tarian ritmis

6
Artikel Tarian Ritmis Jagat Semesta “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Rum, 30 : 41) 1

Upload: santi-kamek

Post on 25-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

baru dapat diinternet...sangat menyentuh.

TRANSCRIPT

Tarian Ritmis

Artikel

Tarian RitmisJagat Semesta Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS ar-Rum, 30 : 41)

Sudah lama kita mendengar bahwa alam semesta ini disebut kosmos, bukanya chaos, karena ia memang indah dan teratur. Tuhan menciptakan semua mahkluk di jagat raya ini salaing berkaitan dan saling mempengaruhi. Perhatikanlah gerak harmonis tata surya. Planet-planet berputar mengelilingi matahari. Mathari dengan seluruh planet yang mengelilinginya bergerak mengitari pusat galaksi satu kali dalam setiap dua ratus ribu tahun. Begitu pula galaksi itu sendiri, selain bergerak mengitari porosnya sendiri, ia mengitari pusat alam semesta (berevolusi) bersama galaksi-galaksi lain.

Perhatikan pula atom. Di tengah setiap butir atom terdapat inti atom yang berputar pada porosnya sendiri. Inti atom dikelilingi tujuh garis lintasan (orbit) tempat beredarnya partikel yang disebut elektron. Elektron-elektron ini bergerak mengitari inti atom dengan super cepat yang tak pernah terbayangkan oleh pikiran manusia.

Tak hanya teratur, tiap organ, sel, molekul, dan atom dalam raga kita seluruhnya dicipta dengan naluri bertasbih dan tunduk kepada Allah. Setiap titik pasir, setiap bongkah batu, setiap lembar daun di ranting pepohonan, setiap kuntum bunga, setiap butir buah, setiap helai rumput, setiap ekor serangga, setiap hewan di bumi, setiap binatang di laut, dan segala burung di angkasa hingga gugusan galaksi, semua menghadap Allah, Sang Pencipta, bersujud, salat dan bertasbih. Dan tak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka. (QS al-Isra 17 : 44).

Subhanallah ! Dari titik atom yang terkecil hingga gugus galaksi yang terkira, semua tunduk dalam pengaturan Sang Maha Kuasa. Semua berjalan sesuai ketentuan-Nya. Sayang sekali, mata hati kita sudah rabun untuk melihat dan menikmati tarian alam dan alunan tasbihnya yang begitu indah ini. Lebih dari semua itu, seluruh mahkluk selain manusia diciptakan untuk kebaikan manusia. Semua diciptakan dan diperintahkan untuk memberikan kemaslahatan bagi manusia, sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing.

Perhatikan bumi, laut dan planet di sekitar kita, semua senantiasa melayani manusia. Matahari diperintahkan Tuhan untuk menciptakan penguapan air laut. Giliran angin membawa ke daratan agar menjadi mendung dan hujan. Lalu bumi dengan gembira menampungnya dan menyuruh benih tanaman tumbuh untuk melayani kebutuhan manusia. Demikianlah, ketika seharian manusia telah lelah bekerja, malam dipanggil untuk meyelimuti agar tidurnya lelap. Begitu pemurahnya Bumi sehingga ia disebut Ibu Pertiwi, sosok yang senantiasa mencintai, memberi dan melayani, tetapi tak pernah mengaharap balas budi.

Tetapi belakangan kita patut bertanya : mengapa alam seakan murka kepada kita, sehingga bencana di negeri ini tak kunjung reda ? Gempa, banjir bandang, kecelakaan pesawat, tanah longsor, gelombang tsunami, semua datang silih berganti. Mengapa negeri yang terkenal subur makmur kini dilanda kekeringan dan kelaparan ? Mengapa penduduk yang terkenal kesohor religius kini dililit aneka penyakit dan disapa banyak musibah ? Busung lapar, polio, flu burung, HIV/AIDS, dan penyakit aneh-aneh lainya kini akrab dengan keseharian kita. Ada apa ini ?

Kalau kita perhatikan, tak ada burung yang mau merusak sarangnya. Tak ada binatang yang merusak ekosistemnya. Ya, tak ada satu makhluk pun melanggar huku Tuhan. Semua tunduk pada sunatullah. Tapi bagaimana dengan manusia ?ALAM MERESPON PERILAKU KITA

Sikap alam terhadap manusia tergantung sikap kita terhadapnya. Alam ini tak hanya berisi materi tapi juga energi. Danjika tak henti-hentinya kita mengumbar energi negatif, maka alam ini pun bereaksi negatif. Tidak mungkin alam ini akan bereaksi negatif kalau tidak diprovokasi oleh perilaku buruk manusia.

Dengan banyaknya bencana yang terjadi di bumi ini, saya kira pertanyaan yang lebih tepat untuk kita ajukan adalah : apa yang kita lakukan pada lingkungan kita ? Bagaimana kita memerlakukan alam semesta ini ? Bagaimana perasaan mereka bila kita terus-menerus mencemarkan udara, membakar hutan, menebang sembarangan ?

MERUSAK DIRI BERARTI MERUSAK ALAM

Merusak diri kita berarti merusak alam semesta. Apa yang kita lakukan kepada alam akan kembali kepada kita. Kita melemparkan sampah sembarangan, dan alam akan membalas kita dengan berbagai penyakit. Kita kotori udara dengan asap kendaraan bermotor dan mesin pabrik. Alam menjawab kita dengan polusi. Kita berusaha menaklukkan alam dengan teknologi, dan alam datang dengan kekuatan yang tidak bisa di atasi teknologi semaju apa pun.

Keseimbangan alam akan lestari bila kita menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun dalam kehidupan sosial. Ada metafora indah dari Rasulullah. Bumi laksana perahu. Kita semua menumpang perahu itu untuk mengarungi samudra kehidupan yang maha luas. Kemudian, salah seorang penumpang hendak melubangi perahu itu pada dinding dekat tempat duduknya. Penumpang yang lain diam saja. Toh orang itu hanya melubangi tempat duduknya sendiri. Lalu Rasul bertanya, Tidakkah perahu itu akan karam ?

Betapa perbuatan seseorang bisa menenggelamkan orang lain. Coba kita ambil contoh konkret. Saat anda bermewah-mewahan, misalnya, Anda berkilah, Yang ku habiskan kan uang ku sendiri ! Memang, yang rugi mula-mula Anda sendiri. Tapi, dalam bermewah-mewahan itu menyimpan ketidakpedulian pada orang lain. Bahkan, dapt melalaikan seseorang pada tujuan hidup sejati dan cenderung pada dosa.

Sebaliknya, jika kita menata diri sendiri berarti juga menyelamatkan orang lain. Begitu juga kalau kita mencegah orang lain yan mau melubangi perahu itu, sejatinya kita menyelamatkan kita sendiri sekaligus menyelamatkan orang tadi. Pendeknya, dosa-dosa yang kita lakukan sebenarnya merusak diri sendiri, merusak keseimbangan alam, mengundang krisis sosial. Kesadaran inilah yang hendak kita raih dengan kita melazimkan istigfar.

Dengan istigfar kita ingi memahat nasihat Sadi-sufi dan penyair Persia- di altar sukma kita : belajarlah dari kemalangan orang lain, jangan sampai orang lain belajar dari kemalangan mu. Wallahu alam. (Dari berbagai sumber)4