tb paru

34
PROGRAM TUBERCULOSIS PARU DI INDONESIA Dr. Machrozal, M.Kes

Upload: erwin-syah

Post on 05-Oct-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kdzfk

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

PROGRAMTUBERCULOSIS PARU DI INDONESIA

Dr. Machrozal, M.Kes

PERATURANPeraturan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014; Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan PembangunanUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentangPenanggulangan Wabah Penyakit Menular Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 203/Menkes/ SK/III/1999 tentang Gerakan Terpadu Nasional PenanggulanganTuberkulosis; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/ SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB); Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/ SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/ Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/ SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014;

PENDAHULUANPenyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia. Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang.

TINJAUAN PUSTAKADefinisiTuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MT). Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi dapat menyerang semua organ atau jaringan tubuh, misalnya pada lymph node, pleura dan area osteoartikular.2

EtiologiSecara mikrobiologi, MT merupakan basil tahan asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan ZN (karbol fuksin) Kuman mycobacteria ini berbentuk batang dan berukuran panjang 2-4 dan lebar 0,2-0,4. MT merupakan mikroba kecil seperti batang yang tahan terhadap desinfektan lemah dan bertahan hidup pada kondisi yang kering hingga berminggu-minggu, tetapi hanya dapat tumbuh di dalam organisme hospes. Kuman akan mati pada suhu 60C selama 15-20 menitPengurangan oksigen menurunkan metabolisme kuman.

Faktor risiko Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomistatus giziUmurjenis kelaminfaktor toksis

PenularanPenularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, penyebaran kuman tersebut di udara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB paru yang mengandung banyak sekali kuman dapat terlihat lansung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya (penderita bta positif) adalah sangat menular.

PATOFISIOLOGIPenularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.

Situasi TB di Indonesia

Epidemiologi :

Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.

Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan epidemi HIV yang tertinggi di antara negara-negara di Asia. Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2.8%.HIV dinyatakan sebagai epidemik terkonsentrasi (a concentrated epidemic), dengan perkecualian di provinsi Papua yang prevalensi HIVnya sudah mencapai 2,5% (generalized epidemic). Secara nasional, angka estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%. Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk intervensi HIV dan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 190.000-400.000.

Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru (lebih rendah dari estimasi di tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB setiap tahunnya. Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negarapertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatanm pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) ,dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama. Meskipun secara nasional menunjukkan perkembangan yang meningkat dalam penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas antar wilayahSebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR dan 85% kesembuhan.

Dengan angka nasional proporsi kasus relaps dan gagal pengobatan di bawah 2%, maka angka resistensi obat TB pada pasien yang diobati di pelayanan kesehatan pada umumnya masih rendah. Sebagian besar data berasal dari Puskesmas yang telah menerapkan strategi DOTS dengan baik selama lebih dari 5 tahun terakhir. Probabilitas terjadinya resistensi obat TB lebih tinggi di rumah sakit dan sektor swasta yang belum terlibat dalam program pengendalian TB nasional sebagai akibat dari tingginya ketidakpatuhan dan tingkat drop out pengobatan karena tidak diterapkannya strategi DOTS yang tinggi.

Data dari penyedia pelayanan swasta belum termasuk dalam data di program pengendalian TB nasional. Sedangkan untuk rumah sakit, data yang tersedia baru berasal dari sekitar 30% rumah sakit yang telah melaksanakan strategi DOTS. Proporsi kasus TB dengan BTA negatif sedikit meningkat dari 56% pada tahun 2008 menjadi 59% pada tahun 2009 Peningkatan jumlah kasus TB BTA negatif yang terjadi selama beberapa tahun terakhir sangat mungkin disebabkan oleh karena meningkatnya pelaporan kasus TB dari rumah sakit yang telah terlibat dalam program TB nasional.Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai 30.806 termasuk 1,865 kasusBTA positif. Proposi kasus TB anak dari semua kasus TB mencapai 10.45%.

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Hasil survei prevalensi TB (2004) mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga yang menderita TB dan hanya 13% yang menyembunyikan keberadaan mereka. Meskipun 76% keluarga pernah mendengar tentang TB dan 85% mengetahui bahwa TB dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama TB.Cara penularan TB dipahami oleh 51% keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia obat TB gratis. Mitos yang terkait dengan penularan TB masih dijumpai di masyarakat.

Sebagai contoh, studi mengenai perjalanan pasien TB dalam mencari pelayanan di Yogyakarta telah mengidentifikasi berbagai penyebab TB yang tidak infeksius, misalnya merokok, alkohol, stres, kelelahan, makanan gorengan, tidur di lantai, dan tidur larut malam. Stigma TB di masyarakat terutama dapat dikurangi dengan meningkatkan pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai TB, mengurangi mitos-mitos TB melalui kampanye pada kelompok tertentu dan membuat materi penyuluhan yang sesuai dengan budaya setempat. Survei pada tahun 2004 tersebut juga mengungkapkan pola pencarian pelayanan kesehatan

Apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai gejala TB, 66% akan memilih berkunjung ke Puskesmas, 49% ke dokter praktik swasta, 42% ke rumah sakit pemerintah, 14% ke rumah sakit swasta dan sebesar 11% ke bidan atau perawat praktik swasta. Namun pada responden yang pernah menjalani pengobatan TB, tiga FPK utama yang digunakan adalah rumah sakit, Puskesmas dan praktik dokter swasta.Analisis lebih lanjut di tingkat regional menunjukkan bahwa Puskesmas merupakan FPK utama, sedangkan untuk wilayah lain rumah sakit merupakan fasilitas yang utama.Keterlambatan dalam mengakses fasilitas DOTS untuk diagnosis dan pengobatan TB merupakan tantangan utama di Indonesia dengan wilayah geografis yang sangat luas.

Terapi Tuberkulosis (TBC) dapat menyerang berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk paru-paru. Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.

Panduan terapi tuberkulosis terbagi menjadi:TB paru kasus baru, BTA (+) atau foto toraks dengan lesi luas : 2HRZE + 4H3R3TB paru kasus kambuh, Tb paru kasus gagal pengobatan : 2HRZES/HRZE + 5H3R3E3TB paru kasus kronik : HRZES + obat lini ke-2, pengobatan minimal 18 bulan.5

Efek sampingPenyebabPenatalaksanaanGatal dan kemerahan kulitSemua jenis OATIkuti petunjuk penatalaksanaan di bawah *)TuliStreptomisinStreptomisin dihentikanGangguan keseimbanganStreptomisinStreptomisin dihentikan, ganti EtambutolIkterus tanpa penyebab lainHampir semua OATHentikan semua OAT sampai ikterus menghilangBingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat)Hampir semua OATHentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hatiGangguan penglihatanEtambutolHentikan EtambutolPurpura dan renjatan (syok)RifampisinHentikan RifampisinPencegahan Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas kesehatan.

Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus harus diberikan vaksinasi BCG. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.

Prognosis Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau pasien berusia lanjut dengan debilitas atau mengalami gangguan kekebalan yang beresiko tinggi menderita tuberkulosis milier.2

Upaya promotif pada TB paruMemberikan informasi manfaat minum obat untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah penularanMemberikan informasi akibat minum obat tidak teratur dapat menyebabkan kuman jadi kebal (resistance)Menjelaskan kepada anggota keluarga akan bahaya penyakitnya bila tidak sembuh dan bahaya penularan kepada yang lain.Meminta anggota keluarga untuk mengambil obat dan menginformasikan keadaan pasien kepada petugas

Menjelaskan bahwa perasaan sembuh merupakan hal yang wajar tetapi jangan memutuskan pengobatan karena merugikan diri sendiri.Meningkatkan kebugaran jasmani dengan aktivitas fisik/olahraga secara teraturMeningkatkan konsumsi makanan yang bergiziMemberikan informasi tentang pemeriksaan BTA dapat dilakukan di Puskesmas dan memberikan pemahaman kepada pasien tentang manfaat pemeriksaan BTA Memberikan pemahaman bahwa prosedur pemeriksaan BTA harus dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pemeriksaan

Upaya preventif pada TB paruTerdapat beberapa upaya preventif yang perlu diedukasikan kepada pasien dan orangtuanya mengenai TB paru agar tidak menimbulkan komplikasi lain yaitu:Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat. Cuci tangan dan tata rumah tangga dengan kebersihan yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, tempat tidur, pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup. Menghindari udara dinginMakanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi proteinPengobatan khusus. Penderita dengan TB paru aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur, waktu yang lama ( 6 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.

Upaya pencegahan terhadap TB paru yang dapat dilakukan petugas puskesmas, yaitu;:Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TB paru pada orang yang dicurigai dan melakukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkalaMembuat Peta TB paru sehingga ada gambaran lokasi yang perlu prioritas penanggulangan TB paruPengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TB paru bertahan pada pengobatan yang diberikan yang dilaksanakan oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO) atau juru TB paru.

Upaya kuratif pada TB paruPanduan terapi tuberkulosis terbagi menjadi:TB paru kasus baru, BTA (+) atau foto toraks dengan lesi luas : 2HRZE + 4H3RETB paru kasus kambuh, Tb paru kasus gagal pengobatan : 2HRZES/HRZE + 5H3R3E3TB paru kasus kronik : HRZES + obat lini ke-2, pengobatan minimal 18 bulan.5

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Upaya rehabilitatif pada TB paruIstirahat yang cukup selama dirawat di rumah.Menjaga kualitas dan kuantitas makanan sehari-hari di rumah, agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi dengan baik dan pasien memiliki daya tahan tubuh yang baik pula sehingga tidak mudah terserang penyakit. Memakan makanan bergizi.Agar terlaksananya program penanggulangan TB paru perlu adanya komitmen dari semua pihak terkait untuk melakasanakan Program Penanggulangan TB paru didukung dengan ketersediaan dana, sarana, dan tenaga yang profesional. Memantau berat badan pasien dan meningkatkan kebersihan personal pasien.

Upaya psikososial pada TB paruMemberi motivasi kepada pasien untuk mengubah kebiasaan sehari-hari menuju prilaku hidup bersih dan sehat.memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk tidak mengucilkan penderita TB paruMemberikan penjelasan dan gambaran bahwa penyakit TB paru akan sembuhMemberikan pendamping kepada seorang penderita TB paru untuk mengawasi minum obat

TERIMA KASIH