tarif pajak

23
TUGAS KELOMPOK PENGANTAR PERPAJAKAN TARIF PAJAK DAN DASAR PENGENAAN PAJAK KELOMPOK 5 ARDE ISTRIANI SHAPUTRI/133060018178/5 JAYANTIKA SARI/133060018218/16 NUNGKY ALFIANDARI/133060018938/25 DIAN ANGGRAYUNI / 133060018058/10 TRISSA UTAMI / 133060018978 / 32 DOSEN PENGAJAR : MUHAMMAD IFAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

Upload: trissatanjung

Post on 21-Jul-2016

73 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TArif Pajak

TRANSCRIPT

Page 1: Tarif Pajak

TUGAS KELOMPOK PENGANTAR PERPAJAKANTARIF PAJAK DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

KELOMPOK 5

ARDE ISTRIANI SHAPUTRI/133060018178/5

JAYANTIKA SARI/133060018218/16

NUNGKY ALFIANDARI/133060018938/25

DIAN ANGGRAYUNI / 133060018058/10

TRISSA UTAMI / 133060018978 / 32

DOSEN PENGAJAR : MUHAMMAD IFAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEMENTRIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TANGERANG SELATAN

2014

Page 2: Tarif Pajak

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan paper ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahcurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Paper ini disusun untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah Pengantar Perpajakan. Semua data yang kami sajikan disusun berdasarkan analisa dan pengamatan dari berbagai sumber. Paper ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya paper ini dapat terselesaikan.

Paper ini memuat ringkasan kasus beserta contoh soal. Penyusun telah berusaha sepenuh jiwa dan fikiran dalam penyusunan paper ini. Namun, kami menyadari masih adanya kekurangan dalam paper ini.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Pengantar Perpajakan yaitu bapak Muhammad Ifan yang telah membimbing penyusun sehingga dapat mengerti materi yang berkaitan dengan tugas yang diberikan dalam paper ini.

Semoga paper ini dapat diterima dalam pemenuhan tugas Pengantar Perpajakan dan memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun paper ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.

Terima kasih.

Bintaro, 02 Mei 2014

Penyusun

Page 3: Tarif Pajak

A. PENGERTIAN TARIF

        Pengertian tarif sering kali diartikan sebagai daftar harga (sewa, ongkos dan sebagainya)

sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tarif sama dengan harga. Berikut ini

akan dikemukakan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian tarif, sehingga menjadi jelas

pengertian antara tarif dan harga.

        Ibrahim Pranoto K (1997:55) mendefinisikan tarif sebagai berikut: tarif disebut juga bea

atau duty yaitu sejenis pajak yang dipungut atas barang-barang yang melewati batas negara. Bea

yang dibebankan pada impor barang disebut bea impor atau bea masuk (import tarif, import

duty) dan bea yang dibebankan pada ekspor disebut bea ekspor, sedangkan bea yang dikenakan

pada barang-barang yang melewati daerah pabean negara pemungut disebut bea transitu atau

transit duty.

        Pengertian tarif dikemukakan pula oleh Sobri (1997:71) yaitu suatu pembebanan atas

barang yang melintasi daerah pabean (costum area). Daerah pabean adalah suatu daerah

geografis, yang mana barang-barang bebas bergerak tanpa dikenakan cukai (= bea pabean).

        Selanjutnya menurut Aliminsyah, dkk dalam buku Kamus Istilah Akuntansi (2002:290-291)

mendefinisikan tarif sebagai pengaturan yang sistematik dari bea yang dipungut atas barang dan

jasa yang melewati batas-batas Negara.

        Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tarif merupakan

pungutan  yang dibebankan untuk semua barang-barang yang melewati batas negara baik untuk

barang yang masuk maupun keluar. Tarif merupakan salah satu kebijakan pemerintahan dalam

mengatasi perdagangan dalam negeri dan merupakan salah satu devisa negara.

Page 4: Tarif Pajak

B. DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)Secara umum Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan Dasar untuk

menghitung Pajak yang terutang adalah :

1

.DPP Umum

Dasar Pengenaan Pajak yang umum digunakan adalah:

- Harga Jual

adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta

oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan

Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan

dalam Faktur Pajak

- Penggantian

adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta

oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang

dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam

Faktur Pajak.

- Nilai Ekspor

adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta

oleh eksportir.

- Nilai Impor

adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan

lainnya yang dikenakan pajakberdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasukPajak Pertambahan

Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini.

2

. DPP Nilai Lain

Nilai Lain adalah suatu Nilai yang Ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk

menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.

Page 5: Tarif Pajak

DPP untuk :

- Pemakaian sendiri adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor;

- Pemberian cuma-cuma adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor;

- Penyerahan rekaman suara/gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;

- Persediaan BKP yang masih tersisa saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas

perolehan atas aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan adalah harga pasar

wajar;

- Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada

saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar;

- Kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual;

- Penyerahan jasa biro perjalanan/wisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang

seharusnya ditagih;

- Penyerahan jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima

berupa service charge, provisi, dan diskonl.

Pajak masukan yang dibayar oleh PKP yang menggunakan DPP Nilai Lain untuk

menghasilkan penyerahan:

- Kendaraan bermotor bekas

- Jasa biro perjalanan/pariwisata

- Jasa anjak piutang

tidak dapat dikreditkan karena dalam PPN yang dibayar telah diperhitungkan dengan

Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP tersebut.

Contoh :

1.  Mesin nilai perolehan 100. Untuk tujuan fiskal, mesin telah disusutkan sebesar 30

dan sisa nilai buku dapat dikurangkan pada periode mendatang. Penghasilan mendatang

Page 6: Tarif Pajak

dari penggunaan aktiva merupakan obyek pajak.Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aktiva

tersebut adalah 70.

2.  Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100. Untuk tujuan fiskal, pendapatan

bunga diakui dengan dasar kas. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) piutang bunga adalah

nihil.

3.  Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100. Pendapatan usaha terkait telah diakui

untuk tujuan fiskal. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) piutang adalah 100.

4.  Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai tercatat 100. Penerimaan kembali

pinjaman tidak mempunyai konsekuensi pajak. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) pinjaman

yang diberikan adalah 100.

Apabila Dasar Pengenaan Pajak (DPP)  aktiva tidak begitu jelas, maka Dasar

Pengenaan Pajak (DPP) tersebut dapat ditentukan menurut prinsip dasar yang digunakan dalam

Pernyataan PSAK 46. Dengan beberapa pengecualian, perusahaan harus mengakui aktiva pajak

tangguhan apabila pemulihan nilai tercatat aktiva akan mengakibatkan pembayaran pajak pada

periode mendatang lebih kecil dibandingkan dengan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan

aktiva yang tidak memiliki konsekuensi pajak.

C.Jenis-Jenis Tarif PajAK1. Fungsi Utama Pajak bagi Pemerintah

Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karena pajak merupakan

sumber pendapatan negara, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi

dan sebagai pemerataan pendapatan masyarakat.

Pajak mempunyai fungsi utama sebagai berikut:

a. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)

Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan Negara yang menghimpun dana ke

kas negara untuk membiayai pengeluaran negara atau pembangunan nasional. Jadi, fungsi

pajak adalah sebagai sumber pendapatan negara, yang bertujuan agar posisi anggaran

pendapatan dan pengeluaran mengalami keseimbangan (balance budget).

Page 7: Tarif Pajak

b. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulered)

Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara

dalam lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi mengatur (regulered) tersebut antara lain:

1) memberikan proteksi terhadap barang produksi dalam negeri, misalnya PPN

(Pajak Pertambahan Nilai);

2) pajak dapat dipakai untuk menghambat laju inflasi;

3) pajak dipakai sebagai alat untuk mendorong ekspor, misalnya pajak ekspor barang

0%;

4) untuk menarik dan mengatur investasi modal yang dapat menunjang

perekonomian yang produktif.

c. Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribution)

Pajak mempunyai fungsi pemerataan artinya dapat digunakan untuk

menyeimbangkan dan menyesuaikan antara pembagian pendapatan dengan kesejahteraan

masyarakat. Dengan kata lain, pajak berfungsi untuk pemerataan pendapatan masyarakat,

sebagaimana yang tercantum dalam Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.

2. Jenis PajakPajak yang berlaku di Indonesia dapat digolongkan berdasarkan cara pemungutannya, objek

yang dikenakan, dan siapa yang memungut.

a. Ditinjau dari Cara Pemungutannya

1) Pajak langsung, adalah pajak yang dibebankan harus ditanggung oleh wajib pajak

sendiri, dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: pajak penghasilan, pajak perseroan, pajak kekayaan, pajak dividen, dan pajak

bunga deposito.

2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pemungutannya dapat dialihkan kepada orang

lain.

Page 8: Tarif Pajak

Contoh: pajak penjualan, cukai, pajak tontonan, bea meterai, bea masuk, Pajak

Pertambahan Nilai, dan bea balik nama.

b. Ditinjau dari Siapa yang Memungut

1) Pajak negara, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui aparatnya,

yaitu Dirjen Pajak, Kantor Inspeksi Pajak yang tersebar di seluruh Indonesia, maupun

Dirjen Bea dan Cukai.

2) Pajak daerah (lokal), adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan terbatas

pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dilakukan oleh Pemda Tingkat I maupun Pemda

Tingkat II.

c. Ditinjau dari Objek yang Dikenakan

1) Pajak subjektif, adalah pajak yang pemungutannya berdasar atas subjeknya (orangnya),

di mana keadaan diri pajak dapat memengaruhi jumlah yang harus dibayar.

Contoh: pajak penghasilan dan pajak kekayaan.

a. Tarif Pajak Progresif  

Besarnya utang pajak ditentukan oleh dua komponen utama, yaitu jumlah yang menjadi dasar

pengenaan pajak atau jumlah yang dikenai pajak (tax base) dan tarif yang diteapkan terhadapnya

(tax rates). Oleh karena itu, untuk menentukan besarnya pajak dapat digunakan rumus :

T = Tb X Tr

T : besarnya utang pajak (tax)

Tb : adalah dasar pengenaan pajak (tax base)

Tr : adalah tarif pajak (tax rates)

Dengan demikian, terhadap suatu obyek pajak yang nilai dasar pengenaannya sama akan

dikenakan utang pajak yang berbeda apabila tarif pajaknya berbeda, atau suatu obyek pajak yang

Page 9: Tarif Pajak

nilai dasar pengenaannya berbeda, dapat menghasilkan jumlah utang pajak yang sama apabila

tarif yang diterapkan berbeda pula. 

Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan

semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan

persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.

Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang

pribadi, yakni:

a. Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 juta, tarif pajaknya

5%

b. Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif pajaknya 15%

c. Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif pajaknya 25%

d. Untuk lapisan PKP di atas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30%.

Tarif yang presentase pengenaan semakin naik, maka semakin besar jumlah yang harus

dikenakan pajak, misal tarif Pajak Perseroan sebagai berikut :

a. Laba kena pajak sejumlah Rp 25.000.000,- maka tarif pajak sebesar 20%

b. Laba kena pajak sejumlah Rp 50.000.000,- maka tarif pajak sebesar 30%

c. Laba kena pajak sejumlah lebih Rp 50.000.000,- maka tarif pajak sebesar 45&

Tarif progresif ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

a.    Tarif Proporsional Progresif

Jika prosentase pungutan semakin naik, maka semakin besar jumlah yang harus

dikenakan pajak. Kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu (kenaikan marginal) adalah

tetap.

Misal :

Rp 0,- sampai Rp 5.000,- dikenakan pajak 3%

Rp 5.001,- sampai Rp 10.000,- dikenakan pajak 5%

Rp 10.001,- sampai Rp 15.000,- dikenakan pajak 7%

Page 10: Tarif Pajak

Rp 15.001,- sampai Rp 20.000,- dikenakan pajak 9%

Keterangan : Kenaikan prosentase untuk setiap lima ribu rupiah adalah tetap yaitu 2%.

b.    Tarif Degresif Progresif

Jika presentase pemungutan semakin naik, maka semakin besar jumlah yang harus

dikenakan pajak. Kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu (kenaikan marginal) semakin

menurun.

Misal:

Rp 0,- sampai Rp 5.000,- dikenakan pajak 3%

Rp 5.001,- sampai Rp 10.000,- dikenakan pajak 7%

Rp 10.001,- sampai Rp 15.000,- dikenakan pajak 10,5%

Rp 15.001,- sampai Rp 20.000,- dikenakan pajak 13,5%

Rp 20.001,- sampai Rp 25.000,- dikenakan pajak 16%

Rp 25.001,- sampai Rp 30.000,- dikenakan pajak 18%

Keterangan : Kenaikan untuk setiap jumlah lima ribu rupiah semakin menurun, yang semula

kenaikannya 3,5% menurun menjadi 3%; 2,5%; 2% dan seterusnya.

c.    Tarif Progresif – Progresif

Tarif yang presentase pemungutannya semakin naik, maka semakin besar jumlah yang

harus dikenakan pajak. Kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu (kenaikan marginal),

setiap kali selalu naik.

Misal :

Rp 0,- sampai Rp 5.000,- dikenakan pajak 3%

Rp 5.001,- sampai Rp 10.000,- dikenakan pajak 4%

Rp 10.001,- sampai Rp 15.000,- dikenakan pajak 5,5%

Rp 15.001,- sampai Rp 20.000,- dikenakan pajak 7,5%

Rp 20.001,- sampai Rp 25.000,- dikenakan pajak 10%

Rp 25.001,- sampai Rp 30.000,- dikenakan pajak 13%

Page 11: Tarif Pajak

Keterangan : Kenaikan setiap kali menjadi bertambah. Prosentase kenaikan yang mula-mula 1%

semakin naik menjadi 1,5%; 2%; 2,5%; 3% dan seterusnya.

b. Tarif Pajak Degresive (a degresive tax rate)

Tarif Pajak Degresive adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila

jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun persentasenya semakin

kecil, tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi kecil, tetapi bisa menjadi besar karena

jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin besar. Tarif ini tidak pernah

dipergunakan dalam praktik perundang-undangan perpajakan. Dalam praktek, tarif degresif tidak

digunakan karena tidak memenuhi asas keadilan.

Page 12: Tarif Pajak
Page 13: Tarif Pajak
Page 14: Tarif Pajak

c. Tarif Pajak Tetap

Tarif Pajak Tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa

memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Sistem pajak tetap sangat berbeda

dengan sistem progresif, yang jumlahnya bergantung dengan tingkat pendapatan. Pajak tetap

memberikan kemudahan dalam kode pajak, yang dilaporkan telah meningkatkan pelayanan dan

menurunkan biaya pemerintahan. Tarif ini diterapkan dalam UU No. 13 Tahun 1985 tentang

Bea Materai dengan nilai nominal sebesar Rp 3.000,00 dan Rp6.000,00

Contoh:

Tarif Bea Meterai

d. Tarif Pajak Advalorem

Tarif pajak Advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang

dikenakan/ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang. Yaitu pajak yang dikenakan

berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Sebagian besar

negara Eropa memakai jenis tarif ini. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, Dan

Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang Pasal 4 Ayat (1) dan (2):

(1) Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dihitung dengan menggunakan tarif: a.spesifik; dan/atau b.advalorem.

Page 15: Tarif Pajak

(2) Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang yang dihitung dengan menggunakan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan volume.

Contoh penghitungan (tarif advalorem):

Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang = tarif x volume

Besaran persentase = 10%

Dasar pengenaan = Rp1.000,00/m³

Tarif = persentase x dasar pengenaan

Tarif = 10% x Rp1.000,00/m³

Volume = 1.000 m³

Maka jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang adalah:

(10% x Rp1.000,00/m³) x 1.000 m³= Rp100.000,00

Contoh lain :

PT. ABC mengimpor barang jenis “C” sebanyak 2000 unit dengan harga per unit

Rp150.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang tersebut 20%, maka besarnya Bea

Masuk yang harus dibayar adalah....

Penyelesaian :

Nilai barang impor = 2000 x Rp150.000 = Rp300.000.000

Tarif Bea Masuk 20%, maka Bea Masuk yang harus dibayar = 20% x Rp300.000.000

= Rp60.000.000

e. Tarif S p e si f ik

Tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan jenis

barang tertentu. Jumlah ini besarnya tetap dan tidak tergantung dari dasar pengenaan pajak.

Walaupun merupakan jumlah angka nominal tetap tanpa dipenga- ruhi besarnya dasar

pengenaan pajak, tarif spesifik pada umumnya tidak hanya terdiri dari satu tarif, melainkan

lebih dari satu. Hal ini mengikuti suatu jumlah lapisan dasar atas pengenaan pajak tertentu.

Page 16: Tarif Pajak

Cara menghitung tarif spesifik

Jumlah penerimaan negara bukan pajak yang terutang = Tarif x Volume

Contoh:

Tarif = Rp 5.000.000/ m3

Volume = 100m3

Maka jumlah penerimaan bukan pajak yang terutang adalah = 50 x 1.000.000 = Rp500.000.000,-

f. Tarif Pajak Efektif Tarif Pajak Efektif adalah tarif yang sesungguhnya berlaku atas penghasilan Wajib Pajak.

Penghasilan disini dapat berarti penghasilan kotor atau penghasilan netto atau Penghasilan Kena

Pajak, tergantung pada kebutuhan atau dari segi mana seseorang ingin melihat beban tarifnya.

Undang-Undangnya:

Penggunaan tarif pajak efektif seperti pada Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun

2000 Pasal 17 A yaitu sebagai berikut:

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:

Wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima

juta rupiah)

5%

di atas Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta

rupiah)

10%

s.d Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

di atas Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) 15%

s.d Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) 25%

Page 17: Tarif Pajak

s.d Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) 35%

Contohnya:

Wajib pajak yang bernama Pak Budi pada tahun 2001 mempunyai PKP sebesar Rp

300.000.000. Jika dikenakan tarif yang diatur dalam pasal 17 ayat (1) huruf a, maka

jumlah pajak yang terutang adalah Rp 71.250.000. Dengan perincian sebagai berikut:

Jumlah penghasilan kena pajak Rp 300.000.000,00

Pajak Penghasilan terutang:

5% X Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00

10% X Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% X Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00

25% X Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

35% X Rp 100.000.000,00 = Rp 35.000.000,00 (+)

Rp 71.250.000,00

Sehingga Tarif efektifnya akan menjadi Rp 71.250.000 : Rp 300.000.000 = 23,75%

Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan

pajak tertentu. Contoh Penghasilan Kena Pajak Rp. 80.000.000.

10% x Rp. 50.000.000    = Rp. 5.000.000

15% x Rp. 30.000.000    = Rp. 4.500.000

Total              = Rp. 9.500.000

Tarif efektifnya = Rp. 9.500.000   x 100% = 11,87%