tata cara menyembelih sesuai sunah

Upload: fack-rock-fikri

Post on 17-Jul-2015

719 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IIITata Cara Menyembelih Hewan

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, beliau mengatakan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat menyembelih unta dengan posisi kaki kiri depan diikat dan berdiri dengan tiga kaki sisanya. (HR. Abu daud dan disahihkan Al-Albani). Dzabh [arab: ,]menyembelih hewan dengan melukai bagian leher paling atas (ujung leher). Ini cara menyembelih umumnya binatang, seperti kambing, ayam, dst. Pada bagian ini kita akan membahas tata cara Dzabh, karena Dzabh inilah menyembelih yang dipraktikkan di tempat kita -bukan nahr-.

3.1 Tata Cara Menyembelih Sesuai Sunah Tata cara menyembelih hewan ada 2: Nahr [arab: ,]menyembelih hewan dengan melukai bagian tempat kalung (pangkal leher). Ini adalah cara menyembelih hewan unta. Allah berfirman, 3.2 Beberapa adab yang perlu diperhatikan: a. Hendaknya yang menyembelih adalah shohibul kurban sendiri, jika dia mampu. Jika tidak maka bisa diwakilkan orang lain, dan shohibul kurban disyariatkan untuk ikut menyaksikan. b. Gunakan pisau yang setajam mungkin. Telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu bagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah (QS. Al Haj: 36) Ibnu Abbas radhiallahu anhuma menjelaskan ayat di atas, (Untanya) berdiri dengan tiga kaki, sedangkan satu kaki kiri depan diikat. (Tafsir Ibn Katsir untuk ayat ini) Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya. (HR. Muslim). Semakin tajam, semakin baik. Ini berdasarkan hadis dari Syaddad bin Aus radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

c. Tidak mengasah pisau dihadapan hewan yang akan disembelih. Karena ini akan menyebabkan dia ketakutan sebelum disembelih. Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma,

kiri. Karena ini akan memudahkan penyembelih untuk memotong hewan dengan tangan kanan dan memegangi leher dengan tangan kiri. (Mausuah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:197). Penjelasan yang sama juga disampaikan Syekh Ibnu Utsaimin. Beliau mengatakan,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan. (HR. Ahmad, Ibnu Majah ). Lalu beliau bersabda (artinya): Mengapa engkau tidak menajamkannya sebelum ini ?! Apakah engkau ingin mematikannya sebanyak dua kali?!. (HR. AthThabrani dengan sanad sahih). d. Menghadapkan hewan ke arah kiblat. Disebutkan dalam Mausuah Fiqhiyah: Hewan yang hendak disembelih dihadapkan ke kiblat pada posisi tempat organ yang akan disembelih (lehernya) bukan wajahnya. Karena itulah arah untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Mausuah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:196). Dengan demikian, cara yang tepat untuk menghadapkan hewan ke arah kiblat ketika menyembelih adalah dengan memosisikan kepala di Selatan, kaki di Barat, dan leher menghadap ke Barat. e. Membaringkan hewan di atas lambung sebelah kiri. Imam An-Nawawi mengatakan, Terdapat beberapa hadis tentang membaringkan hewan (tidak disembelih dengan berdiri, pen.) dan kaum muslimin juga sepakat dengan hal ini. Para ulama sepakat, bahwa cara membaringkan hewan yang benar adalah ke arah

f. Menginjakkan kaki di leher hewan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, beliau mengatakan,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor domba. Aku lihat beliau meletakkan meletakkan kaki beliau di leher hewan tersebut, kemudian membaca basmalah . (HR. Bukhari dan Muslim). g. Bacaan ketika hendak menyembelih. Beberapa saat sebelum menyembelih, harus membaca basmalah. Ini hukumnya wajib, menurut pendapat yang kuat. Allah berfirman, .. Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. (QS. AlAnam: 121). h. Dianjurkan untuk membaca takbir (Allahu akbar) setelah membaca basmalah Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyembelih dua ekor domba

bertanduk,beliau sembelih dengan tangannya, dan baca basmalah serta bertakbir. (HR. Al Bukhari dan Muslim). i. Pada saat menyembelih dianjurkan menyebut nama orang yang jadi tujuan dikurbankannya herwan tersebut. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, bahwa suatu ketika didatangkan seekor domba. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyembelih dengan tangan beliau. Ketika menyembelih beliau mengucapkan, bismillah wallaahu akbar, ini kurban atas namaku dan atas nama orang yang tidak berkurban dari umatku. (HR. Abu Daud, At-Turmudzi dan disahihkan Al-Albani). Catatan: Bacaan takbir dan menyebut nama sohibul kurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Sehingga kurban tetap sah meskipun ketika menyembelih tidak membaca takbir dan menyebut nama sohibul kurban. j. Disembelih dengan cepat untuk meringankan apa yang dialami hewan kurban. Sebagaimana hadis dari Syaddad bin Aus di atas. k. Pastikan bahwa bagian tenggorokan, kerongkongan, dua urat leher (kanan-kiri) telah pasti terpotong. Syekh Abdul Aziz bin Baz menyebutkan bahwa penyembelihan yang sesuai syariat itu ada tiga keadaan (dinukil dari Salatul Idain karya Syekh Said Al-Qohthoni): 1. Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat leher. Ini adalah keadaan yang

terbaik. Jika terputus empat hal ini maka sembelihannya halal menurut semua ulama. 2. Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan salah satu urat leher. Sembelihannya benar, halal, dan boleh dimakan, meskipun keadaan ini derajatnya di bawah kondisi yang pertama. 3. Terputusnya tenggorokan dan kerongkongan saja, tanpa dua urat leher. Status Sembelihannya sah dan halal, menurut sebagian ulama, dan merupakan pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Selama mengalirkan darah dan telah disebut nama Allah maka makanlah. Asal tidak menggunakan gigi dan kuku. (HR. Al Bukhari dan Muslim). l. Sebagian ulama menganjurkan agar membiarkan kaki kanan bergerak, sehingga hewan lebih cepat meregang nyawa. Imam An-Nawawi mengatakan, Dianjurkan untuk membaringkan sapi dan kambing ke arah kiri. Demikian keterangan dari Al-Baghawi dan ulama Madzhab Syafii. Mereka mengatakan, Kaki kanannya dibiarkan(Al-Majmu Syarh Muhadzab, 8:408) m. Tidak boleh mematahkan leher sebelum hewan benar-benar mati. Para ulama menegaskan,

perbuatan semacam ini hukumnya dibenci. Karena akan semakin menambah rasa sakit hewan kurban. Demikian pula menguliti binatang, memasukkannya ke dalam air panas dan semacamnya. Semua ini tidak boleh dilakukan kecuali setelah dipastikan hewan itu benarbenar telah mati. Dinyatakan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, Para ulama menegaskan makruhnya memutus kepala ketika menyembalih dengan sengaja. Khalil bin Ishaq dalam Mukhtasharnya untuk Fiqih Maliki, ketika menyebutkan hal-hal yang dimakruhkan pada saat menyembelih, beliau mengatakan, Diantara yang makruh adalah secara sengaja memutus kepala (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 93893). Pendapat yang kuat bahwa hewan yang putus kepalanya ketika disembelih hukumnya halal. Imam Al-Mawardi salah satu ulama Madzhab Syafii mengatakan, Diriwayatkan dari Imran bin Husain radhiallahu anhu, bahwa beliau ditanya tentang menyembelih burung sampai putus lehernya? Sahabat Imran menjawab, boleh dimakan. Imam Syafii mengatakan, Jika ada orang menyembelih, kemudian memutus kepalanya maka statusnya sembelihannya yang sah (Al-Hawi Al-Kabir, 15:224).

Sunnah Yang Dilupakan o Bagi orang yang hendak berkurban, tidak diperkenankan baginya untuk mengambil (mencukur) segala rambut/bulu, kuku dan kulit yang terdapat pada tubuhnya (orang yang berkurban tersebut, pen) setelah memasuki tanggal 1 Dzulhijjah sampai disembelih binatang kurbannya, sebagaimana hadits Ummu Salamah yang diriwayatkan oleh Muslim. Namun bila sebagian rambut/bulu, kulit dan kuku cukup mengganggu, maka boleh untuk mengambilnya sebagaimana keterangan Asy Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Asy Syarhul Mumti 7/ 532. o Diantara sunnah yang dilupakan bahkan diasingkan mayoritas kaum muslimin adalah pelaksanaan kurban di tanah lapang setelah shalat ied oleh imam (penguasa) kaum muslimin. Wallahul mustaan. Padahal Rasulullah menunaikan amalan agung ini. Abdullah bin Umar Radhiallahuanhu berkata: Dahulu Rasulullah menyembelih binatang kurban di Mushalla (tanah lapang untuk shalat ied, pen). (H.R. Bukhari). Dan tidaklah Rasulullah melakukan sesuatu kecuali pasti mengandung manfaat yang besar.

Tata Cara Penyembelihan a. Menajamkan Pisau Dan Memperlakukan Binatang Kurban Dengan Baik Rasulullah bersabda (artinya): Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Dan jika kalian

menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik pula. Hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan (tidak menyiksa) sesembelihannya. (H.R. Muslim) b. Menjauhkan Pisaunya Dari Pandangan Binatang Kurban Cara ini seperti yang diceritakan Ibnu Abbas Radhiallahuanhu bahwa Rasulullah pernah melewati seseorang yang meletakkan kakinya didekat leher seekor kambing, sedangkan dia menajamkan pisaunya. Binatang itu pun melirik kepadanya. Lalu beliau bersabda (artinya): Mengapa engkau tidak menajamkannya sebelum ini (sebelum dibaringkan, pen)?! Apakah engkau ingin mematikannya sebanyak dua kali?!. (H.R. Ath Thabrani dengan sanad shahih) c. Menghadapkan Binatang Kurban Kearah Kiblat Sebagaimana hal ini pernah dilakukan Ibnu Umar Radhiallahuanhu dengan sanad yang shahih. d. Tata Cara Menyembelih Unta, Sapi, Kambing Atau Domba Apabila sesembelihannya berupa unta, maka hendaknya kaki kiri depannya diikat sehingga dia berdiri dengan tiga kaki. Namun bila tidak mampu maka boleh dibaringkan dan diikat. Setelah itu antara pangkal leher dengan dada ditusuk dengan tombak, pisau, pedang atau apa saja yang dapat mengalirkan darahnya. Sedangkan bila sesembelihannya berupa sapi, kambing atau domba maka dibaringkan

pada sisi kirinya, kemudian penyembelih meletakkan kakinya pada bagian kanan leher binatang tersebut. Seiring dengan itu dia memegang kepalanya dan membiarkan keempat kakinya bergerak lalu menyembelihnya pada bagian atas dari leher. (Asy Syarhul Mumti 7/478-480 dengan beberapa tambahan) e. Berdoa Sebelum Menyembelih Lafadz doa tersebut adalah: Dengan nama Allah dan Allah itu Maha Besar. (H.R. Muslim) Dengan nama Allah dan Allah itu Maha Besar, Ya Allah ini adalah dari-Mu dan untukMu. (H.R. Abu Dawud dengan sanad shahih)

Syarat kurban Tidak Memberi Upah Sedikitpun Kepada Penyembelih Dari Binatang Sembelihannya Larangan ini dipaparkan Ali bin Abi Thalib Radhiallahuanhu: Aku pernah diperintah Rasulullah untuk mengurus kurban-kurban beliau dan membagikan apa yang kurban itu pakai (pelana dan sejenisnya pen) serta kulitnya. Dan aku juga diperintah untuk tidak memberi sesuatu apapun dari kurban tersebut (sebagai upah) kepada penyembelihnya. Kemudian beliau mengatakan: Kami yang akan memberinya dari apa yang ada pada kami. (Mutafaqun alaihi) Boleh Memanfaatkan Sesuatu Dari Binatang Kurban

Diperbolehkan untuk memanfaatkan sesuatu dari binatang tersebut seperti kulit untuk sepatu, tas, tanduk untuk perhiasan dan lain sebagainya. Hal ini didasarkan hadits Ali bin Abi Thalib Radhiallahuanhu tadi. Tidak Boleh Menjual Sesuatupun Dari Binatang Kurban Larangan ini berlaku untuk seorang yang berkurban, dikarenakan menjual sesuatu dari kurban tersebut keadaannya seperti mengambil kembali sesuatu yang telah disedekahkan, yang memang dilarang Rasulullah . Beliau bersabda (artinya): Permisalan seseorang yang mengambil kembali sedekahnya seperti anjing yang muntah kemudian menjilatinya lalu menelannya. (H.R. Muslim dan Al Bukhari dengan lafadz yang hampir sama) Disyariatkan Pemilik Kurban Memakan Daging Kurbannya Diantara dalil yang mendasari perbuatan ini secara mutlak (tanpa ada batasan waktu) adalah firman Allah (yang artinya): Maka makanlah daging-daging binatang tersebut dan berilah makan kepada orang fakir. (Al Hajj : 28) Demikian juga sabda Nabi (yang artinya): Makanlah kalian, berilah makan (baik sebagai sedekah kepada fakir atau hadiah kepada orang kaya) dan simpanlah (untuk kalian sendiri). (H.R. Bukhari) \ yaumun nahr , pada tanggal 10 Dzulhijjah. Disebut hari nahr (atas dada), karena pada umumnya, waktu dulu, hewan yang dipotong itu adalah onta yang cara pemotongannya atau Pengertian Qurban Qurban, yang dalam fiqih Islam dikenal dengan udh-hiyah jamanya adhahi yaitu hewan yang dipotong dalam rangka taqarrub kepada Allah, berkenaan dengan tibanya Idhul Adh-ha atau Muammal Hamidy* BAB V Qurban, Pengertian dan Sejarah Singkat Oleh KH.

penyembelihannya dalam keadaan berdiri dengan ditusuk-kannya pisau ke lehernya dekat dada onta tersebut. Kemudian di kalangan kita popular dengan sebutan qurban artinya sangat dekat, karena hewan itu dipotong dalam rangka taqarrub kepada Allah. Nama ini diambil dari kisah dua putera Adam AS seperti tersebut dalam al-Quran surat al-Maidah 27 : Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), lalu. Qabil (kepada Habil): Aku kubunuh kamu!. Jawab Habil: Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa.

Iqlimiya. Karena perjodohan atau perkawinan itu syariat Allah, maka untuk mengubah aturan ini haruslah mendapatkan perkenan Allah,. Maka oleh ayahanda Adam AS yang nabi, keduanya disuruh berqurban, mana yang diterima qurbannya itulah yang diidzinkan Allah. Dan ternyata qurbannya Habil yang diterima. Sejarah Qurban Qurban yang bertepatan dengan Idul Adh-ha itu adalah berkenaan dengan kisah nabi Ibrahm AS yang bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih puteranya Ismail yang ketika perintah itu akan dlaksanakan, bahkan pisau tajam sudah berada di atas leher Ismail, kemudian oleh Allah digagalkan dan diganti dengan kibas. Ini, dapat kita simak dari firman Allah dalam al-Quran ash-Shaffat ayat 99-109 : Dan Ibrahim berkata:Sesungguhnya aku akan pergi menghadap kepada Tuhanku (untuk beribadah ke tempat yang sekarang disebut Mekah)), dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (Ismail). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim (yakni sudah dewasa), Ibrahim berkata: Hai anakku : Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku (disuruh) menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ismail menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa

Menurut riwayat, hal itu dilakukan ketika Adam AS hendak mengawinkan putera puterinya dengan bersilang Qabil yang kembar dengan Iqlimiya, dan Habil yang kembar dengan Layudza. Qabil dijodohkan dengan Layudza, sedang Habil dengan Iqlimiya. Qabil menolak, karena Layudza tidak secantik

yang diperintahkan kepadamu itu; insya Allah bapak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (terdengarlah suara panggilan) dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu (sudah melaksanakan perintah) Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benarbenar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (seekor kibas).Kami abadikan (kissah ini) untuk Ibrahim ( untuk mendapat pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian ( dengan disyariatkannya shalawat Ibrahimiyah dalam shalat),

Dan di surat Al-Haj ayat 36 : Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang miskin yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang miskin yang meminta-minta. Demikianlah Kami telah menundukkan untaunta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. Keutamaan Qurban Qurban ini dalam Islam mempunyai

Karena Nabi Muhammad Saw diperintahkan untuk meneruskan risalah Nabi Ibrahim ini, maka qurban tersebut diteruskan, bahkan disempurnakan di sana sini, semisal tentang waktunya yang tidak hanya sehari tanggal 10 Dzulhijjah itu saja, tetapi sampai tanggal 13 yang kemudian dikenal dengan harihari tasyriq. Juga hewan sembelihannya tidak hanya kibas saja, tetapi meliputi semua jenis kambing, sapi dan onta. Perintah qurban ini kemudian dilestarikan dalam perintah Allah

keistimewaan atau keutamaan, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Hal ini dapat ditangkap dari pernyataan Rasululah Saw sbb : Artinya : Aisyah meriwayatkan, bahwa Nabi Saw bersabda : Tidak ada amal yang dilakukan oleh anak Adam pada hari nahr yang lebih dicintai Allah, selain mengalirkan darah (menyembelih hewan). Dan hewan yang disembelih itu kelak di hari kiamat akan datang (menemui orang yang qurban) lengkap dengan tanduk, kuku dan sepatu kakinya. Dan sesungguhnya darah akan diterima Allah sebelum darah itu jatuh ke tanah. Karena itu lakukanlah qurban itu dengan seikhlas mungkin. (HR Tirmidzi). Dari hadis ini lalu diimajinasikan,

dalam surat al-Kautsar : bahwa hewan qurban itu nanti di hari kiamat Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (sebagai tanda mensyukuri nikmat Allah) .Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus (dari rahmat Allah) akan menjadi kendaraan ke surga. Itulah kebaikan qurban di akhirat. Sementara di dunia dapat memberikan gizi kepada orang-orang miskin. Karena sasaran utama daging qurban

adalah untuk fakir miskin, kendati orang kaya, bahkan yang berqurbanpun boleh mencicipinya. Ini, dapat ditarik dari surat al-Haji di atas yang mengatakan maka makanlah sebagian (daging qurban itu) dan berikanlah (sebagian yang lain) kepada orang miskin yang tidak minta-minta maupun yang minta-minta. Diceritakan, bahwa pada musim paceklik, pernah Rasulullah Saw menyuruh semua hewan qurban dipotong di satu hari itu, dan dagingnya didistribusikan kepada kaum muslimin waktu itu, terutama pihak yang tidak mampu. Di sini qurban sangat bermanfaat bagi kaum dhuafa.

membenarkannya, Saya memiliki kambing yang belum cukup umur yaitu lebih saya senangi dari pada dua kambing berdaging, apakah saya boleh menyembelih kambing yang belum cukup umur ini, maka Nabi memberikan keringanan baginya. Saya (Anas) tidak tahu apakah keringanan ini khusus baginya atau juga bagi yang lain. Kemudian Rasulullah merunduk pada kedua kambing itu dan menyembelih keduanya. Maka berdirilah sekolompok manusia pada kambing kecil (kecil jika dibandingkan dengan yang lain tapi sudah cukup umur) maka mereka saling membagi. Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah shalat kemudian khutbah dan beliau

Syarat Hewan Kurban dan Waktu Penyembelihan Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, Rasulullah bersabda pada hari Nahar, Barang siapa yang menyembelih sebelum shalat hendaknya dia ulangi, maka berdirilah seorang lelaki, Ya Rasulullah, ini adalah hari yang daging itu sangat dinikmati, dan laki-laki tersebut menyebutkan keperluan dari tetangganya sehingga dia menyembelih sebelum shalat, maka Rasulullah seakan-akan

memerintahkan orang yang menyembelih sebelum shalat untuk mengulanginya. Mengenai Umur Hewan Kurban Dalam berkurban terdapat 5 syarat hewan yang akan dikurbankan secara global: 1. Merupakan hewan ternak. 2. Telah memenuhi umur. 3. Terlepas dari cacat. 4. Disembelih pada waktunya. 5. Merupakan milik pribadi, hewan tersebut tidak terkait dengan hak orang lain.

Dari Jabir Radhiyallahu ta`ala anhu, Rasulullah bersabda, Jangan kalian menyembelih kecuali hewan yang sudah memenuhi umur, kecuali kalau sulit bagi kalian. Apabila sulit bagi kalian maka sembelihlah jada-a dari domba. Yang termasuk hewan ternak adalah unta, kambing, dan sapi. Sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits yang menjelaskan tentang berkurban. Dan ditegaskan oleh Ibnu Qayim bahwa tidak pernah diriwayatkan dari Rasulullah ataupun sahabat untuk penyembelihan kurban, haji, aqiqah kecuali dari hewan ternak. Jadi tidak syah berkurban dengan 100 ekor ayam, bebek, dll. Tidak ada perbedaan antara sapi dan kerbau karena hakikatnya sama, demikian pendapat Asy Syaikh Abdulaziz bin Muhammad Alu Syaikh dan Asy Syaikh Shalih Al Fauzan. Urutan keutamaan berkurban dari hewan yang dikurbankan: 1. Dengan 1 ekor unta 2. Dengan 1 ekor sapi 3. Dengan 1 ekor kambing 4. Dengan 1/7 unta 5. Dengan 1/7 sapi (*admin, demikian dijelaskan oleh Al Ustadz Dzulqarnain, padahal sebenarnya harga 1/7 unta lebih mahal daripada harga 1 ekor kambing) Sedangkan untuk nomor yang sama maka dilihat dari sisi harga, penampilan, jumlah daging, jenis kelasnya, dll. Boleh berkurban baik dari jenis betina atau pejantan.

Umur Hewan Kurban Penetapan umur minimal hewan kurban tidak disebutkan dalam nash hadits, akan tetapi hal tersebut dipahami dari kebiasaan bangsa Arab. Umur minimal untuk hewan kurban sebagai berikut: 1. Unta minimal 5 tahun dan telah masuk tahun ke 6. 2. Sapi minimal 2 tahun dan telah masuk tahun ke 3. 3. Kambing Domba diperbolehkan umur minimal 6 bulan bagi yang sulit mendapatkan yang 1 tahun. Sedangkan bagi jenis selain Domba (misal kambing jawa) maka minimal umur 1 tahun dan telah masuk tahun ke 2.

Pelajaran: Apabila imam / pimpinan suatu negeri menyembelih di tempat yang terbuka, maka dia tidak boleh mendahului imam tersebut. Apabila dia menyembelih mendahului imam, maka sesembelihannya tidak sah. Tetapi apabila imam tersebut tidak menampakkan syiar ini, maka kita boleh menyembelih apabila shalat Idul Adha telah dilaksanakan. Dari Uqbah bin Amir, Rasulullah membagi di tengah kami hewan kurban, dan sayapun hanya mendapatkan jada-a (kambing

bukan domba yang berumur kurang dari 1 tahun), maka Rasulullah bersabda sembelihlah. Tidak Boleh Terdapat Cacat Pada Hewan Kurban Keterangan ini berdasar hadits dari Bara` bin Azid, diriwayatkan oleh Imam Malik, Akhmad, Abu Dawud, At Tarmidzi, dll. 1.Sembelihan pincang yang sangat tampak kepincangannya. Kepincangan disini dimaksudkan adalah pincang yang mengganggu dia berjalan dan membuat dia terlambat dari kawan-kawannya. Tetapi apabila hewan tersebut dapat berjalan beriringan dengan kawanannya walaupun sebenarnya dia pincang, maka sah kurbannya. Tetapi tetap lebih utama yang sempurna tidak pincang. Termasuk disini tidak sah berkurban dengan hewan yang putus kakinya. 2.Sembelihan buta sebelah matanya yang sangat nampak kebutaannya. Yang dimaksudkan sangat nampak kebutaannya disini misalkan mata yang buta berubah fisiknya, misal dengan menonjol keluar atau cekung ke dalam. Adapun mata yang buta tapi fisiknya sama dengan mata normal, maka sah disembelih. Begitu pula hewan yang matanya rabun, sah untuk disembelih. 3.Sembelihan sakit yang sangat nampak sakitnya. Sangat nampak sakitnya misalkan dengan menggigil, di kulitnya terlihat penyakit, dll. Adapun hewan yang misalkan tidur-tiduran terus maka sah berkurban dengannya.

4.Sembelihan kurus yang tidak berlemak / bersumsum. Hal ini tentunya hanya dapat diketahui oleh orang yang ahli, maka apabila hewan kurban terlihat kurus tapi dinilai dia masih memiliki lemak / sumsum maka sah disembelih. Syarat hewan qurban, syarat hewan kurban, penyembelihan, syarat kambing kurban, syarat-syarat hewan kurban, syaratsyarat hewan qurban, syarat binatang qurban, penyembelihan hewan kurban, penyembelihan hewan aqiqah dan qurban, makalah penyembelihan hewan kurban, syarat berkurban, makalah kurban dan aqiqah, waktu qurban, SYARAT KURBAN, umur sapi kurban, umur kambing kurban, syarat hewan untuk kurban, penyembelihan binatang, syarat-syarat penyembelihan, hukum islam tentang penyembelihan hewan, Hewan Kurban dan Adab Menyembelihnya Tidak terdapat larangan untuk menyembelih hewan yang hamil. Apabila induknya disembelih, maka hukum tersebut juga berlaku bagi janin yang terdapat di dalam perut. Tetapi apabila janin tersebut masih bergerak saat dikeluarkan dari perut induknya, maka harus disembelih lagi. Satu kambing mencukupi bagi satu keluarga, dan boleh mengikutkan orang yang dekat dalam pahala sembelihannya. Keluarga yang [...] Daurah Jajar Juli 2009 Kitab Zakat Manhajus Salikin C

Ada kewajiban zakat pada harta anak kecil dan orang gila Kewajiban harta hasil sewa sama dengan kewajiban emas dan perak Nishob Unta 5 9 : 1 kambing 10 14 : 2 kambing 15 19 : 3 kambing 20 24 : 4 kambing 25 35 : 1 unta betina umur 1 [...] Pembahasan Seputar Hukum Berkurban dan Idul Adha Bismillahirrahmanirrahim Hukum hukum sekitar berkurban Dari Kitab Adhohiy Shahih Muslim Bab Penjelasan Mengenai Waktu Penyembelihan Dari Jundub Bin Sufyan, saya menyaksikan Idul Adha bersama Rasulullah, maka beliaupun melaksanakan shalat dan selesai dari shalatnya dan beliau salam, maka beliau melihat ada daging sembelihan yang sudah disembelih sebelum beliau selesai shalatnya, maka beliau bersabda, Barang siapa [...] Daurah Jajar Juli 2009 Kitab Zakat Manhajus Salikin D Nishab Kambing 40 120 : 1 kambing 121 200 : 2 kambing 201 300 : 3 kambing Untuk jumlah yang lebih dari 300 ekor maka ditambah satu hewan kurban setiap 100 ekor kambing, contoh : 360 : 3 kambing 399 : 3 kambing 445 : 4 kambing Nishab Sapi / Kerbau Penghitungan [...] Kumpulan Kajian Fikih Hukum Syarat Hewan Kurban, Idul Adha dan Ibadah Haji Ustadz Dzulqarnain menjelaskan bahwa sebab sakit hewan yang sudah dipilih sebagai hewan kurban perlu dirinci. Apabila pemilik memelihara hewan qurban tersebut dengan

semaksimal mungkin tetapi qadarullah sakit, hilang, atau mati sebelum hari idul adha, maka pemilik tidak perlu mengganti dengan hewan kurban yang baru.

BAB IV Pengertian Aqiqah Menurut bahasa Aqiqah artinya : memotong. Asalnya dinamakan Aqiqah, karena dipotongnya leher binatang dengan penyembelihan itu. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena lehernya dipotong Ada pula yang mengatakan bahwa aqiqah itu asalnya ialah : Rambut yang terdapat pada kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut aqiqah, karena ia mesti dicukur. Dalil-dalil Pelaksanaan Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya. [HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad] Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing. [HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah] Anak-anak itu tergadai (tertahan) dengan aqiqahnya, disembelih hewan untuknya pada hari ketujuh, dicukur kepalanya dan diberi nama. [HR Ahmad] Dari Salman bin Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya. [Riwayat Bukhari]

Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing. [HR Abu Keterangan : Hasan dan Husain adalah cucu Rasulullah SAW. Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah bersabda : Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin seberat timbangan rambutnya. [HR Ahmad, Thabrani, dan al-Baihaqi] Dari Abu Buraidah r.a.: Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, atau keempat belas, atau kedua puluh satunya. (HR Baihaqi dan Thabrani). Hukum Aqiqah Anak adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik, penduduk Madinah, Imam Syafii dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha). Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus) darinya darah sembelihan dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur rambutnya). (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan) Perkataan: maka tumpahkan (penebus) darinya darah sembelihan adalah perintah, namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya yang memalingkan dari kewajiban yaitu: Barangsiapa di antara kalian ada yang ingin

menyembelihkan bagi anak-nya, maka silakan lakukan. (HR: Ahmad, Abu Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan). Perkataan: ingin menyembelihkan,.. merupakan dalil yang memalingkan perintah yang pada dasarnya wajib menjadi sunnah. Imam Malik berkata: Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda larangan haji) dan udhhiyah (kurban), tidak boleh dalam aqiqah ini hewan yang picak, kurus, patah tulang, dan sakit. Imam Asy-Syafiiy berkata: Dan harus dihindari dalam hewan aqiqah ini cacat-cacat yang tidak diperbolehkan dalam qurban. Buraidah berkata: Dahulu kami di masa jahiliyah apabila salah seorang diantara kami mempunyai anak, ia menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka setelah Allah mendatangkan Islam, kami menyembelih kambing, mencukur (menggundul) kepala si bayi dan melumurinya dengan minyak wangi. [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 107] Pelaksanaan aqiqah menurut kesepakatan para ulama adalah hari ketujuh dari kelahiran. Hal ini berdasarkan hadits Samirah di mana Nabi SAW bersabda, Seorang anak terikat dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan aqiqah pada hari ketujuh dan diberi nama. (HR. al-Tirmidzi). Namun demikian, apabila terlewat dan tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh, ia bisa dilaksanakan pada hari ke-14. Dan jika tidak juga, maka pada hari ke-21 atau kapan saja ia mampu. Imam Malik berkata : Pada dzohirnya

bahwa keterikatannya pada hari ke 7 (tujuh) atas dasar anjuran, maka sekiranya menyembelih pada hari ke 4 (empat) ke 8 (delapan), ke 10 (sepuluh) atau setelahnya Aqiqah itu telah cukup. Karena prinsip ajaran Islam adalah memudahkan bukan menyulitkan sebagaimana firman Allah SWT: Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS.Al Baqarah:185) Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini berdasarkan sabda Nabi SAW, yang artinya: Setiap anak itu tergadai dengan hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama. (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi) Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata yang artinya: Hewan aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh satu. (Hadits hasan riwayat Al Baihaqiy) Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke tujuh, ke empat belas dan ke dua puluh satu adalah sifatnya sunnah dan paling utama bukan wajib. Dan boleh juga melaksanakannya sebelum hari ke tujuh.

Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk disembelihkan aqiqahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya. Aqiqah adalah syariat yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang yang belum di sembelihkan hewan aqiqah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa menyembelih aqiqah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: Dan bila tidak diaqiqahi oleh ayahnya kemudian dia mengaqiqahi dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-apa menurut saya, wallahu Alam. Hukum Aqiqah Setelah Dewasa/Berkeluarga Pada dasarnya aqiqah disyariatkan untuk dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahiran. Jika tidak bisa, maka pada hari keempat belas. Dan jika tidak bisa pula, maka pada hari kedua puluh satu. Selain itu, pelaksanaan aqiqah menjadi beban ayah. Namun demikian, jika ternyata ketika kecil ia belum diaqiqahi, ia bisa melakukan aqiqah sendiri di saat dewasa. Satu ketika alMaimuni bertanya kepada Imam Ahmad, ada orang yang belum diaqiqahi apakah ketika besar ia boleh mengaqiqahi dirinya sendiri? Imam Ahmad menjawab, Menurutku, jika ia belum diaqiqahi ketika kecil, maka lebih baik melakukannya sendiri saat dewasa. Aku tidak menganggapnya makruh. Para pengikut Imam Syafii juga berpendapat demikian. Menurut mereka, anak-

anak yang sudah dewasa yang belum diaqiqahi oleh orang tuanya, dianjurkan baginya untuk melakukan aqiqah sendiri. Jumlah Hewan Jumlah hewan aqiqah minimal adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun untuk perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas ra: Sesungguh-nya Nabi SAW mengaqiqahi Hasan dan Husain satu domba satu domba. (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al Jarud) Namun yang lebih utama adalah 2 ekor untuk anak laki-laki dan 1 ekor untuk anak perempuan berdasarkan hadits-hadits berikut ini: Ummu Kurz Al Kabiyyah berkata, yang artinya: Nabi SAW memerintahkan agar dsembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba dan dari anak perempuan satu ekor. (Hadits sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan) Dari Aisyah ra berkata, yang artinya: Nabi SAW memerintahkan mereka agar disembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor. (Shahih riwayat At Tirmidzi) Yang berhubungan dengan sang anak 1. Disunnatkan untuk memberi nama dan mencukur rambut (menggundul) pada hari ke-7 sejak hari iahirnya. Misalnya lahir pada hari Ahad, aqiqahnya jatuh pada hari Sabtu. 2. Bagi anak laki-laki disunnatkan beraqiqah dengan 2 ekor kambing sedang bagi anak perempuan 1 ekor.

3. Aqiqah ini terutama dibebankan kepada orang tua si anak, tetapi boleh juga dilakukan oleh keluarga yang lain (kakek dan sebagainya). 4. Aqiqah ini hukumnya sunnah. Daging Aqiqah Lebih Baik Mentah Atau Dimasak Dianjurkan agar dagingnya diberikan dalam kondisi sudah dimasak. Hadits Aisyah ra., Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak lakilaki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh. (HR alBayhaqi) Daging aqiqah diberikan kepada tetangga dan fakir miskin juga bisa diberikan kepada orang non-muslim. Apalagi jika hal itu dimaksudkan untuk menarik simpatinya dan dalam rangka dakwah. Dalilnya adalah firman Allah, Mereka memberi makan orang miskin, anak yatim, dan tawanan, dengan perasaan senang. (QS. Al-Insan : 8). Menurut Ibn Qudmah, tawanan pada saat itu adalah orangorang kafir. Ketentuan Hewan Aqiqah 1. Dalam masalah aqiqah, binatang yang boleh dipergunakan sebagai sembelihan hanyalah kambing, tanpa memandang apakah jantan atau betina, sebagaimana riwayat di bawah ini: Dari Ummu Kurz AI-Kabiyah, bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang aqiqah. Maka sabda beliau SAW, Ya, untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor kambing. Tidak

menyusahkanmu baik kambing itu jantan maupun betina. [HR. Ahmad dan Tirmidzi, dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar 5 : 149] Dan kami belum mendapatkan dalil yang lain yang menunjukkan adanya binatang selain kambing yang dipergunakan sebagai aqiqah. 2. Waktu yang dituntunkan oleh Nabi SAW berdasarkan dalil yang shahih ialah pada hari ke7 semenjak kelahiran anak tersebut. [Lihat dalil riwayat 'Aisyah dan Samurah di atas] Pembagian daging Aqiqah Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya, menghadiahkan sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan daging aqiqah yang sudah matang. Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan sepertiganya, menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya. Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di dalam Al lajnah Ad Daimah.

Pemberian Nama Anak Tidak diragukan lagi bahwa ada kaitan antara arti sebuah nama dengan yang diberi nama. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya sejumlah nash syari yang menyatakan hal tersebut. Dari Abu Hurairoh Ra, Nabi SAW bersabda: Kemudian Aslam semoga Allah menyelamatkannya dan Ghifar semoga Allah mengampuninya. (HR. Bukhori 3323, 3324 dan Muslim 617) Dari Said bin Musayyib dari bapaknya dari kakeknya Ra, ia berkata: Aku datang kepada Nabi SAW, beliau pun bertanya: Siapa namamu? Aku jawab: Hazin Nabi berkata: Namamu Sahl Hazn berkata: Aku tidak akan merobah nama pemberian bapakku Ibnu AlMusayyib berkata: Orang tersebut senantiasa bersikap keras terhadap kami setelahnya. (HR. Bukhori) (At-Thiflu Wa Ahkamuhu/Ahmad AlIsawiy hal 65) Oleh karena itu, pemberian nama yang baik untuk anak-anak menjadi salah satu kewajiban orang tua. Di antara nama-nama yang baik yang layak diberikan adalah nama nabi penghulu jaman yaitu Muhammad. Sebagaimana sabda beliau : Dari Jabir Ra dari Nabi SAW beliau bersabda: Namailah dengan namaku dan janganlah engkau menggunakan kunyahku. (HR. Bukhori 2014 dan Muslim 2133) Mencukur Rambut Mencukur rambut adalah anjuran Nabi yang sangat baik untuk dilaksanakan ketika anak yang baru lahir pada hari ketujuh.

Dalam hadits Samirah disebutkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, Setiap anak terikat dengan aqiqahnya. Pada hari ketujuh disembelihkan hewan untuknya, diberi nama, dan dicukur. (HR. at-Tirmidzi). Dalam kitab al-Muwathth` Imam Malik meriwayatkan bahwa Fatimah menimbang berat rambut Hasan dan Husein lalu beliau menyedekahkan perak seberat rambut tersebut. Tidak ada ketentuan apakah harus digundul atau tidak. Tetapi yang jelas pencukuran tersebut harus dilakukan dengan rata; tidak boleh hanya mencukur sebagian kepala dan sebagian yang lain dibiarkan. Doa Menyembelih Hewan Aqiqah Bismillah, Allahumma taqobbal min muhammadin, wa aali muhammadin, wa min ummati muhammadin. Artinya : Dengan nama Allah, ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad dan keluarga Muhammad serta dari ummat Muhammad. (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud) Doa bayi baru dilahirkan Innii uiidzuka bikalimaatillaahit taammati min kulli syaythaanin wa haammatin wamin kulli aynin laammatin Artinya : Aku berlindung untuk anak ini dengan kalimat Allah Yang Sempurna dari segala gangguan syaitan dan gangguan binatang serta gangguan sorotan mata yang dapat membawa akibat buruk bagi apa yang dilihatnya. (HR. Bukhari)

Hikmah Aqiqah Aqiqah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam sebagaimana dilansir di sebuah situs memiliki beberapa hikmah diantaranya : 1. Menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW dalam meneladani Nabiyyullah Ibrahim AS tatkala Allah SWT menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail AS. 2. Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits, yang artinya: Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya. . Sehingga Anak yang telah ditunaikan aqiqahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al Imam Ibunu Al Qayyim Al Jauziyah bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh aqiqahnya. 3. Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan aqiqahnya). 4. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa Taala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Taala dengan lahirnya sang anak. 5. Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syariat Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat. Fungsi aqiqah Aqiqah adalah ungkapan rasa syukur atas kelahiran seorang bayi dengan melakukan penyembelihan hewan yang telah ditentukan sesuai syariat. Jumhur ulama menyatakan bahwa hukum aqiqah adalah sunnah

muakkaddah baik bagi bayi laki-laki maupun bayi perempuan. Pelaksanaannya dapat dilakukan pada hari ke tujuh (ini yang lebih utama menurut para ulama), keempat belas, dua puluh satu atau pada hari-hari yang lainnya yang memungkinkan. Rasulullah saw bersabda, Setiap yang dilahirkan tergadai hingga dengan aqiqahnya (yaitu) yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan dicukur rambutnya serta diberi nama. (HR Ahmad dan Ashhabush Sunan) Lebih utama dalam Aqiqah dengan menyembelih dua ekor kambing aqiqah yang berdekatan umurnya bagi bayi laki-laki dan seekor kambing bagi bayi perempuan. dari Ummi Kurz A-Kabiyyah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang berdekatan umurnya dan untuk anak perempuan satu ekor kambing. (HR Ahmad dan At-Tirmidzi) Rasulullah saw sama sekali tidak memberikan aturan main dalam penyelenggaraan acaranya secara khusus dalam aqiqah. Tidak ada keharusan untuk mengemas acara khusus untuk sebuah perayaan aqiqah seperti membuat undangan resepsi tertentu, lalu acaranya dikemas dengan dipimpin oleh seorang pembawa acara, kemudian dibacakan ayat-ayat al-quran dan terjemahnya. Lalu terkadang ada sedikit sambutan dan ceramah dari ustadz tertentu. Semua rangakain acara itu sama sekali tidak ditentukan dan juga tidak diatur di dalam syariat islam. Ada beberapa perbedaan yang patut diperhatikan antara kurban dengan aqiqah, antara lain: a. Daging kurban disedekahkan kepada fakir miskin atau anak yatim dalam keadaan mentah. Sedangkan daging aqiqah disedekahkan kepada fakir miskin dan boleh juga kepada orang-orang kaya dalam keadaan sudah dimasak, karena menurut hadist riwayat Baihaqi dari Aisyah ra. menyedekahkan daging dalam keadaan sudah dimasak itu sunah.

b. Kaki belakang yang kanan hewan aqiqah sunah disedekahkan kepada bidan yang menangani kelahiran dan merawat bayi yang bersangkutan, sedangkan kaki hewan kurban tidak diperlakukan demikian. Hal ini didasarkan kepada riwayat Hakim yang di Shahihkannya, bahwa Fatimah telah melakukan hal itu atas perintah Rosulullah Saw. c. Waktu atau masa penyembelihan kurban hanya empat hari dalam setahun, yaitu tanggal 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah. Sedangkan menyembelih hewan aqiqah tidak terbatas pada hari-hari tersebut, bahkan bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun.

pula yang membenarkan melaksanakan Aqiqah Kambing dengan modal pinjaman demi untuk menghidupkan sunah Rasul dan dengan harapan insya Allah Dia akan menggantinya dengan rizki yang lebih besar.Cobalah anda cari Layanan Akikah & Jasa Akikah yang profesional. Muhammad bin Ibrahim berkata : Aqiqah itu diperintahkan meskipun berupa seekor burung.

Pemotongan AqiqahAhmad bin Hambal berbicara tentang aqiqah, ia berkata : Penyembelihan dilakukan pada hari ketujuh, jika tidak maka pada hari keempat belas, dan jika tidak maka pada hari kedua puluh satu. Dalam hadits yang dibawakan oleh Al-Baihaqi juga terdapat keterangan yang serupa dengan hal tersebut. Ada beberapa ulama berpendapat bahwa jika pada hari-hari tersebut belum juga dapat dilakukan penyembelihan maka penyembelihan dapat dilakukan pada hari-hari lainnya yang memungkinkan.Apabila hari Iedul Adha (Iedul Kurban) bertepatan waktunya dengan hari aqiqah maka cukuplah dilakukan pemotongan seekor domba untuk keduanya sekaligus. Hukum Pemotongan Aqiqah Telah dikatakan bahwa bila seeorang tidak mampu melaksanakan Aqiqah Kambing maka tidak ada keharusan baginya memaksakan diri untuk melakukannya. Ada

Hikmah dan Syarat-syarat Aqiqah

Sebagai pernyataan gembira atas diberinya kekuatan untuk melaksanakan syariat Islam dan dianugerahinya seorang anak yang muslim yang diharapkan kelak akan mengabdikan dirinya hanya kepada Allah Swt semata. Membiasakan berkurban bagi orang tua/wali untuk Aqiqah Anak atau si jabang bayi sejak pertama kali kelahirannya di dunia. Melepaskan penghalang-penghalang pada si bayi dalam memberikan syafaat kepada orang tua mereka kelak. Melindungi dari gangguan setan sehingga setiap anggota tubuh aqiqah berguna untuk menebus seluruh anggota tubuh si bayi.

Pada waktu memotong aqiqah juga diucapkan apa yang diucapkan pada waktu memotong kurban yaitu Bismillah.

pemotongan kurban., yakni dagingnya disedekahkan. Ynang baik adalah sepertiga dikonsumsi sendiri, sepertiga dihadiahkan, dan sepertiga disedekahkan.

Lebih diutamakan memasak aqiqah dan tidak diberikan dalam keadaan mentah untuk mempermudah para fakir miskin dalam menikmatinya, dan ini lebih terpuji.

Umur aqiqah yang disembelih adalah sesuai dengan yang diperintahkan, sehat, dan tidak cacat.

Tidak sah bila dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa orang dengan memotong seekor domba untuk beberapa anak dari mereka.

Sebaiknya Paket Akikah & Paket Aqiqah itu berupa domba, walau ada juga yang menyembelih seekor unta, sapi, atau kerbau.

Diutamakan memotong aqiqah itu atas nama si bayi. Sabda Rasul Saw :

Sembelihlah atas namanya, artinya diniatkan atas nama si bayi Dengan asma Allah, ya Allah untukMu dan kepada-Mu, ini adalah aqiqah si fulan. Penyembelihannya yang baik dilakukan sesudah matahari terbit.

Apa yang terpuji pada pemotongan Paket Akikah & Paket Aqiqah adalah sama seperti yang terpuji pada

Cara Menyembelih Hewan Cara Menyembelih Hewan menurut tuntunan agama Islam adalah sebagai

berikut: - Mengasah pisau hingga benar-benar tajam. - Mengikat hewan dengan tali. - Membaringkan hewan dengan lambung kiri menempel ke tanah, sehingga tangan kiri orang yang menyembelih berada di sebelah kepala hewan dan hewan ada di sebelah selatan. - Penyembelihan menghadap kiblat. - Membaca doa. - Pisau ditekan dengan kuat ke leher hewan, sehingga saluran pernafasan dan saluran makan benar-benar putus. - Penyembelihan bisa dilakukan sendiri atau diserahkan orang lain. - Penyembelih dalam keadaan sehat dan Muslim. Tuntunan Tata Cara Penyembliha Hewan Dalam tuntunan penyembelihan hewaninsya Allah akan dibahas mengenai syarat penyembelihan yang dapat membuat hewan halal untuk dikonsumsi. Syarat ini terbagi menjadi tiga: Syarat yang berkaitan dengan hewan yang akan disembelih, Syarat yang berkaitan dengan orang yang akan menyembelih, dan Syarat yang berkaitan dengan alat untuk menyembelih. Setelah itu kami akan mengutarakan pula adab ketika penyembelihan hewan. SYARAT HEWAN YANG AKAN DISEMBELIH Yaitu hewan tersebut masih dalam keadaan hidup ketika penyembelihan, bukan dalam keadaan bangkai (sudah mati). Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman,

gila dan anak kecil yang belum tamyiz. Begitu pula orang yang mabuk, sembelihannya juga tidak sah. Kedua: Yang menyembelih adalah seorang muslim atau ahli kitab (Yahudi atau Nashrani). Oleh karena itu, tidak halal hasil sembelihan dari seorang penyembah berhala dan orang Majusi sebagaimana hal ini telah disepakati oleh para ulama. Karena selain muslim dan ahli kitab tidak murni mengucapkan nama Allah ketika menyembelih. Sedangkan ahlul kitab masih dihalalkan sembelihan mereka karena Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman,

Makanan (sembelihan) ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani) itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (QS. Al Ma-idah: 5). Makna makanan ahlul kitab di sini adalah sembelihan mereka, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas, Abu Umamah, Mujahid, Said bin Jubair, Ikrimah, Atho, Al Hasan Al Bashri, Makhul, Ibrahim An Nakhoi, As Sudi, dan Maqotil bin Hayyan.[2] Namun yang mesti diperhatikan di sini, sembelihan ahul kitab bisa halal selama diketahui kalau mereka tidak menyebut nama selain Allah. Jika diketahui mereka menyebut nama selain Allah ketika menyembelih, semisal mereka menyembelih atas nama Isa Al Masih, Udzair atau berhala, maka pada saat ini sembelihan mereka menjadi tidak halal berdasarkan firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala,

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai. (QS. Al Baqarah: 173) Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah. (QS. Al Maidah: 3) Ketiga: Menyebut nama Allah ketika menyembelih. Jika sengaja tidak menyebut

SYARAT ORANG YANG AKAN MENYEMBELIH Pertama: Berakal, baik laki-laki maupun perempuan, sudah baligh atau belum baligh asalkan sudah tamyiz. Sehingga dari sini, tidak sah penyembelihan yang dilakukan oleh orang

nama Allah padahal ia tidak bisu dan mampu mengucapkan-, maka hasil sembelihannya tidak boleh dimakan menurut pendapat mayoritas ulama. Sedangkan bagi yang lupa untuk menyebutnya atau dalam keadaan bisu, maka hasil sembelihannya boleh dimakan. Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman,

saja masuk Islam.[4] Namun pendapat mayoritas ulama yang menyaratkan wajib tasmiyah (basmalah) itulah yang lebih kuat dan lebih hati-hati. Sedangkan dalil yang disebutkan oleh Imam Asy Syafii adalah untuk sembelihan yang masih diragukan disebut nama Allah ataukah tidak. Maka untuk sembelihan semacam ini, sebelum dimakan, hendaklah disebut nama Allah terlebih dahulu. Keempat: Tidak disembelih atas nama selain Allah. Maksudnya di sini adalah mengagungkan selain Allah baik dengan mengeraskan suara atau tidak. Maka hasil sembelihan seperti ini diharamkan berdasarkan kesepakatan ulama. Dalilnya adalah firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala,

Dan janganlah kamu memakan binatangbinatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. (QS. Al Anam: 121) Begitu juga hal ini berdasarkan hadits Rofi bin Khodij, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Segala sesuatu yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah ketika menyembelihnya, silakan kalian makan.*3+ Inilah yang dipersyaratkan oleh mayoritas ulama yaitu dalam penyembelihan hewan harus ada tasmiyah (penyebutan nama Allah atau basmalah). Sedangkan Imam Asy Syafii dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad menyatakan bahwa hukum tasmiyah adalah sunnah (dianjurkan). Mereka beralasan dengan hadits Aisyah radhiyallahu anha, . .

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah. (QS. Al Maidah: 3) SYARAT ALAT UNTUK MENYEMBELIH Ada dua syarat yang mesti dipenuhi yaitu: Pertama: Menggunakan alat pemotong, baik dari besi atau selainnya, baik tajam atau tumpul asalkan bisa memotong. Karena maksud dari menyembelih adalah memotong urat leher, kerongkongan, saluran pernafasan dan saluran darah. Kedua: Tidak menggunakan tulang dan kuku. Dalilnya adalah hadits Rofi bin Khodij, Segala sesuatu yang mengalirkan darah dan disebut nama Allah ketika menyembelihnya, silakan kalian makan, asalkan yang digunakan bukanlah gigi dan kuku. Aku akan memberitahukan pada kalian mengapa hal ini dilarang. Adapun gigi, ia termasuk tulang.

Ada sebuah kaum berkata pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, Ada sekelompok orang yang mendatangi kami dengan hasil sembelihan. Kami tidak tahu apakah itu disebut nama Allah ataukah tidak. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Kalian hendaklah menyebut nama Allah dan makanlah daging tersebut. Aisyah berkata bahwa mereka sebenarnya baru

Sedangkan kuku adalah alat penyembelihan yang dipakai penduduk Habasyah (sekarang bernama Ethiopia). ADAB DALAM PENYEMBELIHAN HEWAN Pertama: Berbuat ihsan (berbuat baik terhadap hewan) Dari Syadad bin Aus, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ulama. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah, . . . .

Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam meminta diambilkan seekor kambing kibasy. Beliau berjalan dan berdiri serta melepas pandangannya di tengah orang banyak. Kemudian beliau dibawakan seekor kambing kibasy untuk beliau buat qurban. Beliau berkata kepada Aisyah, Wahai Aisyah, bawakan kepadaku pisau. Beliau melanjutkan, Asahlah pisau itu dengan batu. Aisyah pun mengasahnya. Lalu beliau membaringkan kambing itu, kemudian beliau bersiap menyembelihnya, lalu mengucapkan, Bismillah. Ya Allah, terimalah qurban ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat Muhammad. Kemudian beliau menyembelihnya.

Di antara bentuk berbuat ihsan adalah tidak menampakkan pisau atau menajamkan pisau di hadapan hewan yang akan disembelih. Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu anhuma, ia berkata,

Ketiga: Meletakkan kaki di sisi leher hewan Anas berkata, .

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam mengamati seseorang yang meletakkan kakinya di atas pipi (sisi) kambing dalam keadaan ia mengasah pisaunya, sedangkan kambing itu memandang kepadanya. Lantas Nabi berkata, Apakah sebelum ini kamu hendak mematikannya dengan beberapa kali kematian?! Hendaklah pisaumu sudah diasah sebelum engkau membaringkannya.*7+ Kedua: Membaringkan hewan di sisi sebelah kiri, memegang pisau dengan tangan kanan dan menahan kepala hewan ketika menyembelih Membaringkan hewan termasuk perlakuan terbaik pada hewan dan disepakati oleh para

Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam berqurban dengan dua ekor kambing kibasy putih. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu beliau membaca basmalah dan takbir, kemudian beliau menyembelih keduanya.*10+ Ibnu Hajar memberi keterangan, Dianjurkan meletakkan kaki di sisi kanan hewan qurban. Para ulama telah sepakat bahwa membaringkan hewan tadi adalah pada sisi kirinya. Lalu kaki si penyembelih diletakkan di sisi kanan agar mudah untuk menyembelih dan mudah mengambil pisau dengan tangan kanan. Begitu pula seperti ini akan semakin mudah memegang

kepala hewan tadi dengan tangan kiri.*11+ Keempat: Menghadapkan hewan ke arah kiblat Dari Nafi, . Sesungguhnya Ibnu Umar tidak suka memakan daging hewan yang disembelih dengan tidak menghadap kiblat.*12+ Syaikh Abu Malik menjelaskan bahwa menghadapkan hewan ke arah kiblat bukanlah syarat dalam penyembelihan. Jika memang hal ini adalah syarat, tentu Allah akan menjelaskannya. Namun hal ini hanyalah mustahab (dianjurkan).[13] Kelima dan Keenam: Mengucapkan tasmiyah (basmalah) dan takbir Ketika akan menyembelih disyariatkan membaca "Bismillaahi wallaahu akbar", sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik di atas. Untuk bacaan bismillah (tidak perlu ditambahi Ar Rahman dan Ar Rahiim) hukumnya wajib sebagaimana telah dijelaskan di muka. Adapun bacaan takbir Allahu akbar para ulama sepakat kalau hukum membaca takbir ketika menyembelih ini adalah sunnah dan bukan wajib.

Menurut qoul (pendapat) sebagian besar ulama, selain menggunakan onta, sapi, dan kambing, binatang lainnya yang dapat disembelih adalah domba dan kerbau. Domba (biri-biri) disamakan dengan kambing sedangkan kerbau disamakan dengan sapi. Pengertian hewan ternak menurut para ahli fiqih (ulama) berbeda dengan pengertian binatang ternak pada umumnya. Karena itu hewan-hewan seperti ayam, angsa, kuda, ikan, maupun burung unta meskipun diternakkan tetapi tidak dapat digunakan sebagai hewan kurban. Apalagi jika menggunakan binatang liar semisal rusa, kancil, dan kijang.

Kambing ternak

Kambing jantan bisa digunakan kurban Kambing ternak dalam bahasa latin disebut Capra aegagrus hircus merupakan subspesies kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Kambing telah dibudidayakan oleh manusia semenjak 8000 hingga 9000 tahun yang lalu. Kambing ternak ini menjadi salah satu jenis hewan yang bisa disembelih dalam kurban. Seekor kambing dapat digunakan untuk berkurban oleh satu orang saja.

Domba peliharaan

Jenis hewan (Binatang) untuk Kurban (Qurban)

Domba atau biri-biri peliharaan yang dalam bahasa latin disebut Ovis aries diperkirakan keturunan dari moufflon liar dari Asia Tengah

selatan dan barat-daya. Domba (biri-biri) termasuk diantara hewan yang pertama dipelihara manusia. Diperkirakan binatang ini mulai diternakkan sejak 11.000 tahun yang silam di Mesopotamia Domba peliharaan ini menjadi salah satu jenis hewan yang bisa disembelih dalam kurban. Sebagaimana kambing, satu ekor domba dapat digunakan untuk kurban satu orang. Klasifikasi ilmiah domba peliharaan: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Famili: Bovidae; Upafamili: Caprinae; Genus: Ovis; Spesies: Ovis aries (Linnaeus, 1758).

Kerbau yang dalam bahasa latin disebut Bubalus bubalis asal usulnya (termasuk taksonominya) masih menjadi perdebatan. Kerbau diperkirakan telah dipelihara manusia sejak 5000 tahun yang lalu. Kerbau dapat dijadikan sebagai binatang qurban. Seperti halnya sapi, seekor kerbau dapat digunakan untuk kurban oleh 7 orang secara bersama-sama.

Onta

Sapi

Kurban dapat menggunakan Onta Sapi telah diternakkan sejak tahun 9500 SM Sapi ternak yang dalam bahasa latin disebut Bos taurus merupakan keturunan dari jenis sapi liar yang dikenal sebagai Auerochse atau Urochse (Bos primigenius) di Eropa yang sudah punah sejak 1627. Sapi telah dipelihara manusia sejak jaman Neolitik atau sekitar tahun 9.500 SM di daerah Timur Tengah. Selain Bos taurus juga terdapat sapi bali yang merupakan domestikasi dari banteng (Bos javanicus). Sapi termasuk salah satu jenis hewan yang bisa disembelih dalam kurban. Satu ekor sapi dapat digunakan untuk kurban oleh 7 orang secara bersama-sama.

Unta atau onta merupakan anggota genus Camelus yang terdiri atas dua spesies yaitu Unta berpunuk tunggal (Camelus dromedarius) dan unta berpunuk ganda (Camelus bactrianus). Unta dipelihara manusia (domestikasi) sejak 5.000 tahun yang lalu. Unta menjadi salah satu binatang yang dapat digunakan sebagai hewan kurban. Seekor unta dapat digunakan kurban oleh 10 orang bersama-sama. Selain dengan menggunakan binatang ternak yang telah ditentukan tersebut, hewan qurban memiliki beberapa syarat lain. Syarat itu seperti keadaan hewan kurban yang tidak cacat fisik, usia hewan yang telah cukup umur (satu tahun lebih untuk domba; dua tahun lebih untuk

Kerbau

kambing, sapi, dan kerbau; dan 5 tahun lebih untuk unta).

BAB VIKesimpulan: 1. Awal waktu menyembelih adalah setelah salat Idul Adha bagi orang yang tidak bepergian, sedangkan bagi orang yang sedang safar (bepergian) maka mereka memperkirakan waktu dimana kaum Muslimin telah selesai mengerjakan shalat Idul Adha. Akhir waktu menyembelih terdapat dua pendapat dari kalangan Ulama, pendapat pertama ketika matahari terbenam pada tanggal 12 Dzulhijjah dan pendapat kedua ketika matahari terbenam pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dalil dari pendapat kedua memakai ayat Agar mereka mengingat Allah pada harihari yang telah ditentukan. Pada ayat ini disebutkan hari-hari (ayyaamin) dalam bentuk jamak. Dalam bahasa Arab kata jamak memiliki jumlah minimal tiga. Dan ini pendapat yang dipilih kebanyakan ulama pada masa ini. Akan tetapi apabila memilih untuk berhati-hati dengan memilih batas akhir tanggal 12 maka hal ini juga diperbolehkan karena tidak terdapat riwayat yang kuat dari sahabat yang menunjukkan mereka menyembelih pada tanggal 13 Dzulhijjah. 2. Menyembelih hewan kurban harus sudah memenuhi umur yang ditentukan oleh syariat, apabila kurang dari umur yang ditentukan maka tidak syah kurbannya dan hanya dihitung sebagai sadaqah. Keringanan di atas hanya diberikan kepada beberapa sahabat saja dan tidak diberikan kepada orang lain lagi setelahnya.