diaduk atau diremas-remas hingga resin larut dalam air. Selanjutnya, air disaring menggunakan saringan dari karung anyaman plastik. Air saringan ditempatkan dalam wadah dan dibiarkan hingga resin jernang mengendap sempurna (Gambar 3). Rendemen yang dihasilkan berkisar 12%.
II. Ekstraksi Buah Rotan Jernang 5
A
B C
Gambar 3. Teknik ekstraksi basah
Keterangan: A = ekstraksi menggunakan air
B = proses penyaringan
C = proses penjemuran
Buah rotan dimasukkan dalam wadah berbentuk silider yang b. telah berisi air (Gambar 4), selanjutnya silider tersebut diputar hingga resin larut sempurna dalam air. Setelah resin larut sempurna, air disaring dan air hasil saringan ditempatkan pada suatu wadah agar resin mengendap. Endapan resin dipisahkan dari air dan dijemur. Rendemen resin yang dihasilkan berkisar 12%.
Seri Paket IptekTeknik Pengolahan dan Pemanfaatan Jernang (Dragon’s blood)6
Gambar 4. Alat ekstraksi basah
Ekstraksi resin jernang dengan pelarut organik dilakukan untuk mendapatkan ekstrak resin yang berpotensi sebagai penyembuh luka. Ekstrak jernang dengan pelarut etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan penyembuh luka (Waluyo & Pasaribu 2013). Ekstraksi dilakukan sesuai diagram alir pada Gambar 5.
Etil asetat
Ekstrak diuapkan
Ekstrak untuk penyembuh luka
n-heksana Metanol
Fraksinasi
Resin jernang
Gambar 5. Diagram alir ekstraksi resin jernang
Ekstraksi resin jernang dengan pelarut organik dilakukan untuk mendapatkan ekstrak resin yang berpotensi sebagai penyembuh luka. Ekstraksi resin jernang dengan pelarut organik dilakukan untuk
III. Ekstraksi Resin Jernang
III. Ekstraksi Resin
Resin Jernang
Matriks serat nano digunakan sebagai media ekstrak etil asetat jernang yang berfungsi sebagai obat penyembuh luka. Pembuatan matriks serat nano (nanofibers) dengan cara melarutkan bahan polimer PVDF (Polyvinylidene Fluoride) sebanyak 4 gram dengan pelarut N.N. Dimetyl acetamide sebanyak 20 ml (1:5 b/v). Larutan polimer yang telah larut sempurna didiamkan sedikitnya 6 jam hingga larutan tampak bening, selanjutnya larutan dimasukkan ke alat electrospinning untuk membuat matriks yang tersusun dari serat berukuran nano (Gambar 6).
Gambar 6. Pembuatan matriks serat nano dengan alat electrospinning
Matriks serat nano digunakan sebagai media ekstrak etil asetat jernang yang berfungsi sebagai obat penyembuh luka. Pembuatan matriks Matriks serat nano digunakan sebagai media ekstrak etil asetat jernang yang berfungsi sebagai obat penyembuh luka. Pembuatan matriks
IV. Pembuatan Matriks Serat Nano
(Nanofibers)Matriks Serat Nano Matriks Serat Nano
Ekstrak jernang dilarutkan dengan pelarut etil asetat menjadi larutan berkonsentrasi 5%, selanjutnya larutan ekstrak tersebut diteteskan pada matriks serat nano hingga merata. Matriks yang telah ditetesi larutan dibiarkan hingga kering (etil asetat menguap sempurna). Hasil SEM matriks serat nano disajikan pada Gambar 7.
A (250X) B (250X)
Gambar 7. SEM matriks serat nano (nanofibers)
Keterangan: A = matriks serat nano (pembesaran 250X)
B = matriks serat nano berisi ekstrak jernang (pembesaran 250X)
V. Matriks Serat Nano sebagai Media
Ekstrak Jernang
Penggunaan matriks serat nano yang berisi ekstrak jernang digunakan sebagai obat penyembuh luka dan telah dicoba pada kelinci dengan hasil seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata persentase luas penutupan luka
No. PerlakuanPersentase penutupan luka
Hari ke-7 Hari ke-141.
2.
3.
4.
Kontrol (control)
Nitrofurazonea
Ekstrak etil asetat jernang rambai (konsentrasi 5%)
Ekstrak etil asetat jernang kalamuai (konsentrasi 5%)
0,10 g (10%)
26,67±2,89
47,5±5,0b
55,0±3,0*
53,00±2,65*
56,67±2,88
79,6±5,1c
85,67±4,04*
85,67±4,04*
Keterangan: Nitrofurazone adalah salep antimikroba untuk anti infeksi kulit b = Persentase penutupan luka setelah hari ke-6 (Desu et al. 2011)c = Persentase penutupan luka setelah hari ke-12 (Desu et al. 2011)
* = ada perbedaan antara perlakuan dan kontrol
Berdasarkan Tabel 1, ekstrak etil asetat jernang dapat menyembuhkan luka/menutup luka lebih cepat dibanding menggunakan Nitrofurazone, yaitu salep antimikroba untuk antiinfeksi pada kulit. Di samping itu, penggunaan ekstrak jernang juga tidak menimbulkan iritasi pada kulit.
VI. Kinerja
Ekstrak jernang dengan pelarut etil asetat dapat digunakan sebagai obat penyembuh luka dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hal ini merupakan salah satu manfaat lebih dari jernang di mana selama ini jernang hanya digunakan sebagai bahan pewarna alami dan diekspor berupa bahan mentah. Di samping manfaat tersebut, perlu adanya penelitian lebih lanjut kemungkinan-kemungkinan manfaat lain dari jernang.
VII. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Dransfield J, N Manokaran. (1994). Plants Resource of South-East Asia. No. 6. Rattans. Bogor: PROSEA.
Desu BSR, B Suresh, K Elango, M Ramanathan, KMN Satish, SA Dhanraj, P Vijaya. (2011). Antibacterial, antifungal and infected wound healing activity of Cupresus glauca LINN. Pharmanest. 2(1), 24−27.
Heyne K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kehutanan.
Januminro CFM. (2000). Rotan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Kimura N, Kim BS, KH Lee, IS Kim. (2010). Molecular Orientation and Crystalline Structure of Aligned Electrospun Nylon-6 Nanofibers: Effect of Gap Size. Macromolecular Materials Engineering. 295, 1090−1096.
Nguyen THL, S Chen, NK Elumalai, MP Prabhakaran, Y Zong, C Vijila, SI Allakhverdiev, S Ramakrishna. (2012). Biological, Chemical, and Electronic Applications of Nanofibers. Macromol.Mater.Eng. DOI:10.1002/mame.201200143.
Soscia DA, NA Raof, Y Xie, NC Cady, AP Gadre. (2010). Antibiotic-Loaded PLGA Nanofibers for Wound Healing Applications. Advance Biomaterials. 12(4), 83−88.
DAFTAR PUSTAKA
III. Ekstraksi Resin Jernang 13
Subiah T, GS Bath, RW Tock, S Parameswaran, SS Ramkumar. (2005). Electrospinning of Nanofibers. Journal of Applied Polymer Science. 96, 557−569.
Waluyo TK. (2008). Teknik Ekstraksi Tradisional dan Analisis Sifat-sifat Jernang Asal Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 26(1), 30−40.
_________. (2013). Perbandingan Sifat Fisiko-kimia 5 Jenis Jernang. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 31(2), 141−150.
Waluyo TK, G Pasaribu. (2015). Aktivitas Antijamur, Antibakteri Dan Penyembuhan Luka Ekstrak Resin Jernang. Jurnal Penelitian Hasil Hutan (proses editing).
Wei K, T Ohta, BS Kim, KW Kim, KH Lee, MS Khil, HY Kim, IS Kim. (2010). Development of electrospun metallic hybrid nanofibers via metallization. Polym Adv Technol. 21, 746−751.
Yi T, HB Chen, ZZ Zhao, ZL Yu, ZH Jiang. (2011). Comparison of the chemical profile and anti-platelet aggregation effects of two ”Dragon’s Blood” drugs used in traditional Chinese medicine. Journal of Ethnopharmacology. 133, 796−802.