taksonomi hewan

Upload: nur-aini

Post on 18-Oct-2015

245 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan praktikum taksonomi hewan

TRANSCRIPT

PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

Oleh :Nama: Saifur RokhmanNIM: B1J010206Rombongan: VIIKelompok: 1Asisten: Kukuh Ryan Maulani

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2012I. PENDAHULUANA. Latar BelakangMorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Namun demikian pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit (Suhardi, 1983).Hewan dibagi dalam dua kelompok yaitu hewan vertebrata dan avertebrata. Suhardi (1983) menyatakan bahwa semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang digolongkan ke dalam hewan avertebrata. Hewan avertebrata kemudian digolongkan kembali dalam dua golongan, yaitu hewan bersel tunggal yang tubuhya terdiri atas satu sel saja sebagai contoh adalah hewan-hewan golongan Filum Protozoa, antara lain Amoeba, Paramaecium, Euglena, dan Plasmodium. Golongan yang kedua yaitu hewan avertebrata bersel banyak/multiseluler.Lutz (1985) menyatakan, di dunia ini terdapat 40 phyla hewan avertebrata yang dikelompokkan atas dasar banyaknya sel penyusun tubuh, konstruksi tubuh, jumlah lapisan tubuh, kesimetrian tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal perkembangan embrionalnya, kondisi rongga tubuh, ada tidaknya lofofora, dan segmentasi tubuh.kesimetrian tubuh dan ada tidaknya segmentasi tubuh dapat diketahui melalui pengamatan ciri morfologi.

B. TujuanTujuan praktikum kali ini adalah Mengenali ciri-ciri yang tampak pada hewan avertebrata dan vertebrata, mengelompokan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan rangka internal, tengkorak, mata, kuping, simetri radial, simetri bilateral, metamerisme dan tagmatisasi.

II. MATERI DAN METODEA. Materi Materi yang diamati adalah hewan avertebrata yang merupakan anggota dari Cmidaria, Ctenophora, Echinodermata, Annelida, Insecta dan Crustacea. Hewan vertebrata yang merupakan anggota dari Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves dan Mamalia. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu bak preparat, pinset, jarum preparat, kaca pembesar, mikroskop, buku gambar dan alat tulis.

B. Metode Metode yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :1. Pemisahan antara hewan avertebrata dan vertebrata.2. Gambar hewan preparat.3. Amati preparat hewan secara morfologinya yang dimiliki seperti simetri radial, simetri bilateral, metamerisme, dan tagmatisasi.4. Deskripsikan hewan preparat tersebut.5. Buat klasifikasi setiap hewan yang diamati.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilHasil praktikum diperoleh adalah perbedaan antara hewan avertebrata dengan vertebrata. Hewan vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang serta struktur tubuh yang lebih sempurna dari pada avertebrata. Vertebrata memiliki tali yang mirip sum-sum tempat berkumpulnya sel-sel saraf dan menjadi perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Contohnya Ikan Nilem, Ular, Kelinci dan Burung. Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang belakang/pinggang. Contohnya Cacing, Bulu babi, Belalang dan Udang. Berikut adalah tabel dasar pengelompokkannya:NODasar pengelompokanNama speciesKeterangan ( Avertebrata/ Vertebrata )

1.Rangka InternalOsteochilus hasseltiVertebrata

Boiga dendrophilaVertebrata

Pycnonotus aurigasterVertebrata

Brachilagus sp.Vertebrata

2.TengkorakOsteochilus hasseltiVertebrata

Boiga dendrophilaVertebrata

Pycnonotus aurigasterVertebrata

Brachilagus sp.Vertebrata

Pycnonotus aurigasterVertebrata

3.Mata

Valanga spAvertebrata

Osteochilus hasseltiVertebrata

Boiga dendrophilaVertebrata

Pycnonotus aurigasterVertebrata

Macrobrachium rosenbergiiAvertebrata

4.KupingBrachilagus sp.Vertebrata

5.Kesimetrian tubuha. Bilateral simetri

Valanga spAvertebrata

Macrobrachium rosenbergiiAvertebrata

Osteochilus hasseltiVertebrata

Pycnonotus aurigasterVertebrata

Boiga dendrophilaVertebrata

Brachilagus sp.Vertebrata

Pheretima spAvertebrata

b. Radial simetri

Diadema spAvertebrata

6.MetamerismePheretima spAvertebrata

7.TagmatisasiValanga spAvertebrata

Macrobrachium rosenbergiiAvertebrata

B. Pembahasan Dunia hewan atau kingdom animalia secara garis besar, dibagi menjadi vertebrata dan avertebrata dengan ciri-ciri taksonomi individu yang beraneka ragam dalam suatu takson. Hewan avertebrata pertama kali dikelompokan berdasarkan banyaknya sel penyusun tubuh. Hewan avertebrata bersel satu dikelompokan kedalam hewan multiseluler. Hewan uniseluler atau protozoa dibedakan atas cara dan lokomosinya yaitu menggunakan silia, flagella, atau pseudopodia. Pembedaan hewan lainya dilakukan berdasarkan kesimetrian tubuhnya. Kondisi yang dimiliki tersebut dapat dirunut dan ditelusuri untuk melakukan identifikasi dan determinasi hewan avertebrata. Hewan vertebrata merupakan salah satu subfilum dari filum Chordotha. Hewan yang termasuk Chordota mempunyai karakteristik yaitu, adanya tali sumbu yang tumbuh disebelah dorsal. Ciri-ciri vertebrata adalah mempunyai kerangka tubuh bagian dalam disebut dengan eksoskeleton yang terbentuk dari jaringan tulang sejati dan tulang rawan. Kerangka tubuh sebagai pelindung atau penyonkong organ organ lain dan melekatnya otot lurik. Kerangka sumbu tubuh berupa susunan ruas-ruas tulang belakang, maka golongan hewan ini disebut vertebrata. susunan syaraf otak yang dilindungi oleh kerangka tengkorak, maka golongan ini disebut Craniata (Jasin, 1989).Hewan Avertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga memiliki sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan avertebrata. Amoeba misalnya, Amoeba mendapatkan makanan dengan membentuk kaki semu yang mengarah kepada makanan selanjutnya dikelilingi kaki semu kemudian makanan tersebut dibawa ke protoplasma. Dalam protoplasma yang mengandung makanan yang menghasilkan enzim pencernaan. Dalam rongga makanan tersebut terjadi pencernaan makanan. Makanan yang telah dicerna yang berupa sari makanan diserap dari sisa-sisa makanan dan dikeluarkan dari dalam tubuh. Anggota hewan avertebrata mencapai 90% dari semua spesies hewan yang ada di darat maupun di air dengan ukuran ubuh yang bervariasi. Hewan avertebrata yang banyak sekali disekitar kita misalnya, bekicot, kerang, udang, cumi-cumi, cacing, kupu-kupu, dan lebah (Jasin, 1989).Menurut Jasin (1989), dunia hewan atau kingdom animalia juga mengenal simetri tubuh yang dibedakan menjadi dua yaitu:a. Simetri BilateralHewan dengan simerti ini memiliki bagian tubuhnya tersusun bersebelahan dengan lainnya. Apabila diambil garis memotong melewati mulut dan anus makan akan diperoleh bagian yang sama antara sisi kiri dan sisi kanan. Hewan ini selain memiliki puncak (oral) dan sisi dasar (aboral), juga memiliki sisi atas (dorsal) dan sisi bawah (vebtral), sisi kepala (anterior) dan sisi ekor (posterior), serta juga sisi samping (lateral). Contoh hewan ini adalah hewan-hewan dari phyla Cnidaria dan Ctenophora.b. Simetri Radial.Simetri radial menggambarkan hewan yang mempunyai bagian tubuh yang tersusun melingkar (bulat). apabila diambil garis melewati mulut akan menghasilkan bagian-bagian sama. Hewan ini hanya mempunyai bagian puncak (oral) dan bagian dasar (sisi aboral). Hewan yang termasuk golongan ini adalah porifera, cnidaria, dan echinodermata. Hewan yang mempunyai simetri radial disebut radiate. Contohnya adalah hewan classis insecta dari phylum Arthropoda.Hewan avertebrata ada yang terdiri atas segmen-segmen atau metamer. Segmen-segmen ini ada yang serupa dari depan ke belakang (anteroposterior), gejala semacam ini, yaitu tubuh hewan avertebrata tersusun oleh suatu rangkaian segmen atau metamer, yang segaris sepanjang sumbu anteroposterior disebut mengalami metamerisme. Masing-masing metamer penyusun tubuh hewan avertebrata ini mirip dalam konstruksi dan fungsinya. Umumnya hewan protostomata bermetamer, masing-masing metamer atau disebut juga somit, dilewati oleh usus. Contoh : anggota dari phylum Annelida (Jasin, 1989).Hewan avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberapa segmen menyusun kepala, thoraks dan abdomen. Proses penyatuan beberapa atau banyak segmen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi pada hewan bermetamer ini di disebut mengalami tagmatisasi. Masing-masing kelompok metamer atau tagma ini secara structural dan fungsional berbeda dengan tagma lainnya. Contoh : pada classis Insecta dan Crustacea memiliki tiga tagma yaitu kepala, thoraks dan abdomen yang masing-masing terdiri dari tiga atau lebih metamer (Suhardi, 1983). Borror (1996) menambahkan hewan avertebrata yang tubuhnya terdiri atas beberapa segmen yang menyusun kepala, thoraks, dan abdomen. Proses penyatuan beberapa segmen dalam beragam kelompok fungsi hewan bermetamer disebut tagmatisasi. Masing-masing kelompok metamer atau tagma struktural dan fungsional berbeda dengan tagma lainnya. Abdomen yang terdapat pada Serangga umumnya terdiri dari 11 metamer. Thoraks adalah tagma lokomotor tubuh, dan thoraks mengandung tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Thoraks terdiri tiga ruas, yaitu bagian anterior prothoraks, mesothoraks, dan bagian posterior metathoraks. Kepala pada serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer tubuh, bersama-sama mengkhususkan untuk pengumpulan makanan dan manipulasi, penerimaan sensoris, dan perpaduan syaraf.Vertebra transisi lumbosakral adalah bawaan kelainan tulang belakang, dijelaskan dalam banyak spesies. Vertebra Transisi dianggap perantara jenis tulang belakang, terbentuk karena panggul dan vertebra kontak pembentuk sedikit tengkorak atau ekor untuk titik normal mereka kontak, sehingga formatif stimulus yang mempengaruhi perkembangan melintang (Newitt, 2009).Klasifikasi hewan pada praktikum kali ini terdiri dari :1. Bulu babi (Diadema sp.) Bulu babi merupakan hewan laut yang berbentuk bulat, mempunyai rangka luar yang terdiri dari lempeng-lempeng kapur. Makananya dapat berupa ganggang yang digaruk dengan ke lima giginya yang besar. Bulu babi berpindah tempat perlahan-lahan menggunakan duri-duri dan kaki ambulacral. Perkembang biakanya terjadi secara seksual. Fertilisasi terjadi di luar tubuh dan larvanya disebut ochinopluteus. Echinodermata (Filum Echinodermata, dari bahasa Yunani untuk kulit duri) adalah sebuah pylum dari hewan laut yang ditemukan hampir di semua kedalaman. Echinodermata adalah pylum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang mampu hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga sangat khas dalam "cetak biru" bentuk tubuhnya: kebanyakan berdasarkan simetri radial (memiliki jari-jari yang simetris), khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang masih berkerabat relatif dekat dengan Chordata, dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva hemichordata (Radiopoetro, 1981). Pylum ini muncul di periode Cambrian awal dan terdiri atas 7.000 species yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah. Lima atau enam kelas (enam bila Concentricycloidea dihitung) masih hidup sekarang: Asteroidea (bintang laut): sekitar 1.500 species yang menangkap mangsa untuk makanan mereka sendiri Concentricycloidea, dikenal karena sistem vaskular air mereka yang unik; dua species; baru-baru ini digabung ke dalam Asteroidea. Crinoidea (lili laut): sekitar 600 species merupakan pemakan yang menunggu mangsa. Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir): dikenal karena duri mereka yang mampu digerakkan; sekitar 1.000 spesies. Holothuroidea (teripang): hewan panjang menyerupai siput; sekitar 1.000 spesies. Ophiuroidea (bintang ular), secara fisik merupakan echinodermata terbesar; sekitar 1.500 species (Radiopoetro, 1981).Bentuk hewan yang sudah punah dapat diketahui dari fosil termasuk blastoidea, edrioasteriodea, cystoidea dan beberapa hewan Cambrian awal seperti Helicoplacus, Carpoidea, Homalozoa dan Eocrinoidea seperti Gogia (Radiopoetro, 1981). Banyak hewan jenis ini yang memiliki peranan besar dalam ekosistem laut terutama ekosistem littoral pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal dan palung laut. Species bintang laut (Pisaster ochraceus) misalnya, menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di pesisir barat Amerika Utara, secara spesifik dapat mengendalikan populasi tiram biru (Mytilus edulis)sehingga spesies yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendapatkan dominansi yang berlebih. Contoh lain adalah mahkota duri (Acanthaster planci) yang memakan polip karang di perairan Indo-Pasifik. Kendati sering dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa mahkota duri sebenarnya adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu karang, sehingga terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua, juga mengurangi tekanan kompetisi antara satu species karang dengan yang lain (Djuhanda, 1985).Bulu babi termasuk hewan Avertebrata laut yang kaya manfaat. Organisme yang tergolong dalam kelas Echinoidea ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan bergizi berguna dalam ekologi dan bernilai ekonomis penting. Bulu babi juga berfungsi sebagai organisme hiasan dan digunakan dalam bidang kesehatan untuk pengobatan penyakit. Beberapa ahli menggunakan bulu babi sebagai salah satu organisme paling populer untuk mempelajari biologi reproduksi, embriologi, toksikologi , regulasi gen , dan biologi evolusi (Toha, 2007).

Klasifikasi Bulu babi menurut Pratt (1935) adalah :Filum: EchinodermataKelas: EchinoideaSubkelas: EuchinoideaOrdo: CidaroideaFamili: DiadematidaeGenus: DiademaSpecies: Diadema sp.

2. Belalang (Valanga sp.)

Belalang merupakan serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa species belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan (Donal, 1996).Klasifikasi belalang (Valanga sp.) menurut Jasin (1989) adalah sebagai berikut:Kingdom: AnimaliaPhylum: ArthropodaClassis: InsectaOrdo: OrthopteraSub ordo: CaeliferaGenus: ValangaSpecies : Valanga sp.3. Udang Air Tawar (Macrobrachium rosenbergii)Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut, atau danau dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat air laut. Betina mampu menelurkan 50.000 hingga 1 juta telur, yang akan menetas setelah 24 jam menjadi larva (nauplius). Nauplius kemudian bermetamorfosis memasuki fase zoea (jamaknya zoeae). Zoea memakan ganggang liar. Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis (jamaknya myses). Mysis memakan ganggang dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari mereka bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap pascalarva. Pascalarva terjadi dimana udang muda sudah memiliki ciri-ciri hewan dewasa. Seluruh proses memakan waktu sekitar 12 hari dari pertama kali menetas. Udang budidaya pada tahap ini, sudah siap untuk diperdagangkan dan disebut sebagai benur. Di alam liar, postlarvanya bermigrasi ke estuari, yang sangat kaya nutrisi dan bersalinitas rendah. Di sana mereka tumbuh dan terkadang bermigrasi lagi ke perairan terbuka di mana mereka menjadi dewasa. Udang dewasa merupakan hewan bentik yang utamanya tinggal di dasar laut (Jasin, 1989).

Klasifikasi udang menurut Jasin (1989), adalah sebagai berikut :Phylum: ArthropadaClassis: CrustaceaOrdo: DecapodaFamily: PlaemonideaGenus: MacrobachiumSpesies: Macrobachium rosenbergiiUdang memilki organ vesus atau organ organ penting seperti kaki renang dan yang terutama adalah antenna yang berupa juluran panjang pada bagian anterior sungut dan memiliki antenna yang berukuran pendek. Pada dasarnya Crustacea atau udang air tawar ini memiliki morfologi yang berupa cepal, thorax, dan abdomen akan tetapi setelah diidentifikasi ternyata udang memiliki bagian tubuh yang cepalothorax dan abdomennya memisah (Suwignyo, 2005).Udang merupakan organisme nokturnal yang aktif mencari pakan pada waktu malam. Siang hari, mereka beristirahat baik membenamkan diri di dalam lumpur maupun menempel pada sesuatu benda yang terbenam dalam air (Suyanto et al, 2001). Menurut Divine dan Ateme (1982), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, bagian lateral, dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis ampak sama. Organ tersebut dapat berfungsi sebagai pembau dan perasa.4. Cacing Tanah (Pheretima sp.)Cacing tanah memiliki panjang tubuh antara 18-20 cm, berbentuk silindris dan segmennya tampak jelas memiliki sedikit rambut. Kepala jelas tetapi tidak dilengkapi mata, tentakel, dan parapodia, tetapi tetap peka terhadap cahaya kerena disepanjang tubuhnya terdapat organ-organ perasa. Kepalanya kecil dan tidak mempunyai alat peraba. Warna tubuh permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan. Mulut terdapat diujung anterior pada bagian yang disebut prostomium, yang tidak merupakan segmen yang sebenarnya. Anus yang terdapat pada bagian ujung segneb yang terkaudal. Setae berguna sebagai alat gerak bagi cacing tanah, yang digerakkan oleh musculus retractor (Radiopoetro, 1981). Mayr (1982) menambahkan bahwa tubuh cacing pada 2/3bagian posteriornya sedikit memipih ke arah dorsoventral, bersegmen-segmen dan jelas terdapat annuli external sesuai jumlah segmen dalam, yaitu 150 segmen. Permukaan tubuh cacing tanah juga terdapat beberapa lubang-lubang muara keluar dari berbagai alat atau organ di dalam tubuh, organ-organ tersebut adalah mulut, anus, lubang muara keluar ductus spermaticus, atau vas defferens, terletak pada segmen ke 15, lubang muara keluar oviduct, pada segmen ke 14, lubang muara keluar receptaculum seminis pada segmen ke 9 dan ke10, pori dorsales pada segmen ke 8, dan sepasang nephridiopori pada semua segmen.Cacing tanah bernafas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis dan banyak mengandung kapiler darah (Jasin, 1989). Sistem ekskresi pada cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap segmen badan terdapat sepasang nephridia, kecuali 3 segmen yang pertama dan yang terakhir. Tiap nephridium terdiri atas nephrostoma dan saluran atau pipa yang berkelok-kelok. Cacing tanah bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovari dan terletak di dalam segmen ke 13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke 13 dan infundibulumnya bercilia. Oviduct tadi melalui septum yang terletak di antara segmen ke 13 dan segmen ke 14, dan di dalam segmen ke 14 membesar dan membentuk kantong telur (Jasin, 1989).

Menurut Jasin (1989), Klasifikasi dari cacing adalah sebagai berikut:Kingdom: AnimaliaFilum: AnnelidaClass: ChaetopodaOrdo: OligochaetaFamily: OligochaetodaGenus: PheretimaSpesies: Pheretima sp.

5. Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Burung kutilang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung dan ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) berwarna putih keabu-abuan. Bagian atas kepala (mulai dari dahi, topi dan jambul) berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga. Iris mata berwarna merah serta paruh dan kaki hitam (Djuhanda, 1985). Menurut Djuhanda(1985), klasifikasi dari cacing adalah sebagai berikut:Kingdom: AnimaliaFilum: ChordataClass: AvesOrdo: PasserimoesGenus: PycnonotusSpesies: Pycnonotus aurigaster

6. Ular Tali Wangsa (Boiga dendrophila)Ular merupakan reptile yang tidak berkaki dan bertubuh panjang, memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptile bersisik. Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan bahkan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, dll. Ular memakan mangsanya bulat-bulat tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu. Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan (Jasin, 1989).

Menurut Jasin (1989), klasifikasi dari ular tali wangsa adalah sebagai berikut :Kingdom: AnimaliaFilum: ChordataClass: SauropsidaOrdo: SquamataGenus: BoigaSpesies: Boiga dendrophila

7. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Ikan Nilem (Osteochillus hasselti), menurut Radiopoetro (1981) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :Kingdom: AnimaliaPhylum: ChordataSubphylum: VertebrataClassis: PiscesSubclass : Teleostei Ordo : OstariophysiSubordo : CyprinoidaeFamili: CyprinidaeGenus : OsteochilusSpesies : Osteochilus hasseltiIkan Nilem (Osteochilus hasselti) bentuk tubuh hampir serupah dengan ikan mas, hanya kepalah relatif kecil, pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuh ikan ini hijau abu-abuan, dan hidup di perairan yang jernih, makanan berupa tumbuhan.sirip punggung dari ikan nilem ini di sokong jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagakbentuknya simetris. Sirip dubur di sokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak,sirip perut di sokong 1 jari-jari keras dan 8 jari lunak, sirip dada di sokong 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Di indonesia ikan ini terdapat di jawa, sumatra, dan kalimantan di luar indonesia terdapat di malaysia dan siam. (Djuhanda, 1981).8. Kelinci (Brachilagus sp.)

Kelinci (Brachilagus sp.), menurut Jasin (1989), adalah :Kingdom : AnimaliaSuperfilum : ChordataFilum : VertebrataKelas : MammaliaOrdo : LagomorphaFamili : LeporidaeGenus : BrachilagusSpecies : Brachilagus sp.Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan, dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah silang luar dari jenis Angora dengan jenis lain, namun di kalangan peternak kelinci hias disebut sebagai Lyon atau Angora jadi-jadian (Jasin, 1989). Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni jenis kelinci jawa (Lepus negricollis) dan kelici sumatera (Nesolagus netseherischlgel). Kelinci Jawa, diperkirakan masih ada di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya cokelat perunggu kehitaman. Ekornya berwarna jingga dengan ujungnya yang hitam. Berat Kelinci Jawa dewasa bisa mencapai 4 kg. Sedangkan kelinci sumatera, merupakan satu-satunya kelinci asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatera. Panjang badannya mencapai 40 cm. Warna bulunya kelabu cokelat kekuningan (Jasin, 1989).

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasansebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa :1. Hewan-hewan avertebrata memiliki ciri-ciri:a. Tidak memiliki tulang belakangb. Ada yang bersel satu dan ada yang bersel banyak2. Hewan-hewan vertebrata memiliki ciri-ciri:a. Memiliki kolumna vertebrae yang tersusun atas tulang rawan dan tulang sejatib. Memiliki aktivitas yang umumnya tinggic. Memperlihatkan tingkatan sefalisasi yang sangat maju3. Didunia ini ada 40 phyla hewan avertebrata yang dikelompokan atas dasar : banyaknya sel penyusun tubuh, kontruksi tubuh, jumlah lapisan tubuh, kesimetrian tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal perkembangan embrionalnya, kondisi rongga tubuh, serta ada tidaknya lofofora dan segmentasi tubuh.

B. Saran 1. Praktikan lebih teliti pada saat menggambar hewan avertebrata sehingga bagian-bagian yang menggambarkan ciri-ciri morfologi terlihat jelas.2. Asisten selalu mendampingi dan menjelaskan secara detail ciri-ciri morfologi hewan avertebrata dan vertebrata yang digunakan dalam praktikum.C. DAFTAR REFERENSIBorror, Donald J.; Charles A. Triplehorn; Norman F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Divine, D. V. and J. Ateme. 1982. Function of Chemoreseptor Organ in Spatial Orientation of Lobster. Homerias Anert Carias Difference and Overlap. Boston : Boston University Marine Program Biological Laboratory.

Djuhanda, T. 1985. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Bandung, Armico.

Donal, J. Borrow, et al. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. UGM Press, Jogjakarta.

Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya, Surabaya.

Mayr, Ernest. 1982. Principles Of Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.

Newitt , Anna L.M., Alexander J. German and Frances J. Barr. 2009. Lumbosacral transitional vertebrae in cats and their effects on morphology of adjacent joints. Journal of Feline Medicine and Surgery. Volume 11. Hal 941-947.

Pratt, H.S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill. Company Inc : New York.

Radiopoetro. 1981. Zoologi. Erlangga, Jakarta Siwi, S.S. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta.

Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Suyanto, S. R. dan Mujimin, A. 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya, Jakarta. Toha AHA. 2007. Keragaman Genetik Bulu Babi (Echinoidea). Perikanan FPPK Universitas Negeri Papua. Papua. Vol 12 (2).