tanggung jawab hukum perjanjian pekerjaanrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... ·...
TRANSCRIPT
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
(Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo)
Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
OCTARIYANI
NIM: 11150480000089
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
i
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
(Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo)
Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
OCTARIYANI
NIM: 11150480000089
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Octariyani,NIM 11150480000089. TANGGUNG JAWAB HUKUMPERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (Kasus RehabilitasiPembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo) Analisis Yuridis PutusanPerkara Nomor 326 K/Pdt/2016. Program Studi Ilmu Hukum, KonsentrasiHukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah mengenai wanprestasi yangdilakukan antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Udy Bintarta, S.H. PejabatPembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan KabupatenSukoharjo Jawa Tengah serta untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakimdalam kasus jasa konstruksi antara PT Ampuh Sejahtera dengan Pejabat PembuatKomitmen Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten sukoharjo. Metodepenelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan menganalisispertimbangan hakim dan dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan dibidang Jasa Konstruksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach), dan pendekatan kasus (case approach).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan putusan Mahkamah AgungNomor 326 K/Pdt/2016 yaitu sengketa antara PT. Ampuh Sejahtera sebagaipenyedia jasa (Termohon Kasasi/Penggugat) melawan Udy Bintara, S.H. PejabatPembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan KabupatenSukoharjo, Bupati Sukoharjo (Para Pemohon/Tergugat). Dari hasil penelitiandiketahui bahwa dalam perjanjian pekerjaan konstruksi jika terdapat wanprestasidari salah satu pihak, maka harus ada pertanggungjawaban dari pihak yangmelakukan wanprestasi agar sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Kata Kunci: Tanggung Jawab, Perjanjian, Wanprestasi, Jasa Konstruksi.
Pembimbing : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.Daftar Pustaka : Tahun 1986 Sampai Tahun 2018.
vi
KATA PENGANTAR
حمن هللا بســــــــــــــــــم حیم الر الر
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya dan telah memberikan kemudahan sehingga peneliti mampu
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa peneliti curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabatnya.
Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini berjudul
“TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
(Kasus REHABILITASI PEMBANGUNAN PASAR Ir. SOEKARNO KOTA
SUKOHARJO) Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi
Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Pembimbing skripsi yang telah
bersedia dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, dukungan, dan masukan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. JM. Muslimin, M.A. Penasehat akademik yang selalu menasehati
dan membimbing Peneliti.
5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Pimpinan Pusat Perpustakaan Utama UIN Syarif
vii
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Jana dan Ibu Siti Rodiah, yang
selalu memberikan nasehat, motivasi, dan doa yang diberikan kepada
peneliti dan tiada habis mencurahkan kasih sayang dan merawat
peneliti sampai sekarang ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
pendidikan sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Semoga Allah SWT
membalas segala apa yang telah berikan kepada peneliti.
7. Pihak-Pihak lain yang telah memberi konstribusi kepada peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini.
Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca
serta pihak-pihak yang memerlukannya.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Jakarta, 04 Juli 2019
Octariyani
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…….............……………….…….............…………... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…….............……………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI............................ iii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. iv
ABSTRAK …………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah.................... 6C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 7D. Metode Penelitian....................................................................... 8E. Sistematika Penulisan ................................................................ 11
BAB II PERJANJIAN DALAM TINJAUAN HUKUM............................ 12
A. Konsep Perjanjian....................................................................... 121. Definisi Perjanjian ................................................................ 122. Syarat dan Sahnya Perjanjian ............................................... 133. Asas-Asas Perjanjian ............................................................ 144. Jenis-Jenis Perjanjian ............................................................ 165. Berakhirnya Perjanjian ......................................................... 19
B. Teori-Teori Pelaksanaan Perjanjian .......................................... 201. Kepercayaan ......................................................................... 202. Keadilan ................................................................................ 20
C. Tinjauan Umum Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi 221. Pengertian Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi .. 222. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Konstruksi ............................................................................. 253. Hak dan Kewajiban Para Pihak. ............................................ 324. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan Kerja ........................ 355. Tahapan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi ................. 37
D. Tinjauan ( Review ) Studi Terdahulu ......................................... 38
BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBANGUNANINFRASTRUKTUR DALAM PEKERJAAN JASAKONSTRUKSI ............................................................................... 40
A. Hukum Jasa Konstruksi ............................................................. 401. Sejarah Jasa Konstruksi ........................................................ 40
ix
B. Wanprestasi ............................................................................... 421. Pengertian Wanprestasi ........................................................ 422. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Wanprestasi ........... 45
C. Duduk Perkara ........................................................................... 45D. Tuntutan dari Penggugat ............................................................ 48E. Pertimbangan Hukum dalam Putusan Mahkamah Agung.......... 49F. Bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian konstruksi
rehabilitasi pembangunan Pasar Ir. Seoekarno Kota Sukoharjoantara PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat PembuatKomitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan.............. 50
BAB IV WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEKERJAANKONSTRUKSI .............................................................................. 54
A. Analisis Yuridis Terhadap Perkara Wanprestasi dalamPutusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016 .................................. 54
B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam PerkaraWanprestasi Pekerjaan Konstruksi Putusan MA Nomor 326K/Pdt/2016 ................................................................................. 68
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 80
A. Kesimpulan ................................................................................ 80B. Rekomendasi .............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. .......... 82
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan yang
dilakukan baik pembangunan fisik maupun non fisik memegang peranan yang
penting bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Pembangunan merupakan salah
satu kewajiban yang harus dijalankan oleh pemerintah sebagai bentuk
pengambilan kebijakan. Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah untuk
menciptakan kemajuan di bidang sosial dan ekonomi secara
berkesinambungan, tanpa mengabaikan persamaan hak dan menjunjung tinggi
prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat.
Indonesia adalah Negara hukum, maka pembangunan yang sedang
dilaksanakan tidaklah terlepas dari peraturan-peraturan hukum yang berkaitan
dengan masalah tersebut. Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Undang-Undang Jasa Kontruksi, mempunyai peranan penting dan
strategis dalam pencapaian pembangunan nasional yang berkeadilan social
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.1 Posisi strategis
tersebut dapat dilihat dari adanya keterkaitan dengan sektor lain. Jasa
konstruksi sesungguhnya merupakan bagian penting dari terbentuknya produk
konstruksi, karena jasa konstruksi menjadi arena pertemuan antara penyedia
jasa dengan pengguna jasa.2
Jasa Kontruksi menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi
1 Filiberto J.D. Rengkung, Tanggung Jawab Hukum Terhadap Penyedia Barang dan JasaDalam Pelaksanaan Jasa Konstruksi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 TentangJasa Konstruksi, Fakultas Hukum Unsrat, Jurnal Lex Crimen Vol. VI/No.9/Nov/2017, h.126
2 Embun Nurani Wulandari, Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun2017 Tentang Jasa Konstruksi Tterhadap Klausula Penyelesaian Sengketa Pada Kontrak KerjaKonstruksi di Indonesia, Fakultas Hukum Sebelas Maret, Jurnal Privat Law, Vol. VI No. 2 Juli-Desember 2018, h.196
2
dan/atau pekerjaan konstruksi yang kegiatannya meliputi pengkajian,
perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen.
Penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan serta mengatur keseluruhan
dari kegiatan pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan
pembangunan kembali suatu bangunan. Jasa konstruksi merupakan salah satu
bukti nyata berkembangnya pembangunan di Indonesia yang memiliki peranan
penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya
pembangunan nasional.3
Melalui penyelenggaraan usaha jasa konstruksi dapat diperoleh manfaat-
manfaat seperti: masyarakat dapat menikmati infrastruktur /sarana prasarana
yang dibutuhkan, meningkatkan pembangunan industri serta sektor-sektor lain
seperti pariwisata dan bisnis, menunjang berbagai kegiatan produksi,
penunjang kesempatan usaha dan kesempatan kerja, penyumbang produk
domestik bruto (PDB), menarik para investor baik domestik maupun asing
sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah pada khususnya dan
Indonesia pada umumnya, penunjang peningkatan ketahanan nasional,
penunjang peningkatan penghematan penggunaan devisa dan peningkatan
penerimaan devisa.
Industri jasa konstruksi di Indonesia saat ini telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Melalui sektor inilah, secara fisik kemajuan
pembangunan Indonesia dapat dilihat langsung. Dalam pelaksanaan usaha jasa
konstruksi, pemilik proyek atau pihak yang ingin melakukan suatu
pembangunan fisik baik pemerintah maupun swasta umumnya tidak
mengerjakannya sendiri. Pemilik proyek biasanya melimpahkan pekerjaan
pembangunan tersebut kepada perusahaan jasa konstruksi yang melibatkan
rekanan pemborong atau kontraktor bangunan, konsultan proyek yang
semuanya memiliki peran masing-masing dalam pembangunan.
3 Chyntia Damayanti, Najib Imanullah, dkk. Jurnal Kajian Yuridis Pelaksanaan KontrakKerja Konstruksi Antara Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kebumendengan CV. Metro Jaya Dalam Pekerjaan Peningkatan Kualitas Jalan Lintas Desa LumbuKecamatan Kutowinangun, Universitas Sebelas Maret, 2015, h.2
3
Pelimpahan proyek pembangunan diawali melalui mekanisme suatu tender
atau pelelangan, dapat juga melalui penunjukan langsung oleh pengembang
pada perusahaan konstruksi yang diinginkan. Pelelangan dapat diikuti oleh
seluruh perusahaan konstrusksi (pelelangan umum) atau pelelangan terbatas
yang hanya diikuti oleh penyedia jasa yang telah lulus prakualifikasi.4
Langkah yang dilakukan setelah didapatnya perusahaan konstruksi yang
diinginkan oleh pengembang adalah pengikatan para pihak. Pengikatan para
pihak dalam usaha jasa konstruksi dituangkan melalui suatu kontrak yang
bernama Kontrak Kerja Konstruksi (3K). Kontrak kerja konstruksi berisikan
tentang perjanjian antara pemberi kerja dengan kontraktor yang umumnya
membahas mengenai hak dan tanggungjawabnya. Kontrak kerja konstruksi
didasarkan atas Perjanjian Pemborongan yang diatur dalam Buku III KUH
Perdata pada Pasal 1601a-x Bab VII A tentang persetujuan untuk melakukan
pekerjaan. Walaupun telah diatur secara umum dalam KUH Perdata dan secara
lebih khusus melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi, tetapi pada nyatanya dalam penyelenggaraan jasa konstruksi masih
sering ditemui banyak permasalahan serta penyimpangan.5
Dalam penelitian hukum ini, peneliti mengambil studi kasus yang terjadi
di PT. Ampuh Sejahtera. Pada pelaksanaan kontrak kerjasama proyek
Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar
Ir. Soekarno Kota Sukoharjo Jawa Tengah terdapat sebuah permasalahan
mengenai lokasi pekerjaannya. Di dalam kontrak kerjasama, Pembangunan
Fisik Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo yang dilakukan oleh PT. Ampuh
Sejahtera selaku perusahaan kontraktor kepada Pejabat Pembuat Komitmen
pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo.
Permasalahan dalam Proyek Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo
adalah mengenai kondisi lapangan/lokasi yang tidak sesuai dengan gambar
4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah TerimaBangunan Antara Pengembang dengan Kontraktor, Jurnal Ilmiah Magister Ilmu HukumUniversitas Diponegoro Semarang, 2013, h.5
5 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah TerimaBangunan Antara Pengembang dengan Kontraktor,... h.6
4
perencanaan pekerjaan pembangunan Fisik Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo,
terbukti dari gambar perencanaan di awal sebelum pelaksanaan fisik pekerjaan
di lapangan, tidak dapat diterapkan pelaksanaan pekerjaan pembangunan Pasar
Ir. Soekarno Kota Sukoharjo. Karena adanya ketidaksesuaian gambar
perencanaan dengan kondisi lapangan tersebut sehingga mengakibatkan
terjadinya keterlambatan yang disebabkan adanya Peristiwa Kompensasi yang
diatur dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK).
Bahwa Peristiwa Kompensasi yang diatur dalam Syarat-Syarat Umum
Kontrak (SSUK) Pejabat Pembuat Komitmen tidak memberikan gambar-
gambar, spesifikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan, dan
Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan.
Sedangkan kedua hal ini sangat mempengaruhi dimulai, dilaksanakan dan
diselesaikannya pekerjaan pembangunan pasar, karena gambar kerja yang ada
dalam Dokumen Lelang tidak jelas dan tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan
pekerjaan di lapangan secara maksimal. Ini menunjukan bukti awal permulaan
bahwa di awal pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pekerjaan tidak bisa
dilaksanakan secara simultan bersamaan sehingga jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang telah disepakati belum bisa secara maksimal dilaksanakan.
Bahwa sepatutnya PT. Ampuh Sejahtera diberikan perhitungan kekuatan
konstruksi serta kelengkapan gambar Proyek Pembangunan Pasar Ir. Soekarno
Kota Sukoharjo sebelum melaksanakan pekerjaan konstruksinya. Namun,
dengan melihat kenyataan bahwa PT. Ampuh Sejahtera belum diberi
perhitungan kekuatan konstruksi serta kelengkapan gambar Proyek
Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo membuat PT. Ampuh Sejahtera tidak bisa
melaksanakan Konstruksinya lebih lanjut. Kemudian, PT. Ampuh Sejahtera
telah mengajukan surat mengenai hal tersebut, namun tidak mendapatkan
jawaban dari Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo.
Berbagai permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan usaha jasa
konstruksi disadari akan sangat mempengaruhi perkembangan industri
Berbagai permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan konstruksi di
5
Indonesia. Padahal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa industri ini
sangat potensial dalam menunjang pembangunan serta peningkatan di berbagai
sektor, Oleh karena itu, hukum muncul guna menyelesaikan berbagai
permasalahan tersebut serta menjaga supaya proses, tindakan-tindakan, serta
prosedur-prosedur yang diambil para pihak yang terlibat dalam industri jasa
konstruksi ini tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku. Maka berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut penelitian ini mengambil judul
“TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI (Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota
Sukoharjo) Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016”.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada penjabaran yang telah diuraikan didalam latar
belakang maka identifikasi masalah meliputi :
a. lapangan/lokasi yang tidak sesuai dengan gambar perencanaan pekerjaan.
b. Tidak diberikan perhitungan kekuatan konstruksi.
c. Pendanaan yang tidak sesuai dengan pelaksanaan, penyelesaian dan
perbaikan pekerjaan.
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan mengenai Perjanjian Pekerjaan Konstruksi sangatlah luas.
Agar pembahasan permasalahan karya ilmiah ini tidak melebar dan lebih
fokus pada masalah, maka peneliti membatasi masalah karya ilmiah ini
hanya kepada Analisis Yuridis Perjanjian Pekerjaan Konstruksi. maka
penulis menggunakan objek penelitian pada Putusan Mahkamah Agung
Nomor 326 K/Pdt/2016 perjanjian Pekerjaan Konstruksi antara PT. Ampuh
Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dalam Kegiatan Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota
Sukoharjo.
3. Perumusan Masalah
6
Sesuai dengan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan,
maka pembahasan skripsi ini akan membahas mengenai “Tanggung Jawab
Hukum Perjanjian Pekerjaan Konstruksi. Analisis Putusan Perkara Nomor
326 K/Pdt/2016 tentang bentuk wanprestasi dalam perjanjian konstruksi”.
a. Bagaimana bentuk wanprestasi dalam perjanjian konstruksi rehabilitasi
pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo antara PT.Ampuh
Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian
dan Perdagangan?
b. Apa dasar pertimbangan hakim dalam Putusan Perkara Nomor 326
K/Pdt/2016?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui bentuk wanprestasi dalam perjanjian konstruksi
rehabilitasi pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo antara PT.
Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas
Perindustrian dan Pekerjaan Umum.
b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan
Nomor 326 K/Pdt/2016.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan praktis, sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan dijadikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin di bidang
ilmu hukum, khususnya tentang Jasa Konstruksi.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang pentingnya prinsip hukum dalam perjanjian jasa konstruksi.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya para
7
pelaku usaha, yang terkait dengan jasa konstruksi yang membutuhkan
informasi tentang kontrak kerja pada pekerjaan konstruksi. Sesuai atau
tidak dengan peraturan perundangan yang berlaku dan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi pada suatu kontrak kerja konstruksi.
D. Metode Penelitian
Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.6
1. Pendekatan Penelitian
Berkaitan dengan tipe penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian
yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)7
Dalam hal pendekan menggunakan perundang-undang, peraturan
perundang-undangan yang digunakan khususnya pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
b. Pendekatan Kasus (Case Approach)
Pendekatan Kasus yaitu pendekatan dengan cara beberapa kasus ditelaah
untuk referensi bagi isu hukum. Diperlukan guna mempelajari
penerapan-penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan
dalam praktik hukum.8 Pendekatan kasus dalam penelitian normatif
bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum dalam
praktek hukum. Pada penggunaan pendekatan kasus yang perlu dipahami
peneliti adalah ratio decidenti, yaitu alasan hukum yang digunakan
hakim untuk sampai pada putusannya, dalam hal ini peneliti akan
6 H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h.18
7 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jawa Timur:Bayumedia Publishing, 2007), h.302
8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h.14
8
menganalisis kasus wanprestasi oleh PT. Ampuh Sejahtera dan Pejabat
Pembuat Komitmen pada Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo yang
sudah berkekuatan hukum tetap yaitu pada putusan Mahkamah Agung
Nomor 326 K/Pdt/2016.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, memaparkan dan bertujuan
mendapatkan gambaran lengkap tentang pekeraan konstruksi, sesuai hukum
yang berlaku ditempat, serta menggunakan gejala yuridis yang terjadi.
3. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa studi
dokumen. Studi dokumen digunakan untuk mencari data skunder. Bahan
pustaka yang digunakan untuk penelitian ini yaitu:
a. Sumber Data Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang isinya mempunyai
kekuatan mengikat pada masyarakat.9 Bahan-bahan yang digunakan yaitu
peraturan perundang-undangan dan Putusan Hakim.
b. Sumber Data Sekunder
Bahan hukum skunder ini adalah bahan-bahan hukum yang berisi
memberikan informasi atau hal yang berkaitan isi dari bahan hukum
primer serta implementasinya.10 Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini berupa buku, artikel, jurnal, dan bahan hukum lainnya.
c. Data Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder. Bahan yang
digunaan dalam penelitian ini yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Kamus Hukum, situs internet dan lain-lain.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Dokumen
9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1982), h.3
10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,... h.31
9
Studi Dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang digunakan
melalui data tertulis dengan menggunakan analisis isi data, dalam hal ini
peneliti mengkaji dan menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor
326 K/Pdt/2016.
b. Studi Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca,menelaah dan
menganalisis bahan-bahan kepustakaan untuk menggali dan
mengembangkan data yang diperoleh. Data tersebut akan dianalisis dan
dipresentasikan secara kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan tata
cara dalam penelitian untuk menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu
apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara
tertulis atau lisan. Hal yang diteliti dan dipelajari merupakan obyek
penelitian yang utuh.11 Dalam hal ini peneliti menggunakan buku-buku
dan perundang-undangan yang berkaitan dengan Jasa Konstruksi.
5. Teknik Pengelolaan Data
Teknik Pengolahan data yang digunakan peneliti adalah mengelolah
data sedemikian rupa sehingga data dan bahan hukum tersebut tersusun
secara runtut dan sistematis, yang akan memudahkan dalam melakukan
analisis dan menarik kesimpulan dari pembahasan masalah yang ada.
6. Analisis Data
Analisis Data merupakan analisis kualitatif, Analisis Kualitatif artinya
yaitu dianalisis dengan data-data yang sudah ada. Metode analisis data
secara kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam
menyajikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.12 Data yang
sudah ada ini akan diolah dan dianalisis secara deduktif yang selanjutnya
dikaitkan dengan norma-norma hukum, doktrin hukum, dan teori ilmu
hukum yang ada. Penelitian secara kualitatif ini mengacu pada norma
11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,... h.67
12 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011), h.107
10
hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan
pengadilan, seta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat.13
7. Metode Penulisan
Metode dan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi ini
berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang terdapat dalam buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika ini merupakan gambaran dari penelitian agar memudahkan
dalam mempelajari seluruh isinya. Penelitian ini dibahas dan diuraikan menjadi
5 (lima) bab, adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:
BAB I Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat secara keseluruhan
mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan,
dan pembatasan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II Bab ini terdiri dari tiga sub bab, sub bab pertama yaitu tentang
konsep perjanjian, sub bab dua berisi teori-teori dalam pelaksanaan
perjanjian, dan sub bab ke tiga yaitu membahas tentang tinjauan
perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi.
BAB III Bab ini berisikan bab yang membahasa tentang sejarah jasa
konstruksi, pelaksanaan pemborongan, kontrak kerja konstruksi,
sub bab ke dua membahas tentang wanprestasi, faktor yang
menyebabkan wanprestasi dan kronologi perkara, tuntutan dalam
perjanjian konstruksi serta bentuk wanprestasi yang terjadi dalam
perjanjian.
BAB IV Bab ini akan membahas mengenai analisa kasus antara PT. Ampuh
Sejahtera dengan Pejabat pembuat komitmen pada Dinas
13 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002), h.103
11
Perindustrian dan Perdagangan yang menguraikan bentuk
wanprestasi dalam perjanjian konstruksi dan dasar hakim
pertimbangan Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016.
BAB V Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi yang diambil dari
uraian atau deskripsi yang menjawab masalah berdasarkan data
yang diperoleh.
12
BAB II
PERJANJIAN DALAM TINJAUAN HUKUM
A. Konsep Perjanjian
1. Pengertian
a. Perjanjian
Perjanjian atau Verbintenis mengandung pengertian yaitu suatu
hubungan Hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih,
yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi
dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.1
Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji
kepada orang lain atau dapat dikatakan peristiwa dimana dua orang atau
lebih saling mengikrarkan diri untuk berbuat sesuatu. Definisi perjanjian
batasannya telah diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan
bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Maka perjanjian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Perjanjian
adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling
mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta
kekayaan”. Selain itu beberapa sarjana merumuskan definisi perjanjian,
yaitu :
a. Subekti
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.2
b. K.R.M.T. Tirtodidiningrat
1 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), h.6
2 Soebekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1979), h.1
13
Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat
diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat
hukum yang diperkenankan oleh undang-undang.3
c. Sudikno Mertokusumo
Perjanjian adalah sebagai hubungan hukum antara dua pihak atau
lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.4
d. Abdulkadir Muhammad
Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan
harta kekayaan.5 Berdasarkan definisi perjanjian diatas, maka dapat
disimpulkan yang menjadi unsur-unsur dalam suatu perjanjian
adalah:6
a) Adanya pihak-pihak;
b) Adanya konsensus atau persetujuan dari pihak-pihak;
c) Adanya objek dalam perjanjian tersebut yang berupa benda;
d) Adanya tujuan yang bersifat kebendaan mengenai harta kekayaan;
e) Adanya prestasi yang akan dilaksanakan;
f) Ada bentuk tertentu, baik secara lisan maupun tulisan;
g) Adanya syarat-syarat tertentu.
2. Syarat dan Sahnya Perjanjian
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat menurut pasal 1320
KUH Pedata, yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Dengan sepakat atau juga dinamakan perizinan, yang maksudnya bahwa
kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju
3 Tirtodiningrat, K.R.T.M, Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Pembangunan,(Jakarta: Sinar Grafika, 1966), h.83
4 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,1986), h.96
5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1990), h.4
6 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan,... h.80
14
atau seia-sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang
diadakan itu.7
b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
Cakap yang dimaksud bahwa orang yang membuat suatu perjanjian harus
cakap menurut hukum, yaitu setiap orang yang sudah dewasa atau akhil
baliq dan sehat pikirannya.
c. Mengenai suatu hal tertentu
Mengenai suatu hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan
kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.
Menurut KUH Perdata hal tertentu adalah :
1) Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi
pokok suatu perjanjian (Pasal 1332 KUH Perdata);
2) Suatu hal atau barang yang cukup jelas atau barang yang sudah
ditentukan minimal sudah ditentukan jenisnya (Pasal 1333 KUH
Perdata).
d. Suatu sebab yang halal
Jika Tidak Dinyatakan sesuatu sebab tetapi ada suatu sebab yang halal,
ataupun jika ada suatu sebab lain, daripada yang dinyatakan,
perjanjiannya namun demikian adalah sah (Pasal 1336 KUH Perdata)
3. Asas-Asas Perjanjian
a. Asas Personalitas
Pada prinsipnya asas personalitas menentukan bahwa suatu
perjanjian berlaku bagi para pihak yang membuatnya saja. Ketentuan
mengenai asas ini tercantum dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH
Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi:
Pada umumnya seseorang yang tidak mengadakan perikatan atau
perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini bahwa
seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi:
a. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya;
7 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2001), h.17
15
b. Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.
b. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak atau yang sering disebut juga sistem
terbuka adalah bahwa setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa
saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam Undang-Undang.
Meskipun berlaku asas ini, kebebasan berkontrak tersebut dibatasi oleh
tiga hal, yaitu tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan
dengan kesusilaan, dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum.8
Setiap perjanjian yang dibuat dengan sah berlaku sebagai Undang-
Undang bagi para pembuatnya. Rumusan ini dapat ditemukan dalam
Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata, yang dipertegas kembali dengan
ketentuan Ayat (2) yang menyatakan bahwa perjanjian yang telah
disepakati tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan
kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh
Undang-Undang.9
c. Asas Konsesualitas
Asas konsesualitas mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi
sejak saat tercapainya kata sepakat (konsensus) antara pihak-pihak
mengenai pokok perjanjian. Sejak saat itu perjanjian mengikat dan
mempunyai akibat hukum. Suatu kesepakatan lisan diantara para pihak
telah mengikat para pihak yang telah bersepakat secara lisan tersebut, dan
oleh karena ketentuan ini mengenai kesepakatan lisan diatur dalam Pasal
1320 KUH Perdata, maka rumusan tersebut dianggap sebagai dasar asas
konsesualitas dalam hukum perjanjian.
d. Asas persamaan hak
Dalam asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat,
tidak ada perbedaan, masing-masing pihak wajib melihat adanya
persamaan ini dan mengharuskan kedua belah pihak untuk menghormati
satu sama lain.
8 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990), h.87
9 Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Visimedia, 2008), h.469
16
e. Asas keseimbangan
Dalam asas ini menghendaki kedua belah pihak untuk memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Asas ini merupakan kelanjutan dari asas
persamaan. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban
untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dengan demikian
kedudukan kreditur yang kuat juga diimbangi dengan kewajiban untuk
memperhatikan itikad baik melaksanakan segala kewajibannya, sehingga
kedudukan debitur dan kreditur seimbang.10
f. Asas Kepercayaan
Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain,
menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak itu bahwa satu sama
lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi
prestasinya dikemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan maka perjanjian
itu tidak mungkin diadakan oleh para pihak, dengan adanya kepercayaan
kedua pihak mengikatkan dirinya dan mempunyai kekuatan mengikat
sebagai undang-undang.11
g. Asas Itikad Baik
Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 Ayat (3) KUH Perdata, yang
menyatakan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik. Asas itikad baik ini ada yang subjektif dan ada pula yang objektif.
4. Jenis-Jenis Perjanjian
Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, yaitu:
a. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik
Perjanjian timbal balik dikatakan timbal balik jika dengan terjadinya
perjanjian timbul kewajiban timbal balik diantara para pihak. Ada unsur
tukar menukar prestasi ada pada kedua belah pihak. Kriteria untuk
10 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h.42
11 Budiman Sinaga, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari Prespektif Sekretaris,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.84
17
menentukan kewajiban dari para pihak yang saling tergantung ditentukan
oleh kewajiban pokoknya, misalnya jual beli.
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi
hanya pada satu pihak. Misalnya, perjanjian hibah, perjanjian
penanggungan (borgtocht) Pasal 1820 KUH Perdata, dan perjanjian
pemberian kuasa tanpa upah. Termasuk kedalam perjanjian sepihak
adalah juga perjanjian perjanjian pinjam pakai, penitipan barang tanpa
biaya, dan pinjam meminjam tanpa bunga.12
b. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban13
Suatu perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian dimana pihak yang
satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa
menerima suatu manfaat bagi dirinya (Pasal 1314 Ayat (1) KUH
Perdata). Misalnya, hibah, pinjam pakai, pinjam meminjam tanpa bunga
dan penitipan barang tanpa biaya.
Perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang
satu untuk melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang
harus dilakukan oleh pihak yang lain. Pasal 1314 Ayat (2) KUH Perdata
menyebutnya sebagai suatu perjanjian yang mewujudkan masing-masing
pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu.
Misalnya perjanjian atas beban adalah jual beli, sewa menyewa, dan
pinjam meminjam dengan bunga.
c. Perjanjian konsensuil, riil, dan formil
Perjanjian konsensuil yaitu perjanjian yang mengikat sejak adanya
kata sepakat dari kedua pihak, misalnya yaitu perjanjian jual beli dan
perjanjian sewa menyewa.14
12 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), h.55
13 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.59
14 Komariah, Hukum Perdata, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002),h.171
18
Perjanjian riil, perjanjian ini tidak hanya mensyaratkan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata mengenal pula jenis perjanjian lain
yang mensyaratkan tidak saja kata sepakat, tetapi juga sekaligus
penyerahan objek perjanjian atau bendanya. Perjanjian demikian
digolongkan sebagai perjanjian riil. Perjanjian riil ada beberapa macam
yakni perjanjian penitipan barang, perjanjian pinjam pakai, perjanjian
pinjam meminjam.15 Perjanjian penitipan barang adalah perjanjian yang
terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain dengan
syarat bahwa akan menyimpan dan mengembalikannya dalam wujud
asalnya (Pasal 1694 KUH Perdata). Perjanjian pinjam meminjam yakni
perjanjian dimana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain
sejumlah barang tertentu yang habis karena pemakaian, dengan syarat
bahwa pihak tersebut akan mengembalikan sejumlah barang yang sama
dari macam dan keadaan yang sama pula (Pasal 1754 KUH Perdata).
Sedangkan perjanjian formil adalah perjanjian yang selain
dibutuhkan kata sepakat, juga dibutuhkan formalitas tertentu sesuai
dengan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang.16
d. Perjanjian bernama, tak bernama, dan campuran
Perjanjian bernama/nominaat adalah perjanjian yang memiliki nama
yang diatur dalam KUH Perdata. Contohnya, Perjanjian-perjanjian yang
terdapat dalam buku III bab V-XVIII KUH Perdata yaitu perjanjian jual
beli, perjanjian tukar menukar, perjanjian sewa menyewa, perjanjian
untuk melakukan pekerjaan, perjanjian persekutuan, perjanjian tentang
perkumpulan, perjanjian hibah, perjanjian penitipan barang, perjanjian
pinjam pakai, perjanjian pinjam meminjam, perjanjian pemberian kuasa,
perjanjian penanggungan, dan perjanjian perdamaian.
15 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), h.46
16 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.48
19
Perjanjian tidak bernama/innominaat, Perjanjian innominaat adalah
perjanjian yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat karena asas
kebebasan berkontrak dan perjanjian ini belum dikenal pada saat KUH
Perdata diundangkan. Dari definisi perjanjian innominaat diatas dapat
dilihat unsur-unsur dari perjanjian innominaat yaitu:
1) Perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata;
2) Perjanjian yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;
3) Berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Contoh kontrak production
sharing, joint venture, kontrak karya, kontrak konstruksi, leasing,
perjanjian sewa beli, franchise, dan lain sebagainya.17
Perjanjian campuran adalah:18 “Perjanjian yang merupakan
kombinasi ketentuan-ketentuan dari dua atau lebih perjanjian bernama
yang berbeda-beda”. Misalnya perjanjian rumah kos, perjanjian ini
memuat ketentuan-ketentuan tentang perjanjian sewa (kamar), jual beli
(bila berikut menyediakan makanan), dan perjanjian untuk melakukan
pekerjaan (mencuci dan menyetrika pakaian, dan sebagainya).
5. Berakhirnya Perjanjian
Mengenai berakhirnya suatau perjanjian itu ditentukan sendiri oleh para
pihak yang membuat perjanjian tersebut. Berakhirnya atau hapusnya suatu
perjanjian,pada umumnya yaitu apabila tujuan dari perjanjian tersebut yang
telah dibuat oleh para pihak telah tercapai. Suatu perjanjian berakhir jika:19
a. Ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian, misal perjanjian akan
berlaku untuk waktu tertentu;
b. Undang-Undang yang menentukan batas waktu berlakunya perjanjian;
c. Para pihak atau Undang-Undang dapat menentukan bahwa dengan
terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan hapus;
17 Hendri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009),h.61
18 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.36
19 R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1987), h.69
20
d. Pernyataan penghentian perjanjian (Opzegging), dapat dilakukan oleh
kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak (Opzegging) hanya ada pada
perjanjian yang bersifat sementara seperti perjanjian kerja dan sewa
menyewa;
e. Perjanjian hapus karena putusan hakim;
f. Tujuan perjanjian telah tercapai.
B. Teori-Teori Pelaksanaan Perjanjian
Penelitian ini menggunakan beberapa teori sebagai acuan utama untuk
meneliti permasalahan yang dihadapi, teori yang digunakan yaitu teori teori
kepercayaan.
a. Teori Kepercayaan (vertrouwenstheorie)20
Menurut teori kepercayaan, tidak semua pernyataan menimbulkan
perjanjian, tetapi suatu pernyataan yang hanya menimbulkan kepercayaan
saja yang menimbulkanan atau melahirkan perjanjian. Maksud dari
kepercayaan yaitu bahwa pernyataan itu benar-benar dikehendaki.
Kelemahan teori ini yaitu teori ini merupakan pertengahan antara
kehendak dan pernyataan bahwa suatu perjanjian sudah dapat terjadi jika
satu pihak atas dasar pernyataan yang dibuat oleh pihak lain percaya pihak
lain itu seperti dirinya sendiri.
b. Teori Keadilan
Teori Keadilan yang dikemukakan oleh Plato ditekankan pada harmoni
atau keselarasan. Plato mendefinisikan keadilan sebagai “the supreme virtue
of the good state”, sedang orang yang adil adalah “the self diciplined man
whose passions are controlled by reasson”. Bagi Plato keadilan tidak
dihubungkan secara langsung dengan hukum. Baginya keadilan dan tata
hukum merupakan substansi umum dari suatu masyarakat yang membuat
dan menjaga kesatuannya.
20 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.76
21
Jadi fungsi dari penguasa ialah membagi bagikan fungsi-fungsi dalam
negara kepada masing-masing orang sesuai dengan asas keserasian.
Pembagian kerja sesuai dengan bakat, bidang keahlian dan keterampilan
setiap orang itulah yang disebut dengan keadilan. Konsepsi keadilan Plato
yang demikian ini dirumuskan dalam ungkapan “giving each man his due”
yaitu memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Untuk itu
hukum perlu ditegakkan dan Undang-Undang perlu dibuat.
Dalam kaitannya dengan hukum, objek materianya adalah masalah nilai
keadilan sebagai inti dari asas perlindungan hukum, sedangkan objek
formanya adalah sudut pandang normatif yuridis dengan maksud
menemukan prinsip dasar yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan
masalah yang timbul di bidang penggunaan nilai keadilan dimaksud.
Tentang nilai keadilan yang dimaksud terutama yang berkenaan dengan
obyeknya yaitu hak yang harus diberikan kepada warga masyarakat.
Biasanya hak ini dinilai dan diperlakukan dari berbagai aspek pertimbangan
politik dan budaya, namun intinya tetap tidak berubah yaitu suum cuique
tribuere.
Dari ungkapan di atas, terlihat dengan jelas Plato memandang suatu
masalah yang memerlukan pengaturan dengan Undang-Undang harus
mencerminkan rasa keadilan, sebab bagi Plato hukum dan Undang-Undang
bukanlah semata-mata untuk memelihara ketertiban dan menjaga stabilitas
negara, melainkan yang paling pokok dari Undang-Undang adalah untuk
membimbing masyarakat mencapai keutamaan, sehingga layak menjadi
warga negara dari negara yang ideal. Jadi hukum dan undang-undang
bersangkut paut erat dengan kehidupan moral dari setiap warga
masyarakat.21
21 Bahder Johan Nasution, Kajian Filosofis tentang Hukum dan Keadilan dari PemikiranKlasik sampai Pemikiran Modern, Fakultas Hukum Universitas Jambi, Yustisia Vol. 3 No.2 Mei -Agustus 2014, h.6
22
C. Tinjauan Umum Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi
1. Pengertian Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi
Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst yang
diterjemahkan dengan istilah perjanjian maupun persetujuan. Didalam
Black’s Law Dictionary, yang diartikan sebagai kontrak adalah sebagai
berikut:
“An agreement between two or more person which creates an obligation
to do or not to do to particular thing”
Artinya kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih,
dimana menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu secara sebagian.22
Menurut Pasal 1601b KUH Perdata, Perjanjian Pemborongan yaitu
perjanjian dengan mana pihak satu (pemborong) mengikatkan diri untuk
mengadakan atau menyelenggarakan serta meyelesaikan suatu pekerjaan
bagi pihak yang lain (yang memborongkan), dengan menerima suatu harga
yang telah ditentukan.23
Sebenarnya istilah “pemborongan” mempunyai cakupan yang lebih luas
dengan istilah “konstruksi”. Sebab dengan istilah “pemborongan” dapat saja
berarti bahwa yang diborong tersebut bukan hanya konstruksi
(pembangunannya), melainkan dapat juga berupa “pengadaan” barang saja
(procurement).24
KUH Perdata pada Pasal 1601 yang berarti pada kontrak pemborongan
sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama, yaitu Kontraktor
mengikatkan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk pihak lain
yaitu bouwheer, dengan harga yang ditentukan. Dari defenisi itu terlihat
bahwa KUH Perdata keliru memandang kontrak konstruksi atau kontrak
22 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori &Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,2013), h.26
23 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.3
24 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, (Bandung: Citra Aditya Bakti,1998), h.12
23
pemborongan sebagai suatu jenis kontrak unilateral, dimana seolah-olah
hanya pihak kontraktor yang mengikatkan diri dan harus berprestasi.
Padahal dalam perkembangannya saat ini, baik pihak kontraktor maupun
pihak bouwheer saling mengikatkan diri, dengan masing-masing
mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.25
KUH Perdata Indonesia tidak banyak mengatur perjanjian
pemborongan pekerjaan ini. Yaitu hanya terdapat dalam 14 Pasal saja, mulai
dari Pasal 1601 b dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1617. Namun
demikian, hal ini membuat terlihat begitu sederhana, tentunya KUH Perdata
tersebut berlaku sebagai hukum positif di Indonesia.26 Perlu ditegaskan
bahwa ketentuan ketentuan perjanjian pemborongan didalam KUH Perdata
yang berlaku, baik dalam perjanjian pemborongan pada proyek-proyek
swasta maupun pada proyek-proyek pemerintah. Perjanjian pemborongan
pada KUH Perdata itu bersifat pelengkap, artinya ketentuan-ketentuan
perjanjian pemborongan dalam KUH Perdata dapat digunakan oleh para
pihak dalam perjanjian pemborongan, atau para pihak dalam perjanjian
pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian
pemborongan dengan syarat tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak
bertentangan dengan ketentuan umum dan kesusilaan.27
Karena ketentuan dalam KUH Perdata yang menyangkut perjanjian
melakukan pekerjaan, khususnya mengenai pemborongan itu hanya memuat
beberapa ketentuan saja mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak dalam
pemborongan. Maka banyak hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan
pemborongan yang selanjutnya diatur dalam peraturan standar sebagaimana
yang tercantum dalam AV (Algemene Voorwaarden Voor De Uitvoering Bij
Annmening Van Openbare Weerkween In Indonesia) Tahun 1941 tentang
syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan di
25 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek,... h.12
26 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek,... h.26
27 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h. 7
24
Indonesia. Kemudian hal ini diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
yang kemudian dicabut dan digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 sampai dilakukan perubahan
terakhir Peraturan presiden Nomor 16 Tahun 2018. Lahirnya Undang-
Undang ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mengembangkan iklim
usaha, yang mendukung peningkatan daya saing secara optimal dalam
rangka tercapainya pembangunan nasional.
Adapun perjanjian pemborongan dalam Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 dikenal dengan istilah Jasa Pemborongan. Jasa Pemborongan
adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik lainnya
yang perancanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai penugasan-penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan
proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Sedangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 terjadi
perubahan nama Jasa Pemborongan menjadi Pekerjaan Konstruksi.
Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Perubahan nama ini dilakukan agar sejalan dengan International Best
Practice.
Kontrak Kerja Konstruksi atau Kontrak Pemborongan meliputi tiga
bidang pekerjaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada
prinsipnya, pelaksanaan masing-masing jenis pekerjaan ini harus dilakukan
oleh penyedia jasa secara tepisah dalam suatu pekerjaan konstruksi/
pemborongan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik kepentingan.
Dengan demikian tidak dibenarkan adanya perangkapan fungsi, misalnya
pelaksanaan konstruksi merangkap konsultan pengawas atau konsultan
perencana merangkap pengawas. Pengecualian terhadap prinsip ini
25
dimungkinkan untuk pekerjaan yang bersifat kompleks, memerlukan
teknologi canggih serta mengandung resiko besar, seperti pembangunan
kilang minyak, pembangkit tenaga listrik dan reaktor nuklir.28
Menurut Wikipedia Ensiklopedia, konstruksi diartikan sebagai suatu
kegiatan membangunan sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang
arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai sebuah
bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa
area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi
dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari
beberapa pekerjaan lain yang berbeda.29
Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama dibidang fisik,
harus pula didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha
jasa konstruksi nasional yang handal dan profesional, diharapkan dapat
menggairahkan iklim usaha yang kompetitif dan berdaya asing sekaligus
juga dapat memaksimalkan penggunaan jasa produksi nasional oleh para
pengguna jasa konstruksi nasional, maka secara tidak langsung hal ini telah
mendukung upaya peningkatan penerimaan dan penghematan usaha devisa
negara, serta memberikan lapangan usaha dan kesempatan kerja.
2. Pihak-pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi
Mariam Darus Badrulzaman mengartikan perjanjian pemborongan
bangunan merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu (kontraktor)
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain,
yang memborongkan (aanbesteder, pemberi tugas) dengan menerima suatu
harga yang ditentukan. Dalam pemborongan bangunan, disamping pihak
yang memborongkan/pemberi tugas (Bouwheer, Principal) dan pihak
pemborong (Kontraktor, Aanmener), dapat juga turut serta pihak-pihak lain,
28 Y. Sogar Simamora, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan JasaPemerintah di Indonesia), (Surabaya: Laksbang Justisia, 2013), h.214
29 Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana, Kontrak Kerja Konstruksi Dalam PerspektifTindak Pidana Korupsi, (Semarang: Aneka Ilmu, 2010), h.15
26
seperti: tenaga ahli (Arsitek) yaitu perancang, perencana, penaksir biaya,
pekerja bangunan, dan pengawas (Direksi) pekerja bangunan.30
Berbeda dengan perjanjian-perjanjian khusus lainnya, perjanjian
pemborongan bangunan mengenal selera para pihak dalam perjanjian, juga
mengenal personalia/peserta perjanjian yang tidak merupakan pihak dalam
perjanjian pemborongan namun mempunyai peranan penting dalam
pelaksanaan perjanjian.31 Mengenai pihak-pihak yang langsung terkait
dalam perjanjian pemborongan dapat disebut sebagai peserta dalam
perjanjian pemborongan yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:32
a. Yang memborongkan (bouwheer/ aanbesteder/ kepala kantor/ satuan
kerja/ pemimpin proyek/ pemberi tugas);
Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi
pemerintah ataupun swasta. Dalam hal ini pemberi tugas yang
mempunyai prakarsa memborongkan bangunan sesuai dengan kontrak
dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat – syarat yang berlaku.
Dalam pemborongan pekerjaan umum yang dilakukan oleh instansi
pemerintah, kemudian direksi ditunjuk oleh instansi yang berwenang,
seperti dari instansi pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun
perjanjian kerja.33
Hubungan Hukum antara pihak yang memborongkan dengan pihak
pemborong diatur sebagai berikut:34
1) Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya
pemerintah, maka hubungan keduanya adalah hubungan kedinasan.
30 Sutedi Adrian, Aspek Hukun Pengadaan Barang dan Jasa dan BerbagaiPermasalahannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.104
31 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian PemboronganPembangunan, (Yogyakarta: Liberty, 1982), h.65
32 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h.23
33 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian PemboronganPembangunan,... h.68
34 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.29
27
2) Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pihak
pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut
perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta dibawah tangan,
Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak.
3) Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak
swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan
yang dapat berupa akta dibawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK),
Surat Perjanjian Pemborongan /Kontrak.
Dalam Pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018,
disebutkan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen dalam Pengadaan
Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c memiliki
tugas:
1) Menyusun perencanaan pengadaan;
2) Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
3) Menetapkan rancangan kontrak;
4) Menetapkan HPS;
5) Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
Penyedia;
6) Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
7) Menetapkan tim pendukung;
8) Menetapkan tim atau tenaga ahli;
9) Melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
10) Menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
11) Mengendalikan Kontrak;
12) Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/
KPA;
13) Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA
dengan berita acara penyerahan;
14) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan; dan
28
15) Menilai kinerja Penyedia.
Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA,
meliputi:
1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja; dan
2) Mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran belanja yang telah ditetapkan.
3) PPK dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
b. Pemborong (rekanan, aanmener, contractor);
Pemborong adalah pihak yang diberi untuk melaksanakan tugas
pekerjaan dengan dokumun-dokumen perencana yang telah disiapkan
dalam rencana kerja dan syarat-syarat yang telah ditentukan dengan
penerima imbalan pembayaran menurut jumlah yang telah ditetapkan.
Pemborong dapat berbentuk perorangan ataupun badan hukum, baik
pemerintah maupun swasta.
Adapun yang menjadi tugas pemborong yaitu:
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bestek;
2) Menyerahkan pekerjaan;
3) Melaporkan setiap progress pekerjaan.
Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat
terjadi karena pemborong menang dalam pelelangan atau ditetapkan
sebagai pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan,
pemborong dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut
kepada pemborong lain yang merupakan subkontraktor berdasarkan
perjanjian khusus.
29
Persyaratan bagi pemborong/penyedia jasa konstruksi untuk ikut
serta dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di atur dalam Pasal 17
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 adalah sebagai berikut:35
1) Penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf i wajib
memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang diadakan dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Penyedia sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) bertanggung jawab
atas:
a) Pelaksanaan Kontrak;
b) Kualitas barang/jasa;
c) Ketepatan perhitungan jumlah atau volume;
d) Ketepatan waktu penyerahan; dan
e) Ketepatan tempat penyerahan.
c. Perencana (arsitek);
Tugas perencanaan dalam pemborongan bangunan dilakukan oleh
orang yang ahli yaitu arsitek/insinyur (eengineer). Arsitek adalah seorang
yang ahli dalam membuat rancangan bangunan.36 Meskipun perencanaan
tidak merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan namun
mempunyai peranan yang penting dalam perjanjian ini. Perencanaan
dapat dari pihak pemerintah maupun swasta (konsultan perencana).
Perencana merupakan peserta namun bukan merupakan pihak yang ada
dalam perjanjian. Perencana hanya mempunyai hubungan hukum dengan
si pemberi kerja yang ditentukan atas dasar perjanjian tersendiri diluar
perjanjian pemborongan. Hubungan kerja antara perencana dengan
pemberi kerja pada pokoknya adalah bahwa perencana bertindak sebagai
35 Marthen H Tolle, Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah diIndonesi, (Salatiga: Griya Media, 2011), h.94
36 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PusatBahasa, 2008), h.92
30
penasehat dan sebagai wakil boowheer dan melakukan pengawasan
mengenai pelaksanaan pekerjaan.37
Adapun tugas perencana yaitu:38
1) Sebagai Penasehat
Disini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan
gambar bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan
pemberi tugas dengan perencana sebagai penasehat dituangkan dalam
perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Dalam praktek perjanjian
melakukan jasa-jasa tunggal disebut dengan istilah seperti perjanjian
perencana, perjanjian pekerjaan perencana.
2) Sebagai wakil
Disini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas
mengawasi pelaksanaan pekerjaan. hubungan antara pemberi tugas
dengan perencana sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian
pemberian kuasa (Pasal 1792–1819 KUH Perdata). Sebagai wakil atau
si kuasa, perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu (Pasal 1792–
1819 KUH Perdata). Perencana dapat menunjukkan orang lain untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikatakan ada substansi.
Tentang substansi itu dalam pasal 1803 KUH Perdata ditentukan
sebagai berikut:
a) Penerima kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah
ditunjuk olehnya sebagai penggantinya dalam melaksanakan
kuasanya.
b) Jika ia tidak diberikan hak atau kuasa untuk menunjuk orang lain
sebagai penggantinya.
c) Jika hak atau kuasa itu telah diberikan kepadanya tanpa pengikatan
orang tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata orang
yang tidak cakap atau tidak mampu.
37 J.A. Mukumoko, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, (Jakarta: CV. GayaMedia Pratama, 1986), h.2
38 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.12
31
d. Pengawas (Direksi)
Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan
pemborong. Disini pengawas dengan keahliannya bertugas mengawasi
seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan, penggunaan
dan mutu bahan, pelaksanaan pekerjaan serta pelaksanaan akhir atas hasil
pekerjaan sebelum penyerahan.39 Selain itu, pada waktu pelelangan
pekerjaan dilangsungkan, pengawas (direksi) bertugas sebagai panitia
pelelangan. Adapun tugas dari panitia pelelangan yaitu:40
1) Mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan;
2) Memberi penjelasan mengenai RKS (Rencan Kerja dan Syarat-syarat
untuk pemborongan-pemborongan/ pembelian dan untuk membuat
berita acara penjelasan;
3) Melaksanakan pembukuan surat-surat penawaran dan membuat berita
acara pembukuan surat penawaran;
4) Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang, serta
membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.
Hubungan hukum antara direksi dengan pihak yang memborongkan
dituangkan dalam perjanjian pemberi kuasa (Pasal 1792–1819 KUH
Perdata), yang diatur sebagai berikut:41
1) Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.
2) Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian
kuasa, dimana yang memberi kuasa pihak yang memborongkan
(pemerintah) sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi
(swasta).
39 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.34
40 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.12
41 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.34
32
3) Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak
swasta maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian
kuasa.
3. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja
Terdapat perbedaan dalam hal tanggung jawabnya si pemborong atas
hasilnya pekerjaan yang diperjanjikan. Dalam halnya si pemborong
diwajibkan memberikan bahannya dan pekerjaannya dengan cara
bagaimanapun musnah sebelumnya diserahkan kepada pihak yang
memborongkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si
pemborong, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai untuk
menerima hasil pekerjaan itu. Jika si pemborong hanya diwajibkan
melakukan pekerjaan saja, dan pekerjaannya musnah, maka ia hanya
bertanggung jawab untuk kesalahannya. Ketentuan ini mengandung maksud
bahwa akibat suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, yang
menimpa bahan-bahan yang disediakan oleh pihak yang memborongkan ini.
Apabila dari pihaknya pemborong ada kesalahan mengenai kejadian itu, hal
mana harus dibuktikan oleh pihak yang memborongkan, maka si pemborong
dapat dipertanggung jawabkan sekedar kesalahannya itu mengakibatkan
kemusnahan bahan-bahan tersebut.
Kemudian dalam halnya si pemborong hanya diwajibkan melakukan
pekerjaan saja, oleh Pasal 1607 KUH Perdata dituturkan bahwa jika
musnahnya pekerjaan itu terjadi diluar sesuatu kelalaian dari pihak
pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan, sedangkan pihak yang
memborongkan tidak telah lalai untuk memeriksa dan menyetujui
pekerjannya, maka si pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan,
kecuali apabila musnahnya barang (pekerjaan) yang disebabkan oleh suatu
cacad dalam bahannya.
Dari ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kedua belah
pihak menderita kerugian akibat kejadian yang tak disengaja yang
memusnahkan pekerjaan itu. Pihak yang memborongkan kehilangan bahan-
bahan yang telah disediakan olehnya sedangkan pihak pemborong
33
kehilangan tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menggarap
pekerjaan.
Pihak yang memborongkan hanya dapat menuntut penggantian
kerugiannya apabila ia dapat membuktikan adanya kesalahan dari si
pemborong, sedangkan pihak pemborong hanya akan dapat menuntut harga
yang dijanjikan apabila ia berhasil membuktikan bahwa bahan-bahan yang
disediakan oleh pihak lawannya itu mengandung cacat yang menyebabkan
kemusnahan pekerjaannya.
Jika suatu pekerjaan dikerjakan sepotong demi sepotong (sebagian demi
sebagian) atau seukuran demi seukuran, maka pekerjaan itu dapat diperiksa
sebagian demi sebagian. Pemeriksaan tersebut dianggap terjadi dilakukan
untuk semua bagian yang telah dibayar apabila pihak yang memborongkan
tiap-tiap kali membayar si pemborong menurut imbangan dari apa yang
telah selesai dikerjakan (Pasal 1608 KUH Perdata). Ketentuan ini
mengandung maksud bahwa bagian pekerjaan yang sudah dibayar itu
menjadi tanggungan pihak yang memborongkan apabila terjadi suatu
peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang memusnahkan bagian
pekerjaan itu.
Namun bila diperinci lagi dalam hal hak dan kewajiban para pihak
dalam perjanjian pemborongan kerja, maka pihak pemborong memiliki
kewajiban:
a. Kewajiban dari si pemborong dalam perjanjian pemborongan ialah
melaksanakan pekerjaan pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana
kerja dan syarat-syarat yang telah ditetapkan (Bestek). Bestek adalah
uraian tentang rencana pekerjaan dan syarat-syarat yang ditetapkan dan
disertai dengan gambar.42
b. Melakukan pekerjaan sesuai kesepakatan dan isi dari perjanjian
pemborongan kerja yang dibuat oleh masing-masing pihak;
42 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,(Yogyakarta: Liberty, 2001), h.85
34
c. Jika bahan pembangunan borongan kerja disediakan pihak yang
memborongkan maka pemborong hanya membangun dan menyelesaikan
pekerjaannya, jika bahan tidak disediakan maka pihak pemborong
berkewajiban menyiapkan segala keperluan alat dan bahan yang
diperlukan untuk membangun sebuah pekerjaan;
d. Berkewajiban menaati dan mematuhi segala isi perjanjian dalam
pemborongan kerja;
e. Melakukan dan menyelesaiakan pekerjaan tepat waktu sesuai
kesepakatan masing-masing pihak.
Jika melihat kewajiban para pemborong maka hak yang diperoleh oleh
pemborong adalah:
a. Mendapatkan bahan jika bahan tersebut dari pihak yang memborongkan;
b. Mendapat upah atau bayaran sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan;
c. Menuntut ganti rugi jika pihak yang memborongkan lalai melakukan
pembayaran dan penyediaan bahan yang diperlukan.
Selain itu kita juga harus melihat hak dan kewajiban dari pihak yang
memborongkan:
a. Pihak yang memborong wajib mengikuti segala isi dari perjanjian
pemborongan kerja yang dibuat dan disepakati para pihak;
b. Pihak yang memborongkan berkewajiban menyediakan bahan jika dalam
perjanjian pemborongan kerja pihak yang memborongkan yang
menyediakan;
c. Pihak yang memborong berkewajiban membayar upah sesuai dengan
kesepakatan dan hasil pekerjaan pemborong.
Maka setelah melihat kewajiban dari yang memborongkan, harus dilihat
jika haknya yaitu:
a. Berhak mendapatkan hasil yang bagus dan memuaskan dalam hal
selesainya pekerjaan pemborong;
b. Berhak menuntut ganti rugi jika pihak pemborong membangun tidak
sesuai dengan yang diperjanjikan, dan lewat dari masa waktu yang
diperjanjikan.
35
4. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan Kerja
Dalam KUH Perdata ada diatur juga tentang hapusnya perikatan yang
dapat diartikan dengan berakhirnya suatu perjanjian yaitu:
a. Karena pembayaran;
b. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan;
c. Karena pembaharuan utang;
d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
e. Karena percampuran utang;
f. Karena pembebasan utangnya;
g. Karena musnahnya barang yang terutang;
h. Karena kebatalan atau pembatalan;
i. Karena berlakunya suatu syarat batal;
j. Karena lewatnya waktu.
Pada Pasal 1381 KUH Perdata mengatur berbagai cara hapusnya
perikatan perikatan untuk perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-
undang dan cara-cara yang ditunjukkan oleh pembentuk undang-undang itu
tidaklah bersifat membatasi para pihak untuk menciptakan cara yang lain
untuk menghapuskan suatu perikatan. Juga cara-cara dalam Pasal 1381
KUH Perdata kurang lengkap, kerena tidak mengatur misalnya kerena
meninggalnya seseorang dalam suatu perjanjian yang prestasinya hanya
dapat dilaksanakan salah satu pihak.43
Dalam hal ini akan dijelaskan bagaimana dapat berakhirnya perjanjian
pemborongan kerja. Perjanjian pemborongan dapat berakhir dalam hal-hal
sebagai berikut:
a. Pekerjaan telah selesai
Pekerjaan telah selesai oleh pemborong setelah masa pemeliharaan
selesai atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan harga borongan
telah dibayar oleh pihak yang memborongkan. Didalam perjanjian
pemborongan dikenal adanya dua macam penyerahan yaitu:
43 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h.115
36
1) Penyerahan pertama yaitu penyerahan pekerjaan fisik setelah selesai
100%.
2) Penyerahan kedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa
pemeliharaan selesai.
b. Pembatalan perjanjian pemborongan
Mengenai pembatalan perjanjian pemborongan, menurut Pasal 1611
KUH Perdata bahwa:
“Pihak yang memborongkan, jika dikehendaki demikian, boleh
menghentikan pemborongannya, meskipun pekerjaannya telah di mulai,
asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si pemborong untuk
segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk
keuntungan yang terhilang karenanya.”
c. Kematian pemborong
Menurut Pasal 1612 KUH Perdata bahwa pekerjaan berhenti dengan
meninggalnya si pemborong. Pihak yang memborongkan harus
membayar pekerjaan yang telah diselesaikan, juga bahan-bahan yang
telah disediakan, demikian juga ahli waris pemborong tidak boleh
melanjutkan pekerjaan tersebut tanpa izin yang memborongkan. Oleh
karena itu ahli waris dari yang memborongkan dapat melanjutkan atau
membatalkan dengan kata sepakat kedua belah pihak.
d. Kepailitan yang dinyatakan dengan keterangan hakim
Pailit adalah keadaan dimana debitur telah berhenti membayar
hutanghutangnya, maksudnya tidak mampu membayar hutang atau
memenuhi prestasi.44 Jika pemborong jatuh pailit, maka ini berakhir
terhentinya pekerjaan fisik, sehingga pekerjaan tidak dapat dilanjutkan
kembali. Dalam hal ini pihak yang dirugikan dapat menuntut haknya
pada pemborong atau wakilnya untuk minta ganti rugi.
e. Pemutusan perjanjian pemborongan
Pemutusan perjanjian pemborongan ini karena adanya wanprestasi.
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai dalam melaksanakan
44 Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2000), h.85
37
kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat
antara kreditur dan debitur.45 Dalam hal ini terjadi antara pihak
pemborong dan pihak yang memborongkan proyek. Jika pemborong
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang telah
ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, maka atas
gugatan dari si pemberi tugas, Hakim dapat memutuskan perjanjian
tersebut sebagian ataupun seluhnya beserta akibatnya. Akibat pemutusan
perjanjian maksudnya di sini adalah pemutusan untuk waktu yang akan
datang (ontbinding voor de toekomst), dalam arti bahwa pekerjaan yang
telah diselesaikan atau dikerjakan akan tetap di bayar (nakoming van
hetverleden), namun mengenai pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang
diputus.
5. Tahapan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi beberapa tahap yaitu
tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang
masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan,pengerjaan
dan penyelesaian. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, ketenagakerjaan,
dan tata pengelolaan lingkungan keharusan untuk memenuhi kewajiban
yang dipersyaratkan dalam menjamin tertib penyelenggaraan konstruksi.
Tahapan-tahapan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yaitu sebagai
berikut:
a. Tahap Perencanaan
Lingkup tahap perencanaan pekerjaan kosntruksi meliputi prasudi
kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
Perencanaan pekerjaan konstruksi wajib didukung dengan ketersediaan
lapangan, dokumen, fasilitas, dan peralatan serta tenaga kerja konstruksi
yang masing-masing disesuaikan dengan kegiatan tahapan perencanaan.
Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan perencanaan yang
45 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. (Jakarta: Sinar Grafika,2013), h.98
38
meliputi hasil tahapan pekerjaan, hasil penyerahan pertama, dan hasil
penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu.
Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil
pekerjaan penyedia jasa secara tepat jumlah dan tepat waktu.
b. Tahap Pelaksanaan beserta Pengawasan46
Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi
meliputi pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan hasil
pekerjaan. Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi
haruslah didukung dengan ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas,
peralatan, dan tenaga kerja konstruksi serta bahan atau komponen
bangunan yang masing-masing disesuaikan dengan kegiatan tahap
pelaksanaan dan pengawasan.
D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Hukum Perjanjian Pekerjaan
Konstruksi (Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota
Sukoharjo) Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016” yang
diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian hukum,
khususnya di Lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, belum pernah dilakukan. Namun demikian
terdapat beberapa judul penelitian yang terkait dengan judul skripsi penulis
melalui penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu:
1. Dinda Anna Zatika, Fakultas Hukum, Universitas Lampung Tahun 2018,
dengan judul skripsi:
“Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2
Sidomulyo Kota Baru antara PT. Hutama Karya dan PT. Waskita Karya”.
Skripsi ini membahas tentang wanprestasi pembagunan jalan tol, Variabel-
variabel yang ada dalam penelitian ini seperti perumusan masalah, metode
pendekatan, maupun lokasi penelitian berbeda, Perbedaanya yaitu skripsi ini
46 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2010), h.60
39
membahas hubungan antara PT. Hutama Karya dengan PT. Waskita Karya
dalam perjanjian pelaksaan pekerjaan konstruksi pembagunan jalan tol.
2. RR.Rizky Puteri Mustika, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia Tahun
2010, dengan judul skripsi: “Analisis Yuridis Pemutusan Kerjasama Secara
Sepihak Akibat dari Wanprestasi Suatu Perjanjian (Studi Kasus antara PT.
NKC dan PT. AG)”. Dalam Skripsi ini megatur kewajiban para pihak yakni
antar perusahaan yang melakukan kerjasama namun dalam pelaksanaannya
ada salah satu yang melakukan wanprestasi dengan tidak merealisasikan apa
yang menjadi kewajibannya serta pemutusan kesepakatan secara sepihak,
dengan skripsi peneliti perbedaannya adalah tentang perbuatan wanprestasi
yang dilakukan, peneliti membahas wanprestasi yang dilakukan karena ada
persyaratan dari gambar pekerjaan yang belum terpenuhi dan pembayaran
yang belum dilunaskan oleh pihak pemerintah kepada pihak perusahann.
3. Raymond A Lumban Gaoltinjaua,Universitas Sumatera Utara Tahun 2018,
dengan judul skripsi: “Tinjauan Yuridis Mengenai Pertanggungjawaban
Para Pihak Dalam Kontrak Kerja Konstruksi Menurut Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (Studi Kasus Wanprestasi
Peningkatan Jalan Pelabuhan Peranggas - Kayuara di Kabupaten Meranti
Provinsi Riau)”. Dalam skripsi ini dengan skripsi peneliti terdapat
perbedaan alasan dari adanya wanprestasi dari pihak pemerintah, skripsi ini
membahas wanprestasi dari pihak pemerintah karena dalam melakukan
pembayaran pekerjaan konstruksi Dinas pekerjaan umum menolak dengan
alasan tidak tersedianya dana di kas daerah. Sedangkan penulis membahas
wanprestasi karena tidak ada pembayaran sebelum pekerjaan konstruksi
dilakukan selesai 100% sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
40
BAB III
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DALAM PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI
A. Hukum Jasa Konstruksi
1. Sejarah Jasa Konstruksi
Sejarah perkembangan jasa konstruksi di Indonesia modern dimulai sejak
proklamasi kemerdekaan Indonesia Tahun 1945 sampai dengan saat ini.
Tingkat perkembangan jasa konstruksi di Indonesia sangat bergantung pada
tingkat pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah, terutama
berhubungan dengan proyek-proyek infrastruktur. Dunia konstruksi telah
berkembang menjadi lebih baik saat pemerintahan orde lama dengan memulai
proyek prostisius dengan tujuan untuk mensejajarkan Indonesia dengan negara-
negara lain di dunia. Berikut akan dijelaskan perkembangan industri jasa
konstruksi di Indonesia yaitu:1
a. Periode 1945-1950
Pada periode ini industri jasa konstruksi belum bangkit, karena
Indonesia masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah
Indonesia kembali. Perundingan demi perudingan diadakan antara Indonesia
dengan Belanda, melalui Persetujuan Linggar Jati Tahun 1950, Indonesia
kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
membubarkan Republik Indonesia Serikat (RIS), karenanya dalam periode
ini belum muncul industri jasa konstruksi.
b. Periode 1951-1959
Tahun 1951 sampai dengan 1959 dengan kabinet yang terus berganti
dalam hitungan bulan, industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit
dan perencanaan pembangunan pun belum ada.
c. Periode 1960-1966
1 Dinda Anna Zatika, Skripsi Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian PelaksanaanPekerjaan Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2Sidomulyokotabaru Antara PT. Hutama Karya (Persero) Dan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk,Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2018, h.23
41
Pada periode ini mulai dilakukan pembenahan dalam program
pembangunan ataupun dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dimungkinkan
karena adanya kestabilan di bidang politik, ekonomi dan keuangan.
Lembaga pemerintah mulai melaksanakan pembangunan yang memberikan
titik awal kebangkitan Jasa Konstruksi Nasional. Pekerjaan berbentuk
kontrak cost plus fee ditunjuk langsung oleh pemerintah (tanpa tender) dan
sektor swasta belum ikut serta. Setelah Tahun 1966, pemerintah melarang
bentuk kontrak cost plus fee karena dinilai tidak begitu baik dan mudah
terjadi manipulasi sehingga biaya proyek menjadi tidak terukur.
d. Periode 1967-1996
Awal Tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program
pembangunan yang terencana. Program ini dikenal dengan Pembangunan
Jangka Panjang Tahap I (PJPI) 1969-1994 yang terdiri dari 5 (lima)
Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Setelah tahun 1994
mulai memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) yang
dimulai dengan REPELITA VI: 1994-1999. Pada tahun 1970 merupakan
awal kebangkitan dari industri jasa konstruksi, dimulai dengan program
pembangunan yang lebih terencana serta perusahaan-perusahaan jasa
konstruksi Belanda yang statusnya telah berubah menjadi persero berbentuk
PT yang dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
e. Periode 1997-2002
Pertengahan Tahun 1997 terjadi krisis moneter yang menyebabkan
industri jasa konstruksi mengalami penurunan yang sangat drastis.
Menyebabkan proyek-proyek pembangunan yang sedang dilaksanakan
terhenti. Pengguna jasa tidak mampu membayar penyedia jasa karena
Lembaga-lembaga pembayaran seperti Bank juga mengalami nasib yang
sama. Pemerintah pun mengeluarkan undang-undang mengenai industri jasa
konstruksi, yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi yang sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017,
diikuti dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai peraturan
42
pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28, 29, dan 30 Tahun
2000.
B. Wanprestasi
1. Pengertian Wanprestasi
Di dalam suatu kontrak para pihak mempunyai masing-masing
kewajiban yang harus dipenuhi atau disebut dengan prestasi berasal dari
kata prestatie. Prestasi merupaka suatu kewajiban dipenuhi oleh para pihak
dalam perjanjian, untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan
untuk tidak berbuat sesuatu. Hal ini diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata.
Suatu perjanjian pemborongan umunya termasuk ke wujud prestasi
melakukan sesuatu karena sifatnya biasanya untuk membuat sesuatu.
Sementara jika tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban yang
dibebankan oleh perjanjian terhadap para pihak yang disebutkan dalam
perjanjian tersebut, maka hal tersebut dinamakan dengan wanprestasi. Kata
wanprestasi dielaskan dari kata “wan” berasal dari Bahasa Belanda yang
berarti prestasi yang buruk, salah, rusak atau tidak penuh, dan bila
dibandingkan dengan perkataan wanbeheer yang berarti pengurusan yang
buruk, demikian juga perkataan wandaad yang berarti perbuatan yang
buruk.2
Wanprestasi memiliki beberapa pengertian yang diungkapkan para ahli,
yaitu :
Menurut pendapat R. Subekti, wanprestasi merupakan keadaan apabila si
berutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikan akan dilakukannya,
maka dikatakan bahwa ia melakukan wanprestasi. Ia adalah alpa atau lalai
atau bercidera janji. Atau juga ia melanggar perjanjian, yaitu apabila ia
melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.3
2 Subekti, Aneka Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1992), h.50
3 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2001), h.45
43
Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro mengatakan wanprestasi teradi jika
pihak berwajib sama sekali tidak melakukan janji, pihak berwajib terlambat
melaksanakan atau melaksanakannya akan tetapi tidak semestinya.4
Sedangkan menurut Salim HS, wanprestasi adalah tidak memenuhi atau
lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
perjanjian yang dibuat antara kredtur dengan debitur.5
Seorang debitur yang lalai atau melakukan wanprestasi ini dapat
digugat dihadapan hakim dan hakim akan menjatuhkan putusan yang
merugikan kepada tergugat itu.6 Akan tetapi karena wanprestasi mempunyai
akibat-akibat yang begitu penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu
apakah si berutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu
disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim. Terkadang tidak mudah
mengatakan bahwa seseorang lalai atau alpa, karena seringkali juga tidak
dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi
yang dijanjikan. Misalnya dalam hal peminjaman uang, para pihak sering
tidak menentukan kapan uang tersebut harus dikembalikan. Yang paling
mudah untuk menetapkan bahwa seseorang melakukan wanprestasi adalah
dalam perjanjian yang bertujuan untuk tidak melakukan suatu perbuatan.
Apabila orang itu melakukannya berarti ia melanggar perjanjian. Sementara
mengenai perjanjian untuk menyerahkan suatu barang atau untuk
melakukan suatu perbuatan, jika di dalam perjanjian itu tidak menetapkan
batas waktunya tetapi si berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan, pelaksanaan atas prestasi itu harus lebih dulu
ditagih.7
Menurut Pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan bahwa si berutang
adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta
4 Wirjono Prodjodikoro, Azaz-Azaz Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur Bandung,1981), h.44
5 Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusuna Kontrak,... h.98
6 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2010), h.146
7 Subekti, Hukum Perjanjian,... h.45
44
sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika
ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan. Artinya sebelum mengajukan gugatan wanprestasi,
seorang kreditur harus memberikan suatu peringatan yang menyatakan
bahwa debitur telah lalai dan agar memenuhi kewajibannya dalam jangka
waktu tertentu. Surat perintah yang dimaksud dalam Pasal 1238 KUH
Perdata tersebut adalah suatu peringatan resmi oleh seorang juru sita
pengadilan. Perkataan akta sejenis itu sebenarnya oleh undang-undang
dimaksudkan suatu peringatan tertulis.
Menurut Salim HS, somasi adalah teguran dari kreditur kepada si
berutang (debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian
yang telah disepakati antara keduanya. Somasi timbul disebabkan debitur
tidak memenuhi prestasinya, sesuai dengan yang diperjanjikan.8 Apabila
seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih
janjinya, seperti yang diterangkan di atas, maka jika ia tetap tidak
melakukan prestasinya, ia berada dalam keadaan lalai atau alpa dan terhadap
dia dapat diperlakukan sanksi-sanksi, yaitu ganti rugi, pembatalan perjanjian
dan peralihan resiko.9
Dari ketentuan Pasal tersebut, terdapat tiga cara untuk menyatakan
debitur telah wanprestasi, antara lain:
a. Dengan surat perintah
Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk
penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara
lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal
ini biasa disebut “exploit juru Sita”.
b. Dengan Akta
Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta otentik yang
dapat berupa ambtelijk acte atau partij acte.
c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri
8 Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori & Teknik. Penyusunan Kontrak,... h. 96
9 Subekti, Hukum Perjanjian. (Jakarta: Intermasa, 2001), h.47
45
Dengan isi perjanjian yang menetapkan lalai dengan lewatnya batas
waktu dalam perjanjian.
Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap
debitur yang melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan
tetapi untuk mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila
masalah tersebut berlanjut ke pengadilan maka sebaiknya diberikan
peringatan secara tertulis. Namun, dalam keadaan tertentu somasi tidak
diperlukan untuk dinyatakan bahwa seorang debitur melakukan
wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam perjanjian (fatal
termijn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu, debitur
mengakui dirinya wanprestasi.
2. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Wanprestasi
Dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, menjelaskan
ketentuan cidera janji atau wanprestasi meliputi:
a. Bentuk Wanprestasi oleh penyedia jasa:
1) Tidak menyelesaikan tugas;
2) Tidak memenuhi mutu;
3) Tidak memenuhi kuantitas;dan
4) Tidak menyerahkan hasil perjanjian.
b. Oleh pengguna jasa:
1) Terlambat membayar;
2) Tidak membayar; dan
3) Terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.
C. Duduk Perkara
Berdasarkan salinan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo, Menimbang,
bahwa PT. Ampuh Sejahtera dengan surat gugatannya tertanggal 10 Februari
2014 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukoharjo tertanggal
11 Februari 2014 dibawah register perkara Nomor 33/SK/2014/PN Skh.
Menyatakan bahwa adapun pertimbangan-pertimbangan hukum majelis hakim
46
pada kasus ini. Perjanjian Konstruksi Pasar antara PT. Ampuh Sejahtera
dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo, Berdasarkan fakta-fakta yang ada di dalam kasus ini,
maka majelis hakim berpendapat.
Perjanjian konstruksi rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno antara PT. Ampuh
Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, timbul karena adanya pelelangan untuk
pembangunan Pasar Kota Sukoharjo, dan ditetapkan PT. Ampuh Sejahtera
sebagai pemenang lelang dengan nilai penawaran terkoreksi sebesar Rp
24.859.000.000,00.
Permohonan tersebut dituangkan dalam surat-surat, yaitu Surat perjanjian
harga satuan paket pekerjaan konstruksi rehabilitasi pembangunan pasar kota
sukoharjo yang ditunjukan kepada RM Ary PS Hadikusumo selaku direktur
utama PT. Ampuh Sejahtera pada tanggal 7 Januari 2012 Nomor
602.3/638/VI/2012, Perihal Perjanjian Pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Pasar.
Kemudian, kepala sub bagian program Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo. Menerbitkan surat Nomor 602.3/666/VI/2012 perihal
Peyerahan Lapangan atau Lokasi Pekerjaan yang ditujukan kepada PT. Ampuh
Sejahtera. Materi surat-surat tersebut adalah
1. Meyerahkan seluruh lapangan/lokasi dan bagian-bagian kepada peyedia jasa
untuk dimanfaatkan, dijaga dan dipeli hara dengan sebaik-baiknya dalam
melaksanakan pekerjaannya;
2. Penyedia jasa bertanggungjawab penuh dalam hal keselamatan dan
keamanannya terhadap seluruh lapangan/lokasi dan bagian-bagiannya yang
telah diserahkan;
3. Segala sesuatu yang timbul akibat pelaksanaan di lapangan/lokasi pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab penyedia.
Menanggapi Surat Keputusan tanggal 7 Januari 2012 Nomor
602.3/638/VI/2012 perihal Perjanjian Pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Pasar,
Hingga Rekapitulasi Harga Perkiraan, maka PT. Ampuh Sejahtera dengan
Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
47
Kabupaten Sukoharjo membuat ikatan perjanjian untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno.
Pekerjaan selanjutnya dilakukan dengan Surat Perintah Mulai Kerja oleh
Tergugat, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 195 hari kalender. Namun,
setelah dilaksanakan uizet lapangan bersama konsultan Perencana. Terdapat
hasil lokasi lahan yang tidak mencukupi atau kondisi lapangan yang tidak
sesuai dengan gambar perencanaan. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo terjadi keterlambatan akibat
kelalaian dan kesalahan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Peristiwa Kompensasi yang diatur dalam Syarat-syarat Umum Kontrak
menyatakan adanya pihak dari Pejabat Pembuat Komitmen yang tidak
memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang
dibutuhkan serta perintah yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
untuk melakukan penundaan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Sedangkan kedua hal ini sangat mempengaruhi dimulai, dilaksanakan dan
diselesaikanya pekerjaan pembangunan pasar.
Di awal permulaan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sangat dibutuhkan
gambar kerja yang diberikan dari Dokumen Lelang oleh pihak Pejabat Pembuat
Komitmen. Namun, gambar kerja yang ada dalam Dokumen Lelang tidak jelas
dan tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan pekerjaan dilapangan secara
maksimal. Hal ini mengakibatkan, pekerjaan konstruksi tidak bisa dilaksanakan
secara simultan bersamaan sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah
disepakati tidak bisa dilaksanakan.
Seharusnya dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi pasar PT. Ampuh
Sejahtera diberikan perhitungan kekuatan konstruksi karena PT. Ampuh
Sejahtera menggunakan kekuatan konstruksi sebagai dasar dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi pasar. Setelah 9 hari kalender SPMK
diterbitkan, PT. Ampuh Sejahtera menyampaikan surat kepada Pejabat
Pembuat Komitmen perihal Kelengkapan Gambar Proyek Pembangunan Pasar
Kota Sukoharjo.
48
D. Tuntutan Penggugat
Pada tanggal 6 November 2012 dilakukan Penandatanganan Adendum
Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012 (CCO) antara PT. Ampuh
Sejahtera dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo. Bahwa, Penggugat telah selesai melaksanakan Pekerjaan, Namun,
Tergugat baru membayar hasil pekerjaan tersebut sebesar Rp
3.728.850.000,00. Sehingga sisa yang belum dibayar Tergugat kepada
Penggugat adalah sebesar Rp 1.242.950.000,00. Bahwa, oleh karena sampai
saat ini sisa yang belum dibayar Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar Rp
1.242.950.000,00.
Tuntutan penggugat
1. Di awal pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pekerjaan tidak bisa
dilaksanakan secara simultan bersamaan sehingga jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang telah disepakati belum secara maksimal dilaksanakan.
2. PT. Ampuh Sejahtera seharusnya diberikan perhitungan kekuatan konstruksi
karena PT. Ampuh Sejahtera yang melaksanakan pekerjaan konstruksi.
3. PT. Ampuh Sejahtera telah menyampaikan surat perihal kelengkapan
gambar Proyek Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo.
4. PT. Ampuh Sejahtera menyampaikan kepada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan agar supaya memberikan Gambar Detail Penulangan yang
belum ada di gambar kerja yang ada dalam Dokumen Lelang yaitu:
a. Detail Pembesian Sloof Struktur;
Ini adalah hal yang utama untuk memulai kerja dengan cara mengikat
kaki kekuatan struktur dan dibawah harus dikerjakan terlebih dahulu
b. Detail Pembesian Sloof Praktis;
c. Detail Pembesian ring + kolom praktis.
2. PT. Ampuh Sejahtera sangat membutuhkan perhitungan kekuatan struktur
dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, karena Perhitungan Kekuatan
Struktur ini merupakan salah satu persyaratan yang utama dalam pengajuan
IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).
49
3. Dalam Buku Perhitungan Kekuatan Konstruksi didalamnya belum ada
perhitungan kekuatan baja.
4. Adanya kekurangan gambar yang akan dilengkapi oleh Pejabat Pembuat
Komitmen paling lambat pada Tanggal 29 September 2012.
5. Pagu Anggaran 27 M yang ditawar oleh PT. Ampuh Sejahtera sebesar Rp
24.859.000.000,00 belum selesai secara keseluruhan dalam arti bangunan
pasar belum bisa berfungsi dan masih banyak sekali pekerjaan yang belum
bisa berfungsi walaupun PT. Ampuh Sejahtera telah selesai melaksanakan
Pekerjaan Konstruksi 100% sesuai dengan kontrak.
Berdasarkan hal-hal tersebut, Menurut PT. Ampuh Sejahtera dalam
Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Pasar Ir. Soekarno, Pejabat Pembuat
Komitmen tidak melakukan kesepakatan menurut Perjanjian Kegiatan
Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo.
E. Pertimbangan Hukum dalam Putusan Mahkamah Agung
Pertimbangan hukum didalam putusan pengadilan adalah hakim menilai
ketentuan Pasal
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat:
Bahwa alasan-alasan kasasi Para Tergugat tidak dapat dibenarkan karena
Judex Facti tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai
berikut:
Penggugat telah dapat membuktikan bahwa terhadap pekerjaan pembangunan
fisik pasar Kota Sukoharjo yang dikerjakan oleh Penggugat masih terdapat
kekurangan pembayaran yang harus dibayar oleh Tergugat sejumlah Rp
6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima
puluh ribu rupiah) hal ini didasarkan pada bukti-bukti otentik yang sah dan
tidak dapat disangkal kebenarannya sehingga memenuhi ketentuan Pasal 180
HIR karena keputusan hakim itu dijalankan, jika ada suatu tanda alas hak yang
otentik atau suatu surat yang menurut peraturan boleh diterima sebagai bukti.
50
Sedangkan Tergugat tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melunasi
kekurangan pembayaran pekerjaan pembangunan pasar yang dikerjakan oleh
Penggugat sehingga Tergugat telah terbukti wanprestasi terhadap Penggugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata
bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan
hukum dan/atau Undang-Undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh
Para Pemohon Kasasi:
UDY BINTARTA, S.H., dan kawan tersebut harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi
ditolak, maka Para Pemohon Kasasi dihukum membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini.
F. Bentuk Wanprestasi yang Terjadi dalam Perjanjian Konstruksi
Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soerkarno Kota Sukoharjo antara
PT.Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas pada
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo, Pada tanggal 26
Desember 2012 yaitu tanggal habis jatuh tempo dari jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan. Pejabat Pembuat Komitmen tidak menerbitkan dasar apapun untuk
kelanjutannya, namun dalam rapat koordinasi Pejabat Pembuat Komitmen
dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo
bersama dengan Konsultan Pengawas secara lisan menginstruksikan kepada
PT. Ampuh Sejahtera untuk tetap melanjutkan pekerjaan di lapangan, dengan
adanya instruksi tersebut dan diikuti dengan niat baik dari PT. Ampuh
Sejahtera, maka akan diusahakan untuk dapat segera menyelesaikan pekerjaan
demi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan rakyat khususnya adalah para
pedagang yang akan menempati Pasar Ir. Soekarno.
PT. Ampuh Sejahtera secara lisan dalam rapat-rapat koordinasi bersama
dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan serta Konsultan Pengawas, dan Konsultan Perencana, diminta
untuk meneruskan di lapangan dengan mendasarkan pada CCO2 yang
51
seringkali dilakukan pembahasan secara intensif bersama dengan Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana. Pembahasan secara intensif ini dilakukan
dengan rapat-rapat koordinasi agar menjadi dasar bagi PT. Ampuh Sejahtera
untuk melaksanakan dan menyelesaikan pembangunan.
Perubahan Lingkup Pekerjaan Kedua Rencana Anggaran Tambah Kurang
telah ditandatangani oleh Kosultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Hal ini
membuktikan bahwa CCO2 sudah dilaksanakan namun, anehnya Pejabat
Pembuat Komitmen dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan sampai
dengan saat ini belum menandatangani CCO2 tersebut. Didalam Perjanjian
Konstruksi dijelaskan bahwa dalam melaksanakan kewajibannya, Pengawas
Pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan Pejabat Pembuat Komitmen. Hal
ini membuat Pengawas Pekerjaan dapat bertindak sebagai wakil sah Pejabat
Pembuat Komitmen. Secara hukum Pejabat Pembuat Komitmen tidak dapat
secara sepihak mengingkari yang sudah dilakukan oleh Konsultan Pengawas.
Pada tanggal 3 Januari 2013, Bupati Sukoharjo menerbitkan surat Nomor
900/023/2013 perihal mohon persetujuan mendahului Perubahan APBD 2013,
yang ditujukan kepada Ketua DPRD Kabupaten Sukoharjo, dalam surat
tersebut dinyatakan, minta kepada DPRD untuk menyutujui dana sebesar Rp
6.214.750.000, untuk membiayai sisa pekerjaan fisik pasar sebesar 25%. Surat
Bupati Sukoharjo tersebut membuktikan bahwa pada saat itu tidak ada
anggaran untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan pasar lebih lanjut,
namun pekerjaan di lapangan diteruskan meskipun anggaran untuk pekerjaan
pembangunan pasar baru diajukan. Hal tersebut jelas diketahui baik oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo serta Bupati Sukoharjo dan Sekretaris Daerah Sukoharjo.
Setelah rapat koordinasi tanggal 11 Februari 2013, tepatnya pada tanggal
13 Februari 2013, PT. Ampuh Sejahtera menerima surat dari Pejabat Pembuat
Komitmen Nomor 870/1494.1/XII/2012 tertanggal 22 Desember 2012 perihal
Pemberian Kesempatan Menyelesaikan Pekerjaan, yang ditembuskan kepada
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo dan
Konsultan Pengawas. Dalam Surat tersebut dinyatakan pemberian kesempatan
52
selama 50 hari terhitung mulai tanggal 26 Desember 2012 sampai dengan
tanggal 13 Februari 2013. Surat diberikan kepada PT. Ampuh Sejahtera pada
tanggal 13 Februari 2013, namun surat tersebut tertulis tertanggal 22 Desember
2012. Hal ini jelas merupakan perbuatan yang tidak sepatutnya menurut
hukum, yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Di dalam surat yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen tersebut sama
sekali tidak berdasar hukum karena di dalam surat tersebut dinyatakan:
1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2012 pada kenyataannya tidak dikenal adanya Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 54 Tahun 2012, dengan demikian surat tersebut mengacu
pada peraturan yang tidak ada.
2. Sesuai dengan Adendum Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012
tanggal 6 November 2012, ini Adendum CCO1. Pada saat surat tersebut
diterima PT. Ampuh Sejahtera, yaitu pada tanggal 13 Februari 2013
pekerjaan dilapangan telah berjalan dan mengacu pada draft CCO2 yang
telah dibahas bersama, serta berulangkali dengan Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas dan juga telah ditandatangani oleh Konsultan
Perencana dan Konsultan Pengawas.
Dengan mendasarkan pada substansi surat Pejabat Pembuat Komitmen
tersebut yang memberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan selama
50 hari kalender dan diberikan kepada PT. Ampuh Sejahtera pada tanggal 13
Februari 2013, maka pemberian kesempatan selama 50 hari kalender tersebut
seharusnya terhitung sejak tanggal 13 Februari 2013.
Pada tanggal 20 Februari 2013 PT. Ampuh Sejahtera menerima surat dari
Pejabat Pembuat Komitmen Nomor 870/225/II/2013 tanggal 20 Februari 2013,
perihal Penghentian Pekerjaan Pembangunan Pasar Sukoharjo selama 7 hari
kalender setelah secara resmi PT. Ampuh Sejahtera menerima surat pemberian
kesempatan selama 50 hari kalender untuk menyelesaikan pekerjaan, PT.
Ampuh Sejahtera diberi surat penghentian pekerjaan tertanggal 20 Februari
2013. Hal ini jelas tidak berdasar hukum, mengingat dalam surat tertanggal 20
Februari 2013 tersebut, yang menyatakan pemberian kesempatan untuk
53
menyelesaikan pekerjaan pembangunan Pasar Sukoharjo selama 50 hari
berakhir tanggal 13 Februari 2013. Tanggal 13 Februari 2013 adalah tanggal
yang bersamaan dengan tanggal PT. Ampuh Sejahtera menerima surat
pemberian kesempatan menyelesaikan pekerjaan tertanggal 22 Desember 2012.
Berdasarkan Surat Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan Rehabilitasi Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo Nomor
602.3/638/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012, pada termyn III Pejabat Pembuat
Komitmen berkewajiban membayar PT. Ampuh Sejahtera sebesar Rp
4.971.800.000,00 Namun, faktanya termyn III yang PT. Ampuh Sejahtera
dapatkan hanya sebesar Rp 3.728.850.000,00. Oleh karena itu masih terdapat
kekurangan pembayaran untuk termyn ke III sebesar Rp 1.242.950.000,00 hal
ini mengakibatkan, PT. Ampuh Sejahtera mendapatkan kerugian sebesar Rp
1.242.950.000,00. Dalam hal ini, terbukti dari fakta-fakta di atas bahwa Pejabat
Pembuat Komitmen telah melakukan wanprestasi.
Berdasarkan pencarian termyn III didasarkan pada Laporan Minggu Kedua
Puluh Delapan tanggal 16 Desember 2012-20 Desember 2012 dengan bobot
fisik 80,071%. Selain itu, pekerjaan yang telah dikerjakan oleh PT. Ampuh
Sejahtera selama 6 hari kalender terhitung sejak tanggal 21 Desember 2012-26
Desember 2012, juga belum dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Pekerjaan dimulai tanggal 27 Desember 2012 sampai dengan pekerjaan
selesai 100% sesuai kontrak, juga belum dibayar oleh Pejabat Pembuat
Komitmen dan hal ini diketahui juga oleh Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, Bupati Sukoharjo, dan Sekretaris Daerah
Sukoharjo, meskipun PT. Ampuh Sejahtera sudah mengajukan surat tagihan
dan meminta dilakukan pembayaran.
Adapun total pembayaran yang belum dilakukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen kepada PT. Ampuh Sejahtera adalah sebesar Rp 6.214.750.000,00.
54
BAB IVWANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
A. Analisis Yuridis terhadap perkara Wanprestasi dalam Putusan Perkara
Nomor 326 K/Pdt/2016
Dalam bidang jasa konstruksi pekerjaan konstruksi menjadi suatu hal yang
utama secara keseluruhan dalam kegiatan pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.
Konstruksi merupakan kegiatan membangun sarana dan pra sarana atau satuan
infrastruktur pada sebuah daerah sebagai objek keseluruhan bangunan.
Pekerjaan Konstruksi dapat dikatakan sebagai jasa pemborongan, karena
kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan dan ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan kuasa pengguna anggaran dan
proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Jasa Pemborongan dapat dilakukan setelah lahirnya suatu perjanjian
pemborongan. Berdasarkan Pasal 1601b KUH Perdata Perjanjian dilakukan
dengan pihak satu yang mengikatkan diri untuk mengadakan atau
menyelenggarakan serta menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain,
dengan menerima suatu harga yang ditentukan.1 Selain itu dari lahirnya
perjanjian ini bertujuan untuk menciptakan hubungan hukum dari para pihak
yang mengadakan suatu pekerjaan konstruksi, dapat dilihat dalam Pasal 1 Ayat
(6) mengenai pengertian kontrak konstruksi atau kontrak kerja konstruksi yang
merupakan keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Pada dasarnya, kontrak kerja konstruksi dibuat secara terpisah sesuai tahapan
dalam pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk
pekerjaan perencanaan pekerjaan pelaksanaan dan pekerjaan pengawasan.
1 Salim.H.S., Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Krafika,2013), h.26
55
Menurut ketentuan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi para pihak yang ikut serta dalam perjanjian konstruksi
terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa adalah pemilik atau
pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan jasa konstruksi, sedangkan
penyedia jasa adalah pemberi layanan jasa konstruksi.
Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia
dan bentuknya dapat mengikuti perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, kontrak kerja dibedakan berdasarkan:
1. Bentuk imbalan, yang terdiri dari lump sum, harga satuan, biaya tambah
imbalan jasa, gabungan lump sum dan harga satuan, atau aliansi;
2. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari tahun
tunggal, atau tahun jamak;
3. Cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu sesuai kemajuan pekerjaan atau
secara berkala.
Pasal 47 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi menjelaskan bahwa Kontrak Kerja Konstruksi paling sedikit harus
mencakup uraian mengenai:
1. Para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
2. Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu
pelaksanaan;
3. Masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
4. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil jasa konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi
ketentuan yang diperjanjikan, serta hak penyedia jasa untuk memperoleh
informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan jasa
konstruksi;
56
5. Penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban memperkerjakan
tenaga kerja konstruksi bersertifikat;
6. Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa
dalam melakukan pembayaran hasil layanan konstruksi, termasuk di
dalamnya jaminan atas pembayaran;
7. Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah
satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
8. Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan
kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya
kewajiban salah satu pihak;
10. Keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar
kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi
salah satu pihak;
11. Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban kegagalan bangunan;
12. Perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;
13. Perlindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat
kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan
kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
14. Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan;
15. Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak
lain dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan
bangunan; dan
16. Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
57
Dalam Syarat sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUH Perdata,
terdapat syarat-syarat keabsahan kontrak yang salah satunya adalah adanya
kesepakatan kehendak (Consensus, Agreement) agar suatu kontrak dapat
dianggap sah oleh hukum, bahwa para pihak harus ada kesesuaian pendapat
tentang apa yang diatur oleh kontrak yang dibuat. Kemudian Objek Perihal
tertentu ini merupakan syarat kontrak bahwa suatu kontrak haruslah jelas dan
dibenarkan oleh hukum, dan Syarat Klausa yang diperbolehkan adalah suatu
kontrak yang harus dibuat dengan alasan yang sesuai hukum yang berlaku serta
tidak boleh bertentangan dengan hukum. Dan isi perjanjian ini tidak dilarang
oleh Undang-Undang atau tidak bertentangan dengan kesusilaan/ketertiban
umum pada (Pasal 1337 KUH Perdata).
Dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Pembangunan Pasar
Ir. Soekarno kota Sukoharjo terdapat suatu perjanjian yang disebut dengan
perjanjian pekerjaan konstruksi, sebagai landasan proses pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Perjanjian pekerjaan konstruksi ini merupakan perjanjian
pemborongan yang berisi ketentuan-ketentuan yang menjadi acuan para pihak
dalam melaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan, dengan syarat tidak
dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan dengan ketentuan umum dan
kesusilaan.2
Perjanjian pekerjaan konstruksi ini dibuat karena adanya kesepakatan yang
diadakan oleh PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada
Berita Acara Hasil Pelelangan Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota
Sukoharjo pada tanggal 24 Mei 2012. Kemudian adanya kesepakatan dari
BAHP ini melahirkan perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal 12 Juni 2012 untuk
kegiatan Pembangunan Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno. Pada Perjanjian Harga
Satuan Paket ini terdapat adanya identitas para pihak yakni PT. Ampuh
Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen, adanya rumusan pekerjaan yang
memuat lingkup kerja yakni pada Pembangunan Rehabilitasi Pasar Ir.
Soekarno Kota Sukoharjo, Pada kesepakatan perjanjian harga satuan paket ini
2 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h.7
58
terdapat nilai pekerjaan sebesar Rp 24.859.000.000,00, dengan sistem
pembayaran term, serta batasan waktu pelaksanaan yang dilaksanakan selama
195 hari kalender dari SPMK diterbitkan pada tanggal 14 Juni sampai dengan
26 Desember 2012. Bahwa ketentuan yang terdapat didalam perjanjian ini
sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Kasus dan duduk perkara dalam Putusan MA Nomor 326 K/PDT/2016
bahwa penggugat dan tergugat telah mengadakan perjanjian pemborongan
pekerjaan konstruksi di Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo, dalam kasus ini PT.
Ampuh Sejahtera sebagai pihak penggugat dengan Pejabat Pembuat Komitmen
sebagai pihak tergugat dan para pihak inilah yang mengadakan suatu perjanjian
pemborongan yang bermulai dari pelelangan, PT. Ampuh Sejahtera ini
ditetapkan sebagai pemenang dalam pelelangan yang diadakan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen untuk rehabilitasi pasar Ir. Soekarno dengan nilai
penawaran Rp 24.859.000,000,00 penawaran tersebut dituangkan dalam surat-
surat, yaitu surat perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi
Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno kota Sukoharjo dan telah ditandatangani oleh
kedua belah pihak dengan Nomor 602.3/638/VI/2012.
Dalam kasus ini di awal pelaksanaan pekerjaan dilapangan terdapat
permasalahan dari dokumen lelang oleh pihak Pejabat Pembuat Komitmen,
karena gambar kerja yang ada didalam dokumen lelang tidak jelas sehingga
tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan pekerjaan oleh PT. Ampuh Sejahtera,
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 11 Ayat (1) huruf n dan o menyatakan bahwa
Pejabat Pembuat Komitmen harus menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh
dokumen pelaksanaan kegiatan serta menilai kinerja dari penyedia jasa yakni
PT. Ampuh Sejahtera. Kemudian permasalahan lainnya dalam pekerjaan
konstruksi rehabilitasi pasar Ir. Soekarno adalah PT. Ampuh Sejahtera tidak
mendapatkan perhitungan kekuatan konstruksi bangunan terhadap
pembangunan rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
59
yang mana kekuatan konstruksi ini padahal merupakan salah satu syarat utama
dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan. Lalu disisi lain terbukti bahwa
Pejabat Pembuat Komitmen dalam ketentuan perjanjian harga satuan paket
pekerjaan konstruksi masih memiliki kekurangan pembayaran kepada PT.
Ampuh Sejahtera sebesar Rp 6.214.750.000,00 yang seharusnya dibayarkan
saat PT. Ampuh Sejahtera telah mencapai 100% penyelesaian pembangunan
pasar dan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Bahwa dalam pekerjaan konstruksi terdapat konsultansi konstruksi yang
merupakan kegiatan manajemen dalam penyelenggaraan konstruksi.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi bahwa Konsultansi konstruksi adalah layanan keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan,
pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan PT. Ampuh Sejahtera
sangat terkait dengan konsultansi konstruksi yang diatur dalam undang-undang
tentang jasa konstruksi, agar perancangan konstruksi yang dilakukan sesuai
dengan gambar kerja dalam dokumen lelang.
Maka dengan apa yang telah diuraikan diatas agar perjanjian yang lahir,
baik dari perjanjian maupun karena ditetapkan oleh Undang-Undang
melahirkan kewajiban antara para pihak yang bersangkutan di dalamnya. Pada
Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor 11/Pdt.G/2014/PN/Skh.
Bahwasanya alasan yang dijadikan pertimbangan hakim menolak gugatan
Penggugat adalah karena kurangnya subyek yang dijadikan dasar dalam
pembuktian perkara, serta alasan-alasan dari tuntutan yang tidak jelas dan tidak
lengkap sehingga sulit untuk mengetahui permasalahan yang konkrit dalam
pelaksanaan perjanjian pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan kedua pihak.
Dalam perjanjian pekerjaan konstruksi pada dasarnya bersumber pada
kontrak konstruksi yang telah dibuat dan disepakati antara kedua belah pihak,
sehingga melahirkan perjanjian pekerjaan konstruksi. Dengan demikian
perjanjian pekerjaan konstruksi menjadi sebuah pernyataan untuk menunjukan
kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak. Hal tersebut merujuk pada
60
pernyataan yang dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo bahwa Perjanjian
adalah sebagai hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.3 Perjanjian ini mengartikan bahwa
hubungan hukum terjadi berdasarkan kata sepakat dan kata sepakat terjadi
ketika ada persetujuan antara dua orang. Seperti yang dijelaskan dalam Black’s
Law Dictionary, bahwa suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, akan
menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
secara sebagian,4 inilah yang disebut dengan kontrak.
Berdasarkan Berita Acara Nomor 135/PBJ-Disperindag/V/2012 tanggal 24
Mei 2012 tentang Berita Acara Hasil Pelelangan Pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo, pihak pertama yakni PT. Ampuh Sejahtera ditetapkan sebagai
pemenang lelang pembangunan Pasar Kota Sukoharjo dengan nilai penawaran
sebesar Rp 24.859.000.000,00 penawaran tersebut diatur dalam Surat
Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi kegiatan
rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Kota Sukoharjo dengan Nomor
602.3/638/VI/2012 dan telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak, dan pihak
pertama akan mendapatkan pelunasan pembayaran jika pekerjaan konstruksi
pembangunan telah mencapai 100% sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak perjanjian pekerjaan konstruksi.5
Berdasarkan penjelasan dan ketentuan diatas maka pekerjaan konstruksi
yang dilakukan di Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo ini hukumnya jelas sah
dan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Pelaksanaan
pekerjaan konstruksi ini terjadi atas dasar kesepakatan kedua pihak yang
dikehendaki oleh PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukoharjo dalam lelang yang
dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo. Melihat praktek pelaksanaan pekerjaan
3 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,1986), h. 96
4 Salim .H.S. Hukum Kontrak Teori&Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,2013), h. 26
5 http://putusan.mahkamahagung.go.id, Putusan MA No. 326 K/Pdt/2016, (diakses padatanggal 28 Maret 2019).
61
konstruksi ini maka dengan landasan teori kepercayaan, dapat dilakukan
pekerjaan konstruksi sesuai dengan perjanjian pekerjaan konstruksi. karena
kepercayaan dalam perjanjian akan membuat pernyataan yang dibuat dalam
perjanjian benar-benar dikehendaki.6
Pada kenyataannya di lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
terdapat permasalahan, bahwa menurut Penggugat terkait pelaksanaan yang
tidak dilakukan sesuai dengan perjanjian (wanprestasi). Bahwa dalam gugatan
telah disebutkan tergugat telah melakukan kesalahan dan wanprestasi terhadap
penggugat atas ketidak sesuaian atau kekurangan gambar yang diserahkan oleh
pihak tergugat dan kekuatan konstruksi yang penggugat tidak diberikan
perhitungan diawal dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Seperti yang
telah dijelaskan dalam Peraturan Perundangan Konstruksi Indonesia tentang
Syarat-Syarat Umum bernama: Algemene voorwarden voor openbare werken
atau dalam bahasa Indonesia: syarat-syarat umum untuk pelaksanaan bangunan
umum yang dilelangkan. Bahwa dalam Pasal 37 mengenai Pendetailan dan
Pengerjaannya, jika gambar detail yang diberikan kepada penyedia jasa tidak
sesuai dengan gambaran yang sesuai dapat dibentuk dari kesatuan bestek
dengan gambar-gambarnya. Maka hal ini akan mengakibatkan pekerjaan lebih
dan harus diperhitungkan gambar detail saat diberikan pada penyedia jasa.7
Unsur Wanprestasi dapat dilihat dari unsur kelalaian yang ditentukan
dalam Pasal 1238 KUH Perdata. Menurut Pasal ini bahwa pengguna jasa yang
lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu
dinyatakan lalai setelah melewati tenggang waktu yang ditentukan dalam
perjanjian untuk melaksanakan isi perjanjian, serta tidak mencapai target sesuai
yang telah disepakati kedua pihak. Bahwa pihak pengguna jasa yakni Pejabat
Pembuat Komitmen telah melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat
memberikan kelengkapan dokumen lelang yang berupa gambar. Padahal PT.
Ampuh sudah memberikan teguran untuk meminta gambar dokumen lelang
yang kurang pada pelaksanakan pekerjaan konstruksi rehabilitasi pasar Ir.
6 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, (Bandung: Citra Aditya, 2010), h.76
62
Soekarno. Dari kekurangan gambar ini juga PT. Ampuh telah meminta
perhitungan kekuatan konstruksi namun, konsultan perencana hanya
memberikan buku perhitungan kekuatan konstruksi tanpa disertai perhitungan
kekuatan baja, ini merupakan unsur-unsur yang nantinya dapat menyebabkan
terjadinya wanprestasi.
Selanjutnya, pada pasal 47 Ayat 1 point 4 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi diatur mengenai Hak dan kewajiban yang
setara, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil jasa konstruksi dan
kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak
penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta
kewajibannya melaksanakan layanan jasa konstruksi. Dalam awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi penyedia jasa yakni PT. Ampuh Sejahtera meminta
informasi yang kurang mengenai gambar perencanaan pekerjaan konstruksi
rehabilitasi pasar Ir. Soekarno, lalu menyampaikan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen agar segera diberikan Gambar Detail perencanaan kerja yang ada
dalam dokumen lelang.
Bahwa dalam Pasal 47 Ayat (1) point 2 mengatur mengenai rumusan
pekerjaan yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan. Nilai
pekerjaan yang telah disepakati adalah senilai Rp 24.859.000.000,00 dengan
harga satuan pembayaran yang dilakukan melalui 3 termin. Mengenai batasan
waktu pelaksanaan juga telah disebutkan bahwa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno dilakukan berdasarkan Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen pada
tanggal 14 Juni 2012, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 195 hari
kalender. Dari batasan waktu pelaksanaan ini, telah ditentukan menurut Pasal
22 Ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi bahwa batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk
menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.
Jadi jangka waktu pelaksanaan yang dilakukan selama 195 hari sudah
diperhitungkan dari awal pekerjaan hingga penyelesaian secara keseluruhan
63
dari pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan di Pasar Ir. Soekarno. Jika
terdapat keterlambatan penyelesaian pekerjaan hingga melewati waktu yang
telah ditentukan, maka keterlambatan pekerjaan tersebut dapat dikatakan
sebagai wanprestasi. Dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi menyatakan bahwa wanprestasi adalah
suatu keadaan apabila salah satu pihak dalam kontrak kerja konstruksi:
1) tidak melakukan apa yang diperjanjikan; dan/atau
2) melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan; dan/atau
3) melakukan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat; dan/atau
4) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Dalam kontrak kerja konstruksi yang dilakukan PT. Ampuh Sejahtera
dengan Pejabat Pembuat Komitmen yang melaksanakan pekerjaan konstruksi
sudah sesuai dengan apa yang diperjanjikan, namun dalam pelaksanaannya
telah terjadi keterlambatan hingga melebihi batas waktu yang ditentukan dalam
perjanjian. Karena Pihak Pejabat Pembuat Komitmen tidak memberikan
gambar yang sesuai serta perhitungan kekuatan konstruksi di awal pekerjaan
konstruksi. Maka hal ini dapat dinyatakan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen
telah melakukan wanprestasi.
Wanprestasi ini memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal
salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
diperjanjikan. Dalam penjelasannya Pasal 22 Ayat (2) huruf g Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, bahwa yang dimaksud dengan
tanggung jawab antara lain berupa pemberian kompensasi, penggantian biaya
dan atau perpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil
pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan atau pemberian
ganti rugi.
Tanggung Jawab dari para pihak yang melakukan wanprestasi,dalam
Peraturan Pemeritah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi mengatur mengenai tanggung jawab para pihak. Pada tahap
perencanaan dalam kegiatan pengerjaan pekerjaan konstruksi.
64
1. Pengguna jasa bertanggung jawab:
a. Atas segala konsekuensi yang timbul akibat perintah perubahan yang
diberikan kepada perencana konstruksi;
b. Memberi keputusan terhadap usulan perubahan dari perencana konstruksi
dalam batasan waktu yang diperjanjikan;
c. Melakukan pembayaran untuk prestasi pekerjaan perencana konstruksi
atas dasar kesepakatan cara pembayaran dan jadwal pembayaran.
Dalam kegiatan pengakhiran pada tahap perencanaan pekerjaan konstruksi.
1. Pengguna jasa bertanggung jawab:
a. Memberi keputusan atas hasil akhir pekerjaan dalam batasan waktu yang
diperjanjikan;
b. Melakukan pembayaran akhir untuk seluruh sisa pembayaran yang
menjadi kewajiban pengguna jasa termasuk pelepasan uang retensi, atas
dasar kesepakatan cara pembayaran dan jadwal pembayaran.
Pada tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi, dalam kegiatan penyiapan
pekerjaan konstruksi.
1. Pengguna jasa bertanggung jawab:
a. Atas kebenaran, ketepatan dan kelengkapan lapangan, fasilitas, dan isi
dokumen, termasuk tepat waktu dalam penyerahannya;
b. Menyerahkan lapangan pekerjaan beserta fasilitas dan atau dokumen
untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan oleh pelaksana
konstruksi dan pengawas konstruksi untuk memulai pekerjaannya;
c. Memberi keputusan terhadap usul rencana kerja dari pelaksana
konstruksi dan atau pengawas konstruksi;
d. Menyetujui atau tidak menyetujui atau mengubah atau meminta ganti
usulan rencana kerja yang diajukan pelaksana konstruksi dan atau
pengawas konstruksi.
2. Pelaksana Konstruksi
a. Mengajukan usulan penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan beserta
kewenangannya untuk mendapat persetujuan pengguna jasa;
65
b. Mengajukan usulan rencana kerja pelaksanaan fisik dan rencana kerja
yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja untuk mendapat
persetujuan pengguna jasa;
c. Mengajukan usulan sub penyedia jasa atau pemasok bahan dan atau
komponen bangunan dan atau peralatan yang tidak tercantum dalam
kontrak kerja konstruksi.
Dalam kegiatan pengerjaan pekerjaan konstruksi.
1. Pengguna jasa bertanggung jawab:
a. Atas segala konsekuensi yang timbul akibat akibat perintah perubahan
pekerjaan dan atau rencana kerja, baik dari pengguna jasa dan atau
pengawas konstruksi;
b. Menyerahkan bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan
yang menjadi tanggung jawabnya tepat jumlah dan sesuai dengan jadwal
yang disepakati, kepada pelaksana konstruksi;
c. Melakukan pembayaran prestasi kerja atas permintaan pelaksana
konstruksi dan atau pengawas konstruksi atas dasar kesepakatan cara
pembayaran dan jadwal pembayaran;
d. Bertanggung jawab atas akibat penggunaan hasil pekerjaan, baik hasil
sementara yang sudah dipergunakan atau hasil akhir pekerjaan yang
diserahkan untuk pertama kalinya.
2. Pelaksana Konstruksi
a. Melaksanakan setiap bagian kegiatan pekerjaan sesuai dengan rencana
kerja yang telah disetujui pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi;
b. Bertanggung jawab terhadap kegagalan pekerjaan konstruksi sampai
penyerahan akhir hasil akhir pekerjaan dari pelaksana konstruksi;
c. Bertanggung jawab atas segala konsekuensinya apabila mengajukan usul
perekerjaan, dan atau rencana kerja.
Dalam kegiatan pengakhiran pekerjaan konstruksi.
1. Pengguna jasa bertanggung jawab:
66
a. Menyelesaikan klaim dari pelaksana konstruksi yang sudah diterima
pengguna jasa selambat-lambatnya sebelum penyerahan kedua kalinya
hasil akhir dari pekerjaan;
b. Melakukan pembayaran akhir termasuk membayar seluruh uang retensi,
setelah menerima penyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan dan
atau setelah seluruh klaim dari pelaksana konstruksi diselesaikan;
c. Melepaskan jaminan pertanggungan terhadap jaminan kegagalan
pekerjaan konstruksi setelah menerima penyerahan kedua kalinya hasil
akhir pelaksana pekerjaan konstruksi.
2. Pelaksana Konstruksi
a. Melakukan pemeliharaan/penjagaan mutu terhadap hasil akhir pekerjaan
selama masa jaminan atas mutu hasil pekerjaan;
b. Menyerahkan untuk kedua kalinya hasil akhir pekerjaan disertai
dokumen kelengkapannya setelah selesai masa pemeliharaan untuk
mendapat persetujuan dari pengguna jasa;
c. Menyimpan dokumen yang berkaitan dengan proses pelaksanaan
konstruksi sampai selesainya masa pertanggungan.
Pada dasarnya Kontrak Konstruksi terjadi karena kesepakatan 2 pihak
yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi mengatur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
tanggung jawab pihak pengguna jasa dan penyedia jasa. Penyedia Jasa
bertanggung jawab untuk menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat waktu
biaya dan tepat mutu. Kemudian penyedia jasa juga bertanggung jawab dalam
mengetahui resiko mekanisme komitmen atas pengusahaan produk jasa
konstruksi dan memastikan fungsionalitas produk konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi pada Paragraf 2 Pembiayaan Jasa
Kosntruksi Pasal 55 menyatakan bahwa dalam Kontrak Kerja Konstruksi
pengguna jasa memiliki tanggung jawab dalam pembiayaan jasa konstruksi
yaitu:
67
1. Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sesuai dengan
kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi;
2. Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat
bersumber dari dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha,
dan/atau masyarakat;
3. Tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) dibuktikan dengan:
a. kemampuan membayar; dan/atau
b. komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi.
4. Kemampuan membayar sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) huruf a
dibuktikan dengan dokumen dari lembaga perbankan dan/atau lembaga
keuangan bukan bank, dokumen ketersediaan anggaran, atau dokumen lain
yang disepakati dalam Kontrak Kerja Konstruksi;
5. Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud
pada Ayat (3) huruf b didukung dengan jaminan melalui perjanjian kerja
sama.
Serta Pasal 56 yang menyatakan tanggung jawab bagi pengguna jasa jika
tidak dapat melaksanakan pembayaran yaitu:
1. Dalam Dalam hal tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi dibuktikan
dengan kemampuan membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Ayat
(3) huruf a, Pengguna Jasa wajib melaksanakan pembayaran atas
penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan tepat
waktu.
2. Pengguna Jasa yang tidak menjamin ketersediaan biaya dan tidak
melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa
secara tepat jumlah dan tepat waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.
3. Dalam hal tanggung jawab atas layanan Jasa Konstruksi yang dilakukan
melalui komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa
harus mengetahui risiko mekanisme komitmen atas pengusahaan produk
68
Jasa Konstruksi dan memastikan fungsionalitas produk sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Maka berdasarkan wanprestasi dan tanggung jawab yang dilakukan oleh
para pihak, peneliti memberikan pendapatnya terkait tanggung jawab yang
dilakukan Pejabat Pembuat Komitmen sebagai pihak yang dinyatakan telah
melakukan wanprestasi yaitu harus bertanggung jawab dalam hal kegiatan
pengakhiran yakni dengan menyelesaikan klaim kekurangan untuk pekerjaan
konstruksi rehabilitasi pasar Ir. Soekarno, dari PT. Ampuh Sejahtera sebagai
pelaksana pekerjaan konstruksi yang sudah diterima oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, kemudian Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pembayaran
akhir termasuk membayar seluruh uang retensi, setelah menerima penyerahan
hasil akhir pekerjaan setelah seluruh klaim dari PT. Ampuh Sejahtera
diselesaikan.
Sedangkan, PT. Ampuh Sejahtera sebagai pelaksana konstruksi
bertanggung jawab terhadap setiap bagian kegiatan pekerjaan sesuai dengan
rencana kerja yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan atau
pengawas konstruksi, bertanggung jawab terhadap kegagalan pekerjaan
konstruksi sampai penyerahan akhir hasil akhir pekerjaan dari PT. Ampuh
Sejahtera. Bertanggung jawab atas segala konsekuensinya apabila mengajukan
usul perekerjaan, dan atau rencana kerja, kemudian bertanggung jawab dalam
penjagaan mutu terhadap hasil akhir pekerjaan sampai batas waktu pekerjaan
konstruksi selesai, serta menyerahkan hasil akhir pekerjaan disertai dokumen
kelengkapannya setelah selesai masa pekerjaan konstruksi untuk mendapat
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen.
B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Perkara Wanprestasi
Pekerjaan Konstruksi Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016
Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai badan tertinggi pelaksana
kekuasaan kehakiman yang membawahi 4 (empat) badan peradilan
dibawahnya, yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan
peradilan tata usaha negara telah menentukan bahwa putusan hakim harus
69
mempertimbangkan segala aspek yang bersifat yuridis, filosofis, dan sosiologi,
sehingga keadilan yang ingin dicapai, diwujudkan, dan dipertanggungjawabkan
dalam putusan hakim adalah keadilan yang berorientasi pada keadilan hukum
(Legal Justice), keadilan moral (moral justice) dan keadilan masyarakat (social
justice).8
Mahkamah Agung sebagai sebuah lembaga kehakiman Negara menurut
Undang-Undang adalah untuk memeriksa dan memutus permohonan kasasi,
Sengketa tentang kewenangan mengadili, Permohonan peninjauan kembali
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan
memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan Tingkat Banding
atau Tingkat Akhir dari semua Lingkungan Peradilan; Dalam tingkat kasasi,
MA membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua
Lingkungan Peradilan.9
Putusan Mahkamah Agung Nomor 326 K/PDT/2016 merupakan putusan
atas perkara antara:
1. PT. Ampuh Sejahtera, berkedudukan di Jalan Bengawan Solo Nomor 2A
Sukoharjo, diwakili oleh RM. Ary PS Hadikusumo, C.Eng, selaku Direktur
Utama, dalam hal ini memberi kuasa kepada Farida Sulstyani, S.H., CN.,
LL.M. dan kawan-kawan, Advokat, berkantor di Farida Sulistyani &
Partners, beralamat di Jalan Sampit II Nomor 13 Blok B 4 RT.004/RW.006
Kramat Pela, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 2 September 2015; Termohon Kasasi dahulu
Penggugat/Pembanding.
2. Udy Bintarta, S.H. selaku Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo tahun anggaran 2012,
bertempat tinggal di Jalan Jaksa Agung R. Suprapto Nomor 13 Sukoharjo,
dalam hal ini memberi kuasa kepada Joko Susanto, S.H., M.H. Kepala
8 Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif Hukum Progresif),(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.126
9 Kevin Angkouw, Fungsi Mahkamah Agung Sebagai Pengawas Internal Tugas HakimDalam Proses Peradilan, Fakultas Hukum Unsrat, Jurnal Lex Administratum, Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2014, h.131
70
Kejaksaan Negeri Sukoharjo selaku Pengacara Negara Berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 12 Agustus 2015 dan kuasa subtitusi kepada Titiek
Maryani Agustina, S.H dan kawan-kawan semuanya sebagai Jaksa
Pengacara Negara yang berkantor di Jalan Jaksa Agung R Suprapto Nomor
1 Sukoharjo berdasarkan Surat Kuasa Subtitusi Nomor SK-
1076/0.3.34/Gp/08/2015 tanggal 12 Agustus 2015; Pemohon Kasasi dahulu
Tergugat/Terbanding.
Sebelum perkara ini diajukan ke pengadilan, penggugat telah meminta
mediasi dengan Tergugat, namun hasil dari mediasi tidak menemukan
penyelesaian masalah. Lalu perkara tersebut dilanjutkan ke pengadilan dan
penggugat meminta pertanggungjawaban dari dokumen lelang yang kurang
serta perhitungan kekuatan konstruksi yang seharusnya diberikan oleh tergugat
pada awal serah terima pelelangan dalam Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor
135/PBJ-Disperindag/V/2012 tanggal 24 Mei 2012 tetapi penggugat tidak
mendapat tanggapan dari tergugat. Penggugat kemudian mengajukan gugatan
ke Pengadilan Negeri Sukoharjo.
Namun, di tingkat pertama, PN Sukoharjo telah mengambil putusan, di
dalam Putusan Nomor 11/Pdt.G/2014/PN Skh. Tanggal 11 Februari 2014 yaitu
menolak gugatan Penggugat. PN Sukoharjo menyatakan bahwa gugatan
Penggugat kurang subyek yang dijadikan dasar dalam pembuktian perkara,
serta alasan-alasan dari tuntutan yang tidak jelas dan tidak lengkap sehingga
sulit untuk mengetahui permasalahan yang konkrit. Tetapi oleh Pengadilan
Tinggi Semarang dalam perkara ini, Putusan Nomor 69/Pdt/2015/PT SMG
menerima gugatan dari Penggugat yang menyatakan bahwa benar Tergugat
terbukti tidak melakukan pembayaran sehingga tergugat diberikan hukuman
untuk membayar kekurangan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Penggugat
serta membatalkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo tanggal 20 Oktober
2014 Nomor 11/Pdt.G/2014/PN. Skh.
Atas putusan judex facti di Pengadilan Tinggi, kemudian Tergugat
mengajukan permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung. Namun dalam
pertimbangan hakim Mahkamah Agung berpendapat: Bahwa alasan-alasan
71
kasasi Para Tergugat tidak dapat dibenarkan karena Judex Facti tidak salah
menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut: Penggugat telah
dapat membuktikan bahwa terhadap pekerjaan pembangunan fisik pasar Kota
Sukoharjo yang dikerjakan oleh Penggugat masih terdapat kekurangan
pembayaran yang harus dibayar oleh Tergugat sejumlah Rp 6.214.750.000,00
(enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
sedangkan Tergugat tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melunasi
kekurangan pembayaran pekerjaan pembangunan pasar yang dikerjakan oleh
Penggugat sehingga Tergugat telah terbukti wanprestasi terhadap Penggugat;
Dalam pertimbangan hakim Mahkamah Agung, menurut peneliti,
pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara ini sudah tepat. Karena bukti-
bukti yang diuraikan pada Pengadilan Tinggi Semarang, BPK RI menyatakan
pembangunan pisik telah selesai 91,399% oleh penyedia jasa. Sehingga bukti-
bukti ini yang selanjutnya dikuatkan di tingkat Mahkamah Agung dalam
Pertimbangannya.
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI yang menyatakan bahwa sampai
dengan tanggal 20 Desember 2012 dengan bangunan pisik yang terselesaikan
sebesar 80% telah dilakukan pembayaran sebesar Rp 18.644.250.000,00 ini
bersesuaian dengan dalih gugatan yang menyatakan bahwa dari nilai proyek
sebesar Rp 24.859.000.000,00 masih terdapat kekurangan pembayaran sebesar
Rp 6.214.750.000,00. Bukti ini berdasarkan Surat dari Bupati Sukoharjo
tanggal 03 Januari 2013 Nomor 900/023/2013. Sedangkan sampai pada tanggal
13 Pebruari 2013 dinyatakan oleh BPK RI, kendatipun bangunan pisik sudah
mencapai 91,399% dari pihak Pengguna Barang/Jasa belum melakukan
pembayaran.
Dari serangkaian bukti-bukti sebagaimana diuraikan di atas, Pengadilan
Tingkat Banding menilai bahwa penyedia jasa berhasil membuktikan pengguna
jasa telah melakukan wanprestasi yaitu belum melakukan pembayaran
Pekerjaan Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sebesar Rp 6.214.750.000,00
kepada penyedia jasa. Sehingga hasil pembuktian ini, yang menjadi dasar
dalam pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam memutus perkara antara
72
PT. Ampuh Sejahtera dengan Udy Bintarta sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen.
Pertimbangan Hakim yang memutuskan bahwa pengguna jasa dalam
perjanjian pekerjaan konstruksi telah melakukan wanprestasi adalah karena
Dasar hukum (rechts grond) dan (feitelijke grond) yang mendasari gugatan
pengguna jasa tidak cukup, dalam membuktikan bahwa pengguna jasa tidak
melakukan pembayaran sebelum penyelesaian pekerjaan konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa. Pembuktian yang dibuat pengguna jasa tidak
dapat diterima, karena bukti tersebut tidak disertai dengan dokumen-dokumen
pendukung yang disyaratkan dalam kontrak, sehingga bukti-bukti tersebut
tidak dapat memenuhi ketentuan Pasal 180 HIR. Maka perbuatan dari
pengguna jasa yang tidak melakukan pembayaran pekerjaan konstruksi
merupakan sebuah wanprestasi.
Alasan-alasan Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan, karena Judex Facti
atau Majelis Hakim di tingkat Pengadilan Tinggi Semarang yang memeriksa
bukti-bukti perkara, tidak salah menerapkan hukum, mengenai penilaian hasil
sahnya pembuktian tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada
tingkat Kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan
dengan (1) adanya kesalahan penerapan hukum, (2) adanya pelanggaran hukum
yang berlaku, (3) adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu
dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak
berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.
Berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata putusan Judex Facti dalam
perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan Undang-Undang, maka
permohonan kasasi yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi tersebut harus
ditolak.
73
Keberatan Pemohon Kasasi tersebut diatas merupakan penilaian hasil
sahnya pembuktian. Alasan tersebut diatas merupakan alasan kasasi yang
dianggap tidak tunduk pada pemeriksaan Kasasi.
Akibat Hukum terhadap putusan kepada para pihak yang berperkara
adalah pelaksanaan putusan. Semua orang bila mana sudah ada suatu putusan
berkekuatan hukum tetap, wajib melaksanakan putusan tersebut, kalau tidak
ada lagi upaya hukum lain. Apabila pihak yang kalah (Tergugat) tidak mau
melaksanakan isi putusan, maka pihak yang menang (Penggugat) dapat
meminta kepada Pengadilan untuk melaksanakan pelaksanaan putusan secara
paksa (eksekusi). Suatu isi putusan harus dilaksanakan karena mahkota
Pengadilan adalah pelaksanaan isi putusan.
Berdasarkan pertimbangan Hakim dalam memutuskan Perkara Nomor
326/K/Pdt/2016. Adalah:
1. Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: I. UDY
BINTARTA, S.H., dan II. BUPATI SUKOHARJO;
2. Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini sejumlah Rp 500.000,00.
Berdasarkan isi putusan tersebut, maka para pemohon kasasi harus
melaksanakan isi putusan yaitu membayarkan kekurangan pekerjaan konstruksi
pasar Ir. Soekarno, dibebankan bunga menurut undang-undang sebesar 6%
setiap tahun terhitung sejak Februari 2013 sampai dengan dibayar lunas oleh
Tergugat.
Dasar Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan ada 3 faktor yaitu
terkait dengan aspek yuridis (kepastian hukum), aspek sosiologis (kemanfaatan
hukum), dan aspek filosofis (keadilan) hakim dalam menjatuhkan putusannya.
Secara yuridis, dalam suatu kontrak para pihak mempunyai masing-masing
kewajiban yang harus dipenuhi. Hal ini diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata.
Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi, kewajiban yang harus
dipenuhi oleh penyedia jasa adalah melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai
dengan perjanjian, sedangkan kewajiban dari pengguna jasa adalah
membayarkan kepada penyedia jasa sesuai harga yang ditentukan dalam
74
perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi. Perjanjian untuk melakukan
pekerjaan ini didasarkan pada perjanjian bernama yang diatur dalam KUH
Perdata Buku III Bab V-XVIII. Menurut Pasal 1601b KUH Perdata, Perjanjian
Pemborongan yaitu perjanjian dengan mana pihak satu (pemborong)
mengikatkan diri untuk mengadakan atau menyelenggarakan serta
meyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain (yang memborongkan),
dengan menerima suatu harga yang telah ditentukan.10 Pada kasus ini,
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi antara PT. Ampuh Sejahtera
dengan Pejabat Pembuat Komitmen Udy Bintarta dalam kegiatan
pembangunan rehabilitasi pasar Ir. Soekarno kota Sukoharjo. Keterlambatan
dalam serah terima bangunan antara kontraktor dengan pemberi tugas
disebabkan dari pihak pemberi tugas tidak melakukan pembayaran terhadap
pekerjaan konstruksi. KUH Perdata sebagai hukum positif di Indonesia.
Menyatakan ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan, dalam KUH
Perdata dapat digunakan oleh pihak dalam perjanjian pemborongan, serta
dengan syarat tidak dilarang oleh undang-undang, dan tidak bertentangan
dengan ketentuan umum dan kesusilaan.11 Pada Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 terdapat perubahan nama pemborongan menjadi pekerjaan
konstruksi seluruh pekerjaannya berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi.
Pelaksanakan konstruksi ini didasarkan pada lahirnya kontrak kerja yang
dibuat antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen.
Kontrak Kerja Konstruksi merupakan kontrak antara PT. Ampuh Sejahtera
dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan adanya perubahan kontrak hanya
dapat dilaksanakan dengan kesepakatan kedua belah pihak yang mengikatkan
diri dalam kontrak tersebut; Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
1. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang
10 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.3
11 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.7
75
ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia dapat
melakukan perubahan kontrak, yang meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam Kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
c. Mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan; dan/ atau
d. Mengubah jadwal pelaksanaan.
Perubahan kontrak yang dilakukan PT. Ampuh Sejahtera sebagai
kontraktor dikarenakan tidak adanya jawaban dari Pejabat Pembuat Komitmen
dalam memenuhi kekurangan dokumen serta pembayaran pada tahap ketiga.
Sehingga konsultan pengawas mewakilkan Pejabat Pembuat Komitmen dalam
menandatangani perubahan kontrak, agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dapat dilanjutkan untuk diselesaikan. Dalam pertimbangan hukumnya terdapat
daftar pekerjaan yang belum dibayar yang disusun oleh PT. Ampuh Sejahtera
sebagai kontraktor dengan disertai foto-foto, gambar-gambar tentang pekerjaan
yang telah dilakukan. Didukung dengan keaslian dokumen pendukung yang
disyaratkan dalam kontrak.
Menghubungkan dengan bukti bertanda Laporan Hasil Pemeriksaan BPK
RI yang menyatakan bahwa sampai dengan tanggal 13 Februari 2013 bangunan
fisik 91,399% terhadap pelaksanaan pembangunan pasar kota Sukoharjo.
Hakim mempergunakan bukti laporan tersebut atas Kepatuhan terhadap
Peraturan Perundang-undangan. Karena produk lembaga negara yang lahir
berdasarkan wewenang kelembagaan BPK sesuai amanat konstitusi yaitu pasal
23E UUD 1945 yang mengatur bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan
yang bebas dan mandiri”.
Produk-produk hukum BPK tersebut bersifat final Hal ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara khususnya Pasal 1 angka 14, yaitu:
“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,
kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/ informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara
76
independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang
dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK”.
Dari bukti-bukti sebagaimana diuraikan di atas, menurut peneliti dalam
pertimbangan hakim menyatakan bahwa PT. Ampuh Sejahtera berhasil
membuktikan pembangunan pisik pasar kota Sukoharjo telah selesai. Bahwa
pertimbangan hakim tersebut sudah cukup pertimbangan dengan alasan
pekerjaan sudah selesai sesuai dengan kontrak kerja konstruksi berdasarkan
laporan pemeriksaan. Namun, Pejabat Pembuat Komitmen belum melakukan
pembayaran terhadap pelaksanakan pekerjaan konstruksi yang dilakukan PT.
Ampuh Sejahtera yang telah mencapai pada penyelesaian pekerjaan konstruksi
pasar Ir. Soekarno.
Mengenai aspek filosofis yakni keadilan dan kebenaran, dalam
penerapannya seorang hakim harus memberikan pertimbangan tentang salah
atau tidaknya seseorang atau benar tidaknya suatu peristiwa yang
dipersengketakan, kemudian memberikan dan menentukan hukumnya. Hakim
haruslah menggunakan sarana-sarana atau alat untuk memastikan tentang
peristiwa yang bersangkutan. Sebelum sampai pada anggapan peristiwa
tersebut benar terjadi, maka dilakukan pembuktian terlebih dahulu untuk
menentukan suatu kebenaran.
Dalam menentukan kebenaran suatu peristiwa, Kattsoff (1989: 180-189)
mengemukakan beberapa teori, yaitu: 1) Teori Koherensi (Coherence Theory)
yang pada prinsipnya menyatakan bahwa makna suatu pernyataan (proposisi)
cenderung benar jika makna suatu pernyataan tersebut dalam keadaan saling
berhubungan dengan makna pernyataan-pernyataan yang lain yang benar, atau
dengan kata lain makna suatu pernyataan saling berhubungan dengan
pengalaman yang ada. Ukuran derajat kebenaran menurut teori ini ialah
“derajat keadaan saling berhubungan”. Jikalau keadaan saling berhubungan
dengan semua kenyataan, itulah yang dimaksud dengan kebenaran mutlak.
Menurut analisis peneliti dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 326
K/Pdt/2016 atas perkara pekerjaan konstruksi pembangunan pasar Ir. Soekarno
kota Sukoharjo antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat
77
Komitmen Udy Bintarta, jika dilihat secara filosofis, pertimbangan hakim
dalam memutuskan perkara terhadap kasus pada pekerjaan konstruksi ini
memiliki dasar dari pemikiran salah satu filsuf yakni Plato yang merupakan
filsuf dari Yunani yang mengemukakan teori keadilan.
Plato mendefinisikan keadilan sebagai “the supreme virtue of the good
state”, sedang orang yang adil adalah “the self diciplined man whose passions
are controlled by reasson”. Bagi Plato keadilan tidak dihubungkan secara
langsung dengan hukum. Baginya keadilan dan tata hukum merupakan
substansi umum dari suatu masyarakat yang membuat dan menjaga
kesatuannya.
Pembagian kerja sesuai dengan bakat, bidang keahlian dan keterampilan
setiap orang itulah yang disebut dengan keadilan. Konsepsi keadilan Plato yang
demikian ini dirumuskan dalam ungkapan “giving each man his due” yaitu
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Untuk itu hukum
perlu ditegakkan dan Undang-undang perlu dibuat.
Plato memandang suatu masalah yang memerlukan pengaturan dengan
undang-undang harus mencerminkan rasa keadilan, sebab bagi Plato hukum
dan undang-undang bukanlah semata-mata untuk memelihara ketertiban dan
menjaga stabilitas negara, melainkan yang paling pokok dari undang-undang
adalah untuk membimbing masyarakat mencapai keutamaan, sehingga layak
menjadi warga negara dari negara yang ideal. Jadi hukum dan undang-undang
erat kaitannya dengan kehidupan moral dari setiap warga masyarakat.12
Menurut Plato, keadilan dapat terwujud dalam suatu masyarakat bilamana
setiap anggota melakukan secara baik menurut kemampuannya, fungsi yang
sesuai atau yang selaras baginya. Kesamaan dan kesesuaian ini dapat
meletakkan prinsip-prinsip keadilan, karena pada dasarnya hukum harus
menjadi penuntun agar orang dapat mengambil posisi yang adil dengan tetap
memperhatikan kepentingan individunya, dan bertindak proposional sesuai
dengan haknya serta tidak melanggar hukum yang berlaku. Dengan demikian
12 Bahder Johan Nasution, Kajian Filosofis tentang Hukum dan Keadilan dari PemikiranKlasik sampai Pemikiran Modern, Fakultas Hukum Universitas Jambi, Yustisia Vol. 3 No.2 Mei -Agustus 2014, h.6
78
keadilan sangat berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak dalam
melaksanakan kesepakatan perjanjian sebagai bentuk tanggung jawabnya.
Pertimbangan hakim melalui putusan ini, peneliti menilai bahwa keadilan
dan kebenaran merupakan hal yang utama dalam pertimbangan hakim untuk
memutuskan putusan ini. Kemudian pertimbangan dari Majelis Hakim
Mahkamah Agung mengenai hukuman melalui pembayaran yang kurang dalam
pekerjaan konstruksi pasar dari pengguna jasa kepada penyedia jasa menurut
peneliti sudah cukup untuk memenuhi rasa keadilan bagi kontraktor sebagai
penyedia jasa. Karena kekurangan pembayaran dari pengguna jasa dalam
pekerjaan konstruksi sehingga tepat oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung
pengguna jasa wajib membayarkan biaya pekerjaan konstruksi yang tersisa dan
belum dilakukan, sesuai dengan perjanjian pekerjaan konstruksi yang dibuat.
Apabila dianalisa dari aspek sosiologis, pertimbangan hakim sudah dapat
memberikan pertimbangan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat,
khususnya dalam memenuhi prestasi perjanjian pekerjaan konstruksi. Antara
penyedia jasa sebagai kontraktor dengan pengguna jasa sebagai pemberi tugas,
sama-sama memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi prestasinya. Ketika
hak dan kewajiban tersebut dilanggar, maka para pihak yang melakukan
pelanggaran wajib memberikan tanggung jawab. Oleh karena itu, pertimbangan
hakim yang mengabulkan kekurangan pembayaran dari pengguna jasa sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada penyedia jasa atas pembayaran yang
belum dilakukan dalam pekerjaan konstruksi pasar Ir. Soekarno telah sesuai
dengan nilai-nilai sosial dari masyarakat Indonesia.
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam kasus Perjanjian Jasa Konstruksi
antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Udy Bintarta sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen dalam pembangunan rehabilitasi pasar Ir. Soekarno. Menurut
peneliti, dalam pertimbangan hakim Mahkamah Agung pertanggungjawaban
yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen adalah menyelesaikan
kekurangan pembayaran pekerjaan yang belum dilakukan sebesar Rp
6.214.750.000 terhadap pekerjaan konstruksi kepada PT. Ampuh Sejahtera,
karena pembayaran pekerjaan ini sudah diatur secara detail dalam ketentuan
79
kontrak kerja konstruksi yang dibuat antara PT. Ampuh Sejahtera dengan
Pejabat Pembuat Komitmen.
Dengan demikian, pertimbangan hakim Mahkamah Agung yang
memberikan hasil putusan Nomor 326 K/Pdt/2016 yang ditetapkan oleh
majelis hakim. Menurut peneliti sudah masuk ke dalam putusan final and
binding yang megikat kedua belah pihak. Berkaitan dengan ini, pelaksanaan
putusan yang dilakukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen yang sudah
melakukan wanprestasi adalah, putusan yang menghukum salah satu pihak
untuk membayar sejumlah uang. Putusan ini juga masuk kedalam putusan
akhir yang bersifat condemnatoir yaitu putusan hakim yang memuat
menghukum salah satu pihak yang berperkara, untuk memenuhi prestasi. Pihak
yang menerima hukum tersebut untuk memenuhi prestasinya dalam perkara ini
adalah Pejabat Pembuat Komitmen Udy Bintarta, yang sudah terbukti telah
dinyatakan oleh majelis hakim melakukan wanprestasi dan diwajibkan untuk
memenuhi prestasi yang belum dilaksanakan kepada PT. Ampuh Sejahtera.
Menurut pendapat peneliti, analisa kasus putusan Nomor 326 K/Pdt/2016
atas perkara wanprestasi Pejabat Pembuat Komitmen Udy Bintarta dalam
perjanjian harga satuan paket pekerjaan konstruksi, harus dilakukan
pembayaran sesuai dengan perjanjian yang sudah memenuhi peraturan
pekerjaan konstruksi yang berlaku, agar permasalahan pekerjaan konstruksi
dalam perjanjian ini dapat terselesaikan. serta kedepannya penyelesaian
perkara dalam penelitian ini memberikan solusi bagi permasalahan pekerjaan
konstruksi dilapangan untuk peristiwa yang serupa.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,
maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaturan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi serta peraturan
pelaksananya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan dan perubahan-perubahannya yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 59 Tahun 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2015 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2016. Dari Peraturan pelaksanaan
konstruksi ini, dilakukan untuk mengatur pekerjaan konstruksi mengenai
rumusan pekerjaan yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan, agar dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang termuat dalam peraturan pekerjaan konstruksi yang berlaku,
dan pekerjaan konstruksi pasar Ir. Soekarno ini dapat dilaksanakan dengan
maksimal.
2. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 326
K/Pdt/2016 atas perkara sengketa pada pekerjaan konstruksi pembangunan
pasar Ir. Soekarno kota Sukoharjo antara PT. Ampuh Sejahtera dengan
Pejabat Pembuat Komitmen sesuai dengan peraturan dan fakta dilapangan,
karena berdasarkan pada bukti yang dikemukakan oleh penyedia jasa yakni
PT. Ampuh Sejahtera dipengadilan, Pejabat Pembuat Komitmen memiliki
kekurangan pembayaran dalam pekerjaan konstruksi kepada PT. Ampuh
Sejahtera, kelalaian yang dilakukan Pejabat Pembuat Komitmen dalam
pembayaran pekerjaan konstruksi didasarkan pada Pasal 1238 KUH Perdata.
Kemudian, tanggung jawab yang harus dilakukan Pejabat Pembuat
Komitmen berupa penggantian biaya dari pekerjaan konstruksi yang sudah
dilakukan oleh PT. Ampuh Sejahtera dengan dasar pada peraturan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mengenai pekerjaan
81
yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan harus bertanggung jawab
untuk memenuhi pekerjaan tersebut agar sesuai dengan ketentuan dalam
perjanjian. dalam teori keadilan yang dikemukakan oleh Plato bahwa
keadilan dapat terwujud dalam suatu masyarakat bilamana setiap anggota
melakukan secara baik menurut kemampuannya, fungsi yang sesuai atau
yang selaras baginya. Kesamaan dan kesesuaian ini dapat meletakkan
prinsip-prinsip keadilan, karena pada dasarnya hukum harus menjadi
penuntun agar orang dapat mengambil posisi yang adil dengan hak dan
kewajibannya untuk melaksanakan kesepakatan dalam perjanjian sebagai
bentuk tanggung jawabnya. Sehingga putusan hakim Mahkamah Agung
dalam pertimbangannya sudah tepat dalam menerapkan keadilan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi.
B. Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan terkait pembahasan dalam skripsi ini yaitu :
1. Perlunya dilakukan pertimbangan serta perhitungan yang lebih matang pada
proyek yang akan dilaksanakan, baik dari alat, bahan dan perkiraan
besarnya biaya, sehingga proyek dapat diselesaikan dengan tepat waktu
sesuai dengan nilai kontrak meskipun dalam pelaksanaannya terdapat
perubahan kontrak. Juga perlu adanya pengawasan dan peran serta anggota
masyarakat dalam pelaksanaan perjanjian jasa pemborongan serta mencegah
adanya penyimpangan terhadap pelaksanaannya.
2. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah dalam merencanakan suatu proyek
pembangunan Pasar agar lebih bijak dalam hal memperhatikan ketersediaan
dana dan pengalokasian Anggaran Daerah.
3. Dalam pelelangan, bagi penyedia jasa agar pada saat serah terima pekerjaan
dari pengguna jasa ke penyedia jasa memperhatikan keberadaan sub
kontraktor ini, dimana penyedia jasa harus memberikan kontrak yang
berkaitan dengan kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dengan sub
kontraktor kepada pengguna jasa.
82
DAFTAR PUSTAKA
BUKUAli, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 6, Jakarta: Sinar Grafika,
2016.
, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011.
Amari, Mohammad dan Asep N. Mulyana, Kontrak Kerja KonstruksiDalamPerspektif Tindak Pidana Korupsi, Semarang: Aneka Ilmu,2010.
Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif HukumProgresif), Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni,1994.
Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya diBidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.
Fuady, Munir, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung: CitraAditya Bakti, 1998.
Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Harahap, M. Yahya, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung, PenerbitAlumni, 1986.
Ibrahim, Johny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, JawaTimur: Bayumedia Publishing, 2007.
J.A.Mukumoko, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Jakarta:Gaya Media Pratama, 1986.
Komariah, Hukum Perdata, Malang: Universitas MuhammadiyahMalang, 2002.
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta:Liberty, 1986.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2010.
83
, Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra AdityaBakti 1990.
Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2002.
Prodjodikoro,Wirjono, Azaz-Azaz Hukum Perjanjian, Bandung: SumurBandung,1981.
Raharjo, Hendri, Hukum Perjanjian di Indonesia,Yogyakarta: PustakaYustisia, 2009.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,1982.
, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TinjauanSingkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1979.
, dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita,2000.
, Aneka Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa,1992.
, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 2010.
Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Visimedia,2008.
Sinaga, Budiman, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dariPrespektif Sekretaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Bina Cipta, 1987.
Salim. H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:Sinar Grafika, 2013.
Simamora, Sogar, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan JasaPemerintah di Indonesia, Surabaya: Laksbang Justisia, 2013.
Sutedi, Adrian, Aspek Hukun Pengadaan Barang dan Jasa dan BerbagaiPermasalahannya, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
84
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, Hukum Bangunan PerjanjianPemborongan Pembangunan, Cet. 1, Yogyakarta: Liberty, 1982.
Toelle, Marthen H, Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa KonstruksiPemerintah di Indonesia. Salatiga: Griya Media, 2011.
Tirtodiningrat, K.R.T.M, Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang,Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika, 1966.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANKitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Perubahan Atas Undang-UndangNomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Kontsruksi.
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Perubahan Atas PeraturanPresiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan JasaKonstruksi.
JURNALDinda, Anna Zatika,Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2 Sidomulyo kotabaru Antara PT HutamaKarya (Persero) Dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, FakultasHukum Universitas Lampung, 2018.
Johan, Bahder Nasution, Kajian Filosofis tentang Hukum dan Keadilandari Pemikiran Klasik sampai Pemikiran Modern,Fakultas HukumUniversitas Jambi, Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014.
Kevin, Angkouw, Fungsi Mahkamah Agung Sebagai Pengawas InternalTugas Hakim Dalam Proses Peradilan, Fakultas Hukum Unsrat,Jurnal Lex Administratum, Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2014.
Rengkung, Filiberto J.D, Tanggung Jawab Hukum Terhadap PenyediaBarang dan Jasa Dalam Pelaksanaan Jasa KonstruksiBerdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang JasaKonstruksi, Fakultas Hukum Unsrat, Jurnal Lex Crimen Vol.VI/No.9/Nov/2017.
85
Trianggara, Rizky, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam SerahTerima Bangunan Antara Pengembang Dengan Kontraktor,Universitas Diponegoro, 2013.
Wulandari, Embun Nurani, Implikasi Pemberlakuan Undang-UndangNomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi Terhadap KlausulaPenyelesaian Sengketa Pada Kontrak Kerja Konstruksi diIndonesia, Fakultas Hukum Sebelas Maret, Jurnal Privat Law, Vol.VI No. 2 Juli-Desember 2018.
KAMUSDepartemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
.INTERNET
http://putusan.mahkamahagung.go.id, Putusan MA No. 326 K/Pdt/2016,diakses pada tanggal 28 Maret 2019.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A NNomor 326 K/Pdt/2016
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata pada tingkat kasasi telah memutus sebagai berikut dalam
perkara:
1 UDY BINTARTA, S.H., selaku Pejabat Pembuat Komitmen
pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo tahun anggaran 2012, bertempat tinggal di Jalan
Jaksa Agung R. Suprapto Nomor 13 Sukoharjo, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Joko Susanto, S.H.,M.H., Kepala
Kejaksaan Negeri Sukoharjo selaku Pengacara Negara
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Agustus 2015 dan
kuasa subtitusi kepada Titiek Maryani Agustina, S.H dan
kawan-kawan semuanya sebagai Jaksa Pengacara Negara yang
berkantor di Jalan Jaksa Agung R Suprapto Nomor 1 Sukoharjo
berdasarkan Surat Kuasa Subtitusi Nomor: SK-1076/O.3.34/
Gp/08/2015 tanggal 12 Agustus 2015;
2 BUPATI SUKOHARJO, berkedudukan di Jalan Jenderal
Sudirman Nomor 199 Sukoharjo, dalam hal ini memberi kuasa
kepada Joko Susanto, S.H.,M.H., Kepala Kejaksaan Negeri
Sukoharjo selaku Pengacara Negara berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor 180/3119/2015 tanggal 12 Agustus 2015 dan
kuasa subtitusi kepada Titiek Maryani Agustina, S.H., dan
kawan-kawan semuanya sebagai Jaksa Pengacara Negara yang
berkantor di Jalan Jaksa Agung R Suprapto Nomor 1 Sukoharjo
berdasarkan Surat Kuasa Subtitusi Nomor: SK-1075/O.3.34/
Gp/08/2015 tanggal 12 Agustus 2015;
Para Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Terbanding I/Pembanding II
dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/Pembanding III;
L a w a n
PT. AMPUH SEJAHTERA, berkedudukan di Jalan Bengawan Solo
Nomor 2A Sukoharjo, diwakili oleh RM. Ary PS Hadikusumo, C.Eng,
selaku Direktur Utama, dalam hal ini memberi kuasa kepada Farida
Halaman 1 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Sulstyani, S.H.,CN.,LL.M., dan kawan-kawan, Advokat, berkantor di
Farida Sulistyani & Partners, beralamat di Jalan Sampit II Nomor 13
Blok B 4 RT.004/RW.006 Kramat Pela, Kebayoran Baru Jakarta
Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 2 September 2015;
Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Pembanding I/Terbanding II;
d a n:
1 KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN KABUPATEN SUKOHARJO,
berkedudukan di Jalan Jaksa Agung R. Suprapto Nomor 13
Sukoharjo;
2 SEKRETARIS DAERAH SUKOHARJO, berkedudukan di
Jalan Jendral Sudirman Nomor 199 Sukoharjo,
3 INDAR YATMOKO, S.T., DIREKTUR PT. DIENG
AGUNG, bertempat tinggal di Jalan Tumpang IV Nomor 19
Semarang,
4 WP.SUKADI, DIREKTUR UTAMA CV. DHARMA
CIPTA, bertempat tinggal di Jalan Veteran Nomor 60
Pandean, Jetis, Sukoharjo;
5 PANITIA PENERIMA HASIL PEKERJAAN
PENGADAAN BARANG/JASA KEGIATAN
REHABILITASI/ PEMELIHARAAN PASAR PEDESAAN
(PEMBANGUNAN PASAR KOTA SUKOHARJO) PADA
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKOHARJO, TAHUN ANGGARAN
2012, berkedudukan di Jalan Jaksa Agung R. Suprapto Nomor
13 Sukoharjo;
Para Turut Termohon Kasasi dahulu Turut Tergugat I, III, IV, V dan
VI/Turut Terbanding I, III, IV, V dan VI;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
Termohon Kasasi dahulu sebagai dahulu Penggugat/Pembanding I/Terbanding II telah
menggugat sekarang Para Pemohon Kasasi dan Para Turut Termohon Kasasi dahulu
sebagai Tergugat/Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding
2
2
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
II/Pembanding III dan Turut Tergugat I, III, IV, V dan VI/Turut Terbanding I, III, IV, V
dan VI di muka persidangan Pengadilan Negeri Sukoharjo pada pokoknya atas dalil-
dalil:
1 Bahwa berdasarkan Berita Acara Nomor 135/PBJ-Disperindag/V/2012
Tanggal 24 Mei 2012 tentang Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)
Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo, PT. Ampuh Sejahtera/Penggugat
ditetapkan sebagai calon pemenang dengan Nilai Penawaran Terkoreksi
sebesar Rp24.859.000.000,00. Selanjutnya di dalam Layanan Pengadaan
Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Sukoharjo, Penggugat ditetapkan
sebagai pemenang lelang pembangunan Pasar Kota Sukoharjo.
2 Bahwa pada tanggal 12 Juni 2012 antara Penggugat/RM Ary PS
Hadikusumo, C.Eng selaku Direktur Utama PT Ampuh Sejahtera dengan
Tergugat/Udy Bintarta, S.H., selaku Pejabat Pembuat Komitmen Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo sesuai Surat
Keputusan Pengangkatan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo Nomor 870/36.3/2012 tanggal 7 Januari 2012, yang
bertindak untuk dan atas nama Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo, telah menandatangani Surat Perjanjian Harga
Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan
Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota Sukoharjo
Nomor 602.3/638/VI/2012 yang diketahui oleh Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I;
3 Bahwa pada tanggal 13 Juni 2012, Kepala Sub Bagian Program Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo selaku Pejabat
Pembuat Komitmen/Tergugat menerbitkan Surat Nomor 602.3/666/
VI/2012 Perihal: Penyerahan Lapangan/Lokasi Pekerjaan, yang ditujukan
kepada Penggugat, dalam surat tersebut dinyatakan:
• Menyerahkan seluruh lapangan/lokasi dan bagian-bagiannya
kepada penyedia jasa untuk dimanfaatkan, dijaga dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan pekerjaannya;
• Penyedia jasa bertanggungjawab penuh dalam hal keselamatan
dan keamanannya terhadap seluruh lapangan/lokasi dan bagian-
bagiannya yang telah diserahkan;
3
Halaman 3 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Segala sesuatu yang timbul akibat pelaksanaan di lapangan/
lokasi pekerjaan tersebut menjadi tanggungjawab penyedia;
Bahwa dengan demikian terhitung sejak tanggal 13 Juni 2012, lokasi Pembangunan
Pasar Kota Sukoharjo berada di bawah penguasaan dan tanggungjawab Penggugat
dan sampai dengan diajukannya gugatan ini, lokasi pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo belum diserahterimakan kembali kepada Tergugat, dengan demikian
masih menjadi hak Penggugat;
4 Bahwa Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan oleh Tergugat
pada tanggal 14 Juni 2012, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 195
(seratus sembilan puluh lima) hari kalender;
5 Bahwa pada tanggal 21 Juni 2012, telah dilaksanakan uizet lapangan
bersama Konsultan Perencana/Turut Tergugat V, Konsultan Pengawas/
Turut Tergugat IV, Disperindag dan Penggugat, dengan hasil di bagian
Gedung B lokasi lahan tidak mencukupi (kondisi lapangan tidak sesuai
dengan gambar perencanaan), terbukti bahwa gambar perencanaan di
awal sebelum pelaksanaan fisik pekerjaan di lapangan tidak dapat
diterapkan;
6 Bahwa sejak awal pelaksanaan pekerjaan pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo tersebut telah terjadi keterlambatan yang disebabkan adanya
Peristiwa Kompensasi sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat Umum
Kontrak (SSUK) klausul 59.1.c dan klausul 59.1.f. Atas kelalaian
maupun kesalahan dari Tergugat tersebut, Penggugat sudah melakukan
upaya baik secara lisan maupun tertulis;
7 Bahwa Peristiwa Kompensasi sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat
Umum Kontrak (SSUK) klausul 59.1.c dan klausul 59.1.f, yaitu:
• PPK tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/atau
instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan;
• PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;
sedangkan kedua hal di atas sangat mempengaruhi dimulai, dilaksanakan dan
diselesaikannya pekerjaan pembangunan pasar, mengingat:
a Bahwa gambar kerja yang ada dalam Dokumen Lelang
tidak jelas dan tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan
pekerjaan di lapangan secara maksimal;
4
4
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Ini menunjukan bukti awal permulaan bahwa di awal pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pekerjaan tidak bisa dilaksanakan secara simultan bersamaan sehingga
jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah disepakati juga belum bisa secara
maksimal dilaksanakan;
b Bahwa sepatutnya Penggugat diberikan perhitungan
kekuatan konstruksi karena Penggugat yang melaksanakan
pekerjaan konstruksinya, dengan melihat kenyataan bahwa
Penggugat belum diberi perhitungan kekuatan konstruksi
membuat Penggugat khawatir terhadap kekuatan
konstruksinya. Meskipun Penggugat sudah mengajukan
surat mengenai hal tersebut, akan tetapi Penggugat tidak
mendapatkan jawaban/ tanggapan dari Tergugat;
c Bahwa pada 9 (sembilan) hari kalender setelah SPMK
diterbitkan, Penggugat telah menyampaikan surat kepada
Tergugat perihal Kelengkapan Gambar Proyek
Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo;
Bahwa Penggugat menyampaikan kepada Tergugat agar segera diberikan
Gambar Detail Penulangan yang belum ada di gambar kerja yang ada dalam
Dokumen Lelang, yaitu:
- Detail Pembesian Sloof Struktur;
- Detail Pembesian Sloof Praktis;
- Detail Pembesian ring+kolom praktis;
Detail Penulangan Sloof Struktur ini sangat penting karena Penggugat tidak akan
bisa mulai kerja apabila tidak dilaksanakan lebih dulu karena mengikat kaki
kekuatan struktur dan dibawah harus dikerjakan terlebih dulu. Hal ini
membuktikan, bahwa Pekerjaan Penulangan ini tidak bisa dikerjakan secara
simultan bersamaan dan juga tidak bisa memenuhi jadwal pelaksanaan
pekerjaan. Surat Penggugat inipun tidak mendapatkan jawaban/tanggapan dari
Tergugat;
d Bahwa pada 13 (tiga belas) hari kalender setelah SPMK
diterbitkan atau sampai dengan tanggal 27 Juni 2012,
Penggugat belum mendapat jawaban dari Tergugat
sehingga Penggugat menyampaikan surat yang isinya
meminta jawaban atas surat-surat yang telah dikirimkan
5
Halaman 5 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kepada Penggugat, sedangkan waktu yang tersisa tinggal 5
(lima) bulan;
e Bahwa pada 36 (tiga puluh enam) hari kalender setelah
SPMK diterbitkan, Penggugat menyampaikan surat
kepada Tergugat terkait dengan kelengkapan administrasi;
Bahwa Penggugat untuk kesekian kalinya minta kepada Tergugat kekurangan-
kekurangan gambar, yang membuat pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak
maksimal. Surat Penggugat ini tidak mendapatkan jawaban/tanggapan dari
Tergugat;
f Bahwa pada 44 (empat puluh empat) hari kalender setelah
SPMK diterbitkan, Penggugat menyampaikan surat
kepada Tergugat, perihal Permintaan Perhitungan
Kekuatan Struktur, bahwa surat Penggugat ini menyusuli
surat Penggugat sebelumnya, bahwa Perhitungan
Kekuatan Struktur (konstruksi) sangat penting bagi
Penggugat sebagai pelaksana karena Penggugat harus
mengetahui kekuatan struktur yang sebenarnya, sangat
berbahaya kalau Penggugat sebagai pelaksana tidak
mengetahui kekuatan struktur yang sebenarnya dan
Perhitungan Kekuatan Struktur merupakan salah satu
persyaratan pengajuan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).
Surat Penggugat ini tidak mendapatkan jawaban/
tanggapan dari Tergugat;
g Bahwa pada pertengahan bulan Agustus 2012 Konsultan
Perencana/ Turut Tergugat V menyampaikan kepada
Penggugat, Buku Perhitungan Kekuatan Konstruksi yang
di dalamnya belum ada perhitungan kekuatan baja;
h Bahwa 103 (seratus tiga) hari kalender setelah SPMK
diterbitkan, tepatnya pada tanggal 25 September 2012
diselenggarakan Rapat Evaluasi Pelaksanaan
Pembangunan Pasar “Ir. Soekarno” di ruang rapat Bupati
Sukoharjo, dipimpin oleh Bupati Sukoharjo/Turut
Tergugat II, dalam rapat tersebut diakui oleh Konsultan
Perencana/Turut Tergugat V:
6
6
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• adanya kekurangan-kekurangan gambar yang akan dilengkapi paling lambat pada
tanggal 29 September 2012;
• Pagu Anggaran 27 M yang ditawar oleh Penggugat/ PT. Ampuh Sejahtera sebesar
Rp24.859.000.000,00 – Pagu Anggaran 27 M belum selesai secara keseluruhan
dalam artian bangunan pasar belum bisa berfungsi dan masih banyak sekali
pekerjaan yang belum bisa berfungsi walaupun Penggugat sudah selesai total 100
% sesuai kontrak;
• Dalam pelaksanaan terjadi perubahan-perubahan signifikan;
• Memperlihatkan gambar-gambar yang sedang/sudah direvisi;
Dalam rapat tersebut Penggugat/PT. Ampuh Sejahtera menyampaikan:
• Akumulasi kelambatan pekerjaan di lapangan sejak awal pelaksanaan pekerjaan
dikarenakan gambar yang tidak jelas dan tidak lengkap, sehingga tidak bisa
segera dilaksanakan secara simultan bersamaan dan tidak bisa memenuhi jadwal
pelaksanaan pekerjaan, sedangkan waktu yang tersisa 92 (sembilan puluh dua)
hari kalender, ini bukanlah kesalahan/kelalaian PT. Ampuh Sejahtera/Penggugat;
- Gambar yang dijadikan pedoman di lapangan merupakan gambar yang
disusulkan kemudian, setelah diminta oleh Penggugat;
Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II menegaskan:
• Kunci ada di Konsultan Perencana/Turut Tergugat V;
• Konsultan Perencana/ Turut Tergugat V harus secepatnya melengkapi gambar-
gambar yang kurang;
• Kontraktor diminta untuk bekerja sesuai kaidah tehnis;
Bahwa dari hasil rapat tersebut terbukti bahwa keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan bukan disebabkan karena kesalahan/kelalaian Penggugat;
a Bahwa pada 107 (seratus tujuh) hari kalender setelah
diterbitkan SPMK, atau tepatnya pada tanggal 29
September 2012 tercatat dalam Buku Direksi bahwa CV.
Dharma Cipta selaku Konsultan Perencana/Turut Tergugat
V, menyerahkan gambar revisi (detail-detail gambar)
sebanyak 80 lembar kepada Penggugat;
Bahwa dari 80 lembar gambar yang diserahkan Konsultan Perencana/ Turut
Tergugat V tersebut, terdapat 51 lembar gambar yang semula belum ada dalam
Dokumen Pengadaan yang dijadikan dasar pelelangan. Bahwa setelah Penggugat
mencermati gambar-gambar detail yang telah diserahkan oleh Konsultan
7
Halaman 7 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Perencana/Turut Tergugat V tersebut, ternyata gambar susulan tersebut tetap
belum lengkap;
b Bahwa Penggugat menyampaikan surat kepada Kepala
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo/Turut Tergugat I dengan Nomor 1163/AMPS/
SKH/I/2013 Tanggal 4 Januari 2013, yang ditembuskan
kepada Tergugat, yang isinya menjelaskan bahwa masih
terdapat pekerjaan-pekerjaan yang tidak jelas dan akan
membuat pembangunan pasar tidak nyaman, antara lain:
• Plafon lantai 2 tidak bisa dilaksanakan, apabila tidak ditambah gantungan-
gantungan untuk memperkuat rangka plafond dan tidak ada di gambar detail
bentangannya dan juga warna catnya belum ditentukan;
• Perkuatan railing tangga dan balkon yang terlalu panjang bentangannya dan juga
warna catnya belum ditentukan;
• Detail talang jurai tidak ada sehingga belum dikerjakan (padahal jurai
menentukan kebocoran dan penyelesaian atap) dan anggarannya juga tidak ada;
• Akhiran plafon pada teras juga tidak ada beton stop plafonnya;
• Adanya sumur yang sesuai gambar ada kios/losnya, namun tidak ada yang berani
mengerjakan, konon katanya “angker“;
Surat Penggugat ini tidak mendapatkan tanggapan/jawaban dari Tergugat dan
Turut Tergugat I, dengan tidak adanya jawaban maupun tanggapan atas hal
tersebut, mengakibatkan Penggugat tidak bisa bekerja secara simultan/
bersamaan dengan cepat;
a Bahwa terdapat permasalahan, adanya sumur yang sesuai
gambar ada kios/losnya, sehingga tidak ada yang berani
mengerjakan, konon katanya “angker“. Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/
Turut Tergugat I melakukan peninjauan ke lapangan dan
memberikan arahan, sebagai berikut:
Di karenakan situasi dan kondisi serta masih dikeramatkan sumur tua tersebut,
diputuskan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo/Turut Tergugat I, antara lain:
• Menghilangkan pekerjaan 2 kios yang tepat berada pada lokasi sumur tua
tersebut;
8
8
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Merapikan lokasi di sekitar sumur tua tersebut;
• Dinas akan memfungsikan sumur tersebut sebagai tempat sumber air untuk
kegiatan pasar;
Bahwa dari kejadian tersebut, maka terbukti terdapat kendala yang menyebabkan
terhambat dan berakibat terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, yang terjadi bukan karena kesalahan/ kelalaian Penggugat;
a Bahwa pada Notulen Rapat Monitoring dan Evaluasi
tanggal 5 September 2012, Tergugat dan Konsultan
Perencana/ Turut Tergugat V, mengakui bahwa
ketidakjelasan/kekurangan gambar sebagai penyebab
keterlambatan pekerjaan;
b Bahwa pada tanggal 15 September 2012 dalam Buku
Direksi CV. Dharma Cipta selaku Konsultan Perencana/
Turut Tergugat V memerintahkan pekerjaan bangunan B
untuk lantai 3 ditunda (sampai plat lantai 2 aja), dengan
demikian untuk pekerjaan lain di bangunan B, yaitu
fabrikasi besi untuk kolom, pengecoran beton dan
pekerjaan begesting belum bisa Penggugat laksanakan
sehingga jadwal pelaksanaan yang ada tidak dapat
terpenuhi;
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 2012 CV. Dharma Cipta selaku Konsultan
Perencana/Turut Tergugat V memerintahkan Pekerjaan bangunan B bisa
dilanjutkan kembali. Hal ini menimbulkan permasalahan baru terkait schedule
pengecoran dari produsen beton (ready mix), sehingga jadwal menjadi terlambat
dan jadwal pengaturan pengecoran berubah semua, dengan adanya penundaan
tersebut, Penggugat kehilangan waktu selama 27 (dua puluh tujuh) hari kalender
untuk mengerjakan bangunan B. Hal ini merupakan bukti, bahwa keterlambatan
pekerjaan dan penyelesaian pembangunan pasar bukanlah karena adanya
kesalahan/Kelalaian Penggugat;
8 Bahwa dampak adanya Peristiwa Kompensasi diatur dalam SSUK
Klausul 26.3. ditentukan, bahwa Jika keterlambatan tersebut semata-mata
disebabkan oleh Peristiwa Kompensasi maka PPK dikenakan kewajiban
pembayaran ganti rugi;
Bahwa dengan uraian sebagaimana dalam dalil gugatan angka 7, maka jelas
terdapat Peristiwa Kompensasi, dengan demikian Penggugat berhak untuk menuntut
9
Halaman 9 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dan mendapatkan pembayaran ganti rugi karena Peristiwa Kompensasi dari
Tergugat tersebut;
9 Bahwa pada tanggal 6 November 2012 telah dilakukan Penandatanganan
Adendum Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012 (CCO) antara
Penggugat dengan Tergugat diketahui Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I. Telah disepakati
bersama antara Tergugat, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I, Konsultan Pengawas/Turut
Tergugat IV, Konsultan Perencana/Turut Tergugat V dan Penggugat
bahwa nantinya akan disusul dengan Adendum Kontrak Kedua (CCO2)
yang akan diberi tanggal 26 Desember 2012 dengan kelengkapan
administrasinya. Oleh karena itu pekerjaan dilapangan setelah tanggal 6
November 2012 disesuaikan dengan draf CCO2 yang selalu dibahas
secara intensif oleh Penggugat, Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV
dan Konsultan Perencana/Turut Tergugat V;
Bahwa salah satu bukti pekerjaan setelah tanggal 6 November 2012 mengacu pada
draf CCO2 adalah, pada tanggal 1 Februari 2013 Konsultan Perencana/ Turut
Tergugat V dan Konsultan Pengawas/ Turut Tergugat IV menyampaikan Gambar
Perubahan dan Gambar Susulan yang mendasarkan draf CCO2 kepada Penggugat,
yaitu antara lain:
• Gambar susulan Rencana Penggantung Plafon;
• Perubahan Gambar Penutup GRC;
• Perubahan Gambar Ikatan Angin;
• Perubahan Gambar Atap.;
Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, pada tanggal 1 Februari 2013 masih
ada Gambar Perubahan dan Gambar Susulan. Hal tersebut jelas mengakibatkan
Penggugat tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu;
1 Bahwa pada tanggal 26 Desember 2012, yaitu tanggal habisnya jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan Tergugat tidak menerbitkan dasar apapun
untuk kelanjutannya, namun dalam rapat koordinasi Tergugat dan Kepala
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut
Tergugat I dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV secara lisan
memerintahkan dan/atau menginstruksikan kepada Penggugat untuk tetap
melanjutkan pekerjaan di lapangan, dengan adanya instruksi tersebut dan
10
10
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
diikuti dengan niat baik dari Penggugat, maka Penggugat bekerja untuk
dapat segera menyelesaikan pekerjaan demi Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo dan rakyat khususnya para pedagang yang akan menempati
pasar;
2 Bahwa pada periode setelah tanggal 26 Desember 2012, Penggugat
secara lisan dalam rapat-rapat koordinasi bersama dengan Tergugat dan
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut
Tergugat I dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV serta Konsultan
Perencana/ Turut Tergugat V, diminta untuk meneruskan pekerjaan di
lapangan dengan mendasarkan pada Rencana CCO2 yang seringkali pula
dilakukan pembahasan secara intensif bersama dengan Konsultan
Pengawas/Turut Tergugat IV dan Konsultan Perencana/Turut Tergugat
V. Pembahasan secara intensif dan rapat-rapat koordinasi tersebut
merupakan dasar bagi Penggugat untuk melaksanakan dan menyelesaikan
pembangunan;
3 Bahwa Perubahan Lingkup Pekerjaan Kedua Rencana Anggaran Tambah
Kurang telah ditandatangani oleh Konsultan Perencana/Turut Tergugat V
dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV. Hal ini membuktikan bahwa
CCO2 sudah dilaksanakan namun anehnya Tergugat, Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I
serta PPHP/Turut Tergugat VI sampai dengan hari ini belum menanda
tangani CCO 2 tersebut. Di dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)
Klausul 14.3 disebutkan bahwa dalam melaksanakan kewajibannya,
Pengawas Pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan PPK. Jika
tercantum dalam SSKK, Pengawas Pekerjaan dapat bertindak sebagai
wakil sah PPK. Dengan demikian secara hukum Tergugat tidak dapat
secara sepihak mengingkari yang sudah dilakukan oleh Konsultan
Pengawas/Turut Tergugat IV;
4 Bahwa pada tanggal 3 Januari 2013, Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II
menerbitkan surat Nomor 900/023/2013 perihal mohon persetujuan
mendahului Perubahan APBD 2013, yang ditujukan kepada Ketua
DPRD Kabupaten Sukoharjo:
Dinyatakan dalam surat tersebut, minta kepada DPRD untuk menyetujui dana
sebesar Rp6.214.750.000,00 untuk membiayai sisa pekerjaan fisik pasar sebesar
25%.
11
Halaman 11 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Surat Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II tersebut membuktikan bahwa pada saat
itu tidak ada anggaran untuk pekerjaan fisik pasar, namun pekerjaan di lapangan
diteruskan meskipun anggaran untuk itu baru diajukan. Hal tersebut jelas diketahui
baik oleh Tergugat, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo/Turut Tergugat I, Bupati Sukoharjo/ Turut Tergugat II dan Sekretaris
Daerah Sukoharjo/Turut Tergugat III;
5 Bahwa 2 (dua) hari setelah rapat koordinasi tanggal 11 Februari 2013,
tepatnya pada tanggal 13 Februari 2013, Penggugat menerima Surat
Tergugat Nomor 870/1494.1/XII/2012 tertanggal 22 Desember 2012
perihal Pemberian Kesempatan Menyelesaikan Pekerjaan, yang
ditembuskan kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I dan Konsultan Pengawas/Turut
Tergugat IV. Didalam surat dinyatakan pemberian kesempatan selama 50
(lima puluh) hari terhitung mulai tanggal 26 Desember 2012 sampai
dengan tanggal 13 Februari 2013. Surat diberikan kepada Penggugat pada
tanggal 13 Februari 2013 namun surat Penggugat tersebut tertulis
tertanggal 22 Desember 2012. Hal ini jelas merupakan perbuatan yang
tidak sepatutnya menurut hukum, yang dilakukan oleh Tergugat;
Bahwa surat Tergugat tersebut sama sekali tidak berdasar hukum karena di dalam
surat tersebut dinyatakan:
a Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2012;
Pada kenyataannya tidak dikenal adanya Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 54 Tahun 2012, dengan demikian surat tersebut mengacu pada peraturan
yang tidak ada;
b Sesuai dengan Adendum Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012
tanggal 6 Nopember 2012, ini addendum CCO1. Pada saat surat tersebut
diterima Penggugat, yaitu pada tanggal 13 Februari 2013 pekerjaan
dilapangan telah berjalan dan mengacu pada draft CCO2 yang telah
dibahas bersama, serta berulangkali dengan Konsultan Perencana/Turut
Tergugat V dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV dan juga telah
ditandatangani oleh Konsultan Perencana/Turut Tergugat V dan
Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV;
Dengan mendasarkan pada substansi surat Tergugat tersebut yang memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan selama 50 (lima puluh) hari kalender
12
12
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dan karena diberikan kepada Penggugat pada tanggal 13 Februari 2013, maka
pemberian kesempatan selama 50 (lima puluh) hari kalender dimaksud
seharusnya terhitung sejak tanggal 13 Februari 2013;
6 Bahwa pada tanggal 20 Februari 2013 Penggugat menerima Surat
Tergugat Nomor 870/225/II/2013 tanggal 20 Pebruari 2013, perihal
Penghentian Pekerjaan Pembangunan Pasar Sukoharjo;
7 (tujuh) hari kalender setelah secara resmi Penggugat menerima surat pemberian
kesempatan selama 50 (lima puluh) hari kalender untuk menyelesaikan pekerjaan,
Penggugat diberi surat penghentian pekerjaan tertanggal 20 Februari 2013. Hal ini
jelas tidak berdasar hukum, mengingat dalam surat tertanggal 20 Februari 2013
tersebut, dinyatakan bahwa pemberian kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan
pembangunan Pasar Sukoharjo selama 50 (lima puluh) hari berakhir tanggal 13
Pebruari 2013. Tanggal 13 Februari 2013 adalah tanggal yang bersamaan dengan
tanggal Penggugat menerima surat pemberian kesempatan menyelesaikan pekerjaan
tertanggal 22 Desember 2012;
7 Bahwa berdasarkan Surat Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan
Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan
Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal
12 Juni 2012, pada Termyn III Tergugat berkewajiban membayar
Penggugat sebesar Rp4.971.800.000,00 (empat miliar sembilan ratus
tujuh puluh satu juta delapan ratus ribu rupiah). Namun faktanya termyn
III yang dapat Penggugat cairkan tidak bisa sebesar Rp4.971.800.000,00
akan tetapi hanya bisa sebesar Rp3.728.850.000,00 (tiga miliar tujuh
ratus dua puluh delapan juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah).
Penggugat sangat terpaksa menerima pencairan termyn III sebesar
Rp3.728.850.000,00. Oleh karena itu masih terdapat kekurangan
pembayaran untuk termyn ke III sebesar Rp1.242.950.000,00 Jelas
Penggugat menderita kerugian sebesar Rp1.242.950.000,00;
Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, Tergugat telah melakukan
wanprestasi;
8 Bahwa pencairan termyn III (dalil gugatan angka 16) didasarkan pada
Laporan Minggu Kedua Puluh Delapan Periode Tanggal 16 Desember
2012 – 20 Desember 2012 dengan bobot fisik 80,071 %;
13
Halaman 13 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa selain itu, pekerjaan yang telah dikerjakan oleh Penggugat selama 6 (enam)
hari kalender terhitung sejak tanggal 21 Desember 2012 – 26 Desember 2012, juga
belum dibayar oleh Tergugat;
Bahwa pekerjaan mulai tanggal 27 Desember 2012 sampai dengan pekerjaan selesai
100 % sesuai Kontrak, juga belum dibayar oleh Tergugat dan hal ini diketahui juga
oleh Kepala Dinas Perindusrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut
Tergugat I, Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II dan Sekretaris Daerah Sukoharjo/
Turut Tergugat III, meskipun Penggugat sudah mengajukan surat tagihan/somasi
dan meminta dilakukan pembayaran;
Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, Tergugat telah melakukan
wanprestasi;
Bahwa adapun total pembayaran yang belum dilakukan oleh Tergugat kepada
Penggugat adalah sebesar Rp6.214.750.000,00 (termasuk kekurangan pembayaran
untuk termyn ke III sebesar Rp1.242.950.000,00), sebagaimana permintaan Bupati
Sukoharjo/Turut Tergugat II kepada DPRD Kabupaten Sukoharjo (dalil gugatan
angka 13);
9 Bahwa sesuai dan menunjuk SSUK klausul 61.3.b dan klausul 61.3.d,
Tergugat berkewajiban membayar bunga dari nilai tagihan yang
terlambat dibayar;
10 Bahwa sesuai dan menunjuk SSUK klausul 59.1.b, keterlambatan
pembayaran adalah merupakan Peristiwa Kompensasi, oleh karena itu
berdasarkan SSUK klausul 59.2, Tergugat berkewajiban membayar ganti
rugi;
11 Bahwa sampai dengan diajukannya gugatan ini, Tergugat tetap tidak
melaksanakan kewajibannya untuk membayar kepada Penggugat,
sehingga Tergugat melakukan wanprestasi. Atas perbuatan wanprestasi
Tergugat tersebut, maka Penggugat sangat dirugikan. Sesuai dan
menunjuk pada SSUK klausul 59.1.c dan klausul 59.1.f peristiwa
kompensasi yang mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan
serta klausul 59.1.b, keterlambatan pembayaran adalah merupakan
Peristiwa Kompensasi, oleh karena itu berdasarkan SSUK klausul 26.3,
klausul 59.2, klausul 61.3.b dan klausul 61.3.d jo Pasal 1243
KUHPerdata, Tergugat berkewajiban membayar ganti rugi, bunga dan
denda segera setelah perkara ini diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Sukoharjo;
14
14
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Adapun kerugian yang dialami Penggugat adalah, sebagai berikut:
i. Kerugian Materiil:
• Kekurangan pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 yang harus dibayar
Tergugat kepada Penggugat segera setelah putusan ini dibacakan;
• Mengingat pembayaran tersebut seharusnya sudah Penggugat terima,
dan dana tersebut adalah untuk kegiatan usaha, maka patut dan wajar,
apabila terhadap Tergugat dihukum untuk membayar bunga sebesar 4%
perbulan dari jumlah kekurangan pembayaran sebagaimana tersebut di
atas, terhitung sejak bulan Februari 2013 sampai dengan dana tersebut
diterima oleh Penggugat;
• Ganti rugi Peristiwa Kompensasi sebesar Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah), yang harus dibayar Tergugat kepada Penggugat
segera setelah putusan ini dibacakan;
ii. Kerugian Immateriil:
Bahwa Penggugat sebagai kontraktor yang sudah cukup punya nama sangat
terpukul, kecewa dan dirugikan atas tindakan dari Tergugat. Oleh karena itu
patut dan wajar apabila Tergugat dihukum untuk membayar kerugian immateriil
kepada Penggugat sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), segera
setelah putusan ini dibacakan;
12 Bahwa pada tanggal 28 Desember 2012, merupakan tanggal habisnya
masa berlaku Jaminan Pelaksanaan, Tergugat tidak menerbitkan dasar
untuk dapat dilakukan Perpanjangan Jaminan Pelaksanaan dan/atau
Tergugat tidak menerbitkan dasar untuk dapat memperpanjang Jaminan
Pelaksanaan, yaitu Addendum Perpanjangan Waktu Pelaksanaan;
Bahwa Jaminan Pelaksanaan berupa Garansi Bank Nomor PEL/10301206 yang
diterbitkan oleh Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Sukoharjo,
terhitung sejak tanggal 29 Desember 2012 sudah tidak berlaku lagi. Oleh karena itu
sudah sepatutnya menurut hukum, Warkat Asli Jaminan Pelaksanaan Nomor
PEL/10301206 yang diterbitkan oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah
Cabang Sukoharjo dengan nilai jaminan sebesar Rp1.242.950.000,00 tertanggal 12
Juni 2012 tersebut diserahkan kembali kepada Penggugat;
Akan tetapi sampai dengan diajukannya gugatan ini, Tergugat tidak menyerahkan
warkat jaminan pelaksanaan yang asli kepada Penggugat. Perbuatan Tergugat
tersebut jelas merugikan Penggugat;
15
Halaman 15 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Untuk itu Penggugat mohon agar kepada Tergugat dikenakan dwangsom, untuk
setiap hari Tergugat tidak menyerahkan kembali warkat asli jaminan pelaksanaan
tersebut sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)/ perhari, terhitung sejak
perkara ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap sampai Tergugat menyerahkan
kembali warkat asli jaminan pelaksanaan dimaksud kepada Penggugat;
13 Bahwa oleh karena gugatan Penggugat ini didasarkan pada bukti-bukti
otentik yang sah dan tidak dapat disangkal kebenarannya sehingga
memenuhi ketentuan Pasal 180 HIR, maka Penggugat mohon agar
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo dapat menjatuhkan putusan
yang dapat dilaksanakan lebih dahulu (uit voorbaar bij voorraad),
walaupun Tergugat melakukan banding, kasasi, maupun PK;
Permohonan Provisi:
a Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah
adanya perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh
Tergugat, sebagaimana telah didalilkan pada gugatan di
atas;
b Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, Tergugat
telah menyerahkan sepenuhnya lokasi Pembangunan
Pasar Kota “Ir. Soekarno” Sukoharjo kepada Penggugat,
dengan demikian lokasi Pembangunan Pasar Kota “ Ir.
Soekarno” Sukoharjo sepenuhnya merupakan hak dari
Penggugat (dalil gugatan angka 3);
c Bahwa pada faktanya masih terdapat sengketa antara
Penggugat dengan Tergugat, yaitu Tergugat belum
membayar pekerjaan yang telah dikerjakan oleh
Penggugat sebesar Rp6.214.750.000,00;
d Bahwa oleh karena itu patut dan wajar, permohonan
provisi dari Penggugat yang mohon untuk
Pembangunan Pasar Kota “Ir. Soekarno” Sukoharjo
tidak dilanjutkan pembangunannya sampai dengan
perkara a quo mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
e Menghukum Tergugat membayar dwangsom sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari
Tergugat tidak melaksanakan putusan sela terkait
dengan permohonan Provisi;
16
16
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada Pengadilan
Negeri Sukoharjo agar memberikan putusan sebagai berikut:
Mengadili:
Dalam Provisi:
• Mengabulkan Permohonan Provisi yang diajukan
Penggugat;
• Menyatakan Pembangunan Pasar Kota “Ir. Soekarno”
Sukoharjo tidak dilanjutkan pembangunannya, sampai
dengan perkara a quo mempunyai kekuatan hukum yang
tetap;
• Menghukum Tergugat membayar dwangsom sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari
Tergugat tidak melaksanakan putusan sela terkait dengan
permohonan Provisi;
Dalam Pokok Perkara:
1 Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2 Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi;
3 Memerintahkan Tergugat dan Turut Tergugat I serta Turut Tergugat VI untuk
menandatangani CCO2;
4 Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian materiil dan immateril kepada
Penggugat Rekonvensi:
Kerugian materiil berupa:
a kekurangan pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 segera setelah
putusan ini dibacakan;
b membayar bunga sebesar 4% perbulan dari kekurangan pembayaran
tersebut, terhitung sejak bulan Februari 2013 sampai dengan dana
tersebut diterima oleh Penggugat;
c Membayar ganti rugi Peristiwa Kompensasi sebesar
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), segera setelah putusan ini
dibacakan;
Kerugian immateriil:
Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat kerugian immateriil
sebesar Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) segera setelah putusan ini
dibacakan;
17
Halaman 17 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5 Memerintahkan Tergugat untuk tidak melanjutkan pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo sebelum membayar kekurangan pembayaran kepada Penggugat
sebesar Rp6.214.750.000,00;
6 Memerintahkan Tergugat untuk mengembalikan warkat Asli Jaminan
Pelaksanaan kepada Penggugat yang sepatutnya harus dikembalikan kepada
Penggugat, segera setelah Putusan ini dibacakan;
7 Menghukum Tergugat membayar dwangsom untuk setiap hari Tergugat tidak
menyerahkan kembali warkat asli jaminan pelaksanaan tersebut sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)/perhari kepada Penggugat, terhitung sejak
perkara ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sampai Tergugat
menyerahkan kembali Warkat Asli Jaminan Pelaksanaan kepada Penggugat;
8 Memerintahkan Turut Tergugat I sampai dengan Turut Tergugat VI untuk
tunduk dan patuh pada putusan dalam perkara ini;
9 Menyatakan keputusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun Tergugat
menggunakan upaya hukum banding, kasasi, maupun PK (uit voorbaar bij
voorraad);
Atau apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo yang memeriksa,
mengadili dan memutus perkara ini berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex
aequo et bono);
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat dan Turut Tergugat I, II,
III mengajukan eksepsi dan gugatan balik (rekonvensi) pada pokoknya atas dalil-dalil
sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
Bahwa sebelum Tergugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dan Turut Tergugat III
menanggapi atas dalil-dalil gugatan Penggugat dalam pokok perkara, maka terhadap
gugatan yang Penggugat sampaikan perlu kiranya Tergugat, Turut Tergugat I, Turut
Tergugat II dan Turut Tergugat III sampaikan eksepsi sebagai berikut:
1 Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam membuat gugatan adalah tidak cermat
dan tidak lengkap, sehingga gugatan yang diajukan oleh Penggugat mengandung
cacat formil dan memperlihatkan kesalahan subjek hukum atau error in persona.
Selain itu Penggugat dalam gugatannya memperlihatkan adanya Plurium Litis
Consurtium. Dengan ketidakcermatan dalam penyebutan subjek gugatan
tersebut, maka hal itu berakibat pada kekeliruan dalam menyebut subjek gugatan
(error in persona). Sehingga, menurut Tergugat, Turut Tergugat I, Turut
18
18
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Tergugat II dan Turut Tergugat III gugatan Penggugat sudah selayaknya ditolak
atau setidaknya gugatan tidak diterima;
2 Bahwa dalam perihal gugatan, Penggugat menyatakan gugatan diajukan karena
terjadinya tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat, namun demikian
menurut Tergugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dan Turut Tergugat III,
tindakanTergugat merupakan tindakan yang benar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, sebaliknya justru Penggugat yang melakukan
wanprestasi karena Penggugat tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikan oleh
Penggugat sendiri (non adempleti contractus). Mendasarkan hal tersebut, maka
menurut Tergugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dan Turut Tergugat III
sudah selayaknya apabila gugatan Penggugat ditolak atau setidaknya gugatan
tidak diterima;
Dalam Rekonvensi:
1 Dalam jawaban gugatan ini, selanjutnya kedudukan Tergugat Konvensi mohon
disebut sebagai Penggugat Rekonvensi I dan Turut Tergugat I Konvensi disebut
sebagai Penggugat Rekonvensii ll yang untuk selanjutnya keduanya disebut
Penqgugat Rekonvensi, sedangkan Penggugat Konvensi mohon disebut sebagai
Tergugat Rekonvensi;
2 Bahwa dalil-dalil yang menjadi dasar/alasan yang telah dipergunakan dalam
konvensi tersebut di atas, untuk selanjutnya secara mutatis muntandis mohon
dianggap termuat dan terbaca kembali serta menjadi dasar dalam pengajuan
Rekonvensi ini oleh Para Penggugat Rekonvensi dan merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan;
3 Bahwa sebagaimana Surat Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi
kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan
Fisik pasar Kota Sukohario Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012
antara RM. Ary PS. Hadikusumo, C.Eng, Direktur Utama PT. Ampuh Sejahtera/
Tergugat Rekonvensi dan Udy Bintarta, S.H I selaku Pejabat Pembuat
Komitmen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo
(Penggugat Rekonvensi l), dengan di ketahui Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo bahwa jangka waktu penyelesaian
keseluruhan pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo selama 195 (seratus
sembilan puluh lima) hari kalender terhitung sejak di tetapkan dalam Syarat-
Syarat Khusus Kontrak yakni tanggal 14 Juni 2012;
19
Halaman 19 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4 Bahwa Surat Penyerahan Lapangan dari Penggugat Rekonvensi I kepada
Tergugat Rekonvensi dilakukan pada tanggal 13 Juni 2012, namun demikian
Tergugat Rekonvensi baru melakukan uitzet pada tanggal 21 Juni 2012;
5 Bahwa Tergugat Rekonvensi terlambat memulai pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana jadwal yang sudah diagendakan, bahkan sampai dengan
tanggal 23 Juni 2012 belum ada aktifitas pekerjaan yang dimulai dan bahan
material belum masuk ke lokasi proyek sehingga sejak dimulainya pelaksanaan
pekerjaan sudah terdapat keterlambatan realisasi fisik dibandingkan dengan
target rencana fisik;
6 Bahwa sebagaimana hasil rapat Monitoring dan Evaluasi lll (periode 15 - 28
Juli 2012) tanggal 1 Agustus 2012 dinyatakan bahwa bobot reailisasi fisik
pekeriaan terlambat 3,530 %., selanjutnya Pengawas membuat surat teguran
terhadap Tergugat Rekonvensi, namun Tergugat Rekonvensi beralasan antara
lain karena belum lengkapnya gambar, meskipun sebenarnya gambar dimaksud
sudah dibuat dan diserahkan secara lengkap pada tanggal 26 Juli 2012,
semestinya dari gambar tersebut sudah bisa untuk melakukan perhitungan
Mutual Check 0 (MC-0), apalagi kontrak pembangunan Pasar Sukoharjo adalah
harga satuan (unit price), sehingga tanpa MC-0 pun apabila Tergugat
Rekonvensi aktif, semestinya back up pekerjaan yang telah dilaksanakan dibuat
shop drawing dilampiri ijin pelaksanaan dan ijin pasang sebenarnya bisa
dilakukan;
7 Bahwa sampai dengan berakhirnya jangka waktu kontrak yaitu tanggal 25
Desember 2012, Tergugat Rekonvensi tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
sesuai kontrak, namun sebelum berakhirnya masa kontrak yaitu tanggal 19
Desember 2012, Tergugat Rekonvensi membuat surat pernyataan kesanggupan
menyelesaikan pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sesuai dengan
tanggung jawab kontraktual berikut ketentuan-ketentuan perubahannya. Atas
pernyataan kesanggupan dari Tergugat Rekonvensi tersebut, selanjutnya
Penggugat Rekonvensi mengambil kebijakan memberikan kesempatan
penyelesaian pekerjaan selama 50 (lima puluh) hari kalender sejak tanggal 26
Desember 2012 sampai dengan tanggal 13 Pebruari 2013;
8 Bahwa sampai habis masa pemberian kesempatan untuk menyelesaikan
pekerjaan, ternyata Tergugat Rekonvensi belum menyelesaikan pekerjaan juga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan, selanjutnya pada tanggal 14 Pebruari 2013
Penggugat Rekonvensi melakukan pemutusan kontrak secara sepihak;
20
20
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa sebagaimana Surat Perjanjian (Kontrak) Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal
12 Juni 2012 Point. 5:
1 Butir b.4 yang menyatakan bahwa "Penyedia mempunyai hak dan kewajiban
untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak”;
2 Butir b.5 yang menyatakan bahwa "Penyedia berkewajiban untuk melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh tanggung jawab
dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau dari
lapangan, dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan
untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang rinci dalam
kontrak beserta semua lampirannya”;
Bahwa sebagaimana Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) Surat perjanjian
(Kontrak) Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012:
l) Huruf B - Pelaksanaan, Penyelesaian, Addendum dan Pemutusan Kontrak
a Angka 19 antara lain menyatakan: “Penyedia harus menyelesaikan pekerjaan
sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam SSUK”;
b Angka 26 antara lain menyatakan: “Jika pekerjaan tidak selesai pada tanggal
penyelesaian bukan akibat Kahar atau Peristiwa Kompensasi atau karena
kesalahan atau kelalaian penyedia, maka penyedia dikenakan denda";
Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah:
Pasal 93 ayat (1) yang menyatakan bahwa PPK dapat memutus kontrak secara
sepihak, apabila:
a Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia Barang/
Jasa sudah melampaui 5 % (lima perseratus) dari nilai kontrak;
b Penyedia Barang/jasa lalai/ cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
Pasal 93 ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena
kesalahan Penyedia Barang/Jasa:
a Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b Sisa uang muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau jaminan uang
muka dicairkan;
c Penyedia Barang/Jasa membayar denda, dan atau;
d Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dan Daftar Hitam/
21
Halaman 21 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pasal 120 menyatakan bahwa selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan
pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dapat
dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak
atau bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya
Jaminan Pelaksanaan;
9 Bahwa berdasarkan kepada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Rl Perwakilan
Jawa Tengah Nomor 01/LHP/BPK/XVIII.SMG/2/2014 tanggal 25 Pebruari
2014, dimana dalam pelaksanakan pekerjaan pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo sesuai dengan Surat Perjanjian Kegiatan Rehabilitasi/ Pemeliharaan
Pasar Pedesaan Pembangunan Fisik Pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/
VII/2012 tanggal 12 Juni 2012 sebagaimana telah dilakukan Adendum Kontrak
Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012 tanggal 6 Nopember 2012, Tergugat
Rekonvensi tidak melaksanakannya secara benar sesuai dengan kontrak yang
ada, sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya cacat mutu dalam beberapa
item pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang terdapat cacat mutu meliputi:
a Pekerjaan kusen, pintu, jendela, kaca dan penggantung;
b Pekerjaan langit-langit;
c Pekerjaan elektrikal;
d Pengujian beberapa macam metode meliputi Schmidt Rebound Hammer,
UPV dan Core Drill;
e Sebagian hasil pekerjaan struktur;
10 Bahwa terhadap temuan pelaksanaan pekerjaan dalam pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo yang terdapat cacat mutu di dalamnya sebagaimana disampaikan
oleh BPK Rl Perwakilan Jawa Tengah, hal tersebut tidak sesuai dengan
keterangan yang disampaikan oleh Tergugat Rekonvensi sebagaimana tersebut
dalam laporan-laporan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari:
a Laporan pekerjaan minggu keenam belas;
b Laporan pekerjaan minggu keduapuluh tiga;
c Laporan pekerjaan minggu keduapuluh delapan;
Dengan ketidaksesuaian antara laporan yang diampaikan oleh Tergugat
Rekonvensi dengan hasil temuan BPK Rl tersebut, maka itu menunjukkan
Penggugat Rekonvensi telah memberikan keterangan yang tidak benar terhadap
hasil pekerjaan yang dilaksanakannya. Sedangkan terhadap laporan-laporan
pelaksanaan pekerjaan sebagaimana tersebut di atas, telah dipergunakan oleh
22
22
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Tergugat Rekonvensi untuk mengajukan termin pembayaran pekerjaan. Dengan
telah diterimanya pembayaran pelaksanaan pekerjaan oleh Tergugat Rekonvensi
sampai dengan termin ketiga, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai
dengan kontrak yang ada, maka hal tersebut menimbulkan beberapa indikasi
merugikan keuangan daerah, dan tindakan yang dilakukan oleh Tergugat
Rekonvensi tersebut juga dikategorikan sebagai tindakan/ perbuatan ingkar janji
(wanprestasi) yang menimbulkan kerugian bagi Para Penggugat Rekonvensi;
Bahwa sebagaimana Pasal 1267 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang
menyatakan: "Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah
ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk
memenuhi persetujuan, ataukah ia akan menuntut pembatalan persetujuan disertai
dengan pembayaran kerugian dan bunga;
Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo tersebut telah nyata
bahwa Tergugat Rekonvensi tidak dapat memenuhi ataupun menyelesaikan
pekerjaan sebagaimana tertuang dalam kontrak yang telah disepakati;
11 Bahwa terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut,
menyebabkan adanya temuan indikasi kerugian keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukoharjo, atas telah dibayarnya termin pekerjaan, karena adanya
cacat mutu dalam pelaksanaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo yang
dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi. Dengan demikian, maka jelas hal itu
menimbulkan kerugian secara materiil dan imateriil yang cukup besar, yang hal
itu harus dibayar dan diselesaikan oleh Tergugat Rekonvensi. Kerugian tersebut
dapat Para Penggugat Rekonvensi sampaikan dengan rincian sebagai berikut:
a Kerugian materiil, berupa pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan ketentuan adalah sebesar:
a Pekerjaan mekanikal elektrikal berupa pengadaan kwh meter
intern 2 ampere di tiap kios Gedung A Lantai I sebesar
Rp335.475.000,00 (Tiga ratus tiga puluh lima juta empat ratus
tujuh puluh lima ribu rupiah);
b Cacat mutu hasil pekerjaan dan pekerjaan yang belum dilakukan
pengujian sebesar Rp916.474.020,28 (sembilan ratus enam belas
juta empat ratus tujuh puluh empat ribu dua puluh rupiah dua
puluh delapan sen);
23
Halaman 23 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
c Kekurangan volurne pekerjaan sebesar Rp3.511.329.564,61 (Tiga
rnilyar lima ratus sebelas juta tiga ratus dua puluh sembilan ribu
lima ratus enam puluh empat rupiah enam puluh satu sen);
d Kekurangan volume pekerjaan rooster sebesar Rp439.071.595,20
(Empat ratus tiga puluh sembilan juta tujuh puluh satu ribu lima
ratus sembilan puluh lima rupiah dua puluh sen);
e Biaya pengurusan IMB sebesar Rp134.786.063,00 (seratus tga
puluh empat juta tujuh ratus delapan puluh enam ribu enam puluh
tiga rupiah).;
f Denda keterlambatan pelaksanaan/penyelesaian pekeriaan sebesar
Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua ratus empat puluh dua iuta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah);
g Pencairan Jaminan Pelaksanaan Tergugat Rekonvensi sebesar
Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua ratus empat puluh dua juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah);
h Pelunasan pembayaran Tergugat Rekonvensi kepada penyedia
iasa lainnya sebesar Rp540.000.000,00 (Rp360.000.000,00 +
Rp180.000.000,00) ditambah bunga sebesar 6 % (enam persen)
per hari dari jumlah tersebut di atas terhitung sejak tanggal
gugatan ini diajukan sampai dengan dikeluarkannya keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
b Kerugian immateriil yang diderita Penggugat Rekonvensi adalah
tindakan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi mempermalukan
kedudukan Para Penggugat Rekonvensi. Sehubungan dengan hal tersebut
Penggugat Rekonvensi meminta kerugian tersebut diganti rugi besar
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah);
12 Bahwa untuk memenuhi unsur keadilan dan kelayakan terhadap kerugian
materiil maupun imateriil yang dialami oleh Penggugat Rekonvensi secara
nyata, maka patut kiranya Tergugat Rekonvensi dibebankan memberikan ganti
kerugian sebanding dengan kerugian nyata yang sudah terinci tersebut di atas;
13 Bahwa selanjutnya untuk menjagn agar Tergugat Rekonvensi mematuhi Putusan
Pengadilan, maka Para Penggugat Rekonvensi meminta kepada Pengadilan
Negeri Sukohario untuk menghukun Tergugat Rekonvensi untuk membayar atas
kerugian yang diderita oleh Para Penggugat Rekonvensi secara tunai dan
seketika pada saat perkara ini diputus dan apabila Tergugat Rekonvensi lalai
24
24
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
melaksanakannya, cukup pula beralasan untuk menetapkan uang paksa sebesar
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per hari atas keterlambatan
pembayaran yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut;
14 Bahwa untuk menjamin hak-hak Para Penggugat Rekonvensi agar gugatan yang
diajukan dapat dilaksanakan, maka Para Penggugat Rekonvensi mengajukan sita
jaminan (conservatoir beslag) terhadap aset-aset milik Tergugat Rekonvensi,
baik yang berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak, yang akan Para
Penggugat Rekonvensi ajukan pennohonannya secara tersendiri yang
merupakan satu kesatuan pada gugatan ini;
15 Bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat Rekonvensi berdasarkan bukti-bukti
yang nyata dan kuat, maka mendasarkan kepada ketentuan Pasal 180 HlR, Para
Penggugat Rekonvensi mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara
ini agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya hokum
banding, verset dan kasasi;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Tergugat, Turut Tergugat I, Turut
Tergugat II dan Turut Tergugat III mohon kepada Pengadilan Negeri Sukoharjo supaya
memberikan putusan sebagai berikut:
A. Dalam Eksepsi:
1 Menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi yang disampaikan oleh Tergugat,
Turut Tergugat l, Turut Tergugat ll dan Turut Tergugat lll;
2 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau setidak-tidaknya
menolak seluruh gugatan Penggugat;
B. Dalam Provisi:
1 Menolak Permohonan Provisi yang diajukan oleh Penggugat;
2 Menyatakan tidak sah secara hukum Penghentian Pembangunan Pasar Kota lr.
Soekarno sebagaimana dimohonkan Penggugat;
3 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar dwangsom/
uang paksa sebagaimana Penggugat minta atas tidak dilaksanakannya putusan
sela terkait pemohonan Provisi;
C. Dalam Pokok Perkara;
1 Menerima seluruh dalil-dalil jawaban yang disampaikan oleh Tergugat, Turut
Tergugat l, Turut Tergugat ll dan Turut Tergugat lll;
2 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima;
25
Halaman 25 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3 Menyatakan Tergugat tidak melakukan perbuatan wanprestasi sebagaimana
Penggugat dalilkan dalam gugatannya;
4 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak mempunyai kewajiban untuk
menandatangani CCO2;
5 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak punya kewajiban membayar
kerugian-kerugian kepada Penggugat (karena Tergugat tidak ada kerugian-
kerugian yang mesti dibayar Tergugat;
6 Membebaskan Tergugat untuk membayar secara tunai kerugian-kerugian
sebagaimana Penggugat minta, yaitu:
a Kekurangan pembayaran sebear Rp6.214.750.000,00 segera setelah
putusan ini dibacakan;
b Membayar bunga sebesar Rp4% perbulan dari kekurangan pembayaran
tersebut, terhitung sejak bulan Pebruari 2012 sampai dengan dana
tersebut diterima oleh Penggugat;
c Membayar ganti rugi Peristiwa Kompensasi sebesar
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) segera setelah putusan ini
dibacakan;
karena Tergugat tidak menimbulkan kerugian-kerugian tersebut terhadap
Penggugat;
7 Menolak perintah agar Tergugat menghentikan Pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo, karena tidak ada kekurangan pembayaran yang harus diberikan
kepada Penggugat;
8 Menolak perintah agar Tergugat mengembalikan Warkah Asli Jaminan
Pelaksanaan kepada Penggugat, karena Jaminan Pelaksanaan tersebut menjadi
hak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo;
9 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa
sebagaimana Penggugat minta, karena tidak ada kewajiban Tergugat membayar
kerugian-kerugian kepada Penggugat;
10 Menolak perintah agar Tergugat, Turut Tergugat l, Turut Tergugat ll dan Turut
Tergugat lll untuk tunduk dan patuh kepada putusan ini, karena Turut Tergugat
l, Turut Tergugat ll dan Turut Tergugat lll tidak merasa mempunyai kesalahan
kepada Penggugat;
11 Menyatakan putusan dalam perkara a quo tidak dapat dilaksanakan serta merta,
dimana putusan Pengadilan tidak dapat dilaksanakan sebelum mempunyai
26
26
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kekuatan hukum tetap, karena masih ada upaya hukum lainnya yang berupa
banding, verzet maupun kasasi;
12 Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini;
D. Dalam Rekonvensi:
1 Menerima dan mengabulkan Gugatan Rekonvensi para Penggugat
Rekonvensi seluruhnya;
2 Menyatakan Tergugat Rekonvensi telah melakukan wanprestasi;
3 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar kerugian materiil dan
immateriil kepada Para Penggugat Rekonvensi;
4 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar denda keterlambatan
pelaksanaan/ penyelesaian pekerjaan sebesar Rp1.242.950.000,00 (satu
miliar dua ratus empat puluh dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah)
kepada Para Penggugat Rekonvensi;
5 Menyatakan secara hukum bahwa Para Penggugat Rekonvensi berhak untuk
mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tergugat Rekonvensi sebesar
Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua ratus empat puluh dua juta sembilan
ratus Iima puluh ribu rupiah) dan menyetorkan ke kas daerah;
6 Menyatakan secara hukum bahwa Para Penggugat Rekonvensi berhak
untuk memperhitungkan atas kekurangan volume pekerjaan, biaya
pengurusan lMB, kekurangan volume pekerjaan rooster dan volume
pekerjaan yang rusak senilai Rp5.001.661.243,09 (Rp3.511.329.564,64 +
Rp134.786.063,00 + Rp439.071.595,20 + Rp916.474.020,28) dalam
pelunasan pembayaran kepada Tergugat Rekonvensi;
7 Menyatakan secara hukum bahwa Para Penggugat Rekonvensi berhak
untuk memverifikasi bukti pelunasan pembayaran Tergugat Rekonvensi
kepada penyedia jasa lainnya sebesar Rp540.000.000,00 (Rp360.000.000,00
+ Rp180.000.000,00);
8 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar kerugian immateriil kepada
Para Penggugat Rekonvensi sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah) segera setelah putusan ini dibacakan;
9 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar dwangsom sebesar
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) perhari atas keterlambatan
Tergugat Rekonvensi melaksanakan putusan hakim, segera setelah
putusan terhadap perkara ini dibacakan;
27
Halaman 27 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
10 Menyatakan sah tindakan Para Penggugat Rekonvensi yang memasukkan
Rekonvensi sebagai perusahaan dalam daftar hitam;
11 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) atas
benda atau benda tidak bergerak milik Tergugat Rekonvensi;
12 Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan secara serta
merta, dapat dijalankan terlebih dahulu (uit verbaar bij voorrad) walaupun
ada upaya hukum yang dilakukan Tergugat Rekonvensi;
Dalam Konvensi dan Rekonvensi:
- Menghukum Penggugat dalam Konvensi/ Tergugat dalam Rekonvensi untuk
mebayar semua ongkos perkara;
Subsidair:
• Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono);
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Turut Tergugat IV mengajukan
eksepsi dan gugatan rekonvensi yang pada pokoknya sebagai berikut:
A. Tentang Kompetensi Absolut;
1 Bahwa PT Dieng Agung selaku Konsultan Pengawas dalam hal ini sebagai
Turut Tergugat IV Konvensi/Penggugat Rekonvensi, yang beralamat di
Wilayah Hukum kota Semarang, yang sama sekali tidak mempunyai ikatan
perjanjian dengan PT Ampuh Sejahtera selaku Penggugat Konvensi/
Tergugat Rekonvensi;
2 Bahwa sesuai yang tertuang dalam posita Penggugat Konvensi/ Tergugat
Rekonvensi menyatakan dan telah mengakui keputusan Pejabat Pembuat
Komitmen yang bertindak untuk dan atas nama Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo telah menandatangani Surat Perjanjian
Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/
Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota
Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012 yang diketahui oleh Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kab Sukoharjo dalam hal ini sebagai Turut
Tergugat I, sehingga ini bukan hanya perselisihan wanprestasi, tetapi
menyangkut tentang keputusan Pejabat Publik;
3 Bahwa terhadap kedudukan Turut Tergugat IV/Penggugat Rekonvensi, yang
tidak mempunyai hubungan kontraktual dengan Penggugat Konvensi/
Tergugat Rekonvensi secara nyata dan tegas kebenarannya telah dijadikan
28
28
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pihak Turut Tergugat, maka pemeriksaan pokok perkara bukanlah
kewenangan memeriksa dan mengadili di Pengadilan Negri Sukoharjo;
4 Bahwa terkait dengan kedudukan Turut Tergugat IV Konvensi/ Penggugat
Rekonvensi serta terhadap Keputusan Pejabat Publik, maka denan ini mohon
diijinkan untuk menolak, pemeriksaan perkara A quo oleh Pengadilan Negeri
Sukoharjo;
B Eksepsi Error in Persona (keliru pihak yang ditarik
sebagai Turut Tergugat);
1 Bahwa jika dicermati secara seksama, gugatan Penggugat konvensi/ Tergugat
rekonvensi yang ditujukan kepada Turut Tergugat IV/ Penggugat Rekonvensi
adalah keliru pihak yang ditarik sebagai Turut Tergugat, karena tidak
mempunyai hubungan kontrak dengan perkara a quo, yang alasan ini tidak
diterangkan dalam gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi
terhadap kedudukan Turut Tergugat IV/Penggugat Rekonvensi dalam
perkara a quo;
2 Bahwa Turut Tergugat IV/ Penggugat Rekonvensi adalah bukan sebagai
pihak yang timbul dari perjanjian antara Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi dengan pihak lain (Tergugat), yang hanya mengikat kepada
mereka, dan oleh karena itu gugatan Penggugat Konvensi/ Tergugat
Rekonvensi yang menarik Turut Tergugat IV yang tidak ikut
menandatangani perjanjian adalah keliru pihak ditarik sebagai Turut
Tergugat;
C. Eksepsi Obscuur Libel
1 Bahwa gugatan Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi, tidak hanya
dianggap cukup dalam menyajikan peristiwa hukum bak novel, dalam hal ini
Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi tidak menjelaskan dasar hukum
(rechts grond) dan (feitelijke grond) yang mendasari gugatan terhadap Turut
Tergugat IV, sehingga dalam dalil gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi tidak memenuhi syarat formal;
2 Bahwa dengan gugatan Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi telah
tidak memenuhi syarat formil, maka gugatan dianggap tidak jelas dan tidak
tertentu (een duideljke en bepaalde conclusie) karena tidak dijelaskan dan
tidak mendasar Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi menggugat Turut
Tergugat IV Konvensi/ Penggugat Rekonvensi;
29
Halaman 29 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3 Bahwa kekaburan semakin bertambah ketika Posita dan Petitum gugatan
Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi tidak memperjelas dan
mempertegas gugatannya, dalam hal ini mengenai hubungan antara
Penggugat dan Tergugat sehingga Turut Tergugat IV Konvensi/Penggugat
Rekonvensi ditarik sebagai Turut Tergugat IV, yang diketahui bukan pihak
dalam perjanjian, hal ini mengakibatkan gugatan Penggugat Konvensi/
Tergugat Rekonvensi salah pihak ditarik sebagai Turut Tergugat (gemis
aanhoedarmigheid);
4 Bahwa Petitum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi, tidak jelas hak
apa yang dituntut, selanjutnya dalam Petitum juga tidak menyebut secara
tegas dan jelas perihal Turut Tergugat IV Konvensi/Penggugat Rekonvensi
melakukan wanprestasi tanpa menyebut perbuatannya secara tegas, sehingga
cukup beralasan bahwa petitum dinyatakan tidak jelas;
Dalam Rekonvensi:
1 Bahwa Turut Tergugat IV Konvensi sekarang yang selanjutnya disebut sebagai
Penggugat Rekonvensi, dengan ini mengajukan gugatan Rekonvensi kepada
Penggugat Konvensi yang selanjutnya disebut sebagai Tergugat Rekonvensi;
2 Bahwa Penggugat Rekonvensi mohon agar semua yang telah dikemukakan
dalam Eksepsi, Konvensi, tersebut dlatas, secara mutatis mutandi termuat dan
terbaca kembali dalam gugat balik/Rekonvensi ini;
3 Bahwa Tergugat Rekonvensi sebagal Penyedia Jasa dalam pelaksanaan Paket
Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan
Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012
pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, Tergugat
Rekonvensi berjanji bahwa pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Pasar
"Ir.Soekarno" Kota Sukoharjo selesai dalam waktu selama 195 (seratus Sembilan
puluh lima) hari kalender terhitung sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai
Kerja tanggal 14 Juni 2012. Namun kenyataanya tidak sesuai dengan apa yang
dijanjikan oleh Tergugat Rekonvensi, karena masih dalam keadaan yang belum
siap pakai dan tidak dapat dioperasikan. Hal ini membuktikan bahwa Tergugat
Rekonvensi terlambat dalam melaksanakan pekerjaan Pembangunan Pasar "Ir.
Soekarno" Kota Sukoharjo;
4 Bahwa Pekerjaan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi mengalami
keterlambatan/tidak tepat waktu serta tidak diselesaikan secara sempurna
sebagaimana isi Perjanjian Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/
30
30
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota
Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012 pada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, selanjutnya akibat dari perbuatan ingkar
janji/wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi telah merugikan
Penggugat Rekonvensi, dalam hal ini perlu dipahami bahwa Pelaksanaan
Konstruksi yang dilakukan Tergugat Rekonvensi dinyatakan Tidak Sesuai
Ketentuan (berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah Nomor 01/LHP/BPK/XVIII.SMG/02/2014 tanggal 25
Februari 2014, yang selanjutnya berimplikasi kepada Penggugat Rekonvensi
ditetapkan sanksi berupa penetapan sebagai-perusahaan dalam Daftar Hitam
(Black list);
5 Bahwa selain alasan di atas, Penggugat Rekonvensi tidak mempunyai
hubungan kontraktual dengan Tergugat Rekonvensi, sehlngga Penggugat
Rekonvensi adalah bukan sebagai pihak yang timbul dari perjanjian antara
Tergugat Rekonvensi dengan pihak lain, maka adalah berdasar dan beralasan
menurut hukum tidak pernah ada perbuatan ingkar janji/ wanprestasi terhadap
Tergugat Rekonvensi;
6 Bahwa Tergugat Rekonvensi tidak punya kwalitas untuk mengajukan gugatan
yang ditujukan kepada Penggugat Rekonvensi, oleh karena gugatan Tergugat
Rekonvensi tidak menpunyai dasar dan alasan, terkesan mengada-ada dan
mencari masalah sehingga Tergugat rekonvensi menyatakan Penggugat
rekonvensi melakukan Perbuatan ingkarjanji/ wanprestasi;
7 Bahwa perbuatan Tergugat Rekonvensi sangat merugikan sekali bagi Penggugat
Rekonvensi, yang sampai saat ini telah ditetapkan sebagai- Perusahaan dalam
Daftar Hitam berlaku selama 2 (dua) Tahun kalender mulai tanggal 3 Maret
2014 sampai dengan tanggal 2 Maret 2016, dalam pekerjaan Kegiatan
Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar
Kota Sukoharjo pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo, dimana selaku Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi adalah Tergugat
Rekonvensi, selanjutnya oleh Tergugat Rekonvensi justru menarik Penggugat
Rekonvensi sebagai pihak Turut Tergugat IV;
8 Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas Tergugat Rekonvensi telah membawa
kerugian kepada orang lain (Pasal 1365 KUHPerdata) dan sudah sewajibnya
Tergugat Rekonvensi untuk mengganti kerugian yang diderita oleh Penggugat
Rekonvensi;
31
Halaman 31 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
9 Bahwa Tergugat Rekonvensi tidak cermat dan jelas, sehingga dengan lantang
menyatakan Penggugat Rekonvensi melakukan Perbuatan Ingkar janji/
wanprestasi tetapi sama sekali tidak didasari dengan alasan-alasan hukum,
maka karena perbuatan Tergugat Rekonvensi harus mempertanggung jawabkan
atas kelalaian atau kurang hati-hati (Pasal 1366 KUHPerdata) serta
mempertanggung jawabkan untuk kerugian Penggugat Rekonvensi yang
dlsebabkan karena Perbuatan Tergugat Rekonvensi;
10 Bahwa berdasar hal tersebut di atas, jelas-jelas Tergugat Rekonvensi telah
melakukan Perbuatan Melawan Hukum dan merugikan Penggugat Rekonvensi
yang sangat besar dan tidak sedikit jumlah ditambah hingga 2 % setiap
bulannya terhitung sejak perkara ini didaftarkan di Kepaniteraan PengadiIan
Negeri Sukoharjo sampai lunas dibayar dan hal ini sesuai dengan Pasal 1240
KUHPerdata, baik kerugian materiil maupun kerugian immaterial sebesar
Rp32.880.000.000,00 (tiga puluh dua miliar delapan ratus delapan puluh juta
rupiah), dengan rincian sebagai berikut:
a Kerugian Materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi
• Pekerjaan yang sedang dilaksankan di lingkungan pemerintah
dan swasta, sehingga tidak terpenuhi progress pekerjaan
Rp6.000.000.000,00;
• Biaya ongkos-ongkos "kosten, schadenen en interessen" (yang
diderita) Rp7.440.000.000,00;
Jumlah kerugian materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi sebesar
Rp13.440.000.000,00 (tiga belas miliar empat ratus empat puluh juta rupiah);
b Kerugian imateriil. yang diderita Penggugat Rekonvensi karena
terdapatnya alasan dan dasar hukum untuk menggugat Tergugat
Rekonvensi, dan akibatnya nama baik Penggugat Rekonvensi di
masyarakat dan relasi sampai diumumkan tingkat nasional telah
mengakibatkan tidak dapatnya Penggugat Rekonvensi beroperasi dalam
kegiatan usaha, maka Penggugat Rekonvensi menetapkan ganti rugi
immateriil adalah sebesar Rp19.440.000.000,00 (sembilan belas miliar
empat ratus empat puluh juta rupiah);
11. Bahwa oleh karena gugatan rekonvensi ini diajukan dengan dasar-dasar dan
alasan-alasan serta fakta yang terjadi dan sesuai dengan Pasal 180 HIR, maka
dengan ini Penggugat Rekonvensi mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri
Sukoharjo cq Majelis Hakim yang Memeriksa dan mengadili Perkara A quo agar
32
32
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uit voerbaar bij voorraad),
meskipun ada Banding, Kasasi atau Upaya-upaya Hukum yang lain;
12. Bahwa agar Tergugat Rekonvensi tidak lalai untuk memenuhi bunyi putusan ini,
mohon agar kepada Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk tiap-tiap hari
keterlambatan Tergugat Rekonvensi memenuhi isi putusan ini;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka Turut Tergugat IV Konvensi/
Penggugat Rekonvensi mohon kepada Majelis Hakim yang Pengadilan Negeri untuk
memberikan putusan sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
1 Menerima dan mengabulkan Eksepsi Turut Tergugat IV untuk seluruhnya;
2 Menyatakan demi hukum gugatan Penggugat kabur (Obscuur Libel);
3 Menyatakan demi hukum gugatan Penggugat keliru pihak terhadap Turut
Tergugat IV (Error in Persona);
4 Menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan atau gugatan
terhadap Turut Tergugat IV atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan
Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);
5 Menyatakan Turut Tergugat IV dikeluarkan sebagai pihak dalam gugatan
Penggugat;
6 Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya-biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Dalam Konvensi:
1 Menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan atau terhadap
Turut Tergugat IV atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak
dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);
2 Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya-biaya yang timbul
dalam perkara ini;
Dalam Rekonvensi:
1 Mengabulkan Gugatan Rekonvensi Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
2 Menyatakan Rekonvensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonvensi/Turut
Tergugat IV Konvensi adalah beralasan dan dapat diterima;
3 Menyatakan demi hukum Tergugat Rekonvensi telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum;
4 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar uang ganti rugi kepada
Penggugat Rekonvensi berupa kerugian materiil maupun kerugian immaterial
33
Halaman 33 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sebesar Rp32.880.000.000,00 (tiga puluh dua miliar delapan ratus delapan puluh
juta rupiah), dengan rincian sebagai berikut:
• Kerugian Materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi;
Pekerjaan yang sedang dilaksankan di lingkungan pemerintah dan swasta,
sehingga tidak terpenuhi progress pekerjaan Rp6.000.000.000,00;
Biaya ongkos-ongkos "kosten, schadenen en interessen" (yang diderita)
Rp7.440.000.000,00;
Jumlah kerugian materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi sebesar
Rp13.440.000.000,00 (tiga belas miliar empat ratus empat puluh juta rupiah);
• Kerugian imateriil yang diderita Penggugat Rekonvensi karena
terdapatnya alasan dan dasar hukum untuk menggugat Tergugat
Rekonvensi, dan akibatnya nama baik Penggugat Rekonvensi di
masyarakat dan relasi sampai diumumkan tingkat nasional telah
mengakibatkan tidak dapatnya Penggugat Rekonvensi beroperasi dalam
kegiatan usaha, maka Penggugat Rekonvensi menetapkan ganti rugi
immateriil adalah sebesar Rp19.440.000.000,00 (sembilan belas miliar
empat ratus empat puluh juta rupiah);
5 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)untuk tiap harl keterlambatan
Tergugat Rekonvensi memenuhi isi putusan ini;
6 Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uit
voerbaar bij voorraad), meskipun ada banding,kasasi atau upaya hukum yang
lain;
7 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar semua biaya-biaya yang
timbul dalam perkara ini;
Atau
• Apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex a quo et bono);
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Turut Tergugat V mengajukan
eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa sebelum Turut Tergugat V menanggapi atas dalil-dalil gugatan Penggugat dalam
pokok perkara, maka terhadap gugatan yang Penggugat sampaikan perlu kiranya Turut
Tergugat IV sampaikan eksepsi sebagai berikut:
34
34
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
1 Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam
membuat gugatan adalah tidak cermat
dan tidak lengkap, sehingga gugatan
yang diajukan oleh Penggugat
mengandung cacat formil dan
memperlihatkan kesalahan subyek
hukum atau error in persona. Selain itu
Penggugat dalam gugatannya
memperlihatkan adanya Plurium Litis
Consurtium. Dengan ketidak cermatan
dalam penyebutan subyek gugatan
tersebut, maka hal itu berakibat pada
kekeliruan dalam menyebut subyek
gugatan (error in persona). Sehingga,
menurut Turut Tergugat V gugatan
Penggugat sudah selayaknya ditolak
atau setidaknya gugatan tidak diterima;
2 Bahwa dalam perihal gugatan,
Penggugat menyatakan gugatan
diajukan karena terjadinya tindakan
wanprestasi yang dilakukan oleh
Tergugat, namun demikian menurut
Turut Tergugat V, sebenarnya
Penggugat juga melakukan tindakan
wanprestasi juga. Sehingga menurut
Turut Tergugat V kalau Tergugat
dinyatakan melakukan tindakan
wanprestasi oleh Penggugat, maka hal
itu merupakan tindakan yang benar
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dikarenakan
Penggugat juga tidak memenuhi
prestasi yang diperjanjikan oleh
Penggugat sendiri (non adempleti
contractus). Mendasarkan hal tersebut,
35
Halaman 35 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
maka menurut Turut Tergugat V sudah
selayaknya apabila gugatan ditolak atau
setidaknya gugatan tidak diterima;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Turut Tergugat V
mohon kepada Majelis Hakim berkenan untuk memutus sebagai berikut:
A Dalam Provisi:
1 Menolak Permohonan Provisi yang diajukan oleh Penggugat;
2 Menyatakan tidak sah secara hukum Penghentian Pembangunan Pasar Kota Ir.
Soekarno sebagaimana dimohonkan Penggugat;
3 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar dwangsom/
uang paksa sebagaimana Penggugat minta atas tidak dilaksanakannya putusan
sela terkait permohonan Provisi;
A Dalam Eksepsi:
1 Menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi yang
disampaikan oleh Turut Tergugat V;
2 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau
setidak-tidaknya menolak seluruh gugatan Penggugat;
A Dalam Pokok Perkara :
1 Menerima seluruh dalil-dalil jawaban yang disampaikan oleh Turut Tergugat V;
2 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan Penggugat tidak diterima;
3 Menyatakan Tergugat tidak melakukan perbuatan wanprestasi sebagaimana
Penggugat dalilkan dalam gugatannya;
4 Menyatakan secara hukum bahwa Turut Tergugat VI tidak punya kewajiban
untuk menandatangani CCO2.
5 Membebaskan Tergugat untuk membayar secara tunai kerugian-kerugian
sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat V, Tergugat tidak
menimbulkan kerugian-kerugian tersebut terhadap Penggugat;
6 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak punya kewajiban membayar
kerugian-kerugian kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat V tidak
ada kerugian-kerugian yang mesti dibayar Tergugat;
7 Menolak perintah agar Tergugat menghentikan Pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo, karena menurut Turut Tergugat V tidak ada kekurangan pembayaran
yang harus diberikan kepada Penggugat;
36
36
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
8 Menolak perintah agar Tergugat mengembalikan Warkah Asli Jaminan
Pelaksanaan kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat V Jaminan
Pelaksanaan tersebut menjadi hak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo;
9 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa
sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat V tidak ada
kewajiban Tergugat membayar kerugian-kerugian kepada Penggugat;
10 Menolak perintah agar Turut Tergugat V untuk tunduk dan patuh kepada putusan
ini, karena Turut Tergugat VI tidak merasa mempunyai kesalahan kepada
Penggugat.;
11 Menyatakan putusan dalam perkara a quo tidak dapat dilaksanakan serta merta,
dimana putusan Pengadilan tidak dapat dilaksanakan sebelum mempunyai
kekuatan hukum tetap, karena masih ada upaya hukum lainnya yang berupa
banding, verset maupun kasasi;
12 Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon untuk memeriksa dan
mengadili seadil-adilnya sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Turut Tergugat VI mengajukan
eksepsi dan gugatan rekonvensi pada pokoknya sebagai berikut:
Eksepsi:
Bahwa sebelum Turut Tergugat VI menanggapi atas dalil-dalil gugatan Penggugat
dalam pokok perkara, maka terhadap gugatan yang Penggugat sampaikan perlu kiranya
Turut Tergugat VI sampaikan eksepsi sebagai berikut :
1 Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam membuat gugatan
adalah tidak cermat dan tidak lengkap, sehingga gugatan
yang diajukan oleh Penggugat mengandung cacat formil
dan memperlihatkan kesalahan subjek hukum atau error in
persona. Selain itu Penggugat dalam gugatannya
memperlihatkan adanya Plurium Litis Consurtium.
Dengan ketidakcermatan dalam penyebutan subjek
gugatan tersebut, maka hal itu berakibat pada kekeliruan
dalam menyebut subjek gugatan (error in persona).
Sehingga, menurut Turut Tergugat VI gugatan Penggugat
37
Halaman 37 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sudah selayaknya ditolak atau setidaknya gugatan tidak
diterima;
2 Bahwa dalam perihal gugatan, Penggugat menyatakan
gugatan diajukan karena terjadinya tindakan wanprestasi
yang dilakukan oleh Tergugat, namun demikian menurut
Turut Tergugat VI, tindakanTergugat merupakan tindakan
yang benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, sebaliknya justru Penggugat yang melakukan
wanprestasi karena Penggugat tidak memenuhi prestasi
yang diperjanjikan oleh Penggugat sendiri (non adempleti
contractus). Mendasarkan hal tersebut, maka menurut
Turut Tergugat VI sudah selayaknya apabila gugatan
Penggugat ditolak atau setidaknya gugatan tidak diterima;
Dalam Rekonvensi:
1 Dalam jawaban gugatan ini, selanjutnya kedudukan Turut Tergugat VI
Konvensi mohon disebut sebagai Penggugat Rekonvensi dan Penggugat
Konvensi mohon disebut sebagai Tergugat Rekonvensi;
2 Bahwa apa yang menjadi dasar/alasan dalam Konvensi tersebut di atas, untuk
selanjutnya secara mutatis muntandis mohon dianggap termuat dan terbaca
kembali serta menjadi dasar dalam pengajuan Rekonvensi ini oleh Penggugat
Rekonvensi dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan;
3 Bahwa mendasarkan kepada Laporan Hasil pemeriksaan BPK – RI Perwakilan
Jawa Tengah Nomor 01/LHP/BPK/XVIII.SMG/2/2014 tanggal 25 Pebruari
2014, di mana dalam pelaksanakan pekerjaan pembangunan pasar Kota
Sukoharjo sesuai dengan surat Perjanjian Kegiatan Rehabilitasi/ pemeliharaan
pasar pedesaan Pembangunan Fisik pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/
VI/2012 tanggal 12 Juni 2012 sebagaimana, telah dilakukan Adendum kontrak
Kesatu Nomor 602.3 /1220-A/XI/2012 tanggal 6 Nopember 2012, Tergugat
Rekonvensi tidak melaksanakannya secara benar sesuai dengan kontrak yang
ada, sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya, cacat mutu dalam
beberapa. Item pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang terdapat cacat mutu
meliputi:
a Pekerjaan kusen, pintu, jendela, kaca dan penggantung;
b Pekerjaan langit - langit;
c Pekerjaan elektrikal;
38
38
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
d Pengujian beberapa macam metode meliputi schmidt Rebound Hammer,
UPV dan Core Drill;
e Sebagian hasil pekerjaan struktur;
4 Bahwa terhadap temuan pelaksanaan pekerjaan dalam pembangunan pasar
Kota Sukoharjo, yang terdapat cacat mutu di dalamnya sebagaimana
disampaikan oleh BPK - RI perwakilan Jawa Tengah, hal tersebut tidak, sesuai
dengan keterangan yang disampaikan oleh Tergugat Rekonvensi sebagai mana
tersebut dalam laporan - laporan pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:
a Laporan pekerjaan minggu keenam belas;
b Laporan pekerjaan minggu keduapuluh tiga;
c Laporan pekerjaan minggu keduapuluh delapan;
Dengan ketidaksesuaian antara laporan yang disampaikan oleh Tergugat
Rekonvensi dengan hasil temuan BPK – RI tersebut, maka itu menunjukkan
Penggugat Rekonvensi telah memberikan keterangan yang tidak binar terhadap
hasil pekerjaan yang dilaksanakannya, termasuk salah satunya yang ditujukan
kepada Penggugat Rekonvensi selaku panitia penerima Hasil pekerjaan. (PPHP)
sedangkan terhadap laporan-laporan; pelaksanaan pekerjaan sebagaimana tersebut
di atas, telah dipergunakan oleh Tergugat Rekonvensi untuk mengajukan termin
pembayaran pekerjaan. Dengan telah diterimanya pembayaran pelaksanaan
pekerjaan oleh Tergugat Rekonvensi sampai dengan termin ketiga, tetapi dalam
pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak yang ada, maka hal tersebut
menimbulkan beberapa indikasi merugikan keuangan daerah, di mana terhadap hal
itu ikut membawa Penggugat Rekonvensi kedalam pusaran permasalahan
pembangunan pasar kota Sukoharjo dan tindakan yang dilakukan oleh Tergugat
Rekonvensi tersebut juga dikategorikan sebagai tindakan melawan hukum
(Onrechtmatige Daad) yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat Rekonvensi;
5 Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUH perdata disebutkan: Tiap
perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut. Mendasarkan ketentuan Pasal di atas, maka
setidaknya harus memenuhi beberapa unsur yaitu:
a Adanya perbuatan;
b Perbuatan itu melawan hukum;
c Adanya kerugian;
d Adanya kesalahan; dan
39
Halaman 39 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
e Adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara perbuatan melawan
hukum dengan akibat yang ditimbulkan;
Mendasarkan dari kelima unsur tersebut yang bersifat komulatif, dengan demikian
dalam gugatan yang diajukan ini menunjukkan, secara nyata dan terbukti tentang
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Penggugat Rekonvensi telah
memenuhi unsur-unsur tersebut, dengan demikian maka sangat jelas perbuatan
yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi dapat dikategorikan sebagai Perbuatan
Melawan Hukum (PMH) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1365 KUH
perdata di atas;
6 Bahwa terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut,
menyebabkan adanya temuan indikasi kerugian keuangan pemerintah Daerah
Kabupaten Sukoharjo, atas telah dibayarnya termin pekerjaan, karena adanya
cacat mutu dalam pelaksanaan pembangunan pasar kota Sukoharjo, yang
dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi. Terhadap tindakan yang dilakukan oleh
Tergugat Rekonvensi itu, maka Penggugat Rekonvensi juga merasa telah
dibohongi dan ikut merasakan dampak atas perbuatan Tergugat Rekonvensi.
Dengan demikian, maka jelas hal itu menimbulkan kerugian secara materiil dan
imateriil yang cukup besar yang hal itu harus dibayar dan diselesaikan oleh
Tergugat Rekonvensi. Kerugian tersebut dapat Penggugat Rekonvensi
sampaikan dengan rincian sebagai berikut:
a Kerugian materiil berupa pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan adalah sebesar:
1 Pekerjaan mekanikal elektrikal berupa pengadaan kwh meter
intern 2 ampere di tiap kios Gedung A Lantai I sebesar
Rp335.475.000,00 (tiga ratus tiga puluh lima juta empat ratus
tujuh puluh lima ribu rupiah);
2 Cacat mutu hasil pekerjaan dan pekerjaan yang belum di
lakukan pengujian sebesar Rp916.474.020,28 (sembilan ratus
enam belas juta empat ratus tujuh puluh empat ribu dua puluh
rupiah dua puluh delapan sen);
3 Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp3.511.329.564,61 (tiga
miliar lima ratus sebelas juta tiga ratus dua puluh sembilan ribu
lima ratus enam puluh empat rupiah enam puluh satu sen);
40
40
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4 Kekurangan volume pekerjaan rooster sebesar Rp439.071.595,20
(Empat ratus tiga puluh sembilan juta tujuh puluh satu ribu lima
ratus sembilan puluh rima rupiah dua puluh sen);
Sehingga kerugian materiil seluruhnya berjumlah Rp5.202.350.180,09 (lima
miliar dua ratus dua juta tiga ratus lima puluh ribu seratus delapan puluh rupiah
nol sembilan sen) oleh karenanya, ditambah bunga sebesar 6 % (enam persen)
per hari dari jumlah tersebut di atas terhitung sejak tanggal gugatan ini diajukan
sampai dengan dikeluarkannya keputusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
b Kerugian imateriil yang diderita Penggugat Rekonvensi adalah tindakan yang
dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi mempermalukan kedudukan Penggugat
Rekonvensi sebagai PPHP. Disamping itu tindakan yang dilakukan Tergugat
Rekonvensi juga mendiskriditkan Penggugat Rekonvensi dengan tuduhan
melakukan tindak pidana korupsi, sehingga hal itu menimbulkan tekanan
phisikis/trauma yang mendalam dan memunculkan setigma bahwa Penggugat
Rekonvensi dianggap sebagai Koruptor. Sehubungan dengan hal tersebut
Penggugat Rekonvensi meminta kerugian tersebut diganti rugi besar
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah);
7 Bahwa untuk memenuhi unsur keadilan dan kelayakan terhadap kerugian
materiil maupun imateriil yang dialami oleh Penggugat Rekonvensi secara
nyata, maka patut kiranya Tergugat Rekonvensi dibebankan memberikan ganti
kerugian sebanding dengan kerugian nyata yang sudah terinci tersebut di atas;
8 Bahwa selanjutnya untuk menjaga agar Tergugat Rekonvensi mematuhi
Putusan Pengadilan, maka Penggugat Rekonvensi meminta kepada Pengadilan
Negeri Sukoharjo untuk menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar
atas kerugian yang diderita oleh Penggugat Rekonvensi secara tunai dan
seketika pada saat perkara ini diputus dan apabila Tergugat Rekonvensi lalai
melaksanakannya, cukup pula beralasan untuk menetapkan uang paksa sebesar
Rp20.000.000,00 (Dua puluh juta rupiah) per hari atas keterlambatan
pembayaran yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut;
9 Bahwa untuk menjamin hak-hak Penggugat Rekonvensi agar gugatan yang
diajukan dapat dilaksanakan, maka Penggugat Rekonvensi mengajukan sita
jaminan (conservatoir beslag) terhadap aset-aset milik Tergugat Rekonvensi,
baik yang berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak, yang akan
41
Halaman 41 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Penggugat Rekonvensi ajukan permohonannya secara tersendiri yang merupakan
satu kesatuan pada gugatan ini;
10 Bahwa oleh karena gugatan Penggugat Rekonvensi berdasarkan bukti-bukti
yang nyata dan kuat, maka mendasarkan kepada ketentuan Pasal 180 HlR,
Penggugat Rekonvensi mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara
ini agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya
hukum banding, verset dan kasasi;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Turut Tergugat VI
mohon kepada Pengadilan Negeri Sukoharjo berkenan untuk memutus sebagai berikut:
Dalam Provisi:
1 Menolak Permohonan Provisi yang diajukan oleh Penggugat;
2 Menyatakan tidak sah secara hukum Penghentian Pembangunan Pasar Kota Ir.
Soekarno sebagaimana dimohonkan Penggugat;
3 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa
sebagaimana Penggugat minta atas tidak dilaksanakannya putusan sela terkait
permohonan Provisi;
Dalam Eksepsi:
1 Menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi yang
disampaikan oleh Turut Tergugat VI;
2 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau
setidak-tidaknya menolak seluruh gugatan Penggugat;
Dalam Pokok Perkara:
Dalam Konvensi:
1 Menerima seluruh dalil-dalil jawaban yang disampaikan oleh Turut Tergugat VI;
2 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan Penggugat tidak diterima;
3 Menyatakan Tergugat tidak melakukan perbuatan wanprestasi sebagaimana
Penggugat dalilkan dalam gugatannya;
4 Menyatakan secara hukum bahwa Turut Tergugat VI tidak punya kewajiban
untuk menandatangani CCO2;
5 Membebaskan Tergugat untuk membayar secara tunai kerugian-kerugian
sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat VI, Tergugat
tidak menimbulkan kerugian-kerugian tersebut terhadap Penggugat;
42
42
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
6 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak punya kewajiban membayar
kerugian-kerugian kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat VI tidak
ada kerugian-kerugian yang mesti dibayar Tergugat;
7 Menolak perintah agar Tergugat menghentikan Pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo, karena menurut Turut Tergugat VI tidak ada kekurangan pembayaran
yang harus diberikan kepada Penggugat;
8 Menolak perintah agar Tergugat mengembalikan Warkah Asli Jaminan
Pelaksanaan kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat VI Jaminan
Pelaksanaan tersebut menjadi hak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo;
9 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa
sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat VI tidak ada
kewajiban Tergugat membayar kerugian-kerugian kepada Penggugat;
10 Menolak perintah agar Turut Tergugat VI untuk tunduk dan patuh kepada
putusan ini, karena Turut Tergugat VI tidak merasa mempunyai kesalahan
kepada Penggugat;
11 Menyatakan putusan dalam perkara a quo tidak dapat dilaksanakan serta merta,
dimana putusan Pengadilan tidak dapat dilaksanakan sebelum mempunyai
kekuatan hukum tetap, karena masih ada upaya hukum lainnya yang berupa
banding, verset maupun kasasi;
12 Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Dalam Rekonvensi:
1 Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
2 Menyatakan secara hukum tindakan yang dilakukan oleh Tergugat
Rekonvensi tindakan melawan hukum (onrechtmatige daad);
3 Menghukum Tergugat Rekonvensi sampai dengan harta pribadi untuk
membayar tunai dan sekaligus kepada Penggugat Rekonvensi kerugian-
kerugian sejumlah:
a Kerugian materiil seluruhnya berjumlah Rp6.118.821.201 (enam miliar
seratus delapan belas juta delapan ratus dua puluh satu ribu dua ratus
satu rupiah) oleh karenanya, ditambah bunga sebesar 6 % (enam persen)
per hari dari jumlah tersebut di atas terhitung sejak tanggal gugatan ini
diajukan sampai dengan dikeluarkannya keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
43
Halaman 43 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
b Kerugian imateriil sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah);
4 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar uang paksa sebesar
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) setiap hari kelalaiannya tidak
melaksanakan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;
5 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) atas benda
benda bergerak atau benda tidak bergerak milik Tergugat Rekonvensi;
6 Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat, dilaksanakan secara serta merta/
dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad) walaupun ada upaya
hukum yang dilakukan Tergugat Rekonvensi;
7 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya yang timbul dalam
Perkara ini;
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon untuk memeriksa dan
mengadili seadil-adilnya sesuai ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Sukoharjo telah
mengambil putusan, yaitu putusan Nomor 11/Pdt.G/2014/PN Skh., tanggal 20 Oktober
2014 yang amarnya sebagai berikut:
Dalam Konvensi:
Dalam Provisi:
• Menolak tuntutan provisi seluruhnya;
Dalam Eksepsi:
1 Menolak eksepsi dari Turut Tergugat IV;
2 Menyatakan menerima Eksepsi dari Tergugat, dan para Turut Tergugat tersebut;
Dalam Pokok Perkara:
• Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk Verklaard);
Dalam Rekonvensi:
• Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk Verklaard);
Dalam Konvensi dan Rekonvensi:
• Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp1.959.000,00
(satu juta sembilan ratus lima puluh sembilan ribu rupiah);
44
44
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Termohon Kasasi
dahulu Penggugat/Pembanding I, putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dibatalkan
oleh Pengadilan Tinggi Semarang dengan putusan Nomor 69/Pdt/2015/PT.SMG tanggal
25 Mei 2015 yang amarnya sebagai berikut:
• Menerima permintaan banding dari Para Pembanding;
• Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo tanggal 20 Oktober 2014
Nomor 11/Pdt.G/2014/PN.Skh., yang dimintakan banding, dan selanjutnya:
MENGADILI SENDIRI:
Dalam konvensi:
a. Tentang Provisi:
- Menolak tuntutan provisi Penggugat/Pembanding I;
b. Tentang Eksepsi:
- Menolak eksepsi Tergugat dan Para Turut Tergugat;
c. Tentang Pokok Perkara:
1 Mengabulkan gugatan Penggugat/Pembanding I untuk
sebagian;
2 Menyatakan bahwa Tergugat/Terbanding I juga sebagai
Pembanding II melakukan wanprestasi ;
3 Menghukum Tergugat/Terbanding I – juga sebagai
Pembanding II supaya membayar sejumlah uang kepada
Penggugat/Pembanding I juga sebagai Terbanding sebesar
Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat belas juta
tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah bunga 6 %
pertahun, terhitung sejak bulan Pebruari 2013 sampai dengan
dibayar lunas;
4 Menolak gugatan Penggugat/Pembanding juga sebagai
Terbanding, untuk bagian yang selebihnya;
5 Menghukum Turut Tergugat I, II, III, IV, V dan VI supaya
tunduk dan menaati putusan ini;
Dalam Rekonvensi:
- Menyatakan gugatan para Penggugat Tidak Dapat Diterima ;
Dalam Konvensi dan Rekonvensi:
- Menghukum Tergugat dalam Konvensi/Terbanding I - juga sebagai Pembanding II/
Penggugat I dalam Rekonvensi supaya membayar beaya perkara untuk kedua tingkat
45
Halaman 45 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pengadilan, yang untuk tingkat banding ditetapkan sebesar Rp150.000,00 (seratus
lima puluh ribu rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada
Tergugat/Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/
Pembanding III pada tanggal 4 Agustus 2015 kemudian terhadapnya oleh Tergugat/
Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/Pembanding III,
dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Agustus
2015, diajukan permohonan kasasi pada tanggal 12 Agustus 2015 sebagaimana ternyata
dari Akta PernyataanPermohonan Kasasi Nomor 14/2015/Kas juncto Nomor 11/
Pdt.G/2014/PN.Skh juncto Nomor 69/Pdt/2015/PT.Smg yang dibuat oleh Panitera
Pengadilan Negeri Sukoharjo, permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang
memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada
tanggal 27 Agustus 2015;
Bahwa memori kasasi dari Para Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/ Terbanding
I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/Pembanding III tersebut
telah diberitahukan kepada: Penggugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat III, Turut
Tergugat IV dan Turut Tergugat VI pada tanggal 31 Agustus 2015;
Kemudian Termohon Kasasi/Penggugat/Pembanding I mengajukan tanggapan
memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan NegeriSukoharjo pada tanggal
14 September 2015;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah
diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan
kasasi tersebut formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi
dahulu Tergugat/Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding
II/Pembanding III dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya sebagai berikut:
Adapun alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi selengkapnya adalah sebagai berikut:
I Bahwa Pengadilan Tinggi Semarang/Judex Facti telah salah
menerapkan hukum;
Bahwa asas sebuah putusan harus memenuhi hal-hal:
a. Memuat dasar alasan yang jelas dan rinci;
b. Wajib mengadili seluruh bagian gugatan;
c. Tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan;
d. Diucapkan di sidang terbuka untuk umum.
46
46
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(vide Pasal 178 HIR, Pasal 189 RBG dan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004)
A Bahwa putusan harus berdasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup,
sehingga putusan yang tidak memenuhi ketentuan ini merupakan putusan yang
tidak cukup pertimbangan (onvoldoende gemotiveerd) (Vide Pasal 178 ayat (1)
HIR dan Pasal 25 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004);
Dalam perkara ini Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya Nomor
69/Pdt/2015/PT.Smg tanggal 25 Mei 2015 tidak berdasarkan pertimbangan
yang jelas dan cukup, sehingga putusan tersebut tidak memenuhi ketentuan dan
merupakan putusan yang tidak cukup pertimbangan (onvoldoende
gemotiveerd);
1 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding tidak mempertimbangkan
kapasitas para pihak sebagai badan hukum publik;
Bahwa kapasitas Tergugat/Pemohon Kasasi selain sebagai pihak dalam
perjanjian di mana segala tindakan hukum maupun akibat hukum yang
timbul dari perjanjian tersebut tunduk kepada hukum perdata
(privaatrechts) in concreto Pasal 1320 juncto 1338 KUHPerdata sehingga
kedudukan Tergugat/Pemohon Kasasi sebagai pemegang hak dan
kewajiban sebagai subyek hukum perdata, Tergugat-Turut Tergugat II/Para
Pemohon Kasasi berkapasitas pula sebagai organ dalam badan hukum
publik (Penguasa/Pemerintah), dimana segala sesuatunya terikat pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersifat administratif dan
publik. Yaitu dari mulai tahapan perencanaan kegiatan, penganggaran,
pelelangan, pembayaran sampai dengan pengawasan semua sudah diatur
tersendiri secara khusus dan lengkap. Antara lain:
• Perencanaan kegiatan antara lain diatur dengan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2010-2014, dll;
• Penganggaran dan pembayaran antara lain diatur dengan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah
dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 37 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2013, dll;
47
Halaman 47 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pelelangan diatur dengan Perpres Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, beserta peraturan
perubahannya;
• Pengawasan antara lain diatur dengan Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, dll;
serta berbagai ketentuan peraturan perundangan lainnya dari tingkat pusat
sampai dengan peraturan tingkat daerah;
Namun Judex Facti hanya mempertimbangkan kapasitas Tergugat-Turut
Tergugat II/Para Pemohon Kasasi dari sudut pandang keperdataan murni
tanpa mempertimbangkan kapasitas Tergugat-Turut Tergugat II/Para
Pemohon Kasasi sebagai organ badan hukum publik;
2 Bahwa putusan Judex Facti pada tingkat banding dalam pertimbangan
hukumnya mempertimbangkan keterangan saksi yang tidak
berkompeten;
• Judex Facti hanya mempertimbangkan saksi dari
pihak Penggugat/ Termohon Kasasi yang tidak
berkompeten menilai suatu pekerjaan dan tidak
mempertimbangkan saksi yang diajukan oleh
Tergugat-Turut Tergugat II/Para Pemohon Kasasi;
Putusan Judex Facti pada tingkat banding dalam pertimbangan
hukumnya pada halaman 119 paragraf 3 menyebutkan:
“Keterangan saksi dari Penggugat yaitu Ardi Prasetyo, S.H., (Anggota
Komisi II DPRD Kabupaten Sukoharjo) yang lingkup kewenangannya
meliputi pembangunan pasar kota Sukoharjo pada Dinas Perindustrian
dan Perdagangan menerangkan bahwa pada saat melakukan kunjungan
lapangan pada tanggal 15 Pebruari 2013 dengan disertai Disperindap,
Konsultan Pengawas dan Penyedia Barang/Jasa, Konsultan Pengawas
menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai sesuai kontrak”;
“Keterangan saksi yang sama menyatakan bahwa masih terdapat
kekurangan pembayaran kepada Penyedia Barang/Jasa sebesar 6,2
miliar”;
• Pertimbangan hakim tersebut bukan merupakan
suatu pertimbangan yang cukup karena hakim
48
48
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
mengambil keterangan dari saksi yang tidak
berkompeten menilai suatu pekerjaan. Saksi tersebut
mempunyai kewenangan sebatas pada penganggaran
untuk menjalankan fungsi DPRD yang mempunyai
hak budgeting, sedangkan saksi tersebut sama sekali
tidak melakukan penghitungan bahkan kontrak
pekerjaannya saja saksi tidak mengetahui kontrak
yang mana yang dipergunakan, apakah ada
perubahan lingkup pekerjaan ataukah ada perubahan-
perubahan yang lain, serta pekerjaan mana saja yang
sudah dikerjakan ataupun belum dikerjakan karena
saksi hanya melihat secara visual itupun secara
sekilas dan tidak mendetail. Dengan demikian
pertimbangan hakim dalam mengambil kesaksian
Sdr. Ardi Prasetyo, S.H., sangat kurang karena saksi
tidak mengetahui kontrak yang dipergunakan sebagai
dasar pelaksanaan pekerjaab dan tidak melakukan
perhitungan pekerjaan, sedangkan keterangan ahli
yang melakukan perhitungan pekerjaan tersebut
justru tidak dipertimbangkan keterangannya;
• Di samping itu, keterangan saksi tersebut sangat
tidak bersesuaian dengan keterangan saksi-saksi lain
yang diajukan oleh Tergugat-Turut Tergugat II/Para
Pemohon Kasasi yaitu saksi Widodo, SH.MH, saksi
Atas Yudha Kandita, ST maupun keterangan ahli
yakni Toriq A Ghuzdewan, ST.MSCE, Dr. Ir.
Muslikj, MSc.Mphil dan Jufri Nurbiyanto, S.T,
dimana saksi-saksi tersebut tidak dipertimbangkan
sama sekali oleh Judex Facti tingkat banding;
Selain itu keterangan saksi Ardi Prasetyo, SH tersebut juga tidak
bersesuaian dengan bukti surat yang diajukan oleh Tergugat-Turut
Tergugat II/Para Pemohon Kasasi, antara lain Laporan Hasil
Pemeriksaan oleh BPK RI Perwakilan Jawa Tengah atas Belanja Negara
Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo Tahun 2012 pada Pemerintah
Kabupaten Sukoharjo di Sukoharjo Nomor 01/LHP/BPK/
49
Halaman 49 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
XVIII.SMG/2014 tanggal 25 Februari 2014 (Bukti T.11, TT.1.11,
TT.2.11, TT.3.11), dan telah dikuatkan dengan keterangan ahli dari
BPK RI Perwakilan Jawa Tengah Sdr. Jupri Nurbiyanto, S.T serta
Laporan Hasil Permeriksaan Proyek Pembangunan Pasar Kota
Sukoharjo TA 2012 pada bulan Pebruari 2014 oleh Pusat Studi Ilmu
Teknik (PSIT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta (Bukti T.66,
TT.1.66, TT.2.66, TT.3.66), dan telah dikuatkan dengan keterangan ahli
dari Pusat Studi Ilmu Teknik (PSIT) Universitas Gajah Mada
Yogyakarta Sdr. Toriq A Ghuzdewan, S.T., MSCE., Dr. Ir. Muslikj,
MSc.Mphil;
3 Bahwa Judex Facti pada tingkat Banding dalam putusannya Nomor 69/
Pdt/2015/PT.Smg tanggal 25 Mei 2015 dalam pertimbangan hukumnya
mendasarkan pada kontrak yang tidak sah menurut hukum;
Judex Facti pada tingkat Banding dalam pertimbangannya pada halaman
120 point pertama menyatakan yaitu:
“Bukti P-86 berupa perubahan lingkup pekerjaan kedua meliputi ;
Pekerjaan Awal, Pekerjaan Tambah, Pekerjaan Kurang, Pekerjaan Akhir
yang di dalamnya memuat satuan harga dari pekerjaan akhir yang
terseselesaikan. Bukti ini telah diketahui dan ditandatangani oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana”;
Bahwa mempergunakan bukti tersebut untuk pertimbangan maka hakim
menggunakan bukti yang kurang pertimbangan. Hal ini dikarenakan bukti
tersebut adalah bukti yang tidak sah. Dalam suatu perikatan, kontrak antara
dua belah pihak berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya dan adanya
perubahan kontrak hanya dapat dilaksanakan dengan kesepakatan kedua
belah pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak tersebut;
Sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah huruf A.10. c. 2. s):
s) Perubahan Kontrak
Perubahan Kontrak bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak,
meliputi:
1 perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang
dilakukan oleh para pihak dalam kontrak sehingga
mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;
50
50
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2 perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat
adanya perubahan pekerjaan; dan/atau
3 perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan
pekerjaan dan/atau perubahan pelaksanaan pekerjaan;
Hal ini semakin diperjelas dalam Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)
yaitu Bukti T-2, khususnya pada huruf B4 angka 34 yang menyatakan
kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak. Perubahan kontrak
bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak meliputi:
a Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan
oleh para pihak dalam kontrak, sehingga mengubah lingkup
pekerjaan dalam kontrak;
b Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan
pekerjaan;
c Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan,
perubahan pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga;
Sedangkan bukti yang dipergunakan oleh hakim tersebut (Bukti P-86),
jelas-jelas salah satu pihak yang berkontrak belum menandatanganinya
sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan tersebut hanya dibuat secara
sepihak, sedangkan pihak konsultan pengawas dan konsultan perencana
adalah bukan pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak. Dengan
demikian kontrak tersebut tidak sah secara hukum. Sehingga menurut
hukum, bukti tersebut seharusnya tidak dipergunakan sebagai
pertimbangan;
Selain itu Judex Facti dalam pertimbangannya pada halaman 119 paragraf
1 menyebutkan bahwa:
“Menimbang bahwa bukti Penggugat bertanda P-7 berupa Surat
Perjanjian Harga Satuan beserta lampiran-lampiran Syarat-syarat
Umum Kontrak, Syarat-syarat Khusus Kontrak, kemudian diikuti
dengan Adendum Kontrak Kesatu tanggal 6 Nopember 2012 Nomor
602.3/1220-A/X/2012 (bukti bertanda P-15), Kedua buktii tersebut
adalah sama dengan bukti bertanda: T:2 dan T-6, menurut Pengadilan
Tingkat Banding telah membuktikan kebenaran adanya hubungan
hukum berupa perjanjian pengadaan barang/ jasa berupa pembangunan
pasar kota Sukoharjo yang mengikat kedua belah pihak antara
51
Halaman 51 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Penggugat selaku Penyedia Barang dengan Tergugat selaku Pengguga
Barang”
Dari pertimbangan tersebut, hakim mengakui adanya hubungan hukum
berupa perjanjian melalui perjanjian kontrak awal dan adendum kesatu
saja, dan hakim tidak mengakui adanya perubahan lingkup pekerjaan kedua
(adendum 2) sebagai dasar adanya hubungan hukum kedua pihak.
Sehingga menjadi sangat kontradiktif ketika pada pertimbangan
selanjutnya hakim mempergunakan perubahan lingkup pekerjaan kedua
(adendum kedua) sebagai pertimbangan;
1 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan
hukumnya tidak cukup mempertimbangkan syarat dapat dilakukannya
pembayaran;
Judex Facti dalam pertimbangannya pada halaman 120 Point kedua,
menyatakan:
“Bukti bertanda P. 7 Surat Permohonan pembayaran termijn ke IV/
pisik 100% tanggal 18 Maret 2013 dengan kekurangan pembayaran
Rp6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh
ratus lima puluh ribu rupiah)”
Dengan berpijak pada ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata : kontrak antara
dua belah pihak berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya, maka
sesuai dengan ketentuan dalam SSUK dan SSKK (Bukti T-2) sebagai
berikut:
a Dalam SSUK angka 61.2 huruf b: pembayaran terakhir hanya dilakukan
setelah pekerjaan selesai 100% dan Berita Acara Penyerahan pertama
pekerjaan diterbitkan;
b Dalam SSUK angka 63.1: pembayaran angsuran prestasi pekerjaan
terakhir dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% dan berita acara
penyerahan awal yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak
berdasarkan Berita Acara Pekerjaan selesai dari Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan (PPHP);
c Dalam SSKK huruf O dalam point d) Pembayaran angsuran keempat .....
jika prestasi pekerjaan telah mencapai kemajuan fisik 100 % dan
dinyatakan dengan Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Serah
Terima Pertama Pekerjaan yang dibuat oleh PPHP dan disetujui oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) ....dst;
52
52
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Dari ketentuan dalam SSUK dan SSKK tersebut jelas-jelas telah diatur
ketentuan tentang pembayaran dilakukan setelah ada Berita Acara
Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan yang
dibuat oleh PPHP dan disetujui oleh PPK. Dalam hal ini PPHP belum
membuat Berita Acara Pekerjaan selesai karena pekerjaan belum
diselesaikan sesuai kontrak yang ada, sehingga PPK belum dapat membuat
Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan sebagai salah satu
persyaratan dilakukannya pembayaran;
Selain itu, Judex Facti dalam pertimbangannya pada halaman 120 Point
ketiga, yang menyatakan:
“Bukti bertanda P. 168 Daftar Pekerjaan yang belum dibayar yang
disusun oleh Penggugat dengan disertai foto-foto gambar-gambar
tentang pekerjaan yang telah dilakukan.”
Bahwa bukti tersebut merupakan bukti sepihak yang dibuat oleh Penggugat
tetapi tidak disertai dokumen-dokumen pendukung lain yang disyaratkan
sebagaimana dalam kontrak. Seharusnya yang mempunyai kewenangan
untuk menyatakan telah dilakukannya suatu pekerjaan adalah PPK
berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat oleh Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan (PPHP) sesuai kewenangannya sebagaimana diatur dalam
Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta
perubahannya pada Pasal 18 ayat (5) sebagai berikut:
(5) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk :
a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian; dan
c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
Ketika Hakim tingkat banding mempergunakan bukti P. 7 dan P.168
sebagai pertimbangan maka bukti tersebut kurang lengkap. Bahwa untuk
dapat dilakukannya suatu pembayaran pekerjaan telah diatur secara detil
ketentuan dimana dokumen-dokumen pendukungnya harus sudah
dilengkapi terlebih dahulu. Sehingga syarat untuk dilakukannya
53
Halaman 53 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pembayaran belum terpenuhi, hal inilah yang tidak dipertimbangkan oleh
Judex Facti;
2 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan
hukumnya tidak cukup mempertimbangkan alat bukti surat berupa LHP
BPK RI secara utuh dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
a Bahwa pertimbangan Judex Facti pada Tingkat Banding
pada halaman 120 Point keempat, yang menyatakan:
“Menghubungkan dengan bukti bertanda T. 9 berupa Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK Rl yang menyatakan bahwa sampai dengan
tanggal 13 Pebruari 2013 bangunan pisik 91,399 %”
Bahwa hakim mempergunakan bukti T. 9 tersebut kurang cermat dalam
mempertimbangkannya. Bukti T. 9 merupakan Laporan Hasil
Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
dimana berisi tentang Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2012. Dalam hal ini pemeriksaan BPK dilakukan
terhadap seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sukoharjo
pada Tahun Anggaran 2012;
Dalam bukti T. 9, BPK melakukan pemeriksaan berdasarkan dokumen
yang ada, bukan melakukan penghitungan/audit secara fisik. Resume
LHP BPK yang benar dalam bukti T. 9 tersebut adalah sebagai berikut:
“Prestasi fisik yang telah dilakukan sampai dengan pembayaran
terakhir (20 Desember 2012) sesuai dengan Berita Acara Penilaian/
Pemeriksaan untuk Pembayaran Termin Ketiga adalah sebesar
80,071%;
Sedangkan sampai dengan berakhirnya masa perpanjangan waktu,
yaitu tanggal 13 Februari 2013, belum ada tambahan pembayaran
yang dilakukan. Prestasi fisik menurut konsultan pengawas
dinyatakan sebesar 91,399%”;
Dalam bukti T.9 merekomendasikan salah satunya agar PPK
menghitung ulang realisasi fisik per 13 Februari 2013 dan
memperhitungkan potensi kelebihan pembayaran yang ada. Sehingga
hakim telah kurang pertimbangannya karena kurang cermat dalam
membaca dan memahami bukti-bukti yang ada, bahwa yang
menyatakan pekerjaan selesai 91,399% adalah konsultan pengawas,
54
54
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
bukan BPK. Bahkan dalam bukti T.9 tersebut BPK justru
merekomendasikan agar realisasi fisik dilakukan penghitungan ulang;
Dengan demikian Judex Facti kurang cermat dalam membaca bukti T.9
tersebut dan hanya mengambil secara parsial saja sehingga
menimbulkan pengertian yang menyesatkan;
Sedangkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK secara fisik khusus
terhadap Pelaksanaan Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sebagai
tindak lanjut dari LHP BPK tersebut (Bukti T. 9) disajikan dalam bukti
T.11 yang justru tidak dipergunakan sebagai pertimbangan oleh hakim.
Pada halaman 32 LHP BPK (bukti T. 11) menyatakan:
“Sampai dengan berakhirnya pelaksanaan pemeriksaan lanjutan BPK
RI pada tanggal 13 Februari 2014, kemajuan fisik pekerjaan adalah
80%”;
Padahal LHP BPK tersebut (Bukti T.11) merupakan suatu produk
lembaga negara yang lahir berdasarkan wewenang kelembagaan BPK
sesuai amanat konstitusi yaitu Pasal 23E UUD 1945 yang mengatur
bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri”;
Produk-produk hukum BPK tersebut bersifat final artinya tidak
memerlukan approval (persetujuan) dari pihak lain. Hal ini diatur dalam
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara khususnya Pasal 1
angka 14, yaitu:
“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian
kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional
berdasarkan Standar Pemeriksaan yang dituangkan dalam laporan
hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK”;
Jadi, pertimbangan Judex Facti yang menyatakan bahwa sampai dengan
tanggal 13 Pebruari 2013 bangunan pisik 91,399 % itu bukan hasil
penghitungan dari LHP BPK RI;
55
Halaman 55 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
b Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam
pertimbangan hukumnya pada halaman 120 Paragraf 1,
dimana hakim menyatakan sebagai berikut:
“Menimbang bahwa, dari bukti-bukti sebagaimana diuraikan di atas
pengadilan Tingkat Banding berpendapat bahwa Penggugat berhasil
membuktikan pembangunan pisik pasar kota Sukoharjo telah selesai.
Kendatipun BPK Rl menyatakan pembangunan pisik telah selesai
91,399%, pendapat Pengadilan Tingkat Banding di atas lebih pada
sebuah pegangan yaitu keterangan konsultan pengawas yang
diperkuat dengan bukti-bukti surat dari Penggugat yang dapat
diambil kesimpulan bahwa pembangunan pisik pasar kota Sukoharjo
telah diselesaikan sesuai kontrak oleh Penggugat selaku penyedia
jasa/barang.”
Bahwa pertimbangan hakim tersebut kurang cukup pertimbangan
dengan alasan sebagaimana telah Pemohon kasasi uraikan pada huruf a
di atas. Untuk membuktikan pekerjaan sudah selesai harus berpedoman
pada kontrak, dalam hal ini kontrak yang diakui oleh hakim hanya
sampai pada addendum kesatu, sedangkan addendum kedua merupakan
kontrak yang tidak sah menurut hukum karena salah satu pihak tidak
menandatanganinya. Keterangan konsultan pengawas yang mana yang
dijadikan pertimbangan? Karena dalam pertimbangannya hakim tidak
menyebutkan keterangan konsultan pengawas yang menyatakan apa dan
bagaimana. Bahkan dalam LHP BPK pun tidak pernah dinyatakan
bahwa audit pekerjaan fisik telah selesai 91,399% dan justru dalam
bukti T.9 sebagaimana dipergunakan sebagai pegangan oleh hakim
dinyatakan agar menghitung ulang realisasi fisik pembangunan dan
mengevaluasi pelaksanaan tugas konsultan pengawas karena kurang
cermat dalam melakukan tugas pengawasan;
Dengan tidak dipertimbangkannya bukti T.11 hal ini menunjukkan
Judex Facti tidak mempertimbangkan secara utuh alat bukti surat serta
ketentuan perundang-undangan yang berlaku khususnya Pasal 23E
UUD 1945 dan Pasal 1 angka 14 Undang Undang Nomor 15 Tahun
2006;
3 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan
hukumnya tidak cukup mempertimbangkan nilai pekerjaan yang sah.;
56
56
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan hukumnya
pada halaman 121 Paragraf terakhir, dimana hakim menyatakan sebagai
berikut:
“Menimbang bahwa, dari serangkaian bukti-bukti sebagaimana
diuraikan di atas, Pengadilan Tingkat Banding berpendapat bahwa
Penggugat - pembanding I telah berhasil membuktikan bahwa Tergugat
- Terbanding I juga sebagai pembanding ll selaku pengguna barang/jasa
telah melakukan wanprestasi yaitu belum melakukan pembayaran
pekerjaan pembangunan pasar kota Sukoharjo sebesar
Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat belas juta tujuh
ratus lima puluh ribu rupiah) kepada Penggugat selaku penyedia
barang/jasa.”
Bahwa pertimbangan hakim tersebut kurang cukup pertimbangan dengan
alasan hakim menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi, namun
dalam pertimbangannya jelas-jelas kurang pertimbangan karena tidak jelas
wanprestasi terhadap kontrak/ perjanjian yang mana? Apabila berdasarkan
kontrak awal dan addenddum kesatu maka jelas-jelas pekerjaan yang
dikerjakan oleh Penggugat tidak sesuai dengan kontrak. Namun apabila
didasarkan pada perubahan lingkup pekerjaan kedua, maka dokumen
tersebut bukan kontrak/addendum 2 yang sah karena Tergugat tidak pernah
menandatanganinya. Jika hakim tingkat banding menyatakan kekurangan
pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat
belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) maka angka tersebut tidak ada
dasar perhitungan/buktinya. Di satu sisi hakim tingkat banding lebih
berpegang pada keterangan konsultan pengawas meskipun tidak disebutkan
bukti tertulisnya yang menyatakan pekerjaan selesai 91,399% namun disisi
lain memerintahkan kekurangan pembayaran terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas
juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), dimana nilai tersebut merupakan
nilai kekurangan apabila pekerjaan benar-benar dilaksanakan 100% dari
kontrak. Namun demikian dari pertimbangan hakim tingkat banding tidak
ada satupun bukti yang ditunjukkan yang isinya menyatakan pekerjaan
telah selesai 100%;
Selain itu, penentuan kekurangan pembayaran tersebut belum
memperhitungkan adanya denda yang harus dibayar oleh Penggugat
57
Halaman 57 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sebagai denda keterlambatan sebesar Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua
ratus empat puluh dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) Denda
keterlambatan dikenakan kepada Penggugat karena telah terjadi
keterlambatan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penggugat yang secara
implisit tercantum dalam bukti P.7 berupa Surat Permohonan pembayaran
termijn ke IV tertanggal 18 Maret 2013 dimana sesuai kontrak seharusnya
pekerjaan selesai pada tanggal 26 Desember 2012 namun permohonan
pembayaran baru dilakukan pada tanggal 18 Maret 2013. Denda
keterlambatan dimaksud sebagaimana telah direkomendasikan oleh BPK
sesuai bukti T.9 yang dipergunakan sebagai pertimbangan oleh hakim
tingkat banding, juga tercantum dalam bukti T.11. Bahwa menindaklanjuti
LHP BPK merupakan suatu kewajiban yang diamanatkan oleh undang-
undang yaitu sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan ayat (5) Undang
Undang Nomor 15 Tahun 2004, yang berbunyi:
1 Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan
hasil pemeriksaan.;
5 Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian.
Namun hal-hal tersebut di atas tidak dipertimbangkan oleh Judex Facti;
1 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan
hukumnya tidak cukup mempertimbangkan nilai pembuktian;
Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan hukumnya
pada halaman 121 point keempat, dimana hakim menyatakan sebagai
berikut:
“Bukti P.30 terdapat pengakuan dari pihak pengguna barang/ jasa
bahwa dalam proyek pembangunan pasar kota Sukoharjo terdapat
kekurangan pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliard
dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Bukti
dimaksud adalah surat dari Bupati Sukoharjo tanggal 03 januari 2013
Nomor 900/023/2013”
Bahwa bukti P. 30 tersebut yang diajukan oleh Penggugat tercatat sebagai
fotocopy dari fotocopy sehingga bukan merupakan bukti asli yang
diajukan, oleh karena itu tidak memiliki kekuatan pembuktian dan tidak
58
58
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
selayaknya dijadikan pertimbangan oleh hakim tingkat banding sehingga
harus dikesampingkan. Hal ini sesuai dengan Pasal 1888 KUH Perdata
yang menyatakan:
“Kekuatan pembuktian dengan suatu tulisan terletak pada akta aslinya.
Bila akta yang asli ada, maka salinan serta kutipan hanyalah dapat
dipercaya sepanjang salinan serta kutipan itu sesuai dengan aslinya
yang senantiasa dapat diperintahkan untuk ditunjukkan”
Bahkan Mahkamah Agung juga telah memberikan penegasan atas bukti
berupa fotokopi dari surat/dokumen, yaitu dalam Putusan Mahkamah
Agung Nomor 3609 K/Pdt/1985 yang menyatakan:
“Surat bukti fotokopi yang tidak pernah diajukan atau tidak pernah ada
surat aslinya, harus dikesampingkan sebagai surat bukti”;
2 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan
hukumnya tidak cukup mempertimbangkan asas penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman;
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam
putusannya halaman ke-123, huruf c, yang menyebutkan bahwa:
“Dikarenakan berada dalam posisi yang pasif maka dalam konteks
perkara yang sedang disengketakan, jika gugatan Penggugat dikabulkan
Turut Tergugat hanya dihukum supaya menaati putusan. Kalaupun
dalam proses pemeriksaan perkara ternyata hak dan kepentingan Turut
Tergugat dirasa perlu dan harus dipertahankan Turut Tergugat dapat
mengajukan gugatan secara terpisah dalam forum yang lain yang
khusus diadakan untuk mempertahankan hak dan kepentingannya itu.”
Bahwa menurut Pemohon Kasasi, pertimbangan tersebut kurang cukup
pertimbangan. Kepentingan Para Turut Tergugat adalah terkait erat dengan
perkara ini karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
hak dan kewajiban Para Turut Tergugat mempengaruhi hasil akhir dari
kontrak pekerjaan. Turut Tergugat II adalah pihak yang berwenang untuk
menyediakan Anggaran dalam APBD, sedangkan Turut Tergugat VI
adalah pihak yang mempunyai kewenangan menandatangani Berita Acara
Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan yang
dipergunakan sebagai dasar bagi PPK (Tergugat) untuk melakukan
pembayaran suatu proyek pekerjaan. Selain itu, Turut Tergugat II dalam
kapasitasnya melaksanakan kewajiban menindaklanjuti LHP BPK (bukti T.
59
Halaman 59 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
11) dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Apabila Turut Tergugat merasa
bahwa dengan dijadikannya ia sebagai Turut Tergugat telah merugikan
kepentingannya, maka ia dapat mengajukan gugatan balik. Hal ini karena
pada prinsipnya setiap orang dapat mengajukan gugatan apabila
kepentingannya dirugikan, selain itu tidak ada peraturan yang melarang
adanya rekonvensi oleh Turut Tergugat.
Menurut ketentuan Pasal 132 (a) HIR dan Pasal 157 R.Bg dalam setiap
gugatan, Tergugat dapat mengajukan rekonvensi terhadap Penggugat.
Tujuan diperbolehkan mengajukan gugatan balasan atas gugatan
Penggugat adalah:
1 Bertujuan menggabungkan dua tuntutan
yang berhubungan;
2 Mempermudah prosedur;
3 Menghindarkan putusan-putusan yang
saling bertentangan antara satu dengan yang
lainnya;
4 Menetralisir tuntutan konvensi;
5 Acara pembuktian dapat disederhanakan;
6 Menghemat biaya;
Selain itu, berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yakni:
(4) Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan;
Dengan demikian, telah nyata-nyata Judex Facti tidak mempertimbangkan
asas-asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman;
3 Bahwa putusan Judex Facti tingkat banding tersebut yang tidak
memberikan pertimbangan yang cukup, jelas-jelas bertentangan dengan
ketentuan Yurisprudensi, yaitu:
a Putusan Mahkamah Agung Nomor 443 K/Sip/1986, yang menyatakan bahwa:
"...Pengabulan gugatan tanpa disertai pertimbangan yang seksama mengenai alat
bukti yang diajukan dinyatakan sebagai putusan yang tidak cukup
pertimbangan...";
b Putusan Mahkamah Agung Nomor 2461 K/Pdt/1984, yang menyatakan bahwa:
"...Putusan yang dijatuhkan tanpa disertai pertimbangan yang
seksama dan rinci mengenai fakta yang ditemukan dalam
60
60
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
persidangan dinyatakan sebagai putusan yang tidak cukup
pertimbangan...";
c Putusan Mahkamah Agung Nomor 672 K/Sip/1972, tertanggal 18 Oktober 1972
yang menyatakan bahwa: "...putusan harus dibatalkan karena tidak cukup
pertimbangan (niet voldoende gemotiveerd) mengenai alat bukti dan nilai
kekuatan pembuktian...";
Dengan demikian oleh karena Judex Facti pada tingkat banding di dalam
memeriksa dan memutus perkara A quo tidak memberikan pertimbangan yang
cukup (onvoldoende gemotiveerd) adalah merupakan kelalaian di dalam
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan
maka Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor: 69/Pdt/2015/PT Smg.
tanggal 25 Mei 2015 Jo. Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor 11/
Pdt.G/2014/PN.SKH tertanggal 20 Oktober 2014 sudah seharusnya menjadi
batal demi hukum;
B Bahwa hakim wajib mengadili seluruh bagian gugatan (Vide Pasal 178 ayat (2)
HIR dan Pasal 189 ayat (2) RBg);
Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam putusannya tidak
mempertimbangkan dan tidak mengadili gugatan Rekonvensi;
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam
putusannya halaman ke-123, paragraf 3, Dalam Rekonvensi, yang
menyebutkan bahwa:
“Menimbang bahwa gugat rekonvensi dari para Penggugat dikarenakan
substansinya adalah menyangkut persoalan yang sama dengan gugat konvensi,
sedangkan gugat konvensi telah dipertimbangkan dan telah ditetapkan
hukumnya, maka menurut hukum gugat rekonvensi tidak perlu
dipertimbangkan lagi dan harus dinyatakan tidak dapat diterima”;
Bahwa pertimbangan hakim tingkat banding tersebut sama sekali tidak
memberikan pertimbangan hukum terhadap gugatan rekonvensi. Penggugat
Rekonvensi adalah bukan berkaitan dengan perbuatan wanprestasi yang
ditujukan kepada Tergugat Rekonvensi, namun gugatan tersebut adalah terkait
dengan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Tergugat
Rekonvensi yang ditujukan kepada Penggugat Rekonvensi dalam perkara
yang sama. Adapun hal-hal yang dimohonkan dalam Gugatan Rekonvensi
merupakan hal yang berbeda dengan konvensi dan hal tersebut adalah terkait
61
Halaman 61 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
erat dengan kewajiban yang selama ini harus dilaksanakan oleh Tergugat
Rekonvensi namun belum dilaksanakan dalam pekerjaan Pembangunan Pasar
Sukoharjo, serta dalam rangka melaksanakan LHP BPK (Bukti T. 11) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Pasal 20 ayat (1)
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, yang berbunyi:
“Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil
pemeriksaan.”
Berdasarkan Pasal 132a. HIR ayat (1) dinyatakan bahwa:
Dalam tiap-tiap perkara, Tergugat berhak mengajukan tuntutan balik, kecuali:
1 Bila Penggugat semula itu menuntut karena
suatu sifat, sedang tuntutan balik itu
mengenai dirinya sendiri, atau sebaliknya;
2 Bila pengadilan negeri yang memeriksa
tuntutan asal tak berhak memeriksa tuntutan
balik itu, berhubung dengan pokok
perselisihan itu;
3 Dalam perkara perselisihan tentang
pelaksanaan putusan hakim;
Dalam gugatan Rekonvensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonvensi tidak
memenuhi salah satu kriteria yang dikecualikan tersebut dalam Pasal 132 a
ayat (1) HIR maka seharusnya Rekonvensi tetap diberikan pertimbangan
hukum yang cukup;
Disamping itu, gugatan Rekonvensi diajukan sebagai tindak lanjut
rekomendasi BPK RI sebagaimana tertuang dalam LHP BPK RI yaitu Bukti
T. 9 dan T. 11 sebagai berikut:
1 menarik denda keterlambatan dari PT AS
sebesar Rp1.242.950.000,00 dan
menyetorkan ke kas daerah;
2 mencairkan Jaminan Pelaksanaan PT AS
sebesar Rp1.242.950.000,00 dan
menyetorkan ke kas daerah;
3 Memperhitungkan atas kekurangan
volume pekerjaan, biaya pengurusan IMB,
kekurangan volume pekerjaan rooster dan
62
62
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
volume pekerjaan yang rusak senilai
Rp5.001.661.243,09 (Rp3.511.329.564,61
+ Rp134.786.063,00 + Rp439.071.595,20
+ Rp916.474.020,28) dalam pelunasan
pembayaran kepada PT AS;
4 Dalam pembayaran pelunasan pekerjaan
kepada PT AS, PPK memverifikasi bukti
pelunasan pembayaran PT AS kepada
penyedia jasa lainnya sebesar
Rp540.000.000,00 (Rp360.000.000,00 +
Rp180.000.000,00);
Dengan demikian Judex Facti seharusnya memberikan pertimbangan
hukumnya terhadap gugatan rekonvensi ini. Dengan tidak
dipertimbangkannya gugatan rekonvensi tersebut maka mengabaikan hak dan
kewajiban Pemohon Kasasi sebagai organ badan hukum publik dalam
pengelolaan keuangan negara sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
II Judex Facti pada tingkat banding di dalam perkara A quo salah/
keliru mengenai fakta dan bukti yang dipergunakan sebagai
pertimbangan;
1 Judex Facti tidak mempergunakan fakta
dan bukti yang tercantum pada Putusan
pengadilan tingkat pertama secara utuh;
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya
halaman ke-121, point pertama, yang menyebutkan:
"bahwa dari hasil pemeriksaan setempat / dilapangan yang dilakukan oleh
Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Pertama didapat adanya fakta bahwa semua
yang hadir saat itu mengakui ada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan tapi
belum dibayar (Putusan Pengadilan Tingkat Pertama halaman 253)’;
Bahwa hakim telah salah dalam mempertimbangkan pertimbangan hakim tingkat
pertama tersebut, karena pertimbangan yang diambil dari putusan tingkat
pertama tersebut tidak diambil secara lengkap dan hanya diambil sepotong-
sepotong sehingga menimbulkan pengertian yang salah dan keliru. Adapun
pertimbangan pada putusan tingkat pertama tersebut tercantum pada halaman
253-254 selengkapnya adalah sebagai berikut:
63
Halaman 63 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
“Menimbang, bahwa dari hasil Pemeriksaaan Setempat sebagaimana tersebut di
atas, yang telah dihadiri oleh kuasa Penggugat dan kuasa turut Tergugat I sampai
dengan III, serta para kuasa turut Tergugat IV sampai dengan VI dengan dihadiri
juga prinsipal Tergugat, turut Tergugat I, anggota PPHP, serta yang mewakili
dilapangan dari Penggugat bernama Ajiyono, pihak pelaksana pekerjaan yang
baru, semuanya mengakui ada pekerjaan yang telah dikerjakan tetapi belum
dibayarkan karena tidak diperjanjikan sebagaimana dalam kontrak CCO 1, tetapi
sebaliknya ada pekerjaan yang belum dikerjakan tetapi diperjanjikan dalam
kontrak CCO 1, ada pekerjaan di lantai 1 dan 2 yang telah dikerjakan tetapi
belum dibayarkan karena tidak diperjanjikan sebagaimana dalam kontrak CCO 1,
tetapi sebaliknya ada pekerjaan yang belum selesai dikerjakan tetapi
diperjanjikan dalam kontrak CCO 1, seperti pekerjaan plesteran dan acian,
pekerjaan cat, pekerjaan keramik, lantai, pekerjaan plafon, pekerjaan kolot
keramik lantai dan meja los, pekerjaan plesteran dan acian sisi dalam, pekerjaan
keramik meja los, pekerjaan rolling door;”
Dari pertimbangan hakim tingkat pertama tersebut oleh hakim tingkat banding
hanya diambil sepotong saja sampai dengan kalimat “...belum dibayarkan”,
padahal kalimat tersebut masih ada kelanjutannya yaitu belum dibayarkan karena
tidak diperjanjikan dalam CCO1 (kontrak addendum 1), bahkan dinyatakan oleh
hakim tingkat pertama bahwa ada pekerjaan yang ada dalam kontrak namun
belum dikerjakan;
Sehingga dari ketidaklengkapan membaca dan kesalahan memahami serta
mengambil pertimbangan yang tidak lengkap terhadap putusan pengadilan
tingkat pertama tersebut menyebabkan pertimbangan hakim tingkat banding
tidak cermat dan menjadikan suatu pertimbangan yang salah dan menyesatkan;
2 Judex Facti tingkat banding telah salah
mempergunakan alat bukti surat sebagai
pertimbangan hukumnya.
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya
halaman ke-121, point kedua dan ketiga, yang menyebutkan bahwa:
“Bukti bertanda P. 60, P. 62, P. 64 diperkuat dengan bukti bertanda T. 9 yaitu
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Rl yang menyatakan bahwa sampai dengan
tanggal 20 Desernber 2012 dengan bangunan pisik yang terselesaikan sebesar 80
% telah dilakukan pembayaran sebesar Rp18.644.250.000,00 (delapan belas
miliard enam ratus empat puluh empat juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ini
64
64
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
bersesuaian dengan dalih gugatan yang rnenyatakan bahwa dari nilai proyek
sebesar Rp24.859.000.000 (Dua puluh empat miliard delapan ratus lima puluh
sembilan juta rupiah) masih terdapat kekurangan pembayaran sebesar
Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima
puluh ribu rupiah);
Sedangkan sampai pada tanggal 13 Pebruari 2013 dinyatakan oleh BPK Rl,
kendatipun bangunan pisik sudah mencapai 91,399 % dari pihak pengguna
barang/ jasa belum melakukan pembayaran”;
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya
tersebut adalah merupakan pertimbangan yang salah dan keliru karena dalam
bukti T.9 tersebut keterangan “sampai dengan tanggal 20 Desember 2012
bangunan fisik terselesaikan sebesar 80%” hal tersebut berdasarkan pemeriksaan
dokumen yang dilaksanakan oleh BPK, bukan hasil audit konstruksi. Selain itu,
dalam bukti T.9 tersebut BPK tidak menyatakan bangunan fisik sudah mencapai
91,399% namun keterangan tersebut berasal dari konsultan pengawas, sedangkan
hasil audit BPK terhadap pekerjaan tersebut dituangkan secara rinci dalam bukti
T.11 yang merupakan audit terbaru dan spesifik terhadap pekerjaan
pembangunan Pasar Sukoharjo. Seharusnya justru bukti T.11 inilah yang
dipertimbangkan hakim tingkat banding karena berisi audit secara khusus
terhadap pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sedangkan bukti T.9
berisi audit secara umum terhadap Pengelolaan Anggaran Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo Tahun Anggaran 2012. Namun Hakim tingkat banding justru tidak
mempergunakan adanya bukti T.11 yaitu berupa LHP BPK yang telah diperkuat
dengan keterangan Ahli Sdr. Jupri Nurbiyanto, ST. Padahal LHP BPK
merupakan hasil akhir dari proses penilaian sesuai standar pemeriksaan sehingga
bersifat final. Hal ini didasarkan pada Undang Undang Nomor 15 Tahun 2006
khususnya Pasal 1 angka 14, yaitu:
“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,
kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang
dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.”
Sehingga seharusnya bukti T.11 dipergunakan sebagai pertimbangan hakim
dalam putusannya untuk menentukan prosentase dan nilai pekerjaan;
65
Halaman 65 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3 Judex Facti pada tingkat banding dalam
pertimbangan hukumnya salah dalam
mempergunakan dan memahami bukti
surat;
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya
halaman ke-121, point keempat, yang menyebutkan bahwa :
“Bukti P.30 terdapat pengakuan dari pihak pengguna barang / jasa bahwa dalam
proyek pembangunan pasar kota Sukoharjo terdapat kekurangan pembayaran
sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus
lima puluh ribu rupiah). Bukti dimaksud adalah surat dari Bupati Sukoharjo
tanggal 03 januari 2013 Nomor 900/023/2013”
Bahwa pertimbangan tersebut adalah merupakan pertimbangan yang salah dan
keliru karena dalam bukti P.30 bukan merupakan pengakuan kekurangan
pembayaran. Hakim tingkat banding telah salah memahami bukti tersebut. Bukti
P.30 tersebut adalah surat yang isinya Mohon persetujuan dari Bupati untuk
mengajukan anggaran mendahului Perubahan APBD 2013, yang ditujukan
kepada Ketua DPRD Kabupaten Sukoharjo yang berisi anggaran untuk
Pembangunan Pasar Bekonang dan Pasar Sukoharjo. Bukti tersebut bukan suatu
pengakuan hutang namun sebuah prosedur anggaran yang harus ditempuh untuk
mengajukan anggaran mendahului Perubahan APBD 2013. Karena pekerjaan
Pembangunan Pasar Sukoharjo tidak selesai pada akhir tahun anggaran 2012
maka anggaran yang sudah disediakan pada APBD 2012 tidak dapat dicairkan
karena pekerjaan tidak selesai pada tahun 2012, sehingga menjadi Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun 2012. Dengan adanya pemberian
kesempatan menyelesaikan pekerjaan maka pekerjaan dilanjutkan sampai
Februari 2013. Apabila pekerjaan selesai pada bulan Februari 2013 maka
pembayaran tidak dapat mengambil anggaran Tahun 2012. Sedangkan APBD
Tahun 2013 sudah disahkan pada akhir tahun 2012, dimana pada waktu APBD
2013 tersebut disahkan pekerjaan pembangunan Pasar Sukoharjo tidak selesai
padahal seharusnya selesai pada akhir Tahun 2012. Jadi anggaran yang sudah
disediakan untuk pembangunan Pasar Sukoharjo pada APBD 2012 harus
dikembalikan ke kas daerah karena pekerjaan tidak selesai pada akhir Tahun
Anggaran 2012 tersebut;
Untuk itu, berdasarkan prosedur anggaran yang ada yaitu sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
66
66
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013,
maka Bupati mengajukan sejumlah anggaran mendahului Perubahan APBD 2013
dimana anggaran tersebut pada tahun 2012 telah dikembalikan kepada kas daerah
(SILPA) karena pekerjaan tidak selesai, sebagaimana keterangan saksi Sdr.
Widodo, S.H, M.H., yang juga tidak dipertimbangkan oleh Judex Facti tingkat
banding;
Hal ini diperjelas dengan melihat tanggal surat P. 30 yang tertulis tanggal 3
Januari 2013, padahal menurut Penggugat mengerjakan pekerjaan sampai bulan
Februari 2013, sehingga jelas bukti P.30 sebelum pekerjaan berakhir. Sehingga
tidak mungkin surat pengakuan hutang dibuat sebelum pekerjaan selesai
dilaksanakan. Hal tersebut menunjukkan Judex Facti salah dalam
mempergunakan dan memahami isi surat dan ketentuan prosedur penganggaran;
Dari beberapa hal tersebut di atas jelas-jelas menunjukkan kekeliruan hakim
dalam menerapkan dan menggunakan bukti-bukti dan fakta-fakta yang ada.
Bahwa oleh karena itu sudah seharusnya Putusan Pengadilan Tinggi Semarang
Nomor: 69/Pdt/2015/PT Smg., tanggal 25 Mei 2015 Jo. Putusan Pengadilan
Negeri Sukoharjo Nomor 11/Pdt.G/2014/PN.SKH, tertanggal 20 Oktober 2014
sudah seharusnya dibatalkan;
III Bahwa Pengadilan Tinggi Semarang/ Judex Facti telah lalai
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan;
1 Bahwa terdapat kelalaian hakim tingkat banding
dalam penerapan hukum, karena hakim tidak
mempertimbangkan kapasitas Tergugat/ Pemohon
Kasasi selain sebagai pihak dalam perjanjian di mana
segala tindakan hukum maupun akibat hukum yang
timbul dari perjanjian tersebut tunduk kepada hukum
perdata (privaatrechts) in concreto Pasal 1320 jo
1338 KUHPerdata sehingga kedudukan Tergugat/
Pemohon Kasasi sebagai pemegang hak dan
kewajiban sebagai subyek hukum perdata, Tergugat-
Tergugat II/Para Pemohon Kasasi berkapasitas pula
sebagai organ dalam badan hukum publik
(Pemerintah), dimana dalam menjalankan tugasnya
67
Halaman 67 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
terikat pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Hakim tingkat banding dalam putusannya mempergunakan pertimbangan yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu dalam pertimbangannya halaman 120 point kesatu menyatakan:
“Bukti bertanda P. 86 berupa perubahan lingkup pekerjaan kedua meliputi:
Pekerjaan Awal, Pekerjaan Tambah, Pekerjaan Kurang, Pekerjaan Akhir yang
didalamnya memuat satuan harga dari pekerjaan akhir yang terselesaikan. Bukti
ini telah diketahui dan ditandatangani oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan
perencana”;
Dalam pertimbangan hakim tingkat banding tersebut mengakui adanya
perubahan kontrak yang ditandatangani oleh pihak-pihak yang tidak berhak
karena Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana bukan pihak yang
mengikatkan diri dalam perjanjian. Sedangkan salah satu pihak yang membuat
perjanjian tersebut yaitu PPK/Tergugat/Pemohon Kasasi tidak pernah
membubuhkan tanda tangan sebagai tanda persetujuan atas adanya perubahan
lingkup pekerjaan dalam kontrak. Suatu perjanjian yang ditandatangani oleh
pihak-pihak yang tidak pernah saling mengikatkan diri merupakan perjanjian
sepihak sehingga perjanjian (perubahan lingkup pekerjaan kedua/addendum 2)
tersebut tidak sah karena bertentangan dengan ketentuan Pasal 1338 KUH
Perdata yang berbunyi:
“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan
dengan itikad baik.”
Berdasarkan hal tersebut maka hanya pihak-pihak yang mengikatkan diri dalam
suatu perjanjianlah yang dapat melakukan perubahan terhadap kontrak/
perjanjian;
Sehingga ketika Judex Facti tidak mempertimbangkan kapasitas Tergugat-Turut
Tergugat II/Para Pemohon Kasasi sebagai badan hukum publik maka dari sudut
pandang hukum publik hal tersebut bertentangan sebab suatu pekerjaan yang
dilakukan di luar kontrak (tanpa kontrak yang sah) tidak bisa dibayar karena
dapat menimbulkan kerugian negara karena antara pekerjaan fisik dan dokumen
68
68
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tidak sinkron. Dalam hal ini pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo tidak
sesuai dengan dokumen kontrak yang sah;
2 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam
putusannya lalai dalam mempertimbangkan
ketentuan Pasal 1250 KUHP;
Hal ini terdapat dalam putusan Judex Facti halaman ke-122, paragraf 1, yang
menyebutkan bahwa :
“Menimbang bahwa, dikarenakan Tergugat terbukti
wanprestasi, .................................dikabulkan dengan dibebani bunga menurut
undang-undang sebesar 6 % setiap tahun terhitung sejak bulan Pebruari 2013
sampai dengan dibayar lunas oleh Tergugat.”
Bahwa pertimbangan tersebut tidak memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu dalam Pasal 1250 KUHP:
“Dalam perikatan yang hanya berhubungan dengan pembayaran sejumlah uang,
penggantian biaya, kerugian dan bunga yang timbul karena keterlambatan
pelaksanaannya, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh undang-undang
tanpa mengurangi berlakunya peraturan undang-undang khusus. Penggantian
biaya, kerugian dan bunga itu wajib dibayar, tanpa perlu dibuktikan adanya suatu
kerugian oleh kreditur. Penggantian biaya,. kerugian dan bunga itu baru wajib
dibayar sejak diminta di muka Pengadilan, kecuali bila undang-undang
menetapkan bahwa hal itu berlaku demi hukum.”
Dari ketentuan tersebut jelas-jelas disebutkan bahwa bunga dihitung sejak
diminta dimuka pengadilan, sehingga ketika hakim menyatakan sejak Februari
2013 maka hal tersebut bertentangan dengan ketentuan yang ada;
3 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam
putusannya lalai dalam mempertimbangkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
Yaitu Judex Facti tidak mempertimbangkan Bukti T. 11 padahal berdasarkan
ketentuan:
• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara khususnya
Pasal 1 angka 14, yaitu:
69
Halaman 69 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,
kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang
dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.”
Bahwa LHP BPK merupakan produk lembaga negara yang tidak perlu diragukan
kredibilitasnya sesuai dengan ketentuan tersebut di atas.
Selain itu, Judex Facti juga lalai mempertimbangkan ketentuan Pasal 20 ayat (1)
dan ayat (5) Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004, yang berbunyi:
(1) Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan;
(5) Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;
Bahwa Tergugat juga berkapasitas sebagai organ dalam badan hukum publik
(Penguasa/Pemerintah) yang dibatasi dan diatur dengan ketentuan Pasal 20 ayat
(1) dan ayat (5) tersebut di atas. Dalam hal ini, Judex Facti lalai dalam
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas;
1 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam
putusannya lalai dalam mempertimbangkan
ketentuan Permendagri Nomor 37 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;
Judex Facti tingkat banding lalai mempertimbangkan prosedur penyusunan
APBD dalam memahami dan mempergunakan bukti P. 30. Bahwa selaku badan
hukum publik maka dalam penyusunan anggaran harus melalui prosedur yang
telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu Permendagri
Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013, khususnya dalam mengajukan
permohonan mendahului perubahan anggaran harus memberitahukan kepada
Pimpinan DPRD;
2 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam
putusannya lalai dalam mempertimbangkan
ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
70
70
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Judex Facti tingkat banding lalai mempertimbangkan kelengkapan dokumen
yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukannya pembayaran sebagaimana diatur
dalam Pasal 205 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai berikut:
1 PPTK menyiapkan dokumen Surat Permintaan
Pembayaran Langsung (SPP-LS) untuk pengadaan barang
dan jasa untuk disampaikan kepada bendahara pengeluaran
dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran;
2 Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-LS;
b. ringkasan SPP-LS;
c. rincian SPP-LS; dan
d. lampiran SPP-LS;
3 Lampiran dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
mencakup:
a salinan SPD;
a salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;
b SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah
ditandatangani wajib pajak dan wajib pungut;
c surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/
kuasa pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta
mencantumkan Nomor rekening bank pihak ketiga;
d berita acara penyelesaian pekerjaan;
e berita acara serah terima barang dan jasa;
f berita acara pembayaran;
g kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak
ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/
kuasa pengguna anggaran;
h surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan
oleh bank atau lembaga keuangan non bank;
i dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak
yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari
penerusan pinjaman/hibah luar negeri;
71
Halaman 71 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
j berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak
ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut
lampiran daftar barang yang diperiksa;
k surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang
dilaksanakan di luar wilayah kerja;
l surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan
dari PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;
m foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian
pekerjaan;
n potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku/ surat pemberitahuan jamsostek); dan
o khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya
menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara
prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran
dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan
bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti
pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam surat
penawaran;
1 Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan
barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
digunakan sesuai dengan peruntukannya;
2 Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak lengkap,
bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS
pengadaan barang dan jasa kepada PPTK untuk
dilengkapi;
3 Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada pengguna anggaran setelah
ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui
PPK-SKPD;
Dengan demikian karena dokumen tidak lengkap maka menurut aturan tersebut
pembayaran tidak bisa dilakukan. Apabila pembayaran tetap dilakukan tanpa
kelengkapan dokumen tersebut maka melanggar ketentuan dimaksud dan dapat
menimbulkan kerugian negara;
72
72
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Dengan demikian Judex Facti telah lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga sudah seharusnya
putusan Judex Facti tersebut dibatalkan;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat:
Bahwa alasan-alasan kasasi Para Tergugat tidak dapat dibenarkan karena Judex
Facti tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
Penggugat telah dapat membuktikan bahwa terhadap pekerjaan pembangunan
fisik pasar Kota Sukoharjo yang dikerjakan oleh Penggugat masih terdapat kekurangan
pembayaran yang harus dibayar oleh Tergugat sejumlah Rp6.214.750.000,00 (enam
miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) sedangkan Tergugat
tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melunasi kekurangan pembayaran pekerjaan
pembangunan pasar yang dikerjakan oleh Penggugat sehingga Tergugat telah terbukti
wanprestasi terhadap Penggugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata bahwa
putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi:
UDY BINTARTA, S.H., dan kawan tersebut harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi
ditolak, maka Para Pemohon Kasasi dihukum membayar biaya perkara dalam tingkat
kasasi ini;
Memperhatikan Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman dan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung,
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain
yang bersangkutan;
M E N G A D I L I:
1 Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: I. UDY
BINTARTA, S.H, dan II. BUPATI SUKOHARJO tersebut;
2 Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada hari
Senin tanggal 27 Juni 2016 oleh Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M., Hakim Agung
yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H. Hamdi, S.H.,
73
Halaman 73 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
M.Hum., dan Sudrajad Dimyati, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai anggota, dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis
dengan dihadiri Para Hakim Anggota tersebut dan Arief Sapto Nugroho, S.H.,M.H.,
Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh Para Pihak.
Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,
Ttd./ Ttd./
H. Hamdi, S.H., M.Hum. Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M.
Ttd./
Sudrajad Dimyati, S.H., M.H.
Panitera Pengganti,
Ttd./
Arief Sapto Nugroho, S.H.,M.H
Biaya-biaya: 1 M e t e r a i ……………... Rp 6.000,00 ttd./2 R e d a k s i ……………..Rp 5.000,00 FLORENSANI KENDENAN, SH., MH.3 Administrasi kasasi …….. Rp489.000,00 Jumlah …………………..Rp500.000,00
Untuk SalinanMAHKAMAH AGUNG R.I
a.n PaniteraPanitera Muda Perdata
Dr. PRI PAMBUDI TEGUH, SH., MHNIP. 19610313 198803 1 003
74
74
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74