tata air mikro pengelolan air di lut

25
DIKLAT PERENCANAAN JARINGAN REKLAMASI RAWA TINGKAT DASAR BAHAN AJAR MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) T.Reinhart P.Simandjuntak Ir,Dipl HE,MT Widyaiswara Utama KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jalan Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat -Jakarta Selatan Telp/Fax 021-75906946 TATA AIR MIKRO Pengelolaan Air di Tingkat lahan Usaha Tani

Upload: joko-bintoro

Post on 11-Apr-2016

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TATA AIR MIKROPENGELOLAAN AIR DI LAHAN USAHA TANIDAFTAR ISI1 Kebutuhan air tanaman2 Pengelolaan air dilahan sawah2.1 Retensi air2.2 Drainase dan pencucian tanah2.3 Irigasi pasang surut2.4 Irigasi pompa2.5 Pengelolaan air dan pengendalian hama3 Pengelolaan air untuk palawija4 Pengelolaan air untuk tanaman tahunan (perkebunan)5 Pengelolaan air masa beroPENGELOLAAN TANAMAN DAN AIR DILAHAN SAWAH1 Kebutuhan air tanamanKebutuhan air tanaman umumnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan keseimbangan air sbb :CWR = k * ET + Pengolahan tanah + Perkolasi/pencucianDimana :CWR = kebutuhan air tanamank = faktor tanaman, tergantung jenis dan tahap pertumbuhan tanamanET = referensi evapotranspirasiPengolahan tanah = jmlah air yang dibutuhkan pada awal musim tanam untuk pengolahan tanah, biasanya sekitar 150 mm untuk padi musim hujan dan 50 mm untuk palawijaPerkolasi/pencucian = perkolasi dibawah zona perakaran untuk tanaman padi ditaksir sebesar 3 mm/hari. Bilamana ada keperluan untuk pencucian asam dan racun tanah, the International Rice Research Institute (IRRI) merekomendasikan sebesar 8 mm/hari .Kebutuhan air irigasi netto dapat dihitung dengan rumus berikut :IRRnet = CWR - ReffDimana :IRRnet = kebutuhan air irigasi nettoReff = curah hujan efektifivContoh perhitungan untuk padi jenis unggul dan tanaman palawija diberikan pada Tabel 5.1 , 5.2 . dan 5.3 . Untuk penentuan kebutuhan air total bagi keseluruhan areal, maka penguapan dari tanah yang tidak ditanami juga harus diperhitungkan .

TRANSCRIPT

Page 1: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

DIKLAT PERENCANAAN JARINGAN REKLAMASI RAWA TINGKAT DASAR

BAHAN AJAR MATERI PELENGKAP MODUL (MPM)

T.Reinhart P.Simandjuntak Ir,Dipl HE,MT

Widyaiswara Utama

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Jalan Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat -Jakarta Selatan Telp/Fax 021-75906946

TATA AIR MIKRO

Pengelolaan Air di Tingkat lahan Usaha Tani

Page 2: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

ii

TATA AIR MIKRO

PENGELOLAAN AIR DI LAHAN USAHA TANI

DAFTAR ISI

1 Kebutuhan air tanaman

2 Pengelolaan air dilahan sawah

2.1 Retensi air

2.2 Drainase dan pencucian tanah

2.3 Irigasi pasang surut

2.4 Irigasi pompa

2.5 Pengelolaan air dan pengendalian hama

3 Pengelolaan air untuk palawija

4 Pengelolaan air untuk tanaman tahunan (perkebunan)

5 Pengelolaan air masa bero

Page 3: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

iii

PENGELOLAAN TANAMAN DAN AIR DILAHAN SAWAH

1 Kebutuhan air tanaman

Kebutuhan air tanaman umumnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

keseimbangan air sbb :

CWR = k * ET + Pengolahan tanah + Perkolasi/pencucian

Dimana :

CWR = kebutuhan air tanaman

k = faktor tanaman, tergantung jenis dan tahap pertumbuhan tanaman

ET = referensi evapotranspirasi

Pengolahan tanah = jmlah air yang dibutuhkan pada awal musim tanam untuk

pengolahan tanah, biasanya sekitar 150 mm untuk padi musim

hujan dan 50 mm untuk palawija

Perkolasi/pencucian = perkolasi dibawah zona perakaran untuk tanaman padi ditaksir

sebesar 3 mm/hari. Bilamana ada keperluan untuk pencucian asam

dan racun tanah, the International Rice Research Institute (IRRI)

merekomendasikan sebesar 8 mm/hari .

Kebutuhan air irigasi netto dapat dihitung dengan rumus berikut :

IRRnet = CWR - Reff

Dimana :

IRRnet = kebutuhan air irigasi netto

Reff = curah hujan efektif

Page 4: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

iv

Contoh perhitungan untuk padi jenis unggul dan tanaman palawija diberikan pada Tabel

5.1 , 5.2 . dan 5.3 . Untuk penentuan kebutuhan air total bagi keseluruhan areal, maka

penguapan dari tanah yang tidak ditanami juga harus diperhitungkan .

Page 5: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

5

Tabel 5.1 Contoh perhitungan kebutuhan air tanaman padi musim hujan dan tanaman palawija musim kemarau

pada lahan kategori C dan D

A. Padi jenis unggul dan palawija, hujan rata-rata, perkolasi/pencucian utk tan. padi 3 mm/hari dan 2 mm/hari utk palawija

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

172

100

172

117

183

90

165

117

259

90

233

111

325

90

293

110

233

90

210

111

203

90

183

107

276

90

248

115

270

90

243

116

171

100

171

117

123

100

123

108

103

100

103

117

94

100

94

125

2,412

2,337

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

25

45

50

1.15

67

45

100

1.35

150

90

100

1.35

149

90

50

1.25

69

45

435

315

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

70

117

187

112

58

170

240

0

240

239

0

239

114

56

170

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,332

663

1,994

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

-15

15

45

-5

5

45

-7

7

90

54

0

144

40

0

85

26

0

76

118

0

164

84

0

144

0

0

60

-7

7

30

-14

14

0

-31

31

0

243

80

883

Padi unggul Palawija

Page 6: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

6

B. Padi jenis unggul dan palawija, 20% tahun kering, perkolasi/pencucian utk tan. padi 3 mm/hari dan 2 mm/hari utk palawija

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

133

100

133

117

145

90

131

117

191

90

172

111

254

90

229

110

226

90

203

111

158

90

142

107

216

90

194

115

202

90

182

116

139

100

139

117

89

100

89

108

98

100

98

117

75

100

75

125

1,926

1,787

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

25

45

50

1.15

67

45

100

1.35

150

90

100

1.35

149

90

50

1.25

69

45

435

315

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

70

117

187

112

58

170

240

0

240

239

0

239

114

56

170

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,332

663

1,994

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebuthan Drainase DRR mm

-54

54

45

-39

39

45

-68

68

90

-10

10

90

33

0

79

-15

15

50

64

0

110

23

0

83

-32

32

60

-41

41

30

-19

19

0

-50

50

0

-208

329

681

Padi unggul Palawija

Page 7: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

7

Asumsi dan prosedur perhitungan :

R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir

Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)

Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan

Perkolasi untuk mencegah keasaman 8 mm/day

Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L

Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)

Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah

Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total

Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam

Page 8: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

8

Tabel 5.2 Contoh perhitungan kebutuhan air tanaman padi, tanahnya beracun, kategori lahan A dan B

A. Padi unggul musim hujan dan kemarau, curah hujan rata-rata, perkolasi / pencucian 8 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

172

100

172

117

183

90

165

117

259

90

233

111

325

90

293

110

233

90

210

111

203

90

183

107

276

90

248

115

270

90

243

116

171

100

171

117

123

100

123

108

103

100

103

117

94

100

94

125

2,412

2,337

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

100

50

1.15

67

100

120

100

1.35

150

240

100

1.35

149

240

50

1.25

69

120

435

820

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

1.15

34

100

120

100

1.35

104

240

100

1.35

149

240

50

1.25

150

120

447

720

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

100

117

217

287

59

346

390

0

390

389

0

389

189

56

245

282

107

389

395

0

395

389

0

389

193

59

252

0

108

108

117

117

125

125

2,622

747

3,368

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebuthan Drainase DRR mm

-45

45

100

-181

181

120

-157

157

240

-96

96

240

-35

35

120

-206

206

120

-147

147

240

-146

146

0

-81

81

120

15

0

15

-14

14

0

-31

31

0

-1,131

1,146

1,555

Padi Unggul Padi Unggul

Page 9: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

9

B. Padi unggul musim hujan dan musim kemarau, 20% tahun kering, perkolasi/pencucian 8 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

133

100

133

117

145

90

131

117

191

90

172

111

254

90

229

110

226

90

203

111

158

90

142

107

216

90

194

115

202

90

182

116

139

100

139

117

89

100

89

108

98

100

98

117

75

100

75

125

1,926

1,787

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

100

50

1.15

67

100

120

100

1.35

150

240

100

1.35

149

240

50

1.25

69

120

435

820

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

1.15

62

100

120

100

1.35

155

240

100

1.35

157

240

50

1.25

73

120

447

720

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

100

117

217

287

59

346

390

0

390

389

0

389

189

56

245

282

107

389

395

0

282

397

0

395

193

59

455

108

108

117

117

125

125

2,622

747

3,368

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

-84

84

100

-215

215

120

-218

218

240

-160

160

240

-41

41

120

-246

246

0

-87

87

120

-213

213

240

-316

316

240

15

0

15

-14

14

0

-31

31

0

-1,131

1,146

1,555

Asumsi dan prosedur perhitungan :

R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir

Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)

Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan

Perkolasi untuk mencegah keasaman 8 mm/day

Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L

Padi unggul Padi unggul

Page 10: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

10

Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)

Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah

Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total

Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam

Page 11: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

11

Tabel 5.3 Contoh perhitungan kebutuhan air palawija dilahan kategori C dan D

A Tanaman palawija musim hujan dan kemarau, hujan rata-rata, perkolasi/pencucian 2 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

172

100

172

117

183

90

165

117

259

90

233

111

325

90

293

110

233

90

210

111

203

90

183

107

276

90

248

115

270

90

243

116

171

100

171

117

123

100

123

108

103

100

103

117

94

100

94

125

2,412

2,337

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

94

60

100

0.95

105

60

50

0.85

47

30

303

245

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuhan Air Tanam.CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

50

117

167

102

29

131

154

0

154

165

0

165

77

56

133

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,105

634

1,738

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

5

0

55

33

0

78

79

0

139

128

0

188

77

0

107

26

0

76

119

0

164

84

0

144

0

0

60

-7

7

30

-14

14

0

-31

31

0

499

52

1,041

Palawija Palawija

Page 12: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

12

B Palawija musim hujan dan musim kemarau,, 20% tahun kering, perkolasi 2 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

133

100

133

117

145

90

131

117

191

90

172

111

254

90

229

110

226

90

203

111

158

90

142

107

216

90

194

115

202

90

182

116

139

100

139

117

89

100

89

108

98

100

98

117

75

100

75

125

1,926

1,787

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

57

45

100

0.85

94

60

100

0.95

105

60

50

0.85

47

30

303

245

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

50

117

167

102

29

131

154

0

154

165

0

165

77

56

133

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,105

634

1,738

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

-34

34

50

-1

1

45

18

0

78

64

0

124

71

0

101

-15

15

50

65

0

110

23

0

83

-32

32

60

-41

41

30

-19

19

0

-50

50

0

49

192

730

Asumsi dan prosedur perhitungan :

R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir

Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)

Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan

Perkolasi untuk mencegah keasaman 2 mm/day

Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L

Palawija Palawija

Page 13: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

13

Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)

Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah

Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total

Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam

Page 14: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

14

Karena besarnya kebutuhan air untuk pencucian, akibatnya kebutuhan air untuk tanaman

padi menjadi besar pula dan umumnya tidak bisa dipenuhi dari hujan (periode tahun

kering rata-rata) , terlebih lagi pada musim yang lebih kering lagi . Jika tidak ada

tambahan pasokan air , maka mungkin saja lebih baik bila menanam padi gogo , dengan

begitu tidak perlu menghadapi konsekuensi negatif sebagai dampak dari adanya lapisan

genangan air yang cukup lama diatas permukaan lahan .

2. Pengelolaan air untuk padi sawah

Berikut adalah ragam pengelolaan air yang diterapkan untuk bercocok tanam padi sawah

di lahan rawa pasang surut (lihat Gambar 5.1) :

Retensi air ;

Drainase dan pencucian tanah ;

Irigasi pasang ;

Irigasi pompa .

Gambar 5.1 Pengelolaan air untuk padi

saluran

Lahan sawah a. Retensi air

saluran

Lahan sawah b. drainase/pencucian reguler

Kedalaman genangan 0 - 0.15 m Muka air

Muka air Kedalaman genangan 0.10 - 0.25 m

saluran Lahan sawah

c. Irigasi pasang

Muka air

Page 15: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

15

2.1 Retensi air

Umumnya, lapisan genangan air dilahan sawah perlu dipertahankan untuk berbagai

tujuan, antara lain untuk mengatasi gulma tanaman, menciptakan kondisi lingkungan bagi

penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, dan sebagai cadangan air bilamana terjadi

kekurangan air .Rekomendasi umum mengenai kebutuhan air dan kedalaman genangan air

disawah dapat dilihat pada Gambar 5.2 dan Tabel 5.4 serta Tabel 5.5, masing-masing

untuk musim hujan dan musim kemarau . Pada saat-saat tertentu, taraf muka air disawah

harus berada dibawah muka tanah . Tanpa irigasi, satu-satunya sumber air berasal dari

curah hujan . Retensi air disawah pada lahan rawa pasang surut seringkali sulit dilakukan

karena tingginya permeabilitas tanah dilapisan atas . Akibatnya penjenuhan tanah juga

sulit dilakukan . Variasi mikro relief lahan juga menjadi persoalan tersendiri yang

membuat upaya retensi air diatas lahan sawah relatif sulit dilakukan . Pematang sawah

dari tanah liat seringkali direkomendasikan untuk mengurangi rembesan, akan tetapi untuk

pembuatannya perlu tenaga kerja yang tidak sedikit . Perataan permukaan lahan sangat

penting untuk diusahakan, termasuk oksidasi secara gradual terhadap lapisan bahan

organik dengan dukungan fasilitas drainase yang memadai pada musim kemarau .

Permasalahan lain yang bisa muncul adalah berkembangnya unsur racun didalam tanah

sebagai dampak dari retensi air dengan penggenangan terus menerus tanpa penggantian air

segar (anaerobik) . Jika hal itu masih terjadi, maka akan menghambat proses pembuangan

keasaman akibat oksidasi dari pirit dan bahan organik . Oleh adanya hal-hal semacam ini,

maka retensi air dalam waktu yang cukup panjang bukanlah opsi terbaik, karena itu maka

drainase dan pencucian tetap harus diupayakan .

2.2 Drainase dan pencucian tanah

Drainase diperlukan :

setelah terjadi hujan lebat ;

sebelum dilakukan pemupukan ;

Page 16: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

16

bilamana kualitas tanah dan air memburuk ;

selama pengolahan tanah dan masa panen .

Untuk mencegah terbentuknya bahan beracun dalam tanah dengan kandungan bahan

organik yang tinggi, drainase sama pentingnya dengan retensi air . Harus dicegah drainase

yang terlampau dalam . Hal itu memang tidak selalu mengakibatkan kekurangan air bagi

tanaman, namun diareal tertentu bisa menimbulkan resiko terjadinya oksidasi pirit

dibawah permukaan tanah . Dengan demikian, muka air disaluran kuarter harus dijaga

pada taraf tetentu dibawah permukaan tanah .

Selama musim kemarau, seringkali tidak bisa dicegah terjadinya penurunan muka air

tanah dibawah lapisan pirit yang teratas sehingga akan timbul keasaman karena

teroksidasinya bahan pirit . Keasaman ini harus dibilas sesering mungkin dari lapisan

tanah dengan air hujan pada awal-awal musim penghujan .

Page 17: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

17

kedalaman genangan

Gambar 5.2 Kedalaman genangan untuk tanaman padi .

Tabel 5.4 Pengelolaan air untuk tanaman padi musim hujan

Bulan

var

0

10 -15

ure

a

pen

cuci

an

ure

a

pertumbuhan

tunas

tinggi

tanaman

pembibitan

pengolahan tanah

5 - 10

3 - 5

0 - 3

Mar Okt

(Padi umur 140 hari)

Nov Des Jan Feb

Lapisan genangan

air disawah

tahap

pertumbuhan

umur tanaman (hari)

Padi unggul (rekomendsi)

Padi uggul

Padi lokal

vegetatif

reproduktif

pemasakan

0 – 25

0 – 20

0 – 25

25 – 75

20 – 60

25 – 95

75 – 105

60 – 90

95 – 130

105 – 140

90 – 120

130 – 165

pen

cuci

an

pen

cuci

an

TS

P+

KC

L

penyemaian

Page 18: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

18

Pertumbuhan

Tanaman Pengelolaan air disawah Tersier

Sekunder

Pengolahan tanah

Pembibitan

Pertumbuhan

vegetatif

Pertumbuhan

reproduktif

Tahap pematangan

Pembajakan: tanah dibawah kapasitas

jenuh lapang

Penjenuhan : genangan 0 – 5 cm

Perataan : genangan 5 cm

Tanah jenuh air / tidak ada penggenangan

genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

keluarkan air pada waktu pemupukan

genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

keluarkan air pada waktu pemupukan

Tanah dalam kondisi jenuh lapang

Jika perlu,3 atau 4 hari sebelum pasang

purnama, turunkan muka air disal. tersier

sebanyak mungkin

Areal A dan B: semua pintu geser, dibuka

Areal C dan D: semua pintu geser ditutup,

kecuali jika terjadi pengasaman, pintu harus

dibuka

Pertahankan muka air < 20 cm dibawah

muka tanah

normal:

– areal A dan B: pertahankan muka air 10

– 20 cm dibawah muka tanah

– areal C dan D pertahankan muka air 10

cm dibawah muka tanah

hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

normal:

– areal A dan B: pertahankan muka air, 10

– 20 cm dibawah muka tanah

– areal C dan D pertahankan muka air, 10

cm dibawah muka tanah

Kecuali waktu pergantian air, pertahankan

muka air < 40 cmdibawah muka tanah, maks.

selama 3 hari

Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Pertahankan muka air < 40cm dibawah muka

tanah

Setiap 3 atau 4 hari sebelum pasang purnama

turunkan muka air di sal. sekunder sebanyak

mungkin

Areal A and B: klep dan pintu geser dibuka

Areal C and D: pintu geser ditutup, kecuali jika terjadi

pengasaman, pintu harus dibuka.

Pertahankan muka air < 50 – 60 cmdibawah muka

tanah

normal:

– pertahankan muka air < 50 - 60 cm dibawah muka

tanah

hujan ekstrim: turunkan muka air serendah mungkin

normal:

– pertahankan muka air < 50 - 60 cmdibawah muka

tanah

hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Pertahankan muka air < 50 - 60 cmdibawahmuka

tanah

Tabel 5.5 Pengelolaan air untuk tanaman padi musim kemarau

Page 19: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

19

Pertumbuhan

Tanaman Pengelolaan air disawah Tersier Sekunder

Pengolahan tanah

Pembibitan

Pertumbuhan

vegetatif

Pertumbuhan

reproduktif

Tahap pematangan

tanah kering : prosedur sama seperti

musim hujan

tanah basah: hanya perlu penjenuhan

dan perataan

Tanah jenuh air/ tidak perlu genangan

Genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

pembuangan air pada waktu pemupukan

Genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

pembuangan air pada waktu pemupukan

tanah

Catatan :

hanya utk area A+B paling lambat

dimulai bulan Maret ;

Untuk area C+Ddianjurkan bertanam

palawija (lihat Tabel 5.6)

Untuk area A & B semua pintu geser dibuka

Utk area B, pompa mungkin diperlukan

Dalam hal itu, muka air dipertahankan

setinggi mungkin

– Areal A: pertahankan muka air 10 – 20

cm dibawah muka tanah

– Areal B pertahankan muka air 10 cm-

dibawah muka tanah

– Areal A: pertahankan muka air 10 – 20

cm dibawah muka tanah

– Areal B: pertahankan muka air 10 cm

dibawah muka tanah

Pertahankan muka air 10 cmdibawah muka

tanah

Pertahankan muka air < 40 cm dibawah muka

tanah

Catatan :

hanya utk area A+B paling lambat dimulai

bulan Maret ;

untuk area C+D dianjurkan bertanam palawija

(lihat Tabel 5.6)

Setiap 3 atau 4 hari sebelum pasang purnama

turunkan muka air disekunder serendah

mungkin

Pintu geser dibuka

– Areal A: pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

– Areal B pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

– Areal A: pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

– Areal B: pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

Pertahankan muka air 50 – 60 cm dibawah muka

tanah

Pertahankan muka air 50 – 60 cm dibawah muka

tanah

Page 20: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

20

2.3 Irigasi pasang surut

Bilamana kualitas airnya layak dan irigasi pasang surut memang memungkinkan, maka

hal semacam ini tidak saja menjamin kecukupan air untuk tanaman padi, akan tetapi

juga akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas tanah . Air tergenang yang

bertahan lama harus dicegah, dan unsur racun yang sudah ada dan terbentuk selama

masa bero (tidak ada kegiatan pertanaman) harus bisa dibilas dari tanah pada periode-

periode air surut . Bilamana memungkinkan, oksidasi pirit harus bisa dicegah .

Kelebihan lain bilamana irigasi pasang surut memang memungkinkan adalah

dimungkinkannya menanam padi jenis unggul sebagai pengganti padi jenis lokal, dan

pertanaman bisa dimulai lebih awal. Dengan begitu, sangat terbuka peluang bertanam

padi dua kali setahun .

Karena kebanyakan tanah didaerah rawa pasang surut angka permeabilitasnya tinggi,

maka kehilangan air akibat perkolasi juga besar . Dengan pasokan air yang hanya

berlangsung beberapa jam saja perharinya, maka volume air dalam jumlah besar harus

bisa dialirkan ke lahan sawah dalam waktu yang singkat . Untuk itu maka saluran

haruslah terpelihara agar kondisinya tetap baik . Saluran cacingan berukuran dangkal

di lahan sawah dapat membantu agar air pasang mengalir masuk ke sawah dengan

cepat .

2.4 Irigasi pompa

Bilamana peluang irigasi pasang surut tidak ada, akan tetapi air disaluran kualitasnya

cukup baik, maka irigasi pompa bisa membantu untuk mengatasi kekurangan air disaat

kemarau . Volume air yang perlu dipompa biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan

jumlah air yang masuk atau keluar pada saat pasang surut . Dengan kondisi ini, dan

karena para petani cenderung menghemat biaya pompa yaitu dengan cara menyimpan

air disawah sebanyak mungkin, maka akan muncul resiko negatif yang hampir sama

dengan kondisi genangan air yang ”stagnant” (dibiarkan menggenang lama) eperti

yang sudah dibahas sebelumnya menyangkut retensi air .

Page 21: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

21

Sekali lagi, tergantung kondisi air dan tanah setempat, maka bercocok tanam padi

dilahan sawah rawa pasang surut merupakan suatu pilihan yang benar-benar harus

penuh pertimbangan . Apakah pilihannya bertanam padi sawah yang membutuhkan

jumlah air yang besar, ataukah bertanam palawija , dimana keasaman bisa

dikendalikan melalui pencucian dan drainase dangkal .

2.5 Pengelolaan air untuk pengendalian hama tanaman .

Pengaturan muka air disawah bisa membantu untuk mengendalikan hama pengganggu

tanaman . Serangga hitam menyukai habitat dalam kondisi lembab, sedangkan orong-

orong menyukai keadaan yang kering . Penggenangan atau drainase lahan akan

mampu memberantas hama pengganggu tanaman atau mengusir mereka berpindah

ketempat lain .

3. Pengelolaan air dilahan usaha tani untuk tanaman palawija .

Fokus utama dari pengelolaan air dilahan usaha tani untuk tanaman palawija adalah

menyangkut drainase dan mengendalikan kestabilan muka air tanah . Saluran kuarter

yang berada diantara saluran tersier mungkin saja diperlukan dengan jarak antaranya

tidak lebih dari 100 meter . Rekomendasi umum mengenai kebutuhan air bagi tanaman

palawija disajikan dalam Tabel 5.6 masing-masing untuk musim hujan dan musim

kemarau .

Dibeberapa areal tertentu, tanaman palawija dilakukan setelah pertanaman padi musim

hujan, yaitu ketika muka air tanah masih cukup tinggi, dan tanaman tumbuh diatas

guludan agar draimase perakarannya terjamin, dan bisa dengan cepat membuang air

hujan yang berlebih melalui parit yang berada diantara guludan . Untuk makin

menyempurnakan kondisi drainase,pertanaman palawija juga bisa diusahakan dengan

sistem surjan .

Page 22: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

22

Sistem sorjan

Konstruksi sistem sorjan terdiri dari bagian-bagian yang direndahkan elevasinya, dan

bagian-bagian lainnya ditinggikan . Dibagian yang rendah, peluang irigasi pasang

surut menjadi lebih besar . Sedangkan bagian yang ditinggikan, drainasenya lebih baik,

sehingga bisa dimanfaatkan untuk tanaman palawija atau tanaman keras . Bagian yang

rendah biasanya lebarnya 4 sampai 10 meter, sedangkan bagian yang ditinggikan

lebarnya 2 sampai 4 meter dengan ketinggian 0.40.m sampai 0.80 m . Teknik sorjan ini

memberi peluang diversifikasi tanaman , karena pada saat bersamaan para petani bisa

bercocok tanam padi dan non padi sekaligus .

Jika bagian yang rendah benar-benar bisa mendapatkan irigasi pasang surut (kategori

A), produksi tanaman bisa meningkat . Akan tetapi, sistem sorjan memiliki berbagai

kelemahan, dan jika tidak mungkin diluapi pasang surut secara teratur, maka sistem ini

sebaiknya tidak dianjurkan untuk diterapkan :

air dibagian yang rendah akan mengalami stagnasi (drainabilitasnya buruk,

limpasan air dari bagian guludan, lapisan pirit bisa saja tersingkap) ;

muka air tanah dibagian guludan tetap saja relatif terlalu tinggi bagi tanaman

keras yang tumbuh dibagian guludan ;

konstruksi surjan memerlukan input tenaga kerja yang cukup banyak (600 – 800

mandays per-ha) ;

bagian yang rendah tidak bisa dimanfaatkan selain untuk tanaman padi, karena itu

perubahan penggunaan lahan akan menjadi sulit dilakukan ;

mekanisasi relatif sulit diaplikasikan .

Jika yang akan diairi dengan irigasi pasang surut cukup luas arealnya, efek peredaman

terhadap pasang semakin membesar . Karenanya, areal yang berpeluang mendapatkan

luapan air pasang adalah yang berdekatan dengan sungai atau saluran .

Page 23: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

23

Tabel 5.6 Pengelolaan air untuk palawija, musim hujan dan musim kemarau

Musim Pengelolaan air disawah Tersier Sekunder

Musim hujan

Catatanhanya di areal dan D dengan

drainase dangkal dan intensif (lebar

dasar 20 - 30 cm, dalam 25 - 50 cm, jarak

8- 10 m)

Muka air tanah 40 – 60 cm dibawah muka

tanah

Normal: 60 – 80 cm dibawah muka tanah

Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Normal: 80 – 100 cm dibawah muka tanah

Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Musim kemarau

April, Mei dan Juni Catatan : Hanya di areal C dan D

Muka air tanah 40 – 50 cm dibawah muka

tanah

Pengecualian untuk lapisan sulfat masam

yang lebih tinggi, maka muka air tanah >

10 cm dibawah lapisan tsb, termasuk perlu

drainase intensif

Normal: 30 – 40 cm dibawah muka tanah

Periode hujan ekstrims: setinggi mungkin

Normal: 60 – 80 cm dibawah muka tanah

Periode hujan ekstrims: setinggi mungkin

Page 24: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

24

4. Pengelolaan air untuk tanaman keras

Fokus dari pengelolaan air untuk tanaman keras adalah menyangkut drainase dan

mempertahankan kestabilan muka air tanah . Pada dasarnya, ketentuan yang sama

untuk palawija sebagaimana termuat pada tabel 5.6 juga berlaku untuk tanaman keras .

Namun demikian, kedalaman muka air tanah yang lebih cocok untuk tanaman keras

adalah 0.60 m sampai 0.80 m dari muka tanah . Saluran kuarter diantara saluran tersier

sangat penting, jarak satu sama lain berkisar antara 25 m sampai 50 m . Jika terdapat

lapisan pirit, maka kedalaman drainase perlu dibatasi untuk mencegah oksidasi pirit

tersebut . Pada areal dimana muka air tanahnya tidak bisa diturunkanlebih rendah lagi,

maka tanaman sebaiknya ditanam dibagian tanah yang ditinggikan (guludan) .

Selama masa-masa awal, ketika kanopi pohon belum sepenuhnya berkembang,

tanaman sela bisa saja dibudidayakan . Jika tanaman selanya berupa tanaman padi,

tanaman kerasnya harus tumbuh diatas bagian yang ditinggikan, sekitar 0.50 m

tingginya . Tanaman kelapa bisa diselingi dengan tanaman tahunan semacam kopi,

buah-buahan, dlsb .

5. Pengelolaan air dimasa bero (tidak ada pertanaman)

Selama tidak ada kegiatan pertanaman, maka jika diperlukan, pembilasan bahan racun

dari dalam tanah bisa dilakukan dengan drainase dalam, diikuti dengan pencucian

dengan air hujan dan jika memungkinkan dengan air pasang . Masa bero biasanya

terjadi dimusim kemarau . Pada awal musim hujan berikutnya, pencucian dengan air

hujan pada awal musim hujan bisa saja sangat diperlukan . Hal tersebut secara

berangsur akan mengakibatkan lapisan pirit makin dalam letaknya . Hingga akhirnya

kesesuaiannya sebagai lahan pertanian akan semakin meningkat dalam jangka panjang .

Drainase juga akan menstimulir pematangan tanah secara gradual dan juga oksidasi

bahan organik . Hal ini akan mengakibatkan pengolahan tanah semakin baik hasilnya

melalui penjenuhan, namun penjenuhan efeknya kecil terhadap tanah yang belum

Page 25: Tata Air Mikro Pengelolan Air Di LUT

25

matang dengan kandungan bahan organik tinggi . Drainase juga akan meningkatkan

daya dukung tanah .