tantangan yang di hadapai oleh supervisor masa yang akan datang ety kurniyati

28
Ety Kurniyati Just my personal blog…. Lanjut ke konten Beranda About TANTANGAN YANG DI HADAPAI OLEH SUPERVISOR MASA YANG AKAN DATANG Posted on Juli 22, 2013 by etykurniyati PENDAHULUAN Supervisi pendidikan adalah salah satu elemen krusial dalam mendidik yang mendorong perbaikan demi perbaikan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama, cita-cita yang diimpikan oleh seluruh masyarakat, baik negara, lembaga pendidikan, siswa, wali murid, dan masyarakat secara umum. Perbaikan ini dilakukan secara individual maupun secara kelompok.[1] Obyek utama supervisi adalah para guru yang mempunyai peran vital dalam membentuk karakter anak. Selain guru sebagai obyek supervisi pendidikan tentu semua elemen yang terlibat di dalamnya; seperti sektor manajemen, tata usaha, pembiayaan, hubungan masyarakat, sarana prasaran, kurikulum , serta keiswaan mempunyai andil dalam permasalahan ini. Supervisi pendidikan bertujuan menumbuhkan kesadaran dari dalam, sehingga timbul keinginan untuk melakukan perbaikan demi perbaikan supaya pendidikan mengalami peningkatan

Upload: oedin-elkifly

Post on 18-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

supervisi

TRANSCRIPT

TANTANGAN YANG DI HADAPAI OLEH SUPERVISOR MASA YANG AKAN DATANG | Ety Kurniyati

Ety Kurniyati Just my personal blog.

Lanjut ke konten Beranda About ADIL MENURUT ISLAMSISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TANTANGAN YANG DI HADAPAI OLEH SUPERVISOR MASA YANG AKANDATANGPosted on Juli 22, 2013 by etykurniyati PENDAHULUANSupervisi pendidikan adalah salah satu elemen krusial dalam mendidik yang mendorong perbaikan demi perbaikan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama, cita-cita yang diimpikan oleh seluruh masyarakat, baik negara, lembaga pendidikan, siswa, wali murid, dan masyarakat secara umum. Perbaikan ini dilakukan secara individual maupun secara kelompok.[1]Obyek utama supervisi adalah para guru yang mempunyai peran vital dalam membentuk karakter anak. Selain guru sebagai obyek supervisi pendidikan tentu semua elemen yang terlibat di dalamnya; seperti sektor manajemen, tata usaha, pembiayaan, hubungan masyarakat, sarana prasaran, kurikulum , serta keiswaan mempunyai andil dalam permasalahan ini.Supervisi pendidikan bertujuan menumbuhkan kesadaran dari dalam, sehingga timbul keinginan untuk melakukan perbaikan demi perbaikan supaya pendidikan mengalami peningkatan kualitas dan terhindar dari kemorosotan, keterbelakangan dan kemunduran. Supervisi juga bertujuan membangun kebersamaan dan kekompakan dalam melangkah sesuai dengan target yang di tentukan.Fungsi yang strategis dari supervisi ini mendorong supervisor yaitu kepala sekolah, pengawas, penilik dengan otoritasnya masing-masing untuk mengembangkan keahlian dan kompetensi mereka secara luas. Sehingga mereka mampu melakukan supervisi secara efektif, produktif, dan kreatif. Karena tidak mudah memberikan dorongan terutama kepada guru senior yang merasa telah banyak memiliki pengalaman. Hal tersebut harus dilakukan melalui pendekatan psikologis, persuasif gradual, dan disatu sisi tidak berkesan menggurui dan mengarahkan. Karena pendekatan emosional lebih efektif dan dibutuhkan ketelatenan.[2]Namun bagi guru-guru muda sangat mudah untuk di arahkan menjadi sosok guru profesional yang menguasai metodologi pembelajaran yang aktual, aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan agar tercipta proses belajar yang disenangi oleh anak-anak dan tidak membosankan. Sehingga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat tercapai dan cita-cita undang-undang pendidikan pun dapat tercapai. Supervisi dapat dimaknai sebagai sebagai instrumen kebangkitan pendidikan.1. 1. PENGETIAN PENGAWAS SEKOLAHPengawas sekolah merupakan pejabat fungsional yang di atur oleh undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan Nasional. Sedangkan standar pengawas sekolah dirinci dalam PEMENDIKNAS Nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah /madrasah. Pada masa lalu ketentuan mengenai pengawas sekolah diatur dalam keputusan Menteri Negara pendayagunaan Aparatur Negara (KEPMEN PAN) Nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, yang kemudian disempurnakan kepmen PAN Nomor 091/kep/MENPAN/10/2001 Pengawas juga diatur dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 020/U1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional Pengawas dan Angka Kriditnya, yang kemudian disempurnakan dengan Kepmendikbud nomor 097/U/2001Menurut kepmen PAN Nomor 118/1996. Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah (pasal 1 ayat 1) . Pengawas sekolah adalah pejabat fungsional yang kedudukannya sebagai pelaksana teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu (pasal 3 ayat 1 ) . Pada peraturan kepmenpan tersebut, pengawas sekolah berasal dari PNS. Tidak ada kualifikasi atau latar belakang apakah dari guru atau dari kepala sekolah.Definisi pengawas sekolah menurut permendiknas No 12 tahun 2007 berbeda sedikit dengan kepmenpan no 118 tahun 1996, menurut permendiknas tersebut pengawas sekolah adalah guru yang di angkat dan deberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah , sekolah dasar dan sekolah menengah. Menurut PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan ( SNP) juga menegaskan kriteria pengawas satuan pendidikan adalah berstatus sebagai guru sekurang kurangnya delapan tahun atau sekurang kurangnya empat tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang di awasi, memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan serta telah lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.2.PERMASALAHAN PENGAWAS SEKOLAHKarena posisi pengawas sekarang berada pada posisi yang tidak jelas sehingga profesi pengawas kurang di hargai oleh guru- guru atau kepala sekolah, juga kualifikasi mereka rendah, kompetensi meraka juga meragukan karena pererutannya syarat kepentingan politk tidak berbeda dengan perekrutan kepala sekolah ,maka sangat dikhawatirkan pendidikan kita di ambang menuju kehancuran, hal- hal yang sedang terjadi di antaranya kebocoran soal ujian sekolah, yang paling parah kasus kebocoran soal Ujian Nasional berjamaah dengan tim sukses sangat menambah beban persoalan dalam pendidikan dalam negri ini.Keberadaan kepala sekolah berbanding 1: 8( satu pengawas membina 8 sekolah) pengawas harus berhadapan dengan tenaga pendidik yang variatif , bagai mana yang di luar daerah sulitnya medan untuk menjangkau lokasi binaan itu pun menjadai permasalahan bagi dunia pendidikan, menurut Dr Suraya Dharma direktur Ditjen PMPTK ,dari hasil uji kompetensi yang diajukan pengawas tahun 2008 kepada 422 pengawas SD,SMP,SMA,dari berbagai daerah hasilnya sangat mengecewakan, enam kompetensi yang diujikan nilai paling rendah justru niali kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik, yang sebenarnya dua kompetensi tersebut adalah tugas pokok pengawas , rendahnya kualitas pengawas memang harus diakui karena sejumlah daerah jabatan pengawas adalah jabatan buangan bagi pejabat yang tidak disukai oleh kepala daerah atau pejabat yang bermasalah akibatnya tidk disukai oleh guru-guru , dan juga para pengawas tidak memahami betul pekerjaan yang akan mereka lakukan, akibatnya jabatan wibawa pengawas pu runtuh, banyak guru dan kepala sekoalah menyepelekan kepl sekolah, Menurut Prof.Dr.Nana Sujana (2009-UNJ) bahkan ada juga yang menjadi pengawas, karena waktu menjadi kepala sekolah bermasalah dengan kasus yang berbeda-beda karena hal ini citra pengawas menjadi terpuruk , seleksi tidak terbuka dan penuh kolusi dan nepotisme dan profesi pengawas menjadi terpuruk, pendidikan menjadi barang dagangan politik sebagai coper kepada masyarakat, seolah olah partainya menjadi pejuang pendidikan, padahal hasil ujian Nasional para siswa ternyata pemberangusan kejujuran atas perintah kepala Dinas Pendidikan, wali kota, bupati, dan para parapejabat di atasnya, sesungguhnya ironis pendidikan kita di jurang kehancuran, generasi mendatang akan menuai akibatnya. Pendidikan kita bagaikan terombang ambing banyak hal yang harus dibenahi,Kalau di simak kegiatan supervisi yang dilakukan para pengawas sebenarnya belum menyentuh peningkatan kemampuan profesional kepala sekolahdan guru,peningkatan pengethuan dalam bidang administrasi manajemen dan kepimpinan sekolah sama sekali belum terlihat dalam kegiatan mereka,demikian juga peningkatan keterampilan dalam kreativitas kepala sekolah untuk melaksankan fungsi kepemimpinannya belum terlihat nyata.Kehadiran supervisor di sekolah lebih merupakan supervisi rutin untuk melaksanakan kegiatan rutin oleh guru-guru dan kondisi fisik sekolah agar sesuai dengan pedoman yang telah di bakukan dan jika ternyata tidak lengkap atau tidak sesuai baku pengawas maka pengawas memberikan pembinaan supaya ada perbaikan atau ada peningkatan sesuai dengan yang diharapkan oleh undang undang pendidikan dan demi kamajuan sekolah itu sendiri.Besarnya dan kerja keras serta perhatian supervisor pada masalah di dunia pendidikan dalam hal administrasi, menjaga kebersihan sekolah , kelengkapan administrasi, persiapan ngajar, menggunkan waktu dengan sebaik-baik nya, meningkatkan profesional guru, meningkatkan kompetensi guru, mengembangkan sekolah sebagai organisasi belajar dan pengadaan sumber daya pendidikan , dan kegitan ini dilaksanakn tidak hanya saat ada perintah atau ada anjuran dari atas tetpi melaksanakan karna kesadara sendiri bahwa kegiatan tersebut atas kesadaran sendiri demi dunia pendidikan yang menjadi tanggung jawab pribadi.Ditinjau dari kompetensi pemberdayaan kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh para pengawas terhadap kepla sekolah belum mengandung upaya upaya yang mengarah kepada pemberdayaan kepala sekolah dalam profesi , namun kehadiran kepala pengawas telah memberi dampak positif bagi penataan administrasi sekolah, disiplin kerja kepala sekolah libih banyak memberikan pada kegiatan sekolah itu sendiri.Para pengawas belum mampu menciptakan situasi yang menantang dan merangsang kepala sekolah untuk melahirkan konsep-konsep baru dalam menata admintrsai sekolah. Akibatnya para kepala sekolah dan guru selalu melaksnakan tugas rutin tanpa melakukan inovasi baru yang berarti. Kepala sekolah hanya memahami admintrasi sekolah dalam arti sempit kegiatan admintrsai sekolah hanay berpusat kepada ketatausahaan sekolah saja ,kegiatan admintrasi sekoalah yang baik hanya diukur dari lengkap tidaknya pengisian format dan buku buku yang telah diwajibkan untuk setiap sekolah bukan pada masalah syrategi untuk pembuatan keputusan atau kebijakan strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Masalah adminitrasi di sekolah, supervisi guru, pengadaan sarana dan alat-alat yang di butuhkan guru, kerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat, mengikuti rapat di luar sekolah, melayani kepentingan orang tua dan masyarakat, bahkan masuk kelas untuk mengajar mengganti guru yang berhalangan harus dilaksanakan oleh kepala sekolah.Implikasinya, supervisi profesioanal kepala sekolah harus diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam bidang yang sangat berkaitan dengan tugas kepala sekolah (principalship). Kondisi sekolah yang kondusif bagi peningkatan mutu pendidikan adalah sekolah yang memeliki sistem administrasi yang mampu menampung seluruh aktivitas peningkatan mutu pendidikan, guru-guru yang profesional dan sarana yang cukup dalam arti kualitas dan kuantitasnya. Kepala sekolah juga dituntut untuk mempersiapkan dan mengelola seluruh sumberdaya pendidikan manusia dan non manusia agar dapat berfungsi secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perencanaan pengorganisasian ,pengkoordinasian dan pengarahan sumber daya pendidikan, guru, staf sekolah,siswa, keuangan, media pembelajaran dan metode pengajaranmerupakan kegiatan yang harus dilaknakan oleh kepala sekolahKegiatan tersebut bisa dilaksanakan secara efektif bila kepala sekolah memeliki pengetahuan. Keterampilan dan komitmen tugasnya yang tinggi, tanpa bekal yang cukup kepala sekolah tidak dapat merealisasikan peranannya secara efektif akibatnya mutu pendidikan tidak akan tercapai .Peran supervisor adalah mengarahkan guru dan kepala sekolah mempunyai pengetahuan, keterampilan dan komitmen yang tinggi terhadap tugas demi kepentingan yang tinggi , tanpa bkal pengetahuan,keterampilan dan komitmen terhadap tugas yang tinggi, kepala sekolahtidak dapat merealisasikan peranannya secara efektif, akibat dari sasaran yang akan dicapai dari sistem pendidikan itu sendiri akan terkendali.Jelas peran pengawas sebagai pengawas adalah membekali kepala sekolah dengan pengetahuan , keterampialn dan komitmen terhadap tugas pengelolaan sekolah, dengan pengertian lain bahwa tugas para pengawas adalah membekali kepala sekolah dengan kemampuan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah,tetapi kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh para pengawas belum diarahakan secara efektif kepada sasaran, kegiatana mereka hanya merupakan supervisi rutin saja, atau hanya melakasanakan jewajiban rutin saja.Kenyataan ini merupakan indikasi para pengawas Dikmen belum memiliki visi dan wawasan tentang eksistensi supervisi profesional guru dan kemampuan teknis yang kondusif untuk melaksanakan supervisi terhadap kepala sekolah, akan tetapi dalam ketidak mampuan mereka tetap melakukan kegiatan supervisi menurut cara dan gayanya masing-masing , hal ini terutama pada saat ada perintah dan intruksi dari atasan untuk melaksanakan supervisi ,rekontruksi pengalaman masa lalu selalu kegiatan mereka.Hasil beberapa kajian mengungkapkan bahwa pera pengawas sekolah telah mempergunakan waktunya untuk melaksanakan supervisi terhadap guru-guru dalam kelompok tugasnya dengan mempergunakan berbagai pendekatan ,secara umum kegiatan mereka bisa dikatakan kegiatan supervisi rutin yang lebih menitik beratkan pada penataan admintrasi sekolah, disiplin kerja guru dan kondisi fisik kebersihan, ketertiban dan keindahan sekolah. Dengan pengertian lainkegiatana mereka belum dapat disebut sebagai sebagai kegiatan supervisi profesional guru yang efektif dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan menengah .Secara lebih rinci profil pengawas profesional guru yang dilaksanakan para pengawas dapat dilihat dalam beberapa dimensi berikut ini:1. A. KURANGNYA GHAIRAH KELIMUAN GURUTujuan utama supervisi adalah meningkatkan kualitas guru. Namun, guru yang menempa diri dengan berbagai kegiatan ilmiah tidak serta merta meningkatkan kualitasnya. Sebab ada yang mengikutinya karena kewajiban organisasi saja dan terkesan terpaksasekedar mengikuti perintah namun tidak mampu menyerap filosofi yang terkandung di dalamnyasehingga selesai acara selesailah semuanya tidak ada efek yang bermanfaat. Realitas ini menjadi pemandangan umum di berbagai tempat, sedangkan guru yang kreatif dan dinamis mampu memanfaatkan setiap acara untuk menggali dan mengembangkan bakat. Kuantitas seperti itu masih sedikit, mereka adalah guru yang mempunyai idealisme yang tinggi atau guru yang aktif, inovatif, dan kreatif.Kurangnya ghirah keilmuan guru ini menjadi kendala utama pengembangan kualitas guru, tentu ini adalah pekejaan berat karena bentuknya merubah mindset, mental, dan kesadaran guru yang sudah terbentuk lama. Kendala lain diantaranya adalah lingkungan yang tidak memotivasi guru untuk membawa perubahan. Namun disinilah menariknya bagi seorang supervisorkhususnya kepala sekolahketeladanan menjadi inspirasi, motivasi, dan imajinasi yang secara bertahap akan memancarkan aura keilmuan dalam membangkitkan semangat intelektualitas guru.Selain itu, kebiasaan orang indonesia lebih menghormati orang luar dari pada pribumi, dalam pemahaman yang hampir sama lebih menghargai orang luar dari pada orang dalam (teman) sendiri. Membalikan relitas ini tidak mudah, namun dalam menggairahkan potensi guru, realitas ini bisa dimanfaatkan, misalnya saja mendatangkan orang luar untuk mengisi acara diskusi, workshop, atau seminar. Kegiatan ini harus mebuat guru lebih serius untuk mengikutinya, mempraktikkan teori, dan mengembangkan wacana. Walaupun demikian, secara bertahap kebiasaan ini harus dilatih untuk memafaatkan sumber daya internal yang lebih memahami realitas budaya sendiri dan demi berkembangnya kader yang ada dalam lingkup sendiri.Banyak kaum profesional yang ada di lingkungan sekitar lebih memilih berkarir ditempat lain karena merasa tidak dihargai, atau tidak mendapat aspirasi dari teman sejawat di lingkungan sendiri. Inilah kelemahan yang ada dalam institusi pendidikan kita. Konteks memnggairahkan semangat belajar terhadap kepada guru muda sebagai kader harus dijadikan garda depan untuk mendorong semangat belajar bagi guru senior.1. B. PEMIMPIN YANG KURANG BERWIBAWAKewibawaan sangat penting untuk menggerakan perubahan. Kewibawaan seseorang mampu menggerakan orang lain secara alami dengan kekuatan spiritualitasnya, aura yang memancar dengan kuat untuk mempengaruhi orangorang di sekitarnya. Kewibawaan dapat muncul dengan kejujuran, konsistesi (istiqomah) dalam menerapkan aturan, tidak pandang bulu, dan mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah dilakukan. Dalam bahasa agama ada pepatah Al-Istiqomah khoirum min alfi karamah (konsosten lebih efektif dari seribu kemuliaan), konsisten lahir dari kedisiplinan diri yang tinggi dalam bertutur sapa, menjaga waktu, penampilan, dan mampu mengendalikan emosi.Disiplin memang membutuhkan latihan secara terus menerus. Disini diperlukan pula tanggung jawab yang besar, tanpa ada rasa tanggung jawab, sangat sulit melakukan perubahan diri secara efektif, paling maksimal hanya angetanget tahi ayam, sekarang semangat besok- besok kembali ke asal. Disinilah indahnya tantangan dan butuhnya perjuangan melawan diri sendiri. Hal yang paling berat, sebagai mana sabda Rasulullah saw, perjuangan paling berat (jihad akbar) adalah melawan diri sendiri dari rasa malas, tidak semangat, sedih, susah, dan mengendalikan emosi.Banyak pemimpin yang awalnya dicibir kemudian di puja karena berhasil mengukir prestasi mencengangkan berkat kedisiplinan dan konsistensi mereka, atau sebaliknya banyak pemimpin yang awalnya di puja kemudian dicibir karena tidak bisa melakukan perubahan dan tidak menggerakan perubahan dan justru mereka menjadi bagian masalah yang harus di bersihkan. Oleh karena itu, pemimipin pendidikan tidak boleh pesimis menghadapi masalah kewibawaan ini, semuanya membutuhkan proses waktu dan perjuangan yang tanpa lelah.1. C. LEMAHNYA KREATIFITASSupervisi membutuhkan kreativitas tinggi dari para supervisor untuk mencari solusi dari problem yang mendera di lapangan. Supervisor harus jeli membaca masalah, menganalisis, mengurai faktor penyebab dari berbagai problem yang dihadapi, dan harus dapat mengambil langkah yan tepat demi tercapai solusi yang efektif. Supervisor harus mempuyai data yang akurat dan obyektif, khususnya pengawas dan penilik yang biasanya seharihari tidak mengikuti proses belajar mengajar di sekolah binaannya. Hal ini juga berlaku bagi seorang kepala sekolah, walaupun setiap saat memantau perkembangan sekolah. Sehingga pihak-pihak yag disebutkan di atas mengetahui betul problem utama yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar, namun kreativitas dalam memecahkan masalah juga di tunggu oleh personel sekolah.Belum banyak supervisor yang memiliki kretivitas timggi dalam memecahkan masalah. Disinilah pentingnya supervisor meningkatkan kompetensi secara maksimal, sehingga ia mempu mengembangkan gaya berikir yang kreatif, kritis, inovatif, dan produktif. Sebab dari kretivitas berfikir itulah lahir ide-ide baru yang dapat menggerkan perubahan dan mendorong kemajuan di sekolah. Sudah seharusnya para supervisor mempelajari ilmu yang berkaitan dengan mutu dan kualitas sekolah dan menpelajari kendala-kendala yang dihadapi oleh para guru dan personil sekolah, dan kiat-kiat apa yang membuat sekolah dan guru berkualiatas dan berhasil menciptakan out put yang sesuai dengan undang-undang pendidikan dan out come yang bermanfaat di masyarakat. Sudah waktunya para supevisor aktif mengikuti informasi di media massa, cetak, maupun elektronik mengenai pola dan pembaharuan baru yang terjadi setiap saat sehingga ia bisa mentranformasikan kepada bawahan secara cepat dan akurat.Menurut pepatah tidak ada kritis bagi orang yang kreatif artinya masalah sesulit apapun bisa diatasi didepan dan langkah kreatif bisa diciptakan sesuatu yang tidak dipikirkan orang lain, mampu membuat kejutan dan berpengaruh besar terhadap gaya berfikir serta tindakan orang lain. Supervisor memang harus terus menerus berlatih membuktikan kreativitas dan pengaruhnya dalam menggerakkan orang lain. Ia tidak boleh putus asa dan mudah menyerah menghadapi problem di lapangan. Dari problem tersebut akan banyak hikmah dan penglaman yang bisa dipelajari untuk pengayaan diri, jangan sampai menyalahkan diri sendiri karena dapat melemahkan kekuatan dan menjatuhkan mental diri sendiri yang berdampak negatif terhadap kepemimpinan.1. D. MENGEDEPANKAN FORMALITAS, MENGABAIKAN ESENSIKadang kita menghadapi supervisor di lapangan yang melakukan pekerjan tidak serius atau asal-asalan, dan hanya mementingkan formalitas; ia hanya datang, melihat-melihat, mengisi buku tamu, bertanya sebentar, meminta tanda tangan, dan kemudian pulang. Banyak pula kepala sekolah yang hanya ingin mempertahankan jabatan tanpa melakukan pemberdayaan dan pengembangan pribadi dan lembaga secara terprogram. Kesibukan di jadikan alasan utama padahal jabatan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan secara serius dan penuh pengabdian baik didunia maupun akhirat.Madzhab formalis normalis memang mendominasi praktik dinegeri ini dari pada esensialis. Formalitas hanya membutuhkan tertib administrasi, sedangkan esensialis menggantungkan ukuran kesuksesannya dari pada tercapainya tujuan yang ditentukan. Diantaranya adalah tertib administrasi, meningkatkan sumber daya guru dan terwujudnya fasilitas yang memadai untuk mengembangkan potensi guru.Menghadapi kaum formalis ini, solusinya adalah pengawasan dari pihak yang lebih tinggi atau tim penilai, atau pejabat yang berwewenang. Hal yang paling penting adalah keberanian bawahan untuk lebih aktif berkonsultasi, menyampaikan inisiatif atau menyampaikan perbandingan dengan sekolah lain. Dalam hal ini diharapkan supervisor lebih aktif dinamis dan kompetitif dalam menjalankan tugasnya sehingga para guru betul-betul merasakan manfaatnya secara riil bagi kemajuan sekolah itu sendiri. Jangan sampai kaun formalis mengalahkan aliran esensialis karena ini dapat merugikan stake holder.E. KURANGNYA FASILITASFasilitas sekolah merupakan sarana vital bagi realisasi tujuan yang dicanangkan. Laboratorium komputer, bahasa, fisika, biologi, sosial dan lain-lain sangat membantu guru dalam mempercepat pemahaman dan melahirkan skill berharga bagi anak didik. Dengan saran ini praktik bisa dilakukan sewaktu-waktu secara kreatif dan penuh tanggung jawab, guru berperan sebagai dinamisator, fasilitator, dan monivator dalam melatih anak didik untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya scara terus menerus.Fasilitas identik dengan sekolah maju. Kuatnya pandangan bahwa sekolah negeri yang dijamin oleh pemerintah mempunyai fasilitas yang maju. Bagaimana dengan sekolah swasta yang terbatas dananya? Mampukah sekolah ini melakukan lompatan dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah sehingga bisa bersaing dengan sekolah negeri dan swasta berprestasi yang kuat finansialnya? Bagi sekolah-sekolah yang berkeyakinan bahwa tidak ada yang mustahil di dunia pasti mereka menjawab mampu, bahkan melebihi sekolah negeri dan sekolah mapan, caranya tidak lain adalah membangun pondasi keuangan lembaga dan mengembangkan jaringan kerja sama dengan pihak luar yang menguntungkan bagi kedua pihak secara take and give. Namun bagi lembaga yang pesimis jawabannya selalu tak mungkin, bahkan mustahil. Sehingga sikap terbaik adalah menerima apa adanya, sambil berharap bantuan pihak lain tanpa ada langkah besar yang ditempuh. Bagaimana dengan supervisor? Tidak ada jawaban lain kecuali bisa. Sehingga ada gerakan besar untuk melakukan sesuatu yang besar. Langkah besar dimulai dari langkah kecil yang dilakukan secara konsisten dan penuh dedikasi. Dari sanalah perkembangan demi perkembangan berlangsung secara bertahap. Kemajuan akan diraih jika tidak ada gesekan saat usaha berkembang sedang berlangsung. Jika pengembangan diri ini tidak berlangsung dengan baik, maka kita selalu dalam posisi tertinggal. Sedangkan pihak lain terus melaju dengan kecepatan tinggi. Akhirnya kita tertinggal dalam roda perubahan zaman yang terus berlangsung. ,Jika kita bermimpi menjadi pemimpin perubahan (leader of change) maka kunci dari aksi nyata adalah jangan biarkan kemunduran dan ketertinggalan terus menghantui karena merugikan masa depan bangsa. Stagnasi akan melemahkan kualiatas yang akan berdampak buruk terhadap kualitas lembaga pendidikan, sehingga akan berdampak pada kualitas guru. Kualitas guru yang dibawah standar akan membawa pengaruh besar terhadap kualitas anak didik. Kualitas anak didik yang rendah membuat mereka tidak mampu bersaing karena penguasaan yang lemah terhadap pengetahuan dan teknologi. Karena penguasaan keduanya ini sangat menentukan kesuksesan dalam kompetisi. Kader-kader masa depan yang tidak kompetitif akan menghancurkan masa depan masyarakat dan bangsa tercinta secara umum.Banyak kendala-kendala yang menjadi tantangan menarik bagi praktsi pendidikan. Untuk itu mereka harus menjawabnya dengan langkah-langkah sistimatis, gradual, akseleratif, dan produktif. Langkah-langkah itulah yang akan memberi harapan besar bagi bagi bangkitnya pendidikan di Indonesia. Jika menginginkan ada kemajuan besar kita harus segera melakukannya dengan membenahi kualitas lembaga pendidikan, dan supervisi adalah salah satu cara dalam rangka mempercepat peningkatan kualitas lembaga pendidikan. Wajib hukumnya bagi segenap elemen sekolah khususnya supervisor, guru, karyawan, dan stakeholder untuk aktif mengembangkan lembaga pendidikan yng dinamis, kreatif, dan edukatif.3. PROBLEM UTAMA GURU DAN APLIKASI SUPERVISITujuan utama supervisi adalah membangkitkan potensi guru sebagai aktor utama pendidikan. Guru didorong menjadi sosok yang kreatif, progresif, produktif dan akuntabel, namun tidak mudah mengajak guru kearah cita-cita ideal ini. Banyak masalah yang dialami oleh guru sehingga menjadi pasif dalam mengembangkan pengetahuan dan tidak kreatif melahirkan karya, baik sosial maupun intelektual. Masalah-masalah yang dialami oleh guru inilah yang membutuhkan sentuhan tangan dingin supervisor secara efektif dan profesional. Diantara problem guru yang sering dijumapai disekolah adalah sebagai berikut:1. A. TIDAK MENGUASAI MATERI DAN METODOLOGI PEMBELAJARANDunia pendidikan mengalami pembaharuan secara terus menerus, baik materi penemuan mutakhir maupun metodologinya, keduanya harus terus dilacak, diikuti, diasah, dan dikembangkan, di era global sekarang. Perubahan yang terjadi diberbagai belahan dunia berpengaruh terhadap negara-negara maju yang menjadi sumber pengetahuan dan teknologi; seperti Jepang, China, Amerika, Inggris, Jerman, Australia dan lain-lain. Menjadi guru dituntut untuk mengikuti perkembangan tersebut. Perkembangan yang dahsyat terjadi dalam dunia metodologi, sebab Barat intens melakukan kajian tentang how (bagaimana) dan tidak berkutat pada what (apa). Pertanyaan how akan melahirkan kajian mendalam dan kreasi baru tentang cara mengajarkan materi kepada anak sehingga ranah kognitif, afektif, dan psokomotorik tercapai.Di Indonesia lahirnya PAIKEM (pembelajaran, aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan) melibatkan sejumlah metodologi pembelajaran yang aktif, seperti cooperative learning (pembelajaran kooperatif), contextual teaching learning (pembelajaran kontekstul), active learning (pembelajaran aktif) dan lain-lain. Perkembangan yang akan terus terjadi karena research and development (R&D) sudah mendarah daging dalam psikologi masyarakat maju. Oleh karena itu, guru juga harus mengarahkan kemampuannya untuk mengikuti kegiatan penelitian dan pengembangan ini secara intensif dan ekstensif.Namun mayoritas guru di negeri ini tidak mengikuti perkembangan itu sehingga mereka tidak menguasai perkembangan mutakhir tentang materi dan metodologi pembelajaran yang sudah mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis. Dalam menghadapi realitas ini supervisor harus mengedepankan keteladanan, percakapan aktif, saling mengunjungi satu guru dengan yang lainnya, saling berbagi pengalaman, dan mendorong mereka untuk mengikuti pendidikan atau penambahan ilmu yang berhubungan dengan bidang mereka masing-masing. Selain itu juga supervisor harus sering mengadakan workshop, penataran dan tidak lanjut yang kongkrit atas kegiatan yang pernah dilakukan sehingga pencapaian indikatornya jelas. Oleh sebab itu ,dibutuhkan motivasi secara terus menerus kepada guru-guru agar meningkatkan kemampuan intelektualitas supaya tidak ketinggalan zaman. Sudah seharusnya guru ada di garda paling depan pada perubahan zaman, karena guru harus memberikan informasi yang memadai kepada siswa-siswanya.B. RENDAHNYA KEDISIPLINANDisiplin adalah kunci kemajuan, kebangkitan dan kesuksesan dalam semau hal. Orang disiplin selalu memanfaatkan waktu sedetikpununtuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi ilmu, ekonomi,kesehatan,sosial dan peradaban,orang yang disiplin itu mempenyai jadwal kegaiatan sehari-hari yang dijalaninya dengan penuh tanggung jawab .dalam kotek pendidikan kedisiplinsn guru dapat dilihat daari sisi masuk tepat waktu dan plang tepat waktu, selain itu memakai seragam, bersepatu dan lainnya sesuai dengan peraturan, menghadiri rapat dan membuet RPP (rencana pelaksanaan pembeljaran) dan lain lain. Namun banyak guru yang memiliki kualitas kedisiplinan rendah, bahkan karena alasan sibuk organisasi, mencari tambahan jam atau tambahan penghsilan dan lain-lain mereka tidak masuk sekolah, keluar di saat pelajaran berlangsung hanya meninggalkan tugas sedangkan anak tidak dibimbing jelas pada saat itu informasi tidak sampai kepada anak didik, maka pada hari itu anak dirugikan.Mengahadapi guru seperti ini supervisor harus memberdayakan aspek manajemen, membuat tata tertib guru, membuat buku data kedisiplinan, dan berbagai pengarahan bagi guru. Supervisor harus berani memberikan teguran terhadap guru yang tidak disiplin baik secara tertulis maupun lisan, kalau masih tidak ada perubahan supervisor bisa membawa guru yang bersangkutan ke forum rapat pimpinan, kemudian mengambil kebijkan sesuai dengan keputusan rapat pimpinan yang sifatnya kolektif.Sekolah yang sudah kuat seyogyanya membuat tata tertib yang tegas, bagi guru yang tidak melaksanakan tugas tidak mendapatkan honor, dengan kata lain honor guru dihitung berdasarkan kehadiran. Selain itu harus ada scoring disipliner guru, jika sudah mencapai angka tertentu, maka guru yang bersangkutan harus mendapat teguran, kemudian diperingatkan dan ancaman tidak diberi jam ngajar. Pendekatan yang bersifat personal-emosional tetap dilakukan sehingga tidak menimbulkan perasaan benci dan lain sebagainya. Namun ketegasan juga di butuhkan supaya ada kewibawaan lembaga, tidak diremehkan dan direndahkan oleh guru. Ketika satu guru dibiarkan tidak mentaati peraturan sekolah maka kondisi ini akan mempengaruhi guru yang lain. Ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan kedisiplinan tenaga kependidikan.C. MISKIN KARYAMembaca, menulis, berdiskusi, berorganisasi, dan bersosialisasi adalah kegiatan positif-konstruktif yang akan melahirkan perubahan yang siginifikan bagi guru itu sendiri. Dari kegiatan itulah akan lahir karya-karya berkualitas dan kompetitif. Karya berupa buku, karya ilmiah,penelitian tindakan kelas, makalah, jurnal, esai opini, cerpen dan kaligrafi adalah aset berharga bagi dunia pendidikan. Karya tersebut menjadi warisan intelektual dan peradaban yang sangat berharga bagi kemanusiaan sepanjang masa. Pemikiran selalu yang bersifat abadi, artinya pemikiran tersebut akan dikaji genersi sesudahnya secara terus menerus.Pemikiran seperti Syafii, Al-Gozali, Nawawi, Rafii, Ibnu Rusyd, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim dan lain-lain terus dikaji sepanjang masa sebab pemikiran mereka dibukukan dan tentu kualitasnya sangat tinggi. Segala sesuatu yang besar adalah lahir dari langkah yang kecil yang dilakukan terus menerus secara aktif dan konsisten. Lahirnya buku dimulai dari ketikan atau goresan kecil kemudian menjadi sebah buku. Perjuangan keras serta tidak mengenal lelah dan putus asa akan melahirkan karya-karya monumental yang menjadi khazanah intelektual paling berharga bagi generasi masa depan, guru-guru di Indonesia masih miskin kemampuan dalam melahirkan karya, baik berupa makalah, oponi, esai, cerpen, puisi, dan lain sebagainya.Dalam konteks ini supervisor seyogyanya melengkapi perpustakaan dengan aneka macam koleksi leteratur dari Barat dan Timur, majalah, jurnal, koran, buletin, dan sebagainya supaya menarik pengunjung. Perpustakaan dapat dimanfaatkan untuk bedah buku, lomba menulis, diskusi. Kemudian supervisor membukukan kegiatan guru tersebut berupa jurnal atau buletin kegiatan guru, lalu disimpan di perpustakaan, dan tim editor mengemas sedemikian rupa supaya hasilnya bisa dimanfaatkan oleh warga sekolah.D. TIDAK MEMANFAATKAN SUMBER PENGETAHUAN DAN INFORMASIKesibukan guru yang luar biasa dalam mengajar, menyiapkan perangkat pembelajaran, hingga kesibukan di luar seperti bisnis, berorganisasi dan lainnya membuat mereka tidak memiliki waktu untuk meningkatkan kualitas. Salah satu indikator tidak memanfaatkan sumber pengetahuan dan informasi yang tersedia adalah fasilitas perpustakaan yang lengkap hanya dipandang sebagai aksesoris untuk menambah kelengkapan sekolah, sedangkan jiwa dan hatinya belum tergerak untuk mengembangkan keilmuan secara dinamis.Supervisor harus melakukan tindakan cepat untuk mengatasi hal ini. Salah satunya adalah membuat target kualitas sekolah, misalnya memasang target A dalam akriditasi sekolah sehingga kualitas guru harus ditingkatkan secara maksimal, guru harus di dorong agar memanfatkan sumber pengetahuan dan informasi untuk memperkaya wawasan, pemikiran, dan inspirasi. Dari pengayaan ini akan lahir berbagai ide dan karya yang cemerlang dan spektakuler dari guru tersebut.Fasilias internet seyogyanya disiapkan supaya guru tidak ketinggalan informasi. Tentu pemanfaatan internet adalah hal yang positif bagi sekolah, misalnya saja melihat perkembangan kurikulum dari pusat kurikulum langsung yang sudah online. Guru tidak perlu datang ke kementrian pendidikan cukup dari sekolah saja. Selain itu, internet dapat dimanfaatkan untuk membandingan profil sekolah lain yang kita anggap lebih maju, agar ada dorongan untuk mengejar segala ketertinggalan.Studi banding juga harus dilakukan, dengan tujuan membandingkan segala kondisi dan situasi dengan tempat yang dituju. Sehingga tercipta kesadaran dalam diri guru untuk selalu merasa harus mengembangkan diri. Kegiatan ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk menghindari sikap egois dan merasa bercukup diri dengan kondisi dan potensi yang ada dalam diri guru. Dengan kata lain, kegiatan studi banding adalah salah satu cara membuka mata guru dalam melihat realitas yang berbeda dengan institusi tempatnya mengabdi.1. E. KURANGNYA KEMAMPUAN BERADAPTASIPerubahan adalah hukum alam. Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu, begitu kaum cerdik pandai biasa berkata. Setiap saat terjadi penemuan dalam bidang teknologi sehingga dunia pun berubah seluruh strukturnya. Dalam menghadapi segala jenis perubahan ini tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkannya kecuali siap dalam hidup. Kesiapan menjadi sangat penting. Barang siapa yang tidak siap sedangkan perubahan terus bergulir di depannya maka ia akan tergilas, habis di pusaran masalah, tenggelam, dan akhirnya binasa.Kata siap adalah pilihan tepat bagi semua orang dalam bidang apa pun, termasuk guru. Dahulu tidak ada persyaratan bahwa guru harus menambah ilmu. Namun sekarang keadaan telah berbeda. Pemerintah maupun swasta sudah memberikan peluang bagi guru untuk kembali mengenyam pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Selain itu, administrasi kelas juga sangat penting sebagai bukti fisik. pengakuan guru sebagai sebuah profesi dihargai dalam bentuk sertifikasi guru. Ini dilakukan agar guru selalu menggali potensi yang ada dalam dirinya. Selain itu, guru diharuskan mengadakan penelitian tindakan kelas, guru juga diwajibkan lima hari di sekolah, dan wajib 24 jam mengajar dalam satu minggu. Guru harus mempunyai empat kompetensi guru yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. mungkin kedepan perubahan terus dilakukan sesuai dengan perkembangam zaman dan perubahan teknologi.Menghadapai perubahan yang bergulir secara terus menerus tidak ada kata lain bagi guru kecuali harus siap dengan melakukan persiapan sungguh-sungguh secara konsisten. Mengerahkan kemampuan dengan optimisme dan keyakinan diri yang kuat adalah kuncinya. Tidak boleh goyah, pasif, malas, dan ternggelam dalam kesusahan. Dunia hanya milik para pemenang, oleh sebab itu dibutuhkan usaha yang all-out mengerahkan kemampuan terbaik secara terus menerus agar mampu menjadi yang terbaik.Kesungguhan menjadi yang terbaik akan memudahkan seorang guru untuk cepat beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi, bahkan ia bercita-cita sebagai motor perubahan itu sendiri kearah dimanisasi dan revitalisasi, ide-ide brilian terusia kembangkan sehingga bisa menjadi mainstream yang berpengaruh besar alam dunia pendidikan, baik secara lokal maupun regiaonal, nasional, tentu sekoalah yang mempunya guru yang berkualitas akan merasa bangga dan memberikan dorongan untuk terus berkarya demi perbaikan lembaga itu sendiri dengan catatan tidak meninggalkan kewajiban sebagai guru, dan memotivasi teman-teman sejawat untuk berbuat yang sama dan berkompetisi secara gentle dan berprestasi1. F. EGOISME GURU SENIORGuru senior dengan pengalaman mengajar yang panjang terkadang merasa guru yang paling tahu, merasa paling benar, dan menganggap guru yang lebih muda masih minim pengalaman, belum mengasai hal-hal tentang mengajar, sehingga mereka masih meragukan kemampuan guru-guru muda. Ketika mereka membimbing atau mengkritisi mereka selalu ingin diterima secara total, tidak mau diberi masukan hal-hal yang baru. Mereka cenderung sulit di ajak untuk mengikuti kemajuan tekhnologi, sulit menerima ide-ide progresif dan dinamis dari orang lain, khususnya dari guru-guru muda karena dianggap kurang berpengalaman.Dalam menghadapi hal ini supervisor harus malakukan pendekatan persuasif, gradual, dan psikologis atau sering melakukan silaturahim untuk berkonsultasi. Kegiatan ini dapat dijadikan salah satu pendekatan efektif dalam mengahadapi guru senior. Selain itu, forum rapat bisa juga dijadikan forum untuk mempersatukan ide dan aspirasi yang datang dari guru senior dan guru junior, dengan syarat mereka sama-sama terbuka unruk menyampaikan idenya. Tentu ada etika khususnya kalangan junior dalam menyampaikan gagasan atau ide-ide progresif supaya diterima dan didukung oleh kalangan senior yang dianggap sudah banyak mempunyai pengalaman.Sebaiknya guru muda harus tetap menghormati guru senior sebagai penghormatan atau apresiasi perjuangan panjang dalam dunia pendidikan. Dengan penghormatan dan peningkatan mutu, kebersamaan antara junior dan senior akan terbina dengan baik demi kemajuan sekolah.1. G. SULITNYA DIAJAK DISKUSI DAN ACARA ILMIAH LAINNYADiskusi, seminar, workshop dan sejenisnya adalah acara-acara ilmiah yang mengandung kualitas tinggi. Disamping itu mendengarkan presentasi ilmu dari narasumber yang ahli dibidangnya baik dengan cara diskusi, tanya jawab, dan praktik adalah usaha untuk melahirkan kemampuan dalam mengembangkan nalar kritis, analitis, dan demonstratif. Dari diskusi akan melahirkan gagasan yang cemerlang dan ilmiah dan didalam diskusi ada nilai keberanian dalam berbicara dan mengkritisi persoalan. Namun pada kenyataannya guru senior banyak yang merasa enggan untuk mengikuti acara ilmiah semacam ini. Tidak jarang menyerahkan kepada guru yang lebih muda dengan alasan yang tidak masuk akal.Supervisor harus terus mendorong guru untuk aktif mengikuti acara ini. Diusahakan waktu penyelenggaraan tepat, tempatnya menarik, dan acara dikemas supaya tidak menegangkan. Acara juga dapat diselingi dengan acara yang menyenangkan. Bagi yang aktif diberikan reward yang setimpal sehingga dapat memacu guru aktif dalam acara. Topik yang diangkat juga harus menarik sesuai dengan kebutuhan. Selain itu administrasinya harus tetap tertata dengan rapi.Menaikan karir dan memberikan sertifikat kepada guru yang aktif juga menjadi motivasi bagi guru lain untuk mengikuti acara diskusi. Bagaimanapun di era sekarang ini aspek intelektual harus diimbangi dengan aspek material dan sosial sehingga ada manfaat ganda. Dalam kajian sosiolagi berlaku berlaku teori exchange theory (teori pertukaran). Dengan menghadiri seminar, guru mendapatkan ilmu, sertifikat, kenaikan karier dan kenaikan gaji. Hal seperti ini akan mempercepat proses kematangan intelektual guru yang sangat bermanfaat bagi dinamika lembaga pendidikan.H. KURANGNYA KEWIBAWAANKewibawaan adalah pancaran sinar dari dalam seseorang yang berpengaruh dalam interaksi kehidupan sehari-hari. Guru yang wibawa akan desegani serta diikuti perintah dan anjurannya. Ada rasa hormat dan tunduk yang besar dari orang lain terhadapnya. Kewibawaan ini lahir dari sikap prilaku yang santun konsisten menjaga etika, stabil emosinya dan selalu disiplin menjalankan aturan. Ketika mengajar guru yang berwibawa mempenyai aura kuat, anak didik mendengarkan dengan khidmat yang lahir dari kesadaran mendalam dari posisi guru tersebut. Namun guru yang tidak berwibawa cenderung dilecehkan oleh anak didik, suasana kelas ramai, belajar tidak disiplin sehingga ilmu yang akan disampaikan oleh guru tidak sampai, karena siswa tidak mengikuti perintah guru itu sendiri, bahkan cenderung melawan perintah guru.Dalam hal ini supervisor memberikan masukan kepada guru yang tidak berwibawa ini untuk meningkatkan kompetensi, menjaga etika, menstabilkan emosi, mempunyai kepedulian tingkat tinggi kepada sesama. Hal yang tidak kalah penting adalah menjaga jarak dengan anak didik. Artinya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, jangan banyak berguarau, berbicara dan mengumbar kata-kata yang tidak penting.I. SERING MEMAKAI PENDEKATAN KEKERASANKenakalan anak didik sekarang ini bermacam-macam; rambut panjang, rambut di warnai, berani kepada guru, sering bolos. Selain itu, kerapkali mereka teribat pergaulan bebas, pertiakaian antar sekolah, meminum minuman keras, pembunuhan, pelecehan seksual, perilaku negatif ini berpengaruh terhadap perangai buruk murid. Mereka tidak takut dikeluarkan dari sekolah, atau tidak takut tidak diberi nilai, menghadapi anak seperti ini kebanyakan guru tidak sabar, sehingga menggunakan pendekatan kekerasan, seprti memukul, mengumpat, dan sejenisnya.Mengahadapi prilaku guru yang kasar ini siswa yang perangainya nakal tidak akan surut, justru dijadikan siswa untuk menjerat guru dengan dalih kekerasan, pemaksaan kehendak dan meyalahi kode etik guru. Sehingga yang akan terjadi adalah orang tuanya datang kesekolah melaporkan kepada kepala sekolah agar guru diperingati, kalau tidak ada tindakan tegas dari kepala sekolah maka orang trua siswa menggunakan cara lain, misalkan memanfaatkan media untuk menekan pihak sekolah. Hal ini membuat tujuan guru untuk mendidik siswa jadi melebar.Dalam menghadapi perangai guru seperti ini supervisor seyogyanya memberikan bimbingan kepada guru agar menjaga kesabaran dalam menghadapi siswa yang berwatak berbeda-beda dan dapat mengendalikan emosi. Selain itu, guru juga harus menjadi teladan bagi siswa-siswanya bahkan harus menjadi idola bagi anak didiknya, namun tetap harus bisa mengontrol emosi menggunakan akal. Al-ghodhobu yazilu al aqla, begitu kira-kira kata mutiara yang harus ditanamkan dalam diri guru-guru terhadap anak didiknya , K.H Abdullah Umar Fayumi ( 2011) bahwa kesantunan akal selalu menghiasi perilaku, sedangkan kekerasan akan membuat sesuatu menjadi jelek. Mendidik anak dengan kesantunan akan menbawa penyadaran, sedangkan kekerasan membawa penolakan, perlawanan dan permusuhan berkepanjangan, maka guru harus meneladani Nabi Muhammad saw yang selalu santun dan ramah dalam mendidik sahabat- sahabatnya, menjauhi hati yang keras dan sikap yang membenci orang lain. Pendidikan bertujuan memuliakan akhlak dengan pendekatan yang mulia maka tidak bisa memuliakan orang lain dengan pendekatan kekerasan.Selain itu program keagamaan harus diintensifkan disekolah, mulai sholat berjamaah, membaca Al-Quran dan buku-buku bernuansa agama dan guru berperan aktif dalam kegiatan keagamaan sehingga nuansa keagamaan diterapkan dilingkungan sekolah, sehingga guru dan siswa terlihat sangat kental persaudaraannya, antara siswa dan guru saling menghargai, penguatan aspek religius menjadi sangat penting bagi guru untuk mencapai standar pengabdian paling ikhlas, dalam mengembangkan pendidikan secara maksimal dan tidak terpengaruh oleh kompetensi materi.Sepuluh problem utama guru tersebut menjadi tantangan serius bagi supervisor untuk menyelamatkan, mengindentifikasinya, serta memberikan solusi praktis dan efektif. Melalui perjuangan serius dan pantang menyerah proses pemberdayaan guru akan berhasil. Kerja sama dan solidaritas sosial harus dikedapankan, sehingga perjuangan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, khususnya guru bisa dinikmati dengan santai dan penuh keceriaan. Bahkan hal tersebut jauh dari kesan tidak suka (kesal), marah tertekan yang efeknya bisa mengarah kepada supervisor itu sendiri. Pendekatan psikologis, emosional sangat penting agar tujuan baik pada supervisor bisa diterima dengan hangat dan penuh kekeluargaan. DAFTAR PUSTAKAAbin Syamsudin Makmun (1996), Pengembangan profesi dan kinerja tenaga kependidikan,BandungAchmad Sanusi (1990) Study pengembangan Model Profesional Tenaga Kependidikan BandungEngkos Wara (1997) Dasar-dasar Administrasi Pendidikan JakartaPupuh Faturrohman (2010) Supervisi pendidikan dalam pengembangan proses pengajaran JakartaStepen R Covey (1993) Tujuh kebiasaan Manusia yang Efektif , terjemah Jakarta: Binarupa AksaraWahyu Sumijo (1987) Manajemen Kerja Jakarta :Binarupa AksaraiUndang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

[1] Lutfi Makki ,supervisi ,rosda 2007, hal 23[2]Share this: Twitter Facebook5 Google Sukai ini:Suka Memuat...Tulisan ini dipublikasikan di ptiq. Tandai permalink. ADIL MENURUT ISLAMSISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Berikan Balasan Batalkan balasanTop of Form

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Surel (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan) Nama (wajib)

Situs web

You are commenting using your WordPress.com account. (Logout/Ubah)

You are commenting using your Twitter account. (Logout/Ubah)

You are commenting using your Facebook account. (Logout/Ubah)

You are commenting using your Google+ account. (Logout/Ubah)BatalConnecting to %sBeri tahu saya komentar baru melalui email.

Bottom of Form Top of FormCari: Bottom of Form Pos-pos Terakhir SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TANTANGAN YANG DI HADAPAI OLEH SUPERVISOR MASA YANG AKANDATANG ADIL MENURUT ISLAM ANALISIS SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DIINDONESIA ANALISIS SEJARAH KURIKULUM DIINDONESIA Komentar Terakhir Arsip Juli 2013 Kategori ptiq Meta Mendaftar Masuk log RSS Entri RSS Komentar WordPress.comEty Kurniyati The Twenty Ten Theme. Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. Ikuti Follow Ety KurniyatiTop of FormGet every new post delivered to your Inbox.

Bottom of FormBuat situs dengan WordPress.com%d blogger menyukai ini: