tata aturan

Upload: aditya-setiawan

Post on 10-Jul-2015

84 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TATA ATURAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

KELOMPOK III

Venansius CH. First Ruba A. A. Gede Putra Adhitya I Made Werayoga I Made Yesta Santiatma I Wayan Aditya Setiawan Anelia Rezkina Br. S

1105105015 1105105068 1105105051 1105105039 1105105008 1105105014 1105105076

Yeyen Pertiwi S

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang

Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang digunakan untuk memperlancar hubungan antara subyek yang satu dengan yang lainnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa bahasa memiliki peranan yang sangata penting dalam membangun hubungan. Sebagai Bangsa Indonesia, kita tak dapat memungkiri lagi eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi antarmasyarakat Indonesia. Penggunaannya memang sudah dimaklumi oleh seluruh masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan Bahasa Indonesia sudah mulai diobrak-abrik. Tak jarang kita mendengar penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan telah ditetapkan.di samping itu pula, sebagian besar masyarakat Indonesia yang sering acuh tak acuh dalam menggunakan tata bahasa Indonesia. Seringkali, dalam forum-forum resmi, kita mendengar subyek-subyek yang salah mengunakan Bahasa Indonesia. Bahasa keseharian dipakai seenaknya dalam acara-acara kenegaraan. Padahal pada acara-acara tersebut, bahasa yang sesuai dengan tata kaidahlah yang seharusnya dipakai.

Melihat problematika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, maka kelompok kami akan mengulas berbagai kaidah penggunaan tata bahasa sesuai yang dicantumkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan(EYD). Ejaan Yang Disempurnakan ini kiranya akan bermanfaat bagi kita guna mengembalikan makna penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan manfaatnya.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah agar para pembaca dapat lebih memahami penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dan dapat membantu para pembaca dalam menggunakan tata bahasa Indonesia secara baik dan benar, serta sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung.

Di samping itu, para pembaca dapat menerapkan kaidah-kaidah Ejaan Yang Disempurnakan ini dalam kesehariannya.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari karya tulis ini, di antaranya :

Bagaimana sejarah pembentukan Ejaan Yang Disempurnakan? Apa Perbedaan antara Ejaan Yang Disempurnakan dan Ejaan Sebelumnya? Bagaimana pedoman penggunaan huruf dalam Ejaan Yang Disempurnakan? Bagaimana pedoman penggunaan kata dalam Ejaan Yang Disempurnakan?

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah agar masyarakat dapat menyadari betapa pentingnya peranan bahasa dan juga memahami tata cara penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Di samping itu juga, agar masyarakat dapat lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia secara lebih efektif.

BAB II ISI2.1 Sejarah Pembentukan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD) Pembentukan Ejaan Yang Disempurnakan merupakan suatu tahapan yang amat panjang. Berbagai tahap dilewati sampai akhirnya sampai pada hasil yang sesuai keinginan Bangsa Indonesia. Di bawah ini, akan dijelaskan beberapa kilas peristiwa atau proses pembentukan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD) ini. a. Awal Munculnya Ide Pembentukan Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang

lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah". b. Revisi EYD

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975. Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

c. Perbedaan Ejaan Sebelumnya dan EYD

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

'tj' menjadi 'c' : tjutji cuci 'dj' menjadi 'j' : djarak jarak 'j' menjadi 'y' : sajang sayang 'nj' menjadi 'ny' : njamuk nyamuk 'sj' menjadi 'sy' : sjarat syarat 'ch' menjadi 'kh' : achir akhir awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

2.2 Pedoman Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)

a.Pemakaian HurufA. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga. Huruf Nama Kapital Kecil A a a B b be C c ce D d de E e e F f ef G g ge H h ha I i i J j je K k ka L l el M m em N n en O o o P p pe Q q ki R r er S s es T t te U u u V v ve W w we X x eks Y y ye Z z zet B. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. C. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. D. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. E. Gabungan Huruf Konsonan Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan. Catatan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus. F. Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia membaca buku. 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" 3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Alkitab, Quran 4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Sultan Hasanuddin b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Pada tahun ini dia pergi naik haji. 5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Misalnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu? 6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah (1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: J.J de Hollander (2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: J/K atau JK-1 joule per Kelvin

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel 7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Eskimo b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing 8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya: tahun Hijriah tarikh Masehi b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Candu c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. 9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi Asia Tenggara b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Bukit Barisan Danau Toba c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: ukiran Jepara pempek Palembang d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya: nangka belanda 10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.

Misalnya: beberapa badan hukum Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah. 11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa 12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. 13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr. doktor S.E. sarjana ekonomi Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993. 14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. 15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? 16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. G. Huruf Miring 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca. Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik. 2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan. 3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta. Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. H. Huruf Tebal 1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya: Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG Bab : BAB I PENDAHULUAN Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Daftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA INDEKS LAMPIRAN 2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya: Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu. Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah. Seharusnya ditulis dengan huruf miring: Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris.

Saya tidak mengambil bukumu. Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah. 3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi. Misalnya: kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan Bahasa Indonesia merupakan bahasa kebanggaan yang dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kebanggaan ini tentunya sangat melekat dalam diri setiap orang. Namun, kebanggaan tersebut hanyalah menjadi sebuah sematan yang tidak bermakna, apabila dalam penggunaannya kita sering mencampuradukkan segala kaidah bahasa Indonesia tanpa memperhatikan tata aturan yang berlaku. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia hanya dimengerti secara lisan, bukan secara tertulis. Pembentukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan suatu hal yang sangat membantu perkembangan bahasa. Pembentukan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD) telah melewati proses yang sangat panjang. Ide awalnya muncul ketika ada keprihatinan untuk membangun tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di samping itu pula, selama pembentukan, telah mengalami beberapa kali revisi guna menyempurnakannya. Pada akhirnya, Ejaan Yang Disempurnakan(EYD) ini sangatlah membantu masyarakat Indonesia dalam membudidayakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. 3.2 Saran Ejaan Yang Disempurnakan(EYD) merupakan suatu kaidah penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. EYD tentunya sangat membantu dalm berbagai hal. Untuk itu, sebaiknya kita sebagai pelajar dapat memberikan teladan kepada masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan EYD secara baik dan benar. Kita merupakan generasi muda sekaligus agent of change. Posisi ini tentunya sangat menguntungkan. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar oleh kita

sebagai kaum pelajar, akan mudah diikuti oleh masyarakat Indonesia. Akibatnya, budaya berbahasa secara baik dan benar akan dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKAPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Mengenai Ejaan Yang Disempurnakan,Nomor 46 tahun 2009.