tata kelolah pemerintahan (studi kasus : kabupaten solok )

224

Upload: indra2808

Post on 30-Jun-2015

779 views

Category:

Business


2 download

DESCRIPTION

Good Government Tata Kelolah Pemerintahan

TRANSCRIPT

Page 1: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )
Page 2: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

1MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

MENGUKUR KEBERHASILANKABUPATEN SOLOK

DALAM PELAKSANAAN TATA KELOLAPEMERINTAHAN YANG BAIK

Komisi Pemberantasan KorupsiDirektorat Penelitian dan Pengembangan

2006

Page 3: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

2 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Komisi Pemberantasan KorupsiDeputi PencegahanDirektorat Penelitian dan Pengembangan

MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOKDALAM PELAKSANAAN TATA KELOLAPEMERINTAHAN YANG BAIK

Tim Penyusun:Aida Ratna ZulaihaNiken Ariati

Diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi,Jakarta, Oktober 2006

ISBN 979-15134-8-1

www.kpk.go.idJl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta 10110, IndonesiaTelp. (021) 352 2546-50Fax. (021) 352 2625

iii

Page 4: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

3MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Kata Pengantar

Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya denganrahmat dan karunia-Nya lah Studi tentang Mengukur Keberhasilan KabupatenSolok dalam Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik telahdilaksanakan dengan baik. Studi ini dilakukan Tim peneliti Direktorat LitbangKPK dengan mengunjungi langsung ke Pemerintah Kabupaten Solok, untukmenjawab sinyalemen masyarakat bahwa pelaksanaan Tata KelolaPemerintahan yang Baik (Good Governance) di suatu wilayah belum tentuberdampak kepada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan sertakesejahteraan bagi masyarakatnya. Pelaksanaan studi dimulai padaSeptember hingga akhir Oktober 2006.

Studi ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang digunakan sebagai Indikator pengukuran tingkat keberhasilan,dengan mengevaluasi tingkat kemajuan faktor-faktor dimaksud, sebelum dansetelah dilaksanakannya Good Governance di Pemerintah Kabupaten Solok.indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dimaksud adalahmeliputi: Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya;Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; Peningkatan Human DevelopmentIndex; Peningkatan Partisipasi Masyarakat; Peningkatan Transparansi;Peningkatan Akuntabilitas; Penurunan Angka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme(KKN); Peningkatan Angka Kesempatan Kerja; dan Penurunan AngkaKemiskinan.

Hasil kajian dari studi ini diharapkan dapat dipakai sebagai kerangka acuanbagi daerah lain yang akan menerapkan prinsip Good Governance, agar dalampengambilan kebijakan selalu berorientasi untuk mencapai peningkatan kualitasfaktor-faktor yang menjadi indikator keberhasilan tersebut, dan apabila terjadisuatu penyimpangan dari kebijakan awal yang telah ditetpakan, maka mudahbagi Pemerintah yang bersangkutan untuk segera melakukan perbaikan.

Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusiterhadap pelaksanaan studi ini yakni para pejabat Pemerintah Kabupaten Solokyang telah meluangkan waktu dalam memberikan penjelasan atas pertanyaankami berkaitan dengan substansi studi ini, serta berbagai pihak yang beradadi lingkungan internal KPK.

iii

Page 5: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

4 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Kami menyadari bahwa hasil studi ini masih banyak kekurangannya, sehinggasaran dan masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaannya sangatdiharapkan.

Terima kasih,

Jakarta, Nopember 2006

Direktur Penelitian dan Pengembangan

iv

Page 6: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

5MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar iiiDaftar Isi vI. Pendahuluan 3

1.1 Latar Belakang 31.2 Tujuan 41.3 Metodologi 4

II. Indikator Keberhasilan Praktek Good Governance 7III. Gambaran Umum Kabupaten Solok Sebelum dan Sesudah

Melaksanakan Good Governance 113.1 Kondisi Geografis dan Pemerintahan 113.2 Kependuduklan dan Tenaga Kerja 133.3 Sosial 143.4 Industri 153.5 Keuangan Daerah 153.6 Hasil Pembangunan 16

IV. Sekilas Praktek-Praktek Good Governance di Kabupaten Solok 214.1 Pos Pelayanan Satu Pintu (Posyantu) 214.2. Pola Partisipatif 224.3. Revolving Fund 234.4. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 244.5. Dana Alokasi Umum Nagari (DAUN) 244.6. Partisipasi Masyarakat 254.7. Pakta Integritas 264.8. Sistem Pengadaan Barang dan Jasa 264.9. Giro to Giro (G to G) 274.10. Performance Agreement 274.11. Anggaran Berbasis Kinerja 284.12. Tunjangan Daerah 33

V. Pencapaian Good Governance Kabupaten Solok berdasarkanindikator keberhasilan pelaksanaan Good Governance 335.1. Jenis Good Governance dan Indikator Keberhasilan

yang Dicapai 335.2. Tingkat Keberhasilan Good Governance Kabupaten Solok 73

v

Page 7: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

6 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Daftar LampiranLampiran 1. Contoh SPJ Pola Partisipatif 91Lampiran 2. Contoh Proposal Pola Partisipatif 96Lampiran 3. Contoh Rekomendasi Tim Teknis 108Lampiran 4. Contoh Proposal Revolving Fund 110Lampiran 5. Contoh Analisa Usaha Hasil Survey Tim Verifikasi

Revolving Fund 128Lampiran 6. Contoh Rekomendasi Tim Verifikasi Revolving

Fund kepada Bupati 131Lampiran 7. Keputusan Bupati Solok Nomor 204/Bup-2004 132Lampiran 8. Contoh Surat Perjanjian Penguatan Modal Usaha

Ekonomi Produktif Masyarakat Pola Revolving 135Lampiran 9. Rencana Kinerja Pemkab Solok Tahun 2005,

Tujuan, Sasaran, Kegiatan dan Indikator Kinerjaserta Pencapaiannya 139

Lampiran 10. Anggaran Pendapatan Belanja Nagari SupayangPerna No. 01 Tahun 2006 163

Lampiran 11. Daftar Isian Kegiatan Nagari (DIKNA) Dana AlokasiUmum Nagari (DAUN) Nagari Supayang 190

Lampiran 12. Lembar Pakta Integritas Kabupaten Solok 196Lampiran 13. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Pelelangan

Umum (Pasca Kualifikasi) Kabupaten Solok 197Lampiran 14. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Pemilihan

Langsung Kabupaten Solok 200Lampiran 15. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Penunjukan

Langsung Kabupaten Solok 203Lampiran 16. Contoh Format Iklan Pengadaan Pekerjaan

Konstruksi Kabupaten Solok 206Lampiran 17. Contoh Format Iklan Pengadaan Barang

Kabupaten Solok 207Lampiran 18. Kesepakatan Kinerja Bupati Solok dengan

Sekretaris Daerah Kabupaten Solok 208

vi

Page 8: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

PENDAHULUANBab I

Page 9: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )
Page 10: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

3MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktek-praktek good governance (Tata Kelola Pemerintahan yang Baik)merupakan salah satu upaya pencegahan korupsi yang bisa dilakukan dandipelopori oleh pemerintah pusat maupun daerah. Didukung denganditetapkannya Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN PK),maka pelaksanaan good governance merupakan salah satu kunci aksi yangakan dilakukan.

Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa pemkot/pemkab/pemprov telahmemelopori pelaksanaan good governance di daerahnya. Praktek-praktek goodgovernance yang dilaksanakan secara nyata menciptakan sistem pemerintahanyang lebih bersih dan akuntable, sistem pelayanan kepada masyarakat yanglebih baik dan bahkan di beberapa daerah mampu meningkatkan kesejahteraanpegawai.

Walaupun beberapa daerah sudah banyak yang melakukan praktek-praktekgood governance, namun masih sangat jarang yang melakukan pengukuranmengenai tingkat keberhasilan praktek-praktek good governance yang merekalaksanakan.

Keberhasilan praktek-praktek good governance tidak bisa dilihat dalam jangkawaktu yang pendek. Apabila suatu daerah secara konsisten menerapkanpraktek-praktek good governance secara terus menerus, maka hasil dandampaknya akan diperoleh. Bahkan penerapan praktek-praktek goodgovernance pada jangka panjang akan mampu meningkatkan kesejahteraanmasyarakat di daerah yang bersangkutan.

Kab. Solok merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Barat yangsudah lebih kurang sepuluh tahun merintis dan menerapkan praktek-praktekgood governance. Dibandingkan dengan daerah lain, Kab. Solok merupakandaerah yang dianggap telah lebih dulu dan lebih lama menerapkan praktekgood governance. Olehkarena itu pengukuran keberhasilan pelaksanaanpraktek-praktek good governance di Kab. Solok cukup layak untuk dilakukan.

Page 11: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

4 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1.2. Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis good governance yang dilakukandi Kab. Solok dan hasil yang dicapai

2. Mengetahui tingkat keberhasilan setiap jenis praktek goodgovernance berdasarkan indikator keberhasilan yang ditetapkan

3. Memberikan gambaran mengenai tingkat keberhasilankeseluruhan praktek good governance yang dilaksanakan

1.3. Metodologi

Penilaian tingkat keberhasilan praktek good governance di kab. Solokdidasarkan atas data primer dan data sekunder. Data primer dalam bentukhasil wawancara dan foto diperoleh dari wawancara, tinjauan langsung ke obyekyang dinilai, dan pengamatan deskriptif. Pihak yang diwawancara adalah parastakeholders yang terkait dengan pelaksanaan good governance di Kab. Solokyaitu penanggungjawab kegiatan dan sasaran kegiatan.

Data sekunder dalam bentuk data statistik kuantitatif dan laporan kegiatandiperoleh dari instansi terkait dan browsing internet. Selanjutnya data diolahsecara kualitatif dan disajikan dalam bentuk report tertulis.

Page 12: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

5MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

INDIKATOR KEBERHASILANPRAKTEK GOOD GOVERNANCE

Bab II

Page 13: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

6 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 14: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

7MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

II. INDIKATOR KEBERHASILAN PRAKTEKGOOD GOVERNANCE

Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilanpelaksanaan praktek good governance di suatu daerah, yaitu:

1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaansumberdaya

2. Peningkatan Pelayanan Publik3. Peningkatan Human Development Index (HDI)4. Peningkatan partisipasi masyarakat5. Peningkatan transparansi6. Peningkatan akuntabilitas7. Penurunan angka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)8. Peningkatan Angka Kesempatan Kerja9. Penurunan Angka Kemiskinan

Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdayamerupakan indikator keberhasilan pelaksanaan good governance yang lebihmengarah kepada penghematan faktor input (masukan).

Peningkatan Pelayanan Publik merupakan indikator keberhasilanpelaksanaan good governance yang menunjukkan bahwa kegiatan yangdilakukan benar-benar ditujukan kepada masyarakat.

Peningkatan HDI salah satu indikator keberhasilan good governance karenaangka HDI menunjukkan kualitas hidup masyarakat, di mana masyarakat yangdimaksud merupakan sasaran dari program good governance ini.

Peningkatan Partisipasi Masyarakat merupakan indikator keberhasilangood governance karena peran serta masyarakat merupakan salah satu syaratyang harus dipenuhi dalam keberhasilan suatu kegiatan/pembangunan, karenamasyarakat merupakan subyek sekaligus obyek.

Peningkatan Transparansi merupakan salah satu indikator keberhasilangood governance karena kegiatan yang transparan akan mengurangi terjadinyakecurangan maupun kesalahan.

Page 15: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

8 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Peningkatan Akuntabilitas adalah salah satu indikator keberhasilan praktekgood governance karena seluruh kegiatan good governance yang dilaksanakanharus dapat diukur pelaksanaannya dan outputnya

Penurunan Angka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah salahsatu indikator keberhasilan good governance karena program-program goodgovernance tujuannya adalah mencegah tindak pidana korupsi secara dini.

Peningkatan Angka Kesempatan Kerja dan Penurunan AngkaKemiskinan merupakan salahsatu indikator keberhasilan good governancekarena program-program good governance pada akhirnya ditujukan untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.

Untuk menilai praktek good governance berhasil atau gagal dilakukan olehsuatu daerah, ke sembilan indikator tersebut tidak harus seluruhnya bisadicapai. Ketercapaian indikator keberhasilan tersebut sangat tergantung darijenis-jenis praktek good governance yang dilaksanakan. Namun apabila suatudaerah menginginkan seluruh indikator keberhasilan tersebut bisa dicapai,maka sebaiknya daerah tersebut melakukan praktek-praktek good governancedalam jumlah yang banyak dan berlangsung terus menerus. Dengan caratersebut, 9 indikator keberhasilan pelaksanaan good governance akan dapatdicapai.

Page 16: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

9MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

GAMBARAN UMUMKABUPATEN SOLOK

SEBELUM DAN SESUDAHMELAKSANAKAN

GOOD GOVERNANCE

Bab III

Page 17: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

10 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 18: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

11MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

III. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOLOKSEBELUM DAN SESUDAH MELAKSANAKANGOOD GOVERNANCE

Kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten yang memelopori penerapangood governance. Cukup banyak praktek tata kelola pemerintahan yang baikditerapkan oleh kabupaten tersebut. Namun sampai saat ini tingkatkeberhasilannnya belum pernah diukur.

Pelaksanaan praktek good governance di Kab. Solok berjalan bukan tanpakendala. Saat pertama kali good governance dilakukan di daerah ini padatahun 1997, terjadi peristiwa krisis ekonomi yang menimpa seluruh daerah diIndonesia. Dampak krisis ekonomi ini sangat luas dan komprehensif, sehingganilai-nilai positif dari good governance yang diharapkan dapat dinikmati olehmasyarakat tidak dapat dicapai secara optimal.

Pada bagian ini akan ditunjukkan gambaran kabupaten Solok sebelumpenerapan good governance (data 1997) dan setelah beberapa praktek goodgovernance dilaksanakan (2004). Pada dasarnya cukup sulit mengukurkeberhasilan praktek-praktek good governance Kab.Solok denganmembandingkan data-data kuantitatif yang relevan sebelum dan sesudahpraktek good governance dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan kondisigeografis dan administratif kab. Solok telah berubah. Beberapa kecamatansudah memekarkan diri menjadi Kab. Solok Selatan. Sementara kecamatanyang masih berada di wilayah Kab. Solok juga memekarkan diri menjadikecamatan-kecamatan baru. Selain itu krisis ekonomi yang terjadi telahmerusak tatanan perekonomian di Kab. Solok. Krisis ekonomi tersebut membuathasil positif yang diharapkan dari pelaksanaan good governance yang mulaidicanangkan pada tahun 1997 menjadi kurang optimal.

3.1. Kondisi Geografis dan Pemerintahan

Pada tahun 1997 Kecamatan di Kabupaten Solok berjumlah 14. Denganberjalannya waktu, ke-14 kecamatan tersebut berkembang menjadi 19. Dalamperkembangan selanjutnya, berdasarkan UU No. 38 Tahun 2003, terbentukkabupaten baru yaitu Solok Selatan hasil pemecahan dari Kabupaten Solok.

Page 19: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

12 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Dengan berubahnya wilayah Kabupaten Solok, maka luas wilayah dan batas-batas kabupaten juga berubah, seperti dijelaskan pada tabel berikut.

Perubahan-perubahan geografis yang terjadi di Kabupaten Solok antara tahun1997 dan 2004 pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan pelaksanaangood governance yang dilakukan. Data ini hanya memberikan gambaranmengenai kondisi geografis saat ini dan 10 tahun yang lalu.

Perubahan wilayah geografis juga berakibat terjadinya perubahan strukturpemerintahan Kabupaten Solok. Penyebab lain yang mengakibatkan perubahanstruktur pemerintahan kabupaten Solok adalah penerapan UU Otonomi Daerah.Sebagian instansi vertikal masuk ke dalam lingkungan pemerintah kabupaten,sehingga terjadi perubahan signifikan terhadap jumlah instansi dan PNS, sepertiterlihat dalam tabel berikut.

D e s k r ips i

P e m e r in t a h a n1 Jumla h Ke ca ma ta n 1 3 1 4

- Jumla h Na ga ri 7 9 7 4- jumla h De s a /Ke lura ha n 2 5 6 1 8 6

- Jumla h De s a Mis k in 1 0 0 n.a2 Jumla h Dina s /Ka ntor/Ba gia n 5 4 4 7

- Di Lingkunga n Pe mka b. S o lok 3 6 4 0

- Di Lua r Lingk. Pe mka b. S o lok 2 8 73 Jumla h Pe ga wa i Ne ge ri S ipil

- Di Lingkunga n Pe mka b. S o lok 1 .5 7 4 2 .0 8 3- Di Lua r Lingk. Pe mka b. S o lok 6 .0 5 4 6 5 9

4 Na ma Bupa ti Ga ma wa n Fa uzi, S H (1 9 9 5 -2 0 0 5 )

S e b e lum M e la k s a na k a nG ood G ov e r ne nc e ( 1 9 9 7 )

Ga ma wa n Fa uzi, S H (1995-2 0 0 5 )H. Gus ma l (2 0 0 5 -2 0 0 9 )

S e t e la h M e la k s a na k a nG ood G ov e r ne nc e ( 2 0 0 4 )

Page 20: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

13MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Perubahan jumlah dinas/kantor dan PNS tahun 1997 dan 2004 merupakanwujud dari otonomi daerah yang mulai dilaksanakan pada tahun 1999.Pelaksanaan praktek-praktek good governance merupakan perwujudan dariotonomi daerah. Sebelum good governance mulai dilaksanakan, Pemkab.Solok melakukan efisiensi dan efektifitas kerja di lingkungan Pemkab. Solok.Beberapa instansi yang tupoksinya tumpang tindih digabung. Harapannyaadalah, instansi yang berada di bawah wewenang Pemkab. Solok dapat bekerjasecara efektif dan efisien sesuai dengan tupoksi masing-masing.

3.2. Kependudukan dan Tenaga Kerja

Data-data kependudukan dan tenaga kerja di Kabupaten Solok ditunjukkanoleh tabel berikut.

Berdasarkan data terlihat bahwa jumlah penduduk Kab. Solok berkurang. Haltersebut dikarenakan adanya pemekaran kabupaten baru yaitu Kab. SolokSelatan. Berdasarkan data persentase ditunjukkan bahwa jumlah pendudukusia produktif jauh lebih besar tahun 2004 dibanding tahun 1997. Namun ditahun 2004 dari usia produktif tersebut, sebagian besar adalah bukan angkatankerja. Dari angkatan kerja yang ada, pada data terlihat bahwa terjadi peningkatan

Page 21: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

14 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

pengangguran. Apabila pada tahun 1997 hanya 1,64 persen dari angkatankerja yang menganggur, tetapi pada tahun 2004 persentasenya meningkatmenjadi 5,13 persen. Krisis ekonomi yang berlarut-larut merupakan penyebabutama terjadinya peningkatan angka pengangguran atau penurunan angkakesempatan kerja di Kab. Solok. Selain krisis ekonomi, pergeseran lapanganpekerjaan utama dari pertanian ke non pertanian, dalam hal ini industri,perdagangan dan jasa serta lainnya dapat menjelaskan penyebab naiknyaangka pengangguran terbuka. Terlepas dari faktor krisis ekonomi dan pergeseranlapangan pekerjaan utama, salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan goodgovernance adalah peningkatan angka kesempatan kerja. Artinya, pelaksanaangood governance di Kab. Solok belum berhasil meningkatkan angka kesempatankerja seperti yang diharapkan. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebutada di bab V.

Walaupun terjadi penurunan, lapangan pekerjaan utama masyarakat Kab. Soloktetap pada pertanian. Pada data terlihat bahwa prospek lapangan kerja di tahun-tahun mendatang di Kab. Solok lebih ke arah perdagangan, jasa dan industri.

3.3. Sosial

Gambaran perkembangan data-data statistik pendidikan dan kesehatan di Kab.Solok ditunjukkan oleh tabel berikut.

Penurunan jumlah sekolah di Kab. Solok bukan disebabkan oleh menurunnya

Page 22: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

15MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

kualitas pendidikan di Kab. Solok, tetapi disebabkan oleh berkurangnya wilayahkerja sekolah karena ada beberapa kecamatan yang keluar dari wilayah Kab.Solok. Data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan yangditunjukkan oleh membaiknya rasio murid dan guru.

Seperti halnya pada pendidikan, penurunan jumlah fasilitas dan tenagakesehatan juga disebabkan oleh terbentuknya kabupaten baru hasil pecahandari Kab. Solok. Peningkatan kualitas kesehatan ditunjukkan oleh menurunnyajumlah kematian bayi dan kematian ibu melahirkan.

3.4. Industri

Industri yang berkembang di Kab. Solok adalah industri kecil/kerajinan. Dataterkait dengan industri di Kab. Solok ditunjukkan oleh tabel berikut.

Berdasarkan data terlihat bahwa secara umum tidak ada peningkatan jumlahunit usaha dan tenaga kerja di sektor industri kecil/kerajinan yang signifikanantara tahun 1997 dan 2004. Artinya, perkembangan investasi di Kab. Solokrelatif lambat.

3.5. Keuangan Daerah

Kondisi keuangan daerah Kab. Solok dapat dilihat dari Realisasi APBD. Bila

Page 23: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

16 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

dibandingkan antara tahun 1997 dan 2004, di Kab. Solok terjadi peningkatannilai APBD yang signifikan, seperti ditunjukkan oleh tabel berikut.

Unsur penerimaan APBD Kab. Solok lebih dari 87 persen berasal dari danaperimbangan. Hanya sekitar 3 – 4 persen yang berasal dari PAD. Tidak adaperubahan yang signifikan dalam kontribusi PAD dan dana perimbangan Kab.Solok terhadap APBD di tahun 1997 dan 2004. Kondisi tersebut menunjukkanbahwa dalam membiayai kegiatan pembangunannya, Kab. Solok masihbergantung kepada pemerintah pusat. Otonomi daerah yang mulai berjalansejak tahun 1999 belum mampu membuat daerah mandiri dalam hal keuangan.

Berdasarkan data perkapita terlihat bahwa rata-rata penduduk hanyamendapatkan jatah APBD per tahun kurang dari 1 juta pada tahun 2004,sedangkan PAD rata-rata per penduduk hanya Rp. 31 000,-

3.6. Hasil Pembangunan

Keberhasilan kegiatan pembangunan di Kab. Solok ditunjukkan oleh angkaHDI, PDRB, pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi dan persentasekeluarga miskin, seperti terlihat pada tabel berikut.

Page 24: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

17MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Salah satu indikator keberhasilan good governance adalah terjadinyapeningkatan Human Development Index (HDI) atau Indeks PembangunanManusia (IPM). Komponen IPM adalah angka melek huruf, rata-rata lamasekolah, angka harapan hidup.Bila dibandingkan dengan kondisi sebelumpelaksanaan good governance, di Kab. Solok terjadi peningkatan HDI (IPM)walaupun angka kenaikannya kurang signifikan. Demikian juga dengan PDRB.PDRB berdasarkan harga berlaku menunjukkan kenaikan yang sangatsignifikan. Namun kenaikan tersebut tidak terlepas dari faktor inflasi. Bila dilihatsecara perkapita, pada tahun 2004 pendapatan masyarakat kab. Solok masihberada di bawah Rp. 500 000 per bulannya.

Walaupun tidak terlalu signifikan, pertumbuhan ekonomi Kab. Solok jugamengalami kenaikan. Namun demikian yang memprihatinkan adalahmeningkatnya jumlah keluarga miskin. Cukup banyak faktor penyebab jumlahkeluarga miskin di Kab. Solok meningkat. Krisis ekonomi yang dianggap belumpulih ditambah dengan kenaikan harga BBM yang terus menerus mengakibatkanjumlah keluarga miskin meningkat. Namun di luar faktor tersebut, salah satuindikator keberhasilan good governance adalah penurunan angka kemiskinan.Artinya, program good governance di Kab. Solok belum berhasil menurunkanangka kemiskinan. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut pada bab V.

Page 25: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

18 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 26: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

19MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

SEKILAS PRAKTEK-PRAKTEKGOOD GOVERNANCE

DI KABUPATEN SOLOK

Bab IV

Page 27: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

20 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 28: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

21MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

IV. SEKILAS PRAKTEK-PRAKTEK GOODGOVERNANCE DI KABUPATEN SOLOK

Pemerintah Kabupaten Solok mulai melaksanakan praktek-praktek tata kelolapemerintahan yang baik sejak tahun 1997. Sebagian besar kegiatan-kegiatangood governance di kab. Solok ditujukan dalam rangka pembenahan aparaturpemerintahan Kab. Solok. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pendirianPos Pelayanan Satu Pintu.

4.1. Pos Pelayanan Satu Pintu (Posyantu)

Posyantu adalah sistem pelayanan perijinan dan non perijinan yangdiperuntukkan bagi masyarakat melalui sistem 1 pintu. Artinya, untuk mengurussegala jenis perijinan dan non perijinan di bawah kewenangan Pemkab Solok,masyarakat cukup datang di satu lokasi (pintu). Pengambilan surat perijinanjuga di lokasi yang sama. Tujuan Posyantu adalah untuk memberikan pelayananperijinan dan non perijinan kepada masyarakat secara transparan dalam halwaktu, biaya dan prosedur. Dalam perkembangannya Posyantu berkembangmenjadi Posyantu Plus. Dalam Posyantu Plus masyarakat di daerah terpenciltidak perlu mengurus perijinan di loket Posyantu, tetapi cukup dengan metodasurat-menyurat. Pemohon mengirim persyaratan pengurusan perijinan melaluisurat dan menerima surat perijinan dari Posyantu Plus juga melalui surat.

Page 29: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

22 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Hasil yang diperoleh oleh Pemkab Solok setelah melaksanakan PosyantuPlus adalah:

1) Proses perijinan dan non perijinan di bawah tanggungjawab Pemkab.Solok terlaksana secara transparan, jelas biaya, waktu penyelesaian,syarat dan prosedur

2) Masyarakat terlayani dengan baik3) Akses masyarakat (termasuk masyarakat terpencil) terhadap perijinan/

non perijinan menjadi lebih baik4) Proses pendataan catatan sipil kab. Solok menjadi lebih rapi (karena

masyarakat memiliki kepedulian untuk melakukan pencatatan sipilsebagai kelanjutan dari akses yang baik)

5) Proses suap yang biasa diberikan oleh pengurus perijinan kepadapetugas menjadi sangat berkurang, bahkan tidak ada

6) Meningkatkan kedisiplinan pengurus perijinan (masyarakat) danpetugas, karena segalanya harus mengikuti sistem

7) Efisiensi sumberdaya (SDM dan sarana prasarana) karena setiap jenisperijinan/non perijinan yang masuk/keluar hanya melalui satu pintu

4.2. Pola Partisipatif

Pola partisipatif adalah salah satu bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakatmelalui kegiatan mengikutsertakan masyarakat dalam proses kegiatanpembangunan (perbaikan) fisik, sarana dan prasarana umum, khusus sektorpekerjaan umum (irigasi, jalan, air bersih, dan penyehatan lingkungan),pendidikan (sekolah TK, SD, SLTP,SLTA negeri maupun swasta) dan kesehatan(Puskel,posyandu). Tujuan Pola Partisipatif adalah membantu masyarakat danpemkab dalam menjaga aset-aset fisik PU, pendidikan dan kesehatan ditingkat nagari. Dana disediakan oleh Pemkab Solok bekerjasama denganmasyarakat nagari. Dana disediakan dalam bentuk mengambang dimaksudkanuntuk dapat memfasilitasi kebutuhan pembangunan Nagari/masyarakat yangdananya tidak tertampung dalam kegiatan lain pada APBD Kabupaten Solok.Dengan kata lain dana tersebut disediakan untuk memecahkan permasalahanpembangunan segera yang dihadapi dalam tahun berjalan.

Hasil yang diperoleh Solok dengan menerapkan praktek good governance PolaPartisipatif adalah:

Page 30: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

23MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1) Asset sarana dan prasarana Pemkab. Solok di tingkat nagari menjadilebih terawat

2) Mengurangi pekerjaan pemkab dalam pemeliharaan asset fisik di nagari3) Peningkatan partisipasi masyarakat nagari dalam perbaikan dan

perawatan asset pemkab di nagari (tenaga dan dana)4) Peningkatan tanggungjawab masyarakat nagari dalam penggunaan

asset pemkab yang ada di nagari5) Penghematan anggaran pemkab (APBD) dalam pembangunan fisik

sarana dan prasarana di tingkat nagari

4.3. Revolving Fund

Revolving Fund adalah sistem pembiayaan usaha yang diberikan oleh Pemkab.Solok kepada usaha kecil melalui sistem pinjaman dengan bunga yang sangatkecil (6%/tahun). Kegiatan pembiayaan ini dilakukan secara berlanjut (denganterus memutar modal) sehingga jumlah usaha kecil yang dibiayai terusbertambah. Tujuan program ini adalah untuk membantu masyarakat mengatasimasalah permodalan dan mengembangkan kegiatan usaha yang sudah adasekaligus mendidik masyarakat disiplin dalam mengatur keuangan. Tujuanlebih luas adalah untuk meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat di daerah.

Hasil yang diperoleh Solok dengan menerapkan praktek good governanceRevolving Fund adalah:

1) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha2) Menghidupkan dan mengembangkan usaha rumahtangga dan usaha

kecil3) Meningkatkan PAD Kab. Solok, karena pendapatan dari bunga

pinjaman revolving fund dimasukkan dalam PAD4) Meningkatkan aktivitas ekonomi di nagari dan kecamatan akibat

kegiatan usaha yang berkembang5) Mulai tumbuh lembaga keuangan baru (BPR) di tingkat kecamatan

sebagai akibat kegairahan ekonomi yang mulai tercipta6) Tumbuh usaha-usaha baru yang komplemen dengan usaha yang

dibiayai oleh revolving fund.

Page 31: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

24 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

4.4. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

LAKIP merupakan media pertanggungjawaban yang dibuat secara periodik,memuat informasi yang dibutuhkan oleh pihak yang memberikan amanah ataupihak yang mendelegasikan wewenang. Materi LAKIP mengandung analisispencapaian sasaran yang ditetapkan dalam Renstra untuk tahun yangbersangkutan. LAKIP di Kab. Solok memiliki 2 fungsi utama. Pertama, laporanakuntabilitas kinerja merupakan sarana bagi Pemkab. Solok untukmenyampaikan keterangan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh stake-holders (DPRD dan masyarakat). Kedua, laporan akuntabilitas kinerjamerupakan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja pemerintah Kab. Soloksebagai upaya untuk memperbaiki kinerja di masa datang. Dua fungsi utamaLAKIP tersebut merupakan cerminan dari maksud dan tujuan penyusunandan penyampaian LAKIP oleh setiap instansi pemerintah.

Hasil yang diperoleh Pemkab. Solok dengan menerapkan praktek good gover-nance LAKIP adalah:

1) Pencapaian kinerja Pemkab Solok dapat diukur2) Pelaksanaan program kerja Pemkab Solok transparan3) Pencapaian kinerja Pemkab Solok dapat dievaluasi4) Efisiensi dalam pelaksanaan program kerja

4.5. Dana Alokasi Umum Nagari (DAUN)

DAUN adalah pemberian dana yang bersumber dari APBD dalam bentuk blockgrant kepada nagari dalam rangka memberdayakan nagari. Penggunaan DAUNadalah untuk melaksanakan tugas pelayanan dan pemerintah nagari;pembuatanmonografi nagari; musyawarah nagari; serta menunjang kegiatan pemeliharaansarana dan prasarana sosial, ekonomi, sarana agama dan adat serta fasilitasumum lainnya. Dengan nilai antara 75 sampai 150 juta per nagari, dana DAUNdigunakan untuk biaya rutin 60 persen dan biaya pembangunan nagari 40persen.

Hasil yang diperoleh Solok dengan menerapkan praktek good governance DAUNadalah:

Page 32: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

25MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1) Pemerintah Nagari dapat melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepadamasyarakatnya

2) sarana dan prasarana sosial, ekonomi, agama,adat serta fasilitasumum lainnya di tingkat nagari dapat terpelihara dengan baik

4.6. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah suatu sistem yang mengikutsertakanmasyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatanpembangunan. Wadah partisipasi masyarakat yang sudah berjalan di Kab.Solok adalah Duduk Basamo, Musyawarah Pembangunan Nagari, MusrembangKecamatan dan Tim Sinergi. Seluruh wadah tersebut dalam pelaksanaankegiatannya masing-masing saling berkaitan. Duduk Basamo adalah polapartisipasi masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah5 tahunan. Kegiatan dilakukan 1 kali dalam 5 tahun, ditambah dengan EvaluasiTengah 5 tahunan (pertengahan 5 tahun). Musyawarah Pembangunan Nagariadalah pola partisipasi masyarakat tingkat nagari dalam perencanaanpembangunan nagari maupun daerah (kabupaten) sekaligus ikut melaksanakanprogram pembangunan (yang berada di nagari nya) dan melakukan monitoringdan evaluasi dari pembangunan yang dilaksanakan. Musyawarah PembangunanNagari merupakan kegiatan tahunan.Musrembang Kecamatan adalah polapartisipasi masyarakat tingkat kecamatan dalam perencanaan pembangunanlintas nagari maupun daerah (kabupaten). Musrembang Kecamatan merupakankegiatan tahunan.Tim Sinergi adalah pola partisipasi masyarakat tingkatkabupaten dalam perencanaan pembangunan daerah (kabupaten), yangpembentukannya didasarkan pada SK Bupati. Tim Sinergi melakukan kegiatansecara tahunan.

Hasil yang diperoleh Solok dengan menerapkan praktek good governancePartisipasi Masyarakat adalah:

1) Masyarakat merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan dankegagalan pelaksanaan kegiatan pembangunan

2) Program pembangunan yang dilakukan efektif karena direncanakandan diinginkan oleh masyarakat

3) Penyimpangan pelaksanaan pembangunan dapat diminimalisir karenadiawasi oleh masyarakat

Page 33: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

26 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

4.7. Pakta Integritas

Pakta Integritas adalah pernyataan untuk tidak menerima dan memberi dalambentuk apapun secara ilegal dalam kaitan pelaksanaan tugas. Tujuannya adalah:1) mewujudkan aparatur negara yang bersih, berwibawa serta bebas dari unsurKKN; 2) mewujudkan kesepakatan dan kejujuran bersama bagi pemerintah,dunia usaha, dan masyarakat untuk menghindari terjadinya praktek-praktekKKN; 3) mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayananmasyarakat yang prima (best excelent); 4) menuju birokrasi pemerintahanyang bersih, profesional, tanggap dan bertanggungjawab.

Hasil yang dicapai Solok dengan adanya penerapan Pakta Integritas adalah:

1) Berkurangnya secara drastis praktek korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN), terutama korupsi di lingkungan birokrat dan dunia usaha yangterkait dengan Pemkab;

2) Timbulnya perasaan tenang dalam diri aparat Pemkab Solok walaupundiawasi oleh banyak pengawas independen, karena semua yangdilakukan berkaitan dengan pelaksanaan tugas, sesuai denganprosedur (sebagai dampak pakta integritas yang diterapkan)

3). Meningkatnya kinerja pegawai

4.8. Sistem Pengadaan Barang dan Jasa

Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Kabupaten Solokdimasukkan dalam praktek good governance tujuannya adalah agar pengadaanbarang dan jasa pemerintah di Lingkungan Pemkab Solok dapat dilaksanakandengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka,dan perlakuan adil kepada semua pihak sehingga hasilnya dapatdipertanggungjawabkan secara fisik, keuangan maupun manfaatnya bagikelancaran tugas pemerintah dan masyarakat.

Hasil yang dicapai Solok dengan adanya penerapan good governancePengadaan Barang dan Jasa adalah:

1) terjadi transparansi prosedur pengadaan barang dan jasa2) barang dan jasa yang dihasilkan memiliki kualitas yang memadai

Page 34: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

27MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

3) memberikan peningkatan kepercayaan sektor swasta kepada sektorpemerintah, karena adanya proses thender yang transparan

4) Mencegah dan mengurangi praktek-praktek korupsi dan kolusi yangbiasanya sering terjadi dalam praktek pengadaan barang dan jasapemerintah

4.9. Giro to Giro (G to G)

Giro to Giro merupakan perkembangan dari POSYANTU Plus. Apabila dalamPOSYANTU Plus yang mendapatkan pelayanan adalah masyarakat, makadalam G to G pelayanan prima diberikan kepada Unit Kerja di lingkunganPemerintah Kabupaten Solok. Pelayanan G to G diberikan oleh BadanPengelola Keuangan Daerah (BPKD) kepada Unit Kerja pengguna anggaran/pihak ketiga melalui Loket Satu Pintu pada BPKD. Tujuannya adalah untukmemberikan kemudahan Unit kerja Pengguna Anggaran dalam pengurusanuang; memberikan kepastian waktu pelayanan kepada Pemegang Kas;menghindarkan terjadinya praktek memberi dan menerima dalam pengurusan/penerbitan SPMU pada BPKD; dan mengurangi resiko terjadinya kehilanganuang bagi pemegang kas.

Hasil yang didapatkan Kab. Solok dengan menerapkan praktek goodgovernance giro to giro adalah:

1) Unit Kerja/Pihak Ketiga terlayani dengan baik2) Sistem pencairan dana lebih efektif dan efisien karena tidak dalam

bentuk uang tunai.3) Petugas BPKD bisa bekerja lebih fokus karena tidak ada unit kerja/

pihak ketiga yang minta didahulukan pencairan dana nya denganberusaha menyuap.

4) Efektifitas pekerjaan karena adanya pendelegasian wewenang5) Pengawasan kepada staff lebih baik

4.10. Performance Agreement

Performance Agreement adalah kontrak pelaksanaan program kerja selama 1tahun yang akan dipertanggungjawabkan oleh Pihak I kepada Pihak II pada

Page 35: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

28 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

akhir tahun. Di Kabupaten Solok, performance agreement yang dilakukanadalah antara Bupati Solok (Pihak I) dengan DPRD Solok (Pihak II) dan antaraKepala SKPD Solok (Pihak I) dengan Bupati Solok (Pihak II).

Hasil yang diperoleh Kab. Solok dengan menerapkan praktek good gover-nance Performance Agreement adalah:

1) Pengawasan pimpinan ke anak buah (pegawai) menjadi lebih baik2) Program kerja di unit teknis berjalan dengan baik3) Output yang dihasilkan oleh unit teknis optimal dan sesuai dengan

rencana kerja tahunan4) Pegawai menjadi lebih disiplin dalam penyelesaian tugas

4.11. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja adalah sistem penyusunan anggaran unit kerjayang berdasarkan kinerja (program kerja) selama tahun yang bersangkutan.Kabupaten Solok menciptakan sistem dan prosedur penyusunan anggaranberbasis kinerja dengan mekanisme perencanaan partisipatif. Latar belakangpenyusunan Anggaran Berbasis Kinerja adalah adanya kebutuhan transparansidalam pembiayaan program kerja pada setiap unit kerja. Diharapkan anggaranyang diajukan selalu berdasarkan program kerja yang direncanakan, bukansebaliknya program kerja yang mengikuti anggaran yang tersedia.

Hasil yang diperoleh Kab. Solok dengan mempraktekkan good governanceAnggaran Berbasis Kinerja adalah:

1) Kegiatan/program kerja yang dilakukan sesuai dengan keinginan dankebutuhan masyarakat

2) Masyarakat merasa terlibat dalam pelaksanaan kegiatan3) Hasil kegiatan mudah dipertanggungjawabkan (oleh kepala unit kerja

ke bupati maupun oleh bupati kepada DPRD)4) Dana yang dipakai terukur5) Efisiensi dana, karena dana yang keluar sesuai dengan output yang

dihasilkan.

Page 36: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

29MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

4.12. Tunjangan Daerah

Tunjangan daerah adalah tambahan pendapatan yang diberikan kepada pegawaidi lingkungan pemerintahan Kabupaten Solok, termasuk guru dan tenaga hon-orer yang diberikan setiap akhir bulan. Tujuan diberikannya tunjangan daerahdi Kabupaten Solok adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai dilingkungan Pemkab Solok sekaligus menghilangkan istilah meja ‘mata air’dan meja ‘air mata’. Dalam pelaksanaannya, pemberian tunjangan daerah tidakmembebani anggaran APBD, karena sumberdana tunjangan daerah diperolehdari pergeseran dana honorarium proyek-proyek yang telah dianggarkan diAPBD. Dengan diberlakukannya tunjangan daerah, honor-honor proyek dilingkungan Pemkab. Solok secara resmi dihapuskan.

Hasil yang dicapai Pemkab. Solok dengan menerapkan praktek goodgovernance Tunjangan Daerah adalah:

1) Meningkatkan pendapatan pegawai di bawah eselon III danmenurunkan rata-rata pendapatan pegawai di atas Eselon III

2) Meningkatkan kedisiplinan pegawai, karena pemberian tunjangandaerah dikaitkan dengan absensi

3) Mengurangi dan menghilangkan rasa iri di antara pegawai karenapenggantian honor menjadi tunjangan daerah

4) Menghilangkan istilah “meja mata air” dan “meja air mata”

Page 37: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

30 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 38: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

31MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

PENCAPAIANGOOD GOVERNANCE

KAB. SOLOKBERDASARKAN INDIKATOR

KEBERHASILAN PELAKSANAANGOOD GOVERNANCE

Bab V

Page 39: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

32 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 40: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

33MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

V. PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE KAB. SOLOKBERDASARKAN INDIKATOR KEBERHASILANPELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

5.1. Jenis Good Governance dan Indikator Keberhasilan yang Dicapai

Dalam jangka panjang, pelaksanaan good governance yang konsisten akanmeningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya, pelayananpublik, HDI, partisipasi masyarakat, transparansi, akuntabilitas, kesempatankerja, serta akan menurunkan angka KKN dan angka kemiskinan. Hasil tersebutmerupakan indikator keberhasilan pelaksanaan good governance di daerah.Namun demikian tidak seluruh indikator tersebut harus bisa dicapai, tergantungdari jenis-jenis good governance yang dilaksanakan. Tabel berikut menunjukkanpraktek good governance yang dilakukan di Kabupaten Solok dan indikatorkeberhasilan yang dicapainya.

Page 41: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

34 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

5.1.1. Pos Pelayanan Satu Pintu Plus (Posyantu +)Pos Pelayanan Satu Pintu (Posyantu) merupakan praktek good governanceyang pertama kali dilakukan di Kabupaten Solok. Satu tahun berjalan, dilakukanpengembangan menjadi Posyantu +. Pengembangan yang dilakukan adalahdengan melibatkan pos dan giro dalam pelayanan perijinan dan non perijinankepada masyarakat. Fungsinya adalah, masyarakat (terutama masyarakatterpencil) bisa mengurus perijinan dan non perijinan hanya melalui kantor posterdekat, tanpa harus datang ke Posyantu yang lokasinya berada di ibukotakabupaten.

Indikator keberhasilan pelaksanaan good governance Posyantu + adalahterjadinya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya,peningkatan pelayanan publik, peningkatan transparansi dan penurunan KKN,seperti terlihat pada tabel berikut.

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Page 42: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

35MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Pelaksanaan good governance Posyantu + mampu meningkatkan efisiensidan efektifitas pengelolaan sumberdaya. Keberhasilan tersebut ditunjukkanoleh data-data berikut:

a). Penyederhanaan proses pengurusan perijinan dan non perijinanbagi masyarakat.Dengan adanya Posyantu, masyarakat cukup datang di satu lokasi (Posyantu)untuk mengurus perijinan/non perijinan yang dibutuhkan. Frekuensi kedatangancukup 2 kali, yaitu pada saat mengajukan permohonan dan mengambil hasilperijinan/non perijinan yang diajukan tersebut. Dengan sistem tersebut, terjadiefisiensi waktu dan tenaga masyarakat, karena masyarakat tidak perlumendatangi langsung unit teknis pengelola perijinan/non perijinan yangdibutuhkan, tidak perlu berkali-kali datang untuk memastikan perijinan yangdiajukan sudah selesai/belum, dan tidak perlu melakukan kontak langsungdengan pengelola perijinan di unit kerja teknis yang biasanya akanmembukapeluang kolusi/suap. Sebagai contoh untuk melakukan pengurusan IMB,sebelum ada Posyantu masyarakat harus datang berulangkali ke instansi yangmengurus IMB untuk mengetahui status penyelesaian dari IMB yang diurusnya.Hal tersebut dikarenakan instansi yangbersangkutan tidak menjelaskan secarapasti waktu penyelesaian dari IMB yang dilakukan.

Penyederhanaan proses pengurusan perijinan lebih terasa lagi bagi masyarakatsetelah dibuka layanan perijinan/non perijinan melalui kantor pos atau yangbiasa disebut Posyantu +. Melalui kantor pos, masyarakat bisa mengajukanpermohonan perijinan/non perijinan beserta persyaratannya ke posyantu danselanjutnya menerima hasilnya melalui pos.

b) Tercipta Standarisasi proses perijinan dan non perijinan yangmemudahkan unit kerja teknis dan masyarakat (pengurus perijinan)Pelayanan perijinan dan non perijinan melalui satu pintu yang dilakukan olehPemkab. Solok efektif dan efisien berjalan karena proses perijinan yangberjalan sudah dibakukan dan berlaku standar untuk semua jenis perijinan dannon perijinan yang diurus. Proses tersebut harus diikuti oleh seluruh pihakyang terkait dengan proses perijinan. Berikut adalah proses pengurusanperijinan dan non perijinan di Posyantu +.

Page 43: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

36 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

a. Proses pengurusan di Posyantu +

b. Proses registrasi surat perijinan/non perijinan

c) Efisiensi SDM dan sarana prasarana dalam pengelolaan perijinandan non perijinanKeberadaan Posyantu + secara signifikan mampu mengurangi jumlah SDMyang terlibat secara langsung dalam proses perijinan dan non perijinan. SebelumPosyantu + dibentuk, setiap unit kerja teknis perijinan/non perijinan harusmenyediakan petugas administrasi dan/atau front office yang mengurusperijinan di luar petugas teknis (lapang). Dengan adanya Posyantu +,pengurusan administrasi dan front office untuk seluruh jenis perijinan dan nonperijinan dilakukan oleh petugas Posyantu + yang jumlahnya 4 orang dengan1 koordinator. Unit Kerja teknis cukup menyiapkan petugas teknis (lapang).

Sarana dan prasarana yang disediakan juga relatif efisien, karena semuakegiatan administrasi dan front office untuk seluruh jenis perijinan dan non

Page 44: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

37MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

perijinan terpusat di Posyantu. Posyantu memiliki 1 ruangan yang lokasinyamenempel (merupakan bagian dari) Bagian Pemerintahan Pemkab. Solok, yangdi dalamnya terdapat ruang dan kursi tunggu, ruang administrasi pelayananperijinan dan non perijinan dengan 3 loket, serta 1 ruang administrasi catatansipil. Unit Kerja Teknis tidak perlu menyiapkan ruang khusus untuk melayanimasyarakat dalam pengurusan perijinan/non perijinan yang mereka tanganikarena masyarakat hanya berhubungan dengan posyantu, bukan unit kerjateknis.

d) Efisiensi waktu pengurusan perijinan dan non perijinanMelalui Posyantu, waktu pengurusan perijinan menjadi lebih efisien. Hal tersebutdikarenakan unit kerja teknis hanya mengurus dan mengerjakan pekerjaanyang bersifat teknis, sedangkan urusan administrasi yang biasanya cukupmenyita waktu dilakukan secara profesional oleh Posyantu. Dengan pembagianpekerjaan yang jelas tersebut, pada akhirnya waktu yang dibutuhkan untukpengurusan perijinan/non perijinan menjadi lebih efisien. Berikut adalah contohwaktu yang dibutuhkan untuk pengurusan beberapa jenis perijinan sebelumdan sesudah ada Posyantu +.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Ijin Mendir ikan Bangunan (IMB)

Ijin Gangguan (HO)

Ijin Lokasi

Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah

Ijin Reklame

Ijin Penelitian

Ijin Usaha Angkutan Bermotor

Ijin Trayek Baru

Kartu Kontrol (KK) Ijin Usaha

Ijin Insidentil

Kartu Pengawasan (KP) Ijin Trayek

Penyewaan Kekayaan Daerah

Akte Catatan Sipil

Akta Kelahiran

Akta Perkawinan

Akta Kematian

Akta Pengangkatan Anak

Ijin pengumpulan uang sumbangan/ sosial dengan

mencetak karcis

Pendirian Apotik

Pendirian Toko Obat

Ijin Praktek Dokter

Ijin Praktek Bidan

9 hari

5 hari

12 hari

12 hari

5 hari

1 hari

7 hari

6 hari

1 hari

1 hari

1 hari

1 - 3 hari

1 - 3 hari

1 - 3 hari

1 - 3 hari

3 hari

3 hari

6 hari

2 hari

3 hari

3 hari

tidak ada kejelasan waktu

tidak ada kejelasan waktu

14 hari

12 hari

-

lebih dari 1 hari

?

?

lebih dari 1 hari

lebih dari 1 hari

lebih dari 1 hari

tidak terorganisir

3 hari

3 hari

3 hari

3 hari

3 hari

-

?

tidak ada

tidak ada

Page 45: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

38 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

e) Efisiensi Biaya Pengurusan PerijinanSistem pengurusan perijinan dan non perijinan melalui Posyantu menciptakanefisiensi dalam hal biaya. Efisiensi biaya tersebut dirasakan oleh masyarakatyang mengurus perijinan dan Pemkab. Solok sebagai pengelola perijinan.Efisiensi biaya dirasakan oleh masyarakat karena masyarakat dari awal sudahtahu berapa biaya yang harus dikeluarkan, dan sudah dipastikan tidak akanada tambahan biaya lagi di luar biaya resmi tersebut. Biaya transportasi darirumah ke posyantu pun sudah bisa diperkirakan sejak awal karena sudahdipastikan bahwa masyarakat hanya akan datang ke posyantu maksimal 2kali, yaitu pada saat mendaftar dan saat mengambil perijinan yang diurus.

Efisiensi biaya dalam pengurusan perijinan dan non perijinan juga dirasakanoleh unit kerja teknis. Hal tersebut merupakan keuntungan dari sistemadministrasi dan front office yang terpusat di posyantu. Pekerjaan teknis(misalnya peninjauan lokasi, pengukuran tanah, dll) banyak yang bisa dilakukanoleh unit kerja secara kolektif dalam satu waktu sehingga cukup menghematbiaya.

2. Peningkatan Pelayanan Publik

Data-data yang menunjukkan bahwa pelaksanaan good governance Posyantudi Kab. Solok mampu meningkatkan pelayanan terhadap publik adalah:

a) Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan perijinandan non perijinanPemkab. Solok mendirikan Posyantu dengan tujuan untuk memudahkan danmelayani masyarakat dalam pelayanan perijinan dan non perijinan yang beradadi bawah wewenang pemerintah Kabupaten Solok. Kemudahan-kemudahan

Page 46: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

39MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

dan kepastian-kepastian dalam pengurusan perijinan dan non perijinan melaluiposyantu mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan ini.Data menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang mengurus perijinan melaluiposyantu selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Keterangan:1 data hanya bulan Juli dan Agustus2 data hanya bulan April sampai Desember3 data hanya bulan Mei sampai Desember4 data sampai bulan Juni 2006

Akses masyarakat terhadap Posyantu semakin meningkat dengan adanyapengembangan Posyantu menjadi Posyantu +. Pembentukan Posyantu +ditujukan untuk melayani masyarakat yang terpencil dan jauh dari pusatkabupaten. Supaya tetap bisa mendapatkan pelayanan perijinan dan nonperijinan, mayarakat terpencil bisa mengurus perijinan di posyantu melaluipos dan giro (kecamatan) yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Caranya,cukup mengirimkan persyaratan sesuai dengan perijinan/non perijinan yangakan diurus melalui pos, selanjutnya hasilnya akan dikirim oleh Posyantu melaluipos. Berdasarkan wawancara dijelaskan bahwa sekitar 10 persen dari perijinanyang dikeluarkan adalah perijinan yang diurus melalui pos dan giro.Sebagian besar masyarakat yang mengurus perijinan dan non perijinan melalui

Page 47: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

40 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

pos dan giro adalah masyarakat terpencil yang berasal dari Kab. Solok bagianselatan. Akibatnya trend pengurusan perijinan dan non perijinan melalui posdan giro pada tahun-tahun terakhir menurun karena wilayah Solok Selatanmembentuk kabupaten baru, yaitu Kab. Solok Selatan.

b) Memperluas jangkauan layananPada konsepnya, Posyantu dibentuk untuk memberikan kemudahan layananperijinan dan non perijinan yang berada di bawah wewenang Pemkab. Solokkepada masyarakat Kabupaten Solok. Pada prakteknya, ada beberapaperijinan/non perijinan (terutama non perijinan, contoh: akte kelahiran) yangpengurusannya bisa dilakukan di kabupaten/kota mana saja yang bukan domisilidari masyarakat yang bersangkutan.

Kemudahan-kemudahan dan kepastian-kepastian yang ditawarkan olehPosyantu dalam mengurus perijinan dan non perijinan ternyata mampu menarikmasyarakat di luar wilayah kab. Solok untuk mengurus perijinan/non perijinan(terutama yang tidak didasarkan pada domisili) di Posyantu Kab. Solok. Seorangpengurus perijinan yang sedang mengurus akta kelahiran anaknya menyatakanbahwa dia lebih suka mengurus akta kelahiran di Posyantu Kab. Solok walaupuntempat tinggalnya di kabupaten lain (dengan jarak 3 jam naik kendaraan umum)karena di posyantu biaya pengurusan jelas dan waktu penyelesaiannya jugapasti. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara disebutkan bahwamasyarakat dari luar kab. Solok biasanya mengurus akte kelahiran. Ada 3kab/kota yang masyarakatnya banyak mengurus akta kelahiran di Kab. Solok.Dari jumlah keseluruhan Akte Kelahiran yang diurus di Posyantu, lebih kurang25 persen pengurus akte kelahiran berasal dari ketiga daerah tersebut.

3. Peningkatan Transparansi

Salah satu indikator keberhasilan dan keunggulan pelaksanaan good gover-nance Posyantu adalah terciptanya transparansi waktu, biaya dan prosedur.

a) Transparansi WaktuWaktu penyelesaian setiap jenis perijinan/non perijinan dijelaskan secaratransparan di Posyantu. Penjelasan tersebut dicantumkan dalam brosur yangditempatkan di loket. Selain pada brosur, pada setiap formulir pendaftaranjuga dicantumkan waktu penyelesaian perijinan/non perijinan. Penjelasan

Page 48: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

41MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

mengenai jangka waktu penyelesaian dikuatkanmelalui keterangan lesan dari petugas frontoffice (loket 1) yang bertugas menyampaikaninformasi dan menerima formulir pendaftaran.

b) Tranparansi BiayaSeperti halnya pada waktu penyelesaian, biaya setiap jenis perijinan/nonperijinan juga dijelaskan secara transparan dalam brosur yang disediakan diloket. Pada formulir pendaftaran, biaya tersebut juga dicantumkan. Selanjutnyapetugas front office di loket 3 juga menjelaskankembali mengenai biaya dari perijinan/nonperijinan yang diurus oleh masyarakat yangbersangkutan. Masyarakat bisa membayarbiaya tersebut sekaligus di loket 3 pada saatmengajukan perijinan/non perijinan atau saatperijinan/non perijinan tersebut selesai,tergantung dari jenis perijinan/non perijinan yangdiurus. Untuk jenis perijinan yang memerlukanhitungan berdasar koefisien-koefisien yang nilainya tergantung pada objekperijinan, pembayaran biasanya dilakukan setelah surat ijin selesai, sedangkanjenis perijinan/non perijinan yang penetapan biayanya tidak ditetapkanberdasarkan koefisien-koefisien, pembayaran biasanya dilakukan pada saatpendaftaran.

c)Transparansi ProsedurProsedur pengurusan perijinan dijelaskan secara transparan dan komunikatifdalam bentuk bagan yang ditempel di dinding dekat loket. Apabila pemohonbelum memahami prosedur yang ditempel di dinding, bisa minta penjelasankepada front office. Transparansi prosedur (bisnis proses) tersebut cukup efektifmemberikan informasi kepada masyarakat mengenai jalannya proses perijinantanpa harus menjelaskan secara detail.

Page 49: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

42 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

4. Penurunan Angka KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme)

Sistem yang diterapkan pada Posyantu secara signifikan mampu mengurangi(bahkan menghilangkan) budaya suap dan kolusi dalam penyelesaian perijinandan non perijinan yang sebelumnya biasa terjadi. Kondisi tersebut ditunjukkanoleh:

a) Tidak ada suap yang diberikan oleh masyarakat kepada petugasdalam rangka mendapatkan pelayanan yang lebih cepat.Standar waktu yang telah ditetapkan di Posyantu menutup peluang bagimasyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan lebih cepat dengan caramenyuap. Dengan cara ini, proses penyelesaian perijinan/non perijinan menjadilebih tertib.

b) Tidak adanya peluang bagi pengelola perijinan/non perijinan untukmeminta tambahan biaya pengurusan perijinan/non perijinanDengan adanya Posyantu, pengelola perijinan/non perijinan di unit kerja teknistidak akan pernah berhubungan dengan masyarakat yang mengurus perijinan/non perijinan sehingga tidak ada peluang bagi mereka untuk meminta tambahanbiaya kepada masyarakat misalnya dengan dalih biaya survey, dsb.Selain dari itu, penjelasan biaya yang transparan juga menutup kemungkinanbagi petugas di posyantu untuk meminta tambahan biaya kepada masyarakatyang mengurus perijinan/non perijinan. Terlebih, seluruh petugas di Posyantusebelumnya pernah menandatangani pakta integritas yang isinya diantaranyaadalah tidak boleh menerima/meminta suap terkait dengan pekerjaan yangdilakukan. Apabila dilanggar, mereka akan dikenakan sanksi.

Untuk menjamin bahwa petugas jujur dan transparan,di ruang tunggu dan loket disediakan kotakpengaduan yang bisa dimanfaatkan olehmasyarakat untuk menyampaikan keluhan danprotes bila tidak puas terhadap pelayanan yangdiberikan oleh Posyantu.

5.1.2. Pola Partisipatif

Good governance Pola Partisipatif diciptakan untuk dapat memfasilitasi

Page 50: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

43MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

kebutuhan pembangunan nagari/masyarakat melalui kerjasama antaraPemkab. Solok dengan masyarakat di tingkat nagari. Bentuk kerjasama darimasyarakat nagari minimal dalam bentuk tenaga (gotong royong) dalampekerjaan yang dibiayai oleh pemkab. tersebut.

Indikator keberhasilan pelaksanaan good governance Pola Partisipatif adalahterjadinya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya,peningkatan pelayanan publik, peningkatan partisipasi masyarakat, peningkatantransparansi dan penurunan KKN, seperti terlihat pada tabel berikut.

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Pelaksanaan good governance Pola Partisipatif mampu meningkatkan efisiensidan efektifitas pengelolaan sumberdaya. Keberhasilan ditunjukkan oleh databerikut:

a) Penghematan anggaran (APBD) dalam pembangunan danpemeliharaan asset fisik Pemkab. Solok di tingkat nagariPembiayaan pembangunan sarana dan prasarana umum di tingkat nagaridengan sistem pola partisipatif secara umum mampu menghemat APBD Kab.Solok. Hal tersebut dikarenakan:

1). Terjadi penghematan biaya, karena biaya ditanggung bersama antaranagari dan pemkab;

Page 51: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

44 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

2). Terjadi penghematan biaya pemeliharaan, karena masyarakat nagarimerasa memiliki sehingga bersedia memelihara dengan baik assettersebut.

Nilai maksimal dana pola partisipatif yang diberikan kepada nagari oleh Pemkabadalah 20 juta rupiah. Berdasarkan wawancara didapat informasi bahwa melaluisistem pola partisipatif, output yang diperoleh mencapai 300 persen atau lebihdari output seharusnya yang dikerjakan dengan sistem proyek. Contohnyaadalah untuk membuka jalan desa bila dengan sistem proyek dana yangdibutuhkan adalah 80-100 juta/km. Namun dengan sistem pola partisipatif,pemkab. hanya memberikan dana 20 juta rupiah. Hasilnya, jalan yang berhasildibuka mencapai 3 km. Output ekstra yang berhasil didapatkan dalam pro-gram pola partisipatif tidak terlepas dari keperdulian dan keterlibatan masyarakatterhadap pentingnya ketersediaan sarana dan prasarana fisik di nagari nya.Sehingga mereka bersedia menyumbang dana dan tenaga demi terlaksananyakegiatan tersebut.

Data dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat (KPM) menunjukkan bahwa padatahun 2004, hanya dengan bantuan dana Pemkab Rp. 892.360.000, berhasildibangun, direhabilitasi dan diperbaiki 86 jenis sarana dan prasarana yangtersebar di 48 nagari dan 13 kecamatan. Nilai total kegiatan tersebut setelahdigabung dengan partisipasi masyarakat adalah Rp 3,171 Miliar. Lihat tabelberikut.

Page 52: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

45MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Berdasarkan data terlihat bahwa persentase swadaya masyarakat dalam sistempola partisipatif sangat besar. Artinya, cukup besar dana APBD yang dapatdihemat dengan menerapkan sistem ini. Pada tahun-tahun selanjutnya kegiatanpembangunan melalui pola partisipatif ini sangat prospektif untuk terusdikembangkan. Namun data juga menunjukkan bahwa dana yang disediakanPemkab. untuk pola partisipatif menurun pada tahun 2005, dan kembalimeningkat pada tahun 2006. Sementara berdasarkan pengamatan di KantorPemberdayaan Masyarakat, jumlah proposal dari nagari masih cukup banyakdan menumpuk. Keterbatasan dana dan tenaga Tim Teknis mengakibatkantidak seluruh proposal dapat dipenuhi oleh Pemkab.

b) Asset sarana dan prasarana nagari memberikan manfaat ekonomidan sosial lebih lamaSarana dan prasarana nagari yang berupa sarana/prasarana irigasi, jalan,pemukiman, air bersih, sekolah, dan kesehatan apabila mendapatkanpemeliharaan yang baik, akan memiliki umur yang lebih lama. Terlebih bilapemeliharaan tersebut dilakukan sendiri oleh masyarakat yang memanfaatkansarana dan prasarana umum tersebut.

Sebagai contoh jembatan gantung di Nagari Sungai Abu. Bila tidak dilakukanperbaikan, jembatan gantung tersebut dalam waktu dekat akan rusak dan tidakbisa dipakai lagi oleh masyarakat nagari Sungai Abu. Akibatnya kegiatanekonomi juga akan terganggu. Dengan bantuan pola partisipatif dari Pemkab(55% dari total biaya), jembatan tersebut bisa kembali berfungsi dengan baikdan diperkirakan dalam 5 tahun mendatang masih bisa dimanfaatkan olehmasyarakat nagari.

c) Mengurangi pekerjaan Pemkab dalam pembangunan dan perbaikanfisik

Pola pembangunan, perbaikan danrehabilitasi sarana dan prasarana nagarimelalui sistem pola partisipatif akanmengurangi pekerjaan pemkab dalampembangunan dan perbaikan sarana danprasarana fisik di tingkat nagari. Denganpola ini pemkab telah melimpahkansebagian program pembangunan dan

Page 53: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

46 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

perbaikan fisik di tingkat nagari kepada masyarakat nagari. Hal tersebut tentusaja sangat menguntungkan pemkab, karena pemkab lebih bisa berkonsentrasipada pekerjaan lain yang juga memerlukan perhatian yang besar.

2. Peningkatan Pelayanan Publik

Bentuk dari pelayanan publik pada good governance pola partisipatif adalah:

a) menyediakan sarana dan prasarana umum di tingkat nagari secaralayakDengan sistem pola partisipatif, beberapa sarana dan prasarana di tingkatnagari dibangun dan diperbaiki sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik olehmasyarakat. Berikut contoh 5 nagari dan jenis sarana dan prasarana yangdibangun/ direhab/diperbaiki untuk tahun 2004 dan 2005 saja.

b) menjamin sarana dan prasarana tersebut dapat dimanfaatkansecara berkelanjutan oleh masyarakat nagari

Sarana dan prasarana yang dibangun dan dipelihara bersama oleh masyarakatnagari akan memiliki nilai yang lebih tinggi di mata masyarakat dibanding biladibangun dan diserahkan dengan sistem proyek. Dengan pemeliharaan yangbaik dan rasa tanggungjawab bersama di antara anggota masyarakat nagari,asset pemerintah kabupaten yang ada di nagari tersebut akan dapatdimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat

Page 54: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

47MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Wujud partisipasi masyarakat dalam good governance pola partisipatif adalah:

a) Partisipasi masyarakat nagari dalam pembangunan, perbaikandan perawatan asset Pemkab yang ada di nagariPartisipasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk tenaga dan dana. Sebagaicontoh, untuk pembukaan jalan baru di Nagari Alahan Panjang, Kec. LembahGumanti pada tahun 2004, diperlukan dana total Rp 166.500.000. Dana yangtersedia dan berhasil dikumpulkan oleh nagari dan masyarakatnya adalah Rp.150.000.000. Sisanya, disediakan oleh Pemkab dalam bentuk pola partisipatifsebesar Rp. 16.500.000. Selain dari itu masyarakat juga menyumbangtenagakerja dalam bentuk gotong royong (goro).

b) Peningkatan tanggungjawab masyarakat nagari dalampemanfaatan asset sarana dan prasarana pemkab yang ada di nagariDengan adanya asset pemkab yang dibangun dan diperbaiki secara bersama-sama oleh masyarakat nagari, timbul rasa tanggungjawab masyarakat terhadapkelestarian asset tersebut sehingga secara sukarela mereka berpartisipasidalam pemeliharaannya.

Page 55: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

48 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

4. Peningkatan Transparansi

Praktek good governance Pola Partisipatif juga memberikan pelajaran kepadamasyarakat dan pemkab mengenai pentingnya transparansi dalam pelaksanaankegiatan. Hal tersebut ditunjukkan:

a) Transparansi dalam biaya dan pemanfaatan danaBesar biaya dan alokasi penggunaan dana per kegiatan pola partisipatif secaratransparan diumumkan kepada masyarakat dan dilaporkan kepada bupati.Sebelumnya, alokasi dana sudahdicantumkan dalam penyusunan proposalkegiatan yang diajukan ke bupati.Selanjutnya pencairan dana dilakukan dihadapan seluruh masyarakat nagarisehingga kontrol bisa dilakukan olehmasyarakat secara langsung.

Pada tahap pemanfaatan dana, pelaporan tetap harus dilakukan oleh penerimabantuan dan pada akhir kegiatan harus menyerahkan surat pertanggungjawabankeuangan (SPJ) kepada bupati cq. Pimpinan Kegiatan. Bentuk suratpertanggungjawaban tersebut bisa dilihat pada lampiran 1.

b) Transparansi dalam pelaksanaan kegiatanPada pola partisipatif, pelaksanaan kegiatan per tahap juga dilakukan secaratransparan. Dari awal saat proposal mulai diajukan oleh nagari, transparansisudah mulai ditunjukkan. Tim Teknis Kegiatan yang dibentuk oleh bupati akanmemeriksa proposal yang diajukan. Selanjutnya Tim akan turun ke lapanganuntuk membuktikan bahwa kegiatan yang diajukan di proposal benar-benardibutuhkan oleh masyarakat nagari dan masyarakat nagari sudah siapbergotongroyong untuk mengerjakan kegiatan yang diajukan tersebut. Dalampelaksanaan kegiatan, masyarakat secara langsung bisa memantau apabilaterjadi penyimpangan. Pada akhir kegiatan, penerima bantuan harusmemberikan pelaporan mengenai kegiatan yang dilakukan kepada bupati cq.Pimpinan Kegiatan. Selain dari itu, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaankegiatan dilakukan secara berkala oleh Tim Teknis, Pimpinan Kegiatan danKantor Pemberdayaan Masyarakat. Contoh pengajuan proposal di lampiran 2.Contoh rekomendasi dari Tim Teknis di lampiran 3.

Page 56: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

49MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

5. Penurunan Angka KKN

Pembiayaan pembangunan/perbaikan sarana dan prasarana di tingkat nagaridengan pola partisipatif cukup mampu memberi pelajaran kejujuran kepadamasyarakat, aparat nagari maupun pemkab sendiri. Hal tersebut ditunjukkanoleh:

a) Tidak ada peluang penggelapan dana oleh panitia kegiatanAdanya transparansi dalam penggunaan dana dan pelaporanpertanggungjawaban menutup peluang bagi panitia kegiatan untuk melakukanpenggelapan dana pola partisipatif. Pengawasan yang ketat, terutama olehmasyarakat nagari sendiri mampu mengatur jalannya pemanfaatan dana sesuaidengan yang direncanakan dalam proposal. Selain dari itu sistem pelaporankeuangan yang diwajibkan kepada panitia kegiatan/penerima bantuan akanmencegah terjadinya penggelapan dana.

b) Tidak ada/sangat kecil peluang nepotisme antara nagari danpemkab dalam pemberian dana pola partisipatifDalam proses pengajuan proposal, peninjauan lapangan, pemberianrekomendasi dan pengambilan keputusan ditolak/diterimanya proposal polapartisipatif suatu nagari, tidak diperlukan pendekatan khusus atau nepotisme.Semuanya berdasarkan fakta di lapangan hasil penilaian tim teknis yangkemudian direkomendasikan kepada bupati. Keputusan akhir mengenaiditerima atau ditolaknya proposal pola partisipatif suatu nagari berada di tanganbupati.

5.1.3. Revolving Fund

Program Revolving fund diberikan kepada masyarakat yang telah memilikiusaha dengan tujuan untuk mengembangkan kegiatan usaha tersebut sehinggalebih menguntungkan dan memberikan manfaat ekonomi. Dalam lingkup yanglebih luas, revolving fund diharapkan mampu mengembangkan aktivitasekonomi suatu daerah.

Keberhasilan program good governance revolving fund di Kabupaten Solokditunjukkan oleh indikator-indikator yang dapat dicapai, yaitu peningkatanpelayanan publik, peningkatan HDI, peningkatan akuntabilitas, peningkatan

Page 57: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

50 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

transparansi, peningkatan angka kesempatan kerja dan penurunan angkakemiskinan, seperti terlihat pada tabel berikut.

1. Peningkatan Pelayanan Publik

Good governance revolving fund merupakan bentuk pelayanan Pemkab. Solokkepada masyarakatnya, khususnya masyarakat yang memiliki usaha yangkurang berkembang karena keterbatasan modal. Jenis pelayanan tersebutadalah memberikan fasilitas pinjaman modal usaha dengan bunga yang relatifkecil bila dibandingkan dengan bunga yang ditetapkan oleh bank dan tengkulak.Selama ini sebagian besar masyarakat yang memiliki usaha tetapi kurangberkembang tersebut mengandalkan tengkulak dalam memenuhi kebutuhanmodalnya, sehingga bukannya usahanya yang berkembang tetapi justru hutangyang semakin menumpuk.

Sejak tahun 2003 sampai Mei 2006, jumlah masyarakat (perorangan maupunkelompok) yang sudah dibantu oleh Pemkab. Solok adalah 130. Angka tersebutbelum termasuk dengan penerima revolving fund Tahun 1997- 2003. Pada

Page 58: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

51MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

awal program revolving fund berjalan tahun 1997, Pemkab. Solok menanamkanmodal sebesar 600 juta rupiah. Hampir setiap tahun modal pokok tersebutditambah, kecuali 2 tahun terakhir. Saat ini modal revolving fund yang berputarberkisar 2,2 Miliar rupiah. Lihat tabel berikut.

Keterangan :Kolom (ii) Banyaknya jumlah individu/kelompok yang memanfaatkan revolving fundKolom (iii)Total dana yang disalurkan sebagai dana pinjamanKolom (iv) Total dana yg belum dikembalikan/total dana yang disalurkanKolom (v) % dana yang dikembalikan tidak sesuai perjanjianSektor Pertanian : Terdiri dari sub sektor Perikanan, Peternakan, Holtikultura dan Tanaman PanganSektor Koperindag : Terdiri dari sub sektor Koperasi Perindustrian dan Perdagangan

**Merupakan data tahun 2003 dan data tambahan baru

2. Peningkatan HDI

Angka Human Development Index (HDI) yang terdiri dari unsur-unsur usiaharapan hidup, tingkat melek huruf, rata-rata durasi sekolah dan tingkatpengeluaran riil/kapita, menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.Pada dasarnya memang tidak secara langsung menunjukkan bahwakeberhasilan program revolving fund akan meningkatkan HDI Kab. Solok,karena unsur-unsur HDI terkait dengan program-program good governance lain(yang tidak seluruhnya dilakukan di Kab. Solok), yaitu pendidikan dankesehatan. Namun demikian, paling tidak program pemberdayaan ekonomi,dalam hal ini adalah revolving fund dianggap merupakan salah satu programgood governance yang mampu meningkatkan nilai HDI suatu daerah.

Nilai HDI terakhir (2004) Kabupaten Solok adalah 68,75, lebih tinggi dari HDItahun 1999 yang 61,6 dan HDI tahun 2002 yang 63,7. Bandingkan dengan nilaiHDI Kab. Solok sebelum program good governance dilaksanakan (1996) yanghanya mencapai 64.0. Perkembangan nilai HDI yang baik tersebut (walaupunsempat menurun di tahun 1999 akibat krisis ekonomi) menunjukkan bahwaprogram revolving fund dianggap cukup berhasil di Kabupaten Solok.

3. Peningkatan Akuntabilitas

Sebelum mendapat revolving fund, masyarakat pengusaha biasanya kurang

Page 59: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

52 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

memperhatikan pelaporan keuangan dengan sistem akuntansi. Hal tersebutdikarenakan kegiatan usaha mereka masih bersifat konvensional dan tidakada yang mengajari mereka mengenai pembukuan keuangan. Melalui programrevolving fund, masyarakat dipaksa untuk bisa menyusun proposal danmembuat laporan keuangan. Kemampuan tersebut sangat bermanfaat untukmengatur kegiatan usaha mereka, terlebih apabila dana revolving fund sudahmulai cair. Mereka akan lebih mudah mengatur keuangan dan menjadwalkanpengembalian pinjamannya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Contohproposal revolving fund dapat dilihat di lampiran 4.

4. Peningkatan Transparansi

Program revolving fund dilakukan secara transparan oleh Pemkab. Solokkepada masyarakat Kabupaten Solok, ditunjukkan oleh:

a) Pemkab. Solok membuka peluang yang sama kepada seluruhmasyarakat yang memiliki usaha untuk ikut dalam program revolv-ing fundPemkab. Solok memberi kesempatan kepada seluruh masyarakat yang telahmemiliki usaha tetapi membutuhkan tambahan modal, mengajukan proposaluntuk mengikuti program revolving fund. Secara transparan, Pemkab. Solokmelalui Kantor Pemberdayaan Masyarakat (KPM) mengumumkan programrevolving fund dengan cara mengirimkan surat melalui Camat. SelanjutnyaCamat yang sudah dibekali buku petunjuk teknis oleh KPM mengumumkansecara terbuka kepada masyarakatnya.

b) Transparansi dalam penentuan penerima revolving fund danprosedur pengembalian/cicilanPenetapan penerima revolving fund didasarkan pada proposal yang dibuatoleh masyarakat pengusaha kepada KPM. Untuk menilai proposal tersebut, ditingkat kabupaten dibentuk Tim Verifikasi, yang juga bertugas meninjaulangsung lokasi usaha masyarakat yang bersangkutan. Hasil dari peninjauanlapangan tersebut dituangkan dalam bentuk Analisa Usaha Hasil Survey, yangditunjukkan pada Lampiran 5. Analisa usaha hasil survey tersebut dijadikandasar bagi Tim Verifikasi dalam memberikan rekomendasi kepada Bupati.Lampiran 6 menunjukkan contoh rekomendasi Tim Verifikasi kepada Bupatidalam penentuan keputusan diterima/ditolaknya proposal revolving fund.

Page 60: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

53MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Setelah ditetapkan siapa yang berhak menerima revolving fund, Bupati melaluiKeputusan Bupati Solok mengumumkan secara transparan kepada masyarakatsiapa yang berhak menerima revolving fund (Lampiran 7). KPM secaratransparan juga menyampaikan kepada masyarakat penerima mengenaikewajiban dan hak yang harus dipenuhi oleh penerima revolving fund danpemkab (KPM) serta sanksi-sanksi apabila melanggarnya. Persetujuanbersama mengenai hak dan kewajiban tersebut dituangkan dalam bentukkesepakatan bersama. Bentuk surat perjanjian dapat dilihat pada Lampiran 8.

5. Peningkatan Angka Kesempatan Kerja

Masyarakat yang mendapatkan dana dari Revolving Fund dan berhasilmengelola dana tersebut untuk kegiatan usaha, akan meningkat skalausahanya. Kondisi tersebut terkait dengan peningkatan angka kesempatankerja di daerah tersebut yang ditunjukkan oleh:

a) Peningkatan kebutuhan tenaga kerja bagi pengusaha yangmenerima revolving fundDengan meningkatnya skala usaha, kebutuhan terhadap tenaga kerja jugaakan meningkat, sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja baru di daerahtersebut. Secara teori, peningkatan penyerapan tenaga kerja tersebutselanjutnya akan mengurangi jumlah pengangguran di wilayah Kab. Solok.

b) Membuka kesempatan kerja di sektor usaha lain yang komplemendengan usaha yang dibiayai oleh revolving fundBerkembangnya usaha-usaha yang dibiayai revolving fund ternyata mampumenumbuhkan usaha-usaha baru yang komplemen. Contohnya adalah adanyabeberapa usaha peternakan sapi di suatu kecamatan yang dibiayai revolvingfund, menumbuhkan usaha baru tanaman hias. Usaha baru tanaman hias dapatmemanfaatkan kotoran sapi untuk kegiatan usahanya. Dengan adanya usahabaru tersebut, kesempatan kerja menjadi lebih terbuka di daerah tersebut.

Pelaksanaan Revolving Fund dalam jangka waktu yang panjang seharusnyamemang meningkatkan angka kesempatan kerja atau mengurangipengangguran. Namun berdasarkan data statistik terlihat bahwa angkapengangguran di Kab. Solok di tahun 2004 mencapai 5,13 persen, jauh lebihtinggi dibanding tahun 1997 yang hanya 1,64%. Faktor utama kenaikan angkapengangguran adalah dampak krisis ekonomi yang berlarut-larut. Di Kab. Solok,

Page 61: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

54 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Revolving Fund memang mampu meningkatkan angka kesempatan kerja,namun peningkatan tersebut masih jauh lebih rendah dibanding dengan dampakkrisis ekonomi yang berakibat pada banyaknya PHK di perusahaan-perusahaanbesar. Selain dari itu, jangka waktu pelaksanaan revolving fund yang belumterlalu lama mengakibatkan sebagian besar dana masih berputar di kelompok-kelompok (perorangan) penerima pendahulu, baru sedikit yang berputar kekelompok-kelompok (perorangan) lain yang juga membutuhkan. Nilai danayang diputar juga tidak pernah ditambah, sehingga tujuan revolving fund untukmemperluas jangkauan penerima menjadi terhambat.

Indikator keberhasilan peningkatan kesempatan kerja masih optimis dapatdicapai oleh program good governance revolving fund, dengan syarat:

• Jumlah dana pokok yang diputar ditambah dan/ bunga revolving funddiputar kembali dijadikan modal (untuk sementara bunga tidak jadisumber PAD)

• Tidak menaikkan suku bunga• Meminimalkan jumlah kredit macet• Memperluas jangkauan pelayanan revolving fund terhadap sektor-sektor

usaha yang banyak menyerap tenaga kerja• Rajin menciptakan inovasi baru dalam program revolving fund

6. Penurunan Angka Kemiskinan

Jumlah keluarga miskin di Kab. Solok tahun 2004 adalah 37,03 persen, menurundari tahun 2001 yang 38,91 persen. Namun apabila dibandingkan dengantahun 1997 pada saat good governance baru akan dipraktekkan di daerah ini,jumlah keluarga miskin lebih kecil yaitu 30,50 persen. Persentase keluargamiskin yang meningkat setelah tahun 1997 sebenarnya disebabkan oleh krisisekonomi yang berlarut-larut.

Dalam tataran ideal, pelaksanaan good governance revolving fund sebenarnyadiharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan di Kab. Solok. Revolvingfund memang tidak secara otomatis menurunkan angka kemiskinan, karenadana yang berputar dan jumlah orang/kelompok sasaran revolving fund diKab. Solok terlalu sedikit untuk dapat memacu penurunan angka kemiskinansecara langsung. Secara umum program good governance revolving fundmemiliki tujuan-tujuan yang relatif lebih mikro, namun dalam skala makro dapat

Page 62: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

55MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

diartikan sebagai penurunan angka kemiskinan. Hal tersebut ditunjukkan oleh:

a) Penurunan angka ketergantungan ekonomi pengusaha (biasanyaterkait dengan modal) terhadap tengkulakSebelum pola revolving fund berjalan, para pengusaha kecil dan rumahtanggamenggantungkan bantuan ekonomi, terutama dalam hal modal usaha kepadatengkulak. Alasannya adalah prosedur nya lebih mudah dan tidak memerlukanagunan. Daya jangkau masyarakat kepada bank saat itu masih sangat rendahkarena selain keberadaan bank tidak selalu dekat dengan tempat tinggalmasyarakat, persyaratan kredit melalui bank sangat sulit dan memerlukanagunan yang nilainya cukup besar. Keterlibatan masyarakat dengan tengkulakakhirnya menjerat masyarakat sendiri. Hutang terus bertambah, sementarakegiatan usaha tidak pernah bisa berkembang, sehingga kondisi ekonomi darihari ke hari semakin menurun.

Program revolving fund sangat membantu masyarakat melepaskan diri darijeratan tengkulak. Masyarakat menjadi lebih leluasa dalam mengelola usahanyakarena bunga yang dibebankan sangat kecil. Sedikit demi sedikit kondisiekonomi mulai membaik dan meningkat.

Bila dilihat dari jumlahnya, dari tahun 2003 sampai Mei tahun 2006 sebanyak130 orang (kelompok) sudah dibantu Pemkab. Solok dalam bentuk revolvingfund. Artinya, terdapat sekitar 130 orang (kelompok) yang terselamatkan darikemungkinan ketergantungan terhadap tengkulak. Bila dianalogikan jumlahorang yang mendapatkan dana revolving fund mewakili keluarga, maka terdapat0,16 persen dari jumlah keluarga di Kab. Solok yang terselamatkan dari jurangkemiskinan. Data tersebut hanya terbatas dari tahun 2003 sampai 2006, tidaktermasuk data penerima revolving fund sebelum tahun 2003.

b) Peningkatan pendapatan pengusaha yang mendapatkan revolving fundMasyarakat pengusaha yang mendapatkan dana dari revolving fund padaawalnya sebagian besar adalah masyarakat yang bisa dianggap miskin karenausahanya kurang berkembang. Dengan kucuran dana dari revolving fund, terjadipeningkatan skala usaha sehingga pendapatan dan taraf hidup menjadimeningkat.

Sebagai contoh Pengusaha A dari Kecamatan Kubung. Sebelumnya hanya

Page 63: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

56 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

memiliki 1 kolam lele yang tidak bisa berkembang. Dengan mendapatkansuntikan dana dari revolving fund senilai Rp. 5 juta, saat ini kolam lele nyasudah bertambah 2, sehingga total menjadi 3 kolam. Hasil Dari ketiga kolamtersebut oleh A dikelompokkan menjadi kolam untuk membayar hutang, kolamuntuk membiayai hidup dan kolam untuk tabungan. Hasilnya, Pengusaha Asudah berhasil membangun rumah baru hasil dari kolam lelenya.

c) Peningkatan aktivitas ekonomi di nagari dan kecamatan sebagaiakibat dari berjalannya usaha-usaha yang dibiayai oleh revolvingfund dan usaha-usaha komplementernyaKegiatan usaha yang dibiayai revolving fund dan usaha-usaha komplementernyayang berjalan dengan baik dan kontinyu di suatu daerah, memacu peningkatanaktivitas ekonomi di daerah tersebut. Saat ini, di Kabupaten Solok pada tahun2005 saja sudah tumbuh empat BPR baru sebagai respon dari kegairahanekonomi yang mulai tercipta sampai pada level kecamatan dan nagari.Peningkatan aktivitas tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesempatankerja dan pendapatan sehingga pada jangka panjang akan menurunkan angkakemiskinan di wilayah Kabupaten Solok.

5.1.4. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Indikator keberhasilan pelaksanaan good governance penyusunan LAKIP diKabupaten Solok adalah terciptanya peningkatan efisiensi dan efektifitaspengelolaan sumberdaya, peningkatan transparansi dan peningkatanakuntabilitas, seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Materi LAKIP adalah penjabaran rencana kerja (Renja) tahunan Pemkab. Solokdalam bentuk pencapaian tujuan, sasaran, pelaksanaan kegiatan, indikatorkinerja kegiatan dan tingkat pencapaian sumberdaya kinerja dan dana. Dengan

Page 64: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

57MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

adanya pelaporan melalui sistem LAKIP, seluruh unit kerja akan berusahamelaksanakan program kerjanya secara baik sehingga sasaran pemkab dalamRenja bisa dicapai. Unit Kerja akan bekerja secara efektif dan efisien dalamhal pengelolaan sumberdaya manusia dan dana karena penggunaannyadilaporkan dan dipertanggungjawabkan dalam LAKIP. Ketidakefisienan danketidakefektifan pengelolaan sumberdaya akan berakibat kepada tidaktercapainya sasaran yang dimaksud sehingga kinerja unit kerja yangbersangkutan akan dinilai rendah atau buruk oleh Bupati dan DPRD.

2. Peningkatan Transparansi

Pelaporan LAKIP yang berisi materi analisis pencapaian sasaran yangditetapkan dalam Renstra untuk tahun bersangkutan, merupakan mediapertanggungjawaban kinerja Pemkab. Solok kepada seluruh stakeholders,terutama DPRD dan masyarakat. Secara transparan dijelaskan mengenaikegiatan yang dilakukan dan pencapaiannya, sehingga DPRD dan masyarakatbisa mengkritisinya. Pada tahap sebelum LAKIP dibentuk, terjadi pulatransparansi dari setiap unit kerja yang menyampaikan LAKIP unit kerja terpusatke bagian Organisasi Pemkab. LAKIP Unit Kerja tersebut merupakan bahanbagi Pelaporan LAKIP Pemkab. Solok.

3. Peningkatan Akuntabilitas

Pelaporan LAKIP Pemkab. Solok merupakan sarana evaluasi atas pencapaiankinerja pemerintah Kab. Solok sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja dimasa datang. Good governance LAKIP di Solok mencerminkan akuntabilitaskarena kinerja Pemkab Solok yang didasarkan pada anggaran berbasis kinerjadan performance agreement, membuat output LAKIP bisa diukur. Dengandemikian kinerja yang dilakukan selama satu tahun tersebut dapat diukur tingkatkeberhasilannnya. Rencana Kinerja Pemkab Solok Tahun 2005, Tujuan,Sasaran, Kegiatan dan Indikator Kinerja serta Pencapaiannya ditunjukkan olehLampiran 9.

5.1.5. Dana Alokasi Umum Nagari (DAUN)

DAUN merupakan salah satu program good governance Pemkab. Solok yangtingkat keberhasilannya dapat diukur dengan pencapaian dari indikator-indikatorpeningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya, peningkatan

Page 65: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

58 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

transparansi, peningkatan partisipasi masyarakat dan peningkatan pelayananpublik. Lihat penjelasan pada tabel berikut.

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Program DAUN yang diberikan Pemkab. Solok kepada nagari merupakanrealisasi dari program pemkab. Solok kembali ke pemerintahan nagari. Ada105 kewenangan yang dilimpahkan kepada pemerintahan nagari terkait realisasiprogram Pemkab. Solok kembali ke pemerintahan nagari ini. Denganpelimpahan kewenangan yang diikuti dengan pemberian DAUN, unsur nagarimenjadi lebih diberdayakan dalam pelaksanaan program-program pembangunandi tingkat nagari. Pemberdayaan unsur nagari diwujudkan dalam bentuktanggungjawab yang besar dalam penyusunan rencana anggaran DAUN,pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban DAUN. Pemberdayaan unsurnagari sebagai input dan pelaksana pembangunan di tingkat nagari tersebutmerupakan wujud efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya nagariuntuk kepentingan yang lebih besar yaitu pembangunan Kab. Solok.

2. Peningkatan Transparansi

Transparansi merupakan unsur yang ditonjolkan dalam pemberian DAUN dariPemkab kepada nagari, seperti ditunjukkan dalam penjelasan berikut.

Page 66: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

59MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

a) Transparansi dari pemkab kepada nagari mengenai kriteriapenilaian DAUN yang disalurkan ke tiap nagari, jumlah dana yangdiberikan dan alokasi penggunaannyaSecara transparan Pemkab. Solok menyampaikan kepada setiap nagari bahwadana DAUN yang akan disalurkan ke tiap nagari berasal dari APBD dengannilai berkisar antara Rp. 75 juta sampai dengan Rp. 150 juta. Nilai aktual yangditerima tiap nagari didasarkan kepada nilai indeks nagari yang carapenghitungannya menggunakan kriteria penilaian (bobot nilai) yang terdiri dariunsur luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, SDA (PDRB/kapita), SDM (angkatan kerja), PBB dan perhubungan. Rumus DAUN yangditerima oleh setiap nagari adalah, DAUN= 75.000.000 + (Indeks Nagari xTotal Daun Kabupaten). Nilai dari rumus tersebut adalah nilai DAUN yangditerima oleh setiap nagari. Apabila ada nilai DAUN nagari yang dihitungberdasarkan rumus diperoleh hasil kurang dari 75 juta atau lebih dari 150 juta,maka nilai akhirnya dijadikan 75 juta atau 150 juta. Nilai akhir DAUN yangditerima tiap nagari diumumkan di dalam Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) Kab. Solok. Secara transparan juga diberitahukan kepadanagari bahwa alokasi DAUN harus digunakan untuk biaya rutin 60% dan biayapembangunan 40%. Tabel berikut menunjukkan nilai DAUN tiap nagari di Kab.Solok tahun anggaran 2006.

Page 67: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

60 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

b) Transparansi dari Nagari kepada masyarakatnya dalampenyusunan dan penggunaan DAUNTransparansi DAUN dari pemerintahan nagari kepada masyarakat nagari dalambentuk penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai jumlah DAUNyang diterima, rencana penggunaannya serta pos-pos belanjanya. Informasitersebut disampaikan kepada masyarakat nagari dalam Laporan AnggaranPendapatan dan Belanja Nagari (APBN) yang disahkan dalam bentuk PeraturanNagari. Informasi detail mengenai penggunaan DAUN dapat dilihat dalam DaftarIsian Kegiatan Nagari (DIKNA) Dana Alokasi Umum Nagari (DAUN). ContohAPBN dan DIKNA DAUN dapat dilihat di Lampiran 10 dan Lampiran 11.

Page 68: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

61MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Indikator keberhasilan good governance DAUN adalah terjadinya peningkatanpartisipasi masyarakat nagari. Dengan adanya DAUN, masyarakat nagarimenjadi terlibat dalam musyawarah-musyawarah nagari untuk melahirkankeputusan-keputusan pemerintah nagari, terlibat dalam pelaksanaanpembangunan nagari serta terlibat dalam pengawasan pembangunan. Dalamhal pertanggungjawaban penggunaan dana DAUN, perwakilan masyarakat jugadilibatkan oleh pemerintahan nagari. Keterlibatan dan pengawasan masyarakatnagari semakin mudah dilakukan karena adanya sistem pelaporan APBN(Anggaran Pendapatan Belanja Nagari) yang transparan dan rutin dilakukansetiap tahun.

4. Peningkatan Pelayanan Publik

Dana DAUN yang diberikan Pemkab Solok kepada Nagari merupakan mediapeningkatan pelayanan publik. Bentuknya adalah:

a) Menyediakan dana block grant untuk tugas-tugas pelayanankepada masyarakat nagariDana block grant digunakan oleh aparat/petugas desa untuk tugas pelayanankepada masyarakat nagari, memberikan fasilitas tertentu untuk kepentinganumum, dan lain-lain. Tabel berikut menggambarkan penggunaan DAUN untukpos belanja rutin dan belanja pembangunan di Nagari Supayang Kec. PayungSekaki Kab. Solok Tahun 2006.

Page 69: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

62 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

b) Menunjang kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial,ekonomi, sarana agama dan adat serta fasilitas umum lainnyaEmpat puluh persen dana DAUN digunakan untuk belanja pembangunan nagari.Sebagian dari belanja pembangunan tersebut dialokasikan untuk pemeliharaansarana dan prasarana ditingkat nagari. Sarana dan prasarana tersebutdiantaranya adalah: sarana pemerintah nagari;sarana produksi (tanah nagari,badan usaha nagari, irigasi, DAM, kolam/kebun, dsb); sarana perhubungan(jalan nagari, rambu-rambu jalan, gorong-gorong,dll); sarana pariwisata (tempatparkir pariwisata, tempat wisata, pemandian nagari, dll); sarana koperasi(prasarana pasar, los/kios, dll); prasarana sosial budaya (sarana ibadah, TPATPSA, cagar budaya dan olahraga, posyandu dan puskesmas, PKK, saranadan prasarana sosial&budaya lain); dan lain-lain. Dengan terpeliharanya saranadan prasarana umum, masyarakat nagari bisa merasakan kemanfaatan darisarana dan prasarana tersebut.

RINCIAN BELANJA NILAI (Rp)

Page 70: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

63MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

5.1.6. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu praktek good governance yangberjalan dengan baik di Kabupaten Solok. Kunci keberhasilan dari keikutsertaanmasyarakat dalam program-program pemerintah adalah diberikannya wadahresmi bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemkab danketerbukaan pemkab dalam menerima dan menanggapi aspirasi masyarakattersebut.

Indikator keberhasilan good governance partisipasi masyarakat di kabupatenSolok adalah: peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya,peningkatan HDI, peningkatan partisipasi masyarakat, peningkatan transparansidan penurunan angka kemiskinan. Lihat tabel berikut.

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Pelaksanaan good governance partisipasi masyarakat di Kab. Solok mampumeningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya, yangditunjukkan oleh:

a) Pemberdayaan seluruh unsur SDM di Kab. Solok dalamperencanaan dan pengawasan pembangunan di Kab. SolokKegiatan pembangunan di Kab. Solok dalam perencanaannya melibatkanseluruh unsur masyarakat dari tingkat nagari sampai kabupaten, yaitu:

Page 71: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

64 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1) Kelompok masyarakat nagari (pemuda, pendidik, wanita, kesehatan,agama, dll); 2) Unsur pemerintah daerah (nagari dan kecamatan); 3) perwakilaneksekutif; 4) Perwakilan legislatif; 5) Tokoh masyarakat; 6) LSM; 7) PerguruanTinggi; 8) Tokoh Adat; 9) Bundo Kandung; 10) Organisasi Profesi; 11) Perantau;12) Unsur lain yang dianggap penting.

Pemberdayaan seluruh unsur masyarakat tersebut cukup efektif dan efisienmembantu perencanaan kegiatan pembangunan menjadi lebih terarah danberdayaguna.

b) Penjaringan aspirasi oleh seluruh unsur masyarakat terkait dengankegiatan pembangunan Kab. SolokProgram-program pembangunan yang dilaksanakan di Kab. Solok merupakanhasil dari penjaringan aspirasi seluruh unsur masyarakat yang dipadukan denganusulan unit kerja/instansi yang terkait dengan kegiatan pembangunan yangbersangkutan. Media yang dipakai Pemkab Solok dalam menjaring aspirasidari masyarakat adalah: Musbang Nagari, Rakorbang Kecamatan, ResesDPRD, Survey Program, Input Langsung, dan Tim Sinergi.

Penjaringan aspirasi dari masyarakat secara langsung untuk kepentingankegiatan pembangunan tersebut merupakan wujud dari efisiensi dan efektifitaspengelolaan sumberdaya. Karena masyarakat merupakan sumberdayasekaligus obyek dari kegiatan pembangunan. Penjaringan aspirasi masyarakatakan menciptakan kegiatan pembangunan yang terarah serta dibutuhkan olehmasyarakat.

c)Efektifitas dan efisiensi pembangunan Kab. Solok karena adanyapengawasan masyarakatUnsur masyarakat di Kabupaten Solok juga dilibatkan dalam pengawasankegiatan pembangunan. Peluang untuk melakukan pengawasan secaralangsung dalam kegiatan pembangunan ini menciptakan kegiatan pembangunandi Solok menjadi lebih efektif dan efisien dengan tingkat kebocoran dankegagalan yang relatif lebih kecil.

2. Peningkatan HDI

Partisipasi masyarakat di Kab. Solok diarahkan kepada perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, sehingga diharapkan kegiatan

Page 72: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

65MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

pembangunan di Kab. Solok lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhanmasyarakat. Pada tahap selanjutnya kegiatan pembangunan yang terarah dansesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut diharapkan akan mampumeningkatkan kesejahteraan masyarakat Kab. Solok, yang ditunjukkan olehpeningkatan HDI.

Nilai HDI terakhir (2004) Kabupaten Solok adalah 68,75, lebih tinggi dari HDItahun 1999 yang 61,6 dan HDI tahun 2002 yang 63,7. Perkembangan nilai HDIyang baik tersebut menunjukkan bahwa program partisipasi masyarakatdianggap berjalan dengan baik di Kabupaten Solok.

3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Indikator keberhasilan peningkatan partisipasi masyarakat dalamgood governance part is ipasi masyarakat adalah:

a) Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam perencanaandan pelaksanaan pembangunanKeterlibatan perwakilan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaanpembangunan dilakukan melalui Duduk Basamo yang dilakukan tiap 5 tahunsekali, Musyawarah Pembangunan Nagari yang merupakan kegiatan tahunan,Musrembang Kecamatan yang dilaksanakan tiap tahun sekali dan Tim Sinergiyang juga merupakan kegiatan tahunan. Partisipasi masyarakat tersebut dalamwujud penyampaian usul/ide program pembangunan, mengkritisi program-pro-gram pembangunan yang diajukan unit kerja/instansi teknis, membahas pro-gram pembangunan yang akan dilaksanakan dan bersama dengan seluruhpeserta memutuskan jens program/kegiatan pembangunan yang akandilaksanakan.

b) Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pengawasanpembangunanKeterlibatan dalam pengawasan pembangunan dilakukan oleh perwakilanmasyarakat dalam bentuk monitoring dan evaluasi program-programpembangunan melalui kegiatan Duduk Basamo, Musbang Nagari, MusrembangKecamatan dan Tim Sinergi. Monitoring dan evaluasi juga bisa dilakukan olehmasyarakat umum melalui kotak pengaduan atau sms langsung ke bupati. Diluar masyarakat, LSM yang cukup banyak tersebar di wilayah ini juga bisa

Page 73: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

66 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

mengawasi pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Solok.

4. Peningkatan Transparansi

Indikator keberhasilan peningkatan tranparansi pada good governancepartisipasi masyarakat ditunjukkan oleh keterbukaan Pemkab. Solok dalampenyampaian rencana program-program pembangunan setiap tahunnya.Masyarakat tidak hanya ditunjukkan mengenai rencana pembangunan yangakan dilaksanakan, namun juga diajak terlibat dalam pengambilan keputusanmengenai program-program pembangunan apa yang akan dilaksanakan olehKab. Solok pada tahun tersebut.

5. Penurunan Angka Kemiskinan

Dengan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan, pelaksanaanpembangunan di Kabupaten Solok diharapkan sesuai dengan keinginan dankebutuhan masyarakat Solok. Sehingga hasil dari pembangunan tersebut dapatdirasakan oleh masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Dalam jangka panjang program partisipasi masyarakat diharapkan akanmenurunkan angka kemiskinan di Kab. Solok.

Persentase keluarga miskin di Kabupaten Solok tahun 2004 adalah 37,03persen, menurun dari tahun 2001 yang sebesar 38,91 persen. Namun apabiladibandingkan dengan tahun 1997 pada saat good governance baru akandipraktekkan di daerah ini, jumlah keluarga miskin pada tahun tersebut lebihkecil yaitu hanya 30,50 persen. Persentase keluarga miskin yang meningkatsetelah tahun 1997 sebenarnya lebih disebabkan oleh krisis ekonomi yangberlarut-larut.

Pada dasarnya program partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunanapabila terus menerus dilaksanakan dalam jangka panjang diyakini tetapmampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau menurunkan angkakemiskinan di Kabupaten Solok. Artinya, walaupun saat ini angka kemiskinanbelum bisa turun secara signifikan, namun sebaiknya program partisipasimasyarakat dalam pelaksanaan pembangunan terus dilaksanakan karenahasilnya yang positif.

Page 74: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

67MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

5.1.7. Pakta Integritas

Pakta Integritas merupakan praktek good governance di Kab. Solok yang cukupberhasil menciptakan kedisiplinan di kalangan aparatur Pemkab. Solok.Keberhasilan praktek good governance ini tidak terlepas dari keterlibatan LSMdalam memandu pelaksanaannya dan keikutsertaannya dalam pengawasan.

Indikator keberhasilan pakta integritas adalah terjadinya peningkatantransparansi dan penurunan angka KKN, seperti ditunjukkan oleh tabel berikut.

1. Peningkatan Transparansi

Penerapan pakta integritas di lingkungan Pemkab. Solok merupakan wujuddari:

a) Keterbukaan bagi aparatur Pemkab mengenai hal-hal yang tidakboleh dilakukan, terkait dengan tugas dan tanggungjawabnyaDengan menandatangani pakta integritas, aparatur mengetahui apa saja yangtidak boleh dilakukan terkait dengan tugas dan tanggungjawab yang merekaemban. Mereka juga memahami bahwa dengan menandatangani paktaintegritas sanksi siap mereka terima bila melanggar isi dari pakta integritastersebut. Isi pakta integritas ditunjukkan pada lampiran 12.b) Keterbukaan kepada masyarakat bahwa aparatur daerah telahmenandatangani pakta integritas yang akan diberlakukan sanksibila mereka melanggarnyaPenandatanganan pakta integritas oleh aparatur pemerintah Kabupaten Solokdiinformasikan kepada masyarakat dan LSM sehingga mereka bisa ikutmengawasi dalam pelaksanaannya. Bahkan masyarakat juga diberi kesempatanmelaporkan aparatur daerah yang melanggar pakta integritas dan dijamin akanditindaklanjuti oleh Pemkab. Solok

Page 75: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

68 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

2. Penurunan Angka KKN

Penandatanganan pakta integritas memang bertujuan untuk meningkatkankedisiplinan PNS di lingkungan Pemkab. Solok. Pakta Integritas jugamembatasi perilaku PNS supaya tetap pada garis tugas dan tanggungjawabnya.Hasil akhirnya, diharapkan menurunkan dan selanjutnya menghilangkankorupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan Pemkab. Solok. Di Kab Solok,Pakta Integritas berhasil menurunkan angka KKN karena pelanggaran terhadappakta integritas akan dikenakan sanksi. Sanksi yang diberikan mulai dariteguran sampai dengan pemecatan. Sampai saat ini di Pemkab. Solok, sanksipaling berat yang sudah pernah diterapkan adalah penurunan pangkat.

5.1.8. Pengadaan Barang dan Jasa

Prosedur pengadaan barang dan jasa pada dasarnya sudah diatur secaranasional berdasarkan Kepres 80 Tahun 2003, yang telah diubah beberapa kalidan yang terakhir Perpres Nomor 8 Tahun 2006. Namun demikian tidak seluruhdaerah mampu melaksanakannya secara baik sesuai dengan Kepres danPerpres yang berlaku. Kab. Solok merupakan salah satu daerah yang secaradisiplin melaksanakan segala peraturan dalam Kepres dan Perpres tersebuttanpa memiliki hambatan yang berarti.

Keberhasilan Pemkab. Solok dalam melaksanakan sistem pengadaan barangdan jasa ditunjukkan oleh indikator keberhasilan terjadinya efisiensi danefektifitas pengelolaan sumberdaya, peningkatan partisipasi masyarakat,peningkatan transparansi dan penurunan angka KKN, seperti terlihat pada tabelberikut.

Page 76: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

69MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemkab. Solok berjalandengan efisien dan efektif karena ada SK bupati yang menjadi standar/peraturanproses pelaksanaannya. Petunjuk pelaksanaan pengadaan barang/jasa dilingkungan Pemkab Solok didasarkan pada SK Bupati Solok No.28 Tahun2005, yang sebagian besar mengacu kepada Kepres Nomor. 80 Tahun 2003tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahsebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor32 Tahun 2005.

Seluruh tahap dalam proses pengadaan barang dan jasa harus berdasarkanSK Bupati, tidak boleh ada penyimpangan, penyederhanaan ataupunperpanjangan proses. Efisiensi dan efektifitas proses pengadaan akan terjadibila seluruh proyek pengadaan mengikuti peraturan dalam SK Bupati ini.Prosedur pengadaan barang dan jasa pelelangan umum di Kab. Solokditunjukkan dalam lampiran 13, prosedur pengadaan barang dan jasa pemilihanlangsung di lampiran 14 prosedur pengadaan barang dan jasa penunjukanlangsung ditunjukkan dalam lampiran 15

Page 77: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

70 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Proses Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan Pemkab. Solok mampumeningkatkan partisipasi masyarakat, ditunjukkan oleh:

a) Masyarakat (pengusaha, kontraktor, konsultan) memilikikesempatan yang sama dalam mengikuti thender pengadaan barangdan jasa, asalkan memenuhi syarat yang ditetapkanDengan SK Bupati yang ditetapkan, seluruh pengusaha, kontraktor dankonsultan yang memenuhi syarat bisa berpartisipasi dalam thender pengadaanbarang dan jasa. SK Bupati ini memang membuka secara lebar peluangpengikut thender. Hal ini berbeda dengan kondisi sebelum SK Bupati Nomor28 Tahun 2005 dan Kepres 80 tahun 2003 ada. Pada waktu itu sistem pengadaanbarang dan jasa di lingkungan Pemkab. Solok hanya diikuti oleh pengusaha,kontraktor dan konsultan tertentu yang dekat dengan kekuasaan. Pemenangthender pun seperti sistem arisan (bergilir) di seputar mereka saja.

b) Masyarakat dan LSM bisa ikut serta dalam mengawasi prosespengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemkab. SolokSalah satu kunci ketertiban pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Kab.Solok adalah adanya keikutsertaan masyarakat dan LSM dalam mengawasiproses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Masyarakat dan LSM bisamemberi masukan, mengkritik serta mengadukan kegiatan kecurangan dalamprosedur pengadaan barang dan jasa ini. Pengaduan tersebut dianggapmerupakan salah satu bentuk kontrol yang akan langsung ditanggapi olehPemkab. Solok. Dalam SK Bupati Nomor 28 Tahun 2005 disebutkan bahwa,pengawasan masyarakat dalam pengadaan barang dan jasa dapat berfungsi:

• sebagai barometer untuk mengukur dan mengetahui kepercayaan publikterhadap kinerja aparatur pemerintah, khususnya dalam pengadaanbarang/jasa

• memberikan koreksi secara mendasar atas kecenderungan sikap caraberfikir dan pelaku pejabat birokrasi yang menyimpang dalampengadaan barang/jasa

• memberikan masukan-masukan yang bermanfaat sekaligusmendinamisasi fungsi-fungsi perumusan kebijakan perencanaan,penganggaran, pelaksanaan, laporan pertanggungjawaban, danpengawasan internal maupun fungsional (sebagai second opinion) dalampengadaan barang dan jasa

Page 78: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

71MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

3. Peningkatan Transparansi

Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemkab. Solok berjalandengan cukup transparan, seperti ditunjukkan oleh data berikut:

a) Transparansi dalam pembukaan thender melalui media massadan pengumuman terbukaPengumuman mengenai rencana pengadaan barang dan jasa dilakukan secaraterbuka dengan tujuan semua memiliki kesempatan yang sama dalammendaftar (mengikuti thender) pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Solok.Dengan memberikan pengumuman secara terbuka diharapkan Pemkab akanmendapatkan banyak kandidat sehingga setelah melalui proses seleksi akandiperoleh pengusaha, kontraktor atau konsultan yang paling berkualitas. Contohformat iklan pengadaan pekerjaan konstruksi ditunjukkan di lampiran 16 dancontoh format iklan pengadaan barang ditunjukkan di lampiran 17.

b) Transparansi dalam proses pengadaan barang dan jasaSetelah semua diberi kesempatan yang sama dalam mendaftar keikutsertaanthender, proses pengadaan barang dan jasa selanjutnya dilaksanakan secaratransparan dan terbuka. Tidak ada proses yang dilakukan di luar proseduryang sudah ditetapkan. Setelah melalui seleksi, pengumuman mengenai siapayang menang dan siapa yang kalah juga dilakukan secara terbuka. Lihatkembali lampiran 13, lampiran 14 dan lampiran 15.

4. Penurunan Angka KKN

Sistem pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara profesional danmengikuti prosedur yang berlaku secara langsung akan menurunkan angkaKKN, seperti ditunjukkan oleh data berikut:

a) Tidak ada kolusi antara panitia pengadaan barang dan jasa danpeserta thender karena sudah ada standarisasi dan peraturanpengadaan barang dan jasaDengan SK Bupati tersebut, kolusi antara panitia dan peserta/calon pesertathender tidak dimungkinkan lagi dalam pelaksanaan pengadaan barang danjasa di Kabupaten Solok. Peraturan yang dibuat sudah sangat ketat.Pelanggaran terhadap peraturan tersebut akan dikenai sanksi. Terlebih panitia

Page 79: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

72 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

dan peserta thender juga sudah menandatangani pakta integritas.

b) Tidak ada korupsi yang bisa dilakukan oleh pemenang thendermaupun panitia pengadaan barang dan jasa karena kegiatandilakukan secara transparanCelah untuk melakukan korupsi pada sistem pengadaan barang dan jasa dikab. Solok sangat kecil. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan seleksi yangdilakukan oleh panitia, perusahaan, kontraktor atau konsultan yang paling efisienlah yang akan menjadi pemenang dalam thender yang diadakan. Panitia tidakbisa bermain dalam penentuan pemenang thender, karena skor berikut itemnya diumumkan secara transparan. Selain dari itu panitia thender juga telahmenandatangani pakta integritas yang mengingatkan kepada mereka mengenaikeharusan untuk berbuat jujur dalam melakukan tugas. Demikian juga untukpemenang thender yang juga telah menadatangani pakta integritas.

c) Tidak ada nepotisme, karena pemenang thender adalah pesertayang mendapatkan nilai tertinggiBerdasarkan SK Bupati dalam pengadaan barang dan jasa, nepotisme dalamproses pengadaan barang dan jasa Kabupaten Solok tidak berlaku. Semuadiberi kesempatan yang sama dalam mengikuti thender, termasuk pengusaha,kontraktor ataupun konsultan yang dekat dengan kekuasaan. Namun prosesseleksi berlaku secara standar untuk seluruh peserta dan yang menjadipemenang adalah peserta yang memiliki skor tertinggi. Proses yang dilakukansemua berjalan secara transparan dan diawasi oleh masyarakat dan LSM.

5.1.9. Giro to Giro

Praktek good governance giro to giro merupakan pengembangan dari praktekgood governance Pos Pelayanan Satu Pintu yang sudah lebih dahuludilaksanakan. Apabila dalam Posyantu yang dilayani masyarakat umum, makadalam giro to giro konsentrasi pelayanan ditujukan kepada unit kerja, pemegangkas, atau pelaksana pekerjaan.Keberhasilan pelaksanaan giro to giro di Kabupaten Solok ditunjukkan olehindikator peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya,peningkatan transparansi dan penurunan angka KKN. Tabel berikut menjelaskansecara rinci data yang menunjukkan kondisi tersebut.

Page 80: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

73MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Melalui sistem giro to giro, proses pengajuan SPP dan pencairan SPMU menjadilebih efisien dan efektif. Hal tersebut dikarenakan terdapat prosedur yangbaku dalam kegiatan yang dilakukan. Dengan prosedur baku tersebut, prosesbisa berjalan lebih tertib dan bisa diprediksi penyelesaiannya, termasukhambatan-hambatan yang mungkin akan dihadapi. Dengan prosedur yang baku,juga terjadi penghematan tenaga dan waktu unit kerja pengguna anggaran/pihak ketiga, karena mereka tidak perlu berulang-ulang mendatangi loket G toG untuk mengetahui status SPP mereka.

2. Peningkatan Transparansi

good governance giro to giro berjalan dengan mengedepankan prinsiptransparansi. Transparansi dalam proses giro to giro ditunjukkan oleh:

a) Transparansi prosedurProsedur giro to giro secara transparan dijelaskan di loket giro to giro dalambentuk bagan yang cukup komunikatif. Dengan membaca prosedur tersebut,pemegang kas mendapatkan informasi yang berharga mengenai status SPPmereka. Dijamin tidak ada prosedur yang dilakukan di luar prosedur resmiyang diinformasikan tersebut.

Page 81: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

74 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

b) Transparan dalam hal waktu penyelesaianSalah satu tujuan praktek good governance giro to giro adalah menciptakantransparansi dalam hal waktu penyelesaian. Tujuan tersebut tercapai di giro togiro yang dilaksanakan di lingkungan Pemkab. Solok. Jangka waktu yangdibutuhkan untuk memproses SPP-PK menjadi SPMU adalah lebih kurang 6hari kerja, sedangkan SPP-BT menjadi SPMU membutuhkan waktu lebih kurang2 hari kerja.

3. Penurunan Angka KKN

Indikator penurunan angka KKN juga dapat dipenuhi dalam praktek goodgovernance giro to giro, seperti yang ditunjukkan oleh data berikut:

a) Tidak ada suap yang diberikan pemegang kas kepada petugasuntuk mendapatkan pelayanan istimewaSebelum sistem giro to giro diberlakukan, pencairan SPMU dilakukan secaracash sehingga pemegang kas memegang uang dalam bentuk cash. Karenamemegang uang cash, pada umumnya para pemegang kas akan meninggalkanuang kepada petugas. Nilai uang yang diberikan pemegang kas kepada petugasselanjutnya akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh

Page 82: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

75MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

petugas. Dengan adanya giro to giro, tidak ada lagi uang cash yang dipegangpetugas maupun pemegang kas, sehingga tidak ada lagi peluang menyuapoleh pemegang kas untuk mendapatkan pelayanan lebih cepat. Selain dari itudengan jaminan transparansi prosedur dan waktu, pemberian suap tersebutmemang sudah tidak diperlukan lagi.

b) Tidak ada permintaan imbalan (suap) dari petugas kepadapemegang kas dalam rangka pemberian pelayanan yang lebih cepatDengan giro to giro, proses pencairan dana berlangsung secara tertib denganwaktu yang telah ditetapkan. Tidak ada peluang untuk mempercepat ataumemperlambat. Semuanya harus berjalan sesuai dengan prosedur. Petugasjuga tidak memiliki peluang untuk meminta imbalan kepada pemegang kasatas pelayanan yang diberikan. Karena selain pemegang kas memang tidakmemegang uang cash yang bisa diberikan kepada petugas, petugas juga terikatpada pakta integritas yang telah mereka tandatangani.

5.1.10. Performance Agreement (Perjanjian Kinerja)

Praktek good governance Performance Agreement di lingkungan pemerintahkabupaten Solok memberikan pengaruh yang baik dalam hal pengawasanatasan kepada bawahan.Hal tersebut dikarenakan para atasan memilikiperjanjian kinerja yang harus dipertanggungjawabkan di akhir tahun. PerjanjianKinerja tersebut adalah antara Kepala Unit Kerja kepada Bupati dan antaraBupati kepada DPRD.

Indikator keberhasilan pelaksanaan good governance performance agreementadalah adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya,peningkatan transparansi dan peningkatan akuntabilitas, seperti ditunjukkanoleh tabel berikut.

Page 83: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

76 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Perjanjian kinerja antara bupati dengan DPRD dan Kepala Unit Kerja (Dinas,Kantor, Sekretariat, Unit) dengan bupati bentuknya adalah kontrak kerja selama1 tahun dan harus dipertanggungjawabkan di akhir tahun. Dengan adanyaperjanjian kinerja ini, kegiatan kerja selama 1 tahun lebih terencana sehinggakebutuhan sumberdayanya lebih dapat diukur. Kebutuhan sumberdaya yangterukur akan menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdayatersebut. Dengan demikian tidak akan ada pemborosan sumberdaya, yangbiasanya sering terjadi pada program-program kerja yang tidak didasarkanpada kinerja dan pertanggungjawaban hasil kerja.

2. Peningkatan Transparansi

Prinsip transparansi juga dikedepankan dalam pelaksanaan good governanceperformance agreement ini. Terjadi pertukaran informasi yang transparan antarapara stakeholders (DPRD, bupati, kepala unit kerja, karyawan). Bahkantransparansi tersebut dikuatkan dalam bentuk kontrak kerja. Peningkatantransparansi tersebut memberikan gambaran dan pengetahuan bagi masing-masing unit kerja teknis dan bupati serta DPRD mengenai kegiatan-kegiatanyang akan dilakukan masing-masing unit kerja selama 1 tahun dan bisamemperkirakan hasilnya. Transparansi kegiatan juga menciptakan pengawasanyang baik dalam hal pelaksanaan pekerjaan dari atasan kepada anak buahnya,karena keberhasilan kegiatan selama 1 tahun tersebut harusdipertanggungjawabkan di akhir tahun kepada pihak yang terlibat dalam kontrakkerja. Contoh kesepakatan kinerja antara bupati dan kepala dinas/badan/sekretariat ditunjukkan di lampiran 18.

Page 84: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

77MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

3. Peningkatan Akuntabilitas

Perjanjian kinerja menciptakan perencanaan kinerja. Perencanaan kinerja yangbaik akan membuat kegiatan selama satu tahun lebih terarah dan dapat diukurtingkat keberhasilannya. Tingkat keberhasilan yang terukur menciptakanakuntabilitas kinerja sehingga indikator keberhasilan good governance perfor-mance agreement dapat dicapai.

Contoh bentuk kegiatan yang bisa diukur bisa dilihat lagi pada lampiran 18pada halaman 2 dan seterusnya.

5.1.11. Anggaran Berbasis Kinerja

Good governance Anggaran Berbasis Kinerja merupakan tolak ukur daripelaksanaan kegiatan tahunan unit kerja di lingkungan Pemkab. Solok.Keberhasilan good governance anggaran berbasis kinerja menentukan pulatingkat keberhasilan Pemkab. dalam pembangunan Kab. Solok.

Indikator keberhasilan good governance Anggaran Berbasis Kinerja adalahterjadinya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya,peningkatan partisipasi masyarakat, peningkatan transparansi,peningkatantransparansi, peningkatan akuntabilitas dan penurunan angka KKN. Lihat tabelberikut.

Page 85: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

78 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya merupakan salahsatu indikator keberhasilan good governance anggaran berbasis kinerja, yangditunjukkan dengan:

a) Efisiensi anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatanpembangunan, karena anggaran di tahun bersangkutan ditetapkanberdasarkan kinerja yang akan dilakukan dalam tahun tersebutDi Kabupaten Solok, program kerja ditentukan lebih dahulu. Berdasarkan pro-gram kerja tersebut baru ditetapkan anggarannya. Dengan sistem yangdemikian tidak akan ada pemborosan anggaran. Anggaran ditetapkanberdasarkan program kerja yang akan dilakukan. Contoh sederhana anggaranyang ditetapkan berdasarkan program kerja, dapat kembali dilihat di lampiran18, halaman kedua dan selanjutnya.

b) Efektifitas kegiatan pembangunan karena anggaran yang disiapkansudah sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukanProgram kerja yang harus dilakukan oleh setiap unit kerja akan efektif berjalandengan ketersediaan dana yang mencukupi. Dengan sistem ini, pada saatmelakukan kegiatan, pelaksana kegiatan tidak perlu memikirkan cukup atautidak cukup dana untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Dengan perencanaananggaran berbasis kinerja, jumlah dana yang disediakan dipastikan cukup untukmelaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana. Dengan demikian kegiatanpembangunan akan berjalan dengan efektif.

2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Peningkatan Partisipasi Masyarakat merupakan salah indikator keberhasilangood governance anggaran berbasis kinerja yang berhasil dicapai oleh Kab.Solok, seperti ditunjukkan oleh data berikut.

a) Keikutsertaan Masyarakat dalam proses perencanaan kegiatandan penentuan anggarannyaKegiatan pembangunan di Kab. Solok ditetapkan berdasarkan hasil penjaringanaspirasi masyarakat yang ditampung dalam wadah Duduk Basamo, MusbangNagari, Rakorbang Kecamatan, Reses DPRD, Survey Program, Input Langsung

Page 86: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

79MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

dan Tim Sinergi. Tim Sinergi bahkan membantu menentukan anggaran dariprogram kerja yang telah ditetapkan tersebut. Gambar berikut menunjukkantingkat partisipasi masyarakat dalam menentukan program kerja dan anggaranpembangunan Kab. Solok.

b) Partisipasi masyarakat dalam pengawasan kegiatan dan anggaranpembangunan yang berjalanDalam anggaran berbasis kinerja, masyarakat juga dilibatkan dalam pengawasanpembangunan. Pengawasan tersebut dilakukan melalui wadah-wadah DudukBasamo, Musbang nagari, Rakorbang Kecamatan, Tim Sinergi dan pengaduanlangsung. Musbang Nagari, Rakorbang Kecamatan dan tim Sinergi memilikijadwal khusus untuk evaluasi kegiatan pembangunan, yang hasilnya akandisampaikan kepada Pemkab. Solok. Sedangkan pengaduan/kritik secaralangsung dapat dilakukan kapan saja selama proses pembangunan berjalan.Dengan adanya pengawasan dalam pelaksanaan anggaran berbasis kinerjaini, kegiatan pembangunan diharapkan tetap berada pada koridor yang benardan segera bisa diperbaiki apabila terjadi penyelewengan.

3. Peningkatan Transparansi

Peningkatan transparansi merupakan salah satu indikator yang juga berhasildicapai oleh praktek good governance anggaran berbasis kinerja. Masyarakatbisa mengetahui program kerja yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan sekaligus anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya. Informasitersebut bisa dilihat melalui Keputusan Bupati mengenai Anggaran danPendapatan Belanja Daerah tahun bersangkutan. Selain dari itu, isi praktekgood governance Performance Agreement unit kerja juga mencantumkan pro-

Page 87: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

80 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

gram kerja tahunan beserta biaya dan output unit kerja yang bersangkutan.Transparansi program kerja dan nilai anggaran oleh Pemkab. Solok kepadamasyarakat dilakukan dengan tujuan masyarakat bisa terlibat langsung dalamhal pelaksanaan kegiatan dan pengawasannya, sehingga program kerja dapatberjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan bisa tercapai.

4. Peningkatan Akuntabilitas

Salah satu ciri dari anggaran berbasis kinerja adalah terciptanya akuntabilitasprogram kerja yang akan dilaksanakan. Dengan anggaran berbasis kinerja,program kerja yang akan dilaksanakan lebih terarah dan hasilnya dapat diukur(akuntable).

5. Penurunan Angka KKN

Dengan sistem anggaran berbasis kinerja, peluang untuk melakukan KKNmenjadi sangat kecil, atau bahkan tertutup. Seluruh anggaran diciptakanberdasarkan kinerja yang akan dilakukan, sehingga tidak ada celahmendapatkan dana untuk kepentingan pribadi/kelompok dari anggaran yangada. Selain dari itu ada pertanggungjawaban penggunaan anggaran berdasarkankinerja yang sudah dilakukan.

5.1.12. Tunjangan Daerah

Tunjangan Daerah merupakan praktek good governance yang berpihak kepadaaparatur pemkab dengan bentuk insentif. Tunjangan Daerah diberikan dalamrangka meningkatkan pendapatan aparatur daerah. Dengan meningkatnyapendapatan diharapkan akan meningkatkan semangat kerja sehingga outputyang dihasilkan menjadi lebih baik.

Indikator keberhasilan pelaksanaan tunjangan daerah di Kab. Solok ditunjukkanoleh adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya,penurunan KKN dan peningkatan transparansi, seperti yang ditunjukkan olehtabel berikut.

Page 88: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

81MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

1. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumberdaya

Dengan menetapkan tunjangan daerah, terjadi efisiensi dan efektifitaspengelolaan sumberdaya, yang ditunjukkan oleh:

a) Pengalokasian (pengalihan) anggaran ‘honor’ dalam APBD kedalam bentuk ‘tunjangan daerah’ yang lebih efektif dan efisien dalampemanfaatannyaSumber dana tunjangan daerah yang diperuntukkan bagi seluruh pegawai dilingkungan Pemkab. Solok berasal dari honor proyek (yang sudah dialokasikandi APBD). Dengan demikian penetapan tunjangan daerah tidak menambahanggaran APBD. Bahkan dengan pengalihan dari honor proyek ke tunjangandaerah terjadi efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya. Sebelumnyahanya beberapa orang saja yang mendapatkan tambahan pendapatan dariproyek, sekarang menjadi seluruh pegawai mendapatkannya, termasuk gurudan pegawai honorer. Jumlah anggaran honor yang dialihkan ke tunjangandaerah dan tercatat dalam APBD Solok adalah berkisar 14,5 Miliar rupiah.

b) Efisien dalam pengeluaran anggaran, terkait dengan kegiatanproyekDengan sistem tunjangan daerah, aparat yang terlibat dalam kegiatan proyektidak lagi mendapatkan honor proyek. Tambahan pendapatan sudah diberikandalam bentuk tunjangan daerah yang diberikan setiap bulan. Keterlibatanmereka dalam proyek dianggap merupakan bagian dari tupoksi. Dengandemikian terjadi efisiensi anggaran, karena tidak ada lagi pos untuk honorproyek yang harus dikeluarkan. Sistem penghapusan honor proyek tersebut

Page 89: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

82 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

juga mengurangi rasa iri bagi pegawai yang tidak pernah mendapat bagianhonor karena memang tidak pernah dilibatkan dalam proyek.

c) Program kerja setiap tupoksi dapat berjalan dengan lancar karenaadanya tambahan pendapatan dalam bentuk tunjangan daerahSebelum tunjangan daerah diberlakukan, hanya tupoksi-tupoksi tertentu sajayang sering mengerjakan proyek dan memperoleh tambahan pendapatan.Melihat kondisi tersebut, tupoksi lain yang juga banyak mendapatkan bebanpekerjaan tetapi tidak pernah terlibat dalam proyek menurun motivasinya dalambekerja. Penetapan tunjangan daerah meningkatkan kembali motivasi bekerjadari tupoksi-tupoksi yang tidak pernah mendapatkan bagian proyek.

2. Penurunan Angka KKN

Penurunan KKN, terutama korupsi dan kolusi merupakan salah satu tujuandari diberlakukannya tunjangan daerah. Dengan meningkatnya pendapatanyang sah, diharapkan terjadi pengurangan tindakan korupsi oleh pegawai dilingkungan Pemkab. Solok. Kondisi tersebut dapat dicapai di Kabupaten Solok.

3. Peningkatan Transparansi

Penetapan tunjangan Daerah dilakukan secara transparan dan diumumkandalam bentuk SK Bupati. Bentuk transparansi tersebut adalah:

a) Transparan dalam hal nilai tunjangan daerah yang diterima olehmasing-masing pegawaiSecara transparan dalam SK tersebut diumumkan mengenai jumlah/nilaitunjangan yang diterima oleh masing-masing kelompok pegawai. Dengantransparansi nilai tunjangan daerah tersebut diharapkan tidak terjadi saling iriantar pegawai terkait dengan tugas dan tanggungjawab yang harusdikerjakannya. Lihat tabel berikut.

Page 90: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

83MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

b) Transparansi dalam hal resiko pemotongan tunjangan daerahapabila pegawai tidak disiplinDalam SK Bupati juga diumumkan secara transparan mengenai pemotongan-pemotongan tunjangan yang akan dilakukan apabila pegawai melanggarkedisiplinan. Lihat tabel berikut.

Page 91: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

84 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada setiap jenis praktek goodgovernance, dapat dicatat bahwa tiap praktek good governance memiliki

Page 92: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

85MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Peningkatan Transparansi

k .Ef isiensi&Efek t if itas Pengelolaan Sum berdaya

Penurunan KKN

Peningkatan Part isipasi Masyarakat

Peningkatan Pelayanan Publik

Peningkatan Akuntabilitas

Peningkatan HDI

Penurunan Angka Kem isk inan

Peningkatan Angka Kesem patan Kerja

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Indikator Keberhasilan Praktek Good Governance Kab. Solok

Peningkatan Efisiensi & EfektifitasPengelolaan Sumberdaya

indikator keberhasilan yang tidak selalu sama. Fakta yang lain menunjukkanbahwa tidak seluruh indikator keberhasilan pada setiap praktek goodgovernance selalu dapat dicapai di Kabupaten Solok. Namun demikian secaraumum dapat dilihat bahwa pelaksanaan setiap jenis praktek tata kelolapemerintahan yang baik di Kabupaten Solok melalui proses dan memberikanoutput sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.

5.2. Tingkat Keberhasilan Good Governance Kabupaten Solok

Kabupaten Solok telah melaksanakan 12 jenis praktek good governance. Hasilkumulatif menunjukkan bahwa praktek good governance di Kab. Solok sangatberhasil dalam hal peningkatan transparansi, dan kurang berhasil dalammeningkatkan angka kesempatan kerja. Seluruh jenis praktek goodgovernance di Kabupaten Solok mampu meningkatkan transparansi, namunhanya satu jenis praktek good governance yaitu revolving fund yang mampumeningkatkan angka kesempatan kerja. Lihat penjelasan dalam bentuk gambarberikut.

Pada gambar dijelaskan bahwa 12 praktek good governance mampumeningkatkan transparansi. Peningkatan efisiensi dan efektifitas sumberdayamampu dicapai oleh 9 praktek good governance, penurunan KKN oleh 7 praktekgood governance. Lima praktek good governance mampu meningkatkanpartisipasi masyarakat, 4 praktek good governance meningkatkan pelayananpublik dan meningkatkan akuntabilitas. Peningkatan HDI dan penurunan angkakemiskinan hanya mampu dicapai oleh 2 praktek good governance dan

Page 93: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

86 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

peningkatan kesempatan kerja hanya dicapai oleh praktek good governancerevolving fund.

Apabila dikelompokkan, terdapat 3 kelompok besar indikator keberhasilan yangmampu dicapai oleh good governance di kab. Solok, yaitu

Berdasarkan pengelompokan tersebut, terlihat bahwa keberhasilan praktekgood governance di Kabupaten Solok lebih terarah ke faktor input, proses dansedikit ke output. Masih sangat sedikit yang mengarah ke outcome. Hal tersebutditunjukkan oleh tingkat ketercapaian yang kurang dari indikator keberhasilanpeningkatan HDI, penurunan angka kemiskinan, dan peningkatan kesempatankerja. Ketiga indikator keberhasilan tersebut ditambah dengan indikatorpenurunan angka KKN merupakan outcome yang diharapkan akan dicapaioleh daerah yang menerapkan praktek-praktek good governance.

Kekurang berhasilan Kab. Solok dalam mencapai ketiga jenis outcome tersebutbukan disebabkan oleh ketidakberhasilan praktek-praktek good governance(12 jenis) yang dilakukan, tetapi disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Jenis-jenis praktek good governance yang dilakukan tingkatkeberhasilannya tidak bisa diukur dari indikator-indikator peningkatanHDI, penurunan angka kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja,tetapi bisa diukur oleh indikator lain di luar ketiga indikator tersebut

2. Outcome belum terlihat dari praktek-praktek good governance yangbaru dimulai di tahun 1997, 2001, 2002, 2003 dan 2004. Kemungkinanbesar ada beberapa praktek good governance yang outcome-nya barudirasakan setelah kegiatan berjalan di atas 10 tahun

Oleh karena itu apabila Kabupaten Solok menginginkan seluruh indikatorkeberhasilan praktek good governance tercapai, hal yang harus dilakukanadalah:

1. Terus melanjutkan kegiatan good governance yang sudah ada denganmelakukan penyempurnaan-penyempurnaan

2. Melakukan tambahan jenis praktek-praktek good governance yangtingkat keberhasilannya bisa diukur dari indikator-indikator peningkatan

Page 94: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

87MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

HDI, penurunan angka kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja.

Kegiatan mengukur keberhasilan Kab. Solok dalam melaksanakan tata kelolapemerintahan yang baik ini dilakukan oleh KPK untuk memberikan gambarankepada Kabupaten Solok dan daerah-daerah lain yang telah melakukan berbagaimacam praktek good governance mengenai tingkat keberhasilan yang telahdicapai dengan melaksanakan berbagai macam praktek tata kelolapemerintahan yang baik. Selain dari itu daerah lain yang baru akan memulaipraktek tata kelola pemerintahan yang baik juga bisa memanfaatkannya untukmemperkirakan hasil yang akan dicapai oleh daerahnya bila menerapkanbeberapa praktek good governance yang sudah dilakukan di Kabupaten Solok.

Page 95: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

88 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 96: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

89MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

LAMPIRAN

Page 97: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

90 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 98: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

91MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 1. Contoh SPJ Pola Partisipatif

Page 99: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

92 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 100: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

93MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 101: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

94 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 102: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

95MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 103: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

96 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 2. Contoh Proposal Pola Partisipatif

Page 104: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

97MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 105: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

98 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 106: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

99MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 107: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

100 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 108: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

101MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 109: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

102 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 110: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

103MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 111: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

104 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 112: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

105MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 113: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

106 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 114: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

107MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 115: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

108 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 3. Contoh Rekomendasi Tim Teknis

Page 116: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

109MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 117: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

110 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 4. Contoh Proposal Revolving Fund

Page 118: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

111MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 119: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

112 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 120: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

113MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 121: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

114 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 122: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

115MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 123: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

116 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 124: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

117MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 125: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

118 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 126: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

119MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 127: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

120 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 128: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

121MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 129: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

122 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 130: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

123MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 131: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

124 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 132: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

125MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 133: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

126 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 134: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

127MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 135: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

128 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 5. Contoh Analisa Usaha Hasil Survey Tim VerifikasiRevolving Fund

Page 136: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

129MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 137: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

130 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 138: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

131MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 6. Contoh Rekomendasi Tim Verifikasi Revolving Fundkepada Bupati

Page 139: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

132 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 7. Keputusan Bupati Solok Nomor 204/Bup-2004

Page 140: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

133MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 141: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

134 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 142: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

135MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 8. Contoh Surat Perjanjian Penguatan Modal UsahaEkonomi Produktif Masyarakat Pola Revolving

Page 143: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

136 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 144: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

137MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 145: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

138 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 146: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

139MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 9. Rencana Kinerja Pemkab Solok Tahun 2005, Tujuan,Sasaran, Kegiatan dan Indikator Kinerja serta Pencapaiannya

Page 147: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

140 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 148: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

141MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 149: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

142 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 150: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

143MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 151: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

144 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 152: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

145MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 153: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

146 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 154: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

147MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 155: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

148 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 156: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

149MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 157: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

150 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 158: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

151MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 159: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

152 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 160: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

153MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 161: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

154 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 162: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

155MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 163: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

156 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 164: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

157MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 165: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

158 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 166: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

159MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 167: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

160 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 168: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

161MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 169: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

162 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 170: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

163MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 10. Anggaran Pendapatan Belanja Nagari SupayangPerna No. 01 Tahun 2006

Page 171: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

164 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 172: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

165MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 173: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

166 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 174: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

167MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 175: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

168 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 176: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

169MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 177: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

170 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 178: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

171MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 179: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

172 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 180: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

173MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 181: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

174 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 182: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

175MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 183: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

176 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 184: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

177MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 185: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

178 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 186: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

179MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 187: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

180 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 188: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

181MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 189: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

182 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 190: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

183MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 191: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

184 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 192: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

185MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 193: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

186 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 194: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

187MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 195: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

188 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 196: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

189MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 197: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

190 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 198: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

191MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 199: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

192 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 200: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

193MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 11. Daftar Isian Kegiatan Nagari (DIKNA) Dana AlokasiUmum Nagari (DAUN) Nagari Supayang

Page 201: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

194 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 202: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

195MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 203: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

196 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 204: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

197MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 205: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

198 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 206: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

199MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 12. Lembar Pakta Integritas Kabupaten Solok

Page 207: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

200 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 13. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Pelelangan Umum(Pasca Kualifikasi) Kabupaten Solok

Page 208: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

201MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 209: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

202 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 210: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

203MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 14. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa PemilihanLangsung Kabupaten Solok

Page 211: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

204 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 212: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

205MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 213: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

206 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 15. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa PenunjukanLangsung Kabupaten Solok

Page 214: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

207MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 215: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

208 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 216: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

209MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 16. Contoh Format Iklan Pengadaan Pekerjaan KonstruksiKabupaten Solok

Page 217: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

210 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 17. Contoh Format Iklan Pengadaan Barang KabupatenSolok

Page 218: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

211MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Lampiran 18. Kesepakatan Kinerja Bupati Solok dengan SekretarisDaerah Kabupaten Solok

Page 219: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

212 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 220: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

213MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 221: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

214 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 222: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

215MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 223: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

216 MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK

Page 224: Tata Kelolah Pemerintahan (Studi Kasus : Kabupaten Solok )

217MENGUKUR KEBERHASILAN KABUPATEN SOLOK