teknik pengeluaran sputum dengan metode reguler

76
TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER DIBANDINGKAN METODE PURSED LIP BREATHING TERHADAP KUALITAS SPUTUM PADA POPULASI MAHASISWA PREKLINIK PSKPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2016 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis NIM : 1113103000006 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H / 2016M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE

REGULER DIBANDINGKAN METODE PURSED LIP

BREATHING TERHADAP KUALITAS SPUTUM PADA

POPULASI MAHASISWA PREKLINIK PSKPD UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2016

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis

NIM : 1113103000006

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438H / 2016M

Page 2: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

ii

Page 3: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

iii

Page 4: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

iv

Page 5: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, hingga

kepada umatnya sampai akhir zaman.

Penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan,

bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Arif Sumantri, S. KM, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT selaku Ketua

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Flori Ratna Sari, Ph. D selaku Penanggung Jawab

Riset, serta seluruh dosen Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama

menjalani masa pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Intan Keumala Dewi, Sp. MK dan dr. Sri Dhuny Atas Asri, Sp. P selaku

dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu membimbing dan

memberikan pengarahan kepada saya selama menjalani dan menyelesaikan

penelitian ini dengan baik.

3. Dewan penguji, dr. Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARS, dan Ibu Yuliati, S. Si,

M. Biomed

3. Kedua orangtua saya yang tercinta, Drs. H. Saparuddin Lubis, M. A dan

Dra. H. Hotna Dewi, yang tak henti-hentinya memberikan cinta, perhatian,

kasih sayang, dukungan, semangat, motivasi dan do’a kepada saya

Page 6: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

vi

4. Ibu Yuliati, S. Si, M. Biomed selaku penanggung jawab (PJ) Laboratorium

Mikrobiologi Klinik yang telah memberikan izin atas penggunaan

laboratorium pada penelitian ini

5. Untuk teman seperjuangan penelitian, Nur Zahara Irwan, Lutfiana Ulfah

Uswandi dan Herlin Oktaviani.

6. Seluruh mahasiswa PSKPD angkatan 2013 serta teman-teman dan sahabat

saya yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan motivasi kepada

saya.

7. Laboran yang terlibat, Ibu Novi yang sangat membantu berlangsungnya

penelitian ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran, agar penelitian ini dapat terus dikembangkan dan

bermanfaat untuk berbagai pihak. Demikian laporan penelitian ini saya tulis,

semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

Ciputat, 5 Oktober 2016

Penulis

Page 7: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

vii

ABSTRAK

Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis. Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter. Teknik Pengeluaran Sputum dengan Metode Reguler Dibandingkan

Metode Pursed Lip Breathing terhadap Kualitas Sputum pada Populasi

Mahasiswa Preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016

Latar Belakang: Hasil pemeriksaan sputum sangat ditentukan oleh kualitas

sputum. Sputum yang dihasilkan dapat berkualitas baik jika pasien tahu cara batuk

yang benar, antara lain dengan batuk efektif metode pursed lip breathing. Batuk

efektif metode pursed lip breathing merupakan cara batuk yang benar agar pasien

dapat mengeluarkan sputum berkualitas baik yang dapat diperiksa untuk

menunjang diagnosis. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan

bermakna (p<0,05) antara batuk efektif metode pursed lip breathing dengan

kualitas sputum baik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan metode regular dengan batuk efektif metode pursed lip breathing

melalui pemutaran video terhadap kualitas makroskopis sputum. Hasil: Hasil

penelitian menunjukkan terdapat peningkatan volume (p<0,05) dan peningkatan

kualitas makroskopis sputum (p<0,05) setelah mendapatkan perlakuan batuk

efektif metode pursed lip breathing lewat pemutaran video. Kesimpulan: Dapat

disimpulkan bahwa batuk efektif metode pursed lip breathing memiliki efek yang

signifikan terhadap sputum berkualitas baik.

Kata kunci : batuk efektif, pursed lip breathing, kualitas sputum

ABSTRACT

Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis. Medical Education Program and Doctor

Profession. Sputum Production Technique with Reguler Method Compare to

Pursed Lip Breathing Method to the Sputum Quality in Preclinical Student

Population Medical Education Program and Doctor Profession State Islamic

University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016

Background: Results of sputum examination is determined by the quality of

sputum. Sputum can have good quality if the patient knows how to cough

properly, such as by effective cough pursed lip breathing method. Effective cough

pursed lip breathing method is a way to cough properly so that the patient can

produce sputum with good quality that can be examined to support the diagnosis.

Previous research showed there was a significant relationship (p <0.05) between

effective cough pursed lip breathing method with good quality sputum. Purpose:

This study aims to determine the difference with and without effective cough

pursed lip breathing method through the video playback to the macroscopic

quality of sputum. Finding Result: The results showed an increase of volume

(p<0.05) and improved quality of macroscopic sputum (p<0.05) after treatment of

effective cough pursed lip breathing method through video playback. Conclusion:

It is concluded that an effective cough pursed lip breathing method has a

significant effect on the good quality of sputum.

Key words : effective cough, pursed lip breathing, sputum quality

Page 8: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................ 3

1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

1.4.1. Bagi Peneliti .............................................................................. 3

1.4.2. Bagi Institusi .............................................................................. 4

1.4.3. Bagi Keilmuan ........................................................................... 4

1.4.4. Bagi Masyarakat ........................................................................ 4

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1. Sistem Respirasi ..................................................................................... 5

2.2. Saluran Pernapasan ................................................................................ 8

2.2.1. Produksi Mukus ......................................................................... 8

2.2.2. Transport Mukus ...................................................................... 11

2.3. Sputum ................................................................................................. 19

2.3.1. Pengertian Sputum ................................................................... 19

2.4. Batuk .................................................................................................... 21

2.4.1. Pengertian Batuk ...................................................................... 21

2.4.2. Batuk Efektif Metode Pursed Lip Breathing ............................ 24

2.5. Kualitas Sputum ................................................................................... 26

2.5.1 Pemeriksaan Makroskopis Sputum .......................................... 26

2.6. Kerangka Teori .................................................................................... 27

2.7. Kerangka Konsep ................................................................................. 28

2.8. Defenisi Operasional ............................................................................ 29

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 31

3.1. Desain Penelitian ................................................................................. 31

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 31

3.3. Populasi Penelitian dan Subyek Penelitian .......................................... 31

3.4. Perkiraan Besarnya Sampel ................................................................. 31

3.5. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 32

3.5.1. Alat .......................................................................................... 32

Page 9: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

ix

3.5.2. Bahan ........................................................................................ 32

3.6. Variabel Penelitian ............................................................................... 32

3.7. Cara Kerja ............................................................................................ 32

3.8. Alur Penelitian ..................................................................................... 34 3.9. Analisis Data ........................................................................................ 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 36

4.1. Karakteristik Jenis Kelamin dan Tahun Angkatan .............................. 36

4.2. Status Kesehatan Sampel Penelitian .................................................... 37

4.3. Kualitas Sputum ................................................................................... 38

4.4. Volume Sputum ................................................................................... 41

4.5. Konsistensi dan Warna Sputum ........................................................... 44

4.6. Persebaran Jenis Kelamin dengan Kualitas Sputum Baik ................... 44

4.7. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 46

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 47

5.1. Simpulan .............................................................................................. 47

5.2. Saran .................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 48

LAMPIRAN ............................................................................................... 51

Page 10: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Persebaran Angkatan Responden Penelitian ............................... 36

Tabel 4.2 Persebaran Jenis Kelamin Responden Penelitian ........................ 36

Tabel 4.3 Status Kesehatan Sampel Penelitian ........................................... 37

Tabel 4.4 Hasil Analisa Perbandingan Kualitas Sputum ............................ 39

Tabel 4.5 Perbandingan Volume Sputum ................................................... 43

Page 11: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ-Organ Sistem Respirasi .................................................. 5

Gambar 2.2 Mukus pada Saluran Pernapasan (Bronkiolus) ......................... 7

Gambar 2.3 Kelenjar ..................................................................................... 9

Gambar 2.4 Scan mikrograf Electron Bronkus ........................................... 10

Gambar 2.5 Sekresi Mukus Saluran Pernapasan ......................................... 10

Gambar 2.6 Lapisan Sol .............................................................................. 12

Gambar 2.7 Silia Saluran Pernapasan ......................................................... 13

Gambar 2.8 Saluran Pernapasan ................................................................. 14

Gambar 2.9 Perbandingan Ciliary Clearance dengan Cough Clearance ... 14

Gambar 2.10 Perbedaan Perpindahan ......................................................... 15

Gambar 2.11 Gradien Tekanan Udara Saat Ekspirasi ................................. 16

Gambar 2.12 Gradien Tekanan Transmural ................................................ 17

Gambar 2.13 Mesin Simulasi Batuk ............................................................ 17

Gambar 2.14 Mucosiliary Clearance Lewat Batuk di Paru ......................... 18

Gambar 2.15 Metode Pursed Lip Breathing ............................................... 24

Gambar 2.16 Perbedaan dengan dan tanpa Pursed Lip Breathing .............. 25

Gambar 4.1 Perbandingan Kualitas Sputum ............................................... 38

Gambar 4.2 Perbandingan Volume Spesimen ............................................ 41

Gambar 4.3 Perbandingan Volume Sputum ............................................... 42

Gambar 4.4 Perbandingan Konsistensi Kualitas Sputum ........................... 44

Gambar 4.5 Persebaran Jenis Kelamin Responden ..................................... 45

Gambar 6.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ............... 51

Gambar 6.2 Gelas Ukur ............................................................................... 61

Gambar 6.3 Gelas Ukur yang Diisi dengan Sampel ................................... 61

Gambar 6.4 Sendok Reagen ........................................................................ 61

Gambar 6.5 Pipet Tetes ............................................................................... 61

Gambar 6.6 Pot Sputum Sebelum Perlakuan .............................................. 61

Gambar 6.7 Pot Sputum Sesudah Perlakuan ............................................... 61

Gambar 6.8 Sputum Purulen ....................................................................... 62

Gambar 6.9 Saliva ....................................................................................... 62

Gambar 6.10 Sputum Mukoid ..................................................................... 62

Gambar 6.11 Sputum Mukoid ..................................................................... 62

Gambar 6.12 Sputum Purulen ..................................................................... 62

Gambar 6.13 Sputum (-) Saliva (-) ............................................................. 62

Page 12: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Uji Statistik ....................................................................................... 52

Page 13: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER
Page 14: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya untuk menegakkan diagnosis klinis suatu penyakit secara tepat

salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum. Penting untuk

mendapatkan sampel sputum yang benar untuk menunjang pemeriksaan sputum,

bukan saliva ataupun sekret hidung sehingga didapatkan hasil yang tepat.

Pemeriksaan terhadap sputum kualitas rendah dapat mempengaruhi hasil yang

diperoleh. Untuk itu kualitas sputum yang baik sangat berpengaruh untuk

menunjang diagnosis lewat pemeriksaan sputum.1,2

Terdapat beberapa teknik untuk memudahkan pengeluaran sputum,

seperti batuk efektif metode pursed lip breathing, postural drainage, fisioterapi

dada maupum vibrasi. Ada juga metode pengambilan sampel sputum berupa

prosedur medis seperti aspirasi transtrakeal, bronchial lavage dan biopsi.

Beberapa tekhnik tersebut bertujuan untuk mendapatkan sampel berupa sputum

yang berasal dari saluran pernapasan bawah yang dapat digunakan untuk

pemeriksaan. Diantara beberapa cara tersebut, batuk efektif metode pursed lip

breathing merupakan suatu metode pengeluaran sputum yang mudah dan dapat

diterapkan bagi pasien yang akan melakukan pemeriksaan sputum.2

Sekret yang diambil untuk pemeriksaan sputum harus sekret yang benar-

benar keluar dari saluran pernapasan. Untuk mendapatkan sekret yang baik

terdapat beberapa metode khusus untuk mengeluaran sekret tersebut, salah

satunya dengan cara batuk efektif metode pursed lip breathing.2

Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana

pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat

mengeluarkan sekret secara maksimal. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk

meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah adanya efek

samping dari retensi sekresi seperti pneumonia dan atelektasis.3 Pursed lip

breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan

mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan dengan waktu ekspirasi

lebih di perpanjang. Metode pursed lip breathing ini adalah cara yang sangat

Page 15: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

2

mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek

negatif seperti pemakaian obat-obatan. Dengan batuk efektif, diharapkan

responden tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret

dan sekret yang didapatkan berkualitas baik.4

Kualitas sputum yang baik merupakan komponen penting yang sangat

mempengaruhi diagnosis pemeriksaan sputum secara makroskopis dan

rnikroskopis. Pemeriksaan sputum pada dasarnya sangat mudah dan murah, tetapi

kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum. Untuk mendapatkan

hasil pemeriksaan yang optimal diperlukan kualitas sputum yang baik. Sputum

yang dihasilkan dapat berkualitas baik jika melakukan batuk yang efektif.3,4

Ada beberapa penelitian tentang batuk efektif metode pursed lip

breathing, pertama penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dkk (2005) di

Puskesmas Bojong 1 menunjukkan adanya hubungan cara batuk efektif

menggunakan metode pursed lip breathing dengan kualitas sputum yang

dihasilkan pada pemeriksaan sputum sewaktu I. Proporsi kualitas sputum baik

yang dihasilkan dari cara batuk efektif (83,3%) dua kali lipat dibandingkan

kelornpok kontrol (41,7%). Cara batuk efektif metode pursed lip breathing juga

berhubungan dengan penemuan hasil BTA positif pada perneriksaan sewaktu I

dibandingkan kelompok tanpa perlakukan batuk efektif. Kedua adalah penelitian

yang dilakukan oleh Pranowo (2010), pada penelitian ini disimpulkan bahwa

terdapat peningkatan volume sputum setelah dilakukan batuk efektif dan terdapat

efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien

TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.5,6

Sebelumnya belum ada penelitian terkait efektifitas batuk efektif metode

pursed lip breathing terhadap kualitas sputum mahasiswa preklinik PSKPD UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui efektifitas

batuk efektif metode pursed lip breathing yang diinstruksikan kepada responden

melalui media video dan pengaruhnya terhadap kualitas sputum yang dihasilkan.

Penelitian ini meliputi pemeriksaan kualitas sputum secara makroskopis yang

terdiri dari volume, warna, dan konsistensi.

Page 16: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

3

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana efektivitas pengeluaran sputum dengan batuk efektif metode

pursed lip breathing menggunakan media video terhadap kualitas sputum pada

mahasiswa preklinik UIN Syahid Jakarta tahun 2016.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas pengeluaran sputum dengan batuk

efektif metode pursed lip breathing menggunakan media video

terhadap mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2016.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menilai kualitas sputum secara maksroskopis sebelum dilakukan

tehnik batuk efektif metode pursed lip breathing menggunakan

media video

b. Menilai kualitas sputum secara makroskopis sesudah dilakukan

tehnik batuk efektif metode pursed lip breathing menggunakan

media video

c. Membandingkan kualitas sputum secara makroskopis sebelum

dan sesudah dilakukan tehknik batuk efektif metode pursed lip

breathing menggunakan media video

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

- Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama

menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter (PSKPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Menambah ilmu dan pengetahuan peneliti tentang penerapan

beberapa ilmu kedokteran terhadap perkembangan di bidang

kesehatan

Page 17: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

4

- Sebagai syarat kelulusan pendidikan preklinik Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter (PSKPD) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

1.4.2. Bagi Institusi

- Menambah informasi dan literatur mengenai metode batuk

efektif terhadap kualitas sputum

- Memberikan motivasi bagi peneliti lain untuk menyempurnakan

dan mengembangkan penelitian mengenai batuk efektif metode

pursed lip breathing dan kaitannya dengan kualitas sputum

- Memajukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

mempublikasikan penelitian ini

1.4.3. Bagi Keilmuan

- Dapat memberikan pengetahuan mengenai batuk efektif metode

pursed lip breathing terhadap kualitas sputum yang dihasilkan

- Sebagai sumber referensi bagi praktisi yang tertarik dalam bidang

penelitian mikrobiologi klinik

- Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang batuk efektif metode pursed lip breathing terhadap

kualitas sputum

- Sebagai rujukan untuk penggunaan tehnik batuk efektif metode

pursed lip breathing dalam upaya peningkatan efektivitas

pemeriksaan sputum guna menunjang keberhasilan pemeriksaan

sputum

1.4.4. Bagi Masyarakat

- Menambah pengetahuan masyarakat mengenai metode batuk

yang baik untuk menghasilkan sputum yang berkualitas

Page 18: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

5

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Respirasi

Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru, paru, dan

struktur-struktur toraks yang berperan menyebabkan aliran udara dapat masuk dan

keluar paru (Gambar 2.1). Saluran napas adalah tabung atau pipa yang

menyalurkan udara antara atmosfer dan alveolus. Alveolus adalah satu-satunya

perantara pertukaran gas antara udara dan darah. Saluran hidung bermuara menuju

ke faring (tenggorokan), faring berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem

pernapasan dan pencernaan. Terdapat dua saluran yang berasal dari faring, faring-

trakea dilalui oleh udara untuk menuju paru, faring-esofagus dilalui makanan

untuk menuju lambung.7

Dalam keadaan normal, udara masuk ke faring melalui hidung, tetapi

udara juga bisa masuk lewat mulut saat saluran hidung tersumbat. Karena faring

berfungsi sebagai saluran bersama, yakni pencernaan dan pernapasan, maka

sewaktu menelan terjadi mekanisme refleks oleh epiglotis yang menutupi saluran

trakea agar makanan masuk ke esofagus dan bukan ke saluran pernapasan.

Esofagus selalu tertutup kecuali saat menelan untuk mencegah udara masuk ke

lambung sewaktu bernapas.6.8

Gambar 2.1 Organ-Organ Sistem Respirasi

Sumber : Wiley. 2014

Page 19: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

6

Laring terletak di pintu masuk menuju trakea. Laring berperan dalam

mencegah masuknya makanan ke saluran sistem respirasi selama proses menelan.

Pada pintu masuk laring terdapat 2 pita jaringan elastik yang disebut pita suara.

Pita suara tersebut dapat diregangkan dan disesuaikan bentuknya oleh otot-otot

laring.25 Sewaktu udara dilewatkan melalui pita suara yang kencang, lipatan

tersebut akan bergetar untuk menghasilkan berbagai jenis suara bicara. Suara yang

dihasilkan dari voice box akan dimodifikasi oleh bibir, lidah dan palatum mole

untuk menghasilkan pola suara yang dapat dikenali. Sewaktu menelan pita suara

melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan bicara yakni keduanya saling

merapat untuk menutup pintu masuk trakea.9,10

Dibelakang laring, terdapat trakea. Trakea dilapisi oleh epitel silindris

bertingkat bersilia bersel goblet dan memiliki kelenjar campur di lamina

proprianya. Kontraksi otot-otot trakealis dapat mengecilkan diameter lumennya

sehingga aliran udara yang mengalir lebih cepat dapat mengeluarkan mukus atau

iritan dengan batuk.11,12

Trakea tersusun atas tulang rawan hialin berbentuk huruf C. Pada lapisan

mukosa trakea terdiri dari 6 tipe sel, yaitu :

1. Sel Goblet (30%)

2. Sel silindris bersilia (mikrovili) (30%)

3. Sel Basal (30%)

4. Sel Sikat (3%)

5. Sel Serosa (3%)

6. Sel sistem neuroendokrin / DNES cell / Kuchistky cell (3%)13

Trakea terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu bronkus kanan dan kiri yang

masing-masung menuju ke paru kanan dan kiri. Percabangan bronkus sebelum

menuju paru disebut dengan carina. Di dalam masing-masing paru, bronkus terus

bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin sempit, kecil, pendek dan

banyak, seperti percabangan sebuah pohon sehingga sering disebut “bronchial

tree”.14 Mulai dari bifurkatio trakea lalu bronkus kanan-dan kiri yang menuju

paru, terus bercabang terdiri dari :

Bronkus Primer (Ekstra Pulmonal)

Bronkus Sekunder (Lobar) dan Tersier (Segmental)

Page 20: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

7

Bronkiolus Terminal

Bronkiolus Respiratorius15

Gambar 2.2 Mukus pada Saluran Pernapasan

Sumber : The physiology of mukus and sputum production. 2003

Bronkiolus intrapulmonal (sekunder dan tersier) memiliki kartilago hialin

yang bentuknya tidak teratur. Mukosanya tidak rata dan dilapisi epitel bertingkat

bersilia bersel goblet. Sedangkan bronkiolus ada yang besar dan kecil, masing-

masing memiliki ciri tersendiri. Bronkiolus besar memiliki epitel silindris selapis

bersilia bersel goblet sedangkan bronkiolus kecil memiliki epitel yang lebih

reandah dibandingkan bronkiolus besar, selapis kuboid namun tak bersilia.Pada

saluran udara pernapasan dapat ditemukan mukus (Gambar 2.2).16

Semakin kearah distal, epitel pada lapisan mukosanya semakin rendah

hingga tidak ada sama sekali, dapat ditemukan epitel tak bersilia dan jumlah sel

bersilia semakin sedikit. Sel goblet semakin jarang menuju ke distal dan akhirnya

seluruh daerahnya selapis kuboid tak bersilia tanpa sel goblet. Pada lamina

proprianya tidak terdapat lagi kelenjar ataupun penggalan dari tulang rawan. Pada

bronkiolus ditemukan otot polos dan serat elastin, juga ditemukan sel Clara

berbentuk silindris dengan ujung piramid dan punya mikrovili. Sel Clara

mensekrsesikan surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan

permukaan.17,18

Page 21: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

8

2.2. Saluran Pernapasan

Lapisan dalam dari saluran pernapasan terpapar oleh ± 10.000-12.000 L

udara per hari. Kurang lebih terdapat 25 juta partikel yang bersinggungan dengan

epitel saluran napas setiap harinya. Bukan hanya udara, tapi debu, gas toksik dan

mikroorganisme dapat terhirup, zat-zat tersebut akan terkumpul di saluran

pernapasan bawah. Rambut kecil yang disebut silia akan memerangkap zat-zat

asing dan mengeluarkannya dari saluran udara pernapasan lewat refleks bersin

dan batuk. Produksi lendir pada saluran pernapasan berfungsi untuk menjaga

jaringan tetap lembab selain untuk menjebak partikel kecil dan benda asing.

Tanpa produksi lendir, saluran udara akan menjadi kering dan rusak. Terkadang

produksi mukus atau lendir dapat berlebihan sehingga dapat menyebabkan

dorongan untuk batuk dan mengeluarkan lendir sebagai sputum.19

Mekanisme pertahanan yang efektif dibutuhkan untuk menjaga saluran

pernapasan tetap bersih dari zat-zat asing agar tetap steril. Mekanisme ini juga

berfungsi untuk mencegah kerusakan epitel akibat zat-zat iritan yang terhirup dan

masuk saat bernapas. Salah satu mekanisme pertahanan yang paling penting

adalah produksi sekret dari bronkus dan transport terus-menerus sekret bronkus

dari saluran udara perifer ke orofaring.20,21

2.2.1. Produksi Mukus

Dalam lendir yang dihasilkan, 2% nya terdiri mari musin. Pada saluran

pernapasan, musin diproduksi oleh sel goblet di epitelium dan oleh kelenjar

seromukosa pada lapisan submukosa (Gambar 2.3). Kelenjar seromukosa juga

mensekresi air. Protein plasma juga berkontribusi dalam pembentukan mukus.

Proses produksi mukus tersebut berada dibawah kendali saraf dan mediator

regulasi. Mukus diangkut dari saluran pernapasan bawah menuju ke faring oleh

aliran udara dan pembersihan mukosiliar. Dahak atau sputum terdiri dari hasil

sekresi saluran pernapasan bawah bersama dengan sekret nasofaring dan

orofaring, debris dan mikroorganisme.23

Page 22: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

9

Gambar 2.3 (A) Kelenjar Submukosa, (B) Kelenjar Bronkial Manusia

Sumber : Physiology of Airway Mukus Secretion. 2007

Dalam keadaan normal, mukus yang dihasilkan pada saluran napas dapat

melindungi epitel dan untuk menjebak zat-zat asing, bakteri, dan virus dan

membersihkannya dari jalur pernapasan melalui pergerakan silia, proses ini

disebut sebagai mucosiliary clearance. Sebaliknya, dalam kondisi khusus terkait

klinis seperti hipersekresi mukus pada asma, Chronic Obstructive Pulmonary

Desease (COPD) dan Cystic Fibrosis, mukus yang awalnya berperan sebagai

proteksi dapat berkontribusi terhadap penyakit saluran pernapasan. Produksi

berlebihan dari lendir pada saluran napas disebut hipersekresi mukus, dan

perubahan dari sifat biofisik lendir dapat mengganggu mucosiliary clearance

bersama dengan akumulasi mukus di paru. Hal ini dapat bermanifestasi terhadap

gangguan pernapasan, morbiditas, dan pada kasus yang parah berpengaruh

terhadap mortalitas.22,24

Page 23: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

10

Gambar 2.4 Scan Mikrograf Elektron Bronkus, M (mukus) yang terletak diatas C (silia)

Sumber : Peter K Jeffery, Departement of Gene Therapy, Imperial Collage London, UK

Sekresi bronkial adalah cairan heterogen yang sebagian besar terdiri dari

air dan konstituen makromolekul. Bagian yang paling spesifik dari sekresi

bronkial adalah lendir, yang sangat oligomer, air dan berbagai glikoprotein

makromolekul sebagai bagian dari komposisi mukus (Gambar 2.4). Mukus

diproduksi di cabang-cabang bronkus oleh sel serous, sel goblet, sel Clara, dan sel

alveolus tipe II (Gambar 2.5).25 Jumlah dari produksi mukus pada level tertentu di

cabang-cabang bronkus tergantung pada jumlah sel penghasil mukus, yang

berkaitan dengan total permukaan saluran pernapasan, sehingga lebih banyak

lendir yang dihasilkan di saluran udara perifer daripada di saluran udara sentral.

Dalam situasi normal jumlah total lendir yang mencapai trakea sekitar 10-20 mL /

detik.24

Gambar 2.5 Sekresi Mukus Saluran Pernapasan

Sumber Respiratory Care (2007)

Page 24: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

11

2.2.2. Transport Mukus

Transportasi lendir diatur oleh kekuatan mekanik dari pergerakan silia

dan aliran udara, namun pergerakan silia berlawanan dengan gaya gesek dan

inersia dari mukus. Sekresi bronkus membentuk minimal 2-3 lapisan. Silia berada

di lapisan sol, dan lapisan mukus terletak di atas silia (Gambar 2.7). Terdapat

hipotesis yang menyatakan bahwa sol dan lapisan lendir mungkin dipisahkan

oleh lapisan surfaktan.26

Fungsi lapisan sol masih diperdebatkan, diduga lapisan sol berfungsi

sebagai lubrikan terhadap pergerakan silia (Gambar 2.6).22 Sedangkan lapisan

surfaktan mungkin memfasilitasi penyebaran lendir diatas permukaan epitel.

Lapisan gel memerangkap partikel dan memindahkannya berdasarkan pergerakan

silia. Partikel-partikel yang terhirup dan terbawa masuk ke saluran pernapasan

saat bernapas akan terperangkap pada lapisan gel yang lengket dan dikeluarkan

dari saluran pernapasan melalui proses pembersihan mukosiliar (mucosiliary

clearance).23,25,30 Ketika lendir mencapai tenggorokan, maka lendir akan tertelan

dan masuk ke saluran pencernaan untuk didegradasi, atau jika jumlah lendir sudah

berlebihan seperti pada penyakit dengan hipersekresi mukus, maka lendir akan

dibatukkan sebagai “dahak” atau “sputum”.28

Lendir pada saluran pernapasan terbentuk berdasarkan kombinasi antara

viskositas dan elastisitas untuk interaksi dan pergerakan sel silia yang optimal.

Viskositas memiliki karakteristik seperti cairan dan kapasitas untuk menyerap

energi saat bergerak. Elastisitas memiliki karakter seperti zat padat dan kapasitas

untuk menyimpan energi yang dapat bergerak dan merubah bentuk.

Viskoelastisitas pada lendir terutama oleh tinggi dan beratnya molekul

glikoproteinnya yang disebut sebagai musin.29

Page 25: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

12

Gambar 2.6 Lapisan Sol

Sumber : Principles of Pulmonary Medicine. 2013

Sol mengandung glikoprotein, tapi glikoprotein ini tidak bersifat

oligomer, sehingga sol memiliki viskositas yang sangat rendah dan elastisitas

sehingga mirip seperti sifat cairan. Namun, mukus memiliki konsentrasi tinggi

glikoprotein oligomer sehingga bersifat elastis dan kental seperti gel. Yang

diangkut melalui transportasi hanya lapisan mukus yang bersifat seperti gel,

sedangkan lapisan sol yang seperti cairan tidak. Lapisan sol sangat penting untuk

transport lendir karena memberikan kondisi yang diperlukan silia untuk

pergerakan yang efektif.30,31

Selain berfungsi untuk membantu pergerakan aktif silia, lapisan sol juga

mengandung berbagai substansi yang penting sebagai imunitas bawaan. Sistem

imunitas bawaan merupakan sistem perlindungan yang cepat dan siap sedia untuk

melindungi saluran pernapasan tanpa melalui proses sensitisasi dan menghindari

aktivasi dari sistem imun adaptif. Dalam mekanisme proteksi dan pembersihan

mukus, sistem imun bawaan terdiri dari molekul-molekul kecil, protein, dan sel

yang mampu berespon terhadap partikel-partikel yang terbawa saat bernapas

walaupun tanpa ada paparan sebelumnya.22,24

Page 26: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

13

Gambar 2.7 Silia Saluran Pernapasan

Sumber : Respiratory Care Vol 52 No 9. 2007

Produksi mukus lebih tinggi di saluran udara perifer seperti alveolus,

bronkiolus dan cabang-cabang bronkus dibanding saluran udara sentral seperti

pada carina, dan trakea. Tranpostasi mukosiliar lebih tinggi di saluran udara

perifer daripada di saluran udara sentral. Namun kapasitas untuk transportasi

lendir oleh aliran udara ekspirasi lebih tinggi pada saluran udara sentral daripada

di saluran udara perifer, sehingga dua mekanisme ini saling sejalan dalam

transportasi mukus baik itu dari saluran udara perifer maupun sentral.28

Luas permukaan transport pada tingkat tertentu di pohon bronkial

tergantung terhadap jumlah dan diameter dari saluran udara.22 Dari saluran udara

sentral ke perifer, diameter saluran udara mengecil dan jumlah dari saluran udara

meningkat secara eksponensial, sehingga jumlah total diameter saluran udara dan

luas permukaan transport menurun dari saluran perifer ke saluran udara sentral

(Gambar 2.8). Karena permukaan transport mukus lebih kecil di saluran udara

sentral, mukus mungkin menumpuk di saluran udara sentral. Namun akumulasi

mukus di saluran udara sentral tersebut dicegah oleh tingkat transportasi mukus

yang lebih tinggi dan pengurangan volume mukus akibat reabsorpsi.20,23,24

Page 27: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

14

Gambar 2.8 Saluran Pernapasan

Sumber : Clinical Anatomy and Physiology. 2016

Mukus diangkut sebagian oleh pergerakan terkoordinasi dari silia.

Seperti diketahui, sel silia dapat ditemukan di saluran nafas mulai dari trakea

hingga ke bronkiolus terminal. Sel bersilia memiliki sekitar 200 silia, dan setiap

silia memiliki sejenis “kait”.32 Gerakan silia mencapai 8-15 Hz. Selama

pergerakan, “kait” silia menjangkau lapisan mukus dan mendorongnya kearah

orofaring. Pemulihan pergerakan silia berlangsung di lapisan sol yang terletak

tepat dibawah lapisan mukus. Gerakan berirama silia yang terkoordinasi

memberikan dorongan berkekuatan rendah terhadap lapisan mukus dengan laju

geser yang relatif tinggi. Koordinasi irama pergerakan silia inilah yang

menguntungkan untuk mengangkut lendir menuju ke orofaring.23,25

Gambar 2.9 Perbandingan ciliary clearance dengan cough clearance

Sumber : Physiology of Airway Mukus Clearance. 2002

Page 28: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

15

Penurunan dari total permukaan saluran napas dari saluran udara perifer

ke sentral secara proporsional terkait dengan penurunan dari jumlah sel bersilia,

sehingga jumlah sel bersilia per unit permukaan saluran napas menurun dari

saluran udara perifer ke sentral, sehingga saluran udara sentral memiliki kapasitas

transport mukosiliari yang lebih rendah dibanding saluran udara perifer. Untuk

mengkompensasi hal tersebut, frekuensi pergerakan silia di saluran udara sentral

sedikit lebih tinggi dibanding perifer, tetapi pada saluran udara sentral,

mekanisme utama transportasi mukus adalah aliran udara.23,28

Pernapasan biasa (volume tidal) dan ekspirasi paksa keduanya

mendorong mukus kearah atas. Hal ini digambarkan sebagai 2 fase pergerakan

cairan dan gas (Gambar 2.9). Aliran udara terutama tergantung pada kecepatan

aliran udara, yang ditentukan oleh diameter saluran udara dan tekanan udara yang

diciptakan oleh otot-otot ekspirasi. Lendir diangkut terutama jika kecepatan aliran

adalah 1 m / s. Total diameter saluran napas tergantung pada napas dan kompresi

dinamis dari saluran udara selama ekspirasi.29,33

Gambar 2.10 Perbedaan perpindahan mukus pada

saluran napas terbuka dengan yang menyempit

Sumber : Role of simulated repetitive coughing in mukus clearance. 1991

Diameter saluran napas total menurun dari perifer ke saluran udara

sentral, sehingga kecepatan aliran udara lebih tinggi pada saluran udara sentral,

Page 29: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

16

dan transportasi aliran udara lebih besar dalam saluran udara sentral. Selama

ekspirasi paksa, saluran udara terkompresi oleh tekanan transmural.33

Penyempitan saluran udara meningkatkan kecepatan aliran udara, yang

meningkatkan transportasi lendir. Berdasarkan mesin simulasi batuk terdapat

perbedaan yang signifikan laju geser dan perpindahan mukus antara saluran napas

lebar dan sempit (Gambar 2.10). Setelah satu kali simulasi batuk, penyempitan

saluran udara meningkatkan transportasi lendir secara signifikan. Hasani et al juga

menemukan bahwa transportasi lendir karena aliran udara ekspirasi lebih efisien

di saluran udara sentral daripada di saluran udara perifer.25,30

Gambar 2.11 Gradien tekanan udara saat ekspirasi

Sumber : Respiratory Care. 2007

Selama ekspirasi paksa, aliran udara ekspirasi yang dihasilkan oleh

tekanan alveolar tinggi (Palv), yang merupakan jumlah dari tekanan pleura (Ppl)

dan tekanan recoil elastis (Pel). Tekanan bronkial ( Pbr ) semakin menurun menuju

ke arah mulut. Saat dimana Pbr sama dengan Ppl disebut Equal Pressure Point

(Gambar 2.11). Dibawah dari titik tekanan yang sama, kompresi saluran napas

dapat terjadi dan menyebabkan kecepatan aliran udara linear yang tinggi.28,29

Page 30: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

17

Gambar 2.12 Gradien Tekanan Transmural

Sumber : Sherwood. 2015

Di dinding paru, tekanan intra-alveolus sebesar 760 mmHg mendorong

kearah luar, sementara tekanan intrapleura yang sebesar 756 mmHg mendorong

kearah dalam. Tekanan intra-alveolus dan tekanan intra pleura bekerja berlawanan

terhadap dinding paru. Perbedaan tekanan sebesar 4 mmHg antar tekanan intra-

alveolus dan tekanan intrapleura ini membentuk gradien tekanan transmural yang

mendorong kearah luar dari paru, meregangkannya untuk mengisi rongga toraks

yang lebih besar (Gambar 2.12).30 Di dinding toraks, tekanan atmosfer sebesar 760

mmHg mendorong kearah dalam sementara tekanan intrapleura yang sebesar 756

mmHg mendorong kearah luar. Tekanan atmosfer dan tekanan pleura bekerja

berlawanan terhadap dinding toraks. Perbedaan tekanan sebesar 4 mmHg ini

menghasilkan gradient tekanan transmural yang mendorong kearah dalam dan

menekan dinding toraks.29,30

Gambar 2.13 Mesin Simulasi Batuk

Sumber : Role of simulated repetitive coughing in mukus clearance. 1991

Page 31: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

18

Selama ekspirasi paksa, aliran ekspirasi tinggi berkembang dalam waktu

kurang lebih 0,1 detik, dimana hal ini yang menciptakan laju geser yang tinggi.

Transportasi dan pergerakan lendir berbanding terbalik dengan laju geser.

Fenomena ini disebut sebagai aliran pseudoplastic atau penipisan laju geser.22

Viskositas lendir dalam sampel yang diberikan dapat bervariasi dengan faktor

hingga 500, tergantung pada laju geser yang diterapkan. Penurunan viskositas

dapat dijelaskan dengan perompakan glikoprotein makromolekul terhadap gaya

yang diberikan, sehingga ekspirasi paksa berulang dengan interval pendek antar

ekspirasi dapat mengurangi viskositas dan meningkatkan transport lendir lebih

baik dibanding batuk dengan interval yang lebih panjang.23 Konsep ini didukung

oleh temuan Zahm et al, yang menemukan dalam sebuah model pembelajaran

bahwa ekspirasi paksa yang berulang dengan interval yang pendek antar ekspirasi

memang lebih efektif dalam mentransport mukus (Gambar 2.13).22

Gambar 2.14 Mucosiliary clearance lewat batuk di paru

Sumber : Role of simulated repetitive coughing in mukus clearance. 1991

Transportasi mukus paling tinggi terdapat pada bagian trakea

berdasarkan studi dan eksperimen oleh Zahm (Gambar 2.14). Pada saluran napas

perifer, transportasi lendir terjadi paling rendah jika dibandingkan dengan regio

lainnya di saluran napas. Hal ini berkaitan dengan penurunan dari total permukaan

saluran napas dari saluran udara perifer ke sentral secara proporsional terkait

dengan penurunan dari jumlah sel bersilia dari saluran pernapasan perifer ke

sentral, namun hal tersebut dikompensasi dengan peningkatan frekuensi

pergerakan silia di saluran udara sentral dibanding perifer, namun pada saluran

Page 32: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

19

udara sentral, mekanisme utama transportasi mukus tetap lebih berpengaruh aliran

udara.22

Ekspirasi paksa dapat dilakukan salah satunya dengan batuk atau huff

tekhnik. Batuk dimulai dengan penutupan glotis, kemudian diikuti dengan kuat

atau lemahnya kontraksi isometrik dari otot-otot ekspirasi, hal ini menciptakan

tekanan intratoraks yang tinggi, maka saat terjadi pembukaan tiba-tiba glotis, hal

tersebut menciptakan ledakan aliran udara ekspirasi. Lonjakan udara tiba-tiba

dimulai dari saat glotis terbuka, dan glotis tetap terbuka sepanjang lonjakan udara

tersebut.18,20 Ledakan udara harus cepat dibarengi dengan kontraksi dinamis otot-

otot ekspirasi. Batuk atau lonjakan udara tiba-tiba berkisar antara rendah,

menengah, atau pada tingkatan volume paru yang tinggi.23

Mekanisme pembersihan lendir (Mucosiliary Clearance) telah banyak

dipelajari. Berbagai studi menemukan bahwa puncak laju aliran ekspirasi harus

melebihi puncak laju aliran inspirasi oleh setidknya 10% lebih tinggi untuk

menggerakkan mukus menuju proksimal. Puncak laju ekspirasi harus melebihi 30-

60 L/menit untuk mengatasi gaya geser lendir yang melekat untuk memindahkan

lendir menuju ke proksimal. Sekret saluran pernapasan dengan viskositas dan

elastisitas yang rendah membutuhkan tingkat laju ekspirasi yang lebih tinggi

untuk memindahkannya.23

Pergerakan lendir sering menurun pada pasien dengan penyakit paru

seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ), fibrosis sistik, dan pada

pasien dengan disfungsi batuk atau kontrol glotis. Transportasi mukosiliar yang

terganggu mungkin timbul karena gangguan pada fungsi silia, yang terutama

mengganggu transportasi di saluran udara perifer. Hal tersebut dapat

menyebabkan sekret statis di saluran udara perifer. Hal ini sesuai dengan

penemuan Aikawa et al bahwa retensi lendir terjadi terutama pada saluran udara

perifer.23,28

2.3. Sputum

2.3.1. Pengertian Sputum

Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru, bronkus

dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata

Page 33: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

20

“sputum” yang diambil langsung dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga

dahak. Sputum biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian.10, 12

Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan

sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya. Sputum diambil

dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur

diambil dari tenggorokan. Sputum diproduksi oleh trakeobronkial yang secara

normal memproduksi mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme

pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism).22,24

Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam

saluran napas setiap hari.20 Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme

pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal

produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksi

yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak

berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi

membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan

intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi.22

Sputum yang dikeluarkan dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan

konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik

proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.11

Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson

adalah :

a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan

kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal

dari saluran napas bagian bawah.

b. Sputum banyak dan purulen kemungkinan proses supuratif.

c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan

tanda bronkitis/bronkiektasis.

d. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.

e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau

ini akibat adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering

ditemukan pada penderita bronkiektasis karena penimbunan sputum

dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.

Page 34: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

21

f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru

akut.

g. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronkitis

kronik.

h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/bronkiektasis.

i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis.

j. Berwarna-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam

pneumonia).

k. Bernanah atau mengandung nanah, dapat memberikan petunjuk

untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.

l. Mukopurulen, berwarna kuning-kehijauan menunjukkan bahwa

pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.

m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase.

n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak

akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat

berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus meskipun

penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.

o. Berbusa putih mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.

Terdapat 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima spesimen sputum

yaitu :

a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket.

b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna

kuning kehijauan.

c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.

d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.

e. Saliva yaitu air liur.18

2.4. Batuk

2.4.1. Pengertian Batuk

Menurut Stuart (2010) batuk adalah gejala yang sering dialami oleh setiap

manusia dan merupakan mekanisme protektif bawaan untuk menghilangkan

Page 35: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

22

mukus atau sekret, zat berbahaya dan infeksi dari laring, trakea dan bronkus.

Karena batuk merupakan mekanisme pertahanan diri, batuk merupakan gejala

yang sering dialami individu sehat.6 Menurut John G (2003) batuk memiliki tiga

defenisi yaitu pernapasan dalam, upaya ekspirasi cepat kuat melawan penutupan

glotis dan pembukaan glotis dengan penutupan nasofaring dan ekspirasi bertenaga

melalui mulut.7

Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI), batuk

adalah refleks alami untuk melindungi paru. Batuk membantu membersihkan

jalan napas dari zat-zat iritan yang bisa mengganggu saluran napas seperti asap

dan mukus (zat berlendir). Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi

dengan mengeluarkan zat-zat yang berpotensi menyebabkan infeksi. Batuk juga

bisa merupakan gejala dari masalah medis. Beberapa penyakit yang berkaitan

dengan saluran pernapasan memiliki beberapa gejala salah satunya adalah batuk.1

Batuk adalah mekanisme cadangan alami tubuh untuk membersihkan

jalan napas. Batuk dicapai dengan akselerasi cepat aliran udara dan tingkat aliran

yang sangat tinggi dan, ketika digabungkan dengan kompresi jalan napas yang

dinamis, sangat efektif dalam menekan dan membersihkan lendir dari saluran

udara (Cloutier 2007).34 Selama batuk, inspirasi yang lebih dalam (sering sekitar

satu dan satu setengah kali volume tidal) terjadi dan dapat meningkatkan

elastisitas. Tekanan intrapulmonar tinggi yang dibangun di belakang glotis, dan

ketika glotis terbuka, arus ekspirasi turbulen dihasilkan. Selama batuk, bagian

membran posterior trakea dikompresi, dan diameter trakea menyempit menjadi

sekitar seperenam dari diameter trakea normal tanpa kompresi. Dengan

peningkatan laju aliran tujuh kali lipat selama batuk, kecepatan linear dari udara

meningkat hingga 42 kali lipat.33 Aliran udara di lokasi kompresi bergolak dan

membuat suara yang kita sebut batuk. Volume paru menurun dan tekanan

elastisitas berkurang, titik tekanan yang sama bergerak menuju keatas (Cloutier

2007).34

Titik tekanan yang sama memainkan peranan penting dalam efektivitas

batuk, karena peningkatan yang substansial dalam kecepatan aliran udara terjadi

pada titik-titik penyempitan (choke points).33 Kecepatan linear aliran udara yang

tinggi memberikan aliran turbulen, kekuatan laju geser yang tinggi sepanjang

Page 36: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

23

dinding saluran napas, dan energi kinetik tinggi yang menggerakkan sekret

menuju faring. Karena tekanan intraluminal dan ekstraluminal sangat tinggi

dihasilkan selama batuk, ada kemungkina potensi terhadap kolaps pada jalan

napas, terutama di saluran napas yang tidak stabil. Dukungan dari tulang rawan

menurun mulai dari trakea dan bronkus yang lebih besar ke bronkus yang lebih

kecil dan mungkin sangat minimal didalam bronkiolus (Lapin 2002). Selama

batuk, alveolar, pleura, dan tekanan subglotis akan naik sebanyak 200 cmH2O

(Frownfelter dan Massery 2006).29,30,33

Batuk dapat digolongkan berdasarkan pengeluaran dahak yaitu batuk

produktif dan batuk non produktif, dikatakan batuk produktif jika batuk yang

dialami menghasilkan dahak.3 Terdapatnya dahak pada batuk menandakan adanya

infeksi dan peradangan saluran pernapasan. Beberapa penyakit yang memiliki

gejala berupa batuk berdahak seperti Pneumonia, Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK), Bronkitis Akut, Asma Bronkial, Bronkiektasis dan Tuberculosis (TB).3

Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada

faring dan saluran nafas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga bersifat

involunter, namun juga dapat bersifat volunter. Batuk yang involunter merupakan

gerakan refleks yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik

mulai dari faring hingga alveoli. Batuk dapat dipicu secara reflek ataupun

disengaja. Sebagai reflek pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen

dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis,

relaksasi diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya

akan terjadi tekanan yang positif pada intra toraks yang menyebabkan

penyempitan trakea. Disaat glotis terbuka, bersama dengan penyempitan trakea

akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini

akan menyapu sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas.15,22,33

Batuk dapat diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam

saluran pernapasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu

proses infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara seperti asap, kabut,

debu atau gas. Batuk berperan juga sebagai proteksi utama terhadap akumulasi

sekresi dalam bronki dan bronkiolus.3,15

Page 37: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

24

2.4.2. Batuk Efektif Metode Pursed Lip Breathing

Berdasarkan tujuan batuk yaitu untuk mengeluarkan sekret, terdapat

beberapa cara untuk mengeluarkan sekret atau sputum secara maksimal, yaitu

dengan cara batuk efektif metode pursed lip breathing.28

Teknik batuk efektif menurut Depkes RI 2011 adalah :

a. Terlebih dahulu minum segelas air hangat untuk mengencerkan

sputum maupun lendir yang terdapat di dalam saluran pernapasan.

b. Setelah itu lakukan pernapasan dalam dengan mengambil udara

banyak melalui hidung sambil mengembangkan dada dan

mengangkat bahu, lalu tahan beberapa detik dan keluarkan udara

melalui mulut secara perlahan.

c. Lakukan pernapasan dalam setidaknya 3 hingga 4 kali pada

pernapasan dalam yang kelima, setelah menahan udara dalam rongga

dada beberapa detik lalu keluarkan dengan membatukannya

menggunakan tekanan yang kuat hingga lendir atau sputum keluar

secara maksimal.4

Gambar 2.15 Metode pursed lip breathing

Sumber : Oxygen Solutions. 2015

Cara batuk dengan metode pursed lip breathing adalah cara batuk dalam

keadaan duduk tegak dengan otot leher dan bahu rileks, lalu tarik napas secara

perlahan rnelalui hidung selama dua hitungan (1,2), diikuti dengan

menghembuskan napas perlahan melalui mulut (dengan gerakan seperti meniup

lilin membentuk “O”) selama empat hitungan atau lebih (1,2,3,4), lalu dibatukkan

secara kuat menggunakan otot pemapasan (Gambar 2.15). Cara ini dapat

dilakukan beberapa kali hingga sputum bisa dihasilkan.5

Page 38: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

25

Metode pursed lip breathing bertujuan untuk :

1. Meningkatkan ventilasi

2. Mengeluarkan udara yang terperangkap di paru

3. Membuat saluran udara terbuka lebar dan mengurangi kerja pernapasan

4. Memperpanjang waktu bernapas untuk memperlambat laju dan frekuensi

pernapasan

5. Meningkatkan pola pernapasan dengan memindahkan udara lama keluar

dari paru dan memungkinkan untuk udara baru masuk ke paru.35

Gambar 2.16 Perbedaan dengan dan tanpa pursed lip breathing

Sumber : Pursed-Lips Breathing. 2014

Dengan membentuk pembukaan mulut yang kecil (pursed-lips) maka

udara akan keluar lebih lambat. Udara bahkan bisa disimpan sedikit, sehingga

tekanan balik terhadap saluran udara kecil akan meningkat sehingga dapat

mencegah kontriksi (collapse). Dengan demikian udara juga tetap dapat keluar

melalui saluran pernapasan terkecil sekalipun dengan cara yang terkendali

(Gambar 2.16). Secara umum, pernapasan menjadi lebih dalam. Hal ini sangat

menguntungkan karena aliran udara dapat meningkatkan laju geser mukus bahkan

dari saluran terkecil sekalipun lewat mekanisme ini sehingga latihan ini dapat

meningkatkan pengeluaran sputum lebih optimal.3,35

Page 39: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

26

2.5. Kualitas Sputum

2.5.1. Pemeriksaan Makroskopis Sputum

Orang yang sehat kemungkinan tidak mengeluarkan sputum jikalaupun

ada jumlahnya hanya sedikit sekali sehingga tidak dapat diukur. Volume sputum

yang dikeluarkan dipengaruhi oleh penyakit yang diderita juga stadium

penyakitnya. Jumlah yang besar yaitu lebih dari 100 mL/24 jam, mungkin

melebihi 500 mL ditemukan pada edema pulmonal, abses paru, bronkiektasis,

TB dan pada abses yang pecah menembus paru. Selain volume, pemeriksaan

makroskopis sputum juga memeriksa warna, bau dan konsistensinya. Sputum

dikatakan berkualitas baik jika memiliki gambaran secara makroskopis kental

merata dan purulent, putih-kuning-kehijauan dengan volume 3-5 mL.15,18

Page 40: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

27

2.6. Kerangka Teori

Batuk Efektif Metode

pursed lip breathing

Laju geser mukus

Ventilasi

Cegah konstriksi

saluran pernapasan

Menciptakan

tekanan balik

Induksi tekanan

ekspirasi pada mulut

Pergerakan sekret

menuju faring

Kecepatan

aliran udara

Volume inspirasi

Ekspansi paru

Kerja otot-otot

pernapasan

Sputum berkualitas baik

untuk pemeriksaan

Sekret dikeluarkan

melalui batuk

Page 41: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

28

2.7. Kerangka Konsep

Metode Reguler Batuk Efektif metode

pursed lip breathing

Pengambilan

Sputum I

Pengambilan

Sputum II

Pengumpulan

spesimen I

Pengumpulan

spesimen II

Pemeriksaan

kualitas

Membandingkan

hasil

Page 42: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

29

2.8. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Cara

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1 Volume Jumlah volume

sputum tanpa saliva

yang dihasilkan dan

ditampung dalam pot

sputum

Gelas

ukur

Sampel dari

pot sputum

dimasukkan ke

gelas ukur

menggunakan

pipet tetes

kemudian

dinilai volume

sputum tanpa

saliva

Numerik

2 Warna Warna yang

dihasilkan akibat

berbagai faktor

seperti warna

bening, putih dan

hijau-kekuningan

- Sputum pada

pot sputum

dinilai

warnanya

Numerik

3

4

Konsistensi

Kualitas

sputum

baik

Konsistensi sputum

bervariasi mulai dari

watery hingga

purulent

Mencakup volume

cukup (3-5 ml),

konsistensi

(purulent, mukoid),

warna (putih,

kuning)

-

-

Sputum pada

pot sputum

dinilai

konsistensinya

Pemeriksaan

kualitas

makroskopis

sputum

Numerik

Numerik

Page 43: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

30

5

6

7

Kualitas

sputum

tidak baik

Sehat

Sakit

Meliputi volume

sputum < 3 ml, dan

saliva

Sedang menderita

penyakit saluran

pernapasan akut atau

kronik

Sedang menderita

penyakit saluran

pernapasan akut atau

kronik

-

-

-

Pemeriksaan

kualitas

makroskopis

sputum

-

-

Numerik

Numerik

Numerik

Page 44: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

31

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan one group

pretest-posttest design.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2016 sampai dengan September

2016.

3.3. Populasi Penelitian dan Subyek Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik Simple

Random Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Sampel dalam penelitian

ini adalah semua Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

3.3.3. Kriteria Inklusi

Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif

HIdayatullah Jakarta Tahun 2016 yang bersedia menjadi responden.

3.3.4. Kriteria Eksklusi

Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif

HIdayatullah Jakarta Tahun 2016 yang berhalangan menjadi responden.

3.4. Perkiraan Besarnya Sampel

Pemilihan sampel menggunakan total sampling, yakni semua mahasiswa

preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2015 dijadikan

sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti.

Page 45: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

32

3.5. Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1. Alat

Pot sputum, masker, handscoon / sarung tangan steril, spidol permanen,

cool box, lidi / tusuk gigi, beker gelas 10 ml, pipet tetes, sendok reagen.

3.5.2. Bahan

Sputum.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel Bebas (independen) adalah batuk efektif metode pursed lip

breathing

Variabel terikat (dependen) adalah kualitas sputum secara makroskopis

yaitu volume, konsistensi dan warna.

3.7. Cara Kerja

Penelitian ini menggunakan spesimen berupa sputum yang didapatkan dari

responden sebelum dan seudah diberi perlakuan dengan batuk efektif metode

pursed lip breathing.

1. Penentuan Subyek Penelitian

Sampel penelitian diambil dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi dengan total sampling seluruh mahasiswa preklinik PSKPD UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Pengambilan sampel sputum

Sputum yang digunakan berasal dari trakea atau bronkus, bukan ludah.

Responden diinstruksikan untuk berkumur sebelum membatukkan sekret ke

pot sputum. Pada setiap responden yang tidak diberi perlakuan, akan diikuti

dengan diberi perlakuan cara batuk efektif metode pursed lip breathing. Cara

batuk efektif dengan metode pursed lip breathing adalah cara batuk dengan

duduk tegak dalam keadaan otot leher dan bahu rileks, kemudian menarik

napas secara perlahan rnelalui hidung selama dua hitungan, menghembuskan

napas perlahan melalui mulut (dengan gerakan seperti meniup lilin) selama

empat hitungan atau lebih, lalu dibatukkan secara kuat menggunakan otot

pemapasan. Cara ini dapat dilakukan beberapa kali hingga sputum keluar.

Page 46: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

33

3. Prosedur Pengambilam

a. Responden diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan

yang akan dilakukan.

b. Responden diinstruksikan untuk berkumur sebelum membatukkan

sekret ke pot sputum.

c. Pengambilan sputum I sebelum perlakuan, responden hanya disuruh

batuk dan mengeluarkan sputum ke pot sputum yang telah

disediakan. Pengambilan sputum II, responden diberitahu cara batuk

efektif metode pursed lip breathing lewat pemutaran video dan

instruksi tertulis di kertas yang di tempelkan di tutup pot sputum

masing-masing responden.

d. Sputum ditampung dalam pot sputum, kemudian ditutup lalu di beri

label nama.

e. Amati keadaan sputum. Sputum yang berkualitas baik akan tampak

kental purulen dengan volume cukup 3- 5ml.

4. Pemeriksaan Kualitas Sputum

A. Pemeriksaan Makroskopis

Menilai kualitas sputum secara makroskopis meliputi gambaran

makroskopis, yakni konsistensi, warna dan volume dari hasil sekret yang

didapatkan dari pot sputum. Sputum dan sekret pada pot sputum

dimasukkan ke beaker gelas / gelas ukur lalu ditentukan volume sputum

tanpa saliva. Konsistensi dan warna sputum dilihat dan diperiksa dengan

sendok reagen.

Page 47: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

34

3.8. Alur Penelitian

Total Sampling

Pengambilan Sputum I

(Tanpa Perlakuan)

Pemeriksaan kualitas

makroskopis sputum

(warna, konsistensi, volume)

Pengambilan Sputum II

(Sesudah Perlakuan)

Pemeriksaan kualitas

makroskopis sputum I

(warna, konsistensi, volume)

Melihat warna dan

konsistensi Sputum I

Mengukur volume

sputum I

Melihat warna dan

konsistensi Sputum II

Mengukur volume

sputum II

Olah data warna,

konsistensi dan volume

Sputum I

Olah data warna,

konsistensi dan volume

Sputum II

Membandingkan hasil kualitas

sputum secara makroskopis

sebelum dan sesudah perlakuan

Hasil perbandingan

kualitas sputum secara

makroskopis

Page 48: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

35

3.9. Analisis Data

Analisis data dengan menggunakan Non-Parametric Test yaitu uji Chi-

Square. Semua data yang terkumpul ditabulasikan, kemudian disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik, hasilnya di presentasikan dan diuraikan secara deskriptif.

Pengelolaan data dan analisis data dilakukan dengan komputer menggunakan

SPSS (Statistical Program and Service Solution).

Page 49: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

36

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Jenis Kelamin dan Tahun Angkatan

Sampel dalam penelitian ini melibatkan seluruh mahasiswa preklinik

PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi meliputi semua angkatan mulai dari angkatan 2013-2015.

Tabel 4.1 Persebaran angkatan responden penelitian teknik pengeluaran sputum

metode pursed lip breathing dibandingkan metode reguler

Sampel pada penelitian ini berjumlah 287 orang mahasiswa preklinik

PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Populasi sampel didapatkan

dari masing-masing tiga angkatan, yaitu angkatan 2013, 2014, dan 2015. Semua

responden pada penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga

didapatkan total sampel penelitian yaitu 287 responden penelitian.

Tabel 4.2 Persebaran jenis kelamin responden penelitian teknik pengeluaran

sputum metode pursed lip breathing dibandingkan metode reguler

Tahun Angkatan Mahasiswa

Frekuensi %

2013 85 29,6

2014 96 33,4

2015 106 37

Total 287 100

Jenis Kelamin

Frekuensi %

P 198 69

L 89 31

Total 287 100

Page 50: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

37

Responden penelitian ini melibatkan responden laki-laki maupun

perempuan dari masing-masing angkatan yang bersedia dan memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi, sehingga didapatkan responden laki-laki berjumlah 89, dan

responden perempuan berjumlah lebih banyak yakni 198 responden.

4.2. Status Kesehatan Sampel Penelitian

Responden pada penelitian ini lebih dahulu diberikan kuisioner untuk

menentukan status kesehatan responden sebelum dilakukan pengambilan sputum I

maupun sputum ke-II.

Tabel 4.3 Status kesehatan sampel penelitian teknik pengeluaran sputum metode

pursed lip breathing dibandingkan reguler

Berdasarkan hasil penelitian dari total jumlah semua responden,

didapatkan > 50 % sedang menderita penyakit saluran pernapasan baik akut

maupun kronik, sementara sisanya dalam keadaan sehat atau bebas dari infeksi

saluran pernapasan akut atau kronik pada saat dilakukan pengambilan sputum

pertama dan kedua.

Frekuensi %

Sakit 185 64,5

Sehat 102 35,5

Total 287 100

Page 51: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

38

4.3. Kualitas Sputum

Gambar 4.1 Perbandingan kualitas sputum sebelum dan sesudah perlakuan

(Kualitas baik : > 3 ml, konsistensi (mukoid / purulent), warna (kuning / putih

Kualitas tidak baik : < 3 ml, saliva, none)

Gambar 4.1 menunjukkan adanya peningkatan sputum kualitas baik

sebesar 14% sesudah perlakuan menonton video langkah-langkah menerapkan

cara batuk efektif metode pursed lip breathing. Kualitas sputum yang baik tidak

ditemukan pada saat sebelum perlakuan, semua sputum berkualitas tidak baik

sebelum dilakukan perlakuan.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik. Data

tidak bisa diolah dengan uji paired sample t-test dan Chi-Square karena data

bertipe kategorik nominal, sehingga diganti dengan uji non-parametric test yang

uji Chi-Square yang khusus digunakan untuk dua sampel yang dependen. Uji

normalitas untuk mengukur distribusi normal tidak dilakukan karena semua data

merupakan kategorik dan jumlah sampel > 30 maka dapat diasumsikan

berdistribusi normal. Data yang didapat adalah :

0

20

40

60

80

100

120

Metode Reguler Metode PLB

Kualitas Baik Kualitas Tidak Baik

Page 52: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

39

Tabel 4.4 Hasil analisa perbandingan kualitas sputum menggunakan teknik

pengeluaran sputum metode pursed lip breathing dengan metode regular

Metode Kualitas Sputum

Total

Baik Tidak Baik p-value

N % N % N %

Reguler 0 0,0 287 100,0 287 100,0 0,000

PLB 35 12,2 252 87,8 287 100,0

Tabel 4.4 diatas memperlihatkan nilai p < 0,05 pada uji non-parametric

test yang analisis Chi-Square. Uji statistik menggunakan McNemar dan Wilcoxon

juga menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara pemberian perlakuan

dengan kualitas sputum yang dihasilkan (p<0,05). Analisis statistik uji Chi-Square

menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian perlakuan memperlihatkan

video langlah-langkah batuk efektif metode pursed lip breathing dengan kualitas

sputum yang dihasilkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan cara batuk

tersebut memberikan perbedaan yang signifikan dalam menghasilkan sputum

berkualitas baik dibandingkan sebelum perlakuan. Hal tersebut sesuai dengan

berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Arie (2005) menunjukkan

proporsi sputum berkualitas baik pada kelompok control (41,7%) jauh lebih

rendah dari kelompok perlakuan (83,3%). Analisis chi-square membuktikan ada

perbedaan antara cara batuk efektif metode pursed lip breathing terhadap kualitas

sputum yang dihasilkan (p<0,0001). Hasil penelitian oleh Saowanee dkk (2010)

berupa adanya efektifitas batuk efektif metode pursed lip breathing dalam

pengeluaran sputum berkualitas baik yang ditemukan pada orang sehat.

Peningkatan kualitas sputum ini terjadi karena efek batuk efektif metode pursed

lip breathing.

Menurut Zahm et al, metode pursed lip breathing dapat memberikan efek

mekanik yang menginduksi tekanan ekspirasi pada mulut sekitar 5 cmH2O. Hal

ini akan menciptakan tekanan balik untuk mencegah kompresi atau konstriksi dini

saluran pernapasan. Selain itu, stabilitas saluran pernapasan akan dipertahanan

dengan tekanan positif ekspirasi yang menghasilkan peningkatan ventilasi,

Page 53: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

40

pertukaran oksigen dan juga pembersihan mukus. Titik tekanan akan dipindahkan

ke mulut sehingga tidak ada segmen saluran pernapasan yang mengalami

kompresi saat dilakukan ekspirasi dengan metode pursed lip breathing. Sehingga

dipercaya bahwa tekanan positif pada mulut yang dihasilkan saat melakukan

pursed lip breathing berefek terhadap pembersihan mukus dari paru.

Kerja otot-otot ekspirasi pernapasan juga meningkat melalui pursed lip

breathing, terutama tulang rusuk dan otot aksesorius, hal ini dapat meningkatkan

efisiensi mekanik dan menciptakan tekanan yang lebih kuat saat ventilasi

(Cloutier, 2007). Integrasi dari perubahan kekuatan otot-otot pernapasan dapat

meningkatkan pembersihan mukosiliar (mucociliary clearance) di paru.

Dari itu, batuk efektif metode pursed lip breathing merupakan cara agar

responden terbiasa melakukan cara pernapasan yang baik. Batuk efektif metode

pursed lip breathing dapat meningkatkan ekspansi paru, meningkatkan kerja otot-

otot pernapasan, mobilisasi sekret dan mencegah efek samping dari retensi sekret

sehingga responden tidak membutuhkan tenaga yang banyak untuk mengeluarkan

sputum dari saluran pernapasan dan sekret yang dihasilkan benar-benar sputum

dengan kualitas baik, bukan saliva.

Cara mempertontonkan video langkah-langkah batuk efektif metode

pursed lip breathing dilakukan secara massal dan bukan perorangan sehingga

tidak bisa dinilai tingkat kepahaman masing-masing responden terhadap video

yang diperlihatkan sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.

Video yang diperlihatkan juga tidak ditentukan pengulangannya, namun

tergantung kepada permintaan responden, sehingga setiap angkatan dari jumlah

semua responden penelitian ini tidak memiliki kesamaan dalam hitungan berapa

kali pengulangan pemutaran video. Untuk menghindari minimalnya kepahaman

responden terhadap video yang diperlihatkan, peneliti sudah mengantisipasi

dengan menempelkan sticker yang berisi langkah-langkah batuk efektif metode

pursed lip breathing pada tutup pot sputum sesudah perlakuan sehingga

responden bisa tahu cara batuk efektif metode pursed lip breathing melalui

pemutaran video dan sticker yang ditempelkan pada pot sputum.

Hasil penelitian ini tidak dikaitkan dengan umur dari masing-masing

responden penelitian karena rentang umur yang pendek yakni berkisar dari 16-22

Page 54: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

41

tahun sehingga tidak mewakili seluruh lapisan usia dan tidak bisa mencari

hubungan antara umur dengan perolehan hasil kualitas sputum melalui perlakuan.

Semua responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa jurusan pendidikan

dokter sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat pendidikannya cukup tinggi dan

lebih paham tentang perlakuan pada penelitian ini karena berkaitan dengan

kedokteran.

4.4. Volume Sputum

Gambar 4.2 Perbandingan volume spesimen dengan metode pursed lip breathing

dibandingkan metode reguler

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan sputum

dengan karakteristik volume < 3 ml dan spesimen berupa saliva setelah dilakukan

video batuk efektif metode pursed lip breathing. Responden yang saat dilakukan

metode regular tidak dapat mengeluarkan spesimen berupa dahak atau liur

menurun dari 57 responden menjadi 12 setelah dilakukan batuk efektif metode

pursed lip breathing. Pada saat dilakukan metode regular, responden yang dapat

mengeluarkan sputum hanya 75 responden, meningkat menjadi 171 responden

dapat mengeluarkan sputum setelah dilakukan video batuk efektif metode pursed

lip breathing.

040

75

131

155

104

5712

0

50

100

150

200

250

300

350

Metode Reguler Video Batuk Efektif metode

PLB

None

Saliva

< 3 ml

> 3 ml

Page 55: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

42

Volume sputum didapat dari hasil percobaan sebelum dan sesudah

menonton video langkah-langkah menerapkan cara batuk efektif metode pursed

lip breathing. Hasil dari percobaan dimasukkan kedalam pot sputum kemudian

volumenya dinilai.

Gambar 4.3 Perbandingan volume sputum menggunakan teknik pengeluaran

sputum metode pursed lip breathing dengan metode reguler

(Kualitas Baik : cukup > 3 ml Kualitas tidak baik: < 3 ml, saliva, none)

Grafik 4.3 menunjukkan adanya peningkatan kadar volume sputum

responden sebesar 13,9 % setelah diberikan perlakuan. Volume sputum

berkualitas baik yakni > 3 ml hanya ditemukan sesudah diberi perlakuan,

sementara sebelum perlakuan tidak ditemukan volume sputum dengan kualitas

baik.

Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik. Data tidak bisa diolah dengan

uji paired sample t-test karena data bertipe kategorik nominal, sehingga diganti

dengan uji non-parametric test yaitu uji Chi-Square yang khusus digunakan untuk

dua sampel yang dependen. Uji normalitas untuk mengukur distribusi normal

tidak dilakukan karena statistik yang dipakai adalah non-parametrik test. Data

yang didapat adalah :

0 40

287

247

0

50

100

150

200

250

300

350

Metode Reguler Video Batuk Efektif metode PLB

Kualitas Baik Kualitas Tidak Baik

Page 56: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

43

Tabel 4.5 Perbandinga volume sputum menggunakan teknik pengeluaran sputum

metode pursed lip breathing dengan metode regular

Perlakuan Volume Sputum

Total

Baik Tidak Baik p-value

N % N % n %

Reguler 0 0,0 287 100,0 287 100,0 0,000

PLB 40 13,9 247 86,1 287 100,0

Tabel 4.5 diatas memperlihatkan nilai p<0,05 pada uji Chi-Square. Uji

statistik menggunakan McNemar dan Wilcoxon juga menunjukkan terdapat

hubungan bermakna antara pemberian perlakuan dengan kualitas sputum yang

dihasilkan (p<0,05). Analisis statistik uji Chi-Square menunjukkan terdapat

hubungan antara pemberian perlakuan memperlihatkan video langlah-langkah

batuk efektif metode pursed lip breathing dengan volume sputum yang

dihasilkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan cara batuk tersebut

memberikan perbedaan yang signifikan dalam menghasilkan volume sputum

berkualitas baik dibandingkan sebelum perlakuan. Hal tersebut sesuai dengan

berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan

oleh Chrisantus (2008) menunjukkan adanya hubungan perlakuan batuk efektif

metode pursed lip breathing terhadap peningkatan volume sputum secara

signifikan (p<0,05).

Peningkatan volume sputum terjadi karena efek perlakuan batuk efektif

metode pursed lip breathing. Diketahui bahwa batuk efektif metode pursed lip

breathing dapat melatih otot pernapasan agar dapat berfungsi dengan baik dan

optimal dalam mengeluarkan sputum yang terdapat disaluran pernapasan. Batuk

efektif metode pursed lip breathing memberikan kontribusi yang positif terhadap

pengeluaran volume sputum yang baik.

Page 57: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

44

4.5. Konsistensi dan Warna Sputum

Gambar 4.4 Perbandingan konsistensi dan warna spesimen dengan metode pursed

lip breathing dibandingkan reguler pada mahasiswa preklinik PSKPD UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Konsistensi dan warna sputum didapat dari hasil percobaan sebelum dan

sesudah menonton video langkah-langkah menerapkan cara batuk efektif metode

pursed lip breathing. Hasil dari percobaan dimasukkan kedalam pot sputum

kemudian dinilai konsistensi dan warnanya. Data hasil pemeriksaan diolah

kemudian dibandingkan hasilnya.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan sputum dengan

konsistensi mukoid dan warna putih dari 61 menjadi 161 setelah dilakukan video

batuk efektif metode pursed lip breathing. Responden yang saat dilakukan metode

regular hanya dapat mengeluarkan saliva menurun dari 156 menjadi 104 setelah

dilakukan video batuk efektif metode pursed lip breathing.

4.6. Persebaran Jenis Kelamin dengan Kualitas Sputum Baik

Dari 287 responden ditemukan 35 responden memiliki kualitas sputum

yang baik setelah diberi perlakuan. Dari 35 responden tersebut dilihat persebaran

jenis kelaminnya.

61

16113

10156

104

5712

0

50

100

150

200

250

300

350

Metode Reguler Video Batuk Efektif metode

PLB

None

Salive

Purulen dan kuning

Mukoid dan putih

Page 58: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

45

Gambar 4.5 Persebaran jenis kelamin responden dengan sputum kualitas baik

Gambar 4.5 menunjukkan persentase wanita dengan kualitas sputum baik

sebesar 68,6% lebih tinggi dibanding persentase laki-laki sebesar 31,4%. Dari 35

responden yang memiliki kualitas sputum yang baik, jenis kelamin yang

mendominasi adalah perempuan. Hal ini karena jumlah responden penelitian lebih

banyak jenis kelamin perempuan yakni 69% dari seluruh responden penelitian

adalah perempuan, persentasi seluruh responden berjenis kelamin lai-laki adalah

sebesar 31%.

Dari data jumlah responden dengan kualitas sputum yang baik didapatkan

bahwa 14 responden sehat dan sisanya sedang menderita penyakit saluran

pernapasan yaitu 21 responden. Hasil perbandingan kualitas sputum 21 responden

yang menderita penyakit saluran pernapasan sebelum dan sesudah perlakuan

menunjukkan terdapat peningkatan volume sputum menjadi > 3 ml setelah

dilakukan perlakuan, sedangkan 14 responden yang sehat juga mengalami

peningkatan volume sputum setelah dilakukan perlakuan. Batuk efektif metode

pursed lip breathing diketahui dapat meningkatkan laju geser mukus dan

pembersihan mukus sehingga dapat berpengaruh terhadap volume sputum yang

bisa dikeluarkan lewat batuk. Peningkatan volume sputum ini sangat bermanfaat

saat dilakukan pemeriksaan karena volume sputum yang sedikit dapat

mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Volume sputum yang sedikit merupakan akibat dari ketidaktahuan pasien

tentang cara batuk yang benar sehingga akan sangat sulit diperiksa oleh pihak

laboratorium. Hal ini dapat memengaruhi hasil yang diperoleh sehingga seringkali

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kualitas Sputum Baik

Laki-Laki Perempuan

Page 59: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

46

hasil yang diperoleh tidak tepat. Dari penelitian yang dilakukan oleh Haryanto

(2005) yang mengaitkan pemeriksaan kualitas sputum dengan penemuan BTA

positif, didapatkan hasil bahwa pemeriksaan terhadap sputum dengan kualitas

rendah mempengaruhi hasil yang diperoleh, yaitu kemungkinan adanya kuman

BTA positif yang seharusnya ditemukan menjadi tidak ditemukan. Hal ini

membuktikan bahwa kualitas sputum sangat berpengaruh terhadap hasil

pemeriksaan yang didapatkan, sehingga melalui batuk efektif metode pursed lip

breathing ini diharapkan pasien menjadi tahu cara batuk yang benar agar hasil

sputum yang didapatkan berkualitas baik dan dapat diperiksa serta memberikan

hasil yang tepat untuk menunjang diagnosis sehingga pasien bisa mendapatkan

terapi yang tepat. Karena itu pemeriksaan kualitas sputum juga sangat penting dan

sebaiknya tetap dilakukan saat melakukan pemeriksaan sputum.

4.7. Keterbatasan Penelitian

1. Volume sputum sulit dinilai karena sangat sedikit dan juga karena

keterbatasan cara pemeriksaan dengan sampel yang banyak.

2. Waktu pengambilan sputum tidak bervariasi, sputum yang diperiksa hanya

sputum sewaktu dengan satu kali pengambilan.

3. Semua data yang dikumpulkan bersifat kategorik sehingga tidak bisa di uji

normalitas.

4. Waktu pengambilan data singkat karena keterbatasan peneliti.

5. Video mengenai langkah-langkah cara batuk efektif metode pursed lip

breathing diputarkan secara massal, tidak perorangan dan pengulangan

pemutaran video dilakukan sesuai permintaan responden, tidak ditentukan

oleh peneliti.

6. Dalam penelitian ini, kualitas makroskopis yang diperiksa tidak meliputi bau,

hanya volume, warna, dan konsistensi karena keterbatasan peneliti sendiri.

Page 60: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

47

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan uji statistik dan pembahasan pada penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa perlakuan menonton video langkah-langkah batuk efektif

metode pursed lip breathing dapat mempengaruhi volume sputum dan kualitas

makroskopis sputum. Hasil yang didapatkan berupa :

1. Peningkatan volume sputum setelah dilakukan batuk efektif metode

pursed lip breathing

2. Peningkatan sputum kualitas baik setelah dilakukan batuk efektif metode

pursed lip breathing

5.2. Saran

1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek batuk

efektif metode pursed lip breathing terhadap kualitas sputum dengan

waktu pengambilan yang bervariasi.

2. Cara batuk efektif metode pursed lip breathing sebaiknya diterapkan pada

setiap pemeriksaan sputum untuk meningkatkan efektivitas pemeriksaan

guna menunjang diagnosis.

3. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengembangkan

metode batuk efektif lainnya sehingga bisa diketahui metode apa yang

paling baik dan efektif dalam menghasilkan sputum yang berkualitas baik

untuk pemeriksaan.

4. Cara memperlihatkan video disarankan dilakukan perseorangan, bukan

massal sehingga masing-masing responden lebih paham dengan isi video

yang diperlihatkan.

5. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan kualitas sputum secara lengkap

meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis sehingga hasil

pemeriksaan kualitas sputum lebih bermakna.

Page 61: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

48

DAFTAR PUSTAKA

1. National Heart, Lung, and Blood Institute. What Is Cough?. 2010

2. Kasper, D. L. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA:

McGraw Hill, 205-206.

3. Hartanto, H. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005; p.773-4.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penanggulangan

nasional TBC. Jakarta: Depkes RI. 2011

5. Smeltzer, Bare. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart.

Jakarta: EGC. 2013

6. Mason, Robert J. Murray & Nadel's Textbook of Respiratory Medicine.

Philadelphia : Elsevier. 2016

7. Chung, Kian Fan. Cough: Causes, Mechanisms and Therapy. USA :

Blackwell Publisher. 2003

8. Hagberg, Carin A. Benumof and Hagberg's Airway Management. Philadelvia

: Elsevier. 2013

9. Farzan, Sattar. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory

Examinations 3rd edition. Boston : Butterworths. 1990

10. Kennedy, John F. Dorland's Illustrated Medical Dictionary 32. Elsevier.

2012

11. Price, S. A. dan Wilson, L. M. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses

Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC. 2006

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riset

Kesehatan Dasar. Jakarta: Pusat penelitian pengembangan kesehatan. 2013

13. Cees P, van der Schans. Bronchial Mucus Transport. Respiratory Care

2007;52(9):1150–1156

Page 62: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

49

14. Weinberger. steven E. Principles of Pulmonary Medicine. Sixth Edition.

Philadelphia : Elsevier. 2013

15. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 7. Jakarta :

EGC. 2010. 357-362

16. Haryanto. Perbedaan Batuk Efektif Metode pursed lip breathing Terhadap

Kualitas Sputum. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2005

17. Bruce K, Rubin. Physiology of Airway Mucus Clearance. Respiratory Care

Journal. 2002, 40(3):233–255.

18. Rogers, DF. Physiology of Airway Mucus Secretion and Pathophysiology of

Hypersecretion. Respiratory Care. 2007 Sep;52(9):1134-46

19. Int J, Biochem. The airway goblet cell. 2003 Jan;35(1):1-6.

20. Spahija JA, Grassino A. Effects of pursed-lips breathing and Expiratory

Resistive Loading in Healthy Subjects. J Appl Physiol. 1996;80:1772Y1784.

21. Black, J.M., Matassarin, E. Medical Surgical Nursing.

1997. Clinical Management for Continuity of Care. J.B. Lippincott Co.

22. Hasani A, Pavia D, Agnew JE, Clarke SW. Regional Lung Clearance During

Cough and Forced Expiration Technique (FET): Effects of Flow and

Viscoelasticity. Thorax 1994;49(6):557–561.

23. Qualidigm. Breathing Techniques. Lung Takl. 2014

24. Knowles MR, Boucher RC. Mucus Clearance As a Primary Innate Defense

Mechanism for Mammalian Airways. J Clin Invest 2002; 109(5):571–577.

25. Scott H, Randell. Effective Mucus Clearance Is Essential for Respiratory.

North Carolina Virtual Lung Group Department of Cell and Molecular

Physiology, Department of Medicine, and Cystic Fibrosis/Pulmonary

Research and Treatment Center, University of North Carolina at Chapel Hill,

Chapel Hill, North Carolina. 2006

Page 63: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

50

26. Nield, Margaret A. Efficacy of Pursed-Lips Breathing. Journal of

Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention 2007;27:237/244

27. Wanner, Adam. Mucociliary Clearance in the Airways. American Journal Of

Respiratory And Critical Care Medicine Vol 154. 1996

28. Woravutrangkul, Saowanee. Efficacy of Pursed Lips Breathing with Forced

Expiration Techniques and Active Cycle of Breathing Technique on

Pulmonary Mucus Clearance in Healthy Subjects. Ther. Svi. 22 : 247-254,

2010

29. Wanner A, Salathe M, O’Riordan TG. Mucociliary Clearance In The

Airways. Am J Respir Crit Care Med 1996;154:1868–1902.

30. Button, Brenda M. Structure and Function of the Mucus Clearance System of

the Lung. Cold Spring Harb Perspect Med. 2013 Aug; 3(8): a009720.

31. Polverino, Mario. Anatomy And Neuro-Pathophysiology of The Cough

Reflex. Multidisciplinary Respiratory Medicine 2012 7:5

32. Yilmaz, Asli Sahin. Anatomy and Physiology of the Upper Airway.

Proceedings of the American Thoracic Society, Vol. 8, No. 1 (2011), pp. 31-

39.

33. T, Pantaleo. Central Nervous Mechanisms of Cough. Pulm Pharmacol

Ther. 2002;15(3):227-33.

34. Spahija J, de Marchie M, Grassino A. Effects of Imposed Pursed-Lips

Breathing on Respiratory Mechanics and Dyspnea at Rest and During

Exercise in COPD. Chest. 2005;128:640Y650.

35. Spahija JA, Grassino A. Effects 0f Pursed-Lips Breathing and Expiratory

Resistive Loading n Healthy Subjects. J Appl Physiol. 1996;80:1772Y1784.

Page 64: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

51

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar persetujuan menjadi responden penelitian

Gambar 6.1 Lembar persetujuan

menjadi responden penelitian

Page 65: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

52

Lampiran 2

Hasil Uji Statistik

Statistics

Jenis

Kelamin

Volume

Sebelum

Konsistensi

Sebelum

Warna

Sebelum

Volume

Sesudah

Konsistensi

Sesudah

Warna

Sesudah

N Valid 287 287 287 287 287 287 287

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid P 198 69.0 69.0 69.0

L 89 31.0 31.0 100.0

Total 287 100.0 100.0

Volume Sebelum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 3 ml 75 26.1 26.1 26.1

Saliva 155 54.0 54.0 80.1

None 57 19.9 19.9 100.0

Total 287 100.0 100.0

Konsistensi Sebelum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Mukoid 61 21.3 21.3 21.3

Purulen 13 4.5 4.5 25.8

Saliva 156 54.4 54.4 80.1

None 57 19.9 19.9 100.0

Total 287 100.0 100.0

Page 66: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

53

(Lanjutan)

Warna Sebelum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Putih 61 21.3 21.3 21.3

Kuning 13 4.5 4.5 25.8

Saliva 156 54.4 54.4 80.1

None 57 19.9 19.9 100.0

Total 287 100.0 100.0

Volume Sesudah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid > 3 ml 40 13.9 13.9 13.9

< 3 ml 131 45.6 45.6 59.6

Saliva 104 36.2 36.2 95.8

None 12 4.2 4.2 100.0

Total 287 100.0 100.0

Konsistensi Sesudah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Mukoid 161 56.1 56.1 56.1

Purulen 10 3.5 3.5 59.6

Saliva 104 36.2 36.2 95.8

None 12 4.2 4.2 100.0

Total 287 100.0 100.0

Page 67: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

54

(Lanjutan)

Warna Sesudah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Putih 161 56.1 56.1 56.1

Kuning 10 3.5 3.5 59.6

Saliva 104 36.2 36.2 95.8

None 12 4.2 4.2 100.0

Total 287 100.0 100.0

Statistics

Volume

Sebelum

Perlakuan

Volume

Sesudah

Perlakuan

N Valid 287 287

Missing 0 0

Volume Sebelum Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 287 100.0 100.0 100.0

Volume Sesudah Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 247 86.1 86.1 86.1

2.00 40 13.9 13.9 100.0

Total 287 100.0 100.0

Page 68: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

55

(Lanjutan)

Konsistensi Sebelum Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 226 78.7 78.7 78.7

2.00 61 21.3 21.3 100.0

Total 287 100.0 100.0

Konsistensi Sesudah Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 126 43.9 43.9 43.9

2.00 161 56.1 56.1 100.0

Total 287 100.0 100.0

Warna Sebelum Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 226 78.7 78.7 78.7

2.00 61 21.3 21.3 100.0

Total 287 100.0 100.0

Warna Sesudah Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 126 43.9 43.9 43.9

2.00 161 56.1 56.1 100.0

Total 287 100.0 100.0

Page 69: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

56

(Lanjutan)

Sebelum Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 287 100.0 100.0 100.0

Sesudah Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 252 87.8 87.8 87.8

2.00 35 12.2 12.2 100.0

Total 287 100.0 100.0

Statistics

Jenis Kelamin

N Valid 35

Missing 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid P 24 68.6 68.6 68.6

L 11 31.4 31.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum Perlakuan 1.00 287 .000 .000

Sesudah Perlakuan 1.12 287 .328 .019

Page 70: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

57

(Lanjutan)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum Perlakuan & Sesudah

Perlakuan 287 . .

Paired Samples Test

Paired Differences

T Df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum Perlakuan -

Sesudah Perlakuan -.122 .328 .019 -.160 -.084 -6.303 286 .000

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sebelum Perlakuan * Sesudah

Perlakuan 287 100.0% 0 0.0% 287 100.0%

Sebelum Perlakuan * Sesudah Perlakuan Crosstabulation

Count

Sesudah Perlakuan

Total Buruk Baik

Sebelum Perlakuan Buruk 252 35 287

Total 252 35 287

Page 71: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

58

(Lanjutan)

Sebelum Perlakuan * Sesudah Perlakuan Crosstabulation

Sesudah Perlakuan

Total Buruk Baik

Sebelum Perlakuan Buruk Count 252 35 287

% within Sebelum Perlakuan 87.8% 12.2% 100.0%

Total Count 252 35 287

% within Sebelum Perlakuan 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square .a

N of Valid Cases 287

a. No statistics are computed because

Sebelum Perlakuan is a constant.

NPar Tests

Chi-Square Test

Sebelum Perlakuan

Observed N Expected N Residual

Buruk 287 287.0 .0

Total 287a

a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be

performed.

Sesudah Perlakuan

Observed N Expected N Residual

Buruk 252 143.5 108.5

Baik 35 143.5 -108.5

Total 287

Page 72: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

59

(Lanjutan)

Test Statistics

Sesudah

Perlakuan

Chi-Square 164.073a

Df 1

Asymp. Sig. .000

a. 0 cells (0.0%) have expected

frequencies less than 5. The

minimum expected cell frequency is

143.5.

McNemar Test

Crosstabs

Sebelum Perlakuan & Sesudah Perlakuan

Sebelum Perlakuan

Sesudah Perlakuan

Buruk Baik

Buruk 252 35

Baik 0 0

Test Statisticsa

Sebelum

Perlakuan &

Sesudah

Perlakuan

N 287

Chi-Squareb 33.029

Asymp. Sig. .000

a. McNemar Test

b. Continuity Corrected

Page 73: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

60

(Lanjutan)

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Sesudah Perlakuan - Sebelum

Perlakuan

Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 35b 18.00 630.00

Ties 252c

Total 287

a. Sesudah Perlakuan < Sebelum Perlakuan

b. Sesudah Perlakuan > Sebelum Perlakuan

c. Sesudah Perlakuan = Sebelum Perlakuan

Test Statisticsa

Sesudah

Perlakuan -

Sebelum

Perlakuan

Z -5.916b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

Page 74: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

61

Lampiran 3

Gambar Proses Penelitian

Gambar 6.2 Gelas Ukur

10ml

Gambar 6.3 Gelas ukur

yang diisi dengan sampel

Gambar 6.4 Sendok reagen

Gambar 6.5 Pipet tetes Gambar 6.7 Pot sputum

sesudah perlakuan

Gambar 6.6 Pot sputum

sebelum perlakuan

Page 75: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

62

Sampel 6.8 Sputum purulen Sampel 6.9 Saliva

Sampel 6.10 Sputum mukoid Sampel 6.11 Sputum mukoid

Sampel 6.12 Sputum purulen Sampel 6.13 Sputum (-) Saliva (-)

Page 76: TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER

63

Lampiran 4

Riwayat Hidup Penulis

Identitas

Nama : Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Liwa, 29 Juni 1996

Agama : Islam

Alamat Tetap : Jl. Bermula VI, Sipolu-polu, Panyabungan,

Mandailing Natal, Sumatera Utara

Alamat Baru : Roemah 35, Jl. Pisangan Barat No. 35 Cirendeu,

Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten

Email : [email protected]

No. Telepon : 081267903321

Riwayat Pendidikan

2001 – 2006 : SD Inpres Panyabungan

2007 – 2009 : MTsN Panyabungan

20010 – 2011 : SMAN 2 Plus Panyabungan

2011 – 2013 : MAN Panyabungan

2013 – Sekarang : Program Studi Keprofesian dan Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah

Jakarta