teknik berkomunikasi dengan klien yang memiliki gangguan pendengaran dan bicara

4
Teknik Berkomunikasi dengan Klien yang Memiliki Gangguan Pendengaran dan Bicara Oleh Anggita Oksyrana, KK-7, 1206243192 Orang yang mengalami kerusakan pendengaran, baik tuli maupun sulit mendengar, kepekaannya terhadap bunyi akan hilang sama sekali atau berkurang. Berapapun tingkat keparahan hilangnya pendengaran, seseorang yang memiliki gangguan pendengaran akan menghadapi hambatan dalam berkomunikasi. Hilangnya kemampuan mendengar menimbulkan masalah komunikasi yang sangat nyata karena orang yang tuli atau kurang mendengar mungkin juga tidak mampu berbicara atau memiliki kemampuan verbal yang terbatas dan seringkali miskin kosa kata. Orang yang mengalami gangguan pendengaran barangkali rentan terhadap gangguan bicara, karena proses belajar yang terhambat. Hal ini disebabkan oleh proses belajar mengenal kosa kata diperoleh dari kegiatan mendengar. Keterampilan membaca orang dewasa dengan gangguan pendengaran pun rendah, kira-kira setaraf dengan kemampuan membaca kelas empat. Keterampilan menulis mereka juga mungkin lemah. Tingkat baca-tulis yang rendah ini disebut melek huruf fungsional. Mereka yang tunarungu memiliki keterampilan dan kebutuhan yang berbeda-beda bergantung pada jenis ketuliannya dan berapa lama mereka kehilangan kemampuan mendengarnya itu. Bagi mereka yang menderita tunarungu sejak lahir, belajar bahasa mungkin tidak ada manfaatnya, sehingga mereka mungkin tidak dapat berbicara dengan jelas. Kemungkinan besar, model utama komunikasi mereka adalah dengan bahasa isyarat atau membaca gerak bibir. Berikut ini beberapa model komunikasi yang disarankan sebagai jalan untuk mengurangi hambatan dalam komunikasi dan memfasilitasi pengajaran dan pembelajaran bagi klien yang mengalami gangguan pendengaran dan bicara. 1. Bahasa Isyarat Bagi kebanyakan penderita gangguan pendengaran dan bicara yang berbahasa induk bahasa isyarat, model ini seringkali menjadi bentuk komunikasi yang lebih disukai. Jika tenaga kesehatan tidak menguasai bahasa isyarat, meminta bantuan seorang penerjemah profesional bisa menjadi alternatif. Selain itu, tenaga kesehatan juga bisa meminta bantuan teman atau kerabat klien yang terampil menggunakan bahasa isyarat. Akan tetapi, sebelum meminta bantuan penerjemah, sebaiknya meminta persetujuan klien terlebih dahulu karena

Upload: anggita-oksyrana

Post on 04-Jul-2015

4.124 views

Category:

Health & Medicine


7 download

DESCRIPTION

Teknik Komunikasi Tenaga Kesehatan pada Klien Gangguan Pendengaran dan Bicara

TRANSCRIPT

Teknik Berkomunikasi dengan Klien yang Memiliki Gangguan Pendengaran dan Bicara

Oleh Anggita Oksyrana, KK-7, 1206243192

Orang yang mengalami kerusakan pendengaran, baik tuli maupun sulit mendengar,

kepekaannya terhadap bunyi akan hilang sama sekali atau berkurang. Berapapun tingkat

keparahan hilangnya pendengaran, seseorang yang memiliki gangguan pendengaran akan

menghadapi hambatan dalam berkomunikasi. Hilangnya kemampuan mendengar menimbulkan

masalah komunikasi yang sangat nyata karena orang yang tuli atau kurang mendengar mungkin

juga tidak mampu berbicara atau memiliki kemampuan verbal yang terbatas dan seringkali

miskin kosa kata. Orang yang mengalami gangguan pendengaran barangkali rentan terhadap

gangguan bicara, karena proses belajar yang terhambat. Hal ini disebabkan oleh proses belajar

mengenal kosa kata diperoleh dari kegiatan mendengar. Keterampilan membaca orang dewasa

dengan gangguan pendengaran pun rendah, kira-kira setaraf dengan kemampuan membaca kelas

empat. Keterampilan menulis mereka juga mungkin lemah. Tingkat baca-tulis yang rendah ini

disebut melek huruf fungsional.

Mereka yang tunarungu memiliki keterampilan dan kebutuhan yang berbeda-beda

bergantung pada jenis ketuliannya dan berapa lama mereka kehilangan kemampuan

mendengarnya itu. Bagi mereka yang menderita tunarungu sejak lahir, belajar bahasa mungkin

tidak ada manfaatnya, sehingga mereka mungkin tidak dapat berbicara dengan jelas.

Kemungkinan besar, model utama komunikasi mereka adalah dengan bahasa isyarat atau

membaca gerak bibir. Berikut ini beberapa model komunikasi yang disarankan sebagai jalan

untuk mengurangi hambatan dalam komunikasi dan memfasilitasi pengajaran dan pembelajaran

bagi klien yang mengalami gangguan pendengaran dan bicara.

1. Bahasa Isyarat

Bagi kebanyakan penderita gangguan pendengaran dan bicara yang berbahasa induk

bahasa isyarat, model ini seringkali menjadi bentuk komunikasi yang lebih disukai. Jika

tenaga kesehatan tidak menguasai bahasa isyarat, meminta bantuan seorang penerjemah

profesional bisa menjadi alternatif. Selain itu, tenaga kesehatan juga bisa meminta bantuan

teman atau kerabat klien yang terampil menggunakan bahasa isyarat. Akan tetapi, sebelum

meminta bantuan penerjemah, sebaiknya meminta persetujuan klien terlebih dahulu karena

informasi yang disampaikan berkaitan dengan masalah kesehatan yang dapat dianggap

sebagai urusan pribadi.

2. Membaca Bibir

Salah satu anggapan yang salah yang muncul pada orang yang normal adalah semua

penderita gangguan pendengaran dapat membaca bibir. Tingkat kemampuan membaca bibir

mereka tentu berbeda-beda. Dengan demikian, hanya pembaca bibir terampil saja yang akan

memperoleh manfaat yang sebenarnya dari metode komunikasi ini. Jika klien dapat membaca

bibir, tenaga kesehatan tidak perlu melebih-lebihkan gerakan bibir karena tindakan itu dapat

mendistorsi gerakan bibir dan mengganggu penafsiran kata-kata. Jika klien lebih suka

membaca bibir, pastikan wajah tenaga kesehatan menghadap ruang yang cukup terang.

Sebaiknya singkirkan benda-benda yang menutupi wajah, misalnya masker bedah, tangan,

atau permen karet.

3. Materi Tulis

Informasi tertulis barangkali merupakan cara komunikasi yang dapat diandalkan,

terutama jika pemahaman sangat diperlukan. Tenaga kesehatan sebaiknya menulis informasi

yang penting untuk melengkapi kata-kata yang diucapkan kendati klien terampil membaca

bibir. Perlu diingat bahwa pemahaman bacaan rata-rata orang dewasa tunarungu setaraf

dengan kelas empat, sehingga pesan yang disampaikan hendaknya menggunakan kalimat

yang sederhana. Alat peraga seperti gambar yang sederhana, lukisan, atau diagram bisa juga

dimanfaatkan sebagai pelengkap untuk meningkatkan pemahaman materi tertulis.

Penyampaian informasi melalui media tulis juga bisa dilakukan oleh klien—dengan gangguan

bicara—kepada tenaga kesehatan. Metode ini bisa menjadi metode yang paling fleksibel,

karena dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan klien gangguan pendengaran dan bicara

maupun klien dengan gangguan bicara saja.

4. Verbalisasi oleh Klien

Kadang-kadang klien dengan gangguan pendengaran atau tunarungu lebih memilih untuk

berkomunikasi dengan cara berbicara, terutama jika tenaga kesehatan dan klien telah memiliki

hubungan yang baik dan saling percaya. Seringkali nada dan infleksi suara mereka akan

berbeda dari cara berbicara kebanyakan orang, sehingga tenaga kesehatan perlu menyediakan

waktu untuk mendengarkan secara cermat. Tenaga kesehatan harus menghindari interupsi saat

klien berbicara. Jika masih mengalami kesulitan, tenaga kesehatan sebaiknya membuat

catatan tentang informasi yang didengar dari klien agar lebih mudah dalam memahami inti

pesan.

5. Memperkeras Bunyi

Bagi klien yang mengalami gangguan pendengaran tetapi tidak hilang sama sekali, alat

bantu pendengaran mungkin akan sangat berguna. Jika klien tidak memiliki alat bantu dengar,

sebaiknya meminta persetujuan klien dan keluarganya untuk mencari rujukan dari spesialis

telinga, yang dapat menentukan apakah alat bantu dengar cocok untuk klien. Cara lain untuk

memperkeras bunyi adalah dengan menelungkupkan tangan di dekat telinga klien, atau

menggunakan stetoskop yang dibalik dengan cara memasang stetoskop di telinga klien dan

tenaga kesehatan berbicara di corongnya (Babcock dan Miller, 1994). Jika salah satu telinga

klien dapat mendengar lebih jelas daripada telinga yang lain, tenaga kesehatan sebaiknya

berada dekat dengan telinga yang “baik”. Tenaga kesehatan harus berbicara lambat, tidak

berteriak, dan hendaknya memberikan waktu yang cukup banyak bagi klien untuk memproses

pesan yang disampaikan dan memberikan tanggapan. Metode ini kurang cocok jika digunakan

untuk berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan bicara saja, karena meskipun

mengalami gangguan bicara, fungsi pendengaran mereka tetap bekerja dengan baik.

Berikut ini rangkuman beberapa petunjuk dari Navarro dan Lacour (1980) yang

sebaiknya diikuti ketika menerapkan bentuk-bentuk komunikasi di atas.

1. Bersikap wajar

Jangan tegang dan kaku atau mencoba mengartikulasikan kata-kata secara berlebihan

Gunakan kalimat yang sederhana.

Pastikan klien memperhatikan dengan cara menyentuh lengannya dengan lembut sebelum

mulai berbicara.

Berdiri menghadap klien dengan jarak tidak lebih dari 2 meter apabila mencoba

berkomunikasi.

2. Bersikap penuh perhatian dan hindari hal-hal berikut.

Berbicara sambil berjalan.

Terlalu sering menggerak-gerakkan kepala.

Berbicara sambil mengunyah.

Memalingkan muka dari klien saat berkomunikasi.

Berdiri langsung di depan cahaya terang yang akan menyilaukan klien.

Apa pun metode komunikasi yang akan digunakan, sebaiknya kedua pihak—klien dan

tenaga kesehatan—telah membuat kesepakatan terlebih dahulu agar tercipta keselarasan persepsi

sehingga komunikasi berjalan lancar. Kegiatan komunikasi harus selalu memperhatikan tujuan

utamanya yaitu menyampaikan informasi dan menerima informasi dengan baik, sehingga

seorang informan, dalam hal ini tenaga kesehatan, harus memastikan bahwa pesan kesehatan

telah diterima dan dipahami dengan baik oleh klien. Tenaga kesehatan juga harus selalu

mengingat bahwa inti dari komunikasi kepada klien dengan keadaan khusus adalah proses

pemahaman klien divalidasikan dengan cara yang tidak menakutkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bastable, Susan B. 1999. Perawat sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan

Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Uripni, Christina Lia. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.