taktis menulis artikel ilmiah di majalah atau jurnal...

27

Upload: vuongmien

Post on 07-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout
Page 2: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

1

HANDOUT

©2018 oleh Bambang Trimansyah

Handout ini disusun dalam “Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah di Majalah/Jurnal Ilmiah”

untuk Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika, BPPT.

Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain, pernah menyebutkan bahwa jumlah

peneliti di Indonesia kini minim sekali, hanya 34 orang per satu juta

penduduk. Jumlah itu jauh dari ideal, bahkan 1.000 peneliti per satu juta

penduduk juga masih belum ideal. Perbandingannya sangat kontras jika

dilihat dari negara maju. Di Amerika dan negara Eropa yang relatif lebih

maju, ada sekira 3.000—4.000 peneliti per satu juta penduduk.

Jumlah peneliti yang minim tersebut tentu mengkhawatirkan pada

bangsa yang populasinya besar ini. Begitu banyak masalah yang dihadapi

bangsa Indonesia, baik dari aspek ilmu sosial maupun ilmu eksakta yang

memerlukan pemecahan melalui penelitian ilmiah.

Penelitian pada dasarnya dilakukan untuk memecahkan persoalan atau

masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupan manusia dengan

pendekatan ilmiah. Karena itu, penelitian didorong menghasilkan solusi

yang bermanfaat bagi kehidupan. Prinsip penelitian paling sederhana adalah

Page 3: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

2

memberi gain (harapan) terhadap pain (rasa sakit) yang digambarkan sebagai

masalah di dalam kehidupan. Ada jargon yang muncul dari hal ini: No pain,

no gain.

Hasil penelitian yang kemudian dipublikasikan secara luas adalah

sebuah kelaziman, bahkan keharusan. Di Amerika, sangat terkenal jargon

publish or perish. Artinya, akademisi atau ilmuwan wajib menerbitkan

karyanya. Kalau tidak, silakan minggir alias jangan mengajar atau meneliti.

Minimnya jumlah peneliti tentu berkonsekuensi juga pada minimnya

jumlah publikasi ilmiah atau tulisan-tulisan ilmiah yang disebarluaskan,

misalnya melalui jurnal ilmiah. Di antara negara-negara ASEAN sendiri, kita

masih harus bersaing ketat.

Kemenristek Dikti menyampaikan laporan bahwa per 31 Juli 2017,

publikasi ilmiah internasional dari para akademisi dan peneliti di Indonesia

mencapai peringkat ketiga dari segi jumlah.

Sumber: Kemenristek Dikti, 2017

Kenaikan ini ditengarai karena ada “paksaan” untuk menulis KTI

(karya tulis ilmiah) dan memublikasikanya yaitu adanya Permenristekdikti

Nomor 20 Tahun 2017. Peraturan Menteri itu mengamanatkan setiap dosen

wajib membuat jurnal ilmiah yang terindeks Scopus minimal sekali dalam

setahun, sedangkan profesor dua tahun sekali. Jika tak mampu memenuhi

amanat tersebut, tunjangan dosen dan tunjangan profesornya dihentikan.

Adapun di kalangan fungsional peneliti, ada Peraturan Kepala LIPI No.

2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Peneliti. Para

peneliti didorong untuk memublikasikan hasil penelitian dalam berbagai

Page 4: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

3

bentuk KTI. Tiap-tiap KTI memiliki bobot angka kredit yang berbeda

bergantung pada media publikasinya.

Contohnya, untuk KTI berupa artikel ilmiah. Jika diterbitkan di media

internasional, angka kreditnya 40. Jika diterbitkan di media nasional

terakreditasi, angka kreditnya 25. Jika diterbitkan di media nasioal tidak

terakreditasi, angka kreditnya 5.

KTI dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 didefinisikan sebagai

berikut: “Karya tulis ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan

hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran

sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang

memenuhi kaidah ilmiah.”

Begitu banyaknya jenis dari ragam KTI atau disebut ragam akademis

sehingga perlu dipetakan dalam klasifikasi yang ringkas seperti berikut ini.

Sumber: Trim, 2017

KTI

KTI Nonbuku

Kesarjanaan: skripsi, tesis, disertasi

Hasil Penelitian (Esai Ilmiah): laporan, makalah, artikel, komunikasi pendek

Ulasan: resensi

KTI Buku

Didaktik (Bahan Ajar): handout, diktat, modul,

buku ajar, buku referensi

Pengayaan: monografi, buku teks, buku pegangan

(handbook), buku panduan

Kompilasi: Bunga Rampai, Prosiding

Page 5: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

4

Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, banyak hal tumpang

tindih terkait penjenisan KTI. Sebagai contoh, esai atau makalah sama-sama

dipadankan dari paper dalam bahasa Inggris. Karena itu, esai dapat berarti

makalah atau esai dapat juga berarti artikel.

Sorenson (1992: 194) menyebut bahwa “tulisan esai merujuk pada

tulisan pendek yang menganalisis atau menginterpretasikan sesuatu dengan

cara personal”. Sorenson sendiri mengungkapkan ada banyak jenis esai,

yaitu analogi, sebab-akibat, klasifikasi, perbandingan dan kontras, definisi,

deskripsi, respons pertanyaan, analisis sastra, narasi (artikel), opini (artikel),

persuasi, analisis proses, laporan penelitian, dan tinjauan/ulasan (resensi).

Dalam hal ini penggolongan esai sebagai salah satu KTI induk akan

menurunkan laporan penelitian (research paper), makalah (paper), artikel,

komunikasi pendek, dan resensi sebagai contoh sub-KTI. Esai menjadi

pembeda yang jelas dengan KTI kesarjanaan, yaitu skripsi, tesis, dan disertasi.

Dalam ranah jurnalistik maka dikenal juga esai populer yang biasanya

ditulis oleh seorang pakar atau tokoh yang diakui kredibilitasnya. Karena itu,

penulis esai populer di media massa akan menyampaikan pandangannya

secara subjektif tentang suatu hal sebagai bagian gaya personalnya.

Penyebutan jenis artikel ilmiah tidaklah spesifik ada di dalam Perka

LIPI No. 4/E/2012 tentang Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Di dalam Perka LIPI

tersebut disebutkan bahwa jenis KTI terdiri atas

1. hasil litbang;

2. tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis.

Bentuknya dapat berupa buku, bunga rampai, dan majalah/jurnal

ilmiah. Artikel ilmiah sebagai sebutan populer di kalangan akademisi atau

peneliti digolongkan ke dalam makalah lengkap dan komunikasi pendek

berdasarkan pembagian format LIPI. Adapun monografi merupakan karya

yang berdiri sendiri dan diterbitkan sendiri.

Page 6: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

5

Terkait KTI kemudian ada pertanyaan tentang dikotomi ilmiah murni dan

ilmiah populer. Pembeda antara keduanya dapat dikenali dari pembaca

sasaran, bahasa, dan penyajian.

Sumber: Trim, 2017

Ilmiah (murni) dan ilmiah populer kemudian sering menjadi

perdebatan di kalangan masyarakat akademis atau masyarakat ilmiah. Di

satu sisi, ada sebagian masyarakat akademis-ilmiah ingin mempertahankan

ciri keilmiahan KTI sehingga menolak istilah ilmiah populer. Di sisi lain, ada

sebagian masyarakat akademis-ilmiah yang ingin mendobrak pandangan

minor dari masyarakat umum bahwa KTI itu sulit dipahami sehingga nilai

manfaatnya tidak dapat dirasakan secara luas.

Kadar keilmiahan yang kental memang terasa, terutama pada KTI

kesarjanaan sehingga kemudian muncul upaya konversi (penyaduran) KTI

Page 7: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

6

tersebut menjadi lebih komunikatif dalam bentuk KTI lain, yaitu artikel

ilmiah atau buku. Karena itu, dorongan kecendekiaan seseorang dapat

terlihat dari upayanya menjadikan karya tulisnya dapat dipahami secara luas

dan kontekstual.

Dalam hal ini Wibowo (2013: 3) menyebutkan “seorang penulis belum

tentu cendekia dan seorang yang cendekia belum tentu menulis”.

Kecendekiaan seseorang dapat dideteksi dari bahasa tulis yang

digunakannya dan seberapa banyak cara yang dikuasainya untuk

mengalirkan tulisan. Dalam kritiknya, Wibowo menyebutkan kondisi

menganggap hanya ada satu cara untuk menyajikan tulisan melahirkan

pembimbing killer yang berkesan memaksakan kehendak karena

“kacamatanya” buram oleh hal-hal yang bersifat kontekstual (2013: 3).

Pembimbing yang dimaksud adalah para pembimbing karya-karya

kesarjanaan.

Kontekstualitas berkenaan dengan strategi komunikasi yang dirancang

penulis untuk audiensi atau pembaca sasarannya. Wibowo (2013: 4)

menyampaikan pendapat bahwa penulis artikel ilmiah harus mencerminkan

kecendekiaannya melalui gaya menulis ilmiah populer.

Ilmiah populer dapat disimpulkan sebagai upaya penulis menyajikan

tulisannya keluar dari kesan membuat dahi para pembacanya berkerut,

dipenuhi istilah teknis, dan jargon keilmuan yang berat-berat. Walaupun

demikian, ciri keilmiahan yang dikandung KTI populer tidaklah hilang.

Ilmiah populer menjadi lebih komunikatif karena mengandung ciri

emansipatoris, singkat, jelas, tepat, mencerahkan, dan objektif (Wibowo,

2013: 5).

Diseminasi didefinisikan di dalam KBBI sebagai penyebarluasan ide atau

gagasan. Dalam Lampiran Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014,

diseminasi didefinisikan sebagai “penyampaian hasil litbang dan/atau

pemikiran di bidang iptek kepada masyarakat dan/atau pemangku

kepentingan untuk dimanfaatkan atau dikembangkan lebih lanjut”.

Page 8: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

7

Karena itu, KTI yang didiseminasikan harus mampu berkomunikasi

dengan pembaca sasarannya yaitu pemangku kepentingan pada bidang yang

menjadi bahasan. Contohnya, hasil penelitian di bidang kesehatan tentang

pencegahan endemi demam berdarah perlu didiseminasikan agar

masyarakat yang awam soal kesehatan dapat mengetahuinya.

KTI juga dapat dibedakan dari model atau cara publikasi yang dilakukan

yaitu dikelompokkan menjadi mandiri, mandiri-berkelompok, dan

berkelompok. Publikasi Mandiri adalah KTI yang ditulis/disusun hanya oleh

satu orang. Publikasi Mandiri-Berkelompok adalah KTI yang ditulis/disusun

oleh satu orang atau lebih. Publikasi Berkelompok adalah KTI yang terdiri

atas kumpulan tulisan beberapa orang.

Sumber: Trim, 2017

Page 9: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

8

Publikasi KTI dapat dilakukan pada berbagai wahana publikasi berikut

ini yang menjadi acuan penilaian angka kredit ataupun kelulusan, yaitu

• presentasi;

• sidang atau pertemuan ilmiah (seminar, lokakarya, dsb.);

• majalah/jurnal ilmiah;

• buku (penerbit buku).

Publikasi dapat dilakukan secara tercetak ataupun secara daring (online).

Untuk majalah/jurnal ilmiah, penilaian bobot publikasi dibedakan atas

majalah ilmiah internasional, majalah ilmiah nasional terakreditasi, dan

majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi. Adapun untuk penerbitan buku,

bobot publikasi dibedakan atas penerbitan di penerbit internasional dan

penerbit nasional.

Masalah umum dalam publikasi KTI berbentuk artikel ilmiah di

majalah/jurnal ilmiah adalah produktivitas yang rendah dari para akademisi

dan peneliti sendiri. Produktivitas penelitian tidak selalu berbanding lurus

dengan produktivitas tulisan.

Banyak hasil penelitian yang kemudian hanya berhenti pada laporan

hasil penelitian. Laporan itu tidak diteruskan dalam publikasi ilmiah yang

dapat menjadi konsumsi banyak orang dalam suatu bidang.

Produktivitas ini dapat dihubungkan dengan beberapa hal, di

antaranya

1. persoalan tidak memiliki waktu yang cukup untuk menulis;

2. persoalan tidak mampu menuangkan gagasan ke dalam tulisan; dan

3. persoalan tidak memiliki kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan

ke dalam tulisan.

Masalah kedua adalah masalah plagiarisme disebabkan minimnya

kesadaran menghargai hasil karya orang lain, dorongan-dorongan instan

Page 10: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

9

untuk mendapatkan angka kredit, dan juga ketidaktahuan tentang batasan-

batasan plagiat.

Bagaimana pun menulis KTI secara baik dan benar, sekaligus produktif

kini tidak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti. Ia harus menulis setiap

tahunnya paling tidak dua KTI.

Selain bermanfaat untuk pribadinya, KTI yang dihasilkannya juga

menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan yang sangat berguna. Itu sebab-

sebabnya beberapa negara mendorong para akademisi dan penelitinya

menghasilkan sebanyak mungkin publikasi ilmiah demi menunjukkan

prestise bangsanya, juga menunjukkan kesiapan mereka memasuki era

ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.

Dalam pelatihan ini, dua persoalan tersebut yang hendak diatasi yaitu

persoalan produktivitas dan persoalan menghindari plagiarisme. Acuan

yang digunakan dalam praktik penulisan adalah acuan berdasarkan Perka

LIPI No. 04/E/2012 yaitu Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Hal pertama yang dilakukan seseorang dalam menulis adalah mengenali ciri

dan bagian-bagian tulisan yang disebut dengan anatomi tulisan. Setiap

tulisan memiliki karakteristik sendiri yang sangat mungkin berbeda

aturannya di antara setiap lembaga.

Seberapa panjang sebenarnya sebuah artikel ilmiah harus dituliskan? Ukuran

yang lazim digunakan untuk menetapkan panjang artikel dalam artikel

adalah jumlah kata.

Di dalam Pedoman Penulisan KTI yang dikeluarkan oleh LIPI tidak

dipersyaratkan secara tegas tentang panjang sebuah makalah lengkap atau

komunikasi pendek. Kotze (2007 dalam Leo, 2017) memperkirakan panjang

artikel pada suatu jurnal berkisar antara 4.000—7.000 kata.

Page 11: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

10

Tiap jurnal ilmiah biasanya memiliki kebijakan tersendiri terkait

dengan jumlah kata dalam satu artikel ilmiah. Berikut ini tabel yang memuat

ukuran detail sebuah artikel jurnal menurut Kotze.

Sumber: Kotze 2007, dalam Leo 2017 yang disesuaikan dengan sumber lainnya.

Jika mengacu pada Pedoman Penulisan KTI LIPI, hanya ada panduan

untuk jumlah abstrak yang dibedakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris serta jumlah minimal referensi (daftar acuan) yang digunakan.

Page 12: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

11

Sumber: Peraturan Kepala LIPI No. 04/E/2012

Estimasi panjang tulisan artikel ilmiah yang ditawarkan Kotze dapat

digunakan. Jika diasumsikan 300 kata sama dengan 1 halaman A4, panjang

tulisan 3.000 kata adalah sama dengan 10 halaman A4.

Pola artikel jurnal mirip dengan pola penulisan paragraf yaitu deduktif dan

induktif. Leo (2017) menjelaskan bahwa “Artikel deduktif adalah artikel

penelitian kuantitatif yang dimulai dari pernyataan umum penelitian berupa

hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara yang diungkapkan ke dalam

bentuk kalimat pernyataan dan untuk diuji seara empiris berdasarkan teori.

Teori ditelusuri dan digunakan sebagai dasar pengembangan instrument

penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dikumpulkan.

Hasil analisis akan ditarik menjadi simpulan.”

Secara sederhana dapat disebutkan bahwa artikel ilmiah dengan pola

deduktif menyajikan pernyataan umum lebih dulu, lalu dijelaskan secara

spesifik tahap demi tahap.

Page 13: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

12

Sumber: Leo, 2017, dengan penyesuaian

Selanjutnya, Leo (2017:188) juga menjelaskan bahwa “Artikel induktif

adalah artikel penelitian kualitatif yang dimulai dari data spesifik. Data yang

dikumpulkan berkembang dan menuntut pengembangan instrument

penelitian. Instrumen yang dikembangkan menuntut adanya teori, artinya

teori juga dikembangkan.”

Menurut Leo lagi bahwa judul penelitian kualitatif sering bergesar atau

bahkan berubah dari judul awal penelitian. Dengan kata lain, artikel deduktif

dimulai dari informasi atau pernyataan-pernyataan yang spesifik dan

semakin berkembang menjadi pernyataan yang lebih umum (Leo, 2017:188)

Hipotesis ditelusuri melalui teori dan instrumen penelitian

JUDUL

Page 14: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

13

Sumber: Leo, 2017, dengan penyesuaian

KTI yang diharapkan ditulis oleh para peneliti adalah KTI yang mengandung

data dan informasi untuk memajukan iptek serta ditulis sesuai kaidah-kaidah

ilmiah. Kaidah KTI berdasarkan Pedoman Karya Tulis Ilmiah terdiri atas

sifat-sifat berikut:

a. Logis, berarti kerunutan penjelasan dari data dan informasi yang masuk

ke dalam logika pemikiran kebenaran ilmu;

b. Obyektif, berarti data dan informasi sesuai dengan fakta sebenarnya;

c. Sistematis, berarti sumber data dan informasi yang diperoleh dari hasil

kajian dengan mengikuti urutan pola pikir yang sistematis atau litbang

yang konsisten/berkelanjutan;

d. Andal, berarti data dan informasi yang telah teruji dan sahih serta masih

memungkinkan untuk terus dikaji ulang;

e. Desain, berarti terencanakan dan memiliki rancangan; dan

JUDUL ARTIKEL BERGESER ATAU BERUBAH

Page 15: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

14

f. Akumulatif, berarti kumpulan dari berbagai sumber yang diakui

kebenaran dan keberadaannya serta memberikan kontribusi bagi

khasanah iptek yang sedang berkembang. (LIPI, 2012)

Ada beberapa versi anatomi bagian-bagian artikel ilmiah. Dalam konteks

pelatihan ini, kita berfokus pada anatomi yang disarankan di dalam Perka

LIPI No. 04/E/2012.

a. Makalah Lengkap

Page 16: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

15

Sumber: LIPI, 2012 dengan modifikasi

Page 17: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

16

b. Komunikasi Pendek

Pada prinsipnya bagian-bagian komunikasi pendek hampir sama dengan

makalah lengkap. Namun, ada beberapa pembeda berikut:

1) isi yang disampaikan lebih ringkas;

2) abstrak terbatas, maksimal seratus kata;

3) tidak mencantumkan kata kunci;

4) bahan dan metode bukan bagian yang terpisahkan,

5) eksperimental prosedur bisa saja dimasukkan ke

dalam legenda dan catatan kaki; dan

6) hasil dan diskusi/pembahasan digabungkan menjadi satu bagian. (LIPI,

2012)

Beberapa bidang ilmu memiliki gaya penulisan masing-masing, antara

lain menggunakan subjudul atau tanpa subjudul, namun secara umum isi

dari suatu komunikasi pendek harus mengandung unsur-unsur tersebut di

atas. Apabila komunikasi pendek diterbitkan, maka pengelola majalah ilmiah

memberikan tanda/keterangan bahwa KTI tersebut merupakan komunikasi

pendek.

Menulis sejatinya merupakan proses bertahap. Lemahnya kemampuan

menulis sebagian besar di antara kita saat ini umumnya disebabkan

pemelajaran menulis tanpa bertumpu pada proses. Kurikulum di negara-

negara maju selalu menyertakan proses ini, termasuk mulai tingkat sekolah

dasar hingga perguruan tinggi. Inilah proses standar itu.

Page 18: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

17

Sumber: Dari berbagai sumber dengan modifikasi

Jadi, ada lima proses menulis yang harus dilalui seorang penulis. Proses

utama yaitu prewriting atau pramenulis. Proses ini disebut juga proses

penciptaan mental. Seorang penulis harus membayangkan karyanya kelak

akan jadi seperti apa dan dibangun dengan bahan-bahan apa saja. Ibarat

Anda hendak membangun sebuah rumah maka diperlukan cetak biru desain

rumah.

a. Pramenulis

Jika Anda telah mendapatkan satu ide atau topik yang hendak Anda tulis,

adalah keharusan bagi Anda melakukan pemikiran dan pengumpulan

informasi. Anda harus menguatkan kelayakan ide tersebut dengan argumen-

argumen yang diperoleh melalui membaca, wawancara, refleksi (renungan),

menulis catatan harian, bertukar pikiran dengan orang lain, membuat daftar,

dan merekam pengalaman.

Dengan kemajuan teknologi kini, satu gawai dapat Anda gunakan

untuk semua kegiatan tersebut. Anda bisa membaca buku elektronik di

smartphone, begitu pula melakukan wawancara menggunakan fitur voice

recorder. Anda juga dapat mencatat di sana atau mengabadikan beberapa

fenomena lewat kamera di mobile phone Anda itu. Jadi, bagian ini sangatlah

Page 19: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

18

menarik untuk menggumpalkan minat Anda menulis. Ada dukungan data

dan fakta bahwa topik itu memang harus Anda teliti dan tuliskan.

Pemikiran dan pengumpulan informasi akan mendorong Anda untuk

mengonkretkan topik tulisan dari ide besar (tema) yang hendak Anda garap.

Perhatikan hierarki berikut ini.

Sumber: Trim, 2017

Fokuslah pada topik, bukan tema. Topik adalah ide yang lebih spesifik.

Dalam beberapa kasus, topik kadang identik dengan judul. Topik menjadi

dasar tahapan selanjutnya yaitu mengumpulkan bahan-bahan tulisan berupa

a. referensi dari buku atau media lainnya;

b. contoh-contoh;

c. studi kasus;

d. perbandingan;

e. informasi mutakhir.

Dari sini Anda kemudian dapat menerapkan penggunaan peta pikiran

untuk memecah topik menjadi sub-subtopik.

IDE UTAMA

IDE SPESIFIK

DETAIL DETAIL

IDE SPESIFIK

Page 20: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

19

Sumber: Trim, 2017

Seiring dengan menentukan topik, Anda juga harus menentukan tujuan

penulisan. Dalam hal penulisan artikel ilmiah, Anda dapat menggariskan

tujuan berikut ini:

a. menginformasikan sesuatu; dan

b. menjelaskan sesuatu.

Tujuan menginformasikan dan menjelaskan sesuatu secara lebih detail

dapat Anda lakukan dengan menulis makalah lengkah. Adapun untuk

menginformasikan sesuatu secara ringkas, Anda dapat menulis komunikasi

pendek.

Penyajian tulisan atau artikel Anda juga sangat bergantung pada

pembaca sasaran yang Anda tuju. Pembaca sasaran KTI sangat captive

(terbatas), bahkan niche (ceruk).

Pembagian pembaca sasaran artikel ilmiah dapat diuraikan seperti ini.

TOPIK PENULISAN

SUBTOPIK

SUBTOPIK

SUBTOPIK SUBTOPIK

SUBTOPIK

Page 21: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

20

Kategori Penjelasan

Sumber: Bambang Trim

Tahap akhir dari proses pramenulis yaitu mengorganisasikan bahan

sehingga Anda akan menghasilkan keluaran berupa matriks ragangan

(outline). Matriks ragangan akan menjadi pemandu Anda selanjutnya untuk

menulis buku.

Ragangan atau kerangka karangan (outline) penting dibuat untuk

tulisan apa pun, terutama nonfiksi. Ragangan juga berfungsi sebagai frame

work yang memagari pembahasan sebuah tulisan agar tetap fokus pada topik.

Matriks ragangan untuk artikel ilmiah populer terdiri atas judul,

subjudul, bahan, dan estimasi panjang tulisan. Perhatikan tabel beriktu ini.

Page 22: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

21

Sumber: Bambang Trim

b. Menulis Draf

Put your idea down to paper. Itulah kalimat perintah untuk mendeskripsikan

drafting. Draf atau buram adalah tulisan yang dibuat sekali jadi. Pada saat

menulis draf, Anda disarankan untuk menuliskan apa saja yang

terpikirkan—tentunya terkait dengan bab atau subbab yang Anda susun—

dan tidak melakukan editing pada saat menulis.

Setelah menyusun matriks ragangan, tulislah setiap bagian sebagai draf.

Perhatikan bagan berikut ini.

Page 23: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

22

Teras yang terdapat pada pendahuluan adalah paragraf-paragraf awal

untuk menggiring perhatian pembaca terhadap topik yang dibahas.

Perhatikan teras berikut ini. Manakah teras yang menurut Anda lebih mudah

untuk dipahami?

Makrofungi merupakan organisme yang sangat penting dalam menunjang

kehidupan di permukaan bumi. Di alam, terutama di hutan, makrofungi

berperan dalam siklus energi melalui proses dekomposisi oleh enzim-

enzim yang dihasilkan dalam merombak senyawa kompleks seperti

selulosa dan khitin menjadi bentuk sederhana (glukosa). Di samping itu,

makrofungi juga penting dalam menyediakan unsur-unsur hara lainnya

yang dibutuhkan tumbuhan. Makrofungi lainnya bersimbiosis dengan

tanaman membentuk mikoriza. Jenis-jenis mikoriza dari makrofungi yang

banyak ditemukan di lapangan adalah Sceloderma spp, Boletus spp, Agaricus

spp, dan lain-lain.

(Noveritas, “Keanekaragaman Makrofungi di Indonesia dan Potensinya”,

Jurnal Ilmu dan Budaya, Agustus 2012)

IDE Framework

Tulis Teras

Gunakan Data, Fakta,

Fenomena untuk Memulai

Teras

Kembangkan Isi

Bahan/

Sumber

Page 24: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

23

Bidan kampung di masyarakat Banjar telah ada jauh sebelum masa

kolonial Belanda mengenalkan medis di wilayah Indonesia. Bidan

kampung adalah seorang perempuan yang umurnya sudah cukup tua

(50—70 tahun) dan tidak melahirkan lagi sehingga mampu membantu

persalinan orang lain. Bidan kampung pada umumnya mendapatkan

keterampilan turun-temurun dari generasi di atasnya. Sebagai penolong

persalinan, bidan kampung di komunitas Banjar ini lebih diminati

daripada penolong medis lainnya.

(Serilaila, “Menjaga Tradisi: Tingginya Animo Suku Banjar Bersalin

kepada Bidan Kampung”, Jurnal Humaniora, Juni 2010)

Prinsip penting yang harus Anda pegang dalam membuat teras adalah

tunjukkan, jangan memberi tahu. Umumnya dalam tulisan-tulisan ilmiah,

para penulis terjebak menulis teras yang memberi tahu, seperti memulai

langsung dengan definisi. Kecenderungan ini membuat tulisan ilmiah

menjadi tidak menarik, tampak menggurui, dan kering dari narasi.

Page 25: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

24

c. Revisi dan Editing

Setelah draf selesai, penulis berkesempatan melakukan revisi, baik revisi

minor maupun revisi mayor. Revisi mayor terjadi jika penulis mengubah

hierarki tulisan atau menambahkan bagian baru yang menurutnya penting

ditambahkan. Revisi memberi kesempatan bagi penulis menyempurnakan

hierarki tulisan dan penyajiannya.

Penyempurnaan draf revisi selanjutnya dilakukan melalui editing. Jadi,

editing tidak dilakukan bersamaan dengan revisi. Editing dilakukan untuk

menghasilkan draf final.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam editing, yaitu

1. kesalahan tik (typhographical error);

2. kebahasaan: EBI, tata kalimat, dan paragraf;

3. ketelitian data dan fakta;

4. kelegalan (terkait plagiarisme) dan kepatutan.

Sumber referensi yang Anda perlukan untuk editing, yaitu Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI),

kamus istilah, buku pintar, ensiklopedia, dan lain-lain.

Selain masalah bahasa, Anda juga perlu melakukan editing data dan

fakta serta legalitas dan kepatutan. Editing data dan fakta menghindarkan

Anda dari kesalahan fatal menyajikan data atau fakta yang dapat berakibat

menurunnya kredibilitas Anda sebagai penulis. Adapun editing legalitas dan

Page 26: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

25

kepatutan dapat menghindarkan Anda tersangkut masalah etika (plagiat),

bahkan juga masalah hukum.

Demikianlah materi ringkas tentang “Taktis Menulis Artikel Ilmiah” yang

dapat dipraktikkan langsung oleh para akademisi atau peneliti, terutama

mereka yang telah menghasilkan karya tulis ilmiah berupa artikel atau esai

ilmiah.

Langkah-langkah dalam handout ini dapat langsung Anda praktikkan

dan jika ada hal-hal yang ingin Anda konsultasikan, dapat menghubungi

pemateri (tutor) ke WA/HP 081519400129 atau ke email

[email protected].

Kalidjernih, Freddy K. 2010. Penulisan Akademik: Esai, Makalah, Artikel, Jurnal

Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Widya Aksara Press.

Leo, Sutanto. 2017. Mencerahkan Bakat Menulis. Jakarta: Gramedia.

LIPI, 2012. Panduan Karya Tulis Ilmiah: Peraturan Kepala LIPI No. 04/E/2012.

Jakarta: LIPI.

Tim Editor LIPI Press. 2015. Pedoman Penerbitan Buku LIPI Press. Jakarta: UPT

Balai Media dan Reproduksi (LIPI Press).

Rifai, Mien A. 2011. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan

Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sorenson, Sharon. 1992. Webster’s New WorldTM Student Writing Handbook.

New York: Prentice Hall.

Syaefullah, Avip. 2015. Prinsip Dasar Penyusunan dan Penulisan Karya Tulis

Ilmiah: The Fundamental of Scientific Writing. Jakarta: Grasindo.

The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Page 27: TAKTIS MENULIS ARTIKEL ILMIAH DI MAJALAH ATAU JURNAL ILMIAHbbta3.bppt.go.id/wp-content/uploads/2019/05/TaktisMenulisArtikelIlmiah.pdf · 1 HANDOUT ©2018 oleh Bambang Trimansyah Handout

26

Tim Editor LIPI Press, 2014. Pedoman Penerbitan Buku LIPI Press. Jakarta: LIPI

Press.

Trim, Bambang. 2012. Tak Ada Naskah yang Tak Retak. Bandung: Trim

Komunikata.

---. 2017. 200+ Solusi Editing Naskah dan Penerbitan. Jakarta: Bumia Aksara.

Wibowo, Wahyu. 2013. Menulis Artikel Ilmiah yang Komunikatif. Jakarta: Bumi

Aksara.

Bambang Trimansyah atau yang lebih dikenal dengan nama pena Bambang

Trim adalah praktisi di bidang penulisan-penerbitan dengan pengalaman

lebih dari 24 tahun. Ia adalah lulusan Prodi D3 Editing Unpad dan S1 Sastra

Indonesia Unpad. Sejak 1994, ia telah menulis buku pelajaran, lalu merintis

karier sebagai editor buku hingga menjadi pimpinan puncak di beberapa

penerbit nasional. Pengalaman akademis diperolehnya dengan menjadi

dosen di almamaternya, Prodi D3 Editing Unpad, serta juga di Jurusan

Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta dan Politeknik Negeri Media Kreatif.

Kini Bambang Trim menjabat sebagai direktur di Institut Penulis Indonesia,

LSP Penulis dan Editor Profesional, serta menjadi Ketua Umum

Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia (Penpro). Ia juga telah berbagi

tentang penulisan dan penerbitan di banyak lembaga, seperti BPK, KPK,

Setneg Wapres RI, Badan Informasi Geospasial, Komisi X DPR-I, Puskurbuk

Kemendikbud, LIPI Press, Pusbindiklat LIPI, Puslitair Kemen PUPR,

Pusdiklatnakes, Balitbang Kemenkes, IAARD Press, UB Press, UMM Press,

Pusdiklatren Bappenas, dan BMKG.