tantangan iptek dalam pembangunan
DESCRIPTION
Tantangan IPTEK dalam Pembangunan. Bacharuddin Jusuf Habibie BPPT Gedung II, Lantai 3 Jakarta 24 Pebruari 2004. Mengapa IPTEK?. Meningkatkan nilai hasil p emikiran, nilai k etrampilan, mutu p elayanan, nilai p roduk perangkat lunak dan perangat keras. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
1
Tantangan IPTEK dalam
PembangunanBacharuddin Jusuf Habibie
BPPT Gedung II, Lantai 3Jakarta 24 Pebruari 2004
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
2
Mengapa IPTEK?
• Meningkatkan nilai hasil pemikiran, nilai ketrampilan, mutu pelayanan, nilai produk perangkat lunak dan perangat keras.
• Meningkatkan produktivitas dan efisiensi suatu proses nilai tambah (NT).
• Meningkatkan daya saing SDM• Mengamankan masa depan dan kualitas
kehidupan dan ketentraman yang terus meningkat mutunya.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
3
Prioritas IPTEK di Indonesia
• IPTEK terapan untuk penyelesaian masalah yang sedang dan yang akan dihadapi.
• IPTEK terapan untuk pencegahan terjadinya masalah pada jangka menengah dan panjang.
• ILMU DASAR yang harus dilaksanakan karena sifatnya khas dan menentukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, baik fisik maupun non fisik, di bumi Indonesia.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
4
Fokus Perhatian
• Kualitas pendidikan, pengetahuan dan pembudayaan.
• Lapangan kerja.
• Prasarana ekonomi.
• Otonomi daerah, pembangunan daerah dan pendapatan asli daerah
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
5
Kesenjangan Pendidikan (1/2)
Anggaran Pendidikan Pemerintah dalam % terhadap
PDB2,462
0,833
0,25
0,597
1,406
0,137
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Republik RakyatCina
India Indonesia Thailand Malaysia Philipina
Negara
Pers
en
%
% dari PDB
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
6
Kesenjangan Pendidikan (2/2)
• Perguruan Tinggi Indonesia tidak termasuk dalam TOP 500 Universitas di Dunia dan dalam TOP 50 Universitas di Dunia hanya terdapat 3 Perguruan Tinggi dari Asia Pacifik. Universitas of Tokyo, of Kyoto dan ANU.
• Perguruan Tinggi Indonesia tidak termasuk pula dalam 100 TOP Universitas Asia Pacifik, dari ASEAN hanya NUS yang masuk.
• Dari TOP 50 Asia Uninersitas, 18 Jepang, 9 Australia, 5 RRC, 4 Israel dan 4 Korea Selatan yang masuk dan Indonesia tidak.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
7
Produktivitas Total (1/3)
PDB dibagi jumlah manusia yang bekerja dalam suatu masyarakat dinamakan Produktivitas Total (PT) masyarakat tersebut.
Produktivitas Total dari tiap masyarkat dan negara (laporan Bank Dunia 2000/2001), adalah sebagai berikut:
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
8
Produktivitas Total (2/3)
• USA 100,0% PT• Swiss 95,4% PT• Perancis 90,0% PT• Jerman 84,0% PT• Inggris 74,7% PT• Negara-Negara OECD 57,% PT• Amerika Latin dan Karibia 13,3% PT• Dunia 11,5% PT• Negara berpendapatan sedang 4,5% PT• Negara berpendapatan rendah 1,04% PT
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
9
Produktivitas Total (3/3)
Produktivitas Total Indonesia tahun 1995 (saat ulang tahun 50 tahun kemerdekaan): antara 4,5% dan 11,5%.
Pada waktu ini mengalami penurunan menjadi antara 1,04% dan 4,5%.
Akibatnya Daya Saing bangsa sangat menurun.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
10
Kesenjangan Lapangan Pekerjaan (1/5)
• Kesempatan Kerja yang disediakan oleh: 1. Usaha Kecil (UK) 88,92%
2. Usaha Menengah (UM) 10,54%3. Usaha Besar (UB) 0,54%
• Nilai Tambah dalam perekonomian nasional:1. Usaha Kecil (UK) 43,42%2. Usaha Menengah (UM) 15,42%3. Usaha Besar (UB) 44,90%
• Nilai Tambah pro Kesempatan Kerja:1. Usaha Kecil (UK) 0,4883 (-) (1)2. Usaha Menegah (UM) 1,4630 (-) (3xUK)3. Usaha Besar (UB) 83,1481 (-) (170xUK)
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
11
Kesenjangan Lapangan Pekerjaan (1/5)
• Usaha Kecil dan Usaha Menengah menyediakan 99,46 % lapangan kerja.
• Lapangan kerja yang disediakan oleh Usaha Besar hanya 0,54%.
• BPD dalam perekonomian nasional: 44,9% hasil Usaha Besar; dan 55,1 % hasil Usaha Kecil dan
Menengah.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
12
Kesenjangan Lapangan Pekerjaan (3/5)
• Perbandingan Nilai Tambah yang dihasilkan tiap lapangan kerja oleh UK : UM : UB =
1 : 3 : 170
mencerminkan adanya:– kesenjangan kualitas SDM, – kesenjangan pendidikan, – kesenjangan produktivitas, dan– kesenjangan IPTEK.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
13
Kesenjangan Lapangan Pekerjaan (4/5)
• Kesenjangan tersebut harus dihindari karena akan mengakibatkan kesenjangan antara miskin dan kaya dan menghambat daya saing ekonomi nasional.
• Karena UK dan UM sebagian besar tidak terdaftar pada Bursa, maka pekembangan Dunia Bursa tidak mencerminkan keadaan ekonomi riil.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
14
Kesenjangan Lapangan Pekerjaan (5/5)
• Pengangguran terbuka pada tahun 2004 diperkirakan menjadi 10,83 juta orang atau 10,32% dari angkatan kerja, (naik 1,88 % dibandingkan dengan pengangguran pada tahun 2003).
• Untuk menjamin stabilitas nasional maka pengangguran dan PHK harus diperkecil jumlahnya dan terkendali.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
15
Prasarana Ekonomi (1/3)
• Biaya ekonomi, khususnya dalam suatu negara kepulauan sebesar suatu Benua yang disebut “Benua Maritim Indonesia”, sangat ditentukan oleh sistem transportasi darat, laut, udara dan sistem distribusi yang dianut.
• Sistem tersebut harus dikembangkan, dirumuskan sesuai dengan keadaan dan kemampuan SDM, penguasaan teknologi, globalisasi dan reformasi.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
16
Prasarana Ekonomi (2/3)
• Persaingan tidak sehat antara moda transpor darat, laut dan udara dalam jangka waktu menengah dapat merusak prasarana perhubungan yang telah dimanfaatkan seperti jalan. Sarana pelabuhan baik laut maupun udara dan sangat mempengaruhi “safety” dan kualitas pelayanan.
• Biaya tinggi yang mengakibatkan daya saing menurun pada moda transportasi laut, karena: biaya tunggu kapal menjadi beberapa hari; biaya “terminal handling dan charge” (yang sebenarnya hanya
diperlakukan dalam keadaan perang) diperlakukan; kebutuhan air tawar kapal tidak bisa dipenuhi; dsb.
• Hal yang terjadi terjadi pada transportasi darat (seperti overload yang berlebihan yang dapat merusak jalan dsb)
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
17
Prasarana Ekonomi (3/3)
• Safety, dimoda transportasi udara sangat peka dipengaruhi oleh kualitas SDM yang melayani dan keadaan kualitas lapangan udara dan sekitarnya.
• Semuanya ini sangat mempengaruhi terkendalinya biaya untuk:
pencegahan menurunnya daya saing ekonomi nasional meyakinkan masuknya modal luar negeri menghindari keluarnya modal dalam negeri
agar momentum pembangunan yang pernah kita kenal dan alami dapat kembali.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
18
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (1/12)
• Otonomi daerah mencerminkan terlaksananya demokrasi, dimana peran utama diberikan kepada manusia yang merdeka, bebas berpikir, bebas berkarya, bebas berbicara dan bebas berpendapat yang diimbangi oleh tanggung jawab.
• Pemilihan legislatif dan exekutif langsung oleh rakyat adalah salah satu produk dan proses demokrasi.
• Selama demokrasi itu berjalan, otonomi daerah terjamin berkembang dengan peningkatan transparensi dan efisiensi baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan legislatif masing masing bebas KKN.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
19
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (2/12)
• Pembangunan daerah harus diarahkan pada pendayagunaan SDA (terbaharukan & tidak terbaharukan) dimana agroindustri dan atau industri pertambangan mendapat perhatian khusus.
• Swasembada pangan, gizi, pelayanan kesehatan, proses pendidikan, proses pembudayaan dan proses pengetahuan patut mendapat perhatian khusus dan utama.
• 25 tahun yang akan datang, penduduk Indonesia meningkat menjadi sekitar 275 juta (tiap hari jumlah penduduk meningkat sekitar 8000 orang).
• Produksi gabah kering dari 50 juta ton yang harus ditingkatkan menjadi 70 juta ton merupakan tantangan tersendiri.
• Oleh karena itu peran IPTEK dan pemberian MOTIVASI kepada PETANI harus ditingkatkan dan tidak dapat dilepaskan dari pengembangan mekhanisme harga pasar yang bersenergi positf dengan pelaku pasar, tanpa merugikan konsumen.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
20
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (3/12)
• Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka pembangunan harus mengandalkan pada SDM.
• Industri manufaktur dan jasa untuk substitusi Impor dan ekspor, yang berorientasi kepada pasar (daerah, nasional & globa)l harus dikembangkan dan dibina.
• Prasarana ekonomi Daerah dan pelayanan yang dapat menghasilkan “ekonomi biaya rendah” ditunjang oleh SDM yang produktif dan IPTEK harus dikembangkan sebagai andalan pembangunan daerah.
• Adalah wajar dan rasional jikalau 30 Propinsi dapat digabung dalam enam (6) Wilayah sebagai berikut:
1.Wilayah Sumatra 2 .Wilayah Jawa
3. Wilayah Bali, NTB dan NTT 4. Wilayah Kalimantan 5. Wilayah Sulawesi 6. Wilayah Maluku, Maluku Utara dan Papua
* Dengan demikian Moda Pelayanan Transportasi, Distribusi, Perbankan (misalnya Bank Pembangunan Sumatra, Bank Pembangunan Kalimantan dsb. dapat diaktifkan); dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan tingkat Pembangunan Daerah.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
21
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (4/12)
PAD Wilayah dan 30 Propinsi Indonesia pro penduduk 2002
36732
67831
4682650421
28303
16936
55709
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Sumatra Jawa Bali, NTB danNTT
Kalimantan Sulawesi Maluku,Maluku
Utara,Papua
Jumlah PAD30 Propinsi
Wilayah
Ru
pia
h p
ro p
end
ud
uk
PAD pro penduduk
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
22
PAD Wilayah dan 30 Propinsi Indonesia pro qkm 2002
3148887
64339114
6905841961825 2114896 134385
5944860
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
70000000
Sumatra Jawa Bali, NTB danNTT
Kalimantan Sulawesi Maluku,Maluku
Utara,Papua
Jumlah PAD30 Propinsi
Wilayah
Ru
pia
h p
ro q
km
PAD pro qkm
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (5/12)
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
23
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (6/12)
PAD Propinsi terhadap PAD Wilayah dalam persen 2002
109 104 105
173
92 90
48 57
131
100
43
190
121104
49
80
44
131
86100
020406080
100120140160180200
Nan
gro
eA
ceh
Dar
uss
alam
Su
mat
raU
tara
Su
mat
raB
arat Ria
u
Jam
bi
Su
mat
raS
elat
an
Ben
gku
lu
Lam
pu
ng
Ban
gka
Bel
itu
ng
Su
mat
ra
Propinsi Wilayah Sumatra
Per
sen
%
%/pend./ Wilayah %/qkm/Wilayah
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
24
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (7/12)
PAD pro Penduduk Propinsi Wilayah Sumatra 2002
39909 38187 38494
63378
33942 33093
17687 21120
47986
36732
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Nan
gro
eA
ceh
Dar
uss
alam
Su
mat
raU
tara
Su
mat
raB
arat Ria
u
Jam
bi
Su
mat
raS
elat
an
Ben
gku
lu
Lam
pu
ng
Ban
gka
Bel
itu
ng
Su
mat
ra
Propinsi Wilayah Sumatra
Ru
pia
h
PAD pro Penduduk
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
25
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (8/12)
PAD pro Penduduk Propinsi di Wilayah Jawa 2002
536529
33161 2941354315 33241 37993
67831
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
DKI Jakarta Jawa Barat JawaTengah
DiYogyakarta
Jawa Timur Banten Jawa
Propinsi di Wilayah Jawa
Ru
pia
h
PAD pro Penduduk
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
26
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (9/12)
PAD pro Penduduk Propinsi di Wilayah Bali, NTB dan NTT 2002
120807
2147211196
46826
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Bali, NTB dan NTT
Propinsi dan Wilayah
Ru
pia
h
PAD pro Penduduk
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
27
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (10/12)
PAD pro Penduduk Propinsi di Wilayah Kalimantan, 2002
3280726946
48583
96873
50421
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Kalimantan Barat KalimantanTengah
KalimantanSelatan
Kalimantan Timur Kalimantan
Propinsi dan Wilayah
Ru
pia
h
PAD pro Penduduk
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
28
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (11/12)
PAD Propinsi pro qkm di Wilayah Sulawesi, 2002
5316597
901547
3270468
1248534 1147579
2114896
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
SulawesiUtara
SulawesiTengah
SulawesiSelatan
SulawesiTenggara
Gorontalo Sulawesi
Propinsi dan Wilayah
Ru
pia
h
PAD pro qkm
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
29
Otonomi, Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah PAD (12/12)
PAD Propinsi pro Penduduk di Wilayah Maluku, Maluku Utara dan
Papua 2002
14
4653
33242
16936
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
Maluku Maluku Utara Papua Maluku, Malut danPapua
Propinsi dan Wilayah
Ru
pia
h
PAD pro Penduduk
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
30
Persentase PAD terhadap PDB tahun 2002
(Regional, Nasional dan DKI Jakarta)
REGIONAL PDB (ribuan Rp) PAD (ribuan Rp) % PAD / PDB Indeks
Sumatra
323.203.241.000 1.514.133.076 0,47 26,6
Jawa
927.436.722.000 8.207.676.374 0,88 50,3
Bali, NTB dan NTT
46.496.975.000 505.072.459 1,09 61,8
Kalimantan
144.762.649.000 552.274.134 0,38 21,7
Sulawesi
69.193.013.000 407.479.033 0,59 33,5
Maluku, Maluku Utara,Papua
28.486.549.000 59.577.493 0,21 11,9
Jumlah PDB 30 Propinsi
1.539.579.149.000 11.246.212.569 0,73 41,5
DKI Jakarta
254.735.428.000 4.480.059.627 1,76 100,0
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
31
Indeks Persentase PAD terhadap PDB
26,64
50,32
62
22
33
12
42
100
0
20
40
60
80
100
120
Sumat
raJa
wa
Bali, N
TB d
an N
TT
Kalim
anta
n
Sulaw
esi
Mal
uku
dan
Papua
PDB Nas
ional
DKI Jak
arta
Indeks 100 = 1,76% PAD/PDB
Indeks
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
32
REGIONAL % PDB Reg/Nas % PAD Reg/Nas
Sumatra
21 13
Jawa
60 73
Bali, NTB dan NTT
3 4
Kalimantan
9 5
Sulawesi
4 4
Maluku dan Papua
2 1
DKI Jakarta
17 40
Persentase PAD dan PDB tahun 2002
Regional dan DKI Jakarta terhadap Nasional
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
33
Persentase PAD dan PDB tahun 2002Regional dan DKI Jakarta terhadap Nasional
21
60
3 9
4 2
17 13
4 5 4 1
40
73
- 10 20 30 40 50 60 70 80
% PDB Reg/Nas% PAD Reg/Nas
%
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
34
Strategi dan Kesimpulan (1/7)
• Pembiayaan IPTEK pada saat ini tidak mungkin diandalkan pada Usaha Kecil dan Usaha Menengah sedangkan Usaha Besar masih sangat tergantung pada perusahaan induknya atau mitranya di negara asal.
• Pembiayaan IPTEK sementara masih tergantung pada Anggaran Pemerintah yang hanya mampu menyediakan 0,05% dari PDB (negara maju menyediakan antara 3% dan 5% PDB mereka untuk pembiayaan IPTEK, belum termasuk IPTEK yang dibiayai langsung oleh perusahaan nasional dan multi nasional negara tersebut).
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
35
Strategi dan Kesimpulan (2/7)
• Dana IPTEK yang disediakan oleh Pemerintah harus dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan kualitas dan pertumbuhan UK, UM dan UB pada dasarnya dan khususnya bidang Agroindustri, Manufaktur dan Jasa.
• Masyarakat, Pemerintah dan Anggota Legislatif di Daerah maupun Pusat harus mencegah ditutupnya Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar jikalau memang terbukti pernah menyediakan lapangan kerja, memanfaatkan hasil IPTEK dan membayar pajak.
• SDM yang telah menikmati pendidikan dan proses keunggulan melalui pekerjaan di perusahaan harus diperhatikan dan tidak dibenarkan dibiarkan merantau ke negara tetangga, Timur Tengah bahkan ke negara maju seperti Europa, Amerika Utara dan Jepang.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
36
Strategi dan Kesimpulan (3/7)
• Pusat – pusat keunggulan IPTEK perlu diarahkan menjadi proaktif melaksanakan penelitian dan pengkajian secara rinci untuk dapat membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat baik di pusat maupun didaerah.
• Adanya kaitan dan arus Informasi yang cepat, tepat dan bermutu antara Lembaga, Pusat Keunggulan, Usaha dan Industri baik Swasta maupun BUMN di Daerah dan Pusat harus dikembangkan.
• Kerjasama dengan mitra di Luar Negeri harus dipromosikan.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
37
Strategi dan Kesimpulan (4/7)
• SDM yang berkualitas dan berpengalaman dipromosikan dan diberi insentif untuk proaktif membangun daerah demi memperkecil kesenjangan antara daerah dan pusat khususnya seperti tercermin oleh PAD DKI Jakarta dibandingkan dengan PAD Propinsi lainnya.
• Para Ahli di Pusat ( Bapenas, BPPT, LIPI, dsb.) untuk sementara (3 sampai 5 Tahun) ditempatkan di BAPEDA atau KADINDA untuk dapat ikut menigkatkan mutu perencanaan dan implementasi rencana tersebut sesuai jadwal, dengan biaya rendah dan kualitas tinggi.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
38
Strategi dan Kesimpulan 5/7)
• Pengalaman para Ahli, baik di Propinsi maupun di Kabupaten, sangat bermanfaat untuk jenjang kariere mereka.
• Para pimpinan nasional di pusat harus lebih memperhatikan masalah mikro, sering berkunjung ke daerah dan proaktif memikirkan penyelesaian yang dihadapi di lapangan ketimbang berkunjung ke lar negeri.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
39
Strategi dan Kesimpulan (6/7)
• Pimpinan Daerah harus pandai pandai memprioritaskan masalah yang dihadapi rakyat dan memanfaatkan Otonomi Daerah demi Pembangunan Daerah yang harus berorientasi pada SDM (yang berarti pendidikan, pembudayaan, lapangan kerja dan penguasaan IPTEK)
• IPTEK dengan hasil nyata yang berorientasi ke pembangunan dan kepentingan masyarakat selalu akan dibiayai.
• PAD Jawa, Bali dan DKI Jakarta prosentual lebih tinggi dibandingkan prosentual PDB adalah akibat andalan pada peran SDM dalam pembangunan.
B.J.Habibie, Jakarta 24 Pebruari 2004
40
Strategi dan Kesimpulan (7/7)
• Wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, Maluku Utara & Papua masih mengandalkan pembangunannya pada SDA.
• Ternyata PAD 30 Propinsi hanya 0,73% dari PDB 30 Propinsi tersebut sedangkan khusus DKI Jakarta dapat mengumpulkan 1,76% dari PDB DKI Jakarta
• Memperhatikan masa depan pembangunan, yang akan dan harus mengandalkan pembangunan pada peran SDM dan tersedianya lapangan kerja, maka kemungkinan besar Presiden dari Negara kita kelak harus membawa pengalaman sebagai seorang Gubernur Daerah, seperti halnya di Amerika Serikat dan beberapa negara Europa.