tax treatyy

Upload: yenny-kamal

Post on 17-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ffff

TRANSCRIPT

Hak pemajakan harus memiliki nexus atau connecting principle berupa subjek dan aktivitas. Bila subjek bicara tentang asas residensial maka aktivitas berbicara tentang source. Tanpa nexus ini maka Negara tidak mempunyai Taxing Right.Subjek residence country disebut sebagai home country sedangkan aktivitas yang menghasilkan penghasilan (source) disebut source country. Subjek pajak dalam negeri dikenakan pajak untuk pendapatan dari dalam negeri dan luar, sedangkan wajib pajak luar negeri hanya untuk source yang berasal dari Indonesia saja.Penentuan posisi subjek pajak terkait dengan home dan souce country menjadi sangat penting. Karena bila terjadi kasus pajak berganda maka yang erkewajiban memberikan tax relief adalah relief country bukan source country.Contoh kasus:Singapura memiliki asas citizenship, yang berarti bahwa siapapun yang memegang paspor Amerika akan diakui sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri Singaoura. Sedangkan Indonesia menganut asas domisili sehingga warga Negara asing yang tinggal di Indonesia melebihi batas waktu tertentu dianggap sebagai wajib pajak dalam negeri. Perbedaan asas ini akan meninmbulkan konflik dual residence.Solusi kasusKonflik seperti ini dicarikan kasusnya melalui tax treaty. Persoalan dual residence untuk subjek pajak individual antara Indonesia dan Singapura diselesaikan melalui tie breaker rule di pasal 4 yang berbunyi:Pasal 4DOMISILI FISKAL1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah penduduk suatu Negara pihak pada PersetujuanBerarti setiap orang dan badan, yang merupakan penduduk dari suatu Negara pihak pada Persetujuan untuk kepentingan pajak Negara pihak pada Persetujuan tersebut. Istilah ini tidak mencakup bentuk usaha tetap dari perusahaan asing yang diperlakukan sebagai penduduk bagi kepentingan pajak.

2. Jika seseorang menurut ketentuan-ketentuan pada ayat 1 menjadi penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan menurut ketentuan-ketentuan berikut :a. ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dimana ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya. Apabila ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia di kedua Negara, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana terdapat hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yang lebih erat (pusat kepentingan-kepentingan pokok)b. jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat kepentingan-kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di salah satu Negara, maka ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia biasanya berdiam;c. jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau sama sekali tidak mempunyainya di salah satu Negara pihak pada Persetujuan tersebut maka pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama.3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1, suatu badan mempunyai tempat kedudukan di kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama.Kesimpulan:Pada ketentuan pasal 4 tersebut dijelaskan bahwa subjek pajak pribadi ditentukan taxing rightnya dari level individu, bila kemudian individu tersebut terkena kondisi dual residensial, maka ditentukan dari mana rumah permanennya, jika ternyata memiliki rumah permanen di kedua Negara, maka turun ke ketentuan berikutnya, yaitu centr of vital interest (dimana seseorang tersebut memiliki hubungan ekonomi dan personal paling kuat). Jika masih belum bias ditentukan maka dicari habitual abodenya (dimana seseorang paling banyak menghabiskan waktunya). Bila kondisi ini belum bias memecahkan masalah, maka akan diselesaikan melalui mutual agreement antara dua otoritas negara.