tb paru

20
 PORTOFOLIO TB PARU Pembimbing dr. Nina Lestari, MSC, Sp.A Disusun !e" # Dr. Samue! Pan$aitan INT%RNS&I P ILMU '%S%&AT AN A NA' RSUD DR.MUR(ANI,S AMPIT BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIS N. ID dan Nama Peserta dr. Samue! Pan$aitan N . I D da n Na ma )a"ana RS UD &. Mu rd$a ni Sa mp it T pi* Tu ber+u! sis Paru Ta ngga! *asus- / (anuari 012 Nama Pasien An. 3 N. RM Tangga! Presentasi Pendamp ing dr . Ne!ma 4a ti 5 dr . 6a nt i

Upload: samuel-panjaitan

Post on 05-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

borang portofolio iship

TRANSCRIPT

CASE REPORT

PORTOFOLIO

TB PARU

Pembimbingdr. Nina Lestari, MSC, Sp.ADisusun oleh :

Dr. Samuel Panjaitan

INTERNSHIP ILMU KESEHATAN ANAKRSUD DR.MURJANI,SAMPIT

BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIS

No. ID dan Nama Peserta dr. Samuel Panjaitan

No. ID dan Nama WahanaRSUD H. Murdjani Sampit

Topik Tuberculosis Paru

Tanggal (kasus) 09 Januari 2015

Nama Pasien An. GNo. RM

Tanggal Presentasi Pendampingdr. Nelmawati & dr.Yanti

Tempat Presentasi Ruang Komite Medik RSUD H. Murdjani

Objektif Presentasi

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

DeskripsiAnak menjalani pengobatan TB bulan ke VIII

TujuanMenegakkan diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan tuberculosis paru

Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos

Data PasienNama : An.GNo. Registrasi :

Nama RS : RSUD H. MurdjaniTelp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

Diagnosis / Gambaran Klinis : Tuberculosis Paru, pasien sudah mendapaykan pengobatan TB selama 6 bulan, namun saat kembali kontrol, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang mnunjukkan TB paru yang masih aktif, pasien juga mengeluh sering batuk-batuk.

Riwayat Pengobatan : sudah mendapatkan pengobatan TB selama 6 bulan

Riwayat Kesehatan / Penyakit :

Riwayat ibu demam (-)

Riwayat ibu Hipertensi (-)

Riwayat ibu diabetes melitus (-)

Riwayat ibu anemia (-)

Riwayat Keluarga : -

Riwayat Pekerjaan : -

Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :

Di sekitar lingkungan pasien juga ada beberapa tetangga yang mengalami batuk lama.Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : imunisasi lengkap.

Lain-lain :-

Daftar Pustaka :

Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.

Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al : Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 1042.

Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5, Tuberkulosis, hal 753 761.

Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika, hal 145 154.

Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 761.

Hasil Pembelajaran :

Diagnosis Tuberculosis Paru

Edukasi mengenai faktor resiko yang menyebabkan terjadinya Tuberculosis Paru.

Tata laksana pasien Tuberculosis Paru.

Pencegahan Tuberculosis Paru

Edukasi pada orangtua tentang Tuberculosis Paru

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum.

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang bersifat sistemik dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang mayoritas (> 95%) menyerang paru.

Penularan

Penularan tuberkulosis anak sebagian besar melalui udara sehingga focus primer berada di paru dengan kelenjar getah bening membengkak serta jaringan paru mudah terinfeksi kuman tuberkulosis. Selain itu dapat melalui mulut saat minum susu yang mengandung kuman Mycobacterium bovis dan melalui luka atau lecet di kulit.

PatogenesisMasuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich ( 1930 ) menemukan bahwa 95.93 % dari 2.114 kasus mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga jaringan paru mudah terpapar infeksi tuberculosis ( susceptible ),karena memiliki kandungan oksigen yang sangat tinggi.

Lokasi fokus primer pada 2.114 kasus Ghon dan Kudlich ialah :1

- Paru 95.93 %

- Usus 1.14 %

- Kulit 0.14 %

- Hidung 0.09 %

- Tonsil 0.09 %

- Telinga tengah 0.09 %

- Kelenjar parotis 0.09 %

- Konjungtiva 0.05 %

- Tidak diketahui 2.41 %

Penularan kuman terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap 1 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari hari sampai berbulan bulan. Ia akan menempel pada jalan nafas atau paru paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikro. Apabila bakteri dalam jumlah bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka penderita akan mencetuskan sistem imun dan peradangan yang kuat. Karena respon yang hebat ini, yang terutama diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif. Yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.

Respon imun terhadap tuberkulosisKarena basil Mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih umtuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respon seluler melibatkan sel T dan makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Kompleks basil, makrofag, sel T, dan jaringan parut disebut tuberkel. Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X thoraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan menglami perlunakan ( pengkijuan ). Pada saat ini, mikroorganisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup di dalam tuberkel. Diperkirakan bahwa karena viabilitas ini, sekitar 5 10 % individu yang pada awalnya tidak menderita tuberkulosis mungkin pada suatu saat dalam hidupnya akan menderita penyakit tersebut.

Bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan menjadi fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.

Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstitium dan pembentukan jaringan parut permanent di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. Pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk difusi gas sehingga kapasitas difusi paru menurun. Timbul kelainan V/Q yang apabila penyakitnya cukup luas, dapat menimbulkan vasokonstriksi hipoksik arteriol paru dan hipertensi paru. Jaringan parut juga dapat menurunkan compliance paru.

Fokus primer, limfangitis, dan kelenjar gatah bening regional yang membesar, membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2 10 minggu (6 8 minggu)

setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari uji tuberkulin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.

Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:

1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis garis fibrotic komplikasi dan menyebar secara :

a. Per kontinuatum, yakni menyebar ke sekitarnya.

b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya.

c. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.

Pada anak lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun, terutama di perifer dekat pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas, sedangkan pada orang dewasa lapangan atas paru merupakan tempat predileksi. Pembesaran kelenjar regional lebih banyak terdapat pada anak dibanding orang dewasa. Pada anak penyembuhan terutama kalsifikasi, sedangkan pada orang dewasa terutama kearah fibrosis. Penyembuhan hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.

Diagnosis

Banyak orang yang menderita tuberkulosis paru dibanding dengan tuberkulosis organ yang lain. Hal ini dikarenakan penyebaran melalui udara yang dihirup mengandung kuman tuberkulosis yang berkembang menjadi kompleks pimer dan disusul infeksi. Hal ini sangat sering terjadi tetapi gejala pada umunya tidak khas. Satu-satunya bukti dengan menggunakan uji tuberculin cara Mantoux dengan ditemukannya basil tuberkulosis.

Mayoritas diagnosis tuberkulosis anak didasarkan pada gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberculin. Anak dicurigai menderita tuberkulosis apabila terdapat keadaan atau gejala sebagai berikut :

a. Anak dicurigai menderita tuberkulosis bila : Kontak erat dengan penderita tuberkulosis BTA positif

Ada reaksi kemerahan setelah suntik BCG dalam 3-7 hari

Terdapat gejala umum tuberkulosis.

b. Gejala umum yang dicurigai anak menderita tuberkulosis : Berat badan turun 3 bulan secara berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan walaupun sudah dengan penanganan gizi yang baik

Nafsu makan tidak ada (anoreksia)

Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, ISPA)

Pembesaran kelenjar limfe tanpa disertai nyeri

Batuk lebih dari 30 hari dan nyeri dada

Diare persisten yang tidak kunjung sembuh.

c. Uji tuberculin

Tuberculin test positif (indurasi lebih dari 10 mm), meragukan bila indurasi 5-9 mm, negative bila kurang dari 5 mm. Uji tuberculin positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis dan mungkin tuberkulosis aktif pada anak.

d. Reaksi cepat BCG

Setelah mendapatkan penyuntikan BCG ada reaksi cepat (indurasi lebih dari 5 mm) dalam 3-7 hari curigai terkena infeksi tuberkulosis.e. Foto rontgen paru

Sebagian foto tidak menunjukkan gambaran yang khas untuk tuberkulosis.f. Pemeriksaan patologi anatomi

Pada pemeriksaan ini dilakukan biopsi kelenjar, kulit, jaringan lain yang dicurigai terkena infeksi tuberkulosis, biasannya ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.g. Pemeriksaan mikrobiologi

Pemeriksaan langsung BTA secara mikroskopis dari dahak.h. Pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis)Dilakukan evaluasi tiap bulan, bila dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis akan menunjang diagnosis tuberkulosis. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang biasa digunakan yaitu Isoniazid, Rifampisin, Piranizamid, Etambutol dan Streptomisin. Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis dan cara pemberiannya benar. Efek samping yang biasa muncul yaitu hepatotoksisitas dengan gejala ikterik, keluhan ini biasa muncul pada fase intensif (awal).

Panduan OAT di Indonesia dibagi menjadi :

1. Kategori 1 : 2 (HRZE)/4 (HR)3

2. Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Dari kedua kategori ini disediakan panduan obat sisipan (HRZE)

3. Kategori anak : 2HRZ/4HR.Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan untuk kategori anak dalam bentuk OAT kombipak. Paket kombipak terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniazid, Rifampisin, Piranizamid dan Etambutol.

Diagnosis TB anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis tuberkulosis anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistim skor.

Pengobatan

Pengobatan secara umum dilakukan dengan meningkatkan gizi anak untuk daya tahan tubuh dan istirahat.Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat tuberkulosis pada anak yaitu pemberian obat tahap intensif atau lanjutan diberikan setiap hari, dosis obat disesuaikan dengan berat badan anak, pengobatan tidak boleh terputus dijalan.Untuk terapi tuberkulosis terdiri dari dua fase yaitu fase intensif (awal) dengan panduan 3-5 OAT selama 2 bulan awal dan fase lanjutan dengan panduan 2 OAT (INH-Rifampisin) hingga 6-12 bulan. Fase intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan fase intensif diberikan secara tepat biasannya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan sedangkan untuk fase lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang biasa digunakan yaitu Isoniazid, Rifampisin, Piranizamid, Etambutol dan Streptomisin. Terapi OAT untuk tuberkulosis paru yaitu INH, Rifampisisn, Pirazinamid selama 2 bulan fase intensif dilanjutkan INH dan Rifampisin hingga 6 bulan terapi (2HRZ-4HR).

Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis dan cara pemberiannya benar. Efek samping yang biasa muncul yaitu hepatotoksisitas dengan gejala ikterik, keluhan ini biasa muncul pada fase intensif (awal).

Nama obatDosis harian (mg/kgBB/hari)Dosis maksimal (mg per hari)Efek samping

Isoniazid5-15*300Hepatiis, neurit is perifer, hipersensitivitas

Rifampisin**10-20600Gastrointestinal, reaksi kulit, trpmbositopenia hepatitis, peningkatan enzim hati, cairan tubuh oranye kemerahan

Pirazinamid15-302000Toksitas hati, artralgia, gastrointestinal

Etambutol15-201250Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau , penyempitan lapang pandang

Streptomisin15-401000Ototoksik, nefrotoksik

* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosis tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari

**Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui system gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan)

Cara pengobatan INH diberikan selama 6 bulan, Rifampisin selama 6 bulan, Piranizamid selama 2 bulan pertama. Pada kasus-kasus berat dapat ditambahkan Etambutol selama 2 bulan pertama.

Untuk mengurangi angka drop out dibuat dalam bentuk FCD (Fixed Dose Combination) untuk 2 bulan pertama digunakan FDC yang berisi Rifampisin/Isoniazid/Piranizamid dengan dosis 75 mg/50mg/150mg sedangkan untuk 4 bulan berikutnya digunakan FDC yang berisi Rifampisin/Isoniazid dengan dosis 75 mg/50mg.

Untuk kategori anak (2RHZ/4RH) , prinsip dasar pengobatan tuberkulosis minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari baik pada fase intensif (awal) maupun fase lanjutan, dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.

Pada sebagian besar kasus tuberkulosis anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada tuberkulosis anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikian klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti maka OAT dihentikan.Pencegahan

Pencegahan tuberkulosis anak dapat dilakukan dengan Imunisasi BCG (dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi tuberkulosis, perbaikan lingkungan (dicari sumber penularannya), makanan bergizi (bila anak dengan gizi kurang akan mudah terinfeksi kuman tuberkulosis, sedangkan anak dengan gizi baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga anak tersebut tidak mudah terinfeksi kuman tuberkulosis), kemoprofilaksis ( kemoprofilaksis primer untuk anak yang belum pernah terinfeksi tuberkulosis dengan tujuan untuk mencegah anak dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberculin negatif sedangkan kemoprofilaksis sekunder untuk anak yang sudah terinfeksi kuman tuberkulosis diberikan dengan tujuan mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit).Faktor yang mempengaruhi tuberkulosis

1. Riwayat kontak

Sumber penularan tuberkulosis anak adalah orang dewasa yang sudah menderita tuberkulosis aktif (tuberkulosis positif) sedangkan anakanak masih sangat rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa karena daya tahan dan kekebalan tubuh anak yang lemah.

2. Status gizi

Pada anak status gizi sangatlah penting, anak yang memiliki gizi baik tidak mudah terkena infeksi karena tubuh memiliki kemampuan yang cukup untuk mempertahankan diri (daya tahan tubuh meningkat) sedangkan bagi anak yang memiliki gizi buruk akan sangat mudah terkena infeksi karena reaksi kekebalan tubuh menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menurun.

3. Umur

Penyakit tuberkulosis sering ditemukan pada usia muda atau produktif karena sejak lama seseorang tersebut sudah tertular kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengakibatkan kondisi tubuhnya menurun.

4. Jenis kelamin

Menurut penelitian Islamiyati cenderung lebih banyak pada anak perempuan , perbandingannya 1:4 (laki-laki : perempuan) karena pada anak laki-laki porsi makan lebih besar sehingga cenderung memiliki status gizi lebih baik yang memungkinkan memiliki pertahanan tubuh lebih baik dalam melawan penyakit.

5. Status imunisasi

Pemberian imunisasi BCG pada bayi dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit tuberkulosis karena dengan imunisasi BCG ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis sehingga anak tersebut tidak mudah terkena penyakit tuberkulosis.6. Faktor toksik

Faktor toksik yang dapat mempengaruhi yaitu asap rokok karena asap rokok dapat menurunkan respon terhadap antigen sehingga benda asing yang masuk dalam paru tidak langsung bisa dikenali atau dilawan oleh tubuh selain itu juga dapat menjadi salah satu penyebab anak mudah terkena tuberkulosis, anak selain dari asupan gizi juga memerlukan lingkungan yang bebas rokok sehingga dapat menurunkan jumlah tuberkulosis anak.

7. Kondisi rumah

Kondisi rumah ikut berpengaruh karena pada kondisi rumah yang buruk atau tidak layak untuk dihuni akan mempermudah terkena penyakit tuberkulosis.

8. Kepadatan hunian

Merupakan proses penularan penyakit karena jika semakin padat maka perpindahan penyakit (khusus penyakit menular) melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi jika dalam satu rumah terdapat anggota keluarga yang terkena tuberkulosis.

Komplikasi tuberkulosisTuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi sebagian akan menyebar lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Tuberkulosis dapat meluas dalam jaringan paru sendiri. Selain itu basil tuberkulosis dalam aliran darah dapat mati, tetapi dapat pula berkembang terus, hal ini tergantung keadaan penderita dan virulensi kuman. Melalui aliran darah basil tuberkulosis dapat mencapai alat tubuh lain seperti bagian paru lain, selaput otak, otak, tulang, hati, ginjal dan lain lain. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberkulosis dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat pula menjadi tenang dahulu dan setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit atau dapat pula tidak pernah menimbulkan penyakit sama sekali.

Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau millier dan meningitis biasanya terjadi dalam 4 bulan, tetapi jarang sekali sebelum 3 4 minggu setelah terjadinya kompleks primer. Efusi plura dapat terjadi 6 12 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, kalau efusi pleura disebabkan oleh penyebaran hematogen maka dapat terjadi lebih cepat. Komplikasi pada tulang dan kenjar getah bening permukaan ( superficial ) dapat terjadi akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, tetapi komplikasi ini dapat juga terjadi setelah 6 18 bulan ( Lincoln ). Komplikasi pada traktus urogenitalis dapat terjadi setelah bertahun tahun ( Lincoln). Pembesaran kelenjar getah bening yang kena infeksi dapat menyebabkan atelektasis karena menekan bronkus hingga tampak sebagai perselubungan segmen atau lobus, sering lobus tengah paru kanan.

Selain oleh tekanan kelenjar gatah bening yang membesar, atelektasis dapat terjadi karena kontraksi bronkus pada tuberkulosis dinding bronkus, tuberkuloma dalam lapisan otot bronkus atau oleh gumpalan keju di dalam lumen bronkus.

Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi selain menyebabkan atelektasis karena penekanan, dapat juga menembus bronkus kemudian pecah dan menyebabkan penyebaran bronkogen. Lesi tuberkulosis biasanya sembuh sebagai proses resolusi, fibosis dan atau kalsifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.

Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al : Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 1042.

Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5, Tuberkulosis, hal 753 761.

Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika, hal 145 154.

Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 761.

Laporan kasus

Subjektif :

Kejang (-)Kuning (-)Riwayat kehamilan ibu : selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, , hamil cukup bulan.

Riwayat persalinan : Lahir spontan ditolong bidan, saat lahir langsung menangis kuat, berat badan lahir 2600 gram, panjang badan 50 cm, tampak sesak dan kebiruan pada kedua telapak tangan dan kaki, tidak ada kejang dan kuning saat lahir.

Riwayat imunisasi : menurut orantua pasien imunisasi lengkapKondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :-.

Objektif :

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum:

Tampak sakit sedang,

Aktifitas: aktif

Tangis: -Nadi

: 100 x/menit, isi dan tegangan kurang

Pernapasan

: 28 x/menit

Suhu badan

: 36,5 oC

Berat badan

: 9,9 kilogram

Panjang badan : -Lingkar kepala: tidak diukur

Kesan : Gizi Baik

Pemeriksaan Khusus

Kepala :caput (+), flushing (-)Rambut: hitam

Ubun-ubun:frontanemia mayor dan minor belum menutup.

Muka : tidak ada kelainan bentuk, muka oval.

Mata

: simetris, sklera tidak icterus, conjungtiva, tidak anemis.

Hidung : sekret (-), epistaksis (-)

Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)

Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen.

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris, retraksi (+)

Palpasi

: fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi (-), iktus (-), voussur cardiaque (-)

Palpasi

: iktus (-), thrill (-)

Perkusi : dalam batas normal

Auskultasi : HR= 100 x/menit, irama regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi

: lemas, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani , shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Tali pusat:Belum lepas, Radang (-), bau busuk (-)

Lipat paha dan genitalia : Anus (+)

Ekstremitas : akral dingin (-),sianosis (-), CRT < 3 detik, sindactyly -/-, polidactily -/-

Assesment (penalaran klinis) :

Plan :

Diagnosis klinis : TB Paru

Diagnosis sosial : -

Pengobatan :

a. Promotif :b. Preventif :

c. Kuratif :

Rimtacid 1x2Samino 1x1Lacto BKonsultasi :

Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis anak apabila terdapat komplikasi dari penyakit ini,Penyebaran hematogen atau millier dan meningitis biasanya terjadi.