tari jayengrana sebagai sumber inspirasi kreativitas … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya...

12
Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 60 TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS PADA GUBAHAN TARI Oleh: Fitri Nur dan Lilis Sumiati Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung Jln. Buahbatu No. 212 Bandung 40265 ABSTRAK Tari Jayengrana merupakan salah satu genre tari wayang gaya Sumedang yang berkarakter satria ladak. Tarian ini menarik untuk dijadikan materi pada ujian Tugas Akhir minat utama penyajian. Bentuk ketertarikan ini, pertama pada latar belakang ceritanya yang bersumber pada wayang menak yang berbeda dengan tari wayang pada umumnya. Kedua, tarian ini memiliki karakter yang relevan dengan kepribadian penulis. Sebagai tantangan pada minat penyajian terdapat dua aspek yakni memiliki kualitas menari yang prima dan kemampuan berkreativitas. Oleh karena itu, masalah yang diusung terbatas pada bagaimana mewujudkan kualitas kepenarian yang didukung dengan daya kreativitas. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan teori gegubah sebagai pisau pembedahnya. Adapun metode untuk merealisasikan teori dipilih langkah-langkah penguasaan materi, merancang tafsir garap, merekomposisi struktur tarian, dan merekomposisi koreografi. Kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan eksplorasi, evaluasi, dan komposisi. Sebagai hasil dari gubahan dapat diwujudkan tari Jayengrana dengan sajian yang baru. Koreografi bagian awal dan akhir ditambahkan ragam gerak sebagai upaya pengayaan. Bagian tengah dilakukan pemadatan dan pengolahan variasi. Iringan tari menyesuaikan dengan koreografinya. Bagian awal ditambah kakawen, bagian tengah tetap menggunakan lagu tumenggungan, serta bagian akhir ditambah dengan senandung dalang dan ending rubuh. Pada aspek rias diberikan penegasan garis wajah pada bagian kumis dan cedo. Adapun aspek busana tidak mengalami perkembangan apapun, karena sudah mewakili ciri khas tari wayang. Kata Kunci : Tari Jayengrana, Penyajian, Gegubahan, Kreativitas. ABSTRACT Jayengrana dance is one of the genres of Sumedang style Puppet dance which has the character of Satria Ladak. This dance is interesting to be used as a material for the Final Assignment of the concentration on presentation. This form of interest is firstly on the background of the story that comes from the noble puppets which are different from Wayang dance in general. Second, this dance has a character that is relevant to the personality of the writer. As a challenge to the concentration of presentation, there are two aspects: having excellent dance quality and creative ability. Therefore, the problems brought are limited on how to realize the quality of dance that is supported by the power of creativity. To answer this problem, the theory of gegubah is used as the revelation tool. The method for realizing the theory is steps for mastering the material, designing

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 60

TARI JAYENGRANA

SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS

PADA GUBAHAN TARI Oleh: Fitri Nur dan Lilis Sumiati

Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung

Jln. Buahbatu No. 212 Bandung 40265

ABSTRAK

Tari Jayengrana merupakan salah satu genre tari wayang gaya Sumedang yang berkarakter

satria ladak. Tarian ini menarik untuk dijadikan materi pada ujian Tugas Akhir minat utama

penyajian. Bentuk ketertarikan ini, pertama pada latar belakang ceritanya yang bersumber pada

wayang menak yang berbeda dengan tari wayang pada umumnya. Kedua, tarian ini memiliki

karakter yang relevan dengan kepribadian penulis. Sebagai tantangan pada minat penyajian

terdapat dua aspek yakni memiliki kualitas menari yang prima dan kemampuan berkreativitas.

Oleh karena itu, masalah yang diusung terbatas pada bagaimana mewujudkan kualitas

kepenarian yang didukung dengan daya kreativitas. Untuk menjawab permasalahan tersebut

digunakan teori gegubah sebagai pisau pembedahnya. Adapun metode untuk merealisasikan teori

dipilih langkah-langkah penguasaan materi, merancang tafsir garap, merekomposisi struktur

tarian, dan merekomposisi koreografi. Kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan eksplorasi,

evaluasi, dan komposisi.

Sebagai hasil dari gubahan dapat diwujudkan tari Jayengrana dengan sajian yang baru.

Koreografi bagian awal dan akhir ditambahkan ragam gerak sebagai upaya pengayaan. Bagian

tengah dilakukan pemadatan dan pengolahan variasi. Iringan tari menyesuaikan dengan

koreografinya. Bagian awal ditambah kakawen, bagian tengah tetap menggunakan lagu

tumenggungan, serta bagian akhir ditambah dengan senandung dalang dan ending rubuh. Pada

aspek rias diberikan penegasan garis wajah pada bagian kumis dan cedo. Adapun aspek busana

tidak mengalami perkembangan apapun, karena sudah mewakili ciri khas tari wayang.

Kata Kunci : Tari Jayengrana, Penyajian, Gegubahan, Kreativitas.

ABSTRACT

Jayengrana dance is one of the genres of Sumedang style Puppet dance which has the character

of Satria Ladak. This dance is interesting to be used as a material for the Final Assignment of the

concentration on presentation. This form of interest is firstly on the background of the story that

comes from the noble puppets which are different from Wayang dance in general. Second, this

dance has a character that is relevant to the personality of the writer. As a challenge to the

concentration of presentation, there are two aspects: having excellent dance quality and creative

ability. Therefore, the problems brought are limited on how to realize the quality of dance that is

supported by the power of creativity. To answer this problem, the theory of gegubah is used as the

revelation tool. The method for realizing the theory is steps for mastering the material, designing

Page 2: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 61

work interpretation, recomposing dance structures, and recomposing choreography. Then these

steps are followed up with exploration, evaluation and composition activities.

As a result of this composition, there can be realized new form of Jayengrana dance. In the

beginning and at the end of choreography, a variety of motions were added as enrichment efforts,

and in the middle part the compaction and variations process were carried out. There have been

some changes in the element of dance accompaniment to adjust the choreography. The first part

was added with kakawen, the middle part still uses tumenggungan song, and the final part was

added with senandung dalang and ending rubuh. In the makeup aspect, there has been given

affirmation to the facial lines on the part of the mustache and cedo. Meanwhile the aspect of

costume does not change, because it represented the characteristic of Wayang dance.

Key words : Jayengrana Dance, Presentation, Gegubahan, Creativity.

PENDAHULUAN

Tari Jayengrana adalah salah satu rumpun

tari wayang gaya Sumedang yang sumber

penciptaannya dari cerita wayang menak atau

disebut dengan Wayang Golek Menak. Penjelas-

an mengenai latar belakang tokoh Jayengrana

dipaparkan oleh Iyus Rusliana (2012: 73)

sebagai berikut:

Jayengrana adalah nama julukan bagi tokoh

Amir Hamzah yang terdapat dalam cerita atau

Serat Menak, dan cerita ini merupakan hasil

karya budaya dalam sastra Islam yang terkenal

dengan judul Wong Agung Menak Jayengrana. Di

Jawa Barat, cerita ini permulaannya disangga

sebagai salah satu repertoar cerita dalam

pertunjukan pedalangan Wayang Menak dan

Wayang Cepak, namun selanjutnya terungkap

pula dalam seni tari. Bagian dari cerita ini

antara lain adanya kisah ketika tokoh Amir

Hamzah melakukan kegiatan penyebaran

agama Islam ke berbagai pelosok daerah yang

dikuasai oleh kerajaan-kerajaan tertentu.

Sewaktu melakukan dengan cara berperang

karena rajanya menentang aktivitasnya itu, dan

peperangan pun akhirnya terjadi.

Sejarah mengenai cerita Amir Hamzah

pada awalnya ditemukan di Kasunanan

Surakarta dan kesultanan Yogyakarta. Perihal

ini sebagaimana dijelaskan oleh Lilis Sumiati

(2014: 5) bahwa:

Amir Hamzah merupakan tokoh central dalam

cerita menak yang berasal dari sastra Persia

dalam kitab Qissa L Emr Hamza pada era

Sultan Harun Ar. Rasyid (766-809 M). Di

Melayu dikenal dengan Hikayat Amir Hamzah

hasil translit Ki Carik Narawita pada 1717 yang

dikenal dengan Serat Menak. Translit ini

dilakukan atas perintah Kangjeng Ratu Mas

Balitar (istri Susuhunan Pakubuwana I di

Kasunanan Kartasura). Kemudian Serat Menak

ditulis ulang oleh Rd. Ngabehi Yasadipura I dan

II (pujangga besar dari Kasunanan Surakarta),

menjadi 48 jilid. Di Yogyakarta dikenal dengan

Serat Menak Branta ditulis oleh Adi Triyono

dan Tukiyo, atas perintah Gusti Kangjeng

Ratusasi (putri Sultan Hamengkubuwono VI).

Amir Hamzah adalah putra dari Abdullah

dan ibunya bernama Siti Fatimah. Ia tumbuh

menjadi seorang anak yang gagah, tampan,

halus budi bahasanya. “Banyak orang yang

kagum akan kecakapan raden Amir Hamzah.

Orang yang sedang mengolah sawah, yang

sedang membatik, semua menghentikan

pekerjaannya demi melihat kecakapan

Hamzah” (Tashadi, 1992: 406).

Silsilah mengenai Amir Hamzah tidak

ditemukan secara lengkap, hanya dijelaskan

bahwa: “Adipati Mekah bernama Abdul-

muntalib berputra seorang anak laki-laki

bernama Ambyah (Jayengrana)..... Ambyah

kemudian tumbuh sebagai seorang kesatria

perkasa hingga tak ada seorang pun pada saat

Page 3: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 62

itu yang menandinginya” (Tati Narawati,

2003: 264).

Amir Ambyah (Amir Hamzah) ditampilkan

sebagai seorang pahlawan Islam yang sangat

tampan dan rajin berdakwah, berperang dari

satu negeri ke negeri lain untuk menyebarkan

agama dan melawan raja kafir. Hasil per-

juangannya, Jayengrana berhasil melawan

raja-raja yang masih kafir untuk bersedia

memeluk agama yang percaya kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Tokoh Amir Hamzah memiliki banyak

julukan antara lain Wong Agung Menak,

Wong Agung Jayengrana, dan Wong Agung

Jayangresmi. Akan tetapi, yang banyak

disebut adalah Wong Agung Menak. Hal

tersebut juga ditegaskan oleh Tati Narawati

(2003: 264) bahwa “Jayengrana yang halus dan

tampan, memiliki nama bermacam-macam

tetapi yang banyak disebut adalah Wong

Agung Menak. Citranya yang mirip dengan

Arjuna digambarkan, bila ia telah memenang-

kan perang. Ia selalu menikahi putri raja yang

dikalahkan.”

Jayengrana merupakan nama tarian yang

diambil dari julukan tokoh Amir Hamzah.

Tarian ini diciptakan oleh Rd. Ono Lesmana

Kartadikusumah pada tahun 1950-an. Selanjut-

nya tarian tersebut menjadi salah satu tari

wayang khas Sumedang yang memiliki ciri

khas pada koreografi, musik pengiring, dan

busananya. Sumber penciptaan tarian ini di-

ambil dari kata Jayengrana yang berasal dari

kata Jaya Ing Rana. Jaya berarti menang, Ing

berarti dalam, dan Rana berarti perang. Jadi

arti dari Jayengrana adalah menang dalam

berperang (Iyus Rusliana, 2012: 74). Oleh

karena itu, R. Ono Lesmana sebagai sang

kreator menetapkan gambaran tarian ini

sebagai berikut “Ibing Djayengrana ngagambar-

keun keur pohara gumbirana, wireh nalika

andjeuna keur dipendjara ku radja Kanjun, tiasa

dibebaskeun ku dua putri gagah (pigarwaeunnana)

nyaeta putri Sudarawerti ti nagara Prang Akik

sareng putri Sirtupulaeli ti nagara Kursenak (Tari

Jayengrana menggambarkan kegembiraan

Jayengrana, pada saat dia sedang dipenjara

oleh raja Kanjun, kemudian dia dibebaskan

oleh dua orang putri (calon istri) yaitu putri

Sudaraweri dari Negara Prang Akik dan

Sirtupulaeli dari Negara Kursenak. Berdasar-

kan pada gambaran tarian dapat disimpulkan

unsur filosofisnya bahwa:

Apabila seseorang telah berhasil mencapai

suatu hal yang membanggakan, wajarlah jika

kebanggaannya hanya untuk menambah

percaya diri, tetapi tidaklah pantas atau tidak

baik bila dalam dirinya muncul kesombongan

dan menganggap orang lain rendah dalam

segala hal. Begitu pula jika seseorang mendapat-

kan kegembiraan, wajarlah diungkapkannya

sebatas masih di dalam garis-garis norma susila

agama, tetapi seyogianya tidak sampai lupa diri

atau lupa daratan (Iyus Rusliana, 2001: 85).

Tari Jayengrana memiliki karakter sartia

ladak atau disebut dengan kagok kinantang

untuk karakter putra halus yang aktif dan

dinamis (Soedarsono, 1999: 90). Ciri estetika

dari wayang satria ladak ditinjau dari

koreografinya yaitu pandangan lurus ke

depan, gerakan kepala cepat berubah arah

(cingeus), sikap lengan terbuka, gerakan lengan

lebih sederhana, patokan gerak terdapat pada

kebut soder, keupat, laras, jalak pengkor, jangkung

ilo baksarai dan santana (Atmadibrata dalam

Lilis Sumiati, 2014: 227). Pada tari Jayengrana

gaya Sumedang mempunyai ciri khas

tersendiri yakni gerak-geraknya sebagian

besar ngarodon dan volume geraknya kecil.

Mengingat ide koreografinya, terinspirasi dari

kelincahan induk ayam yang sedang

mengasuh anak-anaknya. Kelincahan langkah-

langkah induk ayam yang kecil, penuh

dinamika, dan kewaspadaannya menarik

Page 4: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 63

perhatian sang kreator (Lilis Sumiati, 2014:

108).

Bentuk penyajian tari wayang terdapat tiga

macam, yaitu bentuk tunggal, berpasangan,

dan kelompok. Berdasarkan pada tiga bentuk

penyajian tersebut, tari Jayengrana termasuk

pada kategori tari tunggal yang disajikan oleh

seorang penari. Untuk lebih jelasnya pemapar-

an mengenai kekuatan skill yang harus

dimiliki oleh penari tunggal adalah sebagai

berikut:

Tari tunggal adalah perwujudan koreografi

yang khas ditarikan oleh seorang penari, dan

tingkat kerumitan pengungkapannyan relatif

lebih tinggi dibandingkan bentuk tari lainnya.

Kondisi ini dikarenakan dilakukan oleh seorang

penari, sehingga nilai-nilai estetik tarian yang

dilakukannya bertumpu kepada seorang penari.

Demikian juga tatanan gerak tari tunggal

memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi,

sulit untuk dilakukan secara rampak (Risman

Suratman, 2012: 39).

Sebagai pendukung tari terdapat pula

unsur karawitan yang mengiringi tari

Jayengrana yaitu memakai gamelan laras

salendro lagu Tumenggungan serta bentuk

lagunya berpola irama sedang (sawiletan).

Waditra kecrek dengan suara kendang dalam

mengisi setiap gerak tarinya, merupakan

dukungan yang khas dari unsur pedalangan.

Untuk lebih memperjelas karakter tokoh

Jayengrana didukung pula oleh riasnya yang

terfokus pada garis-garis wajah yaitu alis

masekon, godeg satria, pasu teleng dan bibir

bagian bawah memakai cedo. Bentuk busana

pada tari Jayengrana mengenakan pakaian

dasar seperti baju kutung, sinjang dodot satria

dan celana sontog. Selain itu, terdapat properti

berupa sampur dan aksesoris berupa keris,

kembang keris, kilat bahu, makuta, sabuk, gelang

tangan, susumping, kewer, tutup rasa, uncal

soder, gelang tangan dan gelang kaki.

Berkaitan dengan minat utama penyajian

tari, mahasiswa sebagai peserta ujian TA

diwajibkan untuk menampilkan satu tarian

yang diminatinya. Artinya, mahasiswa yang

memilih minat ini harus mempertimbangkan

kualifikasi kepenariannya. Adapun kualifikasi

seorang penari dikatakan oleh Sal Murgiyanto

(1992: 4) bahwa “Seorang penari harus

memiliki hal-hal seperti berikut ini: ke-

terampilan gerak, penghayatan dan ke-

mampuan dramatik, rasa irama, rasa ruang,

daya ingat, kemampuan kreatif”. Berdasarkan

paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa

seorang penari harus memiliki pengukuran

kualitas dalam kemampuan menari.

Kualitas menari pada ranah tari wayang

tidak sekedar mampu menari dengan baik

tetapi juga harus dapat memerankan tokoh

dan karakter yang diinginkan. Di samping itu,

penari juga harus mampu mengomunikasikan

pesan melalui tarian kepada penonton. Rasa

irama dan daya ingat juga sangat penting

untuk dimiliki, karena seorang penari harus

mampu menyatukan atau menyelaraskan

irama dengan faktor-faktor pendukung

lainnya. Perihal tersebut untuk mengusung

nilai-nilai estetis yang diekspresikan dari

karya tari tersebut bisa terwujud dalam

dipertunjukannya. Hal ini memang tidak

mudah, perlu adanya bakat, keterampilan,

kecerdasan, kreativitas, dan kemauan yang

sangat kuat.

Berdasarkan latar belakang bentuk dan isi,

tari Jayengrana menarik dijadikan materi

tugas akhir. Ketertarikan pada tarian ini

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya:

pertama, adanya kesamaan karakter dengan

penulis sehingga tidak terlalu sulit untuk

mendalaminya. Kedua, kisah perjuangan Amir

Hamzah ini dapat diterapkan dan di-

komunikasikan kepada masyarakat Sunda,

yang konon sebagai masyarakat Islam yang

Page 5: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 64

taat beribadah. Ketiga, sebagai motivasi untuk

memacu semangat dalam menghadapi

tantangan hidup dan membela kebenaran.

Keempat, sifat Amir Hamzah sebagai kesatria

yang pemberani dan memiliki jiwa ke-

pahlawanan merupakan sumber inspirasi

untuk introspeksi dalam kehidupan. Kelima,

tarian ini jarang disajikan dalam ujian Tugas

Akhir sehingga menjadikan kesempatan

penulis untuk memperkenalkan tarian ini agar

tetap hidup dan digemari oleh masyarakat,

baik pencinta seni maupun para mahasiswa

tari ISBI Bandung. Dengan demikian, minat ini

tidak semata-mata menyajikan tarian sebagai

ungkapan kreativitas namun merupakan

perwujudan lain dari syiar agama.

Untuk kepentingan kelulusan mata kuliah

repertoar penyajian tari wayang, dilakukan

proses penyadapan atau nyantrik di Padepo-

kan Sekar Pusaka yang dipimpin oleh

Rd.Widawati bertempat diSumedang. Proses

ini dilakukan untuk menambah wawasan dan

pendalaman materi tari.

Dalam menampilkan tari Jayengrana

untuk keperluan tugas akhir penulis tidak

menampilkan sesuai dengan hasil penyadap-

an. Mengingat sebagai penari dituntut untuk

memiliki daya kreativitas, maka tarian ini

diberi sentuhan nuansa baru dengan cara

pemadatan dan pengembangan variasi pada

elemen-elemen tertentu. Kreativitas tersebut

diupayakan tidak mengubah bentuk aslinya

melainkan hanya sebatas menawarkan rasa

(taste) baru.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut

maka rumusan gagasan yang diusung yaitu

bagaimana mewujudkan kreatifitas untuk

mendukung kualitas kepenarian. Hasilnya

diupayakan dapat menciptakan penyajian tari

yang baru namun tanpa mengubah makna

atau isi tariannya.

Batasan untuk menciptakan tari yang baru

berdasarkan ciptaan sendiri pada ranah

penyajian menggunakan teori gubahan yang

dijelaskan oleh Edi Sedyawati (1986: 17-18)

sebagai berikut:

Mewujudkan gagasan baru berupa pe-

ngembangan dari sumber penyajian tradisi

tertentu dengan cara memasukan, menyisipkan

dan memadukan bentuk-bentuk gerak baru

atau penambahan unsur lain, sehingga

menghasilkan bentuk penyajiannya yang

berbeda dengan tetap mempertahankan

identitas sumbernya.

Penetapan metode harus berkolerasi

dengan landasan teori. Mengingat teori yang

relevan dengan minat utama penyajian adalah

gubahan, maka metode atau cara untuk

mengurainya menggunakan konsep proses

garap tari wayang. Konsep tersebut memuat

penguasaan materi, merancang tafsir garap,

merekomposisi struktur tarian, dan me-

rekomposisi koreografi. Konsep ini dilakukan

melalui tahapan eksplorasi, evaluasi, dan

komposisi.

PEMBAHASAN

1. Proses Garap Gubahan Tari Jayengrana

Proses garap merupakan tahapan berikut-

nya setelah penari menguasai tarian berdasar-

kan bentuk dan isi tarian. Penguasaan tersebut

sebagai syarat utama untuk melangkah pada

tarap kreativitas. Gubahan tari merupakan

konsep yang dijadikan landasan kreativitas

dalam wilayah penyajian tari. Konsep ini

memiliki batasan kreativitas pada tahapan

penguasaan materi, merancang tafsir garap,

merekomposisi struktur tarian, merekomposisi

koreografi” (Iyus Rusliana, 2012: 175-177).

Realisasi proses garap ini akan dijelaskan

sebagai berikut.

a. Eksplorasi

Page 6: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 65

Menurut pendapat Sumandiyo Hadi (1996:

65) “Eksplorasi adalah suatu proses penjajag-

an, yaitu sebagai pengalaman untuk me-

nanggapi obyek luar atau aktivitasnya

mendapat rangsang dari luar.” Tahapan

penjelajahan gerak ini untuk menemukan

gerak yang akan diterapkan ke dalam garapan

gubahan tari sesuai dengan tafsirnya.

Berbicara mengenai tafsir garap tari

Jayengrana ini dibatasi hanya untuk mem-

pertajam tema tarian yang menggambarkan

kemenangan tokoh Amir Hamzah dalam

peperangan. Pemunculan tafsir ini sekaligus

sebagai upaya untuk memperkaya tarian pada

bagian awal dan akhir tarian.

Proses eksplorasi pada ranah me-

rekomposisi struktur tarian dilakukan dengan

cara pemadatan dan membuat variasi pada

sikap dan gerak. Proses pemadatan dilakukan

dengan cara mendengarkan terlebih dahulu

musik iringan tari Jayengrana. Tahap selanjut-

nya dicari peluang untuk menghilangkan

ragam gerak yang dilakukan secara berulang-

ulang. Peluang tersebut diantaranya terdapat

pada gerak peralihan yang seringkali diulang

setelah gerak pokok. Selain itu, dapat dilaku-

kan pula pada penyatuan gerak pokok dengan

gerak khusus. Adapun variasi pada sikap dan

gerak berguna untuk menciptakan dinamika

sesuai dengan karakter tarian.

Gubahan pada wilayah variasi melakukan

pencarian gerak berdasarkan konsep yang

akan digarap. Salah satunya mengolah unsur

utama tari yaitu tenaga, ruang dan waktu.

Tahapan yang dilakukan dalam proses

eksplorasi meliputi latihan mandiri dan proses

bimbingan.

b. Evaluasi

Evaluasi dalam bahasa Inggris yaitu

evaluation artinya penilaian. Kaitannya dengan

karya seni, dipaparkan oleh Iyus Rusliana

(2008: 121) bahwa “evaluasi atau penilaian,

berarti ada upaya mempertimbangkan atau

mengkaji terlebih dahulu agar betul-betul

karya tari tersebut memadai untuk dipertunju-

kan”. Jadi evaluasi merupakan proses me-

nentukan nilai suatu hal atau objek yang

berdasarkan pada acuan-acuan tertentu untuk

mencapai tujuan.

Evaluasi bimbingan sektoral (parsial)

koreografi, perubahannya berlandaskan pada

tafsir garap terhadap tarian yang sebelumnya

sudah dikuasai dengan baik berdasarkan

estetika tari Sunda. Kriteria estetika tari Sunda

yang dimaksud mencakup aspek bisa, wanda,

wirahma, sari, dan alus. Penjelasan mengenai

hal tersebut dikemukakan oleh Lilis Sumiati

(2014: 195) sebagai berikut:

(1) Bisa, artinya penari mampu menguasai

koreografi dari awal sampai akhir dan

dilengkapi dengan keterampilan secara teknik

sesuai aturan yang sudah dibakukan. (2) Wanda,

artinya penari dituntut mampu menyelaraskan

postur tubuh kaitannya dengan rias dan busana

serta memiliki aspek kepantasan dengan tarian

baik dalam konteks penokohan maupun

karakter tarian. (3) Wirahma, artinya penari

harus memiliki kepekaan terhadap irama tari

dan keselarasan dengan iringan tarinya. (4) Sari,

artinya penari dianjurkan mengerti isi tarian

yang dibawakan sehingga dapat menjiwainya

dengan baik. (5) Alus, artinya penari digiring

untuk memiliki multi talenta agar dapat

mencerap ide pencipta melalui penguasaan

dalam meluluhkan atau menyatukan kekuatan

unsur bisa, wanda, wirahma, dan sari.

Penerapan evaluasi pada proses garap

gubahan tari yang dilakukan bersama

pembimbing, lebih mengarah pada bagaimana

memilah dan memilih bentuk gerak dari hasil

ekplorasi. Dengan demikian, tidak semua

gerak hasil dari eksplorasi dipakai tetapi tetap

harus menyesuaikan dengan gambaran/tema,

karakter tarian dan iringan tarinya.

Dalam hal ini ada beberapa motif gerak

dari hasil eksplorasi yang temponya tidak

sesuai sehingga dihilangkan atau disimpan di

Page 7: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 66

bagian lain. Salah satunya gerak babarongsayan

yang disimpan setelah gerak mincid sembada.

Kegiatan Bimbingan Sektoral (parsial)

Musik, dilakukan setelah menggubah struktur

koreografi. Mengingat fungsi iringan dalam

tari bagaikan dua sisi mata uang yang tidak

bisa dipisahkan. Berbicara mengenai fungsi

iringan dalam tarian dikemukakan oleh Endo

Suanda dan Sumaryono (2006: 109) bahwa:

Kecocokan atau keselarasan musik dan tari

merupakan konsep yang pokok, baik dalam tari

tradisinonal maupun kreasi baru. Keselarasan

ini bisa dilihat dari dua hal: pertama mengenai

irama dan temponya, sehingga gerakan itu

dirasa nyaman pertunjukan oleh penarinya, dan

kedua adalah mengenai suasana atau temanya.

Kegiatan bimbingan sektoral musik terlebih

dahulu dilakukan komunikasi dengan penata

musik mengenai tafsir tarian yang sudah

ditetapkan. Setelah ada kesepahaman dari

kedua belah pihak, penata iringan bersama

para pangrawit lainnya menetapkan pirigan

kakawen pada bagian awal, lagu tumenggung

sawilet pada bagian tengah, dan ending rubuh

bagian akhir.

Bimbingan sektoral (parsial) artistik tari

lebih difokuskan pada properti. Properti tari

Jayengrana ada yang aktif dan pasif,

pemasangan keduanya melekat dengan badan

di bagian pinggang. Properti yang aktif berupa

soder/sampur sedangkan properti pasif adalah

keris. Penggunaan soder/sampur dalam tari

Jayengrana merupakan hal yang wajib

digunakan. Namun berbeda dengan keris,

benda ini hanya dipasang pada bagian

pinggang tanpa ada respon gerak.

Untuk memunculkan gagasan baru, keris

tidak hanya dikenakan di pinggang tetapi

direspon dalam bentuk gerak sebagai simbol

kemenangan. Desainnya tetap beroriantasi

pada norma-norma tradisi yang meliputi sikap

dan gerak yang setara dengan karakter satria

ladak.

Kegiatan bimbingan kolektif unity

merupakan kegiatan yang dilalui setelah

menjalani proses evaluasi secara sektoral

dianggap cukup. Selanjutnya pembimbing

menghimbau untuk menyajikan tarian secara

menyeluruh. Artinya hasil gubahan pada

aspek koreografi, iringan, dan artistik

dipadupadankan.

c. Komposisi

Komposisi adalah menyusun dan mengatur

suatu objek sehingga hasilnya tampak menarik

dan indah karena adanya paduan yang saling

berhubungan. Hal ini ditegaskan oleh Sal

Murgiyanto (1992: 11) yaitu “komposisi atau

composition berasal dari kata to compose yang

artinya meletakkan, mengatur, atau menata

bagian-bagian sedemikian rupa sehingga satu

sama lain saling berhubungan dan secara

bersama membentuk kesatuan yang utuh”.

Komposisi ini didapatkan dari hasil

eksplorasi dan evaluasi yang kemudian ditata

sedemikian rupa. Proses ini dapat menghasil-

kan bentuk keselarasan antara gerak satu dan

gerak selanjutnya. Dengan demikian, gerak-

gerak tersebut menjadi tersusun dan ter-

hubung dengan baik. Hasil dari komposisi ini

menghasilkan koreografi baru karena telah

mengalami gubahan berdasarkan penafsiran,

merekomposisi struktur tarian, dan me-

rekomposisi koreografi.

Kegiatan Bimbingan Unity (Latihan Gladi

Kotor) merupakan penyesuaian dengan

bentuk panggung prosenium. Bentuk pang-

gung ini terletak di gedung Sunan Ambu ISBI

Bandung. Latihan unity di panggung yang

sebenarnya, penting dilakukan sebagai

orientasi terhadap pola ruang, arah hadap,

dan arah gerak. Pola ruang atau bloking untuk

mengatur keseimbangan atau ketepatan

kedudukan penari. Arah hadap berkaitan

Page 8: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 67

dengan sikap penari dengan pola ruang tubuh

dan pola ruang panggung. Arah gerak juga

perlu penyesuaian karena berkaitan dengan

seberapa jauh jarak yang harus ditempuh

penari. Perihal ini sebagai upaya agar sampai

pada tempat yang dituju dan sesuai dengan

irama/iringan tarinya.

Kegiatan Bimbingan Unity (Latihan Gladi

Bersih) merupakan latihan tahap akhir yang

dikoordinir oleh panitia ujian. Prosedur yang

ditempuh harus sesuai dengan pelaksanaan

ujian yang sesungguhnya. Kelengkapan

penyajian ditampilkan secara utuh mulai dari

koreografi, iringan, rias, busana, dan artistik

lainnya.

Apabila dalam gladi bersih masih terdapat

kekurangan menurut penilaian pembimbing,

maka latihan secara mandiri biasanya

dilakukan. Latihan mandiri yang dimaksud

bisa berupa latihan koreografi yang diiringi

musik rekaman. Ada pula dengan cara

menghadirkan penata musik untuk me-

ngomunikasikan perihal yang belum

memadai.

2. Deskripsi Gubahan Tari Jayengrana

Gambaran atau tema tari Jayengrana

mengungkapkan mengenai kebanggaan dan

kegembiraan tokoh Amir Hamzah setelah

menang perang melawan raja Kanjun.

Gambaran tarian ini kemudian ditafsir ulang

untuk mendapatkan bentuk tari yang

berkualitas disesuaikan dengan skill dan jiwa

penulis tanpa mengurangi esensi tariannya.

Fokus bahasan selanjutnya mengenai hasil

gubahan tari Jayengrana pada aspek bentuk

yang meliputi struktur koreografi, iringan tari,

dan rias. Koreografi Tari Jayengrana untuk

kepentingan Tugas Akhir, penulis mencoba

memberikan kreativitas dengan cara

menggubah. Kreativitas pada ranah gubahan

terbatas pada pengayaan, pemadatan, dan

penambahan variasi-variasi gerak aktif dan

gerak pasif serta pola lantai. Berikut struktur

tari Jayengrana hasil gubahan.

a. Struktur Koreografi

Penambahan koreografi pada bagian awal

dengan cara merespon keris sebagai simbol

kemenangan. Penari bersiap di atas panggung

dengan berpose tumpang tali dengan arah

serong ke kiri. Ayun tangan, pocapa kanan lalu

galeong tangan kiri sawang tangan kanan

ditekuk di depan perut, pandangan ke tangan

kiri, gilek ke arah kiri sambil kepret sampur,

arah hadap ke depan.

Langkah kaki sambil ayun tangan kanan

dengan sikap kedua kaki jinjit sambil turun ke

level bawah lalu putar, arah gerak serong

kekanan, gilek sembada kiri, sembada kanan

sambil kaki kanan geser ke arah serong kanan,

jalak pengkor ke serong kanan, arah hadap ke

depan.

Langkah kaki kanan jalak pengkor 2 kali,

langkah kaki kanan-kiri sambil silang tangan

kanan, arah gerak ke serong kanan, berputar

ambil sampur kiri lalu kaki kanan melangkah

sambil sampay sampur ke tangan kiri, disertai

kaki langkah ke belakang, arah gerak mundur,

arah hadap serong kiri.

Keupat; arah gerak ke depan 2 langkah

tangan kanan ngarumbay, tangan kiri

memegang keris, ukel kembar, tangan kanan

nangreu tangan kiri lurus memegang keris, arah

hadap dan arah gerak ke depan.

Trisi; berputar setengah lingkaran tangan

lontang keris kanan-kiri kemudian jalak pengkor

ke belakang, kedua tangan memegang keris

sambil mengangkat keris ke atas, arah hadap

ke belakang, memasukan keris, sambil kaki

kanan geser ke depan secara perlahan, Ajeg

kepala gilek ke kanan, kaki kiri jinjit, kedua

tangan kepret sampur, arah hadap ke depan.

Calik jengkeng; kaki kiri ditekuk, lalu kepala

cengkat tangan kiri nangreu, ukel tangan kanan

pegang sampur dipinggang, lalu kepala

Page 9: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 68

cengkat, kedua tangan ukel kembar, sembah

dengan gerak kepala godeg cepat diikuti gerak

badan sambil doyong ke depan, lontang kembar,

sumpingan kanan, cangkreud, cengkat, sambil

ganti kaki kanan yang di tekuk, simpen tangan

kiri, hadap ke depan. Sasar soder, kebut soder di

depan dada, kepala godeg cepat, pundak soder,

obah taktak, buang soder, pandangan ke kanan

cengkat, sambil gengsor kaki kiri yang ditekuk

lalu tangan kanan simpen nangreu, kepala

cengkat, arah hadap dan arah gerak tetap ke

depan.

Adeg-adeg sawang, capang; diawali dengan

kepret soder, pandangan lihat kekiri, tangan

kanan lurus ke bawah, tangan kiri tekuk,

sumpingan dua tangan, Sawang kanan, tangan

kiri nangreu, kaki kiri langkah, usik malik

sembada kanan, sembada kiri, kaki sambil seser

ke depan, posisi tangan bergerak capang

kanan-kiri, sawang kiri, tangan kanan nangreu

cindek, sembada kanan, arah hadap ke depan,

langkah kaki kanan-kiri, riyeg, arah gerak ke

kanan-kiri, arah hadap tetap ke depan.

Cindek ngalaras; tumpang tali, kedua

sumpingan tangan tekuk di pinggir makuta,

cindek tangan kanan ditekuk nangreu di depan

dada, langkah maju, ayun tangan, tumpang tali,

cindek sawang kanan, sembada kanan, arah

hadap dan arah gerak ke depan.

Galayar; tangan tumpang tali; kaki adeg-adeg

sasar soder, sambil doyong kekanan lalu kedua

tangan nangreu di depan dada, kaki trisi arah

gerak memutar ke kiri, pundak soder, mundur

sambil obah taktak buang sampur, cindek sawang

Sembada kanan kedua tangan di samping, obah

bahu mundur, kepret sampur.

Keupat Jiwir Sampur; keupat jiwir sampur,

ngarodon, tangan kanan ngarumbay, ayun

nangreu, kaki jalak pengkor sambil sampur kiri

dibuka, tangan kanan nangreu, lalu keupat lagi,

Buang sampur kiri, tumpang tali kaki langkah

lontang kembar, keupat double step ke arah kanan

belakang, arah gerak maju ke depan, arah

hadap serong kanan, Cindek tumpang tali,

sawang kanan, sembada kanan riyeg, arah

hadap ke depan.

Laras Konda; lontang kembar, capang kanan,

sawang kanan, kaki sambil seser, Capang kanan,

kaki calik jengkeng kaki kiri ditekuk kaki calik

jengkeng kaki kanan ditekuk, arah hadap dan

arah gerak ke depan.

Jangkung Ilo; ukel baplang; kepala galeong ke

kanan-kiri, tumpang tali, ukel kembar galeong,

sumpingan kiri, tangan kanan nangreu, ambil

kedua sampur, pundak soder, memutar di

tempat kearah kanan, kaki sambil jalak pengkor,

arah hadap dan arah gerak ke depan, berputar

ke kanan.

Mincid Ungkleuk Rineka; tangan kiri jiwir

soder, tangan kanan nangreu, ayun tangan,

kepala ungkleuk, buang sampur kiri, ukel lontang

kembar, tangan kanan tekuk disimpan di

pinggir makuta kepret sampur kiri, tangan kanan

nangreu, dilakukan bergantian kanan-kiri

tangan kiri ayap soder tangan kanan nyampurit,

tangan kiri pundak soder, tangan kanan nangreu,

lalu ayun kepala ungkleuk, selut sambil langkah

ke depan banting kepret tangan, arah hadap

dan arah gerak ke depan.

Mincid Gigir; langkah ke samping kanan-

kiri, lontang kanan-kiri, arah gerak ke kanan-

kiri, sawang kanan, kaki mundur, arah gerak

ke sudut kanan, cindek ngalaras, langkah

tumpang tali lontang kembar, sawang, cindek

sembada kanan.

Keupat Jiwir Sinjang dan keupat dua tangan;

setelah cindek ngalaras, obah taktak, kaki mundur

kepret soder lalu Keupat jiwir sinjang dua kali,

arah gerak ditempat, Keupat dua tangan empat

kali, arah gerak memutar.

Mincid Sembada; ukel sembada sambil

mundur, cindek Obah bahu ditempat 4 kali,

lalu mincid mundur duakali setelah itu tangan

lontang ke arah kiri, kaki mincid.

Page 10: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 69

Tindak Tilu Sumpingan; langkah tiga kali

sumpingan-sawang kanan-kiri dengan arah

gerak maju-mundur, arah gerak mundur–

maju, arah hadap serong kanan-kiri.

Mincid sumpingan; setelah tindak tilu, cindek

mincid sumpingan kanan-kiri dengan tempo

lambat cindek ngalaras, langkah maju cindek

tumpang tali, ambil sampur, mucuk sampur

kanan putar.

Maktal Jalak Pengkor; kaki jalak pengkor,

lontang kembar capit soder arah gerak ke kiri,

sumpingan kiri, kepret soder kanan, gilek lontang

ke kiri jalak pengkor, tangan di pinggang, arah

gerak ke kanan.

Mincid Sumirat; Mincid lontang dengan arah

gerak membentuk angka delapan dilakukan 2

kali ke arah sudut kanan-kiri, ukel, cindek lalu

sembada, ayun, arah gerak maju membuat

angka.

Barongsay; Buka tutup soder dari arah

belakang berputar ke depan, pandangan

kekanan-kiri disertai kaki jigrah. Langkah maju

dengan arah gerak jigjag, tangan capang kanan-

kiri, ambil soder, sampay soder ke tangan kanan,

lalu memutar, arah gerak maju.

Baksarai; adeg-adeg kanan sambil tangan

lontang kanan-kiri, arah hadap ke serong

depan kiri, trisi ke arah serong depan kanan

Adeg-adeg kanan sambil tangan lontang kanan-

kiri, trisi ke arah center. Mamandapan; lontang

kanan kiri mundur, lalu cindek sembada, arah

hadap serong kanan depan, arah gerak

mundur.

Calik sembahan; calik jengkeng kaki kiri

ditekuk, ukel kembar, sembah godeg cepat capang

kanan, cangreud, cengkat gilek, ambil keris,

tangan kanan ukel, tangan kanan memegang

keris cengkat, kedua tangan di buka, tangan

kanan nangreu capit soder, tangan kiri

memegang keris) pundak soder kanan, kaki

gengsor kanan-kiri Keupat

Pundak soder kanan, putar sambil kaki jalak

pengkor, keupat, sembada, trisi, dengan arah

gerak berputar setengah lingkaran lalu galeong

ke depan tangan kanan ngarumbay, tangan kiri

memegang keris, cindek maju ke depan lalu

obah bahu sambil proses berdiri. Langkah kaki

kanan sambil kewong sampur, langkah kaki kiri,

pocapa kiri, putar adeg-adeg, arah hadap ke

depan.

b. Struktur Iringan Tari

Tari Jayengrana hasil gubahan diawali

dengan kakawen Nangling Bingah Amarwatasuta

untuk mengiringi tarian bagian awal yang

mengembangkan ragam gerak yang merespon

keris. Kemudian tarian selanjutnya diiringi

dengan lagu Tumenggungan dengan patet nem

dan embat sawilet, bagian akhir ditambah

dengan senandung dalang dan ending rubuh.

c. Penataan Artistik Tari

1. Tata Rias

Rias dalam Tari Jayengrana gaya Sumedang

menggunakan alis masekon dan godeg areuy.

Untuk menambah kualitas estetika dalam

riasnya terdapat penambahan pada bagian

kumis dan cedo. Adapun pada bagian godeg

dirubah bentuknya. Perihal ini perpijak pada

kaidah rias karakter tari wayang yang

dipaparkan oleh Iyus Rusliana (2012: 76)

bahwa rias karakter satria ladak menggunakan

“titik tengah terlukis pasung, alis masekon,

jambang mecut, kumis satria, dan di bibir

bagian tengah terlukis cedo satria” dengan

ditambahkan suatu identitas yang telah baku,

maka dalam penyajian Tari Jayengrana ini rias

busana tidak akan diubah.

Busana dalam Tari Jayengrana gaya

Sumedang adalah suatu identitas yang telah

baku. Dengan demikian, dalam penyajian tari

Jayengrana ini busananya tidak ada

perubahan. Rincian busananya yakni baju

kutung berwarna biru, celana sontog berwarna

biru, sinjang dodot rereng, sampur, makuta ketu,

Page 11: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 70

sumping, kewer, tutup rasa, beubeur, tali uncal,

gelang tangan, dan gelang kaki.

Gambar 1. Rias Tari Jayengrana

(Dokumentasi: Fitri, 2018)

Gambar2. BusanaTari Jayengrana

(Dokumentasi: Fitri, 2018)

2. Setting Panggung

Setting panggung yang digunakan adalah

panggung proscenium dengan background kain

berwarna putih, yang bertujuan untuk mem-

perjelas rias dan busana yang digunakan. Pada

bagian tengah, disimpan gugunungan sebagai

ciri khas pembuka ataupun penutup pada

cerita wayang.

SIMPULAN

Untuk mempertahankan kualitas kepenari-

an, tari Jayengrana disajikan dalam bentuk

tunggal. Sebagai upaya untuk menggali daya

kreativitas seorang penari, tarian ini dikemas

dari segi koreografi, iringannya, dan rias

melalui gubahan tari. Perihal ini bukan untuk

merusak tarian yang aslinya, melainkan untuk

mencari peluang dalam meningkatkan

kualitas kepenarian dan menghasilkan sajian

yang baru.

Sebagai penari, tidak hanya dituntut untuk

berfikir dan kreatif, namun yang paling utama

harus memahami unsur-unsur estetika yang

meliputi tenaga, ruang dan waktu. Dengan

mempertimbangkan aspek-aspek tersebut,

juga untuk menggiring pada penguasaan

estetika tari Sunda yang meliputi bisa, wanda,

wirahma, sari, dan alus. Dengan demikian,

tuntutan sebagai seorang penari yang

memiliki kualitas akan terpenuhinya.

DAFTAR PUSTAKA

Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Narawati, Tati. 2003. Wajah Tari Sunda Dari

Masa Ke Masa. Yogyakarta: P4ST UPI.

Rusliana, Iyus. 2012. Bahan Ajar Mata Kuliah

Tari Wayang. Bandung: Jurusan Tari STSI

Press.

. 2001. Khasanah Tari Wayang.

Bandung: STSI Press.

Sedyawati, Edi dkk. 1986. Pengetahuan

Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari.

Jakarta: Direktorat Kesenian

Pengembangan.

Soedarsono. 1999. Metodologi Penelitian Seni

Pertunjukan Seni Rupa. Bandung: MSPI.

Suanda Endo, dan Sumaryono. 2006 Tari

Tontonan. Jakarta: Pendidikan Seni

Nusantara.

Page 12: TARI JAYENGRANA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI KREATIVITAS … · 2019. 10. 27. · tari wayang gaya Sumedang yang sumber penciptaannya dari cerita wayang menak atau disebut dengan Wayang

Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Tari Makalangan Volume 05 Nomor 02 Edisi Desember 2018| 71

Sumiati, Lilis. 2014. “Tranformasi Tari

Jayengrana Karya R. Ono Lesmana

Kartadikusumah”. Disertasi. Bandung:

Universitas Padjadjaran Bandung.

Suratman, Risman. 2012. Apresiasi

Seni Tari I. Bandung: SMK 10 Bandung.

Tashadi. 1992. Serat Menak (Yogyakarta).

Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.