tatalaksana ileus obstruktif

3
1. Tatalaksana ileus obstruktif Pada pasien di scenario, pasien tersebut harus dirawat inap dengan tujuan utama adalah konservatif atau perbaikan gejala. Apabila terapi konservatif gagal dilakukan, pasien dapat dilakukan tindakan operatif. Konservatif: Puasa: pasien dipuasakan untuk mengurangi dan mencegah perburukan distensi abdomen. Nasogastric tube: pemasangan nasogastric tube ditujukan untuk dekompresi dan meredakan keluhan distensi abdomen. Pemasangan NGT dilakukan hingga keluhan hilang. Infus: pemberian infus pada pasien ditujukan untuk rehidrasi dan pemberian nutrisi karena pasien dipuasakan. Apabila pasien tidak diberikan cairan elektrolit melalui intravena, dikhawatirkan pasien akan jatuh pada keadaan syok. Kateter urin: pemasangan kateter urin agar dapat menentukan apakah cairan yang diberikan pada pasien cukup atau tidak, agar dapat mencegah apabila pasien mengalami jatuh pada keadaan syok. Operatif: Tindakan operatif dilakukan bila kondisi pasien sudah stabil. Ada beberapa indikasi pasien mendapatkan tindakan operatif, anatar lain:

Upload: yolanda

Post on 12-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jnjhju

TRANSCRIPT

Page 1: Tatalaksana ileus obstruktif

1. Tatalaksana ileus obstruktif

Pada pasien di scenario, pasien tersebut harus dirawat inap dengan tujuan utama adalah

konservatif atau perbaikan gejala. Apabila terapi konservatif gagal dilakukan, pasien

dapat dilakukan tindakan operatif.

Konservatif:

Puasa: pasien dipuasakan untuk mengurangi dan mencegah perburukan distensi

abdomen.

Nasogastric tube: pemasangan nasogastric tube ditujukan untuk dekompresi dan

meredakan keluhan distensi abdomen. Pemasangan NGT dilakukan hingga

keluhan hilang.

Infus: pemberian infus pada pasien ditujukan untuk rehidrasi dan pemberian

nutrisi karena pasien dipuasakan. Apabila pasien tidak diberikan cairan elektrolit

melalui intravena, dikhawatirkan pasien akan jatuh pada keadaan syok.

Kateter urin: pemasangan kateter urin agar dapat menentukan apakah cairan yang

diberikan pada pasien cukup atau tidak, agar dapat mencegah apabila pasien

mengalami jatuh pada keadaan syok.

Operatif:

Tindakan operatif dilakukan bila kondisi pasien sudah stabil. Ada beberapa indikasi

pasien mendapatkan tindakan operatif, anatar lain:

Obstruksi total.

Strangulasi.

Hernia.

Tindakan konservatif gagal.

2. Analisis scenario

Seorang laki-laki, berusia 28 tahun, pekerjaan atlet angkat besi, datang ke RSU dengan

keluhan perut kembung dan nyeri sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengaku sudah tidak

bisa buang air besar selama 1 minggu terakhir. Sebelumnya pasien sudah

memeriksakan diri ke dokter praktek mandiri, diberi obat pencahar dan dan anti

kembung, tetapi keluhan tidak mereda malah bertambah parah. Semakin hari perut

bertambah keras dan semakin sakit. Ia tidak bisa menentukan lokasi sakitnya. Sejak

Page 2: Tatalaksana ileus obstruktif

kemarin, dia juga tidak pernah kentut. Sebelum sakit, BAB lancar setiap hari dan tidak

pernah mengeluhkan tidak bisa buang air besar. Dari pemeriksaan fisik didapatkan, KU

tampak kesakitan, sedikit pucat, tekanan darah 105/65 mmHg, nadi 90 kali/menit dan

RR 22 kali/menit, suhu badan 37,5oC, dan peristaltik meningkat.

Analisis:

Berdasarkan scenario tersebut, pasien diduga terkena ileus obstruktif, karena pasien

mengeluhkan perut kembung dan diberikan obat pencahar tidak meringankan gejala

tersebut. Diduga pasien terkena obstruksi sederhana karena pasien mengeluhkan tidak

bias kentut sejak kemarin, berarti terdapat sumbatan yang menghalangi udara untuk

keluar.

Peritonitis dapat diekslusi karena suhu tubuh pasien tersebut tidak demam, dan pada

pasien dengan peritonitis biasanya terjadi penurunan peristaltic usus bahkan terkadang

suara peristaltic usus tidak terdengar.

Ileus paralitik dapat diekslusi karena tidak ada riwayat operasi abdomen, dan pada pasien

tersebut terjadi peningkatan peristaltic usus.