tanggung jawab hukum perjanjian pekerjaanrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... ·...

169
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo) Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: OCTARIYANI NIM: 11150480000089 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN

KONSTRUKSI

(Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo)

Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

OCTARIYANI

NIM: 11150480000089

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

i

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN

KONSTRUKSI

(Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo)

Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

OCTARIYANI

NIM: 11150480000089

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 3: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

ii

Page 4: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

iii

Page 5: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

iv

Page 6: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

v

ABSTRAK

Octariyani,NIM 11150480000089. TANGGUNG JAWAB HUKUMPERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (Kasus RehabilitasiPembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo) Analisis Yuridis PutusanPerkara Nomor 326 K/Pdt/2016. Program Studi Ilmu Hukum, KonsentrasiHukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah mengenai wanprestasi yangdilakukan antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Udy Bintarta, S.H. PejabatPembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan KabupatenSukoharjo Jawa Tengah serta untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakimdalam kasus jasa konstruksi antara PT Ampuh Sejahtera dengan Pejabat PembuatKomitmen Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten sukoharjo. Metodepenelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan menganalisispertimbangan hakim dan dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan dibidang Jasa Konstruksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach), dan pendekatan kasus (case approach).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan putusan Mahkamah AgungNomor 326 K/Pdt/2016 yaitu sengketa antara PT. Ampuh Sejahtera sebagaipenyedia jasa (Termohon Kasasi/Penggugat) melawan Udy Bintara, S.H. PejabatPembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan KabupatenSukoharjo, Bupati Sukoharjo (Para Pemohon/Tergugat). Dari hasil penelitiandiketahui bahwa dalam perjanjian pekerjaan konstruksi jika terdapat wanprestasidari salah satu pihak, maka harus ada pertanggungjawaban dari pihak yangmelakukan wanprestasi agar sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Perjanjian, Wanprestasi, Jasa Konstruksi.

Pembimbing : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.Daftar Pustaka : Tahun 1986 Sampai Tahun 2018.

Page 7: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

vi

KATA PENGANTAR

حمن هللا بســــــــــــــــــم حیم الر الر

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya dan telah memberikan kemudahan sehingga peneliti mampu

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa peneliti curahkan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabatnya.

Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah

dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini berjudul

“TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

(Kasus REHABILITASI PEMBANGUNAN PASAR Ir. SOEKARNO KOTA

SUKOHARJO) Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan, dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi

Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Pembimbing skripsi yang telah

bersedia dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, arahan, dukungan, dan masukan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. JM. Muslimin, M.A. Penasehat akademik yang selalu menasehati

dan membimbing Peneliti.

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Pimpinan Pusat Perpustakaan Utama UIN Syarif

Page 8: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

vii

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Jana dan Ibu Siti Rodiah, yang

selalu memberikan nasehat, motivasi, dan doa yang diberikan kepada

peneliti dan tiada habis mencurahkan kasih sayang dan merawat

peneliti sampai sekarang ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

pendidikan sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Semoga Allah SWT

membalas segala apa yang telah berikan kepada peneliti.

7. Pihak-Pihak lain yang telah memberi konstribusi kepada peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini.

Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca

serta pihak-pihak yang memerlukannya.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Jakarta, 04 Juli 2019

Octariyani

Page 9: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…….............……………….…….............…………... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…….............……………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI............................ iii

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. iv

ABSTRAK …………………………………………………………………… v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah.................... 6C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 7D. Metode Penelitian....................................................................... 8E. Sistematika Penulisan ................................................................ 11

BAB II PERJANJIAN DALAM TINJAUAN HUKUM............................ 12

A. Konsep Perjanjian....................................................................... 121. Definisi Perjanjian ................................................................ 122. Syarat dan Sahnya Perjanjian ............................................... 133. Asas-Asas Perjanjian ............................................................ 144. Jenis-Jenis Perjanjian ............................................................ 165. Berakhirnya Perjanjian ......................................................... 19

B. Teori-Teori Pelaksanaan Perjanjian .......................................... 201. Kepercayaan ......................................................................... 202. Keadilan ................................................................................ 20

C. Tinjauan Umum Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi 221. Pengertian Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi .. 222. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Konstruksi ............................................................................. 253. Hak dan Kewajiban Para Pihak. ............................................ 324. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan Kerja ........................ 355. Tahapan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi ................. 37

D. Tinjauan ( Review ) Studi Terdahulu ......................................... 38

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBANGUNANINFRASTRUKTUR DALAM PEKERJAAN JASAKONSTRUKSI ............................................................................... 40

A. Hukum Jasa Konstruksi ............................................................. 401. Sejarah Jasa Konstruksi ........................................................ 40

Page 10: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

ix

B. Wanprestasi ............................................................................... 421. Pengertian Wanprestasi ........................................................ 422. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Wanprestasi ........... 45

C. Duduk Perkara ........................................................................... 45D. Tuntutan dari Penggugat ............................................................ 48E. Pertimbangan Hukum dalam Putusan Mahkamah Agung.......... 49F. Bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian konstruksi

rehabilitasi pembangunan Pasar Ir. Seoekarno Kota Sukoharjoantara PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat PembuatKomitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan.............. 50

BAB IV WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEKERJAANKONSTRUKSI .............................................................................. 54

A. Analisis Yuridis Terhadap Perkara Wanprestasi dalamPutusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016 .................................. 54

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam PerkaraWanprestasi Pekerjaan Konstruksi Putusan MA Nomor 326K/Pdt/2016 ................................................................................. 68

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 80

A. Kesimpulan ................................................................................ 80B. Rekomendasi .............................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. .......... 82

LAMPIRAN

Page 11: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan yang

dilakukan baik pembangunan fisik maupun non fisik memegang peranan yang

penting bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Pembangunan merupakan salah

satu kewajiban yang harus dijalankan oleh pemerintah sebagai bentuk

pengambilan kebijakan. Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah untuk

menciptakan kemajuan di bidang sosial dan ekonomi secara

berkesinambungan, tanpa mengabaikan persamaan hak dan menjunjung tinggi

prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat.

Indonesia adalah Negara hukum, maka pembangunan yang sedang

dilaksanakan tidaklah terlepas dari peraturan-peraturan hukum yang berkaitan

dengan masalah tersebut. Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017

Tentang Undang-Undang Jasa Kontruksi, mempunyai peranan penting dan

strategis dalam pencapaian pembangunan nasional yang berkeadilan social

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.1 Posisi strategis

tersebut dapat dilihat dari adanya keterkaitan dengan sektor lain. Jasa

konstruksi sesungguhnya merupakan bagian penting dari terbentuknya produk

konstruksi, karena jasa konstruksi menjadi arena pertemuan antara penyedia

jasa dengan pengguna jasa.2

Jasa Kontruksi menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2017 Tentang Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi

1 Filiberto J.D. Rengkung, Tanggung Jawab Hukum Terhadap Penyedia Barang dan JasaDalam Pelaksanaan Jasa Konstruksi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 TentangJasa Konstruksi, Fakultas Hukum Unsrat, Jurnal Lex Crimen Vol. VI/No.9/Nov/2017, h.126

2 Embun Nurani Wulandari, Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun2017 Tentang Jasa Konstruksi Tterhadap Klausula Penyelesaian Sengketa Pada Kontrak KerjaKonstruksi di Indonesia, Fakultas Hukum Sebelas Maret, Jurnal Privat Law, Vol. VI No. 2 Juli-Desember 2018, h.196

Page 12: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

2

dan/atau pekerjaan konstruksi yang kegiatannya meliputi pengkajian,

perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen.

Penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan serta mengatur keseluruhan

dari kegiatan pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan

pembangunan kembali suatu bangunan. Jasa konstruksi merupakan salah satu

bukti nyata berkembangnya pembangunan di Indonesia yang memiliki peranan

penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya

pembangunan nasional.3

Melalui penyelenggaraan usaha jasa konstruksi dapat diperoleh manfaat-

manfaat seperti: masyarakat dapat menikmati infrastruktur /sarana prasarana

yang dibutuhkan, meningkatkan pembangunan industri serta sektor-sektor lain

seperti pariwisata dan bisnis, menunjang berbagai kegiatan produksi,

penunjang kesempatan usaha dan kesempatan kerja, penyumbang produk

domestik bruto (PDB), menarik para investor baik domestik maupun asing

sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah pada khususnya dan

Indonesia pada umumnya, penunjang peningkatan ketahanan nasional,

penunjang peningkatan penghematan penggunaan devisa dan peningkatan

penerimaan devisa.

Industri jasa konstruksi di Indonesia saat ini telah mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Melalui sektor inilah, secara fisik kemajuan

pembangunan Indonesia dapat dilihat langsung. Dalam pelaksanaan usaha jasa

konstruksi, pemilik proyek atau pihak yang ingin melakukan suatu

pembangunan fisik baik pemerintah maupun swasta umumnya tidak

mengerjakannya sendiri. Pemilik proyek biasanya melimpahkan pekerjaan

pembangunan tersebut kepada perusahaan jasa konstruksi yang melibatkan

rekanan pemborong atau kontraktor bangunan, konsultan proyek yang

semuanya memiliki peran masing-masing dalam pembangunan.

3 Chyntia Damayanti, Najib Imanullah, dkk. Jurnal Kajian Yuridis Pelaksanaan KontrakKerja Konstruksi Antara Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kebumendengan CV. Metro Jaya Dalam Pekerjaan Peningkatan Kualitas Jalan Lintas Desa LumbuKecamatan Kutowinangun, Universitas Sebelas Maret, 2015, h.2

Page 13: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

3

Pelimpahan proyek pembangunan diawali melalui mekanisme suatu tender

atau pelelangan, dapat juga melalui penunjukan langsung oleh pengembang

pada perusahaan konstruksi yang diinginkan. Pelelangan dapat diikuti oleh

seluruh perusahaan konstrusksi (pelelangan umum) atau pelelangan terbatas

yang hanya diikuti oleh penyedia jasa yang telah lulus prakualifikasi.4

Langkah yang dilakukan setelah didapatnya perusahaan konstruksi yang

diinginkan oleh pengembang adalah pengikatan para pihak. Pengikatan para

pihak dalam usaha jasa konstruksi dituangkan melalui suatu kontrak yang

bernama Kontrak Kerja Konstruksi (3K). Kontrak kerja konstruksi berisikan

tentang perjanjian antara pemberi kerja dengan kontraktor yang umumnya

membahas mengenai hak dan tanggungjawabnya. Kontrak kerja konstruksi

didasarkan atas Perjanjian Pemborongan yang diatur dalam Buku III KUH

Perdata pada Pasal 1601a-x Bab VII A tentang persetujuan untuk melakukan

pekerjaan. Walaupun telah diatur secara umum dalam KUH Perdata dan secara

lebih khusus melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa

Konstruksi, tetapi pada nyatanya dalam penyelenggaraan jasa konstruksi masih

sering ditemui banyak permasalahan serta penyimpangan.5

Dalam penelitian hukum ini, peneliti mengambil studi kasus yang terjadi

di PT. Ampuh Sejahtera. Pada pelaksanaan kontrak kerjasama proyek

Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar

Ir. Soekarno Kota Sukoharjo Jawa Tengah terdapat sebuah permasalahan

mengenai lokasi pekerjaannya. Di dalam kontrak kerjasama, Pembangunan

Fisik Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo yang dilakukan oleh PT. Ampuh

Sejahtera selaku perusahaan kontraktor kepada Pejabat Pembuat Komitmen

pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo.

Permasalahan dalam Proyek Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo

adalah mengenai kondisi lapangan/lokasi yang tidak sesuai dengan gambar

4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah TerimaBangunan Antara Pengembang dengan Kontraktor, Jurnal Ilmiah Magister Ilmu HukumUniversitas Diponegoro Semarang, 2013, h.5

5 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah TerimaBangunan Antara Pengembang dengan Kontraktor,... h.6

Page 14: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

4

perencanaan pekerjaan pembangunan Fisik Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo,

terbukti dari gambar perencanaan di awal sebelum pelaksanaan fisik pekerjaan

di lapangan, tidak dapat diterapkan pelaksanaan pekerjaan pembangunan Pasar

Ir. Soekarno Kota Sukoharjo. Karena adanya ketidaksesuaian gambar

perencanaan dengan kondisi lapangan tersebut sehingga mengakibatkan

terjadinya keterlambatan yang disebabkan adanya Peristiwa Kompensasi yang

diatur dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK).

Bahwa Peristiwa Kompensasi yang diatur dalam Syarat-Syarat Umum

Kontrak (SSUK) Pejabat Pembuat Komitmen tidak memberikan gambar-

gambar, spesifikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan, dan

Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan.

Sedangkan kedua hal ini sangat mempengaruhi dimulai, dilaksanakan dan

diselesaikannya pekerjaan pembangunan pasar, karena gambar kerja yang ada

dalam Dokumen Lelang tidak jelas dan tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan

pekerjaan di lapangan secara maksimal. Ini menunjukan bukti awal permulaan

bahwa di awal pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pekerjaan tidak bisa

dilaksanakan secara simultan bersamaan sehingga jadwal pelaksanaan

pekerjaan yang telah disepakati belum bisa secara maksimal dilaksanakan.

Bahwa sepatutnya PT. Ampuh Sejahtera diberikan perhitungan kekuatan

konstruksi serta kelengkapan gambar Proyek Pembangunan Pasar Ir. Soekarno

Kota Sukoharjo sebelum melaksanakan pekerjaan konstruksinya. Namun,

dengan melihat kenyataan bahwa PT. Ampuh Sejahtera belum diberi

perhitungan kekuatan konstruksi serta kelengkapan gambar Proyek

Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo membuat PT. Ampuh Sejahtera tidak bisa

melaksanakan Konstruksinya lebih lanjut. Kemudian, PT. Ampuh Sejahtera

telah mengajukan surat mengenai hal tersebut, namun tidak mendapatkan

jawaban dari Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo.

Berbagai permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan usaha jasa

konstruksi disadari akan sangat mempengaruhi perkembangan industri

Berbagai permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan konstruksi di

Page 15: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

5

Indonesia. Padahal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa industri ini

sangat potensial dalam menunjang pembangunan serta peningkatan di berbagai

sektor, Oleh karena itu, hukum muncul guna menyelesaikan berbagai

permasalahan tersebut serta menjaga supaya proses, tindakan-tindakan, serta

prosedur-prosedur yang diambil para pihak yang terlibat dalam industri jasa

konstruksi ini tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku. Maka berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tersebut penelitian ini mengambil judul

“TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAAN

KONSTRUKSI (Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota

Sukoharjo) Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada penjabaran yang telah diuraikan didalam latar

belakang maka identifikasi masalah meliputi :

a. lapangan/lokasi yang tidak sesuai dengan gambar perencanaan pekerjaan.

b. Tidak diberikan perhitungan kekuatan konstruksi.

c. Pendanaan yang tidak sesuai dengan pelaksanaan, penyelesaian dan

perbaikan pekerjaan.

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan mengenai Perjanjian Pekerjaan Konstruksi sangatlah luas.

Agar pembahasan permasalahan karya ilmiah ini tidak melebar dan lebih

fokus pada masalah, maka peneliti membatasi masalah karya ilmiah ini

hanya kepada Analisis Yuridis Perjanjian Pekerjaan Konstruksi. maka

penulis menggunakan objek penelitian pada Putusan Mahkamah Agung

Nomor 326 K/Pdt/2016 perjanjian Pekerjaan Konstruksi antara PT. Ampuh

Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan dalam Kegiatan Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota

Sukoharjo.

3. Perumusan Masalah

Page 16: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

6

Sesuai dengan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan,

maka pembahasan skripsi ini akan membahas mengenai “Tanggung Jawab

Hukum Perjanjian Pekerjaan Konstruksi. Analisis Putusan Perkara Nomor

326 K/Pdt/2016 tentang bentuk wanprestasi dalam perjanjian konstruksi”.

a. Bagaimana bentuk wanprestasi dalam perjanjian konstruksi rehabilitasi

pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo antara PT.Ampuh

Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian

dan Perdagangan?

b. Apa dasar pertimbangan hakim dalam Putusan Perkara Nomor 326

K/Pdt/2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah:

a. Untuk mengetahui bentuk wanprestasi dalam perjanjian konstruksi

rehabilitasi pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo antara PT.

Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas

Perindustrian dan Pekerjaan Umum.

b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan

Nomor 326 K/Pdt/2016.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan praktis, sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan dijadikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin di bidang

ilmu hukum, khususnya tentang Jasa Konstruksi.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang pentingnya prinsip hukum dalam perjanjian jasa konstruksi.

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya para

Page 17: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

7

pelaku usaha, yang terkait dengan jasa konstruksi yang membutuhkan

informasi tentang kontrak kerja pada pekerjaan konstruksi. Sesuai atau

tidak dengan peraturan perundangan yang berlaku dan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi pada suatu kontrak kerja konstruksi.

D. Metode Penelitian

Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.6

1. Pendekatan Penelitian

Berkaitan dengan tipe penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian

yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)7

Dalam hal pendekan menggunakan perundang-undang, peraturan

perundang-undangan yang digunakan khususnya pada Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan Kasus yaitu pendekatan dengan cara beberapa kasus ditelaah

untuk referensi bagi isu hukum. Diperlukan guna mempelajari

penerapan-penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan

dalam praktik hukum.8 Pendekatan kasus dalam penelitian normatif

bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum dalam

praktek hukum. Pada penggunaan pendekatan kasus yang perlu dipahami

peneliti adalah ratio decidenti, yaitu alasan hukum yang digunakan

hakim untuk sampai pada putusannya, dalam hal ini peneliti akan

6 H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h.18

7 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jawa Timur:Bayumedia Publishing, 2007), h.302

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h.14

Page 18: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

8

menganalisis kasus wanprestasi oleh PT. Ampuh Sejahtera dan Pejabat

Pembuat Komitmen pada Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo yang

sudah berkekuatan hukum tetap yaitu pada putusan Mahkamah Agung

Nomor 326 K/Pdt/2016.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, memaparkan dan bertujuan

mendapatkan gambaran lengkap tentang pekeraan konstruksi, sesuai hukum

yang berlaku ditempat, serta menggunakan gejala yuridis yang terjadi.

3. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa studi

dokumen. Studi dokumen digunakan untuk mencari data skunder. Bahan

pustaka yang digunakan untuk penelitian ini yaitu:

a. Sumber Data Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang isinya mempunyai

kekuatan mengikat pada masyarakat.9 Bahan-bahan yang digunakan yaitu

peraturan perundang-undangan dan Putusan Hakim.

b. Sumber Data Sekunder

Bahan hukum skunder ini adalah bahan-bahan hukum yang berisi

memberikan informasi atau hal yang berkaitan isi dari bahan hukum

primer serta implementasinya.10 Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini berupa buku, artikel, jurnal, dan bahan hukum lainnya.

c. Data Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder. Bahan yang

digunaan dalam penelitian ini yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Kamus Hukum, situs internet dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Dokumen

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1982), h.3

10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,... h.31

Page 19: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

9

Studi Dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang digunakan

melalui data tertulis dengan menggunakan analisis isi data, dalam hal ini

peneliti mengkaji dan menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor

326 K/Pdt/2016.

b. Studi Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca,menelaah dan

menganalisis bahan-bahan kepustakaan untuk menggali dan

mengembangkan data yang diperoleh. Data tersebut akan dianalisis dan

dipresentasikan secara kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan tata

cara dalam penelitian untuk menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu

apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara

tertulis atau lisan. Hal yang diteliti dan dipelajari merupakan obyek

penelitian yang utuh.11 Dalam hal ini peneliti menggunakan buku-buku

dan perundang-undangan yang berkaitan dengan Jasa Konstruksi.

5. Teknik Pengelolaan Data

Teknik Pengolahan data yang digunakan peneliti adalah mengelolah

data sedemikian rupa sehingga data dan bahan hukum tersebut tersusun

secara runtut dan sistematis, yang akan memudahkan dalam melakukan

analisis dan menarik kesimpulan dari pembahasan masalah yang ada.

6. Analisis Data

Analisis Data merupakan analisis kualitatif, Analisis Kualitatif artinya

yaitu dianalisis dengan data-data yang sudah ada. Metode analisis data

secara kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan peneliti untuk

menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam

menyajikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.12 Data yang

sudah ada ini akan diolah dan dianalisis secara deduktif yang selanjutnya

dikaitkan dengan norma-norma hukum, doktrin hukum, dan teori ilmu

hukum yang ada. Penelitian secara kualitatif ini mengacu pada norma

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,... h.67

12 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011), h.107

Page 20: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

10

hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan

pengadilan, seta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat.13

7. Metode Penulisan

Metode dan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi ini

berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang terdapat dalam buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika ini merupakan gambaran dari penelitian agar memudahkan

dalam mempelajari seluruh isinya. Penelitian ini dibahas dan diuraikan menjadi

5 (lima) bab, adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat secara keseluruhan

mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan,

dan pembatasan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan

sistematika penelitian.

BAB II Bab ini terdiri dari tiga sub bab, sub bab pertama yaitu tentang

konsep perjanjian, sub bab dua berisi teori-teori dalam pelaksanaan

perjanjian, dan sub bab ke tiga yaitu membahas tentang tinjauan

perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi.

BAB III Bab ini berisikan bab yang membahasa tentang sejarah jasa

konstruksi, pelaksanaan pemborongan, kontrak kerja konstruksi,

sub bab ke dua membahas tentang wanprestasi, faktor yang

menyebabkan wanprestasi dan kronologi perkara, tuntutan dalam

perjanjian konstruksi serta bentuk wanprestasi yang terjadi dalam

perjanjian.

BAB IV Bab ini akan membahas mengenai analisa kasus antara PT. Ampuh

Sejahtera dengan Pejabat pembuat komitmen pada Dinas

13 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002), h.103

Page 21: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

11

Perindustrian dan Perdagangan yang menguraikan bentuk

wanprestasi dalam perjanjian konstruksi dan dasar hakim

pertimbangan Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016.

BAB V Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi yang diambil dari

uraian atau deskripsi yang menjawab masalah berdasarkan data

yang diperoleh.

Page 22: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

12

BAB II

PERJANJIAN DALAM TINJAUAN HUKUM

A. Konsep Perjanjian

1. Pengertian

a. Perjanjian

Perjanjian atau Verbintenis mengandung pengertian yaitu suatu

hubungan Hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih,

yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi

dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.1

Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji

kepada orang lain atau dapat dikatakan peristiwa dimana dua orang atau

lebih saling mengikrarkan diri untuk berbuat sesuatu. Definisi perjanjian

batasannya telah diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan

bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Maka perjanjian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Perjanjian

adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling

mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta

kekayaan”. Selain itu beberapa sarjana merumuskan definisi perjanjian,

yaitu :

a. Subekti

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji

kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal.2

b. K.R.M.T. Tirtodidiningrat

1 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), h.6

2 Soebekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1979), h.1

Page 23: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

13

Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat

diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat

hukum yang diperkenankan oleh undang-undang.3

c. Sudikno Mertokusumo

Perjanjian adalah sebagai hubungan hukum antara dua pihak atau

lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.4

d. Abdulkadir Muhammad

Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih

saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan

harta kekayaan.5 Berdasarkan definisi perjanjian diatas, maka dapat

disimpulkan yang menjadi unsur-unsur dalam suatu perjanjian

adalah:6

a) Adanya pihak-pihak;

b) Adanya konsensus atau persetujuan dari pihak-pihak;

c) Adanya objek dalam perjanjian tersebut yang berupa benda;

d) Adanya tujuan yang bersifat kebendaan mengenai harta kekayaan;

e) Adanya prestasi yang akan dilaksanakan;

f) Ada bentuk tertentu, baik secara lisan maupun tulisan;

g) Adanya syarat-syarat tertentu.

2. Syarat dan Sahnya Perjanjian

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat menurut pasal 1320

KUH Pedata, yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Dengan sepakat atau juga dinamakan perizinan, yang maksudnya bahwa

kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju

3 Tirtodiningrat, K.R.T.M, Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Pembangunan,(Jakarta: Sinar Grafika, 1966), h.83

4 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,1986), h.96

5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1990), h.4

6 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan,... h.80

Page 24: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

14

atau seia-sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang

diadakan itu.7

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

Cakap yang dimaksud bahwa orang yang membuat suatu perjanjian harus

cakap menurut hukum, yaitu setiap orang yang sudah dewasa atau akhil

baliq dan sehat pikirannya.

c. Mengenai suatu hal tertentu

Mengenai suatu hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan

kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.

Menurut KUH Perdata hal tertentu adalah :

1) Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi

pokok suatu perjanjian (Pasal 1332 KUH Perdata);

2) Suatu hal atau barang yang cukup jelas atau barang yang sudah

ditentukan minimal sudah ditentukan jenisnya (Pasal 1333 KUH

Perdata).

d. Suatu sebab yang halal

Jika Tidak Dinyatakan sesuatu sebab tetapi ada suatu sebab yang halal,

ataupun jika ada suatu sebab lain, daripada yang dinyatakan,

perjanjiannya namun demikian adalah sah (Pasal 1336 KUH Perdata)

3. Asas-Asas Perjanjian

a. Asas Personalitas

Pada prinsipnya asas personalitas menentukan bahwa suatu

perjanjian berlaku bagi para pihak yang membuatnya saja. Ketentuan

mengenai asas ini tercantum dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH

Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi:

Pada umumnya seseorang yang tidak mengadakan perikatan atau

perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini bahwa

seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk dirinya sendiri.

Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi:

a. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya;

7 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2001), h.17

Page 25: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

15

b. Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.

b. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak atau yang sering disebut juga sistem

terbuka adalah bahwa setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa

saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam Undang-Undang.

Meskipun berlaku asas ini, kebebasan berkontrak tersebut dibatasi oleh

tiga hal, yaitu tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan

dengan kesusilaan, dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum.8

Setiap perjanjian yang dibuat dengan sah berlaku sebagai Undang-

Undang bagi para pembuatnya. Rumusan ini dapat ditemukan dalam

Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata, yang dipertegas kembali dengan

ketentuan Ayat (2) yang menyatakan bahwa perjanjian yang telah

disepakati tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan

kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh

Undang-Undang.9

c. Asas Konsesualitas

Asas konsesualitas mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi

sejak saat tercapainya kata sepakat (konsensus) antara pihak-pihak

mengenai pokok perjanjian. Sejak saat itu perjanjian mengikat dan

mempunyai akibat hukum. Suatu kesepakatan lisan diantara para pihak

telah mengikat para pihak yang telah bersepakat secara lisan tersebut, dan

oleh karena ketentuan ini mengenai kesepakatan lisan diatur dalam Pasal

1320 KUH Perdata, maka rumusan tersebut dianggap sebagai dasar asas

konsesualitas dalam hukum perjanjian.

d. Asas persamaan hak

Dalam asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat,

tidak ada perbedaan, masing-masing pihak wajib melihat adanya

persamaan ini dan mengharuskan kedua belah pihak untuk menghormati

satu sama lain.

8 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990), h.87

9 Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Visimedia, 2008), h.469

Page 26: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

16

e. Asas keseimbangan

Dalam asas ini menghendaki kedua belah pihak untuk memenuhi dan

melaksanakan perjanjian. Asas ini merupakan kelanjutan dari asas

persamaan. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan

prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban

untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dengan demikian

kedudukan kreditur yang kuat juga diimbangi dengan kewajiban untuk

memperhatikan itikad baik melaksanakan segala kewajibannya, sehingga

kedudukan debitur dan kreditur seimbang.10

f. Asas Kepercayaan

Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain,

menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak itu bahwa satu sama

lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi

prestasinya dikemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan maka perjanjian

itu tidak mungkin diadakan oleh para pihak, dengan adanya kepercayaan

kedua pihak mengikatkan dirinya dan mempunyai kekuatan mengikat

sebagai undang-undang.11

g. Asas Itikad Baik

Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 Ayat (3) KUH Perdata, yang

menyatakan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad

baik. Asas itikad baik ini ada yang subjektif dan ada pula yang objektif.

4. Jenis-Jenis Perjanjian

Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, yaitu:

a. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik

Perjanjian timbal balik dikatakan timbal balik jika dengan terjadinya

perjanjian timbul kewajiban timbal balik diantara para pihak. Ada unsur

tukar menukar prestasi ada pada kedua belah pihak. Kriteria untuk

10 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h.42

11 Budiman Sinaga, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari Prespektif Sekretaris,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.84

Page 27: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

17

menentukan kewajiban dari para pihak yang saling tergantung ditentukan

oleh kewajiban pokoknya, misalnya jual beli.

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi

hanya pada satu pihak. Misalnya, perjanjian hibah, perjanjian

penanggungan (borgtocht) Pasal 1820 KUH Perdata, dan perjanjian

pemberian kuasa tanpa upah. Termasuk kedalam perjanjian sepihak

adalah juga perjanjian perjanjian pinjam pakai, penitipan barang tanpa

biaya, dan pinjam meminjam tanpa bunga.12

b. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban13

Suatu perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian dimana pihak yang

satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa

menerima suatu manfaat bagi dirinya (Pasal 1314 Ayat (1) KUH

Perdata). Misalnya, hibah, pinjam pakai, pinjam meminjam tanpa bunga

dan penitipan barang tanpa biaya.

Perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang

satu untuk melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang

harus dilakukan oleh pihak yang lain. Pasal 1314 Ayat (2) KUH Perdata

menyebutnya sebagai suatu perjanjian yang mewujudkan masing-masing

pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu.

Misalnya perjanjian atas beban adalah jual beli, sewa menyewa, dan

pinjam meminjam dengan bunga.

c. Perjanjian konsensuil, riil, dan formil

Perjanjian konsensuil yaitu perjanjian yang mengikat sejak adanya

kata sepakat dari kedua pihak, misalnya yaitu perjanjian jual beli dan

perjanjian sewa menyewa.14

12 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), h.55

13 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.59

14 Komariah, Hukum Perdata, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002),h.171

Page 28: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

18

Perjanjian riil, perjanjian ini tidak hanya mensyaratkan Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata mengenal pula jenis perjanjian lain

yang mensyaratkan tidak saja kata sepakat, tetapi juga sekaligus

penyerahan objek perjanjian atau bendanya. Perjanjian demikian

digolongkan sebagai perjanjian riil. Perjanjian riil ada beberapa macam

yakni perjanjian penitipan barang, perjanjian pinjam pakai, perjanjian

pinjam meminjam.15 Perjanjian penitipan barang adalah perjanjian yang

terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain dengan

syarat bahwa akan menyimpan dan mengembalikannya dalam wujud

asalnya (Pasal 1694 KUH Perdata). Perjanjian pinjam meminjam yakni

perjanjian dimana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain

sejumlah barang tertentu yang habis karena pemakaian, dengan syarat

bahwa pihak tersebut akan mengembalikan sejumlah barang yang sama

dari macam dan keadaan yang sama pula (Pasal 1754 KUH Perdata).

Sedangkan perjanjian formil adalah perjanjian yang selain

dibutuhkan kata sepakat, juga dibutuhkan formalitas tertentu sesuai

dengan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang.16

d. Perjanjian bernama, tak bernama, dan campuran

Perjanjian bernama/nominaat adalah perjanjian yang memiliki nama

yang diatur dalam KUH Perdata. Contohnya, Perjanjian-perjanjian yang

terdapat dalam buku III bab V-XVIII KUH Perdata yaitu perjanjian jual

beli, perjanjian tukar menukar, perjanjian sewa menyewa, perjanjian

untuk melakukan pekerjaan, perjanjian persekutuan, perjanjian tentang

perkumpulan, perjanjian hibah, perjanjian penitipan barang, perjanjian

pinjam pakai, perjanjian pinjam meminjam, perjanjian pemberian kuasa,

perjanjian penanggungan, dan perjanjian perdamaian.

15 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), h.46

16 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.48

Page 29: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

19

Perjanjian tidak bernama/innominaat, Perjanjian innominaat adalah

perjanjian yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat karena asas

kebebasan berkontrak dan perjanjian ini belum dikenal pada saat KUH

Perdata diundangkan. Dari definisi perjanjian innominaat diatas dapat

dilihat unsur-unsur dari perjanjian innominaat yaitu:

1) Perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata;

2) Perjanjian yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;

3) Berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Contoh kontrak production

sharing, joint venture, kontrak karya, kontrak konstruksi, leasing,

perjanjian sewa beli, franchise, dan lain sebagainya.17

Perjanjian campuran adalah:18 “Perjanjian yang merupakan

kombinasi ketentuan-ketentuan dari dua atau lebih perjanjian bernama

yang berbeda-beda”. Misalnya perjanjian rumah kos, perjanjian ini

memuat ketentuan-ketentuan tentang perjanjian sewa (kamar), jual beli

(bila berikut menyediakan makanan), dan perjanjian untuk melakukan

pekerjaan (mencuci dan menyetrika pakaian, dan sebagainya).

5. Berakhirnya Perjanjian

Mengenai berakhirnya suatau perjanjian itu ditentukan sendiri oleh para

pihak yang membuat perjanjian tersebut. Berakhirnya atau hapusnya suatu

perjanjian,pada umumnya yaitu apabila tujuan dari perjanjian tersebut yang

telah dibuat oleh para pihak telah tercapai. Suatu perjanjian berakhir jika:19

a. Ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian, misal perjanjian akan

berlaku untuk waktu tertentu;

b. Undang-Undang yang menentukan batas waktu berlakunya perjanjian;

c. Para pihak atau Undang-Undang dapat menentukan bahwa dengan

terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan hapus;

17 Hendri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009),h.61

18 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.36

19 R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1987), h.69

Page 30: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

20

d. Pernyataan penghentian perjanjian (Opzegging), dapat dilakukan oleh

kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak (Opzegging) hanya ada pada

perjanjian yang bersifat sementara seperti perjanjian kerja dan sewa

menyewa;

e. Perjanjian hapus karena putusan hakim;

f. Tujuan perjanjian telah tercapai.

B. Teori-Teori Pelaksanaan Perjanjian

Penelitian ini menggunakan beberapa teori sebagai acuan utama untuk

meneliti permasalahan yang dihadapi, teori yang digunakan yaitu teori teori

kepercayaan.

a. Teori Kepercayaan (vertrouwenstheorie)20

Menurut teori kepercayaan, tidak semua pernyataan menimbulkan

perjanjian, tetapi suatu pernyataan yang hanya menimbulkan kepercayaan

saja yang menimbulkanan atau melahirkan perjanjian. Maksud dari

kepercayaan yaitu bahwa pernyataan itu benar-benar dikehendaki.

Kelemahan teori ini yaitu teori ini merupakan pertengahan antara

kehendak dan pernyataan bahwa suatu perjanjian sudah dapat terjadi jika

satu pihak atas dasar pernyataan yang dibuat oleh pihak lain percaya pihak

lain itu seperti dirinya sendiri.

b. Teori Keadilan

Teori Keadilan yang dikemukakan oleh Plato ditekankan pada harmoni

atau keselarasan. Plato mendefinisikan keadilan sebagai “the supreme virtue

of the good state”, sedang orang yang adil adalah “the self diciplined man

whose passions are controlled by reasson”. Bagi Plato keadilan tidak

dihubungkan secara langsung dengan hukum. Baginya keadilan dan tata

hukum merupakan substansi umum dari suatu masyarakat yang membuat

dan menjaga kesatuannya.

20 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan,... h.76

Page 31: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

21

Jadi fungsi dari penguasa ialah membagi bagikan fungsi-fungsi dalam

negara kepada masing-masing orang sesuai dengan asas keserasian.

Pembagian kerja sesuai dengan bakat, bidang keahlian dan keterampilan

setiap orang itulah yang disebut dengan keadilan. Konsepsi keadilan Plato

yang demikian ini dirumuskan dalam ungkapan “giving each man his due”

yaitu memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Untuk itu

hukum perlu ditegakkan dan Undang-Undang perlu dibuat.

Dalam kaitannya dengan hukum, objek materianya adalah masalah nilai

keadilan sebagai inti dari asas perlindungan hukum, sedangkan objek

formanya adalah sudut pandang normatif yuridis dengan maksud

menemukan prinsip dasar yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan

masalah yang timbul di bidang penggunaan nilai keadilan dimaksud.

Tentang nilai keadilan yang dimaksud terutama yang berkenaan dengan

obyeknya yaitu hak yang harus diberikan kepada warga masyarakat.

Biasanya hak ini dinilai dan diperlakukan dari berbagai aspek pertimbangan

politik dan budaya, namun intinya tetap tidak berubah yaitu suum cuique

tribuere.

Dari ungkapan di atas, terlihat dengan jelas Plato memandang suatu

masalah yang memerlukan pengaturan dengan Undang-Undang harus

mencerminkan rasa keadilan, sebab bagi Plato hukum dan Undang-Undang

bukanlah semata-mata untuk memelihara ketertiban dan menjaga stabilitas

negara, melainkan yang paling pokok dari Undang-Undang adalah untuk

membimbing masyarakat mencapai keutamaan, sehingga layak menjadi

warga negara dari negara yang ideal. Jadi hukum dan undang-undang

bersangkut paut erat dengan kehidupan moral dari setiap warga

masyarakat.21

21 Bahder Johan Nasution, Kajian Filosofis tentang Hukum dan Keadilan dari PemikiranKlasik sampai Pemikiran Modern, Fakultas Hukum Universitas Jambi, Yustisia Vol. 3 No.2 Mei -Agustus 2014, h.6

Page 32: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

22

C. Tinjauan Umum Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi

1. Pengertian Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi

Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst yang

diterjemahkan dengan istilah perjanjian maupun persetujuan. Didalam

Black’s Law Dictionary, yang diartikan sebagai kontrak adalah sebagai

berikut:

“An agreement between two or more person which creates an obligation

to do or not to do to particular thing”

Artinya kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih,

dimana menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu secara sebagian.22

Menurut Pasal 1601b KUH Perdata, Perjanjian Pemborongan yaitu

perjanjian dengan mana pihak satu (pemborong) mengikatkan diri untuk

mengadakan atau menyelenggarakan serta meyelesaikan suatu pekerjaan

bagi pihak yang lain (yang memborongkan), dengan menerima suatu harga

yang telah ditentukan.23

Sebenarnya istilah “pemborongan” mempunyai cakupan yang lebih luas

dengan istilah “konstruksi”. Sebab dengan istilah “pemborongan” dapat saja

berarti bahwa yang diborong tersebut bukan hanya konstruksi

(pembangunannya), melainkan dapat juga berupa “pengadaan” barang saja

(procurement).24

KUH Perdata pada Pasal 1601 yang berarti pada kontrak pemborongan

sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama, yaitu Kontraktor

mengikatkan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk pihak lain

yaitu bouwheer, dengan harga yang ditentukan. Dari defenisi itu terlihat

bahwa KUH Perdata keliru memandang kontrak konstruksi atau kontrak

22 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori &Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,2013), h.26

23 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.3

24 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, (Bandung: Citra Aditya Bakti,1998), h.12

Page 33: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

23

pemborongan sebagai suatu jenis kontrak unilateral, dimana seolah-olah

hanya pihak kontraktor yang mengikatkan diri dan harus berprestasi.

Padahal dalam perkembangannya saat ini, baik pihak kontraktor maupun

pihak bouwheer saling mengikatkan diri, dengan masing-masing

mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.25

KUH Perdata Indonesia tidak banyak mengatur perjanjian

pemborongan pekerjaan ini. Yaitu hanya terdapat dalam 14 Pasal saja, mulai

dari Pasal 1601 b dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1617. Namun

demikian, hal ini membuat terlihat begitu sederhana, tentunya KUH Perdata

tersebut berlaku sebagai hukum positif di Indonesia.26 Perlu ditegaskan

bahwa ketentuan ketentuan perjanjian pemborongan didalam KUH Perdata

yang berlaku, baik dalam perjanjian pemborongan pada proyek-proyek

swasta maupun pada proyek-proyek pemerintah. Perjanjian pemborongan

pada KUH Perdata itu bersifat pelengkap, artinya ketentuan-ketentuan

perjanjian pemborongan dalam KUH Perdata dapat digunakan oleh para

pihak dalam perjanjian pemborongan, atau para pihak dalam perjanjian

pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian

pemborongan dengan syarat tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak

bertentangan dengan ketentuan umum dan kesusilaan.27

Karena ketentuan dalam KUH Perdata yang menyangkut perjanjian

melakukan pekerjaan, khususnya mengenai pemborongan itu hanya memuat

beberapa ketentuan saja mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak dalam

pemborongan. Maka banyak hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan

pemborongan yang selanjutnya diatur dalam peraturan standar sebagaimana

yang tercantum dalam AV (Algemene Voorwaarden Voor De Uitvoering Bij

Annmening Van Openbare Weerkween In Indonesia) Tahun 1941 tentang

syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan di

25 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek,... h.12

26 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek,... h.26

27 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h. 7

Page 34: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

24

Indonesia. Kemudian hal ini diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun

2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

yang kemudian dicabut dan digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang kemudian

disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 sampai dilakukan perubahan

terakhir Peraturan presiden Nomor 16 Tahun 2018. Lahirnya Undang-

Undang ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mengembangkan iklim

usaha, yang mendukung peningkatan daya saing secara optimal dalam

rangka tercapainya pembangunan nasional.

Adapun perjanjian pemborongan dalam Keputusan Presiden Nomor 80

Tahun 2003 dikenal dengan istilah Jasa Pemborongan. Jasa Pemborongan

adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik lainnya

yang perancanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat

Komitmen sesuai penugasan-penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan

proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Sedangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 terjadi

perubahan nama Jasa Pemborongan menjadi Pekerjaan Konstruksi.

Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan

pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.

Perubahan nama ini dilakukan agar sejalan dengan International Best

Practice.

Kontrak Kerja Konstruksi atau Kontrak Pemborongan meliputi tiga

bidang pekerjaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada

prinsipnya, pelaksanaan masing-masing jenis pekerjaan ini harus dilakukan

oleh penyedia jasa secara tepisah dalam suatu pekerjaan konstruksi/

pemborongan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik kepentingan.

Dengan demikian tidak dibenarkan adanya perangkapan fungsi, misalnya

pelaksanaan konstruksi merangkap konsultan pengawas atau konsultan

perencana merangkap pengawas. Pengecualian terhadap prinsip ini

Page 35: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

25

dimungkinkan untuk pekerjaan yang bersifat kompleks, memerlukan

teknologi canggih serta mengandung resiko besar, seperti pembangunan

kilang minyak, pembangkit tenaga listrik dan reaktor nuklir.28

Menurut Wikipedia Ensiklopedia, konstruksi diartikan sebagai suatu

kegiatan membangunan sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang

arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai sebuah

bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa

area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi

dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari

beberapa pekerjaan lain yang berbeda.29

Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama dibidang fisik,

harus pula didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha

jasa konstruksi nasional yang handal dan profesional, diharapkan dapat

menggairahkan iklim usaha yang kompetitif dan berdaya asing sekaligus

juga dapat memaksimalkan penggunaan jasa produksi nasional oleh para

pengguna jasa konstruksi nasional, maka secara tidak langsung hal ini telah

mendukung upaya peningkatan penerimaan dan penghematan usaha devisa

negara, serta memberikan lapangan usaha dan kesempatan kerja.

2. Pihak-pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi

Mariam Darus Badrulzaman mengartikan perjanjian pemborongan

bangunan merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu (kontraktor)

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain,

yang memborongkan (aanbesteder, pemberi tugas) dengan menerima suatu

harga yang ditentukan. Dalam pemborongan bangunan, disamping pihak

yang memborongkan/pemberi tugas (Bouwheer, Principal) dan pihak

pemborong (Kontraktor, Aanmener), dapat juga turut serta pihak-pihak lain,

28 Y. Sogar Simamora, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan JasaPemerintah di Indonesia), (Surabaya: Laksbang Justisia, 2013), h.214

29 Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana, Kontrak Kerja Konstruksi Dalam PerspektifTindak Pidana Korupsi, (Semarang: Aneka Ilmu, 2010), h.15

Page 36: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

26

seperti: tenaga ahli (Arsitek) yaitu perancang, perencana, penaksir biaya,

pekerja bangunan, dan pengawas (Direksi) pekerja bangunan.30

Berbeda dengan perjanjian-perjanjian khusus lainnya, perjanjian

pemborongan bangunan mengenal selera para pihak dalam perjanjian, juga

mengenal personalia/peserta perjanjian yang tidak merupakan pihak dalam

perjanjian pemborongan namun mempunyai peranan penting dalam

pelaksanaan perjanjian.31 Mengenai pihak-pihak yang langsung terkait

dalam perjanjian pemborongan dapat disebut sebagai peserta dalam

perjanjian pemborongan yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:32

a. Yang memborongkan (bouwheer/ aanbesteder/ kepala kantor/ satuan

kerja/ pemimpin proyek/ pemberi tugas);

Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi

pemerintah ataupun swasta. Dalam hal ini pemberi tugas yang

mempunyai prakarsa memborongkan bangunan sesuai dengan kontrak

dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat – syarat yang berlaku.

Dalam pemborongan pekerjaan umum yang dilakukan oleh instansi

pemerintah, kemudian direksi ditunjuk oleh instansi yang berwenang,

seperti dari instansi pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun

perjanjian kerja.33

Hubungan Hukum antara pihak yang memborongkan dengan pihak

pemborong diatur sebagai berikut:34

1) Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya

pemerintah, maka hubungan keduanya adalah hubungan kedinasan.

30 Sutedi Adrian, Aspek Hukun Pengadaan Barang dan Jasa dan BerbagaiPermasalahannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.104

31 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian PemboronganPembangunan, (Yogyakarta: Liberty, 1982), h.65

32 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h.23

33 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian PemboronganPembangunan,... h.68

34 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.29

Page 37: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

27

2) Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pihak

pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut

perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta dibawah tangan,

Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak.

3) Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak

swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan

yang dapat berupa akta dibawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK),

Surat Perjanjian Pemborongan /Kontrak.

Dalam Pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018,

disebutkan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen dalam Pengadaan

Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c memiliki

tugas:

1) Menyusun perencanaan pengadaan;

2) Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);

3) Menetapkan rancangan kontrak;

4) Menetapkan HPS;

5) Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada

Penyedia;

6) Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;

7) Menetapkan tim pendukung;

8) Menetapkan tim atau tenaga ahli;

9) Melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

10) Menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

11) Mengendalikan Kontrak;

12) Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/

KPA;

13) Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA

dengan berita acara penyerahan;

14) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

kegiatan; dan

Page 38: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

28

15) Menilai kinerja Penyedia.

Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),

PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA,

meliputi:

1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran

belanja; dan

2) Mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam

batas anggaran belanja yang telah ditetapkan.

3) PPK dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.

b. Pemborong (rekanan, aanmener, contractor);

Pemborong adalah pihak yang diberi untuk melaksanakan tugas

pekerjaan dengan dokumun-dokumen perencana yang telah disiapkan

dalam rencana kerja dan syarat-syarat yang telah ditentukan dengan

penerima imbalan pembayaran menurut jumlah yang telah ditetapkan.

Pemborong dapat berbentuk perorangan ataupun badan hukum, baik

pemerintah maupun swasta.

Adapun yang menjadi tugas pemborong yaitu:

1) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bestek;

2) Menyerahkan pekerjaan;

3) Melaporkan setiap progress pekerjaan.

Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat

terjadi karena pemborong menang dalam pelelangan atau ditetapkan

sebagai pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan,

pemborong dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut

kepada pemborong lain yang merupakan subkontraktor berdasarkan

perjanjian khusus.

Page 39: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

29

Persyaratan bagi pemborong/penyedia jasa konstruksi untuk ikut

serta dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di atur dalam Pasal 17

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 adalah sebagai berikut:35

1) Penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf i wajib

memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang diadakan dan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Penyedia sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) bertanggung jawab

atas:

a) Pelaksanaan Kontrak;

b) Kualitas barang/jasa;

c) Ketepatan perhitungan jumlah atau volume;

d) Ketepatan waktu penyerahan; dan

e) Ketepatan tempat penyerahan.

c. Perencana (arsitek);

Tugas perencanaan dalam pemborongan bangunan dilakukan oleh

orang yang ahli yaitu arsitek/insinyur (eengineer). Arsitek adalah seorang

yang ahli dalam membuat rancangan bangunan.36 Meskipun perencanaan

tidak merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan namun

mempunyai peranan yang penting dalam perjanjian ini. Perencanaan

dapat dari pihak pemerintah maupun swasta (konsultan perencana).

Perencana merupakan peserta namun bukan merupakan pihak yang ada

dalam perjanjian. Perencana hanya mempunyai hubungan hukum dengan

si pemberi kerja yang ditentukan atas dasar perjanjian tersendiri diluar

perjanjian pemborongan. Hubungan kerja antara perencana dengan

pemberi kerja pada pokoknya adalah bahwa perencana bertindak sebagai

35 Marthen H Tolle, Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah diIndonesi, (Salatiga: Griya Media, 2011), h.94

36 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PusatBahasa, 2008), h.92

Page 40: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

30

penasehat dan sebagai wakil boowheer dan melakukan pengawasan

mengenai pelaksanaan pekerjaan.37

Adapun tugas perencana yaitu:38

1) Sebagai Penasehat

Disini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan

gambar bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan

pemberi tugas dengan perencana sebagai penasehat dituangkan dalam

perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Dalam praktek perjanjian

melakukan jasa-jasa tunggal disebut dengan istilah seperti perjanjian

perencana, perjanjian pekerjaan perencana.

2) Sebagai wakil

Disini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas

mengawasi pelaksanaan pekerjaan. hubungan antara pemberi tugas

dengan perencana sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian

pemberian kuasa (Pasal 1792–1819 KUH Perdata). Sebagai wakil atau

si kuasa, perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu (Pasal 1792–

1819 KUH Perdata). Perencana dapat menunjukkan orang lain untuk

mengawasi pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikatakan ada substansi.

Tentang substansi itu dalam pasal 1803 KUH Perdata ditentukan

sebagai berikut:

a) Penerima kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah

ditunjuk olehnya sebagai penggantinya dalam melaksanakan

kuasanya.

b) Jika ia tidak diberikan hak atau kuasa untuk menunjuk orang lain

sebagai penggantinya.

c) Jika hak atau kuasa itu telah diberikan kepadanya tanpa pengikatan

orang tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata orang

yang tidak cakap atau tidak mampu.

37 J.A. Mukumoko, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, (Jakarta: CV. GayaMedia Pratama, 1986), h.2

38 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.12

Page 41: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

31

d. Pengawas (Direksi)

Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan

pemborong. Disini pengawas dengan keahliannya bertugas mengawasi

seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan, penggunaan

dan mutu bahan, pelaksanaan pekerjaan serta pelaksanaan akhir atas hasil

pekerjaan sebelum penyerahan.39 Selain itu, pada waktu pelelangan

pekerjaan dilangsungkan, pengawas (direksi) bertugas sebagai panitia

pelelangan. Adapun tugas dari panitia pelelangan yaitu:40

1) Mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan;

2) Memberi penjelasan mengenai RKS (Rencan Kerja dan Syarat-syarat

untuk pemborongan-pemborongan/ pembelian dan untuk membuat

berita acara penjelasan;

3) Melaksanakan pembukuan surat-surat penawaran dan membuat berita

acara pembukuan surat penawaran;

4) Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang, serta

membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.

Hubungan hukum antara direksi dengan pihak yang memborongkan

dituangkan dalam perjanjian pemberi kuasa (Pasal 1792–1819 KUH

Perdata), yang diatur sebagai berikut:41

1) Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak

pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.

2) Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak

pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian

kuasa, dimana yang memberi kuasa pihak yang memborongkan

(pemerintah) sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi

(swasta).

39 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.34

40 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.12

41 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.34

Page 42: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

32

3) Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak

swasta maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian

kuasa.

3. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja

Terdapat perbedaan dalam hal tanggung jawabnya si pemborong atas

hasilnya pekerjaan yang diperjanjikan. Dalam halnya si pemborong

diwajibkan memberikan bahannya dan pekerjaannya dengan cara

bagaimanapun musnah sebelumnya diserahkan kepada pihak yang

memborongkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si

pemborong, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai untuk

menerima hasil pekerjaan itu. Jika si pemborong hanya diwajibkan

melakukan pekerjaan saja, dan pekerjaannya musnah, maka ia hanya

bertanggung jawab untuk kesalahannya. Ketentuan ini mengandung maksud

bahwa akibat suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, yang

menimpa bahan-bahan yang disediakan oleh pihak yang memborongkan ini.

Apabila dari pihaknya pemborong ada kesalahan mengenai kejadian itu, hal

mana harus dibuktikan oleh pihak yang memborongkan, maka si pemborong

dapat dipertanggung jawabkan sekedar kesalahannya itu mengakibatkan

kemusnahan bahan-bahan tersebut.

Kemudian dalam halnya si pemborong hanya diwajibkan melakukan

pekerjaan saja, oleh Pasal 1607 KUH Perdata dituturkan bahwa jika

musnahnya pekerjaan itu terjadi diluar sesuatu kelalaian dari pihak

pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan, sedangkan pihak yang

memborongkan tidak telah lalai untuk memeriksa dan menyetujui

pekerjannya, maka si pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan,

kecuali apabila musnahnya barang (pekerjaan) yang disebabkan oleh suatu

cacad dalam bahannya.

Dari ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kedua belah

pihak menderita kerugian akibat kejadian yang tak disengaja yang

memusnahkan pekerjaan itu. Pihak yang memborongkan kehilangan bahan-

bahan yang telah disediakan olehnya sedangkan pihak pemborong

Page 43: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

33

kehilangan tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menggarap

pekerjaan.

Pihak yang memborongkan hanya dapat menuntut penggantian

kerugiannya apabila ia dapat membuktikan adanya kesalahan dari si

pemborong, sedangkan pihak pemborong hanya akan dapat menuntut harga

yang dijanjikan apabila ia berhasil membuktikan bahwa bahan-bahan yang

disediakan oleh pihak lawannya itu mengandung cacat yang menyebabkan

kemusnahan pekerjaannya.

Jika suatu pekerjaan dikerjakan sepotong demi sepotong (sebagian demi

sebagian) atau seukuran demi seukuran, maka pekerjaan itu dapat diperiksa

sebagian demi sebagian. Pemeriksaan tersebut dianggap terjadi dilakukan

untuk semua bagian yang telah dibayar apabila pihak yang memborongkan

tiap-tiap kali membayar si pemborong menurut imbangan dari apa yang

telah selesai dikerjakan (Pasal 1608 KUH Perdata). Ketentuan ini

mengandung maksud bahwa bagian pekerjaan yang sudah dibayar itu

menjadi tanggungan pihak yang memborongkan apabila terjadi suatu

peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang memusnahkan bagian

pekerjaan itu.

Namun bila diperinci lagi dalam hal hak dan kewajiban para pihak

dalam perjanjian pemborongan kerja, maka pihak pemborong memiliki

kewajiban:

a. Kewajiban dari si pemborong dalam perjanjian pemborongan ialah

melaksanakan pekerjaan pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana

kerja dan syarat-syarat yang telah ditetapkan (Bestek). Bestek adalah

uraian tentang rencana pekerjaan dan syarat-syarat yang ditetapkan dan

disertai dengan gambar.42

b. Melakukan pekerjaan sesuai kesepakatan dan isi dari perjanjian

pemborongan kerja yang dibuat oleh masing-masing pihak;

42 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,(Yogyakarta: Liberty, 2001), h.85

Page 44: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

34

c. Jika bahan pembangunan borongan kerja disediakan pihak yang

memborongkan maka pemborong hanya membangun dan menyelesaikan

pekerjaannya, jika bahan tidak disediakan maka pihak pemborong

berkewajiban menyiapkan segala keperluan alat dan bahan yang

diperlukan untuk membangun sebuah pekerjaan;

d. Berkewajiban menaati dan mematuhi segala isi perjanjian dalam

pemborongan kerja;

e. Melakukan dan menyelesaiakan pekerjaan tepat waktu sesuai

kesepakatan masing-masing pihak.

Jika melihat kewajiban para pemborong maka hak yang diperoleh oleh

pemborong adalah:

a. Mendapatkan bahan jika bahan tersebut dari pihak yang memborongkan;

b. Mendapat upah atau bayaran sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan;

c. Menuntut ganti rugi jika pihak yang memborongkan lalai melakukan

pembayaran dan penyediaan bahan yang diperlukan.

Selain itu kita juga harus melihat hak dan kewajiban dari pihak yang

memborongkan:

a. Pihak yang memborong wajib mengikuti segala isi dari perjanjian

pemborongan kerja yang dibuat dan disepakati para pihak;

b. Pihak yang memborongkan berkewajiban menyediakan bahan jika dalam

perjanjian pemborongan kerja pihak yang memborongkan yang

menyediakan;

c. Pihak yang memborong berkewajiban membayar upah sesuai dengan

kesepakatan dan hasil pekerjaan pemborong.

Maka setelah melihat kewajiban dari yang memborongkan, harus dilihat

jika haknya yaitu:

a. Berhak mendapatkan hasil yang bagus dan memuaskan dalam hal

selesainya pekerjaan pemborong;

b. Berhak menuntut ganti rugi jika pihak pemborong membangun tidak

sesuai dengan yang diperjanjikan, dan lewat dari masa waktu yang

diperjanjikan.

Page 45: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

35

4. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan Kerja

Dalam KUH Perdata ada diatur juga tentang hapusnya perikatan yang

dapat diartikan dengan berakhirnya suatu perjanjian yaitu:

a. Karena pembayaran;

b. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau

penitipan;

c. Karena pembaharuan utang;

d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

e. Karena percampuran utang;

f. Karena pembebasan utangnya;

g. Karena musnahnya barang yang terutang;

h. Karena kebatalan atau pembatalan;

i. Karena berlakunya suatu syarat batal;

j. Karena lewatnya waktu.

Pada Pasal 1381 KUH Perdata mengatur berbagai cara hapusnya

perikatan perikatan untuk perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-

undang dan cara-cara yang ditunjukkan oleh pembentuk undang-undang itu

tidaklah bersifat membatasi para pihak untuk menciptakan cara yang lain

untuk menghapuskan suatu perikatan. Juga cara-cara dalam Pasal 1381

KUH Perdata kurang lengkap, kerena tidak mengatur misalnya kerena

meninggalnya seseorang dalam suatu perjanjian yang prestasinya hanya

dapat dilaksanakan salah satu pihak.43

Dalam hal ini akan dijelaskan bagaimana dapat berakhirnya perjanjian

pemborongan kerja. Perjanjian pemborongan dapat berakhir dalam hal-hal

sebagai berikut:

a. Pekerjaan telah selesai

Pekerjaan telah selesai oleh pemborong setelah masa pemeliharaan

selesai atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan harga borongan

telah dibayar oleh pihak yang memborongkan. Didalam perjanjian

pemborongan dikenal adanya dua macam penyerahan yaitu:

43 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h.115

Page 46: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

36

1) Penyerahan pertama yaitu penyerahan pekerjaan fisik setelah selesai

100%.

2) Penyerahan kedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa

pemeliharaan selesai.

b. Pembatalan perjanjian pemborongan

Mengenai pembatalan perjanjian pemborongan, menurut Pasal 1611

KUH Perdata bahwa:

“Pihak yang memborongkan, jika dikehendaki demikian, boleh

menghentikan pemborongannya, meskipun pekerjaannya telah di mulai,

asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si pemborong untuk

segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk

keuntungan yang terhilang karenanya.”

c. Kematian pemborong

Menurut Pasal 1612 KUH Perdata bahwa pekerjaan berhenti dengan

meninggalnya si pemborong. Pihak yang memborongkan harus

membayar pekerjaan yang telah diselesaikan, juga bahan-bahan yang

telah disediakan, demikian juga ahli waris pemborong tidak boleh

melanjutkan pekerjaan tersebut tanpa izin yang memborongkan. Oleh

karena itu ahli waris dari yang memborongkan dapat melanjutkan atau

membatalkan dengan kata sepakat kedua belah pihak.

d. Kepailitan yang dinyatakan dengan keterangan hakim

Pailit adalah keadaan dimana debitur telah berhenti membayar

hutanghutangnya, maksudnya tidak mampu membayar hutang atau

memenuhi prestasi.44 Jika pemborong jatuh pailit, maka ini berakhir

terhentinya pekerjaan fisik, sehingga pekerjaan tidak dapat dilanjutkan

kembali. Dalam hal ini pihak yang dirugikan dapat menuntut haknya

pada pemborong atau wakilnya untuk minta ganti rugi.

e. Pemutusan perjanjian pemborongan

Pemutusan perjanjian pemborongan ini karena adanya wanprestasi.

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai dalam melaksanakan

44 Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2000), h.85

Page 47: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

37

kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat

antara kreditur dan debitur.45 Dalam hal ini terjadi antara pihak

pemborong dan pihak yang memborongkan proyek. Jika pemborong

tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang telah

ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, maka atas

gugatan dari si pemberi tugas, Hakim dapat memutuskan perjanjian

tersebut sebagian ataupun seluhnya beserta akibatnya. Akibat pemutusan

perjanjian maksudnya di sini adalah pemutusan untuk waktu yang akan

datang (ontbinding voor de toekomst), dalam arti bahwa pekerjaan yang

telah diselesaikan atau dikerjakan akan tetap di bayar (nakoming van

hetverleden), namun mengenai pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang

diputus.

5. Tahapan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi beberapa tahap yaitu

tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang

masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan,pengerjaan

dan penyelesaian. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pekerjaan

konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, ketenagakerjaan,

dan tata pengelolaan lingkungan keharusan untuk memenuhi kewajiban

yang dipersyaratkan dalam menjamin tertib penyelenggaraan konstruksi.

Tahapan-tahapan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yaitu sebagai

berikut:

a. Tahap Perencanaan

Lingkup tahap perencanaan pekerjaan kosntruksi meliputi prasudi

kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.

Perencanaan pekerjaan konstruksi wajib didukung dengan ketersediaan

lapangan, dokumen, fasilitas, dan peralatan serta tenaga kerja konstruksi

yang masing-masing disesuaikan dengan kegiatan tahapan perencanaan.

Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan perencanaan yang

45 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. (Jakarta: Sinar Grafika,2013), h.98

Page 48: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

38

meliputi hasil tahapan pekerjaan, hasil penyerahan pertama, dan hasil

penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu.

Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil

pekerjaan penyedia jasa secara tepat jumlah dan tepat waktu.

b. Tahap Pelaksanaan beserta Pengawasan46

Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi

meliputi pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan hasil

pekerjaan. Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi

haruslah didukung dengan ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas,

peralatan, dan tenaga kerja konstruksi serta bahan atau komponen

bangunan yang masing-masing disesuaikan dengan kegiatan tahap

pelaksanaan dan pengawasan.

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Hukum Perjanjian Pekerjaan

Konstruksi (Kasus Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota

Sukoharjo) Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016” yang

diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian hukum,

khususnya di Lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, belum pernah dilakukan. Namun demikian

terdapat beberapa judul penelitian yang terkait dengan judul skripsi penulis

melalui penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu:

1. Dinda Anna Zatika, Fakultas Hukum, Universitas Lampung Tahun 2018,

dengan judul skripsi:

“Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2

Sidomulyo Kota Baru antara PT. Hutama Karya dan PT. Waskita Karya”.

Skripsi ini membahas tentang wanprestasi pembagunan jalan tol, Variabel-

variabel yang ada dalam penelitian ini seperti perumusan masalah, metode

pendekatan, maupun lokasi penelitian berbeda, Perbedaanya yaitu skripsi ini

46 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2010), h.60

Page 49: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

39

membahas hubungan antara PT. Hutama Karya dengan PT. Waskita Karya

dalam perjanjian pelaksaan pekerjaan konstruksi pembagunan jalan tol.

2. RR.Rizky Puteri Mustika, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia Tahun

2010, dengan judul skripsi: “Analisis Yuridis Pemutusan Kerjasama Secara

Sepihak Akibat dari Wanprestasi Suatu Perjanjian (Studi Kasus antara PT.

NKC dan PT. AG)”. Dalam Skripsi ini megatur kewajiban para pihak yakni

antar perusahaan yang melakukan kerjasama namun dalam pelaksanaannya

ada salah satu yang melakukan wanprestasi dengan tidak merealisasikan apa

yang menjadi kewajibannya serta pemutusan kesepakatan secara sepihak,

dengan skripsi peneliti perbedaannya adalah tentang perbuatan wanprestasi

yang dilakukan, peneliti membahas wanprestasi yang dilakukan karena ada

persyaratan dari gambar pekerjaan yang belum terpenuhi dan pembayaran

yang belum dilunaskan oleh pihak pemerintah kepada pihak perusahann.

3. Raymond A Lumban Gaoltinjaua,Universitas Sumatera Utara Tahun 2018,

dengan judul skripsi: “Tinjauan Yuridis Mengenai Pertanggungjawaban

Para Pihak Dalam Kontrak Kerja Konstruksi Menurut Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (Studi Kasus Wanprestasi

Peningkatan Jalan Pelabuhan Peranggas - Kayuara di Kabupaten Meranti

Provinsi Riau)”. Dalam skripsi ini dengan skripsi peneliti terdapat

perbedaan alasan dari adanya wanprestasi dari pihak pemerintah, skripsi ini

membahas wanprestasi dari pihak pemerintah karena dalam melakukan

pembayaran pekerjaan konstruksi Dinas pekerjaan umum menolak dengan

alasan tidak tersedianya dana di kas daerah. Sedangkan penulis membahas

wanprestasi karena tidak ada pembayaran sebelum pekerjaan konstruksi

dilakukan selesai 100% sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.

Page 50: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

40

BAB III

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DALAM PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI

A. Hukum Jasa Konstruksi

1. Sejarah Jasa Konstruksi

Sejarah perkembangan jasa konstruksi di Indonesia modern dimulai sejak

proklamasi kemerdekaan Indonesia Tahun 1945 sampai dengan saat ini.

Tingkat perkembangan jasa konstruksi di Indonesia sangat bergantung pada

tingkat pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah, terutama

berhubungan dengan proyek-proyek infrastruktur. Dunia konstruksi telah

berkembang menjadi lebih baik saat pemerintahan orde lama dengan memulai

proyek prostisius dengan tujuan untuk mensejajarkan Indonesia dengan negara-

negara lain di dunia. Berikut akan dijelaskan perkembangan industri jasa

konstruksi di Indonesia yaitu:1

a. Periode 1945-1950

Pada periode ini industri jasa konstruksi belum bangkit, karena

Indonesia masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah

Indonesia kembali. Perundingan demi perudingan diadakan antara Indonesia

dengan Belanda, melalui Persetujuan Linggar Jati Tahun 1950, Indonesia

kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

membubarkan Republik Indonesia Serikat (RIS), karenanya dalam periode

ini belum muncul industri jasa konstruksi.

b. Periode 1951-1959

Tahun 1951 sampai dengan 1959 dengan kabinet yang terus berganti

dalam hitungan bulan, industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit

dan perencanaan pembangunan pun belum ada.

c. Periode 1960-1966

1 Dinda Anna Zatika, Skripsi Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian PelaksanaanPekerjaan Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2Sidomulyokotabaru Antara PT. Hutama Karya (Persero) Dan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk,Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2018, h.23

Page 51: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

41

Pada periode ini mulai dilakukan pembenahan dalam program

pembangunan ataupun dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dimungkinkan

karena adanya kestabilan di bidang politik, ekonomi dan keuangan.

Lembaga pemerintah mulai melaksanakan pembangunan yang memberikan

titik awal kebangkitan Jasa Konstruksi Nasional. Pekerjaan berbentuk

kontrak cost plus fee ditunjuk langsung oleh pemerintah (tanpa tender) dan

sektor swasta belum ikut serta. Setelah Tahun 1966, pemerintah melarang

bentuk kontrak cost plus fee karena dinilai tidak begitu baik dan mudah

terjadi manipulasi sehingga biaya proyek menjadi tidak terukur.

d. Periode 1967-1996

Awal Tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program

pembangunan yang terencana. Program ini dikenal dengan Pembangunan

Jangka Panjang Tahap I (PJPI) 1969-1994 yang terdiri dari 5 (lima)

Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Setelah tahun 1994

mulai memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) yang

dimulai dengan REPELITA VI: 1994-1999. Pada tahun 1970 merupakan

awal kebangkitan dari industri jasa konstruksi, dimulai dengan program

pembangunan yang lebih terencana serta perusahaan-perusahaan jasa

konstruksi Belanda yang statusnya telah berubah menjadi persero berbentuk

PT yang dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

e. Periode 1997-2002

Pertengahan Tahun 1997 terjadi krisis moneter yang menyebabkan

industri jasa konstruksi mengalami penurunan yang sangat drastis.

Menyebabkan proyek-proyek pembangunan yang sedang dilaksanakan

terhenti. Pengguna jasa tidak mampu membayar penyedia jasa karena

Lembaga-lembaga pembayaran seperti Bank juga mengalami nasib yang

sama. Pemerintah pun mengeluarkan undang-undang mengenai industri jasa

konstruksi, yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi yang sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017,

diikuti dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai peraturan

Page 52: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

42

pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28, 29, dan 30 Tahun

2000.

B. Wanprestasi

1. Pengertian Wanprestasi

Di dalam suatu kontrak para pihak mempunyai masing-masing

kewajiban yang harus dipenuhi atau disebut dengan prestasi berasal dari

kata prestatie. Prestasi merupaka suatu kewajiban dipenuhi oleh para pihak

dalam perjanjian, untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan

untuk tidak berbuat sesuatu. Hal ini diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata.

Suatu perjanjian pemborongan umunya termasuk ke wujud prestasi

melakukan sesuatu karena sifatnya biasanya untuk membuat sesuatu.

Sementara jika tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban yang

dibebankan oleh perjanjian terhadap para pihak yang disebutkan dalam

perjanjian tersebut, maka hal tersebut dinamakan dengan wanprestasi. Kata

wanprestasi dielaskan dari kata “wan” berasal dari Bahasa Belanda yang

berarti prestasi yang buruk, salah, rusak atau tidak penuh, dan bila

dibandingkan dengan perkataan wanbeheer yang berarti pengurusan yang

buruk, demikian juga perkataan wandaad yang berarti perbuatan yang

buruk.2

Wanprestasi memiliki beberapa pengertian yang diungkapkan para ahli,

yaitu :

Menurut pendapat R. Subekti, wanprestasi merupakan keadaan apabila si

berutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikan akan dilakukannya,

maka dikatakan bahwa ia melakukan wanprestasi. Ia adalah alpa atau lalai

atau bercidera janji. Atau juga ia melanggar perjanjian, yaitu apabila ia

melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.3

2 Subekti, Aneka Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1992), h.50

3 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2001), h.45

Page 53: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

43

Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro mengatakan wanprestasi teradi jika

pihak berwajib sama sekali tidak melakukan janji, pihak berwajib terlambat

melaksanakan atau melaksanakannya akan tetapi tidak semestinya.4

Sedangkan menurut Salim HS, wanprestasi adalah tidak memenuhi atau

lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam

perjanjian yang dibuat antara kredtur dengan debitur.5

Seorang debitur yang lalai atau melakukan wanprestasi ini dapat

digugat dihadapan hakim dan hakim akan menjatuhkan putusan yang

merugikan kepada tergugat itu.6 Akan tetapi karena wanprestasi mempunyai

akibat-akibat yang begitu penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu

apakah si berutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu

disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim. Terkadang tidak mudah

mengatakan bahwa seseorang lalai atau alpa, karena seringkali juga tidak

dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi

yang dijanjikan. Misalnya dalam hal peminjaman uang, para pihak sering

tidak menentukan kapan uang tersebut harus dikembalikan. Yang paling

mudah untuk menetapkan bahwa seseorang melakukan wanprestasi adalah

dalam perjanjian yang bertujuan untuk tidak melakukan suatu perbuatan.

Apabila orang itu melakukannya berarti ia melanggar perjanjian. Sementara

mengenai perjanjian untuk menyerahkan suatu barang atau untuk

melakukan suatu perbuatan, jika di dalam perjanjian itu tidak menetapkan

batas waktunya tetapi si berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya

waktu yang ditentukan, pelaksanaan atas prestasi itu harus lebih dulu

ditagih.7

Menurut Pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan bahwa si berutang

adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta

4 Wirjono Prodjodikoro, Azaz-Azaz Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur Bandung,1981), h.44

5 Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusuna Kontrak,... h.98

6 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2010), h.146

7 Subekti, Hukum Perjanjian,... h.45

Page 54: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

44

sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika

ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya

waktu yang ditentukan. Artinya sebelum mengajukan gugatan wanprestasi,

seorang kreditur harus memberikan suatu peringatan yang menyatakan

bahwa debitur telah lalai dan agar memenuhi kewajibannya dalam jangka

waktu tertentu. Surat perintah yang dimaksud dalam Pasal 1238 KUH

Perdata tersebut adalah suatu peringatan resmi oleh seorang juru sita

pengadilan. Perkataan akta sejenis itu sebenarnya oleh undang-undang

dimaksudkan suatu peringatan tertulis.

Menurut Salim HS, somasi adalah teguran dari kreditur kepada si

berutang (debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian

yang telah disepakati antara keduanya. Somasi timbul disebabkan debitur

tidak memenuhi prestasinya, sesuai dengan yang diperjanjikan.8 Apabila

seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih

janjinya, seperti yang diterangkan di atas, maka jika ia tetap tidak

melakukan prestasinya, ia berada dalam keadaan lalai atau alpa dan terhadap

dia dapat diperlakukan sanksi-sanksi, yaitu ganti rugi, pembatalan perjanjian

dan peralihan resiko.9

Dari ketentuan Pasal tersebut, terdapat tiga cara untuk menyatakan

debitur telah wanprestasi, antara lain:

a. Dengan surat perintah

Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk

penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara

lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal

ini biasa disebut “exploit juru Sita”.

b. Dengan Akta

Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta otentik yang

dapat berupa ambtelijk acte atau partij acte.

c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri

8 Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori & Teknik. Penyusunan Kontrak,... h. 96

9 Subekti, Hukum Perjanjian. (Jakarta: Intermasa, 2001), h.47

Page 55: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

45

Dengan isi perjanjian yang menetapkan lalai dengan lewatnya batas

waktu dalam perjanjian.

Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap

debitur yang melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan

tetapi untuk mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila

masalah tersebut berlanjut ke pengadilan maka sebaiknya diberikan

peringatan secara tertulis. Namun, dalam keadaan tertentu somasi tidak

diperlukan untuk dinyatakan bahwa seorang debitur melakukan

wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam perjanjian (fatal

termijn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu, debitur

mengakui dirinya wanprestasi.

2. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Wanprestasi

Dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 29

Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, menjelaskan

ketentuan cidera janji atau wanprestasi meliputi:

a. Bentuk Wanprestasi oleh penyedia jasa:

1) Tidak menyelesaikan tugas;

2) Tidak memenuhi mutu;

3) Tidak memenuhi kuantitas;dan

4) Tidak menyerahkan hasil perjanjian.

b. Oleh pengguna jasa:

1) Terlambat membayar;

2) Tidak membayar; dan

3) Terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.

C. Duduk Perkara

Berdasarkan salinan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo, Menimbang,

bahwa PT. Ampuh Sejahtera dengan surat gugatannya tertanggal 10 Februari

2014 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukoharjo tertanggal

11 Februari 2014 dibawah register perkara Nomor 33/SK/2014/PN Skh.

Menyatakan bahwa adapun pertimbangan-pertimbangan hukum majelis hakim

Page 56: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

46

pada kasus ini. Perjanjian Konstruksi Pasar antara PT. Ampuh Sejahtera

dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo, Berdasarkan fakta-fakta yang ada di dalam kasus ini,

maka majelis hakim berpendapat.

Perjanjian konstruksi rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno antara PT. Ampuh

Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, timbul karena adanya pelelangan untuk

pembangunan Pasar Kota Sukoharjo, dan ditetapkan PT. Ampuh Sejahtera

sebagai pemenang lelang dengan nilai penawaran terkoreksi sebesar Rp

24.859.000.000,00.

Permohonan tersebut dituangkan dalam surat-surat, yaitu Surat perjanjian

harga satuan paket pekerjaan konstruksi rehabilitasi pembangunan pasar kota

sukoharjo yang ditunjukan kepada RM Ary PS Hadikusumo selaku direktur

utama PT. Ampuh Sejahtera pada tanggal 7 Januari 2012 Nomor

602.3/638/VI/2012, Perihal Perjanjian Pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Pasar.

Kemudian, kepala sub bagian program Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo. Menerbitkan surat Nomor 602.3/666/VI/2012 perihal

Peyerahan Lapangan atau Lokasi Pekerjaan yang ditujukan kepada PT. Ampuh

Sejahtera. Materi surat-surat tersebut adalah

1. Meyerahkan seluruh lapangan/lokasi dan bagian-bagian kepada peyedia jasa

untuk dimanfaatkan, dijaga dan dipeli hara dengan sebaik-baiknya dalam

melaksanakan pekerjaannya;

2. Penyedia jasa bertanggungjawab penuh dalam hal keselamatan dan

keamanannya terhadap seluruh lapangan/lokasi dan bagian-bagiannya yang

telah diserahkan;

3. Segala sesuatu yang timbul akibat pelaksanaan di lapangan/lokasi pekerjaan

tersebut menjadi tanggung jawab penyedia.

Menanggapi Surat Keputusan tanggal 7 Januari 2012 Nomor

602.3/638/VI/2012 perihal Perjanjian Pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Pasar,

Hingga Rekapitulasi Harga Perkiraan, maka PT. Ampuh Sejahtera dengan

Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Page 57: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

47

Kabupaten Sukoharjo membuat ikatan perjanjian untuk melaksanakan

pekerjaan konstruksi rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno.

Pekerjaan selanjutnya dilakukan dengan Surat Perintah Mulai Kerja oleh

Tergugat, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 195 hari kalender. Namun,

setelah dilaksanakan uizet lapangan bersama konsultan Perencana. Terdapat

hasil lokasi lahan yang tidak mencukupi atau kondisi lapangan yang tidak

sesuai dengan gambar perencanaan. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan

pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo terjadi keterlambatan akibat

kelalaian dan kesalahan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Peristiwa Kompensasi yang diatur dalam Syarat-syarat Umum Kontrak

menyatakan adanya pihak dari Pejabat Pembuat Komitmen yang tidak

memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang

dibutuhkan serta perintah yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen

untuk melakukan penundaan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Sedangkan kedua hal ini sangat mempengaruhi dimulai, dilaksanakan dan

diselesaikanya pekerjaan pembangunan pasar.

Di awal permulaan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sangat dibutuhkan

gambar kerja yang diberikan dari Dokumen Lelang oleh pihak Pejabat Pembuat

Komitmen. Namun, gambar kerja yang ada dalam Dokumen Lelang tidak jelas

dan tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan pekerjaan dilapangan secara

maksimal. Hal ini mengakibatkan, pekerjaan konstruksi tidak bisa dilaksanakan

secara simultan bersamaan sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah

disepakati tidak bisa dilaksanakan.

Seharusnya dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi pasar PT. Ampuh

Sejahtera diberikan perhitungan kekuatan konstruksi karena PT. Ampuh

Sejahtera menggunakan kekuatan konstruksi sebagai dasar dalam

melaksanakan pekerjaan konstruksi pasar. Setelah 9 hari kalender SPMK

diterbitkan, PT. Ampuh Sejahtera menyampaikan surat kepada Pejabat

Pembuat Komitmen perihal Kelengkapan Gambar Proyek Pembangunan Pasar

Kota Sukoharjo.

Page 58: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

48

D. Tuntutan Penggugat

Pada tanggal 6 November 2012 dilakukan Penandatanganan Adendum

Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012 (CCO) antara PT. Ampuh

Sejahtera dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo. Bahwa, Penggugat telah selesai melaksanakan Pekerjaan, Namun,

Tergugat baru membayar hasil pekerjaan tersebut sebesar Rp

3.728.850.000,00. Sehingga sisa yang belum dibayar Tergugat kepada

Penggugat adalah sebesar Rp 1.242.950.000,00. Bahwa, oleh karena sampai

saat ini sisa yang belum dibayar Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar Rp

1.242.950.000,00.

Tuntutan penggugat

1. Di awal pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pekerjaan tidak bisa

dilaksanakan secara simultan bersamaan sehingga jadwal pelaksanaan

pekerjaan yang telah disepakati belum secara maksimal dilaksanakan.

2. PT. Ampuh Sejahtera seharusnya diberikan perhitungan kekuatan konstruksi

karena PT. Ampuh Sejahtera yang melaksanakan pekerjaan konstruksi.

3. PT. Ampuh Sejahtera telah menyampaikan surat perihal kelengkapan

gambar Proyek Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo.

4. PT. Ampuh Sejahtera menyampaikan kepada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan agar supaya memberikan Gambar Detail Penulangan yang

belum ada di gambar kerja yang ada dalam Dokumen Lelang yaitu:

a. Detail Pembesian Sloof Struktur;

Ini adalah hal yang utama untuk memulai kerja dengan cara mengikat

kaki kekuatan struktur dan dibawah harus dikerjakan terlebih dahulu

b. Detail Pembesian Sloof Praktis;

c. Detail Pembesian ring + kolom praktis.

2. PT. Ampuh Sejahtera sangat membutuhkan perhitungan kekuatan struktur

dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, karena Perhitungan Kekuatan

Struktur ini merupakan salah satu persyaratan yang utama dalam pengajuan

IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).

Page 59: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

49

3. Dalam Buku Perhitungan Kekuatan Konstruksi didalamnya belum ada

perhitungan kekuatan baja.

4. Adanya kekurangan gambar yang akan dilengkapi oleh Pejabat Pembuat

Komitmen paling lambat pada Tanggal 29 September 2012.

5. Pagu Anggaran 27 M yang ditawar oleh PT. Ampuh Sejahtera sebesar Rp

24.859.000.000,00 belum selesai secara keseluruhan dalam arti bangunan

pasar belum bisa berfungsi dan masih banyak sekali pekerjaan yang belum

bisa berfungsi walaupun PT. Ampuh Sejahtera telah selesai melaksanakan

Pekerjaan Konstruksi 100% sesuai dengan kontrak.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Menurut PT. Ampuh Sejahtera dalam

Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Pasar Ir. Soekarno, Pejabat Pembuat

Komitmen tidak melakukan kesepakatan menurut Perjanjian Kegiatan

Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo.

E. Pertimbangan Hukum dalam Putusan Mahkamah Agung

Pertimbangan hukum didalam putusan pengadilan adalah hakim menilai

ketentuan Pasal

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat:

Bahwa alasan-alasan kasasi Para Tergugat tidak dapat dibenarkan karena

Judex Facti tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai

berikut:

Penggugat telah dapat membuktikan bahwa terhadap pekerjaan pembangunan

fisik pasar Kota Sukoharjo yang dikerjakan oleh Penggugat masih terdapat

kekurangan pembayaran yang harus dibayar oleh Tergugat sejumlah Rp

6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima

puluh ribu rupiah) hal ini didasarkan pada bukti-bukti otentik yang sah dan

tidak dapat disangkal kebenarannya sehingga memenuhi ketentuan Pasal 180

HIR karena keputusan hakim itu dijalankan, jika ada suatu tanda alas hak yang

otentik atau suatu surat yang menurut peraturan boleh diterima sebagai bukti.

Page 60: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

50

Sedangkan Tergugat tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melunasi

kekurangan pembayaran pekerjaan pembangunan pasar yang dikerjakan oleh

Penggugat sehingga Tergugat telah terbukti wanprestasi terhadap Penggugat;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata

bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan

hukum dan/atau Undang-Undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh

Para Pemohon Kasasi:

UDY BINTARTA, S.H., dan kawan tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi

ditolak, maka Para Pemohon Kasasi dihukum membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini.

F. Bentuk Wanprestasi yang Terjadi dalam Perjanjian Konstruksi

Rehabilitasi Pembangunan Pasar Ir. Soerkarno Kota Sukoharjo antara

PT.Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas pada

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Dalam Pelaksanaan Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo, Pada tanggal 26

Desember 2012 yaitu tanggal habis jatuh tempo dari jangka waktu pelaksanaan

pekerjaan. Pejabat Pembuat Komitmen tidak menerbitkan dasar apapun untuk

kelanjutannya, namun dalam rapat koordinasi Pejabat Pembuat Komitmen

dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

bersama dengan Konsultan Pengawas secara lisan menginstruksikan kepada

PT. Ampuh Sejahtera untuk tetap melanjutkan pekerjaan di lapangan, dengan

adanya instruksi tersebut dan diikuti dengan niat baik dari PT. Ampuh

Sejahtera, maka akan diusahakan untuk dapat segera menyelesaikan pekerjaan

demi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan rakyat khususnya adalah para

pedagang yang akan menempati Pasar Ir. Soekarno.

PT. Ampuh Sejahtera secara lisan dalam rapat-rapat koordinasi bersama

dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan serta Konsultan Pengawas, dan Konsultan Perencana, diminta

untuk meneruskan di lapangan dengan mendasarkan pada CCO2 yang

Page 61: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

51

seringkali dilakukan pembahasan secara intensif bersama dengan Konsultan

Pengawas dan Konsultan Perencana. Pembahasan secara intensif ini dilakukan

dengan rapat-rapat koordinasi agar menjadi dasar bagi PT. Ampuh Sejahtera

untuk melaksanakan dan menyelesaikan pembangunan.

Perubahan Lingkup Pekerjaan Kedua Rencana Anggaran Tambah Kurang

telah ditandatangani oleh Kosultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Hal ini

membuktikan bahwa CCO2 sudah dilaksanakan namun, anehnya Pejabat

Pembuat Komitmen dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan sampai

dengan saat ini belum menandatangani CCO2 tersebut. Didalam Perjanjian

Konstruksi dijelaskan bahwa dalam melaksanakan kewajibannya, Pengawas

Pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan Pejabat Pembuat Komitmen. Hal

ini membuat Pengawas Pekerjaan dapat bertindak sebagai wakil sah Pejabat

Pembuat Komitmen. Secara hukum Pejabat Pembuat Komitmen tidak dapat

secara sepihak mengingkari yang sudah dilakukan oleh Konsultan Pengawas.

Pada tanggal 3 Januari 2013, Bupati Sukoharjo menerbitkan surat Nomor

900/023/2013 perihal mohon persetujuan mendahului Perubahan APBD 2013,

yang ditujukan kepada Ketua DPRD Kabupaten Sukoharjo, dalam surat

tersebut dinyatakan, minta kepada DPRD untuk menyutujui dana sebesar Rp

6.214.750.000, untuk membiayai sisa pekerjaan fisik pasar sebesar 25%. Surat

Bupati Sukoharjo tersebut membuktikan bahwa pada saat itu tidak ada

anggaran untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan pasar lebih lanjut,

namun pekerjaan di lapangan diteruskan meskipun anggaran untuk pekerjaan

pembangunan pasar baru diajukan. Hal tersebut jelas diketahui baik oleh

Pejabat Pembuat Komitmen, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo serta Bupati Sukoharjo dan Sekretaris Daerah Sukoharjo.

Setelah rapat koordinasi tanggal 11 Februari 2013, tepatnya pada tanggal

13 Februari 2013, PT. Ampuh Sejahtera menerima surat dari Pejabat Pembuat

Komitmen Nomor 870/1494.1/XII/2012 tertanggal 22 Desember 2012 perihal

Pemberian Kesempatan Menyelesaikan Pekerjaan, yang ditembuskan kepada

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo dan

Konsultan Pengawas. Dalam Surat tersebut dinyatakan pemberian kesempatan

Page 62: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

52

selama 50 hari terhitung mulai tanggal 26 Desember 2012 sampai dengan

tanggal 13 Februari 2013. Surat diberikan kepada PT. Ampuh Sejahtera pada

tanggal 13 Februari 2013, namun surat tersebut tertulis tertanggal 22 Desember

2012. Hal ini jelas merupakan perbuatan yang tidak sepatutnya menurut

hukum, yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Di dalam surat yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen tersebut sama

sekali tidak berdasar hukum karena di dalam surat tersebut dinyatakan:

1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2012 pada kenyataannya tidak dikenal adanya Peraturan Presiden Republik

Indonesia No. 54 Tahun 2012, dengan demikian surat tersebut mengacu

pada peraturan yang tidak ada.

2. Sesuai dengan Adendum Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012

tanggal 6 November 2012, ini Adendum CCO1. Pada saat surat tersebut

diterima PT. Ampuh Sejahtera, yaitu pada tanggal 13 Februari 2013

pekerjaan dilapangan telah berjalan dan mengacu pada draft CCO2 yang

telah dibahas bersama, serta berulangkali dengan Konsultan Perencana dan

Konsultan Pengawas dan juga telah ditandatangani oleh Konsultan

Perencana dan Konsultan Pengawas.

Dengan mendasarkan pada substansi surat Pejabat Pembuat Komitmen

tersebut yang memberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan selama

50 hari kalender dan diberikan kepada PT. Ampuh Sejahtera pada tanggal 13

Februari 2013, maka pemberian kesempatan selama 50 hari kalender tersebut

seharusnya terhitung sejak tanggal 13 Februari 2013.

Pada tanggal 20 Februari 2013 PT. Ampuh Sejahtera menerima surat dari

Pejabat Pembuat Komitmen Nomor 870/225/II/2013 tanggal 20 Februari 2013,

perihal Penghentian Pekerjaan Pembangunan Pasar Sukoharjo selama 7 hari

kalender setelah secara resmi PT. Ampuh Sejahtera menerima surat pemberian

kesempatan selama 50 hari kalender untuk menyelesaikan pekerjaan, PT.

Ampuh Sejahtera diberi surat penghentian pekerjaan tertanggal 20 Februari

2013. Hal ini jelas tidak berdasar hukum, mengingat dalam surat tertanggal 20

Februari 2013 tersebut, yang menyatakan pemberian kesempatan untuk

Page 63: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

53

menyelesaikan pekerjaan pembangunan Pasar Sukoharjo selama 50 hari

berakhir tanggal 13 Februari 2013. Tanggal 13 Februari 2013 adalah tanggal

yang bersamaan dengan tanggal PT. Ampuh Sejahtera menerima surat

pemberian kesempatan menyelesaikan pekerjaan tertanggal 22 Desember 2012.

Berdasarkan Surat Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi

Kegiatan Rehabilitasi Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo Nomor

602.3/638/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012, pada termyn III Pejabat Pembuat

Komitmen berkewajiban membayar PT. Ampuh Sejahtera sebesar Rp

4.971.800.000,00 Namun, faktanya termyn III yang PT. Ampuh Sejahtera

dapatkan hanya sebesar Rp 3.728.850.000,00. Oleh karena itu masih terdapat

kekurangan pembayaran untuk termyn ke III sebesar Rp 1.242.950.000,00 hal

ini mengakibatkan, PT. Ampuh Sejahtera mendapatkan kerugian sebesar Rp

1.242.950.000,00. Dalam hal ini, terbukti dari fakta-fakta di atas bahwa Pejabat

Pembuat Komitmen telah melakukan wanprestasi.

Berdasarkan pencarian termyn III didasarkan pada Laporan Minggu Kedua

Puluh Delapan tanggal 16 Desember 2012-20 Desember 2012 dengan bobot

fisik 80,071%. Selain itu, pekerjaan yang telah dikerjakan oleh PT. Ampuh

Sejahtera selama 6 hari kalender terhitung sejak tanggal 21 Desember 2012-26

Desember 2012, juga belum dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Pekerjaan dimulai tanggal 27 Desember 2012 sampai dengan pekerjaan

selesai 100% sesuai kontrak, juga belum dibayar oleh Pejabat Pembuat

Komitmen dan hal ini diketahui juga oleh Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, Bupati Sukoharjo, dan Sekretaris Daerah

Sukoharjo, meskipun PT. Ampuh Sejahtera sudah mengajukan surat tagihan

dan meminta dilakukan pembayaran.

Adapun total pembayaran yang belum dilakukan oleh Pejabat Pembuat

Komitmen kepada PT. Ampuh Sejahtera adalah sebesar Rp 6.214.750.000,00.

Page 64: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

54

BAB IVWANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

A. Analisis Yuridis terhadap perkara Wanprestasi dalam Putusan Perkara

Nomor 326 K/Pdt/2016

Dalam bidang jasa konstruksi pekerjaan konstruksi menjadi suatu hal yang

utama secara keseluruhan dalam kegiatan pembangunan, pengoperasian,

pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.

Konstruksi merupakan kegiatan membangun sarana dan pra sarana atau satuan

infrastruktur pada sebuah daerah sebagai objek keseluruhan bangunan.

Pekerjaan Konstruksi dapat dikatakan sebagai jasa pemborongan, karena

kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan seluruh pekerjaan yang

berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan dan ditetapkan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan kuasa pengguna anggaran dan

proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Jasa Pemborongan dapat dilakukan setelah lahirnya suatu perjanjian

pemborongan. Berdasarkan Pasal 1601b KUH Perdata Perjanjian dilakukan

dengan pihak satu yang mengikatkan diri untuk mengadakan atau

menyelenggarakan serta menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain,

dengan menerima suatu harga yang ditentukan.1 Selain itu dari lahirnya

perjanjian ini bertujuan untuk menciptakan hubungan hukum dari para pihak

yang mengadakan suatu pekerjaan konstruksi, dapat dilihat dalam Pasal 1 Ayat

(6) mengenai pengertian kontrak konstruksi atau kontrak kerja konstruksi yang

merupakan keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara

pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Pada dasarnya, kontrak kerja konstruksi dibuat secara terpisah sesuai tahapan

dalam pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk

pekerjaan perencanaan pekerjaan pelaksanaan dan pekerjaan pengawasan.

1 Salim.H.S., Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Krafika,2013), h.26

Page 65: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

55

Menurut ketentuan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017

tentang Jasa Konstruksi para pihak yang ikut serta dalam perjanjian konstruksi

terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa adalah pemilik atau

pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan jasa konstruksi, sedangkan

penyedia jasa adalah pemberi layanan jasa konstruksi.

Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia

dan bentuknya dapat mengikuti perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi, kontrak kerja dibedakan berdasarkan:

1. Bentuk imbalan, yang terdiri dari lump sum, harga satuan, biaya tambah

imbalan jasa, gabungan lump sum dan harga satuan, atau aliansi;

2. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari tahun

tunggal, atau tahun jamak;

3. Cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu sesuai kemajuan pekerjaan atau

secara berkala.

Pasal 47 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa

Konstruksi menjelaskan bahwa Kontrak Kerja Konstruksi paling sedikit harus

mencakup uraian mengenai:

1. Para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;

2. Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup

kerja, nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu

pelaksanaan;

3. Masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan

pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;

4. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna jasa untuk

memperoleh hasil jasa konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi

ketentuan yang diperjanjikan, serta hak penyedia jasa untuk memperoleh

informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan jasa

konstruksi;

Page 66: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

56

5. Penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban memperkerjakan

tenaga kerja konstruksi bersertifikat;

6. Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa

dalam melakukan pembayaran hasil layanan konstruksi, termasuk di

dalamnya jaminan atas pembayaran;

7. Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah

satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;

8. Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian

perselisihan akibat ketidaksepakatan;

9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan

kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya

kewajiban salah satu pihak;

10. Keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar

kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi

salah satu pihak;

11. Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa

dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan dan jangka waktu

pertanggungjawaban kegagalan bangunan;

12. Perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak

dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;

13. Perlindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat

kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan

kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;

14. Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan

ketentuan tentang lingkungan;

15. Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak

lain dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan

bangunan; dan

16. Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.

Page 67: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

57

Dalam Syarat sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUH Perdata,

terdapat syarat-syarat keabsahan kontrak yang salah satunya adalah adanya

kesepakatan kehendak (Consensus, Agreement) agar suatu kontrak dapat

dianggap sah oleh hukum, bahwa para pihak harus ada kesesuaian pendapat

tentang apa yang diatur oleh kontrak yang dibuat. Kemudian Objek Perihal

tertentu ini merupakan syarat kontrak bahwa suatu kontrak haruslah jelas dan

dibenarkan oleh hukum, dan Syarat Klausa yang diperbolehkan adalah suatu

kontrak yang harus dibuat dengan alasan yang sesuai hukum yang berlaku serta

tidak boleh bertentangan dengan hukum. Dan isi perjanjian ini tidak dilarang

oleh Undang-Undang atau tidak bertentangan dengan kesusilaan/ketertiban

umum pada (Pasal 1337 KUH Perdata).

Dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Pembangunan Pasar

Ir. Soekarno kota Sukoharjo terdapat suatu perjanjian yang disebut dengan

perjanjian pekerjaan konstruksi, sebagai landasan proses pelaksanaan pekerjaan

konstruksi. Perjanjian pekerjaan konstruksi ini merupakan perjanjian

pemborongan yang berisi ketentuan-ketentuan yang menjadi acuan para pihak

dalam melaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan, dengan syarat tidak

dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan dengan ketentuan umum dan

kesusilaan.2

Perjanjian pekerjaan konstruksi ini dibuat karena adanya kesepakatan yang

diadakan oleh PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen pada

Berita Acara Hasil Pelelangan Pembangunan Pasar Ir. Soekarno Kota

Sukoharjo pada tanggal 24 Mei 2012. Kemudian adanya kesepakatan dari

BAHP ini melahirkan perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi

yang ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal 12 Juni 2012 untuk

kegiatan Pembangunan Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno. Pada Perjanjian Harga

Satuan Paket ini terdapat adanya identitas para pihak yakni PT. Ampuh

Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen, adanya rumusan pekerjaan yang

memuat lingkup kerja yakni pada Pembangunan Rehabilitasi Pasar Ir.

Soekarno Kota Sukoharjo, Pada kesepakatan perjanjian harga satuan paket ini

2 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h.7

Page 68: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

58

terdapat nilai pekerjaan sebesar Rp 24.859.000.000,00, dengan sistem

pembayaran term, serta batasan waktu pelaksanaan yang dilaksanakan selama

195 hari kalender dari SPMK diterbitkan pada tanggal 14 Juni sampai dengan

26 Desember 2012. Bahwa ketentuan yang terdapat didalam perjanjian ini

sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa

Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Kasus dan duduk perkara dalam Putusan MA Nomor 326 K/PDT/2016

bahwa penggugat dan tergugat telah mengadakan perjanjian pemborongan

pekerjaan konstruksi di Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo, dalam kasus ini PT.

Ampuh Sejahtera sebagai pihak penggugat dengan Pejabat Pembuat Komitmen

sebagai pihak tergugat dan para pihak inilah yang mengadakan suatu perjanjian

pemborongan yang bermulai dari pelelangan, PT. Ampuh Sejahtera ini

ditetapkan sebagai pemenang dalam pelelangan yang diadakan oleh Pejabat

Pembuat Komitmen untuk rehabilitasi pasar Ir. Soekarno dengan nilai

penawaran Rp 24.859.000,000,00 penawaran tersebut dituangkan dalam surat-

surat, yaitu surat perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi

Rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno kota Sukoharjo dan telah ditandatangani oleh

kedua belah pihak dengan Nomor 602.3/638/VI/2012.

Dalam kasus ini di awal pelaksanaan pekerjaan dilapangan terdapat

permasalahan dari dokumen lelang oleh pihak Pejabat Pembuat Komitmen,

karena gambar kerja yang ada didalam dokumen lelang tidak jelas sehingga

tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan pekerjaan oleh PT. Ampuh Sejahtera,

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Pasal 11 Ayat (1) huruf n dan o menyatakan bahwa

Pejabat Pembuat Komitmen harus menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh

dokumen pelaksanaan kegiatan serta menilai kinerja dari penyedia jasa yakni

PT. Ampuh Sejahtera. Kemudian permasalahan lainnya dalam pekerjaan

konstruksi rehabilitasi pasar Ir. Soekarno adalah PT. Ampuh Sejahtera tidak

mendapatkan perhitungan kekuatan konstruksi bangunan terhadap

pembangunan rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Page 69: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

59

yang mana kekuatan konstruksi ini padahal merupakan salah satu syarat utama

dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan. Lalu disisi lain terbukti bahwa

Pejabat Pembuat Komitmen dalam ketentuan perjanjian harga satuan paket

pekerjaan konstruksi masih memiliki kekurangan pembayaran kepada PT.

Ampuh Sejahtera sebesar Rp 6.214.750.000,00 yang seharusnya dibayarkan

saat PT. Ampuh Sejahtera telah mencapai 100% penyelesaian pembangunan

pasar dan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.

Bahwa dalam pekerjaan konstruksi terdapat konsultansi konstruksi yang

merupakan kegiatan manajemen dalam penyelenggaraan konstruksi.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang

Jasa Konstruksi bahwa Konsultansi konstruksi adalah layanan keseluruhan atau

sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan,

pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan PT. Ampuh Sejahtera

sangat terkait dengan konsultansi konstruksi yang diatur dalam undang-undang

tentang jasa konstruksi, agar perancangan konstruksi yang dilakukan sesuai

dengan gambar kerja dalam dokumen lelang.

Maka dengan apa yang telah diuraikan diatas agar perjanjian yang lahir,

baik dari perjanjian maupun karena ditetapkan oleh Undang-Undang

melahirkan kewajiban antara para pihak yang bersangkutan di dalamnya. Pada

Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor 11/Pdt.G/2014/PN/Skh.

Bahwasanya alasan yang dijadikan pertimbangan hakim menolak gugatan

Penggugat adalah karena kurangnya subyek yang dijadikan dasar dalam

pembuktian perkara, serta alasan-alasan dari tuntutan yang tidak jelas dan tidak

lengkap sehingga sulit untuk mengetahui permasalahan yang konkrit dalam

pelaksanaan perjanjian pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan kedua pihak.

Dalam perjanjian pekerjaan konstruksi pada dasarnya bersumber pada

kontrak konstruksi yang telah dibuat dan disepakati antara kedua belah pihak,

sehingga melahirkan perjanjian pekerjaan konstruksi. Dengan demikian

perjanjian pekerjaan konstruksi menjadi sebuah pernyataan untuk menunjukan

kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak. Hal tersebut merujuk pada

Page 70: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

60

pernyataan yang dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo bahwa Perjanjian

adalah sebagai hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata

sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.3 Perjanjian ini mengartikan bahwa

hubungan hukum terjadi berdasarkan kata sepakat dan kata sepakat terjadi

ketika ada persetujuan antara dua orang. Seperti yang dijelaskan dalam Black’s

Law Dictionary, bahwa suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, akan

menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

secara sebagian,4 inilah yang disebut dengan kontrak.

Berdasarkan Berita Acara Nomor 135/PBJ-Disperindag/V/2012 tanggal 24

Mei 2012 tentang Berita Acara Hasil Pelelangan Pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo, pihak pertama yakni PT. Ampuh Sejahtera ditetapkan sebagai

pemenang lelang pembangunan Pasar Kota Sukoharjo dengan nilai penawaran

sebesar Rp 24.859.000.000,00 penawaran tersebut diatur dalam Surat

Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi kegiatan

rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Kota Sukoharjo dengan Nomor

602.3/638/VI/2012 dan telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak, dan pihak

pertama akan mendapatkan pelunasan pembayaran jika pekerjaan konstruksi

pembangunan telah mencapai 100% sesuai dengan ketentuan yang tercantum

dalam kontrak perjanjian pekerjaan konstruksi.5

Berdasarkan penjelasan dan ketentuan diatas maka pekerjaan konstruksi

yang dilakukan di Pasar Ir. Soekarno Kota Sukoharjo ini hukumnya jelas sah

dan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Pelaksanaan

pekerjaan konstruksi ini terjadi atas dasar kesepakatan kedua pihak yang

dikehendaki oleh PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukoharjo dalam lelang yang

dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo. Melihat praktek pelaksanaan pekerjaan

3 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,1986), h. 96

4 Salim .H.S. Hukum Kontrak Teori&Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,2013), h. 26

5 http://putusan.mahkamahagung.go.id, Putusan MA No. 326 K/Pdt/2016, (diakses padatanggal 28 Maret 2019).

Page 71: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

61

konstruksi ini maka dengan landasan teori kepercayaan, dapat dilakukan

pekerjaan konstruksi sesuai dengan perjanjian pekerjaan konstruksi. karena

kepercayaan dalam perjanjian akan membuat pernyataan yang dibuat dalam

perjanjian benar-benar dikehendaki.6

Pada kenyataannya di lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi

terdapat permasalahan, bahwa menurut Penggugat terkait pelaksanaan yang

tidak dilakukan sesuai dengan perjanjian (wanprestasi). Bahwa dalam gugatan

telah disebutkan tergugat telah melakukan kesalahan dan wanprestasi terhadap

penggugat atas ketidak sesuaian atau kekurangan gambar yang diserahkan oleh

pihak tergugat dan kekuatan konstruksi yang penggugat tidak diberikan

perhitungan diawal dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Seperti yang

telah dijelaskan dalam Peraturan Perundangan Konstruksi Indonesia tentang

Syarat-Syarat Umum bernama: Algemene voorwarden voor openbare werken

atau dalam bahasa Indonesia: syarat-syarat umum untuk pelaksanaan bangunan

umum yang dilelangkan. Bahwa dalam Pasal 37 mengenai Pendetailan dan

Pengerjaannya, jika gambar detail yang diberikan kepada penyedia jasa tidak

sesuai dengan gambaran yang sesuai dapat dibentuk dari kesatuan bestek

dengan gambar-gambarnya. Maka hal ini akan mengakibatkan pekerjaan lebih

dan harus diperhitungkan gambar detail saat diberikan pada penyedia jasa.7

Unsur Wanprestasi dapat dilihat dari unsur kelalaian yang ditentukan

dalam Pasal 1238 KUH Perdata. Menurut Pasal ini bahwa pengguna jasa yang

lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu

dinyatakan lalai setelah melewati tenggang waktu yang ditentukan dalam

perjanjian untuk melaksanakan isi perjanjian, serta tidak mencapai target sesuai

yang telah disepakati kedua pihak. Bahwa pihak pengguna jasa yakni Pejabat

Pembuat Komitmen telah melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat

memberikan kelengkapan dokumen lelang yang berupa gambar. Padahal PT.

Ampuh sudah memberikan teguran untuk meminta gambar dokumen lelang

yang kurang pada pelaksanakan pekerjaan konstruksi rehabilitasi pasar Ir.

6 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, (Bandung: Citra Aditya, 2010), h.76

Page 72: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

62

Soekarno. Dari kekurangan gambar ini juga PT. Ampuh telah meminta

perhitungan kekuatan konstruksi namun, konsultan perencana hanya

memberikan buku perhitungan kekuatan konstruksi tanpa disertai perhitungan

kekuatan baja, ini merupakan unsur-unsur yang nantinya dapat menyebabkan

terjadinya wanprestasi.

Selanjutnya, pada pasal 47 Ayat 1 point 4 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi diatur mengenai Hak dan kewajiban yang

setara, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil jasa konstruksi dan

kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak

penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta

kewajibannya melaksanakan layanan jasa konstruksi. Dalam awal pelaksanaan

pekerjaan konstruksi penyedia jasa yakni PT. Ampuh Sejahtera meminta

informasi yang kurang mengenai gambar perencanaan pekerjaan konstruksi

rehabilitasi pasar Ir. Soekarno, lalu menyampaikan kepada Pejabat Pembuat

Komitmen agar segera diberikan Gambar Detail perencanaan kerja yang ada

dalam dokumen lelang.

Bahwa dalam Pasal 47 Ayat (1) point 2 mengatur mengenai rumusan

pekerjaan yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai

pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan. Nilai

pekerjaan yang telah disepakati adalah senilai Rp 24.859.000.000,00 dengan

harga satuan pembayaran yang dilakukan melalui 3 termin. Mengenai batasan

waktu pelaksanaan juga telah disebutkan bahwa pelaksanaan pekerjaan

konstruksi rehabilitasi Pasar Ir. Soekarno dilakukan berdasarkan Surat Perintah

Mulai Kerja (SPMK) yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen pada

tanggal 14 Juni 2012, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 195 hari

kalender. Dari batasan waktu pelaksanaan ini, telah ditentukan menurut Pasal

22 Ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa

Konstruksi bahwa batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk

menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.

Jadi jangka waktu pelaksanaan yang dilakukan selama 195 hari sudah

diperhitungkan dari awal pekerjaan hingga penyelesaian secara keseluruhan

Page 73: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

63

dari pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan di Pasar Ir. Soekarno. Jika

terdapat keterlambatan penyelesaian pekerjaan hingga melewati waktu yang

telah ditentukan, maka keterlambatan pekerjaan tersebut dapat dikatakan

sebagai wanprestasi. Dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi menyatakan bahwa wanprestasi adalah

suatu keadaan apabila salah satu pihak dalam kontrak kerja konstruksi:

1) tidak melakukan apa yang diperjanjikan; dan/atau

2) melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sesuai dengan yang

diperjanjikan; dan/atau

3) melakukan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat; dan/atau

4) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Dalam kontrak kerja konstruksi yang dilakukan PT. Ampuh Sejahtera

dengan Pejabat Pembuat Komitmen yang melaksanakan pekerjaan konstruksi

sudah sesuai dengan apa yang diperjanjikan, namun dalam pelaksanaannya

telah terjadi keterlambatan hingga melebihi batas waktu yang ditentukan dalam

perjanjian. Karena Pihak Pejabat Pembuat Komitmen tidak memberikan

gambar yang sesuai serta perhitungan kekuatan konstruksi di awal pekerjaan

konstruksi. Maka hal ini dapat dinyatakan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen

telah melakukan wanprestasi.

Wanprestasi ini memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal

salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang

diperjanjikan. Dalam penjelasannya Pasal 22 Ayat (2) huruf g Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, bahwa yang dimaksud dengan

tanggung jawab antara lain berupa pemberian kompensasi, penggantian biaya

dan atau perpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil

pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan atau pemberian

ganti rugi.

Tanggung Jawab dari para pihak yang melakukan wanprestasi,dalam

Peraturan Pemeritah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi mengatur mengenai tanggung jawab para pihak. Pada tahap

perencanaan dalam kegiatan pengerjaan pekerjaan konstruksi.

Page 74: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

64

1. Pengguna jasa bertanggung jawab:

a. Atas segala konsekuensi yang timbul akibat perintah perubahan yang

diberikan kepada perencana konstruksi;

b. Memberi keputusan terhadap usulan perubahan dari perencana konstruksi

dalam batasan waktu yang diperjanjikan;

c. Melakukan pembayaran untuk prestasi pekerjaan perencana konstruksi

atas dasar kesepakatan cara pembayaran dan jadwal pembayaran.

Dalam kegiatan pengakhiran pada tahap perencanaan pekerjaan konstruksi.

1. Pengguna jasa bertanggung jawab:

a. Memberi keputusan atas hasil akhir pekerjaan dalam batasan waktu yang

diperjanjikan;

b. Melakukan pembayaran akhir untuk seluruh sisa pembayaran yang

menjadi kewajiban pengguna jasa termasuk pelepasan uang retensi, atas

dasar kesepakatan cara pembayaran dan jadwal pembayaran.

Pada tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi, dalam kegiatan penyiapan

pekerjaan konstruksi.

1. Pengguna jasa bertanggung jawab:

a. Atas kebenaran, ketepatan dan kelengkapan lapangan, fasilitas, dan isi

dokumen, termasuk tepat waktu dalam penyerahannya;

b. Menyerahkan lapangan pekerjaan beserta fasilitas dan atau dokumen

untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan oleh pelaksana

konstruksi dan pengawas konstruksi untuk memulai pekerjaannya;

c. Memberi keputusan terhadap usul rencana kerja dari pelaksana

konstruksi dan atau pengawas konstruksi;

d. Menyetujui atau tidak menyetujui atau mengubah atau meminta ganti

usulan rencana kerja yang diajukan pelaksana konstruksi dan atau

pengawas konstruksi.

2. Pelaksana Konstruksi

a. Mengajukan usulan penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan beserta

kewenangannya untuk mendapat persetujuan pengguna jasa;

Page 75: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

65

b. Mengajukan usulan rencana kerja pelaksanaan fisik dan rencana kerja

yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja untuk mendapat

persetujuan pengguna jasa;

c. Mengajukan usulan sub penyedia jasa atau pemasok bahan dan atau

komponen bangunan dan atau peralatan yang tidak tercantum dalam

kontrak kerja konstruksi.

Dalam kegiatan pengerjaan pekerjaan konstruksi.

1. Pengguna jasa bertanggung jawab:

a. Atas segala konsekuensi yang timbul akibat akibat perintah perubahan

pekerjaan dan atau rencana kerja, baik dari pengguna jasa dan atau

pengawas konstruksi;

b. Menyerahkan bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan

yang menjadi tanggung jawabnya tepat jumlah dan sesuai dengan jadwal

yang disepakati, kepada pelaksana konstruksi;

c. Melakukan pembayaran prestasi kerja atas permintaan pelaksana

konstruksi dan atau pengawas konstruksi atas dasar kesepakatan cara

pembayaran dan jadwal pembayaran;

d. Bertanggung jawab atas akibat penggunaan hasil pekerjaan, baik hasil

sementara yang sudah dipergunakan atau hasil akhir pekerjaan yang

diserahkan untuk pertama kalinya.

2. Pelaksana Konstruksi

a. Melaksanakan setiap bagian kegiatan pekerjaan sesuai dengan rencana

kerja yang telah disetujui pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi;

b. Bertanggung jawab terhadap kegagalan pekerjaan konstruksi sampai

penyerahan akhir hasil akhir pekerjaan dari pelaksana konstruksi;

c. Bertanggung jawab atas segala konsekuensinya apabila mengajukan usul

perekerjaan, dan atau rencana kerja.

Dalam kegiatan pengakhiran pekerjaan konstruksi.

1. Pengguna jasa bertanggung jawab:

Page 76: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

66

a. Menyelesaikan klaim dari pelaksana konstruksi yang sudah diterima

pengguna jasa selambat-lambatnya sebelum penyerahan kedua kalinya

hasil akhir dari pekerjaan;

b. Melakukan pembayaran akhir termasuk membayar seluruh uang retensi,

setelah menerima penyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan dan

atau setelah seluruh klaim dari pelaksana konstruksi diselesaikan;

c. Melepaskan jaminan pertanggungan terhadap jaminan kegagalan

pekerjaan konstruksi setelah menerima penyerahan kedua kalinya hasil

akhir pelaksana pekerjaan konstruksi.

2. Pelaksana Konstruksi

a. Melakukan pemeliharaan/penjagaan mutu terhadap hasil akhir pekerjaan

selama masa jaminan atas mutu hasil pekerjaan;

b. Menyerahkan untuk kedua kalinya hasil akhir pekerjaan disertai

dokumen kelengkapannya setelah selesai masa pemeliharaan untuk

mendapat persetujuan dari pengguna jasa;

c. Menyimpan dokumen yang berkaitan dengan proses pelaksanaan

konstruksi sampai selesainya masa pertanggungan.

Pada dasarnya Kontrak Konstruksi terjadi karena kesepakatan 2 pihak

yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017

tentang Jasa Konstruksi mengatur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

tanggung jawab pihak pengguna jasa dan penyedia jasa. Penyedia Jasa

bertanggung jawab untuk menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat waktu

biaya dan tepat mutu. Kemudian penyedia jasa juga bertanggung jawab dalam

mengetahui resiko mekanisme komitmen atas pengusahaan produk jasa

konstruksi dan memastikan fungsionalitas produk konstruksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi pada Paragraf 2 Pembiayaan Jasa

Kosntruksi Pasal 55 menyatakan bahwa dalam Kontrak Kerja Konstruksi

pengguna jasa memiliki tanggung jawab dalam pembiayaan jasa konstruksi

yaitu:

Page 77: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

67

1. Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sesuai dengan

kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi;

2. Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat

bersumber dari dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha,

dan/atau masyarakat;

3. Tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada

Ayat (2) dibuktikan dengan:

a. kemampuan membayar; dan/atau

b. komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi.

4. Kemampuan membayar sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) huruf a

dibuktikan dengan dokumen dari lembaga perbankan dan/atau lembaga

keuangan bukan bank, dokumen ketersediaan anggaran, atau dokumen lain

yang disepakati dalam Kontrak Kerja Konstruksi;

5. Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud

pada Ayat (3) huruf b didukung dengan jaminan melalui perjanjian kerja

sama.

Serta Pasal 56 yang menyatakan tanggung jawab bagi pengguna jasa jika

tidak dapat melaksanakan pembayaran yaitu:

1. Dalam Dalam hal tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi dibuktikan

dengan kemampuan membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Ayat

(3) huruf a, Pengguna Jasa wajib melaksanakan pembayaran atas

penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan tepat

waktu.

2. Pengguna Jasa yang tidak menjamin ketersediaan biaya dan tidak

melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa

secara tepat jumlah dan tepat waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak

Kerja Konstruksi.

3. Dalam hal tanggung jawab atas layanan Jasa Konstruksi yang dilakukan

melalui komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa

harus mengetahui risiko mekanisme komitmen atas pengusahaan produk

Page 78: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

68

Jasa Konstruksi dan memastikan fungsionalitas produk sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Maka berdasarkan wanprestasi dan tanggung jawab yang dilakukan oleh

para pihak, peneliti memberikan pendapatnya terkait tanggung jawab yang

dilakukan Pejabat Pembuat Komitmen sebagai pihak yang dinyatakan telah

melakukan wanprestasi yaitu harus bertanggung jawab dalam hal kegiatan

pengakhiran yakni dengan menyelesaikan klaim kekurangan untuk pekerjaan

konstruksi rehabilitasi pasar Ir. Soekarno, dari PT. Ampuh Sejahtera sebagai

pelaksana pekerjaan konstruksi yang sudah diterima oleh Pejabat Pembuat

Komitmen, kemudian Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pembayaran

akhir termasuk membayar seluruh uang retensi, setelah menerima penyerahan

hasil akhir pekerjaan setelah seluruh klaim dari PT. Ampuh Sejahtera

diselesaikan.

Sedangkan, PT. Ampuh Sejahtera sebagai pelaksana konstruksi

bertanggung jawab terhadap setiap bagian kegiatan pekerjaan sesuai dengan

rencana kerja yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan atau

pengawas konstruksi, bertanggung jawab terhadap kegagalan pekerjaan

konstruksi sampai penyerahan akhir hasil akhir pekerjaan dari PT. Ampuh

Sejahtera. Bertanggung jawab atas segala konsekuensinya apabila mengajukan

usul perekerjaan, dan atau rencana kerja, kemudian bertanggung jawab dalam

penjagaan mutu terhadap hasil akhir pekerjaan sampai batas waktu pekerjaan

konstruksi selesai, serta menyerahkan hasil akhir pekerjaan disertai dokumen

kelengkapannya setelah selesai masa pekerjaan konstruksi untuk mendapat

persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen.

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Perkara Wanprestasi

Pekerjaan Konstruksi Putusan Perkara Nomor 326 K/Pdt/2016

Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai badan tertinggi pelaksana

kekuasaan kehakiman yang membawahi 4 (empat) badan peradilan

dibawahnya, yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan

peradilan tata usaha negara telah menentukan bahwa putusan hakim harus

Page 79: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

69

mempertimbangkan segala aspek yang bersifat yuridis, filosofis, dan sosiologi,

sehingga keadilan yang ingin dicapai, diwujudkan, dan dipertanggungjawabkan

dalam putusan hakim adalah keadilan yang berorientasi pada keadilan hukum

(Legal Justice), keadilan moral (moral justice) dan keadilan masyarakat (social

justice).8

Mahkamah Agung sebagai sebuah lembaga kehakiman Negara menurut

Undang-Undang adalah untuk memeriksa dan memutus permohonan kasasi,

Sengketa tentang kewenangan mengadili, Permohonan peninjauan kembali

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan

memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan Tingkat Banding

atau Tingkat Akhir dari semua Lingkungan Peradilan; Dalam tingkat kasasi,

MA membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua

Lingkungan Peradilan.9

Putusan Mahkamah Agung Nomor 326 K/PDT/2016 merupakan putusan

atas perkara antara:

1. PT. Ampuh Sejahtera, berkedudukan di Jalan Bengawan Solo Nomor 2A

Sukoharjo, diwakili oleh RM. Ary PS Hadikusumo, C.Eng, selaku Direktur

Utama, dalam hal ini memberi kuasa kepada Farida Sulstyani, S.H., CN.,

LL.M. dan kawan-kawan, Advokat, berkantor di Farida Sulistyani &

Partners, beralamat di Jalan Sampit II Nomor 13 Blok B 4 RT.004/RW.006

Kramat Pela, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus tanggal 2 September 2015; Termohon Kasasi dahulu

Penggugat/Pembanding.

2. Udy Bintarta, S.H. selaku Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo tahun anggaran 2012,

bertempat tinggal di Jalan Jaksa Agung R. Suprapto Nomor 13 Sukoharjo,

dalam hal ini memberi kuasa kepada Joko Susanto, S.H., M.H. Kepala

8 Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif Hukum Progresif),(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.126

9 Kevin Angkouw, Fungsi Mahkamah Agung Sebagai Pengawas Internal Tugas HakimDalam Proses Peradilan, Fakultas Hukum Unsrat, Jurnal Lex Administratum, Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2014, h.131

Page 80: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

70

Kejaksaan Negeri Sukoharjo selaku Pengacara Negara Berdasarkan Surat

Kuasa Khusus tanggal 12 Agustus 2015 dan kuasa subtitusi kepada Titiek

Maryani Agustina, S.H dan kawan-kawan semuanya sebagai Jaksa

Pengacara Negara yang berkantor di Jalan Jaksa Agung R Suprapto Nomor

1 Sukoharjo berdasarkan Surat Kuasa Subtitusi Nomor SK-

1076/0.3.34/Gp/08/2015 tanggal 12 Agustus 2015; Pemohon Kasasi dahulu

Tergugat/Terbanding.

Sebelum perkara ini diajukan ke pengadilan, penggugat telah meminta

mediasi dengan Tergugat, namun hasil dari mediasi tidak menemukan

penyelesaian masalah. Lalu perkara tersebut dilanjutkan ke pengadilan dan

penggugat meminta pertanggungjawaban dari dokumen lelang yang kurang

serta perhitungan kekuatan konstruksi yang seharusnya diberikan oleh tergugat

pada awal serah terima pelelangan dalam Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor

135/PBJ-Disperindag/V/2012 tanggal 24 Mei 2012 tetapi penggugat tidak

mendapat tanggapan dari tergugat. Penggugat kemudian mengajukan gugatan

ke Pengadilan Negeri Sukoharjo.

Namun, di tingkat pertama, PN Sukoharjo telah mengambil putusan, di

dalam Putusan Nomor 11/Pdt.G/2014/PN Skh. Tanggal 11 Februari 2014 yaitu

menolak gugatan Penggugat. PN Sukoharjo menyatakan bahwa gugatan

Penggugat kurang subyek yang dijadikan dasar dalam pembuktian perkara,

serta alasan-alasan dari tuntutan yang tidak jelas dan tidak lengkap sehingga

sulit untuk mengetahui permasalahan yang konkrit. Tetapi oleh Pengadilan

Tinggi Semarang dalam perkara ini, Putusan Nomor 69/Pdt/2015/PT SMG

menerima gugatan dari Penggugat yang menyatakan bahwa benar Tergugat

terbukti tidak melakukan pembayaran sehingga tergugat diberikan hukuman

untuk membayar kekurangan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Penggugat

serta membatalkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo tanggal 20 Oktober

2014 Nomor 11/Pdt.G/2014/PN. Skh.

Atas putusan judex facti di Pengadilan Tinggi, kemudian Tergugat

mengajukan permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung. Namun dalam

pertimbangan hakim Mahkamah Agung berpendapat: Bahwa alasan-alasan

Page 81: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

71

kasasi Para Tergugat tidak dapat dibenarkan karena Judex Facti tidak salah

menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut: Penggugat telah

dapat membuktikan bahwa terhadap pekerjaan pembangunan fisik pasar Kota

Sukoharjo yang dikerjakan oleh Penggugat masih terdapat kekurangan

pembayaran yang harus dibayar oleh Tergugat sejumlah Rp 6.214.750.000,00

(enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)

sedangkan Tergugat tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melunasi

kekurangan pembayaran pekerjaan pembangunan pasar yang dikerjakan oleh

Penggugat sehingga Tergugat telah terbukti wanprestasi terhadap Penggugat;

Dalam pertimbangan hakim Mahkamah Agung, menurut peneliti,

pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara ini sudah tepat. Karena bukti-

bukti yang diuraikan pada Pengadilan Tinggi Semarang, BPK RI menyatakan

pembangunan pisik telah selesai 91,399% oleh penyedia jasa. Sehingga bukti-

bukti ini yang selanjutnya dikuatkan di tingkat Mahkamah Agung dalam

Pertimbangannya.

Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI yang menyatakan bahwa sampai

dengan tanggal 20 Desember 2012 dengan bangunan pisik yang terselesaikan

sebesar 80% telah dilakukan pembayaran sebesar Rp 18.644.250.000,00 ini

bersesuaian dengan dalih gugatan yang menyatakan bahwa dari nilai proyek

sebesar Rp 24.859.000.000,00 masih terdapat kekurangan pembayaran sebesar

Rp 6.214.750.000,00. Bukti ini berdasarkan Surat dari Bupati Sukoharjo

tanggal 03 Januari 2013 Nomor 900/023/2013. Sedangkan sampai pada tanggal

13 Pebruari 2013 dinyatakan oleh BPK RI, kendatipun bangunan pisik sudah

mencapai 91,399% dari pihak Pengguna Barang/Jasa belum melakukan

pembayaran.

Dari serangkaian bukti-bukti sebagaimana diuraikan di atas, Pengadilan

Tingkat Banding menilai bahwa penyedia jasa berhasil membuktikan pengguna

jasa telah melakukan wanprestasi yaitu belum melakukan pembayaran

Pekerjaan Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sebesar Rp 6.214.750.000,00

kepada penyedia jasa. Sehingga hasil pembuktian ini, yang menjadi dasar

dalam pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam memutus perkara antara

Page 82: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

72

PT. Ampuh Sejahtera dengan Udy Bintarta sebagai Pejabat Pembuat

Komitmen.

Pertimbangan Hakim yang memutuskan bahwa pengguna jasa dalam

perjanjian pekerjaan konstruksi telah melakukan wanprestasi adalah karena

Dasar hukum (rechts grond) dan (feitelijke grond) yang mendasari gugatan

pengguna jasa tidak cukup, dalam membuktikan bahwa pengguna jasa tidak

melakukan pembayaran sebelum penyelesaian pekerjaan konstruksi yang

dilakukan oleh penyedia jasa. Pembuktian yang dibuat pengguna jasa tidak

dapat diterima, karena bukti tersebut tidak disertai dengan dokumen-dokumen

pendukung yang disyaratkan dalam kontrak, sehingga bukti-bukti tersebut

tidak dapat memenuhi ketentuan Pasal 180 HIR. Maka perbuatan dari

pengguna jasa yang tidak melakukan pembayaran pekerjaan konstruksi

merupakan sebuah wanprestasi.

Alasan-alasan Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan, karena Judex Facti

atau Majelis Hakim di tingkat Pengadilan Tinggi Semarang yang memeriksa

bukti-bukti perkara, tidak salah menerapkan hukum, mengenai penilaian hasil

sahnya pembuktian tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada

tingkat Kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan

dengan (1) adanya kesalahan penerapan hukum, (2) adanya pelanggaran hukum

yang berlaku, (3) adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu

dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak

berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua

dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.

Berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata putusan Judex Facti dalam

perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan Undang-Undang, maka

permohonan kasasi yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi tersebut harus

ditolak.

Page 83: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

73

Keberatan Pemohon Kasasi tersebut diatas merupakan penilaian hasil

sahnya pembuktian. Alasan tersebut diatas merupakan alasan kasasi yang

dianggap tidak tunduk pada pemeriksaan Kasasi.

Akibat Hukum terhadap putusan kepada para pihak yang berperkara

adalah pelaksanaan putusan. Semua orang bila mana sudah ada suatu putusan

berkekuatan hukum tetap, wajib melaksanakan putusan tersebut, kalau tidak

ada lagi upaya hukum lain. Apabila pihak yang kalah (Tergugat) tidak mau

melaksanakan isi putusan, maka pihak yang menang (Penggugat) dapat

meminta kepada Pengadilan untuk melaksanakan pelaksanaan putusan secara

paksa (eksekusi). Suatu isi putusan harus dilaksanakan karena mahkota

Pengadilan adalah pelaksanaan isi putusan.

Berdasarkan pertimbangan Hakim dalam memutuskan Perkara Nomor

326/K/Pdt/2016. Adalah:

1. Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: I. UDY

BINTARTA, S.H., dan II. BUPATI SUKOHARJO;

2. Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini sejumlah Rp 500.000,00.

Berdasarkan isi putusan tersebut, maka para pemohon kasasi harus

melaksanakan isi putusan yaitu membayarkan kekurangan pekerjaan konstruksi

pasar Ir. Soekarno, dibebankan bunga menurut undang-undang sebesar 6%

setiap tahun terhitung sejak Februari 2013 sampai dengan dibayar lunas oleh

Tergugat.

Dasar Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan ada 3 faktor yaitu

terkait dengan aspek yuridis (kepastian hukum), aspek sosiologis (kemanfaatan

hukum), dan aspek filosofis (keadilan) hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Secara yuridis, dalam suatu kontrak para pihak mempunyai masing-masing

kewajiban yang harus dipenuhi. Hal ini diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata.

Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi, kewajiban yang harus

dipenuhi oleh penyedia jasa adalah melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai

dengan perjanjian, sedangkan kewajiban dari pengguna jasa adalah

membayarkan kepada penyedia jasa sesuai harga yang ditentukan dalam

Page 84: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

74

perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi. Perjanjian untuk melakukan

pekerjaan ini didasarkan pada perjanjian bernama yang diatur dalam KUH

Perdata Buku III Bab V-XVIII. Menurut Pasal 1601b KUH Perdata, Perjanjian

Pemborongan yaitu perjanjian dengan mana pihak satu (pemborong)

mengikatkan diri untuk mengadakan atau menyelenggarakan serta

meyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain (yang memborongkan),

dengan menerima suatu harga yang telah ditentukan.10 Pada kasus ini,

Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Konstruksi antara PT. Ampuh Sejahtera

dengan Pejabat Pembuat Komitmen Udy Bintarta dalam kegiatan

pembangunan rehabilitasi pasar Ir. Soekarno kota Sukoharjo. Keterlambatan

dalam serah terima bangunan antara kontraktor dengan pemberi tugas

disebabkan dari pihak pemberi tugas tidak melakukan pembayaran terhadap

pekerjaan konstruksi. KUH Perdata sebagai hukum positif di Indonesia.

Menyatakan ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan, dalam KUH

Perdata dapat digunakan oleh pihak dalam perjanjian pemborongan, serta

dengan syarat tidak dilarang oleh undang-undang, dan tidak bertentangan

dengan ketentuan umum dan kesusilaan.11 Pada Peraturan Presiden Nomor 16

Tahun 2018 terdapat perubahan nama pemborongan menjadi pekerjaan

konstruksi seluruh pekerjaannya berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi.

Pelaksanakan konstruksi ini didasarkan pada lahirnya kontrak kerja yang

dibuat antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat Komitmen.

Kontrak Kerja Konstruksi merupakan kontrak antara PT. Ampuh Sejahtera

dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan adanya perubahan kontrak hanya

dapat dilaksanakan dengan kesepakatan kedua belah pihak yang mengikatkan

diri dalam kontrak tersebut; Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden

Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa

1. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat

pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang

10 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.3

11 Djumialdji, Perjanjian Pemborongan,... h.7

Page 85: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

75

ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia dapat

melakukan perubahan kontrak, yang meliputi:

a. Menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam Kontrak;

b. Menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;

c. Mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan; dan/ atau

d. Mengubah jadwal pelaksanaan.

Perubahan kontrak yang dilakukan PT. Ampuh Sejahtera sebagai

kontraktor dikarenakan tidak adanya jawaban dari Pejabat Pembuat Komitmen

dalam memenuhi kekurangan dokumen serta pembayaran pada tahap ketiga.

Sehingga konsultan pengawas mewakilkan Pejabat Pembuat Komitmen dalam

menandatangani perubahan kontrak, agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi

dapat dilanjutkan untuk diselesaikan. Dalam pertimbangan hukumnya terdapat

daftar pekerjaan yang belum dibayar yang disusun oleh PT. Ampuh Sejahtera

sebagai kontraktor dengan disertai foto-foto, gambar-gambar tentang pekerjaan

yang telah dilakukan. Didukung dengan keaslian dokumen pendukung yang

disyaratkan dalam kontrak.

Menghubungkan dengan bukti bertanda Laporan Hasil Pemeriksaan BPK

RI yang menyatakan bahwa sampai dengan tanggal 13 Februari 2013 bangunan

fisik 91,399% terhadap pelaksanaan pembangunan pasar kota Sukoharjo.

Hakim mempergunakan bukti laporan tersebut atas Kepatuhan terhadap

Peraturan Perundang-undangan. Karena produk lembaga negara yang lahir

berdasarkan wewenang kelembagaan BPK sesuai amanat konstitusi yaitu pasal

23E UUD 1945 yang mengatur bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan

yang bebas dan mandiri”.

Produk-produk hukum BPK tersebut bersifat final Hal ini diatur dalam

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara khususnya Pasal 1 angka 14, yaitu:

“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,

kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/ informasi mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara

Page 86: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

76

independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang

dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK”.

Dari bukti-bukti sebagaimana diuraikan di atas, menurut peneliti dalam

pertimbangan hakim menyatakan bahwa PT. Ampuh Sejahtera berhasil

membuktikan pembangunan pisik pasar kota Sukoharjo telah selesai. Bahwa

pertimbangan hakim tersebut sudah cukup pertimbangan dengan alasan

pekerjaan sudah selesai sesuai dengan kontrak kerja konstruksi berdasarkan

laporan pemeriksaan. Namun, Pejabat Pembuat Komitmen belum melakukan

pembayaran terhadap pelaksanakan pekerjaan konstruksi yang dilakukan PT.

Ampuh Sejahtera yang telah mencapai pada penyelesaian pekerjaan konstruksi

pasar Ir. Soekarno.

Mengenai aspek filosofis yakni keadilan dan kebenaran, dalam

penerapannya seorang hakim harus memberikan pertimbangan tentang salah

atau tidaknya seseorang atau benar tidaknya suatu peristiwa yang

dipersengketakan, kemudian memberikan dan menentukan hukumnya. Hakim

haruslah menggunakan sarana-sarana atau alat untuk memastikan tentang

peristiwa yang bersangkutan. Sebelum sampai pada anggapan peristiwa

tersebut benar terjadi, maka dilakukan pembuktian terlebih dahulu untuk

menentukan suatu kebenaran.

Dalam menentukan kebenaran suatu peristiwa, Kattsoff (1989: 180-189)

mengemukakan beberapa teori, yaitu: 1) Teori Koherensi (Coherence Theory)

yang pada prinsipnya menyatakan bahwa makna suatu pernyataan (proposisi)

cenderung benar jika makna suatu pernyataan tersebut dalam keadaan saling

berhubungan dengan makna pernyataan-pernyataan yang lain yang benar, atau

dengan kata lain makna suatu pernyataan saling berhubungan dengan

pengalaman yang ada. Ukuran derajat kebenaran menurut teori ini ialah

“derajat keadaan saling berhubungan”. Jikalau keadaan saling berhubungan

dengan semua kenyataan, itulah yang dimaksud dengan kebenaran mutlak.

Menurut analisis peneliti dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 326

K/Pdt/2016 atas perkara pekerjaan konstruksi pembangunan pasar Ir. Soekarno

kota Sukoharjo antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Pejabat Pembuat

Page 87: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

77

Komitmen Udy Bintarta, jika dilihat secara filosofis, pertimbangan hakim

dalam memutuskan perkara terhadap kasus pada pekerjaan konstruksi ini

memiliki dasar dari pemikiran salah satu filsuf yakni Plato yang merupakan

filsuf dari Yunani yang mengemukakan teori keadilan.

Plato mendefinisikan keadilan sebagai “the supreme virtue of the good

state”, sedang orang yang adil adalah “the self diciplined man whose passions

are controlled by reasson”. Bagi Plato keadilan tidak dihubungkan secara

langsung dengan hukum. Baginya keadilan dan tata hukum merupakan

substansi umum dari suatu masyarakat yang membuat dan menjaga

kesatuannya.

Pembagian kerja sesuai dengan bakat, bidang keahlian dan keterampilan

setiap orang itulah yang disebut dengan keadilan. Konsepsi keadilan Plato yang

demikian ini dirumuskan dalam ungkapan “giving each man his due” yaitu

memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Untuk itu hukum

perlu ditegakkan dan Undang-undang perlu dibuat.

Plato memandang suatu masalah yang memerlukan pengaturan dengan

undang-undang harus mencerminkan rasa keadilan, sebab bagi Plato hukum

dan undang-undang bukanlah semata-mata untuk memelihara ketertiban dan

menjaga stabilitas negara, melainkan yang paling pokok dari undang-undang

adalah untuk membimbing masyarakat mencapai keutamaan, sehingga layak

menjadi warga negara dari negara yang ideal. Jadi hukum dan undang-undang

erat kaitannya dengan kehidupan moral dari setiap warga masyarakat.12

Menurut Plato, keadilan dapat terwujud dalam suatu masyarakat bilamana

setiap anggota melakukan secara baik menurut kemampuannya, fungsi yang

sesuai atau yang selaras baginya. Kesamaan dan kesesuaian ini dapat

meletakkan prinsip-prinsip keadilan, karena pada dasarnya hukum harus

menjadi penuntun agar orang dapat mengambil posisi yang adil dengan tetap

memperhatikan kepentingan individunya, dan bertindak proposional sesuai

dengan haknya serta tidak melanggar hukum yang berlaku. Dengan demikian

12 Bahder Johan Nasution, Kajian Filosofis tentang Hukum dan Keadilan dari PemikiranKlasik sampai Pemikiran Modern, Fakultas Hukum Universitas Jambi, Yustisia Vol. 3 No.2 Mei -Agustus 2014, h.6

Page 88: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

78

keadilan sangat berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak dalam

melaksanakan kesepakatan perjanjian sebagai bentuk tanggung jawabnya.

Pertimbangan hakim melalui putusan ini, peneliti menilai bahwa keadilan

dan kebenaran merupakan hal yang utama dalam pertimbangan hakim untuk

memutuskan putusan ini. Kemudian pertimbangan dari Majelis Hakim

Mahkamah Agung mengenai hukuman melalui pembayaran yang kurang dalam

pekerjaan konstruksi pasar dari pengguna jasa kepada penyedia jasa menurut

peneliti sudah cukup untuk memenuhi rasa keadilan bagi kontraktor sebagai

penyedia jasa. Karena kekurangan pembayaran dari pengguna jasa dalam

pekerjaan konstruksi sehingga tepat oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung

pengguna jasa wajib membayarkan biaya pekerjaan konstruksi yang tersisa dan

belum dilakukan, sesuai dengan perjanjian pekerjaan konstruksi yang dibuat.

Apabila dianalisa dari aspek sosiologis, pertimbangan hakim sudah dapat

memberikan pertimbangan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat,

khususnya dalam memenuhi prestasi perjanjian pekerjaan konstruksi. Antara

penyedia jasa sebagai kontraktor dengan pengguna jasa sebagai pemberi tugas,

sama-sama memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi prestasinya. Ketika

hak dan kewajiban tersebut dilanggar, maka para pihak yang melakukan

pelanggaran wajib memberikan tanggung jawab. Oleh karena itu, pertimbangan

hakim yang mengabulkan kekurangan pembayaran dari pengguna jasa sebagai

bentuk pertanggungjawaban kepada penyedia jasa atas pembayaran yang

belum dilakukan dalam pekerjaan konstruksi pasar Ir. Soekarno telah sesuai

dengan nilai-nilai sosial dari masyarakat Indonesia.

Berdasarkan penjelasan diatas, dalam kasus Perjanjian Jasa Konstruksi

antara PT. Ampuh Sejahtera dengan Udy Bintarta sebagai Pejabat Pembuat

Komitmen dalam pembangunan rehabilitasi pasar Ir. Soekarno. Menurut

peneliti, dalam pertimbangan hakim Mahkamah Agung pertanggungjawaban

yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen adalah menyelesaikan

kekurangan pembayaran pekerjaan yang belum dilakukan sebesar Rp

6.214.750.000 terhadap pekerjaan konstruksi kepada PT. Ampuh Sejahtera,

karena pembayaran pekerjaan ini sudah diatur secara detail dalam ketentuan

Page 89: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

79

kontrak kerja konstruksi yang dibuat antara PT. Ampuh Sejahtera dengan

Pejabat Pembuat Komitmen.

Dengan demikian, pertimbangan hakim Mahkamah Agung yang

memberikan hasil putusan Nomor 326 K/Pdt/2016 yang ditetapkan oleh

majelis hakim. Menurut peneliti sudah masuk ke dalam putusan final and

binding yang megikat kedua belah pihak. Berkaitan dengan ini, pelaksanaan

putusan yang dilakukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen yang sudah

melakukan wanprestasi adalah, putusan yang menghukum salah satu pihak

untuk membayar sejumlah uang. Putusan ini juga masuk kedalam putusan

akhir yang bersifat condemnatoir yaitu putusan hakim yang memuat

menghukum salah satu pihak yang berperkara, untuk memenuhi prestasi. Pihak

yang menerima hukum tersebut untuk memenuhi prestasinya dalam perkara ini

adalah Pejabat Pembuat Komitmen Udy Bintarta, yang sudah terbukti telah

dinyatakan oleh majelis hakim melakukan wanprestasi dan diwajibkan untuk

memenuhi prestasi yang belum dilaksanakan kepada PT. Ampuh Sejahtera.

Menurut pendapat peneliti, analisa kasus putusan Nomor 326 K/Pdt/2016

atas perkara wanprestasi Pejabat Pembuat Komitmen Udy Bintarta dalam

perjanjian harga satuan paket pekerjaan konstruksi, harus dilakukan

pembayaran sesuai dengan perjanjian yang sudah memenuhi peraturan

pekerjaan konstruksi yang berlaku, agar permasalahan pekerjaan konstruksi

dalam perjanjian ini dapat terselesaikan. serta kedepannya penyelesaian

perkara dalam penelitian ini memberikan solusi bagi permasalahan pekerjaan

konstruksi dilapangan untuk peristiwa yang serupa.

Page 90: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,

maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaturan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi diatur di dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi serta peraturan

pelaksananya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan dan perubahan-perubahannya yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 59 Tahun 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2015 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2016. Dari Peraturan pelaksanaan

konstruksi ini, dilakukan untuk mengatur pekerjaan konstruksi mengenai

rumusan pekerjaan yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai

pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan, agar dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang termuat dalam peraturan pekerjaan konstruksi yang berlaku,

dan pekerjaan konstruksi pasar Ir. Soekarno ini dapat dilaksanakan dengan

maksimal.

2. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 326

K/Pdt/2016 atas perkara sengketa pada pekerjaan konstruksi pembangunan

pasar Ir. Soekarno kota Sukoharjo antara PT. Ampuh Sejahtera dengan

Pejabat Pembuat Komitmen sesuai dengan peraturan dan fakta dilapangan,

karena berdasarkan pada bukti yang dikemukakan oleh penyedia jasa yakni

PT. Ampuh Sejahtera dipengadilan, Pejabat Pembuat Komitmen memiliki

kekurangan pembayaran dalam pekerjaan konstruksi kepada PT. Ampuh

Sejahtera, kelalaian yang dilakukan Pejabat Pembuat Komitmen dalam

pembayaran pekerjaan konstruksi didasarkan pada Pasal 1238 KUH Perdata.

Kemudian, tanggung jawab yang harus dilakukan Pejabat Pembuat

Komitmen berupa penggantian biaya dari pekerjaan konstruksi yang sudah

dilakukan oleh PT. Ampuh Sejahtera dengan dasar pada peraturan Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mengenai pekerjaan

Page 91: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

81

yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan harus bertanggung jawab

untuk memenuhi pekerjaan tersebut agar sesuai dengan ketentuan dalam

perjanjian. dalam teori keadilan yang dikemukakan oleh Plato bahwa

keadilan dapat terwujud dalam suatu masyarakat bilamana setiap anggota

melakukan secara baik menurut kemampuannya, fungsi yang sesuai atau

yang selaras baginya. Kesamaan dan kesesuaian ini dapat meletakkan

prinsip-prinsip keadilan, karena pada dasarnya hukum harus menjadi

penuntun agar orang dapat mengambil posisi yang adil dengan hak dan

kewajibannya untuk melaksanakan kesepakatan dalam perjanjian sebagai

bentuk tanggung jawabnya. Sehingga putusan hakim Mahkamah Agung

dalam pertimbangannya sudah tepat dalam menerapkan keadilan yang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang diberikan terkait pembahasan dalam skripsi ini yaitu :

1. Perlunya dilakukan pertimbangan serta perhitungan yang lebih matang pada

proyek yang akan dilaksanakan, baik dari alat, bahan dan perkiraan

besarnya biaya, sehingga proyek dapat diselesaikan dengan tepat waktu

sesuai dengan nilai kontrak meskipun dalam pelaksanaannya terdapat

perubahan kontrak. Juga perlu adanya pengawasan dan peran serta anggota

masyarakat dalam pelaksanaan perjanjian jasa pemborongan serta mencegah

adanya penyimpangan terhadap pelaksanaannya.

2. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah dalam merencanakan suatu proyek

pembangunan Pasar agar lebih bijak dalam hal memperhatikan ketersediaan

dana dan pengalokasian Anggaran Daerah.

3. Dalam pelelangan, bagi penyedia jasa agar pada saat serah terima pekerjaan

dari pengguna jasa ke penyedia jasa memperhatikan keberadaan sub

kontraktor ini, dimana penyedia jasa harus memberikan kontrak yang

berkaitan dengan kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dengan sub

kontraktor kepada pengguna jasa.

Page 92: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

82

DAFTAR PUSTAKA

BUKUAli, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 6, Jakarta: Sinar Grafika,

2016.

, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011.

Amari, Mohammad dan Asep N. Mulyana, Kontrak Kerja KonstruksiDalamPerspektif Tindak Pidana Korupsi, Semarang: Aneka Ilmu,2010.

Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif HukumProgresif), Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni,1994.

Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya diBidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Fuady, Munir, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung: CitraAditya Bakti, 1998.

Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Harahap, M. Yahya, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung, PenerbitAlumni, 1986.

Ibrahim, Johny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, JawaTimur: Bayumedia Publishing, 2007.

J.A.Mukumoko, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Jakarta:Gaya Media Pratama, 1986.

Komariah, Hukum Perdata, Malang: Universitas MuhammadiyahMalang, 2002.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta:Liberty, 1986.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2010.

Page 93: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

83

, Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra AdityaBakti 1990.

Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2002.

Prodjodikoro,Wirjono, Azaz-Azaz Hukum Perjanjian, Bandung: SumurBandung,1981.

Raharjo, Hendri, Hukum Perjanjian di Indonesia,Yogyakarta: PustakaYustisia, 2009.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,1982.

, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TinjauanSingkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1979.

, dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita,2000.

, Aneka Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa,1992.

, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 2010.

Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Visimedia,2008.

Sinaga, Budiman, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dariPrespektif Sekretaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Bina Cipta, 1987.

Salim. H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:Sinar Grafika, 2013.

Simamora, Sogar, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan JasaPemerintah di Indonesia, Surabaya: Laksbang Justisia, 2013.

Sutedi, Adrian, Aspek Hukun Pengadaan Barang dan Jasa dan BerbagaiPermasalahannya, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Page 94: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

84

Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, Hukum Bangunan PerjanjianPemborongan Pembangunan, Cet. 1, Yogyakarta: Liberty, 1982.

Toelle, Marthen H, Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa KonstruksiPemerintah di Indonesia. Salatiga: Griya Media, 2011.

Tirtodiningrat, K.R.T.M, Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang,Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika, 1966.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANKitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Perubahan Atas Undang-UndangNomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Kontsruksi.

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Perubahan Atas PeraturanPresiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan JasaKonstruksi.

JURNALDinda, Anna Zatika,Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pelaksanaan

Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2 Sidomulyo kotabaru Antara PT HutamaKarya (Persero) Dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, FakultasHukum Universitas Lampung, 2018.

Johan, Bahder Nasution, Kajian Filosofis tentang Hukum dan Keadilandari Pemikiran Klasik sampai Pemikiran Modern,Fakultas HukumUniversitas Jambi, Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014.

Kevin, Angkouw, Fungsi Mahkamah Agung Sebagai Pengawas InternalTugas Hakim Dalam Proses Peradilan, Fakultas Hukum Unsrat,Jurnal Lex Administratum, Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2014.

Rengkung, Filiberto J.D, Tanggung Jawab Hukum Terhadap PenyediaBarang dan Jasa Dalam Pelaksanaan Jasa KonstruksiBerdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang JasaKonstruksi, Fakultas Hukum Unsrat, Jurnal Lex Crimen Vol.VI/No.9/Nov/2017.

Page 95: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

85

Trianggara, Rizky, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam SerahTerima Bangunan Antara Pengembang Dengan Kontraktor,Universitas Diponegoro, 2013.

Wulandari, Embun Nurani, Implikasi Pemberlakuan Undang-UndangNomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi Terhadap KlausulaPenyelesaian Sengketa Pada Kontrak Kerja Konstruksi diIndonesia, Fakultas Hukum Sebelas Maret, Jurnal Privat Law, Vol.VI No. 2 Juli-Desember 2018.

KAMUSDepartemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

.INTERNET

http://putusan.mahkamahagung.go.id, Putusan MA No. 326 K/Pdt/2016,diakses pada tanggal 28 Maret 2019.

Page 96: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A NNomor 326 K/Pdt/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata pada tingkat kasasi telah memutus sebagai berikut dalam

perkara:

1 UDY BINTARTA, S.H., selaku Pejabat Pembuat Komitmen

pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo tahun anggaran 2012, bertempat tinggal di Jalan

Jaksa Agung R. Suprapto Nomor 13 Sukoharjo, dalam hal ini

memberi kuasa kepada Joko Susanto, S.H.,M.H., Kepala

Kejaksaan Negeri Sukoharjo selaku Pengacara Negara

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Agustus 2015 dan

kuasa subtitusi kepada Titiek Maryani Agustina, S.H dan

kawan-kawan semuanya sebagai Jaksa Pengacara Negara yang

berkantor di Jalan Jaksa Agung R Suprapto Nomor 1 Sukoharjo

berdasarkan Surat Kuasa Subtitusi Nomor: SK-1076/O.3.34/

Gp/08/2015 tanggal 12 Agustus 2015;

2 BUPATI SUKOHARJO, berkedudukan di Jalan Jenderal

Sudirman Nomor 199 Sukoharjo, dalam hal ini memberi kuasa

kepada Joko Susanto, S.H.,M.H., Kepala Kejaksaan Negeri

Sukoharjo selaku Pengacara Negara berdasarkan Surat Kuasa

Khusus Nomor 180/3119/2015 tanggal 12 Agustus 2015 dan

kuasa subtitusi kepada Titiek Maryani Agustina, S.H., dan

kawan-kawan semuanya sebagai Jaksa Pengacara Negara yang

berkantor di Jalan Jaksa Agung R Suprapto Nomor 1 Sukoharjo

berdasarkan Surat Kuasa Subtitusi Nomor: SK-1075/O.3.34/

Gp/08/2015 tanggal 12 Agustus 2015;

Para Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Terbanding I/Pembanding II

dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/Pembanding III;

L a w a n

PT. AMPUH SEJAHTERA, berkedudukan di Jalan Bengawan Solo

Nomor 2A Sukoharjo, diwakili oleh RM. Ary PS Hadikusumo, C.Eng,

selaku Direktur Utama, dalam hal ini memberi kuasa kepada Farida

Halaman 1 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 97: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sulstyani, S.H.,CN.,LL.M., dan kawan-kawan, Advokat, berkantor di

Farida Sulistyani & Partners, beralamat di Jalan Sampit II Nomor 13

Blok B 4 RT.004/RW.006 Kramat Pela, Kebayoran Baru Jakarta

Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 2 September 2015;

Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Pembanding I/Terbanding II;

d a n:

1 KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN KABUPATEN SUKOHARJO,

berkedudukan di Jalan Jaksa Agung R. Suprapto Nomor 13

Sukoharjo;

2 SEKRETARIS DAERAH SUKOHARJO, berkedudukan di

Jalan Jendral Sudirman Nomor 199 Sukoharjo,

3 INDAR YATMOKO, S.T., DIREKTUR PT. DIENG

AGUNG, bertempat tinggal di Jalan Tumpang IV Nomor 19

Semarang,

4 WP.SUKADI, DIREKTUR UTAMA CV. DHARMA

CIPTA, bertempat tinggal di Jalan Veteran Nomor 60

Pandean, Jetis, Sukoharjo;

5 PANITIA PENERIMA HASIL PEKERJAAN

PENGADAAN BARANG/JASA KEGIATAN

REHABILITASI/ PEMELIHARAAN PASAR PEDESAAN

(PEMBANGUNAN PASAR KOTA SUKOHARJO) PADA

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

KABUPATEN SUKOHARJO, TAHUN ANGGARAN

2012, berkedudukan di Jalan Jaksa Agung R. Suprapto Nomor

13 Sukoharjo;

Para Turut Termohon Kasasi dahulu Turut Tergugat I, III, IV, V dan

VI/Turut Terbanding I, III, IV, V dan VI;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Termohon Kasasi dahulu sebagai dahulu Penggugat/Pembanding I/Terbanding II telah

menggugat sekarang Para Pemohon Kasasi dan Para Turut Termohon Kasasi dahulu

sebagai Tergugat/Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding

2

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 98: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

II/Pembanding III dan Turut Tergugat I, III, IV, V dan VI/Turut Terbanding I, III, IV, V

dan VI di muka persidangan Pengadilan Negeri Sukoharjo pada pokoknya atas dalil-

dalil:

1 Bahwa berdasarkan Berita Acara Nomor 135/PBJ-Disperindag/V/2012

Tanggal 24 Mei 2012 tentang Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)

Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo, PT. Ampuh Sejahtera/Penggugat

ditetapkan sebagai calon pemenang dengan Nilai Penawaran Terkoreksi

sebesar Rp24.859.000.000,00. Selanjutnya di dalam Layanan Pengadaan

Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Sukoharjo, Penggugat ditetapkan

sebagai pemenang lelang pembangunan Pasar Kota Sukoharjo.

2 Bahwa pada tanggal 12 Juni 2012 antara Penggugat/RM Ary PS

Hadikusumo, C.Eng selaku Direktur Utama PT Ampuh Sejahtera dengan

Tergugat/Udy Bintarta, S.H., selaku Pejabat Pembuat Komitmen Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo sesuai Surat

Keputusan Pengangkatan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo Nomor 870/36.3/2012 tanggal 7 Januari 2012, yang

bertindak untuk dan atas nama Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo, telah menandatangani Surat Perjanjian Harga

Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan

Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota Sukoharjo

Nomor 602.3/638/VI/2012 yang diketahui oleh Kepala Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I;

3 Bahwa pada tanggal 13 Juni 2012, Kepala Sub Bagian Program Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo selaku Pejabat

Pembuat Komitmen/Tergugat menerbitkan Surat Nomor 602.3/666/

VI/2012 Perihal: Penyerahan Lapangan/Lokasi Pekerjaan, yang ditujukan

kepada Penggugat, dalam surat tersebut dinyatakan:

• Menyerahkan seluruh lapangan/lokasi dan bagian-bagiannya

kepada penyedia jasa untuk dimanfaatkan, dijaga dan dipelihara

dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan pekerjaannya;

• Penyedia jasa bertanggungjawab penuh dalam hal keselamatan

dan keamanannya terhadap seluruh lapangan/lokasi dan bagian-

bagiannya yang telah diserahkan;

3

Halaman 3 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 99: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Segala sesuatu yang timbul akibat pelaksanaan di lapangan/

lokasi pekerjaan tersebut menjadi tanggungjawab penyedia;

Bahwa dengan demikian terhitung sejak tanggal 13 Juni 2012, lokasi Pembangunan

Pasar Kota Sukoharjo berada di bawah penguasaan dan tanggungjawab Penggugat

dan sampai dengan diajukannya gugatan ini, lokasi pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo belum diserahterimakan kembali kepada Tergugat, dengan demikian

masih menjadi hak Penggugat;

4 Bahwa Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan oleh Tergugat

pada tanggal 14 Juni 2012, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 195

(seratus sembilan puluh lima) hari kalender;

5 Bahwa pada tanggal 21 Juni 2012, telah dilaksanakan uizet lapangan

bersama Konsultan Perencana/Turut Tergugat V, Konsultan Pengawas/

Turut Tergugat IV, Disperindag dan Penggugat, dengan hasil di bagian

Gedung B lokasi lahan tidak mencukupi (kondisi lapangan tidak sesuai

dengan gambar perencanaan), terbukti bahwa gambar perencanaan di

awal sebelum pelaksanaan fisik pekerjaan di lapangan tidak dapat

diterapkan;

6 Bahwa sejak awal pelaksanaan pekerjaan pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo tersebut telah terjadi keterlambatan yang disebabkan adanya

Peristiwa Kompensasi sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat Umum

Kontrak (SSUK) klausul 59.1.c dan klausul 59.1.f. Atas kelalaian

maupun kesalahan dari Tergugat tersebut, Penggugat sudah melakukan

upaya baik secara lisan maupun tertulis;

7 Bahwa Peristiwa Kompensasi sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat

Umum Kontrak (SSUK) klausul 59.1.c dan klausul 59.1.f, yaitu:

• PPK tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/atau

instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan;

• PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;

sedangkan kedua hal di atas sangat mempengaruhi dimulai, dilaksanakan dan

diselesaikannya pekerjaan pembangunan pasar, mengingat:

a Bahwa gambar kerja yang ada dalam Dokumen Lelang

tidak jelas dan tidak bisa dijadikan dasar pelaksanaan

pekerjaan di lapangan secara maksimal;

4

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 100: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Ini menunjukan bukti awal permulaan bahwa di awal pelaksanaan pekerjaan di

lapangan, pekerjaan tidak bisa dilaksanakan secara simultan bersamaan sehingga

jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah disepakati juga belum bisa secara

maksimal dilaksanakan;

b Bahwa sepatutnya Penggugat diberikan perhitungan

kekuatan konstruksi karena Penggugat yang melaksanakan

pekerjaan konstruksinya, dengan melihat kenyataan bahwa

Penggugat belum diberi perhitungan kekuatan konstruksi

membuat Penggugat khawatir terhadap kekuatan

konstruksinya. Meskipun Penggugat sudah mengajukan

surat mengenai hal tersebut, akan tetapi Penggugat tidak

mendapatkan jawaban/ tanggapan dari Tergugat;

c Bahwa pada 9 (sembilan) hari kalender setelah SPMK

diterbitkan, Penggugat telah menyampaikan surat kepada

Tergugat perihal Kelengkapan Gambar Proyek

Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo;

Bahwa Penggugat menyampaikan kepada Tergugat agar segera diberikan

Gambar Detail Penulangan yang belum ada di gambar kerja yang ada dalam

Dokumen Lelang, yaitu:

- Detail Pembesian Sloof Struktur;

- Detail Pembesian Sloof Praktis;

- Detail Pembesian ring+kolom praktis;

Detail Penulangan Sloof Struktur ini sangat penting karena Penggugat tidak akan

bisa mulai kerja apabila tidak dilaksanakan lebih dulu karena mengikat kaki

kekuatan struktur dan dibawah harus dikerjakan terlebih dulu. Hal ini

membuktikan, bahwa Pekerjaan Penulangan ini tidak bisa dikerjakan secara

simultan bersamaan dan juga tidak bisa memenuhi jadwal pelaksanaan

pekerjaan. Surat Penggugat inipun tidak mendapatkan jawaban/tanggapan dari

Tergugat;

d Bahwa pada 13 (tiga belas) hari kalender setelah SPMK

diterbitkan atau sampai dengan tanggal 27 Juni 2012,

Penggugat belum mendapat jawaban dari Tergugat

sehingga Penggugat menyampaikan surat yang isinya

meminta jawaban atas surat-surat yang telah dikirimkan

5

Halaman 5 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 101: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kepada Penggugat, sedangkan waktu yang tersisa tinggal 5

(lima) bulan;

e Bahwa pada 36 (tiga puluh enam) hari kalender setelah

SPMK diterbitkan, Penggugat menyampaikan surat

kepada Tergugat terkait dengan kelengkapan administrasi;

Bahwa Penggugat untuk kesekian kalinya minta kepada Tergugat kekurangan-

kekurangan gambar, yang membuat pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak

maksimal. Surat Penggugat ini tidak mendapatkan jawaban/tanggapan dari

Tergugat;

f Bahwa pada 44 (empat puluh empat) hari kalender setelah

SPMK diterbitkan, Penggugat menyampaikan surat

kepada Tergugat, perihal Permintaan Perhitungan

Kekuatan Struktur, bahwa surat Penggugat ini menyusuli

surat Penggugat sebelumnya, bahwa Perhitungan

Kekuatan Struktur (konstruksi) sangat penting bagi

Penggugat sebagai pelaksana karena Penggugat harus

mengetahui kekuatan struktur yang sebenarnya, sangat

berbahaya kalau Penggugat sebagai pelaksana tidak

mengetahui kekuatan struktur yang sebenarnya dan

Perhitungan Kekuatan Struktur merupakan salah satu

persyaratan pengajuan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).

Surat Penggugat ini tidak mendapatkan jawaban/

tanggapan dari Tergugat;

g Bahwa pada pertengahan bulan Agustus 2012 Konsultan

Perencana/ Turut Tergugat V menyampaikan kepada

Penggugat, Buku Perhitungan Kekuatan Konstruksi yang

di dalamnya belum ada perhitungan kekuatan baja;

h Bahwa 103 (seratus tiga) hari kalender setelah SPMK

diterbitkan, tepatnya pada tanggal 25 September 2012

diselenggarakan Rapat Evaluasi Pelaksanaan

Pembangunan Pasar “Ir. Soekarno” di ruang rapat Bupati

Sukoharjo, dipimpin oleh Bupati Sukoharjo/Turut

Tergugat II, dalam rapat tersebut diakui oleh Konsultan

Perencana/Turut Tergugat V:

6

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 102: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• adanya kekurangan-kekurangan gambar yang akan dilengkapi paling lambat pada

tanggal 29 September 2012;

• Pagu Anggaran 27 M yang ditawar oleh Penggugat/ PT. Ampuh Sejahtera sebesar

Rp24.859.000.000,00 – Pagu Anggaran 27 M belum selesai secara keseluruhan

dalam artian bangunan pasar belum bisa berfungsi dan masih banyak sekali

pekerjaan yang belum bisa berfungsi walaupun Penggugat sudah selesai total 100

% sesuai kontrak;

• Dalam pelaksanaan terjadi perubahan-perubahan signifikan;

• Memperlihatkan gambar-gambar yang sedang/sudah direvisi;

Dalam rapat tersebut Penggugat/PT. Ampuh Sejahtera menyampaikan:

• Akumulasi kelambatan pekerjaan di lapangan sejak awal pelaksanaan pekerjaan

dikarenakan gambar yang tidak jelas dan tidak lengkap, sehingga tidak bisa

segera dilaksanakan secara simultan bersamaan dan tidak bisa memenuhi jadwal

pelaksanaan pekerjaan, sedangkan waktu yang tersisa 92 (sembilan puluh dua)

hari kalender, ini bukanlah kesalahan/kelalaian PT. Ampuh Sejahtera/Penggugat;

- Gambar yang dijadikan pedoman di lapangan merupakan gambar yang

disusulkan kemudian, setelah diminta oleh Penggugat;

Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II menegaskan:

• Kunci ada di Konsultan Perencana/Turut Tergugat V;

• Konsultan Perencana/ Turut Tergugat V harus secepatnya melengkapi gambar-

gambar yang kurang;

• Kontraktor diminta untuk bekerja sesuai kaidah tehnis;

Bahwa dari hasil rapat tersebut terbukti bahwa keterlambatan pelaksanaan

pekerjaan di lapangan bukan disebabkan karena kesalahan/kelalaian Penggugat;

a Bahwa pada 107 (seratus tujuh) hari kalender setelah

diterbitkan SPMK, atau tepatnya pada tanggal 29

September 2012 tercatat dalam Buku Direksi bahwa CV.

Dharma Cipta selaku Konsultan Perencana/Turut Tergugat

V, menyerahkan gambar revisi (detail-detail gambar)

sebanyak 80 lembar kepada Penggugat;

Bahwa dari 80 lembar gambar yang diserahkan Konsultan Perencana/ Turut

Tergugat V tersebut, terdapat 51 lembar gambar yang semula belum ada dalam

Dokumen Pengadaan yang dijadikan dasar pelelangan. Bahwa setelah Penggugat

mencermati gambar-gambar detail yang telah diserahkan oleh Konsultan

7

Halaman 7 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 103: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Perencana/Turut Tergugat V tersebut, ternyata gambar susulan tersebut tetap

belum lengkap;

b Bahwa Penggugat menyampaikan surat kepada Kepala

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo/Turut Tergugat I dengan Nomor 1163/AMPS/

SKH/I/2013 Tanggal 4 Januari 2013, yang ditembuskan

kepada Tergugat, yang isinya menjelaskan bahwa masih

terdapat pekerjaan-pekerjaan yang tidak jelas dan akan

membuat pembangunan pasar tidak nyaman, antara lain:

• Plafon lantai 2 tidak bisa dilaksanakan, apabila tidak ditambah gantungan-

gantungan untuk memperkuat rangka plafond dan tidak ada di gambar detail

bentangannya dan juga warna catnya belum ditentukan;

• Perkuatan railing tangga dan balkon yang terlalu panjang bentangannya dan juga

warna catnya belum ditentukan;

• Detail talang jurai tidak ada sehingga belum dikerjakan (padahal jurai

menentukan kebocoran dan penyelesaian atap) dan anggarannya juga tidak ada;

• Akhiran plafon pada teras juga tidak ada beton stop plafonnya;

• Adanya sumur yang sesuai gambar ada kios/losnya, namun tidak ada yang berani

mengerjakan, konon katanya “angker“;

Surat Penggugat ini tidak mendapatkan tanggapan/jawaban dari Tergugat dan

Turut Tergugat I, dengan tidak adanya jawaban maupun tanggapan atas hal

tersebut, mengakibatkan Penggugat tidak bisa bekerja secara simultan/

bersamaan dengan cepat;

a Bahwa terdapat permasalahan, adanya sumur yang sesuai

gambar ada kios/losnya, sehingga tidak ada yang berani

mengerjakan, konon katanya “angker“. Kepala Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/

Turut Tergugat I melakukan peninjauan ke lapangan dan

memberikan arahan, sebagai berikut:

Di karenakan situasi dan kondisi serta masih dikeramatkan sumur tua tersebut,

diputuskan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo/Turut Tergugat I, antara lain:

• Menghilangkan pekerjaan 2 kios yang tepat berada pada lokasi sumur tua

tersebut;

8

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 104: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Merapikan lokasi di sekitar sumur tua tersebut;

• Dinas akan memfungsikan sumur tersebut sebagai tempat sumber air untuk

kegiatan pasar;

Bahwa dari kejadian tersebut, maka terbukti terdapat kendala yang menyebabkan

terhambat dan berakibat terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan di

lapangan, yang terjadi bukan karena kesalahan/ kelalaian Penggugat;

a Bahwa pada Notulen Rapat Monitoring dan Evaluasi

tanggal 5 September 2012, Tergugat dan Konsultan

Perencana/ Turut Tergugat V, mengakui bahwa

ketidakjelasan/kekurangan gambar sebagai penyebab

keterlambatan pekerjaan;

b Bahwa pada tanggal 15 September 2012 dalam Buku

Direksi CV. Dharma Cipta selaku Konsultan Perencana/

Turut Tergugat V memerintahkan pekerjaan bangunan B

untuk lantai 3 ditunda (sampai plat lantai 2 aja), dengan

demikian untuk pekerjaan lain di bangunan B, yaitu

fabrikasi besi untuk kolom, pengecoran beton dan

pekerjaan begesting belum bisa Penggugat laksanakan

sehingga jadwal pelaksanaan yang ada tidak dapat

terpenuhi;

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 2012 CV. Dharma Cipta selaku Konsultan

Perencana/Turut Tergugat V memerintahkan Pekerjaan bangunan B bisa

dilanjutkan kembali. Hal ini menimbulkan permasalahan baru terkait schedule

pengecoran dari produsen beton (ready mix), sehingga jadwal menjadi terlambat

dan jadwal pengaturan pengecoran berubah semua, dengan adanya penundaan

tersebut, Penggugat kehilangan waktu selama 27 (dua puluh tujuh) hari kalender

untuk mengerjakan bangunan B. Hal ini merupakan bukti, bahwa keterlambatan

pekerjaan dan penyelesaian pembangunan pasar bukanlah karena adanya

kesalahan/Kelalaian Penggugat;

8 Bahwa dampak adanya Peristiwa Kompensasi diatur dalam SSUK

Klausul 26.3. ditentukan, bahwa Jika keterlambatan tersebut semata-mata

disebabkan oleh Peristiwa Kompensasi maka PPK dikenakan kewajiban

pembayaran ganti rugi;

Bahwa dengan uraian sebagaimana dalam dalil gugatan angka 7, maka jelas

terdapat Peristiwa Kompensasi, dengan demikian Penggugat berhak untuk menuntut

9

Halaman 9 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 105: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan mendapatkan pembayaran ganti rugi karena Peristiwa Kompensasi dari

Tergugat tersebut;

9 Bahwa pada tanggal 6 November 2012 telah dilakukan Penandatanganan

Adendum Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012 (CCO) antara

Penggugat dengan Tergugat diketahui Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I. Telah disepakati

bersama antara Tergugat, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I, Konsultan Pengawas/Turut

Tergugat IV, Konsultan Perencana/Turut Tergugat V dan Penggugat

bahwa nantinya akan disusul dengan Adendum Kontrak Kedua (CCO2)

yang akan diberi tanggal 26 Desember 2012 dengan kelengkapan

administrasinya. Oleh karena itu pekerjaan dilapangan setelah tanggal 6

November 2012 disesuaikan dengan draf CCO2 yang selalu dibahas

secara intensif oleh Penggugat, Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV

dan Konsultan Perencana/Turut Tergugat V;

Bahwa salah satu bukti pekerjaan setelah tanggal 6 November 2012 mengacu pada

draf CCO2 adalah, pada tanggal 1 Februari 2013 Konsultan Perencana/ Turut

Tergugat V dan Konsultan Pengawas/ Turut Tergugat IV menyampaikan Gambar

Perubahan dan Gambar Susulan yang mendasarkan draf CCO2 kepada Penggugat,

yaitu antara lain:

• Gambar susulan Rencana Penggantung Plafon;

• Perubahan Gambar Penutup GRC;

• Perubahan Gambar Ikatan Angin;

• Perubahan Gambar Atap.;

Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, pada tanggal 1 Februari 2013 masih

ada Gambar Perubahan dan Gambar Susulan. Hal tersebut jelas mengakibatkan

Penggugat tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu;

1 Bahwa pada tanggal 26 Desember 2012, yaitu tanggal habisnya jangka

waktu pelaksanaan pekerjaan Tergugat tidak menerbitkan dasar apapun

untuk kelanjutannya, namun dalam rapat koordinasi Tergugat dan Kepala

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut

Tergugat I dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV secara lisan

memerintahkan dan/atau menginstruksikan kepada Penggugat untuk tetap

melanjutkan pekerjaan di lapangan, dengan adanya instruksi tersebut dan

10

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 106: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

diikuti dengan niat baik dari Penggugat, maka Penggugat bekerja untuk

dapat segera menyelesaikan pekerjaan demi Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo dan rakyat khususnya para pedagang yang akan menempati

pasar;

2 Bahwa pada periode setelah tanggal 26 Desember 2012, Penggugat

secara lisan dalam rapat-rapat koordinasi bersama dengan Tergugat dan

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut

Tergugat I dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV serta Konsultan

Perencana/ Turut Tergugat V, diminta untuk meneruskan pekerjaan di

lapangan dengan mendasarkan pada Rencana CCO2 yang seringkali pula

dilakukan pembahasan secara intensif bersama dengan Konsultan

Pengawas/Turut Tergugat IV dan Konsultan Perencana/Turut Tergugat

V. Pembahasan secara intensif dan rapat-rapat koordinasi tersebut

merupakan dasar bagi Penggugat untuk melaksanakan dan menyelesaikan

pembangunan;

3 Bahwa Perubahan Lingkup Pekerjaan Kedua Rencana Anggaran Tambah

Kurang telah ditandatangani oleh Konsultan Perencana/Turut Tergugat V

dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV. Hal ini membuktikan bahwa

CCO2 sudah dilaksanakan namun anehnya Tergugat, Kepala Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I

serta PPHP/Turut Tergugat VI sampai dengan hari ini belum menanda

tangani CCO 2 tersebut. Di dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)

Klausul 14.3 disebutkan bahwa dalam melaksanakan kewajibannya,

Pengawas Pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan PPK. Jika

tercantum dalam SSKK, Pengawas Pekerjaan dapat bertindak sebagai

wakil sah PPK. Dengan demikian secara hukum Tergugat tidak dapat

secara sepihak mengingkari yang sudah dilakukan oleh Konsultan

Pengawas/Turut Tergugat IV;

4 Bahwa pada tanggal 3 Januari 2013, Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II

menerbitkan surat Nomor 900/023/2013 perihal mohon persetujuan

mendahului Perubahan APBD 2013, yang ditujukan kepada Ketua

DPRD Kabupaten Sukoharjo:

Dinyatakan dalam surat tersebut, minta kepada DPRD untuk menyetujui dana

sebesar Rp6.214.750.000,00 untuk membiayai sisa pekerjaan fisik pasar sebesar

25%.

11

Halaman 11 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 107: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Surat Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II tersebut membuktikan bahwa pada saat

itu tidak ada anggaran untuk pekerjaan fisik pasar, namun pekerjaan di lapangan

diteruskan meskipun anggaran untuk itu baru diajukan. Hal tersebut jelas diketahui

baik oleh Tergugat, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo/Turut Tergugat I, Bupati Sukoharjo/ Turut Tergugat II dan Sekretaris

Daerah Sukoharjo/Turut Tergugat III;

5 Bahwa 2 (dua) hari setelah rapat koordinasi tanggal 11 Februari 2013,

tepatnya pada tanggal 13 Februari 2013, Penggugat menerima Surat

Tergugat Nomor 870/1494.1/XII/2012 tertanggal 22 Desember 2012

perihal Pemberian Kesempatan Menyelesaikan Pekerjaan, yang

ditembuskan kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo/Turut Tergugat I dan Konsultan Pengawas/Turut

Tergugat IV. Didalam surat dinyatakan pemberian kesempatan selama 50

(lima puluh) hari terhitung mulai tanggal 26 Desember 2012 sampai

dengan tanggal 13 Februari 2013. Surat diberikan kepada Penggugat pada

tanggal 13 Februari 2013 namun surat Penggugat tersebut tertulis

tertanggal 22 Desember 2012. Hal ini jelas merupakan perbuatan yang

tidak sepatutnya menurut hukum, yang dilakukan oleh Tergugat;

Bahwa surat Tergugat tersebut sama sekali tidak berdasar hukum karena di dalam

surat tersebut dinyatakan:

a Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2012;

Pada kenyataannya tidak dikenal adanya Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 54 Tahun 2012, dengan demikian surat tersebut mengacu pada peraturan

yang tidak ada;

b Sesuai dengan Adendum Kontrak Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012

tanggal 6 Nopember 2012, ini addendum CCO1. Pada saat surat tersebut

diterima Penggugat, yaitu pada tanggal 13 Februari 2013 pekerjaan

dilapangan telah berjalan dan mengacu pada draft CCO2 yang telah

dibahas bersama, serta berulangkali dengan Konsultan Perencana/Turut

Tergugat V dan Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV dan juga telah

ditandatangani oleh Konsultan Perencana/Turut Tergugat V dan

Konsultan Pengawas/Turut Tergugat IV;

Dengan mendasarkan pada substansi surat Tergugat tersebut yang memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan selama 50 (lima puluh) hari kalender

12

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 108: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan karena diberikan kepada Penggugat pada tanggal 13 Februari 2013, maka

pemberian kesempatan selama 50 (lima puluh) hari kalender dimaksud

seharusnya terhitung sejak tanggal 13 Februari 2013;

6 Bahwa pada tanggal 20 Februari 2013 Penggugat menerima Surat

Tergugat Nomor 870/225/II/2013 tanggal 20 Pebruari 2013, perihal

Penghentian Pekerjaan Pembangunan Pasar Sukoharjo;

7 (tujuh) hari kalender setelah secara resmi Penggugat menerima surat pemberian

kesempatan selama 50 (lima puluh) hari kalender untuk menyelesaikan pekerjaan,

Penggugat diberi surat penghentian pekerjaan tertanggal 20 Februari 2013. Hal ini

jelas tidak berdasar hukum, mengingat dalam surat tertanggal 20 Februari 2013

tersebut, dinyatakan bahwa pemberian kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan

pembangunan Pasar Sukoharjo selama 50 (lima puluh) hari berakhir tanggal 13

Pebruari 2013. Tanggal 13 Februari 2013 adalah tanggal yang bersamaan dengan

tanggal Penggugat menerima surat pemberian kesempatan menyelesaikan pekerjaan

tertanggal 22 Desember 2012;

7 Bahwa berdasarkan Surat Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan

Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan

Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal

12 Juni 2012, pada Termyn III Tergugat berkewajiban membayar

Penggugat sebesar Rp4.971.800.000,00 (empat miliar sembilan ratus

tujuh puluh satu juta delapan ratus ribu rupiah). Namun faktanya termyn

III yang dapat Penggugat cairkan tidak bisa sebesar Rp4.971.800.000,00

akan tetapi hanya bisa sebesar Rp3.728.850.000,00 (tiga miliar tujuh

ratus dua puluh delapan juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah).

Penggugat sangat terpaksa menerima pencairan termyn III sebesar

Rp3.728.850.000,00. Oleh karena itu masih terdapat kekurangan

pembayaran untuk termyn ke III sebesar Rp1.242.950.000,00 Jelas

Penggugat menderita kerugian sebesar Rp1.242.950.000,00;

Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, Tergugat telah melakukan

wanprestasi;

8 Bahwa pencairan termyn III (dalil gugatan angka 16) didasarkan pada

Laporan Minggu Kedua Puluh Delapan Periode Tanggal 16 Desember

2012 – 20 Desember 2012 dengan bobot fisik 80,071 %;

13

Halaman 13 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 109: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa selain itu, pekerjaan yang telah dikerjakan oleh Penggugat selama 6 (enam)

hari kalender terhitung sejak tanggal 21 Desember 2012 – 26 Desember 2012, juga

belum dibayar oleh Tergugat;

Bahwa pekerjaan mulai tanggal 27 Desember 2012 sampai dengan pekerjaan selesai

100 % sesuai Kontrak, juga belum dibayar oleh Tergugat dan hal ini diketahui juga

oleh Kepala Dinas Perindusrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo/Turut

Tergugat I, Bupati Sukoharjo/Turut Tergugat II dan Sekretaris Daerah Sukoharjo/

Turut Tergugat III, meskipun Penggugat sudah mengajukan surat tagihan/somasi

dan meminta dilakukan pembayaran;

Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, Tergugat telah melakukan

wanprestasi;

Bahwa adapun total pembayaran yang belum dilakukan oleh Tergugat kepada

Penggugat adalah sebesar Rp6.214.750.000,00 (termasuk kekurangan pembayaran

untuk termyn ke III sebesar Rp1.242.950.000,00), sebagaimana permintaan Bupati

Sukoharjo/Turut Tergugat II kepada DPRD Kabupaten Sukoharjo (dalil gugatan

angka 13);

9 Bahwa sesuai dan menunjuk SSUK klausul 61.3.b dan klausul 61.3.d,

Tergugat berkewajiban membayar bunga dari nilai tagihan yang

terlambat dibayar;

10 Bahwa sesuai dan menunjuk SSUK klausul 59.1.b, keterlambatan

pembayaran adalah merupakan Peristiwa Kompensasi, oleh karena itu

berdasarkan SSUK klausul 59.2, Tergugat berkewajiban membayar ganti

rugi;

11 Bahwa sampai dengan diajukannya gugatan ini, Tergugat tetap tidak

melaksanakan kewajibannya untuk membayar kepada Penggugat,

sehingga Tergugat melakukan wanprestasi. Atas perbuatan wanprestasi

Tergugat tersebut, maka Penggugat sangat dirugikan. Sesuai dan

menunjuk pada SSUK klausul 59.1.c dan klausul 59.1.f peristiwa

kompensasi yang mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan

serta klausul 59.1.b, keterlambatan pembayaran adalah merupakan

Peristiwa Kompensasi, oleh karena itu berdasarkan SSUK klausul 26.3,

klausul 59.2, klausul 61.3.b dan klausul 61.3.d jo Pasal 1243

KUHPerdata, Tergugat berkewajiban membayar ganti rugi, bunga dan

denda segera setelah perkara ini diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Sukoharjo;

14

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 110: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Adapun kerugian yang dialami Penggugat adalah, sebagai berikut:

i. Kerugian Materiil:

• Kekurangan pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 yang harus dibayar

Tergugat kepada Penggugat segera setelah putusan ini dibacakan;

• Mengingat pembayaran tersebut seharusnya sudah Penggugat terima,

dan dana tersebut adalah untuk kegiatan usaha, maka patut dan wajar,

apabila terhadap Tergugat dihukum untuk membayar bunga sebesar 4%

perbulan dari jumlah kekurangan pembayaran sebagaimana tersebut di

atas, terhitung sejak bulan Februari 2013 sampai dengan dana tersebut

diterima oleh Penggugat;

• Ganti rugi Peristiwa Kompensasi sebesar Rp10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah), yang harus dibayar Tergugat kepada Penggugat

segera setelah putusan ini dibacakan;

ii. Kerugian Immateriil:

Bahwa Penggugat sebagai kontraktor yang sudah cukup punya nama sangat

terpukul, kecewa dan dirugikan atas tindakan dari Tergugat. Oleh karena itu

patut dan wajar apabila Tergugat dihukum untuk membayar kerugian immateriil

kepada Penggugat sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), segera

setelah putusan ini dibacakan;

12 Bahwa pada tanggal 28 Desember 2012, merupakan tanggal habisnya

masa berlaku Jaminan Pelaksanaan, Tergugat tidak menerbitkan dasar

untuk dapat dilakukan Perpanjangan Jaminan Pelaksanaan dan/atau

Tergugat tidak menerbitkan dasar untuk dapat memperpanjang Jaminan

Pelaksanaan, yaitu Addendum Perpanjangan Waktu Pelaksanaan;

Bahwa Jaminan Pelaksanaan berupa Garansi Bank Nomor PEL/10301206 yang

diterbitkan oleh Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Sukoharjo,

terhitung sejak tanggal 29 Desember 2012 sudah tidak berlaku lagi. Oleh karena itu

sudah sepatutnya menurut hukum, Warkat Asli Jaminan Pelaksanaan Nomor

PEL/10301206 yang diterbitkan oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah

Cabang Sukoharjo dengan nilai jaminan sebesar Rp1.242.950.000,00 tertanggal 12

Juni 2012 tersebut diserahkan kembali kepada Penggugat;

Akan tetapi sampai dengan diajukannya gugatan ini, Tergugat tidak menyerahkan

warkat jaminan pelaksanaan yang asli kepada Penggugat. Perbuatan Tergugat

tersebut jelas merugikan Penggugat;

15

Halaman 15 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 111: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Untuk itu Penggugat mohon agar kepada Tergugat dikenakan dwangsom, untuk

setiap hari Tergugat tidak menyerahkan kembali warkat asli jaminan pelaksanaan

tersebut sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)/ perhari, terhitung sejak

perkara ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap sampai Tergugat menyerahkan

kembali warkat asli jaminan pelaksanaan dimaksud kepada Penggugat;

13 Bahwa oleh karena gugatan Penggugat ini didasarkan pada bukti-bukti

otentik yang sah dan tidak dapat disangkal kebenarannya sehingga

memenuhi ketentuan Pasal 180 HIR, maka Penggugat mohon agar

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo dapat menjatuhkan putusan

yang dapat dilaksanakan lebih dahulu (uit voorbaar bij voorraad),

walaupun Tergugat melakukan banding, kasasi, maupun PK;

Permohonan Provisi:

a Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah

adanya perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh

Tergugat, sebagaimana telah didalilkan pada gugatan di

atas;

b Bahwa adalah fakta yang tidak terbantahkan, Tergugat

telah menyerahkan sepenuhnya lokasi Pembangunan

Pasar Kota “Ir. Soekarno” Sukoharjo kepada Penggugat,

dengan demikian lokasi Pembangunan Pasar Kota “ Ir.

Soekarno” Sukoharjo sepenuhnya merupakan hak dari

Penggugat (dalil gugatan angka 3);

c Bahwa pada faktanya masih terdapat sengketa antara

Penggugat dengan Tergugat, yaitu Tergugat belum

membayar pekerjaan yang telah dikerjakan oleh

Penggugat sebesar Rp6.214.750.000,00;

d Bahwa oleh karena itu patut dan wajar, permohonan

provisi dari Penggugat yang mohon untuk

Pembangunan Pasar Kota “Ir. Soekarno” Sukoharjo

tidak dilanjutkan pembangunannya sampai dengan

perkara a quo mempunyai kekuatan hukum yang tetap;

e Menghukum Tergugat membayar dwangsom sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari

Tergugat tidak melaksanakan putusan sela terkait

dengan permohonan Provisi;

16

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 112: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada Pengadilan

Negeri Sukoharjo agar memberikan putusan sebagai berikut:

Mengadili:

Dalam Provisi:

• Mengabulkan Permohonan Provisi yang diajukan

Penggugat;

• Menyatakan Pembangunan Pasar Kota “Ir. Soekarno”

Sukoharjo tidak dilanjutkan pembangunannya, sampai

dengan perkara a quo mempunyai kekuatan hukum yang

tetap;

• Menghukum Tergugat membayar dwangsom sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari

Tergugat tidak melaksanakan putusan sela terkait dengan

permohonan Provisi;

Dalam Pokok Perkara:

1 Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2 Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi;

3 Memerintahkan Tergugat dan Turut Tergugat I serta Turut Tergugat VI untuk

menandatangani CCO2;

4 Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian materiil dan immateril kepada

Penggugat Rekonvensi:

Kerugian materiil berupa:

a kekurangan pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 segera setelah

putusan ini dibacakan;

b membayar bunga sebesar 4% perbulan dari kekurangan pembayaran

tersebut, terhitung sejak bulan Februari 2013 sampai dengan dana

tersebut diterima oleh Penggugat;

c Membayar ganti rugi Peristiwa Kompensasi sebesar

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), segera setelah putusan ini

dibacakan;

Kerugian immateriil:

Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat kerugian immateriil

sebesar Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) segera setelah putusan ini

dibacakan;

17

Halaman 17 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 113: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

5 Memerintahkan Tergugat untuk tidak melanjutkan pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo sebelum membayar kekurangan pembayaran kepada Penggugat

sebesar Rp6.214.750.000,00;

6 Memerintahkan Tergugat untuk mengembalikan warkat Asli Jaminan

Pelaksanaan kepada Penggugat yang sepatutnya harus dikembalikan kepada

Penggugat, segera setelah Putusan ini dibacakan;

7 Menghukum Tergugat membayar dwangsom untuk setiap hari Tergugat tidak

menyerahkan kembali warkat asli jaminan pelaksanaan tersebut sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)/perhari kepada Penggugat, terhitung sejak

perkara ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sampai Tergugat

menyerahkan kembali Warkat Asli Jaminan Pelaksanaan kepada Penggugat;

8 Memerintahkan Turut Tergugat I sampai dengan Turut Tergugat VI untuk

tunduk dan patuh pada putusan dalam perkara ini;

9 Menyatakan keputusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun Tergugat

menggunakan upaya hukum banding, kasasi, maupun PK (uit voorbaar bij

voorraad);

Atau apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo yang memeriksa,

mengadili dan memutus perkara ini berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex

aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat dan Turut Tergugat I, II,

III mengajukan eksepsi dan gugatan balik (rekonvensi) pada pokoknya atas dalil-dalil

sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:

Bahwa sebelum Tergugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dan Turut Tergugat III

menanggapi atas dalil-dalil gugatan Penggugat dalam pokok perkara, maka terhadap

gugatan yang Penggugat sampaikan perlu kiranya Tergugat, Turut Tergugat I, Turut

Tergugat II dan Turut Tergugat III sampaikan eksepsi sebagai berikut:

1 Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam membuat gugatan adalah tidak cermat

dan tidak lengkap, sehingga gugatan yang diajukan oleh Penggugat mengandung

cacat formil dan memperlihatkan kesalahan subjek hukum atau error in persona.

Selain itu Penggugat dalam gugatannya memperlihatkan adanya Plurium Litis

Consurtium. Dengan ketidakcermatan dalam penyebutan subjek gugatan

tersebut, maka hal itu berakibat pada kekeliruan dalam menyebut subjek gugatan

(error in persona). Sehingga, menurut Tergugat, Turut Tergugat I, Turut

18

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 114: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tergugat II dan Turut Tergugat III gugatan Penggugat sudah selayaknya ditolak

atau setidaknya gugatan tidak diterima;

2 Bahwa dalam perihal gugatan, Penggugat menyatakan gugatan diajukan karena

terjadinya tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat, namun demikian

menurut Tergugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dan Turut Tergugat III,

tindakanTergugat merupakan tindakan yang benar sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, sebaliknya justru Penggugat yang melakukan

wanprestasi karena Penggugat tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikan oleh

Penggugat sendiri (non adempleti contractus). Mendasarkan hal tersebut, maka

menurut Tergugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dan Turut Tergugat III

sudah selayaknya apabila gugatan Penggugat ditolak atau setidaknya gugatan

tidak diterima;

Dalam Rekonvensi:

1 Dalam jawaban gugatan ini, selanjutnya kedudukan Tergugat Konvensi mohon

disebut sebagai Penggugat Rekonvensi I dan Turut Tergugat I Konvensi disebut

sebagai Penggugat Rekonvensii ll yang untuk selanjutnya keduanya disebut

Penqgugat Rekonvensi, sedangkan Penggugat Konvensi mohon disebut sebagai

Tergugat Rekonvensi;

2 Bahwa dalil-dalil yang menjadi dasar/alasan yang telah dipergunakan dalam

konvensi tersebut di atas, untuk selanjutnya secara mutatis muntandis mohon

dianggap termuat dan terbaca kembali serta menjadi dasar dalam pengajuan

Rekonvensi ini oleh Para Penggugat Rekonvensi dan merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan;

3 Bahwa sebagaimana Surat Perjanjian Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi

kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan

Fisik pasar Kota Sukohario Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012

antara RM. Ary PS. Hadikusumo, C.Eng, Direktur Utama PT. Ampuh Sejahtera/

Tergugat Rekonvensi dan Udy Bintarta, S.H I selaku Pejabat Pembuat

Komitmen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

(Penggugat Rekonvensi l), dengan di ketahui Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo bahwa jangka waktu penyelesaian

keseluruhan pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo selama 195 (seratus

sembilan puluh lima) hari kalender terhitung sejak di tetapkan dalam Syarat-

Syarat Khusus Kontrak yakni tanggal 14 Juni 2012;

19

Halaman 19 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 115: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4 Bahwa Surat Penyerahan Lapangan dari Penggugat Rekonvensi I kepada

Tergugat Rekonvensi dilakukan pada tanggal 13 Juni 2012, namun demikian

Tergugat Rekonvensi baru melakukan uitzet pada tanggal 21 Juni 2012;

5 Bahwa Tergugat Rekonvensi terlambat memulai pelaksanaan pekerjaan

sebagaimana jadwal yang sudah diagendakan, bahkan sampai dengan

tanggal 23 Juni 2012 belum ada aktifitas pekerjaan yang dimulai dan bahan

material belum masuk ke lokasi proyek sehingga sejak dimulainya pelaksanaan

pekerjaan sudah terdapat keterlambatan realisasi fisik dibandingkan dengan

target rencana fisik;

6 Bahwa sebagaimana hasil rapat Monitoring dan Evaluasi lll (periode 15 - 28

Juli 2012) tanggal 1 Agustus 2012 dinyatakan bahwa bobot reailisasi fisik

pekeriaan terlambat 3,530 %., selanjutnya Pengawas membuat surat teguran

terhadap Tergugat Rekonvensi, namun Tergugat Rekonvensi beralasan antara

lain karena belum lengkapnya gambar, meskipun sebenarnya gambar dimaksud

sudah dibuat dan diserahkan secara lengkap pada tanggal 26 Juli 2012,

semestinya dari gambar tersebut sudah bisa untuk melakukan perhitungan

Mutual Check 0 (MC-0), apalagi kontrak pembangunan Pasar Sukoharjo adalah

harga satuan (unit price), sehingga tanpa MC-0 pun apabila Tergugat

Rekonvensi aktif, semestinya back up pekerjaan yang telah dilaksanakan dibuat

shop drawing dilampiri ijin pelaksanaan dan ijin pasang sebenarnya bisa

dilakukan;

7 Bahwa sampai dengan berakhirnya jangka waktu kontrak yaitu tanggal 25

Desember 2012, Tergugat Rekonvensi tidak dapat menyelesaikan pekerjaan

sesuai kontrak, namun sebelum berakhirnya masa kontrak yaitu tanggal 19

Desember 2012, Tergugat Rekonvensi membuat surat pernyataan kesanggupan

menyelesaikan pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sesuai dengan

tanggung jawab kontraktual berikut ketentuan-ketentuan perubahannya. Atas

pernyataan kesanggupan dari Tergugat Rekonvensi tersebut, selanjutnya

Penggugat Rekonvensi mengambil kebijakan memberikan kesempatan

penyelesaian pekerjaan selama 50 (lima puluh) hari kalender sejak tanggal 26

Desember 2012 sampai dengan tanggal 13 Pebruari 2013;

8 Bahwa sampai habis masa pemberian kesempatan untuk menyelesaikan

pekerjaan, ternyata Tergugat Rekonvensi belum menyelesaikan pekerjaan juga

sesuai jadwal yang telah ditetapkan, selanjutnya pada tanggal 14 Pebruari 2013

Penggugat Rekonvensi melakukan pemutusan kontrak secara sepihak;

20

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 116: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa sebagaimana Surat Perjanjian (Kontrak) Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal

12 Juni 2012 Point. 5:

1 Butir b.4 yang menyatakan bahwa "Penyedia mempunyai hak dan kewajiban

untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal

pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak”;

2 Butir b.5 yang menyatakan bahwa "Penyedia berkewajiban untuk melaksanakan

dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh tanggung jawab

dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau dari

lapangan, dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan

untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang rinci dalam

kontrak beserta semua lampirannya”;

Bahwa sebagaimana Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) Surat perjanjian

(Kontrak) Nomor 602.3/638/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012:

l) Huruf B - Pelaksanaan, Penyelesaian, Addendum dan Pemutusan Kontrak

a Angka 19 antara lain menyatakan: “Penyedia harus menyelesaikan pekerjaan

sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam SSUK”;

b Angka 26 antara lain menyatakan: “Jika pekerjaan tidak selesai pada tanggal

penyelesaian bukan akibat Kahar atau Peristiwa Kompensasi atau karena

kesalahan atau kelalaian penyedia, maka penyedia dikenakan denda";

Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah:

Pasal 93 ayat (1) yang menyatakan bahwa PPK dapat memutus kontrak secara

sepihak, apabila:

a Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia Barang/

Jasa sudah melampaui 5 % (lima perseratus) dari nilai kontrak;

b Penyedia Barang/jasa lalai/ cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan

tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;

Pasal 93 ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena

kesalahan Penyedia Barang/Jasa:

a Jaminan Pelaksanaan dicairkan;

b Sisa uang muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau jaminan uang

muka dicairkan;

c Penyedia Barang/Jasa membayar denda, dan atau;

d Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dan Daftar Hitam/

21

Halaman 21 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 117: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pasal 120 menyatakan bahwa selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan

pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dapat

dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak

atau bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya

Jaminan Pelaksanaan;

9 Bahwa berdasarkan kepada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Rl Perwakilan

Jawa Tengah Nomor 01/LHP/BPK/XVIII.SMG/2/2014 tanggal 25 Pebruari

2014, dimana dalam pelaksanakan pekerjaan pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo sesuai dengan Surat Perjanjian Kegiatan Rehabilitasi/ Pemeliharaan

Pasar Pedesaan Pembangunan Fisik Pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/

VII/2012 tanggal 12 Juni 2012 sebagaimana telah dilakukan Adendum Kontrak

Kesatu Nomor 602.3/1220-A/XI/2012 tanggal 6 Nopember 2012, Tergugat

Rekonvensi tidak melaksanakannya secara benar sesuai dengan kontrak yang

ada, sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya cacat mutu dalam beberapa

item pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang terdapat cacat mutu meliputi:

a Pekerjaan kusen, pintu, jendela, kaca dan penggantung;

b Pekerjaan langit-langit;

c Pekerjaan elektrikal;

d Pengujian beberapa macam metode meliputi Schmidt Rebound Hammer,

UPV dan Core Drill;

e Sebagian hasil pekerjaan struktur;

10 Bahwa terhadap temuan pelaksanaan pekerjaan dalam pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo yang terdapat cacat mutu di dalamnya sebagaimana disampaikan

oleh BPK Rl Perwakilan Jawa Tengah, hal tersebut tidak sesuai dengan

keterangan yang disampaikan oleh Tergugat Rekonvensi sebagaimana tersebut

dalam laporan-laporan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari:

a Laporan pekerjaan minggu keenam belas;

b Laporan pekerjaan minggu keduapuluh tiga;

c Laporan pekerjaan minggu keduapuluh delapan;

Dengan ketidaksesuaian antara laporan yang diampaikan oleh Tergugat

Rekonvensi dengan hasil temuan BPK Rl tersebut, maka itu menunjukkan

Penggugat Rekonvensi telah memberikan keterangan yang tidak benar terhadap

hasil pekerjaan yang dilaksanakannya. Sedangkan terhadap laporan-laporan

pelaksanaan pekerjaan sebagaimana tersebut di atas, telah dipergunakan oleh

22

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 118: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tergugat Rekonvensi untuk mengajukan termin pembayaran pekerjaan. Dengan

telah diterimanya pembayaran pelaksanaan pekerjaan oleh Tergugat Rekonvensi

sampai dengan termin ketiga, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai

dengan kontrak yang ada, maka hal tersebut menimbulkan beberapa indikasi

merugikan keuangan daerah, dan tindakan yang dilakukan oleh Tergugat

Rekonvensi tersebut juga dikategorikan sebagai tindakan/ perbuatan ingkar janji

(wanprestasi) yang menimbulkan kerugian bagi Para Penggugat Rekonvensi;

Bahwa sebagaimana Pasal 1267 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang

menyatakan: "Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah

ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk

memenuhi persetujuan, ataukah ia akan menuntut pembatalan persetujuan disertai

dengan pembayaran kerugian dan bunga;

Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo tersebut telah nyata

bahwa Tergugat Rekonvensi tidak dapat memenuhi ataupun menyelesaikan

pekerjaan sebagaimana tertuang dalam kontrak yang telah disepakati;

11 Bahwa terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut,

menyebabkan adanya temuan indikasi kerugian keuangan Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo, atas telah dibayarnya termin pekerjaan, karena adanya

cacat mutu dalam pelaksanaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo yang

dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi. Dengan demikian, maka jelas hal itu

menimbulkan kerugian secara materiil dan imateriil yang cukup besar, yang hal

itu harus dibayar dan diselesaikan oleh Tergugat Rekonvensi. Kerugian tersebut

dapat Para Penggugat Rekonvensi sampaikan dengan rincian sebagai berikut:

a Kerugian materiil, berupa pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai

dengan ketentuan adalah sebesar:

a Pekerjaan mekanikal elektrikal berupa pengadaan kwh meter

intern 2 ampere di tiap kios Gedung A Lantai I sebesar

Rp335.475.000,00 (Tiga ratus tiga puluh lima juta empat ratus

tujuh puluh lima ribu rupiah);

b Cacat mutu hasil pekerjaan dan pekerjaan yang belum dilakukan

pengujian sebesar Rp916.474.020,28 (sembilan ratus enam belas

juta empat ratus tujuh puluh empat ribu dua puluh rupiah dua

puluh delapan sen);

23

Halaman 23 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 119: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c Kekurangan volurne pekerjaan sebesar Rp3.511.329.564,61 (Tiga

rnilyar lima ratus sebelas juta tiga ratus dua puluh sembilan ribu

lima ratus enam puluh empat rupiah enam puluh satu sen);

d Kekurangan volume pekerjaan rooster sebesar Rp439.071.595,20

(Empat ratus tiga puluh sembilan juta tujuh puluh satu ribu lima

ratus sembilan puluh lima rupiah dua puluh sen);

e Biaya pengurusan IMB sebesar Rp134.786.063,00 (seratus tga

puluh empat juta tujuh ratus delapan puluh enam ribu enam puluh

tiga rupiah).;

f Denda keterlambatan pelaksanaan/penyelesaian pekeriaan sebesar

Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua ratus empat puluh dua iuta

sembilan ratus lima puluh ribu rupiah);

g Pencairan Jaminan Pelaksanaan Tergugat Rekonvensi sebesar

Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua ratus empat puluh dua juta

sembilan ratus lima puluh ribu rupiah);

h Pelunasan pembayaran Tergugat Rekonvensi kepada penyedia

iasa lainnya sebesar Rp540.000.000,00 (Rp360.000.000,00 +

Rp180.000.000,00) ditambah bunga sebesar 6 % (enam persen)

per hari dari jumlah tersebut di atas terhitung sejak tanggal

gugatan ini diajukan sampai dengan dikeluarkannya keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

b Kerugian immateriil yang diderita Penggugat Rekonvensi adalah

tindakan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi mempermalukan

kedudukan Para Penggugat Rekonvensi. Sehubungan dengan hal tersebut

Penggugat Rekonvensi meminta kerugian tersebut diganti rugi besar

Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah);

12 Bahwa untuk memenuhi unsur keadilan dan kelayakan terhadap kerugian

materiil maupun imateriil yang dialami oleh Penggugat Rekonvensi secara

nyata, maka patut kiranya Tergugat Rekonvensi dibebankan memberikan ganti

kerugian sebanding dengan kerugian nyata yang sudah terinci tersebut di atas;

13 Bahwa selanjutnya untuk menjagn agar Tergugat Rekonvensi mematuhi Putusan

Pengadilan, maka Para Penggugat Rekonvensi meminta kepada Pengadilan

Negeri Sukohario untuk menghukun Tergugat Rekonvensi untuk membayar atas

kerugian yang diderita oleh Para Penggugat Rekonvensi secara tunai dan

seketika pada saat perkara ini diputus dan apabila Tergugat Rekonvensi lalai

24

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 120: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

melaksanakannya, cukup pula beralasan untuk menetapkan uang paksa sebesar

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per hari atas keterlambatan

pembayaran yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut;

14 Bahwa untuk menjamin hak-hak Para Penggugat Rekonvensi agar gugatan yang

diajukan dapat dilaksanakan, maka Para Penggugat Rekonvensi mengajukan sita

jaminan (conservatoir beslag) terhadap aset-aset milik Tergugat Rekonvensi,

baik yang berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak, yang akan Para

Penggugat Rekonvensi ajukan pennohonannya secara tersendiri yang

merupakan satu kesatuan pada gugatan ini;

15 Bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat Rekonvensi berdasarkan bukti-bukti

yang nyata dan kuat, maka mendasarkan kepada ketentuan Pasal 180 HlR, Para

Penggugat Rekonvensi mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara

ini agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya hokum

banding, verset dan kasasi;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Tergugat, Turut Tergugat I, Turut

Tergugat II dan Turut Tergugat III mohon kepada Pengadilan Negeri Sukoharjo supaya

memberikan putusan sebagai berikut:

A. Dalam Eksepsi:

1 Menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi yang disampaikan oleh Tergugat,

Turut Tergugat l, Turut Tergugat ll dan Turut Tergugat lll;

2 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau setidak-tidaknya

menolak seluruh gugatan Penggugat;

B. Dalam Provisi:

1 Menolak Permohonan Provisi yang diajukan oleh Penggugat;

2 Menyatakan tidak sah secara hukum Penghentian Pembangunan Pasar Kota lr.

Soekarno sebagaimana dimohonkan Penggugat;

3 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar dwangsom/

uang paksa sebagaimana Penggugat minta atas tidak dilaksanakannya putusan

sela terkait pemohonan Provisi;

C. Dalam Pokok Perkara;

1 Menerima seluruh dalil-dalil jawaban yang disampaikan oleh Tergugat, Turut

Tergugat l, Turut Tergugat ll dan Turut Tergugat lll;

2 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak tidaknya

menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima;

25

Halaman 25 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 121: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Menyatakan Tergugat tidak melakukan perbuatan wanprestasi sebagaimana

Penggugat dalilkan dalam gugatannya;

4 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak mempunyai kewajiban untuk

menandatangani CCO2;

5 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak punya kewajiban membayar

kerugian-kerugian kepada Penggugat (karena Tergugat tidak ada kerugian-

kerugian yang mesti dibayar Tergugat;

6 Membebaskan Tergugat untuk membayar secara tunai kerugian-kerugian

sebagaimana Penggugat minta, yaitu:

a Kekurangan pembayaran sebear Rp6.214.750.000,00 segera setelah

putusan ini dibacakan;

b Membayar bunga sebesar Rp4% perbulan dari kekurangan pembayaran

tersebut, terhitung sejak bulan Pebruari 2012 sampai dengan dana

tersebut diterima oleh Penggugat;

c Membayar ganti rugi Peristiwa Kompensasi sebesar

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) segera setelah putusan ini

dibacakan;

karena Tergugat tidak menimbulkan kerugian-kerugian tersebut terhadap

Penggugat;

7 Menolak perintah agar Tergugat menghentikan Pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo, karena tidak ada kekurangan pembayaran yang harus diberikan

kepada Penggugat;

8 Menolak perintah agar Tergugat mengembalikan Warkah Asli Jaminan

Pelaksanaan kepada Penggugat, karena Jaminan Pelaksanaan tersebut menjadi

hak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo;

9 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa

sebagaimana Penggugat minta, karena tidak ada kewajiban Tergugat membayar

kerugian-kerugian kepada Penggugat;

10 Menolak perintah agar Tergugat, Turut Tergugat l, Turut Tergugat ll dan Turut

Tergugat lll untuk tunduk dan patuh kepada putusan ini, karena Turut Tergugat

l, Turut Tergugat ll dan Turut Tergugat lll tidak merasa mempunyai kesalahan

kepada Penggugat;

11 Menyatakan putusan dalam perkara a quo tidak dapat dilaksanakan serta merta,

dimana putusan Pengadilan tidak dapat dilaksanakan sebelum mempunyai

26

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 122: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kekuatan hukum tetap, karena masih ada upaya hukum lainnya yang berupa

banding, verzet maupun kasasi;

12 Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam

perkara ini;

D. Dalam Rekonvensi:

1 Menerima dan mengabulkan Gugatan Rekonvensi para Penggugat

Rekonvensi seluruhnya;

2 Menyatakan Tergugat Rekonvensi telah melakukan wanprestasi;

3 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar kerugian materiil dan

immateriil kepada Para Penggugat Rekonvensi;

4 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar denda keterlambatan

pelaksanaan/ penyelesaian pekerjaan sebesar Rp1.242.950.000,00 (satu

miliar dua ratus empat puluh dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah)

kepada Para Penggugat Rekonvensi;

5 Menyatakan secara hukum bahwa Para Penggugat Rekonvensi berhak untuk

mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tergugat Rekonvensi sebesar

Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua ratus empat puluh dua juta sembilan

ratus Iima puluh ribu rupiah) dan menyetorkan ke kas daerah;

6 Menyatakan secara hukum bahwa Para Penggugat Rekonvensi berhak

untuk memperhitungkan atas kekurangan volume pekerjaan, biaya

pengurusan lMB, kekurangan volume pekerjaan rooster dan volume

pekerjaan yang rusak senilai Rp5.001.661.243,09 (Rp3.511.329.564,64 +

Rp134.786.063,00 + Rp439.071.595,20 + Rp916.474.020,28) dalam

pelunasan pembayaran kepada Tergugat Rekonvensi;

7 Menyatakan secara hukum bahwa Para Penggugat Rekonvensi berhak

untuk memverifikasi bukti pelunasan pembayaran Tergugat Rekonvensi

kepada penyedia jasa lainnya sebesar Rp540.000.000,00 (Rp360.000.000,00

+ Rp180.000.000,00);

8 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar kerugian immateriil kepada

Para Penggugat Rekonvensi sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar

rupiah) segera setelah putusan ini dibacakan;

9 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar dwangsom sebesar

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) perhari atas keterlambatan

Tergugat Rekonvensi melaksanakan putusan hakim, segera setelah

putusan terhadap perkara ini dibacakan;

27

Halaman 27 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 123: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

10 Menyatakan sah tindakan Para Penggugat Rekonvensi yang memasukkan

Rekonvensi sebagai perusahaan dalam daftar hitam;

11 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) atas

benda atau benda tidak bergerak milik Tergugat Rekonvensi;

12 Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan secara serta

merta, dapat dijalankan terlebih dahulu (uit verbaar bij voorrad) walaupun

ada upaya hukum yang dilakukan Tergugat Rekonvensi;

Dalam Konvensi dan Rekonvensi:

- Menghukum Penggugat dalam Konvensi/ Tergugat dalam Rekonvensi untuk

mebayar semua ongkos perkara;

Subsidair:

• Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex

aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Turut Tergugat IV mengajukan

eksepsi dan gugatan rekonvensi yang pada pokoknya sebagai berikut:

A. Tentang Kompetensi Absolut;

1 Bahwa PT Dieng Agung selaku Konsultan Pengawas dalam hal ini sebagai

Turut Tergugat IV Konvensi/Penggugat Rekonvensi, yang beralamat di

Wilayah Hukum kota Semarang, yang sama sekali tidak mempunyai ikatan

perjanjian dengan PT Ampuh Sejahtera selaku Penggugat Konvensi/

Tergugat Rekonvensi;

2 Bahwa sesuai yang tertuang dalam posita Penggugat Konvensi/ Tergugat

Rekonvensi menyatakan dan telah mengakui keputusan Pejabat Pembuat

Komitmen yang bertindak untuk dan atas nama Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo telah menandatangani Surat Perjanjian

Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/

Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota

Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012 yang diketahui oleh Kepala Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kab Sukoharjo dalam hal ini sebagai Turut

Tergugat I, sehingga ini bukan hanya perselisihan wanprestasi, tetapi

menyangkut tentang keputusan Pejabat Publik;

3 Bahwa terhadap kedudukan Turut Tergugat IV/Penggugat Rekonvensi, yang

tidak mempunyai hubungan kontraktual dengan Penggugat Konvensi/

Tergugat Rekonvensi secara nyata dan tegas kebenarannya telah dijadikan

28

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 124: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pihak Turut Tergugat, maka pemeriksaan pokok perkara bukanlah

kewenangan memeriksa dan mengadili di Pengadilan Negri Sukoharjo;

4 Bahwa terkait dengan kedudukan Turut Tergugat IV Konvensi/ Penggugat

Rekonvensi serta terhadap Keputusan Pejabat Publik, maka denan ini mohon

diijinkan untuk menolak, pemeriksaan perkara A quo oleh Pengadilan Negeri

Sukoharjo;

B Eksepsi Error in Persona (keliru pihak yang ditarik

sebagai Turut Tergugat);

1 Bahwa jika dicermati secara seksama, gugatan Penggugat konvensi/ Tergugat

rekonvensi yang ditujukan kepada Turut Tergugat IV/ Penggugat Rekonvensi

adalah keliru pihak yang ditarik sebagai Turut Tergugat, karena tidak

mempunyai hubungan kontrak dengan perkara a quo, yang alasan ini tidak

diterangkan dalam gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi

terhadap kedudukan Turut Tergugat IV/Penggugat Rekonvensi dalam

perkara a quo;

2 Bahwa Turut Tergugat IV/ Penggugat Rekonvensi adalah bukan sebagai

pihak yang timbul dari perjanjian antara Penggugat Konvensi/Tergugat

Rekonvensi dengan pihak lain (Tergugat), yang hanya mengikat kepada

mereka, dan oleh karena itu gugatan Penggugat Konvensi/ Tergugat

Rekonvensi yang menarik Turut Tergugat IV yang tidak ikut

menandatangani perjanjian adalah keliru pihak ditarik sebagai Turut

Tergugat;

C. Eksepsi Obscuur Libel

1 Bahwa gugatan Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi, tidak hanya

dianggap cukup dalam menyajikan peristiwa hukum bak novel, dalam hal ini

Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi tidak menjelaskan dasar hukum

(rechts grond) dan (feitelijke grond) yang mendasari gugatan terhadap Turut

Tergugat IV, sehingga dalam dalil gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat

Rekonvensi tidak memenuhi syarat formal;

2 Bahwa dengan gugatan Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi telah

tidak memenuhi syarat formil, maka gugatan dianggap tidak jelas dan tidak

tertentu (een duideljke en bepaalde conclusie) karena tidak dijelaskan dan

tidak mendasar Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi menggugat Turut

Tergugat IV Konvensi/ Penggugat Rekonvensi;

29

Halaman 29 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 125: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Bahwa kekaburan semakin bertambah ketika Posita dan Petitum gugatan

Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi tidak memperjelas dan

mempertegas gugatannya, dalam hal ini mengenai hubungan antara

Penggugat dan Tergugat sehingga Turut Tergugat IV Konvensi/Penggugat

Rekonvensi ditarik sebagai Turut Tergugat IV, yang diketahui bukan pihak

dalam perjanjian, hal ini mengakibatkan gugatan Penggugat Konvensi/

Tergugat Rekonvensi salah pihak ditarik sebagai Turut Tergugat (gemis

aanhoedarmigheid);

4 Bahwa Petitum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi, tidak jelas hak

apa yang dituntut, selanjutnya dalam Petitum juga tidak menyebut secara

tegas dan jelas perihal Turut Tergugat IV Konvensi/Penggugat Rekonvensi

melakukan wanprestasi tanpa menyebut perbuatannya secara tegas, sehingga

cukup beralasan bahwa petitum dinyatakan tidak jelas;

Dalam Rekonvensi:

1 Bahwa Turut Tergugat IV Konvensi sekarang yang selanjutnya disebut sebagai

Penggugat Rekonvensi, dengan ini mengajukan gugatan Rekonvensi kepada

Penggugat Konvensi yang selanjutnya disebut sebagai Tergugat Rekonvensi;

2 Bahwa Penggugat Rekonvensi mohon agar semua yang telah dikemukakan

dalam Eksepsi, Konvensi, tersebut dlatas, secara mutatis mutandi termuat dan

terbaca kembali dalam gugat balik/Rekonvensi ini;

3 Bahwa Tergugat Rekonvensi sebagal Penyedia Jasa dalam pelaksanaan Paket

Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan

Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012

pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, Tergugat

Rekonvensi berjanji bahwa pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Pasar

"Ir.Soekarno" Kota Sukoharjo selesai dalam waktu selama 195 (seratus Sembilan

puluh lima) hari kalender terhitung sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai

Kerja tanggal 14 Juni 2012. Namun kenyataanya tidak sesuai dengan apa yang

dijanjikan oleh Tergugat Rekonvensi, karena masih dalam keadaan yang belum

siap pakai dan tidak dapat dioperasikan. Hal ini membuktikan bahwa Tergugat

Rekonvensi terlambat dalam melaksanakan pekerjaan Pembangunan Pasar "Ir.

Soekarno" Kota Sukoharjo;

4 Bahwa Pekerjaan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi mengalami

keterlambatan/tidak tepat waktu serta tidak diselesaikan secara sempurna

sebagaimana isi Perjanjian Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Rehabilitasi/

30

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 126: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar Kota

Sukoharjo Nomor 602.3/638/VI/2012 pada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, selanjutnya akibat dari perbuatan ingkar

janji/wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi telah merugikan

Penggugat Rekonvensi, dalam hal ini perlu dipahami bahwa Pelaksanaan

Konstruksi yang dilakukan Tergugat Rekonvensi dinyatakan Tidak Sesuai

Ketentuan (berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI Perwakilan

Provinsi Jawa Tengah Nomor 01/LHP/BPK/XVIII.SMG/02/2014 tanggal 25

Februari 2014, yang selanjutnya berimplikasi kepada Penggugat Rekonvensi

ditetapkan sanksi berupa penetapan sebagai-perusahaan dalam Daftar Hitam

(Black list);

5 Bahwa selain alasan di atas, Penggugat Rekonvensi tidak mempunyai

hubungan kontraktual dengan Tergugat Rekonvensi, sehlngga Penggugat

Rekonvensi adalah bukan sebagai pihak yang timbul dari perjanjian antara

Tergugat Rekonvensi dengan pihak lain, maka adalah berdasar dan beralasan

menurut hukum tidak pernah ada perbuatan ingkar janji/ wanprestasi terhadap

Tergugat Rekonvensi;

6 Bahwa Tergugat Rekonvensi tidak punya kwalitas untuk mengajukan gugatan

yang ditujukan kepada Penggugat Rekonvensi, oleh karena gugatan Tergugat

Rekonvensi tidak menpunyai dasar dan alasan, terkesan mengada-ada dan

mencari masalah sehingga Tergugat rekonvensi menyatakan Penggugat

rekonvensi melakukan Perbuatan ingkarjanji/ wanprestasi;

7 Bahwa perbuatan Tergugat Rekonvensi sangat merugikan sekali bagi Penggugat

Rekonvensi, yang sampai saat ini telah ditetapkan sebagai- Perusahaan dalam

Daftar Hitam berlaku selama 2 (dua) Tahun kalender mulai tanggal 3 Maret

2014 sampai dengan tanggal 2 Maret 2016, dalam pekerjaan Kegiatan

Rehabilitasi/Pemeliharaan Pasar Pedesaan Pekerjaan Pembangunan Fisik Pasar

Kota Sukoharjo pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo, dimana selaku Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi adalah Tergugat

Rekonvensi, selanjutnya oleh Tergugat Rekonvensi justru menarik Penggugat

Rekonvensi sebagai pihak Turut Tergugat IV;

8 Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas Tergugat Rekonvensi telah membawa

kerugian kepada orang lain (Pasal 1365 KUHPerdata) dan sudah sewajibnya

Tergugat Rekonvensi untuk mengganti kerugian yang diderita oleh Penggugat

Rekonvensi;

31

Halaman 31 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 127: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

9 Bahwa Tergugat Rekonvensi tidak cermat dan jelas, sehingga dengan lantang

menyatakan Penggugat Rekonvensi melakukan Perbuatan Ingkar janji/

wanprestasi tetapi sama sekali tidak didasari dengan alasan-alasan hukum,

maka karena perbuatan Tergugat Rekonvensi harus mempertanggung jawabkan

atas kelalaian atau kurang hati-hati (Pasal 1366 KUHPerdata) serta

mempertanggung jawabkan untuk kerugian Penggugat Rekonvensi yang

dlsebabkan karena Perbuatan Tergugat Rekonvensi;

10 Bahwa berdasar hal tersebut di atas, jelas-jelas Tergugat Rekonvensi telah

melakukan Perbuatan Melawan Hukum dan merugikan Penggugat Rekonvensi

yang sangat besar dan tidak sedikit jumlah ditambah hingga 2 % setiap

bulannya terhitung sejak perkara ini didaftarkan di Kepaniteraan PengadiIan

Negeri Sukoharjo sampai lunas dibayar dan hal ini sesuai dengan Pasal 1240

KUHPerdata, baik kerugian materiil maupun kerugian immaterial sebesar

Rp32.880.000.000,00 (tiga puluh dua miliar delapan ratus delapan puluh juta

rupiah), dengan rincian sebagai berikut:

a Kerugian Materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi

• Pekerjaan yang sedang dilaksankan di lingkungan pemerintah

dan swasta, sehingga tidak terpenuhi progress pekerjaan

Rp6.000.000.000,00;

• Biaya ongkos-ongkos "kosten, schadenen en interessen" (yang

diderita) Rp7.440.000.000,00;

Jumlah kerugian materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi sebesar

Rp13.440.000.000,00 (tiga belas miliar empat ratus empat puluh juta rupiah);

b Kerugian imateriil. yang diderita Penggugat Rekonvensi karena

terdapatnya alasan dan dasar hukum untuk menggugat Tergugat

Rekonvensi, dan akibatnya nama baik Penggugat Rekonvensi di

masyarakat dan relasi sampai diumumkan tingkat nasional telah

mengakibatkan tidak dapatnya Penggugat Rekonvensi beroperasi dalam

kegiatan usaha, maka Penggugat Rekonvensi menetapkan ganti rugi

immateriil adalah sebesar Rp19.440.000.000,00 (sembilan belas miliar

empat ratus empat puluh juta rupiah);

11. Bahwa oleh karena gugatan rekonvensi ini diajukan dengan dasar-dasar dan

alasan-alasan serta fakta yang terjadi dan sesuai dengan Pasal 180 HIR, maka

dengan ini Penggugat Rekonvensi mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri

Sukoharjo cq Majelis Hakim yang Memeriksa dan mengadili Perkara A quo agar

32

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 128: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uit voerbaar bij voorraad),

meskipun ada Banding, Kasasi atau Upaya-upaya Hukum yang lain;

12. Bahwa agar Tergugat Rekonvensi tidak lalai untuk memenuhi bunyi putusan ini,

mohon agar kepada Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar uang paksa

(dwangsom) sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk tiap-tiap hari

keterlambatan Tergugat Rekonvensi memenuhi isi putusan ini;

Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka Turut Tergugat IV Konvensi/

Penggugat Rekonvensi mohon kepada Majelis Hakim yang Pengadilan Negeri untuk

memberikan putusan sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:

1 Menerima dan mengabulkan Eksepsi Turut Tergugat IV untuk seluruhnya;

2 Menyatakan demi hukum gugatan Penggugat kabur (Obscuur Libel);

3 Menyatakan demi hukum gugatan Penggugat keliru pihak terhadap Turut

Tergugat IV (Error in Persona);

4 Menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan atau gugatan

terhadap Turut Tergugat IV atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

5 Menyatakan Turut Tergugat IV dikeluarkan sebagai pihak dalam gugatan

Penggugat;

6 Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya-biaya yang timbul dalam

perkara ini;

Dalam Konvensi:

1 Menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan atau terhadap

Turut Tergugat IV atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak

dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

2 Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya-biaya yang timbul

dalam perkara ini;

Dalam Rekonvensi:

1 Mengabulkan Gugatan Rekonvensi Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;

2 Menyatakan Rekonvensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonvensi/Turut

Tergugat IV Konvensi adalah beralasan dan dapat diterima;

3 Menyatakan demi hukum Tergugat Rekonvensi telah melakukan Perbuatan

Melawan Hukum;

4 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar uang ganti rugi kepada

Penggugat Rekonvensi berupa kerugian materiil maupun kerugian immaterial

33

Halaman 33 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 129: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebesar Rp32.880.000.000,00 (tiga puluh dua miliar delapan ratus delapan puluh

juta rupiah), dengan rincian sebagai berikut:

• Kerugian Materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi;

Pekerjaan yang sedang dilaksankan di lingkungan pemerintah dan swasta,

sehingga tidak terpenuhi progress pekerjaan Rp6.000.000.000,00;

Biaya ongkos-ongkos "kosten, schadenen en interessen" (yang diderita)

Rp7.440.000.000,00;

Jumlah kerugian materiil yang diderita Penggugat Rekonvensi sebesar

Rp13.440.000.000,00 (tiga belas miliar empat ratus empat puluh juta rupiah);

• Kerugian imateriil yang diderita Penggugat Rekonvensi karena

terdapatnya alasan dan dasar hukum untuk menggugat Tergugat

Rekonvensi, dan akibatnya nama baik Penggugat Rekonvensi di

masyarakat dan relasi sampai diumumkan tingkat nasional telah

mengakibatkan tidak dapatnya Penggugat Rekonvensi beroperasi dalam

kegiatan usaha, maka Penggugat Rekonvensi menetapkan ganti rugi

immateriil adalah sebesar Rp19.440.000.000,00 (sembilan belas miliar

empat ratus empat puluh juta rupiah);

5 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar uang paksa (dwangsom)

sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)untuk tiap harl keterlambatan

Tergugat Rekonvensi memenuhi isi putusan ini;

6 Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uit

voerbaar bij voorraad), meskipun ada banding,kasasi atau upaya hukum yang

lain;

7 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar semua biaya-biaya yang

timbul dalam perkara ini;

Atau

• Apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo

berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex a quo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Turut Tergugat V mengajukan

eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:

Bahwa sebelum Turut Tergugat V menanggapi atas dalil-dalil gugatan Penggugat dalam

pokok perkara, maka terhadap gugatan yang Penggugat sampaikan perlu kiranya Turut

Tergugat IV sampaikan eksepsi sebagai berikut:

34

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 130: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam

membuat gugatan adalah tidak cermat

dan tidak lengkap, sehingga gugatan

yang diajukan oleh Penggugat

mengandung cacat formil dan

memperlihatkan kesalahan subyek

hukum atau error in persona. Selain itu

Penggugat dalam gugatannya

memperlihatkan adanya Plurium Litis

Consurtium. Dengan ketidak cermatan

dalam penyebutan subyek gugatan

tersebut, maka hal itu berakibat pada

kekeliruan dalam menyebut subyek

gugatan (error in persona). Sehingga,

menurut Turut Tergugat V gugatan

Penggugat sudah selayaknya ditolak

atau setidaknya gugatan tidak diterima;

2 Bahwa dalam perihal gugatan,

Penggugat menyatakan gugatan

diajukan karena terjadinya tindakan

wanprestasi yang dilakukan oleh

Tergugat, namun demikian menurut

Turut Tergugat V, sebenarnya

Penggugat juga melakukan tindakan

wanprestasi juga. Sehingga menurut

Turut Tergugat V kalau Tergugat

dinyatakan melakukan tindakan

wanprestasi oleh Penggugat, maka hal

itu merupakan tindakan yang benar

sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, dikarenakan

Penggugat juga tidak memenuhi

prestasi yang diperjanjikan oleh

Penggugat sendiri (non adempleti

contractus). Mendasarkan hal tersebut,

35

Halaman 35 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 131: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

maka menurut Turut Tergugat V sudah

selayaknya apabila gugatan ditolak atau

setidaknya gugatan tidak diterima;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Turut Tergugat V

mohon kepada Majelis Hakim berkenan untuk memutus sebagai berikut:

A Dalam Provisi:

1 Menolak Permohonan Provisi yang diajukan oleh Penggugat;

2 Menyatakan tidak sah secara hukum Penghentian Pembangunan Pasar Kota Ir.

Soekarno sebagaimana dimohonkan Penggugat;

3 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar dwangsom/

uang paksa sebagaimana Penggugat minta atas tidak dilaksanakannya putusan

sela terkait permohonan Provisi;

A Dalam Eksepsi:

1 Menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi yang

disampaikan oleh Turut Tergugat V;

2 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau

setidak-tidaknya menolak seluruh gugatan Penggugat;

A Dalam Pokok Perkara :

1 Menerima seluruh dalil-dalil jawaban yang disampaikan oleh Turut Tergugat V;

2 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan

gugatan Penggugat tidak diterima;

3 Menyatakan Tergugat tidak melakukan perbuatan wanprestasi sebagaimana

Penggugat dalilkan dalam gugatannya;

4 Menyatakan secara hukum bahwa Turut Tergugat VI tidak punya kewajiban

untuk menandatangani CCO2.

5 Membebaskan Tergugat untuk membayar secara tunai kerugian-kerugian

sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat V, Tergugat tidak

menimbulkan kerugian-kerugian tersebut terhadap Penggugat;

6 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak punya kewajiban membayar

kerugian-kerugian kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat V tidak

ada kerugian-kerugian yang mesti dibayar Tergugat;

7 Menolak perintah agar Tergugat menghentikan Pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo, karena menurut Turut Tergugat V tidak ada kekurangan pembayaran

yang harus diberikan kepada Penggugat;

36

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 132: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

8 Menolak perintah agar Tergugat mengembalikan Warkah Asli Jaminan

Pelaksanaan kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat V Jaminan

Pelaksanaan tersebut menjadi hak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo;

9 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa

sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat V tidak ada

kewajiban Tergugat membayar kerugian-kerugian kepada Penggugat;

10 Menolak perintah agar Turut Tergugat V untuk tunduk dan patuh kepada putusan

ini, karena Turut Tergugat VI tidak merasa mempunyai kesalahan kepada

Penggugat.;

11 Menyatakan putusan dalam perkara a quo tidak dapat dilaksanakan serta merta,

dimana putusan Pengadilan tidak dapat dilaksanakan sebelum mempunyai

kekuatan hukum tetap, karena masih ada upaya hukum lainnya yang berupa

banding, verset maupun kasasi;

12 Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam

perkara ini;

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon untuk memeriksa dan

mengadili seadil-adilnya sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundangan-

undangan yang berlaku;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Turut Tergugat VI mengajukan

eksepsi dan gugatan rekonvensi pada pokoknya sebagai berikut:

Eksepsi:

Bahwa sebelum Turut Tergugat VI menanggapi atas dalil-dalil gugatan Penggugat

dalam pokok perkara, maka terhadap gugatan yang Penggugat sampaikan perlu kiranya

Turut Tergugat VI sampaikan eksepsi sebagai berikut :

1 Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam membuat gugatan

adalah tidak cermat dan tidak lengkap, sehingga gugatan

yang diajukan oleh Penggugat mengandung cacat formil

dan memperlihatkan kesalahan subjek hukum atau error in

persona. Selain itu Penggugat dalam gugatannya

memperlihatkan adanya Plurium Litis Consurtium.

Dengan ketidakcermatan dalam penyebutan subjek

gugatan tersebut, maka hal itu berakibat pada kekeliruan

dalam menyebut subjek gugatan (error in persona).

Sehingga, menurut Turut Tergugat VI gugatan Penggugat

37

Halaman 37 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 133: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sudah selayaknya ditolak atau setidaknya gugatan tidak

diterima;

2 Bahwa dalam perihal gugatan, Penggugat menyatakan

gugatan diajukan karena terjadinya tindakan wanprestasi

yang dilakukan oleh Tergugat, namun demikian menurut

Turut Tergugat VI, tindakanTergugat merupakan tindakan

yang benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, sebaliknya justru Penggugat yang melakukan

wanprestasi karena Penggugat tidak memenuhi prestasi

yang diperjanjikan oleh Penggugat sendiri (non adempleti

contractus). Mendasarkan hal tersebut, maka menurut

Turut Tergugat VI sudah selayaknya apabila gugatan

Penggugat ditolak atau setidaknya gugatan tidak diterima;

Dalam Rekonvensi:

1 Dalam jawaban gugatan ini, selanjutnya kedudukan Turut Tergugat VI

Konvensi mohon disebut sebagai Penggugat Rekonvensi dan Penggugat

Konvensi mohon disebut sebagai Tergugat Rekonvensi;

2 Bahwa apa yang menjadi dasar/alasan dalam Konvensi tersebut di atas, untuk

selanjutnya secara mutatis muntandis mohon dianggap termuat dan terbaca

kembali serta menjadi dasar dalam pengajuan Rekonvensi ini oleh Penggugat

Rekonvensi dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan;

3 Bahwa mendasarkan kepada Laporan Hasil pemeriksaan BPK – RI Perwakilan

Jawa Tengah Nomor 01/LHP/BPK/XVIII.SMG/2/2014 tanggal 25 Pebruari

2014, di mana dalam pelaksanakan pekerjaan pembangunan pasar Kota

Sukoharjo sesuai dengan surat Perjanjian Kegiatan Rehabilitasi/ pemeliharaan

pasar pedesaan Pembangunan Fisik pasar Kota Sukoharjo Nomor 602.3/638/

VI/2012 tanggal 12 Juni 2012 sebagaimana, telah dilakukan Adendum kontrak

Kesatu Nomor 602.3 /1220-A/XI/2012 tanggal 6 Nopember 2012, Tergugat

Rekonvensi tidak melaksanakannya secara benar sesuai dengan kontrak yang

ada, sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya, cacat mutu dalam

beberapa. Item pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang terdapat cacat mutu

meliputi:

a Pekerjaan kusen, pintu, jendela, kaca dan penggantung;

b Pekerjaan langit - langit;

c Pekerjaan elektrikal;

38

38

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 134: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

d Pengujian beberapa macam metode meliputi schmidt Rebound Hammer,

UPV dan Core Drill;

e Sebagian hasil pekerjaan struktur;

4 Bahwa terhadap temuan pelaksanaan pekerjaan dalam pembangunan pasar

Kota Sukoharjo, yang terdapat cacat mutu di dalamnya sebagaimana

disampaikan oleh BPK - RI perwakilan Jawa Tengah, hal tersebut tidak, sesuai

dengan keterangan yang disampaikan oleh Tergugat Rekonvensi sebagai mana

tersebut dalam laporan - laporan pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:

a Laporan pekerjaan minggu keenam belas;

b Laporan pekerjaan minggu keduapuluh tiga;

c Laporan pekerjaan minggu keduapuluh delapan;

Dengan ketidaksesuaian antara laporan yang disampaikan oleh Tergugat

Rekonvensi dengan hasil temuan BPK – RI tersebut, maka itu menunjukkan

Penggugat Rekonvensi telah memberikan keterangan yang tidak binar terhadap

hasil pekerjaan yang dilaksanakannya, termasuk salah satunya yang ditujukan

kepada Penggugat Rekonvensi selaku panitia penerima Hasil pekerjaan. (PPHP)

sedangkan terhadap laporan-laporan; pelaksanaan pekerjaan sebagaimana tersebut

di atas, telah dipergunakan oleh Tergugat Rekonvensi untuk mengajukan termin

pembayaran pekerjaan. Dengan telah diterimanya pembayaran pelaksanaan

pekerjaan oleh Tergugat Rekonvensi sampai dengan termin ketiga, tetapi dalam

pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak yang ada, maka hal tersebut

menimbulkan beberapa indikasi merugikan keuangan daerah, di mana terhadap hal

itu ikut membawa Penggugat Rekonvensi kedalam pusaran permasalahan

pembangunan pasar kota Sukoharjo dan tindakan yang dilakukan oleh Tergugat

Rekonvensi tersebut juga dikategorikan sebagai tindakan melawan hukum

(Onrechtmatige Daad) yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat Rekonvensi;

5 Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUH perdata disebutkan: Tiap

perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk

menggantikan kerugian tersebut. Mendasarkan ketentuan Pasal di atas, maka

setidaknya harus memenuhi beberapa unsur yaitu:

a Adanya perbuatan;

b Perbuatan itu melawan hukum;

c Adanya kerugian;

d Adanya kesalahan; dan

39

Halaman 39 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 135: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

e Adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara perbuatan melawan

hukum dengan akibat yang ditimbulkan;

Mendasarkan dari kelima unsur tersebut yang bersifat komulatif, dengan demikian

dalam gugatan yang diajukan ini menunjukkan, secara nyata dan terbukti tentang

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Penggugat Rekonvensi telah

memenuhi unsur-unsur tersebut, dengan demikian maka sangat jelas perbuatan

yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi dapat dikategorikan sebagai Perbuatan

Melawan Hukum (PMH) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1365 KUH

perdata di atas;

6 Bahwa terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut,

menyebabkan adanya temuan indikasi kerugian keuangan pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo, atas telah dibayarnya termin pekerjaan, karena adanya

cacat mutu dalam pelaksanaan pembangunan pasar kota Sukoharjo, yang

dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi. Terhadap tindakan yang dilakukan oleh

Tergugat Rekonvensi itu, maka Penggugat Rekonvensi juga merasa telah

dibohongi dan ikut merasakan dampak atas perbuatan Tergugat Rekonvensi.

Dengan demikian, maka jelas hal itu menimbulkan kerugian secara materiil dan

imateriil yang cukup besar yang hal itu harus dibayar dan diselesaikan oleh

Tergugat Rekonvensi. Kerugian tersebut dapat Penggugat Rekonvensi

sampaikan dengan rincian sebagai berikut:

a Kerugian materiil berupa pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan

ketentuan adalah sebesar:

1 Pekerjaan mekanikal elektrikal berupa pengadaan kwh meter

intern 2 ampere di tiap kios Gedung A Lantai I sebesar

Rp335.475.000,00 (tiga ratus tiga puluh lima juta empat ratus

tujuh puluh lima ribu rupiah);

2 Cacat mutu hasil pekerjaan dan pekerjaan yang belum di

lakukan pengujian sebesar Rp916.474.020,28 (sembilan ratus

enam belas juta empat ratus tujuh puluh empat ribu dua puluh

rupiah dua puluh delapan sen);

3 Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp3.511.329.564,61 (tiga

miliar lima ratus sebelas juta tiga ratus dua puluh sembilan ribu

lima ratus enam puluh empat rupiah enam puluh satu sen);

40

40

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 136: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4 Kekurangan volume pekerjaan rooster sebesar Rp439.071.595,20

(Empat ratus tiga puluh sembilan juta tujuh puluh satu ribu lima

ratus sembilan puluh rima rupiah dua puluh sen);

Sehingga kerugian materiil seluruhnya berjumlah Rp5.202.350.180,09 (lima

miliar dua ratus dua juta tiga ratus lima puluh ribu seratus delapan puluh rupiah

nol sembilan sen) oleh karenanya, ditambah bunga sebesar 6 % (enam persen)

per hari dari jumlah tersebut di atas terhitung sejak tanggal gugatan ini diajukan

sampai dengan dikeluarkannya keputusan Pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap;

b Kerugian imateriil yang diderita Penggugat Rekonvensi adalah tindakan yang

dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi mempermalukan kedudukan Penggugat

Rekonvensi sebagai PPHP. Disamping itu tindakan yang dilakukan Tergugat

Rekonvensi juga mendiskriditkan Penggugat Rekonvensi dengan tuduhan

melakukan tindak pidana korupsi, sehingga hal itu menimbulkan tekanan

phisikis/trauma yang mendalam dan memunculkan setigma bahwa Penggugat

Rekonvensi dianggap sebagai Koruptor. Sehubungan dengan hal tersebut

Penggugat Rekonvensi meminta kerugian tersebut diganti rugi besar

Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah);

7 Bahwa untuk memenuhi unsur keadilan dan kelayakan terhadap kerugian

materiil maupun imateriil yang dialami oleh Penggugat Rekonvensi secara

nyata, maka patut kiranya Tergugat Rekonvensi dibebankan memberikan ganti

kerugian sebanding dengan kerugian nyata yang sudah terinci tersebut di atas;

8 Bahwa selanjutnya untuk menjaga agar Tergugat Rekonvensi mematuhi

Putusan Pengadilan, maka Penggugat Rekonvensi meminta kepada Pengadilan

Negeri Sukoharjo untuk menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar

atas kerugian yang diderita oleh Penggugat Rekonvensi secara tunai dan

seketika pada saat perkara ini diputus dan apabila Tergugat Rekonvensi lalai

melaksanakannya, cukup pula beralasan untuk menetapkan uang paksa sebesar

Rp20.000.000,00 (Dua puluh juta rupiah) per hari atas keterlambatan

pembayaran yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi tersebut;

9 Bahwa untuk menjamin hak-hak Penggugat Rekonvensi agar gugatan yang

diajukan dapat dilaksanakan, maka Penggugat Rekonvensi mengajukan sita

jaminan (conservatoir beslag) terhadap aset-aset milik Tergugat Rekonvensi,

baik yang berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak, yang akan

41

Halaman 41 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 137: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penggugat Rekonvensi ajukan permohonannya secara tersendiri yang merupakan

satu kesatuan pada gugatan ini;

10 Bahwa oleh karena gugatan Penggugat Rekonvensi berdasarkan bukti-bukti

yang nyata dan kuat, maka mendasarkan kepada ketentuan Pasal 180 HlR,

Penggugat Rekonvensi mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara

ini agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya

hukum banding, verset dan kasasi;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Turut Tergugat VI

mohon kepada Pengadilan Negeri Sukoharjo berkenan untuk memutus sebagai berikut:

Dalam Provisi:

1 Menolak Permohonan Provisi yang diajukan oleh Penggugat;

2 Menyatakan tidak sah secara hukum Penghentian Pembangunan Pasar Kota Ir.

Soekarno sebagaimana dimohonkan Penggugat;

3 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa

sebagaimana Penggugat minta atas tidak dilaksanakannya putusan sela terkait

permohonan Provisi;

Dalam Eksepsi:

1 Menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi yang

disampaikan oleh Turut Tergugat VI;

2 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau

setidak-tidaknya menolak seluruh gugatan Penggugat;

Dalam Pokok Perkara:

Dalam Konvensi:

1 Menerima seluruh dalil-dalil jawaban yang disampaikan oleh Turut Tergugat VI;

2 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan

gugatan Penggugat tidak diterima;

3 Menyatakan Tergugat tidak melakukan perbuatan wanprestasi sebagaimana

Penggugat dalilkan dalam gugatannya;

4 Menyatakan secara hukum bahwa Turut Tergugat VI tidak punya kewajiban

untuk menandatangani CCO2;

5 Membebaskan Tergugat untuk membayar secara tunai kerugian-kerugian

sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat VI, Tergugat

tidak menimbulkan kerugian-kerugian tersebut terhadap Penggugat;

42

42

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 138: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak punya kewajiban membayar

kerugian-kerugian kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat VI tidak

ada kerugian-kerugian yang mesti dibayar Tergugat;

7 Menolak perintah agar Tergugat menghentikan Pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo, karena menurut Turut Tergugat VI tidak ada kekurangan pembayaran

yang harus diberikan kepada Penggugat;

8 Menolak perintah agar Tergugat mengembalikan Warkah Asli Jaminan

Pelaksanaan kepada Penggugat, karena menurut Turut Tergugat VI Jaminan

Pelaksanaan tersebut menjadi hak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo;

9 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat tidak pantas membayar uang paksa

sebagaimana Penggugat minta, karena menurut Turut Tergugat VI tidak ada

kewajiban Tergugat membayar kerugian-kerugian kepada Penggugat;

10 Menolak perintah agar Turut Tergugat VI untuk tunduk dan patuh kepada

putusan ini, karena Turut Tergugat VI tidak merasa mempunyai kesalahan

kepada Penggugat;

11 Menyatakan putusan dalam perkara a quo tidak dapat dilaksanakan serta merta,

dimana putusan Pengadilan tidak dapat dilaksanakan sebelum mempunyai

kekuatan hukum tetap, karena masih ada upaya hukum lainnya yang berupa

banding, verset maupun kasasi;

12 Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam

perkara ini;

Dalam Rekonvensi:

1 Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;

2 Menyatakan secara hukum tindakan yang dilakukan oleh Tergugat

Rekonvensi tindakan melawan hukum (onrechtmatige daad);

3 Menghukum Tergugat Rekonvensi sampai dengan harta pribadi untuk

membayar tunai dan sekaligus kepada Penggugat Rekonvensi kerugian-

kerugian sejumlah:

a Kerugian materiil seluruhnya berjumlah Rp6.118.821.201 (enam miliar

seratus delapan belas juta delapan ratus dua puluh satu ribu dua ratus

satu rupiah) oleh karenanya, ditambah bunga sebesar 6 % (enam persen)

per hari dari jumlah tersebut di atas terhitung sejak tanggal gugatan ini

diajukan sampai dengan dikeluarkannya keputusan Pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

43

Halaman 43 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 139: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b Kerugian imateriil sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar

rupiah);

4 Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar uang paksa sebesar

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) setiap hari kelalaiannya tidak

melaksanakan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap;

5 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) atas benda

benda bergerak atau benda tidak bergerak milik Tergugat Rekonvensi;

6 Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat, dilaksanakan secara serta merta/

dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad) walaupun ada upaya

hukum yang dilakukan Tergugat Rekonvensi;

7 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya yang timbul dalam

Perkara ini;

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon untuk memeriksa dan

mengadili seadil-adilnya sesuai ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Sukoharjo telah

mengambil putusan, yaitu putusan Nomor 11/Pdt.G/2014/PN Skh., tanggal 20 Oktober

2014 yang amarnya sebagai berikut:

Dalam Konvensi:

Dalam Provisi:

• Menolak tuntutan provisi seluruhnya;

Dalam Eksepsi:

1 Menolak eksepsi dari Turut Tergugat IV;

2 Menyatakan menerima Eksepsi dari Tergugat, dan para Turut Tergugat tersebut;

Dalam Pokok Perkara:

• Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet

Ontvankelijk Verklaard);

Dalam Rekonvensi:

• Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet

Ontvankelijk Verklaard);

Dalam Konvensi dan Rekonvensi:

• Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp1.959.000,00

(satu juta sembilan ratus lima puluh sembilan ribu rupiah);

44

44

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 140: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Termohon Kasasi

dahulu Penggugat/Pembanding I, putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dibatalkan

oleh Pengadilan Tinggi Semarang dengan putusan Nomor 69/Pdt/2015/PT.SMG tanggal

25 Mei 2015 yang amarnya sebagai berikut:

• Menerima permintaan banding dari Para Pembanding;

• Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo tanggal 20 Oktober 2014

Nomor 11/Pdt.G/2014/PN.Skh., yang dimintakan banding, dan selanjutnya:

MENGADILI SENDIRI:

Dalam konvensi:

a. Tentang Provisi:

- Menolak tuntutan provisi Penggugat/Pembanding I;

b. Tentang Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat dan Para Turut Tergugat;

c. Tentang Pokok Perkara:

1 Mengabulkan gugatan Penggugat/Pembanding I untuk

sebagian;

2 Menyatakan bahwa Tergugat/Terbanding I juga sebagai

Pembanding II melakukan wanprestasi ;

3 Menghukum Tergugat/Terbanding I – juga sebagai

Pembanding II supaya membayar sejumlah uang kepada

Penggugat/Pembanding I juga sebagai Terbanding sebesar

Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat belas juta

tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah bunga 6 %

pertahun, terhitung sejak bulan Pebruari 2013 sampai dengan

dibayar lunas;

4 Menolak gugatan Penggugat/Pembanding juga sebagai

Terbanding, untuk bagian yang selebihnya;

5 Menghukum Turut Tergugat I, II, III, IV, V dan VI supaya

tunduk dan menaati putusan ini;

Dalam Rekonvensi:

- Menyatakan gugatan para Penggugat Tidak Dapat Diterima ;

Dalam Konvensi dan Rekonvensi:

- Menghukum Tergugat dalam Konvensi/Terbanding I - juga sebagai Pembanding II/

Penggugat I dalam Rekonvensi supaya membayar beaya perkara untuk kedua tingkat

45

Halaman 45 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 141: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pengadilan, yang untuk tingkat banding ditetapkan sebesar Rp150.000,00 (seratus

lima puluh ribu rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada

Tergugat/Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/

Pembanding III pada tanggal 4 Agustus 2015 kemudian terhadapnya oleh Tergugat/

Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/Pembanding III,

dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Agustus

2015, diajukan permohonan kasasi pada tanggal 12 Agustus 2015 sebagaimana ternyata

dari Akta PernyataanPermohonan Kasasi Nomor 14/2015/Kas juncto Nomor 11/

Pdt.G/2014/PN.Skh juncto Nomor 69/Pdt/2015/PT.Smg yang dibuat oleh Panitera

Pengadilan Negeri Sukoharjo, permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang

memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada

tanggal 27 Agustus 2015;

Bahwa memori kasasi dari Para Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/ Terbanding

I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding II/Pembanding III tersebut

telah diberitahukan kepada: Penggugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat III, Turut

Tergugat IV dan Turut Tergugat VI pada tanggal 31 Agustus 2015;

Kemudian Termohon Kasasi/Penggugat/Pembanding I mengajukan tanggapan

memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan NegeriSukoharjo pada tanggal

14 September 2015;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah

diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan

dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan

kasasi tersebut formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi

dahulu Tergugat/Terbanding I/Pembanding II dan Turut Tergugat II/Turut Terbanding

II/Pembanding III dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya sebagai berikut:

Adapun alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi selengkapnya adalah sebagai berikut:

I Bahwa Pengadilan Tinggi Semarang/Judex Facti telah salah

menerapkan hukum;

Bahwa asas sebuah putusan harus memenuhi hal-hal:

a. Memuat dasar alasan yang jelas dan rinci;

b. Wajib mengadili seluruh bagian gugatan;

c. Tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan;

d. Diucapkan di sidang terbuka untuk umum.

46

46

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 142: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(vide Pasal 178 HIR, Pasal 189 RBG dan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004)

A Bahwa putusan harus berdasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup,

sehingga putusan yang tidak memenuhi ketentuan ini merupakan putusan yang

tidak cukup pertimbangan (onvoldoende gemotiveerd) (Vide Pasal 178 ayat (1)

HIR dan Pasal 25 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004);

Dalam perkara ini Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya Nomor

69/Pdt/2015/PT.Smg tanggal 25 Mei 2015 tidak berdasarkan pertimbangan

yang jelas dan cukup, sehingga putusan tersebut tidak memenuhi ketentuan dan

merupakan putusan yang tidak cukup pertimbangan (onvoldoende

gemotiveerd);

1 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding tidak mempertimbangkan

kapasitas para pihak sebagai badan hukum publik;

Bahwa kapasitas Tergugat/Pemohon Kasasi selain sebagai pihak dalam

perjanjian di mana segala tindakan hukum maupun akibat hukum yang

timbul dari perjanjian tersebut tunduk kepada hukum perdata

(privaatrechts) in concreto Pasal 1320 juncto 1338 KUHPerdata sehingga

kedudukan Tergugat/Pemohon Kasasi sebagai pemegang hak dan

kewajiban sebagai subyek hukum perdata, Tergugat-Turut Tergugat II/Para

Pemohon Kasasi berkapasitas pula sebagai organ dalam badan hukum

publik (Penguasa/Pemerintah), dimana segala sesuatunya terikat pada

ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersifat administratif dan

publik. Yaitu dari mulai tahapan perencanaan kegiatan, penganggaran,

pelelangan, pembayaran sampai dengan pengawasan semua sudah diatur

tersendiri secara khusus dan lengkap. Antara lain:

• Perencanaan kegiatan antara lain diatur dengan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun

2010-2014, dll;

• Penganggaran dan pembayaran antara lain diatur dengan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah

dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 37 Tahun

2012 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2013, dll;

47

Halaman 47 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 143: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pelelangan diatur dengan Perpres Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, beserta peraturan

perubahannya;

• Pengawasan antara lain diatur dengan Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara, dll;

serta berbagai ketentuan peraturan perundangan lainnya dari tingkat pusat

sampai dengan peraturan tingkat daerah;

Namun Judex Facti hanya mempertimbangkan kapasitas Tergugat-Turut

Tergugat II/Para Pemohon Kasasi dari sudut pandang keperdataan murni

tanpa mempertimbangkan kapasitas Tergugat-Turut Tergugat II/Para

Pemohon Kasasi sebagai organ badan hukum publik;

2 Bahwa putusan Judex Facti pada tingkat banding dalam pertimbangan

hukumnya mempertimbangkan keterangan saksi yang tidak

berkompeten;

• Judex Facti hanya mempertimbangkan saksi dari

pihak Penggugat/ Termohon Kasasi yang tidak

berkompeten menilai suatu pekerjaan dan tidak

mempertimbangkan saksi yang diajukan oleh

Tergugat-Turut Tergugat II/Para Pemohon Kasasi;

Putusan Judex Facti pada tingkat banding dalam pertimbangan

hukumnya pada halaman 119 paragraf 3 menyebutkan:

“Keterangan saksi dari Penggugat yaitu Ardi Prasetyo, S.H., (Anggota

Komisi II DPRD Kabupaten Sukoharjo) yang lingkup kewenangannya

meliputi pembangunan pasar kota Sukoharjo pada Dinas Perindustrian

dan Perdagangan menerangkan bahwa pada saat melakukan kunjungan

lapangan pada tanggal 15 Pebruari 2013 dengan disertai Disperindap,

Konsultan Pengawas dan Penyedia Barang/Jasa, Konsultan Pengawas

menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai sesuai kontrak”;

“Keterangan saksi yang sama menyatakan bahwa masih terdapat

kekurangan pembayaran kepada Penyedia Barang/Jasa sebesar 6,2

miliar”;

• Pertimbangan hakim tersebut bukan merupakan

suatu pertimbangan yang cukup karena hakim

48

48

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 144: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mengambil keterangan dari saksi yang tidak

berkompeten menilai suatu pekerjaan. Saksi tersebut

mempunyai kewenangan sebatas pada penganggaran

untuk menjalankan fungsi DPRD yang mempunyai

hak budgeting, sedangkan saksi tersebut sama sekali

tidak melakukan penghitungan bahkan kontrak

pekerjaannya saja saksi tidak mengetahui kontrak

yang mana yang dipergunakan, apakah ada

perubahan lingkup pekerjaan ataukah ada perubahan-

perubahan yang lain, serta pekerjaan mana saja yang

sudah dikerjakan ataupun belum dikerjakan karena

saksi hanya melihat secara visual itupun secara

sekilas dan tidak mendetail. Dengan demikian

pertimbangan hakim dalam mengambil kesaksian

Sdr. Ardi Prasetyo, S.H., sangat kurang karena saksi

tidak mengetahui kontrak yang dipergunakan sebagai

dasar pelaksanaan pekerjaab dan tidak melakukan

perhitungan pekerjaan, sedangkan keterangan ahli

yang melakukan perhitungan pekerjaan tersebut

justru tidak dipertimbangkan keterangannya;

• Di samping itu, keterangan saksi tersebut sangat

tidak bersesuaian dengan keterangan saksi-saksi lain

yang diajukan oleh Tergugat-Turut Tergugat II/Para

Pemohon Kasasi yaitu saksi Widodo, SH.MH, saksi

Atas Yudha Kandita, ST maupun keterangan ahli

yakni Toriq A Ghuzdewan, ST.MSCE, Dr. Ir.

Muslikj, MSc.Mphil dan Jufri Nurbiyanto, S.T,

dimana saksi-saksi tersebut tidak dipertimbangkan

sama sekali oleh Judex Facti tingkat banding;

Selain itu keterangan saksi Ardi Prasetyo, SH tersebut juga tidak

bersesuaian dengan bukti surat yang diajukan oleh Tergugat-Turut

Tergugat II/Para Pemohon Kasasi, antara lain Laporan Hasil

Pemeriksaan oleh BPK RI Perwakilan Jawa Tengah atas Belanja Negara

Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo Tahun 2012 pada Pemerintah

Kabupaten Sukoharjo di Sukoharjo Nomor 01/LHP/BPK/

49

Halaman 49 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 145: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

XVIII.SMG/2014 tanggal 25 Februari 2014 (Bukti T.11, TT.1.11,

TT.2.11, TT.3.11), dan telah dikuatkan dengan keterangan ahli dari

BPK RI Perwakilan Jawa Tengah Sdr. Jupri Nurbiyanto, S.T serta

Laporan Hasil Permeriksaan Proyek Pembangunan Pasar Kota

Sukoharjo TA 2012 pada bulan Pebruari 2014 oleh Pusat Studi Ilmu

Teknik (PSIT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta (Bukti T.66,

TT.1.66, TT.2.66, TT.3.66), dan telah dikuatkan dengan keterangan ahli

dari Pusat Studi Ilmu Teknik (PSIT) Universitas Gajah Mada

Yogyakarta Sdr. Toriq A Ghuzdewan, S.T., MSCE., Dr. Ir. Muslikj,

MSc.Mphil;

3 Bahwa Judex Facti pada tingkat Banding dalam putusannya Nomor 69/

Pdt/2015/PT.Smg tanggal 25 Mei 2015 dalam pertimbangan hukumnya

mendasarkan pada kontrak yang tidak sah menurut hukum;

Judex Facti pada tingkat Banding dalam pertimbangannya pada halaman

120 point pertama menyatakan yaitu:

“Bukti P-86 berupa perubahan lingkup pekerjaan kedua meliputi ;

Pekerjaan Awal, Pekerjaan Tambah, Pekerjaan Kurang, Pekerjaan Akhir

yang di dalamnya memuat satuan harga dari pekerjaan akhir yang

terseselesaikan. Bukti ini telah diketahui dan ditandatangani oleh

Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana”;

Bahwa mempergunakan bukti tersebut untuk pertimbangan maka hakim

menggunakan bukti yang kurang pertimbangan. Hal ini dikarenakan bukti

tersebut adalah bukti yang tidak sah. Dalam suatu perikatan, kontrak antara

dua belah pihak berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya dan adanya

perubahan kontrak hanya dapat dilaksanakan dengan kesepakatan kedua

belah pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak tersebut;

Sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah huruf A.10. c. 2. s):

s) Perubahan Kontrak

Perubahan Kontrak bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak,

meliputi:

1 perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang

dilakukan oleh para pihak dalam kontrak sehingga

mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;

50

50

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 146: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat

adanya perubahan pekerjaan; dan/atau

3 perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan

pekerjaan dan/atau perubahan pelaksanaan pekerjaan;

Hal ini semakin diperjelas dalam Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)

yaitu Bukti T-2, khususnya pada huruf B4 angka 34 yang menyatakan

kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak. Perubahan kontrak

bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak meliputi:

a Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan

oleh para pihak dalam kontrak, sehingga mengubah lingkup

pekerjaan dalam kontrak;

b Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan

pekerjaan;

c Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan,

perubahan pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga;

Sedangkan bukti yang dipergunakan oleh hakim tersebut (Bukti P-86),

jelas-jelas salah satu pihak yang berkontrak belum menandatanganinya

sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan tersebut hanya dibuat secara

sepihak, sedangkan pihak konsultan pengawas dan konsultan perencana

adalah bukan pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak. Dengan

demikian kontrak tersebut tidak sah secara hukum. Sehingga menurut

hukum, bukti tersebut seharusnya tidak dipergunakan sebagai

pertimbangan;

Selain itu Judex Facti dalam pertimbangannya pada halaman 119 paragraf

1 menyebutkan bahwa:

“Menimbang bahwa bukti Penggugat bertanda P-7 berupa Surat

Perjanjian Harga Satuan beserta lampiran-lampiran Syarat-syarat

Umum Kontrak, Syarat-syarat Khusus Kontrak, kemudian diikuti

dengan Adendum Kontrak Kesatu tanggal 6 Nopember 2012 Nomor

602.3/1220-A/X/2012 (bukti bertanda P-15), Kedua buktii tersebut

adalah sama dengan bukti bertanda: T:2 dan T-6, menurut Pengadilan

Tingkat Banding telah membuktikan kebenaran adanya hubungan

hukum berupa perjanjian pengadaan barang/ jasa berupa pembangunan

pasar kota Sukoharjo yang mengikat kedua belah pihak antara

51

Halaman 51 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 147: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penggugat selaku Penyedia Barang dengan Tergugat selaku Pengguga

Barang”

Dari pertimbangan tersebut, hakim mengakui adanya hubungan hukum

berupa perjanjian melalui perjanjian kontrak awal dan adendum kesatu

saja, dan hakim tidak mengakui adanya perubahan lingkup pekerjaan kedua

(adendum 2) sebagai dasar adanya hubungan hukum kedua pihak.

Sehingga menjadi sangat kontradiktif ketika pada pertimbangan

selanjutnya hakim mempergunakan perubahan lingkup pekerjaan kedua

(adendum kedua) sebagai pertimbangan;

1 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan

hukumnya tidak cukup mempertimbangkan syarat dapat dilakukannya

pembayaran;

Judex Facti dalam pertimbangannya pada halaman 120 Point kedua,

menyatakan:

“Bukti bertanda P. 7 Surat Permohonan pembayaran termijn ke IV/

pisik 100% tanggal 18 Maret 2013 dengan kekurangan pembayaran

Rp6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh

ratus lima puluh ribu rupiah)”

Dengan berpijak pada ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata : kontrak antara

dua belah pihak berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya, maka

sesuai dengan ketentuan dalam SSUK dan SSKK (Bukti T-2) sebagai

berikut:

a Dalam SSUK angka 61.2 huruf b: pembayaran terakhir hanya dilakukan

setelah pekerjaan selesai 100% dan Berita Acara Penyerahan pertama

pekerjaan diterbitkan;

b Dalam SSUK angka 63.1: pembayaran angsuran prestasi pekerjaan

terakhir dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% dan berita acara

penyerahan awal yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak

berdasarkan Berita Acara Pekerjaan selesai dari Panitia/Pejabat Penerima

Hasil Pekerjaan (PPHP);

c Dalam SSKK huruf O dalam point d) Pembayaran angsuran keempat .....

jika prestasi pekerjaan telah mencapai kemajuan fisik 100 % dan

dinyatakan dengan Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Serah

Terima Pertama Pekerjaan yang dibuat oleh PPHP dan disetujui oleh PPK

(Pejabat Pembuat Komitmen) ....dst;

52

52

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 148: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dari ketentuan dalam SSUK dan SSKK tersebut jelas-jelas telah diatur

ketentuan tentang pembayaran dilakukan setelah ada Berita Acara

Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan yang

dibuat oleh PPHP dan disetujui oleh PPK. Dalam hal ini PPHP belum

membuat Berita Acara Pekerjaan selesai karena pekerjaan belum

diselesaikan sesuai kontrak yang ada, sehingga PPK belum dapat membuat

Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan sebagai salah satu

persyaratan dilakukannya pembayaran;

Selain itu, Judex Facti dalam pertimbangannya pada halaman 120 Point

ketiga, yang menyatakan:

“Bukti bertanda P. 168 Daftar Pekerjaan yang belum dibayar yang

disusun oleh Penggugat dengan disertai foto-foto gambar-gambar

tentang pekerjaan yang telah dilakukan.”

Bahwa bukti tersebut merupakan bukti sepihak yang dibuat oleh Penggugat

tetapi tidak disertai dokumen-dokumen pendukung lain yang disyaratkan

sebagaimana dalam kontrak. Seharusnya yang mempunyai kewenangan

untuk menyatakan telah dilakukannya suatu pekerjaan adalah PPK

berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat oleh Pejabat Penerima

Hasil Pekerjaan (PPHP) sesuai kewenangannya sebagaimana diatur dalam

Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta

perubahannya pada Pasal 18 ayat (5) sebagai berikut:

(5) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk :

a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa

sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;

b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui

pemeriksaan/pengujian; dan

c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil

Pekerjaan.

Ketika Hakim tingkat banding mempergunakan bukti P. 7 dan P.168

sebagai pertimbangan maka bukti tersebut kurang lengkap. Bahwa untuk

dapat dilakukannya suatu pembayaran pekerjaan telah diatur secara detil

ketentuan dimana dokumen-dokumen pendukungnya harus sudah

dilengkapi terlebih dahulu. Sehingga syarat untuk dilakukannya

53

Halaman 53 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 149: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pembayaran belum terpenuhi, hal inilah yang tidak dipertimbangkan oleh

Judex Facti;

2 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan

hukumnya tidak cukup mempertimbangkan alat bukti surat berupa LHP

BPK RI secara utuh dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

a Bahwa pertimbangan Judex Facti pada Tingkat Banding

pada halaman 120 Point keempat, yang menyatakan:

“Menghubungkan dengan bukti bertanda T. 9 berupa Laporan Hasil

Pemeriksaan BPK Rl yang menyatakan bahwa sampai dengan

tanggal 13 Pebruari 2013 bangunan pisik 91,399 %”

Bahwa hakim mempergunakan bukti T. 9 tersebut kurang cermat dalam

mempertimbangkannya. Bukti T. 9 merupakan Laporan Hasil

Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

dimana berisi tentang Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2012. Dalam hal ini pemeriksaan BPK dilakukan

terhadap seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sukoharjo

pada Tahun Anggaran 2012;

Dalam bukti T. 9, BPK melakukan pemeriksaan berdasarkan dokumen

yang ada, bukan melakukan penghitungan/audit secara fisik. Resume

LHP BPK yang benar dalam bukti T. 9 tersebut adalah sebagai berikut:

“Prestasi fisik yang telah dilakukan sampai dengan pembayaran

terakhir (20 Desember 2012) sesuai dengan Berita Acara Penilaian/

Pemeriksaan untuk Pembayaran Termin Ketiga adalah sebesar

80,071%;

Sedangkan sampai dengan berakhirnya masa perpanjangan waktu,

yaitu tanggal 13 Februari 2013, belum ada tambahan pembayaran

yang dilakukan. Prestasi fisik menurut konsultan pengawas

dinyatakan sebesar 91,399%”;

Dalam bukti T.9 merekomendasikan salah satunya agar PPK

menghitung ulang realisasi fisik per 13 Februari 2013 dan

memperhitungkan potensi kelebihan pembayaran yang ada. Sehingga

hakim telah kurang pertimbangannya karena kurang cermat dalam

membaca dan memahami bukti-bukti yang ada, bahwa yang

menyatakan pekerjaan selesai 91,399% adalah konsultan pengawas,

54

54

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 150: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bukan BPK. Bahkan dalam bukti T.9 tersebut BPK justru

merekomendasikan agar realisasi fisik dilakukan penghitungan ulang;

Dengan demikian Judex Facti kurang cermat dalam membaca bukti T.9

tersebut dan hanya mengambil secara parsial saja sehingga

menimbulkan pengertian yang menyesatkan;

Sedangkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK secara fisik khusus

terhadap Pelaksanaan Pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sebagai

tindak lanjut dari LHP BPK tersebut (Bukti T. 9) disajikan dalam bukti

T.11 yang justru tidak dipergunakan sebagai pertimbangan oleh hakim.

Pada halaman 32 LHP BPK (bukti T. 11) menyatakan:

“Sampai dengan berakhirnya pelaksanaan pemeriksaan lanjutan BPK

RI pada tanggal 13 Februari 2014, kemajuan fisik pekerjaan adalah

80%”;

Padahal LHP BPK tersebut (Bukti T.11) merupakan suatu produk

lembaga negara yang lahir berdasarkan wewenang kelembagaan BPK

sesuai amanat konstitusi yaitu Pasal 23E UUD 1945 yang mengatur

bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan

mandiri”;

Produk-produk hukum BPK tersebut bersifat final artinya tidak

memerlukan approval (persetujuan) dari pihak lain. Hal ini diatur dalam

Undang Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara khususnya Pasal 1

angka 14, yaitu:

“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian

kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/

informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional

berdasarkan Standar Pemeriksaan yang dituangkan dalam laporan

hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK”;

Jadi, pertimbangan Judex Facti yang menyatakan bahwa sampai dengan

tanggal 13 Pebruari 2013 bangunan pisik 91,399 % itu bukan hasil

penghitungan dari LHP BPK RI;

55

Halaman 55 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 151: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam

pertimbangan hukumnya pada halaman 120 Paragraf 1,

dimana hakim menyatakan sebagai berikut:

“Menimbang bahwa, dari bukti-bukti sebagaimana diuraikan di atas

pengadilan Tingkat Banding berpendapat bahwa Penggugat berhasil

membuktikan pembangunan pisik pasar kota Sukoharjo telah selesai.

Kendatipun BPK Rl menyatakan pembangunan pisik telah selesai

91,399%, pendapat Pengadilan Tingkat Banding di atas lebih pada

sebuah pegangan yaitu keterangan konsultan pengawas yang

diperkuat dengan bukti-bukti surat dari Penggugat yang dapat

diambil kesimpulan bahwa pembangunan pisik pasar kota Sukoharjo

telah diselesaikan sesuai kontrak oleh Penggugat selaku penyedia

jasa/barang.”

Bahwa pertimbangan hakim tersebut kurang cukup pertimbangan

dengan alasan sebagaimana telah Pemohon kasasi uraikan pada huruf a

di atas. Untuk membuktikan pekerjaan sudah selesai harus berpedoman

pada kontrak, dalam hal ini kontrak yang diakui oleh hakim hanya

sampai pada addendum kesatu, sedangkan addendum kedua merupakan

kontrak yang tidak sah menurut hukum karena salah satu pihak tidak

menandatanganinya. Keterangan konsultan pengawas yang mana yang

dijadikan pertimbangan? Karena dalam pertimbangannya hakim tidak

menyebutkan keterangan konsultan pengawas yang menyatakan apa dan

bagaimana. Bahkan dalam LHP BPK pun tidak pernah dinyatakan

bahwa audit pekerjaan fisik telah selesai 91,399% dan justru dalam

bukti T.9 sebagaimana dipergunakan sebagai pegangan oleh hakim

dinyatakan agar menghitung ulang realisasi fisik pembangunan dan

mengevaluasi pelaksanaan tugas konsultan pengawas karena kurang

cermat dalam melakukan tugas pengawasan;

Dengan tidak dipertimbangkannya bukti T.11 hal ini menunjukkan

Judex Facti tidak mempertimbangkan secara utuh alat bukti surat serta

ketentuan perundang-undangan yang berlaku khususnya Pasal 23E

UUD 1945 dan Pasal 1 angka 14 Undang Undang Nomor 15 Tahun

2006;

3 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan

hukumnya tidak cukup mempertimbangkan nilai pekerjaan yang sah.;

56

56

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 152: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan hukumnya

pada halaman 121 Paragraf terakhir, dimana hakim menyatakan sebagai

berikut:

“Menimbang bahwa, dari serangkaian bukti-bukti sebagaimana

diuraikan di atas, Pengadilan Tingkat Banding berpendapat bahwa

Penggugat - pembanding I telah berhasil membuktikan bahwa Tergugat

- Terbanding I juga sebagai pembanding ll selaku pengguna barang/jasa

telah melakukan wanprestasi yaitu belum melakukan pembayaran

pekerjaan pembangunan pasar kota Sukoharjo sebesar

Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat belas juta tujuh

ratus lima puluh ribu rupiah) kepada Penggugat selaku penyedia

barang/jasa.”

Bahwa pertimbangan hakim tersebut kurang cukup pertimbangan dengan

alasan hakim menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi, namun

dalam pertimbangannya jelas-jelas kurang pertimbangan karena tidak jelas

wanprestasi terhadap kontrak/ perjanjian yang mana? Apabila berdasarkan

kontrak awal dan addenddum kesatu maka jelas-jelas pekerjaan yang

dikerjakan oleh Penggugat tidak sesuai dengan kontrak. Namun apabila

didasarkan pada perubahan lingkup pekerjaan kedua, maka dokumen

tersebut bukan kontrak/addendum 2 yang sah karena Tergugat tidak pernah

menandatanganinya. Jika hakim tingkat banding menyatakan kekurangan

pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat

belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) maka angka tersebut tidak ada

dasar perhitungan/buktinya. Di satu sisi hakim tingkat banding lebih

berpegang pada keterangan konsultan pengawas meskipun tidak disebutkan

bukti tertulisnya yang menyatakan pekerjaan selesai 91,399% namun disisi

lain memerintahkan kekurangan pembayaran terhadap pekerjaan yang telah

dilakukan sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas

juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), dimana nilai tersebut merupakan

nilai kekurangan apabila pekerjaan benar-benar dilaksanakan 100% dari

kontrak. Namun demikian dari pertimbangan hakim tingkat banding tidak

ada satupun bukti yang ditunjukkan yang isinya menyatakan pekerjaan

telah selesai 100%;

Selain itu, penentuan kekurangan pembayaran tersebut belum

memperhitungkan adanya denda yang harus dibayar oleh Penggugat

57

Halaman 57 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 153: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagai denda keterlambatan sebesar Rp1.242.950.000,00 (satu miliar dua

ratus empat puluh dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) Denda

keterlambatan dikenakan kepada Penggugat karena telah terjadi

keterlambatan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penggugat yang secara

implisit tercantum dalam bukti P.7 berupa Surat Permohonan pembayaran

termijn ke IV tertanggal 18 Maret 2013 dimana sesuai kontrak seharusnya

pekerjaan selesai pada tanggal 26 Desember 2012 namun permohonan

pembayaran baru dilakukan pada tanggal 18 Maret 2013. Denda

keterlambatan dimaksud sebagaimana telah direkomendasikan oleh BPK

sesuai bukti T.9 yang dipergunakan sebagai pertimbangan oleh hakim

tingkat banding, juga tercantum dalam bukti T.11. Bahwa menindaklanjuti

LHP BPK merupakan suatu kewajiban yang diamanatkan oleh undang-

undang yaitu sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan ayat (5) Undang

Undang Nomor 15 Tahun 2004, yang berbunyi:

1 Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan

hasil pemeriksaan.;

5 Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi

administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang kepegawaian.

Namun hal-hal tersebut di atas tidak dipertimbangkan oleh Judex Facti;

1 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan

hukumnya tidak cukup mempertimbangkan nilai pembuktian;

Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan hukumnya

pada halaman 121 point keempat, dimana hakim menyatakan sebagai

berikut:

“Bukti P.30 terdapat pengakuan dari pihak pengguna barang/ jasa

bahwa dalam proyek pembangunan pasar kota Sukoharjo terdapat

kekurangan pembayaran sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliard

dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Bukti

dimaksud adalah surat dari Bupati Sukoharjo tanggal 03 januari 2013

Nomor 900/023/2013”

Bahwa bukti P. 30 tersebut yang diajukan oleh Penggugat tercatat sebagai

fotocopy dari fotocopy sehingga bukan merupakan bukti asli yang

diajukan, oleh karena itu tidak memiliki kekuatan pembuktian dan tidak

58

58

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 154: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

selayaknya dijadikan pertimbangan oleh hakim tingkat banding sehingga

harus dikesampingkan. Hal ini sesuai dengan Pasal 1888 KUH Perdata

yang menyatakan:

“Kekuatan pembuktian dengan suatu tulisan terletak pada akta aslinya.

Bila akta yang asli ada, maka salinan serta kutipan hanyalah dapat

dipercaya sepanjang salinan serta kutipan itu sesuai dengan aslinya

yang senantiasa dapat diperintahkan untuk ditunjukkan”

Bahkan Mahkamah Agung juga telah memberikan penegasan atas bukti

berupa fotokopi dari surat/dokumen, yaitu dalam Putusan Mahkamah

Agung Nomor 3609 K/Pdt/1985 yang menyatakan:

“Surat bukti fotokopi yang tidak pernah diajukan atau tidak pernah ada

surat aslinya, harus dikesampingkan sebagai surat bukti”;

2 Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam pertimbangan

hukumnya tidak cukup mempertimbangkan asas penyelenggaraan

kekuasaan kehakiman;

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam

putusannya halaman ke-123, huruf c, yang menyebutkan bahwa:

“Dikarenakan berada dalam posisi yang pasif maka dalam konteks

perkara yang sedang disengketakan, jika gugatan Penggugat dikabulkan

Turut Tergugat hanya dihukum supaya menaati putusan. Kalaupun

dalam proses pemeriksaan perkara ternyata hak dan kepentingan Turut

Tergugat dirasa perlu dan harus dipertahankan Turut Tergugat dapat

mengajukan gugatan secara terpisah dalam forum yang lain yang

khusus diadakan untuk mempertahankan hak dan kepentingannya itu.”

Bahwa menurut Pemohon Kasasi, pertimbangan tersebut kurang cukup

pertimbangan. Kepentingan Para Turut Tergugat adalah terkait erat dengan

perkara ini karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

hak dan kewajiban Para Turut Tergugat mempengaruhi hasil akhir dari

kontrak pekerjaan. Turut Tergugat II adalah pihak yang berwenang untuk

menyediakan Anggaran dalam APBD, sedangkan Turut Tergugat VI

adalah pihak yang mempunyai kewenangan menandatangani Berita Acara

Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan yang

dipergunakan sebagai dasar bagi PPK (Tergugat) untuk melakukan

pembayaran suatu proyek pekerjaan. Selain itu, Turut Tergugat II dalam

kapasitasnya melaksanakan kewajiban menindaklanjuti LHP BPK (bukti T.

59

Halaman 59 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 155: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

11) dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Apabila Turut Tergugat merasa

bahwa dengan dijadikannya ia sebagai Turut Tergugat telah merugikan

kepentingannya, maka ia dapat mengajukan gugatan balik. Hal ini karena

pada prinsipnya setiap orang dapat mengajukan gugatan apabila

kepentingannya dirugikan, selain itu tidak ada peraturan yang melarang

adanya rekonvensi oleh Turut Tergugat.

Menurut ketentuan Pasal 132 (a) HIR dan Pasal 157 R.Bg dalam setiap

gugatan, Tergugat dapat mengajukan rekonvensi terhadap Penggugat.

Tujuan diperbolehkan mengajukan gugatan balasan atas gugatan

Penggugat adalah:

1 Bertujuan menggabungkan dua tuntutan

yang berhubungan;

2 Mempermudah prosedur;

3 Menghindarkan putusan-putusan yang

saling bertentangan antara satu dengan yang

lainnya;

4 Menetralisir tuntutan konvensi;

5 Acara pembuktian dapat disederhanakan;

6 Menghemat biaya;

Selain itu, berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yakni:

(4) Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan;

Dengan demikian, telah nyata-nyata Judex Facti tidak mempertimbangkan

asas-asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman;

3 Bahwa putusan Judex Facti tingkat banding tersebut yang tidak

memberikan pertimbangan yang cukup, jelas-jelas bertentangan dengan

ketentuan Yurisprudensi, yaitu:

a Putusan Mahkamah Agung Nomor 443 K/Sip/1986, yang menyatakan bahwa:

"...Pengabulan gugatan tanpa disertai pertimbangan yang seksama mengenai alat

bukti yang diajukan dinyatakan sebagai putusan yang tidak cukup

pertimbangan...";

b Putusan Mahkamah Agung Nomor 2461 K/Pdt/1984, yang menyatakan bahwa:

"...Putusan yang dijatuhkan tanpa disertai pertimbangan yang

seksama dan rinci mengenai fakta yang ditemukan dalam

60

60

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 156: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

persidangan dinyatakan sebagai putusan yang tidak cukup

pertimbangan...";

c Putusan Mahkamah Agung Nomor 672 K/Sip/1972, tertanggal 18 Oktober 1972

yang menyatakan bahwa: "...putusan harus dibatalkan karena tidak cukup

pertimbangan (niet voldoende gemotiveerd) mengenai alat bukti dan nilai

kekuatan pembuktian...";

Dengan demikian oleh karena Judex Facti pada tingkat banding di dalam

memeriksa dan memutus perkara A quo tidak memberikan pertimbangan yang

cukup (onvoldoende gemotiveerd) adalah merupakan kelalaian di dalam

memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan

yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan

maka Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor: 69/Pdt/2015/PT Smg.

tanggal 25 Mei 2015 Jo. Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor 11/

Pdt.G/2014/PN.SKH tertanggal 20 Oktober 2014 sudah seharusnya menjadi

batal demi hukum;

B Bahwa hakim wajib mengadili seluruh bagian gugatan (Vide Pasal 178 ayat (2)

HIR dan Pasal 189 ayat (2) RBg);

Bahwa Judex Facti pada Tingkat Banding dalam putusannya tidak

mempertimbangkan dan tidak mengadili gugatan Rekonvensi;

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam

putusannya halaman ke-123, paragraf 3, Dalam Rekonvensi, yang

menyebutkan bahwa:

“Menimbang bahwa gugat rekonvensi dari para Penggugat dikarenakan

substansinya adalah menyangkut persoalan yang sama dengan gugat konvensi,

sedangkan gugat konvensi telah dipertimbangkan dan telah ditetapkan

hukumnya, maka menurut hukum gugat rekonvensi tidak perlu

dipertimbangkan lagi dan harus dinyatakan tidak dapat diterima”;

Bahwa pertimbangan hakim tingkat banding tersebut sama sekali tidak

memberikan pertimbangan hukum terhadap gugatan rekonvensi. Penggugat

Rekonvensi adalah bukan berkaitan dengan perbuatan wanprestasi yang

ditujukan kepada Tergugat Rekonvensi, namun gugatan tersebut adalah terkait

dengan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Tergugat

Rekonvensi yang ditujukan kepada Penggugat Rekonvensi dalam perkara

yang sama. Adapun hal-hal yang dimohonkan dalam Gugatan Rekonvensi

merupakan hal yang berbeda dengan konvensi dan hal tersebut adalah terkait

61

Halaman 61 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 157: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

erat dengan kewajiban yang selama ini harus dilaksanakan oleh Tergugat

Rekonvensi namun belum dilaksanakan dalam pekerjaan Pembangunan Pasar

Sukoharjo, serta dalam rangka melaksanakan LHP BPK (Bukti T. 11) sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Pasal 20 ayat (1)

Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara, yang berbunyi:

“Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil

pemeriksaan.”

Berdasarkan Pasal 132a. HIR ayat (1) dinyatakan bahwa:

Dalam tiap-tiap perkara, Tergugat berhak mengajukan tuntutan balik, kecuali:

1 Bila Penggugat semula itu menuntut karena

suatu sifat, sedang tuntutan balik itu

mengenai dirinya sendiri, atau sebaliknya;

2 Bila pengadilan negeri yang memeriksa

tuntutan asal tak berhak memeriksa tuntutan

balik itu, berhubung dengan pokok

perselisihan itu;

3 Dalam perkara perselisihan tentang

pelaksanaan putusan hakim;

Dalam gugatan Rekonvensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonvensi tidak

memenuhi salah satu kriteria yang dikecualikan tersebut dalam Pasal 132 a

ayat (1) HIR maka seharusnya Rekonvensi tetap diberikan pertimbangan

hukum yang cukup;

Disamping itu, gugatan Rekonvensi diajukan sebagai tindak lanjut

rekomendasi BPK RI sebagaimana tertuang dalam LHP BPK RI yaitu Bukti

T. 9 dan T. 11 sebagai berikut:

1 menarik denda keterlambatan dari PT AS

sebesar Rp1.242.950.000,00 dan

menyetorkan ke kas daerah;

2 mencairkan Jaminan Pelaksanaan PT AS

sebesar Rp1.242.950.000,00 dan

menyetorkan ke kas daerah;

3 Memperhitungkan atas kekurangan

volume pekerjaan, biaya pengurusan IMB,

kekurangan volume pekerjaan rooster dan

62

62

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 158: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

volume pekerjaan yang rusak senilai

Rp5.001.661.243,09 (Rp3.511.329.564,61

+ Rp134.786.063,00 + Rp439.071.595,20

+ Rp916.474.020,28) dalam pelunasan

pembayaran kepada PT AS;

4 Dalam pembayaran pelunasan pekerjaan

kepada PT AS, PPK memverifikasi bukti

pelunasan pembayaran PT AS kepada

penyedia jasa lainnya sebesar

Rp540.000.000,00 (Rp360.000.000,00 +

Rp180.000.000,00);

Dengan demikian Judex Facti seharusnya memberikan pertimbangan

hukumnya terhadap gugatan rekonvensi ini. Dengan tidak

dipertimbangkannya gugatan rekonvensi tersebut maka mengabaikan hak dan

kewajiban Pemohon Kasasi sebagai organ badan hukum publik dalam

pengelolaan keuangan negara sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan;

II Judex Facti pada tingkat banding di dalam perkara A quo salah/

keliru mengenai fakta dan bukti yang dipergunakan sebagai

pertimbangan;

1 Judex Facti tidak mempergunakan fakta

dan bukti yang tercantum pada Putusan

pengadilan tingkat pertama secara utuh;

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya

halaman ke-121, point pertama, yang menyebutkan:

"bahwa dari hasil pemeriksaan setempat / dilapangan yang dilakukan oleh

Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Pertama didapat adanya fakta bahwa semua

yang hadir saat itu mengakui ada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan tapi

belum dibayar (Putusan Pengadilan Tingkat Pertama halaman 253)’;

Bahwa hakim telah salah dalam mempertimbangkan pertimbangan hakim tingkat

pertama tersebut, karena pertimbangan yang diambil dari putusan tingkat

pertama tersebut tidak diambil secara lengkap dan hanya diambil sepotong-

sepotong sehingga menimbulkan pengertian yang salah dan keliru. Adapun

pertimbangan pada putusan tingkat pertama tersebut tercantum pada halaman

253-254 selengkapnya adalah sebagai berikut:

63

Halaman 63 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 159: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Menimbang, bahwa dari hasil Pemeriksaaan Setempat sebagaimana tersebut di

atas, yang telah dihadiri oleh kuasa Penggugat dan kuasa turut Tergugat I sampai

dengan III, serta para kuasa turut Tergugat IV sampai dengan VI dengan dihadiri

juga prinsipal Tergugat, turut Tergugat I, anggota PPHP, serta yang mewakili

dilapangan dari Penggugat bernama Ajiyono, pihak pelaksana pekerjaan yang

baru, semuanya mengakui ada pekerjaan yang telah dikerjakan tetapi belum

dibayarkan karena tidak diperjanjikan sebagaimana dalam kontrak CCO 1, tetapi

sebaliknya ada pekerjaan yang belum dikerjakan tetapi diperjanjikan dalam

kontrak CCO 1, ada pekerjaan di lantai 1 dan 2 yang telah dikerjakan tetapi

belum dibayarkan karena tidak diperjanjikan sebagaimana dalam kontrak CCO 1,

tetapi sebaliknya ada pekerjaan yang belum selesai dikerjakan tetapi

diperjanjikan dalam kontrak CCO 1, seperti pekerjaan plesteran dan acian,

pekerjaan cat, pekerjaan keramik, lantai, pekerjaan plafon, pekerjaan kolot

keramik lantai dan meja los, pekerjaan plesteran dan acian sisi dalam, pekerjaan

keramik meja los, pekerjaan rolling door;”

Dari pertimbangan hakim tingkat pertama tersebut oleh hakim tingkat banding

hanya diambil sepotong saja sampai dengan kalimat “...belum dibayarkan”,

padahal kalimat tersebut masih ada kelanjutannya yaitu belum dibayarkan karena

tidak diperjanjikan dalam CCO1 (kontrak addendum 1), bahkan dinyatakan oleh

hakim tingkat pertama bahwa ada pekerjaan yang ada dalam kontrak namun

belum dikerjakan;

Sehingga dari ketidaklengkapan membaca dan kesalahan memahami serta

mengambil pertimbangan yang tidak lengkap terhadap putusan pengadilan

tingkat pertama tersebut menyebabkan pertimbangan hakim tingkat banding

tidak cermat dan menjadikan suatu pertimbangan yang salah dan menyesatkan;

2 Judex Facti tingkat banding telah salah

mempergunakan alat bukti surat sebagai

pertimbangan hukumnya.

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya

halaman ke-121, point kedua dan ketiga, yang menyebutkan bahwa:

“Bukti bertanda P. 60, P. 62, P. 64 diperkuat dengan bukti bertanda T. 9 yaitu

Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Rl yang menyatakan bahwa sampai dengan

tanggal 20 Desernber 2012 dengan bangunan pisik yang terselesaikan sebesar 80

% telah dilakukan pembayaran sebesar Rp18.644.250.000,00 (delapan belas

miliard enam ratus empat puluh empat juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ini

64

64

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 160: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bersesuaian dengan dalih gugatan yang rnenyatakan bahwa dari nilai proyek

sebesar Rp24.859.000.000 (Dua puluh empat miliard delapan ratus lima puluh

sembilan juta rupiah) masih terdapat kekurangan pembayaran sebesar

Rp6.214.750.000,00 (enam miliard dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima

puluh ribu rupiah);

Sedangkan sampai pada tanggal 13 Pebruari 2013 dinyatakan oleh BPK Rl,

kendatipun bangunan pisik sudah mencapai 91,399 % dari pihak pengguna

barang/ jasa belum melakukan pembayaran”;

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya

tersebut adalah merupakan pertimbangan yang salah dan keliru karena dalam

bukti T.9 tersebut keterangan “sampai dengan tanggal 20 Desember 2012

bangunan fisik terselesaikan sebesar 80%” hal tersebut berdasarkan pemeriksaan

dokumen yang dilaksanakan oleh BPK, bukan hasil audit konstruksi. Selain itu,

dalam bukti T.9 tersebut BPK tidak menyatakan bangunan fisik sudah mencapai

91,399% namun keterangan tersebut berasal dari konsultan pengawas, sedangkan

hasil audit BPK terhadap pekerjaan tersebut dituangkan secara rinci dalam bukti

T.11 yang merupakan audit terbaru dan spesifik terhadap pekerjaan

pembangunan Pasar Sukoharjo. Seharusnya justru bukti T.11 inilah yang

dipertimbangkan hakim tingkat banding karena berisi audit secara khusus

terhadap pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo sedangkan bukti T.9

berisi audit secara umum terhadap Pengelolaan Anggaran Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo Tahun Anggaran 2012. Namun Hakim tingkat banding justru tidak

mempergunakan adanya bukti T.11 yaitu berupa LHP BPK yang telah diperkuat

dengan keterangan Ahli Sdr. Jupri Nurbiyanto, ST. Padahal LHP BPK

merupakan hasil akhir dari proses penilaian sesuai standar pemeriksaan sehingga

bersifat final. Hal ini didasarkan pada Undang Undang Nomor 15 Tahun 2006

khususnya Pasal 1 angka 14, yaitu:

“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,

kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara

independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang

dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.”

Sehingga seharusnya bukti T.11 dipergunakan sebagai pertimbangan hakim

dalam putusannya untuk menentukan prosentase dan nilai pekerjaan;

65

Halaman 65 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 161: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Judex Facti pada tingkat banding dalam

pertimbangan hukumnya salah dalam

mempergunakan dan memahami bukti

surat;

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada tingkat banding dalam putusannya

halaman ke-121, point keempat, yang menyebutkan bahwa :

“Bukti P.30 terdapat pengakuan dari pihak pengguna barang / jasa bahwa dalam

proyek pembangunan pasar kota Sukoharjo terdapat kekurangan pembayaran

sebesar Rp6.214.750.000,00 (enam miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus

lima puluh ribu rupiah). Bukti dimaksud adalah surat dari Bupati Sukoharjo

tanggal 03 januari 2013 Nomor 900/023/2013”

Bahwa pertimbangan tersebut adalah merupakan pertimbangan yang salah dan

keliru karena dalam bukti P.30 bukan merupakan pengakuan kekurangan

pembayaran. Hakim tingkat banding telah salah memahami bukti tersebut. Bukti

P.30 tersebut adalah surat yang isinya Mohon persetujuan dari Bupati untuk

mengajukan anggaran mendahului Perubahan APBD 2013, yang ditujukan

kepada Ketua DPRD Kabupaten Sukoharjo yang berisi anggaran untuk

Pembangunan Pasar Bekonang dan Pasar Sukoharjo. Bukti tersebut bukan suatu

pengakuan hutang namun sebuah prosedur anggaran yang harus ditempuh untuk

mengajukan anggaran mendahului Perubahan APBD 2013. Karena pekerjaan

Pembangunan Pasar Sukoharjo tidak selesai pada akhir tahun anggaran 2012

maka anggaran yang sudah disediakan pada APBD 2012 tidak dapat dicairkan

karena pekerjaan tidak selesai pada tahun 2012, sehingga menjadi Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun 2012. Dengan adanya pemberian

kesempatan menyelesaikan pekerjaan maka pekerjaan dilanjutkan sampai

Februari 2013. Apabila pekerjaan selesai pada bulan Februari 2013 maka

pembayaran tidak dapat mengambil anggaran Tahun 2012. Sedangkan APBD

Tahun 2013 sudah disahkan pada akhir tahun 2012, dimana pada waktu APBD

2013 tersebut disahkan pekerjaan pembangunan Pasar Sukoharjo tidak selesai

padahal seharusnya selesai pada akhir Tahun 2012. Jadi anggaran yang sudah

disediakan untuk pembangunan Pasar Sukoharjo pada APBD 2012 harus

dikembalikan ke kas daerah karena pekerjaan tidak selesai pada akhir Tahun

Anggaran 2012 tersebut;

Untuk itu, berdasarkan prosedur anggaran yang ada yaitu sebagaimana diatur

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman

66

66

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 162: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013,

maka Bupati mengajukan sejumlah anggaran mendahului Perubahan APBD 2013

dimana anggaran tersebut pada tahun 2012 telah dikembalikan kepada kas daerah

(SILPA) karena pekerjaan tidak selesai, sebagaimana keterangan saksi Sdr.

Widodo, S.H, M.H., yang juga tidak dipertimbangkan oleh Judex Facti tingkat

banding;

Hal ini diperjelas dengan melihat tanggal surat P. 30 yang tertulis tanggal 3

Januari 2013, padahal menurut Penggugat mengerjakan pekerjaan sampai bulan

Februari 2013, sehingga jelas bukti P.30 sebelum pekerjaan berakhir. Sehingga

tidak mungkin surat pengakuan hutang dibuat sebelum pekerjaan selesai

dilaksanakan. Hal tersebut menunjukkan Judex Facti salah dalam

mempergunakan dan memahami isi surat dan ketentuan prosedur penganggaran;

Dari beberapa hal tersebut di atas jelas-jelas menunjukkan kekeliruan hakim

dalam menerapkan dan menggunakan bukti-bukti dan fakta-fakta yang ada.

Bahwa oleh karena itu sudah seharusnya Putusan Pengadilan Tinggi Semarang

Nomor: 69/Pdt/2015/PT Smg., tanggal 25 Mei 2015 Jo. Putusan Pengadilan

Negeri Sukoharjo Nomor 11/Pdt.G/2014/PN.SKH, tertanggal 20 Oktober 2014

sudah seharusnya dibatalkan;

III Bahwa Pengadilan Tinggi Semarang/ Judex Facti telah lalai

memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan;

1 Bahwa terdapat kelalaian hakim tingkat banding

dalam penerapan hukum, karena hakim tidak

mempertimbangkan kapasitas Tergugat/ Pemohon

Kasasi selain sebagai pihak dalam perjanjian di mana

segala tindakan hukum maupun akibat hukum yang

timbul dari perjanjian tersebut tunduk kepada hukum

perdata (privaatrechts) in concreto Pasal 1320 jo

1338 KUHPerdata sehingga kedudukan Tergugat/

Pemohon Kasasi sebagai pemegang hak dan

kewajiban sebagai subyek hukum perdata, Tergugat-

Tergugat II/Para Pemohon Kasasi berkapasitas pula

sebagai organ dalam badan hukum publik

(Pemerintah), dimana dalam menjalankan tugasnya

67

Halaman 67 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Page 163: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terikat pada ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

Hakim tingkat banding dalam putusannya mempergunakan pertimbangan yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

yaitu dalam pertimbangannya halaman 120 point kesatu menyatakan:

“Bukti bertanda P. 86 berupa perubahan lingkup pekerjaan kedua meliputi:

Pekerjaan Awal, Pekerjaan Tambah, Pekerjaan Kurang, Pekerjaan Akhir yang

didalamnya memuat satuan harga dari pekerjaan akhir yang terselesaikan. Bukti

ini telah diketahui dan ditandatangani oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan

perencana”;

Dalam pertimbangan hakim tingkat banding tersebut mengakui adanya

perubahan kontrak yang ditandatangani oleh pihak-pihak yang tidak berhak

karena Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana bukan pihak yang

mengikatkan diri dalam perjanjian. Sedangkan salah satu pihak yang membuat

perjanjian tersebut yaitu PPK/Tergugat/Pemohon Kasasi tidak pernah

membubuhkan tanda tangan sebagai tanda persetujuan atas adanya perubahan

lingkup pekerjaan dalam kontrak. Suatu perjanjian yang ditandatangani oleh

pihak-pihak yang tidak pernah saling mengikatkan diri merupakan perjanjian

sepihak sehingga perjanjian (perubahan lingkup pekerjaan kedua/addendum 2)

tersebut tidak sah karena bertentangan dengan ketentuan Pasal 1338 KUH

Perdata yang berbunyi:

“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat

ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-

alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan

dengan itikad baik.”

Berdasarkan hal tersebut maka hanya pihak-pihak yang mengikatkan diri dalam

suatu perjanjianlah yang dapat melakukan perubahan terhadap kontrak/

perjanjian;

Sehingga ketika Judex Facti tidak mempertimbangkan kapasitas Tergugat-Turut

Tergugat II/Para Pemohon Kasasi sebagai badan hukum publik maka dari sudut

pandang hukum publik hal tersebut bertentangan sebab suatu pekerjaan yang

dilakukan di luar kontrak (tanpa kontrak yang sah) tidak bisa dibayar karena

dapat menimbulkan kerugian negara karena antara pekerjaan fisik dan dokumen

68

68

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68

Page 164: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tidak sinkron. Dalam hal ini pekerjaan pembangunan Pasar Kota Sukoharjo tidak

sesuai dengan dokumen kontrak yang sah;

2 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam

putusannya lalai dalam mempertimbangkan

ketentuan Pasal 1250 KUHP;

Hal ini terdapat dalam putusan Judex Facti halaman ke-122, paragraf 1, yang

menyebutkan bahwa :

“Menimbang bahwa, dikarenakan Tergugat terbukti

wanprestasi, .................................dikabulkan dengan dibebani bunga menurut

undang-undang sebesar 6 % setiap tahun terhitung sejak bulan Pebruari 2013

sampai dengan dibayar lunas oleh Tergugat.”

Bahwa pertimbangan tersebut tidak memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yaitu dalam Pasal 1250 KUHP:

“Dalam perikatan yang hanya berhubungan dengan pembayaran sejumlah uang,

penggantian biaya, kerugian dan bunga yang timbul karena keterlambatan

pelaksanaannya, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh undang-undang

tanpa mengurangi berlakunya peraturan undang-undang khusus. Penggantian

biaya, kerugian dan bunga itu wajib dibayar, tanpa perlu dibuktikan adanya suatu

kerugian oleh kreditur. Penggantian biaya,. kerugian dan bunga itu baru wajib

dibayar sejak diminta di muka Pengadilan, kecuali bila undang-undang

menetapkan bahwa hal itu berlaku demi hukum.”

Dari ketentuan tersebut jelas-jelas disebutkan bahwa bunga dihitung sejak

diminta dimuka pengadilan, sehingga ketika hakim menyatakan sejak Februari

2013 maka hal tersebut bertentangan dengan ketentuan yang ada;

3 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam

putusannya lalai dalam mempertimbangkan

ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006

tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara;

Yaitu Judex Facti tidak mempertimbangkan Bukti T. 11 padahal berdasarkan

ketentuan:

• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara khususnya

Pasal 1 angka 14, yaitu:

69

Halaman 69 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Page 165: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,

kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara

independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang

dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.”

Bahwa LHP BPK merupakan produk lembaga negara yang tidak perlu diragukan

kredibilitasnya sesuai dengan ketentuan tersebut di atas.

Selain itu, Judex Facti juga lalai mempertimbangkan ketentuan Pasal 20 ayat (1)

dan ayat (5) Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004, yang berbunyi:

(1) Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan;

(5) Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;

Bahwa Tergugat juga berkapasitas sebagai organ dalam badan hukum publik

(Penguasa/Pemerintah) yang dibatasi dan diatur dengan ketentuan Pasal 20 ayat

(1) dan ayat (5) tersebut di atas. Dalam hal ini, Judex Facti lalai dalam

mempertimbangkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas;

1 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam

putusannya lalai dalam mempertimbangkan

ketentuan Permendagri Nomor 37 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;

Judex Facti tingkat banding lalai mempertimbangkan prosedur penyusunan

APBD dalam memahami dan mempergunakan bukti P. 30. Bahwa selaku badan

hukum publik maka dalam penyusunan anggaran harus melalui prosedur yang

telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu Permendagri

Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013, khususnya dalam mengajukan

permohonan mendahului perubahan anggaran harus memberitahukan kepada

Pimpinan DPRD;

2 Bahwa Judex Facti pada tingkat banding dalam

putusannya lalai dalam mempertimbangkan

ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

70

70

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Page 166: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Judex Facti tingkat banding lalai mempertimbangkan kelengkapan dokumen

yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukannya pembayaran sebagaimana diatur

dalam Pasal 205 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai berikut:

1 PPTK menyiapkan dokumen Surat Permintaan

Pembayaran Langsung (SPP-LS) untuk pengadaan barang

dan jasa untuk disampaikan kepada bendahara pengeluaran

dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran;

2 Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. surat pengantar SPP-LS;

b. ringkasan SPP-LS;

c. rincian SPP-LS; dan

d. lampiran SPP-LS;

3 Lampiran dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan

jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d

mencakup:

a salinan SPD;

a salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;

b SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah

ditandatangani wajib pajak dan wajib pungut;

c surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/

kuasa pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta

mencantumkan Nomor rekening bank pihak ketiga;

d berita acara penyelesaian pekerjaan;

e berita acara serah terima barang dan jasa;

f berita acara pembayaran;

g kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak

ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/

kuasa pengguna anggaran;

h surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan

oleh bank atau lembaga keuangan non bank;

i dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak

yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

penerusan pinjaman/hibah luar negeri;

71

Halaman 71 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Page 167: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

j berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak

ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut

lampiran daftar barang yang diperiksa;

k surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang

dilaksanakan di luar wilayah kerja;

l surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan

dari PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;

m foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian

pekerjaan;

n potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku/ surat pemberitahuan jamsostek); dan

o khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya

menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara

prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran

dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan

bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti

pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam surat

penawaran;

1 Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan

barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

digunakan sesuai dengan peruntukannya;

2 Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak lengkap,

bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS

pengadaan barang dan jasa kepada PPTK untuk

dilengkapi;

3 Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada pengguna anggaran setelah

ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui

PPK-SKPD;

Dengan demikian karena dokumen tidak lengkap maka menurut aturan tersebut

pembayaran tidak bisa dilakukan. Apabila pembayaran tetap dilakukan tanpa

kelengkapan dokumen tersebut maka melanggar ketentuan dimaksud dan dapat

menimbulkan kerugian negara;

72

72

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Page 168: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dengan demikian Judex Facti telah lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga sudah seharusnya

putusan Judex Facti tersebut dibatalkan;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat:

Bahwa alasan-alasan kasasi Para Tergugat tidak dapat dibenarkan karena Judex

Facti tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

Penggugat telah dapat membuktikan bahwa terhadap pekerjaan pembangunan

fisik pasar Kota Sukoharjo yang dikerjakan oleh Penggugat masih terdapat kekurangan

pembayaran yang harus dibayar oleh Tergugat sejumlah Rp6.214.750.000,00 (enam

miliar dua ratus empat belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) sedangkan Tergugat

tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melunasi kekurangan pembayaran pekerjaan

pembangunan pasar yang dikerjakan oleh Penggugat sehingga Tergugat telah terbukti

wanprestasi terhadap Penggugat;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata bahwa

putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau

undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi:

UDY BINTARTA, S.H., dan kawan tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi

ditolak, maka Para Pemohon Kasasi dihukum membayar biaya perkara dalam tingkat

kasasi ini;

Memperhatikan Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman dan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung,

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain

yang bersangkutan;

M E N G A D I L I:

1 Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: I. UDY

BINTARTA, S.H, dan II. BUPATI SUKOHARJO tersebut;

2 Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada hari

Senin tanggal 27 Juni 2016 oleh Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M., Hakim Agung

yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H. Hamdi, S.H.,

73

Halaman 73 dari 70 hal. Put. Nomor 326 K/Pdt/2016

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

Page 169: TANGGUNG JAWAB HUKUM PERJANJIAN PEKERJAANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · 4 Rizki Trianggara, Penyimpangan Kontrak Jasa Konstruksi Dalam hal Serah Terima

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

M.Hum., dan Sudrajad Dimyati, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai anggota, dan

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis

dengan dihadiri Para Hakim Anggota tersebut dan Arief Sapto Nugroho, S.H.,M.H.,

Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh Para Pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,

Ttd./ Ttd./

H. Hamdi, S.H., M.Hum. Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M.

Ttd./

Sudrajad Dimyati, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

Ttd./

Arief Sapto Nugroho, S.H.,M.H

Biaya-biaya: 1 M e t e r a i ……………... Rp 6.000,00 ttd./2 R e d a k s i ……………..Rp 5.000,00 FLORENSANI KENDENAN, SH., MH.3 Administrasi kasasi …….. Rp489.000,00 Jumlah …………………..Rp500.000,00

Untuk SalinanMAHKAMAH AGUNG R.I

a.n PaniteraPanitera Muda Perdata

Dr. PRI PAMBUDI TEGUH, SH., MHNIP. 19610313 198803 1 003

74

74

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74