tak pada lansia

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan penduduk usia lanjut” (Nugroho:2000). Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam hubungan interpersonal, karena setiap individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Hal ini berarti bahwa, apabila konsep diri seseorang positif, maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-sikap postitif dalam dirinya sendiri. seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri secara positif. Sebaliknya bila individu memiliki konsep diri yang negatif, maka individu tersebut cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial. Sehingga akan ada perbedaan karakteristik pada individu dengan konsep diri yang positif dan negative dalam mengaktualisasikan dirinya terhapap lingkungan dan kehidupan sekitarnya.

Upload: faris-andrianto

Post on 02-Jul-2015

1.706 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

terapi aktivitas kelompok pada lansia tentang pencitraan diri, untuk meningkatkan rasa percaya diri pada lansia.

TRANSCRIPT

Page 1: TAK pada lansia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah

mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,

perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di

bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan

penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya penduduk

yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Sehingga istilah

baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan penduduk usia lanjut”

(Nugroho:2000).

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam hubungan

interpersonal, karena setiap individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep

dirinya. Hal ini berarti bahwa, apabila konsep diri seseorang positif, maka individu

akan cenderung mengembangkan sikap-sikap postitif dalam dirinya sendiri. seperti

rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri

secara positif. Sebaliknya bila individu memiliki konsep diri yang negatif, maka

individu tersebut cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah

diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan konsep diri yang negatif

akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial. Sehingga

akan ada perbedaan karakteristik pada individu dengan konsep diri yang positif dan

negative dalam mengaktualisasikan dirinya terhapap lingkungan dan kehidupan

sekitarnya.

Page 2: TAK pada lansia

Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa populasi penduduk lansia di

Indonesia pada tahun 2008 sebesar 8,55 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Di

Kalimantan Barat jumlah penduduk berdasarkan data Statistik tahun 2012 tercatat

jumlah lansia sebanyak 264.362 yang terdiri dari jumlah lansia Perempuan sebanyak

132.346 dan jumlah lansia laki-laki sebanyak 132.016 dari jumlah penduduk Kalbar

yang berjumlah 4.550.295 jiwa.

Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal

tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama di negara-

negara maju umur harapan hidup telah bertambah panjang sehingga warga-warga

yang berusia lebih dari 65 tahun juga bertambah. Adanya peningkatan jumlah

penduduk usia lanjut tersebut menyebabkan perlunya perhatian pada para lansia agar

lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga dapat menikmati masa tuanya dengan

bahagia serta meningkatkan kualitas hidup mereka.

Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran

kemampuan kerja panca indera, kemunduran kemampuan berpikir, gangguan fungsi

alat-alat tubuh, perubahan psikologi serta adanya berbagai penyakit. Dengan

banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia banyak pula masalah kesehatan yang

dihadapi.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan bahwa jumlah lansia di Panti Werdha

Mulia Darma sebanyak 90 orang.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk memberikan

terapi aktifitas kelompok pencitraan diri pada lansia.

Page 3: TAK pada lansia

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum :

Klien mampu mengembangkan citra diri positif dalam dirinya

b. Tujuan Khusus :

- Klien mampu mengeksplorasi kemampuan/kelebihan diri

- Klien mampu mengeksplorasi kekurangan diri

- Klien mampu memandang realitas kelemahan dan kelebihan diri

- Klien mampu mengembangkan konsep positif melalui kemampuan diri

Page 4: TAK pada lansia

BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian

Terapy Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan

kelompok klien dengan maksud memberi terapy bagi anggotanya. Dimana

berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan respon social.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi

psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif

dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi

optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan

akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta dan sedikit

banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.

Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan

penentuan terhadap citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi mendalam

terhadap kekuatan dan kelemahan diri akan sangat penting artinya dalam pencapaian

pemahaman obyektif terhadap realitas diri dan sekaligus modal dasar pembangunan

citra diri untuk kemudian mengembangkan peran diri.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini bertujuan untuk

mengembangkan citra diri positif melalui eksplorasi kekuatan dan kelemahan diri.

Page 5: TAK pada lansia

B. Tujuan

Tujuan Umum :

Klien mampu mengembangkan citra diri positif dalam dirinya

Tujuan Khusus :

Klien mampu mengeksplorasi kemampuan/kelebihan diri

Klien mampu mengeksplorasi kekurangan diri

Klien mampu memandang realitas kelemahan dan kelebihan diri

Klien mampu mengembangkan konsep positif melalui kemampuan diri

C. Prinsip-prinsip memilih peserta terapi aktivitas kelompok

Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas, yang

dijabarkan antara lain :

1. Gejala sama

Misal terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk pasien

halusinasi dan lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok memiliki tujuan

spesifik bagi anggotanya, bisa untuk sosialisasi, kerjasama ataupun

mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik tersebut akan dapat dicapai

bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga mereka dapat

bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.

2. Kategori sama

Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi.

Pasien yang dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut

skor rendah sampai pasien tahap promotion. Bila dalam satu terapi pasien

memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi akan lebih mudah tercapai.

Page 6: TAK pada lansia

3. Jenis kelamin sama

Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala

sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka

lebih baik dibedakan.

4. Kelompok umur hampir sama

Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.

5. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi

Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu

ramai dan kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi

akan terasa sepi interaksi dan tujuanya sulit tercapai.

D. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia

1. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya oleh

anggota kelompok yang lain

2. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah

perilaku yang destrkutif dan maladaptif

3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain

unutk menemukan cara menyelesaikan masalah

E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

1. Memperkenalkan diri

2. Tujuan kegiatan

3. Jenis kegiatan

4. Contoh kegiatan

5. Kontrak

Page 7: TAK pada lansia

6. Aturan main disepakati

7. Evaluasi

8. Reward jangan berlebihan

Page 8: TAK pada lansia

BAB III

PROPOSAL KEGIATAN

A. Kriteria Klien

1. Berusia 60 – 80 tahun

2. Lansia di wisma 1 dan 6 Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Darma

B. Persiapan

1. Persiapan Media

Speaker

Name tag

2. Setting

a. Klien dan terapis berdiri bersama dalam satu lingkaran.

b. Ruangan yang nyaman dan tenang.

Keterangan :

L : Leader

Co : Co Leader

F : Fasilitator

O : Observer

Page 9: TAK pada lansia

K : Klien

Petunjuk

Klien duduk melingkar bersama perawat.

3. Peran dan Fungsi terapis

a. Leader

Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.

Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.

Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.

Menyampaikan Tata tertib TAK

Menutup acara TAK

b. Co Leader

Membuka acara

Mendampingi Leader

Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking

Menyerahkan kembali posisi kepada leader

Menyampaikan tujuan TAK

c. Fasilitator

Ikut serta dalam kegiatan kelompok

Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif

mengikuti jalannya terapi.

d. Observer

Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)

Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga

penutupan.

Page 10: TAK pada lansia

4. Metode TAK

a. Dinamika Kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada :

Hari, Tanggal : Jum`at, 4 April 2014

Waktu : Pukul 09.00 – 09.30 WIB

Tempat : Wisma 6

6. Nama klien

Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 7 (tujuh) orang. Adapun nama-nama

klien yang akan mengikuti TAK yaitu :

a. Ny. H

b. Ny.

c. Ny.

d. Ny.

e. Ny.

f. Ny.

g. Ny.

7. Susunan Pelaksana

Susunan TAKS sebagai berikut :

Leader : Gana Arga yuda

Co. Leader : Faris Andrianto

Page 11: TAK pada lansia

Fasilitator 1 : Hekky Barbara

Fasilitator 2 : Iskandar

Fasilitator 3 : Eli Susan tari

Observer : Siti Masitah

8. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

Membuat kontrak dengan klien tentang TAK

Membuat alat dan tempat bersama

b. Orientasi

Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

c. Evaluasi /validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

Menanyakan masalah yang di rasakan

Menanyakan perasaan TAK yang lalu

d. Kontrak

Menjelaskan tujuan kegiatan

Menjelaskan aturan berikut :

1) Jika ada klien yang meninggal kan kelompok , harus meminta izin

kepada terapis.

2) Lama kegiatan 30 menit.

3) Setiap klien yang mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

Page 12: TAK pada lansia

e. Tahap kerja

1) Pemimpin Acara menjelaskan tujuan kegiatan dan setting acara yang

akan dilakukan

2) Pemimpin acara membuat kontrak dengan peserta

3) Pemimpin acara memimpin acara perkenalan

4) Pemimpin acara memulai acara dengan membagi lembaran kertas dan

pensil; peserta diharapkan menuliskan kekuatan dan kelemahan dirinya

5) Peserta diharapkan mampu menyebutkan hal-hal yang telah

ditulis/merefleksikan kekuatan dan kelebihan dirinya apabila

mendapatkan giliran

6) Peserta diharapkan dapat memperagakan salah satu kelebihan didepan

orang lain

7) Peserta dan perawat membuat konsensus/kesepahaman akan

pentingnya kelebihan dan kelemahan diri

8) Berikan pujian atau penghargaan atas kemampuan klien memberi

pendapat.

f. Tahap terminasi

1) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Tindaklanjut

Menganjurkan klien melatih melihat gambar ( di TV. Koran , majalah

, album) dengan mendiskusikannya dengan orang lain.

Membuat jadwal melihat gambar.

Page 13: TAK pada lansia

g. Evaluasi

Evaluasi di lakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan

tujuan TAK. Evaluasi Hasil ditentukan berdasarkan kriteria :

Respon fisik dan verbal yang ditunjukkan oleh klien yang menjadi

peserta TAK

Penilaian ulang respon klien akan penilaian diri dua jam setelah

kegiatan oleh observer dan fasilitator

Page 14: TAK pada lansia

LEMBAR PENILAIAN

Kriteria Penilaian NAMA KLIEN

Memperkenalkan

diri

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Mengikuti

kegiatan sampai

selesai

TOTAL

Ket :

- Masing – masing kriteria penilaian berjumlah 20

- Untuk kriteria penilaian gambar, jika klien hanya mampu menyebutkan nama gambar

skor nya 10, jika klien mampu menyebutkan gambar dan pendapat mengenai gambar

tersebut skor menjadi 20