taksonomi variabel

28
Taksonomi Variabel Pembelajaran 1 Vote Taksonomi variabel pembelajaran Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran meliputi; 1) Tujuan dan karakteristik bidang studi/disiplin ilmu, 2) Kendala

Upload: poetra-ramandha-at-tahir

Post on 26-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Taksonomi Variabel

TRANSCRIPT

Taksonomi VariabelPembelajaran1 Vote

Taksonomi variabel pembelajaran

Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran meliputi; 1) Tujuan dan karakteristik bidang studi/disiplin ilmu, 2) Kendala dan karakteristik bidang studi/disiplin ilmu, 3) Karakteristik peserta belajar (Mahasiswa). Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa. Karakteristik bidang studi/disiplin ilmu adalah aspek-aspek suatu bidang studi/disiplin ilmu yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti waktu, media, personalia, dan dana. Sedangkan karakteristik mahasiswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan mahasiswa, seperti bakat, motivasi, kemampuan awal atau hasil belajar yang telah dimilikinya, harapan, dll.Metode Pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Metode pembelajaran meliputi; 1) Strategi pengorganisasian isi/materi (Organizational strategy), 2) Strategi penyampaian (Delivery strategy), 3) Strategi pengelolaan (Management strategy). Strategi pengorganisasian isi/materi (Organizational strategy) adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi/disiplin ilmu yang telah dipilih dalam pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya yang setingkat dengan itu. Ada 2 strategi pengorganisasian materi yaitu strategi makro dan strategi mikro. Strategi penyampaian (Delivery strategy) yaitu metode untuk menyampaikan isi pembelajaran kepada mahasiswa dan/atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari mahasiswa. Strategi pengelolaan (Management strategy) adalah metode untuk menata interaksi antara mahasiswa dengan variabel metode pembelajaran lainnya (variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran).Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Hasil pembelajaran meliputi; 1) keefektifan (effectiveness), 2) efisiensi (efficiency), dan 3) daya tarik (appeal). Keefektifan (effectiveness) pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian belajar mahasiswa. Efisiensi (efficiency) pembelajaran biasanya diukur dari rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai mahasiswa dan/atau jumlah biaya yang digunakan. Daya tarik (appeal) pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan mahasiswa untuk tetap terus belajar.Berdasarkan variabel-variabel pembelajaran di atas dikembangkan alur kegiatan perancangan dan pengembangan pembelajaran. Perencanaan dan pengembangan pembelajaran merupakan langkah-langkah penting yang harus dilakukan agar terjadi aktivitas belajar yang optimal dalam diri mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Penataan langkah-langkah tersebut berupa urutan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan, dengan memperhatikan variabel-variabel penting pembelajaran di atas.Perencanaan dan Pengembangan PembelajaranBerpijak pada klasifikasi variabel-variabel pembelajaran di atas, dikembangkanlah langkah-langkah perencanaan dan pengembangan pembelajaran sebagai berikut:1. Analisis tujuan dan karakteristik bidang studi (matakuliah).2. Analisis sumber belajar (kendala)3. Analisis karakteristik mahasiswa4. Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran6. Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran7. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran8. Mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.1. Analisis tujuan dan karakteristik bidang studi.Analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi perlu dilakukan pada tahap awal kegiatan perencanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran atau kapabilitas belajar apa yang diharapkan dikuasai oleh mahasiswa. Gagne (1975) mengelompokkan tujuan pembelajaran atau kapabilitas belajar ke dalam 5 kelompok, yaitu: informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan psikomotorik. Bloom (1979) mengelompokkan tujuan pembelajaran ke dalam 3 domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Analisis karakteristik isi bidang studi dilakukan untuk mengetahui tipe isi bidang studi apa yang akan dipelajari mahasiswa apakah berupa fakta, konsep, prosedur, ataukah prinsip.2. Analisis sumber belajar (kendala)Sumber-sumber belajar apa yang tersedia dan dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran serta dapat mendukung proses pembelajaran.3. Analisis karakteristik mahasiswaMenganalisis karakteristik mahasiswa untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan mahasiswa. Ciri-ciri yang dimaksud termasuk diantaranya adalah kematangan tingkat berpikir, motivasi, kemampuan awal, bakat, gaya belajar, serta kebutuhan/harapannya. Karakteristik mahasiswa harus dijadikan pijakan dalam merancang pembelajaran.4. Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaranLangkah menetapkan tujuan dan isi pembelajaran memuat rumusan tujuan khusus pembelajaran atau kompetensi apa yang diharapkan dikuasai oleh mahasiswa, serta tipe atau struktur isi pelajaran yang bagaimana yang dipelajari untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan tersebut.5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi/materi pembelajaran Strategi pengorganisasian isi/materi pembelajaran amat dipengaruhi oleh tipe isi dan struktur bidang studi (matakuliah) yang dipelajari. Pengorganisasian materi pembelajaran dapat dilakukan di tingkat makro (kurikulum/silabi) maupun tingkat mikro (Satuan tatap muka/ SAP).6. Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran. Langkah ini didasarkan pada hasil analisis sumber belajar dan kendala. Daftar sumber belajar yang tersedia dijadikan dasar dalam memilih dan menetapkan strategi penyampaian pembelajaran.7. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaranLangkah ini amat tergantung pada hasil analisis karakteristik mahasiswa. Karakteristik mahasiswa dijadikan dasar untuk memilih dan menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran seperti pengelolaan motivasional, kontrol belajar, dll.8. Mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.Pengukuran hasil pembelajaran untuk mengetahui tingkat keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pengamatan, tes, hasil karya mahasiswa, dan lainnya.Dari langkah-langkah di atas langkah menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran merupakan langkah penting yang sering kali diabaikan dalam perencanaan pembelajaran.Model desain pembelajaran lain yang banyak digunakan adalah model Dick dan Carey. Ada sepuluh langkah dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran menurut Dick dan Carey, yaitu;1. Analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum.2. Melakukan analisis pembelajaran3. Menganalisis karakteristik peserta belajar dan konteks4. Merumuskn tujuan-tujuan khusus5. Pengembangan alat penilaian6. Mengembangkan strategi pembelajaran7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran8. Merancang dan menyusun evaluasi formatif9. Merancang dan menyusun evaluasi sumatif10. Revisi pembelajaran

1.Analisis kebutuhan pembelajaranKebutuhan adalah kesenjangan antara kondisi sekarang dengan kondisi yang diinginkan. Langkah ini merupakan need assessment, yaitu menganalisis kebutuhan apa yang harus dikuasai mahasiswa sebagai kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Kompetensi ini berorientasi pada hasil dan implikasi yang diharapkan muncul pada diri mahasiswa melalui serangkaian pengalaman belajar. Berdasarkan kebutuhan akan penguasaan kompetensi ini, diidentifikasikan tujuan-tujuan umum pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa. Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil belajar yang harus dikuasai mahasiswa, yang dikembangkan mengacu kepada kebutuhan atau kompetesi yang telah ditetapkan.2. Melakukan analisis pembelajaranAnalisis pembelajaran merupakan upaya bagaimana suatu kompetensi dapat dicapai melalui pengaturan secara sistematis langkah-langkah pembelajaran baik secara prosedural, hirarkhial, maupun kombinasi keduanya. Langkah-langkah tersebut sering digambarkan sebagai diagram atau alur atau skema yang tersusun berdasarkan tahap-tahap rangkaian pengalaman belajar yang harus dilalui mahasiswa, untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.3. Menganalisis karakteristik peserta belajar/mahasiswa dan konteksParadigma baru dalam pembelajaran menempatkan kebutuhan mahasiswa sebagai hal yang utama. Ini berarti bahwa upaya apapun dalam peristiwa pembelajaran harus berorientasi dan berfokus serta berpijak pada kondisi dan kebutuhan mahasiswa. Karakteristik mahasiswa sebagai variabel kondisi pembelajaran didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta belajar. Aspek-aspek ini dapat berupa kecerdasan, motivai belajar, gaya kognitif, gaya belajar, dan yang terpenting adalah kemampuan awal atau hasil belajar yang telah dimilikinya. Kemampuan awal sebagai kemampuan prasyarat sangat diperlukan sebagai dasar pijakan dalam memilih bahan dan strategi pembelajaran. Karakteristik mahasiswa ini perlu diperhatikan, karena akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya.4. Merumuskan tujuan-tujuan khususLangkah berikutnya adalah merumuskan tujuan-tujuan khusus pembelajaran. Tujuan khusus adalah pernyataan-pernyataaan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari tujuan-tujuan umum yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan karakteristik mahasiswa serta konteks yang ada. Tujuan khusus ini akan bermanfaat untuk mempreskripsikan strategi pembelajaran di tingkat mikro. Tujuan khusus ini juga yang akan memberi arah isi atau materi yang akan dipelajari, sekaligus cara mengorganisasikan materi. Untuk merumuskan tujuan khusus pembelajaran, biasanya mencantumkan komponen-komponen utama seperti; audience (mahasiswa), behavior (perilaku/kemampuan), conditions (kondisi/konteks), dan degree ( kriteria). Untuk lebih mudah mengingat biasanya digunakan mnemonik ABCD.5. Pengembangan alat penilaianPenilaian merupakan suatu upaya untuk mengetahui perubahan kemampuan atau perilaku yang terjadi pada diri mahasiswa baik secara kuantitatif maupun kualitatif, setelah melalui proses belajar. Untuk mengetahui hasil belajar secara menyeluruh, maka penilaian harus dilakukan secara komprehensif, artinya;1. Isi penilaian mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.2. Semua isi pelajaran yang telah dipelajari harus terungkap dalam penilaian.3. Alat penilaian lengkap, tidak hanya terbatas pada satu macam alat saja.Selain alat penilaian harus komprehensif, juga harus memenuhi prinsip-prinsip;1. Harus sesuai untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.2. Harus dapat mengukur penguasaan materi-materi yang mewakili hasil belajar.3. Alat evaluasi direncanakan dengan matang, dengan kisi-kisi (blueprint).4. Untuk memperbaiki kualitas belajar mahasiswa.5. Memiliki daya kepercayaan tinggi (ketepatan hasil).6. Memiliki daya pembeda dan derajat kesukaran yang baik.6. Mengembangkan strategi pembelajaran Strategi pembelajaran dikembangkan berdasarkan student oriented. Strategi pembelajaran menurut Reigeluth (1998) dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu; strategi pengorganisasian isi pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi apapun yang dikembangkan harus sesuai dengan kemampuan dan tujuan apa yang harus dikuasai mahasiswa. Kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, strategi pembelajaran diutamakan pada ketrampilan memecahkan masalah. Pengetahuan prosedural sebagai proses kognitif dalam mengidentifikasi, mendefinisikan, mengaplikasikan, menginduksi dan membuat deduksi serta mengevaluasi, merupakan kemampuan-kemampuan yang perlu dikuasai dalam memecahkan masalah. Proses berpikir kreatif yang melibatkan aktivitas mental, emosional dan fisik, perlu dikembangkan. Pendekatan-pendekatan konstruktivistik, kreatif-ptoduktif, contextual teaching and learning, problem based learning, dan juga cooperative dan colaborative learning, merupakan konsep-konsep penting dalam mengembangkan strategi pembelajaran.7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaranPemilihan materi atau bahan pembelajaran mengacu pada tujuan-tujuan khusus pembelajaran. Langkah ini berhubungan dengan tindakan-tindakan untuk memilih isi, menata isi, mengurutkan, membuat rangkuman, diagram, format, gambar, atau yang setingkat dengan itu. Bahan-bahan pembelajaran dapat digali dari berbagai sumber, seperti dengan cara mengumpulkan isu-isu yang sedang berkembang, hasil-hasil penelitian, literatur, pendapat para ahli, kebijakan pemerintah, serta hal-hal yang ada dalam kehidupan masyarakat. Diperlukan upaya dan kreatifitas dosen untuk menggali kemungkinan-kemungkinan, memperjelas dan memperluas penguasaan materi mahasiswa dengan berbagai sumber belajar. Atau, belajar berbasis aneka sumber.8. Merancang dan menyusun evaluasi formatifEvaluasi selalu berhubungan dengan upaya pengambilan keputusan, karena hasil evaluasi merupakan landasan untuk menilai suatu program pembelajaran dan memutuskan apakah program dapat diteruskan atau masih perlu diperbaiki lagi. Untuk keperluan itu dibutuhkan berbagai macam data atau informasi. Evaluasi yang dimaksudkan sebagai proses (evaluasi formatif) bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan-tujuan program pembelajaran.Pendekatan yang dilakukan meliputi1. Merumuskan tujuan umum sesuai analisis kebutuhan, serta materi pelajaran.2. Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan-tujuan khusus yang dapat diukur atau diamati.3. Menentukan kondisi di mana mahasiswa dapat melakukan unjuk kerja yang diharapkan4. Menyusun instrumen yang memenuhi persyaratan obyektivitas, validitas, dan reliabilitas.5. Penerapan instrumen sebelum, selama dan sesudah program dilaksanakan.6. Analisis hasil evaluasi untuk menentukan keberlanjutan pelaksanaan program.9. Merancang dan menyusun evaluasi sumatifEvaluasi sumatif sebagai evaluasi hasil belajar adalah penting dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan mahasiswa dalam belajar. Kegiatan evaluasi ini perlu dilakukan secara kontinu untuk mengetahui proses berkembangan atau kemajuan belajar mahasiswa dari waktu ke waktu. Hasil evaluasi harus dapat memberikan informasi sejauh mana mahasiswa telah atau belum dapat menguasai kompetensi dan tujuan-tujuan belajar yang diharapkan. Selain untuk mengetahui penguasaan belajar mahasiswa, hasil evaluasi ini juga dapat digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan proses seleksi dan penempatan, perbaikan sistem pembelajaran, pengembangan kurikulum, bahkan untuk mengetahui akuntabilitas lembaga pendidikan.10. Revisi pembelajaranBerdasarkan hasil evaluasi, perbaikan program dapat dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang terkait dengan keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.Hasil analisis dan pengembangan seluruh langkah di atas akan menjadi bahan untuk ditata/disusun ke dalam Satuan Pembelajaran atau Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang siap dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Persoalannya adalah, masih sesuaikah prosedur pengembangan pembelajaran di atas jika perpijak pada paradigma pembelajaran kognitif-konstruktivistik?Seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, masih banyak permasalahan belajar dan pembelajaran yang dihadapi oleh bangsa ini yang perlu diatasi. Di sisi lain, berbagai pembaharuan di bidang pendidikan dan pembelajaran juga telah dilaksanakan, seperti perubahan kurikulum, pengembangan berbagai strategi pembelajaran, peningkatan sarana dan media pembelajaran, perbaikan sistem evaluasi, dan sebagainya. Namun, sejauh mana keberhasilannya? Hingga kini kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran masih dirasakan belum meningkat. Hal ini mendorong para ahli pembelajaran untuk merubah paradigma yang selama ini digunakan untuk beralih ke paradigma baru yang berpijak pada pandangan kognitif-konstruktivistik. Sebab, ada keyakinan bahwa komponen-komponen pendidikan dan/atau pembelajaran apapun yang diubah atau ditingkatkan jika paradigma yang melandasinya tidak berubah, maka hasilnya akan sama saja yaitu kurang efektif.Pandangan atau paradigma yang selama ini dianut adalah pandangan behavioristik. Pandangan ini sudah sekian lama dianut di negeri ini, sehingga sudah terpatri di dalam sistem pembelajaran di Indonesia. Banyak pendidik merasa enggan merubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun, sebab apa yang dilakukannya sudah dianggap baik. Belajar menurut pandangan behavioristik adalah menambah pengetahuan dan/atau merubah perilaku anak. Anak harus dapat mengungkapkan kembali informasi atau materi pelajaran yang telah dipelajarinya di sekolah. Pandangan demikian dianggap sebagai satu-satunya yang benar. Paradigma ini tampak pada desain-desain pembelajaran seperti model PPSI, Banathy, Kemp, Dick dan Carey. Model-model ini oleh Merrill, Li, dan Jones (1990) disebut sebagai First Generation Instructional Design (ID1).Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan teori-teori interaktif, dibutuhkan Second Generation Instructional Design (ID1) (Sri Anitah, 2003). Paradigma konstruktivistik lebih memperhatikan bagaimana manusia mengkonstruk atau membentuk pengetahuannya lewat pengalaman-pengalamannya, sehingga terjadi perubahan struktur kognitif serta keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa sekitarnya. Struktur kognitif yang dibentuk adalah unik untuk setiap individu. Implikasinya dalam desain pembelajaran adalah, karena siswa membentuk pengertian dan sudut pandangnya sendiri maka isi pelajaran tidak dapat dispesifikasi. Domain-domain pengetahuan tak dapat dipisahkan dari dunia nyata dan informasi dari berbagai sumber diperlukan untuk menganalisis suatu isu.Tujuan pembelajaran aliran behavioristik lebih menekankan pada hasil belajar yang diharapkan, sedangkan pandangan konstruktivistik tujuan pembelajarannya menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata. Oleh sebab itu, penekanan pada ketrampilan berpikir kritis, berpikir devergen dengan memanfaatkan informasi-informasi pada situasi baru sangat diperlukan. Diskusi dan refkeksi dengan melibatkan pengalaman konkrit dapat menjadikan belajar lebih bermakna. Dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kerja kelompok dan memainkan peran yang bervariasi akan dapat menghasilkan belajar lebih kreatif dan produktif. Sedangkan evaluasi pembelajaran untuk melihat apakah siswa mampu menyusun pengetahuan secara bermakna dan menggunakan cara berfikir devergen untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, evaluasi merupakan bagian utuh dari kegiatan belajar yang tidak terpisahkan dengan proses pembelajaran.

TAKSONOMI VARIABEL PEMBELAJARAN.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1.Taksonomi Variabel PembelajaranBanyak upaya yang dilakukan ilmuan pembelajaran dalam mengklasifikasi variabel dalam pembelajaran. Pengelompokan atau taksonomi dapat diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi.Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Sudana Degeng, 1989:12) klasifikasi variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjad tiga variabel yaitu sebagai berikut :1. Variabel kondisi pembelajaran2. Variabel metode pembelajaran3. Variabel hasil pembelajaran

2.1.1. Kondisi PembelajaranKondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Ondisi pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik, kondisi kelas, materi pembelajaran.Variabel yang termasuk kedalam kondisi pembelajaran yaitu variabel-variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode yaitu :1. Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya pengajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Tujuan pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, sejalan dengan 2 jenis strategi pengorganisasi pengajaran yang ada (strategi dan mikro) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.Sedangkan karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Karakteristik setiap bidang studi sangatlah berbeda-beda. Oleh karena berbedanya karakter satu bidang studi dengan bidang studi yang lain dituntut menggunakan strategi dan media yang berbeda pula. Disinilah peranan seorang guru dalam mengorganisasi pelajaran, pemilihan media dan menetapkan strategi dalam pembelajaran.

2. Kendala dan Karakteristik Bidang StudiAda dua variabel yang mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian, yaitu : karakteristik bidang studi dan kendala. Karakteristik bidang studi perlu menjadi pertimangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan digunakan menyampaikan pembelajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat kecermatan suatu media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu ditimbulkannya.Sedangkan kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu, personalia, dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam menjalani kegiatan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan untuk memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat juga kita artikan sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apa bila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik.Namun perlu kita ingat, bahwa peranan media tidak akan telrihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagia alat bantu pengajaran, akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.Selain itu kencala yang sering terjadi di lapangan adalah faktor keuangan. Seorang guru dituntut untuk mengunakan media dalam proses belajar mengajar. Aka tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media tersebut. Dan dari pihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan media. Menurut penulis, media yang digunakan tidak harus mahal, yang penting media tersebut dapat menghantarkan siswa pada tujua pembelajaran secara efektif dan efisien.Pendidik pada saat sekarang ini harus mampu memanfaatkan media belajar dari yang sangat komplek sampai pada media pendidikan yang sangat sederhana. Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan, maka masalah perencanaan, pemilihan dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru. Bahkan tidak mustahil dapat mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan, bila tidak dikuasai sungguh-sungguh oleh guru.

3. Karakteristik Siswa/Siswi BelajarKarakteristik siswa-siswi belajar adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat, motivasi belajar dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik si-belajar akan berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan si-belajar. Karakter siswa yang bermacam-macam menuntut guru untuk strategi dalam pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga, tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode, disamping pengaruh utamanya pada strategi pengelolaan pembelajaran.

2.1.2. Metode PembelajaranMenurut Yamin Martinis, (2007) metode pembelajaran adalah cara melakukan atau penyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan ada kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi peserta didik. Proses pembelajaran akan tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Variabel-variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :- Strategi pengorganisasian- Strategi penyampaian- Strategi pengelolaanStrategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi penataan isi format dan lainnya yang setingkat dengan itu.Stratetgi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Buderson, dan Merrill sebagai struktural strategi, yang mengacu paca cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Sqeuencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur atau prinsip yang terjandung dalam suatu bidang studi.Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi pembelajar, yaitu dengan menunjukkan bagaimana topik-dopi itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. Kebermaknaan ini akan menyebabkan pembelajar memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik-topik yang telah dipelajari. Sequencing, atau penataan urutan juga penting, karena diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang efektif hanya dapat dibuat bila isi telah ditata dengan cara tertentu dan yang lebih penting, karena pada hakekatnya semua isi bidang studi memiliki prasyarat belajar mebnurut Gagne (dalam Sudana Dengeng, 1989:84).Penggarapan strategi pengorganisasi pengajaran tidak bisa dipisahkan dari karakteristik struktur isi bidang studi. Ini disebabkan oleh karena struktur isi bidang studi memiliki implikasi yang amat penting bagi upaya pembuatan urutan dan sintesis antar si suatu bidang studi. Strukitur bidang studi berupa struktur belajar atau hirarkhi belajar, struktur prosedural, struktur konseptual, dan struktur teoritik.Sedangkan strategi penyampaikan adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi lebih lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap tahap pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaa anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana yang dijelaskan diatass, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau metode yang lainnya.Menghadapi kasus yang seperti ini maka seorang guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang bervariasi diharapkan semua siswa dapat mengikuti pelajaran dan mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan oleh guru.Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran.

2.1.3. Hasil PembelajaranHasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu : - Keefektifan- Efisiensi- Daya tarikKeefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Ciri pembelajaran yang baik apabila pembelajaan tersebut efektif, artinya si belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian efisien, sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya adakah pembelajaran yang disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apabila pembelajaran tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cenderung untuk mencinai pembelajaran itu, berati kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.

BAB IIIPENUTUP

1.1. KesimpulanVariabel pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :1. Variabel kondisi pembelajaran, yaitu faktor faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Reigeluth dan Merrill mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga yaitu :- Tujuan ndan karakteristik bidang studi- Kendala dan karakteristik bidang studi- Karakteristik siswa2. Variabel metode pembelajaran, yaitu : cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga, yaitu :- Strategi pengorganisasian- Strategi penyampaian- Strategi pengelolaan3. Variabel hasil pembelajaran, yaitu : semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran juga diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :- Keeektifan- Efisien- Daya tarik Variabel kondisi dan metode adalah variabel bebas dan parameter kedua variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil pembelajaran, sebagai variabel tergantung. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang; karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Bila acuan pembelajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang diinginkan, maka hasil ini harus ditetapkan lebih dulu sebelum menetapkan metode pembelajaran. Jadi, metode pembelajaran nyang dipilih adalah metode yang optimal untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Langkah akan terbalik, apabila acuan pengajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang nyata. Metode pengajaran yang akan dipakai ditetapkan lebih dulu, kemudian garu mengamati hasil pengajaran sebagia akibat dari penggunaan metode itu dibawah kondisi pengajaran yang ada.Berdasarkan pendapat Reigeluth dan Merrill tentang taksonomi variabel pembelajaran khususnya variabel hasil pembelajaran diperkuat oleh taksonomi Bloom dkk bahwa untuk mengukur hasil pengajaran dalam proses pembelajaran didasarkan pada tipe isi bidang studi diklasifikasi menjadi 3 ranah yaitu :1. Ranah kognitif terdiri dari : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian.2. Ranah sikap terdiri dari : menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi, karakteristik.3. Ranah psikomotor terdiri dari : persepdi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

1.2. SaranDari pembahasan tentang taksonomi Variabel Pembelajaran maka disarankan kepada pendidik untuk melaksanakan variabel-variabel tersebut sesuai dengan pengklasifikasian variabel, sehingga dalam kegiatan pembelajaran seorang pendidik mampu melihat aspek-aspek apa saja yang ada pada pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Sudana Degeng. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sardiman A.M. 2001. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

TAKSONOMI VARIABEL PEMBELAJARAN Banyak upaya yang dilakukan ilmuwan pembelajaran dalam mengklasifikasikan variabel dalam pembelajaran, namun klasifikasi yang nampak lebih rinci dan memadai sebagai landasan pengembangan suatu teori pembelajaran seperti yang dikemukan Regeluth, dkk (1977). Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjadi 3, yaitu:1. Kondisi Pembelajaran2. Metode Pembelajaran3. Hasil Pembelajaran.

1. Kondisi PembelajaranVariabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variable variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol perancang pembelajaran. Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah mengidentifikasi variabel-vriabel kondisi pembelajaran yangmemiliki pengaruh utama pada ketiga variabel metode. Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu:a. Tujuan dan karakteristik bidang studi Pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinum umum ke khusus.Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. b. Kendala dan karakteristik bidang studi dan Adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti watu, media, personalia, dan uang. Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas peserta didik, seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya. c. Karakteristik peserta didik .Adalah dihipotesiskan memiliki pengaruh utama pada pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran, kendala dan karakteristik bidang studi pada pemilihan strategi penyampaian, dan karakteristik siswa pada pemilihan strategi pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga, pada tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode misalnya, karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian dan pemilihan strategi penyampaian, di samping pengaruh utamaya pada strategi pengelolaan pembelajaran.

2. Metode PembelajaranVariabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis yaitu:a. Strategi pengorganisasian (Organizational srategy) b. Strategi penyampaian (Delivery strategy)c. Strategi pengelolaan (management strategy).Organizational srategy adalah metode untuk mengorganissi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dll. yang setingkat dengan itu.Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dan atau menerima serta merespon masukan yang berasal dari peserta didik. Sumber belajar merupakan bidang kajian utama dari strategi ini.Management strategy adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian pebelajaran dibedakan menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan mikro.

3. Hasil PembelajaranPada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:a. Keefektifan (effectiveneess). Diukur dengan tingkat pencapaian si-belajar. Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu: 1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut tingkat kesalahan2) kecepatan unjuk kerja3) tingkat alih belajar4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

b. Efisiensi (efficiency). Diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si-belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.

c. Daya Tarik Pembelajaran. Diukur dengan mengamati kecenderungan si-belajar untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan si belajar untuk terus dan atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.

Degeng, 1989Taksonomi Variabel Pembelajaran Wong Solo.htmhttp://file.upi.edu/