tb paru pada bumil

Upload: fillo-adoptivo

Post on 05-Apr-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    1/22

    TUGAS

    KEPERAWATAN MATERNITAS II

    Ibu Hamil dengan TB Paru

    Oleh :

    Nama : Achmad Zakariya

    NIM : 08060082

    Kelas : PSIK B

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

    2012

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    2/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

    Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

    bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru

    melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai

    focus primer dari ghon.

    Penularan tuberculosis terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan

    dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak

    dan ludah penderita terdapat basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering dalam

    bentuk spora lalu diterbangkan angin. Kuman yang terbawa angin dan jatuh ketanah

    maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan

    bersarang serta berkembangbiak di paru-paru.

    Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salahsatunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita

    mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan

    dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan

    pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah

    dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas

    buangan.

    Selain itu Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia.

    Berdasarkan estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya terdapat di Asia dan sub-Sahara Afrika. Di Asia sendiri Akibat

    Tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal, termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi

    HIV. Kematian akibat tuberkulosis di negara-negara kawasan South East Asia

    Regional(SEARO) berkisar antara 4 sampai 98 per 100.000 penduduk. Seperti angka

    prevalensi tuberkulosis, angka kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di

    Timor Leste yaitu 98 kematian per 100.000 penduduk. Begitu pula dengan angka

    terendah kematian akibat tuberkulosis terjadi di Maladewa (4 per 100.00 penduduk).

    Namun, bila membandingkan angka kematian dengan 131 prevalensi, maka Indonesia

    termasuk yang tertinggi di kawasan SEARO dan terendah adalah Myanmar. Di antara18 negara diAssociation South East Asian Nation (ASEAN) dan SEARO, Indonesia

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    3/22

    termasuk negara dengan prevalensi tuberkulosis di bawah 300 per 100.000 penduduk

    bersama 13 negara lainnya, bahkan 4 negara di antaranya yaitu Singapura, Maladewa,

    Sri Lanka, dan Brunei Darussalam memiliki prevalensi di bawah 100. Empat negara

    lainnya (Timor Leste, Kamboja, Filipina, dan Bangladesh) memiliki prevalensi di atas

    300 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2008).

    Penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini masih

    merupakan penyakit rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. TBC paru

    ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat

    sekitarnya.

    Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan

    penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering

    ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang,berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit sekitar dada.

    Pada penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya dilakukan

    pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (purified protein derivate) 5u dan bila

    hasilnya positif diteruskan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan

    dilindungi janin dari pengaruh sinar X. Pada penderita dengan TBC paru aktif perlu

    dilakukan pemeriksaan sputum, untuk membuat dianosis secara pasti sekaligus untuk

    tes kepekaan. Pengaruh TBC paru pada ibu yang sedang hamil bila diobati dengan baik

    tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Pada janin jarang dijumpai TBC kongenital,janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui oleh ibunya.

    1.2 TUJUAN

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    4/22

    A. Tujuan Umum

    Tujuan umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan TB

    paru.

    B. Tujuan Khusus

    Untuk mengetahui Definisi dan Etiologi TB paru

    Untuk mengetahui tuberkulosis pada kehamilan

    Untuk mengetahui Patofisiologi

    Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada penderita TB paru

    BAB II

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    5/22

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

    Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

    bagian bawah karena sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru

    melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai

    focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu

    manifestasi yang diakibatkannya. Darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal

    dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk

    darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga

    penutupan luka dengan cepat terjadi.

    2.2 ETIOLOGI

    Sebagaimana telah diketahui, TBC paru disebabkan oleh basil TB

    (Mycobacterium tuberculosis humanis).

    M. tuberculosis termasuk familie Mycobacteriaceae yang mempunyai berbagai

    genus, satu di antaranya adalah Mycobacterium, yang salah satu speciesnya adalah

    M. tuberculosis. M. tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis

    (kemungkinan infeksi type bovinus saat ini diabaikan, setelah higiene peternakan

    makin ditingkatkan).

    Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini

    dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnai secara khusus. Oleh karena itu,

    kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).

    Karena sebetulnya Mycobacterium pada umumnya tahan asam, secara teoritis BTA

    belum tentu identik dengan basil TB. Tetapi karena dalam keadaan normal

    penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain (y.i. M. atipik) jarang

    sekali ditemukan, dalam praktek BTA dianggap identik dengan basil TB. Di negara

    dengan prevalensi AIDS/infeksi HIV yang tinggi, penyakit paru yang disebabkan

    M. atipic (=Mycobacteriosis) makin sering ditemukan, sehingga dalam kondisi

    seperti ini, perlu sekali diwaspadai bahwa BTA belum tentu harus identik dengan

    basil TB. Malahan mungkin saja BTA belum tentu harus identik dengan basil TB,

    mungkin saja BTA yang ditemukan adalah M. atipic yang menjadi penyebab

    Mycobacteriosis.

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    6/22

    Kalau untuk bakteri-bakteri lain hanya diperlukan beberapa menit sampai 20 menit

    untuk mitosis, basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam. Hal ini

    memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2 3 hari sekali).

    Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit

    saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahayaultraviolet. Basil TB juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit

    saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air

    bersuhu 1000 C. basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena

    alkohol 70%, atau lisol 5%.

    2.3 TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN

    A. Efek tuberculosis terhadap kehamilan

    Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu

    hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu

    hamil. Lebih dari 50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada

    tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah

    pengidap TB paru .

    Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe,

    letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan

    antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status

    imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.

    Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis

    maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.

    Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa

    merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam

    kehamilan dengan TB.

    Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan

    diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah

    mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi

    aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB.

    Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti

    usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga

    organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas)

    seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan

    kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang

    pernah mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah

    menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan

    untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    7/22

    Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun

    aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun,

    jika kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan.

    Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali,

    kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untukhamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun,

    jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu

    melakukan aborsi.

    B. Efek tuberculosis terhadap janin

    Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada

    sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-

    obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.

    Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan

    jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit

    sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah

    setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas

    C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis,

    didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap

    kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun jika dibandingkan dengan

    kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil

    mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR

    skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    8/22

    dikeluarkan si penderita. Hal yang penting adalah bagaimana menjaga kondisi

    tubuh agar tetap sehat.

    Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit jika

    memiliki daya tahan tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu

    melawan kuman yang masuk. Diagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa cara,seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (foto torak). Diagnosis dengan BTA mudah

    dilakukan,murah dan cukup reliable.

    Kelemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positif bila

    terdapat kuman 5000/cc dahak. Jadi, pasien TB yang punya kuman 4000/cc dahak

    misalnya, tidak akan terdeteksi dengan pemeriksaan BTA (hasil negatif). Adapun

    rontgen memang dapat mendeteksi pasien dengan BTA negatif, tapi kelemahannya

    sangat tergantung dari keahlian dan pengalaman petugas yang membaca foto

    rontgen. Di beberapa negara digunakan tes untuk mengetahui ada tidaknya infeksi

    TB, melalui IGRAs (Interferon-Gamma Release Assays) yang konon lebih baikdari tuberkulin tes.bekerja dengan cara menilai respon imunologis seseorang yang

    terinfeksi Micobacterium tuberculosis. Sel-sel darah putih dari sebagian besar

    orang yang terinfeksi TB akan mengeluarkan interferon-gamma (IFN-g) lalu

    kemudian diukur kadar IFN-g tersebut.

    Diagnosis dengan interferon gamma bisa mengukur secara lebih jelas

    bagaimana beratnya infeksi dan berapa besar kemungkinan jatuh sakit. Diagnosis

    TB pada wanita hamil dilakukan melalui pemeriksaan fisik (sesuai luas lesi),

    pemeriksaan laboratorium (apakah ditemukan BTA?), serta uji tuberkulin.

    Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB,

    sedangkan penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto

    torak. Pasien dengan hasil uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun

    jika hasil uji tuberkulin negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi

    TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi anergi.

    Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk

    mengetahui gambaran TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di

    perut bisa dilakukan, terutama jika hasil BTA-nya negatif.

    D. Peran Perawat dalam Kehamilan dengan TB

    Dalam perawatan pasien hamil dengan TB perawat harus mampu

    memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan

    pencegahannya, tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta hal

    yang mungkin terjadi jika penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang

    adekuat. Pasien dan keluarga harus tahu sistem pelayanan pengobatan TB sehingga

    pasien tidak mengalami drop out selama pengobatan dimana keluarga berperan

    sebagai pengawas minum obat bagi pasien. Pemantuan kesehatan ibu dan janin

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    9/22

    harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin

    terjadi akibat TB.

    Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan anemia sangat penting

    dilakukan untuk mencegah keparahan TB dan meminimalkan efek yang timbul

    terhadap janin.

    Pendidikan tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan pasien penting

    diberikan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih luas.

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    10/22

    2.4 Patofisiologi

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    11/22

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    12/22

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan

    yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi (H. Lismidar, 1990).

    A. Pengkajian

    Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan

    diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990).

    1. Pengumpulan data

    Dalam pengumpulan data ada urutan-urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :

    Identitas klien

    Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat

    tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah

    dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan

    pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain (Hendrawan

    Nodesul, 1996).

    Riwayat penyakit sekarang

    Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di

    rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat

    malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita

    untuk mencari pengobatan.

    Riwayat penyakit dahulu

    Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang

    mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura

    serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

    Riwayat penyakit keluarga

    Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita

    penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    13/22

    Riwayat psikososial

    Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi

    kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya

    riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (Hendrawan

    Nodesul, 1996).

    Pola fungsi kesehatan

    a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

    Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak-

    desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal

    dirumah yang sumpek (Hendrawan Nodesul, 1996)

    b) Pola nutrisi dan metabolic

    Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan

    menurun (Marilyn. E. Doenges, 1999).

    c) Pola eliminasi

    Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi

    maupun defekasi

    d) Pola aktivitas dan latihan

    Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu

    aktivitas (Marilyn. E. Doegoes, 1999).

    e) Pola tidur dan istirahat

    Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru

    mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn. E.

    Doenges, 1999).

    f) Pola hubungan dan peran

    Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit

    menular (Marilyn. E. Doenges, 1999).

    g) Pola sensori dan kognitif

    Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

    pendengaran) tidak ada gangguan.

    h) Pola persepsi dan konsep diri

    Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa

    kawatir klien tentang penyakitnya (Marilyn. E. Doenges, 1999).

    i) Pola reproduksi dan seksual

    Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah

    karena kelemahan dan nyeri dada.

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    14/22

    j) Pola penanggulangan stress

    Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan

    stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap

    pengobatan (Hendrawan Nodesul, 1996).

    k) Pola tata nilai dan kepercayaan

    Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya

    aktifitas ibadah klien.

    2. Pemeriksaan fisik

    Berdasarkan sistem-sistem tubuh :

    a) Sistem integument

    Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.

    b) Sistem pernapasan

    Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :

    Inspeksi : Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma,

    pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah (Purnawan

    Junadi dkk, 1982).

    Palpasi : Fremitus suara meningkat (Alsogaff, 1995).

    Perkusi: Suara ketok redup. (Soeparman, 1998).

    Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,

    kasar dan yang nyaring (Purnawan. J. dkk, 1982. Soeparman, 1998).

    c) Sistem pengindraan

    Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan.

    d) Sistem kordiovaskuler

    Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras

    (Soeparman, 1998).e) Sistem gastrointestinal

    Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun (Soeparman,

    1998).

    f) Sistem musculoskeletal

    Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan

    sehari-hari yang kurang meyenangkan (Alsogaff, 1995)

    g) Sistem neurologis

    Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    15/22

    h) Sistem genetalia

    Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

    3. Pemeriksaan penunjang

    a) Pemeriksaan Radiologi

    Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa

    suatu koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat

    di apeks dan segmen posterior lobus atas paru-paru atau pada segmen superior

    lobus bawah (Soeparman. 1998).

    b) Pemeriksaan laboratorium

    Darah

    Adanya kurang darah, ada sel-sel darah putih yang meningkatkan serta laju

    endap darah meningkat terjadi pada proses aktif (Alsogaff, 1995).

    Sputum

    Ditemukan adanya Basil Tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat

    pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari

    (Soeparman dkk, 1998. Barbara. T. Long, 1996)

    Test Tuberkulosis

    Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telahmengalami infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang

    diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein Derivative

    (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 26,

    dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai

    kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi

    dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 9 mm

    dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama

    48 72 jam tuberkulosis disuntikkan (Soeparman, 1998. Barbara. T. Long,

    1996).

    B. AnalisaData

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    16/22

    Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan

    masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu

    makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan

    harga diri.

    Contoh format:

    No Data Etiologi Masalah

    1. DO:

    DS:

    C. DiagnosaKeperawatan

    Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan.

    Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah

    kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (Lismidar, 1990).

    Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien

    dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :

    1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan permukaan

    membrane respirasi.( Judith M. Wilkinson, 186)

    2) Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubugan dengan sekresi

    mukopurulen.( Judith M. Wilkinson, 16)

    3) Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

    (Judith M. Wilkinson, 319)

    4) Gangguan perfusi ke jaringan otak

    5) Gangguan keseimbangan suhu tubuh: Resiko hyperthermia b/d peningkatan

    suhu tubuh (38)

    6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum: otot (2)

    7) Ganggguan pola tidur berhubungan dengan dispnea.( Judith M. Wilkinson,

    474)

    8) Gangguan konsep diri b/d stress hospitalisasi

    9) Gangguan konsep diri b/d body image

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    17/22

    10) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (20)

    11) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap

    sumber-sumber informasi.( Judith M. Wilkinson, 270)

    12) Potensial Komplikasi: penyebaran infeksi terhadap lingkungan sekitar

    (Judith M. Wilkinson, 261)

    13) Potensial Komplikasi: Dehidrasi

    D. Intervensi

    Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan diagnosa

    keperawatan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahapperencanaan ini dengan melihat diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana

    keperawatan sebagai berikut :

    NoDiagnosa

    Keperawatan

    Tujuan

    (NOC)

    Kriteria

    Standart

    Intervensi

    (NIC)Rasional

    1 Gangguan

    pertukaran gas

    berhubungan

    denganperubahan

    permukaan

    membrane

    respirasi

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatanselama 1x24

    jam klien

    dapat:

    menunjukkan

    pola

    pernapasan

    efektif,

    menunjukkan

    status

    pernapasan

    ditandai

    dengan

    indikator 1-5

    (ekstrem,

    kuat, sedang,

    ringan, tidak)

    a) Menunj

    ukkan

    pernapasan

    yangoptimal saat

    terpasang

    ventilator

    mekanis

    b) Menunj

    ukkan status

    pernapasan

    ditandaidengan

    indikator 3

    (sedang)

    c) Menunj

    ukkan

    ekspansi

    dada yang

    simetris

    a) Pemantaua

    n pernapasan;

    memantau

    kecepatan,kedalaman,

    usaha respirasi,

    kegelisahan,

    dan bunyi

    napas.

    b) Anjurkan

    napas dalam

    melaluiabdomen

    selama periode

    distress

    pernapasan

    a) Untuk

    mengetahui

    pola

    pernapasannya,apakah

    masih

    menggunaka

    n otot

    respirasi dan

    untuk

    mengetahui

    volume

    secret pada

    klien.

    b) Agar

    otot respirasi

    tidak bekerja

    terlalu keras

    sehingga

    tidak

    mengganggu

    pola

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    18/22

    c) Mengkolab

    orasikan dalam

    Memberikantindakan

    nebulizer

    ultrasonik dan

    udara pelembab

    d) Melaporka

    n perubahan

    sensori,bunyi

    napas, polapernapasan,

    nilai GDA,

    sputum, sesuai

    dengan

    kebutuhan

    pernapasan

    c) Untuk

    mengencerka

    n sekret danmelembabka

    n oksigen

    yang masuk

    ke paru klien

    d) Untuk

    mengetahui

    perkembanga

    n klienselama

    dilakukan

    proses

    perawatan

    2 Ketidakefektifan

    pembersihan

    jalan napasberhubugan

    dengan sekresi

    mukopurulen.

    Setelah

    dilakukan

    tindakankeperawatan

    selama 1x24

    jam klien

    dapat:

    menunjukkan

    pembersihan

    jalan napas

    yang efektif

    dan

    dibuktikan

    dengan status

    pernapasan:

    pertukaran

    gas dan

    ventilasi

    tidak

    berbahaya,

    mudah untuk

    bernapas,kegelisahan,

    a) Mempu

    nyai jalan

    napas yangpaten

    b) Mengel

    uarkan

    sekresi

    secara

    efektif

    c) Mempu

    nyai fungsi

    paru dalam

    batas normal

    d) Mempu

    nyai irama

    dan

    frekuensi

    pernapasan

    dalam

    a) Mengausku

    ltasi bagian

    dada anteriordan posterior

    b) Mencatat

    tipe dan jumlah

    sekresi yang

    dikumpulkan

    c) Menginfor

    masikan kepada

    klien sebelum

    memulai

    a) Untuk

    mengetahui

    adanyapenurunan

    atau tidak

    adanya

    ventilasi dan

    adanya bunyi

    tambahan.

    b) Untuk

    mengetahuitipe dan jenis

    sekresi yang

    dihasilkan

    dengan

    membawa ke

    lab.

    c) Agar

    klien tidakcemas dan

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    19/22

    sianosis, dan

    dispnea tidak

    ada, saturasi

    O2 dalam

    batas normal.

    rentang yang

    normal.

    prosedur

    d) Mengkolab

    orasikan dalam

    pemberian

    aerosol,

    nebulizer

    ultrasonic, dan

    perawatan paru

    lainnya.

    dapat

    mengntrol

    dirinya

    d) Untukmengsingkro

    nkan hasil

    analisa dari

    para petugas

    kesehatan

    agar dalam

    penangannya

    tepat.

    3 Nutrisi: kurang

    dari kebutuhan

    tubuh

    berhubungan

    dengan

    anoreksia.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama 1x24

    jam klien

    dapat:

    menunjukkan

    status gizi

    dengan

    indicator 1-5

    (tidak

    adekuat,

    ringan,

    sedang, kuat,

    dan adekuat

    total),

    pemberian

    makanan

    lewat

    selang(parent

    eral total).

    a) Menunj

    ukkan status

    gizi dengan

    indikator 2

    (ringan)

    b) Member

    ikan

    makananlewat selang

    c) Toleran

    si terhadap

    diet yang

    dianjurkan

    a) Memberika

    n informasi

    yang tepat

    kepada klien

    tentang

    kebutuhan

    nutrisi dan

    bagaimana

    memenuhinya.

    b) Tentukan

    kemampuan

    klien untuk

    memenuhi

    kebutuan

    nutrisinya

    c) Menciptaka

    n lingkungan

    yang

    menyenangkan

    untuk makan

    dengan

    memindahkan

    barang-barangyang tidak enak

    a) Agar

    klien dapat

    memenuhi

    kebutuhan

    nutrisinya

    b) Untuk

    menyesuaika

    n dengankondisi

    ekonomi

    klien

    sehingga

    dapat

    memenuhi

    kebutuhan

    nutrisinya

    c) untuk

    memberikan

    rasa nyaman

    saat klien

    menyantap

    makanannya

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    20/22

    dipandang.

    d) Mendiskusi

    kan dengan ahli

    gizi dalammenentukan

    kebutuhan

    protein untuk

    klien dengan

    ketidakadekuat

    an asupan

    protein atau

    kehilangan

    protein.

    e) Merujuk ke

    dokter untuk

    menentukan

    penyebab

    perubahan

    nutrisi

    d) agar

    kebutuhan

    nutrisi danproteinnyany

    a dapat

    tercapai

    secara

    optimal

    e) untuk

    mengetahui

    penyebab

    perubahan

    nutrisi klien.

    BAB IV

    PENUTUP

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    21/22

    Kesimpulan

    Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah

    satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti

    benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam

    perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para

    pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan.

    Karena prevalensi TBC paru di Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi

    bahwa frekuensinya pada wanita akan tinggi. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB

    paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno (1954), frekuensi wanita hamil yang

    menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan bertambahnya jumlah penduduk tiap

    tahunnya, dapat diperkirakan penyakit ini juga mengalami peningkatan berbanding lurus

    dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

    Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan

    persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang disertai sesak

    napas dan hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem

    pernapasan, karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke

    atas serta sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi

    lebih parah. TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang

    lebih terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai

    dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan

    aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Amin, M., 1999. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya . Airlangga Univerciti Press

    Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2Jakarta : EGC

  • 8/2/2019 TB Paru Pada Bumil

    22/22

    (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC

    Danusastro, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates : Jakarta.

    Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

    Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas KedokteranUI : Media Aescullapius

    Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi.

    Jakarta. EGC

    Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

    NIC dan Kriteria NOC. Jakarta. EGC

    http://khanzima.wordpress.com/2010/04/11/tbc-pada-ibu-hamil/

    http://khanzima.wordpress.com/2010/04/11/tbc-pada-ibu-hamil/http://khanzima.wordpress.com/2010/04/11/tbc-pada-ibu-hamil/