teknik membersihkan gigi tiruan akrilik
DESCRIPTION
hijnikTRANSCRIPT
1. TEKNIK MEMBERSIHKAN GIGI TIRUAN AKRILIK
(Ecket, Jacob, Fenton, Mericske, Stern. Prosthodontic treatment for edentulous
patients. St. Louis: Mosby Inc. 2004. p. 190-205)
A. Teknikmekanik
Pembersihan gigitiruan secara mekanik, yaitu dengan menyikat gigi tiruan menggunakan
sikat gigi yang lembut atau sikat gigi nilon yang lembut dengan menggunakan air dan
sabun.Tindakan pembersihan mekanis sikat biasanya cukup untuk menghilangkan sisa-
sisa makanan yang melekat pada gigi tiruan, namun tidak efektif untuk desinfeksi gigi
tiruan.Penggunaan sikat gigi yang kaku, pasta gigi yang abrasif, seperti kalsium karbonat
atau silika terhidrasi, dapat menyebabkan abrasi pada bahan polimer atau mengakibatkan
goresan pada permukaannya.Pasta gigi dengan beberapa bahan abrasif lembut (natrium
bikarbonat atau resin akrilik) dapat digunakan.
B. Pembersihgigtiruansecarakimia
Pembersih kimia yang paling umum digunakan menggunakan teknik perendaman gigi
tiruan pada larutan peroksida dan hipoklorit. Keuntungan dari pembersihan gigi tiruan
dengan cara perendaman adalah pembersihan yang mencakup seluruh bagian dari
gigitiruan, abrasi minimal pada basis gigi tiruan dan gigi, dan merupakan teknik yang
sederhana.
a. Pembersih Oxygenating
Peroksida disediakan dalambentuk bubuk dan tablet. Bahan yang mengandung senyawa
alkali, deterjen, natrium perborat, dan bubuk. Ketika bahan ini dicampur dengan air, perborat
natrium peroksida terurai melepaskan oksigen. Pembersihan adalah hasil dari kemampuan
oksidasi dari dekomposisi peroksida dan dari reaksi effervescent menghasilkan oksigen. Hal ini
secara efektif dapat menghapus deposit organik dan membunuh mikroorganisme. Alkali
peroksida adalah metodeaman, efektif membersihkan gigi tiruan dan sterilisasi, khususnya di
kalangan pasien geriatri.
b. Larutan hipoklorit
Hipoklorit yang umumnya digunakan sebagai pembersih gigi tiruan untuk
menghilangkan plak dan noda ringan, dan mampu membunuh organisme pada gigi tiruan adalah
natrium hipoklorit. Salah satu teknik pembersihan gigi tiruan dengan perendaman gigi tiruan
dalam larutan sodium hipoklorit 5% dan disertai penyikatan pada gigi truan.Selainitu, gigi tiruan
direndam dalam larutan yang mengandung 1 sendok teh hipoklorit (Clorox) dan 2 sendok the
dari glassy phosphate (Calgon) dalam setengah gelas air, untuk mengontrol kalkulus, noda berat
pada gigi tiruan. Hipoklorit alkal in tidak dianjurkan untuk gigit iruan yang dibuat dari paduan
logam tuang. Ion klorin dapat menyebabkan korosi dan penggelapan dari logam ini. Larutan
terkonsentrasi hipoklorit juga tidak boleh digunakan karena penggunaan jangka panjang dapat
mengubah warna gigi tiruan resin.
C. Teknikpembersihan lain
a. Unit ultrasonik memberikan getaran yang dapatdigunakan untuk membersihkan gigi tiruan.
Bila teknik ini digunakan, gigi tiruan ditempatkan ke unit pembersih, yang diisi dengan larutan
pembersih. Tindakan pembersihan dari agen perendaman dilengkapi oleh aksi debriding mekanik
getaran ultrasonik. Meskipu nefektif, teknik ini mungkin tidak cukup menghilangkan plak pada
permukaan gigi tiruan.
b. Asam yang diencerkan (asam sitrat, isopropil alkohol, asam klorida, atau cuka rumah tangga
biasa) tersedia untuk menghilangkan endapan keras pada gigi tiruan. Cuka juga dapat membunuh
mikroorganisme tetapi kurang efektif dibandingkan dengan larutan bleaching. Pembersih dengan
bahan asam yang diencerkan harus digunakan hati-hati, dan gigi tiruan harus dibilas secara
menyeluruh untuk menghindari kontak dengan bahan kulit dan mukosa. Asam encer juga dapat
menyebabkan korosi dari beberapa gigi tiruan logam paduan.
c. Pembersih gigi tiruan yang mengandung enzim (mutanese dan protease) telah ditunjukkan
dapat mengurangi plak gigi tiruan secara signifikan, dengan 15 menit perendaman setiaphari,
terutama ketika dikombinasi dengan menyikat gigi tiruan.
c. Penggunaan polimer silikon. Pembersih ini memberikan lapisan pelindung, yang menghambat
perlekatan bakteri kepermukaan gigi tiruan.
Aspek – aspek yang mempengaruhi manipulasi
1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1
satuan berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua bubuk sanggup dibasahi
oleh cairan akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul dan
adonan tidak akan mengalir saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga
tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada
adonan akrilik , maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar (dari 7%
menjadi 21 % satuan volume ) dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mencapai konsistensi dough dan dapat menimbulkan porositas pada bahan
gingiva tiruan (Anusavice ,2003).
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough .
Adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
a. Sandy stage
Mula – mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage
Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.
c. Dough stage
Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya tidak melekat
lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan saat yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mold dalam waktu 10 menit.
d. Rubbery stage
Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan menyerupai
karet dan menjadi kaku (rubbery – hard ) sehingga tidak dapat dimasukkan ke
dalam mould (Anusavice ,2003).
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari
gips masuk ke dalam resin akrilik.
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi penuh dan saat
dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian adonan ke dalam
mould penuh kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi ditunggu selama 5
menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan press
terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit . Selanjutnya kuvet
dipasang mur dan dilakukan proses kuring (O’Brien dkk, 1985)
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam water
bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara dipanaskan pada
suhu 70 C selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan temperatur smapai 100 C
dipertahankan selama 1 jam (Anusavice, 2003).
Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk mendapatkan kekuatan
dan derajat polimerisasi resin akrilik yang tinggi dan juga akan mengurangi sisa
monomeryang tertinggal
Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik kemudian
dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya pemanasan harus dikontrol .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :
a. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan mengandung
monomer sisa tinggi.
b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer mendidih pada
suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu ini sewaktu masih terdapat
sejumlah bagian monomer yang belum bereaksi . Reaksi polimerisasi adalah
bersifat eksotermis. Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum
dikuring tiba – tiba dimasukkan ke dalam air mendidih , suhu resin bisa naik di
atas 100,3 C sehingga menyebabkan monomer menguap . Hal ini menyebabkan
gaseous porosity.
Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan . Pendinginan
dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama proses ini, harus dihindari
pendinginan secara tiba-tiba karena semalaman pendinginan terdapat perbedaan
kontrasksi antara gips dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam
polimer. Bila pendinginan dilakukan secara perlahan, maka stress diberi
kesempatan keluar akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin
dikeluarkan dari cetakan dengan hati – hati untuk mencegah patahnya gingiva
tiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik (Mc Cabe JF, 2008)